buku geger talangsari lengkap

87
Page 1 Buku Geger Talangsari 11/24/2008 11:19:02 AM http://www.talangsari.org/book/export/html/46 Buku Geger Talangsari PENGANTAR Balai Pustaka KARYA ini, hasil pekerjaan penelitian lapangan yang dilakukan oleh Widjiono Wasis, yang disusun dan ditulis -menurut Ramadhan K.H.- dengan gaya yang ganjil, tidak konvensional, lancar, dan jarang terdapat dalam buku-buku serupa mengenai penelitian peristiwa. Penulis telah mengeluarkan biaya dan perhatian yang luar biasa, termasuk waktu yang sangat panjang dalam proses penelitian yang tidak selalu berjalan lancar, sampai akhirnya berhasil menyuguhkan karya ini. Yang cukup menarik ialah penutup dari karya ini, mengedepankan islah sebagai pokok untuk menyelesaikan setiap perselisihan -seberapa pun kadamya- demi kedamaian dan persatuan serta untuk menghindari perpecahan yang tidak berujung. Semoga buku ini mampu memberikan sumbangan yang berarti. Balai Pustaka PENGANTAR RAMADHAN K.H. Sebuah Pertimbangan SEORANG sahabat baru, Saudara Widjiono Wasis menyuguhkan sebuah naskah yang ternyata mengikat perhatian saya, menyebabkan saya ingin terus membacanya. la mencantumkan judul pada naskahnya itu GEGER TALANGSARI, Serpihan Gerakan Darul Islam. Di bulan Februari 1989 telah terjadi peristiwa yang menggegerkan di Cihideung, Lampung. Rombongan pejabat muspika diserang dan Kapten Soetiman dibunuh. Kelanjutannya adalah bentrokan fisik antara rakyat bersama tentara dan polisi dengan mereka yang membunuh petugas negara itu; yang bemama Warsidi menjadi pembicaraan orang, termasuk sejumlah pengikutnya. Dan kemudian Warsidi pun diakhiri hidupnya dengan tembakan peluru, sementara sejumlah orang juga jadi korban. Tak jelas benar berapajumlahnya. Peristiwa ini menjadi perhatian Wasis, terutama -seperti diceritakannya sendiri kepada saya-, karena adanya pro-kontra mengenai kasus ini. Ada pihak yang ingin mengungkit dan mempersoalkan, tetapi kata Wasis, masyarakat setempat menolaknya dengan keras. Selain itu, -masih kata dia, gegeran Talangsari punya ciri dan cara yang unik, tentang perkembangan sejarah perjuangan Islam di Indonesia. Wasis tergerak hatinya untuk mengadakan penelitian tentang peristiwa ini, yang bagaimana pun juga menyangkut keyakinan hidup, agama, Islam. Dan kalau sudah bicara tentang ini, kita jadi ingat, apa hubungan peristiwa ini dengan Darul Islam (DI), dengan NII (Negara Islam Indonesia), dengan ajaran atau pandangan hidup tokoh-tokoh berpengaruh yang berkaitan atau seperti berkaitan dengan ini, semisal SM Kartosoewirjo, Daoed Beureuh, Ibnu Hajar, Kahar Muzakkar, dengan peristiwa Cicendo, pembajakan Woyla, Tragedi Tanjung Priok. Hampir satu tahun Wasis bekerja untuk mendapatkan gambaran yang dirasakannya pantas dan bisa dipertanggungjawabkannya di hadapan umum. la mulai bekerja untuk ini di bulan Mei 2000 dan dianggapnya selesai di bulan April 200 1, dengan terhitung 2 ( dua) bulan mengadakan penelitian lapangan di Lampung, sekian waktu di sejumlah perpustakaan dan tempat bacaan lainnya,

Upload: indra-anugrah

Post on 08-Jun-2015

1.830 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

Buku Talangsari terlengkap, berikut juga dokumen-dokumen mengenai peristiwa, serta kesaksian pelaku sejarah langsung.

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 1Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Buku Geger TalangsariPENGANTARBalai Pustaka

KARYA ini, hasil pekerjaan penelitian lapangan yang dilakukan oleh WidjionoWasis, yang disusun dan ditulis -menurut Ramadhan K.H.- dengan gaya yangganjil, tidak konvensional, lancar, dan jarang terdapat dalam buku-bukuserupa mengenai penelitian peristiwa.

Penulis telah mengeluarkan biaya dan perhatian yang luar biasa, termasukwaktu yang sangat panjang dalam proses penelitian yang tidak selalu berjalanlancar, sampai akhirnya berhasil menyuguhkan karya ini.

Yang cukup menarik ialah penutup dari karya ini, mengedepankan islah sebagaipokok untuk menyelesaikan setiap perselisihan -seberapa pun kadamya- demikedamaian dan persatuan serta untuk menghindari perpecahan yang tidakberujung.

Semoga buku ini mampu memberikan sumbangan yang berarti.

Balai Pustaka

PENGANTAR RAMADHAN K.H.Sebuah Pertimbangan

SEORANG sahabat baru, Saudara Widjiono Wasis menyuguhkan sebuah naskah yangternyata mengikat perhatian saya, menyebabkan saya ingin terus membacanya.la mencantumkan judul pada naskahnya itu GEGER TALANGSARI, Serpihan GerakanDarul Islam. Di bulan Februari 1989 telah terjadi peristiwa yangmenggegerkan di Cihideung, Lampung. Rombongan pejabat muspika diserang danKapten Soetiman dibunuh. Kelanjutannya adalah bentrokan fisik antara rakyatbersama tentara dan polisi dengan mereka yang membunuh petugas negara itu;yang bemama Warsidi menjadi pembicaraan orang, termasuk sejumlahpengikutnya. Dan kemudian Warsidi pun diakhiri hidupnya dengan tembakanpeluru, sementara sejumlah orang juga jadi korban. Tak jelas benarberapajumlahnya.

Peristiwa ini menjadi perhatian Wasis, terutama -seperti diceritakannyasendiri kepada saya-, karena adanya pro-kontra mengenai kasus ini. Ada pihakyang ingin mengungkit dan mempersoalkan, tetapi kata Wasis, masyarakatsetempat menolaknya dengan keras. Selain itu, -masih kata dia, gegeranTalangsari punya ciri dan cara yang unik, tentang perkembangan sejarahperjuangan Islam di Indonesia.

Wasis tergerak hatinya untuk mengadakan penelitian tentang peristiwa ini,yang bagaimana pun juga menyangkut keyakinan hidup, agama, Islam. Dan kalausudah bicara tentang ini, kita jadi ingat, apa hubungan peristiwa ini denganDarul Islam (DI), dengan NII (Negara Islam Indonesia), dengan ajaran ataupandangan hidup tokoh-tokoh berpengaruh yang berkaitan atau sepertiberkaitan dengan ini, semisal SM Kartosoewirjo, Daoed Beureuh, Ibnu Hajar,Kahar Muzakkar, dengan peristiwa Cicendo, pembajakan Woyla, Tragedi TanjungPriok. Hampir satu tahun Wasis bekerja untuk mendapatkan gambaran yangdirasakannya pantas dan bisa dipertanggungjawabkannya di hadapan umum. lamulai bekerja untuk ini di bulan Mei 2000 dan dianggapnya selesai di bulanApril 200 1, dengan terhitung 2 ( dua) bulan mengadakan penelitian lapangandi Lampung, sekian waktu di sejumlah perpustakaan dan tempat bacaan lainnya,

Page 2: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 2Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

dan 3 (tiga) bulan menu1iskan hasil penelitiannya. Syukur bahwa ia menaruhperhatian banyak pada sejarah, terutama sejarah kontemporer, pada buku-bukubiografi dan otobiografi, pada hasil-hasil wawancara orang, dan juga padadunia sastra. Dengan latar belakang itu ia diringankan oleh pengetahuannyayang sudah dimilikinya. Ada pula disebutnya hasil pekerjaannya yang sudahpemah ia hidangkan kepada umum, antaranya Ensiklopedi Nusantara (1989/PT.DianRakyat),AlmanakJagad Raya (1992/PT. Dian Rakyat) di samping duabuah bukulainnya yang agak menyimpang dari perhatiannya yang utama, tetapi pastimenjadi sasaran penerbit: Kamus Bisnis ( 1994/PT. Dian Rakyat) danEnsiklopedi Pelajar (1995/PT. Dian Rakyat).

***

Saya sendiri jauh dari menguasai materi yang digarap oleh peneliti mudaWasis ini. Akan tetapi, hasil pekerjaan peneliti lapangan ini rasanya cukupmenarik perhatian umum seperti saya, dengan susunan dan cara penulisannya,gayanya yang ganjil, jarang terdapat di dalam buku-buku yang serupa mengenaipenelitian peristiwa, tidak konvensional dan lancar. Pengetahuannya danpendiriannya mengenai Islam mencolok, termasuk mengenai islah, sebagaipenyelesaian persoalan. Dan yang menyebabkan saya berani memberikan komentaratas hasil pekerjaan Sdr. Wasis ini, adalah sekurang-kurangnya adanyaketerangan Letjen (Purn.) A.M. Hendropriyono yang pemah menangani peristiwaini sewaktu masih menjadi Komandan Korem Garuda Hitam -Lampung, denganpangkat Kolonel waktu itu. Letjen (Pum.) itu mengemukakan kepada saya, bahwadata-data yang didapat dan diangkat oleh Sdr. Wasis adalah benar. Harapdiingat bahwa A.M. Hendropriyono tampak tidak kunjung henti menambah ilmunyadi pelbagai pendidikan. Mengemukakan begitu, berarti mempertaruhkanreputasinya sebagai intelektual.

***

Kesimpulan Wasis setelah ia mengadakan penelitian lapangan dengan caramengadakan wawancara dengan sejumlah orang yang dianggapnya penting untukmemberikan kesaksian, ialah bahwa peristiwa itu bukan pemberontakan.Kelompok Warsidi bukan gerakan separatis seperti yang kini ( th 2001) ada diAceh atau yang di Maluku dan Irian Jaya. Dia juga bukan aliran sesat yangtimbul tenggelam. Kelompok Warsidi juga bukan gerakan makar. Tanda-tandamakar tidak ditemukannya pada kelompok ini, seperti diceritakannya kepadasaya. Mereka tidak melengkapi diri dengan senjata-senjata organik, sejenisatau setingkat militer. Kelompok ini, menurut Wasis, lebih tepat disebutsebagai gerakan pengacau keamanan yang membuat kerusuhan dalam skala besar,setelah merasa bersalah membunuh seorang petinggi militer di daerahtersebut.Tentunya pekerjaan penelitian seperti yang dilakukan Wasis ini mengeluarkantenaga dan menyita waktu yang tidak sedikit. "Hal terberat tapi sekaligusterindah", kata peneliti ini, "adalah mencari tokoh-tokoh pengikut Warsidi",orang yang berperan dalam peristiwa yang pemah menggegerkan Lampung 12 tahunyang lalu itu. Namun, penelitian seperti ini, -termasuk mengenai peristiwayang menyedihkan di Lampung itu-, tentunya tidak berhenti sampai di sini.Sumbangan kerja peneliti lain ditunggu oleh banyak pihak.

***

Ramadhan K.H.Jakarta, 5 Juni 2001

DASAR PEMIKIRANDI MASA lalu, ada banyak peristiwa. Terlebih jika menyangkut kehidupanpolitik di Indonesia, sedikit saja ada gejolak, orang langsung berteriak,pasti ada orang Islam berontak. Nyatanya memang demikian. Apalagi setelahmuncul berbagai peristiwa, beruntun seperti diatur, kapan harus.bergerak dan

Page 3: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 3Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kapan tidak.

Munculnya rentetan peristiwa itu memancing orang untuk berspekulasi,menghubung-hubungkan peristiwa satu dengan yang lain. Tragedi Tanjung Priok1984 misalnya, dikait-kaitkan dengan Peristiwa Talangsari Lampung 1989.Malahan membias jauh, menyebut-nyebut berbagai peristiwa gegeran di sejumlahtempat. Peristiwa Cicendo Bandung 1981, peristiwa pembajakan Woyla 1981,peristi wa Haurkoneng sampai ke teror Warman yang tewas 1981, seluruhnya digebyah uyah, sama.

Spekulasi tersebut agaknya jauh panggang dari api. Kaitan peristiwa satudengan yang lain, tak salingberhubungan secara langsung dan oleh karenanya tak cukup sekedar dugaan.Masing-masing kejadian punya karakter dan tokoh yang berbeda. Akarpersoalannya juga berlainan, tidak saling berkait, satu dan lainnya. TanjungPriok misalnya, memunculkan tokoh dadakan yang bemama Amir Biki. Tentuberbeda dengan geger di Talangsari, Lampung, yang menokohkan Warsidi.

Huru hara Tanjung Priok, mungkin lebih pas disebut sebagai musibah dari padatragedi perjuangan umat. Di sana, tak tergambar ada nuansa skenario ataualur cerita yang mengawali dan mengakhirinya. Kejadiannya begitu mendadakdan meledak tiba-tiba. Jika dari peris- tiwa itu, kemudian membawa korbandan memunculkan sejumlah pahlawan, tentu soal lain. Kasus Cicendo dan kasusImron, juga punya karakter yang berbeda lagi. Kedua peristiwa itu merupakangerakan protes atas suatu kebijakan. Cuma cara mengekspresikannya agak taklazim, membajak kapal terbang dengan kekerasan.

Peristiwa Lampung bukan gerakan protes, juga bukan kecelakaan yang datangnyatiba-tiba. la jauh dari nuansa Cicendo, Imron dan Tanjung Priok. Bahkan jugatidak sama dengan geger Haurkoneng, apalagi gerakan Warman yang senantiasamenebar teror, kapan dan di mana saja. Lampung punya ciri dan cara yangberbeda, sekaligus unik. Peristiwanya, tempatnya, orang-orangnya,dramaturginya, historisnya, seluruhnya saling berkait secara sistematis,terencana dan teratur.

Di Lampung ada gegeran. Ada angkaramurka yang tak terkendali. Ada gerombolanyang tak memahami; "di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung". DiLampung, ada rojopati. Ada jelujur benang merah, antara Warsidi dan gerakanNll. Antara mereka dan suatu daerah yang bemama Ngruki. Tak cuma itu, disana juga ada gairah orang-orang yang ingin mewujudkan mimpi, mendirikansebuah perkampungan antik, sebagai "basis perjuangan"-nya. Dan dariperistiwa Lampung, juga lahir gerakan rujuk antar petikai bernama islah.Uniknya, gerakan islah itu justru lahir dari mereka, orang-orang yangmenciptakan gegeran itu sendiri. itulah renik-pernik, centang-perenang yangmendasari mengapa buku Geger Talangsari ini terbit dan mengapa kini ada ditangan Anda.

Menyoal AngkaBuku ini, sekaligus merupakan jawaban saya, untuk berbagai pertanyaanseputar teka-teki Peristiwa Lampung 1989 dan permasalahannya. Yang menarikdari Peristiwa Lampung ialah pertanyaan tentang berapakah jumlah korbanTalangsari, baik yang hidup maupun yang sudah pupus. Siapa yang membunuhmereka, bagaimana cara membunuhnya, alatnya, saksinya, waktunya dan seabregpertanyaan lain yang tak henti-henti ingin diketahui orang.

Oleh sebab itu, ketika ada segelintir orang meneriak- kan angka,jumlahkorban peristiwa Talangsari, beberapa media masa berebut menayangkan temuantersebut. Tak seorang pun bertanya, dari mana asal angka itu, bagai- manacara mendapatkannya dan menggunakan tolok ukur apa, sehingga angka itumuncul.

Bagian 1 - Senjakala Lampung Tengah

Page 4: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 4Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

SENJAKALA LAMPUNG TENGAHTonggak Sejarah

LAMPUNG, 1989. Inilah daerah lumbung, gudang pangan bagi Sumatera, jugaseanteronya. Kesuburan alam disana adalah berkah bagi warga penghuninya. Takhanya beras dan palawija, tebu, tembakau, karet, coklat, kopi dan vanilijuga tumbuh merebak. Komoditas andalan sejak zaman dahulu adalah lada. Salahsatu jenis rempah, primadona pasar Eropa.

Ketika Portugis menduduki Malaka 1511, lada hitam Lampung menjadi rebutan.Perselisihan dan silang-sengketa tak terelakkan. Bahkan palawija berwarnahitam itu mengundang permusuhan antarmanusia, tak kenal bangsa.Lampung-Portugis bertikai tak kenal hari. Perseteruan kian bertambah tinggi.Balon peperangan pecah. Adu kekuatan berlangsung dua tahun: 1518-1520.Lampung dibantu Palembang, menang. Portugis tunggang-langgang hinggaterjengkang. Sejak saat itu, Eropa tak berminat lagi menginjakkan kakinya ketanah penghasil lada di ujung Sumatera ini.

Hubungan dagang Lampung-Palembang mengembang, tetapi terhalang olehkesultanan Banten yang tak boleh diabaikan. Kesultanan Banten dan Palembangmemang tak pernah akur. Perdagangan lada yang membaik di Eropa, menjadikandua kesultanan ini kehilangan akal. Mereka melupakan norma-norma yang telahditanamkan oleh para leluhurnya melalui ajaran-ajaran agama. Padahal,Lampung punya kepentingan terhadap dua kesultanan yang tengah bersitegangitu.

Berabad tahun silam, Banten dan Lampung merupakan satu kesatuan wilayah,tatkala Jawa dan Sumatera belum dibelah oleh amarah Krakatau yang me1egenda.Itu sebabnya, meski Selat Sunda memisahkan daratannya, hubungan antar-keduadaerah tak pemah berubah. Banyak penduduk Banten pindah ke wilayah itumembuka huma, berladang di sana. Pengaruh Kesultanan Banten kian menguatterhadap Lampung, setelah Fatahil1ah mempersunting Putri Sinar Alam, anakRatu Pugung (sekarang wilayah Jabung, Lampung Tengah).

Dari perkawinan ini lahir seorang anak bemama Hurairi yang kelak bemama HajiMuhammad Zaka Wa1iul1ah Ratu Darah Putih, bergelar Minak Kejala Ratu. Diaini1ah pendiri Keratuan Darah Putih yang berpusat di Kauripan (termasukKecamatan Penengahan, Lampung Selatan) dan merupakan cikal bakal pejuangLampung yang terkenal, Raden Intan.

Sewaktu berlangsung perang Banten-Pa1embang pada 1596-1608, keberpihakanLampung terapung- apung di antara dua kepentingan. Sesama penghasillada,dengan bursa pemasaran di Palembang, hubungan Lampung-Pa1embang barusbaik. Namun perkawinan Putri Sinar Alam dengan Fatahillah penguasa Bantenjuga tak boleh rusak. Dilema itu baru terpecahkan ketika Banten menyerangPalembang. Perkawinan Banten-Lampung agaknya bernuansa politik Fatahillah,untuk memperoleh dukungan Lampung.

Kesultanan Banten memang sudah lama mengkhawatirkan Palembang akan mengambilalih perdagangan lada dari Lampung. Palembang memang sejak lama menjadisalah satu bandar lada bagi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka. Malahdiperkirakan Palembang akan memperluas pasokan lada dari Tulang Bawang diLampung. Bila dibiarkan, bisa membahayakan Banten. Sebab, selama ini Lampungmerupakan satu-satunya pemasok lada terbaik bagi Banten untuk konsumsiEropa.

Bandar Banten pada saat itu memang telah berkembang menjadi pelabuban dagangpenting di belahan Barat Nusantara. pedagang-pedagang Eropa dan Asiamelakukan pemasaran barang-barang mereka di pelabuban ini dan pulangnyamembawa basil bumi, seperti: lada, merica, pala, dan bahkan jahe sertabarang-barang lainnya.

Page 5: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 5Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Sementara itu, VOC (Kompeni Dagang Belanda) yang tengah menjelajahi AsiaTenggara berlabuh di Teluk Lampung untuk memantau perdagangan rempah disana. Perusahaan dagang Belanda itu kabarnya sudah lama mengincar komoditas'emas hitam' nya Lampung. Kapal pertama singgah di sana dan menduduki PulauSebesi 23 Agustus 1624. Tapi tak bertahan lama, kekacauan dan wabah penyakitmenolakkan kembali kapal mereka. Baru pada tahun 1661, Belanda datang lagidengan dua kapa1 yang lebih besar, berlabuh di Teluk Semangka.

VOC punya alasan mengapa tidak mendarat di pelabuhan Banten dan bemiaga dibandar itu. Harga lada di Banten saat itu 15 Teals, padahal jika dibeli diLampung-daerah asa1nya, cuma seharga 7 sampai 9 Teals saja. Alasan sepertiinilah yang membuat pedagang Eropa tak berhubungan langsung dengan Bantendan lebih memilih berlabuh di Lampung.

Namun, untuk langsung berdagang di sana, tidak mudah. Pengaruh kesultananBanten yang sudah lama terjalin akrab menjadi penghalang. Lebih-Iebihsetelah Sultan Ageng Tirtayasa memimpin Banten. Hubungan Lampung-Bantenseperti tak bisa dipisahkan. Tentu saja ini menyulitkan dan mengganjalkeinginan Kompeni menguasai Lampung. Bahkan Belanda semakin yakin tidakmungkin bisa menguasai Lampung tanpa menundukkan Banten, terlebih-lebihsetelah permintaannya untuk mendirikan pelabuhan kecil di Lampung ditolakkeras oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Sejak itu Belanda menaruh kesumat denganpenguasa Banten tersebut.

Dari Kesultanan Banten diperoleh kabar, ada konflik antara Tirtayasa denganSultan Haji, putranya sendiri yang sedang berselisih paham. Belandacepat-cepat menemui Sultan Haji dan menghasut agar segera mengambil alihkekuasaan. Pengaruh VOC ditelan mentah oleh anak durhaka itu. Dengan bantuanBelanda. Sultan Haji membunuh orang tuanya. Setelah Sultan Ageng Tirtayasatewas, ia mengangkat dirinya menjadi Sultan Banten, menggantikan sang ayah.

Sebagai imbalan, VOC mendapat hak monopoli atas perdagangan lada. Sejak saatitu, Lampung-negeri tempat lahir Raden Intan silih berganti menjadi wilayaheksplorasi dan eksploitasi VOC, Belanda, Inggris, dan kembali lagi ke tanganBelanda sampai Jepang mendudukinya tahun 1942. Selama kurun itu, perlawananpara petani dan ontran-ontran rakyat senantiasa mewamai Bumi Ruwa Jurai,Lampung.

Perlawanan Raden Intan.Ada perlawanan melegenda. Raden Intan dan pewarisnya membuat ontran-ontran.Raja Negararatu di dekat Kalianda itu menampik perlakuan Belandayangsemena-mena. Sebagaibangsawan yang memiliki darah Fatahillah, pendiriBanten, Raden Intan tak bisa diam. la kemudian mbalelo dan terang-teranganmenabtih genderang perang.

Pertarungan demi pertarungan meletup. Korban kedua belab pibak berjatuhan.Di mana-mana rakyat bicara tentang perlawanan. Mereka sibuk dengan senjataterapang, badik, beladau, penduk, dan payan. Cangkul dan sabit merekatinggalkan. Sawah dan ladang terabaikan. Musim tuai pun tak memberi basilyang berarti. Tak banyak petani, Kompeni juga rugi. Akhimya, Belandamelakukan perdamaian. Kekuasaan Raden Intan dipulihkan. Bahkan beliau berhakmenerima pensiunan dari Belanda.

Untuk menjaga keselamatan rakyatnya, tawaran itu diterima. Namun sebagaipanutan, raja yang bergelar Dalom Kusuma Ratu IV itu pantang mengkhianatiaspirasi arus bawah. Diam-diam ia mengatur perlawan rakyat di berbagaitempat, sementara dirinya berdamai dengan Kompeni. Namun, taktik dua mukaitu tak ber tahan lama. Belanda tak mudah dikecoh, dia cepat mengendusgelagat sang pangeran. Segera serdadu dikerahkan untuk menangkap sangpemimpin yang saat itu sedang sakit. Dengan siasat pura-pura menyerah, rajaNegararatu itu mempersilahkan serdadu Belanda beristirahat. Sementara

Page 6: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 6Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

serdadu terlelap, ia memerintahkan anak buahnya agar mengatur siasatpenyergapan. Pada 13 Desember 1825, pertempuran pecah. Dalam bentrokan itukomandan pasukan Belanda, Lelievre, tewas. Operasi penangkapan Raden Intan Igaga1 total.

Tigatahun kemudian (1828), Raden Intan wafat. Dia digantikan putranya, RadenIrnba II gelar Kusuma Ratu (1828-1834). Raden Imba tetap melanjutkansemangat perjuangan ayahandanya. Raja muda ini berhasil menanarnkan pengaruhke raja-raja dan sultan-sultan lainnya untuk melawan. Belanda merasaterancam. Asisten Residen Dubois, dalarn suratnya kepada Gubemur Jenderal,menganjurkan agar segera menumpas kekuatan kepala-kepala suku di Lampung danmenangkapRaden Imba II.

Maka tahun l832, sebuah kapal perang dan tiga kapal penjelajah berkekuatan300 orang serdadu Belanda, dibantu 100 orang narapidana, menyerang Lampung.Penyerangan ini sia-sia, malah Kapten Hoffman, komandan perangnya, hanyapulang nama. Belanda kesetanan dan marah besar. Hatinya bagaikan api, taksabar dan segera mengadakan penyerangan berikutnya dengan kekuatan yanglebih besar. Namun yang ini pun kecewa, karena tak menghasilkan apa-apa.Belanda kembali ke barak dengan tangan hampa, tanpa membawa Raden Imba.

Belanda kian sasar dan hatinya penasaran. Penyerangan yang ketiga dimulai 25September 1834. Kal ini serangan dipimpin Kolonel Elout dengan 21 opsir yangberpengalaman. Belanda menurunkan 800 serdadu istimewa, dilengkapi senjatayang lebih besar. Meriam-meriam besar dan kecil dibawa serta untuk menumpasRaja muda di Negararatu itu. Penumpasan itu memakan waktu lebih dari satubulan dan berhasil merebut benteng Raja Gepah meskipun tetap tak berhasilmenangkap Raden Imba II yang bisa meloloskan diri dengan meminta bantuanRaja Lingga. Sayang, penguasa Lingga itu berkhianat. Raja penjilat kompenitersebut menyerahkan tokoh pujaan Lampung ke tangan Belanda. Raden Imbadibawa ke Batavia kemudian dibuang ke Pulau Timor hingga ajal1838.

Meski Belanda berhasil membasmi sang pahlawan, semangat perlawanan rakyatLampung terhadap penjajah tak pemah menggantung. Putra Raden Imba II,menggantikan kedudukannya melanjutkan jihad melawan Belanda. Putra mahkotaini kelak dinobatkan sebagai Raden Intan II. Dia kemudian menghiasi perangpanjang Belanda-Lampung, berlangsung hingga 1856 sampai kepemimpinandigantikan keturunan berikutnya.

Setelah perang panjang, pada 5 Oktober 1856 Raden lntan II masuk perangkap,ketika memenuhi undangan Raden Ngerapat. Bersama seorang pengikutnya, diadicegat dan ditangkap oleh keparat. Di sana, di tangan Raden Ngerapat,kusuma 'bangsa Lampung itu mati terhormat. Jenazahnya segera diusung kehadapan Toean Kolonel Waleson. Dua kiai ternama didatangkan untuk memberikesaksian. "Betoel Toean, ini Raden Intan, Allahu akbar" .

Gerilya rakyat tetap semangat meskipun pemimpinnya ditangkap. Pergerakanmereka bagaikan angin yang menyelinap ke hutan-hutan pedalaman. Per lawanandari desa ke desa silih bermunculan. Namun, amarah rakyat sia-'siamenghadapi organisasi militer Belanda yang sudah sangat terlatih. Setiap adaontran-ontran dan gegeran cepat ditumpas. Meskipun demikian, pemerintahankolonial tak pernah bisa tenang memerintah daerah penghasil rempah-rempahitu.

Pada tahun 1890 ketika keadaan di Lampung benar - benar dianggap aman,Belanda baru memutuskan untuk membuka perkebunan besar-besaran. Sampai padasetengah abad kemudian, Jepang datang dan mengusir penjajah zalim itu,hingga Indonesia merdeka.

Senjakala Lampung TengahSernbi1an belas' tahun setelah Indonesia rnerdeka, Larnpung rnandiri sebagaipropinsi tersendiri (18 Maret .1964). Larnbang daerahnya berbentuk perisaidengan unsur-unsur padi dan lada (hasil bumi), laduk, payan, golok dantombak (senjata tradisional), gong ( demokrasi), sigar (keagungan budaya),

Page 7: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 7Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

dan payung jurai (tempal berteduh). Yang terakhir itu bermakna akomodatif,siapa pun boleh datang dan berteduh serta berlindung di situ, suatukesadaran bahwa Bumi Lampung telah dihuni oleh penduduk pribumi danpendatang. Oleh karenanya, moto provinsi ini ialah Sang Bumi Ruwa Jurai.

Gubernur pertama Lampung, Kusno Danu Upoyo, cuma dua tahun menjabat(1964-1966). Penggantinya berturut-turut adalah Zainal Abidin Pagaralam(1966- 1973), R. Sutiyoso (1973-1978), Yasir Hadibrata (1978- 1988) yangakhirnya digantikan oleh Poedjono Pranyoto. Baru setahun Poedjono menjadipenguasa, di Lampung terjadi huru-hara dan tangisan duka anak manusia yangberontak di kaki Gunung Balak. Persisnya, di Cihideung, dusun TalangsariIII, Way Jepara, Lampung Tengah.

Kabupaten Lampung Tergah seluas 9.189,5 kilo meter persegi, dengan Ibu kotaMetro, merupakan basis pangan bagi provinsi ini. Lebih dari 60 % kebutuhankonsumsi di provinsi dipasok oleh Lampung Tengah. Selain padi, palawija, danhasil perkebunan lainnya, di Gunung Waja dan Sukadana -keduanya wilayahLampung Tengah- juga terdapat deposit besi yang cukup besar. Tak pelak,banyak orang yang mengadu nasib ke wilayah paling ujung daratan Sumateraitu. Gelombang pendatang yang terus membandang di tanah seberang itu, kianmengundang orang-orang Jawa yang berpenghasilan kurang dan hidupnyamenyandang hutang, lantaran tanah pertanian mereka kian menyempit danmenggersang.

Dengan demikian Lampung tak hanya daerah lumbung. la juga daerah kantung,daerah tampungan bagi orang-orang buangan, baik yang terbuang karenaperilaku sosial J;naupun yang terlempar oleh kondisi ekonomi. Di sana merekaaman dari kejaran hukum dan lilitan utang. Maka, apa yang mereka terima dikawasan penghasil rempah dan palawija itu merupakan pilihan yang baik,dibanding kehidupan sebelumnya.

Kehadiran para pendatang dari Jawa itu temyata semakin meningkat dan kianmembludak. Pada tahun 1922, terdapat 5.500 pendatang dari Jawa. Akan tetapi,delapan tahun kemudian jumlahnya menjadi 33 ribu jiwa. Membanjirnyapendatang ini menyebabkan orang-orang Jawa semakin menyelusup jauh kepedalaman wilayah yang masih dikuasai satwa gajah Sumatera ini. LampungTengah mulai dirambah sejak 1935, terutama di daerah Metro. Bahkan padatahun 1941 di daerah ini lebih banyak pendatang dari pada penduduk aslinya.

Keberhasilan kaum pendatang menyebabkan pemerintah pusat melanjutkankebijakan transmigrasi di kawasan penghasil gula bagi Indonesia ini. Padamulanya sempat terjadi ketegangan antara pemerintah dengan penduduk asli.Maklum, pemerintah pusat berkeinginan menempatkan orang-orangnya, parabirokrat pemerintahan tanpa mempedulikan kepentingan adat yang didukung olehputra-putra daerah. Sebagian besar tokoh masyarakat yang merasa ditinggalkanoleh pemerintah pun meniup-niupkan suara, "Belanda saja memperhatikan adatistiadat, masa pemerintahan sendiri membatasi?" Perang dingin pun mulaisemilir.

Ketegangan ini memuncak 20 Desember 1956 ketik, penduduk asli Sukadana didekat Way Jepara, Lampung Tengah, mengirim resolusi dan mosi ke pemerintahpusat Dan akhimya, justru pada tahun 1959 pemerintah pusat tidak mengakuieksistensi kepemimpinan adat. Keadaar kian memanas. Sikap pemerintah itumencerminkan dukungan terhadap program transrnigrasi yang merupakarkesinambungan dari kolonisasi yang dinilai luar biasa, efektivitasnya.

Pemerintah saat itu memang rapuh. Kabinetnya, bongkar pasang dan silihberganti. Ketidakpuasan kelompok aspirator NII (Negara Islam Indonesia) punmerebak di mana-mana dengan kekuatan bersenjatanya, yakni TII (Tentara IslamIndonesia) dan gerakan Darul Islam. Pemerintah berusaha membungkarnnyadengar kekerasan bersenjata dan mencap mereka sebaga pemberontak. Sementaraitu, kalangan militer yang terkena demobilisasi juga dikawatirkan akanbergabung dengan pemberontak yang pengaruhnya cukup kuat d Jakarta dan Jawa

Page 8: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 8Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Barat.

Maka, untuk menangkal jangan sampai korban demobilisasi bergabung denganDI/TII, pemerintal meluncurkan program Biro Rekonstruksi Nasiona (BRN).Untuk mengawasinya, Kementerian Pertahanan RI juga menggulirkan programKorps Cadangan Nasional (KCN) yang beranggotakan militer aktif Umurnnyamereka dikirim ke daerah terpencil di Sumatera Selatan, dengan maksudmenjadi pelopor pembangunan sekaligus membawa unsur keamanan.

Temyata di lapangan, program ini menyimpang dari rencana. Maka, pemerintahterpaksa mengambil sejumlah kebijakan. Pada tahun 1956 daerah Lampungrrengah dinyatakan tertutup untuk transmigrasi. Alasannya, sudah terlalupadat jurnlah penduduknya.

Meski demikian, penduduk Jawa yang tergiur oleh cerita-cerita keberhasilanpara trasmigran, diam-diam merembes dan merambah ke hutan-hutan Lampung.wilayah sasaran para transmigran swakarsa tersebut antara lain, kawasanhutan lindung Gunung Balak karena kesuburan tanahnya. Maka sejak 1960kawasan cagar alam seluas 20 ribu hektar sudah dirambah pendatang yangtersebar di 1 desa baru, dengan jumlah sekitar seratus ribu jiwa (1970).

Upaya pemerintah untuk reboisasi hutan lindung dan memindahkan para'muhajirin' sia-sia. Penduduk bersikeras tak mau pergi. Mereka rela matidemi tanah yang telah mereka ugeri. Sejengkal tanah, sejari bumi, akanmereka pertahankan sampai titik darah penghabisan. Maka, ketika aparatpamong praja datang, penduduk pun "menghunus pedang dan parang. Akhimyasuara tong-tongan berkumandang, " Ono rojo pati, ...ono rojo pati, " bisikdari mulut ke mulut. Pembunuhan telah terjadi.

Akhimya Pemerintah Daerah merasa perlu mengakomodasikan aspirasi parapendatang yang telah turut, meningkatkan pendapatan daerah itu. Ketiga belasdesa transmigran spontan dan swakarsa, resmi disahkan menjadi desapersiapan. Gubemur Lampung waktu itu R. Sutiyoso, tergopoh-gopohmengeluarkan Surat Keputusan membentuk Kecamatan Gunung Balak danmelegalisir desa-desa baru tersebut (1974).

Beberapa tahun kemudian keputusan itu ditinjau ulang malahan dibatalkankarena banjir bandang melanda Lampung. Waduk Way Jepara dangkal akibatpenggundulan hutan lindung. Padahal proyek irigasi itu mampu mengairi 22.000hektar sawah di sana. Penghijauan kembali harus dilakukan dan para perambahhutan harus dipindahkan, sukarela atau terpaksa.

Meskipun teramat sangat alot dan memakan perundingan yang berkepanjangan,toh, akhirnya penghuni Gunung Balak bersedia dipindahkan ke Lampung Utara.ltu pun dengan mengerahkan TNI-AD ( waktu itu ABRI) yang turut membantumempersiapkan lahan bagi mereka (1986). Tetapi sekitar seribu keluarga masihbertahan karena menunggu selesai panen. Namun, biar sudah sekian kali musimtuai, mereka tak kunjung pergi. Sebaliknya, pendatang baru terus menyelusukmasuk ke wilayah Gunung Balak yang telah diputuskan untuk dikosongkan itu.Kian lama jurnlah mereka kian meruah.

Pemerintah tak sabar. Peringatan demi peringatan tak mereka hiraukan.Akhimya pada 19 November 1988 dilakukan operasi, melibatkan puluhan petugas.Rumah-rumah harus dibongkar. Penghuninya dipaksa meninggalkan pemukiman.Yang bertahan "diamankan". Pondok-pondok dan bangunan yang ada dirobohkan,malah, kalau perlu, dibakar. Konon, ada sekitar seribu hunian terkenaoperasi 'kemanusian' yang oleh penduduk diartikan 'pembinasaan'.

Maka, Kecamatan Grinung Balak tak pemah tegak. Peta almanak Lampung batalmenampung wilayah administrasi yang baru dipersiapkan itu. Sebaliknya,petugas mengharu biru penduduk. Pondok-pondok dan bangunan yang susah payahmereka dirikan harus dirobohkan dan dimusnahkan, sampai rata mencium tanah.

Page 9: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 9Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Inilah awal dendam, mengapa rakyat pedalaman, membenci aparat pemerintah.Maka ketika ada orang yang dengan lantang menyatakan bahwa pemerintah telahzalim dan PancasiIa tidak sah, rakyat pun gegap, gempita menyambutnya.

Ada dendam di Lampung Tengah. Anak -anak tak lagi berlari-lari dengan tawajenaka. para Ibu tak tampak seperti biasa, menghabiskan sisa senja denganceloteh, remeh. Sebaliknya, kesumat melekat di mana-mana. Dendam di dadamenumbuhkan gregetan. Ontran-ontran dan gegeran, sewaktu-waktu bisaterulang. Tembang megatruh kenestapaan mulai dilantunkan. Kecerah-ceriaankian meredup, menggulung matahari yang nyaris terkatup. ltulah gambaranLampung Tengah, di mana, Cihideung bersimpuh pada tengara 1989.

Bagian 2 - Babad TalangsariBABAD TALANGSARI IIIPuisi Gegeran

AMARTA adalah negeri yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem, kartoraharjo, maksudnya ialah negeri yang kaya raya, tenteram, dan sejahtera.Penghuninya hidup dalam keadaan yang serba ada, segalanya mudah dan semuanyabisa. Tentu ini hanya ada di dunia para dalang, yang sedang menggambarkantentang kejayaan negeri bayang-bayang, yakni, negeri yang penghuninyamendapat jaminan dan perlindungan tidak hanya dari penguasa, tetapi jugaalam sekitarnya.

Dalam bayangan penulis, semasa kecil, gambaran para dalang itu sesungguhnyamenceritakan dunia nyata tentang jawa, orang-orangnya, suasananya, jugakehidupannya. Negeri Amarto[a] yang digambarkan dengan setting Jawa, tiadalain ialah Tanah Jawa, di indonesia. Gambaran yang cukup sederhana, terutamabagi seorang yang hanya tahu tentang wayang di masa kecilnya.

Tetapi mungkin saja, Jawa dulu dan Jawa sekarang berbeda. Sebagianpenduduknya sudah banyak yang menyeberang, melanglang ke negeri orang,mening- ga1kan Jawa yang tak lagi "gemah ripah lohjinawi, toto tentrem dankarto raharjo". Jawa masa lalu tinggal kenangan, masa kini ditinggal orang..

Sukidi (40 th. ) agaknya bukan mewakili J awa masa lalu. Kini, dia telahberada di negeri Sang Bumi Ruwa Jurai, Lampung, meninggalkan Jawa, 28 tahunsudah, mengikuti jejak para transmigran. Cukup mapan dia, setidaknya biladibanding dengan kehidupan ~asa la1unya di Jawa yang semakin tak memberiharapan. Di sini, di Dusun Talangsari III, Kec. Way Jepara, Lampung Tengah,Sukidi cukup punya harkat, martabat dan derajat. Dia diho~ati, ma1ahandjangkat menj~di tokoh masyarakat.Awalnya, dengan berbekal sebongkah harapan, Sukidi melangkah dariBanyuwangi, Jawa Timur, menuju ~ampung. Kala itu, tahun 1972, pada saat bumiLampung masih belum ¥epenuhan transmigian, Sukidi menepis pandangan; "makannggak ~akan, asal kumpul", menjadi "kumpul nggak kumpul, asal makan". Dengansemangat bulat, ia berangkat, menuju Way Jepara di Lampung Tengah,meninggalkan sanak kadang dan handai taulan.

Way Jepara adalah satu dari 23 Kecamatan yang a4a di Lampung Tengah. Daerahseluas 240 km2 ini mempunyai 20 kelurahan dan: sekitar 80 ribu jiwc;1,berdasarkan sensus tahun 1989. Dari 20 kelurahan itu, satu di antaranyabemama Rajabasa Lama. Di Kelurahan Rajabasa lama inilah, Talangsari III,sebuah dusun kecil itu berada. Agaknya dusun yang luasnya cuma 40 hektar initak akan dikenal orang kalau saja tak terjadi gegeran antara anak manusiayang menghebohkan itu. Talangsari juga tak bakal disebut jika tak adakelompok yang membadut menantang pemerintah, mencerca kebijakan danmengumbar kejahatan. Sulit dipercaya, tetapi ini nyata.

Babat Alas

Page 10: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 10Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Way Jepara saat Sukidi datang tahun 1972, tentu saja tidak sama dengan WayJepara masa kini. Pada saat itu, Way Jepara masih merupakan kawasan hutanyang tak setiap jengkal tanah mampu dljamah orang. Masih banyak hutan yangdijadikan istana hewan buruan, Untuk mengubah hutan menjadi hunian, tidaksembarang orang boleh mengatakan gampang. Hanya orang-orang pilihan dantahan ujian yang mampu melakukannya.

Sukidi membabat alas Talangsari, setelah menemukan lokasi yang cocok untukdijadikan daerah hunian. Di suatu kawasan yang penuh dengan pohon durian,Sukidi tertarik untuk menjadikannya tempat tinggal. Dalam bayangan Sukidi,tempat inilah yang kelak akan menjadi daerah terbaik. Alasannya, selainsuhur, daerah tersebut memiliki unsur tanah merah dan tidak berpasir,sebagaimana umumnya tanah di Lampung.

Orang Banyuwangi ini segera mencari tahu pemilik tanah. Dari kantor desadiperoleh kahar, tanah pilihan Sukidi tersebut, temyata milik Amir PuspaMega, kepala desa Rajabasa Lama,penduduk asli yang dikenal banyak memilikiharta peninggalan keluarga. Amir puspa segera akur dengan Sukidi yangberminat ingin mengolah lahan perawan itu.

Bersama Sudjarwo dan Ngatidjan? teman seperjuangannya, Sukidi mulai menebanghutan menyiapkan daerah hunian. Pohon kecil, pohon besar ditumbangkan,belantara menjadi terang. Sepetak dijadikan pemukiman, sepetak lainnyadijadikan lahan pertanian. Dalam sejarah Talangsari, ketiga orang inilahyang dianggap sebagai cikal bakal lahimya sebuah perkampungan yang kelakbemama Dusun Talangsari III.

CihideungMembabat alas tidaklah mudah. Hanya pekerja keras dan bermata awas .yangbisa melakukan pekerjaan ini. tidak semua orang punya kemampuan sepertimereka. tak cuma cerita, sudah banyak orang melakukan pekerjaan yang sama,tetapi kandas tak membawa hasil. Cerita tentang cikal bakal Cihideung, dusunsatu agar dengan Talangsari misalnya, punya pengalaman menarik. Konon,beberapa waktu sebelum Sukidi membabat kebon duren Talangsari, adasekelompok orang yang juga ingin menjadikan kawasan perawan untuk dijadikanhunian. Tanpa sebab yang jelas, mereka meninggalkan kawasan itu setelahsempat memberi nama Cihideung. Kabarnya, orang-orang tersebut berasal daridaerah pasundan, Jawa Barat.

Pembukaan Cihideung kemudian dilanjutkan penduduk setempat, tetapi jugagagal dan akhirnya ditinggal. Kurang lebih dua tahun setelah Sukidi bekerjakeras membuka kebon duren Talangsari, datang rombongan baru meneruskanpembukaan kawasan Cihideung. Kali ini tiada aral, mereka berhasil danmenjadikannya tempat hunian dengan nama yang sama, Cihideung. Mereka ituialah keluarga Jayus, yang mengaku berasal dari daerah asal Sukidi,Banyuwangi.

Membuka hutan seperti ini sudah lazim bagi orang-orang Jawa yang datang keLampung. Cara demikian dianggap paling menguntungkan kedua belah pihak.Pemilik tanah diuntungkan karena tanah mereka menjadi punya nilai ekonomis,bisa menjadi lahan pertanian atau lahan perkebunan dan bila dijual harganyatidak serendah manakala masih menjadi hutan belantara.

Bagi pengolah tanah juga untung. Tanpa harus mengeluarkan uang, dia bebasmenggarap tanah seperti milik sendiri. Penggarap akan membagi hasil panen,hanya bila tanah tersebut menghasilkan sesuatu.

Kondisi seperti itulah yang dialami Sukidi dan teman-temannya. Malah, merekapunya kesempatan rnembeli sebagian lahan yang mereka garap itu. Amir PuspaMega menawarkannya dengan cara cicilan, seberapa Sukidi mampu. Dengan carainilah Sukidi bersama teman-temannya kini memiliki beberapa hektar tanahimpiannya. Pada kenyataannya, tanah Amir Puspa seluas kurang lebih 25hektar, hanya tinggal 6 hektar yang belum terbeli oleh Sukidi dan

Page 11: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 11Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kawan-kawannya, yang kini menjadi warga Talangsari III.

Untuk bisa memiliki tanah garapan, Sukidi bersama teman-temannya membelidengan cara patungan. Misalnya, satu hektar seharga Rp30.000,00 dirombongoleh 30 orang. Berarti satu orang hanya dikenakan .Rp 1000 saja. Tetapi,tanahnya tidak langsung dibagi. Tunggu dulu, sampai bisa membeli secara agaklebih luas agar bisa dibagi rata sesuai tabungan masing-masing yang tercatatdalam buku Sukidi.

Tanah Amir Puspa tergolong baik. Ciri-cirinya berwarna merah kehitaman, takberpasir, Dibanding tanah merah, tanah berpasir lebih murah, cumaRp10.000,00 per hektar. Bagi Sukidi, mengeluarkan sejumlah uang untukmembeli tanah bukan perkara gampang. Pada zaman itu, kehidupan sulitmendera. seluruh rakyat. Orang cuma berpeluang untuk mengisi perut.

Sukidi bersama teman-temannya, pergi dari kampung ke kampung untuk menjadiburuh cangkul di ladang- ladang penduduk agar memperoleh upah. Waktu 3 hariuntuk buruh cangkul.dan 4 hari untuk bekerja di lahan Amir Puspa. Kalamendapat uang Rp 100,00 separuh ditabung, separuh lainnya dibelikanmacam-macam kebutuhan pokok. Misalnya, minyak tanah dan gaplek. Gaplekitulah bahan makanan pokok mereka sehari-hari.

Makan TiwulBagi Sukidi, tiwul merupakan makanan utama, sumber tenaga untuk menjalaniaktivitas kehidupannya sehari-hari. Nasi olahan dari gaplek ini merekanamakan nasi uleng. Cara membuatnya sederhana. Gaplek kering direndam,kemudian ditumbuk hingga menjadi tepung, lalu dijemur. Tepung gaplek inidimasak dengan campuran kacang-kacangan dan sedikit beras untuk menambahrasa nikmat. Olahan bahan seperti inilah yang disebut nasi uleng.

Cara hidup seperti ini umumnya juga. ditiru oleh pengikut Sukidi lainnya.Pada awalnya pengikut Sukidi hanya 3 orang, setelah 28 tahun, jumlahpenduduk Sukidi sudah lebih dari 100 KK.

Tukar WilayahIni kisah nyata dua kelurahan, Rajabasa Lama dan Pelabuhan Ratu, salingtukar wilayah. Alasannya? Ada satu dusun milik Rajabasa Lama, letaknya jauhdan justru mendekat ke Pelabuhan Ratu. Sebaliknya, ada satu dusun milikPelabuhan Ratu, letaknya dekat ke Rajabasa Lama.Dusun Umbul Kacang, milik Rajabasa Lama, tempatnya menjauh, sekitar 25 kmdari kelurahan induknya, lebih dekat ke Pelabuhan Ratu. Bila hendak ke UmbulKacang, para petugas sering melewati beberapa wilayah Pelabuhan Ratu yangcenderung mendekat ke Desa Rajabasa Lama. Demikian halnya bagi KelurahanPelabuhan Ratu yang mempunyai wilayah sangat jauh dari Kantor Desa. Wilayahitu bemama Dusun Cihideung yang berbatasan langsung dengan Dusun Kebon DurenSukidi, di kelurahan Rajabasa Lama.

Akibat lokasi yang jauh, para petugas kelurahan merasa sulit jikamengunjungi dusunnya masing-masing. Maka untuk memudahkan administrasi danpengawasan, pimpinan kedua kelurahan itu bersepakat tukar wilayah.Kesepakatan tukar wilayah tersebut berlangsung pada Juli 1988. Umbul Kacangikut Pelabuhan Ratu dan Cihideung menjadi milik Rajabasa Lama.

Cihideung dan Kebon Duren letaknya bergandengan, bahkan berbatasan satupagar. Masyarakat Rajabasa Lama berunding, mereka sepakat, kedua wilayahkecil itu digulung menjadi satu. Gabungan dua wilayah itulah yang kemudianmenjadi satu dusun bemama Talangsari III. Dengan adanya kejadian itu,sesungguhnya Cihideung tinggal nama dan Kebon Duren tinggal cerita.

Talangsari III

Page 12: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 12Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Kalau saja Amir Puspa Mega, orang asli Lampung itu tidak ngotot memutuskansebuah nama Talangsari, untuk semua wilayah yang berada di sisi SelatanJalan Propinsi yang melintas di wilayahnya, mungkin wilayah itu sudahbernama. salah satu nama daerah yang ada di Banyuwangi. Pasalnya, sangatjarang perintis hunian baru di Lampung tidak membawa serta nama kampungnyake wilayah rintisan.

Oleh sebab itu, tak perlu heran bila tanah Lampung bagaikan tanah Jawa yangdipindah, tidak hanya orang- orangnya, tetapi juga kampung halamann:ya. DiLampung ada Pekalongan, ada Blambangan, ada juga Sukoharjo dan Wanosobo,malahan di Lampung Tengah ada kecamatan yang bernama Surabaya. Mungkin padasuatu ketika akan ada dusun yang bemama Jakarta, boleh jadi.

Talangsari III, sebuah nama permintaan Amir Puspa Mega pada saat menjabatKepala Desa. Bagi orangLampung, kata talang dan umbul bukan hal baru. Ada beberapa wilayah yangbernama umbul, misalnya Umbul Puk atau Umbul Hujan Mas di Pakuan Aji.Mungkin masih lebih banyak lagi nama-nama serupa yang belum terdaftar.

Bila ada beberapa rumah yang mengelompok terdiri dari 5 atau 6 rumah dipeladangan, maka kelompok hunian itu disebut umbul. Dan bila beberapa umbulitu bertambah, maka dengan sendirinya menjadi talang. Kumpulan talang itulahyang disebut dusun, cikal bakal sebuah desa. Jadi, Talangsari III adalahurutan dari nama Talangsari I, Talangsari II yang sudah ada jauh sebelumSukidi membuka kebon durian Amir Puspa Mega.

Talangsari III adalah gabungan dua dusun dari dua kelurahan yahg berbeda.Dusun seluas lebih kurang 40 hektar itu mirip pulau kecil. la dikelilingisebuah kali bemama Sungai Beringin melingkari wilayah penghasil coklatterbaik di daerah itu. Untuk mendatangi "dusun pulau" ini, dihubungkan olehlima jembatan yang melintas sungai selebar sekitar dua. setengah meter.Jembatan-jembatan itulah yang dahulu dirusak oleh gerombolan Warsidi, untukmenyiasati aparat agar terhalang datang.

Pada mulanya masing-masing punya otoritas dan kewibawaan. Penggabungan itubaru terjadi sekitar 4 bulan sebelum huru-hara meletus. Secara administrasimungkin tak ada masalah. Tetapi secara sosial, tampaknya ada yangmengganjal, terutama bagi orang-orang tertentu yang kemudian merasakehilangan hak martabat kewilayahan, setelah harus bergabung satu namamenjadi Talangsari III. Apalagi di bawah komando Sukidi yang mereka kenalsebagai orang yang biasa-biasa saja. Agaknya, masalah ini juga menjadipemicu, mengapa Warsidi tak menggubris ketika Sukidi meminta surat-suratadministrasi kelengkapan diri.

Namun sebagai kepala dusun, Sukidi tetap menjalankan fungsinya. Dia mulaimendata administrasi dusun. Data penduduk, surat-surat kepemilikan tanah dansegala kegiatan warga mulai didaftar, termasuk menyoal kehadiran Warsidi dankelompoknya yang belum melaporkan identitas diri kepada pamong.

Tetapi baru dua atau tiga bulan menjalankan kegiatan, Sukidi mendapatgangguan dan perlawanan. Berbagai perilaku aneh yang tak lazimdipertontonkan pada Sukidi. Sikap kurang bersahabat dan mengesankanpermusuhan juga diembuskan oleh Warsidi dan kelompoknya. Sukidi risih dansangat bersedih tatkala menyadari bahwa Warsidi semakin tak terkendali. Apibenci mulai dinyalakan. Di dalam dada mereka, hanya ada satu kalimat,.sumpah serapah dan caci maki yang jauh dari berserah diri.

Bagian 3 - Kronologi GegeranGEGER TALANGSARIKronologi Gegeran

Page 13: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 13Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

PERJALANAN waktu tak mampu dijangkau bahkan oleh Sukidi sekalipun. Priasetengah baya, Kepala Dusun Talangsari III, way Jepara, Lampung Tengah ituketenangannya tiba-tiba terusik oleh tamu misterius. tamu tersebut datangbersama kelompoknya, tanpa assalamu 'alaikum kepada tuan rumah. Padahalmereka tidak sekadar bertamu, malah kemudian menetap.

Merasa dilecehkan, Sukidi mengingatkan tamunya. Namun ia segera mendapatjawaban yang sama sekali tak ia mengerti. "Ini bumi Allah, hanya kepadaAllah, kita menghormat", jawab sang tamu menggurui. Merasa dilecehkan,Sukidi mengingatkan tamunya. Namun, ia segera mendapat jawaban yang samasekali tak ia mengerti. "Ini burni Allah, hanya kepada Allah, kitamenghormat", jawab sang tamu menggurui. Belakangan Sukidi baru mengetahuibahwa tamu misterius itu, bernama War, Anwar, atau Warsidi alias AnwarWarsidi, seorang yang ditokohkan menjadi pemimpin kelompok pengajianbern"ama Jama'ah .Mujahiddin Fisabilillah.

Kelompok KecilKelompok Warsidi di Talangsari punya kaitan historis dengan kelompok kecilyang ada di Jakarta Kabarnya, yang inembidani kelompok kecil Jakarta ituialah Nurhidayat, Ahmad Fauzi, Wahidin, dan Sudarsono. ,Serpihan pemudatanggung yang tengah menggebu belajar agama ini, hatinya tak tentram ketikamelihat hukum di Indonesia tak lagi ditegakkan berdasar Islam.

Mereka merasakan ada kezaliman yang telah merusak bangsa dai1 negaranya.Oleh karena itu, hukum Islam harus ditegakkan. Caranya? Mula-mula harusmerapikan barisan atau saf. Kemudian berjamaah, menggalang kekuatan hinggamenjadi bangunan yang kokoh. Ibarat pohon yang akarnya menghujam ke bumi,tak mudah tercerabut oleh tiupan-tiupan angin besar atau kecil.

Dari jamaah tersebut, berkembanglah keinginan membuat perkampungan muslim,yang bebas dari campur tangan penguasa zalim. Di sanalah mereka akan tenangmenjalankan perintah agama dengan baik. Inilah embrio terwujudnya mimpibesar, tegaknya Negara . Islam di Indonesia-tegaknya NII, yang senantiasaingin. dihidup-hidupkan oleh pendukung serta simpatisannya.

Untuk mewujudkan mimpinya, kelompok Jakarta ini memberlakukan doktrin tigatahap. Pertama, mentakfirkan selain dia. Artinya, bagi yang tidak mengikutihukum Allah, kafir. Termasuk ulama sekalipun, bila menghalangi mereka dalammenegakkan hukum Allah, halal darahnya. Kedua, menolak Pancasila sebagaiazas. Alasanya, pemerintah dengan Pancasilanya telah menjauhkan umat dariperilaku Islam. Ketiga, puasa.selang-seling selama 40 hari, membaca wiriddan salat ma1am berjamaah supaya jiwanya siap menjadi syahid.

Bagi yang lulus menyelesaikan doktrin tahap ini, berhak hijrah ke Lampungbergabung dengan Warsidi. Dari mereka, Ulama Jamaah Mujahiddin Fisabilillahlahir dari mereka pula peristiwa berdarah itu ditabur.

Warsidi Tak TerkendaliSetelah kelompok Jakarta bergabung, suara Warsidi makin nyaring. Masyarakatsetempat menggambarkan, perilaku Anwar Warsidi dan kelompoknya semakin takterkendali. Setiap khotbahnya selalu menyalakan api permusuhan, menentangpemerintah dan mencerca Pancasila. Pemerintah dikatakannya sebagaiorang-orang kafir yang kerjanya cuma mengkorup uang rakyat. Oleh sebab itu,haram hukumnya memakan uang gaji dari pegawai negeri. Dengan sendirinya,juga tak perlu membayar pajak, apalagi wajib.

Pemah Sukidi mengajak gotong-royong mengeras- kan jalan desa. " Qur 'an takmengajarkan orang gotong-royong", jawab mereka segera. Ajakan siskamling punmendapat jawaban serupa sehingga sangat tak di- mengerti banyak orang,termasuk alasan, mengapa mengambil tanaman penduduk tanpa izin.

Sejak itu, masyarakat menjadi tak tenang. Hari-hari mereka dilalui denganresah dan ketakutan, setelah sejumlah anak buah Warsidi mendatangi Sukididengan membawa-bawa golok dan pedang. Tanda-tanda perang mulai digelar.

Page 14: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 14Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Sebagian penduduk, satu demi satu meninggalkan harta miliknya, mengungsi.Termasuk keluarga Sukidi sudah pindah ke dusun lain, menjauhkan diri daritetor gerombolan.

Melihat ini, Sukidi tak kuat. la segera melaporkannya kepada Amir PuspaMega, Kepala Desa Rajabasa Lama, atasannya. Amir Puspa Mega bersama Sukidikemudian melanjutkan ke Kecamatan Way Jepara, melaporkan tabiat AnwarWarsidi yang meresan banyak orang. Dari sinilah lolongan panjang gerombolanWarsidi mulai terdengar. Malah, gaungnya memecah langit hingga ke negeriseberang.

Tangisan duka Talangsari mulai didengungkan. Malapetaka itu menyisakan duka,tidak saja bagi Warsidi dan pengikutnya, tetapi juga masyarakat desa yangtak berdosa, sampai kini.

* * *

KRONOLOGI GEGERANEpisode :GUGURNYA KAPTEN SOETIMAN

ADA gegeran di ladang penduduk. seseorang uring-uringan. Harta miliknyahilang. Serumpun bambu melayang. Pada suatu ketika di hari yang berbeda,terdengar lagi suara orang-orang kehilangan kelapa. Bukan omong kosongapalagi berita bohong, beberapa penduduk melapor, kali ini kehilangansingkong.

Kabar angin itu benar-benar sampai ke telinga Sukidi. Sebagai kepala dusun,dia tak bisa diam apalagi membisu. Sukidi menyelidik, membuka matalebar-lebar dan juga telinganya. Diperoleh kabar, ada warga baru di rumahJayus bertabiat tak lazim yang telah mengubah adat, boleh mengambil milikorang tanpa izin. Serangkaian kejadian aneh itulah awal drama Talangsari IIIdibeber.

Sang Kepala Dusun bertandang, menyelisik ke rumah Jayus. Benar, di sanasudah nongol muka-muka baru yang tak jelas usul dan asalnya. Ketika ditanyaidentitas, mereka mengelak. Anehnya mereka tidak memungkiri saat disinggungsoal tanaman penduduk. "Ini burni Allah, semua orang berhak menikmati",celetuk salah seorang dari mereka. Celetukan itu temyata menjadi buah-bibirdan masalah, tidak hanya bagi aparat, tetapi juga masyarakat, bahkan sampaikini berkepanjangan.

Berikut ini urutan kejadian yang membawa petaka tersebut. Sengaja dituturkansecara rinci, agar bisa memberi gambaran yang pas tentang peristiwa yangdianggap menghebohkan bagi perjalanan politik di Indonesia itu. Data detailtuturan seperti ini ternyata masih belum banyak terkuak dan diketahuimasyarakat luas, sehingga apa yang berkembang di masyarakat, seringkaliberbeda dengan fakta yang sebenarnya.Tuturan ini berdasarkan fakta dan data lapangan yang berhasil dihimpunlangsung dari nara .sumber, baik berupa wawancara maupun dokumen asli.

* * *

KRONOLOGINYA

Rabu Wage,1l Januari 1989

1.. Sukidi dan Mansur mengirim surat kepada Amir Puspa Mega. Isinya: padapuku1 20.00 (malam Jumat), Jayus warga Cihideung menerima tamu dari Jakarta,sebanyak 15 orang, laki-laki dan perempuan.

Page 15: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 15Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

2.. Tamu-tamu tersebut hendak mengadakan pengajian hari Jumat dipimpinseorang kiai bernama Pak War. Para pendatang itu tidak membawa identitas dantidak melapor kepada aparat setempat.3.. Malah, kabarnya, pada Jumat berikutnya akan didatangkan lagi tamu-tamudari Malaysia.Kamis Kliwon, 12 Januari 1989

1.. Pukul 10.00 (pagi hari). Berdasarkan laporan Sukidi, Amir Puspa Megamengirim surat kepada Zulkifli Maliki, Camat Way Jepara, tentang situasiCihideung. Di dalam amplop, dilampirkan surat Sukidi, yang melaporkansituasi dusunnya.2.. Pukul11.30 (menjelang Lohor). Hari itu juga, melalui surat, Zulkiflimemanggil Kepala Desa agar segera menghadap Camat Way Jepara, denganmembawa: Jayus, Pak War, Mansur, dan Sukidi. Dalam surat panggilan itu,Zulkifli memerintahkan kepala Desa harus segera menghentikan dan melarangpengajian yang mendatangkan orang-orang dari luar daerah, apalagi tanpapermsi kepada aparat setempat.

3.. Pukul 16.30 (bakda Asar). Beberapa menit setelah membaca surat dariCamat, Warsidi segera mengirim jawaban berupa surat ketikan. Isinya ringan,seperti tanpa beban."Yth. Bapak Camat Way Jepara di tempat.Dengan hormat,Bahwa surat yang kami terima, sudah kami ketahui isinya.Perlu diketahui kami dalam kesibukan, dalam mengisi pengajian di berbagaitempat.Oleh sebab itu kami tidak bisa datangke Kantor Bapak.Kami sebagai orang Islam yang sangat menjunjung tinggi Sunnatulloh danSunnaturrosul dalam sebuah Hadist dikatakan:SEBAIK-BAIKNYA UMARO IALAH YANG MEN- DATANGI ULAMA DAN SEBURUK-BURUKNYAULAMA YANG MENDATANGI UMARO.Oleh karenanya kami mengharap kedatangan Bapak di tempat kami untukmengetahui keadaan yang sebenarnya.Demikian harap maklum ...Semoga Allah memberi hidayahNya.Hormat kami, Ttd.( ...War ...)".-

4.. Zulkifli mengaku, seperti kena tampar ketika membaca surat Warsidiyang isinya meminta dirinya yang datang dan bukan sebaliknya. la takmenyangka, suratnya akan mendapat balasan seperti itu.Jum'at Legi, 13 Januari 1989

1.. Pukul 15.00 Untuk memenuhi permintaan Warsidi, Zulkifli bersamarombongan: Kades Rajabasa Lama, Kades Labuhan Ratu, Kadus Talangsari III,Kadus Kelahang dan beberapa staf lain datang ke lokasi.

2.. Pada pertemuan itu, Zu1kifli mempertanyakan maksud hadis yang dikutipWarsidi dalam suratnya. Kiai War tidak segera menjawab. Setelah mukanyamenoleh ke kiri dan ke kanan, beberapa pengikutnya curna menganggukkankepala. "Pokoknya itu ada di hadis", kata Warsidi kemudian.

3.. Zulkifli menggambarkan, pertemuan yang berlangsung satu jam di rumahpanggung itu tidak bersahabat dan menegangkan. Menurut Zulkifli, ada sekitar30 orang di bangunan tersebut. Malah dari arah belakang, Zulkifli mendengarseseorang berbisik: "Bunuh saja Camat itu".

4.. Sebelum pamit, Zulkifli mengundang Warsidi untuk menemuinya di kantorCamat. Kabarnya, Kiai War berjanji akan memenuhi undangan itu, hari Sabtu,14 Januari 1989.

Sabtu Pahing, 14 Januari 1989

Page 16: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 16Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

1.. Pagi itu Zulkifli menunggu Kiai War dari Cihideung. Tetapi sampaisiang, bahkan hingga sore, Warsidi tak kunjung datang.

2.. Kiai War ingkar janji, bukan sementara, malahan selamanya.

Selasa Kliwon, 17 Januari 1989

1.. Dari Pesantren Al Islam, di Desa Labuhan Ratu I, terdengar kabar adaseorang bemama Usman membuat gara-gara. Guru pesantren ini mengusir KiaiJunaidi, pemilik Pesantren Al Islam yang pemah menolongnya, beberapa waktusebelumnya.

2.. Drama pengusiran terhadap tuan rumah ini berdampak panjang. Belakangandiketahui, dari surat rahasia Usman, pengambilalihan pondok, ternyata adakaitannya dengan Warsidi yang sering mondar-mandir ke tempat itu.

3.. Usman, pria kerempeng kelahiran Semarang, 13 September 1960, punyasejarah anti pemerintah. Pada tahun 1985, ia divonis Pengadilan NegeriSleman, Yogyakarta, 1 tahun penjara, karena menghina Presiden Soeharto.

4.. Ketika hendak diadili, dari mulutnya keluar kata-kata: "Saya tidakpercaya pengadilan berhala. Di Mahkamah Allah nanti kita buktikan siapa yangbenar", sanggah Usman di depan pengadilan.

5.. Selepas menjalani hukuman, Usman menghilang. Belakangan diketahui, diasudah ada di Pondok Al Islam, milik Kiai Junaidi yang ia kudeta itu.

6.. Bersama pengurus Yayasan Al Islam, Kades Labuhan Ratu I melaporkanUsman ke kantor Camat Way Jepara, Lampung.

Jumat Kliwon, 27 Januari 1989

1.. Sepuluh hari setelah membaca surat dari Al Islam, Zulkifli melaporkepada, Kapten Soetiman, Dan Rarnil Way Jepara.

2.. Dalam laporannya, Zulkifli meminta Soetiman agar segera memeriksaUsman sekaligus memanggil Jayus berikut Anwar Warsidi, pemimpin kelompokMujahiddin Cihideung.

3.. Di dalam surat itu juga disebutkan bahwa Jayus dan Warsidi pemahdipanggil Camat, tetapi tidak mau datang. Malah ia mengancam akanmembunuhnya, ketika rombongan Camat mendatangi markas mereka.

Sabtu Legi, 28 Januari 1989

1.. Darah Sang Kapten bergolak ketika mendapat laporan seperti itu. Hariitu juga, Komandan Militer Way Jepara ini segera memangil Usman, Warsidi,danJayus, melalui surat.

2.. Dalam suratnya, Kapten Soetiman memberi kelonggaran kepada merekasampai hari Rabu, 1 Februari 1989. Namun, Warsidi cs tetap tak datang, malahmenantang.

Rabu Kliwon, 1 Februari 1989

1.. Amir Puspa Mega, Lurah Rajabasa Lama, melapor kepada Soetiman tentangkegiatan Warsidi.

2.. Menurut Lurah tersebut, Warsidi dan anak buahnya, semakin hari

Page 17: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 17Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

menunjukkan kegiatan-kegiatan aneh, seperti belajar memanah, latihanbeladiri, dan merakit bahan peledak dari botol bekas minuman anggur

Kamis Legi, 2 Februari 1989

1.. Oleh Soetiman, informasi lurah tersebut segera dipalorkan ke KodimMetro, Ibu kota Lampung Tengah. Dari atasannya di Kodim, Soetiman mendapattugas memantau lokasi dan mengamankan situasi.2.. Sementara itu, diam-diam, Sukidi menyelinap mendekat lokasi. Daribalik semak, Sukidi melihat kejadian aneh. Ada sejumlah anak muda mengenakanseragam pangsi hitam, dengan ikat kepala. Mereka bersenjata pedang, celurit,golok, dan panah.3.. Kejadian itu dilaporkan kepada Dan Ramil Soetiman.

Minggu Wage, 5 Februari 1989

1.. Soetiman tak mau kehilangan momentum. la segera memerintahkan 2 oranganggotanya, Serma Dahlan dan Kopda A. Rahman menuju lokasi.2.. Dua utusan itu menghubungi perangkat desa Baheram, Sukidi, Poniran,dan Supar. Masing-masing sebagai Pamong, Kadus, RW, dan RT.3.. Malam itu, sekitar pukul 23.30, mereka mendekat ke lokasi danmenangkap 6 pemuda tanggung (satu lepas), yang dicurigai. Dari mereka,disita sekarung anak.panah, 5 golok, 2 pedang, dan 2 born molotov.4.. Mereka bernama Sardan bin Sakip (15 th.), Mujiono bin Sadik (15 th.),Parman bin Bejo (19 th.), Sidik bin Japar (16 th.), Saroko bin Basir (16th.). Seorang lagi benama Sadar alias Joko berhasil melarikan diri dalamperjalanan menuju kantor Kelurahan.5.. Parapemuda tanggung, berusia belasan tahun itu, mengaku berasal dariBandar Agung, Labuhan Maringgai, Lampung Tengah, kecuali Saroko, yangmengaku berasal dari Teluk Betung.6.. Setelah tak berhasil mengorek keterangan dari mereka, pihak kelurahansegera mengangkutnya ke Koramil. Aparat Koramil pun tak berhasilmenginterogasi mereka. Kabarnya, mereka sangat teguh memegang sumpahsetianya untuk berdiam diri dan menutup mulut.7.. Menjelang subuh, mereka kemudian dikirim ke Korem 043 GATAM, di BandarLampung.

Senin Kliwon, 6 Februari 1989

1.. Pukul 01.00 ( dini hari) Warsidi terbelalak ketika mendengarpengikutnya ditangkap. Kepada Fadhillah dia memerintahkan untuk merebutkembali anak buahnya yang ditahan aparat. Malam itu juga, Fadhillahberangkat dengan 12 orang pasukan terlatih. Segala kebutuhan dipersiapkan.Golok, panah, dan peledak termasuk seperangkat pakaian dikemas. Merekaberjalan kaki berkilo-kilo meter menerobos belukar menuju Koramil WayJepara.2.. Pukul 06.00 (pagi hari). Fadhillah Cs. sampai tujuan. Sebelum beraksi,ia mendengar kabar bahwa semua tahanan Talangsari sudah dikirim ke KoremGATAM di Bandar Lampung. Fadhillah berunding dengan anak buahnya dan sepakatmelanjutkan perjalanan menuju Bandar Lampung. Namun, sebelumnya mereka haruske Sidorejo dahulu, singgah di rumah Zamzuri untuk beristirahat dan mengatursiasat. Dari markas Zamzuri di Sidorejo itulah mereka merencanakanpenyerangan ke Bandar Lampung, pada sore hari.3.. Pukul 11.00 (siang). Kasdim Metro, Mayor E.O. Sinaga bersama rombongandatang di Kelurahan Rajabasa Lama, bermaksud ingin bertemu langsung denganKiai War. Dari kantor kelurahan Rajabasa Lama, rombongan Kasdim itu dipanduKapt. Soetiman, beriringan menuju sarang Warsidi, yang berjarak sekitar 7km. Iring-iringan rombongan dibagi tiga regu, yakni regu Korarnil, reguKasdim, dan regu Camat. Kapten Soetiman dengan sepeda motor berada palingdepan, memimpin rombongan, disusul 2 jeep kendaraan Kasdim, kemudian diikutiCamat Zulkifli beserta perangkat desa.4.. Pukul 11.30 (tengah hari). Rombongan memasuki lokasi. Suasana sepi,seperti tak ada penghuni. Sayup-sayup terdengar suara sepeda motor KaptenSoetiman dimatikan. Bersamaan dengan matinya mesin sepeda motor itu,

Page 18: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 18Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

tiba-tiba seorang pemuda bertenak. " Allahu Akbar ...," dan sebilah demisebilah anak panah melesat dari balik semak menuju ke arah Soetiman. Suaratakbir itu disambut susul-menyusul, bagaikan nyanyian Perang Sabil. Puluhananak buah Warsidi bertabur, keluar dari rumah-rumah bambu sambilmengacungkan senjata pembunuh, menyerang rombongan. Mayor Sinaga terkesima,mulutnya cuma bisa ternganga, "mundur ...!", teriaknya memerintahkan anakbuahnya agar meninggalkan lokasi. Seketika itu, kendaraan Sinaga berbelokarah dengan menerjang-terjang pepohonan, laju meninggalkan lokasi. Berbedadengan Sinaga, yang selamat Kapten Soetiman menjadi bulan-bulanan anak buahWarsidi yang tengah kesetanan. la dikejar-kejar, tubuhnya dikoyak-koyak, danlehemya ditebas sampai tewas.5.. Pukul 12.30 (setelah satat Lohor). Di musala Jayus, terjadi pro dankontra sesama jamaah. Suasana pondok Warsidi menjadi tak mengental lagi.Persatuan antar jamaah buyar setelah sadar bahwa mereka telah membunuhaparat keamanan. Tidak semua anggota Warsidi setuju dengan kejadian itu.Mereka yang tak punya nyali kemudian meninggalkan perkampungan Warsidi,melalui berbagai jalur: Pakuan Aji, Talangsari, dan Kelahang. Masyarakatsekitar menggambarkan ada ketakutan yang menghantui wajah mereka setelahterjadi pembunuhan aparat. Pada saat terjadi eksodus, Warsidi mengirimutusan untuk mencari Fadhillah agar segera kembali ke Cihideung.6.. Pukul 15.30 (usai sholat Ashar). Jenazah Soetiman dikubur. Fadhillahdatang menemui Warsidi. Menurut pengakuan Fadhillah, Warsidimemerintahkannya untuk mengubah strategi, setelah menyadari Soetiman tewasditangan anak buahnya. Fadhillah harus menciptakan huru-hara di seluruhLampung agar aparat sibuk dan tidak berkonsentrasi ke Cihideung. Sore ituFadhillah berangkat ke Sidorejo menemui pasukannya dengan seonggok beban.7.. Pukul 19.30 Fadhillah berangkat. Niatnya sudah bulat, perang. Dikepalanya tak ada kata lain, "Hidup mulia atau mati syahid". Dari rumahZamzuri di Sidoredjo, mereka hendak ke Korem GATAM di Bandar Lampung. Dan,jalur yang akan mereka tempuh ialah melalui Sribawono ke jurusan Panjangyang berjarak sekitar 90 km. Untuk mempercepat perjalanan, mereka menyewaangkutan umum. Tetapi sayang, di dalam kendaraan yang hendak mereka sewa,ada seorang anggota ABRI, Pratu Budi Waluyo yang tetap ingin ikut meskipunFadhillah telah membujuknya agar Sang Pratu mau mengerti. Akhirnya BudiWaluyo sepakat dibawa serta. Dalam perjalanan, mereka berdialog, salingmemperkenalkan diri. "Jadi Bapak tahu kejadian tadi siang di Cihideung?".Budi Waluyo dengan gagah menjawab: "Saya ikut menyerang, di sana". Mendengarkata-kata itu, Fadhilah gelap mata. Pedangnya segera dihujamkan ke dada BudiWaluyo hingga tewas. Menyadari ada pembunuhan, sopir angkutan larimeninggalkan kendaraannya. Fadhillah bersama pasukan membawa kendaraantersebut menuju ibu kota Lampung dan menebar teror sampai pagi.8.. Pukul 20.00 Sementara Fadhillah membuat kerusuhan suasana di Cihideungmencekam. Aparat tengah bermuram durja sambil merancang untuk mengambiljenazah Soetiman dengan paksa, setelah tak ada tanda-tanda damai dariWarsidi.

Selasa Legi, 7 Februaii 1989

1.. Pukul 01.00 Satu tim pasukan khusus, mengintai lokasi.

2.. Pukul 03.00 Petugas memperingatkan Warsidi berulang-ulatlg melaluipengeras suara megaphoen agar segera menyerahkan jenazah Soetiman. Tak adareaksi Warsidi bahkan juga tak ada tanda-tanda kompromi. Himbauan danperingatan seperti itu terkesan tak lagi dihiraukan. Ketika pagi mulaimenyeruak, seseorang dari balik dinding memberi komando jihad. Bersamaandengan itu, orang-orang Warsidi berhamburan keluar sambil membawa panah dangolok menyerang petugas. Tentu saja, ini perbuatan sia-sia karena aparat takmungkin membiarkan mereka melakukan penyerangan yang mecmbabi buta sepertiitu.3.. Pukul 07.00 Loso (60 th) dan Kamarudin (30 th), warga Pakuan Aji yangmenjadi pemandu garis depan, mendengar ada orang merintih-rintih di dalamsebuah pondok. Kedua orang ini mencari tahu dari mana suara itu berasal.Belakangan diketahui, seseorang membacok anggotanya sendiri, ketika hendak

Page 19: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 19Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

menyerah ke aparat. Kamarudin malah melihat, bangunan rumah bambu itukemudian dibakar oleh anak buah Warsidi.4.. Pukul 11.30 (menjelang Lohor). Kobaran api yang melahap pondok Warsidibeserta isinya baru bisa dipadamkan. Kini, setelah sebelas tahun berlalu,masyarakat Talangsari III mulai diresahkan oleh sekelompok orang yangmengkais kembali luka lama. Para tokoh masyarakat dan juga para pengasuhPesantren di Wilayah Lampung Tengah, menduga ada "pemain baru", bertopengkemanusiaan membela Warsidi. Kejahatan memang selalu satu kamar dengankebenaran, walaupun tidakpemah akur.

Bagian 4 - Sekilas Tentang Anwar WarsidiSEKILAS TENTANGANWAR WARSIDI

FITRAHNYA, tidak ada manusia jelek, apalagi jahat, karena ia adalah cahayaIlahi. Sifat keilahian, senantiasa mahabaik, lagi sempurna. Yang ada ialahmanusia membiarkan hatinya kosong, sehingga setan atau anasir jahat lainnyamengisi dan merusak kalbu. Penghuni kalbu itulah yang menentukan apakahorang "menjadi" malaikat atau setan.

Itu sebabnya, raja semesta alam memerintahkan kita agar selalu ingatkepada-Nya, supaya anasir jahat tidak pemah punya kesempatan menjadipenghuni kalbu.

Apakah Warsidi, tokoh yang hendak kita bicarakan ini, termasuk yangmembiarkan kalbunya kosong melompong dari cahaya keilahian? Suatu pertanyaan! yang tak mudah dijawab. Tetapi, indikasinya bisa kita ukur, misalnyadengan berbagai pendapat orang-orang yang mengenal dirinya. Di satu pihak,orang menyebut kebaikannya lainnya mengatakan kekurangannya. Ragam ceritadari berbagai pihak, yang belum banyak terkuak dalam media tulis ini, akanmelengkapi kisah tokoh kontraversial, Anwar Warsidi.

Marsudi Menuturkan

Marsudi (65 th.) mungkin satu-satunya nara sumber paling pas untuk didengarpenuturannya. Marsudi ialah adik Warsidi, dari 9 orang keturunan MartoPawiro, ayah kandung mereka. Dari 9 bersaudara itu, hanya Marsudi yangpaling sering hidup bersama Warsidi. Bahkan hingga detik-detik terakhir saatkematian "sang imam", Marsudi tetap setia .mendampinginya.

Usia dua kakak beradik ini juga tak terpaut jauh, hanya selisih 4 tahun.Sekalipun lebih tua, Marsudi mengaku, adiknya jauh lebih cepat dewasadibanding dirinya. Tak hanya itu, sifat sabar dan baik hati juga dimilikiWarsidi. Kata Marsudi, adiknya itu sejak kecil sudah dicintai dankata-katanya diturut oleh teman-temannya. Masih seputar itu, Warsidi sangatdikenal sebagai seseorang yang rajin dan pekerja keras.

Sayang, sekolahnya cuma sampai di SD. Selanjutnya mereka hanya mengaji padaseorang ustad desa bernama Kiai Sirot. Dari Kiai Sirot inilah merekamendapatkan dasar-dasar agama dengan baik. Berbekal sedikit pengetahuanagama itulah mereka berangkat ke Lampung, menyusul Maryumi, kakakperempuannya yang sudah mapan sebagai transmigran di Lampung. Di sana jugaada Marjudi (Muhammad Judi), kakak Maryumi yang menjadi transmigran, sejak1939.

Warsidi lahir di desa kecil bemama Sebrang Rowo, kawasan Candi Borobudur,Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tahun 1939, sebagai anak terakhir.Kakak-kakaknya bernama: Marjudi, Maryumi, Marsandi, Marsiyah, Marsidi,

Page 20: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 20Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Marsudi, Suwandi, Dulbahri. Dua kakaknya yang terakhir, Suwandi danDulbahri, telah meninggal dunia sebelum keluarga mereka boyong ke LampungTengah.

Kabarnya, Maryumi sangat membenci Warsidi, setelah adik kandungnya ituberguru kepada seorang kiai bernama Anwaruddin. Pasalnya, Warsidi tiba-tibamenjadi aneh. Bahkan, Maryumi dikatakan kafir, setelah ia menasihatinya agartidak berguru lagi kepada .Anwaruddin.

Di mata Warsidi, kiai Anwar tergolong ulama besar, berilmu tinggi dan karenaitu wajib ditaati kata-katanya. Warsidi memilih meninggalkan Maryumi danmengikuti ke mana Kiai Anwar pergi. Sejak itu mereka mulai menjauh danmeniti jalan masing-masing.

Anwaruddin ialah seorang guru ngaji di Bandarjaya, Batanghari, Lampung sejak1965. Pertemuan dua anak manusia ini bukan di tempat pengajian, tetapi disebuah masjid di Bandarjaya itu. Ketika Warsidi hendak menunaikan salat,matanya terkesima melihat seseorang yang telah menyelesaikan salatnya,terkesan sangat khusuk. Warsidi memperkenalkan diri. Dari perkenalan itu iamenyimpulkan, Anwaruddin bukan orang sembarangan. Lebih-lebih setelahAnwaruddin membeberkan kisah hidupnya kepada Warsidi.

Warsidi memutuskan menjadi murid kiai yang baru ia kenal itu. Seluruh ucapan"gurunya" juga ingin ia tiru, termasuk perilaku Anwaruddin yang pemahmembunuh orang kafir. Menurut Anwaruddin, membunuh orang kafir tidak berdosadan memeranginya ialah perbuatan jihad. Dalam pandangan kiai pujaan Warsidiitu, pemerintah juga digolongkan sebagai orang kafir.

Warsidi semakin banyak mengetahui pandangan-pandangan gurunya. Misalnya,pemerintahan thoghud harus diperangi dan diganti dengan. pemerintahan Islam.Bagi siapa yang tidak sama dengan dia dap tidak menjalankan syariat Islamdengan baik, kafir, Sayang, nasib menentukan lain. Pertemuan merekaterhalang. Sang guru ditangkap dan dipenjara 'karena mencerca Bung Karnoyang kala itu masih berkuasa.

Masih untung, sang guru asal Banyumas itu segera dilepas sebelum putusanpengadilan jatuh, tertolong oleh peristiwa G 30/S PKI. Selepas dari penjara,Anwaruddin diusir oleh masyarakat karena ucapan dan tingkah lakunya takmembuat sejuk umat. Anwaruddin pindah ke Kogan Lima, Lampung Utara. Warsidibersama Juwariah istrinya, juga ikut boyong ke daerah baru, mengikuti sangguru. Hanya berbekal menjual sepetak tanah, satu-satunya harta, Warsidimenjalani hidup bersama gurunya sebagai orang usiran. Akhirnya, kehidupanWarsidi semakin jauh dari kakak-kakaknya, kecuali Marsudi.

Setahun setelah menjadi orang usiran, Anwaruddin meninggal dunia. Warsidisegera bertindak menggantikan posisi Anwaruddin, termasuk menggantikannyasebagai suami bagi janda sang guru. Sejak itu, nama Warsidi berubah menjadiAnwar Warsidi. Tambahan " Anwar" diambilnya dari namaAnwaruddin, semata-mataagar citra guru besarnya itu tetap melekat dalam dirinya.

Setelah kematian gurunya, Warsidi hijrah ke Pakuan Aji. Selain karena soalekonomi, masyarakat juga tak lagi berkenan dengan keberadaan Warsidi dankeluarganya. Tetapi tak lama di Pakuan Aji, ia kemudian pindah ke LabuhanRatu menjadi buruh koret di ladang-ladang penduduk sambil terus mengajarngaji bagi penduduk setempat. Di sanalah ia bertemu Jayus yang kemudianmemboyongnya ke Cihideung.

Di Cihideung, Warsidi membawa serta Marsudi, satu-satunya kakak yang palingmengerti kondisinya. Bersama Marsudi, dia membangun tempat kegiatan yangberasal dari hibah Jayus, untuk dipersiapkan sebagai pusat pengajian massal.

Page 21: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 21Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Belum berkembang, apalagi berbuah, badai malapetaka datang. Sebuah cita-citamusnah sia-sia, bersama mimpi-mimpinya yang tak sampai.

Cerita Dari Pakuan Aji

Kisah Warsidi masih berlanjut. Kali ini datang dari Pakuan A ji, daerah yangpemah ia singgahi. Kepala desa Pakuan Aji bemama Ismed Inonu (42 th).Seorang pria kelahiran Pakuan Aji dan merupakan bagian dari yang sedikitpenduduk asli Lampung yang masih tinggal di daerah tersebut. Pada saatWarsidi berjaya menjadi kiai Cihideung, Ismed sebagai tukang ojek yangmondar-mandir mengantar jamaah, keluar masuk Talangsari. Kala itu, hanyadari arah Pakuan Aji, lokasi Warsidi mudah ditempuh.

Ismed mengaku tahu banyak ihwal tokoh Jawa yang paling menghebohkan daerahLampung tersebut. Kata Ismed, kedatangan Warsidi di Pakuan Aji sepertiangin, tanpa permisi. Sekali waktu datang, kali lain hilang. Budaya takmelapor diri agaknya sudah tradisi bagi tokoh ini.

Masyarakat mengenalinya, pertama kali di daerah Umbul Puk, masib wilayahPakuan Aji, tahun 1987. Warsidi kemudian pindah ke Umbul Hujan Mas,menggarap kebon lada milik Marsan dengan cara bagi basil.

Dari mulut Marsan, Ismed Inonu mendengar cerita aneh tentang Anwar Warsidi.Kata Marsan, ucapan-ucapan Pak War sering ngelantur tak karuan. Misalnya, iaingin punya anak yang bertanduk dan berekor. Pemah pula Warsidiberteriak-teriak tanpa sebab yang jelas di kerumunan orang. Itu jugasebabnya, Ismed tidak percaya ketika orang-orang mengatakan, kini Warsidimenjadi kiai di Cihideung dan banyak santri belajar mengaji kepadanya. Meskidemikian, Ismed sempat terkesima ketika banyak tamu dari luar kota, keluarmasuk. Cihideung dan mengaku hendak belajar ngaji ke Kiai Warsidi. Tetapi,kekaguman Ismed tidak bertahan lama. Kabar angin pun segera semilir. Tersiarkabar, tamu-tamu Warsidi ternyata membawa masalah.

Ada penduduk di sekitar wilayah marah-marah. Pasalnya, tanaman merekadijarah. Ada singkong hilang. Ada bambu ditebang. Bahkan buah kelapa seringmelayang. Masyarakat menjadi tak tenang. Ismed segera bertandang, mencaridengar dari beberapa orang.

Mereka kernudian rnernbenarkan kabar angin yang diceritakan orang. Kepadapenduduk Pakuan Aji, Isrned mewanti-wanti agar sernakin hati-hatidenganWarsidi.Tidak lama setelah itu, Warsidi benar-benar rnenjadi buah bibir di tengahrnasyarakat Pakuan Aji. Sebagian besar penduduk rnenyaksikan tarnu-tarnuWarsidi, mernbawa-bawa pedang dan juga belajar rnelontar panah di tengahsawah. Tak curna itu, rnereka juga belajar merakit bahan peledak daribotol-botol kosong yang diisi bensin, serbuk gergaji, dan bubuk korek api.Para pemudanya giat berlatih silat, di kepalanya terikat kain bertuliskanjihad.

Kian hari, anak buah Warsidi kabarnya sernakin tak terkendali. Wargarnenjadi tidak tenang, untuk apa senjata-senjata perang itu digalang. Isrnedjuga tak bisa menjelaskan bagairnana seorang buruh koret seperti Warsidirnendadak rnenjadi kiai, lalu rnenyerukan pembuatan panah dan rnernpeloporiperakitan born di tempat terpencil seperti Cihideung.

Teka-teki itu akhimya tersingkap, setelah Warsidi dan anak buahnya rnembuatheboh, rnernbunuh Danrarnil Way Jepara, ketika berkunjung ke rnarkasWarsidi. Kapten Soetirnan ditangkap, tubuhnya dikoyak panah beracun danlehernya ditebas hingga tewas. Mayat pemirnpin rornbongan itu ditahan dandisandera. Peristiwa tersebut rnengagerkan banyak orang, kabutnya tak hanya

Page 22: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 22Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

rnenggelapkan langit Larnpung, tetapi juga meredupkan langit rnanca negara.Kisah pernbantaian Kapten Soetirnan, Danramil Way Jepara inilah klimaks,bagi teka-teki 'Cerita Dari Pakuan Aji'.

Pengakuan Mushonif dan Fadhillah

Warsidi pada awalnya sangat diharapkan bisa menjadi pemersatu bagi suatukelompok yang tengah bertikai karena kelompok Nll pada masa itu sedangterburai dan terpecah belah. Sesama anggota Nll bahkan para pemimpinnya taklagi bersatu, malah cenderung saling ancam hendak membunuh lainnya. Padasituasi seperti itu, satu-satunya tokoh yang masih bisa diharap menjadipemersatu hanya , Warsidi, meski mereka akui belum cukup syarat, layaknyaseorang tokoh besar di lingkungan Nll. Apa boleh buat, ltulah komentarMushonif dan juga kesan yang tersirat dari centa Fadhillah.

Kelompok Ngruki di Jawa Tengah memang sedang r kehilangan tokoh besarAbdullah Sungkar yang kabur ke Malaysia. Padahal, Nll Lampung yangdiharapkan bisa menampung jamaah Ngruki lagi kisruh, lantaran parapengurusnya bertikai saling berebut pengaruh untuk menjadi ketua. Merekaialah Muhammad Rifai dan Zainal Arifin. Keduanya mengangkat dirinya menjadipemimpin Nll wilayah Lampung. Sementara itu, ada satu kelompok kecil diJakarta yang tengah bermimpi membangun suatu kawasan untuk dijadikanperkampungan muslim, sebagaimana yang ada di Malaysia. Mereka yang diJakarta itu ialah Sudarsono, Nurhidayat, dan Achrnad Fauzi.

Kelompok-kelompok bingung inilah yang kelak kemudian dianggap sebagaicikal-bakal meletusnya geger Talangsari di Lampung Tengah itu. Sementarakelompok-kelompok bingung itu mencari sosok pemimpin, Warsidi berpeluangmenjadi pilihan mereka.

Mengapa Warsidi terpilih? Mushonif menyatakan, Warsidi punya tempat,meskipun tidak terlalu luas, Lahan 1,5 hektar di kawasan Cihideung dinilaicukup untuk satu kegiatan awal. Alasan lain, Lampting dianggap tidak terlalujauh dari Jakarta, dibanding harus ke NTB, misalnya.

Pemuda Mushonif (24 th.), saat Cihideung-meletus, sesungguhnya tidak secaralangsung terlibat kegiatan Warsidi. Saat itu, dia bersama Usman mengajar dipesantren Al Islam di Labuhan Ratu, tak jauh dari Cihideung, melihat Warsidimerupakan sosok yang gigih memperjuangkan cita-cita Islam. Di mata Mushonif,Warsidi termasuk tokoh yang pantas diikuti karena ucapan dan tindakannyasejalan. Lebih dari itu, Mushonif juga kagum setelah mendengar bahwa seorangWarsidi berkeinginan hendak membangun suatu "Perkampungan Muslim". Meskipunbelakangan diketahuinya semua itu sesungguhnya akal-akalannya Darsono, yangmengeksposnya ke Lampung.

Mushonif tak pemah membayangkan, hubungannya dengan Warsidi akan membawanyake penjara, hingga 10 tahun di Nusakambangan. Di depan pengadilan, priaberkacamata ini geram dan melontarkan caci maki kepada aparat, serta sumpahserapah terhadap pemerintahan Orde Baru yang dianggapnya jahat dan zalim.

Berbeda dengan Mushonif, Fadhillah sejak awal sudah mengagumi Warsidi. lamelukiskan, Warsidi ialah tokoh yang lebih mementingkan orang lain daripadadirinya sendiri. Seluruh hidup Warsidi, menurut Fadhillah, diperuntukkanbagi perjuangannya. Bahkan pada detik-detik terakhir menjelang ajal, Warsidimenyatakan, lebih baik mati syahid daripada menyerah kepada kaum kafir.Sifat teguh Warsldi inilah yang mengilhami Fadhillah untuk tetapmenjadikannya sebagai tokoh idola bagi dirinya. Kebaikan Warsidi, kataFadhillah, sulit diukur dan dicari padanannya. Contohnya, suatu hari, ketikaFadhilah. sedang melarikan diri ke tengah hutan, orang pertama yang mau

Page 23: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 23Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

menemuinya hanyalah Anwar Warsidi. Kata Fadhillah, ucapan-ucapannyamenyentuh kalbu, bagaikan puisi para pujangga yang mampu menyinariremang-remangnya belantara.

Warsidi menawarkan agar Fadhilah bergabung bersama teman-teman seperjuangan."Berjuang tidak bisa sendiri", kata Warsidi. "Kalau masih ada kawan, mengapabersendiri di hutan?". Inilah antara lain kata-kata yang terlontar darimulut Warsidi, saat menemuinya di tengah hutan, kala itu. Hati Fadhillahbenar-benar runtuh. Dan tak lama kemudian, dia memboyong keluarganyabergabung dengan Warsidi, menghadang masa depan. Di Cihideung, bersama tokohpujaannya itu. Fadhillah menunggu pemimpin sejati. Pemimpin yang takmeninggalkan umatnya sebagaimana Abdullah Sungkar yang kabur ke Malaysia,juga pemimpin yang tak sembarang mengangkat diri sendiri, menjadi imam,seperti Zainal Arifin atau Muhamad Rifai. Meskipun pemimpin ideal itu takkunjung datang, sampai malapetaka Cihideung merenggut semua keluarganya,menjadl tumbal bagl harapannya yang gagal, Fadhillah tetap hormat danmencintai Warsidi sampai kini.

Warsidi, MbedagolIstilah mbedagol mungkin tidak lazim bagi masyarakat umum. Namun, untukkelompok tertentu di daerah Jawa Tengah, sudah biasa terdengar. Istilah inidigunakan terutama untuk menyebut orang-orang yang keras kepala, egois, takmau menerima pendapat orang lain, dan fanatik. Demikianlah kesan yangterungkap dari Suryadi ( 49 th. ), ketika menceritakan pengalaman hidupnyabersama Warsidi, beberapa tahun di Cihideung, Lampung Tengah.

Suryadi orang Solo, Jawa Tengah, lari ke Lampung sungguh tak punya rencanatinggal di Cihideung, lebih-lebih bertemu seseorang yang bemama AnwarWarsidi. Awal pertemuannya dimulai dari rumah Marsan di Hujan Mas, PakuanAji. Cukup singkat, menjadi buruh koret di peladangan lada.

Pengikut Abdullah Sungkar dari Ngruki, Jawa Tengah yang melarikan diri keLampung lantaran dikejar-kejar aparat ini, tak banyak mempedulikan Warsidi,karena sejak awal pertemuannya tidak ada tanda-tanda kecocokan dalam hati.Meskipun demikian, hubungan mereka berlanjut hingga ke Cihideung, rumahkeluarga Jayus. Suryadi dipercaya membuat genteng di perusahaan Jayus.Sedangkan Warsidi bertugas memakmurkan musala Jayus, sambil merancangcita-citanya untuk mendirikan sebuah perkampungan muslirn yang digagasDarsono Cs di J akarta.

Menurut pengakuan Suryadi, mengapa .Warsidi tak pemah cocok dengannya,karena pandangan Warsidi selalu berlawanan. Warsidi seringkalimengatasnamakan Alquran dan Sunah Rasul, meski sesungguhnya ucapan sepertiitu, belum layak keluar dari orang sekelas Warsidi.

Tokoh kontroversial ini sering mengkafirkan orang-orang yang selain dia.Menzalimkan pemerintah, membatalkan Pancasila, dan menghalalkan darah ulama,bila tak sejalan dengannya. Suryadi menggambarkan, Warsidi ialah tokoh yangmbedagol, sulit disentuh pendapat orang lain. Ada saja jawaban yang segerakeluar dari mulutnya, manakala orang lain mengingatkan. Misalnya, ketikadiingatkan soal membaca Alquran, Warsidi menjawab, "Kita bukan orang Arab,maka wajar kalau salah membaca".

Renik pernik seperti itulah yang membuat Suryadi nyaman tinggal di Cihideungbersama tokoh Warsidi dan segera memutuskan pergi, setahun sebelum tragedimeletus.

Warsidi Makan Belakangan

Pada awalnya, Warsidi di mata Arifin bin Karyan (44 th.), hanyalah manusiabiasa yang tak banyak kelebihannya. Namun semakin lama bersama Warsidi, la

Page 24: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 24Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

tak bisa tidak mengagumi tokoh langka ini. Bertambah hari, Arifin semakinbetah di kompleks Cihideung itu. Hatinya menjadi merasa tenteram, setelahlama gelisah tak menentu, saat sebelum kenal Warsidi. Di Talangsari inilahArifin menemukan kehidupannya meskipun akhimya harus kehilangan seluruhkeluarganya.

Arifin bersama istri dan dua anaknya, serta satu sepupunya, berangkat dariTanjung Priok Jakarta, menuju Lampung. Selain ingin meningkatkan harkatnya,ia juga berkeinginan mencari ketenteraman untuk menjalankan perintah gama.Di Lampung, dia disambut dengan suka cita oleh jamaah lain yang datang lebihdulu dari dirinya. Kesan seperti itulah yang hingga kini masih terasa. Saatitu, seorang yang bemama Warsidi memperkenalkan diri sebagai pemimpinpengajian. Kata Arifin, Warsidi terkesan sebagai sosok yang sederhana, penuhperhatian dan tanggung jawab. Istri Warsidi, setiap pagi selalu mendatangijamaah dan menanyakan apakah segala kebutuhan untuk hari ini sudahtercukupi, misalnya beras dan lain-lain.

Bila waktu makan, anak-anak harus makan terlebih dulu, selanjutnya para ibudan kemudian disusul para bapak. Warsidi selalu makan paling belakangsetelah semua jamaah selesai. Demikianlah cerita Arifin bin Karyan yangsempat hidup beberapa bulan bersama komunitas Warsidi.

Ada pro dan kontra, menyoal Warsidi. Ada simpati dan caci maki. Pelangikehidupan Warsidi menyisakan kenangan bagi banyak orang, terutama pengikutsetianya. Sosok Warsidi menjadikan ilham bagi para petualang. Hanyapetualang yang tak membiarkan hatinya kosong melompong dari cahaya ilahi,yang menang. Selebihnya, hanya petualang-petualang yang akan menjadipecundang.

Bagian 5 - Biarkan Meraka BicaraBIARKAN MEREKA BICARA

KETIKA buku ini disusun, ada kabar yang menyatakan, di kawasan Gunung Balakkini dalam keadaan tidak aman. Kelaparan dan kemiskinan melanda LampungTengah, menjadikan penduduknya dicekam ketakutan begal, perampokan, danpenjarahan. Padahal di daerah ini, nara sumber buku Geger Talangsari hendakdiambil. Kabar lain juga menyatakan, masyarakat setempat tidak mau bicarapada pihak yang dicurigai akan menjual Talangsari melalui berbagai LSM, yangkabarnya sering beroperasi di wilayah Talangsari.

Kenyataan di lapangan jauh berbeda. Masyarakat setempat cukup kooperatif danbersahabat. Mereka bercerita apa adanya tentang Warsidi dan Talangsari, pada11 tahun lalu, kurang lebih. Dari celoteh mereka tergambar ada kesedihan,gregetan, dan juga kemarahan.

Tonil tentang Warsidi mengisahkan banyak hal yang tak mudah dicerna olehmasyarakat desa. Teka-teki kehidupannya yang telah menyusahkan banyak orangmasih misteri. Apa yang selama ini mencuat di media massa, soal Warsidi danTalangsari, masih merupakan wacana yang belum teruji, apalagi terbukti.

Masyarakat merasa dibohongi dan dipecundangi tentang infomasi Talangsari,tentang Warsidi yang mirip dagelan Jawa yang belum selesai. Masyarakat jugaingin menuturkan yang sejujurnya, tentang berbagai kejadian, Pada 11 tahunlalu. Oleh karena itu, biarkan mereka bicara!

SUKIDIMantan Kepala Dukuh Talangsari III. Kini, sesepuh .masyarakat di wilayahnya.

SUKIDI tentu tidak mebayangkan, kelak namanya bakal dikenal orang dan

Page 25: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 25Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

dicatat dalam lembaran sejarah di negeri ini. Petani asal Banyuwangi, JawaTimur ini, berada di Lampung sudah sejak 1972. Kala itu cita-citanya cumasatu, hidup mempunyai lahan sendiri, sesuatu yang sangat sulit ia perolehbila tetap tinggal di kampung halamannya, Banyuwangi. Pria pekerja kerasseperti Sukidi memang bukan pemimpi. Sebab, selama hampir 28 tahun di TanahLampung, kini ia memiliki 1,5 hektar lahan pekarangan untuk rumah dan 1,5hektar lainnya untuk sawah dan ladang perkebunannya.

Makmur? Tentu saja belum. Tetapi, untuk ukuran masyarakat dusun sekecil itu,cukup terhormat. Buktinya, setelah belasan tahun didaulat menjadi kepalaDusun, kini ia tetap dijadikan sesepuh. Dijadikan tempat berlabuh dan tempatmengadu untuk berbagai urusan kampung.

Ketika itu seorang warganya mengeluh, tanaman singkongnya raib dijarahorang. Tak lazim, ada singkong hilang sebab semua penduduk mempunyai tanamanubi kayu itu. Sukidi menyelidik, untuk menguak teka-teki. Ternyata ada wargabaru yang mengubah adat, mengambil tanaman orang tanpa izin. Tabiat wargabaru tersebut menjadi buah bibir, bukan hanya di masyarakat, tetapi meluashingga ke kantor desa.

Gegeran orang-orang kecil ini sungguh tak disangka akan menjadi besar danmeluas. Dari masalah kecil itu, temyata bisa mengakibatkan puluhan nyawamelayang, malah jeritan mereka berkumandang hingga ke negeri seberang.

Sukidi, orang kecil yang hidup di dusun kecil ini pun ikut kondang. Pria 48tahun inilah narasumber utama yang pantas dijadikan referensi, ihwalpetualangan Warsidi. Dialah orang pertama sebagai pamong, yang mendapatperlakuan sangat tidak hormat dari imam rnisterius, pencipta ontran-ontranLampung Tengah, II tahun silam.

Bagaimana ceritanya Anda bisa kenal Warsidi?Awalnya saya hanya kenal Jayus, karena dia teman main voly waktu masih muda.Saya kenal Warsidi setelah RW Rasemin menceritakan bahwa di rumah Jayus adatamu yang sudah cukup lama tetapi tidak mau lapor. Kepada Rasernin sayakatakan agar tamu itu melengkapi identitas diri. Rasernin tidak berhasil.Saya mendatangi Jayus. Di sana sudah ada sekitar lima orang tamu yang tidakmembawa identitas. Ditanya asal usul dan tujuannya, mereka tidak maumengaku. Dari Jayus diperoleh nama, salah satu daritamunya itu bemama PakWar. Beberapa hari kemudian ada kabar bahwa tamu Jayus semakin bertambah,malah bertingkah aneh-aneh. Belakangan saya baru tahu, itulah Warsidi dankelompoknya. Itu terjadi 15 Desember 1988.

Berapa jumlah mereka waktu itu?Ketika saya mengadakan cek langsung, cuma ada 5 orang yang tidak saya kenal.Saya beri nasihat agar melengkapi identitas supaya tidak menimbulkankecurigaan. Mereka mengatakan iya, meskipun bohong sampai sekarang.

Apa kesan pertama kali bertemu Warsidi?Biasa-biasa saja, seperti umumnya orang. Tidak ada tanda-tanda aneh, hanyasaja ia sangat tertutup. Saya mendengar, ia pemah di Pakuan Aji, desatetangga sebelah. la tinggal di rumah Marsan dan menjadi buruh koret dikebun lada Pak Marsan itu. Warsidi kabamya jenis orang yang sukaberpindah-pindah tempat. Bahwa kemudian dia menetap di Cihideung karenaJayus mengizinkannya tinggal di situ dan memberikan sebidang tanah seluas1,5 hektar untuk suatu kegiatan kepada Warsidi. Bersama-sama peng- ikutnya,Warsidi membangun tempat itu katanya untuk pengajian. Dari pengajian itulahmasyarakat tahu ada caci-maki dan celaan yang dituju kan kepada pemerintah.

Jayus terrnasuk orang kaya?Biasa saja sama seperti saya, petani di desa sini. Bedanya dia punya usahagenteng dan punya musala kecil. Di situ Jayus dan Warsidi menjalankan

Page 26: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 26Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kegiatannya. Saya kenal baik dengan keluarga Jayus karena memang sama-samadari Jawa.

Apa nama musholah itu?Orang-orang di sini menyebutnya Langgar Jayus. Yang membangun langgar itudulu Pak Karmo, orang tua Jayus. Saya tahu persis keluarga Jayus karenamereka termasuk lama di sini. Setelah Warsidi datang bersama rombongannya,langgar tersebut diberi nama Musholah Mujahiddin.

Setelah ada Warsidi, bagaimana situasinya?Masyarakat banyak yang mengeluh. Mereka resah, kurang senang dengan perilakuwarga baru itu. Ucapannya tak lazim didengar, misalnya: pemerintah kafir.Pancasila batal. Mereka juga mengkafirkan siapa pun yang tidak mendukungnya.Yang sangat menyakitkan hati masyarakat ialah tanaman rakyat dipanen tanpaizin. Kalau ditegur, mereka segera mengancam. Ini semua saya laporkan padaPak Amir Puspamega, Kepala Desa Rajabasa Lama. Oleh Pak Lurah, saya dimintameningkatkan kewaspadaan. Saya bentuk team ronda malam bersama pamong desasecara bergilir. Sejak itu tiap hari banyak laporan dari masyarakat bahwayang datang ke rumah Jayus bertambah banyak.

Berapa lama suasana seperti itu berlangsung?Hampir dua bulan rnasyarakat di sini tegang. Banyak anak buah Warsidirnernbawa-bawa golok dan rnengayun-ayunkannya di jalanan tanpa sebab.Masyarakat juga rnelihat ternpat untuk berlatih rnernanah dan berlatih beladiri. Terakhir ada laporan bahwa rnereka rnengurnpulkan botol-botol kosong,katanya untuk dibuat born. Oleh karena itu, penduduk sernakin ketakutan,lebih-lebih setelah rnereka rnelarang penduduk tidak boleh rnernbawa senterpada rnalam hari dan tidak boleh rnelaksanakan ronda. Dengan larangan itu,penduduk tarnbah tak rnengerti.

Apa tindakan Pak Sukidi?Saya datang ke tempat mereka, berdua dengan Babinsa. Rupanya mereka takberkenan. Mereka menyindir dengan kata-kata yang tak pantas. Seorang jamaahbahkan sengaja melintas di depan Babinsa dan kentut di depannya. Ini benar-benar terjadi. Saya sangat kawatir kalau-kalau Pak Babinsa itu marah, pastibahaya bagi kami. Melihat suasana sudah tegang, saya segera minta pamit.Tetapi sampai di luar, sepeda motor saya raib. Saya bertanya tak ada yangmenjawab. Saya nyalakan senter mencarinya, ternyata sudah mereka buang kepinggir Kali Beringin. Saya ambil. Baru beberapa langkah menjalankan sepedamotor, datang dua orang memegang tangan saya dan berkata: "Pak Kidi, besokkalau datang lagi, jangan berdua. Tanggung!". Kata-kata mereka sudah tidaksaya pedulikan lagi, saya tancap gas. Tetapi, mereka mengejar. Sayaketakutan, tancap gas lagi, kabur. Saya melihat jam, saat itu sudah pukul11.00 malam. Sejak itu, banyak orang bilang bahwa saya dicari orang-orangWarsidi hendak dibunuh. Keluarga saya mengungsi dan saya tidak lagi pulangke rumah sebab rumah saya ditunggui mereka.

Mengapa tidak lapor ke polisi atau aparat lainnya?Paginya, 3 Februari 1989, pas hari Jumat, saya lapor ke Desa, lalu Desamelaporkan ke Kecamatan. Malamnya (malam Sabtu), dari Kecamatan meluncur duaorang, Babinsa dan Kaur Pemerintahan ke lokasi untuk berdialog denganWarsidi. Situasi tambah panas. Mereka diancam dengan golok, sabit dancelurit oleh anak buah Warsidi. Mereka ngeri dan segera kabur, meninggalkanlokasi. Hari Minggu, 5 Februari 1989 utusan dari Way Jepara datang lagi.Serma Dahlan dan Koptu Rachman minta ditemani. Saya bersama Baheram, juga RTdan RW menemani mereka memantau lokasi. Pukul 11 malam kami berangkat secaradiam-diam pada malam itu, ada 10 orang anak buah Warsidi menguasai pos jaga.Setelah kami intip, langsung kami tangkap. Berhasil ditangkap 6 orangberikut pedang golok, celurit, bom molotov, serta sekarung anak panah,Karena penduduk banyak yang minta panah tersebut, hanya 53 buah saja yangtinggal sebagai barang bukti.

Page 27: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 27Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Setelah itu bagaimana situasinya ?Malam itu juga, setelah ada penangkapan, warga saya menyaksikan ada beberapaanak buah Warsidi meninggalkan lokasi. Seperti pindah, mereka membawa sertasegala peranti dapur, tikar, bantal, dan lain-lain. Mereka menuju ke arahdesa Pancasila. Jumlahnya tidak bisa dihitung karena gelap. Yang jelas, saatitu, warga saya melihat orang-orang Warsidi meninggalkan lokasi sambilmembawa serta barang-barangnya.

Pada hari apa waktu itu?Senin, 6 Februari 1989. Saya ingat betul. Karena pada siang harinya sekitarpukul 10.00, saya diminta mengikuti rombangan Kasdim Bapak Sinaga, kelokasi. Katanya hendak memberikan pengarahan langsung dengan Warsidi.Rombong- an dipimpin oleh Pak Soetiman. Komandan Ramil itu naik sepeda motorpaling depan. Pak Kasdim naik Jeep, disusuhombongan yang juga naik Jeep dibelakang Kasdim. Pak Camat naik motor di belakang rombongan saya. Sebelummasuk lokasi, Pak Soetiman dicegat gerombolan Warsidi. Pak Soetiman kemudiandiberondong panah dari semak dan dari pos jaga. Saya melihatnya ngerisekali.

Kabarnya Soetiman menembak, sebelum masuk?Itu bohong. Saya melihat sendiri. Saya berani disumpah, itu bohong. Soetimanbelum menembak, sudah dipanah. Malah Pak Kasdim masih di dalam kendaraanberteriak-teriak supaya Pak Timan mundur, tetapi suasana sudah tidak terkendali. Masing-masing kemudian berusaha menyelamatkan diri. Saya masih ingatbetul waktu itu Pak Timan baru turun dari motor, lalu diserang denganteriakan "AllahuAkbar, AllahuAkbar. Kapir kamu ", saya melihat betul waktuitu. Malah ketika saya lari ke arah Timur bertemu tentara yang kena panah didadanya. Saya lihat Sertu Yatin merintih-rintih kesakitan, cepat-cepat sayaseret masuk ke mobil. Waktu itu saya di samping Pak Kasdim, hanya dia yangsaya dengar mengeluarkan tembakan ke atas. Kasdim menyuruh mundur, tetapijeep-nya tidak bisa karena terhalang. Akhimya jeep itu memutar dan meneroboskebun singkong, lari meninggalkan lokasi. Sampai di situlah cerita saya.Selanjutnya saya bertahan di kantor kelurahan hingga peristiwa Talangsariitu selesai.

Mengapa bertahan di kantor kelurahan?Kalau saya keluar, sangat bahaya. Mereka mengatakan ini gara-gara Sukidi.Jadi, mereka mencari saya terus, katanya akan dibunuh. Untuk memantausituasi, saya percayakan beberapa warga yang berhubungan terus-menerusdengan saya. Dari laporan warga, saya mengetahui, siang itu terjadi lagirombongan yang lari meninggalkan lokasi Warsidi. Warga saya menceritakan,anak buah Warsidi yang keluar lokasi itu benar-benar seperti pindah.Laki-laki, perempuan, dan anak-anaknya pun dibawa pergi. Jumlah mereka yangpergi meninggalkan Warsidi diperkirakan sekitar 70 sampai 80 orang. Sambilberjalan keluar, mereka mengatakan: "Jangan ikut Warsidi lagi. Kita iniingin hidup. Orang Islam kok membunuh. Kita nggak mau mati, kita inginhidup".

Jadi, seperti orang pindah?Betul, semua penduduk saya menyaksikan itu seperti orang pindah. Tadinyasaya berpikir, di tempat Warsidi itu sudah kosong. Paling hanya dedengkotnyasaja yang masih tinggal di sana. Semua rakyat tahu, mereka itu banyak yangpindah. ltu yang lewat Talangsari, belum yang melalui Pakuan Aji dan yangmenuju Kelahang. Pokoknya pasti banyak yang sudah meninggalkan Warsidi.

Setelah peristiwa yang menggegerkan dunia itu rampung, kini aparat dituduhmelanggar HAM oleh beberapa LSM. Bagaimana itu?.Jelas menurut saya itu tidak adil dan malah terbalik. Yang melanggar HAM itubukan aparat, tetapi Warsidi dan pendukungnya itu. Yang dibunuh duluanaparat negara, namanya Soetiman. Siapa pun dia, Soetiman itu sah sebagaiaparat negara. Lalu atasan Soetiman merasa bertanggung jawab. Mendengar anakbuahnya dibunuh dan mayatnya disandera, ia segera bertindak ingin mengambil

Page 28: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 28Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

jenazah. Namun, dia dihalangi, malah diperangi dan terjadi pertempuran. Apaitu salah? Jadi kebelinger kalau mereka itu mau memperkarakan aparat. Lalubagaimana dengan Pratu Budi Waluyo, Serma Sudargo, Serda Arifin Sembiring,Lurah Santoso Arifin yang mereka bunuh dengan kejam di Gunung Balak,Sidoredjo itu ? Wah, jelas itu nggak bisa. Seluruh warga saya pasti tidaksenang dengan itu dan mereka pasti siap memberi keterangan. Apalagi setelahmereka merasa menjadi korban keganasan Warsidi. Masyarakat merasa dirugikan,diresahkan dan derita itu masih dirasakan sampai sekarang. Karni seharusnyayang berhak menuntut karena karni dirugikan dan dikorbankan.

Contoh pengorbanan masyarakat itu seperti apa ?Sampai sekarang, kalau ada masyarakat Talangsari III yang hendak melamarpekerjaan, selalu dipersoalkan keterlibatannya dengan kasus Warsidi dandicari-cari alasan untuk dipersulit. Itu kan sangat menyakitkan. Yang jelas,seluruh rakyat Talangsari III kompak akan mengadakan pembelaan. Dan initidak main-main karena seluruh rakyat merasa dirugikan. Malah mungkin kamiakan balik menuntut. Kami betul-betul sudah siap. Seluruh desa siap menuntutbalik bila situasinya terus memanas,

Kelihatannya beberapa LSM masih ngotot, mengungkit-ungkit soal TalangsariIIIltu hak rnereka. Tapi, rnenurut saya, sebaiknya jangan cari rnasalah karenarakyat pasti akan rnarah. Tidak percaya ? Lihatlah nanti ! .Rakyat karnisudah ingin hidup tenterarn, aman, dan darnai. Itulah tuntutan dan darnbaanrnasyarakat Talangsari III.

BIARKAN MEREKA BICARA

SURYADIla mengaku pengikut setia Abdullah Sungkal: Beberapa tahun bersama Warsidi,kedamaiannya hilang. la segera hengkang, meninggalkan Warsidi setahunsebelum ditumpas Pemerintah.

Da'i asal Solo ini terkesan serba ringan, terutama ringan bicara, ringansenyum, bahkan mungkin ringan tubuhnya. Jalannya cepat, berjingkat-jingkat,seperti mengejar yang pemah hilang. Sekalipun ringan bicara, orang lain takmudah menebak apa yang ada dalam pikirannya. Karena pria 49 tahun ini mampumengatakan "tidak", sekalipun dalam hatinya berkata "ya".

Inilah yang membedakan Suryadi dan KH. Abdullah Sungkar, yang serbablak-blakan, mengatakan apa adanya. Bila menurutnya seseorang telah berbuatzalim, tak boleh dikatakan selain itu. Termasuk Soeharto, tatkala masihberkuasa sekalipun. KH. Abdullah Sungkar ialah perintis pengajian UsrohdiDesa Ngruki, Solo, Jawa Tengah. Dan Suryadi berguru kepadanya, walaupunsekali lagi, dia mampu mengatakan tidak.

Bagaimana bisa bergabung dengan Abdullah Sungkar?Awalnya, saya tertarik pada muridnya Kiai Sungkar. Setelah saya mengikutipengajian Kiai Sungkar, temyata bagus dan betah, sampai dibubarkannyapengajian itu. Inti ajaran Kiai Sungkar ialah keteguhan iman dan disiplin.Jangan pernah goyah terhadap ketetapan Allah. Inilah yang saya dapatkan daripengajian Ngruki saat itu. Sayang pengajian itu tidak berumur panjang,Abdullah Sungkar curiga akan dipenjara lagi oleh Pemerintah, dia lalu pergi.Terakhir baru ada kabar dia sudah di Malaysia.

Sejarah Anda sampai ke Lampung?Setelah pengajian dibubarkan, saya ke Jakarta, ke rumah Khusnul, salahseorang murid Abdullah Sungkar. Di rumah Khusnul sudah banyak kelompokjamaah lain. Saya kurang pas karena pandangan mereka terlalu keras, bertolakbelakang dengan hati saya. Saya kembali ke Solo, belum sempat istirahat adakabar bahwa saya dicari aparat. Saya bergegas pergi ke Semarang, menuju

Page 29: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 29Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

rumah Thoha. Di sana sudah ada Budiman. Bersama Budiman inilah saya keLampung, menuju rumah Hassan Tito di Braja Dewa. Lurah Braja Dewa saat itubemama Ibu Sakeh, seorang wanita yang dinikahi Roja'i. Roja'i adalah seoranganggota NII versi Ajengan Masduki yang sudah berbaikan dengan gubernur NIILampung yang bemama Zaenal Arifin. Saat itu yang menjadi camat untuk WayJepara ialah Warsidi.

Hassan Tito itu siapa ?Dia pemimpin kelompok jamaah NIl. Di rumahnya banyak tamu, antara lain dariTemanggung dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah. Tidak lama saya di situ,kemudian diajak ke rumah Dalhari Nurmanto di Karang Anyar, LabuhanMaringgai, bertani sambil mengajar ngaji anak-anak. Tetapi di sana jugatidak lama. Hassan Tito mengajak lagi pergi ke suatu tempat baru namanyaUmbul Hujan Mas, tahun 1986. Di Umbul Hujan Mas itulah saya bertemu Warsididan bersamanya, selama hampir 3 bulan mengolah lahan pertanian lada, milikMarsan.

Apa yang Anda ketahui tentang Warsidi?Dia bercerita tentang dirinya. Lahir dari seorang petani di Magelang, JawaTengah bernama Pak Marto Pawiro. Saudaranya banyak, dia anak terakhir dari 9bersaudara. la hijrah ke Lampung bersama orang tuanya tatkala masih remajakecil, sebagai transmigran di daerah Metro Lampung Tengah. Suatu hari disebuah masjid di Metro, dia melihat seorang ustad yang tampak khusukmenjalankan salat. Warsidi tertarik dan ingin menjadi muridnya. Ustad yangdikagumi Warsidi itu bernama Anwaruddin, sampai kemudian menjadi gurukebanggaan Warsidi. Sejak itu, Warsidi mengikuti ke mana gurunya pergi.Ketika gurunya meninggal, Warsidi menggantikan kedudukan Anwaruddin, temasukmenggantikannya sebagai suami janda sang guru. Bahkan namanya digantimenjadi Anwar Warsidi agar bisa mewarisi ilmu Anwaruddin. Warsidi kemudianberpindah-pindah tempat sampai ke Umbul Hujan Mas dan bertemu saya di sana.

Bagaimana Warsidi bisa ke Cihideung?Jarak Umbul Hujan Mas dengan Cihideung tidak fjauh. Apalagi kalau memintasjalan, hanya Ibeberapa menit saja. Warsidi sering salat Jumat di masjid PakJayus, orang Banyuwangi yang sudah lama berdomisili di sana. Mereka seringberbincang. Tak lama setelah itu, Jayus menawarkan tempat di dekat masjiduntuk Warsidi. Sayapun ikut pindah dan menjadi karyawan Pak J ayus, untukmembuat genteng, sambil tetap melanjutkan profesi saya sebagai da'i.

Sebegitu jauh dengan Warsidi, apa yang Anda ketahui tentang ajaran Warsidi?Warsidi tidak mengajarkan sesuatu, tetapi pandangannya, menurut saya, sangatbahaya. Suatu hari, dia mengatakan kepada saya, tentang "kalimah toyibah "Laa illaha ilallah". Dia mengartikan, Laa illah itu sama dengan tidak adaAllah. Orang yang tidak percaya kepada Allah itu artinya kosong, tidakbertuhan, sama dengan PKI. Sedangkan ilallah itu sama dengan mengenal Allah,artinya kaffah. Jadi kalau mau mengenal Allah, orang harus kosong dulu,harus kosong dulu, baru diisi Allah artinya baru menjadl Islam kaffah. "Kudunyebut PKI disik, baru mengko biso dadi Islam", begitu kata Warsidi. Kalauini diceritakan pada orang yang tidak ngerti agama, pasti berbahaya.Disumpah sampai akherat pun, ini pasti tidak benar.

Kabarnya ia tidak akur dengan pemerintah?Sebenamya cara bicaranya itu yang membuat tidak akur dengan pemerintah.Cukup banyak juga yang disc;lmpaikan selama saya berkumpul dengan dia.Antara lain begini hukum, selain hukum Allah, kafir. Hormat bendera,musyrik. Gotong royong, bit'ah. Pemerintah kita itu Thoghud dan hukumnyabatal diikuti. Pandangan-pandangan seperti itulah yang membuat saya tidakbetah dengan dia. Dalam batin saya, belum pantas orang seukuran Warsidibicara-bicara masalah begituan karena pengetahuannya tentang agama masihrendah sekali. Saya kemudian meninggalkan dia dan berdakwa di luarCihideung, ke Sidoredjo, Gunung Terang, Karang Anyardan juga ke DesaPancasila, hingga tahun 1988.

Page 30: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 30Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Setelah itu Anda ke mana ?Saya kembali ke rumah Dalhari Nurmanto, di Karang Anyar, Labuhan Maringai,Lampung Timur karena saya difitnah oleh Benny salah seorang pengikutWarsidi. Dia mengatakan, saya itu ingkar sunnah, tidak salat lagi, Islamsaya batal, dan lain-lain. Termasuk haram hukumnya mengikuti orang yangsudah murtad, seperti saya. Maka daerah-daerah binaan saya yang tadinyasudah mapan berpaling menuju ke tempat Warsidi. Sejak itu saya tidakmendengar lagi perkembangannya, sampai terjadi huru-hara Cihideung 1989.

Apa kesan terakhir tentang Warsidi?Warsidi itu orangnya, ya pokoknya mbedagol begitulah. Orang harus malumengikuti apa yang dia inginkan. Kalau mau mengikutinya, Warsidi sangat baikdengan orang tersebut. Nyawanya pun seakan-akan dia berikan pada orang yangmau ikut dia. Tetapi kalau orang tidak mau mengikuti dia, jadinya jugasebaliknya, dijahati, difitnah, dirusak bahkan mungkin kalau blsadibunuhnya. Termasuk saya yang diperlakukan seperti itu. Kalau diingatkanWarsidi itu ada saja jawabnya. Pernah sekali saya ingatkan dengan mengutipsuatu ayat Alquran. "Wong Jowo wae kok, nganggo boso Arab barang. Wong jowo,yo wong jowo, nganggo boso Jowo wae". (Orang jawa kok berbahasa Arab. OrangJawa, ya perggunakan bahasa Jawa saja", kata Warsidi berkilah. Malah adayang lebih parah, karena kita bukan orang Arab, kalau kita baca Alquran,boleh salah. ltu kata dia, sewaktu bersama-sama di Cihideung.

MarsudiKakak kandung Warsidi. Selalu mengaku satu- satunya algojo yang menebasleher Soetiman hingga tewas. Bangga?

SETELAH sekian lama Peristiwa Talangsari berlau, kini Marsudi sudah berusia65 tahun. Pria berkulit pucat, berwajah keriput ini tampak tak seseramtindakannya ketika membunuh Soetiman tanpa rasa dosa, sebelas tahun lalu. Disudut matanya, masih menyisakan air mata berkaca-kaca, seakan menyimpansejarah panjang, hidupnya yang kian muram. Tetapi di bibimya yang tipis,bicaranya masih ringan seperti tak punya beban. Itu sebabnya suaranya tetaplantang ketika diajak bicara soal masa lalunya, soal pemerintah, soal agamabahkan soal Warsidi, adik kandung yang ia banggakan.

Senin Kliwon, 6 Februari 1989 pagi, suasana pondok Warsidi di DusunCihideung sesungguhnya sudah dalam keadaan tegang karena malam Seninsebelumnya ada 5 orang anggota jamaah ditangkap petugas. Warsidimemerintahkan jamaahnya untuk siaga penuh, kalau-kalau ada penangkapansusulan.

Sekitar pukul 11.00 siang, Soetiman bersama rombongan datang memasukilokasi, tanpa memberi tanda-tanda damai. Seseorang lalu berteriak menyerukantakbir, lainnya menyusul dan menyambut kedatangan Danramil Soetiman denganseperangkat alat pembunuh.

Marsudi mengira, Soetiman hendak mengadakan penangkapan ulang. Ketika salahseorang anak buah Warsidi meneriakkan takbir, yang tergambar di benakWarsidi ialah isyarat perang. Melibat Soetiman terhuyung-buyung sambilmengacung-acungkan pistol tidak berbunyi, Marsudi segera mengejarnya. dansekali tebas di pundak Soetiman, Danramil itu sempat mengbindar danmelarikan diri. Marsudi mengejar. Tebasan susulan dari Marsudi yang tengahkesetanan tepat mengenai tengkuk sebelah belakang Soetiman, prajuritpemberani itu, tak bisa menghindar lagi, tubuhnya limbung, menghempas bumi,mencium tanah dan tewas seketika.

Marsudi, alias Pak Su, bin Marto Pawiro, membeberkan perbuatannya itu,tuntas tanpa hijab di depan pengadilan. Kepada Majelis Hakim, Marsudi taktunjukkan rasa sesal apalagi rasa bersalah. Kepada Lilis, kakak kandungWarsidi yang dijerat pasal 110 (1) jo 107 ayat 1 jo pasal 55 ayat 1 KUHP itujuga menceritakan kisah hidupnya, tuntas dan gamblang.

Page 31: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 31Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Benar, Anda yang membacok Soetiman waktu itu ?Iya, saya yang membacok Soetiman. Saya melihat dia sudah kena panah, tetapimasih mengacung-acungkan senjata. Waktu itu senjatanya tidak berbunyi lagi.Dia mau lari, lalu saya kejar .dan saya sabet punggungnya dengan golok.Masih lari juga. Saya kejar lagi. Sekali ini saya sabet lehernya, langsungjatuh. Seterusnya, anak-anak yang ngurusi dia.

Mengapa Soetiman dibunuh ?Dia menembak-nembak mau menangkap kita, masa dibiarkan. Anak-anak sudahditangkapi pada malam Senin itu. Ada lima orang yang dibawa dan belumkembali. Sekarang dia datang, pasti akan menangkap lagi, jadi kita bunuhsaja. Apalagi suasananya sudah kacau dan tidak menentu, jadi saya tidak bisaberpikir lain.

Setelah membunuh Soetiman, Anda menyesal ?Tidak. Katau soal itu, dari dulu saya tidak pemah menyesal karena dia yangsalah. Dia yang datang ke tempat kami. Dia yang memerangi kami, kami cumamempertahankan diri. Mempertahankan diri itu baik kalau mati jadi syahid.Jadi, kami tidak salah karena kami diperangi, ditangkapi. Itu sebabnya sayatidak menyesal membunuh Soetiman.

Warsidi waktu itu ada di mana ?Di masjid. Dia selalu di masjid, berdoa untuk jamaah, malah di saat-saatterakhir, dia jarang pulang. Pagi hari, ketika tentara sudah mengepungpondok, saya ikut bergerak, tetapi tertembak. Saya terus lari ke masjid. Dimasjid, Warsidi melihat darah. Dia marah. Saya masih ingat Warsidi bilang :"Lho Kang, kok kowe wis koyo ngono, saiki gantian aku sing perang ", diameloncat. Sejak itu saya berpisah, tidak melihat dia lagi. Saya pingsan dimasjid, setelah sadar saya sudah dibungkus tikar oleh tentara dan dilemparke mobil. Saya bangun sudah ada di rumah sakit.

Apa kesan terakhir tentang Warsidi ?Banyak orang bilang, wajah Warsidi mirip saya. Di desa kalau orang mencarisaya, sering keliru dengan Warsidi. Mana yang muda dan mana yang tua, sulitdibedakan. Kelebihan dia, kalau sudah bicara, orang langsung tertarik. Sayabaru melihat orang seperti itu. Warsidi itu sangat sabar, malahsabar-sabarnya orang. Sebenarnya dia itu orang yang baik.

Tapi, banyak orang yang mengatakan dia sering menghina pemerintah. Bagaimanaitu?Memang banyak orang salah kaprah, bicara keras katanya jelek. Warsidi itutidak punya salah apa-apa. Dia hanya ingin menegakkan agama berdasarkanQuran dan Hadis warisan Rasul. Itu saja. Jadi, sama sekali nggak nyimpang.Sejak mulai dari Pak Anwaruddin ya begitu. Warsidi dan saya itu penerus PakAnwar yang. sudah pecah dengan pemerintah, sejak dulu. Oleh sebab itu,ketika saya ditanya hakim soal Pancasila, saya jawab: Pancasila itu batal.Sebab, gaweane menungso. Bayar pajak juga batal, di Islam tidak ada pajak.Yang ada zakat, infak, dan sodaqoh. Soal pemerintah, saya katakan, pamonglebih jahat daripada garong. Sebab, kalau garong, hanya jahat pada orangkaya. Tapi pamong jahatnya kepada siapa saja, termasuk jahat kepada orangmiskin. Ketika hakim menawarkan pembela, saya jawab: " Allah dan Rasul akanmenemani dan membela saya'. Akhimya, hakim mengatakan, saya tidak dihukumlama, cuma seumur hidup. Dia bertanya, apa kamu sanggup? Saya katakan, "Duakali seumur hidup, saya sanggup. Karena itu hanya sebentar".

Apa yang Bapak inginkan dalam hidup ini ?Setelah Warsidi tidak ada, saya hanya ingin mati. Harusnya saya saja yangmati. Lebih cepat, lebih bagus karena saya tidak punya apa-apa. Beda denganWarsidi, punya harapan besar. Bahkan, dia diharapkan bisa menjadi pemimpin.Tetapi sayang, dia mati duluan.

Bapak masih punya istri?Sekarang tidak. Dulu saya punya istri dua kali. Istri pertama namanya

Page 32: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 32Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Fathonah, mendapat tiga anak: Chiril Anam, Ikhya' , dan Nurhidayat. Lalukami dicerai oleh orang tuannya karena tidak senang saya ikut ngaji sepertiini, apalagi setelah tahu saya ngaji di tempat Anwaruddin. Terpaksa sayalepas meskipun masih saling mencintai. Istri kedua bernama Juminah punya 4anak. Juminah inilah yang saya ajak ke Cihideung bersama Warsidi. Waktukejadian, Juminah mati bersama dua anak saya. Yang hidup tinggal dua: Suburdan Surip.

Bagaimana cerita tentang Kiai Anwaruddin, guru ngaji yang Bapak sebut tadi?Kiai Anwaruddin itu memang guru saya dan juga guru Warsidi. Ketemunya diMasjid Batanghari, Metro, melalui kakak ipar saya, Zainuddin. Dasarnya sayadan Warsidi sudah mengagumi Kiai yang punya wawasan luas itu. Sayangnya,Kiai itu bentrok dengan masyarakat di sekitar Masjid, kemudianberpindah-pindah tempat. Setahun kemudian Kiai Anwar meninggal dunia.Istrinya dikawin Warsidi. Tidak lama, Warsidi ada masalah dengan masyarakat,dia pindah ke Kotabumi dan saya kembali ke Metro. Sampai akhimya Warsidimenemukan tempat baru di Cihideung. Kemudian saya bersama Warsidi membanguntempat itu, sampai terjadi peristiwa.

Apa kesan Bapak terhap Kiai Anwaruddin ?Orang pintar dan pemberani. la bilang, Soekarno itu zalim. Dia kemudianditahan di Metro tahun 1965. Tetapi, sebelum pengadilan menjatuhkan vonis, G30/S PKI meletus sehingga dia tidak jadi diadili dan bebas. Setelah bebas,murid-muridnya tidak mau mengakui sehingga bentrok, yang akhirnya pindahtempat sampai ke Lampung Utara.

Dengan Pak Harto bagaimana ?Kiai Anwar itu belum sampai Pak Harto, terus meninggal. Lalu digantikan adiksaya Warsidi. Kalau Kiai Anwar mengatakan zalim pada Pak Karno, Warsidimengatakan zalim pada Pak Harto. Mereka itu sama-sama zalim sama-sama jahat.Dan orang jahat, apalagi pemerintahan yang jahat, tidak boleh diikuti. Itusebabnya kita keras terhadap pemerintahan jahat itu. Terus kita disalahkan.Kita dimusuhi dan jadinya seperti ini.

Bapak lahir di mana ?Saya lahir di Desa Sebrang Rowo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,Jawa Tengah. Bapak saya bernama Marto Pawiro, petani yang mempunyai 9 anak.Saya anak ke-6 dan Warsidi anak yang terakhir. Mereka bemama: Marjudi,Maryuni, Marsandi, Marsiyah, Marsidi, Marsudi, Suwandi, Dul Bahri, danterakhir Warsidi. Bapak saya membawa kami bertransmigrasi ke daerah Lampung,menyusul Maryumi, kakak saya yang lebih dulu berada di sana. Di Metro itukami berkenalan dengan Kiai Anwaruddin.

Sekarang Bapak tinggal di mana ?Sekarang saya ada di Metro, di rumah mertua saya, Ibu Yomi. Setelah 10 tahundipenjara di Nusakambangan, saya ingin menjalani masa tua saya diBatanghari, Metro, Lampung Tengah.

Bagian 6 - Ahmad SarikunBIARKAN MEREKA BICARA

ACHMAD SARIKUNDipercaya Warsidi, untuk membangun markas di Gedung Wani, Lampung Tengah.

DESA Gedung Wani, sekitar 25 km dari Cihideung, Talangsari III, sebelastahun lalu hendak dijadikan salah satu pusat gerakan melawan pemerintah olehWarsidi. Rencana itu kandas karena bangunan pondok bambu yang belum lamadidirikan dibakar massa, hanya beberapa hari setelah kejadian Cihideungmeletus.

Kabarnya, masyarakat setempat yang sedang marah sudah lama curiga terhadapSarikun (pengikut setia "Warsidi) yang tiba-tiba berperilaku aneh. Misalnya,

Page 33: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 33Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

beberapa anaknya yang sekolah di SD Negeri dipaksa terhenti. Pasalnya, hanyayang diajarkan Warsidilah yang benar. Inti ajaran Warsidi mengatakan: inilahzaman yang persis ketika Nabi masih hidup. Perang dihalalkan untukmenegakkan keadilan. Belakangan baru diketahui Sarikun sudah berbaiat kepadaWarsidi dan merelakan sebagian tanahnya untuk dijadikan pusat gerakan.

Di tanah seluas 1 hektar inilah bangunan markas Warsidi itu didirikan.Masyarakat marah, tidak ingin massanya kelak bernasib seperti TalangsariIII. Sabtu Pahing, 18 Februari 1989 pagi, mereka rame-rame membakar gubukperjuangan itu.

Di Gedung Wani inilah Achrnad Sarikun (60 th.) menetap menjalani masatuanya, selepas dari rumah tahanan Nusakambangan. Berikut wawancaranya.

Bisa berkenalan dengan Warsidi, bagaimana?Saya mendengar dari orang-orang, di Cihideung ada pengajian bagus. Setelahdatang dan melihat sendiri, saya cocok dan tertarik mengikutinya Memang sayaakui pengetahuan agama saya sangat kurang. Itu sebabnya, begitu masuk dalankelompok Warsidi, rasanya terus cocok.

Apa yang membuat cocok?Pertama suasananya, sangat enak seperti dalam keluarga. Kemudian caramenerangkannya, saya merasa Cocok. Saya langsung memahami dan mengerti bahwaagama Islam itu seperti ini. Mengerti rukun yang lima, harus dipegang teguhdan diamalkan. Dari sana, saya merasa menjadi Islam yang benar.

Tiga kali pengajian, apa saja yang sudah diperoleh ?Sebenarnya baru mempelajari syahadat, yang lain belum. Memang waktunyasangat singkat dan rasanya cepat sekali. Saya tidak menyangka akan terjadiseperti itu. Kejadian itu benar-benar musibah dan ujian bagi saya.

Kenapa memilih datang ke Warsidi, kok bukan ke tempat lain, pondok pesantrenmisalnya ?Bukan soal pesantren. Saya ingin ngaji, ketempatnya di sana. Saya pikir,yang namanya ngaji ya sama saja. Karena saya anggap baik, maka saya mengajakistri dan keluarga saya ke sana.

Lalu ada kejadian itu. Saya sungguh tidak tahu, kalau akan terjadi peristiwayang menyedihkan itu. Mungkin saya tidak akan datang ke sana.

Katanya Anda termasuk yang dipercaya Warsidi untuk membangun markas GedungWani ?Sebenarnya istilah markas itu tidak ada. Itu bikinan wartawan saja. Lagipula yang kami bangun itu untuk musala. Tetapi, memang teman-teman saya yangdari Cihideung bila hendak ke sini, ya inilah tempat mereka. Termasuk tempatuntuk menginap bagi mereka yang sering datang kesini, mengunjungi saya.Mungkin karena saya dianggap lebih tua dari mereka, jadi sering dikunjungi.Hubungan saling kunjung seperti inilah yang membuat saya senang dan merasaterhormat. Pergaulan mereka kompak dan saling peduli dengan sesama teman.Perilaku seperti ini tidak saya jumpai di luar kelompok Warsidi.

Kalau begitu, pengajian Warsidi baik?Saya tidak melihat ada kejelekan di sana. Mereka ngajar agama, itu kan baiknamanya. Kalau kemudian ada perselisihan dengan masyarakat, lalu aparat jaditerlibat, itu yang saya tidak tahu asal-usulnya. Saya hanya tahu yangbaik-baik saja. Wong saya ingin ngaji kok.

Kabarnya kelompok itu anti Pancasila dan melawan Pemerintah ?Saya tidak bisa menilai itu. Apalagi di sana saya belum begitu lama. Memangkelihatan situasinya terasa tegang. Tadinya, saya kira situasi tersebutbiasa-biasa saja karena banyak orang, jadi selalu macam-macamlah. Saya tidak

Page 34: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 34Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

menyangka situasinya menjadi cepat berubah. Kejadian itu kok saya lihatseperti kecelakaan.

Setelah terjadi peristiwa menyedihkan itu, bagaimana pendapat Pak Sarikun ?Itu pengalaman hidup saya yang sangat berat dan menyedihkan. Apalagi anaksaya mati menjadi korban di sana. Saya sangat sedih dengan peristiwa itu.

Bapak menyalahkan siapa, Warsidi atau Pemerintah ?Saya rasa dua-duanya salah. Sebab, tidak akan terjadi apa-apa bilamasing-masing tidak ingin menangnya sendiri.

Dari pihak Warsidi, apa yang salah ?Jamaah tidak ada yang ngatur. Mereka berjalan sendiri-sendiri. Pada saatperistiwa terjadi, mestinya mereka tidak melawan dan menuruti perintah untukmenyerah. Sebenamya kesalahan yang paling besar adalah mereka tidak maumenyerah. Saya sendiri tidak tahu mengapa mereka tidak mau menyerah.

Apa ada yang melawan ?Saya melihat dari kelompok Jakarta itu yang banyak melakukan perlawanan dansangat keras pendiriannya. Disuruh keluar rumah, tidak mau. Disuruh menyerahmalah melawan. Coba kalau mereka turuti, pasti tidak banyak korban. Buktinyasaya tidak diapa-apakan, istri saya juga. Waktu itu istri saya bersamaRuminah tidak boleh keluar, tapi nekat. Pak Su (Marsudi), yang sudah tidakberdaya karena tertembak, sampai sekarang masih hidup.

Siapa yang melarang ke luar rumah ?Ya, Si Alex yang dari Jakarta itu. Saya sendiri sebenarnya tidak banyak tahusoal mereka. Dan, juga tidak jelas benar siapa-siapa mereka itu.

Dari kelompok Warsidi, selain Alex siapa yang melawan?Sebenarnya banyak juga, tetapi yang paling kelihatan melawan, semua dariJakarta yang dipimpin Alex. Merekadisuruh melawan aparat dan tidak bolehmenyerah. Akhimya kan Alex mati dan Usman juga mati bersama keluarganya.

Pada saat ditangkap, apa Bapak disiksa ?Nggak, cuma ditendang dan disuruh jongkok, lalu dibawa ke Korem. Saat itukalau semua orang mau keluar dan menuruti perintah, saya rasa pasti tidakterjadi perang seperti itu.

Dari pihak aparat, di mana salahnya ?Mereka itu menembak-nembak. Jadi, menambah suasana takut. Mungkin karenatakutnya itu mereka tidak bisa lagi berpikir sehat sehingga ngawur danngajak mati bersama-sama. ltu hanya perkiraaan saya yang belum tentu benar.

Bapak tahu ada yang ditembak?Jujur saya tidak melihat sendiri. Saya hanya mendengar suara tembakan. Sayatidak tahu ada yang ditembak atau tidak karena waktu itu saya tiarap danmelihat ke bawah. Saya dikumpulkan dan terus dibawa entah ke mana saya sudahlupa.

Apa Bapak tahu siapa yang membakar gubug-gubug itu?Saya benar-benar nggak tahu, soalnya kejadiannya sangat cepat. Tiba-tiba apicepat membakar rumah itu. Dengan situasi yang sudah sangat panik, manamungkin orang ingat siapa yang membakar atau siapa yang tertembak.

Ada kabar, yang membakar rumah itu Alex?Mungkin juga, sebab waktu itu saya tidak melihat. Memang katanya kaki Alexsudah tertembak. Dan hanya Alex yang tahu bahan bakar bensin itu untuk bommolotov. Cuma sekarang, kenapa Alex membakar gubug yang ada jamaahnya disana? Kalau memang benar dia, kira-kira apa ya alasannya? Nah, itu kan nggakjelas. Jadi, saya tidak bisa mengomentari ini.

Berapa banyak yang mati saat itu?Saya tidak tahu. Yang jelas anak saya Yusuf ikut mati di sana dan sampai

Page 35: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 35Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

sekarang saya tidak tahu di mana kuburnya.

Jamaah Warsidi itu menempati berapa rumah?Saya ingat ada 4 bangunan rumah, satu masjid. Tiap rumah isinya tidak sama.Ada yang 15, 20, sampai 25 orang. Mungkin kalau dijumlah ada sekitar 100orang, kurang lebih...

Dari sejumlah itu, apa mati semua ?Ya tidak. Buktinya saya masih hidup. Cuma saya tidak tahu berapa yang masihhidup.

Sekarang aparat dituduh bersalah oleh kelompok tertentu. Apa komentar Bapak?Kalau saya, tidak mau menuduh dan tidak mau mengatakan salah karena merekamelaksanakan tugas. Sekarang kan sudah terjadi islah, apalagi yangdipersoalkan.

Siapa yang ber-islahWaktu itu dari aparat diwakili Hendropriyono karena dia komandan KoremLampung saat peristiwa itu terjadi. Dari pihak Warsidi, diwakili Darsono,juga saya dan masih ada beberapa lagi yang lain. Saya anggap itu sudah cukupkarena sesuai dengan ajaran Islam, setahu saya islah itu cara yang palingbenar.

Alasannya apa ?Ya alasannya, ajaran Islarn itu tidak ada dendarn. Itu kalau saya, yang lainsaya tidak tahu. Karena kita manusia bagaimana pun tetap ada salahnya. Yangkeliru dibetulkan, yang salah dimaafkan, ya sudah. Kalau saya begitu.

Kabarnya islah itu karena uang ?Tidak benar itu. Kalau waktu itu karena uang, saya pasti tidak datang dantidak mau. Itu kalau saya, orang lain, saya tidak tabu.

FADHILLAHPunya peran penting pada saat huru-hlira Lampung Tengah. Dialah panglimaperang GPK Warsidi yang lerhasil membuat " keos ", daerah di ujung selatanpulau Sumatera ini.

KETIKA ditangkap, Fadhillah mengaku bernama Sugito. Tetapi, masyarakatPakuan Aji, yang menangkapnya 8 Februari 1989, sehari setelah peristiwaTalangsari, tak mudah dikecoh. Sugito kurang licin dalam bersiasat. Priakelahiran 13 Desemher 1959 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah itu, akhirnyamengaku bernama Fadhillah, panglima perang GPK Warsidi yang telah membuatontran-ontran sepanjang malam di ibu kota Lampung, sesaat sebelum gegeranTalangsari berlangsung.

Fadhillah punya kenangan khusus bila mengingat kejadian itu. Lelakiberperangai "keras" ini mengaku sangat mencintai Warsidi karena Warsidilahyang hanyak menaruh perhatian pada saat ia buron dari kampung halamannya,tersasar hingga Lampung. Fadhillah memang termasuk salah seorang yang diburuaparat. Dialah satu pengikut fanatik Abdullah Supgkar pimpinan PondokNgruki, Solo, yang berhasil melarikan diri ke Malaysia.

Abdullah Sungkar oleh pemerintah dicap sehagai tokoh fundamentalis, kerasterhadap yang menurutnya tidak sesuai ajaran Alquran dan Hadist. BagiSungkar tidak ada yang boleh ditutup-tutupi, yang benar harus dikatakanbenar dan yang salah apa lagi. Oleh sebab itu, baginya tidak ada halanganketika ia mengatakan "kafir" pada pemerintah dan "thoghud" terhadapundang-undangnya. Pandangan Kiai Sungkar inilah yang memancar dan menghiasikehidupan Fadillah.

Page 36: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 36Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Bagaimana sampai begitu fanatik dengan Abdullah Sungkar ?Tahun 1985, di Solo ada pengajian, Usroh namanya. Saya mengikuti pengajianitu. Tambah hari semakin tertarik, akhirnya bersimpati sampai sekarang,terutama pada kiai-nya, yaitu Bapak Abdullah Sungkar. Saya sangat tertarikkepada beliau karena dialah tokoh agama yang paling pantas diteladani.Ilmunya tinggi, santun, dan penyayang pada semua orang terkenal jujur dantidak munafik sebagaimana banyak ulama lainnya. Memang dia dibencipemerintah Mungkin karena sering mengkritik dan sering mengatakanpemerintahan Orde Baru tidak sah karena tidak berjalan di atas reI Alqurandan Hadist. Pak Sungkar mau ditangkap, tetapi di berhasil menyelamatkan dirike Malaysia.

Kok Anda bisa ke Lampung, bagaimana ceritanya ?Setelah tidak berhasil menangkap ustad Sungkar pemerintah marah. Pengajiandibubarkan, seluruh pengikutnya dicari dan ditangkapi, termasuk saya jugaakan ditangkap. Baik saya kabur ke Lampung bersama keluarga karena di sanabanyak teman pengajian serupa. Saya tinggal di rumah Dalhari Nurmanto diKarang Anyar, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, sampai pengajian pecah.Pimpinannya menjadi dua Moch.Rifai dan Zainal Arifin. Sebelum pecah,pengajian NIl Lampung dipimpin Abdul Kodir Barozak. Setelah Abdul KodirBarozak masuk penjara, pimpinan diambil alih Zainal Arifin. Tapi, DalhariNurmanto uring-uringan karena dia tidak masuk dalam kepengurusan jamaah.Dalhari marah, kemudian menunjuk pemimpin baru, Moch. Rifai itu. Setelahpecah, jamaah bingung, termasuk Warsidi yang menjadi bawahan Zainal Arifin,juga ikut bingung. Warsidi pergi, tidak mau lagi gabung dengan keduanya.Saya masih tinggal di rumah Dalhari, diajak membunuh Zainal Arifin,alasannya, Arifin juga mau membunuhnya. Saya tidak mau, karena Islammelarang membunuh sesama muslim. Dalam kondisi seperti itu saya putuskanuntuk uzlah (mengasingkan diri) ke hutan supaya tidak bergabung dengan orangyang saling ingin membunuh.

Pindah ke hutan, bagaimana maksudnya ?Ada sebidang tanah milik jamaah, boleh ditempati. Hubungan saya denganmereka sementara putus. Sehari-hari saya mencari kayu dan menjualnya untukhidup. Saat kondisi saya seperti itu, Warsidi datang, menemui saya danmembujuk agar saya bergabung dengan jamaah lain di tempatnya. Dia bilang:"Kalau masih ada kawan, mengapa sendiri di hutan. Kita berkumpul dulu sambilmenunggu pemimpin". Saya ke sana dan akhimya bergabung.

Apa yang Anda ketahui tentang Warsidi ?Dia orang baik dan juga calon pemimpin yang baik. Saat itu Warsidi sudahmenjadi Camat NII Lampung, yang ditunjuk Zainal Arifin. Di Cihideung inilahWarsidi membina jamaah yang datang dari berbagai daerah di Jawa, termasukdari Ngruki dan Jakarta.

Apa saja yang dilakukan Warsidi saat itu ?Membangun tempat, yang tadinya rumah biasa dibuat menjadi panggung, memintakejelasan kepada Zainal Arifin maupun Moch. Rifai, tetapi dari keduanyatidak ada jawaban yang tegas. Dalam keadaan tidak jelas seperti itudiputuskan untuk mencari dan mendatangkan Abdullah Sungkar dari Malaysia keLampung. Sayang, sebelum Bapak Sungkar datang, sudah lebih dulu terjadiperistiwa itu. Akhimya, Zainal Arifin juga ditangkap, bukan sebagai pengikutWarsidi, tetapi dikaitkan dengan NII. Moch. Rifai sampai sekarang belumketahuan nasibnya.

Seberapa jauh hubungan Warsidi dengan NII ?Memang kami ini jamaah NII, tetapi kami sudah tidak bicara NII lagi padasaat itu karena jamaah Waisidi sudah berbaur dengan banyak kelompok denganlatar belakang yang berbeda-beda. Bagi kami yang penting mempersiapkan suatuperkampungan muslim dulu, selebihnya akan bergerak dari bawah tanah.

Berapa lama Anda mengikuti Warsidi ?Sebenarnya tidak lama. Tetapi, saya kenal dia sudah sejak di LabuhanMaringgai. Kemudian, kami bertemu di Cihideung ini untuk membangun , tempat

Page 37: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 37Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

pengajian seluas 1,5 hektar, wakaf dari Pak Jayus. Selain itu, saya jugapunya tugas membantu Pak Sarikun di Gedung Wani, membangun bedeng untukmusala. Bedeng Gedung Wani itulah yang akhimya dibakar oleh masyarakat.

Bagaimana Anda mengikuti perkembangan Cihideung, sementara Anda juga diGedung Wani ?Saya tetap mondar-mandir, Cihideung-Gedung Wani dan tetap berhubungan denganbeberapa orang penting. Misalnya, dengan Ibu Sakeh, yang menjadi lurah diDesa Brajadewa. Lurah Brajadewa itu menjadi anggota jamaah Warsidi, karenaRojai, Suaminya, sudah lama menjadi aktivis NII. Dari kantor kecamatan, IbuSakeh memperoleh informasi bahwa aparat akan menertibkan Warsidi. Informasiitu disampaikannya ke Cihideung dan Warsidi segera memerintahkan jamaahuntuk siap siaga. Pos-pos kamling harus dijaga oleh orang pondok. Masyarakatdilarang ikut menjaga pos. Tak lama setelah itu (Minggu malam, 5 Februari.1989), ada 5 jamaah ditangkap petugas. Warsidi marah. Malam itu juga sayadiperintah untuk segera merebut tahananan sampai dapat. Tapi, sebelum sayaberhasil menemukan 5 orang yang ditangkap itu, siangnya sudah terjadiinsiden. Kapten Soetiman terbunuh dan suasana pondok mulai mencekam.

Cara Anda mencari 5 anak buah yang ditangkap itu ?Malarn itu juga saya berangkat, bersarna 12 orang jalan kaki berkilo-kilo,lengkap dengan segala peralatan. Golok, pedang panah, dan born molotov kamisiapkan. Pukul 06.00 pagi, kami baru sampai di Koramil Way Jepara. Sebelummasuk Koramil, sudah banyak orang berkerumun. Dari orang itu. saya mendengarbahwa tahanan yang ditangkap katanya sudah dipindah ke Korem. Kami kemudianberniat segera ke Korem di Tanjung Karang.

Kalau misalnya tahanan masih ada di Koramil, apa yang Anda lakukan ?Rencananya, akan saya minta baik-baik. Kalau tidak bisa, saya rebut dengankekerasan. Pokoknya harus direbut. Tetapi karena mereka tidak ada di sana,kami putuskan untuk mencarinya ke kota. Sebelum berangkat ke Korem Lampung,kami sepakat singgah ke rumah Pak Zamzuri di Sidoredjo untuk mengatursiasat. Kira-kira pukul, dua siang, sebelum kami berangkat, datang utusandari Cihideung, Beny dan Sholeh. Dari mereka, saya tahu bahwa di Pondoktelah terjadi clash. Saya cepat kembali, sampai di sana sekitar pukul empatsore. Suasana sepi dan sangat tegang, mayat Soetiman kemudian kami kubur.Kami mengadakan rapat, Warsidi memutuskan supaya tidak lagi konsentrasi padake-5 orang yang ditahan itu. Strategi diubah agar diadakan penyerangan dipos-pos komando ABRI. Intinya kami harus membuat kerusuhan dan teror diseluruh Lampung supaya konsentrasi ABRI tidak memusat ke Cihideung.Pertimbangannya, karena sudah membunuh ABRI, maka pasti akan ada penyeranganke kompleks. Sebab itu, teror Lampung harus dibuat.

Strategi Anda untuk menteror Lampung ?Dari Cihideung saya kembali ke Sidorejo menemui 11 orang pasukan kami. Disana kami berunding dan sepakat harus mengobrak-abrik Korem sekaligus akanmelepas 5 teman kami yang ditahan di sana. Karena jarak Sidorejo dan KoremLampung itu sangat jauh, maka diputuskan untuk mencarter mobil angkutan dariSribawono ke Panjang. Di dalam rnobil ada seorang angggota ABRI, Pratu BudiWaluyo, sebagai penumpang. Ketika mobil mau dicarter, dia tidak mau turundan ingin ikut saja. Dalam perjalanan, kami berkenalan. Saya bertanya:"Bapak tahu ada kejadian di Cihideung?". la mengatakan tahu, malah mengakuikut ke sana. Karena pengakuannya itu, saya langsung bunuh dia. Sopirketakutan dan lari bersama kernetnya meninggalkan kami.

Dibunuh, caranya ?Teman-teman memegang dari belakang, Lalu saya tusuk perut dan dadanya sampairnati. Mayatnya kami tinggal di dekat kebon sawit di Wrekan. Karena sopimyalari, kendaraan disetir teman saya. Sampai di Tanjung Karang, ia mengeluhsetirnya tidak enak. Ketika ada Polisi menghadang, saya keluarkan golok,malah akan kami tabrak. Tetapi, Polisi mungkin ngeri, akhirnya minggir. Kamimelanjutkan perjalanan untuk membakar kantor Lampung Pos. Saya lempar bomMolotov,untung tidak rneledak.

Page 38: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 38Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Kenapa Anda menyatroni Lampung Pos. Apa hubungannya ?Memang tidak ada hubungannya. Cuma, dia itu koran yang paling banyakbohongnya. Dibom saja biar kapok. Dasar mau selamat, bomnya tidak meledak.Perjalanan berlanjut, tetapi sopirnya mengeluh dan tidak sanggup lagi.Akhirnya, kendaraan ditinggal di daerah Tigeneneng, antara jalan Natar danMetro. Kami berpencar. Saya sendiri berjalan kaki, hendak kembali ke pondok.Sampai di Cihideung, Selasa sore sekitar pukul 8 malam. Kondisi pondok sudahhancur.

Bagaimana bisa masuk, sedangkan saat itu, Cihideung ditutup bahkan dijagaketat ?Di lokasi malam itu, saya tidak melihat seorang pun penjaga ada disana. Sayabaru tahu bahwa sebenarnya waktu itu ada banyak penjaga. Setelah saya diKorem, tentara-tentara di Korem berkata: "Oh, jadi yang datang malam-malamitu. kamu. Saya tahu, tapi saya tidak mau menembak," katanya. Malam, ketikasaya datang memang dalam keadaan hujan deras, licin, dan gelap. Air kaliyang biasa saya gunakan mandi, meluap, dan banjir. Saya lelah dan tertidurdi puing-puing bekas rumah yang terbakar. Sebenarnya saya sudah tahu situasiCihideung dari keluarga Pak Sarikun ketika saya mampir.ke Gedung Wanisebelum masuk Cihideung. Tetapi, saya penasaran ingin membuktikan sendiri.Kira-kira pukul 05.00 pagi, saya bangun dan menyusur kali yang menuju arahPakuan Aji. Niatnya hendak ke Jakarta. Sampai diPakuan Aji, saya ditangkap masyarakat, diserahkan ke aparat setelah merekamenghajar saya.

Selama di Korem, Anda bertemu Hendropriyono ?Ya. Saya masih ingat. Waktu saya di sel, saya tidak boleh keluar, termasukmau kencing dan bahkan ketika mau berak. Akhirnya saya sengaja berak didalam sel. Waktu itu Pak Hendro lewat, dia nengok saya. Mungkin kotoran sayatercium. Dia melihat kotoran itu. "Kamu berak di sini ?", katanya sambilnunjuk-nunjuk. "Terus, mau berak di mana ? pintunya dikunci!", jawab saya.Saat itu juga penjaganya dimarahi dan langsung disuruh ngepel. Setelah itusaya disuruh ke kantornya. Dia bertanya sana-sini dan kalau ada tamu, sayadikenalkan tamu-tamunya itu. Akrab sekali dia.

Hendro pernah memukul Anda ?Tidak pernah. Dia malah bilang kepada anak buahnya. Sebenarnya orang-orangini adalah orang-orang yang punya keyakinan bahwa hanya dirinyalah yangberjuang di jalan Allah. Jangan ada yang memukul lagi kecuali punya alasantepat, katanya. Setelah itu saya dipindah ke Raja Basa selama 2 bulan.Kemudian dikirim ke Nusakambangan, sampai dibebaskan.

* * *

SUDARSONOMengaku sebagai penggagas terciptanya panah, beracun bagi kelompok gerakanWarsidi 1989. Dia juga salah seorang pemimpin Jamaah Mujahiddin Fisabillah,yang mengilhami gagasan lahirnya "Perkampungan Muslim" di Lampung.

DARSONO masih mempertahankan ciri khas, berjidad hitam, mengesankan banyaksujud. Bicaranya ceplas-ceplos seakan-akan anti basa basi. Matanya tajam,penuh selidik, tak mudah percaya orang. Pria kelahiran Deli, Sumatera, 21April 1963, asal Jawa ini mengaku ingin cepat mati saja, daripada melihatIslam tak lagi ditegakkan sebagaimana sunnah Rasul.

Lontaran kata-katanya menyiratkan keprihatinannya tentang perkembangan Islamdi Indonesia. Dari sana lahir gagasan mendirikan perkampungan muslim -modelDarsono, di Cihideung Talangsari III, Lampung Tengah. Gagasannya itu kandasdan bahkan bermasalah hingga kini, tidak hanya bagi dirinya, tetapi jugabagi ribuan orang, entah sampai kapan.

Masih ada satu lagi gagasan Darsono, yang membuatnya dikenal sebagai

Page 39: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 39Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

pencipta panah beracun. Teman-temannya mengakui, di dunia ini cuma Darsonoyang mampu menciptakan panah model Cihideung itu. Bentuknya khusus dan unik.Bahan bakunya pun sederhana. Ruji-ruji becak yang sudah tak terpakai dirakitsampai berbentuk mirip anak panah. Bila tak ada jeruji becak, sepotong bambukecil pun masih bisa digunakan sebagai penggantinya.

Tentu saja, pria penuh semangat ini tak menyangka kelak gagasannyamembuahkan sesuatu yang tak pernah, ia kehendaki, menyusahkan banyak orang,menyakitkan banyak pihak. Ternyata, buah karya tak selalu berbuah manis."Mas" Darsono, inilah contohnya.

Bagaimana awal lahirnya gagasan untuk mendirikan perkampungan muslim diTalangsari itu ?Sebagai seorang muslim, saya sangat sedih melihat perkembangan Islam sepertiini. Dalam suatu pengajian ketika bertemu Nurhidayat pemikiran dan gagasansaya ternyata sejalan dengannya. Di pengajian itu bertemu juga Usman yangberasal dari pengajian Usroh Ngruki, Solo Usman kecewa dengan AbdullahSungkar gurunya yang kabur ke Malaysia, meninggalkan murid-muridnya,termasuk dia. Akhirnya pengajian Ngruki bubar, seluruh pengikutnyadikejar-kejar intel untuk ditangkap. Mereka yang selamat pindah ke Lampung,ikut Warsidi dan menyelenggarakan pengajian yang sama, seperti di Ngruki.Ketika itu saya dan Nurhidayat ingin membuat perkampungan Islam. Usmanmenyambutnya dengan menawarkan dua lokasi. Di Lampung dan di NTB. Saya pilihLampung, selain karena dekat dengan Jakarta, mayoritas penduduknyaorang-orang Jawa.

Bertemu usman di mana?Dia pengikut pengajian tetap Abu Sulaiman Mahmud, ulama mantan sekretarisDaoed Beureueh, guru besar pengajian itu. Antara Abu Sulaiman Mahmud denganAbdullah Sungkar masih satu jalur di basis Negara Islam. Di situlah sayabertemu Usman. Dia tertarik dengan ide saya mendirikan perkampungan Islam.Untuk mewujudkan keinginan itu, saya adakan pertemuan di daerah Cibinong,Bogor. Usman membawa lima utusan dari Lampung. Terbentuklah dewan amir.Dewan itu memilih seorang amir musyafir. Saya memilih Usman, lainnya memilihNurhidayat. Dalam pemilihan itu, saya kalah suara 1 :4, maka Nurhidayatlahyang dilantik sebagai amir musyafir. Alasan mereka, Nurhidayat berada diJakarta, sedangkan Usman di Lampung. Setelah pelantikan, kemudiandisepakati, siapa-siapa yang berbak merekomendasi keberangkatan jamaah keLampung. Mereka itu ialah Nurhidayat, Fauzi, dan saya sendiri.

Fauzi bergabung dengan Anda, bagaimana ceritanya ?Begini embrio pembentukan Lampung itu saya awali dengan membentuk shaf Ada 4shaf, Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali. Masing-masing shaf ada yangmemimpin. Shaf Abu Bakar dipimpin Haris Amir Fallah, Shaf Umar dipimpinArifin Agule, Shaf Ustman, saya sendiri, sedangkan Shaf Ali dipimpinNurhidayat. Terus terang ide ini nyontek pola Darul Arqam di Malaysia.Ternyata sistim shaf, tidak kompak dan akhirnya bubar. Tingga Nurhidayat dansaya. Lalu kami ketemu Fauzi dan Wahiddin di Condet, tempat pengajianorang-orangnya Abdullah Sungkar. Fauzi dan Wahiddin inilah yang direncanakanuntuk mengisi shaf yang kosong itu. Tapi belum terealisir, keburu peristiwaLampung meledak.

Seberapa jauh Anda dan Fauzi mengenal lokasi Lampung ?Saya sudah 3 kali ke Lampung. Fauzi sekali, saya ajak ke sana. Sebab itu,Fauzi tidak banyak tahu situasi dan perkembangan Lampung. Waktu sayameninjau lokasi, saya jalan kaki dari Sidoredjo ke Cihideung lewat GunungBalak. Di Cihideung ada sekitar 1,5 hektar tanah yang direncanakan .sebagaipusat kegiatan, sedangkan yang diSidoredjo dan di Gedung Wani direncanakan untuk pos persinggahan. Untukurusan Lampung, sepenuhnya diserahkan Pak Warsidi, sedangkan Nurhidayatbagian Jakarta. Fauzi yang belum tahu banyak soal Lampung masih melakukankonsolidasi. Itu sebabnya ia selalu bilang, gara-gara saya, ia masukpenjara, katanya. Jadi kalau Fauzi sering bercerita banyak soal peristiwa

Page 40: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 40Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Lampung, itu karena ia banyak membaca koran. Tetapi, secara langsung iasendiri tidak banyak tahu.

Kapan terakhir Anda ke Lampung ?Beberapa hari sebelum kejadian, salah seorang jamaah Lampung ke Jakartamemberi laporan bahwa Camat Way Jepara memanggil Warsidi. Tetapi, Warsidimenjawab sebaik-baik umaro mendatangi ulama dan seburuk-buruk ulama yangmendatangi umaro. Saya bersama Nurhidayat berangkat ke Lampung untuk mencarijalan keluarnya. Dalam pertemuan itu disepakati, Warsidi akan memenuhi suratpanggilan Camat. Skenarionya, bila pengajian dibubarkan, maka jamaahdikembalikan ke asalnya masing-masing. Tetapi setelah saya kembali keJakarta, rencana Warsidi berubah. Mereka tetap ngotot, menolak panggilanCamat. Kabarnya, setelah Camat tak berhasil mendatangkan Warsidi, iamenyerahkan urusan itu ke Koramil. Setelah Koramil bertindak itulahperistiwa Cihideung meletus. Komandannya dibunuh dan mayatnya merekasandera. Sore harinya, Sofyan datang mengabarkan bahwa di Cihideung telahterjadi insiden. Ketika itu juga saya mau berangkat ke Lampung, ditahanNurhidayat. Sejak itulah komunikasi dengan mereka terputus.

Setelah itu Anda kemana ?Saya buron dan baru tertangkap setelah 6 bulan kemudian. Di dalam tahanan,selama 4 bulan saya disiksa. Benar-benar saya merasakan kekejamannya aparatSoeharto. Sebentar-sebentar saya disetrum, mula-mula dengan dinamo, kalaubelum puas mereka mengambil alat pelumpuh. Sebagai penutup, biasanya sayabenar-benar disetrum dengan listrik. Setelah disiksa 4 bulan, saya diadilidengan ancaman hukuman mati, kemudian turun menjadi seumur hidup, danterakir vonis 17 tahun penjara. Pada kenyataannya saya menjalani hukumanhanya 9 tahun. Berkah reformasi, saya dilepas dan bisa menikmati kemerdekaandi alam bebas.

Kabarnya, Anda bersama teman-teman telah melakukanIslah. Apa itu ?Islah dalam hal ini ialah perjanjian damai (azam) untuk membebaskanteman-teman yang dikurung di Nusakambangan, melalui usulan Hendropriyono(saat itu sebagai menteri), kepada Presiden, malah termasuk usulan grasibuat Husein Al-Habsy (kasus Candi Borobudur), Sudiyatno (kasus KomandoJihad), Afwan (kasus pesantren kilat), dan Marsudi. (kakak kandung Warsidi).Alhamdulillah, semua berhasil. Islah itu terjadi setelah para korbanPeristiwa Talangsari (baik dari pihak Warsidi maupun dari pihak ABRI)bertemu dengan Hendropriyono. Dari hasil pertemuan itu disepakati,Hendropriyono membantu proses permohonan grasi untuk para narapidana kasusLampung.

Keputusan lainnya, Hendro memberi lapangan pekerjaan berupa tambak udang diLampung untuk 32 orang, termasuk 28 orang di Bima. Dengan Islah ini, seluruhkorban dan keluarganya telah menyelesaikan masalah dan telah damai secaraIslam. Karena itu, seluruh eks narapidana kasus Lampung tidak ingin kasusnyadiungkit-ungkit lagi.

Tapi ada yang mempersoalkan Islah itu, misalnya Nurhidayat. Komentar Anda ?Saya sangat menyesalkan sikap dan tindakan Nurhidayat, yang membuat friksidan fitnah yang dampaknya sangat memalukan. Fitnah yang berkembang menyebut,seakan-akan teman-teman telah terbeli, padahal Nurhidayat sendiri yangpaling banyak memakan uang dengan menjual kasus Lampung itu. Friksi initelah dimanfaatkan pula oleh beberapa LSM untuk mencari keuntungan sendiri.Misalnya, Komite Smalam pimpinan Fikri Yasin dan LSM pimpinan Yopi Lasutyang menggebu-gebu mencampuri kasus Lampung. Padahal pada waktu di penjara,ia dan kawan-kawan sama sekali tidak menyuarakan hak mereka, apalagi memberibantuan. Yang ia bantu justru orang- orang PKl, Timor Timur, lrian Jaya,PRD, dan seputar kelompok itu saja.

* * *

ISMED INONU

Page 41: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 41Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Kepala Desa Pakuan Aji, Kecamatan Sukadana, Lampung Timur

SEBELAS tahun lalu, Ismed Inonu masih menjadi tukang ojek yang seringmengantar jamaah Warsidi ke lokasi Cihideung. Tetapi, kini menjadi KepalaDesa Pakuan Aji, suatu daerah yang masih berbatasan langsung denganCihideung Talangsari III, tempat Warsidi besama kelompoknya menghimpunkekuatan melawan pemerintah.Untuk mencapai markas Warsidi, saat itu jarak paling dekat adalah lewatjalur Pakuan Aji. Bila ditempuh dengan ojek sepeda motor hanya sekitar 10menit lamanya. Oleh sebab itu, jamaah yang hendak ke Cihideung lebih memilihjalur Pakuan Aji, meskipun ada beberapa jalur lain yang juga bisamenghubungkan markas Warsidi. Pria 42 tahun ini, asli Pakuan Aji. Kabarnya,ia termasuk salah seorang yang tahu banyak soal tokoh kontroversial itu.Berikut penuturannya.

Apa yang Anda ketahui tentang Warsidi ?Saya mengenal Warsidi sebagai seorang buruh koret di kebun. Karena itu, sayatidak percaya ketika banyak orang dari Jawa mengatakan bahwa, akan keCihideung untuk mengaji kepada Kiai Warsidi. Tamu-tamu dari Jawa itu semakinbanyak dengan tujuan yang sama. Kabarnya mereka malah menetap bersamaWarsidi di pondok itu. Keramaian Cihideung tentu saja menarik perhatianbanyak orang. Malah, kemudian ada kabar bahwa, orang-orang yang datang ketempat Warsidi membuat masalah dengan warga sekitar. Tanamannya seringhilang dicuri orang. Bambu, kelapa, dan bahkan singkong sering melayang.Terakhir diketahui jamaah Warsidi tak hanya menjarah tanaman masyarakat,tetapi malah meresahkan karena khotbah-khotbahnya tak lazim didengar olehtelinga orang desa.

Dalam khotbahnya, Warsidi mengatakan apa saja ?Mengatakan pemerintah zalim, Pancasila batal, yang tidak berjamaah denganWarsidi, kafir. Menghormati bendera itu dosa. Masih banyak lagiistilah-istilah yang tidak dimengerti oleh masyarakat di sini. Oleh sebabitu, anak-anak muda di sini saya larang datang dan ikut ngaji di tempatWarsidi. Apalagi, setelah diketahui mereka ituanti pemerintah.

Anti Pemerintah, bagaimana ?Dipanggil Kepala Desa tidak mau. Disuruh rapat dan gotong-royong menolak.Ronda, katanya tidak penting. Malah mereka berlatih silat dan, membuatpanah, katanya untuk membunuh kafir. Ketika didatangi aparat dia beringas,rombongan diserang. Komandan Ramil Pak Soetiman dibunuh dan mayatnyadisandera. Masyarakat Pakuan Aji banyak yang ikut membantu aparat ketikahendak mengambil jenazah Pak Soetiman.

Siapa saja yang ikut aparat ke lokasi Warsidi ?Loso dan Kamarudin. Mereka diminta aparat untuk menjadi penunjuk jalan,karena dua orang itu tahu persis situasi pondok. Kata Loso, orang-orangWarsidi itu beringas dan sangat kejam. Selain menyerang aparat, mereka jugamenyerang anggotanya yang hendak melarikan diri. Malah sampai ada yangdibacok telinganya, gara-gara akan menyerah kepada aparat. Loso danKamarudin juga menceritakan, bahwa ia telah melihat orang-orang Warsidimembakar pondok mereka sendiri.

Menurut Anda, mengapa mereka membakar kelompoknya sendiri ?Saya hanya dengar dari Loso dan Kamarudin, mereka mengatakan yang keluarmurtad dan Islamnya batal. Daripada murtad masuk neraka, lebih baik matisyahid, masuk surga.

Waktu kejadian, Anda di mana ?Saya bersama-sama masyarakat ikut nonton. Waktu itu jam 07.00 pagi, sayamanjat pohon. Di bawah pohon itu saya melihat ada seorang anggota Brimob,ngumpet. Saya tanya, "Kenapa tidak ditembak saja itu orang-orang Warsidi".

Page 42: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 42Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Dia bilang, istrinya lagi hamil tua. Terpaksa berangkat, karena perintahtugas, katanya.

* * *

Bagian 7 - K.H. Muhammad IchsanBIARKAN MEREKA BICARA

K.H. MUHAMMAD ICHSANPimpinan Pondok Pesantren Roudhatul Hidayah, Desa Mengandung Sari, Jabung,Lampung Timur

PASANTREN Roudhatul Hidayah ialah salah satu pondok yang secara tidaklangsung terimbas dampak kegiatan Warsidi. Lolongan Warsidi ternyataterdengar hingga radius 30 km, di mana lembaga pendidikan Islam ini berada.

Ketika itu Kiai Muhammad Ichsan merasa terusik, karena Warsidi mengirimorang-orangnya untuk menghentikan ritual-ritual yang biasa dilakukan dipesantennya. Tahlilan dan juga mauludan, misalnya, mereka minta agar tidaklagi dilakukan. Alasannya, acara seperti itu tidak ada dalam Islam.Perbuatan kiai pondok ini dinilai mengada-ada dan hukumnya bithah dholalah.

Karuan saja kiai NU, penganut tarekat Qodiriyah Nahsyabandiyah ini berkerutdahinya. Semenjak di pesantren hingga setua itu belum menemukan dalil yangmelarang tahlilan, apalagi yang menyebut bit'ah dholalah. Yang dia temukanjustru sebaliknya. Bila tahlil diterjemahkan sebagai suatu rangkaian zikir,maka bukan saja tuntunan Rasul, malahan perintah Allah.

Apa reaksi Pak Kiai waktu itu ?Wah ..., saya sangat tidak setuju dan banyak yang marah waktu itu. Untungdia segera pergi dan tidak kembali lagi. Kalau tidak, saya juga tidak tahuapa jadinya.

Apa yang Kiai tahu tentang Warsidi ?Saya mendengar khabar, dia mengambil tanaman masyarakat, tanpa merasabersalah. Mengatakan yang selain kelompok dia, kafir, termasuk ulamasekalipun, bila tidak mendukungnya. Melawan pemerintah dan mempersiapkansenjata perang seperti bom molotov, pedang, dan panah-panah beracun. Masihbanyak lagi kabar lain yang mengkhawatirkan umat. Tadinya saya tidakpercaya. Setelah ada yang datang ke sini dan melarang tahlil seperti itu,saya baru percaya.

Apa ada jamaah Kiai yang menjadi korban Warsidi ?Ada, motornya dirampas dan dibawa ke hutan. Tadinya dia hanya melihat-lihatsaja karena ada gegeran dan rame-rame. Pas rame-ramenya datang naik motor.Sampai di situ dia dibacok.

Mati ?Nggak mati. Bisa melarikan diri, tetapi akhirnya motornya dirampas olehkelompok itu dan dibawa lari ke hutan. Jadi, gerakan Warsidi sudah bukan diTalangsari saja, malah sudah meluas sampai ke Sidoredjo. Di sana bikingegeran, ramai sekali. Satu minggu kemudian masyarakat menemukan motortersebut di hutan. Nah, orang yang punya motor kemudian mendapat fitnahbahwa dia termasuk gerombolan Warsidi. Ditangkap, lalu saya bantumengeluarkannya. Orang itu bernama Husni warga NU, di daerah sini.

Apa ciri khas kelompok Warsidi itu ?Cirinya, kalau orang tidak mau ikut dia dikatakan kafir dan halal darahnya.

Page 43: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 43Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Inilah yang membahayakan. Banyak saksi rnata yang rnengetahui sendiriperilaku gerakan Warsidi itu. Ada yang lucu, kalau orang sudah masuk kesana, dia itu terus jadi ngawur. Suka ngambil tanaman orang tanpa izin.Anak-anak yang sekolah disuruh keluar oleh orang tuanya. Cara bicaranya jugajadi ngelantur. Hal itu sernakin jelas setelah gerakan Warsidi membuatrnarkas di Gedung Wani yang tak jauh dari sini, sebab orang sini juga adayang ikut. Yang terakhir, mereka malah membunuh Soetiman, Danramil WayJepara.

Mengapa mereka membunuh ?Mereka menganggap, membunuh aparat itu sah, karena termasuk golongan kafir.Jadi, ketika dipanggil ke Koramil, mereka tidak mau dan mengatakan ularnaitu tidak baik rnendatangi umaro. Itu hanya alasan Warsidi yang inginmembunuh orang. Mereka sudah mempersiapkan diri membuat panah, bom, dan lainsebagainya, termasuk latihan beladiri.

Kiai bisa di sini, bagaimana asal-usulnya ?Dahulu, di daerah ini banyak maksiatnya. Perjudian, maling, garong, pokoknyamo-limo itu ada semuanya. Maling di daerah sini memang aman, tapi perjudianluar biasa. Adu jago, dari anak kecil sampai orang tua ada. Cara bicararnereka kotor dan jorok. Saya melihat ini prihatin dan sedih. Kalauterus-menerus begini, rusak umat ini. Akhirna, saya mulai rnasuk dan ngajarmengaji anak-anak. Satu-dua, sampai akhirnya banyak seperti sekarang.

Terus ?Saya mendirikan majelis taklim ibu-ibu. Yang pertama ada 3 orang ibu-ibu,lama-lama .bertambah banyak. Alhamdulillah. Setelah sekian tahun, adahasilnya. Masyarakat bertambah baik. Kegiatan keagamaan mereka jalankan,tetapi kemudian muncul kelompok Warsidi itu.

Apa saja yang dilakukan kelompok Warsidi saat itu ?Mula-mula ikut pengajian. Di dalam pengajian itulah mereka mengadakantanya-jawab. Lama-lama terjadi perdebatan, jamaah menjadi bingung,masyarakat tidak senang. Lebih-lebih setelah mereka melarang acara Isra'Mi'raj. Dia bilang, itu bid'ah. Merayakan Maulud Nabi, juga bid'ah. Orangberkirim doa untuk orang mati dibilang sesat dan tidak akan sampai. Pokoknyamacam-macamlah, sampai gegeran dengan saya.

Menurut Kiai yang seperti itu bagaimana ?Jelas tidak diterima masyarakat dan menimbulkan kerawanan sosial. Terbukti,akhirnya peristiwa pemberontakan itu meletus, yang sekarang menyengsarakanbanyak orang. Mereka tadinya ingin ikut mengajar di sini. Tapi nggak jadikarena ada bentrokan itu.

Selain itu apa lagi yang mereka katakan ?Mereka mengajak masyarakat, agar mengikuti kelompok Warsidi, karena inilahsaatnya di mana orang sudah harus menjalankan ajaran Islam secara murni danbenar. Oleh karena itu, bagi yang tidak mau mengikutinya, berarti tidak maumenegakkan Islam. Orang seperti itu, katanya, batal Islamnya dan kafirhukumnya. Orang kafir selalu mengerjakan yang musyrik, yakni yang dilarangIslam, Kata dia, menghormat yang selain Allah itu jelas musyrik. Contohnyamenghormat bendera. Jadi sampai soal menghormat bendera juga dipersoalkan.

Warsidi bersama kelompoknya ditumpas, apa pendapat Kiai ?Kami dari kalangan pondok pesantren sangat berterimakasih kepada aparat yangsegera bertindak. Sebab kalau tidak, kami akan bertindak sendiri. Kalau ituterjadi, maka korban pasti lebih banyak lagi. Saat itu kalau kami tidakditahan aparat, kami bertindak dan pasti akan terjadi tawuran besar.

Kini orang-orang tertentu, dari kalangan LSM kabarnya mempersalahkan aparat.Bagaimana menurut Kiai ?Kami-kami pasti tidak senang. Mengapa aparat dipersalahkan. Kalau boleh,kami akan ikut menjadi pembelanya. Karena jelas waktu itu gerombolan Warsidisangat meresahkan rakyat. Mestinya aparat itu harus diberikan penghargaan,

Page 44: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 44Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

bukan sebaliknya.

Apa bentuk pembelaan Kiai ?Bagaimana orang itu maunya, akan kami ladeni. Pokoknya lahir batin, kamitidak rela kalau aparat yang menumpas Warsidi itu dianggap salah. Kami tidakrela betul. Karena sangat tidak pantas orang yang telah berjasa kepadarakyat dipersalahkan. Saya rasa mereka-mereka itu (maksudnya sejumlah LSM?),hanya akan membuat kerok Lampung saja.

Apa Kiai sudah tahu, kini ada pihak-pihak yang hendak memperkarakan aparatkeamanan ?Saya sudah baca berita-berita di surat kabar. Dan saya sangat tidak cocokdengan berita-berita seperti itu. Saya sanggup menjadi saksi kalaudiperlukan. Saya sudah ngecek di lapangan. Seluruh orang Lampung, terutamamasyarakat sekitar Talangsari dan masyarakat Pondok Pesantren sudah siapmenjadi pembela aparat keamanan. Kami siap mengajukan bukti-bukti bahwaWarsidi itu menyengsarakan rakyat, mengadakan perlawanan dan pemberontakan.

Apa komentar Kiai terhadap LSM seperti itu ?Saya minta kalau mau mengungkit-ungkit kembali, silahkan. Tapi bicaralahyang benar, jangan menipu rakyat dengan berita-berita bohong seperti itu.Telitilah dulu dan tanya pada masyarakat, apa kata mereka itulah yang benar.Apalagi pada saat itu, terjadi peperangan. Mereka harus tahu apa itu hukumperang.

Bagi Islam, hukum perang itu bagaimana ?Perang itu terjadi apabila masing-masing pihak menyerang. Jadi, yang gugurdi situ, ya sudah. Namanya gugur dalam perang. Asalkan jangan menganiaya danmemerangi orang yang tidak mau berperang. Berperang melawan kejahatan itusangat baik. "Waquljaa'al haqqu wazahaqul baatil, innal baatila kaanazahuuqaa ". Artinya, kebenaran pasti datang dan kejahatan pasti sirna.

* * *

K.H. MARZUKI THOHIRPimpinan Pondok Pesantren Miftakhul Hudda dan Pondok Pesantren MiftakhulFallah. Way Jepara, Lampung Timul: la salah seorang anggota DPRA LampungTimur

KIAI Marzuki Thohir, 60 tahun, punya pengalaman unik dengan tokohkontraversial Warsidi. Kiai salaf yang kini dipercaya mewakili umatnya diDPRD Lampung Timur itu, mngurut dada ketika dirinya disebut kiai kafir olehWarsidi Cs, hanya karena berpandangan yang tidak sama dengan tokohontran-ontran Cihideung itu.

Kini setelah 11 tahun, dalam ingatan pemilik 2 pesantren ini, serasa barukemarin. Masih terngiang di telinganya mendengar nyanyian anak-anak kecil"ayo bikin panah, untuk membunuh kafir", ketika Marzuki melintas di hadapananak-anak itu, pada suatu ketika di tahun 1989.

Kiai Marzuki, mengesankan seorang ulama yang tangkas berpikir dan cerdasberbicara. Yang tersenyum bukan cuma bibirnya, namun sorot matanya jugaseakan memancarkan senyuman. Perutnya tipis mengangkat bahunya yang bidang.Seperti lukisan spiritual seorang tokoh yang lebih mementingkan luasnyahati, ketimbang besamya waduk.

Ketika ditemui di rumahnya, 5 km. dari sarang Warsidi, raut wajah KiaiMarzuki, masih menyiratkan kenangan lama.

Bisa dijelaskan, bagaimana hal itu bisa terjadi ?Saat itu jamaah yang mengikuti pengajian saya, sudah banyak. Hingga ke

Page 45: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 45Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

daerah Cihideung, di Talangsari itu, termasuk jamaah yang ada di musholahJayus. Pengajian yang sudah berjalan dengan baik di hati masyarakat,digugat. Yang berbeda dengan kelompok Warsidi, kafir. Tentu saja termasuksaya, karena saya yang merintis di sana, sebelum Warsidi berkembang biak.

Lebih jauh tentang Warsidi, apa yang Kiai ketahui ?Yang jelas, seluruh masyarakat tidak cocok dengan dia, seperti minyak danair. Kelompok Warsidi terang-terangan menentang dan melawan pemerintah.Komplek yang mereka tempati, diberinya nama Pondok AI Mahdil Aqwal, artinyasebuah tempat untuk menggalang kekuatan. Mereka juga menghalalkan hartamilik orang lain yang dianggap kafir dan bebas mengambil tanpa perlu ijinpemiliknya.

Kabarnya, mereka juga mengadakan latihan perang ?Memang begitu. Malah sebelum peristiwa Talangsari, saya melihat banyakanak -anak yang membuat panah. Sambil mengatakan: " Ayo kita buat panah,untuk membunuh kafir" .Padahal ketika itu saya sedang melintas di hadapanmereka. Tetapi dikatakan begitu.

Jadi syair nyanyian anak-anak sudah seperti itu ?Waktu itu saya benar-benar sangat prihatin. Anak-anak yang tidak mengertimasalah, sudah diajari membenci dan membunuh. Penduduk juga tidak mengerti,mengapa mereka membuat panah dan mengapa yang tidak mendukung dikatakankafir. Suasana AI Mahdil Aqwal, benar-benar sudah berlangsung di sana.Alhamdulillah, aparat cepat bertindak.

Tapi, mengapa aparat digugat dan disalahkan ?Sudahlah, kebenaran akan tetap menang, tidak perlu sangsi. Gugatan tanpadasar, merupakan kejahatan. Kita akan bela kebenaran. Apalagi masalahTalangsari adalah masalah rakyat. Biarlah rakyat yang akan bicara danmembelanya. Mereka yang menggugat-gugat aparat, itu liar. Ada kepentinganlain dan tidak murni untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Mereka hanyamemperalat mahasiswa, mencari uang untuk kepentingan diri sendiri. Kalauditeruskan, mereka akan berhadapan dengan penduduk dan masyarakat pesantren.

Ada kabar, pihak-pihak tertentu akan mengadakan suatu acara di lokasiWarsidi. Apa pendapat Kiai ?Kalau acara seperti itu bisa menimbulkan kerusuhan lagi, pasti kami akanmembubarkannya. Seharusnya acara seperti itu tidak perlu diadakan, sebabkegunaannya bagi rakyat tidak ada. Lebih baik menyelesaikaan masjid yangkini sedang dibangun di sana. Masyarakat akan senang, karena selama inimasyarakat sudah lelah dengan adanya peristiwa Warsidi itu. Jangan lagimenambah beban masyarakat yang sudah susah. Rakyat Talangsari dansekitarnya, bisa marah.

Tentang Al Mahdil Aqwal, apa masyarakat tahu ?Sebenarnya sudah. Malah saya pernah ngotot. Saya katakan, Al Mahdil Aqwalyang ada di Cihideung itu, bentuk lain pemberontakan kepada pemerintahmelalui lembaga keagamaan, pesantren. Itu akan memecah belah dan merugikan.Pemerintah akan mengatakan bahwa pesantren selalu menjadi tukang berontakdan buat onar.

Apa ciri-ciri mereka ?Kalau menggunakan ayat, cuma sepotong lalu diperdalam dan dihidup-hidupkansebagai kebenaran Islam. Begitu juga dengan hadistnya. Sebentar-sebentarbicara jihad dan mati syahid. Semua menjadi kafir, kecuali kelompoknya.Selalu menghubungkan hadits pada apa saja yang orang lain lakukan.

Beda Al Mahdil Aqwal dan Pesantren itu apa ?Pesantren jelas sebagai tempat belajar para santri untuk memperdalampengetahun Islam. Sedangkan pondak Al Mahdil Aqwal, dipergunakan sebagaitempat menghimpun kekuatan untuk memberontak. Oleh sebab itu, mereka membuatbom, panah, latihan ilmu-ilmu kanuragan dan ilmu-ilmu tenaga dalam lainnya.

Page 46: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 46Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Dengan hilangnya Warsidi dan kelompoknya, bagaimana kehidupan masyarakatkini ?Masyarakat benar-benar berterimakasih kepada aparat pernerintah yang sudahberhasil menumnpas kegiatan Warsidi yang tak akur dengan warga. Warsidisering mengejek masyatakat sebagai rnanusia yang tidak berjalan di atas relAlquran dan Hadis Rasulullah. Pernah saya sampaikan ke Pak Danrem diLampung, bahwa ini akibat dari cara-cara memahami Alquran dan Hadis yangtidak menggunakan ilmu alat. Orang akan mudah menuding orang lain sebagaikafir dan harus diperangi. Ini sangat membahayakan perkembangan kehidupanIslam itu sendiri.

Tentang ulama dan umaro, yang disoal Warsidi itu ?Itu anak kecil yang baru tahu agama. Pengertiannya tidak sesederhana itu.Kita harus lihat keperluan dan konteknya apa. Jadi, jangan asal bicara. Daridulu selalu membahas soal-soal begituan. Kalau orang Islam masihberpandangan sesempit itu, pasti tidak bisa maju.

Berapa lama Pak Kiai pernah bersinggungan dengan Warsidi dan kelompoknya ?Sebelum ada Warsidi, pengajian saya sudah sampai di Cihideung dan lancar.Mereka datang dan ikut bergabung. Ketika saya menerangkan hukum wajib,mereka protes dan mengatakan, pengajian saya keluar dari hukum Islam.Menurut mereka berjamaah itu wajib. Sedangkan saya mengatakan, tidak. Sebabyang wajib itu sholatnya, bukan jamaahnya. Sejak itu, kami berpisah.

Setelah kejadian itu, apa tindakan Kiai ?Saya tegaskan pada umat, siapa yang ideologinya sama dengan saya, bolehikut, yang lain silahkan pisah. Akhirnya kami berjalan sendiri-sendiri. Sayapernah mengatakan mereka ini bahaya. Akhirnya terbukti, mereka membentukkelompok Al Mahdil Aqwal itu.

KaIau masih ingat, waktu itu ada berapa orang ?Waktu saya masih di sana, ada 15 sampai 20 orang. Setelah itu saya tidaktahu lagi. Mungkin sudah bertambah banyak lagi.

Bagaimana dengan jumlah yang pernah mereka sebut hingga ratusan ?Jelas, mereka itu bohong. Menggunakan ukuran apa pun, tempat seperti itu,tak akan memuat ratusan orang. Tak akan ada orang percaya.

Saat pertama berkenalan dengan Warsidi, apa kesan Bapak. Adakah ciri-cirikeulamaannya ?Sepengetahuan saya, ilmu agamanya masih dangkal. Terutama dalam penguasaanAlquran, termasuk cara membacanya. Kesan saya, Warsidi itu termasuk tipeorang-orang yang hanya bermodal nekad.

Kini banyak LSM yang bergentayangan menyoal Talangsari. Apa pendapat Kiai ?Kalau ingin mendapat penghormatan dari masyarakat, mereka harus bicarajujur. Tidak mengatakan benar jika tahu ada kesalahan. Saya kira,orang-orang yang mengatasnamakan LSM itu orang-orang yang kwalitasnya masihrendah. Itulah sebabnya gerakan mereka sering di luar nalar, ngawur dantidak bermutu.

Ada pendapat, Warsidi Cs itu patut dibela karena mereka teraniaya. MenurutKiai bagaimana ?Kalau yang ngomong itu orang-orang di Lampung Kota atau malah di Jakartasana sebaiknya jangan dianggap. Mereka umumnya tidak tahu masalah. Merekahanya ngarang. Cari uang tidak gampang. Dengan mengatasnamakan LSM, laluberteriak, mereka bisa gampang mendapatkan uang.

Pesan Kiai ?Sekali lagi saya ingin menyatakan, Warsidi dan kelompoknya itu tidak akur

Page 47: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 47Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

dengan masyarakat setempat. Mereka seperti minyak dan air. Kehadiran merekatidak dikehendaki. Selain menyakiti hati, mereka juga mengancam danmenakut-nakuti rakyat. Bahkan mereka juga menipu. Berdalih dagang genteng,tetapi setelah uang diserahkan, genteng tidak dikirim. Saya, salah satunyayang kena tipu tersebut.

* * *

A.M. HendropriyonoMantan Komandan KOREM 043 Garuda Hitam Lampung, kena serimpung. Dicerca olehpara pencari untung. Tetapi didukung orang sekampung, hingga ke ujung dusun.

ORANG boleh berang, malah boleh tidak percaya. Tetapi, ini kisah nyataHendropriyono, keloro-loro, lari tergopoh-gopoh ke ujung Dusun Talangsari,mencari anak buah yang mati digorok Warsidi. Padahal, dia bisa saja menjadiperkutut yang tinggal manggung di sangkar sambil menghitung hari. Situasigawat, minggat. Situasi untung, bergabung. Dijamin aman dan pasti nyaman.Tanggung jawab pun menjadi ringan, malah mungkin bisa cuci tangan.

Kini, Hendro tak bisa menghindar dan pasti juga tak nyaman. Setelah sebelastahun peristiwa Lampung, ia diserimpung oleh orang-orang yang mencariuntung. Achmad Fauzi bin Isnan, misalnya. Seseorang yang oleh Sudarsono,dinilai tidak banyak tahu soal Lampung, tetapi paling berbusa bibirnya bilamenyoal Lampung, tak henti-henti mencari peluang agar mendapat "proyek" dariHendro. Ketika suatu hari, salah seorang sahabatnya bertanya tentangkegiatannya, Fauzi dengan bangga, menjawab: "Sekarang sedang mengerjakanproyek, menginjak kaki Hendro", kata Fauzi sambil mengulum senyum.

Memang kemudian, proyek Fauzi itu berhasil, Masyarakat segera teropini,setelah Fauzi mencari-cari "aib" Hendro dan membeber-beberkannya di mediamassa. Pada saat Fauzi sedang menari-nari kegirangan karena merasa berhasilbisa menginjak Hendro sebenamya penyusunan buku ini sedang memulai bab A.M.Hendropriyono.

Pada bab ini, rencana semula hendak mewawancara langsung denganA.M.Hendropriyo seputar peristiwa Lampung. Akan tetapi, apa yangdiucapkannya, ternyata hampir sama dengan hasil survey penulis di lapangandan juga hampir sama dengan naskah yang disodorkannya kepada penulis saatwawancara. Maka, penulis segera memutuskan untuk memuat naskah tersebut, apaadanya. Berbagai alasan mengapa naskah asli, tulisan Hendropriyono inidimuat lengkap ialah untuk memberikan hak jawab secara langsung kepadamasyarakat, atas berita ya senantiasa menyoal dirinya.

Di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, tempat kediaman Hendropriyono, nampak takpernah sepi dari urusan Lampung. Sudah tak terhitung lagi bila tamu datangselalu saja mengaku paling banyak tahu soal Lampung. Seorang temanberkelakar: "Rumah Hendro seperti layaknya kantor Pemda LampungSebentar-sebentar, orang datang, bukan saja urusan Warsidi di Talangsari,tetapi berbagai urusan Lampung juga disodorkan kepada Hendro", katanya.

* * *

EKSKLUSIF DAN TERORISLaporan dari Mayor Abdul Azis

SENIN, 6 Februari 1989, di Bandar .Lampung. saya, Abdullah MakhmudHendropriyono, berpangkat Kolonel, Komandan KOREM 043 Garuda Hitam Lampung,ketika baru kembali dari Palembang mengikuti rangkaian kegiatan ABRIi MasukDesa, menerima laporan dari Kepala Seksi Operasi Mayor Abdul Azis bahwaseorang Komandan Koramil bernama Kapten Soetiman, disandera oleh suatukelompok misterius di suatu lokasi yang terletak di dusun Talangsari III

Page 48: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 48Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

desa Rajabasa Lama kecamatan Way Jepara, pada saat melakukan kunjungan disuatu lokasi, bersama rombongan Camat Way Jepara. Tujuan kunjungan ialahuntuk menemui kelompok yang menurut laporan warga setempat, dipimpin olehseorang yang bemama WARSIDI, yang selama 2 ( dua ) bulan terakhir, telahmeresahkan masyarakat karena kehidupannya yang eksklusif dan melakukankegiatan-kegiatan tanpa komunikasi sosial yang baik dengan warga desa. Sejakkedatangan "orang-orang asing", rombongan demi rombongan dari pulau Jawa,menimbulkan konflik-konflik dengan rakyat setempat.

Konflik-konflik awal dimulai dari hal-hal kecil, seperti pencurian hasiltanaman rakyat oleh para pemukim baru yang tak dikenal itu, sampai ancamanfisik terbadap kepala dusun di sana. Jadilah mereka sebagai suatu komunitasbaru yang muncul mendad yang mengundang banyak pertanyaan bagi warasetempat.

Semakin lama bentuk konflik makin membesar dan memuncak. Lebih-lebih setelahKepala Dusun SUKIDI didatangi 5 (lima) orang tak dikenal dengan membawasenjata parang dan golok, mengaku kelompok Warsidi mengancam hendak membunuhSukidi. Warga Talangsari III tidak bisa menerima perlakuan demikian karenaSukidi ialah seorang tokoh pilihan rakyat. Masyarakat desa Rajabasa Lamabersama masyarakat Pakuan Aji, desa tetangga terdekat, mulai bersiap-siap,untuk mengbadapi segala kemungkinan, sambil melaporkan dan meminta aparatsetempat untuk mengambil langkah-langkah penertiban.

Panggilan beberapa kali yang dilakukan Kepa. Desa Amir Puspa Mega, atasanSukidi, sampai kedatangan Camat, sebagai umaro mengbadap "ulama" Warsidi,tidak membuahkan hasil. Sebingga apa dan siapa kelompok tanpa legalitas danpernaskahan itu pun tetap kabur, tidak jelas. Namun demikian, parapenanggung jawab daerah tetap sabar dan mengikuti kehendak Warsidi yangkatanya berpedoman kepada Hadis Nabi yaitu: "Sejelek-jeleknya ulama dansebaik-baiknya umara, umara lah yang barus menghadap ulama". Makaberangkatlah Camat Way Jepara Drs. Zulkifli ke tempat Warsidi untuk yangkedua kali. Namun, kali ini dengan rombongan pejabat daerah lainnya yangterdiri atas Kasdim Mayor Oloan Sinaga, Kapolsek, Kepala Desa Pakuan Aji,Kepala Dusun Talangsari III dan beberapa orang lain yang semuanya pejabatpenanggung jawab daerah, ditambah sopir-sopir. Mereka mengendarai dua , buahjeep dan sepeda-sepeda motor mendekati lokasi Warsidi di Cihideung.Rombongan diserbu dengan parang dan golok oleh ratusan "jamaah" sertahamburan anak-anak panah yang dilesatkan dari berbagai penjuru.

Rombongan memilih mundur meninggalkan gerombolan Anwar Warsidi yang sedangmengamuk itu, untuk menghindari jatuhnya korban, karena tujuan mereka kesana untuk berdialog. Tetapi, mereka terus dikejar oleh para penyerangsehingga Kapten Soetiman tertangkap dan Sertu Yatin menderita luka parah.

Dilanjutkan ke PangdamLaporan dari Mayor Abdul Azis ini saya lanjutkan ke Pangdam II Sriwijaya,Mayjen TNI R.Sunardi, yang sedang berada di Bandar Lampung, dalam rangkaperesmian lapangan tenis baru untuk Korem GATAM.

Panglima Sunardi memerintahkan saya agar segera membebaskan Kapten Soetimandan melanjutkan usaha penertiban sesuai permintaan rakyat, yang sudahmengajukan berkali-kali kepada Kodim Lampung Tengah.

Proses panjang usaha-usaha aparat pemerintah dan jajaran ABRI tingkatKecamatan dalam menyelesaikan ketegangan yang semakin membara dianggap olehpara Kepala Desa dan Dusun setempat, berjalan sangat lamban. Karenanya jikakeadaan kelak makin tidak menentu, rakyat desa bertekad untukmenyelesaikannyasendiri.

Ketika para pemuka masyarakat dan jajaran apa keamanan sedang melakukanpertemuan koordinasi kediaman Kepala Desa Rajabasa Lama, diterima kabar dari

Page 49: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 49Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Kasrem Letkol Purbani bahwa Kapten Soetiman telah tewas dibunuh danjenazahnya di tangan Warsidi. Diterima berita pula bahwa Pratu Budi Waluyojuga telah dibunuh oleh kelompok Warsidi yang lain di Sidorejo bersamaseorang penumpang sipil, di suatu kendaraan umum. Kelompok itu merampasmobil colt "Wasis" angkutan umum dan membawa kabur kendaraan tersebutsetelah sopirnya bernama Sabrawi serta kernetnya yang bernama Matsarimelarikan diri.

Dengan kendaraan rampasan itu mereka melakukan pelemparan bom molotov kekantor Harian Lampung Post, di kota Bandar Lampung.

Atas semua kejadian tersebut jelas terlihat bahwa kelompok Warsidi bukansuatu kumpulan spiritual apalagi suatu jamaah pengajian Islam yang luhur,karena mereka telah melakukan keonaran dengan aksi-aksi kriminal yangbersasaran tak terbatas.

Aksi-aksi onar yang bersasaran tak terbatas bisa disebut teror dan istilahini semakin sesuai untuk semua perbuatan yang mereka lakukan kemudian yaituketika pada keesokan harinya tanggal 7 Februari 1989, terjadi lagipembunuhan akibat bentrokan fisik terhadap Kepala Desa Sidoredjo (SantosoArifin) dan kepala Pos Polisi (Serma Pol Sudargo) dan melukai berat SerdaPol Arief Sembiring, ketika para petugas itu sedang mengusut perampasan coltangkutan yang mereka lakukan malam harinya.

Upaya Penertiban Bersama RakyatUnsur-unsur Muspida Propinsi dan Kabupaten Lampung Tengah termasuk sayadengan pengawalan 3 peleton tentara dan 1 peleton Brimob bergerak pada pagihari bakda subuh 7 Februari 1989 menuju Cihideung dan menuju Sidoredjo. KeCihideung untuk menghadapi Warsidi dan ke Sidoredjo untuk menghentikan teroryang dilakukan oleh kelompok mereka yang dipimpin oleh Sugito dan Riyanto,yang ketika itu bersenjata api rampasan berupa dua pucuk pistol darialmarhum Serma Pol. Sudargo dan Serda Pol. Arief Sembiring yang luka parah.

Bentrok fisik di Cihideung tak terhindarkan dan Warsidi tewas. Sedangkandari pihak ABRI beberapa orang menderita luka berat, seorang diantaranyaberpangkat bintara. Seperti halnya yang dialami rombongan Camat Zulkifli danOloan Sinaga, serangan Warsidi terhadap rombongan kami, mereka lakukandengan berteriak -teriak, sambil melesatkan anak panah beracun dari berbagaipenjuru, termasuk dari sebagian pasukannya yang berada pada kedudukanpertahanan di tanah, yang telah mereka gali sedalam dada. Anak-anak panahyang digunakan terbuat dengan baik dari ruji-ruji sepeda dan sebagian adapula yang terbuat dari bambu.

Bentrokan fisik antara kedua pasukan tak terhindarkan, sementara pengikutWarsidi bagaikan orang kerasukan setan berteriak-teriak. Dari dua belahpihak memekikkan gema : ". ..AllahuAkbar ", seolah-olah rebutan untuk mengclaim bahwa pihaknyalah berjalan dalam ridha Allah SWT.

Ketika suasana demikian hiruk pikuk dan suara megaphone untuk menghimbaukelompok Warsidi agar menghentikan perlawanannya dan usaha mengendalikangerakan massa menjadi sukar, tiba-tiba bilik-bilik mukiman Warsidi,terbakar. Pasukan segera bergerak cepat menuju ke arah pondok-pondoktersebut bersama masyarakat Rajabasa Lama, Talangsari III Pakuan Ajimemadamkan kobaran api dan sekaligus menyelamatkan korban. Namun tidak semuaorang dapat kita selamatkan dari kobaran api karena mereka yang berada didalam pondok dilarang keluar dan diancam penjaga dari kelompok merekasendiri: "Jangan ada yang keluar dan menyerah kepada kaflr. Kita akanmatisyahid di sini bersama-sama". Sehingga tatkala api mulai menyala, banyak diantara mereka yang tak berani keluar dari pondok yang terbakar itu. Diantara mereka yang tertolong adalah seorang perempuan berna Widaningsih yangdiselamatkan bersama-sama dengan beberapa kawannya oleh salah seorang

Page 50: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 50Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

anggota ABRI yang berjibaku masuk ke dalam api yang tengah mengganas.

Seorang remaja perempuan, anak Warsidi bernama Toyibah, melompat keluarlewat jendela, tetapi segera diikuti oleh ayunan parang dari arah dalam yangmembabat telinga dan sisi kanan kepalanya. Anak tersebut dapat dievakuasidan diselamatkan jiwanya, setelah ditangani kemudian oleh para dokter di RSAbdul Muluk.

Tak seorang pun pengikut Warsidi bisa kita kenali sebab memang semenjak awalkedatangan mereka, tidak membawa pernaskahan apa-apa. Malah kemudiandiketahui bahwa nama-nama mereka hampir semuanya diganti. Sebagai contoh,Sugito adalah nama lain dari Fadhillah.

Belakangan, salah seorang bekas rekan Warsidi memberi kesaksian, bahwa yangmembakar pondok-pondok di Cihideung itu ialah pengikut Warsidi sendiri.

Keberingasan yang MeluasPada tanggal 9 Februari 1989 bari Kamis lebih kurang pukul 09.00 WIBsekelompok pengikut Warsidi menyerbu KODIM Lampung Tengah. Mereka turun darisebuah kendaraan umum sewaan dan melemparkan bom-bom molotov, mengenaisepeda motor Serma Kanten sampai terbakar. Bom berikutnya dilempar ke arahpos penjagaan, tetapi meleset dan hanya mengenai papan nama Primkopad,sehingga api menjilat bangunan tersebut. Sementara itu, salah seorangpenyerang., berhasil merebut senjata api M-16 dari Pratu Supriadi di posjaga. Namun serangan dapat dipatahkan oleb para anggota ABRI di sana dansenjata dapat direbut kembali. Korban yang jatuh di pibak ABRI ialah seorangtamtama luka parah.

Pada bari yang sama rakyat di pasar Metro dibuat gempar, karena sekelompokanggota Warsidi mengamuk di tempat itu dan menjarah barang-barang daganganyangada. Serta merta pasar menjadi ditutup beberapa hari kar suasana keamananyang mencekam.

Pada bakda Asar hari Kamis itu, sekelompok pengikut Warsidi bersenjata golokdan celurit, memasuki RS Mardi Waluyo, Metro. Mereka mencari anggota-anggotaABRI yang dirawat inap di sana. Akan tetepi gagal karena penjagaan di rumahsakit tersebut telah kita perkuat sebelumnya, sehingga dalam perkelahiandengan Satpam rumah sakit yang bernama Kadar, salah seorarig dari penyerangdapat tertangkap.

Tidak semua dari mereka yang berbuat onar Lampung sejak 6 Februari itu dapattertangkap. Oleh karena itu, mulai 8 Februari 1989, pengacauan yang merekaperbuat pun cenderung meluas ke luar dari Cihideung, Talangsari III, dandari Sidoredjo. Hal ini terlihat dari aksi-aksi mereka tersebut, yangsemakin beringas sampai ke Metro Ibukota Lampung Tengah. menjarah pasar,bahkan sampai berani hati untuk memasuki rumah sakit.

Demi melindungi dan menentramkan rakyat, kami melakukan koordinasi danpertemuan dengan para tokoh agama dan tokoh-tokoh informal daerah gunamenilai apa gerangan sebenarnya gerakan yang dilakukan Warsidi itu.

Kesimpulan yang diambil saat itu ialah gerakan Warsidi dilakukan olehkelompok oknum-oknum jamaah "Negara Islam Indonesia" yang menyempal Garisperjuangan NII, sebenarnya saat itu telah berbeda jauh dengan strategikekerasan yang dalam sejarah terbukti telah menimbulkan korban rakyat,terutama umat Islam sendiri yang. sangat banyak.

Akibat dari meluasnya aksi kekerasan Warsidi, muncul reaksi pembersihan olehrakyat secara semesta di seluruh Propinsi Lampung, sehingga tertangkaplahZaenal Arifin yang kemudian menjadi tertuduh sebagai Gubernur NIl (Negara

Page 51: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 51Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Islam Indonesia) Propinsi Lampung beserta segenap personil jajarannya.

Keterangan yang diperoleh dari Zaenal Arifin dan kawan-kawannya, membuktikanbahwa pembiasan gerakan Warsidi dari perjuangan NII merupakan suatu gerakanserpihan. Penyerpihan Warsidi konon karena provokasi Nurhidayat Cs. yangdikenal sebagai kelompok empat, yang berkedudukan di Jakarta, sehingga ialalu berpaling dari Zaenal Arifin.

Nurhidayat adalah tertuduh yang paling bertanggung jawab terhadap rencanamendirikan "basis perjuangan" dengan cara kekerasan, melalui Warsidi yangsemula seorang lugu, memiliki 1,5 hektar tanah wakaf dari Jayus diCihideung.

* * *

Bagian 8 - Menghitung AngkaMENGHITUNG ANGKA

Apa arti sebuah angka ?Kalau kata-kata, tak lagi bermakna. Angka, bisa berarti apa saja, juga bisatak berarti apa-apa. Angka adalah keniscayaan. Siapa mengusai angka, iatergolong Manusia utama. Siapa mempermainkan, ia akan tercela..

TIBA-TIBA saja, angka menjadi punya makna, ketika segelintir orang rnenyoaldirinya. Padahal, peristiwanya sendiri telah berlalu hampir sebelas tahunsudah tatkala Talangsari, Way Jepara, menjerit teraniaya akibat sekelompokkecil. anak bangsa membuat gara-gara. Warsidi, bersama kelompoknya tak"menjunjung langit", ketika mereka memijak bumi Talangsari, pada Februari1989. Masyarakat Talangsari resah, kedamaiannya terkoyak oleh tamu-tamumisterius yang belum memahami adab. Konflik kecil memuncak tak terkendali.

Peperangan harga diri berobah menjadi perang hidup atau mati. Sejumlah orangmenjadi korban dan sejumlah lainnya menjadi tumbal.Korban drama Talangsari inilah yang dikais-kais, kembali oleh segelintirorang, atas nama kelompok tertentu dan untuk kepentingan tertentu pula.Tetapi, warga masyarakat Talangsari dan sekitarnya sudah hafal denganperilaku mereka. Masyarakat tak lagi percaya dengan mereka, malahmenyatakan, pengungkit-ungkit Talangsari itu digambarkan sebagai orang-orangpencari untung. Menjual Talangsari, untuk kepentingan diri sendiri.

Pengais angka tersebut memang getol menyebar-nyebarkan temuannya, melaluiberbagai media, setelah lebih dari sepuluh tahun peristiwa Talangsariberlalu. Ternyata tak semua media percaya pada temuan mereka. Dari puluhanmedia di negeri ini, cuma beberapa yang sudi menyebar-nyebar isu tentangjumlah angka yang mereka temukan. Apalagi pengkaisan angka tersebut, terasalebih bermuatan politis, ketimbang pembelaan hak azasi manusia. Agaknya,aroma kebenaran tetap tidak sama dengan aroma dusta, sekalipun dibalutpakaian kemanusiaan.

Angka yang dipersoalkan itu, tentang tewasnya gerombolan Warsidi yangberontak di Talangsari, Way Jepara, Larnpung Tengah 1989. sebelas tahunlalu. Namun ketika zaman reformasi datang, ketika rakyat tak lagi takutditangkap, apalagi dipenjara, euforia mengeluarkan pendapat menjadi gayahidup sebagian orang. lnilah yang menyemangati beberapa orang menengokkembali masa lalu, tentang tragedi Talangsari yang mereka anggap belumselesai. Agaknya target dari spekulasi mereka ialah agar dirinya dikenalmasyarakat, sebagai "pahlawan HAM".

Mereka mulai menghitung dan memunculkan deretan angka 246 orang gerombolanWarsidi tewas dalam insiden Talangsari, 11 tahun lalu. Temuan versi pencariuntung itu ternyata menjadi masalah karena jumlah yang mereka kuak,

Page 52: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 52Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

berselisih jauh dengan temuan masyarakat setempat, pada saat peristiwaterjadi.

Ketika itu, sehari setelah gegeran, masyarakat Talangsari melaporkan kepadapemerintah bahwa ada 27 orang gerombolan Warsidi tewas. Jumlah ini kemudiandilansir oleh seluruh media massa baik nasional ataupun intemasional. Duniapers kita pun adem-ayem terhadap angka tersebut. Hingga tahun 1998, sepuluhtahun kemudian, datanglah isu baru dari sekelompok orang yang menyoalTalangsari menemukan sejumlah angka baru.

Beberapa pers kita pun mencoba mengangkat isu baru itu. Misalnya HarianMerdeka, 11 Oktober 1998, menyebut ada 4 pondok terbakar. Tiap pondok dihunirata-rata 100 orang: anak-anak, orang dewasa laki-laki serta perempuan, matiterpanggang. Artinya ada 400 orang, menjadi korban. GATRA, majalah mingguan22 Agusutus 98, juga mengutip sejumlah angka. Ada 246 penduduk sipilterbunuh, dalam insiden Talangsari mengiringi robohnya 4 bangunan pondokyang rata-rata berukuran 6x9 meter, terbakar.

Kedua terbitan itu tak mempersoalkan bagaimana angka-angka itu muncultiba-tiba setelah sepuluh tahun peristiwa berlalu. Bagaimana caramenghitungnya dan ada nuansa apa di balik penguakan angka itu ? Agaknya takmenjadi soal. Bahwa kemudian soal angka menimbulkan masalah, agaknya jugasoal lain. Temyata sebuah angka bisa menjadikan orang mulia atau nista,utama atau tercela.

Ribut -ribut soal penguakan angka itulah yang antara lain, menyemangatipenulis buku ini untuk ikut membuktikan sendiri, mencari informasi dandatang ke lokasi. Di kawasan Gunung Balak, Way Jepara, yang sekarang menjadiLampung Timur, ternata banyak hal bisa dikuak. Termasuk menyoal angka. Bukansekadar kira-kira atau kata orang, akan tetapi bisa dihitung berdasarkanlogika.

Datang ke LokasiCihideung kini mungkin beda dengan Cihideung masa lalu. Paling tidak,situasi dan suasananya. Kini yang tampak hanya hamparan ilalang, daunnyamenjurai-jurai seakan mengikuti ke mana angin berlalu. Lepas, tak berbeban.Di antara lambaian ilalang itu, masih ada satu. atau dua pohon kelapa yangtersisa. Pohonnya tinggi menjulang ke langit, seakan ingin berlarimeninggalkan bumi yang tak lagi damai, tempat orang bertikai. Ditaksirusianya sekitar 20 tahun, bahkan bisa lebih. Sehingga segera terbayang saatgegeran Talangsari terjadi, dialah saksi hidup yang tak mungkin dusta.Sayang, ia tak bisa bicara.

Berada di lokasi, tiba-tiba ada perasaan malu menghitung angka, khawatirkalau-kalau salah. Pada situasi seperti itu, teringat masih ada ukuran yangbisa dipercaya, dialah logika. Bersama penduduk mulailah menapak tilas danberlogika. Mula-mula membuat peta lokasi. Kemudian mendata; berapa luasnyaCihideung sebelum menjadi Talangsari. Berapa luas tanah yang dihadiahkankepada Warsidi. Berapa jumlah bangunan rumah atau pondok di hamparan tanahkeluarga Jayus saat itu. Terakhir, berapa luas bangunan yang mereka buatuntuk hunian anggota yang datang dari berbagai tempat itu.

Dari sanalah, ditemukan sejumlah angka. Luas Cihideung, berkisar antara 25hingga 30 hektare. Jayus dan keluarganya memiliki 5 hektar. Dihadiahkanhektare untuk suatu kegiatan kelompok yang dipimpin Warsidi. Di tanah seluas1,5 hektare itulah Warsidi menjalankan kegiatannya dan membangun rumahpanggung dari bambu, berukuran 6 x 9 meter, untuk rumah tinggal. Disebelahnya masih ada 3 bangunan lain masing-masing rumah Jayus, rumahMarsudi dan rumah Pardi.

Di tempat itu mereka menetap ingin membentuk suatu komunitas hidup, sambilbercita-cita besar, untuk berdirinya suatu perkampungan muslim. Mimpi

Page 53: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 53Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

berubah menjadi keinginan mengembangkan suatu "basis perjuangan NII" setelahada kelompok ke Jakarta yakni Sudarsono, Nurhidayat, Fauzi d Wahidin, datangke Cihideung, kepincut oleh iming iming "Tuan" Usman yang mengaku insinyurmenawarkan lokasi untuk hijrah. Dan Cihideung, Lampung Tengah itulahpilihannya Ini data baku, yang bisa diperoleh siapa saja. Da data bakutersebut, semua orang kemudian bisa dengan, mudah berlogika. Adakah sebuahbangunan berukurn 6 x 9 meter (mirip rumah petak di Jakarta), bisa memuat100 orang bahkan lebih, dalam kehidupan berumah tangga ada suami, ada istri,ada anak-anak dan malah ada mertua, cucu bahkan ponakan.

Dalam kondisi seperti itu, orang kemudian bertanya, bagaimana posisi merekatidur, di mana membuat dapur untuk memasak bagi 100 orang lebih, di setiappondoknya. Juga dipertanyakan, bagaimana mereka mendapat bahan makanan bagikehidupan 400 orang, tiap hari ? Harap dicatat ini bukan kehidupan darurat,dalam sebuah perkemahan yang sementara. Tetapi, kehidupan jamaah Warsidiberada dalam komunitas perkampungan yang relatif menetap.

Setelah dikonfirmasi dengan banyak pihak, ternyata rata-rata tiap pondokhanya 25 hingga 30 orang saja penghuninya. Achmad Sarikun, salah seorangjamaah Warsidi yang fanatik, bersama istrinya menjelaskan. Menurut Sarikun,dirumah Warsidi ada sekitar 20sampai 25 orang. Sedangkan di tempat Marsudi,Jayus dan Pardi, rata-rata 15 sampai 20 orang. Dari hitungan Sarikun, biladijumlah, maka seluruh jamaah Warsidi ada sekitar 100 orang yang menetap dikomplek itu.Jumlah ini mendekati logika. Karena, ketika Zulkifli datang ke pondokWarsidi, Camat yang diancam hendak dibunuh itu, mengatakan ada 25 hingga 30orang, terkesan penuh pada posisi duduk. Keterangah Zulkifli dibenarkan olehSukidi, yang beberapa kali datang ke lokasi tersebut. la tidak bisaberkomentar, bagaimana bangunan seperti itu bisa diisi lebih dari 100manusia, yang juga punya hajat hidup sebagaimana manusia normal lainnya.

EksodusRamai-ramai menghitung jamaah Warsidi, tak mungkin bisa melupakan peristiwapenting tentang eksodus jama'ah, yang tak lagi taat pada imam. Kejadiannyabegitu cepat. Malah sebagian penduduk sempat merasa takut, ketikaserombongan jama'ah keluar melewati perkampungan masyarakat. Mereka mengirajamaah Warsidi hendak menyerang perkampungan. Peristiwa ini benar-benar takterlupakan, karena kisahnya cukup unik. Saat itu, masyarakat melihat adaserombongan orang-orang Warsidi, menuju ke desa mereka. Masyarakatbersembunyi di balik bilik atau di semak belukar. Belakangan baru diketahui,ternyata mereka cuma numpang lewat.Pada saat itu terdengar suara: "Sudah jangan lagi ikut Warsidi, orang Islamkok membunuh. Kita ini ingin hidup. Pemerintah kok dilawan". Kata-kataseperti inilah yang hingga kini masih sering menjadi celoteh masyarakatTalangsari yang berangsur-angsur membaik kondisi mereka, setelahbertahun-tahun dicekam ketakutan dan mendapat stigma jahat, gara-garaperistiwa Warsidi.

Dari Pakuan Aji, juga diperoleh kabar hampir senada. Sehari sebelumkejadian, ada gerakan eksodus meninggalkan Warsidi. Gerakan ini dilakukanoleh orang-orang yang protes, karena menyesalkan terjadinya pembunuhan.Mereka melihat bagaimana Kapten Soetiman yang datang bersama rombonganditerjang panah dan golok sampai menemui ajal setelah ditebas lehernya olehMarsudi. Tak seluruhnya setuju atas tindakan brutal Marsudi. Mereka yangtidak sepaham, lalu meninggalkan perkampungan impian.

Dengan adanya peristiwa eksodus itu, menurut masyarakat setempat, otomatisjumlah mereka semakin sedikit. Kalau seluruh jamaah Warsidi ada 100 orang,atau katakanlah lebih. Maka yang tertinggal, tentu berkurang. Sukidi pernah

Page 54: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 54Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

menyebut angka 70 sampai 80 orang yang pergi melewati Talangsari III.Sedangkan Ismed Inonu, menyebut 50 orang malah bisa lebih, melewati PakuanAji'. Itu pun belum terhitung yang ke arah Kelahang.

Siapa pun, agaknya tak mungkin bisa menghitung dengan pasti berapakah jumlahkorban gegeran Talangsari. Sehingga ketika ada pihak yang mengklaim sesuatujumlah, masyarakat setempat menyatakan,. itu angka dusta. Korban peristiwaWarsidi masih misteri. Namun ada baiknya biarkan sejumlah angka terusbergulir dan mengalir. Karena siapa dusta dia akan celaka.

Versi KontrasKontras, menggolongkan korban gegeran di Talangsari, Way Jepara LampungTengah, 7 Februari 1989, sebagai orang hilang. Menurut Kontras, berdasarkanlaporan dari ahli waris, ada 29 orang hilang di Talangsari. Mereka, terakhirterlihat di komplek perkampungan jamaah di Cihideung, Dusun Talangsari III,Kelurahan Rajabasa Lama, Way Jepara, Lampung Tengah.

* * *

Bagian 9 - Kesaksian Loso & KamarudinKESAKSIAN LOSODAN KAMARUDIN

Dua orang saksi mata, berdiri di garis paling depan ketika peristiwa gegeranTalangsari 1989, berlangsung. Mereka, penduduk sipil warga Pakuan Aji,menjadi pemandu jalan bagi aparat yang hendak mengambil jenazah KaptenSoetiman, dari tangan Warsidi.

SAMPAI mati pun peristiwa Talangsari 1989, tak akan terhapus dariingatannya. Masih terbayang di benak mereka, kejamnya gerombolan Warsidiyang tega membantai kelompoknya sendiri, ketika ada yang hendakmenyelamatkan diri dari kobaran api yang menjilat-jilat tubuh kelompok itu.Jeritan ratap dan tangis dari dalam gubuk bambu itu, meruntuhkan hati Losodan Kamarudin, dua orang saksi yang melihat langsung peristiwa sedih, caramati suatu kaum yang dibantai saudaranya sendiri.

Loso, kini berusia 60 tahun sedangkan Kamarudin, 30 tahun. Dua warga sipildari Desa Pakuan Aji ini, sebelas tahun lalu mendapat tugas dari A. Syamubi,Kepala Desa Pakuan Aji untuk mendampingi aparat mengambil jenazah KaptenSoetiman, dari tangan kelompok GPK Warsidi di kompleks Cihideung, TalangsariIII, Way Jepara, Lampung Tengah. Loso menjadi penunjuk jalan bagi reguLetnan Untung, sedangkan Kamarudin mengikuti regu Letnan Sunamo.

Loso yang hingga kini masih jadi petani, dipercaya karena dia seorang KepalaDusun Suka Putra III, menguasai benar kawasan Cihideung di Talangsari IIIitu. Dusun Suka Putra III, Desa Pakuan Aji, memang berbatasan langsungdengan Cihideung. Oleh karena itu, tak heran ia dipilih menjadi penunjukjalan bagi aparat yang hendak mengambil jenazah dari kelompok aneh itu.

Menurut pengakuan Loso, ketika mereka mendekati kompleks Warsidi, reguUntung langsung mendapat serangan sengit. Mereka dihujani panah beracun olehorang-orang yang histeris bagaikan kesetanan. Di tengah-tengah kancahpeperangan itu, telinga Loso dipecah oleh suara tangisan dan jerit memilukandari sebuah pondok yang tak jauh dari dirinya. Jeritan itu ternyata suarabeberapa orang anggota Warsidi yang dibacok oleh kelompoknya sendiri, ketikahendak lari meninggalkan gerombolannya.

Page 55: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 55Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Tentu saja Loso tak bisa berbuat banyak menghadapi situasi yang demikianitu. Dari sekian banyak korban yang dibantai oleh kelompok mereka, terdapatseorang gadis yang berhasil diselamatkan. Dia bernama Toyibah, kabarnya iaanak kandung Warsidi yang berhasil lolos dari maut. Ketika itu Toyibahmelompat melalui jendela, namun disabet golok dari arah dalam hinggamengenai telinga dan pundaknya sampai bercucuran darah. Losomenyelamatkannya dengan cepat dan menyerahkan kepada aparat untuk dikirim keRumah Sakit Abdul Muluk di Bandar Lampung, bersama korban lain dari pihakaparat yang disambar panah beracunnya kelompok Warsidi.

Kisah sedih Loso pun dialami Kamarudin, seorang yang juga dipercaya untukmemandu aparat yang hendak mengambil jenazah Kapten Soetiman dari sarangWarsidi. Kamarudin memandu regu Letnan Sunamo. Kala itu, Kamarudin melihatlangsung bagaimana aksi kelompok Warsidi dengan panah beracunnya, membabibuta memanahi aparat yang mendekati mereka.

Keganasan mereka ternyata tak hanya kepada aparat. Bila kelompoknya ada yanghendak melarikan diri, dikejar dan dibantai sebagaimana membantai musuh.Tentu saja perbuatan seperti itu tak mudah dimengerti, apalagi olehKamarudin yang ketika itu .baru berusia belasan tahun. Tak cuma itu,Kamarudin juga menyaksikan sebuah pondok berisi anak-anak yangmenjerit-jerit ketakutan, dibakar oleh mereka. Tak ada yang mampumenyelamatkan kejadian itu karena pintu-pintunya dikunci dan dijaga olehmereka, sampai terbakar hangus.

Kesaksian ini baru terungkap setelah 11 tahun peristiwa mengerikan diTalangsari itu berlalu. Sesungguhnya memang tidak mudah menghubungi duaorang saksi mata yang terlibat langsung di kancah peperangan itu. Bahkan,telah dua kali penulis berupaya datang ke Pakuan Aji, ingin menemui duasaksi mata tersebut. Namun, berbagai alasan dan hambatan ada saja yangmenggagalkan pertemuan itu. Setelah tak lagi berharap bisa mendapatkanketerangan dari mereka, penulis memutuskan untuk melupakan dua narasumberpenting tersebut.

Pada saat proses penulisan buku ini, secara tak diduga datanglah kedua orangitu: Loso dan Kamarudin, dua orang saksi mata warga Pakuan Aji, yangterlibat langung di garis depan bersama aparat yang hendak melepaskanjenazah Kapten Soetiman dari tangan Warsidi.

Mereka menyerahkan dua lembar surat kesaksiannya kepada Kepala Desa PakuanAji, untuk diserahkan kepada penulis.Dan berikut ini, surat kesaksian mereka.Attachment Size

surat_kamarudin.gif 95.77 KB

surat_laso.gif 188.59 KB

Bagian 10 - Kisah Panah BeracunKISAH PANAH BERACUN

Dalam dunia mimpi, apa pun bisa terjadi. Yang tak mungkin di dunia nyata,sangat mungkin baginya. Tak ada yang mustahil bagi dunia pemimpi. Semuaserasa bisa. Semua menjadi mudah

KETIKA dunia pewayangan mengalami peperangan, mereka yang ke medan laga juga

Page 56: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 56Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

menggunakan berbagai macam senjata. Rupa-rupa senjata digunakannya. Paraksatria menggunakan panah dan keris sedangkan para sudra menggunakanterampang, badik, tombak, atau golok untuk membacok.

Panah digunakan untuk dilepas pada musuh yang jauh tempatnya, sedangkankeris digunakan untuk peperangan jarak pendek. Kedua senjata ini terhitungyang paling sempurna. Ada yang berasal dari sesuatu benda ajaib, misalnyadan taring Betara Kala. Namun, sebaik-baik senjata adalah yang berasal daripemujaan tapa-brata dan pembenan para dewa Umumnya, para dewa memberi hadiahpanah kepada anak keturunan Pandawa, karena Pandawa dikenal sebagai ahlipertapa dan pemuja. Dari sanalah mereka memperoleh senjata panah dengankesaktian yang beranekaragam. Tak jarang beberapa jenis panah memilikikesaktian yang melebihi batas. Misalnya, ada panah yang bisa berganti wujuddan bisa memagut bagaikan paruh burung Ardadeli. Bahkan, ada panah yang bisamenutup teriknya matahari, mengubah terang benderangnya dunia menjadi gelapgulita.

Raja dari segala senjata adalah panah cakra Prabu Kresna. la dihormati danditakuti oleh seluruh benda yang bernama senjata. Segala kesaktian tundukpada senjata cakra. Tersebutlah dalam sebuah kisah. Tatkala PrabuArjunasastra hendak dipanah dengan senjata cakra, maka raja agungbinatoro-sakti madraguna itu keder, takut hingga bertriwikramalah SangPrabu, menjadi raksasa titisan Wisnu untuk menandingi kesaktian cakra.Karena hanya kepada Dewa Wisnu sajalah senjata itu tunduk dan taklukbagaikan hamba sahaya. Ini menggambarkan bahwa panah bukan sembarangsenjata, apalagi barang mainan.

Malah pada saat perang Baratayuda, panah cakra itu digunakan oleh. PrabuKresna untuk menghadang sanghyang surya. Ketika panah dilepas ke angkasa, iamelesat menembus langit, menutup matahari. Bumi menjadi gonjang-ganjing,siang menjadi muram, tampak seperti malam.

Tipu muslihat ini digunakan pada waktu Arjuna bersumpah akan mati membakardiri, bila hari itu tak berhasil membunuh Jayadrata. Karena sumpah itu, makaJayadrata disembunyikan Kurawa agar terhindar dari ancaman Arjuna. Namun,sial bagi Kurawa. Ketika sinar matahari tampak suram, Jayadrata inginmengintai matinya Arjuna dari persembunyiannya. Perbuatan Jayadrata inidiketahui oleh Prabu Kresna. Maka, berkatalah ia kepada Arjuna agar segeramelepas panahnya kepada sang pengintai.

Panah dilepas dan terpenggallah kepala Jayadrata. Setelah peristiwa ituterjadi, Prabu Kresna tak lagi menutupi matahari dengan panah cakranya.Seluruh alam tampak terang-benderang sebagaimana sediakala. Sorak soraimewarnai kehidupan bumi. Kemenangan ada pada pihak Pandawa. Keangkaramurkaanpupus bersama gerombolan Kurawa. Tentu saja ini adalah penggalan kisah daridunia bayang-bayang, dunianya para pemimpi.

Panah BeracunSudarsono, tentu tak ada hubungannya dengan Dursosono, ksatria penuh ceriayang hidup di dunia bayang-bayang negeri Kurawa, diAstinapura. Darsono,bahkan juga tak sedang bemimpi ketika ia memutuskan untuk membuat panah,meskipun kemudian panah buatannya itu bermasalah. Pemuda Jawa, kelahiranBelawan, Medan ini, baru berusia 26 tahun ketika senjata panah ciptaannyaitu temyata bisa merenggut banyak nyawa. Hingga sekarang, tak sedikit pun iamenunjukkan rasa sesal apalagi sedih tentang senjata ciptaannya itu. Malah,justru ia bangga karena merasa bisa menjalankan perintah agama.

Rasulullah saw, menurut Sudarsono, pernah menyerukan agar orang mukminbelajar silat, berenang, memanah, dan merancak kuda. Berbekal pada hadisyang masih dipertanyakan keabsahannya oleh banyak kalangan ini, Darsonokemudian mengajarkan cara membuat panah kepada para pengikutnya. Tak masalahabsah atau tidak. Inilah cara Darsono memahami dan menerjemahkan seruan

Page 57: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 57Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Rasul yang mulia itu.

Panah Darsono memang agak kurang lazim. Selain bahan dasarnya yang antik,cuma dari jeruji becak, bentuknya pun unik. Panjangnya tak lebih dari 30 cm.Pada ujungnya yang lancip diberi pengait dari bahan semacam timah. Ekornyadijurai-jurai dari tali rafia 7 lembar yang disisir menjadi serabut. Untukmelontar panah antik ini, Darsono tak kekurangan akal. Cukup dengan cangkangkatapel, dilengkapi sepasang karet elastis yang bisa melar hingga sedepa.Dari katapel inilah anak panah pembawa maut itu melesat sejauh lebih kurang200 meter.

Tetapi, panah antik itu tak akan dikenal orang bila tak ada masalah. Istilahpanah beracun tiba-tiba menjadi populer ketika media massa melansir beritatentang pemberontakan Warsidi, yang menggunakan senjata panah mengandungracun. Beberapa kalangan sempat meragukan benar tidaknya panah ini beracun.Sebab, ketika punggung Sertu Yatin dipagut anak panah itu, ternyata tidakditemukan racun oleh tim dokter yang mengobatinya.

Namun, Sudarsono, ketika dikonfirmasi tentang ini mengatakan bahwa racun itubukan isapan jempol. Dia menceritakan bagaimana jeruji becak itu kemudianmenjadi senjata yang mematikan. Pada awalnya memang tidak terbayang sampaike soal racun. Malah, idenya pun sederhana, ia hanya ingin membuat paser.Tetapi, sahabatnya yang mengaku diri sebagai "BOS" alias " Amir Musafir"bernama Nurhidayat, ngotot supaya dibentuk menjadi mirip anak panah.

Alex, sabahat Sudarsono yang ada di Tanjung Priok, setelah tahu perkembanganburu-buru menginformasikan bahwa dirinya bisa mendapatkan racun getah poh.Menurut Alex, racun getah poh hanya bisa didapatkan melalui ritual khususdan hanya orang-orang tertentu yang bisa mengeluarkan racun itu daripohonnya.

Mula-mula getah dideres, setelah kering getah tersebut dijadikan bubuk. Daribubuk getah poh, ujung panah itu direndam hingga menjadi panah beracun.Setelah yakin panah sudah memiliki racun, bagian yang mengandung racunsegera diberi selongsong berupa slang plastik kecil untuk melindungipemakainya dari sengatan racun getah poh itu. Konon racun ini aslinya untukmembunuh binatang-binatang jahat pengganggu tanaman, umpamanya babi, badak,atau gajah.

Menurut penciptanya, panah beracun ini kebanyakan, dibuat di Jakarta.Selebihnya dilanjutkan di Lampung oleh Alex dan anak buahnya. Namun, sebelumberhasil membuat yang lebih banyak lagi, keburu peristiwa meletus. Sekalipundemikian, Sudarsono mengatakan, tentang jumlah yang sudah berhasil dibuat,tak lebih dari seribu bilah. Panah yang telah diekspor ke Lampung inilahyang diuji coba oleh anak buah Warsidi untuk menghakimi Kapten Soetiman,Danramil Way Jepara, sebelum ditebas Marsudi, kakak kandung sang imam danhasilnya menakjubkan.

Kini panah beracun tinggal cerita. Orang boleh menganggap apa saja atauboleh menjadikan ia apa pun juga. Buah karya Sudarsono, yang ia klaimsebagai terjemahan dari seruan Rasul yang mulia tentang perintah memanah,merancak kuda, berolah-silat bahkan berenang, agaknya. bisa menjadi tarbiahbagi kita ,semua untuk lebih arif dan bijak dalam memahami seruan-seruanmulia Islam itu.

* * *

Bagian 11 - Spiritual di Tanah LampungSPIRITUAL DI TANAH LAMPUNG

Page 58: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 58Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

ladang lain belalang, lain orang lain cara bertandang. Itu juga sebabnyawarna-warni kehidupan spiritual sudah lama dilakukan orang. Bukan sajasekarang, tetapi dari zaman ke zaman.

MENCARI Tuhan adalah keniscayaan. Karena tidak ada sesuatu makhluk pun yangtidak berasal dari-Nya. Disadari atau diingkari, ditolak atau diterima,ujung perjalanan makhluk pasti berada di suatu tempat, dari mana asalpemberangkatannya. Berasal dari Tuhan, kembalinya pun kepada Tuhan jua.

Perjalanan makhluk, bagaikan menghitung bijih tasbih. Dari bulir pertama,berhenti di bulir terakhir. Disana, kita tidak bisa membedakan mana bulirpertama atau mana yang terakhir. Karena ternyata kita berada di ujung yangsama, cuma berbeda tempat. Kita tidak sedang pergi, berlari meninggalkanDia. Kita sedang dalam perjalanan kembali kepada-Nya. Dialah Allah, Tuhanseru sekalian alam. Dan kita semua adalah pelaku spiritual yang sedangberjalan menuju ke tempat asal. Yang membedakannya ialah cara menjalankanspiritual. Cara itulah yang menghasilkan kualitas dari pelakunya, termasukkelas utama atau rendahan. Kelas kemalaikatan atau kesetanan. Karena hanyayang berkualitas dan tahu jalan yang berhak sampai pada suatu tatanan untuk"bertemu" Tuhannya. Yang kelas rendahan, apalagi yang. cuma ikut-ikutanjalannya pasti sempoyongan dan sasar dari tujuan.

Biasanya, spiritualis seperti ini punya suara paling lantang. Tak adakebenaran kalau bukan dirinya atau mungkin kelompoknya. Dialah jago binjagonya kebenaran. Kelompok seperti ini umumnya bermasalah. Tidak saja bagiorang lain, bahkan juga dirinya.

Lampung, tidak hanya kota lada, tetapi juga kota spiritual. Sejarah mencatatberbagai agama telah lama singgah dan berlabuh di sana. Pengaruh Banten yangIslami, Sriwijaya yang Hindu, dan Eropa yang Kristiani, telah mewarnaikehidupan spiritual penduduknya hingga ke pelosok desa. Data yang berhasildihimpun menggambarkan bahwa gairah spiritual tumbuh subur di ujung SelatanPulau Sumatera itu. Berikut ini daftar nama-namanya.Attachment Size

spirit00006.gif 194.88 KB

spirit_00005.gif 33.6 KB

spirit_00007.gif 162.72 KB

Bagian 12 - Seputar Negara IslamSEPUTAR NEGARA ISLAM

"Laa ikraha fzddien ...dst.Artinya: Tidak ada paksaan dalam agama (!slam). Sesungguhnya telah jelasjalan yangbenar daripada jalan yang salah. " (AI-Baqarah, 256.) .

ISLAM tak pemah memaksa orang, harus hidup menurut cara Islam atau menurutcara lain. Harus beragama Islam atau memeluk agama lain. Bahkan Islam takpernah mengharuskan orang supaya tunduk di bawah pemerintahan Islamsekalipun. Sebab, "telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah".Ini mengisyaratkan bahwa Islam tidak disebar dengan cara kekerasan apalagipaksaan. Islam juga tidak diperkenalkan melalui tajamnya pedang dan derasnyatumpahan darah.

Akan tetapi, yang terjadi ialah sebaliknya. Opini dunia memutar seolah-olahIslam disebar dengan cara jorok. Menyerbu, menyerang, dan menghunuskanpedang kepada semua orang yang tidak mau menerima Islam. Padahal, Islam

Page 59: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 59Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

justru mengajarkan "satu musuh terlalu banyak, seribu kawan terlalusedikit". Rasulullah saw, senantiasa memberikan tarbiah kepada umatnya, caramemperkenalkan Islam ialah mempertontonkan akhlaqul karimah. Menumbuhkanindahnya akhlak dalam setiap dada manusia. Yang demikian itulah senjata bagisetiap muslim, pecinta Rasul, pengamal seruan mulia.

Alquran menegaskan, kehadiran Islam itu " li tukhrijannas minazzulumatiillannur - untuk mengeluarkan manusia dari kezaliman kepada kebebasan, darikegelapan kepada cahaya". Islam datang untuk mengubah cara berpikir dan carahidup manusia dari kebodohan kepada kejayaan. Dari kekejaman kepadakesantunan.

Sejarah mencatat bahwa Islam telah banyak menyumbangkan perubahan dasarkualitas kehidupan zaman. Kehadirannya telah melukiskan perjalanan hidupmanusia dari kurun ke kurun. Islam telah menyelamatkan bumi dari ancamankegelapan menjadi tegaknya peradaban. la penebar cara hidup mulia kepadasemua manusia.

Arnold Toynbe, dalam bukunya Dakwah kepada Islam, mengungkapkan perilakuorang-orang Islam yang dicintai pemeluk agama lain. Dia menceritakan bahwasetelah tentara Islam yang dipimpin Abu Ubaidah sampai di lembah Urdu, parapenduduk yang beragama Kristen dan menetap di situ menulis surat kepadaorang-orang Arab yang Islam.

"Wahai semua orang Islam, kalian lebih kami cintai daripada orang-orangRomawi, meskipun mereka seagama dengan kami. Kalian lebih menepati janji,mampu bersikap lembut kepada kami, mencegah kesewenangan yang menimpa kami,dan mau menjaga diri kami. Tapi, orang-orang Romawi itu menindas kamidan bumi kami".

Mereka menyampaikan isi hatinya kepada orang-orang Islam bahwa dirinya lebihsenang dengan orang-orang Islam daripada kesewenang-wenangan orang-orangGreek itu. Para penduduk kota dicekam ketakutan dan saling menutup pintuagar tentara Heraclius tidak menjarah dan menyakitinya.

Negara Islam IndonesiaRangkaian kisah tersebut, boleh jadi salah satu contoh bahwa Islam tidaklahmenakutkan, apalagi ancaman. Islam layak menjadi pemimpin karena mampumengayomi semua umat dan melindungi semua agama. Inilah yang mendasarimengapa negara Islam menjadi cita-cita suci oleh sebagian orang. Merekameyakini bahwa Islam mampu melindungi seluruh umat yang tertindas, apa punwarna kulitnya, keyakinannya, serta bahasa pergaulannya. Islam akanmeluruskan jalan hidup mereka di dunia dan di akhirat.

Sejarah telah mencatat bahwa Rasulullah saw., 14 abad yang lalu, membentukDarul Islam atau Negara Madinah. Rasulullah mendatangi para kabilah danmereka mendukung dakwah yang dijalankan Rasul. Merekad disebut Anshar,rakyat yang mendukung perjuangan tanpa ikut berhijrah secara fisikbersama-sama beliau.

Madinah menjadi Darul Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw.Beliau menjadi pemimpin kaum muslimin ketika itu. Di bawah kepemimpinanbeliaulah kejayaan manusia, jasmani dan rohani tegak. Banyak kalanganmengatakan bahwa zaman keemasan manusia pernah ada. Dan itu hanya di zamanRasulullah saw. tatkala memimpin umatnya. Kini zaman keemasan seperti itutetap didambakan oleh seluruh makhluk yang bernama manusia. Zaman sepertiitu tengah ditunggu kedatangannya dan diyakini oleh banyak pihak akan tegakkembali. Mereka tengah menunggu tegaknya sunnah Rasul yang II, yaknidatangnya zaman Madani.

Sejarah Indonesia juga pernah mengenal Darul Islam, yaitu gerakan yangmencita-citakan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII), yang dipelopori

Page 60: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 60Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

oleh SM Kartosoewirjo. Pelopor Darul Islam ini ingin mengejawantahkanperjuangan Rasulullah yang mendirikan Negara Madinah. Kartosoewirjo inginmenerapkan cara Rasulullah menjalankan pemerintahan Islam, yang dapatmelindungi semua kepentingan.

Dusun Cisampang, Desa Cidugaleun, Kecamat Leuwisari, Tasikmalaya, JawaBarat, 7 Agustus 1949 atau 12 Syawal 1368, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjoproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia, meskipun mendapat tantangandan hambatan serta masalah hingga kini dan entah sampai kapan.Attachment Size

dii_00008.gif 74.92 KB

dii_00009.gif 33.65 KB

dii_00010.gif 74.84 KB

Bagian 13 - Gerakan Darul IslamGERAKAN DARUL ISLAM

Darul Islam telah ditumpas. Pengikutnya pun telah dilibas. Dan terpidananya,akhirnya diberi amnesti oleh Pemerintah Republik Indonesia, tahun 1962.

DARUL Islam masih ada. Mereka menyebut dirinya Jamaah Dl, sebagai wadahbekas anggota DI-TII yang telah dilibas dan diberi amnesti tersebut. Merekabergerak seperti angin, tak tampak di permukaan, meski selalu ada. Jalurdakwah tetap sebagai jalur lintasnya. Melalui dakwah itulah aspirasitegaknya Negara Islam Indonesia bisa dikumandangkan.

Gerakan dakwah yang telah mereka lakukan sembunyi-sembunyi itu tampakberjalan efektif. Pengkaderan anggota baru terus tergalang. Siapa dianggaployal dan telah memadai segera dibaiat sebagai anggota NIl baru oleh parasenior yang sudah diberi mandat. Uniknya, sering terjadi para senior yangmembaiat sebetulnya tidak ada sangkut paut langsung dengan tokoh-tokoh Dl dimasa lalu.

Darul Islam berasal dari kata DAR AL-ISLAM. Artinya, Rumah Islam, Rumah YangDamai, Keluarga Islam, Keluarga Yang Damai. Dengan pengertian yang lebihluas, Darul Islam bisa berarti Kawasan atau Negara Islam.

Tetapi, pengertian Darul Islam secara umum ialah bagian Islam dari duniayang di dalamnya, keyakinan dan pelaksanaan syariat Islam sertaperaturan-peraturannya, wajib dijalankan. Lawan Darul Islam ialah DarulHarb, yang berarti wilayah perang atau dunia kaum kafir yang harusdimasukkan ke dalam Dar Al- Islam.

Dalam kenyataan sejarah pergerakan Islam, hampir di seluruh dunia, ketikaumat Islam terjepit dan kemudian berupaya membebaskan diri, pengertian DarulIslam menjadi ekstrem. Berdasarkan pemahaman itu Darul Islam di Indonesiadiartikan sebagai gerakan mendirikan Negara Islam Indonesia dengan paksa dankekerasan.

Secara fakta, pemberontakan umat Islam hanya muncul di wilayah-wilayah yangmayoritas penduduknya beragama Islam. Hanya kemudian, mereka melakukanperubahan-perubahan itu dengan cara-cara kekerasan. Itulah sebabnya, mengapalahimya Darul Islam di Indonesia berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya.

Di Aceh misalnya, Darul Islam muncul lantaran tuntutan agama. Di SulawesiSelatan, akibat demobilisasi bekas gerilya sesudah 1950. Di KalimantanSelatan, soal harga diri yang dianggap telah dilecehkan. Di Jawa Barat dan

Page 61: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 61Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Jawa Tengah, didasari adanya tuntutan keadilan.

Masyarakat Islam di Indonesia akhirnya dengan mudah menerima kutukan, baikdari pemerintah maupun dari sejumlah partai politik, atas dosa-dosapemberontakan Darul Islam. Ternyata masalahnya bukan cuma pertentanganideologi negara, melainkan juga karena peranan dan susunan tentara, sertakekuasaan pemerintah pusat dan perkembangan sosial ekonomi di daerahpedesaan. Semua itu ikut berperan dan mempengaruhi lahimya gerakan DarulIslam.

Pada masa awal Revolusi Kemerdekaan, para pemimpin Islam tunduk kepadapermufakatan UUD '45 dan Pancasila serta mengakui Republik Indonesia sebagaisatu-satunya negara yang sah. Padahal, di balik itu mereka sesungguhnyaberharap bahwa sesudah kekalahan Belanda dalam perang revolusi, Indonesiaakan diubah menjadi Negara Islam. Mereka yakin bahwa Darul Islam akan lahirmengingat semua perjuangan dilakukan oleh rakyat Muslim.tetapi, demiperjuangan gagasan mendirikan negara Islam ditunda dulu. Inilah yangkemudian menjadi bumerang dan api dalam sekam yang menggerogoti eksistensipemerintahan Republik Indonesla.

Kesimpulannya adalah Darul Islam berusaha mendirikan Negara Islam Indonesia.Satu-satunya yang paling gemilang ialah gerakan Darul Islam Jawa Barat,tempat NII diproklamirkan 7 Agustus 1949 oleh SM Kartosoewirjo. Gerakan inikemudian menyebar ke Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, danAceh. Sebaran DI kabarnya sampai ke Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, danHalmahera.

Di sejumlah daerah, pemberontakan gerakan Darul Islam tetap ulet lagimencolok dan tersebar menyelimuti hampir semua wilayah dalam waktu yangcukup lama. Barulah pada awal 1960-an, Tentara Indonesia berhasil menumpasberbagai pemberontakan ini.

Di Jawa Barat penumpasannya 1962, di Kalimantan Selatan 1963, dan diSulawesi sekitar 1965. Di daerah-daerah yang lainnya tidak sampai memakanwaktu lama.Kekacauan di Jawa Tengah berakhir 1955, sementara di Aceh, yang baru memulaitahun 1953 itu masih sulit dibendung. Baru tahun 1957 tercapai 'kompromi'danpemberontak-pemberontak itu akhimya menyerah pada tahun 1962.

Runtuhnya Darul IslamSecara internasional, ternyata Darul Islam tidak mendapat dukungan. Bahkan,negara-negara Islam di Timur Tengah ataupun kawasan dunia lainnya takmemberikan angin segar. Kalaupun ada yang tertarik, sifatnya perorangan dansangat terbatas langkahnya. Van Kleev misalnya, seorang bekas tentaraBelanda yang telah masuk Islam, menyatakan simpatinya dan ia ingin membantumelalui jalur diplomasi luar negeri. Kabarnya Van Kleev dalam kiprahnyatelah mengirimkan surat diplomatik perihal permohonan bantuan ke AmerikaSerikat dan juga negara-negara lain, yang dipandang punya potensi untuk itu.Namun, hingga gerakan DI berakhir, tak satu negara pun yang sudi membantu.

Runtuhnya DI juga dipercepat oleh berbagai hal, antara lain turunnyakebijakan Nasir yang menginstruksikan militer untuk segera menumpas berbagaipemberontakan; Berkhianatnya sejumlah tokoh DI ke pangkuan RI seperti yangterjadi atas Hasan Saleh (Aceh) dan Bahar Mattaliu (Sulawesi Selatan);Kurangnya senjata yang dimilikinya juga melemahkan spirit dalam berjuang.

Unsur lain yang sangat dominan melemahkan DI ialah umat Islam tidak bersatu.Bahkan, oleh orang Islam sendiri DI dianggap sebagai pengacau keamanan danmengancam disintegrasi bangsa. Darul Islam sendiri sering melakukan

Page 62: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 62Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kekerasan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Kartosoewirjo.

Praktis pada waktu itu hanya barisan Hisbullah dan Sabilillah yang tinggal.Bagi mereka yang tidak setuju Islam sebagai kekuatan politik, soal DI inimerupakan alat pemukul paling ampuh terhadap berbagai gerakan yang munculdari kalangan Islam.

Tokoh Masyumi, seperti M. Natsir yang semula banyak bicara soal perlunyasebuah negara Islam bagi umat Islam malah tidak mendukung gerakan DI.Strategi"pagar betis" dalam operasi teritorial TNI, akhirnya berhasil melumpuhkanDI/TII hingga gulung tikar.

Meskipun secara fisik DI telah musnah, kemunculanya kembali sebagai gerakanyang hendak mendirikan Negara Islam di masa Orde Baru Indonesia membuktikanbahwa riwayat DI belumlah berakhir.

* * *

Bagian 14 - Serpihan Darul IslamSERPIHAN DARUL ISLAM

SETELAH Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Proklamator Negara IslamIndonesia tiada, imam NII dipegang Kahar Muzakkar sampai tahun 1965.Kemudian dilanjutkan Daud Beureuh atau Tengku Muhammad Daud Beureueh hinggatahun 1980. Akan tetapi, setelah para tokoh utama meninggal dunia danpimpinan beralih ke angkatan berikutnya, mulailah terjadi perselisihanpendapat dan paham tentang siapakah yang berhak dan pantas melanjutkan tugassebagai pemimpin Negara Islam Indonesia, DI-TII.

Sekitar tahun 1978-1979, Darul Islam pecah ke dalam dua kubu. Pertama, kubuJamaah Fillah, diketuai oleh Djadja Sujadi. Kedua, Jamaah Sabilillah,dipimpin oleh Adah Djaelani Tirtapradja. Kedua tokoh ini merupakan petinggimiliter TII, sebagai Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) yang diangkatlangsung oleh Kartosoewirjo. Karena "tidak boleh ada dua Imam", DjadjaSujadi dibunuh oleh Adah Djaelani.

Adah Djaelani dimasukkan ke penjara pada tahun 1980 dan perpecahan dalamJamaah Sabilillah tak dapat dicegah. Darul Islam terburai menjadi beberapakelompok dengan ketuanya masing-masing. Celakanya, pimpinan kelompok yangsatu dengan lainnya saling membatalkan dan saling tidak mengakuinya.

Di antara buraian itu, ada satu kelompok yang dipimpin oleh Abdullah Sungkardan mempunyai pengaruh luas. Basis kekuasaannya meliputi Jawa Tengah,terutama Solo dan Yogyakarta. Kelompok ini menjadikan Pondok PesantrenNgruki di Solo sebagai basis pengkaderan. jamaahnya, Kemudian ditebar keberbagai wilayah bila dianggap telah mampu. Banyak kadernya yang sudahtersebar di berbagai wilayah dan berusaha menghidupkan kembali gerakan DarulIslam. Salah satunya ialah yang bergabung dengan Warsidi di Talangsari,Cihideung, Lampung.

Kelompok Atjeng Kurnia, wilayahnya meliputi Bogor, Serang, Purwakarta, danSubang. Sementara Ajengan Masduki membangun kejamaahan di Jakarta danLampung. Pembinaan terhadap jamaahnya bukan hanya dalam aqidah, syari 'ah,dan siyasah, melainkan juga dalam bidang militer. Sebagai instruktur diambildari mereka yang sudah pernah terjun di dalam Perang Mujahidin Afghanistan.

Masih ada seorang tokoh tua yang bernama Abdul Fatah Wirananggapati. Tokohini, juga punya pengikut yang cukup banyak dan tersebar di berbagai daerah.Wirananggapati bukan hanya seorang tokoh tua, dialah pembuka simpultersebarnya Darul Islam hingga ke tanah rencong, Aceh, pada masa

Page 63: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 63Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Kartosoewirjo masih ada.

Di antara serpihan-serpihan Darul Islam itu, ada seorang tokoh bernama GaosTaufik yang membangun pengaruhnya di Sumatera. Pengikut Gaos dipersiapkanmenjadi jundullah atau tentara Allah di daerah pedalaman Sumatera,kalau-kalau suatu waktu terjadi revolusi di Indonesía. Kelompok inidisebut-sebut mempunyai hubungan erat dengan mujahidin Moro di Filipina danmujahidin Pattani di Thailand.

Tahun 1990-an, terjadi lagi perselisihan paham dalam tubuh Darul Islam.Ketika itu, Adah Jaelani melimpahkan kekuasaannya kepada Abu Toto atau TotoSalam. Menurut beberapa sumber, Toto Salam tidak pernah terdaftar sebagaianggota DI, tetapi selalu memakai nama NII. Dengan segala kemampuannya, iamelanjutkan pewarisan kepemimpinan Darul Islam yang membawahi jamaah sekitar50.000 orang. Di bawah pengaruhnya, Abu Toto mendirikan Al-Zaytun, sebuahmega proyek Pondok Pesantren, di Desa Mekar Jaya, Haurgeulis, Indramayu,Jawa Barat. Mega proyek yang menempati "ribuan" hektare tanah ini, membuatiribeberapa tokoh Darul Islam lainnya.

Sejak itu, sesungguhnya sendi-sendi moral perjuangan Darul Islam sudahterpuruk dan meringkuk. Kesatuan perjuangannya tidak lagi mengental, tetapibuyar bersama ambisi pribadi-pribadi. Karena itu, apa yang dikenal rakyatIndonesia tentang Darul Islam di kemudian hari, sesungguhnya ialah DarulIslam produk dari manusia-manusia yang kurang berkualitas. Darul Islam masakini ialah Darul Islam produk sempalan-sempalan NII yang senantiasamengklaim dirinya sebagai "pewaris tunggal" penerus Kartosoewirjo.

* * *

ADUL FATAH WIRANANGGAPATISeorang santri yang ingin jadi tentara. Pemegang amanah KUKT dari SM.Kartosoewirjo, sejak tahun 1949 hingga sekarang.

ABDUL Fatah Wirananggapati, menyiratkan seorang tokoh Darul Islam tulen.Sebagai seorang Darul Islam ia mengatakan bahwa hingga kini dirinya belumpernah menyerah. Pria kelahiran Kuningan 1923 ini, kendati telah berusialanjut, kata-katanya menyiratkan semangat Darul Islam yang tak pernah lelah,apalagi kalah. Semangatnya dibangun di atas kakinya yang tetap tegak,menyangga seonggok tubuhnya yang tinggi ramping, gambaran seorang tokoh yanglebih mementingkan isi kepala dibanding isi perutnya. Oleh sebab itu, ringantubuhnya masih terlihat dari cara kakinya melangkah dengan cepat, secepatkata-katanya bila berbicara.

Cita-citanya untuk menjadi tentara terkabul ketika santri ini bertemu SMKartosoewirjo di hutan Loyang, Jatibarang, Jawa Barat, tahun 1951. Saat itu,Kartosoewirjo tengah menggalang kekuatan, menyusun barisan untuk meneguhkanberdirinya NII yang belum lama ia proklamirkan. Imam besar Darul Islam itumenjadikan Wirananggapati sebagai seorang Tll berpangkat kolonel. Suatupangkat yang tak mudah diperoleh, bahkan bagi orang-orang dekatKartosoewirjo sekalipun. Inilah yang membuat iri hati tokoh DI lainnya,seperti Adah Djaelani dan Haji Abidin atau Ajengan Masduki. Adah Djaelanimerupakan seorang pejabat Anggota Komandement Tertinggi (AKT) dan termasuksalah seorang saksi sejarah ketika Kartosoewirjo memproklamasikan berdirinyaNII di negeri ini.

Kepada Abdul Fatah Wirananggapati, sang Imam tak cuma memberi pangkatkolonel. Kartosoewirjo malah mengangkatnya menjadi pejabat KUKT (KuasaUsaha Komandement Tertinggi), suatu jabatan yang setara dengan AKT (AnggotaKomandemen Tertinggi) atau KSU (Kepala Staf Umum) yang kelak pada situasitertentu bisa mewakili atau malah menggantikan kedudukan Kartosoewirjo

Page 64: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 64Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

sebagai imam NII.

Lebih jauh tentang Abdul Fatah Wirananggapati. Berikut petikan wawancaranya.

Sebagai pejabat KUKT tugas Bapak sebenarnya apa ?Sebagai penghubung di dalam ataupun di luar negeri. Untuk tugas diplomatikke luar, saya pikir, lebih dulu harus menata urusan dalam negeri. Percumakalau dalam negeri belum beres. Oleh sebab itu, saya segera konsolidasidengan tokoh-tokoh Islam di daerah yang punya semangat sama. Di Aceh adaTengku Daud Beureueh,seorang pemimpin daerah yang disegani oleh Pemerintah RI, selain olehkalangannya sendiri. Ke sana saya menemuinya dan menjelaskan bahwa negaraIslam telah lahir di Indonesia bernama NII dan telah diproklamasikan olehKartosoewirjo, pada 7 Agustus 1949.

Apa komentar Tengku Daud Beureueh, ketika itu ?Alhamdulilllah. Sebab sebelum itu Tengku mengatakan mau mengadakanpemberontakan kepada RI. Saya bilang, sekarang kan sudah ada Negara IslamIndonesia, mengapa tidak bergabung saja dengan NII yang sudahdiproklamasikan oleh Imam Kartosoewirjo. Kalau Tengku berontak, bughotjadinya. Tapi, kalau Tengku bergabung dengan NII tidak kena hukum bughot.Mendengar pertimbangan itu, Daud Beureueh senang dan langsung menyatakaningin mendukung. Dia segera dibaiat sebagai Panglima NII Divisi V Cik DiTiro. Di saat yang hampir bersamaan, Pemerintah RI mengirim beberapa utusanke Aceh untuk merangkul Tengku Daud Beureueh, tetapi mereka tidak berhasil.Karena tokoh Aceh itu sudah bergabung dengan Negara Islam Indonesia.

Alasan Bapak, mengapa ke Aceh dan bukan ke daerah lain ?Karena Aceh sebagai daerah Serambi Mekah, daerah Islam. Untuk kepentingandiplomasi ke Luar Negeri, melalui Aceh lebih dekat atau malah lebih mudah.Setidaknya, bila ingin, misalnya ke Malaka, Penang, Trenggano, Johor, atauke Negeri Sembilan Malaysia, akan lebih efektif. Aceh menjadi prioritas,karena saat itu Tengku Daud sudah siap-siap hendak bughot-menyerangPemerintah RI. Untung belum terjadi sehingga bisa diajak ke NII.

Setelah itu Bapak ke mana ?Kembali ke Jakarta. Saya mau pulang sendiri, tetapi tidak boleh. "Panglimaharus dikawal dan diantar", kata Tengku. Dalam perjalanan kembali ke Jakartaitu saya diantar oleh Mayor Ilyas Lebai atas perintah Tengku Daud. Sayadibawa ke rumah Hasan Gayo di Mangga Besar II, Jakarta. Hasan Gayo initernyata mata-mata RI dan diam-diam melaporkan, sehingga saya ditangkap.Siang malam saya diperiksa dan didakwa melakukan kejahatan politik. Seluruhdokumen disita, dijadikan bukti. Akhimya, saya dibuang ke Nusakambanganhingga 1962.

Siapa saja dari kalangan DI yang menyerah ?Semua pasukan DI pendukung Pak Karto, termasuk Adah Djaelani itu. SetelahPak Karto tertangkap, keadaan memang berubah dan menjadi kacau. Saya jugadisuruh menyerah, tetapi saya tidak mau. Akhirnya, saya dikucilkan olehmereka. Jadi, ketika Ali Murtopo membagi-bagi kue Orde Baru untuk membungkamorang-orang DI, saya tidak diajak serta. Dan, akhirnya orang-orang DI yangmenyerahkan diri itu umumnya kaya. Malah termasuk Adah Djaelani, punyaperusahan dan apartemen besar di Jakarta.

Setelah keluar dari Nusakambangan, kegiatan Bapak apa ?Saya kembali ke masyarakat dan menjadi guru ngaji. Lain dengan mereka,umpamanya Danu, Ateng, H. Abidin, dan lain-lain lagi, mereka rata-ratamenjadi pengusaha. Menurut saya DI harus diperjuangkan dengan mempertajamilmu pengetahuan dan mempertinggi akhlak. Oleh karena itu, saya lebihmemilih jadi guru ngaji. Karena dengan cara inilah, kader-kader baru DI bisamenjadi berkualitas di masa depan.

Bagaimana dengan tokoh muda DI sekarang ?Mereka orang-orang yang semangatnya tinggi, hanya saja akhlaknya mesti

Page 65: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 65Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

dijaga, masih payah. Contohnya, Nurhidayat. Kalau dia bisa menjagaakhlaknya, mungkin dia bisa menjadi kader yang baik. Nurhidayat itu harusbertobat. Lihatlah, dia itu di mana-mana membuat susah orang, karena ulahnyamembuat gerakan di Lampung 1989 itu. Saya sudah melarang supaya tidakmembuat gerakan di Lampung, tapi dia nekat. Akhirnya banyak orang dibuatmenderita, terutama orang-orang yang dia datangi di Bandung. Mereka itubinaan saya dan semuanya ditangkap.

Mengapa Bapak melarang kelompok Nurhidayat ke Lampung ?Mereka ke Lampung itu harus punya alasan dan aturan yang jelas. Di Lampungitu mau apa? Untuk apa membuat gerakan di sana? Pemimpinnya siapa. Saya puntidak mengenalnya. Kalau untuk dakwah seharusnya mereka mempertinggi akidahdan keilmuan, bukan mempersiapkan diri untuk gerakan perang seperti itu.Dalang kerusuhan Lampung itu Nurhidayat yang menghasut Warsidi. Jadi,Nurhidayat itu anak durhaka yang ambisius. Karena geger Talangsari itu, sayaikut terseret masuk bui lagi dengan tuduhan sebagai tokoh DI di balikNurhidayat.

Bapak bangga jadi tokoh NII ?Tentu saja sebab NII tidak hanya milik DI, tetapi milik semua kita orangIslam. Lihatlah naskah proklamasinya. Di sana ada Syahadat, Basmalah, danHamdalah. Itu kan milik semua orang Islam. Masalah negara bagi saya bukansoal nama, tetapi masalah Daulah. Daulah Islam dan berlaku tegaknya hukumIslam. Itu saja.

Siapa sesungguhnya yang paling berhak menggantikan Kartosoewirjo ?Sebenarnya sudah ada undang-undang dan Anggaran Dasar NII. Bila Imamberhalangan, maka calon penggantinya haruslah orang yang cakap danpurbawasesa. Mereka diambil dari AKT, KSU, dan KUKT. Di antara merekadiambil yang tertua. Menurut saya Adah Djaelani cocok. Tapi, Adah sudahmenyerah. Oleh karena itu, maka harus diserahkan kepada yang belum menyerah.Kiai Masduki juga cocok, karena diajuga tokoh tua. Apalagi dia hafalAlquran, tetapi akhlaknya kurang baik untuk ukuran seorang imam. Contohnya,di depan orang lain dia menyatakan Abdul Fatah Wirananggapati paling cocokmenjadi imam, tetapi di belakang, dia menyusun kekuatan sendiri. Itu kannamanya kurang baik dan tidak benar. Akhirnya terbukti, di antara mereka adakonflik dan pecah menjadi tiga kelompok. Adah Djaelani berkelompok denganToto Abu Salam. Tachmid dengan Mia Ibrahim, sedangkan Ajengan Masduki denganGaos Taufik. Gaos, katanya berbaiat dengan Daud Beureuh.

Berapa kira-kira jumlah anggota atau pendukung NII sekarang ?Saya tidak tahu, tapi pendukung secara ideologis, saya kira sekarang inimeliputi hampir semua orang Islam. Mereka menunggu tegaknya Darul Islam.Sesungguhnya masih banyak, seperti Suryanegara Mansyur. Dia itu kan orangNII, kalau tidak mau dibilang tokoh NII.

* * *

ABDULLAH SUNGKARKiai Abdullah Sungkar, mempunyai ciri khas yang hingga kini masih melekat diubun-ubun bekas para santri dan pengikutnya. la pantang mengatakan benar,bila apa yang dilihatnya salah. Pemerintahan Soeharto, acap kali dibuatkalang kabut dengan pernyataan-pernyataannya yang dinilai banyak kalangan,terlalu keras dan ekstrem.

SUATU hari, subuh. Di mesjid kecil, sisi Timur kompleks Kusumoyudan, kampusUniversitas Tjokroaminoto, Jl. Asrama No.22, Surakarta, seorang ustadberapi-api, menghangatkan suasana subuh yang hanya dihadiri tak lebih 8orang. "Memang dimulai dari sedikit, lama-lama akan menjadi banyak," katasang ustad, menggembirakan pengurus mesjid yang berkali-kali minta maaf atas

Page 66: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 66Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

sepinya peserta kuliah subuh itu.

Pada kali yang lain, bersama istri dan anaknya, sang ustad pagi-pagi sudahsampai di panti anak-anak tuna netra. Ke sana, sang ustad membawa lontonguntuk dimakan bersama-sama dengan penderita tuna netra itu, sambilmendengarkan ceramah yang juga disampaikannya dengan berapi-api. Entah sudahberapa kali, ustad ini tetap menyalakan api khotbahnya pada keadaan apa pun,sepi atau ramai, dilihat orang atau tidak. Dialah K.H. Abdullah Sungkar,tokoh NII yang mempunyai perawakan tegap, berkulit putih, bersih.Kata-katanya selalu memompakan semangat yang tak mengenal aroma basa-basidalam setiap hujah ceramahnya.

Ceramah-ceramah Abdullah Sungkar dinilai banyak kalangan bernada keras danmembahayakan. la tak pernah ragu mengkritik pemerintah di saat banyak orangtak lagi berani bersuara. Bagi Sungkar, berkata benar adalah keniscayaan,sekalipun harus dibayarnya dengan sering keluar masuk tahanan. Itu sebabnyasetiap berkhotbah, tak hanya pengikutnya yang hadir tetapi para intel gelapjuga tak pernah ketinggalan.

Karena itu, nama Abdullah Sungkar senantiasa tercatat paling atas sebagaitokoh ekstrem kanan yang harus diberangus dan diringkus. Tak aneh bila iatiba-tiba menghilang dan berkucing-kucingan dengan aparat.

Bersama Abu Bakar Ba'syir, ia mendirikan Pesantren Al-Mukimin di SoloSelatan, pada awal 1973. Pesantren ini dilengkapi dengan pendidikan sekolahumum dan sebuah studio Radio Dakwah Islam (Radis). Pesantrennya maju pesat,begitu juga dengan radionya. Inilah pesantren Ngruki yang pernah berjaya ditengah sempitnya Abdullah Sungkar memperjuangkan keyakinannya.

Pada suatu hari, ketika rencana penangkapan Abdullah Sungkar dilakukan diPesantren Ngruki. Sejumlah petugas sudah berjaga-jaga di sekeliling pondok.Sebagian lain memasuki pondok untuk menggerebek dan menangkap Kiai Sungkar.Konon, dengan mengenakan kain.sarung dan dibonceng sepeda motor, AbdullahSungkar keluar melalui pintu gerbang pondok yang dijaga ketat petugaskeamanan. la keluar Pondok Ngruki, kemudian dengan naik bus langsung keJakarta.

Itulah hari terakhimya di Surakarta, hari terakhir di Pondok PesantrenAl-Mukmin Ngruki yang dibangunnya. Suatu pelarian yang fantastis. Di sebuahtempat di Malaysia, ia bercerita kepada penulis bahwa di saku kemejanyahanya ada uang Rp 10.000,00. Dengan bekal Rp 10.000,00 itulah ia berangkatke Jakarta, kemudian ke Pakanbaru (Riau) dan menyeberang hingga ke Malaysia.

Ada juga versi cerita yang lain. Sebelum ke Malaysia, Abdullah Sungkardisembunyikan oleh "Kelompok Condet", yaitu kelompok pengajian yangdibinanya atau yang berada di bawah pengaruhnya. Mereka adalah kader-kadermuda pelanjut estafet perjuangan Negara Islam Indonesia. Tokoh-tokohnya,antara lain Aus Hidayat, Ibnu Thoyyib, Haryono, Dodi Achmad Busubul,Mukhliansyah, dan Nurhidayat. Nama terakhir ini pada tahun 1988 disetujuisebagai "Imam Musafir" yang berencana membangun poros Jakarta-Cihideung,Talangsari. Teman-teman Imam Musafir itu, antara lain Sudarsono, FauziIsnan, Sukardi, Maulana Latif, Alex, dan Joko yang kesemuanya berhubungankerja untuk membangun "basis perjuangan" di atas konsep "perkampungan Islam"

Warsidi di Cihideung, Talangsari, Lampung.

Di Malaysia, Abdullah Sungkar mula-mula memilih tempat persembunyian yangjauh dari kota besar. Nyaris di pedalaman dan tidak banyak yang tahu. lakemudian

Page 67: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 67Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

disusul oleh 'sahabatnya' pendiri Pondok Pesantren Al-Mukmin, yaitu AbuBakar Ba'asyir, sama-sama menyembunyikan diri di antara petani di pedalamanMalaysia itu.

Tidaklah gampang mencari jejak para pelarian politik yang bersembunyi dinegara asing. Di negara itu, mereka mendapat perlindungan penuh daripemerintah setempat. Begitu juga dengan Abdullah Sungkar dan Abu BakarBa'asyir. Tetapi, melalui jasa-jasa baik A.Halim Abbas dan Helmi Al-Mascatydari Jamaah Al-Arqam Malaysia, kedua orang Islam yang bersembunyi ituberhasil ditemukan penulis.

Kami berangkat dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam, dari Kuala Lumpurmenuju ke Negeri. Sembilan. Melewati hutan lebat dan sejumlah perkampungan,sampailah kami di sebuah gubuk di tepi jalan kecil. Menjelang magrib ketikaitu ada dua orang lelaki dengan jenggot dan kumis serta cambang yang sudahmemutih, mendorong gerobak kecil berisi sejumlah alat pertanian ada dalamgerobak itu. Tak salah lagi, merekalah dua tokoh 'Ngruki' yang kamicari-cari itu.

Abdullah Sungkar langsung menyampaikan kritiknya dengan menunjukkanayat-ayat Alquran yang siap dibukanya seketika itu juga. "Saya hanya mintasatu kepada pemerintah. Tolong berikan saya tempat, satu pulau kecil saja.Saya akan membina pemukiman Islam dan insya Allah akan menjadi contohseperti apa Islamyang benar itu," katanya. la masih belum percaya ketika dikatakan bahwapemerintah sudah 'berubah'. Semua tahanan ekstrem kiri dan kanan sudahdibebaskan oleh Pemerintah Habibie. la tetap tidak percaya.

Beberapa hari dari pertemuan itu, kedua orang tersebut bergegas ke Airport.Masing-masing dengan kopornya. Mereka menyempatkan diri berfoto ria sebelumterbang menuju Arab Saudi.

Sejak itulah nama Abdullah Sungkar tak lagi banyak disebut orang. Pada awaltahun 2000, Sungkar diam-diam kembali ke Indonesia. Baru beberapa bulantinggal di Bogor, Jawa Barat, ia menderita sakit dan meninggal dunia. InnaLillahi wa inna Ilaihi raji'un.

***

Bagian 15 - Ngruki dan TalangsariNGRUKI DAN TALANGSARI

BAGI kebanyakan orang luar kota Surakarta atau kota Solo, Jawa Tengah, tentutak mudah menyebut kata Ngruki. Apalagi nama itu tak menggambarkan sebuahpengertian apa pun. Padahal, di desa itulah sebuah kelompok pengajian UsrohNgruki dan sebuah pondok pesantren yang bemama Al-Mukrnin, berdomisili. Darisana sejumlah kader Islam dicetak dan dibentuk. Para penegak sunnah Rasulitulah yang kelak kemudian ditebar ke sejumlah tempat. Salah satunya ialahyang bergabung menjadi kelompok Warsidi di Cihideulig, Talangsari III, WayJepara, Lampung Tengah.

Pondok Pesantren Al-Mukmin didirikan sekitar 1973 oleh Abdullah Sungkarbersama Abu Bakar Ba' asy, dua orang ulama di kawasan Jawa Tengah. Padaawalnya menempati sebuah lokasi mesjid di Jalan Sukohardjo, sisi Selatankota Surakarta. Selain pondok pesantren, .di sana juga dihidupkan sebuahstasiun radio bemama Radis (Radio Dakwah Islam). Satu-satunya radio nonkomersial, bersaing di puluhan radio swasta niaga ketika itu,. seperti Radio

Page 68: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 68Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

ABC, Rama, PTPN, Panca, dan sejumlah radio swasta niaga lainnya.

Meskipun non-niaga, Radis mampu menghidupi dirinya sendiri mela1ui sumbangansejumlah donatur dan menyedot sejumlah pendengar setia, bahkan fanatik.Radio ini hanya menyiarkan dakwah Islam semata-mata, baik melaluipelajaran-pelajaral1 agamaIslam maupun siaran langsung untuk mendengarkanceramah-ceramah Abdullah Sungkar di berbagai tempat pengajian. Padawaktli-waktu tertentu, siaran Radio diselingi dengan lagu-lagu kasidah danlagu-lagu melayu. Radio ini tetap berdiri meski tanpa iklan.

Selain tidak menerima penyiar putri, semua petugas Radio Radis harusmeJlgikuti pengajian malam yang diasuh oleh dua tokoh pimpinan pondoktersebut. Inti pengajian, ialah membahas pengertian Islam, aturan-.aturannya, sejarahnya, dan yang paling utama ialah bagaimana menjalankanperintah Islam berdasarajaran Rasulullah. Dalam ha1 mengajar, kedua tokohtersebut masih dibantu oleh sejumlah ulama, seperti Kiai Hasan Basri, AmirS.H., Abdullah Thofel, dan kiai-kiai kota Surakarta lainnya.

Pengajian Ngruki inilah yang kemudian dikenal sebagai kelompok PengajianUsroh (penga.jian keluarga), yang bermasalah baik bagi pemerintah maupunbagi pengikut Sungkar pada umumnya. Anehnya kelompok pengajian iniberkembang pesat, bebas, dan tak terbatas. Bahkan, perkembangannya demikiancepat hingga dikenal ke mana-mana. Karena berkernbang dernikian pesat,lokasi yang sernula lapang seakan tampak menyempit. Oleh karena itu, lokasidipindahkan ke suatu tempat yang lebih luas. Apalagi dari hari ke baripengikut pengajian dan juga para santri bertambah terus memenuhi PondokPesantren AI-Mukrnin. Sekitar awal 1974, lokasi dipindah ke Ngruki. Ngrukiadalah nama dusun di kelurahan Tipes, tidak jauh dari terminal bus dalamkota Surakarta di belahan selatan.

Sejak pindah ke lokasi inilah, radio Radis dan kelompok Sungkar mulaidisantroni penguasa setempat. Pernerintah mehilai Sungkar terlalu kerasdalam menyampaikan ceramah dan ajaran-ajarannya kepada para pengikutnya.Agaknya, pemerintah tak mau, menanggung risiko apalagi bereksperimenterhadap ulama yang telah mempunyai banyak pengikut ini.

Langkah Sungkar kemudian dihalangi hingga tersandung-sandung. Terakhir,malah ia akan diringkus. Sungkar tak rnau berisiko. Dia segera rnengarnbillangkah seribu, menghilang. ke negeri seberang Malaysia adalah negeri yangditujunya.

Setelah sang kiai menghilang, bukan hanya para pendiri melainkan pondok itusendiri selalu dalam baying bayang ketakutan. Pernerintah mernberi warnatersendiri terhadap Pondok Pesantren AI-Mukmin sebagai salah satu tempatuntuk mencetak kader-kader ekstrern yang sangat membahayakan negara. Di sanatidak hanya mendidik orang-orang mengenal Tuhannya, tetapi juga mendidikorang agar mengenal politik. Ideologi negara dipertandingkan dengan ideologiagama.

Padahal, jumlah para santri dan anggota pengajian Usroh Ngruki semakinbanyak. Tak cuma lokal, tetapi juga berasal dari berbagai penjuru. Umumnyamereka belum mengetahui bahwa ada berbagai rintangan yang telah menghadangperjalanan Al-Mukmin maupun pengajian Usroh itu. Justru mereka semakinterpukau dan tertarik dengan ajaran-ajaran yang diberikan. Keberadaan merekaakhirnya tak nyaman lagi, karena seringnya pondok digerebek oleh aparatsecara tiba-tiba.

Pimpinan pondok pun mulai silih berganti. Pernah dijabat Amir S.H., FaridMa'ruf, dan terus ganti berganti. Jumlah santri lebih dari 5.000-an dengansistem pendidikan sekolah umum dan sekolah agama Islam. Pada saat-saatseperti itu Abu Bakar Ba'syir ikut menghilang, dan ternyata ia telahmenyusul seniornya, Abdullah Sungkar, ke Malaysia. Pondok Ngruki menjadimuram setelah beberapa pemimpinnya hilang. Hasan Basri meninggal, meskipunkegiatan pengajian dan pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki tetap berlangsung

Page 69: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 69Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

seperti tak pernah ada masalah.

Para santri dari Ngruki banyak yang hijrah ke berbagai tempat. Sebagianmendirikan pondok pesantren sendiri, yang lain bergabung menjadi tenagapengajar padapesantren yang sudah ada. Secara resmi kegiatan pengajian dibubarkan. Parapengikutnya diamankan atau ditangkap oleh yang benvajib. Tak semuatertangkap, yang berhasil lolos kemudian lari menyelamatkan diri. Sebagiandari mereka menuju Lampung, setelah mengetahui bahwa di Lampung masih adatempat untuk bergabung. Mereka berkumpul kembali menyambung tali Usroh.

Dari sinilah awal kisah Geger Talangsari, Lampung, dimulai. Pada avvalnyahanya beberapa saja yang datang ke Talangsari, untuk bergabung denganWarsidi yang hendak menjadikan Cihideung sebagai "perkampungan Islam".Setelah dianggap aman, mereka secara berangsur memboyong keluarganya hijrahke tanah harapan baruitu. Di sana mereka bertemu, antara lain dengan kelompok NII Lampung yangtengah bingung. Juga bertemu dengan kelompok Jakarta yang sedang linglung,mencari tempat untuk "basis perjuangannya.

Talangsari, ternyata tak cuma menarik bagi kelompok Ngruki dan kelompokLampung yang sama-sama bingung. Kelompok Jakarta yang dimotori olehNurhidayat, Achmad Fauzi, Wahidin, dan Sudarsono ternyata juga bernafsumengangkanginya.

Dua kelompok (Ngruki dan Lampung) itulah yang akhirnya terprovokasi olehkelompok Jakarta untuk membangun basis perjuangannya, melanjutkan cita-citaNegara Islam Indonesia yang belum selesai. Suatu cita-cita yang kandas,karena ambisi perjuangannya dilakukan dengan kekerasan, mendapat reaksi yangjuga keras dari masyarakat Talangsari III dan Pakuan Aji, yang didukungpemerintah bersama alat negara setempat.

Satu cita-cita yang dikemas mengatasnamakan Islam, sekilas tampak ideal dinegeri yang mayoritas muslim ini. Perjuangan atas nama Islam ialahperjuangan agama. Kejayaan agama tak pernah mengenal tajamnya pedang.Madinatun Naby ditegakkan Rasulullah hanya dengan jalan menajamkan akhlakulkarim.

* * *

Bagian 16 - Di Balik Bayang-bayang WarsidiDIBALIK BAYANG-BAYANG WARSIDI

WARSIDI tidak sendiri, karena tidak ada kehidupan dalam kesendirian. Manusiabutuh pengakuan. Semakin banyak yang mengakui, semakin kukuh keberadaannya.Warsidi pun demikian. la menjadi ada dan dikenal, karena ada orang-orangyang menjadikannya dikenal. Padahal, kehidupan petani kecil dan buruh karetini jauh dari kemungkinan bisa diakui apalagi dikenal oleh banyak kalangan.

Sebagai pemimpin kelompok yang mengatasnamakan pengajian, sesungguhnya dialebih ditokohkan oleh pengikutnya untuk menjadi tokoh spiritual daripadamengajar ngaji, sebagaimana lazimnya proses belajar-mengajar di duniapengajian. Menurut penuturan sebagian pengikutnya, tokoh ini kurangmenguasai banyak hal, terutama soal baca dan tulis ilmu Alquran. Oleh karenaitu, jangan pernah berharap banyak darinya untuk bisa menjelaskan kandunganAlquran-Hadis berdasar kajian kitab. Warsidi lebih tepat menjadi simbolpemersatu bagi kelompoknya dibanding sebagai tokoh intelektual yangmempunyai gagasan besar, misalnya bercita-cita membangun Islamic Villagesebagai basis perjuangan Islam.

Siapa arsitek yang menjadikan Warsidi sehingga ia menjadi tokoh penting di

Page 70: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 70Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kawasan Cihideung itu? Lalu bagaimana reaksi mereka terhadap aksi Warsidiyang kemudian bermas.a1ah? Berikut'ini sekilas tokoh-tokoh di balikbayang-bayang Warsidi.

* * *

USMANTokoh misterius tulen yang berhasil menjadikan Warsidi sebagai bonekaCihideung. Anehnya, setiap langkah Insinyur Cihideung ini selalu mengundangpersoalan dan mendatangkan masalah. Mengapa?

Warsidi berubah total sejak Ir. Usman menetap di pondoknya. Padahal,sebelumnya pondok Cihideung itu sepi dan biasa-biasa saja. Usman, tokoh yangmasih belum jelas asal usulnya ini, mampu mewarnai pondok danmenghidupkanya, tidak sekadar sebagai tempat ngaji, tetapi juga tempat cacimaki, lampiasan rasa benci terutama kepada yang tidak sepaham dengannya. Takperduli kiai, pemerintah, atau siapa saja yang tidak mendukungnya, iajadikan musuh untuk diperangi. Itu sebabnya mengapa mulutnya tak pemah ragumenyemburkan kata-kata kafir, zalim, thogut, dan lain sebagainya kepada"musuh-musuh" nya itu.

Sebelum bergabung dengan Warsidi, pria kelahiran Semarang 13 September 1960ini menjadi guru di Pondok Pesantren Al Islam, sekitar 1 km arah utara, daripondok Warsidi. Al Islam hanyalah pesantren kecil, milik Kiai Junaedi yangbelum lama ia singgahi. Usman kabamya termasuk seorang yang pandai bicaradan pintar menarik perhatian orang. Tetapi, karena jiwanya yang tak pernahtentram, Usman kerap bentrok dan bertikai dengan Kiai Junaedi sehingga iadiusir.

Usman meninggalkan pesantren, tetapi tak sendiri. Sepuluh anak santri AlIslam diboyong serta ke tempat Warsidi di Talangsari. Sejak itulah suasanapondok semakin hidup. Khotbah-khotbahnya juga semakin mempunyai nilai.Sayang, nilai yang dilontarkan dalam khotbahnya membangkitkan kebencian danpermusuhan. Usman terang-terangan mengejek Pancasila. la melarang jamaahmembayar pajak atau iuran desa, menghormat bendera merah-putih dianggapnyakafir, menjadi pegawai negeri pun haram. Keberadaan Usman sangatmempengaruhi pola pikir dan cara pandang Warsidi. la dijadikan pembina utamabagi jamaah Cihideung.

Usman, bagi jamaah Cihideung, merupakan tokoh intelektual bergelar insinyur.Oleh karena itu, bom molotov Talangsari disebut-sebut hasil rekaan insinyurini. Bom malotov ini dipakai kelompok Warsidi ketika bentrok dengan rakyatdan alat negara. Begitu pun ketika mengadakan teror di sejumlah tempat, bommolotov juga digunakan. Bom tersebut dibuat dari botol kosong yang diisiserbuk gergaji dan bensin, serta dilengkapi sumbu penyulut. Benda iniefektif digunakan untuk menimbulkan kebakaran pada sasaran dekat.

Usman diperkirakan sebagai tokoh yang paling bertanggung jawab setelahWarsidi dan diduga tewas bersama jamaah ketika terjadi bentrokan. Sebelum diCihideung, Usman disebut-sebut sebagai aktivis anti pemerintah. la banyakberceramah di berbagai tempat, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta padajamaah Usroh.

Tersebutlah pada April 1985, lelaki ini divonis Pengadilan Negeri SlemanYogyakarta 1 tahun penjara atas dakwaan menghina Soeharto, yang dilakukan diTemanggung, Sleman, Klaten, dan Magelang. Sejak itu namanya hilang dan barumuncul setelah terjadi Geger Talangsari.

Tidak banyak yang tahu, apakah melalui Usman gerakan Warsidi membukakomunikasi dan jaringan dengan tokoh-tokoh di luar Lampung. Hanya setelahUsman bergabung, para pendatang dari Jakarta dan Pulau Jawa lainnya banyak

Page 71: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 71Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

hijrah ke markas Warsidi di Cihideung.

* * *

NURHIDAYATPernah menjadi pegawai bea cukai. la juga dikenal sebagai seorang karateka,tetapi memilih hídup sebagai avonturir. Drama penangkapan tokoh unik inicukupseru.

Ketika peristiwa Cihideung meletus, Nurhidayat baru berusia sekitar 30tahun. la lahir di Jakarta tanggal 26 Maret 1959, anak kedua dari 4bersaudara, pasangan Abdul Muthalib dan Ning Suhami. Masa kecilnya tidakbegitu mengembirakan. Ayahnya kena sanering dan melego seluruh hartamiliknya. Nur kecil ikut ibunya hijrah ke Cilimus, Kuningan, Cirebon, JawaBarat. Sementara itu, ayahnya seorang purnawirawan ABRI, tetap di Jakarta,mengais nafkah dengan membuka bengkel di Tanah Abang.

Bertubuh kurus dan kerempeng dan jauh dari ideal, begitu kondisinya.Nurhidayat kecil sering sakit-sakitan, sehingga senantiasa tampak sebagaianak yang lemah. Selisih umur 17 tahun dari kakak-kakaknya menyebabkan iamenjadi tumpahan kasih sayang. Akibatnya, bocah sakit-sakitan ini menjadimanja, cengeng, cepat putus asa dan penuh ketergantungan. Menginjak remaja,menjadi pemalu, rendah diri, dan penakut. Di kalangan kawan-kawannya di SMPdan SMA Cirebon, Nur remaja menjadi bahan olok-olokan dan sasaran godaan.

Oleh karena itu, bocah kolokan ini, ketika mengenal olahraga karate, tumbuhsemangatnya untuk bisa menutupi segala kekurangannya melalui olahraga. laberlatih beladiri secara sungguh-sungguh. Setelah SMA, ketika kembali keJakarta, ia mengikuti kakaknya seorang perwira menengah polisi, yangkemudian membimbingnya sehingga ia tumbuh menjadi karateka tangguh.

Dunia karate mulai menjanjikan masa depan. Gelar juara karate se JakartaSelatan diraihnya. Dan karirnya di kelas 60 kg mengantarkannya menjadikaryawan bea cukai (1980). la bertugas di Tanjungbalai Karimun. Sayangnya,di tempat tugas yang sepi itu Nur berkenalan dengan minuman keras danobat-obatan. Teler dan boloskerja menjadi kebiasaan barunya.

Sejak itu, prestasinya mulai ambruk. Pikirannya jadi melantur. Kemiskinanakibat sanering, penggusuran bengkel ayahnya, kekalahan-kekalahannya,semuanya berakumulasi, membuatnya frustasi dan merasa diperlakukan tidakadil.

Masih untung Nur melarikan diri ke agama, hingga menjadikan agama sebagaisuatu kesenangan baru baginya. Sudah banyak ustad ia datangi, termasukbanyak pengajian yang ia ikuti. la berkesimpulan bahwa keadilan dan hukumIslam harus ditegakkan.

Akhirnya, pekerjaan di bea cukai ia lepas, begitu pula status pegawainegerinya. Nurhidayat kemudian lebih memilih menjadi pedagang. Suatupekerjaan yang ia nilailebih terhormat daripada harus menjadi pegawai negeri yang ia pahami sebagaipekerjaan orang-orang kafir.

Nurhidayat bersama teman-temannya kemudian mendirikan kelompok pengajian.Sejumlah anak-anak muda, termasuk Sudarsono dan Fauzi pun ikut bergabung dansaling mendukung. Dalam struktur organisasi yang lebih luas, Nurhidayatmasuk dalam saf Ali, bahkan sebagai Amir Musafir atau Amir Perjalanan yangfungsinya memimpin perjalanan jamaah dari berbagai daerah, hijrah ke

Page 72: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 72Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Cihideung.

Kelompok pengajian ini, secara intens membina kader-kadernya menjadi militanmelalui beberapa tahapan doktrin yang intinya membenci pemerintah Orde Baru.Lantas ada pula tahapan berpuasa selang-seling selama 40 hari, membaca wiridsecara intensif, serta salat tengah malam berjamaah. Mereka yang dinilaiberhasil kemudian dikirim ke Lampung untuk bergabung dengan Warsidi,membangun basis perjuangan di Cihideung.

Setelah terjadi Geger Talangsari, Nurhidayat ditangkap aparat dalam suatupenggerebekan di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, akhir Februari 1989. Ketikaitu, ia bersama rekan-rekannya bersembunyi di sebuah rumah kontrakan milikHaji Armad. Nurhidayat berupaya kabur melalui atap genting. Aparat tak mudahdikadali dan drama penangkapan Nurhidayat berakhir di atas genting. Kepadapetugas ia mengaku bernama Abdullah, meskipun akhirnya ia mengatakan namayang sebenamya, Nurhidayat.

Dari rumah kontrakan itu petugas menyita satu ember anak panah beracun danseperangkat busur sebagai alat pelontarnya. Sejumlah bom molotov danbahan-bahan kimia serta peta-peta lokasi beberapa tempat di daerah jugaturut disita.

* * *

SUDARSONOTermasuk salah seorang yang paling banyak disebut, terutama bila orangberbicara tentang Talangsari dan Warsidi.

Meskipun tak pernah menetap apalagi tinggal di Talangsari, pria bertubuhtegap ini mempunyai peran penting bagi perjuangan hidup Warsidi. Dialah yangmemberi inspirasi munculnya panah beracun, sekaligus ikut mengontrolkegiatan jamaah di Talangsari, Lampung.

Sudarsono lahir di Belawan, Deli Serdang, Sumatera Utara, 21 April 1963.Ayahnya seorang TNI berpangkat Sersan Mayor. Meskipun lahir di Sumatera,Darsono lebih senang menyebut dirinya asli Jawa Timur. Aktivitasorganisasinya diavvali dari Mesjid Al Falah di Surabaya, sebagai pengurusBKPMI (Badan Komunikasi Pemuda Masjid Indonesia). Tamat SLA, ia hijrah keJakarta (1983), kemudian melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Wiraswasta AsSyafi'iyah (STWA) dan Universitas Terbuka. Darsono tak meneruskan studinyakarena berbagai alasan. Terutama setelah STWA dilebur ke dalam UniversitasIslam As Syafi'iyah. la kemudian bergabung dan aktif di LSP (Lembaga StudiPembangunan), LSM pimpinan Adi Sasono.

Selain itu, Sudarsono juga aktif dalam kelompok pengajian kampus bemamaFarmi (Forum antar mahasiswa Islam). Dari kegiatan pengajian inilah, Darsonobertemu dengan Nurhidayat, Fauzi, dan beberapa lainnya untuk membentuk suatuwadah Tril kelak dikenal sebagai "kelompok kecil" di Jakarta. Kelompokinilah yang berhubungan langsung dengan kegiatan Warsidi di Talangsari. Darikelompok ini pula lahir gagasan mendirikan perkampungan muslim, sebagaibasis perjuangan tegaknya Darul Islam di Indonesia.

Darsono memilih Talangsari sebagai pusat kegiatan, antara lain karenalokasinya dipandang strategis dan mudah ditempuh dari segala arah, termasukdari Jakarta. Lebih dari itu, tokoh Warsidi, dianggap sebagai sosok yangmempunyai potensi. la dianggap bisa mewujudkan Islamic Village yang iagagas. Bagi Darsono, peristiwa ini sangat menyedihkan karena telahmenghancurkan cita-citanya itu. Darsono pun menjadi buronan. la pindah darisatu tempat ke tempat yang lain, menyelamatkan diri dari kejaran aparat.Akhirnya Darsono tertangkap setelah Marfaid Harahap, sahabatnya sendiri,menjebaknya dan melaporkannya kepada aparat.

Page 73: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 73Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Bersamaan dengan itu, beberapa temannya juga tertangkap. Sukardi kena tembakkakinya. Heriyanto, Ridwan, Maulana, Dede Syaifuddin serta Abdullah FatahQosim, juga kena ciduk.

* * *

AHMAD FAUZI ISNANKisah hidupnya unik. Lahirdari keluarga militer, namun tak membekas sedikitpun kesantunannya terhadap militer. la malah membuka front, membentukkekuatan untuk mengadili Militer. Ada apa ?

Ketika peristiwa Cihideung meletup, ia baru berusia 22 tahun. Namun perannyadalam kelompok Warsidi cukup penting. Bersama Nurhidayat, Sudarsono, danWahidin, ia termasuk pemrakarsa pembentukan perkampungan jamaah di Cihideungyang diwarnai perlawanan kepada pemerintah. Fauzi sebetulnya berasal darikeluarga yang sejak lama tinggal di Lampung. Masa kecilnya ia lewatkan disuatu kompleks militer, tempat ayahnya bertugas sebagai anggota TNI AD. Dialahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Di kompleks GATAM (GarudaHitam) Lampung itulah, Fauzi dibesarkan.

Masa kecil Fauzi sudah mengenal ajaran-ajaran Islam, termasuk membaca AlQuran dan menulis bahasa Arab. Hal ini karena lingkungan keluarganya memangdekat dengan agama. Orang tuanya mendorong ia dan saudaranya yang lain untukdekat dengan agama. Setelah menamatkan SMP-nya pada tahun 1982, Fauzi melanjutkan ke salah satu SMA di Tanjungkarang. Tapi, tahun kedua ia keluar darisekolah itu.

Fauzi kemudian pindah ke Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, hinggalulus tingkat Aliyah. Kemudian ia pindah ke Jakarta dan diterima bekerja diBiro Pusat Statistik (BPS). Di BPS, mendapat ikatan dinas di Akademi IlmuStatistik (AIS), dan lulus 1988. Namun, setelah lulus, Fauzi justru takpernah masuk kantor. Dia lebih memilih mengikuti pengajian-pengajian. Disinilah ia berkenalan dengan Sudarsono dan Nurhidayat. Mereka, melaluipertemuan di Ciloto, Jawa Barat, Maret 1988, membentuk organisasi yangdiproyeksikan sebagai basis untuk menegakkan berdirinya Negara IslamIndonesia (NII) di Talangsari, Lampung. Kumpulan jamaah ini sempat pecah,kemudian dapat bersatu kembali di bawah pengaruh Wahidin yang mempunyaibasis jamaah di Condet, Jakarta Timur.

Setelah Darsono memperkenalkannya kepada Warsidi, kabamya Fauzi bersamaNurhidayat menipu puluhan orang untuk dikirim ke Lampung. Orang-orang itulahyang menjadi korban Geger Talangsari yang menghebohkan sampai ke mancanegara1989 lalu.

Kini, Fauzi mempunyai versi sendiri tentang peristiwa di Cihideung. MenurutFauzi, kejadian di Cihideung Talangsari bermula dari kelompok Usroh(kelompok pengajian) yang berencana membuat perkampungan Islam, setelahterpecah-pecah. Saat itu, Warsidi menawarkan sebidang tanah di Cihideungsebagai basis perkampungan Islam. Sekitar Desember 1988, jama'ah Usroh yangberasal dari Solo, Bandung, dan Jakarta, mulai didatangkan ke Cihideung,bergabung dengan Warsidi.

Konsentrasi massa yang jumlahnya lebih dari 100 orang itu, menurut Fauzimenimbulkan kecurigaan aparat. Pada tanggal 6 Februari 1989, DanramilSoetiman, yang mengendarai dua buah jip dan delapan motor, datang keperkampungan Warsidi. Mengira hendak diserbu jamaah yang menetap diperkampungan itu menyerang dengan menggunakan panah. Akhirnya, Soetiman

Page 74: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 74Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

tewas.

Malam harinya, tentara mengepung perkampungan jamaah. Peperangan pun terjadisetelah subuh mulai menyingsing, sedangkan di Sidoredjo terhadap kepala desaArifin Santoso, diakuinya atas perintah Warsidi. Tentang tewasnya PratuBudi, menurut Fauzi, aparat itu dibunuh jamaah Warsidi di luar Cihideung,ketika sama-sama menumpang sebuah kendaraan umum. Pembunuhan dilakukankarena jamaah sangat benci dengan tentara, dan begitu melihat Pratu Budimengenakan pakaian seragam, langsung dibunuh.

Keterangan Fauzi ini ternyata diperoleh darí berita di koran dan juga kataorang. Sebab, ketika peristiwa berlangsung Fauzi berada di suatu tempat diJakarta. Malah menurut Darsono, karib seperjuangannya, Fauzi sesungguhnyatidak tahu apa-apa soal Cihideung atau Talangsari. Datang ke tempat itu pun,kata Darsono, cuma sekali. Meskipun Fauzi mengaku secara lisan kepadapenulis, telah dua kali datang ke Talangsari.

Soal benarkah apa yang diungkap oleh Fauzi, karena ia sendiri tidak beradadi sana, masih silang sengketa. Menurut beberapa temannya, Fauzi tergolongsuatu sosok pribadi yang aneh. Fauzi secara psikologis masih sangat labildalam berpikir dan bertindak. Bahkan, ia pun tega menohok kawan seiring danmenggunting dalam lipatan. Yang jelas, hubungan Fauzi dengan kawan-kawannyaselalu retak dan tidak akur.

Buktinya, setelah mereka ke luar dari penjara (1999), Fauzi mempeloporiterjadinya islah sebagai cara penyelesaian kasus ini, tetapi kemudiandikhianatinya sendiridengan membentuk Koramil (Komite Korban Kekerasan Militer) Lampung yangterus mencoba membuka kembali kasus Cihideung. Hanya karena ada masalahpribadidengan Hendropriyono. Hal ini dianggap pengkhianatan oleh Sudarsono dankawan-kawannya yang tergabung dalam Jamaah Islah. Menurut rekannya ini kasusLampung sudah ditutup karena kedua belah pihak, baik korban dari pihakjamaah Warsidi maupun militer, sudah melakukan Islah perdamaian.

* * *

RIYANTODi mata Warsidi, ada dua orang yang pantas menjadi panglima. Salah satunyaialah Riyanto. Riyanto inilah yang kemudian bersama Fadhillah alias Sugito.la dipercaya Warsidi untuk memimpin teror Lampung, sebelas tahun lalu.

Sekilas orang tak akan percaya bahwa Riyanto, yang kini telah berusia 48tahun ini juga bisa beringas. Malah keberingasannya dinilai oleh banyakorang sebagai sesuatu yang cukup "mengerikan". Di tanah Lampung, sebelastahun lalu ketika terjadi huru-hara Warsidi, orang yang melakukan huru haraitu salah satunya ialah Riyanto. Bersama Fadillah, Riyanto berhasil memimpinanggotanya menciptakan gegeran Lampung 1989.

Perkenalannya dengan Warsidi berawal dari cerita Aminuddin, seorangsahabatnya, yang menyatakan bahwa di Lampung, telah berdiri sebuah tempatperjuangan untuk bisa mewujudkan tegaknya Negara Islam. Bagi Riyanto, ceritaitu tidak menarik bila tidak melihat langsung kenyataannya. la segeraberangkat ke Lampung untuk membuktikan cerita sahabatnya itu. Di sana iamelihat kebenaran bahwa ada sekelompok orang yang sepaham, sedang gigihmemperjuangkan cita-cita tegaknya Negara Islam. Riyanto kepincut danmemutuskan ingin segera berjuang bersama Warsidi untuk merajut masa depanyang gemilang. la bergabung dengan rombongan Alex, yang memboyong istri dantiga anaknya dari Tanjung Priok, berangkat menuju tanah harapan meninggalkanJakarta yang penuh kenangan.

Riyanto telah menjalani takdir untuk hidup bersama orang-orang yang belum ia

Page 75: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 75Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kenal, termasuk Warsidi. Riyanto juga harus menjalani takdirnya ketika ada 5anggota Warsidi tertangkap aparat, dan Warsidi memerintahkan untukmerebutnya kembali dari tangan aparat itu. Dari sanalah sejarah buramhidupnya mulai dirajut. Bersama Fadhilah dan sejumlah anak buahnya, lamenjadi tokoh rojo pati membunuh orang yang tak ia ingini, serta mengacaukeamanan yang menyusahkan banyak pihak.

Setelah dibebaskan dari Nusakambangan, tak banyak orang mengetahui kegiatanRiyanto. Tetapi, tokoh ontran-ontran Lampung ini acap kali muncul jika adapihak yang mengusik soal Talangsari. Misalnya, ketika Fauzi Isnan menyatakanbahwa korban Talangsaritelah mendapat sejumlah uang, rumah, tanah bahkansapi. Riyanto tersinggung dan langsung menulis surat bantahannya ke berbagaimedia. Dalam suratnya itu, Riyanto malah membeberkan aib dan bejatnya moralFauzi.

Surat Bantahan RiyantoBantahan Riyanto ini dimuat Majalah Panji Masyarakat, 3 Mei 2000. lamenyatakan bahwa tidak benar korban Talangsari telah mendapat uang, rumah,tanah,bahkan sapi, seperti yang dituduhkan Fauzi Isnan melalui berbagaimedia pers. Menurut Riyanto, justru Fauzilah yang paling banyak mengerukkeuntungan dari islah yang disepakati bersama Hendropriyono tahun 1998.Fauzi telah meminta satu kendaraan Kijang untuk kepentingan para korbanmelalui Yayasan Bunaiya, tetapi kendaraan tersebut telah disalahgunakan danbahkan telah dijualnya.

Diakuinya bahwa beberapa orang korban Talangsari memang telah menerimasantunan dari Hendropriyono, tetapi itu untuk mereka yang baru bebas daripenjara, sedangkan Fauzi sudah menerima jauh lebih banyak dari itu.

Riyanto mengingatkan bahwa jika Fauzi tidak menghentikan kegiatannya yangmemfitnah dan meresahkan para korban Talangsari, Fauzi sendiri akan menemuikesulitan yang besar.

ZAMZURISecara tidak langsung, Zamzuri punya peran cukup penting, bagi perjuanganWarsidi. Orang kaya Sidoredjo ini tak cuma dihormati, tetapi juga dicintai,terutama mereka yang tengah bergairah memperjuangkan cita-citanya mendirikan"Negara Islam " di Lampung.

Padahal, jarak antara rumah Zamzuri di Sidoredjo dan tempat tinggal Warsididi Cihideung, terhitung tidak dekat, sekitar 30 km. Bedanya, Zamzuri beradadi tengah kota Sidoredjo, Warsidi tinggal di belantara ladang Cihideung. Dirumah Zamzuri inilah para aktivis Cihideung itu sering singgah. Tak heran,rumah Zamzuri tak pernah sepi pengunjung yang membuat curiga dan iri banyakorang, terutama aparat keamanan wilayah.

Kalau saja tidak terjadi gegeran di Sidoredjo yang membawa korban sejumlahaparat serta penduduk setempat, mungkin saja nama Zamzuri tidak tercatatdalam lembaran hitam kota lada ini. Gegeran di kaki Gunung Balak itumenyiratkan, betapa tidak harmonisnya hubungan antara aparat dengan kelompokWarsidi yang sejak lama telah menyatakan "perang" terhadap pemerintah.Gegeran itu berbuntut panjang.dan membawa malapetaka, tidak saja Zamzuri dankelompoknya tetapi juga orang-orang kecil yang tengah mengemban tugas.

Kisahnya, berawal dari kecurigaan aparat yang mencium aroma tidak beres dirumah Zamzuri. Ketika hendak memeriksa rumah tokoh tersebut, dari dalammuncul salah seorang anak buah Zamzuri berteriak dan mengejar petugastersebut. Kejar mengejar itu berhenti setelah polisi memberi tembakanperingatan. Tetapi, tidak diperkirakan bahwa anak buah Zamzuri tersebutkemudian merebut senjata aparat, meski pada akhirnya ia tewas diterjangpeluru petugas.

Mengetahui anak buahnya tewas, Zamzuri dan teman-temannya panas. Dari dalam

Page 76: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 76Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

rumah segera berhamburan mengejar Dargo, polisi yang menembak korbantersebut. Insiden Gunung Balak ini merenggut nyawa Dargo (Dansek GunungBalak), Santosa Arifin (Lurah Sidoredjo), Giono (Guru SMP Muhammadiyah)serta beberapa korban luka dari kelompok pengajian Warsidi. Zamzuri,kemudian diadili dan dibui di Nusakambangan selama lebih sepuluh tahun,sebelum dibebaskan atas perjuangan islah dari teman-temannya.

Kini, pria Gunung Kidul, Yogyakarta yang lahir tahun 1942 dan tergolongsukses di kawasan Gunung Balak Lampung itu, menuai hari tuanya di bekaspuing-puing kejayaan masa lalunya di Sidoredjo. Kehidupan penjara telahmembawanya ke alam spiritual yang lebih mapan dalam hidupnya. Masa lalunyaadalah harta yang tak akan pernah hilang, Sedang masa kini ialah amanah yangharus dijalaninya dengan kesadaran untuk tidak lancung dalam ujian yangkedua kalinya.

Kepada penulis ia mengaku masih harus belajar. lebih banyak lagi untukmengenal kehidupan. Menurutnya, tidak ada sesuatu yang sia-sia di mataTuhan. Apa pun yang telah ia jalani, tidak mungkin tanpa sepengetahuanAllah. la menyadari, semua kejadian yang menimpanya, pasti kehendak-Nya danitu pasti pilihan terbaik bagi dirinya.

Oleh karena itu, ketika mendengar ada sejumlah orang yang ingin mengadakantuntutan kepada aparat, karena menganggap aparatlah yang salah, Zamzurimengatakan, tidak ingin ikut campur. la malah menyatakan, jika inginmenuntut, sesungguhnya siapakah yang harus dituntut. Sebab para aparat,hanya menjalankantugas yang memang sudah menjadi tanggungjawabnya.

Bagi Zamzuri, kebenaran tidak akan bisa tertipu, dia senantiasa akan datangbersama orang-orang yang mencintai perdamaian.

* * *

Bagian 17 - Islah Sebuah AlternatifISLAH SEBUAH ALTERNATIF

PERDAMAIAN, dambaan semua orang. Bahkan seluruh makhluk Tuhan membutuhkananugerah damai. Hanya dengan damai, perjalanan menuju ke suatu tempat bisaselamat. Itu sebabnya tidak hanya perorangan atau kelompok, bahkan tingkatannegara pun, sejatinya selalu mendambakan anugerah damai itu. Segala caradicoba, berbagai jalan ditempuh untuk mencari format menuju damai. Islamtelah mengajarkan jalan damai dengah cara islah jika terjadi perselisihan,pertikaian atau permusuhan. Format damai cara islah ini pun telah dilakukanbahkan oleh para nabi-nabi, ketika hendak menyelesaikan suatu masalah.Tetapi di negeri ini, islah hanya populer sebagai wacana para da'i ketikamengajar ngaji atau berdakwa. Hanya di kalangan terbatas seperti pesantrenatau perguruan Islam, wacana islah dikenal. Selebihnya, islah hanyatersimpan dalam buku-buku catatan agama, selayaknya jimat, hanya dibuka jikadiperlukan.

Ketika bangsa ini sedang sekarat didera pertikaian dan perselisihan yang takkunjung selesai, ketika kita sudah bosan mendengar cekcok sesama saudara,kita pernah dikejutkan oleh berita tentang orang-orang yang mengadakan rujukdamai dengan cara islah. Inilah ejawantah rekonsiliasi yang didambakanbanyak orang, meskipun belum banyak dimengerti orang.

Ejawantah rekonsiliasi yang bernama islah itu, dilakukan oleh "kelompokLampung" tahun 1998, di Jakarta. Suatu kelompok yang dahulu terlibat perselisihan dan pertikaian yang melahirkan geger Talangsari 1989. Ketika ituFauzi Isnan, mantan jamaah Warsidi bersama teman-temannya, mencetuskan

Page 77: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 77Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

gagasan islah di depan Hendropriyono, mantan petinggi Korem Garuda HitamLampung, saat pertikaian berlangsung. Hendro menyambut gagasan Fauzi setelahdijelaskan maksud dan tujuan islah AM. Hendropriyono segera didaulat sebagaifasilitator terselenggaranya islah tersebut.

Semangat Hendropriyono tentang islah, juga disambut oleh AM Fatwa, yang saatitu sebagai penanggungjawab asimilasi dua tokoh peristiwa Lampung, Fauzi danNurhidayat. Melalui AM Fatwa, pertemuan antara Hendropriyono dengan 14 orangmatan jamaah Warsidi, berlangsung mulus dan menghasilkan berbagai hal takhanya material tetapi juga moral yang selama itu telah terkoyak olehangkaramurka. Menurut Yani Wahid, penggagas buku ini, pertemuan dua pihakyang dulu saling berseberangan itu, berlangsung sangat akrab, sepertilayaknya tak pemah terjadi silang sengketa pada masa lalunya.

"Kita sedang menjalani takdir. Kita pun sedih karena peristivva Talangsariharus terjadi. Hanya saja, bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari masalampau yang tidak kita inginkan itu. Kita perlu memberi makna di masa kinidengan bersama-sama melakukan sesuatu yang bermanfaat, demikianHendropriyono memulai pembicaraan serius setelah cukup berbasa-basi. Paratokoh kasus Talangsari, Lampung, yang hadir antara lain, Sudarsono, FauziIsnan, Sukardi, Dede Saifuddin dan Maulana Latif.

Terjadinya pertemuan islah itu, menurut berbagai pihak, merupakan peristiwasejarah tersendiri bagi Indonesia yang tengah centang perenang. Belum pernahterjadi sebelumnya, bahwa seorang pejabat tinggi terpanggil untuk bertemudengan pihak-pihak yang bisa dikategorikan sebagai anggota Gerakan PengacauKeamanan (GPK). Maka, apa yang dilakukan Hendropriyono menjadi fenomena.Dialah satu-satunya jenderal dan bahkan seorang pejabat negara, yang sudiberhubungan dengan pihak "lawan dan korban", mempelopori rekonsiliasi damai,bernama islah, sukarela tanpa paksa.

Agenda utama islah ialah berupaya membebaskan narapidana dari rumah tahanan.Pada awalnya, Hendropriyono hanya sanggup menolong pembebasan narapidanauntuk 3 orang saja. Tetapi Darsono berteriak, lebih baik tidak, bila tidaksemua dibebaskan. Darsono menuntut agar 15 orang teman-temannya yang ada diNusakambangan turut dibebaskan. Berkah perdamaian itulah akhirnya seluruhpesakitan Lampung itu, boleh lega menghirup udara kebebasan.

Cahaya perdamaian telah hidup di dada mereka. Antara jamaah Warsidi,masyarakat Way Jepara dan pihak aparat yang diwakili AM Hendropiryono, hariitu berazam, untuk meninggalkan masa suram menuju ke masa depan yang lebihpunya nilai. Mereka adalah pejuang islah yang telah melaksanakan ajaranIslam, "Islahul-Mu'amalah".

Dasar Moral IslahDasar moral Islah tidak ngambang, apalagi ngawur. Kalimat-kalimat islahsudah sering kita dapatkan dalam Al Quranul Karim. Islah artinya perdamaianatau "perbaikan". Perintah islah secara umum ialah perbaikan menyeluruhmencakup tashlihul-aqidah (perbaikan aqidah), tashlihul-ibadah (perbaikanibadah), tashlihul-akhlaq (perbaikan akhlak), tashlihul-iqtishodiyah(perbaikan ekonomi), tashlihul-siyasah (perbaikan sistem politik) danlain-lain.

Perintah-perintah ini lebih menitikberatkan pada peningkatan yaitukesungguhan untuk memperbaiki yang sudah baik. Tetapi perintah secara khususialah memperbaiki yang rusak, yang mencakup tashlihul-mu'amalah (perbaikanhubungan mu'amalah) yaitu mengakhiri keadaan yang dirusak oleh suasanapertengkaran, permusuhan, perselisihan, hujat-menghujat, iri dengki dan lainsebagainya.

Khusus untuk mencapai yang terakhir dalam pelaksanaannya mempersyaratkanadanya keadaan psikologi tertentu yaitu kelayakan moral keadaban (al-hilm)yang secara garis besar mencakup watak-watak seperti kesabaran, pengekangan

Page 78: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 78Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

nafsu, pemaaf dan terbebas dari emosi nekat dan kepala batu.

Islah tidak dapat terjadi apabila salah satu pihak masih tergoda olehsemangat jahiliyah (hamiyat al jahiliyah) dan perbuatan jahiliyah (amr aljahiliyah), yaitu kegelapan atau nafsu setan yang menjadi ciri bagi merekayang tidak mengetahui bagaimana membedakan antara yang baik dan buruk, yangtak pernah meminta maaf atas kejahatan yang telah mereka lakukan, yang tuliterhadap kebaikan, bisu terhadap kebenaran dan buta terhadap kenyataan.

Dalam pandangan Alquran, kegelapan dan nafsu setan adalah penyebabpermusuhan yang tiada henti-hentinya dan penyebab kesengsaraan serta bencanayang tak terhitung banyaknya dalam sejarah peradaban manusia.

Ketika terjadi pertengkaran hebat nyaris berbunuhan antara dua suku terbesardi Madinah, Aus dan Hazrat, Nabi saw. cepat-cepat bertindak melerai merekadengan perkataannya: "Hai orang-orang yang beriman, betapa beraninya engkaumelupakan Tuhan. Kalian telah tergoda lagi oleh seruan jahiliyah (bi da waal-jahiliyah). Ingatlah aku berada di sini di antara kalian. Ingatlah, Tuhantelah membimbing ke dalam Islam, memuliakan kaliah sehingga ikatan jahiliyahterputus darikalian, melepaskan kalian dari kekufuran dan menyebabkan kalianbersahabat satu sama lain". Demikian Nabi saw mengislahkan mereka dengannasihat sampai mereka menyadari bahwa mereka tergoda oleh setan, kemudianmereka saling berangkulan dan menangis. (Lihat, Shirah Nabawi, Ibnu Ishaq).

Lain lagi yang ditempuh Nabi saw ketika telah terjadi pertumpahan darah.Nabi tidak hanya mencukupkan nasihat untuk menutup semangat persaingan dankeangkuhan kelompok, melainkan dengan klarifikasi dan rehabilitasi. Sebagaicontoh adalah yang terjadi pada tahun 8 H, yaitu ketika sepasukan tentara dibawah pimpinan Khalid bin Walid masih terbawa perasaan marah dan membunuhikelompok suku Banu Jadhimah padahal masa perang telah usai. Nabi sawmenempuh jalan islah dengan mengutus Ali bin Abu Thalib disertai perintah :"Segeralah pergi kepada orang-orang itu, selidikilah dengan telitiperisti\va itu, serta hentikanlah kebiasaan jahíliyah itu!". Ali punbergegas menuju lokasi kejadian dengan membawa banyak uang guna dibayarkansebagai pengganti darah yang tumpah dan harta benda yang hilang.

Yang dimaksud dengan kebiasaan jahiliyah oleh Nabi ialah ketidakmampuanmenahan diri dari perasaan marah yang masih ada pada diri Khalid danpasukannya.

Kedua contoh kasus di atas, merupakan praktik islah di zaman Rasulullah saw.Dengan jalan islah itu, Nabi saw menciptakan kembali iklim persaudaraan,perdamaian danpersatuan serta mengakhiri iklim persengketaan dan permusuhan. Dan memang,ajaran atau konsep islah pada hakekatnya merupakan cara praktis mengatasifragmentasi politik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Rasulullah sawjuga menerapkan esensi ajaran ini dalam peristiwa Futuh Makkah ataupembebasan kota Makah. Rasulullah saw berhasil mengantarkan perubahan untukmemerdekakan semua penduduk Makkah dengan pengampunan yang menutup semuacelah pertentangan dan permusuhan.

Pada masa reformasi sekarang ini, kita sebagai umat yang besar, seolah-olahkehilangan tempat berpijak, seolah-olah Islam mengajarkan umatnya menjadipenuntut dan penghukum, bukan manusia-manusia pemaaf yang memiliki metastrategi dalam menghadapi masa depan. Kita seharusnya juga merenungkankebijakan Rasul menghadapi orang Thaif yang telah mengusir dan menghujaniRasulullah dengan lemparan batu. Atau ambillah hikmah meta strategi Rasuldalam membangun kembali kesatuan masyarakat pada peristiwa futuh makkah yangpantang memberi malu kepada Abu Sofyan, orang terkenal yang terang-teranganmemusuhi beliau dan umat Islam hampir selama dua puluh tahun. Masih banyaklagi peristiwa-peristiwa yang telah ditempuh Rasul, yang memancarkan hikmahislah untuk mengembalikan martabat dan kehormatan semua pihak dalam damai,kehormatan setiap orang yang tak lagi bermusuhan, kehormatan lembaga bersama

Page 79: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 79Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

seperti Masjidil-Haram.

Sebagai nilai, ajaran islah ini akan selalu muncul untuk dijadikan rujukansemua pihak di kalangan umat yang ingin memperbaiki keadaan agar menjadilebih baik dan atau memperbaiki hubungan yang rusak akibat perselisihan,pertengkaran maupun permusuhan.

Di tengah-tengah teriakan tentang penegakan HAM dan Demokrasi sangatmemungkinkan munculnya kelompok yang menuntut pengusutan berbagai kasus masalalu melalui pengadilan HAM. Namun dari, kompleksnya persoalan, mungkinsangat tidak efektif dari segi apa pun karena dapat mengarah padaketidakadilan baru yang dijustifikasi oleh lembaga formal.

Banyak sekali contoh bahwa di ruang pengadilan malah lahir kezaliman baruyang diabsahkan tanpa kita pemah mampu meluruskannya kembali. Oleh karenaitu pilihan untuk menerapkan konsep islah yang mempakan konsep religius itubisa jadi lebih tepat dalam rangka menutup semua cerita "ketololan politik"masa lalu yang menyebabkan tipisnya solidaritas dan silaturahmi antareksponen bangsa.

Dalam konsep ini, nilai utama yang diperintahkan adalah perbaikan hubunganuntuk menyatukan kembali masyarakat yang terlibat konflik. Tujuannya bukanpengadilan melainkan pemulihan harkat dan kehormatan, baik kehormatanpribadi, lembaga, maupun kehormatan para pemimpin masyarakat. Dalam kondisimasyarakat Indonesia seperti sekarang ini, konsep islah menemukan urgensinyasebagai ajang perbaikan hubungan dan pembudayaan silaturahmi nasional sertaajang klarifikasi kasus-kasus lama yang dianggap sebagai represi strukturaldi masa lalu.

Dalam konteks moral Islam, pihak-pihak yang terlibat berusaha salingmengobati dan mengembangkan keteladanan dalam kesabaran dan kasih sayang(táwashau bis-shabri wätawashau bil-marhamah)

* * *

Bagian 18 - Tanggapan Seputar IslahTANGGAPAN SEPUTAR ISLAH

KONFLIK sosial dan politik yang berkepanjangan akan berdampak pada jatuhnyamartabat bangsa dan negara. Pasca Orde Baru ini, pada hakikatnya seluruhlapisan masyarakat mendambakan agar konflik-konflik di tingkat elite politikmaupun konflik antar masyarakat dapat segera diakhiri dan diselesaikandengan baik. Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas bangsaIndonesia memiliki posisi tersendiri dalam memberikan tuntunan maupunmengembangkan budaya penyelesaian konflik dengan cara-cara yang terhormatdan bermartabat. Salah satu konsep yang diajarkan Islam ia1ah konsep moralagar mereka yang berselisih menyelesaikannya dengan islah. Yaitu merekatkembali tali silatutahmi, saling memaafkan, dan memusyawarahkan apa-apa yangbisa dilakukan bersama. Konsep inilah yang diperkenalkan dan dijadikanlandasan moral oleh kelompok Islah Kasus Lampung. Niat mereka itu dapatdipandang sangat mulia karena bukan saja ingin menyelesaikan konflik yangpernah mereka alami, melainkan juga seka1igus dapat menyumbang bagipenciptaan iklim Sosial yang rukun dan damai dalam masyarakat Indonesia yangsedang. bergejolak sekarang ini.

Akan tetapi, memasyarakatkan konsep islah bukanlah hal yang mudah. Apalagidi tengah-tengah kusutnya isu penegakan dan pengadilan HAM sebagai cara yangdianggap terpenting sekarang ini. Ada misalnya yang menyesalkan sikapmemaafkan dari anggota masyarakat. Dikatakannya hal itu sebagai hakindividu. Namun bukan berarti pemerintah berdiam diri. Negara wajib menuntutKedudukan hukum harus dikedepankan karena telah terjadi pelanggaran. Bagi

Page 80: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 80Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

orang seperti itu pendekatan hukum dianggap yang terpenting. Tetapi bagiArifin, mantan tahanan politik kasus Talangsari, lain lagi. Arifinmengatakan, yang penting ialah pembebasan teman-temannya yang masihdipenjara, dibantu memperoleh pekerjaan dan santunan pada keluarga-keluargakorban yang membutuhkan. Tentang pilihan Islah, Arifin mengatakan: "Kamitelah bertemu langsung dengan Pak Hendro (mantan Danrem Lampung). Dengan diakami saling memaafkan. Kami memilih hukum penyelesaian dengan cara Islamyakni islah yang tidak saling melakukan penuntutan. Apalagi saling balasdendam yang dilarang agama Islam". Arifin mengakui kenangan pahit ataskejadian Talangsari. Anak dan istrinya ikut meninggal dalam peristiwa itu."Kalau mengikuti hukum kafir, maka kehendak hati maunya berontak. Tetapisaya meyakini, sampai kiamat pun keadilan. dan penegakan hukum tidak pemahtercapai selama masih menggunakan hukum thaghut buatan manusia," katanya.(Lampung Pos, 5 September 1998).

Isu HAM yang baru muncul sekarang tentunya sangat sulit dan boleh jadi tidaktepat untuk mengukur iklim politik masa lalu yang bernuansa politikkekerasan. Kasus Lampung sebagai kasus masa lalu bisa sangat "empuk"dijadikan sasaran tembak atas nama penegakan HAM. Namun siapakah yangdiuntungkan melalui isu itu, sungguh sesuatu yang perlu dicermati. Justrupihak-pihak yang terlibat langsung kejadian Talangsari merasa perlu menempuhjalan lain yaitu islah, bukan pendekatan hukum. Mereka menggugat LSM.tanggapan seputar islah ke mana saja mereka selama ini, kok tiba-tibasekarang baru muncul sebagai pembela Warsidi dan kasusnya? Apa dulu merekapernah peduli terhadap jamaah Warsidi yang terlunta-lunta, yang menjadijanda, yang kehilangan usaha, yang meringkuk dalam penjara dan lain-lain.Mengapa baru sekarang ingin bertindak seperti pejuang dan seolah-olah kasusini menjadi penting di mata mereka?" kata Sudarsono.

Menurut Sudarsono, buat apa mengungkap masa lalu jika ujung-ujungnya tidakmemperbaiki kesejahteraan masyarakat dan pelaku/korban peristiwa itu sendiritanggapan seputar islah Kami muak dengan cara-cara LSM tertentu yang hanyacari muka di depan penyandang dana internasional untuk mengobok-obokIndonesia atas nama HAM", tegasnya. Sudarsono dan mantan napol lainnyaberharap sikap arif dan gentleman yang telah dilakukan Hendropriyonoterhadap kasus Lampung melalui pendekatan bantuan kegiatan usaha/ekonomidapat dilakukan oleh para pembesar lainnya agar para korban politik masalalu tidak dijadikan obyek komoditas politik kelompok tertentu yangujung-ujungnya tidak untuk kemanfaatan para korban dan keluarganya.(Republika, 10 September 1998).

Banyak orang memang meragukan siapa yang diuntungkan dengan usaha-usahapengungkapan seperti yang dimaui mereka yang gandrung isu hak-hak asasimanusia (HAM). Lebih jauh berikut ini penjelasan, sikap dan pembelaan paramantan narapidana kasus GPK Warsidi tentang Islah yang mereka lakukan sertatanggapan masyarakat luas.Attachment Size

kliping_talangsari_00727.gif 100.37 KB

kliping_talangsari_00728.gif 100.49 KB

Bagian 19 - Mereka Yang DibebaskanMEREKA YANG DIBEBASKAN

Artinya dipenjara? Orang yang hidupnya diberi tanda batas. Merekaditentukan, tak lagi menentukan. Mereka diatur dan tak lagi boleh mengatur.Sungguh tak terbayangkan. Mereka yang dulunya bebas menentukan pilihan dankehendak, yang tak seorang pun mencegah ke mana suka, kini semua itu sirna.Tak bisa lagi makan dan minum sesuai selera. Tak lagi bercampur anak, istridan orang-orang tercinta.

Page 81: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 81Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

Kini mereka dihadang peraturan yang ditegakkan oleh para sipir penjara Yangbisa ramah disuatu ketika, tetapi juga bisa marah sampai tak terkira. Yangbisa baik, dalam tutur kata bak seorang pendeta, tetapi jika anda coba-cobalari, peluru tajamnya yang bicara. Jika tak cukup bermental baja sangatmudah seseorang akan mengalami kegoncangan jiwa, depresi, histeria, takut,was-was dan perasaan tak berdaya. Ah, bagaimana lagi mereka yang harusmenjalani hukuman bertahun-tahun bahkan seumur hidup? Tentunya waktu akanmenyeret ke suatu kesudahan yang tidak dapat terperkirakan.

Tak seorang pun ingin dipenjara. Juga mereka yang terlibat kerusuhanTalangsari, Way Jepara, Lampung Tengah itu. Apa lagi penjara Nusakambangan.Dede Saefuddin, Sukardi, Maulana Latif, tak pemah bercita-cita masukpenjara. Tidak juga kawan-kawannya yang lain yang berada di LP.Nusakambangan.

Maka, ketika mereka menghadiri acara islah dengan. Menteri Transmigrasi, AM.Hendropriyono, pertama-tama yang mereka minta ialah pembebasanteman-temannya yang masih dipenjara di LP.Nusakambangan. "Semula Pak Hendrohanya berniat membantu pembebasan beberapa orang saja yang kategori politik.Tidak termasuk narapidana Lampung yang terlibat pembunuhan dan teror. Namunsetelah kami minta tolong dan Saudara Fauzi menawarkan untuk islah akhirnyaPak Hendro setuju dan meminta agar data-data mereka yang masih dipenjarasegera dicari. Pak Hendro dalam kapasitasnya selaku Menteri akan memprosespembebasannya." kata Dede Saefuddin dalam suatu wawancara dengan penulis.Menurut Dede, malam itu disetujui agar esok hari beberapa orang pergi keLP.Nusakambangan untuk menyampaikan berita islah serta mulai menghimpundata-data siapa saja teman-teman narapidana Lampung yang belum dibebaskan."Kalau tidak salah yang ditugaskan menghimpun data-data dan menyampaikannyakepada pak Hendro adalah saudara Maulana Latif", katanya. Keinginan agarpara tahanan politik segera dibebaskan agaknya sedang menggema, menjadisemacam agenda pertama reformasi. Bukan hanya mantan napi yang menyerukanpembebasan, tetapi banyak pihak di masyarakat, termasuk ormas-ormas Islamdan tokoh-tokoh Islam. Tetapi seruan akan tinggal sebagai seruan jika tidakada pihak yang secara serius mengajukan prosesnya. Proses pembebasantahanan, apalagi narapidana yang perkaranya telah mempunyai kekuatan hukumyang tetap ternyata tidaklah sederhana. Harus ada pihak yang secara resmimeminta, kemudian dibahas melalui rapat-rapat intern departemen yang terkaituntuk memastikan apakah pembebasan itu mungkin dilakukan dan dapatdibenarkan menurut Undang-undang atau peraturan yang berlaku. Waktu itu,Jaksa Agung HA. Muhammad Ghalib, SH memberi isyarat bahwa amnesti dapatdiberikan dengan catatan:

1. Tidak termasuk terpidana penjara di atas 10 tahun.2. Membuat pernyataan setia kepada negara Kesatuan RI.3. Berjanji tidak akan melakukan kegiatan yang dapat mengancam persatuan dankesatuan bangsa.

Reformasi yang penuh euforia terus berjalan. Namun tidak secara otomatispara narapidana politik dapat dibebaskan. Tidak juga pada Hari Kemerdekaan,tanggal 17 Agustus 1998. Tersentuh oleh tanggungjawab yang muncul ditengah-tengah keinginan dan tuntutan untuk islah, akhirnya MenteriTransmigrasi, AM. Hendropriyono memenuhi janjinya. Melalui suratnya Nomor:R-O28/Mentras/O8/1998 tanggal 21 Agustus 1998, Menteri Transmigrasi dan PPHmemohonkan percepatan pembebasan Napol Korban Peristiwa Lampung kepadaPresiden Republik Indonesia Tidak cukup dengan surat, AM. Hendropriyoriojuga melobi langsung kepada Jaksa Agung RI, M. Ghalib Menteri KehakimanMuladi, Menhankam (Pangab) Wiranto dan Ketua MA, Sarwata. Hasilnya, JaksaAgung RI melalui suratnya Nomor: R-196/A/D/9/1998 Tanggal 23 September 1998turut menyarankan kepada Presiden untuk menyetujui permohonan MenteriTransmigrasi dan PPH perihal amnesti. Napol peristiwa Lampung atas namaFauzi dkk. Barulah sebulan kemudian, Menteri Sekretaris Negara, AkbarTandjung, melalui suratnya No: R-311 M.Sesneg/10/1998 Tanggal 26 Oktober1998 berkirim surat kepada Menko Polkam, Menteri Kehakiman, MenteriPertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI menyampaikan tentang petunjuk Presiden

Page 82: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 82Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

agar usul pemberian rehabilitasi kepada eks Napol perisrtiwa lampung atasnama Fauzi dkk dibantu prosesnya.

Kenyataan ini membuktikan bahwa pembebasan narapidana politik Islam walaupunpada era reformasi tidaklah semudah yang dibayangkan banyak orang.Birokrasinya sangat berbelit, dari bawah ke atas lalu ke bawah lagi danberproses lagi ke atas untuk kemudian baru bisa ditandatangani oleh PresidenRI.

Pada proses pembebasan sejumlah narapidana kasus Lampung ini PresidenBacharuddin Jusuf Habibie baru menetapkan dan menandatangani keputusannyauntuk memberikan grasi setelah melalui proses yang alot apalagi saat ituUndang-undang Subversi memang belum dicabut. Tetapi akhirnya melalui KepresNomor : 101/0 Tahun 1998 tanggal 31 desember 1999, Presiden memberikan grasikepada para narapidana kasus Lampung yang diperjuangkan Menteri Transmigrasiitu.

MEREKA YG DIBEBASKAN :

1.. FAUZI bin ISNAN, yang dengan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta, Nomor04/Subv/Pid/90/PT.DKI tanggal 26 Maret 1990, telah dijatuhi pidana penjaraselama 20 (dua puluh tahun).

2.. SUDARSONO al. MASDAR, yang dengan putusan Pengadilan Tinggi JakartaNomor: 05/Subv/Pid/90/PT.DKI tanggal 30 April 1990 telah dijatuhi pidanapenjara selama 17 (tujuh belas) tahun.

3.. FADHILLAH al. SUGITO bin WIRYOPERWITO yang dengan putusan PengadilanNegeri Tanjungkarang Nomor: 160/Pid/B/Subv/1989/PN.TK, tanggal 7 Nopember1989 telah dijatuhi pidana penjara seumur hidup.

4.. TARDI NURDIANSYAH, yang dengan putusan Pengadilan Negeri TanjungkarangNomor 102/Pid/B/Subv/89/PN.TK tanggal 21 Desember 1989 telah dijatuhi pidanapenjara selama 17 (tujuh belas) tahun.

5.. SUGENG YULIANTO al. SUGIMIN, yang dengan putusan Pengadilan NegeriTanjungkarang Nomor 161/Pid/B/Subv/1989/PN.TK tanggal 7 Nopember 1989 telahdijatuhi pidana penjara selama seumur hidup.6.. RIYANTO, yang dengan putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang Nomor:191/Pid/B/Subv/1989/PN.TK tanggal 4 Januaru 1990 telah dijatuhi pidanaseumur hidup.

7.. HARIYANTO YUSUF, yang dengan putusan Pengadilan Negeri TanjungkarangNomor 102/Pid/B/Subv/1989/PN.TK tanggal 6 Nopember 1989 telah dijatuhipidana penjara seumur hidup.

8.. FACHRUDDIN al. SUKIRNA, yang dengan putusan Pengadilan NegeriTanjungkarang Nomor: 193/PidTB/Subv/1989/PN.TK tanggal 21 Desember 1989telah dijatuhi pidana penjara seumur hidup.

9.. ZAMZURI bin MUH. RAJI yang dengan putusan Pengadilan NegeriTanjungkarang Nomor: 145/Pid/B/Subv/1989/PN.TK tanggal 25 Oktober 1989 telahdijatuhi pidana penjara seumur hidup.

10.. MUH. MUSHANNIF, yang dengan putusan Pengadilan Negeri Tanjung KarangNomor: 194/Pid/B/Subv/89/PN.TK tanggal 20 Desember 1989 telah dijatuhipidana penjara selama 20 (duapuluh) tahun.11.. ARIFIN bin KARYAN, yang dengan putusan Pengadilan NegeriTanjungkarang Nomor 195/Pid/B/Subv/89/PN.TK tanggal 18 Desember 1989 telahdijatuhi pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun.12.. ABADI ABDULLAH, yang dengan putusan Pengadilan Negeri TanjungkarangNomor 196/Pid/B/Subv/89/PN.TK tanggal 19 Desember 1989 telah dijatuhi pidanapenjara selama 20 (dua puluh) tahun.13.. MUNJAENI, yang dengan putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang No:

Page 83: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 83Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

187/Pid/B/Subv/89/PN.TK tanggal 30 Oktober 1989 telah dijatuhi pidanapenjara selama 20 (dua puluh) tahun.

14.. SHOLIHIN, yang dengan putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang Nomor53/Pid/B/Subv/89/PN.TK tanggal 25 Agustus 1990 telah dijatuhi pidana penjaraselama 13 (tiga belas) tahun.

15.. SRI HARYADI, yang dengan putusan Pengadilan Negeri TanjungkarangNomor 163/Pid/Subv/B/1989/PN.TK tanggal 30 Oktober 1989 telah dijatuhipidana penjara seumur hidup.

Pembebasan itu disambut suka cita. Menteri Transmigrasi dan PemukimanPerambah Hutan A.M. Hendropriyono juga turut bergembira menyambut kedatanganmereka di Masjid Muhajirin Departemen Transmigrasi dan PPH Jakarta. DalamAcara Syukuran yang diliput secara luas oleh pers nasional, A.M.Hendropriyono mengungkapkan bahwa seluruh tahanan politik Islam akandipercepat pembebasannya. Karena landasan moral Islah. "Mereka ini bukanpenjahat, perampok, maling dan garong. Mereka ini masuk penjara karenapolitik dan di sinilah ada kesalahpahaman dengan pemerintah soal kebijakan".

Tentang pembebasan itu, sebagai bukti bahwa islah merupakan gerakan moralyang bisa mengetuk hati para penguasa atau masyarakat luas. DepartemenTransmigrasi, menurut Hendro, berniat menerima hak-hak sosial politik paratapol tersebut. Karena, umumnya mereka merupakan orang-orang yang miskin dansusah. "Para tapol berhak diberi tawaran transmigrasi seperti rakyat yanglain", katanya.

Semua sudah terjadi. Penyelesaian melalui Islah dalam kasus Talangsarimenjadi kenyataan. Mereka yang semula dianggap bermusuhan, kini berangkulan.Yang kuat membantu yang lemah. Yang tak punya pekerjaan diberi pekerjaan.Yang ingin usaha dagang diusahakan modal.

Memang, tak semua bisa puas. Ada saja pengganggu dan peragu. Ada yangmenuntut terlalu banyak. Ada yang mencari-cari dalih untuk tetapmenghidupkan silang sengketa. Tetapi dari kasus ini dan carapenyelesaiannya, kita diingatkan satu hal bahwa kita perlu menimba sebanyakmungkin kearifan dari sabda-sabda Ilahiah dalam rangka mengakhiri anarkiberkepanjangan.

Mereka yang tewas dari kedua belah pihak, telah gugur sebagai syuhada dimedan perang. Tiada kata siapa yang menang dan siapa yang kalah, sebab yangmenang hanyalah kebenaran.

Moral Islah yang diserukan sangat layak menjadi solusi atas situasi konfliksosial politik tak kunjung reda sekarang ini. Kita tertegun seolah pilihanmemang hanya satu jalan :.... selesaikan dengan cara menelusuri jalan-Nya.

* * *

Bagian 20 - Seluir Kata AkhirSELUIR KATA AKHIR

DEMOKRASI mensyahkan adanya hak hidup yang setara di depan umum ataskeanekaragaman pandang dalam aneka dimensi, betapapun besar kadarperbedaannya. Akan tetapi, realitasnya selalu mengandung berbagai aspekdasar yang memungkinkan lahirnya konflik pandang. Sejauh disertai kesadaran,"berbeda itu rahmat" maka perbedaan itu bisa saja berarti "kenikmatan".Walaupun ternyata menghargai perbedaan bukanlah perkara gampang. Inilah yangsering mengakibatkan, timbulnya berbagai tindakan keras sporadis. KasusLampung, boleh jadi merupakan klimak dari berbagai masalah-masalah di atas.Selama Orde Baru, memang tidak sedikit sudah kita jumpai kekerasan sporadis

Page 84: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 84Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

yang muncul dari tengah-tengah umat. Yang memprihatinkan ialah kekerasansporadis itu sering menjadi acuan yang tidak mendasar atas nama idealismeIslam.

Ada dua unsur dasar yang sering kali terlupakan. Padahal unsur-unsurtersebut, tak jarang memberi peluang munculnya berbagai tragedi bangsa dinegeri ini. Pertama ialah egosentrisme manusia dan yang kedua ialahmenyangkut fanatisme ideologi. Kedua unsur tersebut bisa jadi sangatberbahaya di tengah-tengah wacana yang mendikotomikan antara umat Islam dannegara. Unsur itulah yang senantiasa hadir dalam berbagai kasus kekerasanpolitik di Indonesia.

Egosentrisme ManusiaEgosentrisme merupakan kekayaan yang melekat pada diri manusia. la mempunyaifungsi, antara lain menjadi pembeda manusia dari makhluk lainnya sesamamanusia ciptaan Tuhan. Padahal selain ego keakuan, manusia juga butuhorientasi kemasyarakatan. Artinya pada saat keakuan manusia itu berperan,sesungguhnya di saat yang sama kebutuhan sosialisai manusia juga ikutberperan.

Manusia memiliki kedua-duanya. Masalahnya ialah kadar dominasi, manakah yanglebih kuat, keakuannya atau kemasyarakatannya, hidup untuk dirinya atauuntuk selain dari itu. Walaupun manusia diberi kebebasan bahkan untukmenentukan dirinya itu siapa dan menjadi apa, namun sebaik-baik manusiaialah yang tahu dirinya dan segera menentukan sikap untuk menjadi apa. Sebabbatas antara egosentrisme dengan sosialisme teramat tipis yang rentankendali dan tak aman dari pujian sehari-hari.

Hitam putih manusia, memang tak mudah dikenali. Akan tetapi tindakan dansikapnya tak bisa ditutupi, apalagi diingkari. Cepat atau lambat, ia akanmenunjukkan jati dirinya, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. KelompokWarsidi dari dusun kecil Talangsari III, sering terdengar bahwa segala yangada di bumi milik Allah. Oleh karena itu di antara anggota Warsidi ada yangmerasa syah, bila mengambil tanaman di sekitar komplek Cihideung, karenatanaman juga milikAllah. Juga dari sana sering terdengar, siapa yang tidakmengikuti dirinya batal Islamnya dan kafir hukumnya. Termasuk pemerintahatau orang-orang yang tidak mendukung diri dan kelompoknya.

Sesungguhnya tindakan dan perilaku seperti itu tergolong suatu sikapindividualistik, egois dan petunjuk besarnya sifat keakuannya. Malah Warsidimenolak ketika camat Way Jepara, meminta dirinya segera datang ke kantorkecamatan. "Sebaik-baiknya umaro yang mendatangi ulama dan seburuk-buruknyaulama datang ke tempat umaro", jawabnya ketika camat meminta Warsidi datangke kantor kecamatan.

Fanatisme IdeologiIdeologi tidak pernah mati. Konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupanpolitik selalu dilatarbelakangi oleh mencuatnya perbedaan ideologi.Indonesia ternyata lahan subur bagi pertarungan ideologi besar: Nasionalis,Komunis dan Islam. Sebagai bangsa, kita punya pengalaman kolektif tentangkekerasan atas nama ideologi. Belum habis kekerasan zaman penjajahan, perangkemudian terjadi, dan terus berlangsung hingga Jepang habis. Orang-orang tuakita bicara tentang merdeka atas dasar apa. Bendera merah putih menjadisatu-satunya pemersatu di atas berbagai perbedaan ideologi ditingkatperumusan dasar negara.

Tetapi, disaat bangsa ini tengah menegakkan bendera merah putih, pasukanBelanda masuk kembali. Kekerasan terjadi lagi, yang ditembak mati, digranat,dilempar dari kendaraan dalam keadaan tangan terikat dan berbagai bentukkekerasan lainnya. Sehingga kita mengenal kekerasan bagai mengenal keluargasendiri. Tak terkecuali orang-orang yang hidupnya jauh dari kota. Desaadalah ketenteraman. Tetapi, banyak yang bisa menceritakan dengan suaraketakutan bagaimana rasanya hidup di desa yang terkepung gerilya DI/TII atau

Page 85: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 85Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

ketika desa-desa di Madiun disatroni oleh orang-orang PKI. "Kita merdekatetapi bermusuhan dengan sesama bangsa sendiri", rumah rakyat dibakar,anak-anak menjerit ketakutan, dan orang-orang tembak-menembak dari jarakyang amat dekat. Sama-sama nekat dan itu semua berlangsung atas namaideologi yang dipahami secara fanatik.

Tahun 1955, bangsa ini untuk pertama kalinya melakukan eksperimen menujudemokrasi. Jangan lagi perbedaan ideologi diselesaian dengan senjata tetapidengan pemilihan umum. Senjata diganti dengan suara. Hasilnya tak ada yangbenar-benar menang sehingga DPR hasil pemilu paling demokratis pun tak mampumenghasilkan apa-apa kecuali pertengkaran elite dan akhirnya diselesaikanoleh palu godam kekuasaan.

Ideologi-ideologi ternyata terlalu kaku menghadapi kenyataan. MarhaenismeSoekarno tak bisa mengikuti realitas baru pertumbuhan kelas menengah dankelas atas, memisahkan semakin jauh nilai persatuan dan kesatuan. Komunismetidak bisa menanggulangi ambruknya sistem ekonomi komando dan sistem politikotoriter. Dan Islam, sungguh sangat naif dibawa oleh orang-orang yangkesulitan dengan kemajemukan bangsa dan kemajemukan umatnya sendiri. Tetapifanatisme ideologi tidak pernah berhenti. Pemerintah Orde Baru tampil danlagi-lagi terjebak ingin melibas semua ideologi atas nama ideologi juga,yaitu ideologi negara yang seharusnya tetap menjadi milik negara. Umat Islamyang sudah telanjur tercekoki oleh pandangan ideologis yang kurangmenghargai kemajemukan akhimya terjebak dalam pengkotakan antara Islam danPancasila. Memilih Islam disangka tidak berpancasila. Dan sebaliknyaberpancasila seolah seperti meninggalkan ideologi Islam.

Pada kasus Talangsari dan kasus-kasus Islam lainnya, kita menemukan auraketerjebakan itu. Mereka menolak Pancasila seperti menolak kekafiran. Dalamsituasi demikian, fanatisme ideologi Islam pun menemukan lahan yang subur.Tingkah pemaksaan ideologis oleh negara menjadi pemicu lahirnya banyakkelompok sempalan yang mengabsahkan eksistensinya juga dengan jalankekerasan. Maka di masa Orde Baru lahirlah sejumlah pahlawan-pahlawanromantik keislaman. Mereka membangun fanatisme ideologi keislaman kekalangan pengikutnya dengan minimnya pemahaman tentang Islam secaramenyeluruh. Doktrin kembali kepada kemurnian Islam seperti yang akhirnyaditemukan oleh aparat keamanan ketika menggerebek jamaah MujahidinFisabilillah Cihideung, misalnya ternyata penjabaran dari kemurnian tersebutmelahirkan darah dan kematian. Dokumen tentang doktrin kemurnian itu sepertidiungkap oleh Majalah Tempo berbunyi :

"Ternyata Islam tidak seperti yang kita alami. Kita diisi oleh versi NU,versi Muhammadiyah, Darul Hadist. Mereka tak mencerminkan Islam yangsebenarnya, bukan Islami".

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, sekte-sekte ideologi Islam dengan gariskeras yang sering dijuluki sebagai sempalan, cukup banyak. Disebut sempalankarena dianggap menyempal dari arus utama umat yang pada umumnya diwakilioleh NU atau Muhammadiyah. Lalu konotasi sempalan diberikan terhadap sikapyang keras, penentang, revolusioner dan fundamentalis. Stigma demikian,sebetulnya bernadakan vonis seolah-olah kelompok kecil yang menyempal dariarus utama umat, juga secara otomatis tidak toleran dan tidak moderat. Malahterdakwa sebagai telah melakukan penyimpangan dari ajaran dan keyakinankeagamaan yang baku. Tidak semua salah, juga tidak seluruhnya benar.

Tetapi satu kenyataan bahwa ideologi apapun memang kaku bila dihadapkan padarealitas yang berkembang. Kekakuan ideologi menciptakan dikotomi dankeretakan sosial. Umat dan bangsa terbelah antara tradisionalis danmodernis, antara nasionalisme Islam dan nasionalisme sekuler, kooperatif dannon-kooperatif dan lain sebagainya. Sebabnya mudah dikenali bahwa dalamideologi orang mengira hanya ada satu kebenaran yang boleh diyakini, yangselain itu dianggap lawan. Maka keanekaragaman harus dibasmi. Pluralismedianggap tidak perlu, menjengkelkan dan banyak cingcong. Kebenaran seolahtinggal pakai, tanpa diketahui persis prosesnya. Padahal dengan cara itu,

Page 86: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 86Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

kebenaran hanya produk dari luar yang dipaksakan tanpa pencarian dari dalam.

Mencari SolusiIdeologi memang tak mati-mati. Tetapi Islam tidak semata-mata mengandungajaran ideologis. Justru Islam ingin membuka cara berfikir yang tertutup danfanatis. Dengan ideologi tertutup umat sudah banyak menyingkirkan orang yangkita sapa sebagai "sekuler", "abangan", "tidak istikhomah" dan lainsebagainya. Memang sudah lama Islam berada di pinggir panggung politiknasional. Tetapi pertumbuhan pendidikan telah membuka peluang untuk beradadi tengah-tengah pentas. Dan pada saat itu dituntut pola pikir yangobjektif, tidak boleh lagi berfikir subjektif, orang "kita" dan "mereka"tanpa alasan yang cermat.

Islam sudah ada di mana-mana dalam berbagai tugas dan karir. Mereka ada dibirokrasi dan tentara. Bukan hanya di desa sebagai pedagang atau petani.Oleh karena itu, para politisi dan pejuang Islam harus.mengakhiri pendekatanideologis yang melihat politik sebagai pertarungan Islam dan non Islamapalagi Islam dan negara. Para pemimpin Islam harus memahamkan kepadaumatnya untuk meningkatkan tensi kreatif dan etos keilmuan dalam rangkamemanfaatkan ruang idealisme dan realitas. Karena itu definisi dan sasaranpolitik umat tidak lagi hanya berorientasi pada simbol-simbol. Misalnyamenempatkan Islam berhadapan dengan negara atau mengislamkan negara menjadiIslam. Yang substantif ialah memaksimalkan peran kekhalifahan setiap orangIslam untuk memberi manfaat kepada orang lain sebagai sama-sama umat manusiayang mendambakan keadilan dan kemakmuran. Harus ada konsesus ditengah-tengah umat untuk tidak lagi memakai kekerasan dalam menyelesaikanpersoalan. Indonesia kita saat ini menantikan solusi yang punya kandungankebajikan bagi semua warganya.

Kesalehan dan kezaliman tetap bisa berlangsung pada pribadi yang sama,karena itu toleransi kesetiaan kepada sumpah bersatu sebagai bangsa,meningkatkan ilmu dan teknologi, serta mengembangkan semangat berkompromiadalah solusi terbaik untuk menghindarkan bangsa kita dari perpecahan danpenderitaan yang tiada berujung.

Itulah Islah.

* * *

Bagian 21 - DokumenAttachment Size

dokumen_talangsari_lampung_1.jpg 40.21 KB

dokumen_talangsari_lampung_2.jpg 49.22 KB

dokumen_talangsari_lampung_3.jpg 35.92 KB

dokumen_talangsari_lampung_4.jpg 45.48 KB

dokumen_talangsari_lampung_5.jpg 50.6 KB

dokumen_talangsari_lampung_6.jpg 37.55 KB

dokumen_talangsari_lampung_7.jpg 28.38 KB

dokumen_talangsari_lampung_8.jpg 34.4 KB

dokumen_talangsari_lampung_9.jpg 48.22 KB

dokumen_talangsari_lampung_10.jpg 28.14 KB

dokumen_talangsari_lampung_11.jpg 57.5 KB

dokumen_talangsari_lampung_12.jpg 51.7 KB

dokumen_talangsari_lampung_13.jpg 20.58 KB

Page 87: Buku Geger Talangsari Lengkap

Page 87Buku Geger Talangsari

11/24/2008 11:19:02 AMhttp://www.talangsari.org/book/export/html/46

dokumen_talangsari_lampung_14.jpg 46.38 KB

dokumen_talangsari_lampung_15.jpg 47.59 KB

dokumen_talangsari_lampung_16.jpg 46.41 KB

dokumen_talangsari_lampung_17.jpg 44.81 KB

dokumen_talangsari_lampung_18.jpg 49.39 KB

dokumen_talangsari_lampung_19.jpg 25.26 KB

dokumen_talangsari_lampung_20.jpg 24.95 KB

dokumen_talangsari_lampung_21.jpg 45.81 KB

dokumen_talangsari_lampung_22.jpg 46 KB

dokumen_talangsari_lampung_23.jpg 34.17 KB

dokumen_talangsari_lampung_24.jpg 34.17 KB

dokumen_talangsari_lampung_25.jpg 63.86 KB

dokumen_talangsari_lampung_26.jpg 26.7 KB

Bagian 22 - TamatFoto-fotoAttachment Size

Abdul_Fatah02492.jpg 14.44 KB

Abdullah_Sungkar_02511.jpg 11.76 KB

AM_Hendropriyono_02500.jpg 20.41 KB

bendorit_02494.jpg 11.78 KB

Ditangkap_Penduduk_02496.jpg 22.71 KB

Fadhillah_02497.jpg 12.13 KB

Gardu_02498.jpg 22.84 KB

Gardu_Racun_02499.jpg 23.19 KB

Ismed_Marzuki_02501.jpg 20.33 KB

Jembatan_02503.jpg 24.57 KB

Koramil_Way_Jepara_02504.jpg 17.41 KB

Lokasi_02505.jpg 21.1 KB

Panah_Racun_02507.jpg 23.67 KB

Pesantren_Ngruki_02506.jpg 18.54 KB

Pos_Polisi_02508.jpg 21.37 KB

sarikun_02493.jpg 19.19 KB

Senjata_02509.jpg 17.48 KB

Soetiman_02495.jpg 13.32 KB

Sudarsono_02510.jpg 12.27 KB