isi buku geger kalijodo rev-28 okt-04
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
1/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
2/301
GEGER KALIJODO
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
3/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Di Indonesia hidup berbagai ragam etnik
dan suku bangsa, yang mendiami pulau-pulau
yang membujur dari Sabang sampai Merauke.
Keberadaaan dan keragaman etnik ini
merupakan warisan kerajaan-kerajaan lama.
Harsya Bachtiar (1976) menyebutkan, Indone-
sia sebenarnya terdiri dari nation-nation lama
yang kemudian terintegrasi ke dalam nasion
Indonesia. Berbagai kelompok etnik dan suku
bangsa merupakan tulang punggung bagi
keberadaan nation Indonesia.
Sependapat dengan Bachtiar, Antropolog
Parsudi Suparlan, berpendapat bahwa sebagai
sebuah bangsa, Indonesia merupakan sebuah
satuan masyarakat terdiri atas masyarakat suku
bangsa yang secara bersama-sama
he founding father mencoba merumuskan ciri kebangsaandari berbagai teori yang ada. Beberapa pemikir barat yang sering
dikutip mereka dalam ruang-ruang diskusi dan perdebatan...T
ASejarah Singkat Pemikiran
Kebangsaan Indonesia
3
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
4/301
GEGER KALIJODO
mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau na-
tion. Suparlan (1979) menjelaskan mengenai
suku-suku bangsa yang ada di Indonesia
sebagai berikut:
Suku-suku bangsa di Indonesia, telah ada sejak
sebelum tercetusnya Proklamasi Kemerdekaan In-
donesia, yang menandai keberadaan bangsa Indo-
nesia. Masing-masing suku bangsa menempati
wilayah yang secara turun-temurun mereka akui
sebagai wilayah tempat sumber-sumber kehidupanmereka yang menjadi haknya dan yang mana hak
tersebut diakui oleh suku bangsa lainnya.
Masing-masing suku bangsa mengem-
bangkan kebudayaannya sesuai dengan corak
potensi-potensi sumberdaya dalam lingkungan
hidup masing-masing dan sesuai dengan tema-
tema budaya atau pandangan hidup dan etos
yang dipunyai. Oleh karena itu, masing-masing
suku bangsa mempunyai corak kebudayaan
yang berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaan kebudayaan antara satu sukubangsa dengan suku bangsa lainnya bukan
hanya terwujud secara horisontal, yang artinya
satu sama lain berbeda dan tidak dapat saling
memahami. Akan tetapi perbedaan kebudayaan
tersebut juga dapat dilihat secara vertikal, yang
berarti ada yang masih hidup dengan sistem
ekonomi dan teknologi sederhana dengan hidup
dari mengumpulkan dan memanfaatkan hasil
hutan serta bertani di ladang berpindah secara
rotasi. Di pihak lain, sudah ada masyarakat-
4
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
5/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
masyarakat suku bangsa yang sudah mengenal
sistem feodal atau kerajaan yang terpusat
kekuasaannya di daerah perkotaan.
Pola hubungan antarsuku bangsa bergerak
secara dinamis, terutama di kawasan-kawasan
perdagangan, di daerah pesisir pantai. Di kota-
kota inilah beragam etnik bertemu. Selain dalam
bidang perdagangan, interaksi yang semakin
intensif berlangsung dalam berbagai kegiatansosial. Hal inilah yang membuat tempat-tempat
umum menjadi penting keberadaanya sebagai
wadah untuk mengakomodasi perbedaan-
perbedaan yang ada, serta sebagai perantara
yang menjembatani hubungan antarsuku
bangsa.
Interaksi berlangsung lebih erat dengan
kesamaan bahasa yang mereka gunakan
sehari-hari, yaitu bahasa Melayu. Bahasa ini
secara efektif menjadi meditor perbedaan
bahasa ibu masing-masing etnik, khususnyadalam beragam transaksi di pasar, karena
itulah kemudian bahasa melayu disebut
sebagai lingua franca. Dalam masa pergerakan
nasional, saat semangat kebangsaan, menjadi
ideologi baru untuk bersatu. Dipelopori oleh
para pemuda terpelajar dari berbagai etnis di
negeri jajahan Belanda, pada 28 Oktober 1928,
lahir satu kontrak sosial pertama antarkelompok
suku bangsa, dalam satu ikatan tanah air,
bangsa, dan bahasa, yaitu Indonesia. Momen-
5
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
6/301
GEGER KALIJODO
tum penting yang sangat menentukan perjalanan
sosial politik bangsa itu, kemudian dikenal
sebagai Sumpah Pemuda.
Para pendiri bangsa ini menyadari, bahwa
rakyat Indonesia terdiri dari keanekaragaman
etnis dan suku bangsa. Karena itulah jauh-jauh
hari The founding father mencoba merumuskan
ciri kebangsaan dari berbagai teori yang ada.
Beberapa pemikir barat yang sering dikutipmereka dalam ruang-ruang diskusi dan
perdebatan, salah satunya pendapat pemikir
Perancis, Ernest Renan, adalah yang paling
populer di kalangan kaum pergerakan. Renan,
memberikan gambaran tentang bangsa dalam
satu pertanyaan Qu’est ce qu’une nation?
Pertanyaan yang ia ajukan itu kemudian
dijawabnya sendiri, bahwa bangsa itu dibentuk
atas keinginan bersatu: Le desir d’etre
ensamble, serta kesediaan untuk bersama-
sama berkorban. Pernyataan Renan yangmasyur itu, ia sampaikan di muka sidang
Akademia Perancis pada tanggal 11 Maret
1882.
Agar bangsa baru segera lahir, maka
haruslah ada sifat yang mendorong persatuan
itu. Misalnya: segala fakta kepahlawanan di
masa silam, penderitaan bersama dan
kesediaan berkorban di hari depan. Dengan
syarat-syarat ini, maka Renan merumuskan apa
yang dinamainya negara-negara atau nation:
6
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
7/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Suatu setia kawan yang luas mendalam dan
berdasarkan pengorbanan dan kesadaran yang
telah ditaburkan serta selanjutnya bersedia pula
akan ditaburkan. Oleh karena itu, bangsa-negara
ialah suatu ikatan jiwa.
Pikiran Renan hidup sampai
akhir abad ke-19 dan diikuti oleh
pemikir abad ke-20, di antaranya
Lothrop Stodard. Stodard adalah
penulis buku “Kebangkitan Ras
Kulit Berwarna,” yang terkenal
mampu mengilhami bangsa-
bangsa di Asia dan Afrika lepas
dari belenggu kolonialisme barat.
Pendapat lain, adalah dari
pemikir Jerman, Otto Bauer. Ia
mendefinisikan suatu bangsa dengan
mengatakan Was ist eine Nation? Pertanyaan
ini dijawab Eine Nation ist eine aus
Schicsagemeinschaft erwachsene Chakterge-meinshcaft, suatu bangsa ialah suatu
masyarakat ketertiban yang muncul dari
masyarakat yang senasib.
Sementara itu, seorang sejarahwan yang
ahli mengenai nasionalisme, Hans Kohn
memberikan definisi tentang nasionalisme
sebagai berikut:Nasionalisme adalah satu tata pikir dan tata rasa,
yang meresapi mayoritas terbesar sesuatu rakyat
dan menganggap dirinya meresapi semua anggota
rakyat itu. Nasionalisme mengakui negara nasional
7
Pernyataan
Renan yang
masyur itu, ia
sampaikan dimuka sidang
Akademia
Perancis pada
tanggal 11
Maret 1882.
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
8/301
GEGER KALIJODO
sebagai bentuk ideal organisasi politik dan
menganggap nasionalitas sebagai sumber bagi
tenaga budaya yang kreatif serta kesentosaan
ekono-mi. Karena itu kesetian tertinggi manusia
harus ditunjukkan kepada nasionalitasnya, karena
hidupnya itu sendiri disangka berakar di dalam-nya
dan kemungkinan oleh kesejahteraannya.1
Dari berbagai teori dan pemikiran yang
berkembang, para pendiri bangsa kemudian
merumuskan sendiri kriteria tentang bangsa,sebagai berikut: “Bangsa ditentukan oleh
keinsafan sebagai ‘suatu persekutuan yang
tersusun jadi satu’, yaitu keinsafan yang terbit
karena percaya atas persamaan nasib dan
tujuan. Keinsafan itu bertambah besar oleh
karena, sama seperuntungan, malang yang
sama diderita, mujur yang sama didapat, oleh
karena jasa bersama, kesengsaraan bersama,
pendeknya oleh karena peringatan kepada
riwayat bersama yang tertanam di dalam hati
dan otak.”2Di masa lalu, kesadaran baru itu belumlah
dapat diterima dan dimengerti oleh segenap
penghuni nusantara. Namun, peristiwa lahirnya
proklamasi pada 17 Agustus 1945 telah
memunculkan kesadaran baru di kalangan
kelompok-kelompok etnis yang ada, yakni
kesadaran akan sebuah bangsa yang bersatu
dan berdaulat. Itu pun hanya pada kalangan
tertentu atau para pemimpin golongan etnis.
Sementara di kalangan masyarakat
8
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
9/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
10/301
GEGER KALIJODO
perselisihan di antara kelompok. Bahkan
kadang-kadang menimbulkan konflik-konflik
yang berujung pada gerakan pemberontakan
separatis.
***
10
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
11/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Keberadaan kelompok etnik dan suku
bangsa merupakan tulang punggung bagi
keberadaannation Indonesia. Konflik antar etnik
dan melemahnya nation Indonesia sebagai
faktor pengikat merupakan masalah besar bagi
eksistensi Indonesia. Beberapa pernyataan
daerah atau sebagian komunitas etnik seperti
Aceh, Riau, dan Irian Jaya mengindikasikan,
bahwa nation Indonesia cenderung melemah,
baik sebagai acuan nilai maupun sebagai pusat
administratif.3
Berbagai pihak menyoroti masalah
kerusuhan dan konflik sosial di atas, dianggap
sebagai akibat pembangunan di masa Orde
Baru yang salah dalam menerapkan kebijakan
ekonomi, politik, sosial, dan budaya, sehingga
i masa lalu, pemerintah kolonial mengupayakan
pengelompokan tempat tinggal berdasarkan etnis sebagai bagian
dari strategi politik pecah belah (devide et impera), ini dilakukan
untuk mempertahankan kekuasaan-nya di tanah jajahan
nusantara.
BBerbagai Problem
Menjadi Indonesia
D
11
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
12/301
GEGER KALIJODO
menimbulkan berbagai masalah pembangunan
seperti kemiskinan, kesenjangan ekonomi dan
pendapatan, marginalisasi dan lain
sebagainya. Sumber-sumber kerusuhan di
masa Orde Baru sering dianggap sebagai
dampak dari masalah kecemburuan sosial dan
ekonomi antara penduduk asli dan pendatang.
Kurun waktu dua tahun 1998 hingga 2000,
struktur masyarakat Indonesia kembalimengalami “pembelahan” sosial, maupun
politik atas dasar suku, agama, ras, maupun
golongan. Pembelahan ini diperlihatkan oleh
kecenderungan kembalinya politik aliran pada
masa transisi politik sebagai sebuah identitas,
baik politik maupun sosial.
Akibat kerapuhan hubungan sosial di
beberapa daerah terjadi, bahkan ada yang
berkeinginan merdeka. Sementara di daerah-
daerah lainnya, kerapuhan hubungan sosial
berubah menjadi kerusuhan seperti yangterjadi di Situbondo (1996), Tasikmalaya
(1997), Rengasdengklok (1997), Sanggauledo
(1997), Karawang-Bekasi (1997), Kupang
(1997), Sambas (1999), Mataram (2000), dan
lain-lain.4
Berbagai pandangan pun berkembang
untuk mengungkap konflik-konflik sosial yang
membakar berbagai daerah di Indonesia
selama lima tahun terakhir. Misalnya, teori
kultur dominan yang dikembangkan oleh
12
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
13/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Bruner (Suparlan, 1999), mengasumsikan
adanya budaya yang kuat di satu tempat,
sehingga budaya-budaya lain yang dibawa
para pendatang tunduk dan menyesuaikan diri
terhadap kultur dominan. Model kultur dominan
ini dapat digunakan untuk menganalisis potensi
konflik antaretnik di suatu tempat, terutama bila
kultur dominan tersebut tidak ada. Melalui
pendekatan ini, Bruner menganalisis potensikonflik beberapa suku bangsa di Bandung dan
Medan.
Dalam kasus Bandung, etnik Sunda
merupakan kelompok dominan yang menempati
posisi-posisi tertentu, baik dalam birokrasi
maupun lembaga pendidikan. Para pendatang,
seperti Jawa, menurut Suparlan menyesuaikan
diri dengan kultur dominan. Konflik yang terjadi
antara pendatang dengan penduduk asli tidak
menyebabkan diaktifkannya suku bangsa
(Jawa) sebagai acuan dalam menggalangsolidaritas sosial.
Hal demikian terutama terjadi pada suku
Jawa kelas menengah ke bawah. Sebaliknya,
suku Jawa kelas menengah ke atas cenderung
mempertahankan kultur Jawa. Mereka dapat
mempertahankan kultur Jawa karena posisi-
posisi sosial, ekonomi, dan politik mereka,
sehingga terbebas dari keharusan tunduk pada
kultur dominan. Di samping itu, kelompok kelas
menengah Jawa di Bandung lebih kosmopolit
13
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
14/301
GEGER KALIJODO
dan modern.
Kasus Medan, menurut Bruner, seperti
dikutip Suparlan, berbeda dengan Bandung. Di
Medan tidak terdapat kultur dominan. Orang
Jawa, sekalipun secara kuantitas mayoritas,
bukan merupakan kelompok dominan, karena
mereka berada pada posisi kelas menengah ke
bawah, sehingga tidak mempunyai kekuatan
sosial, ekonomi, dan politik. Dengan tidakadanya kultur dominan di Medan, Bruner
menggambarkan, masing-masing suku bangsa
menciptakan keteraturan sosial dalam
lingkungan masyarakat suku bangsanya.
Sedangkan di tempat-tempat umum mereka
cenderung saling berkompetisi dengan
mengaktifkan masing-masing suku bangsa
sebagai instrumen untuk menggalang
solidaritas sosial.
Seperti halnya Medan, di Jakarta tidak
terdapat kultur lokal yang dominan. EtnikBetawi yang merupakan penduduk asli Jakarta
bukan merupakan kultur dominan. Sebaliknya,
kultur Betawi menghadapi ‘serangan’ dari
berbagai etnik pendatang, sehingga sering
dikatakan, kultur Betawi terancam mengalami
kepunahan. Karena itu, tidak mengherankan
jika MT Arifin seperti dikutip dalam penelitian
Indonesian Institute for Civil Society (INCIS),
mengkhawatirkan beberapa kelompok etnik di
Jakarta akan mengaktifkan solidaritas etnik.
14
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
15/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Mereka mengelompok dalam berbagai etnik,
dengan orientasi etnisitas yang cukup tinggi,
cenderung eksklusif, dan memiliki stereotip
(terhadap kelompok lain). Yang menarik ialah,
persaingan antarkelompok etnik dan orientasi
etnisitas merupakan faktor potensial bagi
terjadinya konflik antarkelompok etnik di Jakarta.
Potensi konflik bukan hanya
faktor kultural dan orientasietnisitas yang tinggi, melainkan
dipengaruhi oleh berbagai
variabel lain, terutama variabel
sosial ekonomi. Alqadari (1999)
dalam menganalisis konflik etnik
di Ambon dan Sambas
mengemukakan, bahwa variabel
utama yang mendorong konflik
yakni variabel ekonomi. Konflik
akibat faktor ekonomi di Jakarta,
terutama antara penduduk asli denganpendatang, sangat potensial, seperti nampak
dalam laporan Habsjah (1999).5
Penelitian INCIS tentang “Hubungan
Antaretnik dan Malasah Kebangsaan di Jakarta,
dengan mengambil sampel dari 10 kelompok
paguyuban dari berbagai etnik di Indonesia,
menunjukkan hanya etnis Aceh dan Papua yang
memang terus-menerus bergolak, menunjukkan
melemahnya rasa kebangsaan, ini ditunjukkan
dengan melemahnya perasaan sebagai bagian
15
....kultur Betawimenghadapi
“ serangan” dari
berbagai etnik
pendatang,
sehingga sering
dikatakan, kultur
Betawi terancam
mengalami
kepunahan.
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
16/301
GEGER KALIJODO
Indonesia.
Penelitian INCIS, seperti berbagai
penelitian tentang masalah kebangsaan di Indo-
nesia, memang tidak ditujukan untuk melihat
konflik antaretnik dalam skala mikro. Seperti
interaksi antar komunitas di lingkungan yang
semakin sempit di Jakarta, serta bagaimana
pertarungan antarkelompok memperebutkan
sumber daya, menjadi pemicu terjadinya konfliksosial.
Jakarta dihuni oleh berbagai kelompok
etnik yang datang dari berbagai penjuru Indo-
nesia. Karena itu, Jakarta merupakan ‘miniatur’
yang menggambarkan hubungan antaretnik.
Selain itu, berbagai kelompok etnik yang ada
di Jakarta secara teoritis akan lebih kosmopolit
serta memiliki keterikatan yang lebih tinggi
terhadap nation Indonesia. Karena itu, berbagai
kelompok etnik di Jakarta dapat menjadi tolok
ukur bagi keberadaan berbagai kelompok etnikdi daerah lain.
Keberadaan suku bangsa di berbagai
wilayah di Jakarta, jika ditelusuri sejarahnya,
setua dengan keberadaan kota Jakarta itu
sendiri. Namun, secara administratif,
pengelompokan masyarakat berdasarkan suku
bangsa, baru dilakukan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Ditandai dengan keberadaan
kampung-kampung yang didasarkan oleh
kesamaan daerah asal, misalnya Kampung
16
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
17/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Melayu, Kampung Bali, Kampung Bugis,
Kampung Ambon, Arab, dan lain-lain. Sampai
saat ini jejak-jejak peninggalan itu masih terlihat
di berbagai pelosok Jakarta.
Di masa lalu, pemerintah kolonial
mengupayakan pengelompokan tempat tinggal
berdasarkan etnis sebagai bagian dari strategi
politik pecah belah (devide et impera). Ini
dilakukan untuk mempertahankankekuasaannya di tanah jajahan nusantara.
Sejalan dengan berputarnya waktu,
perkembangan sebagai akibat dari asmilasi
dan akulturasi, yang berjalan secara alamiah,
pembaruan pun berlangsung. Walaupun masih
ada upaya mempertahankan tradisi dari setiap
komunitas warga, namun hubungan sosial
mereka dengan komunitas etnis lain berjalan
dengan baik dan dapat hidup berdampingan
dengan rukun.
Walaupun demikian, kehidupan antar etnisdi Jakarta, bukan tanpa riak-riak. Beberapa
kasus menunjukkan adanya pertentangan
antarkelompok warga yang berbeda asal
daerahnya. Walaupun dari sekian banyak
peristiwa tersebut, jarang kerusuhan
antarkelompok di Jakarta dipicu oleh perbedaan
etnis.
Perkelahian antarkelompok masyarakat
yang berbeda etnik sering kali disebabkan oleh
perebutan sumber daya ekonomi. Jumlah
17
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
18/301
GEGER KALIJODO
penduduk Jakarta yang sangat padat sedangkan
jumlah sumber daya yang diperebutkan semakin
menipis, membuat gesekan lebih sering terjadi.
Hal ini dapat dilihat dari seringnya konflik yang
terjadi di sentra-sentra bisnis seperti pasar,
sekitar mall, dan di dekat tempat hiburan, seperti
bar, karaoke.
Namun, dari sekian banyak kasus
perkelahian dalam skala besar, biasanyakasus-kasus tawuran warga yang berbeda
etnik selalu diawali dengan tindak
penganiayaan. Kasus yang awalnya adalah
persoalan kecil ini ditangani dengan baik,
terutama oleh aparat keamanan, niscaya
kasusnya tidak akan menjadi besar dan rumit.
Dari pandangan psikologi sosial,
berkumpulnya manusia dalam tempat yang
sempit, dapat menyebabkan gesekan sosial
yang tak terelakan. Apalagi gejala komunitas
kota adalah adanya kecenderungan masyarakatmassa (mass society), di mana individu
kehilangan identitas pribadinya; individu tidak
lagi mampu membuat putusan-putusan secara
pribadi, melainkan bertindak menurut dorongan
massa; individu cenderung kehilangan cipta,
rasa, dan karsa sendiri, atau seperti dikatakan
oleh Daldjoeni, terjadi “kekosongan budaya.”6
Hal ini dapat disimpulkan dengan
menganalisa berbagai keributan yang
melibatkan etnis yang berbeda di Jakarta, yang
18
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
19/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
dikumpulkan berdasarkan analisa isi
pemberitaan media. Dalam 10 tahun terakhir,
kecuali kerusuhan 13-14 Mei 1998, kerusuhan
antarwarga di Jakarta, lebih banyak didasari
oleh perebutan lahan penghidupan oleh
kelompok-kelompok preman di kawasan bisnis,
pasar, dan tempat hiburan di Jakarta.
Hanya saja, kelompok preman yang
terorganisir berdasarkan asal daerah inilahyang memperumit konflik.7 Hal ini terjadi
sebagai akibat dari adanya stereotip dari
masing-masing kelompok masyarakat.
Terutama pandangan negatif satu kelompok
terhadap kelompok lain.
Contoh kasus bentrokan antarwarga di
Tanah Abang dengan kelompok preman asal
Timor-timur sepanjang tahun 1995-1997.
Keberadaan kelompok itu membuat konflik
sempat berlarut-larut. Anatomi konflik sosial
antaretnis dalam skala besar jika dikupas lebihmendalam biasanya muncul dari kasus kriminal
biasa. Misalnya kelompok preman Ambon
dengan warga di kawasan Ketapang, Jakarta
Barat, akhir tahun 1998.
Perselisihan yang pecah pada 21 Novem-
ber 1998 itu berawal dari masalah sepele. Ada
seorang anak baru gede (ABG), warga sekitar
Jalan Ketapang, persis di belakang Gedung
Gajah Mada Plaza, mengintip permainan bola
tangkas yang terletak di Jalan Zainul Arifin, yang
19
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
20/301
GEGER KALIJODO
diduga menjadi arena perjudian terselubung.
Ketika sedang mengintip itulah para “centeng”
memergoki dan menganiaya ABG tadi. Orang
tua korban yang ingin menyelesaikan masalah
pun mengalami perlakuan yang sama. Warga
pun bereaksi atas perlakuan para centeng.
Perkelahian dengan menggunakan berbagai
senjata tajam pun tak bisa dihindari.
Seketika solidaritas warga semakinmeluas. Jika pada awalnya korban hanya
dibantu oleh warga di Gang IV, Jalan
Pembangunan, segera mereka mendapat
bantuan dari warga Jalan Tanah Sereal. Dalam
waktu tak lebih dari 24 jam setelah kejadian
pertama, sudah berseliweran isu bahwa ada
mushola yang dibakar kelompok preman.
Akibatnya solidaritas semakin meluas, termasuk
kedatangan Front Pembela Islam (FPI) yang
berasal dari Tanah Abang.
Menghadapi lawan yang bertambahbanyak, para preman mulai terdesak. Sebagai
akibat dari perkelahian tak seimbang itu, jatuh
korban enam orang tewas dari kalangan pre-
man. Situasi sudah tak bisa dikendalikan,
bahkan ada korban di kalangan aparat.
Komandan Kodim Jakarta Pusat dan ajudannya
mengalami luka-luka akibat bacokan massa
yang kalap. Kerusuhan pun semakin meluas, tak
hanya di daerah Ketapang saja, beberapa
bangunan gereja, sekolah di Jalan Samanhudi,
20
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
21/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Kartini, Hasyim Asyari dibakar massa.8
Beberapa media massa kemudian
menyimpulkan, peristiwa Ketapang sebagai
konflik antaragama. Hal mana terjadi pula di
daerah lain seperti di Kupang.
Sementara kasus Ambon lebih kompleks,
lantaran tidak hanya terkait dengan isu etnik,
tetapi juga telah merembet menjadi persoalan
agama. Apalagi ada kecemburuan pendudukasli yang kebetulan mayoritas Kristen dengan
etnik Bugis pemeluk Islam sebagai pendatang.
Tak hanya di Ambon, di Kupang pun konflik
antara orang Bugis Makassar dan penduduk
lokal telah bergeser menjadi konflik antara
penganut agama Kristen melawan penganut Is-
lam. Karena itu yang menjadi korban adalah
simbol agama, seperti masjid dan gereja.
Dari berbagai konflik yang terjadi,
keterlibatan aparat keamanan, lebih sering
hanya sebagai ‘pemadam kebakaran’. Padahaldi awal kerusuhan, keberadaan aparat-aparat
keamanan yang langsung menangani masalah
sangat efektif untuk meredam konflik
berkembang menjadi masalah besar.
Keberadaan aparat sebagai ujung tombak
teritorial—istilah yang sering digunakan oleh
militer— dilupakan. Kiprahnya sebagai
pemadam kebakaran bisa diamati dengan
pemberitaan media massa, misalnya, di kirim
dua batalyon ke Ambon, segera disiapkan
21
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
22/301
GEGER KALIJODO
pasukan dari Jakarta untuk mengatasi konflik di
Kupang, dan lainnya.
Buku ini merupakan hasil penelitian yang
membandingkan dua kawasan, Kelurahan
Muara Baru dan kawasan Kalijodo, Kelurahan
Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara. Dua kawasan yang dihuni oleh beragam
etnis, dan memiliki potensi konflik yang sama.
Namun, Muara Baru menjadi satu kawasanaman dari konflik antaretnis, sedangkan Kalijodo
menjadi daerah yang sepanjang tiga tahun,
antara 1999-2002, terus-menerus menjadi pusat
pemberitaan media massa, karena pertempuran
antardua etnis yang berbeda, yaitu antara
Mandar dan Makassar.
***
22
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
23/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
23
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
24/301
GEGER KALIJODO
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
25/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
26/301
GEGER KALIJODO
26
Sampai awal abad ke-20, karesidenan
Jakarta itu terdiri dari wilayah-wilayah yang
disebut sebagai afdeling. Wilayah Jakarta
dibagi menjadi enam afdeling. Afdeling Stad en
Voorsteden van Batavia (kota dan pinggiran
kota) wilayahnya meliputi distrik Penjaringan,
Pasar Senen, Mangga Besar, dan Tanah
Abang.10
Dalam distrik Penjaringan inilah terletakkawasan Kalijodo. Kawasan yang diapit oleh
Kali Angke, dan Sungai Banjir Kanal yang
merupakan sungai buatan untuk mengurangi
banjir di wilayah Jakarta. Kalijodo inilah satu
kawasan yang melahirkan banyak legenda di
Jakarta.
Sesuai dengan namanya, Kalijodo, sejak
masa-masa penjajahan Belanda dikenal
sebagai tempat orang mencari cinta. Dengan
setting sejarah di tahun 1930-an, Novel Ca-Bau-
Kan, seperti ditulis oleh Remy Sylado,mengisahkan kawasan bantaran sungai yang
sudah kesohor oleh para pedagang-pedagang
Tionghoa. Di sini tempat para gadis pribumi
mendendangkan lagu-lagu klasik Tiongkok di
atas perahu-perahu yang ditambat di pinggir kali.
Lebih dari sekedar cerita tentang ketenaran
para perempuan penghibur, novel Cau-Bau-
Kan, juga syarat dengan nilai tentang hubungan
antar etnis secara lebih realistis. Remy
mengisahkan kehidupan masyarakat keturunan
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
27/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Tionghoa di Indonesia dalam kurun waktu 1918-
1951, dengan menonjolkan peranan mereka
dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indo-
nesia. Dengan novelnya tersebut Remy Sylado
seperti ingin membantah pandangan stereotip
yang menyebutkan, bahwa keturunan Tionghoa
tidak memiliki andil dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia.11
Kemasyuran Kalijodosebagai tempat mencari
cinta sesaat, tak lekang oleh
waktu. Di era setelah
kemerdekaan, di tahun 1950-
an, tempat ini masih dikenal
sebagai kawasan pinggir
kali, tempat orang mencari
pasangan. Bahkan sampai
abad ke-21, Kalijodo selain
menjadi tempat perjudian
ilegal, juga berkembangsebagai tempat prostitusi liar.
Dari sini pernah terungkap,
untuk pertama kali praktek
perdagangan wanita oleh
Polsek Metro Penjaringan,
pada September tahun 2001.
Praktek penjualan wanita terungkap setelah
salah seorang korban, sebut saja Sari, 22 tahun
(bukan nama sebenarnya), melarikan diri dari
sebuah bar, di jalan Kepanduan, kawasan Gang
27
Pada awalnya, oleh
petugas piket yang
menerima laporan
tersebut, dianggap
kasus biasa, lantaran
Bar Cempaka, tempat
Sari disekap memang
dikenal sebagai
tempat pelacuran.
Namun, setelah saya
membaca laporantersebut, saya
katakan bahwa kasus
ini kasus serius,
tentang PENJUALAN
WANITA ....
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
28/301
GEGER KALIJODO
Kambing, Kelurahan Pejagalan. Dalam kondisi
sakit, dia melaporkan perlakuan biadab yang
juga menimpa 16 kawannya yang masih disekap
di Bar Cempaka milik Iskandar.
Sari sendiri mengaku harus berjuang keras
untuk bisa lolos dari bar itu. Berikut berbagai
usaha yang telah dia lakukan untuk bisa keluar
dari cengkeraman mucikari dan tukang pukul
yang selalu mengawasi gerak-geriknya.Saya ingin lari karena dibohongi, rasa sakit padaperut juga membuat semakin ingin melarikan diri
dari Bar Cempaka. Sebenarnya niat itu sudah lama
ada, namun selalu gagal karena gerak-geriknya
diawasi Mami Sri, pengelola Bar Cempaka. “Saya
pernah beberapa kali minta kepada tamu saya untuk
membawa saya pergi dari tempat itu, tetapi mereka
sendiri juga takut dengan centeng-centeng mami
yang bertampang sangar. Namun, ada seorang
langganan yang bersedia menelepon bibi saya di
Cirebon,” ujarnya. Kesempatan untuk lari dari tempat
itu, lanjut Sari, akhirnya tiba ketika dia sedang
menemani tamu, dan duduk di luar bar. Beberapakali, gerak-geriknya diawasi mami, tetapi begitu
perhatian mami beralih ke rekan-rekan lain, Sari
langsung kabur. Dia kemudian ditolong seorang
warga yang lalu mengantarkannya ke Mapolsek
Penjaringan, untuk melaporkan peristiwa yang
menimpa dirinya.12
Pada awalnya, oleh petugas piket yang
menerima laporan tersebut, dianggap kasus
biasa, lantaran Bar Cempaka, tempat Sari
disekap memang dikenal sebagai tempat
pelacuran. Namun, sebagai Kapolsek Metro
28
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
29/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Penjaringan, setelah membaca laporan tersebut,
saya katakan bahwa kasus ini kasus serius,
tentang penjualan wanita di bawah umur atau
yang dikenal dalam dunia internasional sebagai
women trafficking. Satu jenis kejahatan
terorganisir, seperti halnya sindikat narkotika.
Betul juga, setelah kami menelusuri kasus
ini, ternyata para tersangka, memang dijebak
oleh kelompok sindikat. Dari pengakuan Sariyang dikuatkan keterangan awan-kawannya
setelah kami menggerebek bar tersebut.
Mereka dipaksa untuk menjual diri, setelah
sebelumnya datang ke Jakarta untuk mencari
pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.
Modus para tersangka menjerat para
korban relatif seragam. Setiba mereka di
Jakarta, dari kampung halamannya di Cirebon,
Pekalongan, Garut, Tasikmalaya, di kawasan
stasiun Senen, Jakarta Pusat, dan di terminal
Kampung Rambutan, mereka didekatiseseorang. Anggota sindikat inilah yang
menebar jaring, membujuk calon korba0,
berdalih akan mencarikan pekerjaan. Jika
korban menolak, mulailah mereka memasang
taring. Mereka mengancam dan menyekap
korban di rumah kos-kosan milik pelaku.
***
29
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
30/301
GEGER KALIJODO
P u i n g- p u i n g s i s a p er t ar u n g a n
d u a k e l o m p o k d i K a l i j o d o ( F o t o : K OMP A S )
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
31/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Di Kawasan Kalijodo, terdapat dua etnis
besar yang mendominasi kawasan tersebut.
Selain jumlahnya yang melebihi kelompok
masyarakat lain, mereka juga memiliki
pengaruh yang luas. Mereka adalah kelompok
masyarakat Sulawesi Selatan. Namun,
masyarakat ini terbagi lagi dalam dua kelompok,
yaitu suku Mandar dan Bugis Makassar.
Walaupun sama-sama dari Makassar
kedua kelompok mempunyai latar belakang
kultural yang berbeda. Mereka mempunyai
kepercayaan dan keyakinan agama serta politik
yang tak seragam. Perbedaan ini tampaknya
tidak terlepas dari ikatan kekerabatan dan
kelompok keluarga masing-masing.
Perbedaan sosio-kultural ini ternyata
31
hetto adalah pemukiman yang dihuni oleh suatu etnistertentu yang dipandang sebagai etnis yang kurang disenangi
oleh kelompok mayoritas masyarakat lainnya, karena dipandang
jorok dan mempunyai cara hidup yang aneh.
G
BGang, Ghetto,
dan Preman Kalijodo
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
32/301
GEGER KALIJODO
mereka bawa juga, ketika mereka berada di satu
tempat yang jauh dari asal lingkungan hidup
mereka, di perantauan. Seperti juga para
perantau dari daerah lain, Jakarta menjadi
tempat hidup mereka yang kedua, setelah
tanah kelahiran.
Kota Jakarta sebagai ibu kota negara,
merupakan kota metropolitan yang modern.
Sebagai kota besar, Jakarta memiliki berbagaiorganisasi modern, seperti partai politik,
beragam asosiasi, koperasi dan lain-lainnya.
Dalam organisasi modern tersebut terdapat
deferensiasi dan spesialisasi, yang dapat
menampung dan menyalurkan kepentingan dan
keinginan anggotanya. Walau demikian,
organisasi kekerabatan dan kekeluargaan
masih tetap mempunyai peranan penting dalam
mengendalikan dan mempengaruhi tingkah laku
dan tindakan-tindakan anggotanya.
Organisasi modern dengan berbagaipranata, norma, konvensi, dan hukum turut
mengontrol tingkah laku profesional dan formal
para anggota masyarakat. Tetapi tingkah laku
kultural mereka tetap dikontrol oleh organisasi-
organisasi kelompok kerabat dan keluarga atau
daerah. Fenomena inilah yang nampak dari
adanya organisasi kerukunan, yang di samping
berfungsi sebagai mengawasi tingkah laku
kultural para anggotanya, turut membantu
mereka dalam situasi-situasi yang mendesak.13
32
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
33/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Sayangnya, dua kelompok masyarakat
Makassar dan Mandar, yang hidup di kawasan
Kalijodo, dalam sejarahnya memiliki akar
konflik yang panjang. Walaupun di tempat
asalnya, seperti diceritakan oleh tokoh-tokoh
masyarakat Sulawesi Selatan yang saya temui,
mereka mengatakan, bahwa di Sulawesi
hampir tak pernah terjadi konflik antara
kelompok masyarakat Bugis Makassar dengansuku Mandar.
Rupanya, persaingan hidup, untuk dapat
eksis di tempat perantauan seringkali
melupakan tata aturan. Kedua kelompok ini
harus bersaing untuk memperebutkan sumber
daya kehidupan. Perjudian memicu mereka
untuk saling bertarung. Kehidupan yang keras,
melahirkan orang-orang kuat di kawasan ini.
Mereka inilah jagoan-jagoan yang berkuasa atas
lahan-lahan kosong di bantaran Sungai Banjir
Kanal maupun Kali Angke, yang mereka bangunsebagai lapak judi.
Pertarungan yang sengit dari dua
kelompok masyarakat itu, jelas mengganggu
kelompok masyarakat lain. Hal ini mengingatkan
kita pada kisah Ghetto di Amerika latin. Ghetto
adalah pemukiman yang dihuni oleh suatu etnis
tertentu yang dipandang sebagai etnis yang
kurang disenangi oleh kelompok mayoritas
masyarakat lainnya, karena dipandang jorok dan
mempunyai cara hidup yang aneh.14
33
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
34/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
35/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
36/301
GEGER KALIJODO
mengendarai sepeda motor berpapasan
dengan iring-iringan tadi. Becek membuat Udin
memilih jalan yang lebih aman, namun akibatnya
motornya nyaris menyenggol Jalal. Jalal yang
hampir terserempet itu pun mendelik tajam
kepada si pengendara motor yang nyaris
mencelakainya.
Namun, mata si pengendara motor
membalas lebih galak. Dengan mata melotot,Udin membentak Jalal, “Kamu tidak kenal saya!”
Mendengar ancaman itu, Jalal pun menyahut
dengan takut, “Saya kenal Daeng, kita sama-
sama kenal, maafin saya Daeng,” mendengar
jawaban itu, bergegaslah motor meninggalkan
ketiga orang tersebut.
Rupanya masalah tak selesai sampai di
situ. Permintaan maaf tak membuat amarah
jagoan itu reda. Ketika ketiga orang sampai di
depan rumah Jalal, Udin yang masih geram
berbalik menghampiri Jalal. Kali ini dengansebilah badik di tangan. Dengan nada
mengancam, kerah baju Jalal ditarik,
“Sekarang loe tau gua, gua mati’in loe!” kata
Udin. Saat itu sebuah bogem mentah mendarat
di tengkuk jalal.
Jalal tak kalah cekatan, lepas dari
cengkeraman ia kabur ke dalam rumah.
Diambilnya sebuah parang dari balik kasur di
kamarnya. Kali ini keduanya siap bertarung,
sama-sama menghunus senjata. Namun, Parang
36
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
37/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Jalal lebih panjang ketimbang badik Udin, duel
menjadi tidak imbang.
Udin sebelumnya di atas angin kini
kewalahan. Tiga kali bacokan mengenai tangan,
kuping, dan leher Udin. Tebasan ketiga itulah
yang membuat jagoan jatuh tersungkur. Darah
pun menetes di jalan dari luka menganga. Darah
bercampur air hujan yang masih menggenang.16
Melihat lawannya roboh, Jalal ambillangkahseribu. Ia pun nekad melompat ke
Sungai Banjir Kanal yang saat itu tengah meluap
karena banjir. Golok dan sarungnya ia lempar
ke arus deras. Pembunuh itu pun lenyap ditelan
kegelapan malam. Dua kawan Jalal yang sedari
tadi menonton hanya terkesima. Kemudian
mereka juga ikut lari meninggalkan tempat
kejadian. Mereka ngeri kena balasan kawan-
kawan Udin.
Oleh warga sekitar Udin yang terkapar
kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Atmajaya,Pluit. Namun lantaran banyak mengeluarkan
darah,nyawa Udin pun tak tertolong. Mendengar
Udin mati, gemparlah seluruh kawasan Kalijodo.
Dalam sekejab massa yang kebanyakan kawan
dan kerabat Udin pun sudah berkumpul di tempat
kejadian dengan berbagai senjata tajam seperti
tombak dan pedang terhunus. Mereka mencari
si pembunuh.
Situasi pun bertambah genting, mengingat
Udin berasal dari kelompok Makassar dan
37
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
38/301
GEGER KALIJODO
kebetulan adik dari Bedul—bukan nama
sebenarnya—bos pemilik rumah perjudian yang
punya banyak pengikut. Sedangkan tersangka
berasal dari Mandar, dua kelompok yang selalu
membuat keributan di Kalijodo.
Malam yang dingin oleh hembusan angin
laut tak meredakan amarah kelompok yang telah
kehilangan jagoannya. Bedul yang mendengar
adiknya tewas oleh anak Mandar, langsungmenghambur ke lokasi kejadian. Padahal, saat
mendapat kabar adiknya tewas, Bedul sedang
menikmati mimpi. Namun mimpi berakhir buruk
ketika ia terjaga oleh kerabatnya yang
mengabarkan kejadian tragis itu. Naik pitamlah
darah orang Bugis itu. Ia pun berlari ia dari
rumahnya.
Saat itu di tempat kejadian, sudah hadir
beberapa anggota polisi dari Polsek Penjaringan
yang sedang meredam massa. Saat itu
sebagian massa hendak merusak rumah Jalal.Rupanya, Bedul tidak dengan tangan kosong
datang ke tempat kejadian. Sebuah pistol ia
tenteng dengan wajah merah padam. Pada saat
bersamaan di lokasi nampak Amrul (sebut saja
demikian), salah satu tokoh dari kelompok
Mandar, yang saat itu sedang bersama polisi
berpakaian preman, Bedul pun langsung
merangsek, dipukulnya Amrul dengan gagang
pistol. Dua pukulan lain menghantam pipi dan
membuat bibir Amrul terluka.
38
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
39/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
40/301
GEGER KALIJODO
akan habis!”
Rupanya kata-kata itu mengena, tensi
amarah Bedul sedikit mereda. Sambil
menurunkan senjata, Bedul sempat
mengucapkan, “Saya tahu Bapak Kapolsek, tapi
saya minta Bapak jangan ambil senjata saya,”
katanya. Setelah itu ia pun ngeloyor
meninggalkan tempat kejadian.
Sehari kemudian media massa pun ramaimenuliskan kejadian itu. Harian Kompas yang
walaupun terlambat satu hari, paling lengkap
menuliskan kejadian tersebut dengan judul,
“Tukang Ojek Dibunuh di Kalijodo.” Kompas
dalam awal tulisan melukiskan, keributan terjadi
di tempat perjudian dan sentra lokalisasi wanita
tuna susila (WTS) Kalijodo.
Sedangkan cerita penodongan ditulis
harian Kompas sebagai berikut:Bahkan, menurut seorang saksi mata yang tidak
mau disebutkan namanya, Bedul malam itu sempatmenodongkan pistolnya ke Kepala Polsek Metro
Penjaringan, mungkin karena tidak mengenal
Kepala Polsek Penjaringan dan kebetulan Kepala
Polseknya tidak mengenakan seragam. “Namun,
setelah berdialog akhirnya Kepala Polsek bisa
meredakan suasana,” ungkap saksi yang enggan
disebut namanya.17
Rupanya pemberitaan yang juga
mengisahkan drama penodongan itu, menarik
perhatian para pimpinan Polda Metro Jaya.
Banyak pertanyaan dari teman-teman dan para
40
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
41/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
42/301
GEGER KALIJODO
Organisasi para pemuda penganggur menjadi
alat untuk mengamankan lapak-lapak judi. Juga
mengamankan para “bandot” istilah untuk para
bandar judi. Dalam organisasi tersebut terdapat
kekuatan cadangan sekitar seribu anak-anak
muda yang bisa menjadi pasukan pemukul.
Kelompok inilah yang kemudian menamakan
dirinya sebagai “Anak Macan”.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Idham Azis tentang “Organisasi ‘Arkan Malik’ dalam
Pengelolaan Judi di Kelurahan ‘X’ Jakarta.
Disebutkan bahwa “Anak Macan” adalah struktur
paling bawah dari organisasi judi milik Asman.
Namun walaupun menduduki tempat paling
bawah, grup ini memiliki peranan besar sebagai
pasukan khusus.
Masih menurut penelitian tersebut, “Anak
Macan” tidak memiliki tugas khusus seperti
karyawan lainnya. Mereka bukan karyawan
atau petugas operasional dari kegiatanperjudian. Tenaga mereka sewaktu-waktu
dibutuhkan seperti pasukan cadangan, untuk
menjaga lokasi perjudian. Namun jumlah mereka
paling banyak dibanding karyawan yang lain,
bahkan ada yang menyebut jumlahnya sampai
seribu orang.
Mereka ditampung dalam pos-pos atau
divisi yang ada. Antara lain di bangunan yang
belum digunakan oleh organisasi tersebut. Yang
tidak kebagian “barak” tinggal di rumah-rumah
42
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
43/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
kontrakan dekat lokasi judi. Menurut penelitian
tersebut, mereka “dipelihara” dengan
pertimbangan agar tidak menjadi “preman liar”.
Dengan koordinatornya Arkan Malik. Walaupun
dalam organisasi, mereka memiliki aturan-
aturan seperti tidak boleh membuat onar, mabuk,
atau minum obat-obatan terlarang di sekitar
lokasi perjudian, namun pada kenyataannya
banyak juga “Anak Macan” yang seringmembuat onar.18
Ketangguhan kelompok ini pernah teruji
ketika mereka berhasil menghalau serbuan
pasukan berjubah dari Front Pembela Islam
(FPI) yang hendak menganggu lokasi perjudian
Kalijodo. Saat itu, FPI lari tunggang-langgang
masuk jalan tol setelah kewalahan menghadapi
pasukan bersenjata tajam itu. Bahkan dari
penelitian tersebut, didapatkan informasi bahwa
kelompok ini berhasil menyusupkan beberapa
anggotanya ke dalam tubuh FPI, sehinggagerakan kelompok bersorban itu selalu
terpantau, khususnya jika ada rencana
penyerangan ke Kalijodo.
Berbeda dengan Asman, kelompok Bedul
walaupun tidak terorganisir serapi saingannya,
tapi tetap tak bisa dianggap remeh. Kelompok
ini memiliki ratusan pengikut setia yang selama
ini menumpang hidup dengan keberadaan
tempat perjudian dan hiburan malam. Mereka
terikat oleh perasaan senasib sebagai
43
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
44/301
GEGER KALIJODO
perantauan asal satu kampung halaman.
Berdasarkan hubungan kekerabatan tadi,
munculah pola hubungan semacam patron and
client relationship. Para pemilik lapak yang
menyewakan lahan kepada para “bandot” atau
bandar judi, menjadi induk semang. Mereka
dikitari oleh kelompok inti yang masih
merupakan bagian keluarga atau karib dekat
sebagai pengelola bisnis. Sedangkan lingkaranluar, sebagai penjaga, tukang pukul, pengantar
penjudi, diisi anak-anak muda pengangguran.
Mereka semua menggantungkan penghidupan
kepada perputaran meja judi.
Hanya saja, jika Asman mengandalkan
kelompok “Anak Macan” untuk mengamankan
tempat usahanya, Bedul mengamankan lahan
judinya dengan menjadikan para pengangguran
sebagai “Hansip”.
Pada puncak-puncak ketegangan antar dua
kelompok setelah pembunuhan Udin oleh Jalal,kami menempatkan pasukan penuh dari Polsek
Metro Penjaringan, dibantu pasukan bantuan
dari Polres Jakarta Utara. Keputusan untuk
meminta bantuan kekuatan yang lebih besar,
kami putuskan mengingat jumlah personil Polsek
yang hanya 200 personil jelas tidak akan mampu
mengatasi keadaan, jika pecah konflik terbuka
yang melibatkan ribuan massa. Rupanya
keberadaan polisi dalam jumlah besar dan
bersenjata lengkap di lokasi, sebelum
44
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
45/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
pertempuran meletus, sangat efektif. Suasana
berangsur-angsur tenang. Sehingga dalam
waktu relatif singkat, keadaan memang sudah
dapat dikendalikan.
Suasana itu juga didukung oleh kesigapan
anggota kami yang dalam waktu tak lebih dari
24 jam setelah kejadian, berhasil menangkap
Jalal. Sehingga kami bisa meredakan kelompok
yang marah setelah kehilangan seoranganggotanya.
Bagaimana kami menangkap Jalal? Untuk
mengejar Jalal, Kepala Unit Reserse dan
Intelejen, Polsek Metro Penjaringan, Inspektur I,
Rony Samtana, memerintahkan satu Tim Buru
Sergap yang saat kejadian sedang berada di
Cikampek, Jawa Barat, sedang menangani
masalah pencurian kendaraan bermotor, segera
ditarik ke Penjaringan untuk menangani kasus
ini.
Kami jelas tidak mau menunggu terlalulama. Gerak cepat diperlukan sebelum
masalahnya berkembang terlalu jauh. Kami
seakan berkejaran dengan waktu, dalam situasi
yang panas oleh konflik. Isu dan rumors biasanya
berdesingan secepat peluru. Berita dari mulut
ke mulut seringkali mengipasi bara yang sudah
menyala, sehingga dapat memancing masalah
menjadi lebih besar. Jadi kami ingin segera
menyelesaikan masalah sebelum masalahnya
menjalar ke mana-mana dan semakin sulit
45
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
46/301
GEGER KALIJODO
dikendalikan.
Tindakan cepat bukan tanpa alasan.
Beberapa kasus kerusuhan di berbagai daerah
seperti kerusuhan di Tasikmalaya akhir tahun
1996, Sanggauledo, Kalimatan Barat, dan
Ketapang, Jakarta Pusat yang menjalar sampai
ke Ambon, Maluku 1999-2002. Peristiwa itu
berawal dari penganiayaan biasa yang
terlambat ditangani.Kasus ini dengan cepat berubah menjadi
perkelahian antarkelompok, muncul provokasi-
provokasi dari kelompok tertentu yang ingin
mengail di air keruh. Sehingga masalah yang
pada awalnya sederhana bisa menjadi runyam.
Bagi aparat keamanan, khususnya polisi, yang
tidak menginginkan kasus ini menjadi besar,
tentu akan lebih mudah mematikan api rokok
ketimbang memadamkan kebakaran besar.
Bukankah ada nasihat bijak dari filsuf
Tiongkok, Lao Tze, “Selesaikan soal ketikamasih kecil. Siapa yang mahir mengatasi soal
kecil, tidak akan terpaksa mengurus soal besar.
Yang bangga karena mengurus soal besar,
sebenarnya telah alpa mengurus soal kecil,” kata
filsof ini.19
Saya tidak ingin Kalijodo menjadi arena
pertentangan antaretnis. Pelajaran mahal telah
kita dapatkan dari kasus bentrokan antara
kelompok preman yang menjaga tempat hiburan
dan perjudian bola tangkas di Ketapang, Jakarta
46
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
47/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Pusat. Kebetulan para preman tersebut berasal
dari Indonesia Timur (baca, Ambon).
Bentrokan yang berujung pada pengusiran
kelompok preman Ambon di Jakarta tersebut,
ternyata mempunyai ekor yang panjang.
Kelompok yang terusir kemudian melebarkan
front pertempuran di daerah asalnya di Ambon.
Dan, Ambon terbakar dalam waktu yang lama,
hampir tiga tahun konflik berlarut-larut tanpapenyelesaian.
Pelajaran mahal itu selalu terngiang dalam
pemikiran saya. Tidak bisa dibayangkan jika
perseteruan antara kelompok Mandar dan
Makassar di Kalijodo juga melibatkan kelompok
Roni—bukan nama sebenarnya—yang beretnis
Serang, Banten. Kelompok Roni menguasai
wilayah sebelah barat Kalijodo, Kecamatan
Tambora. Namun, karena letaknya di perbatasan
kecamatan, jarak antarkelompok tak lebih dari
selemparan batu dan hanya dipisahkan olehsungai.
Bagaimana jika konflik
terjadi dan sampai membuat
kelompok Serang
mengerahkan massanya dari
Banten. Bukankah kelompok
ini tinggal nglurug dari arah
barat Jakarta dan dalam
sekejab kawasan sempit dan
padat penduduk itu bisa rata
47
Berita dari radio
dengkul seringkali
mengipasi bara
yang sudah
menyala, sehingga
dapat memancing
masalah menjadi
lebih besar.
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
48/301
GEGER KALIJODO
dengan tanah.
Sementara satu kelompok yang kalah
perang terusir pulang ke kampung
halamannya, membawa dendam-dendam
kebencian dengan etnis tertentu. Lebih
berbahaya lagi jika dendam itu diperlebar tak
hanya kepada etnis Serang, tetapi kepada or-
ang Jawa di Sulawesi Selatan. Jika itu terjadi,
sungguh sulit di-bayangkan, masalahnyamenjadi sangat runyam dam sulit diselesaikan.
Karena itulah kecepatan untuk menuntaskan
masalah menjadi sangat penting. Kecepatan
inilah kunci utama yang akan menutup
kemungkinan munculnya provokasi-provokasi
dari luar, mencegah desas-desus yang
berpotensi memperkeruh keadaan.
Polsek sebagai bagian organisasi
kepolisian, yang berada di garis depan,
berhadapan langsung dengan masyarakat,
memang memiliki kewenangan otonom,sehingga bisa bertindak cepat untuk
menyelesaikan kasus-kasus kriminal di
lingkungan yang menjadi kewenangannya.
Tulisan para pakar di media massa banyak
memberi inspirasi untuk bertindak cepat dalam
kasus-kasus kriminal yang berpotensi menjadi
kerusuhan sosial dalam skala yang luas. Dalam
satu tulisannya, sosiolog Parakitri Simbolon
memberikan penjelasan:
Dulu penjajah tahu urgensi bertindak cepat dan
48
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
49/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
otonom. Seperti diceritakan Pangeran Aria Achmad
Djajadiningrat, seorang putra Banten yang amat
terkemuka dalam birokrasi Belanda dulu. Pada tahun
1880-an, kakek Achmad Djajadiningrat, Aria
Natadiningrat, diganjar dengan jabatan Demang Patih
di daerah Banten karena sukses menyelesaikan
kerusuhan sosial, yaitu culik. Banyak desa di
Banten ketika itu ditinggalkan penduduk karena
takut culik.
Belanda meminta Natadiningrat mengatasimasalah itu. Natadiningrat bukannya mengirim
polisi atau serdadu. Penduduk percaya, penculik
bertubuh besar, berjanggut panjang, dengan
pedang panjang dan pentungan besar. Dahsyat.
Setelah kerja keras memeriksa keadaan,
Natadiningrat paham, penculik adalah para
jawara yang mula-mula menakut-nakuti anak-
anak gembala dengan tampang seram,
sehingga anak-anak itu lari ketakutan ke
kampung mereka. Setelah seluruh kampung lari
mengungsi, para jawara bebas menguras hartayang ditinggal.
Dengan bantuan beberapa polisi,
Natadiningrat segera menangkap beberapa
penculik, lalu mengurung mereka. Mereka lalu
diikat pada tonggak-tonggak di pintu pasar. Ia
menyediakan rotan pemukul, lalu mengizinkan
semua pengunjung pasar memukulkan rotan
sekuat tenaga di punggung tiap tangkapan,
tetapi hanya boleh sekali saja. Akibatnya pasar
menjadi amat ramai, dan peristiwa culik lenyap
49
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
50/301
GEGER KALIJODO
(KOMPAS, 29 April 2001)
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
51/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
seluruhnya hanya dalam beberapa hari, dan
tidak pernah muncul lagi selama Natadiningrat
memangku jabatannya sebagai Demang Patih.20
Ketepatan dan kecepatan itu, kata kunci
penyelesaian masalah. Setelah Tim Buser tiba
di kantor dan segera mempelajari kasus,
menggali informasi dan menganalisanya,
kesimpulannya, tim segera diperintahkan
meluncur ke Serang, Banten. Pagi-pagi butaanggota kami sudah mengejarnya ke sana.
Mengapa tim berangkat ke Serang? Walaupun
Jalal berasal dari kelompok Mandar, ia telah
beristri gadis Serang. Menurut informasi, ia
kerap mengunjungi nenek isterinya di daerah
tersebut. Namun dari pengejaran ke rumah
nenek dan mertua Jalal, tim tak menemukan si
pelaku yang memiliki nama samaran Rizal.
Walaupun demikian, jejak Jalal telah
terendus. Tim mendapatkan informasi penting
yang menyebutkan Jalal pergi ke rumahpamannya untuk mengobati lukanya, di daerah
Labuan. Tepatnya di ujung Serang, jauh melewati
Pantai Anyer. Ternyata benar, ia ada di sana.
Lewat pengepungan pada senja hari menjelang
magrib, tim berhasil meringkus Jalal.21
Keberhasilan menangkap pelaku
pembunuhan dalam waktu yang singkat cukup
penting, terutama untuk meredam amarah
kelompok yang telah kehilangan anggotanya.
Akan timbul kepercayaan dari kelompok yang
51
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
52/301
GEGER KALIJODO
marah bahwa polisi tidak tinggal diam dan telah
bergerak cepat.
Penegakan hukum yang tegas juga berlaku
pada Bedul. Ia kami tangkap dengan dasar
penganiayaan dan kepemilikan senjata api
ilegal. Ini untuk menunjukkan kepada
kelompoknya bahwa tidak bisa seseorang main
hakim sendiri dan bergaya koboi menenteng
senjata api. Penangkapan Bedul
diawali oleh adanya laporan
pengaduan dari Amrul, korban
pemukulan Bedul, ke Polsek.
Pemukulan dengan gagang
pistol itu ternyata membuat
bengkak di pipi dan bibir
Amrul. Hal ini dikuatkan oleh
Visum et Repertum yang
dikeluarkan Dokter Johannes
Gunawan dari Rumah SakitPluit. Dokter menyimpulkan
yang menyebabkan luka
Amrul ada lah akibat
kekerasan benda tumpul.22
Bedul ditangkap oleh Tim Reserse Polres
Jakarta Utara, sehari setelah kejadian. Dari
Bedul juga disita sepucuk pistol jenis FN merk
Fegarmy, berikut dua butir peluru. Selain itu, turut
disita pula surat tugas dari sebuah perusahaan
distributor dan penjualan senjata api dan bela
52
Mereka lalu diikat
pada tonggak-
tonggak di pintu
pasar. Ia
menyediakan rotan
pemukul, lalu
mengizinkan semua
pengunjung pasar
memukulkan rotan
sekuat tenaga dipunggung tiap
tangkapan, ....
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
53/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
diri. Menurut pengakuan Bedul, ia memukul
Amrul, karena ia menduga anak buah Amrul yang
melakukan pembunuhan terhadap adiknya.
Amrul memang salah satu tokoh “Anak Macan”.
Sebenarnya pada saat kejadi-an, Amrul berada
di dekat TKP setelah ia diminta oleh anggota
Polsek mencari si pembunuh yang termasuk
anggota kelompoknya.
Sedangkan pengakuan Bedul, soalkepemilikan senjata api yang ada di tangannya
sudah sah. Ia mengaku memiliki izin membawa
senjata, dan sudah mendapatkan izin
kepemilikan senjata api yang dikeluarkan oleh
Mabes Polri. Walaupun demikian, tentu saja
penggunaan senjata ada aturannya. Dalam
keterangan pihak PT. Budiman Maju Megah,
perusahaan yang mengeluarkan senjata Bedul,
diperoleh informasi bahwa ia hanya rekanan
perusahaan importir senjata tersebut dan tidak
diperbolehkan menggunaan senjata berbahayaitu secara serampangan.
Apa lag i ternyata, su ra t tugas yang
dikeluarkan perusahaan tersebut bersifat
sementara untuk membawa, selama proses
menunggu surat izin resmi dari Mabes Polri.
Selama izin belum keluar, senjata masih menjadi
milik PT Budiman Maju Megah. Pada akhir
keterangannya, pihak perusahaan tersebut
menyatakan, perbuatan yang dilakukan Bedul
apabila melanggar hukum dan ketentuan yang
53
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
54/301
GEGER KALIJODO
berlaku, patut diberikan sanksi sesuai bobot
pelanggarannya.
Soal penodongan terhadap Kapolsek,
menurut pengakuan Bedul di depan penyidik,
ia tidak tahu menahu ada petugas di tempat
kejadian. Ia menodongkan senjata kepada
Kapolsek, mengingat saat kejadian malam hari
dan Kapolsek tidak berpakaian dinas.23
Penangkapan terhadap dua pelakukejahatan dari dua kelompok yang berseteru
penting sekali untuk menunjukkan keseriusan
aparat keamanan. Ini penting dilakukan agar
kelompok yang tadinya sudah mengasah
senjata, percaya kepada aparat dan
menyerahkan penyelesaian kepada petugas,
tidak bertindak main hakim sendiri.
Atas tindakannya, belakangan Bedul
mendapat ganjaran dari pengadilan selama
tiga bulan. Secara jujur, saya kecewa dengan
putusan pengadilan yang terlalu ringan atas or-ang yang telah melawan petugas dan hampir
saja menimbulkan keributan dalam skala yang
luas di Kalijodo.
Pembunuhan Udin memang menambah
daftar panjang aksi-aksi kekerasan antardua
kelompok di Kalijodo. Peristiwa yang lebih
tragis sebenarnya pernah terjadi pada tahun
1993. Cerita dari para tetua dan petugas polisi
yang lama bertugas di daerah tersebut
menyebutkan, saat itu dari kelompok Makassar
54
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
55/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
ada jagoan yang terkenal bernama Daeng
Leang, yang juga membuka usaha perjudian di
daerah tersebut.
Di puncak konflik Daeng Leang dibunuh
oleh kelompok pesaingnya. Cerita pembunuhan
tersebut dilukiskan oleh Majalah Tempo, seperti
sebuah drama yang berujung pada tragedi:
Di tengah malam itu rumah judi kelompok Asman,
sekitar 200 meter dari rumah judi kelompok Leangkebanjiran petaruh. Lalu terjadi perang mulut antara
petaruh dan bandar judi. Buntutnya, meja judi
dibalikkan. Seorang oknum aparat, yang diduga
membekingi kelompok Leang, menarik pelatuk
senapannya, “dor”. Tidak ada korban, kecuali
petaruhnya lari tunggang langgang. Para pelacur
menjerit ketakutan, di tengah bau minuman.
Kelompok Asman menduga ulah itu datang dari
Leang. Selasa malam, kedua kelompok saling
lempar batu bata. Tujuh rumah rusak ringan.
Bentrokan reda setelah aparat Polsek dan Koramil
Penjaringan datang mengamankan. Rabu malam
akhir September, Leang dan rekannya, Akongmengira situasi sudah aman. Mereka datang ke
rumah judi kelompok Asman. Ternyata, Leang
mengantar nyawanya. Akong berhasil kabur
menyelamatkan diri. Leang ditusuk anak buah
Asman. Ayah dua anak yang berusia 36 tahun itu
dihajar sampai tewas. Ususnya terburai. Kemudian,
mayat Leang diseret sejauh dua puluh meter untuk
diceburkan ke kali.24
Walaupun jenazah Leang akhirnya
menyembul ke atas kali, namun versi lain dari
cerita lisan yang beredar di kalangan
55
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
56/301
GEGER KALIJODO
masyarakat sekitar menyebutkan, mayat Leang
tak pernah ditemukan. Cerita inilah yang sampai
sekarang melegenda di kalangan warga
Kalijodo.
Cerita permusuhan antarkelompok inilah
yang kemudian diturunkan dari generasi ke
generasi lewat tradisi cerita lisan antar
komunitas. Salah satu pihak memandang Leang
sebagai tokoh panutan, sedangkan kelompoklain melihatnya sebagai orang jahat yang berhasil
disingkirkan.
Seperti virus yang menyerang tubuh,
dendam tidak bisa dimusnakan seketika,
dendam sudah tertanam di alam bawah sadar
mereka. Kenyataan inilah yang mudah
meletupkan persoalan sepele, sebagai akibat
mabuk-mabukan dan percekcokan.
Walaupun demikian, sepeninggal Daeng
Leang, bentrokan antar kelompok semakin
jarang terjadi. Hal ini lantaran hanya ada satutokoh yang disegani oleh kedua kelompok.
Tokoh tersebut adalah Kamilong, seorang
pensiunan tentara yang sudah lama menetap
di kawasan tersebut.
Kamilong adalah perintis usaha perjudian
di kawasan tersebut. Berdasarkan penelitian
Idham Azis, pada tahun 1980, Kamilong mulai
merintis tempat perjudian dengan membuka judi
koprok tradisional. Judi jenis ini memang sedang
digemari oleh kalangan masyarakat bawah,
56
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
57/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
58/301
GEGER KALIJODO
turun-temurun sebagai daerah tempat perjudian.
Berbagai fasilitas menarik juga diberikan
pengelola lapak untuk memanjakan para
penjudi, seperti pengawalan bagi mereka yang
menang sampai di rumah.
Sedangkan upaya yang dilakukan para
pengelola lapak untuk melestarikan usahanya
adalah dengan melakukan pendekatan kepada
aparat keamanan. Itu sudah dilakukan olehKamilong yang mengadakan pendekatan
dengan pihak aparat keamanan, aparat
Pemda, dan juga membantu warga masyarakat
di sekitar lokasi perjudian. Hal inilah yang
membuat ia semakin disegani.
Namun, sepeninggal Kamilong pada tahun
1990-an, kelompok-kelompok judi yang semakin
besar, seperti kehilangan induk semang.
Persaingan antar kelompok sering terjadi.
Sementara tokoh yang bisa meredam
perselisihan tidak ada. Akibatnya, perselisihanyang pada awalnya hanya masalah sepele, dan
akhirnya menjadi keributan antarkelompok
dalam skala besar.
***
58
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
59/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
60/301
GEGER KALIJODO
60
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
61/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
62/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
63/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
63
untuk meminimalisir peredaran minuman
memabukan ini. Untuk itu, kami melakukan
penggerebekan secara berkala, bagi
perdagangan minuman keras tanpa izin.
Bentrokan antardua kelompok pada akhir
Mei 2001, yang berlangsung selama dua hari,
mengakibatkan 16 rumah lapak judi dan WTS
terbakar. Serta rumah-rumah penduduk setem-
pat terbakar. Perkelahian massal ini melibatkanribuan warga setempat. Akibat kejadian
tersebut, telah membuat sejumlah warga
mengungsi ke tempat yang jauh dari pusat
konflik.
Untuk meredakan perkelahian massal saat
itu, Polsek Penjaringan jelas tidak mampu. Untuk
itu didatangkan bantuan dari Polres Jakarta Utara
dan Polda Metro Jaya. Bahkan polisi sampai
harus melumpuhkan peserta tawuran dengan
menembak mereka. Ada empat orang terluka
karena tembakan polisi. Polisi juga bertindakcepat dan segera menangkap provokator. Pada
hari kedua, Joni orang yang diduga kuat sebagai
biang kerok kejadian, dapat ditangkap. Untuk
pemeriksaan, Joni digiring ke Polda Metro Jaya.
Sejumlah kesatuan ditempatkan untuk
menjaga kawasan itu, agar kerusuhan tidak
terulang lagi. Di bagian utara dijaga satu peleton
Satuan Polisi Air dan Udara (Satpol Airud).
Sedangkan di sisi barat, penjagaannya
dilaksanakan secara bergantian antara anggota
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
64/301
GEGER KALIJODO
64
Brigadir Mobil (Brimob) dan anggota Polsek
Metro Tambora. Saat itu yang menjabat sebagai
Kapolsek Tambora adalah teman satu angkatan
saya di akademi, Ajun Komisaris Merdisyam.
Keberadaan pasukan polisi dalam jumlah
besar sebenarnya ada ceritanya tersendiri.
Menjelang bulan Agustus 2001, situasi
keamanan nasional, khususnya Jakarta, mulai
memanas. Saat itu, kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terus digoyang
oleh DPR, yang kemudian menimbulkan reaksi
perlawanan sengit dari kalangan warga
Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi pendukung
Gus Dur. Waktu itu muncul ancaman warga NU
Jawa Timur akan datang ke Jakarta untuk
melancarkan aksi demonstrasi besar-besaran
ke DPR.
Menghadapi situasi keamanan Jakarta
yang tidak menentu, Kapolri yang saat itu dijabat
Jenderal Pol. Drs. Bimantoro, sejak awal Junitelah menempatkan pasukan cadangan dari
Brimob dan pasukan lain yang tidak melakukan
tugas-tugas pelayanan masyakat, seperti Polisi
Laut dan Udara di Jakarta Utara. Pasukan ini
disiagakan untuk menghadapi situasi yang tidak
menentu.
Keberadaan pasukan cadangan yang
disiagakan di kawasan Jakarta Utara, membuat
kerusuhan di Kalijodo dengan cepat dapat
dipadamkan, karena faktor kecukupan pasukan.
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
65/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Prosedur permintaan bantuan
pasukan cadangan Brimob yang
sebelumnya berada di bawah
kendali operasi (BKO) Polres
Jakarta Utara, atas permintaan
Polsek, diperintahkan untuk bisa
membantu kami di Penjaringan.
Sehingga, Brimob yang ditarik
untuk memadamkan Kalijodo,dalam istilah militer lazim disebut
pasukan yang diperbantukan
atau disebut di bawah perintah
Polsek Metro Penjaringan.
Keberadaan polisi di tempat pertikaian
dengan tujuan untuk mendinginkan suasana,
ternyata efektif. Akhirnya, kedua kelompok
sepakat berdamai. Mereka membuat
kesepakatan dan berjanji tidak akan melakukan
tindakan pembalasan. Saat itu tetua dan tokoh-
tokoh kedua belah pihak sudah mengeluarkanmaklumat bersama untuk mengakhiri konflik.
Untuk meredakan kekhawatiran warga,
terutama kepada keluarga yang yang sempat
mengungsi, lewat media massa, saya tegaskan
bahwa masyarakat sekitar tidak perlu cemas
lagi. “Kedua kelompok yang terlibat tawuran
sudah berjanji tidak akan melakukan suatu apa
pun yang bersifat pembalasan. Kedua kelompok
itu juga sudah saling berdamai. Jadi, warga tidak
perlu khawatir lagi,” kata saya.25
65
Karena hampir
sebagian besar
perkelahian
antarpemuda
dipicu oleh
minuman keras,
maka garis besar
kebijakan polsek
adalah terus
melakukan razia
terhadap miras.
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
66/301
GEGER KALIJODO
Sedangkan sebagai upaya pencegahan
dini dan pendinginan suasana di Kalijodo, secara
bergiliran dalam waktu satu minggu masih terus
kami tempatkan pasukan Brimob di kawasan
tersebut. Ada dua Kompi Brimob yang
disiagakan di tempat kejadian.
***
66
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
67/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
Pengelompokan masyarakat di Kalijodo
lebih didasarkan oleh kelompok asal daerah.
Dua komunitas besar, Suku Mandar, Suku
Makassar, dan satu komunitas Serang. Tentu
saja masih ada kelompok masyarakat lain yang
berasal dari Jawa dan Sumatera. Namun, ketiga
kelompok inilah yang banyak menguasai lahan-
lahan kosong di bantaran sungai, sebagai
tempat perjudian. Lahan mereka kuasai dengan
cara menempatkan para preman untuk menjaga
lahan yang mereka patok.
Di atas tanah itulah mereka mendirikan
lapak-lapak judi. Penguasan lapak judi dan
permainan judi itu sendiri yang syarat dengan
persaingan membuat antar kelompok semakin
kental. Masing-masing kelompok memperbesar
67
erjudian di Kalijodo sering dianggap perjudian “kelas teri”,padahal sebenarnya omset judi di sini cukup besar. Beberapa
informasi menyebutkan bahwa perputaran uang dari meja judi
dalam setiap harinya mencapai 500 juta rupiah.
P
BMenemukan
Akar Permasalahan
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
68/301
GEGER KALIJODO
jumlah anggota berdasarkan si stem
kekerabatan. Kelompok Makassar menambah
anggotanya asal Makassar, kelompok Mandar
pun demikian juga. Hal berkait dengan
meningkatnya pengangguran akibat krisis
moneter.
Berdasarkan lingkungan sosial, yang
terpolarisasi sedemikian rupa, saya pelajari,
setiap kasus tawuran antarwarga selalu dipicuoleh kasus penganiayaan. Karena itulah polsek
memberikan atensi khusus untuk kasus 170
dan 351. Penyebutan kasus itu berdasarkan
pasal pada Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Pasal 170 adalah tindak
pengeroyokan dan pasal 351 penganiayaan
menyebabkan luka berat atau ringan sampai
meninggal. Biasanya kasus akan cepat meluas
dan melibatkan massa dalam jumlah besar, jika
penganiayan dilakukan oleh dua kelompok gang
atau dari etnis yang berbeda.Biasanya, setelah terjadi konflik, khususnya
di Kalijodo, akan diikuti upaya perdamaian.
Dalam pernyataan perdamaian itu, masing-
masing kelompok diminta untuk menertibkan
anak buah mereka. Sehingga pernah ada butir
perdamaian yang meminta, jika ada satu
anggota kelompok A membuat ulah di tempat
B, maka kewajiban kelompok B untuk
mengembalikan kepada kelompoknya dan
menjadi tugas ketua kelompok untuk
68
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
69/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
menghukum anak buah mereka yang suka
membuat ulah.
Tetapi model hukuman ini tidak efektif,
seringkali muncul ketidapuasan, terutama ketika
ada anak buah kelompok yang membuat ulah,
ternyata tidak dihukum oleh ketua kelompoknya.
Walaupun kematian Udin tidak menimbulkan
keributan massal antardua kelompok, karena
kecepatan antisipasi kami, namun bibitpermusuhan yang dari kedua kelompok tetap
menjadi potensi kerawanan yang sewaktu-waktu
dapat meledak. Ini kemudian terbukti, satu bulan
setelah peristiwa pembunuhan, perkelahian
antarkelompok terjadi lagi.
Kejadian pada pertengahan bulan Februari
2002, diawali oleh kasus mabuk-mabukan
beberapa pemuda. Mereka mabuk di depan
wartel di samping sebuah bar. Tanpa diketahui
dengan pasti, pemuda yang mabuk kemudian
membuat onar, akibatnya timbulah perkelahian.Dan, seperti biasanya, setiap perkelahian selalu
disertai dengan aksi pembakaran.
Pembakaran wartel dan bar membuat
pemiliknya kaget, dan meninggal dunia akibat
serangan jantung. Pemilik bar dan wartel tersebut
bernama Daeng Subuh, salah satu tokoh dari
kelompok yang sering bertikai. Dalam waktu
sekejab, ada 27 tempat tinggal dan sebuah
wartel terbakar, apalagi bangunan yang
sebagian besar berupa bangunan semi
69
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
70/301
GEGER KALIJODO
parmanen, sehingga mudah dilalap si jago
merah.
Polisi yang diturunkan di tempat kejadian,
ternyata mengalami kesulitan menghalau
perkelahian yang terjadi di malam hari dan
berlangsung di gang-gang sempit. Aksi
perkelahian yang sudah keterlaluan ini,
membuat kami tak segan-segan untuk
bertindak tegas. Malam itu kami mengerahkanpasukan dalam jumlah yang besar, dan berhasil
menangkap 49 orang, 45 di antaranya
membawa senjata tajam.
Selain itu, perkelahian itu juga menjadi
alasan buat kami untuk melakukan sweeping
senjata tajam. Jika sebelumnya aksi perlucutan
senjata tidak pernah dilakukan, mungkin hal itu
disebabkan karena keterbatasan pasukan, dan
seringnya kejadian tawuran
yang berlangsung pada
malam hari, sehinggamenyulitkan petugas untuk
melakukan razia. Tetapi,
malam itu saya turun tangan
sendiri. Selain menangkap
para pelaku perkelahian
yang membawa senjata,
kami juga masuk ke rumah-
rumah penduduk.
Penggeledahan kami
lakukan ketika perkelahian
70
Di suatu rumah yang
dihuni oleh seorang
ibu rumah tangga,
bernama Yatmi, 40
tahun, warga Jln.
Kepanduan, RT 03
RW 05, kami
menemukan hampir
300 batang mata
tombak yang terbuat
dari pipa besi.
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
71/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
sempat berhenti. Hasilnya sungguh
mencengangkan. Di suatu rumah yang dihuni
oleh seorang ibu rumah tangga, bernama Yatmi,
40 tahun, warga Jalan Kepanduan, RT 03 RW
05, kami menemukan hampir 300 batang mata
tombak yang terbuat dari pipa besi. Mata
tombak inilah yang kemudian dipasangkan
dengan pipa-pipa besi sepanjang hampir dua
meter dengan cara dilas. Selain mendapatratusan tombak, kami juga menyita 4 senjata api
dengan 269 butir peluru, 20 samurai, 8 golok,
14 badik, 10 palu, 7 linggis, 14 ganco pemecah
batu es, 1 kapak, dan 1 ketapel. Barang-barang
berbahaya itu sebenarnya hampir tidak pernah
kami temukan ketika dalam kondisi damai.
Walaupun hampir 50 orang sebagai biang
kerok sudah kami tangkap, perkelahian masih
terjadi lagi pada pagi harinya. Perkelahian pagi
itulah yang membawa korban anggota polisi,
Brigadir Dua Ronald Sianipar dari kesatuanSabhara Polda Metro Jaya, yang pagi itu
ditempatkan di Kalijodo dalam upaya
pendinginan situasi. Namun dengan cepat kami
berhasil menangkap pelaku pemanahan, yang
bernama Abdul Kahar.
Akibat dari perkelahian yang disertai aksi
pembakaran rumah dan lapak-lapak judi,
puluhan keluarga mengungsi meninggalkan
tempat yang tidak aman tersebut. Selain itu,
sekitar 10 orang yang terlibat perkelahian,
71
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
72/301
GEGER KALIJODO
mengalami luka akibat kena bacok atau sabetan
senjata tajam. Tempat perjudian ilegal yang
dimaksud adalah bangunan lapak-lapak judi
yang dibangun di atas badan kali sudetan dari
Kali Banjir Kanal ke Kali Muara. Bangunan
tersebut sebenarnya sudah menyalahi aturan
peruntukan lahan, karena daerah sudetan sungai
termasuk dalam jalur hijau. Tapi, pembangunan
tempat-tempat judi tersebut jelas di luar kewenangan polisi, melainkan wewenang
pemerintah setempat.
Jajaran pimpinan Polda Metro Jaya sendiri
sudah berkali-kali memberikan warning kepada
Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk
lebih memperhatikan kawasan rawan kejahatan
tersebut. Hal itu seperti dikatakan oleh Kepala
Dinas Penerangan waktu itu, Kombes Anton
Bachrul Alam, Polda akan sesegera mungkin
meminta Pemerintah Daerah Propinsi DKI
Jakarta dan DPRD untuk bersama-samamenangani kawasan Kalijodo secara
komprehensif. Bahkan Pak Anton menekankan,
“Kami lebih senang kawasan prostitusi dan
perjudian Kalijodo itu ditutup, sebagaimana
dilakukan terhadap Kramat Tunggak,” katanya.
Sikap tegas para pimpinan Polda Metro
Jaya, memberi kemudahan bagi kami untuk
meminta bantuan pasukan pengamanan.
Terlebih penting lagi, pendelegasian wewenang
kepada kami untuk secara “otonom” mencari
72
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
73/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
73
ja lan yang terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan. Hal ini membuat kami yang
berada di garis depan lebih leluasa dalam
bertindak. Apalagi keberadaan lokalisasi
perjudian yang disinyalir menjadi pemantik
keributan antarkelompok memang sudah sangat
meresahkan. Keresahan ini terbukti, seminggu
setelah kejadian sebelumnya, kerusuhan besar
terjadi lagi. Padahal upaya pendinginan dansweeping senjata sudah dilakukan. Lagi-lagi dua
kelompok pembuat onar bertikai. Mereka saling
melakukan penyerangan. Akibat dari pertikaian
itu tiga orang mengalami luka berat akibat kena
sabetan golok. Selain itu, sekitar 225 rumah
hangus terbakar.
Kerusuhan antarwarga yang terakhir terjadi
pada bulan April 2002. Kejadian itu telah
mengakibatkan lima orang pelaku perkelahian
terkena panah. Dalam kejadian tersebut, kami
menangkap 29 orang yang terlibat perkelahian.Selain itu, kami juga menemukan 67 anak
panah, 4 golok, sejumlah pisau, tombak,
ketapel, dan sebuah bom molotov.
Setelah pertikaian dapat dikendalikan, para
tokoh dari kedua kelompok kemudian
dikumpulkan untuk membuat perjanjian tidak
akan melakukan perkelahian lagi. Walaupun
memang ada nada pesimisme dari warga,
setidaknya ada janji dari para pentolan
kelompok untuk tidak mengulangi pertarungan
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
74/301
GEGER KALIJODO
lagi.
Lantas mengapa perkelahian antar
kelompok judi bisa terjadi? Seperti yang saya
uraikan di atas, persaingan yang tajam antara
penguasa lapak-lapak judi inilah yang paling
dominan menimbulkan keribuatan antar
kelompok. Jika salah satu di antaranya lebih
ramai dikunjungi penjudi, maka lapak yang sepi
akan kekurangan omset pemasukan. Hal inilahyang membuat anak-anak muda yang iri hati
membuat onar.
Perjudian di Kalijodo sering dianggap
perjudian “kelas teri”, padahal sebenarnya omset
judi di sini cukup besar. Beberapa informasi
menyebutkan bahwa perputaran uang dari meja
judi dalam setiap harinya mencapai 500 juta ru-
piah. “Uang 100 ribu rupiah di lapak judi Kalijodo
tidak ada artinya. Orang sekali main bisa pasang
10 jutaan. Memang gila-gilaan. Tapi sebenarnya
perjudian ilegal bukan hanya di Kalijodo. Ditempat lain di Jakarta, juga ada pusat perjudian,
akan tetapi tak membuat keributan,” ujar seorang
warga.26
Para bandar judi dan para pemainnya
memang kebanyakan berasal dari kelompok
masyarakat Tionghoa. Sedikit, atau bahkan bisa
dikatakan jarang, pemain judi dari kalangan
pribumi. Namun, para pemilik lapak inilah yang
menyediakan tempat untuk disewakan, bahkan
juga jasa pengamanan sampai mengantar
74
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
75/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
75 Berbagai senjata yang digunakan dalam tawuran antar kelompok di Kalijodo
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
76/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
77/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
77
kesimpulan bahwa anggota Sabhara yang
punya tugas pengaturan, penjagaan,
pengawalan, dan patroli, sering mengalami
kekurangan uang dinas untuk patroli. Di mulut
Gang Kambing itulah mereka sering mendapat
jatah. Uang itulah yang mereka gunakan untuk
menambah biaya patroli atau uang tambahan
kopi dan rokok.
Aparat yang datang ke Gang Kambing,tidak hanya dari polsek. Dulu ada oknum dari
polda, tramtib, Pom TNI, koramil. Mereka
mampir di mulut gang. Memang tidak besar
jumlah yang mereka dapatkan, satu mobil dan
motor paling kurang mendapat bagian Rp 5000.
Belajar dari pengalaman, walaupun ada
banyak aparat yang sering mampir di dekat
lokasi judi, namun jika ada kerusuhan di tempat
tersebut, tidak ada satu pun aparat keamanan
yang membantu memadamkan. Kecuali,
anggota Polsek Penjaringan. Jadi bolehdikatakan, rezeki banyak dibagi, tetapi polsek
ketiban sampur.
Mengapa saya melarang anggota saya
mengambil jatah mel? Karena itu sangat
merusak martabat aparat dan anak buah saya.
Tindakan mereka seperti pengemis saja.
Jumlahnya tidak seberapa tetapi merusak moral
anggota. Mereka seperti kehilangan daya untuk
bertindak tegas jika sewaktu-waktu diperlukan.
Pada saat perkelahian antarkelompok
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
78/301
GEGER KALIJODO
merebak, memang sempat tersiar kabar di me-
dia massa, bahwa ada oknum polisi yang
menjadi backing yang memiliki lapak judi di
Kalijodo. Ternyata, informasi itu memang akurat.
Ada oknum polisi berpangkat brigadir polisi
(sersan) yang membuka kapling judi di sana.
Menurut informasi, pada awalnya ia hanya
keluyuran saja, lalu menjadikan Kalijodo sebagai
daerah pantauannya. Namun dengan motifasiekonomi untuk mencari keuntungan, ia membuka
lapak judi. Lapak judi yang ia bangun berada
persis di antara lapak milik Bedul, Asman, dan
Roni. Belakangan saya ketahui bahwa dari
tempat itulah keributan sering berawal. Lapak
oknum tadi, seharusnya menjadi buffer zone,
kawasan penyanggah atau garis demarkasi,
yang menjadi pembatas antarkelompok,
sehingga konflik dapat dikendalikan.
Atas tindakannya itulah oknum polisi
tersebut kemudian dimutasikan. Dia memangbukan anggota Polsek Penjaringan, jadi bukan
anak buah saya. Memang ada yang menyebut,
bahwa dia bekerja baik. Tetapi, jika dia memang
bekerja dengan baik, mengendap di kawasan
itu, menggali informasi di daerah tersebut, maka
setiap kejadian kecil seharusnya bisa dimonitor
olehnya. Apalagi dia bekerja di wilayah saya,
maka sudah seharusnya lapor kepada saya
sejak awal mula saya menjadi kapolsek. Tetapi
hal itu tidak dia lakukan. Kalau ada
78
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
79/301
Kisah Polisi da n M ed iasi Kon flik
permasalahan, dia tidak pernah turun, dan saya
tidak pernah mendapatkan informasi sedikit pun
dari dia, tentang adanya kasus perkelahian, atau
pengeroyakan. Dengan adanya dia di sana,
serta mau memberikan informasi secara cepat,
maka keributan yang mulanya masih berskala
kecil, mungkin bisa cepat kami kendalikan.
Berdasarkan fakta-fakta bahwa
penganiayaan yang selalu memicu konflikantar kelompok, maka kami dari jajaran Polsek
Penjaringan, menaruh atensi khusus kepada
kasus penganiyaan dan pengeroyokan, yang
kemudian saya jabarkan ke dalam beberapa
langkah dan prosedur operasional yang mudah
dipahami oleh seluruh anggota Polsek Metro
Penjaringan. Prosedur penanganan kasus
penganiayaan ini sebelumnya kami
sosialisasikan secara intensif kepada seluruh
anggota yang ada di setiap pospol, sehingga
menjadi satu prosedur baku bagi setiapanggota.
Langkah pertama, jika sudah terjadi aksi
penganiayaan ialah membawa korban terlebih
dahulu ke rumah sakit untuk diobati. Polseklah
yang biasanya menalangi biaya perawatan
korban. Biasanya korban penganiayaan berat
menghabiskan biaya sebesar 3 juta hingga 5 juta
rupiah. Hal ini perlu dilakukan, agar pihak
keluarga dan kerabat korban tahu, bahwa polisi
serius menangani kasus tersebut. Hal tersebut
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
80/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
81/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04
82/301
-
8/16/2019 Isi Buku Geger Kalijodo Rev-28 Okt-04