buku kopi acc dirjen

40
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Selama 10 tahun terakhir, volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk ekspor dan impor terus meningkat rata-rata 1,8% per tahun dan volume perdagangannya mencapai 4,99 juta ton per tahun. Areal pertanaman kopi dunia relatif tidak mengalami perluasan, pada akhir tahun 1996 areal pertanaman kopi mencapai 10,74 juta hektar. Kawasan utama budidaya kopi adalah Amerika Serikat dan Afrika yang menduduki dominasi sekitar 68% dengan areal sekitar 7,3 juta hektar. Meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai lebih dari 1,291 juta hektar dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 1,9 - 2,2 % per tahun. Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan teknologi dan sarana pasca panen yang cocok

Upload: mmiiw-caiiaanx-ppiiw

Post on 02-Jul-2015

185 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU KOPI Acc Dirjen

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang

melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Selama 10 tahun

terakhir, volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk ekspor dan impor terus meningkat

rata-rata 1,8% per tahun dan volume perdagangannya mencapai 4,99 juta ton per tahun.

Areal pertanaman kopi dunia relatif tidak mengalami perluasan, pada akhir tahun 1996

areal pertanaman kopi mencapai 10,74 juta hektar. Kawasan utama budidaya kopi adalah

Amerika Serikat dan Afrika yang menduduki dominasi sekitar 68% dengan areal sekitar 7,3

juta hektar.

Meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan

penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Areal perkebunan kopi di Indonesia

mencapai lebih dari 1,291 juta hektar dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi

rakyat. Laju perkembangan areal kopi di Indonesia rata-rata mencapai sebesar 1,9 - 2,2 % per

tahun.

Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan teknologi

dan sarana pasca panen yang cocok untuk kondisi petani agar mereka mampu menghasilkan

biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standard Nasional Indonesia. Adanya

jaminan mutu yang pasti, ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat

waktu serta keberlanjutan merupakan beberapa persyaratan yang dibutuhkan agar biji kopi

rakyat dapat dipasarkan pada tingkat harga yang lebih menguntungkan.

Untuk memenuhi persyaratan di atas pengolahan kopi rakyat harus dilakukan dengan

tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah seperti halnya produk pertanian yang lain. Buah kopi

hasil panen perlu segera diproses menjadi bentuk akhir yang lebih stabil agar aman untuk

disimpan dalam jangka waktu tertentu.

Page 2: BUKU KOPI Acc Dirjen

Oleh karena itu tahapan proses dan spesifikasi peralatan kopi yang menjadi kepastian

mutu harus didefinisikan dengan jelas. Untuk itu diperlukan suatu acuan standar sebagai

pegangan bagi petani/pengolah dalam menghasilkan produk yang dipersyaratkan pasar.

Seiring dengan meningkatnya tuntutan konsumen terhadap produk yang aman ramah

lingkungan, maka acuan standar tersebut harus mengakomodasi prinsip penanganan pasca

panen yang baik dan benar (Good Handling Practices - GHP).

Keberhasilan penanganan pasca panen sangat tergantung dari mutu bahan baku dari

kegiatan proses produksi/budidaya, karena itu penanganan proses produksi di kebun juga

harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan benar

(Good Agricultural Practices/GAP). Penerapan GAP dan GHP menjadi jaminan bagi

konsumen, bahwa produk yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses yang

efisien, produktif dan ramah lingkungan. Dengan demikian petani akan mendapatkan nilai

tambah berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar yang memadai.

1.2. Maksud

Maksud penulisan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan pasca panen kopi

adalah untuk memberikan acuan secara teknis mengenai pasca panen kopi secara baik dan

benar.

1.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan Standar Operasional Prosedur penanganan

pasca panen kopi adalah :

a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu biji kopi

b. Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kopi

c. Memudahkan dalam pengangkutan hasil

d. Meningkatkan efisiensi proses penanganan pasca panen kopi

e. Meningkatkan daya saing biji kopi

f. Meningkatkan nilai tambah hasil kopi

Page 3: BUKU KOPI Acc Dirjen

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Standar Operasional Prosedur penanganan pasca panen kopi meliputi :

a. Proses penanganan pasca panen

b. Standarisasi

c. Sarana pasca panen

d. Pelestarian Lingkungan

e. Pengawasan

Page 4: BUKU KOPI Acc Dirjen

II. PENGERTIAN- PENGERTIAN

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan pasca panen kopi ini, yang

dimaksud dengan:

a. Pasca panen menurut pasal 31 UU Nomor 12 /1992 tentang budidaya tanaman adalah

“suatu kegiatan yang meliputi pembersihan, pengupasan, penyortiran, pengawetan,

pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan transportasi hasil produksi

budidaya tanaman“.

b. Panen adalah proses pemetikan/pemungutan hasil perkebunan

c. Pengupasan kulit adalah proses pemisahan biji kopi dari bagian yang tidak diperlukan

(kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya)

d. Fermentasi adalah proses yang bertujuan untuk melunakkan lapisan lendir

dipermukaan kulit tanduk biji kopi

e. Pencucian merupakan suatu upaya untuk membuang sisa lendir hasil fermentasi

f. Pengeringan adalah upaya menurunkan kadar air sampai pada batas tertentu.

g. Penyortiran adalah pemilahan biji kopi yang baik dari yang rusak, cacat dan benda

asing lainnya.

h. Buah kopi sering disebut kopi gelondong basah adalah buah kopi hasil panen dari

kebun dan kadar airnya masih berkisar antara 60 - 65%. Biji kopi masih terlindung

oleh kulit buah, daging buah, lapisan lendir, kulit tanduk dan kulit ari.

i. Biji kopi HS adalah biji kopi berkulit tanduk (cangkang) hasil pengolahan buah kopi

dengan proses pengolahan secara basah (wet process). Kulit daging buah (pulp) dan

lapisan lendir telah dihilangkan melalui beberapa tahapan proses secara mekanis atau

fermentasi dan pencucian dan air biji kopi HS dalam kondisi basah berkisar antara 60 –

65 % dan setelah dikeringkan menjadi 12 %.

j. Kopi gelondong kering adalah buah kopi kering setelah diolah dengan proses

pengolahan secara kering (tanpa melibatkan air untuk pengolahan). Biji kopi masih

terlindung oleh kulit daging buah, lapisan lendir, kulit tanduk dan kulit ari dalam

kondisi kering.

k. Biji kopi labu adalah biji kopi hasil proses semi basah, yang telah dilakukan

pengeringan awal dan dikupas kulit tanduknya (kadar air + 40 %)

Page 5: BUKU KOPI Acc Dirjen

l. Biji kopi WP (Wet Proses) adalah biji kopi beras yang dihasilkan dari proses basah

(Wet Process =WP ).

m. Biji kopi DP (Dry Proses)adalah biji kopi beras yang dihasilkan dari proses kering

(Dry Process = DP).

n. Biji kopi asalan adalah biji kopi yang dihasilkan oleh petani dengan metode dan sarana

pengolahan yang sangat sederhana, kadar airnya masih relatif tinggi (>16%) dan belum

disortasi.

Page 6: BUKU KOPI Acc Dirjen

III. PROSES PENANGANAN PASCA PANEN KOPI

3.1 Panen

a. Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah

masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit

buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak

dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak

penuh terlampaui (over ripe).

b. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula

di dalam daging buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan

berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.

Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis

karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir

pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan

pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.

c. Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara

pemetikan :

1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.

2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.

3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat

pemetikan.

4) Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang

masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.

3.2. Sortasi

a. Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas,

seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang

hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena

dapat merusak mesin pengupas.

b. Biji merah (superior) diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar

Page 7: BUKU KOPI Acc Dirjen

diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran

hijau,kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering.

c. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau

sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga

aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented).

3.3 Pengolahan Cara kering

Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil,

mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. Tahapan

pengolahan kopi cara kering dapat dilihat pada skema berikut :

Panen

Sortasi Buah

Pengeringan

Pengupasan kopi

Sortasi biji kering

Pengemasan dan penyimpanan biji

Gambar 1. Alur proses pengolahan kopi secara kering (Dry Process)

Page 8: BUKU KOPI Acc Dirjen

a. Pengeringan

1) Kopi yang sudah di petik dan disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan

agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi

dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik.

2) Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondang lalu dikupas

kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu

dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam

biji kopi sehingga menurunkan mutu.

3) Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering

mekanis.

4) Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5 %

5) Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur

6) Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan

biaya mahal.

b. Pengupasan kulit ( Hulling)

1) Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari

kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya.

2) Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak

dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena

mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang

sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan pengerak

motor, dan hummermill.

3.4 Pengolahan Cara Basah (Fully Washed)

Tahapan pengolahan kopi cara basah dapat dilihat pada skema berikut :

Page 9: BUKU KOPI Acc Dirjen

Gambar 2. Alur proses pengolahan kopi secara basah (Fully washed)

a. Pengupasan Kulit Buah

Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengupas kulit

buah (pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat dari kayu atau metal.

Air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya

buah kopi dipisahkan atas dasar ukuran sebelum dikupas.

Panen Pilih

Sortasi Buah

Pengupasan kulit buah merah

Fermentasi

Pencucian

Pengeringan

Pengemasan dan penyimpanan

Sortasi Biji Kering

Pengupasan kulit kopi HS

Page 10: BUKU KOPI Acc Dirjen

b. Fermentasi

1) Fermentasi umumnya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, bertujuan

untuk meluruhkan lapisan lendir yang ada dipermukaan kulit tanduk biji kopi.

Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya

kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi arabika.

2) Fermentasi ini dapat dilakukan secara basah dengan merendam biji kopi dalam

genangan air, atau fermentasi cara kering dengan cara menyimpan biji kopi HS

basah di dalam wadah plastik yang bersih dengan lubang penutup dibagian

bawah atau dengan menumpuk biji kopi HS di dalam bak semen dan ditutup

dengan karung goni.

3) Agar fermentasi berlangsung merata, pembalikan dilakukan minimal satu kali

dalam sehari.

4) Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi, suhu, dan kelembaban

lingkungan serta ketebalan tumpukan kopi di dalam bak. Akhir fermentasi

ditandai dengan meluruhnya lapisan lendir yang menyelimuti kulit tanduk.

Waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam.

c. Pencucian

1) Pencucian bertujuan menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang

menempel di kulit tanduk.

2) Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan secara manual di dalam bak atau

ember, sedangkan kapasitas besar perlu dibantu mesin.

d. Pengeringan

1) Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65 %

menjadi maksimum 12,5 %. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman

2) dikemas dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan

tropis.

3) Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis, dan kombinasi

keduanya.

4) Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk pengeringan

biji kopi. Penjemuran dapat dilakukan di atas para-para atau lantai jemur.

Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5 – 7 o dengan sudut pertemuan

Page 11: BUKU KOPI Acc Dirjen

di bagian tengah lantai.

5) Ketebalan hamparan biji kopi HS dalam penjemuran sebaiknya 6 – 10 cm

lapisan biji. Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah.

Pada areal kopi Arabika, yang umumnya didataran tinggi, untuk mencapai

kadar air 15 -17 %, waktu penjemuran dapat berlangsung 2 – 3 minggu.

6) Pengeringan mekanis dapat dilakukan jika cuaca tidak memungkinkan untuk

melakukan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini sebaiknya dilakukan

secara berkelompok karena membutuhkan peralatan dan investasi yang cukup

besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. Dengan mengoperasikan pengering

mekanis secara terus menerus siang dan malam dengan suhu 45 – 500 C,

dibutuhkan waktu 72 jam untuk mencapai kadar air 12,5 %. Penggunaan suhu

tinggi di atas 600 C untuk pengeringan kopi Arabika harus dihindari karena

dapat merusak citarasanya. Sedangkan untuk kopi Robusta, biasanya diawali

dengan suhu lebih tinggi, yaitu sampai 90 – 1000C dengan waktu 20 – 24 jam

untuk mencapai kadar air maksimum 12,5 %, (pemanasan yang lebih singkat),

karena jika terlalu lama maka warna permukaan biji kopi cenderung menjadi

kecoklatan Untuk kopi Robusta dibutuhkan waktu 20-24 jam untuk mencapai

kadar air 12,5 %.

7) Proses pengeringan kombinasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

adalah penjemuran untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20 – 25 %,

dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu dengan menggunakan mesin pengering.

Apabila biji kopi sudah dijemur terlebih dahulu hingga mencapai kadar air 20 –

25 %, maka untuk mencapai kadar air 12,5% diperlukan waktu pengeringan

dengan mesin pengering selama 24 – 36 jam dengan suhu 45-50 0C.

e. Pengupasan kulit kopi HS

1) Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk yang

menghasilkan biji kopi beras.

2) Pengupasan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller).

3) Sebelum dimasukkan ke mesin pengupas (huller), biji kopi hasil pengeringan

didinginkan terlebih dahulu (tempering) selama minimum 24 jam.

Page 12: BUKU KOPI Acc Dirjen

3.5 Pengolahan Cara Semi Basah (Semi Washed Process)

Pengolahan secara semi basah saat ini banyak diterapkan oleh petani kopi arabika di

NAD, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Cara pengolahan tersebut menghasilkan kopi

dengan citarasa yang sangat khas, dan berbeda dengan kopi yang diolah secaara basah penuh

(WP). Ciri khas kopi yang diolah secara semi-basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik

kopi agak melengkung. Kopi Arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkat keasaman

lebih rendah dengan body lebih kuat dibanding dengan kopi olah basah penuh.

Proses cara semi-basah juga dapat diterapkan untuk kopi Robusta. Secara umum kopi

yang diolah secara semi-basah mutunya sangat baik. Proses pengolahan secara semi-basah

lebih singkat dibandingkan dengan pengolahan secara basah penuh. Untuk dapat

menghasilkan biji kopi hasil olah semi-basah yang baik, maka harus mengikuti prosedur

pengolahan yang tepat, yaitu seperti pada gambar berikut :

Page 13: BUKU KOPI Acc Dirjen

Pengupasan kulit cangkang

a. Pengupasan kulit buah

1) Proses pengupasan kulit buah (pulp) sama dengan pada cara basah-penuh.

Panen Pilih

Sortasi Buah

Pengupasan kulit buah merah

Fermentasi + pencucian lendir

Penjemuran 1-2 hari, KA ± 40 %

Penjemuran biji sampai KA 11 - 13 %

Penyimpanan dan penggudangan

Sortasi dan pengemasan

Buah inferior diolah DP

Gambar 3. Alur proses pengolahan kopi secara semi-basah (Semi-Washed)

Page 14: BUKU KOPI Acc Dirjen

Untuk dapat dikupas dengan baik, buah kopi harus tepat masak (merah) dan

dilakukan sortasi buah sebelum dikupas, yaitu secara manual dan menggunakan

air untuk memisahkan buah yang diserang hama.

2) Pengupasan dapan menggunakan pulper dari kayu atau metal. Jarak silinder

dengan silinder pengupas perlu diatur agar diperoleh hasil kupasan yang baik

(utuh, campuran kulit minuman) beberapa tipe pulper memerlukan air untuk

membantu proses pengupasan

3) Biji HS dibersihkan dari kotoran kulit dan lainnya sebelum difermentasi.

b. Fermentasi dan Pencucian

a. Untuk memudahkan proses pencucian, biji kopi HS perlu difermentasi selama

semalam atau lebih. Apabila digunakan alat-mesin pencuci lendir, proses

fermentasi dapat dilalui.

b. Proses fermentasi dilakukan secara kering dalam wadah karung plastik atau

tempat dari plastik yang bersih.

c. Setelah difermentasi semalam kopi HS dicuci secara manual atau menggunakan

mesin pencuci (washer).

c. Pengeringan awal

a. Pengeringan awal dimaksudkan untuk mencapai kondisi tingkat kekeringan

tertentu dari bagian kulit tanduk/cangkang agar mudah dikupas walaupun

kondisi biji masih relatif basah.

b. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran selama 1-2 hari

sampai kadar air mencapai sekitar ± 40 %, dengan tebal lapisan kopi kurang

dari 3 cm (biasanya hanya satu lapis) dengan alas dari terpal atau lantai semen.

c. Biji kopi dibalik-balik setiap ± 1 jam agar tingkat kekeringannya seragam.

d. Jaga kebersihan kopi selama pengeringan.

d. Pengupasan kulit tanduk/cangkang

Pengupasan kulit tanduk/cangkang pada kondisi biji kopi masih relatif basah dapat

dilakukan dengan menggunakan huller yang didisain khusus untuk proses tersebut.

Agar kulit dapat dikupas maka kondisi kulit harus cukup kering walaupun kondisi biji

yang ada didalamnya masih basah:

a. Pastikan kondisi huller bersih, berfungsi normal dan bebas dari bahan-bahan

Page 15: BUKU KOPI Acc Dirjen

yang dapat mengkonyimasi kopi sebelum digunakan

b. Lakukan pengupasan sesaat setelah pengeringan/penjemuran awal kopi HS.

Apabila sudah bermalam sebelum dikupas kopi HS harus dijemur lagi sesaat

sampai kulip cukup kering kembali

c. Atur aturan huller dan aliran bahan kopi agar diperoleh proses pengupasan

yang optimum. Sejumlah tertentu porsi kulit masih terikut bersama biji kopi

labu yang keluar dari lubang keluaran biji. Hal tersebut tidak begitu masalah,

karna porsi kulit tersebut mudah dipisahkan dengan tiupan udara (aspirasi)

setalah kopi dikeringkan

d. Biji kopi labu yang keluar harus segera dikeringkan, hindari penyimpanan biji

kopi yang masih basah karena akan terserang jamur yang dapat merusak biji

kopi baik secara fisik atau citarasa, serta dapat terkontiminasi oleh mikotoksin

(okhtratoksin A, aflatoksin dll)

e. Bersihkan huller setelah digunakan, agar sisa-sisa kopi dan kulit yang masih

basah tidak tertinggal dan berjamur di dalam mesin.

e. Pengeringan biji kopi labu

1) Keringkan biji kopi labu hasil pengupasan dengan penjemuran atau

menggunakan mesin pengering mekanis

2) Aturan tebal hamparan biji kopi kurang dari 5 cm, gunakan alas pelastik atau

terpal atau latai semen. Hindari penjemuran langsung diatas permukaan tanah.

3) Balik-balik massa kopi agar proses pengeringan seragam dan lebih cepat.

4) Tuntaskan proses pengeringan sampai dicapai kadar air biji 11-12% biasanya

diperlukan waktu 3-5 hari dalam kondisi normal

5) Hindari penyimpanan biji kopi yang belum kering dalam waktu yang lebih dari

12 jam, karena akan rusak akibat dari serangan jamur.

3.6 Sortasi Kopi Beras

a. Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi seperti

serpihan daun, kayu atau kulit kopi.

b. Biji kopi beras juga harus disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacat biji. Sortasi

ukuran dapat dilakukan dengan ayakan mekanis maupun dengan manual.

Page 16: BUKU KOPI Acc Dirjen

c. Pisahkan biji-biji kopi cacat agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan

ketentuan SNI 01-2907-1999

3.7 Pengemasan dan Penggudangan

a. Kemas biji kopi dengan menggunakan karung yang bersih dan baik, serta diberi label

sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-1999. Simpan tumpukan kopi dalam gudang

yang bersih, bebas dari bau asing dan kontaminasi lainnya

b. Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen. Cat untuk

label menggunakan pelarut non minyak.

c. Gunakan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bau asing

d. Atur tumpukan karung kopi diatas landasan kayu dan beri batas dengan dinding

e. Monitor kondisi biji selama disimpan terhadap kondisi kadar airnya, keamanan

terhadap organisme gangguan (tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-faktor lain yang

dapat merusak kopi

f. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penggudangan adalah: kadar air,

kelembaban relatif dan kebersihan gudang.

g. Kelembaban ruangan gudang sebaiknya 70 %.

Page 17: BUKU KOPI Acc Dirjen

IV. STANDARDISASI

Standar mutu diperlukan sebagai tolok ukur dalam pengawasan mutu dan merupakan

perangkat pemasaran dalam menghadapi klaim dari konsumen dan dalam memberikan umpan

balik ke bagian pabrik dan bagian kebun.

Standardisasi meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara

uji, syarat penandaan, cara pengemasan. Standar Nasional Indonesia Biji kopi menurut SNI

No 01-2907-1999 seperti pada Tabel 1 dan 2.

Tabel.1. Spesifikasi Persyaratan Mutu

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Kadar air, (b/b) % Masksimum 12

2 Kadar kotoran berupa ranting, batu,

tanah dan benda-benda asing lainnya

% Maksimum 0.5

3 Serangga hidup - bebas

4 Biji berbau busuk dan berbau

kapang

- bebas

5 Biji ukuran besar, tidak lolos ayakan

lubang bulat ukuran diameter 7.5

mm (b/b)

% Maksimum lolos 2.5

6 Biji ukuran sedang lolos ayakan

lubang bulat ukuran diameter 7.5

mm, tidak lolos ayakan lubang bulat

ukuran diameter 6.5 mm (b/b)

% Maksimum lolos 2.5

7 Biji ukuran kecil, lolos ayakan

lubang bulat ukuran diameter 6.5

mm, tidak lolos ayakan lubang bulat

ukuran diameter 5,5 mm (b/b)

% Maksimum lolos 2.5

Page 18: BUKU KOPI Acc Dirjen

Tabel 2. Jenis Mutu

Mutu Syarat Mutu

Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11

Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25

Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44

Mutu 4-A Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60

Mutu 4-B Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80

Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150

Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

Page 19: BUKU KOPI Acc Dirjen

V. PRASARANA DAN SARANA PENANGANAN PASCA PANEN KOPI

5.1 Lokasi

Lokasi bangunan tempat penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. Bebas dari pencemaran ;

1) Bukan di daerah pembuangan sampah/kotoran cair maupun padat.

2) Jauh dari peternakan, industri yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola

secara baik dan tempat lain yang sudah tercemar.

b. Pada tempat yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk.

c. Dekat dengan sentra produksi sehingga menghemat biaya transportasi dan menjaga

kesegaran produk

d. Sebaiknya tidak dekat dengan perumahan penduduk (khususnya untuk produk tertentu

seperti karet, kopi, kakao dll)

5.2 Bangunan

a. Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik

dan kesehatan sesuai dengan jenis produk yang ditangani, sehingga mudah

dibersihkan, mudah dilaksanakan tindak sanitasi dan mudah dipelihara.

b. Tata letak diatur sesuai dengan urutan proses penanganan, sehingga lebih efisien.

c. Penerangan dalam ruang kerja harus cukup sesuai dengan keperluan dan persyaratan

kesehatan serta lampu berpelindung.

d. Tata letak yang aman dari pencurian

5.3 Sanitasi

Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan

perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan.

a. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air bersih.

b. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang memenuhi ketentuan

yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Bangunan harus dilengkapi sarana toilet :

1) Letaknya tidak terbuka langsung ke ruang proses penanganan pasca panen

2) Dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel).

Page 20: BUKU KOPI Acc Dirjen

5.4 Wadah dan Pembungkus

a. Dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh

dari luar.

b. Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat

mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan.

c. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.

d. Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan dikenakan tindakan

sanitasi.

e. Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan

ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu sebelum

digunakan.

5.5 Tenaga Kerja

a. Tenaga kerja harus berbadan sehat.

b. Memiliki keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya.

c. Mempunyai komitmen dengan tugasnya.

d. Sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja

5.6. Alat dan mesin

Pada beberapa kegiatan penanganan pasca panen kopi seraca kelompok, menengah dan

besar, yang melakukan proses semi basah dan basah dapat menggunakan alat/mesin. Proses ini

memerlukan biaya investasi yang relatif cukup besar. Selain itu juga membutuhkan tenaga

yang terlatih dan biaya operasi untuk bahan bakar dan listrik. Alat dan mesin yang

dipergunakan untuk penanganan pasca panen kopi harus dibuat berdasarkan perencanaan yang

memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Persyaratan peralatan dan

mesin yang digunakan dalam penanganan pasca panen kopi harus meliputi :

a. Permukaan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak

boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas.

b. Mudah dibersihkan dan dikontrol.

c. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas,

minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik dan lain-lain.

d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.

Page 21: BUKU KOPI Acc Dirjen

Contoh alat dan mesin penanganan pasca panen dapat dilihat pada Lampiran.

VI. PELESTARIAN LINGKUNGAN

Pada prinsipnya penanganan pasca panen kopi harus memperhatikan keamanan

pangan. Oleh karena itu harus dihindari terjadinya kontaminasi silang terhadap beberapa aspek

yaitu :

a. Fisik (kontaminasi dengan barang-barang asing selain kopi, misalnya : rambut,

kotoran, dll);

b. Kimia (tercemar bahan-bahan kimia);

c. Biologi (tercemar jasad renik yang bisa berasal dari pekerja yang sakit,

kotoran/sampah di sekitar yang membusuk)

Tidak kalah pentingnya adalah penanganan limbah yang ramah lingkungan sehingga

diperoleh produk akhir yang bersih dan sehat (clean product). Pada prinsipnya harus

diperhatikan agar pemrosesan suatu produk tidak menimbulkan masalah lingkungan. Limbah

yang dihasilkan harus dikelola dengan baik dan benar, seperti misalnya : limbah yang berupa

bahan organik dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos; limbah yang berupa air harus

dibuatkan saluran dan pembuangannya yang baik sehingga tidak menimbulkan genangan yang

dapat menjadi sumber penyakit. Beberapa aspek yang harus dilakukan adalah :

6.1 Rencana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Setiap usaha penanganan pasca panen kopi harus menyusun rencana cara-cara

penanggulangan pencemaran dan pelestarian lingkungan sebagai mana diatur dalam :

a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pengolahan Lingkungan Hidup;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan;

c. Peraturan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL)

Page 22: BUKU KOPI Acc Dirjen

6.2 Upaya Pencegahan Lingkungan

Dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan diperlukan perhatian khusus

terhadap beberapa hal seperti :

a. Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal usaha;

b. Menghindari polusi dan gangguan lain yang berasal dari lokasi usaha yang dapat

mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus serta

pencemaran air sungai/sumur;

c. Setiap usaha penanganan pasca panen kopi, harus membuat unit pengolahan limbah

perusahaan (padat, cair dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang

dihasilkan.

Page 23: BUKU KOPI Acc Dirjen

VII. PENGAWASAN

7.1. Sistem Pengawasan

a. Usaha penanganan pasca panen kopi menerapkan sistem pengawasan

secara baik pada titik kritis dalam proses penanganan pasca panen untuk memantau

kemungkinan adanya kontaminasi;

b. Instansi yang berwenang dalam bidang perkebunan, melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan pengawasan manajemen mutu terpadu yang

dilakukan.

7.2 Sertifikasi

a. Usaha penanganan pasca panen kopi yang produksinya untuk tujuan

ekspor harus dilengkapi dengan sertifikat;

b. Sertifikat dikeluarkan oleh instansi yang berwenang setelah melalui

penilaian dan rekomendasi.

7.3 Monitoring dan Evaluasi

b. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh lembaga yang berwenang di bidang

perkebunan di provinsi/kabupaten/kota;

c. Evaluasi dilakukan setiap tahun berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan

serta pengecekan/kunjungan ke usaha penanganan pasca panen kopi

7.4 Pencatatan

Usaha penanganan pasca panen kopi hendaknya melakukan pencatatan (recording)

data yang terurut sewaktu-waktu dibutuhkan. Data yang perlu dicatat adalah :

a. Data bahan baku

b. Jenis produksi

c. Kapasitas produksi

d. Pemasalahan

Page 24: BUKU KOPI Acc Dirjen

7.6 Pelaporan

a. Setiap usaha penanganan pasca panen kopi membuat laporan

baik teknis maupun administratif, secara berkala (6 bulan dan tahunan) untuk

keperluan pengawasan intern sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,

dapat mengadakan perbaikan/perubahan berdasarkan pelaporan yang ada.

b. Setiap usaha penanganan pasca panen kopi membuat laporan

tertulis secara berkala (6 bulan dan tahunan) kepada lembaga yang berwenang.

Page 25: BUKU KOPI Acc Dirjen

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pengolah Produk Primer dan Sekunder

Kopi, Jember

Randi Sumitro, 2006. Kebijakan Pengembangan Industri Pengolahan dan Pemasaran Kopi.

Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta

Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia

2003 – 2005 (Kopi), Jakarta

Page 26: BUKU KOPI Acc Dirjen

CONTOH-CONTOH ALAT MESIN PASCA PANEN KOPI

1. Mesin Pengupas Biji Kopi (Pulper)

Fungsi mengupas biji kopi dalam proses pengolahan cara basah dan semi basah

Gambar 1. Mesin Pengupas Biji Kopi (Pulper)

2. Mesin Pencuci Biji Kopi

Fungsi melepas lapisan lendir dan membersihkan benda asing dipermukaan kulit

tanduk

Page 27: BUKU KOPI Acc Dirjen

Gambar 2. Mesin Pencuci Biji Kopi

3. Mesin Pengering

Fungsi mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki

mutu yang baik sampai tahap proses pengolahan selanjutnya

Gambar 3. Mesin Pengering

4. Mesin Pengupas Biji Kopi Kering (HS)

Fungsi memisahkan kulit buah kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga di peroleh biji kopi pasar yang bersih dan bermutu baik (Hulling).

Page 28: BUKU KOPI Acc Dirjen

Gambar 4. Mesin Pengupas Biji Kopi Kering (HS)

5. Mesin Pengupas (huller) Biji Kopi Kering

Fungsi memisahkan kulit buah kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji

kopi pasar yang bersih dan bermutu baik (Hulling).

Gambar 5. Mesin Pengupas (huller) Biji Kopi Kering

6. Mesin sortasi biji kopi

Fungsi meningkatkan produktivitas kerja sortasi manual, biji kopi terkumpul dalam

beberapa ukuran yang seragam berdasarkan tingkatkan mutunya. Kompertemen I

berupa biji kecil; II biji sedang; III biji besar dan kompertemen IV biji ekstra

Page 29: BUKU KOPI Acc Dirjen

Gambar 6. Mesin sortasi biji kopi

6. Mesin sortasi bij kopi kering

Fungsi meningkatkan produktivitas kerja sortasi manual, biji kopi terkumpul dalam

beberapa ukuran yang seragam berdasarkan tingkatan mutunya.

Gambar 7. Mesin sortasi bij kopi kering