buku karakter pancasila karangan zaim uchowi

157

Upload: rahmi-pratiwi

Post on 25-Nov-2015

137 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

buku karakter pancasila karangan Zaim Uchowi

TRANSCRIPT

  • MULAWACANA

  • 'Meraih Cita-cita Kemerdekaan

    Pohon kluwih alau Artocarpus altilis itu tumbuh merimbun. Bukan di sembarang kebun,

    tapi di pekarangan Monumen Pancasila, di sebuah perlimaan kota kecil Ende, Flores,

    Nusa Tenggara Timur (NTf).Pohon darikeluarga nangka itulah yang sebenarnya utama di

    situ. Bukan bangunan monumen dengan diorama sederhana yang sekarang harus

    bertarung melawan waktu.

    Pada sejumlah hari, antara tahun 1934-1938, Soekarno sering ada di situ. la

    diasingkan ke Flores oleh Belanda yang menjajah. Pohon kluwih yang teduh serta

    semilir angin Laut Timor telah memikatnya. lni suasana yang bukan saja ideal untuk

    mengusir rasa penat, melainkan juga untuk merenungkan Indonesia. Saat itu adalah saat

    tepat untuk memikirkan Indonesia lebih mendalam.

    Sumpah Pemuda 1928 masih segar dalam ingatan para aktivis pergerakan

    kemerdekaan. Pada tahun 1930-an itu, mereka tahu saat merdeka sudah dekat. Dunia

    telah begitu berubah. Barat bergulat dengan depresi ekonomi; Jepang sedang bangkit

    setelah menaklukkan Rusia; Turki masih bereuforia dengan nasionalismenya. lndonesia

    saatnya mencari peluang merdeka.

    Keinginan terbebas dari penjajah telah terbangun lama. Berbagai perang besar melawan

    Belanda terjadi, seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, dan Perang Aceh yang

    masing-masing menelan korban lebih dari 10O ribu orang. Belum lagi perang-perang

    dari masa sebelumnya di seluruh wilayah Nusantara, seperti di masa Sultan Agung,

    Hasanuddin, Antasari, dan Surapati.

    Memasuki abad ke-20, perlawanan tersebut beralih ke format baru. Yakni format politik

    untuk membangun negara merdeka. Tirto Adisuryo membuat penyadaran melaluiKoran

    Medan Priyayi yang dibentuknya. Samanhudi membangun Syarikat Dagang lslam (SDl)

    yang bergerak dari sisi ekonomi. Tjokroaminoto, 'guru' Soekarno, memimpin Syarikat

    lslam (Sl). Lalu Soetomo bersama kawan-kawannya di sekolah kedokteran STOVIA,

    mendirikan Budi Utomo pada 1908.

    Seluruh tokoh bangsa terus bergerak. Lewat karya-karya sastra Balai Pustaka, kesadaran

    untuk berbangsa terus disebarkan. Kesadaran itu menggelinding dan membesar ibarat

  • bola salju. Hasilnya adalah Sumpah Pemuda yang bertekad berbangsa, berbahasa, dan

    bernegara satu: Indonesia. Setelah itu, Polemik Kebudayaan dilakukan. Para sastrawan

    membangun gerakan Pujangga Baru. Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan

    mengembangkan Bahasa lndonesia.

    Itulah saat yang disebut Soekarno waktu dimulainya merumuskan butir-butir dasar

    negara, yang kemudian dinamainya Pancasila. Kurang dari sepuluh tahun setelah itu,

    rumusannya terpakai. Jepang, penjajah baru Indonesia, kalah dalam Perang Dunia ll.

    Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pun dikumandangkan. Yakni, pada hari

    Jumat 1 7 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal 21 Ramadan.

    Cita-cita proklamasi kemerdekaan itu begitu jelas: "mewujudkan masyarakat merdeka,

    bersatu, berdaulat, serta adil dan makmur". Cita-cita itulah yang ingin dicapai oleh

    seluruh masyarakat Indonesia. Maka, bangsa ini pun membentuk Negara Kesatuan

    Republik lndonesia sekarang, yang diharapkan bermartabat di hadapan negara-negara

    lain di dunia.

    Mewujudkan cita-cita bangsa tak semudah memproklamasikan kemerdekaan. Perjalanan

    negara Indonesia pada masa awal mengalami banyak gejolak. Semua sepakat tentang

    bagaimana bentuk bangunan negara ini. Namun, banyak berbeda pendapat tentang

    bagaimana cara menjalankan negara. Mengintegrasikan berbagai latar belakang serta

    kepentingan ke dalam 'sebuah Indonesia' sungguh merupakan tantangan. Masa 20 tahun

    pertama Republik Indonesia begitu berdarah-darah.

    Ketidakrelaan Belanda atas kemerdekaan Indonesia menjadi faktor pertama. Agresi

    Belanda yang didukung pasukan sekutu memaksa ibukota Republik Indonesia berpindah-

    pindah. Tak terus di Jakarta, namun juga di Yogyakarta bahkan di Bukittinggi. lstilah

    'Bandung lautan Api, 'Yogya Kembali, hingga sebutan 'Kota Pahlawan' Surabaya muncul

    akibat agresi itu. Tragedi Pembantaian Rawagede di Karawang Jawa Barat hingga aksi

    petualangan Westerling di Suiawesi telah mengorbankan puluhan ribu jiwa.

    Pertikaian antar anak bangsa juga memakan begitu banyak korban. Pengaruh gerakan

    komunisdunia telah melahirkan petaka di Tanah Air. Peristiwa Madiun I948 serta Tragedi

    3O September 1965 membuat banyak putra terbaik bangsa terbunuh, terutama dari

  • kalangan pesantren dan komunis yang dalam politik massa memang harus

    terhadapkan.Semangat revolusi yang terlalu kental membuat benturan demikian tak

    terhindarkan.

    Pemberontakan' menurut pemerintahpusat juga beberapa kaliterjadi. Di antaranya

    adalah gerakan DI-TII oleh Kartosuwirjo di Jawa Barat, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan,

    dan Daud Beureuh di Nangroe Aceh Darussalam. Begitujuga tragedi PRRI dan Permesta

    di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Merekatak mengaku memberontak melainkan

    hendak "meluruskan" pemerintah pusat yang di anggap menyimpang.

    Sementara itu separatisme juga tumbuh di berbagai daerah,seperti Republik Maluku

    Selatan(RMS), Gerakan Aceh Merdeka(GAM), serta organisasi Papua Merdeka (OPM).

    Politik di pemerintahan pusat bukan tak bergejolak. Pada tahun 1950-an, pemerintahan

    menggunakan sistem parlementer yang dipimpin perdana mentri. Kadang belum sampai

    setahun, perdanamenteri harus turun.

    Persatuan benar-benar jauh dari harapan. Maka, berkernbangseloroh bahwa di Indonesia

    "persatuan" telah berganti meniadi "peresatean".Praktis tak ada program negara yang

    berjalan denganbaik. Cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan

    makmur jauh dari terwujud.Mungkin itu gambaran umum dari banyak bangsa yang bam

    merdeka lainnya.Namun, terlalu menyakitkan bahwa itu juga terjadi di negeri Pancasila ini.

    Kesempatan Pertama

    Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia menyadari keadaan

    itu.Negaratakdapatdibiarkan dalam keadaan amburadul.Soekarno pun menggunakan

    kewenangannya untuk mengambil alih kekuasaan.Kabinet dan parlemen atau menteri-

    menteri dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dibubarkan.Untuk itu Soekarno mengeluarkan

    Dekrit 5 Juli 1959 yang juga menandai era Demokrasi Terpimpin.

    Inilah saat Soekarno berkuasa penuh.Sesaat situasi politik seperti dapat terkendali.Soekarno

    menyerukan persatuan nasional dengan konsep Nasakom. Tiga kekuatan massa dicoba

    untuk dirangkulnya. Yakni, kalangan nasionalis, agama, dan komunis. Namun, pada saat yang

    sama, hubungan dengan militer merenggang. Pada separuh awal 1960-an, situasi politik

  • menegang sampai ke tingkat akar rumput.Puncaknya adalah terjadinya Peristiwa G-30-S/PKI

    yang menewaskan sejumlah jenderal.

    Tragedi nasional itu mengantarkan Soeharto ke anak tangga tertinggi kepemimpinan

    nasional.Soeharto bukan saja menggantikan Soekarno, melainkan juga meluncurkan

    pendekatan baru yang saat itu seperti menjanjikan.Yaitu, 'politik pembangunan' yang

    diistilahkan sebagai Orde Baru.Ini istilah yang menyudutkan pemerintahan sebelumnya

    sebagai Orde Lama.

    Sejumlah program pembangunan yang menyentuh lapis rakyat paling bawah pun

    dijalankan.Dalam bidang pertanian,Indonesia mengadopsi gerakan Revolusi Hijau untuk

    membuat lompatan produksi pangan.Program Bimbingan Massal (Bimas)/lntensifikasi

    Massal (Inmas) yang didukung dengan pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) benar-

    benar mengubah wajah perdesaan. Dalam bidang pendidikan ada program SD Inpres.

    Pendidikan massa ditopang pula dengan pengembangan Kelompok Pendengar, Pembaca,

    dan Pemirsa (Kelompencapir)

    Di lingkup kesehatan dikembangkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di setiap

    kecamatan.Program itu didukung dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap desa,

    sebuah program untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.Listrik masuk desa

    dan pembangunan infrastruktur yang didukung dengan program 'ABRI masuk desa' makin

    menguatkan pondasi pembangunan Indonesia.

    Bukan semata fisik yang dibangun Soeharto.Pemimpin itu juga menata ideologi

    bangsa.Pancasila yang menjadi landasan bernegara diteguhkan lagi sebagai ideologi

    bangsa.Ini tentu sesuai dengan penafsiran dan orientasinya sendiri.Yakni, Pedoman

    Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).Sosialisasi dan indoktrinasi yang biasa

    diistilahkan sebagai 'penataran' dikembangkan.Bahkan dibentuk badan khusus untuk urusan

    tersebut, yakni Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan

    Pengamalan Pancasila (BP7).

    Hasilnya, Indonesia memang tampak kukuh, apalagi didukung pertumbuhan ekonomi pesat

    yang didorong oleh booming produksi minyak.Indonesia menjadi salah satu anggota

    organisasi negara penghasil minyak, Organization of Petroleum Exporting Countries

    (OPEC).Di antara negara-negara berkembang, Indonesia dipandang sebagai model

  • pembangunan yang sempurna.Hingga tahun 1980-an, Indonesia juga merupakan kekuatan

    ekonomi yang sangat disegani negara-negara di AsiaTenggara, seperti Singapura, Malaysia,

    dan Thailand.Maka, dunia pun mengelu-elukan Indonesia sebagai kandidat "Macan" Asia.

    Indonesia diperkirakan akan segera menyusul Korea Selatan. Penilaian yang saat itu tak

    diberikan kepada Cina.Pembandingan dengan Korea Selatan merupakan hal wajar.Hingga

    tahun 1961, tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia dan Korea Selatan berimbang. Lalu

    Indonesia menempuh jalan serupa Korea Selatan yang berhasil membangun perdesaan

    lewat program Saemaul Undong-nya.

    Korea Selatan sukses membuat keseimbangan desa-kota melalui pendekatan model Lewis,

    yang dicetuskan oleh peraih penghargaan Nobel Sir William Arthur Lewis. Industri pertanian

    menjadi kokoh. Pada saat yang sama, industri manufaktur dan industri lainnya berkembang

    kuat, termasuk industri otomotif. Korea Selatan menjadi contoh nyata bagaimana sebuah

    negara dapat mencapai tahap 'tinggal landas' menurut Teori Rostow.

    Saat itu Indonesia berkesempatan tinggal landas.Pondasi ekonomi serta stabilitas sosial

    politik sepertinya memadai untuk itu.Ternyata jalan itu tidak mewujud.Tak seperti Norwegia

    yang jadi nomor satu dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) karena minyak, Indonesia

    gagal mencapai itu. Minyak dan barang tambang lain malah menjadi sumber korupsi.

    Kemakmuran hanya dinikmati sekelompok warga.Sementara itu, demokratisasi yang

    diperlukan terlambat diwujudkan.

    Memburuknya keadaaan tak segera disadari para pemimpinnya.Indonesia terlena oleh

    pujian dunia soal pembangunan ekonomi.Padahal, sebenarnya ekonomi negara ini

    rapuh.Krisis moneter 1997 yang menerpa Asia Tenggara meruntuhkan ekonomi

    Indonesia.Indonesia gagal tinggal landas. Surplus minyak pada era 1970 hingga 1980-an

    gagal dimanfaatkan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Rusuh massa 1998

    menyadarkan semua: Indonesia harus memulai pembangunannya kembali dari bawah.

    Kesempatan kedua

    Reformasi 1998 dimaksudkan untuk mengoreksi kesalahan Orde Baru.Pembatasan

  • kebebasan dan kekuasaan yang terlalu lama dipandang bukan saja menekan hak asasi

    rakyat, melainkan juga menghalangi tumbuhnya inisiatif pubiik. Ini adalah hal yang akan

    menghambat upaya mewujudkan masyarakat adii makmur. Maka, presiden pun

    diganti.Masa jabatannya dibatasi.Pers dan partai politik dibuat bebas.Pemilihan umum serta

    pemilihan kepala negara dan daerah secara langsung digelar.

    Begitu besar harapan pubiik pada Reformasi.Ini merupakan kesempatan kedua untuk

    meluruskan langkah mewujudkan cita- cita kemerdekaan. Setahun pertama setelah

    Reformasi seperti ada angin segar. Nilai tukar rupiah yang melemah hingga Rp 16.000 per

    dolar AS berhasil ditekan ke tingkat Rp 7.000 per dolar AS.Inflasi sekitar 70 persen dijinakkan

    menjadi kurang dari 10 persen.Pondasi demokrasi dibangun secara mendasar.

    Tinggal beberapa langkah lagi diperlukan untuk membawa Indonesia ke jalur efektif sebagai

    negara.Di antaranya adalah reformasi birokrasi, reformasi hukum dan penegakannya serta

    pelaksanaan otonomi daerah secara matang dan dewasa.Bila itu terwujud, keinginan

    mewujudkan kemakmuran bagi seluruh masyarakat dapat diharapkan kembali, walaupun

    sumber daya tak lagi sekuat sebelumnya.

    Namun, langkah itu tak segampang yang dibayangkan.Euforia kebebasan membuat langkah

    bangsa menjadi tak menentu.Guyonan "sekali merdeka, merdeka sekali" mewujud secara

    nyata.Praktik laissez faire dalam bernegara sempat mengemuka.Di tataran masyarakat,

    konflik horizontal makin sering terjadi, bahkan sampai ke tataran yang sulit dibayangkan

    dapat terjadi di Indonesia, seperti tragedi Sampit, Ambon, dan Poso.

    Kasus Gayus dan Nazaruddin hanya sebagian dari praktik korupsi yang dapat terungkap.Hal

    ini terjadi saat Indonesia telah memiliki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lembaga yang

    tak mampu menjangkau seluruh praktik korupsi yang memang meluas.

    Secara makro, pondasi ekonomi Indonesia tampak bagus.Pertumbuhan ekonomi dapat

    bertahan mendekati 6 persen selama beberapa tahun terakhir. Cadangan devisa pada posisi

    yang relatif aman. Seperti tidak ada yang mengkhawatirkan pada Indonesia.Kecuali jika

    melihat cadangan energi yang makin menipis dan kesenjangan ekonomi yang makin

    melebar. Sebanyak 98 persen penabung hanya memiliki 2 persen dari total nilai tabungan di

  • bank, sedangkan 2 persen penabung menguasai 98 persen total tabungan.

    Kesenjangan itu terlihat jelas pada dunia ketenagakerjaan.Jutaan pekerja, sebagian besar

    perempuan dari perdesaan, mengadu nasib ke luar negeri.Mereka hanya mampu mengisi

    pasar tenaga kerja terendah, menjadi pekerja domestik dengan mempertaruhkan martabat,

    bahkan juga nyawa.Sementara itu, ekspatriat makin membanjiri Indonesia.Mereka dibayar

    mahal, walaupun kualitasnya sering berada di bawah kualitas para tenaga ahli dalam negeri.

    Pengelolaan energi dan sumber daya alam lainnya juga masih bermasalah. Minyak, gas, dan

    batu bara disedot dan dikeruk besar-besaran untuk diekspor secara murah. Dengan itulah,

    negara-negara lain menggerakkan industrinya.Sementara itu Indonesia tak menikmati nilai

    tambahnya, bahkan tak mampu mengembangkan industrinya secara efektif.

    Ketimpangan keadaan tersebut terpotret pada peringkat Indeks Pembangunan

    Manusia(IPM) Dunia, sebuah ukuran kemakmuran bangsa yang dikeluarkan badan dunia

    untuk pembangunan,

    UNDP.Tingkat IPM Indonesia memang meningkat secara bertahap.Namun, hal itu belum

    cukup mengangkat posisi bangsa secara menyeluruh. Pada 2011, Indonesia di peringkat 1

    24, sedangkan Australia, Singapura, Malaysia, dan Palestina di peringkat 2, 26, 61, dan 114

    dunia.

    Posisi IPM itu menjadi cermin betapa masih panjang jalan menuju masyarakat adil dan

    makmur.Lima tahun pasca Reformasi adalah kesempatan kedua bagi Indonesia untuk tinggal

    landas.Namun kesempatan ini pun gagal dimanfaatkan bangsa ini.Alih-alih bersatu dan

    serempak melangkah memajukan bangsa, para pemangku kepentingan di Indonesia malah

    terjebak dalam pragmatisme.Mereka lebih mengedepankan kepentingan masing-masing

    daripada kepentingan bangsa dan negara.

    Potret Indonesia masih belum benar-benar segar. Di satu sisi, bangsa ini menunjukkan gerak

    maju, tapi di sisi lain beban yang menggelayutinya masih begitu berat. Keadaan yang tentu

    disadari oleh semua, termasuk oleh pengelola negara yang diamanati mengemudikan kapal

    Indonesia.Namun, semua tahu, tak mudah mengatasinya.Persoalannya bukan semata tata

    kelola pemerintah yang memang perlu ditransformasi mendasar, melainkan juga

    menyangkut seluruh bangsa.

    Persoalan itu tak dapat dibebankan semata kepada pemerintah.Tapi perlu juga dipecahkan

  • secara bersama oleh seluruh elemen bangsa.Semua pihak perlu bahu-membahu

    mewujudkan cita- cita kemerdekaan, membangun masyarakat adil-makmur.Tingkat

    kemakmuran Indonesia tidak layak di posisi sekarang.IPM Indonesia semestinya masuk 75

    besar dunia.Bahkan 50 besar dunia.Hal yang pantas untuk negara dengan kekayaan alam

    seperti Indonesia.

    Kunci ke arah itu adalah karakter.Bangsa-bangsa maju adalah bangsa-bangsa yang memiliki

    landasan kebangsaan kuat, bangsa yang tak mau untuk sekadar menjadi

    pragmatis.Sebaliknya justru bangsa yang membangun karakternya secara jelas.Karakter

    itulah yang menuntun menjadi bangsa tangguh dalam menghadapi segala keadaan.Itu

    terjadi pada bangsa- bangsa Eropa Barat dan Amerika Utara selama ini.Juga pada bangsa-

    bangsa maju Asia Timur sekarang.

    Indonesia memiliki modal untuk itu.Yaitu landasan kebangsaan Pancasila.Landasan yang

    setelah Reformasi justru terabaikan, tergilas oleh sikap pragmatis berbagai

    pihak.Pengabaian Pancasila itu membuat Reformasi tak berjalan seperti yang diharapkan. Ini

    sebuah kekeliruan yang perlu segera diperbaiki, antara lain dengan menggali kembali nilai-

    nilai Pancasila, dan mewujudkannya dalam format tepat sesuai dengan tuntutan tantangan

    global.

    Bangsa ini perlu memegang teguh kembali Pancasila. Pancasila yang bukan hanya berupa

    pemikiran ideologis di awang- awang, melainkan yang nilainya benar-benar membumi:

    Mampu menggerakkan dan menuntun setiap anak bangsa meraih sukses dan bahagia lahir

    batin. Pancasila itulah yang didiskusikan panjang oleh para pemimpin bangsa di Pejambon,

    Jakarta, tahun 1945.Pancasila itu pula yang diidamkan Soekarno, saat merenung di bawah

    pohon kluwih dalam usapan angin Laut Timor di Ende, Flores, tahun 1935 silam.*

  • BAB I

    Pancasila dan

    Spiral Karakter

  • "Apa arti karakter?"Itu pertanyaan yang paling banyak terlontar dalam sebuah

    lokakarya.Sebuah forum nasional untuk membahas Pendidikan Karakter.Tahun 2010

    ditetapkan sebagai tahun Pendidikan Karakter.Hari Pendidikan Nasional dijadikan sebagai

    tanggal peluncurannya. Tapi apa sebenarnya pengertian karakter? Seberapa pentingkah

    karakter bagi bangsa secara menyeluruh?

    Dalam definisi paling umum, karakter dipahami sebagai "kombinasi dari kualitas atau fitur

    yang membedakan seseorang, kelompok, atau benda dari lainnya."Pada beberapa masa

    sebelumnya, istilah karakter tak banyak digunakan.Orang-orang lebih mengenalnya sebagai

    watak.Yakni, "sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah

    laku."Watak juga disebut 'budi pekerti' serta 'tabiat1.

    Ada pula yang memahami karakter sebagai 'sifat menetap pada diri seseorang yang

    tercermin pada satunya kata, perbuatan, dan hati'.Misalnya karakter jujur.Seorang yang

    berkarakter demikian tentu jujur dalam perbuatan, perkataan, bahkan hati.Sosok yang

    demikian tak suka berbohong dan berkhianat, sebab keduanya memang bertolak belakang

    dengan sifat jujur.Kadang ucapan berbeda dengan perbuatan. Bila demikian, apa yang

    diucapkan atau dilakukan itu tak dapat disebut sebagai karakter.

    Semuayangtersebut diatas adalah pemahaman tentang karakter.Dari pemahaman itu dapat

    dikatakan bahwa karakter bersifat menetap pada diri seseorang, bahkan juga pada

    masyarakat serta bangsa. Karakter relatif tak akan berubah-ubah. Misalnya, hari ini 'A',

    besok 'B'.Yang mudah berubah adalah perilaku, bukan karakter, terutama pada orang yang

    tak memiliki sejumlah karakter tertentu yang kuat.

    Setiap karakter dapat menguat, dapat pula melemah. Melemahnya suatu karakter tertentu

    saat karakter lain menguat akan mengubah komposisi karakter secara utuh. Orang-orang

    menyebut 'karakternya berubah'.Naik-turunnya suatu karakter yang mengubah karakter

    utuh seseorang terjadi dalam waktu relatif lama.Perubahan tersebut ditentukan oleh Spiral

    Karakter.

    Dunia pendidikan mengenal konsep Taksonomi Bloom.Konsep ini diluncurkan tahun 1956

    oleh Komite Pendidikan yang diketuai Benjamin Bloom.Dalam konsep ini tujuan pendidikan

    diarahkan ke dalam tiga domain atau ranah.Yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotorik.Atau

  • ranah pengetahuan, sikap, serta tindakan/ keterampilan.Pendidikan diharapkan dapat

    meningkatkan ketiga aspek itu sekaligus.

    Taksonomi Bloom lalu menjadi acuan pendidikan modern.Rancangan pendidikan hampir

    selalu berdasar pada konsep ini.Namun umumnya lebih terpaku pada aspek kognitif atau

    pengetahuan.Afektif dan psikomotorik cenderung terabaikan. Pertimbangan utamanya:

    "Kognitif atau pengetahuan lebih mudah diukur, sehingga dapat dievaluasi." Sedangkan

    sikap dan keterampilan lebih sulit untuk dinilai.

    Terpaku hanya pada ranah kognitif membuat pendidikan formal sering gagal mencapai

    tujuan idealnya. Guru tak lagi menjadi pendidik, tapi sekadar pengajar. Sekolah umumnya

    tak mampu membangun sikap dan kecakapan hidup para siswa.Padahal kecakapan hidup

    itulah tujuan paling utama pendidikan.Sekolah, seperti yang dibayangkan Ki Hajar

    Dewantara, semestinya mampu membangun watak dan budi pekerti para siswa.

    Pendidikan nonformal mengadopsi pula Taksonomi Bloom dengan cara berbeda. Tak

    terbebani target terukur seperti pada sekolah, pendidikan nonformal mengadopsi konsep itu

    secara lebih leluasa. Tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik diturunkan menjadi pilar

    awareness, attitude, dan action atau kesadaran, sikap, dan tindakan. Maka, program

    penyuluhan dan pemberdayaan membuat tujuan: "Membantu masyarakat untuk tahu, mau,

    dan mampu mengatasi masalah serta mengembangkan potensi dirinya sendiri."

    Dalam dunia penyuluhan dan pemberdayaan, tiga aspek itu menjadi tonggak atau pilar

    Spiral Karakter.Ketiganya, sekali lagi, adalah awareness (kesadaran), attitude (sikap), serta

    action (tindakan).Memberdayakan masyarakat berarti mengembangkan ketiga pilar itu

    sekaligus, bukan semata mengembangkan aspek kognitif terendah dengan mengajarkan

    pengetahuan.

    Untuk menumbuhkembangkan karakter, atau membangun budi pekerti, tiga pilar itu pun

    belum memadai.Masih ada dua pilar lain yang diperlukan.Yang satu merupakan akar atau

    pendahulu tiga pilar yang selaras konsep Taksonomi Bloom itu.Satu lagi berupa pilar hasil

    penutup tiga pilar tersebut.Lima aspek tersebut bersama-sama menjadi tonggak atau pilar

    Spiral Karakter.

    Kedudukan pilar pertama dapat ditelaah lewat kajian Dinamika Kelompok.Elemen paling

  • dasar pada Dinamika Kelompok adalah belief dan value, keyakinan dan nilai-nilai.Itulah yang

    memengaruhi seluruh kehidupan manusia.Itulah 'sifat batin' dalam definisi watak, atau

    'kalbu' dalam bahasa agama.Aspek spiritual atau keyakinan (belief) itulah pilar pertama

    Spiral Karakter.

    Sedangkan pilar penutup adalah result atau hasil. Paradigma 'Pembangunan dari Belakang',

    konsep manajemen start fromend, serta ajaran agama 'akhir lebih baik dari awal',

    meneguhkan pilar result atau hasil sebagai pilar kelima Spiral Karakter. Pilar ini sekaligus

    menjadi batu ukur proses dalam pilar-pilar sebelumnya berjalan baik. Pilar result baik

    menunjukkan bahwa pilar sebelumnya terbukti baik.

    Dengan demikian, tonggak atau pilar Spiral Karakter adalah:

    Belief atau keyakinan yang berarti "percaya sungguh- sungguh." Ini menjadi pilar paling

    dasar. Be//'e/bukan sekadar beriman secara normatif, melainkan juga keyakinan terdalam

    tentang hidup. Seorang yang yakin akan sukses umumnya memang bakal sukses. Seorang

    yang tak yakin sukses umumnya memang akan gagal. Akar yakin sukses atau tidak itu adalah

    tingkat spiritualitas atau tingkat keyakinan kepada Tuhan.

    Berbagai model pelatihan pengembangan diri mutakhir umumnya bertumpu pada aspek

    belief.Terutama pengembangan diri berbasis Neuro Sains, seperti Neuro- Linguistic

    Programming (NLP).Fasilitator biasanya membongkar dulu belief lama, sebelum

    menanamkan belief baru. Mereka percaya, belief adalah penentu utama carapandang dan

    perilaku manusia. Kerangka unfreez-change- freez dari Kurt Levin sering dipakai untuk

    menanam 'belief baru'.

    Awareness atau kesadaran yang berarti "tahu dan mengerti". Dalam Taksonomi Bloom ini

    masuk dalam ranah kognitif. Awareness atau kesadaran merupakan aspek kognitif yang

    lebih mendalam dibanding dengan knowledge (pengetahuan) dan perception (persepsi).

    Banyak faktor yang berpengaruh untuk membangun awareness. Salah satunya adalah belief

    atau keyakinan yang menjadi pilar sebelumnya dari Spiral Karakter.

    Attitude atau sikap yang dimaknai sebagai "pandanganhidup".Atau "perspektif seseorang

    tentang hal tertentu."Ini adalah aspek afektif dalam klasifikasi Taksonomi Bloom.Pilar

    karakter ini begitu dipengaruhi oleh pilar sebelumnya, yakni awareness. Seorang yang

    menyadari penuh bahwa sehat itu penting akan terus mementingkan kesehatan. Hidup

  • sehat yang menjadi sikapnya. Sikap itu tak akan mudah goyah karena telah dilandasi

    kesadaran mendalam.

    * Action atau tindakan yang juga berarti "perbuatan". Konsep Taksonomi Bloom

    menempatkannyadalam ranah psikomotorik.Pilar ini banyak dipengaruhi pilar sebelumnya,

    yakni attitude.Seorang dengan sikap hidup berdisiplin akan berperilaku disiplin dalam setiap

    perilakunya. Sehari-hari ia akan selalu tertib, mengikuti dan tidak melanggar aturan. Maka,

    action pun menjadi pilar keempat dari Spiral Karakter.

    Result atau hasil yang juga berarti "akibat" atau "buah dari usaha".Pilar ini terhubung

    langsung dengan pilar sebelumnya, yakni pilar action atau tindakan. Bila action-nya

    sempurna, hasilnya secara umum akan sempurna pula. Bila hasilnya tak sempurna,

    kemungkinan besar tindakan sebelumnya memang tak sempurna.Begitu penting result atau

    hasil ini sehingga menjadi pilar-kelima dari Spiral Karakter.

    Kelima tonggak Spiral Karakter tersebut berhubungan secara berurutan.Keyakinan

    menentukan kesadaran; kesadaran menentukan sikap; sikap menentukan tindakan; dan

    tindakan menentukan hasil.Keterkaitan tak berhenti sampai di situ. Hasil juga akan

    menentukan keyakinan berikutnya. Bila hasilnya sempurna, keyakinannya akan menguat.

    Sebaliknya, bila hasilnya tidak baik, keyakinannya pun akan menurun.

    Naik turunnya keyakinan yang dipengaruhi hasil tersebut melahirkan format spiral.

    Keyakinan yang meningkat karena hasil sebelumnya baik, akan menjadi spiral positif yang

    menguatkan karakter. Sebaliknya keyakinan yang berkurang akibat hasil kurang baik akan

    menjadi spiral negatif yang melemahkan karakter. Spiral Karakter itulah mekanisme kunci

    pembangunan karakter.

    Pancasila sebagai Karakter

    Pancasila selama ini dikenal sebagai ideologi bangsa, sebuah ideologi yang semua pelajar

    diminta menghapalkannya sejak kecil.Maka, kelima sila itu dikenal para siswa. Kelimanya,

    sebagaimana yang telah diajarkan di sekolah adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa;

    Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh

  • hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; serta Keadilan sosial bagi

    seluruh rakyat Indonesia.

    Seperti dikemukakan Soekarno tanggal 1 Juni 1945, panca berarti lima dan sila berarti asas.

    Lima asas itulah yang dijadikan dasar pembentukan negara Republik Indonesia.Berbagai hal

    yang mencakup tata kelola negara dan bangsa harus didasarkan pada kelima aspek tersebut.

    Itu yang menjadi ciri Indonesia yang berbeda dengan bangsa dan negara lain, walaupun

    tentu selalu ada kesamaannya satu sama lain.

    Dalam kajian Pancasila, angka lima lalu menjadi angka penting. Sebuah angka yang dapat

    saja dihubungkan dengan berbagai hal yang juga berjumlah lima. Misalnya, jumlah jari

    tangan dan kaki manusia normal adalah lima. Jumlah hari dalam perhitungan kalender Jawa

    juga lima. Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Dalam ranah beragama, masyarakat muslim

    berpegang pada lima 'rukun', yakni syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.

    Dunia pewayangan juga mengenal lima bersaudara ksatria utama. Yaitu, Yudhistira, Bima,

    Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Lima dapat pula dikaitkan dengan konsep 4+1 pada Sifat Nabi

    atau dasar Teori Kepribadian.Yakni , siddiq, fathanah, amanah, tabligh plus istiqamah pada

    sifat nabi. Atau kepribadian berbasis intuitive, thinking, sensing, feeling dan insting yang

    dikembangkan dari konsep Carl Jung tentang kepribadian.

    Dalam keseharian yang ringan, lima juga dapat dihubungkan dengan jumlah mahkota bunga

    kamboja. Dalam kajian antropologis, 'lima' dapat dirujuk sebagai nama bilangan yang

    disebut berbagai suku Nusantara dengan sebutan yang relatif sama, walaupun bahasa

    berbagai suku itu berbeda-beda. Istilah 'lima' sebagai bilangan bahkan dipakai etnis asli

    Taiwan, masyarakat Filipina, hingga Tonga.

    Menghubungkan angka lima pada Pancasila dengan berbagai lima lainnya memang

    memperkaya khazanah. Namun, untuk konteks pembangunan karakter, lima sila Pancasila

    lebih relevan dikaitkan dengan lima tonggak Spiral Karakter. Sila pertama dengan pilar

    keyakinan (belief); sila kedua dengan pilar kesadaran (awareness); sila ketiga dengan pilar

  • sikap (attitude); sila keempat dengan pilar tindakan (action); dan sila kelima dengan pilar

    hasil (result).

    Sila pertama sebagai keyakinan (belief)

    "Ketuhanan Yang Maha Esa".Tuhan menjadi pusat dan puncak keyakinan.Segala sesuatu

    yang ada di alam semesta ini pada hakikatnya adalah milik Allah.Tuhanlah yang menciptakan

    dan memelihara alam semesta ini, termasuk menciptakan dan menjadikan manusia sebagai

    makhluk sempurna. Sempurna bukan hanya secara fisik, melainkan juga nonfisik yang

    dilengkapi-Nya dengan 'akal budi'. Hal yang tak dimiliki makhluk lain.

    Allah atau Tuhan Yang Maha Esa yang membimbing dan memberi petunjuk manusia bila

    salah jalan atau tersesat.Allah yang mengaruniai setiap makhluk dengan berjuta

    nikmat.Allah pula yang dapat memberi kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat

    kelak.Maka Tuhan menjadi sandaran utama dalam hidup.Tuhan menjadi satu-satunya

    tempat berlindung, mohon petunjuk, dan mengajukan segala pinta.

    Manusia yang berkeyakinan demikian adalah manusia yang BERTAKWA. Manusia yang selalu

    optimis, tidak resah, tidak khawatir, atau tidak kecewa atas apa pun. Mereka yakin ada

    Tuhan yang menjadi pelindung dan pembelanya sepanjang dirinya berada di jalan yartg

    benar.Manusia berkarakter Pancasila adalah manusia yang bertakwa.

    Sila kedua sebagai kesadaran (awareness)

    "Kemanusiaan yang adil dan beradab".Menghargai sesama umat manusia menjadi kesadara

    i utama.Kesadaran seperti ini merupakan buah dari keyakinan.Yakni, keyakinan bahwa

    semua manusia adalah sama-sama hamba Tuhan yang sederajat.Tak ada yang lebih mulia

    dan tak ada yang lebih hina, kecuali kelak berdasar ketakwaannya di hadapan Tuhan. Setiap

    manusia terlahir sama seperti kertas yang putih bersih. Sudah sepatutnya bila sesama

    manusia saling menghargai.

    Benar bahwa Indonesia adalah bangsa yang beragam, baik suku, agama, keyakinan, maupun

    status sosialnya. Namun, perbedaan apa pun tak boleh menghalangi terjalinnya kasih sayang

    antarsemua anak bangsa. Miskin-kaya, muda-tua, perempuan- laki-laki, warga biasa-tokoh

  • masyarakat, antarsuku dan agama, harus dapat menghargai dan menyayangi satu sama lain.

    Itulah nilai kesadaran yang ditekankan oleh sila kedua.

    Manusia yang berkesadaran seperti itu adalah manusia yang BERKASIH SAYANG.Manusia

    yang selalu berempati kepada sesama manusia dari bangsa mana pun tanpa terhambat oleh

    batas-batas negara, apalagi kepada sesama saudara sebangsa sendiri.Manusia seperti ini

    juga gemar berbagi dan menjaga martabat sesama.Manusia Pancasila yang berkarakter

    adalah manusia yang berkasih sayang.

    Sila ketiga sebagai sikap (attitude)

    "Persatuan Indonesia."Bersatu menjadi sikap terpenting dalam keseharian

    bermasyarakat.Sikap demikian terbangun dari kesadaran mendalam bahwa bangsa ini

    terbangun oleh beragam manusia dengan ciri dan latar belakang yang berbeda-beda.Semua

    orang yang terikat oleh rasa kasih sayang itu telah bersatu membangun bangsa dan

    negara.Semestinya wujud bersatu itu terus disiram, dipupuk, dan dipelihara hingga menjadi

    sikap yang betul-betul kuat.

    Berbeda dan berbhinneka memang dapat menimbulkan perselisihan. Perselisihan yang

    berlarut-larut akan melahirkan perpecahan. Itu tak terjadi ketika setiap orang memiliki jiwa

    dan sikap bersatu yang kuat.Manusia seperti ini tahu persis, pertikaian selalu terpicu oleh

    ego.Mereka tak ingin dikalahkan dan dikendalikan oleh egonya sendiri, tapi mereka harus

    mengendalikannya. Itu yang akan menjamin ketenteraman dan kebahagiaan. Bagi diri

    sendiri maupun semua.

    Manusia dengan sikap seperti itu adalah manusia BERSATU.Manusia yang dalam hidupnya

    selalu berusaha mencari titik temu dengan sesama.Manusia yang menikmati hidup dalam

    kebhinnekaan.Mereka biasanya juga berdisiplin dalam kesehariannya, dan selalu menjaga

    martabat diri dengan sesamanya.Manusia yang berkarakter Pancasila adalah manusia yang

    bersatu.

  • Sila keempat sebagai tindakan (action)

    "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan

    perwakilan".Bergotong royong menjadi tindakan utama dalam bekerja atau

    beraktivitas".Aksi atau tindakan demikian didasarkan pada sikap yang kuat bahwa manusia

    perlu selalu bersatu. Sedangkan manusia bersatu tak akan bekerja sendiri-sendiri. Mereka

    akan bekerja sebagai sebuah tim yang solid, dengan bergotong royong secara serempak.

    Bermusyawarah dan bergotong royong disebut sebagai watak khusus bangsa Indonesia.

    Sejumlah bangsa lain lebih menekankan pada hak pribadi. Tanpa peduli apakah pribadi-

    pribadi itu akan berkontribusi pada masyarakat atau bangsa. Sila keempat menekankan nilai

    penting untuk melangkah bersama. Optimalisasi hak pribadi perlu untuk pengembangan

    setiap diri, sebab tindakan bersama akan kurang berkualitas bila setiap pribadinya tak

    berkembang.

    Manusia yang selalu bertindak demikian adalah manusia BERGOTONG ROYONG. Manusia

    yang tak suka bekerja secara sendiri-sendiri, tapi akan berupaya untuk selalu bekerja sama.

    Manusia demikian juga manusia yang bertanggung jawab, yang tak akan menghindar dari

    tanggung jawab dengan dalih apa pun. Manusia yang berkarakter Pancasila adalah manusia

    yang bergotong royong.

    Sila kelima sebagai hasil (result)

    "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".Pemerataan kesejahteraan merupakan hasil

    utama yang diharapkan dalam kehidupan."Hasil demikian merupakan buah dari tindakan

    atau kerja sebelumnya. Yakni, tindakan kerja sama yang tuntas dari semua pihak yang

    terlibat tanpa kecuali. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, keadilan sosial itu

    merupakan buah atau hasil dari kerja bersama seluruh elemen bangsa.

    Dalam kenyataanya, kemakmuran dan kesejahteraan memang belum dinikmati oleh seluruh

  • masyarakat.Sebagian kecil masyarakat hidup berkelimpahan, sementara sebagian besar

    lainnya hidup berkekurangan.Bukan hasil seperti itu yang diharapkan dari kemerdekaan

    Republik Indonesia.Hasil yang dituju adalah kehidupan yang sebagian besar masyarakatnya

    relatif sejahtera.Sedikit saja yang miskin dan sedikit pula yang sangat kaya.Hasil seperti ini

    yang perlu diharapkan oleh semua.

    Manusia dengan orientasi hasil seperti itu adalah manusia BERKESEJAHTERAAN. Yaitu,

    manusia yang tak ingin kaya sendiri, apalagi dengan mengorbankan orang lain. Tapi manusia

    yang juga punya visi kuat mendorong diri dan semua untuk bekerja keras, serta

    memeratakan kesejahteraan lewat sinergi sehingga semua berkemakmuran.Jadi, manusia

    yang berkarakter Pancasila adalah manusia yang berkeadilan.

    Keterhubungan Pilar Karakter

    Setiap pilar Karakter Pancasila memiliki khazanah masing-masing yang khas, yang dapat

    diuraikan secara mendalam.Dengan demikian, terlihat jelas kekokohan setiap pilar dalam

    menopang Karakter Pancasila secara utuh.Kelima pilar itu, seperti disebut sebelumnya,

    adalah bertakwa, berkasih sayang, bersatu, bergotong royong, serta berkemakmuran, yang

    menjadi perwujudan sila pertama hingga kelima.

    Meskipun memiliki ranah masing-masing, setiap pilar karakter sebenarnya berhubungan

    satu sama lain. Pilar bertakwa berpengaruh langsung pada berkasih sayang, dan dipengaruhi

    oleh pilar berkesejahteraan.Di luar itu pilar bertakwa juga saling berpengaruh dengan pilar

    bersatu dan pilar bergotong royong. Seorang dengan takwa kuat akan memiliki rasa kasih

    sayang, sikap bersatu, dan naluri bergotong royong yang kuat. Sebaliknya, bertakwa juga

    dikuatkan oleh berkesejahteraan, bergotong royong, dan sikap bersatu.

    Pilar berkasih sayang secara langsung berpengaruh pada bersatu, dan dipengaruhi oleh

    bertakwa.Pilar ini juga saling menguatkan dengan pilar berkesejahteraan dan bergotong

    royong. Maka, berkasih sayang yang kuat akan menguatkan pilar bersatu, bergotong royong,

  • sekaligus berkesejahteraan. Sebaliknya, berkasih sayang dikuatkan oleh pilar bertakwa,

    berkesejahteraan, dan bergotong royong.

    Pilar bersatu berpengaruh langsung pada pilar bergotong royong, dan dipengaruhi oleh pilar

    berkasih sayang.Selain itu, pilar ini saling menguatkan dengan pilar berkesejahteraan dan

    bertakwa. Seorang yang kuat dalam sikap bersatu akan kuat pula dalam bergotong royong,

    berkesejahteraan, serta bertakwa. Di sisi lain, sikap bersatu itu dikuatkan oleh pilar berkasih

    sayang, bertakwa, serta berkesejahteraan.

    Pilar bergotong royong berpengaruh langsung pada berkesejahteraan, dan dipengaruhi oleh

    bersatu.Pilar ini juga saling menguatkan dengan bertakwa dan berkasih sayang. Dengan

    keterhubungan tersebut, seorang yang kuat dalam bergotong royong akan kuat pula dalam

    berkesejahteraan, bertakwa, serta berkasih sayang. Sebaliknya, bergotong royong dikuatkan

    oleh bersatu, berkasih sayang, dan bertakwa.

    Pilar berkesejahteraan berpengaruh langsung pada pilar bertakwa, dan dipengaruhi oleh

    pilar bergotong royong.Dengan pilar berkasih sayang dan bersatu, pilar berkesejahteraan

    memiliki posisi saling menguatkan. Maka, seorang yang kuat dalam berkesejahteraann akan

    kuat pula dalam bertakwa, berkasih sayang, dan jiwa bersatu. Di sisi lain, berkesejahteraan

    dikuatkan oleh bergotong royong, bersatu, dan berkasih sayang.

    Dalam Spiral Karakter, aspek keyakinan terhubung dengan elemen kesadaran, sikap,

    tindakan, dan hasil. Aspek kesadaran terhubung dengan keempat iainnya.Begitu pula pada

    aspek-aspek berikutnya. Satu sama lain tidak dapat dipisahkan begitu saja. Semua aspek

    saling terhubung.Itu pula yang terjadi pada Pilar Karakter Pancasila.

    Paparan di atas begitu jelas. Bertakwa menguatkan berkasih sayang; berkasih sayang

    menguatkan bersatu; bersatu menguatkan bergotong royong; bergotong royong

    menguatkan berkesejahteraan; berkesejahteraan akan kembali menguatkan bertakwa.

    Posisi itu sama dengan keyakinan melahirkan kesadaran; kesadaran melahirkan sikap; sikap

    melahirkan tindakan; tindakan melahirkan hasil; dan hasil akan menguatkan keyakinan

  • kembali.

    Spiral itu berlaku pada Karakter Pancasila.Itu membuat Pancasila bukan sebatas menjadi

    'falsafah ideologi bangsa' yang berada di awang-awang, melainkan juga membumi.Dapat

    menjadi tuntunan praktis seluruh anak bangsa untuk meraih sukses dan bahagia sejati, baik

    di dunia mapun di akhirat.Semua itu bermula dari BERTAKWA sebagai turunan sila pertama,

    Ketuhanan Yang Maha Esa. *

    Jejak Perjalanan Pancasila

    Saat itu tahun 1945.Perang Dunia II masih berkecamuk.Jepang mulai terdesak oleh pasukan

    Sekutu pimpinan Amerika Serikat.Mengambil hati bangsa Indonesia, Jepang menjanjikan

    kemerdekaan.Lalu membentuk lembaga Dokuritsu Junbi Cosakai.Lembaga yang kemudian

    bernama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPU- PKI.

    BPU-PKI resmi berdiri tanggal 29 April 1945.Di lembaga dengan 63 orang anggota itu

    Radjiman Wedyodiningrat dipilih menjadi ketuanya. Kantornya adalah gedung Chuo Sangi In

    atau kantor Volksraad, DPR zaman pemerintah penjajahan Hindia Belanda. Tempat yang

    sekarang menjadi Gedung Pancasila di komplek Kementerian Luar Negeri, di Jalan Pejambon

    No 6, Jakarta.

    Di gedung itulah, BPU-PKI menggelar rapat pertama sebulan setelah berdiri.Agenda

    utamanya adalah membahas 'dasar negara'.Dalam rapat pertama itu, tiga tokoh

    mengajukan pemikiran serupa.Ketiganya adalah Muhammad Yamin, Soepomo, dan

    Soekarno. Ketiganya sama-sama mengajukan lima hal yang disebut sebagai 'asas', yang

    dipandang tepat untuk menjadi dasar negara.

    Pada 2 9 Mei 194 5 , Muhammad Yaminmengusulkan lima asas . Kelimanya adalah peri

    kebangsaan, periketuhanan, kesejahteraan rakyat, perikemanusiaan, dan perikerakyatan.

    Dua hari kemudian, tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan lima hal yang hampir

    satna. Yaitu, persatuan, mufakat dan demokrasi, keadilan sosial, kekeluargaan, serta

  • musyawarah.

    Puncaknya adalah pada tanggal 1 Juni 1945. Melalui pidato spontan, yang seperti biasa

    selalu memukau, Soekarno menyebut lima hal pula. Lima hal tersebut adalah kebangsaan

    Indonesia; internasionalisme dan perikemanusiaan; mufakat atau demokrasi; kesejahteraan

    sosial, dan ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno bahkan mengusulkan penggunaan nama

    Pancasila. Itu yang menjelaskan mengapa Soekarno disebut sebagai 'Bapak Pancasila'.

    Namun, hingga akhir rapat, BPU-PKI belum juga menyepakati rumusan dasar negara.Padahal

    itu hal yang paling pokok untuk merdeka.Bagaimana mungkin merdeka tanpa dasar

    negara?Tanpa membuang waktu, BPU-PKI membentuk 'Panitia Sembilan'.Soekarno dan

    Hatta ditunjuk sebagai ketua dan wakil ketua. Achmad Soebardjo, Muhammad Yamin,

    Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, Agus Salim, dan A.A.

    Maramis sebagai anggota.

    Pada 22 Juni 1945, sembilan orang itu menyepakati rumusan yang dikenal dengan sebutan

    Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Ketuhanan yang disebut Yamin di urutan kedua, dan

    oleh Soekarno di urutan lima, ditempatkan menjadi pertama. Sedangkan kesejahteraan yang

    disebut ketiga oleh Yamin dan Soepomo serta keempat oleh Soekarno, diposisikan sebagai

    sila kelima.

    Rumusan tersebut, dengan sedikit perubahan, yang dipakai sebagai rumusan Pancasila

    sekarang.Saat ditetapkan sebagai Dasar Negara pada 18 Agustus 1945, sila pertama

    diubah.Kalimat 'Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

    pemeluknya' dalam Piagam Jakarta diganti dengan 'Ketuhanan Yang Mah Esa'.Jadilah

    Pancasila seperti sekarang.

    Bagus dalam konsep tak otomatis membuat Pancasila mudah diimplementasikan.10 Tahun

    pertama setelah merdeka, politik Indonesia riuh-rendah.Upaya mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat berjalan tidak menentu.Hal yang mendorong Soekarno mengambil langkah

    radikal, meluncurkan Dekrit 5 Juli 1959.Dekrit untuk kembali ke Undang-Undang Dasar

  • (UUD) 1945, yang sekaligus juga mengokohkan kedudukan Pancasila.

    Praktik politik yang mewujud kemudian tak menunjukkan itu.Pancasila dijalankan dalam

    nuansa berbeda dari bayangan semula banyak orang. Indonesia masuk dalam sistem

    'Demokrasi Terpimpin' .Puncaknya adalah tragedi penculikan dan pembunuhan para

    jenderal, pada 30 Agustus 1965. Tragedi yang ditudingkan sebagai kudeta oleh Partai

    Komunis Indonesia (PKI) .Kegagalan 'kudeta' itu dinyatakan sebagai 1Kesaktian Pancasila'

    yang harinya diperingati setiap tanggal 1 Oktober.

    Politik 'Terpimpin' dilanjutkan oleh Soeharto tahun 1966.Pancasila sempat terbiarkan

    sekadar sebagai landasan formal bernegara.Juga sebagai hafalan para siswa sekolah.Belum

    dikembangkan sebagai karakter bangsa secara utuh.Baru tahun 1978 Soeharto ingin

    memasyarakatkan Pancasila kembali. Panduan sosialisasi disusun, dan diberi nama

    'Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila' (P4) .

    Sebuah badan pun dibent.uk untuk menyebarluaskan P4, dan dinamai BP7.Badan tersebut

    berkantor di Gedung Pancasila juga.Tugasnya adalah menggelar program massal pendidikan

    P4.Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memberi legitimasi dengan mengeluarkan

    ketetapan tentang '36 Butir-butir' yang dipandang sebagai bentuk pengamalan Pancasila.

    Butir-butir turunan lima sila itu diberi judul 'Ekaprasetia Pancakarsa', dan dikukuhkan lewat

    Tap II/MPR/1978.

    Setelah itu, 'Penataran P4' pun diwajibkan bagi semua kalangan pendidikan, pemerintahan,

    bahkan juga para pemuka Organisasi Kemasyarakatan. Lewat penataran demikian,

    masyarakat diharapkan dapat menghayati dan mengamalkan 4 (empat) turunan sila

    pertama, 8 (delapan) turunan sila kedua, 5 (lima) turunan sila ketiga, 8 (delapan) turunan sila

    keempat, dan 12 turunan sila kelima.

    Pada praktiknya, butir-butir itu lebih menjadi hafalan sesaat untuk kemudian terlupakan

    kembali.Tak banyak berbekas dalam perilaku sehari-hari.Itu membuat perjalanan negara tak

  • seperti yang diharapkan.Penyimpangan juga tak terelakkan, meskipun pada mulanya hanya

    sedikit.Tentu selanjutnya penyimpangan pun kian melebar.Hingga bangsa ini merasa perlu

    mengoreksinya lewat gerakan Reformasi.

    Setelah Reformasi, Pancasila tak banyak dibicarakan lagi. Dalam benak publik, Pancasila

    identik dengan 'Penataran P4'.Sedangkan 'Penataran P4' dianggap sebagai indoktrinasi

    politik Orde Baru.Era pemerintahan yang didesak mundur oleh gelombang Reformasi.Semua

    gamang membahas Pancasila.Akibatnya, rancangan sistem bernegara pascaref ormasi tak

    sungguh-sungguh dilandaskan pada Pancasila.

    Pada tataran negara, Pancasila memang bukan sama sekali terlupakan. Pada tahun 2003,

    MPR masih mengeluarkan Ketetapan No III/MPR/2003.Lewat keputusan itu, ketetapan

    terdahulu soal 36 butir pengamalan Pancasila dicabut.Diganti dengan 45 butir-butir baru

    hasil pengembangannya.Namun itu tak cukup membuat Pancasila lebih menggema.Dari hari

    ke hari Pancasila makin meredup dan terabaikan.

    Masyarakat tidak cukup mendapat petunjuk bagaimana mengimplementasikan Pancasila

    dalam kehidupan sehari-hari.Butir-butir baru pengamalan Pancasila masih serupa dengan

    sebelumnya.Lebih merupakan "harapan berperilaku" yang normatif.Gampang terlupakan

    dan terabaikan, bahkan oleh para perumusnya sendiri. Secara diam-diam Pancasila

    dipandang sudah kurang relevan untuk membangun bangsa dalam menyongsong era global

    ke depan.

    Sepuluh tahun setelah Reformasi 1998 berlalu, keinginan mengangkat Pancasila kembali

    menguat.Suasana 'rindu Pancasila' mulai disuarakan. Pada saat yang sama, soal pendidikan

    dan pembangunan karakter makin menjadi bahasan di berbagai forum. Ada perasaan

    bersama yang mengemuka: Bagaimana cara membuat bangsa ini berkarakter kuat

    sebagaimana bangsa-bangsa kuat dan maju? Bagaimana membuat Pancasila menjadi

    landasan nyata karakter bangsa ini?*

  • BAB 2

    Pilar Keyakinan:

    BERTAKWA

    Beriman - Bersyukur - Beratwakal

  • "Ketuhanan Yang Maha Esa"

    -sila pertama Pancasila

    Bertakwa merupakan pilar pertama dari Karakter Pancasila. Ini adalah pilar keyakinan atau

    be//eAdalam mata rantai siklus karakter. Dalam pengembangan karakter diri, semua diawali

    dari keyakinan atau belief.Inilah pondasi untuk menggapai sukses dan bahagia. Dalam

    Karakter Pancasila, pilar belief atau keyakinan itu adalah bertakwa. Bila pilar bertakwa tegak,

    mudah untuk membuat pilar lain tegak pula.Itu jaminan untuk menjadikan bangunan

    karakter yang kokoh.

    Secara bahasa, bertakwa didefinisikan sebagai "terpeliharanya diri untuk tetap taat

    melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya."Atau sebagai "keinsafan

    diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan

    menjauhi segala larangan-Nya."Ada kepatuhan dan ketaatan.Itu bukan hasil dari

    keterpaksaan, melainkan hasil dari kesukarelaan.Ada kesadaran diri, bahkan kerelaan

    hati.Itulah bertakwa.

    "Kesalehan hidup". Itu penggambaran lain dari bertakwa. Saleh berarti berbuat baik dan

    benar yang mencakup seluruh aspek kehidupan.Saleh dalam hidup berarti berbuat baik dan

    benar terhadap empat hal, yaitu diri sendiri, sesama manusia, lingkungan alam semesta, dan

    Tuhan Yang Maha Esa.Orang yang berbuat baik dan benar kepada keempat hal itulah

    manusia yang bertakwa.

    Seorang yang bertakwa yakin dan sadar, Tuhanlah Sang Pencipta alam semesta ini.Tuhan

    yang menciptakan gugus Bima Sakti yang entah sampai mana batasnya.Tuhan yang

    menciptakan tata surya terdekat, dengan bumi menjadi planet tempat tinggal

    manusia.Tuhan yang menciptakan siang dan malam, sistem keluar masuk udara untuk

    bernapas, serta DNA pembawa cetak biru genetika, sehingga membuat setiap hamba-Nya

    memiliki perasaan serta jiwa.

    Bukan hanya Sang Pencipta, Tuhan pula Sang Penguasa alam semesta beserta seluruh isinya.

  • Allah yang menentukan hukum alam: membuat gravitasi yang memaksa semua yang ada di

    sekitarnya jatuh ke bumi. Hingga Newton pun 'menemukan' teori karena kejatuhan apel.

    Allah yang membuat aturan hukum agama untuk dipatuhi. Lalu menyediakan pahala atau

    reward bagi yang patuh, dan hukuman atau punishment bagi yang ingkar. Nanti setelah

    dunia ini berakhir.

    Tuhan bukan semata mencipta dan berkuasa, melainkan juga satu-satunyayang agung pada

    masa kapan pun.Kemahaagungan Tuhan terekam jelas dalam sejarah peradaban.Dari waktu

    ke waktu, manusia senantiasa mengagungkan Sang Maha Agung.Dengan segala ketulusan

    dan penuh ketakziman, manusia menyembah dan menghamba kepada Tuhan.Rida Tuhan

    menjadi dambaan manusia.Itulah pengagungan kepada Tuhan oleh orang-orang yang

    bertakwa.

    Di hadapan Sang Maha Agung, seorang yang bertakwa akan merendahkan diri serendah-

    rendahnya. Dalam sejarah peradaban, bermiliar-miliar manusia telah dilahirkan, dari masa

    purba hingga sekarang.Di antara bermiliar manusia serta di tengah jagat raya semesta,

    seorang manusia tak lebih dari debu, apalagi di hadapan Allah.Pantaskah debu merasa diri

    hebat, sombong, atau arogan?Seorang yang bertakwa tak seperti itu, la akan bersujud,

    patuh, dan mengharap rida-Nya.

    Di hadapan alam semesta, seorang yang bertakwa tak akan berhenti mengaguminya. Alam

    semesta menjadi sarana yang luar biasa untuk mengingat llahi. Ketika memandang sekeping

    bagian alam semesta, yakni lingkungan sekitar, seorang yang bertakwa akan memandangnya

    dengan hati. Yakni dengan melestarikan lingkungan itu, ia akan menjadikan diri sebagai

    'Khalifah Tuhan' di bumi. Pribadi yang akan terns menata dan memelihara lingkungan,

    sebagaimana Tuhan memperlakukan alam semesta.

    Di hadapan sesama manusia, seorang yang bertakwa berdiri setara.Tak merasa lebih tinggi

    dan tak pula merasa lebih rendah.la tahu bahwa semua manusia sama dilahirkan dengan

    nilai sama di hadapan Allah. Kekuasaan, kekayaan, dan popularitas tak berharga apa-apa

  • begitu maut menjemput. Seorang yang bertakwa akan berusaha memberi manfaat bagi

    orang lain, la tahu, "Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesamanya." Itulah yang

    akan membuat sukses.

    A. BERIMAN

    Beriman merupakan karakter utama pertama dari Karakter Pancasila.Ini menjadi penopang

    pilar bertakwa.Istilah beriman dapat dimaknai sebagai "memilki keyakinan dan kepercayaan

    kepada Tuhan Yang Maha Esa".Tak mungkin seorang yang bertakwa tidak punya keyakinan

    dan kepercayaan kepada Tuhan. Tapi sebaliknya, ia berkeyakinan dan berkepercayaan kuat

    kepada Tuhan.

    Meyakini dan memercayai Tuhan menjadi hal paling mendasar dari beriman.Yakin bahwa

    Tuhan ada; Tuhan Mahakuasa dengan menciptakan serta memelihara seluruh alam semesta

    ini.Tuhan juga memberi begitu banyak kenikmatan dan kebahagiaan sejati.Sejalan dengan

    itu, beriman berarti meyakini pula bahwa para malaikat yang menjalankan perintah Tuhan

    dalam menata alam semesta.la juga yakin adanya setan yang terus menebar spirit buruk

    bagi manusia.

    Beriman juga meyakini bahwa Tuhan memberi petunjuk dan membimbing manusia agar

    dapat meraih kebahagiaan sejati. Petunjuk Tuhan itu berupa kitab suci seperti Al-Qur'an

    atau Injil yang diturunkan dengan cara diwahyukan kepada manusia terpilih. Yakni kepada

    nabi atau rasul Tuhan.Para rasul-lah yang menyebarkan petunjuk itu, baik lewat ucapan

    maupun teladannya kepada umat manusia hingga menyebar sampai sekarang.

    Perjalanan hidup manusia , terkait nasib dan usahanya, juga diyakini oleh orang yang

    beriman bahwa itu tak lepas dari kehendak Tuhan. Adalah Tuhan yang menentukan kapan,

    di mana, dan dari siapa seorang anak manusia dilahirkan. Tuhan membekali akal dan kalbu

    yang akan mengendalikan ke mana manusia melangkah. Tuhan pula yang menghamparkan

    kenikmatan abadi surga bagi yang taat dan berbuat baik, serta kepedihan neraka bagi yang

    ingkar dan berbuat jahat.

  • Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan dan segala yang terkait dengan-Nya, tertanam

    kokoh di lubuk hati terdalam.Tuhan memang tak terlihat dan tak terjangkau panca

    indera.Namun, bagi orang yang beriman, keberadan dan kekuasaan Tuhan begitu

    nyata.Keagungan dan kesempurnaan alam semesta menjadi bukti empiris tak terbantahkan

    atas kemahakuasaan Tuhan. Keyakinan di hati itu tidak tergoyahkan oleh apa pun. Bahkan

    oleh ancaman kematian sekalipun.

    Beriman tak cukup cuma menyimpan keyakinan dan kepercayaan di dalam hati terdalam,

    tetapi juga perlu menyatakannya secara terbuka.Beriman tidak sekadar menyatakan dengan

    lisan, tapi juga menunjukkan lewat perbuatan.Yakni dengan beribadah, yang didefinisikan

    sebagai "perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan

    mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya."

    Dengan beribadah, seperti bersembahyang, baik dilakukan sendiri maupun berjamaah,

    manusia menjadi taat dan bakti kepada Tuhan. Salat wajib lima kali sehari bagi muslim

    adalah bentuk sembahyang. Begitu juga ke gereja setiap minggu bagi umat Nasrani, ke pura

    bagi pemeluk Hindu, atau vihara bagi penganut agama Buddha. Berpuasa sebulan setiap

    tahun, membayarzakat, hingga pergi naik haji bagi yang mampu juga ibadah wajib bagi

    muslim. Kebaktian, meditasi, dan beberapa ritual lain juga merupakan ibadah bagi penganut

    agama masing-masing.

    Beribadah pada dasarnya adalah berdialog langsung dengan Tuhan.Kuncinya adalah

    khusyuk, yakni mencurahkan hati langsung kepadaTuhan. Itu yang membuat beribadah akan

    menyegarkan jiwa. Dengan beribadah masalah yang membebani pikiran seseorang akan

    dapat dilepaskan. Setidaknya akan menjadi ringan. Setelah itu ia akan siap untuk memikul

    beban lagi. Itu adalah bagian dari beriman.

    Secara utuh, kedudukan beriman sebagai karakter utama dapat digambarkan sebagai

    berikut:

  • 1. Yakin

    Ini merupakan karakter pertama dari Pancasila. Secara bahasa, yakin berarti "percaya

    sungguh-sungguh", percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada diri sendiri, dan kepada

    orang lain. Dengan yakin, hidup akan terasa lebih mudah. Kesulitan akan lebih mudah dapat

    diatasi. Kekhawatiran dan kecemasan akan tertaklukkan. Hasilnya, kesuksesan dan

    kebahagiaan tentu lebih mungkin diraih.

    Percaya kepada Allah menjadi kuncinya.Percaya bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber

    kebahagiaan sejati.Tuhanlah yang memberi begitu banyak nikmat kepada rnanusia. Tuhan

    akan terus menurunkan nikmat-Nya kepada semua orang. Tak hanya itu, Tuhan juga akan

    selalu menolong hamba-Nya yang berusaha dan berdoa kepada-Nya. Orang yang beriman

    meyakini hal itu.

    Percaya diri juga adalah ciri seorang yang berkarakter yakin.Dengan meyakini Tuhan, tak ada

    rasa khawatir atau ragu di dalam dirinya.la tak cemas dan tak khawatir terhadap apa pun.

    Seorang yang yakin, percaya bahwa Tuhan akan menolong dirinya untuk dapat mengatasi

    persoalan apa pun. la tak perlu bergantung pada siapa pun. Sikap dan tindakannya mantap.

    Tak tergoyahkan oleh apa pun.

    Seorang yang yakin, bukan sekadar percaya diri, melainkan juga percaya kepada orang lain,

    la tidak curiga atau gampang berpikir negatif, walau tetap waspada. Percaya juga membuat

    dapat dipercaya orang lain. Maka, saling percaya pun terbangun. Saling percaya itu akan

    membuat masyarakat makmur. Maka, Francis Fukuyama menyebut percaya (trust) sebagai

    modal sosial untuk maju.

    Yakin juga berarti tidak ragu-ragu.Seorang yang yakin mantap langkahnya.Untuk bersikap

    dan bertindak tentu banyak yang perlu dipertimbangkan. Tapi ia tak bimbang dalam

    menimbang, cepat mengambil keputusan, serta teguh dengan keputusannya. Keyakinannya

    terpancar jelas pada wajah, dalam ucapan, dan dalam setiap perbuatan.

  • 2. Berani

    Berani berarti "memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam

    menghadapi bahaya".Dalam pengertian yang lebih sederhana juga disebut "tidak takut".Ini

    merupakan karakter kedua dari beriman.Sejarah dunia dibangun oleh para

    pemberani.Kemerdekaan dibangun oleh para pemberani.Begitu pula peradaban

    lainnya.Orang-orang yang berani telah merintis jalan membangun dunia yang lebih baik.

    Tidak takut merupakan salah satu ciri pemberani.Seorang pemberani tahu persis bahwa

    hidup penuh risiko.Setiap langkah memiliki risiko.Tapi itu tak menghalanginya untuk maju

    melangkah.Justru di balik setiap risiko itulah ada kesempatan.Semakin besar suatu risiko,

    semakin besar peluang hasilnya.Kepiting dan udang termahal didapat dari laut terganas.

    Percaya diri.Ini terkait langsung dengan kesiapan menghadapi berbagai kemungkinan

    risiko.Seorang pemberani percaya setiap orang dikaruniai kemampuan mengatasi persoalan

    hidup masing- masing.Karunia itu berlaku pada semua orang.Maka tak ada rasa rendah

    diri.Tak ada rasa inferior.Di hadapan orang yang tampak paling hebat sekalipun, yang perlu

    adalah rendah hati.

    Siap menghadapi tantangan juga ciri pemberani.Seorang pemberani sejati melihat persoalan

    bukan sebagai hambatan.Namun sebagai tantangan.Semakin besar tantangan, semakin

    berantusias untuk menaklukkannya.Menaklukkan tantangan, bukan untuk bergagah-

    gagahan, melainkan untuk menempa diri, baik spiritual, intelektual, fisikal, maupun mental.

    Pemberani sejati tidak merasa diri hebat.la menjadi pemberani karena mengejar tujuan yang

    jelas. Nelayan berani mengarungi gelombang hebat karena ingin mendapatkan ikan.Lebih

    dari itu, pemberani juga tahu ada Allah Sang Maha Pelindung.Para spiritualis umumnya

    pemberani.Mereka menjelajah dunia menghadapi beragam risiko untuk menyampaikan

    kebenaran.

  • 3. Jujur

    Jujur secara bahasa didefinisikan sebagai "lurus hati", "tidak berbohong", dan "tidak

    curang".Itu modal berharga dalam mengarungi kehidupan."Yang penting jujur.Insya Allah

    selamat!"Ucapan itu acap terdengar dari ibu yang melepas anaknya merantau.Jujur berarti

    dapat dipercaya, tidak berdusta, dan senantiasa berperilaku benar.

    Seorang yang jujur adalah seorang yang dapat dipercaya, baik ucapan maupun

    tindakannya.la bersikap terbuka, apa adanya. Dia tak akan berusaha menutupi cacat atau

    kekurangan dirinya, apalagi untuk memanipulasinya. la tak mau berpura-pura hebat. Tentu

    dia juga tak menunjuk-nunjukkan kekurangannya.Memang dia tak perlu melakukan itu.

    Terkait dengan kejujuran adalah integritas.Yakni "satunya perbuatan, ucapan, dan

    pikiran."Itu pondasi utama untuk maju dan meraih sukses.Yang sering merusaknya adalah

    gengsi.Itu mendorong perilaku berpura-pura, berbohong, serta korup.Padahal integritas

    adalah kunci kemajuan bangsa.Integritas menentukan keberhasilan bisnis makanan,

    perbankan, dan banyak lainnya.

    Seorang yang jujur juga bersahaja.Yakni bersikap sederhana, tidak rumit dan tidak berbelit-

    belit.la mementingkan hal-hal yang inti atau esensial, bukan yang artifisial. Dalam

    berpenampilan, seorang yang bersahaja memilih tampil bersih-rapi.Tidak terjajah oleh

    merek, harga, atau atribut lainnya.la tahu bahwa atribut seperti itu sungguh tak penting di

    hadapan Tuhan.

    Seorang yang jujur umumnya juga hemat.la ririgan tangan membantu orang lain, namun tak

    suka bermewah-mewahan, apalagi pamer kekayaan. Hal itu tercermin pada fasilitas yang

    dikenakannya sehari-hari.Juga pada kegiatan yang dilakukannya, seperti dalam menggelar

    pesta pernikahan.Sepanjang sejarah dunia, tokoh-tokoh berintegritas umumnya berkarakter

    seperti itu.Yang seperti itu bukan hanya para nabi, melainkan juga para pebisnis terkaya di

    dunia pada era modern ini.

  • B. BERSYUKUR

    Bersyukur merupakan bagian dari bertakwa, pilar karakter yang menjadi turunan langsung

    dari sila pertama Pancasila.Seorang yang bertakwa adalah seorang yang bersyukur.Seorang

    yang yakin bahwa setiap orang telah menerima begitu banyak nikmat dari Tuhan.

    Sedemikian banyak nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan sehingga manusia tak akan

    mampu menghitungnya. Karena itu, sudah sepantasnya bila manusia bersyukur atau

    berterima kasih.

    Secara bahasa, bersyukur memang berarti berterima kasih.Orang-orang yang beradab

    adalah orang-orang yang pandai berterima kasih.Dalam perjalanan hidup, nikmat yang telah

    diterima manusia begitu banyak.Dapat melihat adalah karunia.Dapat mendengar, mencium

    dan merasakan juga karunia. Begitu pula bernapas, menghirup udara yang membawa

    oksigen setiap saat sepanjang usia.

    Banyak karunia yang tak mudah diukur.Karunia sehat, misalnya.Kadang manusia baru

    menghargai sehat setelah jatuh sakit. Saat sehat , karunia itu malah sering terlupakan.

    Pikiran juga merupakan karunia yang luar biasa.Dengan karunia itu manusia dapat berpikir.

    Dapat berpikir berarti membuat tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan dan yang

    terburuk yang harus dihindari.

    Lebih dari semua itu adalah karunia iman.Yaitu, karunia untuk memahami dan meyakini

    adanya Tuhan yang memberi kebahagiaan sejati.Tuhan bukan hanya memberi pekerjaan,

    rezeki, dan kehormatan, melainkan juga mengaruniai kasih sayang.Maka, manusia

    mengasihi pasangan hidupnya dan menyayangi sesamanya.Orang tua juga menyayangi

    anak-anaknya.

    Tuhan juga mengaruniai rasa bahagia, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.Ringkas kata,

    hidup adalah karunia.Karena itu, patut dan wajib disyukuri sebaik-baiknya.Mensyukuri

    setiap karunia sungguh nikmat dan nikmat dan membahagiakan. Banyak bersyukur akan

    mengundang kenikmatan dan kebahagiaan berikutnya. Itu petunjuk tuhan bagi semua

    manusia yang ingin hidup bahagia.

  • Tuhan pun menyeru manusia agar bersyukur. Melalui firman-Nya, Allah menjanjikan: Siapa

    yang bersyukur akan dikaruniai tambahan kebahagiaan melimpah. Sebaliknya, siapa yang

    menolak mengakui nikmat-Nya akan menuai penderitaan. Maka, bahagia dan menderita

    sepenuhnya bergantung pada diri sendiri: Mau atau tidak mensyukuri hidup? Mau atau

    tidak mengakui nikmat?

    Manusia yang bersyukur memang orang yang selalu mengingat nikmat. Sekecil apa pun

    nikmat yang diterima tak akan diabaikan. Bagi pesyukur, nikmat adalah nikmat.Tidak ada

    nikmat besar atau nikmat kecil.Semuanya sama-sama nikmat.Sama-sama patut dan harus

    disyukuri.Sebagai manusia, kadang bisa saja melupakan suatu nikmat. Tetapi pesyukur akan

    selalu mengingatnya kembali dan mensyukurinya.

    Karenaselalu diingat-ingat, maka nikmatlah yang paling memenuhi benak pesyukur.Yang ada

    dalam ingatan orang yang bersyukur adalah hal-hal menyenangkan dan

    membahagiakannya, bukan hal-hal yang menyedihkan dan mengecewakan.Dalam hidup

    tentu ada sedih, ada duka.Sedih dan duka hanya dirasakan sesaat.Itu hal yang manusiawi.

    Tapi sama sekali tidak disimpan dalam ingatan.

    Maka, orang yang bersyukur selalu dapat menikmati setiap keadaan, seburuk apa pun

    keadaan itu menurut orang lain. Jika dikaruniai musibah atau kesusahan, ia percaya bahwa

    Tuhan tengah menempanya agar menjadi lebih kuat dan lebih baik. Jika dikaruniai

    kesenangan dan kecukupan, ia yakin bahwa Tuhan tengah mengingatkannya agar lebih

    bersyukur dan lebih banyak membantu orang lain.

    '

    Dengan begitu, pesyukur tak gampang jengkel dan tak mudah marah. Buat apa jengkel dan

    marah? Jengkel dan marah hanyaakan mengurangi kenikmatan dan kebahagiaan sendiri.

    Begitu juga dendam dan iri hati kepada orang lain. Yang selalu diingatnya adalah kebaikan,

    bukan keburukan orang lain, la memandang sisi baik orang.la tak gemar mengritik, malah

    sebaliknya, ia suka dikritik.

    Orang yang bersyukur hidup tenang dan bahagia.la siap menghadapi segala keadaan, tidak

    gampang tersinggung, juga tidak mudah khawatir. Bagaimana pun keadaan hidupnya, ia

  • selalu bersyukur merasa cukup. la yakin bahwa Tuhan akan segera memberinya tambahan

    nikmat dan kebahagiaan. Maka, ia merasa tidak perlu melakukan korupsi atau tak perlu

    menyalahgunakan kekuasaan. la percaya bahwa ia bisa kaya melalui jalan yang baik.

    Bersyukur merupakan langkah aktif menjemput tambahan nikmat dari Tuhan.Tak berlebihan

    bila bersyukur disebut sebagai 'gerbang kesuksesan'. Bersyukur juga akan menumbuhkan

    rasa kasih sayang mendalam. Selain tentu meningkatkan kapasitas bersinergi, menguatkan

    etos, dan mengefektifkan kemampuan meraih hasil sempurna. Maka, mari kita bersyukur

    agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan sejati.

    4. Gembira

    Gembira dapat dimaknai sebagai "riang" atau "senang hati", sebuah keadaan yang

    menggambarkan perasaan positif seseorang. Seorang yang bersyukur akan selalu gembira

    dengan segala keadaan yang menurut orang lain dipandang pedih sekalipun. Seorang yang

    bersyukur percaya, setiap keadaan tak lepas dari kehendak Tuhan. Maka, ia akan

    menyambut setiap keadaan dengan gembira.

    Rasa gembira itu diekspresikan dalam berbagai bentuk.Mata seorang yang gembira biasanya

    berbinar.Bibirnya pun gampang tersenyum.la sesekali mungkin juga bersenandung. Atau

    sedikit menggerakkan tangan, kaki, dan badan mengikuti irama musik yang

    terdengar.Senang menyapa orang serta berhumor juga ciri dari orang yang gembira.

    Gembira tentu saja tidak bersedih. Seorang yang gembira tidak akan berwajah murung.

    Tidak sedih bukan sekadar berpura-pura, melainkan memang sungguh datang dari hati yang

    terdalam.Hidupnya seperti mewakili lirik sebuah lagu perpisahan anak- anak. "Buat apa

    susah..buat apa susah. Susah itu tak ada gunanya." Sosok yang demikian tak akan

    membiarkan orang lain sedih atau susah. la akan berusaha menghibur mereka yang sedih

    atau susah.

    Aktif juga ciri dari seorang yang gembira. Sosok yang gembira tak akan berdiam, atau bahkan

    mengurung diri. la akan cenderung mencari kesibukan yang bermanfaat. Bukan hanya untuk

    diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Ini adalah langkah yang mendorongnya untuk

  • lebih bersosialisasi. Setiap kesempatan untuk berkontribusi akan dimanfaatkannya. Dengan

    demikian, baginya tidak banyak waktu yang mubazir.

    Seorang yang gembira juga memandang positif setiap keadaan.Setiap hal selalu ada positif

    dan negatifnya.la akan lebih terfokus melihat sisi positifnya. Bila ada gelas yang setengahnya

    berisi air, ia tak akan menyebut gelas itu 'setengah kosong', tapi 'setengah penuh'. la enggan

    meratapi keadaan. Sebaliknya, ia malah akan selalu menyambut sekecil apa pun

    kesempatan dengan penuh antusias dan optimis.

    5. Sabar

    Sabar berarti "tahan dalam menghadapi segala cobaan".Juga dapat diartikan sebagai "tidak

    lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati".Wajah seorang penyabar tidak

    tegang.la tidak meninggikan suara, tidak membentak, dan tidak tampak emosional. Dalam

    keadaan apa pun, ia akan selalu tenang dan terkendali, baik ucapan maupun tindakannya.

    Tidak marah menjadi ciri yang jelas seorang penyabar.la tidak akan terjebak oleh berbagai

    keadaan yang membuat orang menjadi marah. Seperti lalu lintas yang macet, anak yang

    terasa nakal, pasangan hidup yang bersikap tak seperti yang diharapkan, bawahan yang

    salah bekerja, serta negara dan pemimpin yang kacau balau.

    Karena tak marah, maka tentu ia juga tidak dendam. Marah pada masa lalu biasanya

    menorehkan rasa dendam. Nah, rasa dendam ini tak akan dimiliki oleh seorang yang

    berkaraker sabar karena dulu juga ia tak marah. Tak ada jengkel yang tersimpan dalam

    hatinya.Tak ada pula rasa iri hati.Ada yang menyebut, dendam adalah saudara kandung iri

    hati.Seorang penyabar terhindar dari hal itu.

    Seorang penyabar juga pemaaf.Sabar berarti tak membiarkan diri menjadi 'korban' keadaan.

    Termasuk korban salah atau keliru orang lain, la tak ingin perasaannya tertekan. Agar tak

    tertekan, maka ia maafkan kesalahan orang lain. Apalagi kesalahan itu sering tak begitu

    penting.Memaafkan melegakan hati sendiri. Dengan cara itu, ia mampu mengendalikan,

    bukan dikendalikan oleh emosi.

  • Sabar dan memaafkan sering dianggap kalah. Padaha! tidak. Sabar justru menang, karena

    mengendalikan keadaan.Sabar bukan nrimo.Sebaliknya, seorang penyabar adalah orang

    yang tekun dan istikamah dalam berusaha.la tidak akan berhenti berusaha sebelum hasilnya

    tercapai. Sabar itu menenteramkan.Bukan hanya para nabi, orang-orang sukses juga orang

    yang sabar.

    6. Berterima kasih

    Berterima kasih secara bahasa berarti "mengucap syukur".Dapat pula dimaknai sebagai

    "membalas budi setelah menerima kebaikan".Selalu ingat nikmat menjadi ciri seorang yang

    berterima kasih. Tentu ia akan berusaha untuk berterima kasih kepada Sang Pemberi

    Nikmat, yakni Tuhan. Selain itu, ia juga selalu ingat pemberian orang lain. Lalu, ia berusaha

    untuk membalasnya.

    Ingat nikmat Tuhan merupakan elemen berterima kasih.Nikmat Tuhan begitu

    berlimpah.Tubuh yang terdiri dari tulang, otot, daging, kulit, dan seluruh organnya adalah

    karunia Tuhan.Belum lagi jiwa, pikiran, kesehatan, dan sebagainya.Berterima kasih berarti

    mengingat itu semua. Gagal atau merasa hidup susah, tak membuat lupa atas karunia Tuhan

    itu.

    Ingat pemberian sesama juga bagian dari berterima kasih. Tak ada manusia yang tak

    menerima bantuan orang lain. Seorang bayi bergantung kepada orang tuanya.

    Kebutuhannyayang paling dasar dipenuhi ibunya dengan air susu ibu (ASI), satu-satunya

    makanan sempurna bayi. Saat tumbuh, manusia mendapat bantuan dari

    kerabatnya.Kemudian, dari tetangga hingga teman kerjanya.

    Membalas pemberian.Ini juga elemen dari berterima kasih. Sekecil apa pun pemberian akan

    diingat. Lalu berupaya membalas kebaikan atau pemberian itu sebaik mungkin."Terima

    kasih".Ucapan itu setidaknya yang dapat disampaikan.Juga dengan senyum dan sikaptubuh

    yang ramah menghormati.Lebih dari itu adalah membalas kebaikan dengan kebaikan.

  • Ada yang menyebut terima kasih berasal dari kata 'terima' dan 'kasih'.Kalau sudah 'terima'

    sepatutnya adalah 'kasih'.Yakni memberi.Apa pun, sesuai dengan kemampuan. Masyarakat

    dengan peradaban maju adalah masyarakat yang pandai berterima kasih.Berterima kasih

    bukan sekadar disimpan di dalam hati, namun diekspresikan dengan

    ucapan."Alhamdulillah!" "Terima kasih!".

    C. BERTAWAKAL

    Bertawakal termasuk karakter utama dari bertakwa sebagai turunan sila pertama

    Pancasila.Karakter ini penting dalam menghadapi kehidupan.Secara umum, hidup ini

    rumit.Terlalu banyak faktor yang menentukannya. Agar tak bingung, mari kita mohon

    bimbingan dari Sang Pemilik Kehidupan dengan bertawakal. Bimbingan dan petunjuk akan

    datang.

    Pengertian tawakal adalah pasrah, berserah diri hanya kepada Tuhan. Dasarnya adalah

    keyakinan: Semua yang ada di alam semesta ini milik Allah. Manusia milik Allah. Sang Pemilik

    tentu Yang Maha Tahu apa 'yang terbaik' bagi manusia. Manusia perlu menjemput 'yang

    terbaik' itu langsung dari Tuhan.Bukan cuma menunggunya.Untuk itulah perlu bertawakal.

    Dalam kehidupan, manusia selalu ingin ini dan itu.Manusia ingin mendapatkan yang terbaik

    bagi dirinya, baik berupa materimaupun bukan.Namun, jalan seorang yang bertawakal dan

    tidak, tentu berbeda. Seorang yang tak bertawakal memakai segala cara untuk mengejar

    keinginannya. Sedangkan seorang yang bertawakal akan menggunakan jalan yang wajar dan

    baik. Selebihnya ia berserah diri kepada Tuhan.

    Dalam hidup manusia menganggap ini baik itu buruk.Lalu berusaha keras mengejar hal yang

    dianggap baik dan menghindar hal yang dianggapnya buruk.Padahal, yang dianggap baik

    belum tentu benar baik.Yang dianggap buruk pun belum tentu benar- benar buruk.Tuhanlah

    yang paling tahu tentang hal itu.Dan Tuhan juga sudah mengingatkan itu.Maka, bertawakal

    sajalah kepada Tuhan.

  • Pernah ikut arung jeram?Instruktur selalu memberi tahu bagaimana menyelamatkan diri bila

    tercebur air."Jangan panik dan tegang.Jangan berusaha berenang menyelamatkan

    diri.Lemaskan badan.Biarkan badan terbawa arus.Biarkan kepala di belakang, dan jaga

    jangan sampai terbentur.Nanti akan sampai di tempat tenang."Itulah saat untuk berenang

    atau ditolong.

    Kehidupan juga demikian.Siapa pun bisa jatuh.Tak usah memaksa diri mencari

    solusi.Cukuplah bertawakal.Serahkan keadaan pada arus semesta. Arus kehidupan semesta

    itu akan membawa ke tempat tenang. Saat itulah upaya tenang dapat dilakukan.Begitu

    mekanisme semesta dari Tuhan.Begitu jalan Tuhan menyelamatkan manusia yang

    bertawakal.

    Tawakal bukan nrimo, bukan membiarkan keadaan buruk, bukan pula membiarkan diri

    ditindas orang.Tawakal adalah tindakan aktif, bukan pasif.Yakni, berbuat aktif menjemput

    bimbingan ilahi. Bimbingan yang akan membantu orang yang bertawakal mampu mengatasi

    segala keadaan dan mampu membebaskan diri dari penindasan.

    Neuro sains menunjukkan adanya gelombang otak. Padafrekuensi 7-13 Hertz, gelombang itu

    terkoneksi dengari gelombang llahiah.

    Dari sanalah ilham hadir.Dari sanalah intuisi dari Tuhan terbetik.Nabi menerima

    wahyu.Manusia menerima ilham atau intuisi dari Tuhan. Dengan bimbingan Tuhan itu apa

    yang tak teratasi?

    Jalan hidup terkadang seperti buntu.Berbagai upaya sudah dilakukan.Namun hasil tak

    kunjung tiba.Bila demikian, itulah saatnya mengakses kekuatan yang lebih besar. Bahkan

    satu- satunya kekuatan sejati: Tuhan. Yakni dengan merendahkan hati, menekan ego, dan

    menyerahkan semua kepada Sang Mahakuasa.Itulah bertawakal, salah satu jalan awal untuk

    sukses.

    Bertawakal sebagai karakter utama, setidaknya ditopang oleh tiga karakter. Ketiganya adalah

    ikhlas, berdoa, serta cinta alam yang dapat diuraikan sebagai berikut:

  • 7. Ikhlas

    Esensi dasar tawakal atau pasrah adalah ikhlas.Istilah yang dimaknai sebagai "bersih hati"

    atau "tulus hati".Ciri ikhlas adalah siap dengan segala keadaan.Seorang yang ikhlas percaya

    bahwa semua yang terjadi di dunia tak lepas dari kehendak Tuhan.Setiap keadaan selalu ada

    hikmahnya.Keadaan yangsekilas tampak buruk sekalipun.Selalu ada maksud Tuhan pada

    setiap kejadian.

    Seorang yang ikhlas tak mengharapkan apa pun dari siapa pun kecuali dari Tuhan. Istilah

    agamanya adalah 'rida Tuhan'.Dari sanalah kemudahan hidup dan kebahagiaan sejati

    berasal. Bila rida Tuhan ada di tangan, apa yang dapat menghalangi untuk sukses?

    Sedangkan rida Tuhan itu justru akan datang saat kita benar-benar ikhlas. Saat, kita siap

    menerima segala keadaan dengan ikhlas.

    Seorang yang ikhlas juga tak akan mengungkit-ungkit masa lalu. Baginya tidak ada yang

    buruk di dunia ini, termasuk kesalahan sendiri pada masa lalu.Kesalahan pada masa lalu

    adalah pelajaran untuk menjadi lebih baik. Kesalahan orang lain sama sekali tak diingat,

    apalagi diungkit-ungkit. Bila ditanya, apa yang paling disesalinya pada masa lalu, seorang

    yang ikhlas biasanya bingung menjawab. "Apa ya?"

    Terkait dengan ikhlas adalah tulus yang juga berarti "bersih hati" serta "tidak pura-pura".

    Dalam kehidupan sehari-hari, seorang yang tulus tidak akan berprasangka buruk kepada

    orang lain. Dalam agama ada istilah 'khusnudzon'.Berprasangka baik.la percaya, pada

    dasarnya manusia itu baik, walaupun ia tahu ada juga yang kemudian tidak baik.

    Tidak berpamrih juga ciri lain dari ikhlas atau tulus. Setiap manusia tentu punya keinginan

    dan harapan. Tapi seorang yang tulus tak akan menyimpan maksud tersembunyi mengejar

    keinginan sendiri dengan merugikan orang lain. Umumnya orang yang seperti ini bersahaja.

    Tak berlebihan dalam bersikap, berpakaian, bertingkah laku dan berkata-kata, walaupun ia

    mungkin berkecukupan.

    8. Berdoa

    Doa dimaknai sebagai "permohonan kepada Tuhan". Dengan demikian, berdoa adalah

  • memohon kepada Tuhan.Ini merupakan salah satu karakter orang yang bertawakal.

    Sosokyang bertawakal akan gemar berdoa. la percaya bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan

    dan kebahagiaan. Tuhan adalah jalan keluar dari segala persoalan.la menyerahkan seluruh

    persoalannya kepada Tuhan lewat doa.

    Ingat kepada Tuhan.Ini menjadi elemen pertama dari berdoa. Seorang pendoa akan sering

    mengingat Tuhan. Tuhan hadir pada sebagian besar waktunya.Pada masyarakat Jawa

    dikenal istilah 'Eling', posisi batin yang selalu mengingat Tuhan.Manusia Eling dipandang

    sebagai manusia mulia.Memperhatikan napas sebagai penanda keberadaan jiwa dinilai

    efektif untuk mengingat Tuhan.

    Memuji Tuhan juga menjadi elemen dari berdoa.Tidak sekadar mengingat Tuhan, manusia

    juga perlu memuji Tuhan.Agama mengajarkan berzikir, sebuah langkah aktif untuk memuji

    Tuhan dengan lisan. Allah mengajarkan, siapayang berzikir kepada-Nya, hatinya akan

    tenang. Tidak akan ada resah, apalagi depresi. Bagi pezikir, persoalan apa pun yang

    membayanginya, tetap menjadi sesuatu yang membahagiakan.

    Memohon kepada Tuhan.Ini menjadi elemen kunci dalam berdoa. Tuhan pun mengajarkan,

    "Mintalah kepada-Ku, Aku akan penuhi permintaan kalian." Tentu sepanjang sungguh-

    sungguh dalam memintanya.Manusia tak suka dimintai oleh sesama.Tapi Tuhan

    sebaliknya.Tuhan menyukai manusia yang banyak memohon kepada-Nya lewat berdoa dan

    berikhtiar.

    Kunci berdoa adalah hati.Hati yang bersih dan jernih dapat menjadi antena yang efektif

    dalam menangkap gelombang llahiah. Dengan hati seperti itu, tak akan ada penghalang bagi

    setiap doa untuk sampai kepada Tuhan. Ada pula tempat danwaktu 'ijabah' untuk

    berdoa.Misalnya, di tempat ibadah dan saat gelap dini hari.Meski begitu, berdoa bisa

    dilakukan setiap saat.

  • 9. Selaras Alam

    Selaras alam dapat dimaknai sebagai "hidup harmonis bersama alam".Karakter ini

    merupakan bagian dari bertawakal.Seorang yang bertawakal memandang Tuhan sebagai

    satu-satunya tempat menyandarkan diri.Eksistensi atau keberadaan Tuhan dapat dihayati

    dari alam sekitar.Maka, sudah sepantasnya bila hidup yang dijalani ini adalah hidup yang

    selaras dengan alam.

    Berpola hidup alami adalah ciri karakter selaras alam.Banyak makan sayur dan buah serta

    minum air putih; cukup istirahat dan olahraga teratur; tidur pada awal waktu dan bangun

    pada pagi buta; menjauhi zat adiktif seperti rokok dan narkotika; juga membatasi lemak,

    gula, karbohidrat, obat, merupakan bagian dari keseharian orang yang berpola hidup alami.

    Menata lingkungan dengan baik juga elemen dari selaras alam. Saat membangun rumah, tak

    seluruh tanahnya akan ia habiskan. Selalu ada yang disisakan untuk taman walaupun

    tanahnya terbatas. la memperhatikan ventilasi udara, drainase, dan pengelolaan sampah. la

    juga mementingkan adanya tanaman dalam rumah serta pembuatan sumur resap.

    Seorang yang berkarakter selaras alam juga suka pergi ke alam.Pribadi seperti ini menikmati

    suasana gunung, pantai, hutan, dan alam perdesaan. Setidaknya ia rutin pergi ke taman kota

    bahkan kebun raya. Waktunya untuk pergi ke lingkungan aiam jauh lebih banyak dibanding

    ke pusat keramaian seperti pusat belanja, kafe, dan sebagainya.Pribadi selaras alam

    menghindari pengeras suara dan suara nonalami lainnya di lingkungan alam.

    selaras alam juga aktif melestarikan lingkungan. Itu dapat dimulai dari langkah

    sederhana.Seperti mengurangi pemakaian plastik dan AC; mendukung program

    penghijauan, penanaman pohon bakau, penyelamatan terumbu karang, hingga pelestarian

    tumbuhan dan hewan langka.Itu semua merupakan bagian dari spiritualitas atau

    ketawakalan.Hal yang sungguh menyegarkan dan menenteramkan.

  • BAB 3 Pilar Kesadaran: BERKASIH SAYANG Beriman-Bersyukur-Bertawakal

  • Kemanusiaan yang adil dan beradab -sila kedua Pancasila

    Berkasih sayang merupakan pilar kedua dari Karakter Pancasila, pilar kesadaran atau pilar

    awareness. Seorang yang berkasih sayang akan mengasihi, menyayangi, dan mencintai

    sesamanya tak hanya didasarkan pada naluri semata. Tetapi juga bertumpu pada kesadaran.

    Yakni, kesadaran bahwa semestinya semua manusia saling mengasihi dan menyayangi.

    Kesadaran bahwa tak ada perbedaan apa pun yang boleh menjadi penghalang kasih sayang.

    Itu yang membuat dunia damai dan tenteram.

    Secara bahasa, kasih dimaknai sebagai "perasaan sayang", sedangkan sayang adalah

    menyukai atau mencintai. Itu diwujudkan antarsesama manusia tanpa pembatas apa pun.

    Secara lahiriah, manusia memang berbeda. Ada yang hitam, ada yang putih. Ada yang

    keriting, ada yang berambut lurus. Ada yang bermata sipit, ada yang tidak. Ada yang pendek,

    ada yang tinggi. Ada yang kurus, ada yang gemuk. Berkasih sayang melampaui dan

    mengatasi semua perbedaan itu.

    Latar keluarga pun berbeda-beda. Beberapa orang terlahir 'beruntung', seperti yang terlahir

    dari keluarga kaya, berkuasa, juga beragama kuat. Sementara itu ada yang terlahir dari

    keluarga miskin, susah, bahkan mungkin juga dari keluarga kriminal. Berkasih sayang tidak

    membedakan mereka, sebagaimana tak membedakan suku dan agama. Semua adalah

    makhluk Tuhan. Sama-sama berhak berupaya meraih hidup bermartabat dan sejahtera.

    Kesadaran berkasih sayang yang kuat merupakan buah dari bertakwa, pilar Karakter

    Pancasila sebelumnya. Seorang yang bertakwa meyakini, "Allah Maha Pengasih, Maha

    Penyayang." Tuhan menyebarkan kasih kepada seluruh umat manusia sepanjang masa.

    Tuhan mencurahkan sayang tanpa batas kepada semua hamba yang patuh, taat, dan

    senantiasa mengharap rida- Nya. Tidakkah sepantasnya manusia menebarkan kasih sayang

  • kepada sesama melewati batas yang ada?

    Seorang yang mencintai Tuhan juga akan mencintai sesamanya. Cinta sesamanya bersemi

    saat mulai mencintai Tuhan. Istilah mencintai menunjukkan bahwa kesadaran kasih sayang

    sudah meresap ke dalam hati. Sudah menjadi bagian dari perasaan. Tak lagi berhenti

    sebatas pada pikiran. Itu yang mencegah terjadinya perselisihan, pertengkaran, konflik , dan

    kekerasan. Di atas lahan cinta dan kasih sayang yang subur tak ada pohon perselisihan dan

    kekerasan yang dapat tumbuh.

    Cinta atau kasih sayang kepada sesama tercermin pada perilaku sehari-hari. Seorang

    penyayang selalu memperlakukan diri sendiri dan orang lain secara baik. Penyayang selalu

    tampil bersih dan rapi. Itu bagian dari rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain.

    Penyayang sejati tak akan tampil sembarangan. Bersikap semaunya sama halnya dengan tak

    menghormati diri sendiri dan orang lain.

    Penyayang sejati juga bersikap ramah dan santun. Senyum akan selalu gampang

    mengembang di bibir. Senyum menjadi ekspresinya paling sederhana dalam menyayangi.

    Marah dan menyerang orang lain juga jauh dari diri seorang penyayang, sekalipun terhadap

    orang yang telah merugikan dirinya. Penyayang sejati selalu memaafkan dan tak menyimpan

    dendam kepada sesama.

    Seorang penyayang juga sungguh-sungguh mencintai keluarga. Mencintai bukan sekadar

    mencukupi kebutuhan ekonomi, melainkan juga menjaga perbuatan diri sendiri untuk selalu

    baik. Selain itu, ia berusaha pula untuk tak pernah menyakiti semua anggota keluarga, baik

    kepada pasangan hidup, orang tua, anak, maupun saudara. Penyayang justru berupaya

    keras membahagiakan mereka semua.

    Penyayang juga bersikap baik terhadap tetangga. Sikap baik dapat dilakukan tanpa harus

    mengubah karakter sendiri. Hal itu dapat dilakukan dengan bersikap wajar, apa adanya,

    serta tidak berlebihan. Dalam bertetangga selalu ada potensi konflik. Penyayang akan

    menghindari konflik, berdamai bila telanjur berselisih, bertenggang rasa agar tak

    mengganggu, dan juga membantu sesuai dengan kemampuan.

  • Di lingkungan kerja, penyayang bersikap baik kepada semua. la tak akan pernah menindas

    bawahan, menyikut kolega, atau menjilat atasan. la adalah seorang yang sungguh egaliter,

    yang memandang orang lain sederajat, apa pun kedudukannya. Penyayang selalu

    membantu bawahan, bahu-membahu dengan kolega, serta mendukung atasan.

    Penyayang adalah orang-orang yang kuat. Hati dan pikirannya jernih. Juga gampang bekerja

    sama dengan orang lain. Itu yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Mereka sanggup

    menghadapi kompetisi apa pun dengan