buku tahajjud lengkap

49
1 PANDUAN PRAKTIS SHALAT TAHAJUD DAN WITIR Hamzah Zaelani PENDAHULUAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM SHALAT TAHAJUD 1. Shalat Malam dan Shalat Tahajud 2. Anjuran dan Keutamaan Shalat Tahajud 3. Waktu-waktu Shalat Tahajud 4. Jumlah Roka‟at Shalat Tahajud KIAT MUDAH DAN PRAKTIS MELAKSANAKAN TAHAJUD 1. Sunah Rasulullah SAW. Sebelum shalat tahajud 2. Tatacara pelaksanaan shalat tahajud 3. Amalan setelah shalat tahajud SHALAT WITIR PENUTUP APPENDIKS: DZIKIR-DZIKIR SHALAT TAHAJUD DAN WITIR

Upload: ervan-mappangara

Post on 20-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Buku Tahajjud Lengkap

TRANSCRIPT

  • 1

    PANDUAN PRAKTIS

    SHALAT TAHAJUD DAN WITIR

    Hamzah Zaelani

    PENDAHULUAN

    KETENTUAN-KETENTUAN DALAM SHALAT TAHAJUD

    1. Shalat Malam dan Shalat Tahajud 2. Anjuran dan Keutamaan Shalat Tahajud 3. Waktu-waktu Shalat Tahajud 4. Jumlah Rokaat Shalat Tahajud

    KIAT MUDAH DAN PRAKTIS MELAKSANAKAN TAHAJUD

    1. Sunah Rasulullah SAW. Sebelum shalat tahajud 2. Tatacara pelaksanaan shalat tahajud 3. Amalan setelah shalat tahajud

    SHALAT WITIR

    PENUTUP

    APPENDIKS: DZIKIR-DZIKIR SHALAT TAHAJUD DAN WITIR

  • 2

    PENDAHULUAN

    Shalat tahajud termasuk salah satu diantara shalat sunat malam yang secara

    rutinitas dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun,

    Beliau melewati dan menghidupkan malam demi malam dengan tahajud. Beliau tidak

    melaksanakan tahajud pada waktu senggang saja tetapi dalam keadaan genting (perang)

    pun beliau tetap menyempatkan diri untuk melaksanakannya. Misalnya, pada hari

    (perang) Badar saat pasukan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW. tertidur karena

    kelelahan beliau menunaikan shalat tahajud dibawah pohon. Peristiwa ini disaksikan

    langsung oleh Ali RA.

    Begitu juga saat Perang Tabuk dengan mendapat penjagaan ketat dari para

    sahabat yang ikut berjuang, Rasulullah SAW. menyibukan dirinya untuk bermunajat

    kepada Rabnya, yaitu Allah SWT. Situasi genting seperti itu tidak menyurutkan tekad

    beliau untuk menghidupkan malam dengan tahajud. Perhatian serta pemeliharaan

    Rasulullah SAW. terhadap shalat tahajud atau sering juga disebut Qiyamullail menjadi

    indikasi pentingnya shalat sunat ini dilaksanakan oleh umat Islam, setelah shalat fardhu.

    Perhatian yang tinggi terhadap shalat tahajud, juga terlihat ketika Rasulullah SAW. tiba

    di Madinah pertama kali Beliau menganjurkan kepada kaum muslimin, baik Muhajirin

    maupun Anshor untuk mengamalkan empat hal, salah satu diantaranya adalah shalat

    tahajud. Rasulullah SAW. bersabda :

    ) (

    Hai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan makanan), sambungkanlah tali silaturahmi dan shalatlah pada malam hari, (diwaktu)

    orang-orang sedang terlelap tidur maka niscaya kalian akan masuk surga. (HR Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

    Dalam hadis di atas shalat tahajud menjadi salah satu cara untuk sampai ke

    tempat yang sangat diidam-idamkan oleh manusia, yaitu surga. Selain itu, manfaat

    shalat tahajud juga dapat dirasakan langsung di dunia ini. Dalam buku Terapi Shalat tahajud, Dr. Muhammad Sholeh membuktikan secara medis bahwa shalat tahajud mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Penelitiannya tersebut menggunakan

    pendekatan Psikoneuroimunologi (Ilmu yang mempelajari interaksi antar sistem

    imunitas dan prilaku melalui sistem saraf). Oleh karena itu, tidak semata-mata

    Rasulullah SAW. senantiasa mendawamkan dan menganjurkan kepada umatnya untuk

    melaksanakan shalat tahajud melainkan di dalamnya terkandung hikmah (manfaat )

    yang besar bagi pelakunya.

    Akan tetapi, meskipun shalat tahajud secara medis terbukti bisa menjadi terapi

    bagi kesehatan tubuh, kita tidak boleh menjadikannya sebagai motivasi dalam

    melaksanakan shalat tahajud, karena amalan atau ibadah seseorang yang didasari niat

    ingin mendapatkan sesuatu yang bersifat keduniawian maka ia akan kehilangan

    kesempatan untuk mendapatkan pahala akhirat, sehingga ibadahnya menjadi sia-sia.

    Dalam dunia Sufi ibadah seperti ini dilakukan oleh orang yang berada pada tingkat

    mubtadi yaitu orang yang baru belajar ibadah. Allah SWT. berfirman:

  • 3

    : ( 02)

    Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan

    kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu

    kebahagiaanpun di akhirat. (QS Al-Asyura [42] : 20) Secara umum, orang melaksanakan ibadah ingin mendapatkan pahala dari Allah

    SWT. dan terhindar dari siksaan-Nya. Seseorang akan mendapatkan keduanya jika

    ibadahnya mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai pembuat tasyri. Adapun aturan yang telah digariskan oleh Allah tersebut adalah

    1. Ada perintah dari-Nya 2. Dalam pelaksanaan perintah tersebut sesuai dengan perintah Rasulullah SAW.

    Kedua aturan ini satu sama lain tidak bisa dipisahkan bahkan bisa dijadikan

    barometer dalam menilai sah tidaknya ibadah seseorang, artinya menunaikan perintah

    Allah saja tidak cukup tanpa mengikuti praktek yang dicontohkan Rasulullah SAW.

    atau sebaliknya, Pemisahan keduanya merupakan pengguguran terhadap syahadat yang

    berarti pula batal keislamannya. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan sekalipun

    shalat tahajud hukumnya sunat harus didasarkan pada dalil-dalil yang Qoti sebab dalam qaidah fikih disebutkan bahwa Asal dalam ibadah itu tidak sah (batal) sehingga ada dalil yang memerintahkannya. Oleh karena itu, dalam dalam memaparkan per-sub penulis menyatakan dalil-dalil, baik dari Al-Quran maupun Al-Hadis, dan hal ini tidak

    terlepas dari tujuan penulisan buku yang sangat sederhana ini, yaitu mencoba

    memaparkan praktek shalat tahajud yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. sehingga

    dalam melaksanakan shalat tahajud sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. dan dapat

    membuahkan hasil berupa ridho (pahala) dari Allah SWT.

    Untuk mencapai tujuan diatas dan menghindari penyimpangan dalam

    menjelaskan penulis merujuk pada beberapa buah kitab dan buku yang didalamnya

    terdapat penjelasan Fuqoha (Ulama Fikih) seputar shalat tahajud. Usaha tersebut

    seharusnnya dan selayaknya dilakukan, mengingat keterbatasan penulis dalam berbagai

    hal. Kitab-kitab dan buku-buku yang dijadikan sumber rujukan tulisan ini semuanya

    dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain buku yang ada dihadapan pembaca ini

    tiada lain hanya sekedar transpormasi (pemindahan) informasi dari beberapa sumber

    yang ada.

    Adapun untuk mempermudah dalam membahas cara pembacaan, tulisan ini

    dibagi menjadi dua bagian utama. Pertama setelah pendahuluan pembahasan difokuskan

    pada pengenalan shalat tahajud secara teoritis, mulai dari pengertian, perintah (anjuran)

    keutamaan, waktu, sampai jumlah rakaat shalat tahajud. Dan bagian kedua lebih pada

    pembahasan praktis shalat tahajud yang tidak terlepas dari praktek yang dicontohkan

    Rasulullah SAW. baik sebelum, ketika, maupun sesudah shalat tahajud.

    Mudah-mudahan buku sederhana ini dapat membantu pelaksanaan shalat tahajud

    yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

  • 4

    SHALAT TAHAJUD

    A. Pengertian Shalat Tahajud

    Dalam Agama Islam, tersedia sarana untuk melakukan komunikasi langsung

    dengan Allah SWT. yaitu shalat. Shalat dikatakan sebagai bentuk percakapan

    (komunikasi) langsung antara hamba dengan Rabnya karena ibadah ini tidak bisa

    diwakilkan pada orang lain atau shalat tidak bisa diganti dengan amalan apapun.

    Berbeda dengan puasa yang boleh diganti dengan fidyah pada kondisi tertentu atau haji

    bisa dikerjakan oleh orang lain dengan syarat-syarat khusus.

    Secara bahasa, shalat artinya doa. Ibadah shalat dinamai doa karena didalamnya

    mengandung doa. Sholat juga dapat berarti doa untuk mendapatkan kebaikan

    (Sholawat) bagi Nabi Muhammad SAW. sedangkan secara istilah (pengertian secara

    khusus) shalat adalah suatu ibadah kepada Allah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan

    tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan syarat-

    syarat tertentu.

    Dibandingkan dengan ibadah yang lain, shalat mempunyai kedudukan yang

    sangat penting dalam Islam, yakni sebagai fondasi yang menentukan bagi tegaknya

    agama islam. Rasulullah SAW. bersabda:

    ...) (. Pokok segala urusan adalah Islam, sedangkan tiangnya adalah shalat.(HR At- Tirmidzi dan Ibnu majah)

    Shalat dapat berfungsi sebagai fondasi agama jika ada peran aktif dari umat

    Islam dalam menegakkannya, artinya bukan bentuk shalat itu sendiri yang menegakan

    agama, tetapi lebih pada pelaksanaannya. Apabila umat Islam dengan penuh kesadaran

    melaksanakan shalat berarti ia telah menegakkan dan mengokohkan agama islam.

    Sebaliknya apabila umat Islam melalaikan dan meningggalkan shalat maka bangunan

    islam tidak akan tegak kokoh, bahkan ia (baca: Islam) akan roboh. Selain itu, shalat juga

    merupakan ujung tombak bagi amalan yang lain, beres tidaknya amalan tergantung pada

    benar tidaknya shalat. Shalat yang benar akan memberikan poin bagi benarnya suatu

    amalan, sedangkan shalat yang rusak akan menyebabkan amalan yang lain menjadi

    rusak.

    Shalat terbagi pada tiga macam yaitu :

    (1) Shalat fardhu ain yaitu shalat yang mesti dikerjakan oleh setiap umat Islam seperti shalat yang lima waktu.

    (2) Shalat fardhu kifayah yakni shalat yang menjadi gugur kewajibannya apabila ada orang yang mengerjakannya, seperti shalat jenazah, dan

    (3) Shalat sunat, yakni shalat yang dikerjakan lebih utama dari pada meninggalkannya, karena shalat sunat dapat menjadi nilai lebih (penambah) bagi

    shalat wajib yang tidak atau kurang sempurna.

    Shalat sunat terbagi lagi kepada dua macam, yaitu :

    1. Shalat sunat rawatib, yaitu shalat sunat sebelum dan sesudah shalat fardhu, 2. Shalat sunat bukan rawatib, shalat sunat ini banyak macamnya, salah satu

    diantarannya adalah shalat tahajud.

    Ditinjau dari segi bahasa tahajud merupakan bentuk mashdar dari kata kerja

    Tahajjada yang berarti bangun dari tidur (istaiqadla). Sedangkan secara istilah, tahajud artinya shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam dan dilaksanakan

    setelah tidur terlebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat tahajud sering

  • 5

    disebut sebagai shalat malam atau Qiyamullail. Tetapi, bagi imam Syafii shalat malam baik dikerjakan sebelum maupun sesudah tidur tetap dinamakan shalat tahajud. Beliau

    lebih menekankan pada waktu pelaksanaannya, tidak pada suatu hal yang

    mendahuluinya. Oleh karena itu, selain shalat malam, shalat witir pun ia sebut sebagai

    shalat tahajud. Imam Syafi'i berkata :Shalat malam dan shalat witir baik setelah ataupun sebelum tidur dinamai tahajud.

    Dalam catatan sejarah shalat tahajud adalah shalat yang pertama kali

    diperintahkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebelum ibadah yang

    lain. Rasulullah SAW. tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai beliau wafat.

    Rasulullah SAW. melaksanakannya untuk menunaikan perintah Allah SWT. Serta

    beliau mengetahui hikmah dari perintah (anjuran) Allah tersebut. Mengenai hal ini akan

    diuraikan pada pembahasan selanjutnya.

    B. Anjuran Dan Keutamaan Shalat Tahajud

    Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa Rasulullah SAW.

    sepanjang hidupnya tidak pernah meninggalkan shalat tahajud. Beliau melaksanakan

    Shalat Tahajud dalam berbagai situasi dan kondisi. Amr Ibnu Syuaib meriwayatkan sebuah hadis yaitu ketika Perang Tabuk Rasulullah SAW. sempat melaksanakan shalat

    malam. Hal yang sama juga pernah disaksikan langsung oleh Ali ketika perang badar

    disaat para sahabat (pasukan muslim) terlelap tidur, Ali melihat Rasulullah SAW.

    sedang shalat dibawah pohon.

    Rasulullah SAW. menghidupakan malam dengan shalat tahajud. Bukanlah atas

    inisiatif sendiri, beliau melaksanakannya atas dasar perintah Allah SWT. Adanya

    perintah dalam suatu ibadah menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah. Dalam

    kaidah fikih disebutkan

    Asal dalam ibadah itu tidak sah (batal) sehingga ada dalil yang memerintahkannya.

    Rasulullah SAW. senantiasa mengerjakan shalat tahajud setelah turun

    kepadanya surat al-Muzammil. Sebelum ayat ke dua puluh dari surat ini turun, shalat

    tahajud hukumnya wajib. Dengan ini kemudian dipahami bahwa shalat tahajud adalah

    shalat yang pertama kali diwajibkan kepada Rasulullah SAW. dan para sahabatnya.

    Penetapan shalat tahajud sebagai ibadah yang pertama kali diwajibkan kepada

    Rasulullah SAW. dapat dibenarkan karena pertama, surat Al-Muzammil yang

    didalamya terdapat perintah untuk melaksanakan shalat malam lebih dahulu diturunkan

    dari pada surat-surat yang mengandung ibadah wajib lainnya, seperti shalat lima waktu,

    shaum, zakat, atau haji. Kedua, kalimat Qumillaila (bangunlah untuk sembahyang

    dimalam hari) merupakan kalimat perintah, sedangkan setiap perintah hukumnya adalah

    wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban suatu perintah Allah akan menjadi

    longgar (ringan), atau bahkan menjadi gugur ketika ada pernyataan perintah Allah

    (dalil) yang merubah kewajiban tersebut. Dalam kaidah ushul fikih disebutkan:

    "Asal dalam perintah itu adalah wajib, kecuali ada dalil yang menyalahinya".

    Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW. saat bersama para sahabatnya

    melaksanakan shalat Tahajud selama satu tahun penuh, sehingga kaki mereka menjadi

    bengkak. Hal tersebut mereka lakukan tiada lain untuk menunaikan perintah Allah yang

    terdapat dalam surat al-Muzammil tersebut. Setelah genap satu tahun, Allah pun

  • 6

    menurunkan Surat Al-Muzammil ayat ke-20. Kemudian ayat terakhir dalam surat al-

    Muzammil ini menggeser status shalat tahajud dari wajib menjadi sunah. Said bin Hisyam bertanya kepada Aisyah tentang shalat Nabi diwaktu malam. Aisyah menjawab :Apakah anda tidak membaca surat Al-Muzammil? ya, jawab Said maka shalat malam pada permulaan malam ini dijalankan oleh Rasulullah SAW. dan

    sahabatnya selama satu tahun sampai kaki mereka bengkak. Dan Allah SWT. tidak

    menurunkan ayat terakhir (ayat 20 surat Al-Muzammil) dalam surat ini selama dua

    belas bulan. Kemudian ayat 20 diturunkan untuk meringankan sehingga shalat malam

    menjadi sunat sesudah diwajibkan". (HR Ahmad dan Muslim)

    Pergeseran status dari berat menjadi ringan atau dari wajib menjadi sunat bukan

    berarti Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. dan umumnya kepada

    umat islam untuk mengurangi perhatian kepada shalat tahajud. Bagi Rasulullah SAW.

    sendiri Shalat tahajud tetap wajib dan beliau terus memberikan dorongan kepada

    umatnya agar melaksanakan shalat tersebut. Bahkan, setibanya di Madinah Rasulullah

    SAW. pertama kali menganjurkan empat hal kepada kaum muslimin, salah satunya

    adalah perintah untuk mendirikan shalat malam. Mengapa demikian ? sebab kalau kita

    perhatikan shalat sunat yang disebutkan oleh Allah SWT. dalam al-Quran hanyalah shalat tahajud. Tercantumnya shalat tahajud sebagai shalat sunat malam dalam al-

    Quran menunjukan keistimewaan dirinya dibanding dengan shalat sunat lainnya, yaitu ia dapat mengangkat derajat seorang hamba ke tempat yang lebih baik dan terpuji. Allah

    SWT. berfirman :

    :( 79) Dan pada sebagian malam hari, bersembahyanglah (shalat tahajud) sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan kamu mengangkat kamu ke tempat yang

    terpuji." (QS Al Isr [17]: 79) Perintah untuk menegakkan shalat tahajud yang terdapat dalam surat di atas

    sebelumnya didahului oleh perintah Allah untuk menegakkan shalat lima waktu (Al-Isr

    : 78). Penyebutan shalat tahajud setelah shalat fardhu menjadi indikasi akan pentingnya

    shalat tersebut untuk dilaksanakan oleh umat islam. Dalam sebuah hadis Rasulullah

    SAW. menetapkan shalat tahajud sebagai Shalat yang paling utama (afdhol) setelah

    shalat fardhu.

    : - : ) (

    Shalat sunat yang utama setelah shalat fardhu adalah shalat disepertiga malam (shalat Tahajud). (HR Ahmad Dan Muslim)

    Sabda Rasulullah SAW. di atas sangat tepat karena waktu yang digunakan untuk

    melaksanakan shalat tahajud bersamaan dengan waktu diturunkannya Allah SWT. ke

    langit dunia. Pada saat tersebut ketika manusia sedang tertidur lelap Allah SWT.

    merindukan seorang hamba untuk bersua dengannya dan pada saat itulah Allah SWT.

    mengabulkan segala perintah permintaan dan mengampuni dosa hambanya. Jika kedua

    hal itu telah didapati oleh seorang muslim maka Allah akan mengangkat derajatnya

    ketempat yang mulia lagi terpuji, yaitu surga.

    Selain balasan secara Ukhrawi, Allah pun akan memberikan pahala bagi

    mutajahhid (orang yang melakukan shalat tahajud ) yang langsung dapat dirasakan di

    dunia, yaitu mampu menangkal penyakit dari badan. Rasulullah SAW. bersabda:

  • 7

    ) (

    Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang soleh sebelum kalian, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. juga sebagai

    penebus dosa dan kejelekanmu, serta dapat menangkal penyakit dari badanmu.(HR At Tirmidzi)

    Kebenaran hadis Nabi diatas telah dibuktikan oleh oleh Dr. Moh.Sholeh dalam

    bukunya Terapi Shalat Tahajud. Hasil penelitiannya terhadap shalat tahajud tersebut, ia mampu membuktikan bahwa shalat tahajud dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Itu

    pun kalau dilakukan secara ikhlas, karena niat yang ikhlas dalam menjalankan shalat

    tahajud akan mendatangkan rasa tenang, optimistis, dan persepsi positif, dan reaksi

    emosional positif dapat menghindarkan diri dari stress. Selain itu, ia pun membuktikan

    bahwa shalat tahajud dapat menghilangkan rasa nyeri penderita kanker, masih banyak

    keuntungan yang diperoleh dari melaksanakan shalat tahajud baik keuntungan yang

    bersifat ukhrowi maupun duniawi.

    Keuntungan dunia dan ukhrowi akan kita dapatkan jika kita mengetahui tatacara

    dan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat tahajud.

    C. Waktu-waktu Shalat Tahajud

    Secara umum shalat tahajud dilaksanakan pada malam hari yang dimulai dari

    selesainya shalat isya sampai shalat subuh. Berdasarkan dalil-dalil yang ada Allah dan

    Rasul-Nya membagi malam untuk melaksanakan shalat tahajud menjadi tiga bagian,

    awal malam, pertengahan malam, dan akhir malam, Allah SWT. berfirman :

    ( 1 )( 0( )3 )( 4 :( )4-1)

    Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad) bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit dari padanya seperduanya atau kurangilah dari

    seperduanya itu sedikit atau lebih dari seperdua itu sedikit. Kemudian bacalah al-

    Qur'an dengan tartil" (QS Al Muzammil [73] :1-4)

    Lebih lanjut Allah SWT. menjelaskan waktu shalat tahajud secara matematis.

    Allah SWT. berfirman :

    .( :02 )

    Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (sembahyang) karena dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiga dan (demikian pula)

    golongan dari orang-orang yang bersama kami. (QS AL-Muzammil [73] : 20)

    Dalam kedua ayat tersebut diatas Allah SWT. tidak mementingkan salah satu

    waktu pelaksanaan shalat tahajud, Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT. menyerahkan

    kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk memilih waktu shalat tahajud. Hafidz berkata : Tahajud Rasulullah SAW. tidak ada ketentuan waktunya karena hanyalah semata-mata

    dimana ada kelonggaran. Dengan demikian Abu Malik (penulis kitab Shahh Fiqh Al-

  • 8

    Sunnah) menyimpulkan bahwa shalat malam bisa dikerjakan dipermulaan,

    dipertengahan, dan dipenghabisan (akhir) malam. Kesimpulan tersebut juga di asaskan

    pada kesaksian Anas bin Malik.

    -- ) (

    Kapan saja kita ingin melihat Nabi SAW. shalat malam, ketika itu pula kita pasti dapat melihatnya, dan kapan saja kita ingin melihat tidurnya Nabi SAW. disaat itu pula

    kita dapat melihatnya,(HR Bukhari, Nasai dan Tirmidzi) Apabila waktu-waktu diatas diubah sesuai dengan waktu Indonesia, sepertiga

    awal malam kira-kira pukul 22.00 WIB. Sampai pukul 23.00 WIB seperdua

    (pertengahan) malam kira-kira pukul 00.00 WIB, sampai 01.00 WIB, dan dua pertiga

    akhir malam kira-kira pukul 02.00, atau pukul 03.00 WIB sampai sebelum fajar atau

    masuk shalat shubuh.

    Sekalipun Allah SWT., tidak menetapkan waktu yang khusus, namun Dia tetap

    memilihkan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat tahajud, yaitu pada sepertiga

    malam yang terakhir (pukul 02.00, atau pukul 03.00 WIB sampai sebelum shubuh).

    Waktu yang menjadi pilihan Allah tersebut, bukan menafikan waktu-waktu yang

    lainnya, tapi lebih kepada keutamaan yang dimiliki waktu tersebut. Banyak hadis yang

    menjelaskan tentang keutamaan shalat tahajud pada sepertiga malam (f jaufil laili)

    diantaranya adalah:

    : ) (

    Tuhan kita Azza wajalla, tiap malam turun kelangit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. (pada saat itulah) Allah SWT. berfirman : Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Ku-kabulkan, barang siapa yang meminta kepada-Ku, pasti Ku- beri,

    dan barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti Ku- ampuni. (HR Jamaah)

    ) (

    Sedekat-dekatnya hamba kepada Allah SWT., ialah ditengah malam yang akhir, maka jika engkau termasuk golongan orang yang berdzikir kepada Allah SWT., pada waktu

    itu usahakanlah. (HR Hakim) Pada hadis lain, Rasulullah SAW. pun lebih banyak mengerjakan dan

    menganjurkan kepada umatnya untuk mendirikan shalat malam di sepertiga akhir

    malam. Saat Aisyah ditanya oleh Masyruq tentang waktu yang digunakan Nabi SAW. untuk Shalat tahajud, dia menjawab :

    ) ( Apabila Rasulullah SAW. mendengar (kokokan) ayam jantan beliau mendirikan shalat.(HR Bukhari dan Muslim)

    Menurut Abu Malik, Sharikh (ayam Jantan) berkokok ketika malam sudah ada

    dipertengahan atau disepertiganya. Oleh karena itu, jarak antara waktu-waktu yang

    digunakan untuk melaksanakan shalat tahajud yang telah ditetapkan kurang lebih satu

  • 9

    jam, maka dalam jumlah rakaatnya pun, Rasulullah SAW. menyesuaikannya dengan waktu-waktu tersebut.

    D. Jumlah Rakaat Shalat Tahajud Telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan ahli Fikih mengenai jumlah rakaat

    shalat tahajud, ada yang mengatakan rakaat shalat tahajud itu sebelas berikut shalat witir, tiga belas berikut witir dan ada juga yang berpendapat dua puluh satu berikut

    witir. Bahkan bagi Sayyid Sabiq, tidak ada ketentuan dan batasan khusus yang pasti

    mengenai jumlah rakaat shalat tahajud. Menurut beliau, seseorang sudah melaksanakan shalat tahajud, meskipun hanya melakukan satu rakaat shalat witir saja, beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada sabda Rasulullah SAW.:

    ) ( Kerjakanlah shalat malam sekali pun hanya satu rakaat. (HR Thabrani)

    Hal senada juga dilontarkan oleh Ibn Abdul Bar. Ia berpendapat bahwa rakaat shalat tahajud tidak ditetapkan jumlahnya. Shalat tahajud termasuk shalat nafilah

    (Shalat sunat tambahan) yang apabila dikerjakan akan menjadi sebuah kebaikan. Beliau

    pun membolehkan untuk mengurangi atau menambah rakaat shalat tahajud yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW., yaitu sebelas atau tiga belas rakaat. Walaupun demikian keduanya tidak menafikan bilangan sebelas dan tiga belas sebagai jumlah

    rakaat shalat tahajud, Sayyid Sabiq sendiri menyatakan bahwa rakaat yang paling utama dan senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. adalah sebelas atau tiga belas

    rakaat. Sebelas atau tiga belas rakaat adalah bilangan untuk shalat tahajud yang telah

    disepakati oleh kebanyakan ulama, karena banyak sekali hadis yang menjelaskan

    tentang jumlah bilangan shalat tahajud yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW.

    yang semuanya mengarah kepada kedua bilangan tadi. Selain itu, hadis-hadis tersebut

    diriwayatkan oleh orang-orang yang dekat dengan Nabi SAW. Diantara hadis-hadis

    tersebut adalah sebagai berikut :

    - ( )

    Telah berkata Aisyah : Rasulullah SAW. tidak pernah menambah sebelas rakaat, pada bulan Ramadhan maupun pada bulan-bulan lainnya. (HR Bukhari dan Muslim)

    - ) (

    Telah berkata Aisyah : Bahwasannya Rasulullah SAW., pernah shalat malam tiga belas rakaat. Dari tiga belas rakaat itu, ia shalat witir lima rakaat, dan ia tidak duduk

    diantara rakaat-rakaat itu kecuali pada rakaat terakhir. (HR Bukhari dan Muslim)

    - - ( )

    Ibnu Abbas meriwayatkan dari Abi Hamzah:Bahwa Rasulullah SAW. shalat sebanyak tiga belas rakaat, yakni shalat malam. (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

  • 10

    Dari ketiga hadis diatas jelas bahwa Rasulullah SAW. senantiasa menganjurkan

    shalat tahajud sebanyak sebelas atau tigabelas rakaat. Kebiasaan Rasulullah SAW.

    tersebut menjadi tuntunan (petunjuk) yang harus diikuti oleh setiap muslim dalam

    melaksanakan shalat tahajud. Adapun praktek shalat tahajud yang dicontohkan oleh

    Rasulullah SAW. akan dibahas pada bab selanjutnya.

  • 11

    PRAKTEK SHALAT TAHAJUD

    A. Sunat Rasulullah SAW. Sebelum Shalat Tahajud

    Allah SWT. telah menjadikan malam sebagai waktu untuk beristirahat bagi

    manusia, setelah sebelumnya digunakan untuk beraktivitas dalam mencari penghidupan,

    tidur adalah sebaik-baik istirahat dimalam hari.

    : ( 9) Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat. (QS Al-Nab [78] : 9).

    Istirahat (dalam hal ini tidur malam) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi

    oleh setiap manusia, karena jika tidak terpenuhi akan berdampak negative bagi diri

    manusia itu sendiri. Sekalipun demikian, tidak selayaknya seorang muslim

    menghabiskan waktu istirahatnya tersebut hanya dengan tidur. Disela-sela waktu

    istirahat, Allah SWT., menganjurkan kepada hamba-Nya agar menyisakan waktu

    istirahatnya tersebut untuk beribadah kepada-Nya. Allah SWT. tidak menuntut banyak

    dari hamba-Nya. Dia hanya meminta sedikit waktu saja. Allah SWT. berfirman :

    : ( 0) Bangunlah (untuk sembahyang) dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya).(QS Al-Muzammil [73] : 2).

    Dibalik sedikit waktu yang dipinta, Allah SWT. menyediakan pahala yang

    begitu besar bagi orang yang mau mengorbankan waktu istirahatnya untuk berdua

    dengannya. Diantara pahala yang telah disediakan oleh Allah adalah pelakunya akan

    diangkat derajatnya ketempat yang mulia, akan dimasukan kedalam surga, diampuni

    dosanya, dan segala permintaannya akan dikabulkan. Namun, masih sedikit orang yang

    mau menjalankan shalat tahajud yang secara tidak langsung menghilangkan kesempatan

    untuk mendapatkan anugrah dari Allah SWT. tadi.

    Menurut Sayyid Bakri faktor yang dapat menyebabkan seseorang malas

    melaksanakan tahajud ada empat diantara yaitu:

    1. Perhatian yang berlebihan terhadap dunia, sehingga melupakan kehidupan akhirat

    2. Sibuk membicarakan masalah keduniawian dan menggunakannya untuk bersenang-senang.

    3. Badan terlalu lelah, capek, dan lesu akibat aktivitas yang dilakukan pada sianghari, dan,

    4. Banyak makan, yang berarti akan banyak minum, sedangkan banyak minum itu akan menimbulkan rasa ngantuk. Oleh karena itu, dalam

    sebuah hadis Rasulullah SAW. menganjurkan agar umatnya, tidak makan

    dan minum secara berlebihan Rasulullah SAW. bersabda :

    ) ( Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah dengan tidak isrof (berlebih-lebihan) dan tidak sombong. (HR Abu Dawud dan Ahmad)

    Selain keempat faktor diatas, rasa malas untuk melaksanakan shalat malam, juga

    disebabkan oleh setan yang terus menghalangi manusia untuk bertaqarub pada Rabnya.

    Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

    Setan mengikat kuduk seseorang dengan tiga ikatan ketika ia tidur, lalu, setan memukul tempat tiap ikatan pada kuduk orang yang sedang tidur sambil berkata :

  • 12

    Tidurlah kamu mempunyai waktu cukup panjang. Bila seseorang yang tidur itu bangun dan berdzikir kepada Allah SWT., lepaslah satu ikatan. Lalu, jika ia pergi

    wudhu, terurailah satu ikatan lagi, dan manakala ia shalat lepaslah ikatan terakhir

    hingga ia menjadi bersemangat dalam beribadah, terlepas segala kesempitan jiwa dan

    terlindung dari rasa malas. (HR Bukhari) Bagi orang yang telah dibukakan hatinya oleh Allah dan memiliki keinginan

    (semangat) yang kuat serta tidak merasa malas untuk melaksanakan shalat tahajud,

    hendaklah ia memelihara dan mengamalkan beberapa kebiasaan (sunah) Rasulullah

    SAW. sebelum melaksanaan shalat tahajud. Adapun sunah Rasulullah SAW. sekaligus

    sebagai anjuran sebelum shalat tahajud yaitu :

    1. Tidur secukupnya (sebentar) pada siang hari.

    Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan membantu mengurangi rasa

    kantuk saat bangun dan ketika sedang melaksanakan shalat tahajud. Dengan kata lain,

    tidur siang dapat menggantikan waktu untuk tidur malam yang terpakai untuk shalat

    tahajud. Rasa kantuk akan mengganggu terhadap kekhusukan shalatnya, sehingga

    menghilangkan keutamaan (pahala) shalat tersebut. Rasulullah SAW. menganjurkan

    kepada orang yang mengantuk agar menunda dulu shalat sampai rasa kantuk itu hilang

    Rasulullah SAW. bersabda ;

    ) ( Apabila salah seorang diantara kamu merasa ngantuk dalam shalat, maka

    hendaklah ia tidur (terlebih dahulu) sampai ia tidak merasa ngantuk. (HR Bukhari dan Muslim)

    Dalam hadis lain Rasulullah SAW. bersabda :

    ( )

    apabila salah seorang dari kamu shalat malam (akan tetapi) ia membaca Quran dengan tidak jelas, sehingga ia tidak mengerti apa yang ia baca, maka hendaklah ia

    tidur. (HR Muslim, Abu Dawud, Dan Ibnu Majah) Oleh karena itu, agar stamina tetap terjaga (tidak ngantuk) dan khusyuk saat

    melaksanakan shalat tahajud, maka usahakan pada siang hari menyempatkan diri untuk

    mengistirahatkan badan, yaitu dengan cara tidur walaupun hanya sebentar.

    2. Tidak membiasakan diri begadang pada malam hari dan bercakap-cakap setelah

    shalat isya, kecuali untuk kemaslahatan agama.

    Kalau sekiranya percakapan akan mengarah pada hal-hal negative, misalnya

    membicarakan kejelekan (aib) orang lain lebih baik ditinggalkan, sebab selain dilarang

    oleh agama, obrolan seperti itu termasuk perbuatan dosa. Dan dosa juga menjadi

    penyebab sulitnya seseorang bangun malam. Hasan Basri pernah ditanya oleh seseorang

    yang ingin melaksanakan shalat tahajud, tetapi ia sulit bangun, padahal sebelumnya

    orang tersebut sudah mempersiapkan diri dengan bersuci dan sebagainya. Hasan Basri

    pun menjawab : (kamu telah berdosa) karena orang yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan waktunya dengan baik, seperti halnya, orang yang mengetahui obat dari

    penyakit yang di deritanya. Maka jangan sia-siakan waktunya, karena kelak Allah akan

    menyia-nyiakanmu.

  • 13

    3. Hendaklah tidur ditempat (kasur) yang tidak terlalu empuk. Tidur di atas kasur yang empuk dapat membuat seseorang merasa nyaman berada

    diatasnya, sehingga ia akan terlelap tidur. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. senantiasa

    tidur beralaskan tikar saja, bahkan dalam sebuah riwayat, beliau tidur diatas bantal yang

    terbuat dari serabut.

    : ( )

    Aisyah berkata : Rasulullah SAW. tidur pada malam hari beralaskan kulit yang berisi serabut. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi) 4. Berniat akan melakukan shalat tahajud ketika akan tidur

    Rasulullah SAW. bersabda :

    ) (

    Barangsiapa yang ketika hendak tidur ia berniat akan bangun malam untuk melaksanakan shalat malam, lalu ia tertidur sampai pagi, (maka) niatnya tersebut akan

    dicacat sebagai sebuah pahala dan tidurnya merupakan sedekah dari Tuhannya. (HR An-nasai, Ibnu Majah, dan Al- Baihaqi)

    Rasulullah SAW.menganjurkan kepada umatnya yang akan melaksanakan shalat

    tahajud agar berniat terlebih dahulu sebelum tidur, sebab niat merupakan energi yang

    dapat mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Baik tidaknya suatu amalan

    tergantung pada niat. Niat yang benar akan melahirkan amal yang baik, dan niat yang

    salah akan melahirkan amal yang buruk. Niat yang benar, sekalipun tidak terlaksana,

    tetap akan dicatat sebagai sebuah kebaikan, sedangkan niat yang buruk, jika tidak

    diwujudkan dalam bentuk amalan, tidak akan dicatat sebagai dosa. Shalat tahajud

    termasuk kedalam amalan yang dianjurkan (amalan yang baik) sehingga pantas kalau

    niat shalat tahajud seseorang yang tidak terwujud dicatat sebagai sedekah (kebaikan).

    Kebulatan niat seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan akan nampak

    pada tindakan yang ia lakukan sebelum pekerjaan yang dimaksud terwujud. Misalnya

    kita berniat pergi ke Jakarta, sebelum berangkat kesana, kita pasti akan mempersiapkan

    segala sesuatu yang dapat membantu kita sampai disana, seperti mempersiapkan uang,

    mencari kendaraan dan sebagainya. Begitu juga, orang yang berniat shalat tahajud akan

    melakukan hal yang sama. Setidaknya ia akan mengurangi porsi makan, ia akan tidur di

    siang hari, atau tidak akan tidur ditempat yang sekiranya dapat menyebabkan ia terlelap

    dalam tidurnya. Apalagi di zaman modern seperti sekarang ini, untuk mewujudkan niat

    shalat tahajud sangat besar yaitu dengan menggunakan bantuan alrm-jam.

    Namun, seandainya kita khawatir usaha yang telah kita lakukan tidak dapat

    menghalangi kita dari kemungkinan tidur nyenyak, sehingga kita tidak dapat

    melaksanakan shalat tahajud, maka Rasulullah SAW. menganjurkan agar kita

    melaksanakan shalat witir sebelum kita tidur. Rasulullah SAW. bersabda:

    ()

  • 14

    Barang siapa diantara kalian khawatir tidak dapat bangun pada akhir malam (untuk salat tahajud), maka hendaklah Shalat witir pada permulaan malam, kemudian

    tidurlah. (HR Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

    5. Berwudhu Sebelum Tidur

    Wudhu dapat membersihkan seseorang dari kotoran lahir dan batin. Disebutkan

    dalam sebuah hadis bahwa setiap kali air wudhu membasahi anggota badan, maka pada

    saat itu pula kesalahan-kesalahan diampuni. Sehingga tidak ada lagi dosa-dosa yang

    menempel pada anggota badan, yang mana dosa termasuk salah satu faktor yang

    menyebabkan seseorang sulit bangun malam untuk melaksanakan shalat malam,

    sebagaimana yang disebutkan oleh Harun Bashari. Rasulullah SAW. bersabda:

    ) ( Barang siapa yang berwudhu seperti (wudhuku) ini, maka akan diampuni dosa-dosanya, yang telah dilakukannya. (HRMuslim)

    Adapun cara berwudhu ketika akan tidur sama seperti wudhu ketika kita akan

    menegakan shalat. Rasulullah SAW. bersabda:

    .. (.) Apabila kamu akan tidur, maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu untuk shalat. (HR Bukhari dan Muslim)

    6. Hendaklah tidur menghadap (miring) kesebelah kanan.

    Tidur seperti ini biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah hadis disebutkan :

    :

    Siti Hafshah berkata: Apabila Rasulullah tidur beliau menjadikan tangan kanannya, dibawah pipi kanannya. Dalam hadis lain Rasulullah SAW. ;

    ( )

    Bar Ibn Azib berkata : Apabila kamu akan tidur, maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah menghadap kesebelah

    kanan. (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah SAW. telah memberikan contoh tidur yang baik kepada umatnya.

    Ketika tidur, beliau menghadapkan badannya ke sebelah kanan, Rasulullah SAW.

    melakukan hal tersebut bukan merupakan sebuah kesia-siaan, artinya beliau selalu

    mengerjakan sesuatu yang terbaik bagi dirinya sendiri dan terutama umatnya.

    Hati termasuk salah satu anggota badan bagian dalam yang terletak di sebelah

    kiri. Apabila seseorang tidur menghadap ke sebelah kiri, maka tidurnya akan lelap.

    Posisi tidur seperti ini dianjurkan oleh ahli kesehatan, sebab tidur menghadap ke sebelah

    kiri adalah istirahat yang sempurna dan tidur yang baik, sehingga sangat bermanfaat

    bagi kesehatan badan. Namun, menurut ahli fikih, tidur yang paling baik adalah

    menghadap ke sebelah kanan, sebab hati akan terus bergerak (beraktivitas) yang

  • 15

    menyebabkan tidur tidak akan terlalu lelap dan memudahkan seseorang untuk bangun.

    Tidur seperti inilah yang paling baik dilakukan oleh orang yang hendak melaksanakan

    shalat tahajud.

    7. Berdoa sebelum tidur

    Doa merupakan bentuk ketidakmampuan diri untuk melakukan sesuatu, serta

    merupakan bentuk permintaan kepada Allah SWT. Agar apa yang diinginkan dapat

    tercapai. Niat shalat tahajud tidak akan pernah terwujud jika kita tidak bangun dari

    tidur, dan kita tidak bisa bangun jika Allah tidak menghendakinya. Sehingga doa ketika

    akan tidur berisi pengakuan bahwa yang menidurkan dan membangunkan adalah Allah

    SWT. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah , disebutkan:

    -- : : (

    ) Apabila Rasulullah SAW. hendak tidur, beliau berdoa: Bismika Allhumma amt wa ahy (Dengan menyebut-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup), dan apabila bangun dari tidur, beliau berdoa :Alhamdulillhilladz ahyn ba'da m amtan wailahinnusyr (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami kembali. (HR Bukhari, Abu daud, dan Tirmidzi)

    Selain doa yang terdapat dalam hadis diatas, sebelum tidur Rasulullah SAW.

    membiasakan diri membaca beberapa ayat atau surat Al-quran. Beliau melakukan hal tersebut semata-mata meminta perlindungan kepada Allah SWT. dari gangguan syetan

    selama beliau tidur sehingga tidurnya tersebut tidak dijadikan oleh syetan sebagai alat

    untuk melalaikan manusia dari berdzikir kepada Allah SWT. Adapun surat-surat yang

    biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. saat akan tidur yaitu surat Al-Ikhlash, surat Al-

    Falaq, surat Al-Ns, surat Al-Kafirun, ayat Kursi (Al-Baqarah ayat 255), dan dua ayat

    terakhir surat Al-Baqarah, serta beliau membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak

    tiga puluh tiga kali.

    - :

    ) ( Dari Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah SAW. berkata kepadanya dan kepada Fathimah-ketika keduanya bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang Khadam-:

    apabila kalian hendak beristirahat ditempat tidur, bacalah tasbih (Subhnallh) 33 kali, tahmid (alhamdulillh) 33 kali, dan Takbir( allhuakbar) 33 kali, itu lebih baik

    bagimu dari pada khadam. (HR Muslim, An-Nasai, dan Ahmad) 8. Saat bangun hendaklah mengusap bekas tidur dari wajah, berdoa, serta membaca

    sepuluh ayat terakhir surat Ali-Imron :

  • 16

    : - - ) (

    Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW. bangun tidur kemudian ia duduk sambil mengusapkan tangannya pada wajahnya kemudian beliau membaca sepuluh ayat

    terakhir dari surat l-Imrn. (HR Bukhari dan Muslim) Adapun doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. ketika bangun tidur adalah

    :

    ) ( Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya kami kembali (HR Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi)

    9. Bersiwak (menggosok gigi).

    Sebelum melaksanakan shalat tahajud Rasulullah SAW. senantiasa menggosok giginya.

    Kebiasaan Rasulullah SAW. ini dapat dipahami karena biasanya ketika bangun tidur

    mulut terasa bau, dan rasa bau tersebut harus kita hindarkan agar kekhusyuan saat

    bermunajat kepada Allah SWT. (baca: Shalat Tahajud) tidak terganggu. Rasulullah

    SAW. bersabda:

    ) ( Apabila bangun dari tidur untuk melaksanakan shalat Tahajud (hendaklah) ia menggosok giginya dengan sikat gigi. (HR Bukhari dan Muslim)

    Rasulullah SAW. membiasakan bersiwak tidak hanya akan Shalat tahajud tapi

    pada ibadah lainpun Rasulullah SAW. melaksanakannya, seperti saat berwudhu, akan

    shalat (baik Shalat wajib maupun shalat sunat), ketika akan membaca al-Quran, bahkan ketika akan masuk rumah pun beliau bersiwak terlebih dahulu.

    : , : -- :

    Dari Miqdam bin Syuraib dari ayahnya dia berkata: aku pernah bertanya kepada 'Aisyah : Apa saja yang pertama kali Nabi SAW. kerjakan apabila masuk kerumah? Aisyah menjawab: menyikat gigi(bersiwak).

    Anjuran Rasulullah SAW. untuk memakai setiap ibadah dengan bersiwak

    menunjukan bahwa sebelum membersihkan kotoran batiniyah terlebih dahulu harus

    membersihkan kotoran lahiriyah.

    10. Membangunkan keluarga.

    Hendaknya setiap orang membangunkan keluarganya untuk bersama-sama shalat

    tahajud sebagaimana sabda Rasulullah SAW. berikut ini :

    (

    )

  • 17

    Allah SWT. akan memberikan rahmat kepada laki-laki yang bangun di malam hari kemudian menegakan shalat dan ia membangunkan istrinya (untuk ikut shalat tahajud)

    jika ia mengajak suaminya maka hendaklah ia memercikan air kewajahnya dan Allah

    akan memberikan rahmat kepada wanita yang bangun pada malam hari kemudian ia

    shalat dan ia membangunkan suaminya (untuk Shalat Tahajud) jika suaminya menolak

    maka hendaklah ia memercikan air kewajahnya. (HR Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad)

    Dari hadis diatas dapat dijadikan dalil bolehnya shalat tahajud dikerjakan secara

    berjamaah.

    11. Memulai Shalat tahajud dengan shalat iftitah (pembukaan)

    Shalat iftitah (pembukaan) dikenal juga dengan shalat khaffatain sebanyak dua

    rakaat. Shalat dua rakaat sebelum tahajud (senantiasa ) dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. dan dianjurkan kepada umatnya agar dikerjakan.

    : - - ) (

    Dari Aisyah berkata: "Apabila Rasulullah SAW. hendak shalat malam beliau memulai shalatnya tersebut dengan dua rakat yang ringan . (HR Muslim dan Ahmad)

    - - : ) (

    Apabila seseorang akan melaksanakan shalat tahajud hendaklah ia memulai shalatnya dengan shalat dua rakaat yang ringan . (HR Muslim, Abu daud, dan Tirmidzi)

    Itulah beberapa Sunah (Persiapan) Rasulullah SAW. sebelum melaksanakan

    Shalat tahajud yang dapat memudahkan kita memenuhi seruan Allah SWT. dan

    mengikuti kebiasaan orang-orang shaleh. Selain itu agar ibadah tahajud kita bernilai

    pahala disisi Allah SWT. maka kita harus mengikuti tatacara pelaksanaan shalat tahajud

    yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

    B. Tata cara pelaksanaan Shalat Tahajud

    Mendapatkan ridha Allah SWT. tidak cukup hanya dengan menunaikan

    perintah-Nya saja. Di samping, itu kita pun harus mengikuti tatacara yang dilakukan

    oleh Rasulullah SAW. dalam menunaikan perintah Allah tersebut, artinya ketika Allah

    memerintahkan suatu perintah kepada kita, pada saat itu pula kita diperintahkan untuk

    mengikuti Rasulullah SAW. Dalam beribadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunat,

    kita harus memperhatikan keduanya. Salah satunya tidak terpenuhi (dilalaikan) maka

    ibadah yang semacam itu dikategorikan ke dalam amalan (ibadah) bidah, yaitu ibadah yang tidak akan membuahkan pahala. Rasulullah SAW. bersabda:

    ) ( Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang bukan berdasar perintah kami,maka amalan itu menjadi tertolak. (HR Muslim)

    Pada hadis diatas jelas bahwa nilai suatu ibadah tergantung ada atau tidak

    adanya perintah dari Allah SWT dan perintah (contoh) dari Rasul-Nya. Oleh karena itu,

    menjadi suatu keharusan bagi seorang mutajahhid (pelaku shalat tahajud) mengikuti

  • 18

    tatacara pelaksanaan shalat tahajud yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.

    sebab beliaulah sebaik-baik pemberi contoh teladan. Allah SWT. berfirman :

    :(01)

    Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW. itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan hari

    kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al- Ahzb [33]: 21) Secara umum tatacara shalat tahajud sama seperti shalat pada umumnya yaitu

    dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Begitu juga dengan amalan

    lainnya seperti sujud, ruku, itidal (bangkit dari ruku), tasyahud serta bacaan yang menyertai amalan tersebut dilakukan sama halnya seperti shalat lima waktu yang biasa

    dilaksanakan sehari-hari. Namun, ada satu amalan shalat wajib yang tidak dikerjakan

    pada shalat tahajud, yaitu tasyahud awal. Pada shalat tahajud tidak ada tasyahud awal.

    Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara shalat sunat dari shalat wajib.

    Rasulullah SAW. senantiasa melaksanakan shalat tahajud sebanyak sebelas atau

    tiga belas rakaat sebagaimana kesaksian orang-orang yang terdekat dengan beliau yang terdapat pada beberapa hadis yang dapat dipertanggung jawabkan (shahih). Kedua

    bilangan tadi adalah jumlah yang cukup banyak bagi bilangan rakaat shalat sunat yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. artinya rakaat shalat tahajud lebih banyak dari pada shalat sunat lainnya. Selain itu, bilangan shalat tahajud tersebut sudah termasuk shalat

    witir. Shalat witir boleh dikerjakan satu, tiga, lima, tujuh, atau sembilan rakaat yang waktunya dianjurkan setelah selesai shalat tahajud. Atau dengan kata lain shalat witir

    dikerjakan sebagai penutup shalat malam. Syaikh Ibnu taimiyah berkata : shalat witir itu wajib bagi orang yang melaksanakan shalat tahajud. Beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada hadis berikut :

    ) ( Jadikan shalat witir sebagai akhir (penutup) shalat malam. (HR Bukhari dan

    Muslim)

    Walaupun demikian, shalat witir boleh dikerjakan secara terpisah dari satu

    malam, bahkan waktunya boleh sebelum tidur. Rasulullah SAW. bersabda:

    ( )

    Siapa saja diantara kalian yang khawatir tidak dapat bangun pada akhir malam (untuk shalat tahajud) maka hendaklah ia shalat witir di permulaan malam (sebelum

    tidur), kemudian tidurlah. (HR Muslim, Tirmidzi dan Ibn Majah) Tidak seperti halnya shalat tahajud, shalat witir harus dikerjakan secara

    sekaligus. Berapapun jumlahnya shalat witir hanya menggunakan satu tasyahud, yaitu

    pada rakaat yang terakhir. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW. shalat witir sebanyak lima rakaat.

    : - - ) (

  • 19

    Aisyah berkata : bahwasanya : Rasulullah SAW. pernah shalat malam tiga belas rakaat dari tiga belas rakaat itu ia shalat witir lima rakaat dan ia tidak duduk diantara rakaat -rakaat itu kecuali pada rakaat terakhir. (HR Bukhari dan Muslim)

    Ada beberapa model (cara) yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam

    melaksanakan shalat tahajud plus shalat witir. Bervariasinya tatacara yang ditempuh

    oleh Rasulullah SAW. tiada lain untuk memudahkan pelaksanaannya. Selain itu, juga

    seseorang boleh memilih salah satu model untuk dijalankan secara istiqamah atau

    seseorang boleh memakai cara-cara tersebut secara bergantian sesuai dengan

    kelonggaran yang ada pada dirinya. Artinya kita boleh menggunakan satu model pada

    satu malam dan model yang lain pada malam yang lain pula.

    Berdasarkan hadis-hadis shahih, cara (model) shalat tahajud yang dikerjakan oleh

    Rasulullah SAW. sebagai berikut:

    1. Apabila shalat tahajud dikerjakan sebelas rakaat maka perinciannya, yaitu: i. sepuluh rakaat untuk shalat tahajud dikerjakan dua rakaat dua rakaat sebanyak

    lima kali, pada tiap-tiap dua rakaat satu kali salam dan satu rakaat untuk shalat witir.

    Dari Aisyah bahwanya Nabi SAW. memulai shalat malamnya dengan dua rakaat khofifatain (ringan) kemudian beliau menyempurnakannya sampai sebelas rakaat beliau salam pada tiap dua rakaat dan beliau shalat witir satu rakaat.

    ii. Delapan rakaat untuk shalat tahajud dikerjakan dua rakaat dua rakaat sebanyak empat kali dan tiga rakaat untuk shalat witir. Pada hadis yang panjang Ibnu Abbas menjelaskan :

    .. ..) (

    "Kemudian Nabi SAW. shalat dua rakaat yang ia panjangkan berdiri, ruku, dan sujudnya, kemudian dia berbaring dan tidur sampai terlelap kemudian melakukan hal

    yang sama sampai tiga kali sehingga menjadikan enam rakaat kemudian beliau shalat witir tiga rakaat. (HR Muslim)

    Hadis diatas juga bisa menjadi dalil bolehnya shalat tahajud tidak dikerjakan

    sekaligus (diselang dengan amalan lain).

    c. Delapan rakaat untuk shalat tahajud yang dikerjakan empat rakaat empat rakaat dengan salam pada tiap empat rakaat dan tiga rakaat untuk shalat witir.

    -

    ) ( Telah berkata Aisyah : bahwasanya Rasulullah SAW. tidak pernah menambah sebelas rakaat baik pada bulan ramadhan maupun pada bulan-bulan yang lainnya, beliau shalat empat rakaat tapi jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya

  • 20

    kemudian ia shalat lagi empat rakaat dan jangan kau tanya bagus dan panjangnya, kemudian ia shalat witir tiga rakaat .(HR Bukhari dan Muslim)

    2. Apabila shalat tahajud dikerjakan tiga belas rakaat, maka perinciannya yaitu: a. Dua belas rakaat untuk shalat tahajud yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat sebanyak enam kali dan satu rakaat untuk shalat witir

    : : ... .

    Dari Kuraib bahwasanya Ibnu Abbas telah memberitahukan kepadanya: bahwa

    dia pernah bermalam di rumah Maimunah..kemudian Nabi bangun dan shalat malam dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian beliau shalat

    witir satu rakaat. b. Delapan rakaat untuk shalat tahajud dengan salam pada tiap dua rakaat dan

    lima rakaat untuk shalat witir dengan satu kali salam yaitu di rakaat terakhir. Hadis yang menjelaskan tentang model pelaksanaan shalat tahajud

    tersebut diriwayatkan dari Aisyah.

    , ) (

    Rasulullah SAW. shalat malam delapan rakaat, beliau salam pada tiap dua rakaat kemudian dia shalat witir lima rakaat secara berturut-turut dan ia tidak duduk diantara rakaat-rakat itu kecuali pada rakaat terakhir. (HR Muslim dan Tirmidzi)

    Catatan : Pada tiap-tiap rakaat (disetiap rakaat pertama) dibuka dengan doa iftitah sebagaimana yang biasa dibaca pada shalat fardhu. Dua diantara doa iftitah yang

    banyak dibaca adalah:

    .

    ) ( Ya, Allah! jauhkanlah aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya, Allah! bersihkanlah aku dari kesalahanku

    sebagaimana dibersihkan baju dari kotoran. Ya, Allah! bersihkan aku dari

    kesalahanku dengan air salju dan embun. (HR Muslim)

    . Ya, Allah! aku hadapkan jiwa ragaku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan condong lagi berserah diri dan tidaklah aku termasuk orang

  • 21

    musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanya

    karena Allah Tuhan semesta alam tiada sekutu bagi-Nya dan karena itulah aku

    diperintahkan dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu. Selain itu ada doa iftitah yang khusus dibaca oleh Rasulullah SAW. pada shalat

    tahajud, yaitu:

    Pertama;

    , , , ,

    (

    ) Ya Allah! Bagimu segala puji, Engkaulah yang mengurus langit dan bumi, dan seluruh

    makhluk, yang ada padaNya. Dan bagi-Mu segala puji, kepunyaan-Mulah kerajaan

    langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya. Dan bagi-Mu segala puji,

    Engkaulah yang menyinari langit dan bumi.

    Dan bagi-Mu segala puji, Engkaulah yang Haq, janji-Mu pasti, pertemuan dengan-Mu

    juga pasti, perkataan-Mu pasti (benar), surga dan neraka pasti ada, para Nabi itu pasti

    (benar ) demikian juga Nabi Muhammad, dan Qiyamah itu pasti terjadi.

    Ya Allah! Kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku

    bertawakal, kepada-Mu aku kembali, kepada-Mu aku mengadu, kedapa-Mu aku

    menyerahkan segala keputusan.

    Ya Allah! Ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang kemudian, yang tersembunyi

    dan yang nampak, Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan,

    Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau dan tiada daya dan kekuatan kecuali

    dengan pertolongan-Mu, ya Allah! (HR Bukhari)

    Kedua;

    ) ( Ya, Alllah! Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, yang

    mengetahui yang gaib dan yang terlihat. Engakulah yang menjadi hakim diantara

    hamba-hamba-Mu pada apa-apa yang mereka perselisihkan. Dengan izin-Mu

    tunjukkanlah aku pada yang hak dari apa diperselisihkan itu. Sesungguhnya Engkaulah

    yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau hendaki pada jalan yang

    lurus. (HR Muslim)

  • 22

    Membaca surat Al-fatihah dan surat-surat lainnya disemua rakaat. Rasulullah SAW. tidak menentukan surat apa saja yang harus dibaca pada shalat tahajud. Jadi

    membaca surat setelah surat Al-fatihah disesuaikan dengan kemampuan hapalan kita

    Allah SWT. berfirman :

    :( 02) karena itu bacalah apa yang mudah(bagimu) dari Al-Quran.(QS Al-Muzammil [73]:20)

    Adapun cara membacanya boleh dikeraskan atau di-sir-kan. Kedua cara tersebut

    pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika

    beliau shalat bersama Abu Bakar, dia merendahkan (mensirkan) bacaannya. Dan dilain

    waktu ketika shalat bersama Umar beliau meninggikan (mengeraskan) suara bacaannya,

    (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Menurut para Ulama bacaan sir akan lebih afdhal dari

    pada bacaan dzahar apabila khawatirkan menimbulkan sifat riya. Tetapi apablia tidak

    takut akan menimbulkan sifat riya maka dzahar akan lebih utama dari pada bacaan sir.

    Untuk bacaan-bacaan atau doa-doa seperti pada ruku Itidal sujud dan tasyahud sama seperti yang dibaca dalam shalat fardhu.

    Shalat tahajud boleh dikerjakan sambil berdiri, duduk, atau keduanya secara

    berga\ntian pada saat yang sama. Ada pun dalilnya sebagai berikut:

    : - ( )

    Dari Aisyah :Bahwasanya Rasulullah berdiri pada shalat malam sehingga terlihat kedua telapak kakinya membengkak. ( HR Bukhari dan muslim )

    : - ) (

    Aisyah berkata: bahwa Rasulullah melaksanakan shalat tahajud dengan berdiri pada beberapa malam yang cukup lama, dan beliau pun pernah shalat tahajud sambil duduk

    pada beberapa malam yang cukup lama, apabila ia shalat sambil berdiri maka ia ruku

    sambil berdiri,dan apabila ia shalat sambil duduk maka ia ruku sambil duduk. ( HR Muslim, Abu Daud, dan Nasai)

    :

    () Aisyah berkata: bahwa Rasululllah shalat sambil duduk dan ia pun membaca surat

    sambil duduk pula, dan apabila bacaanya tersisa sekitar tiga puluh atau empat puluh

    ayat, Rasulullah berdiri dan membaca ayat yang tersisa tadi sambil berdiri kemudian

    setelah selesai membacanya, ia ruku dan kemudian sujud. Begitu pun pada rakaat kedua, beliau melakukan hal yang sama. (HR Bukhari dan Muslim).

  • 23

    Hadis kesatu dan kedua menerangkan tentang keadaan Shalat Rasulullah SAW.

    pada waktu yang berbeda, sedangkan hadis ke tiga menerangkan tentang keadaan shalat

    Rasulullah sambil berdiri dan duduk pada waktu yang sama.

    Itulah beberapa diantara tatacara pelaksanaan shalat tahajud yang biasa

    dikerjakan oleh Rasulullah SAW. yang harus dijadikan sebagai tuntunan bagi siapa saja

    yang hendak melaksanakan shalat tahajud. Untuk menjaga dan menambah keutamaan

    shalat tahajud maka kita pun perlu mengetahui amalan-amalan yang senantiasa

    dilakukan oleh Rasulullah SAW.

    IV Antara Niat Ikhlas dan Hikmah Shalat Tahajud

    Shalat tahajud termasuk shalat sunat yang diperintahkan (dianjurkan) oleh Allah

    SWT. kepada hamba-hamba-Nya. Dia menjadikan shalat tahajud sebagai jalan untuk

    mengangkat derajat kemuliaan seorang hamba yang bersungguh-sungguh dalam

    menyembah-Nya. Selain itu, shalat tahajud ini merupakan kesempatan emas untuk

    mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT. disaat orang-orang tertidur lelap,

    Allah SWT. menawarkan sesuatu yang sangat berharga kepada orang yang mengerjakan

    shalat malam tepatnya di sepertiga akhir malam. Dalam sebuah hadis Allah SWT.

    berfirman :

    ) ( Barang siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Ku kabulkan, barang siapa yangmeminta kepada-Ku, pasti Ku beri, dan barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti Ku

    ampuni. (HR Jamaah) Disamping itu, ditinjau dari aspek lahiriah shalat tahajud dapat menjadi terapi

    bagi kesehatan badan. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. bersabda :

    ) (

    Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang soleh sebelum kalian, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. juga sebagai

    penebus dosa dan kejelekanmu, serta dapat menangkal penyakit dari badanmu. (HR At-Tirmidzi)

    Pada hadis diatas tercakup beberapa keutamaan shalat tahajud, salah satu

    diantaranya adalah dapat menghindarkan seseorang dari berbagai macam penyakit. Hal

    ini berkaitan erat dengan kesehatan yang memunculkan indikasi perlunya penelitian

    guna mengetahui pengaruh ibadah terhadap kesehatan jasmaniah. Dalam dunia medis terdapat disiplin ilmu yang dinamakan dengan

    psikoneuromonologi. Kajian psikoneuromonologi meliputi tiga disiplin ilmu, yaitu:

    Psikologi, Neurologi, dan Imunologi. Psikologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang

    meneliti gejala-gejala kejiwaan yang terdapat di dalam diri manusia. Neurologi adalah

    cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari susunan saraf dengan segala implikasinya.

    Sedangkan Imunologi yaitu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu jaringan

    tubuh yang berfungsi melindungi badan dari invansi bakteri, virus dan benda asing.

    Secara defenitif Notosudirjo menyatakan, bahwa psikoneuromonologi adalah

    ilmu yang mempelajari interaksi antara sistem imunitas dan perilaku melalui sistem

  • 24

    saraf. Oleh karena itu, benar bahwasanya tahajud secara medis dapat menghindarkan

    tubuh dari berbagai macam penyakit. Tetapi di sisi lain, shalat tahajud juga tidak

    mampu menjauhkan tubuh dari penyakit.

    Sepintas kita menemukan dua hal yang bertolak belakang terhadap apa yang

    dikemukakan di atas. Mulai dari kemunculan penyakit sampai mencegah penyakit.

    Akan tetapi kalau diperhatikan secara tinjauan psiklogis, pola kehidupan manusia

    sebenarnya memiliki irama sirkadinal diurnal. Jika irama ini diberikan beban untuk

    melaksanakan shalat tahajud maka ia akan berubah menjadi nokturnal sehingga akan

    menyebabkan perubahan perilaku dari tujuan saraf pusat tertentu. Saraf pusat tersebut

    memiliki tujuan untuk beradaptasi dengan irama sirkadinal, sebuah irama yang memiliki

    siklus selama 24 jam untuk beradaptasi dengan lingkungan. Shalat tahajud dianggap

    akan memberikan ekses terhadap munculnya penyakit, jika kita menganggapnya sebagai

    beban yang begitu berat, atau kita melakukan shalat tahajud karena adanya unsur

    keterpaksaan bukan berasal dari keikhlasan.

    Berbeda dengan anggapan di atas, tahajud justru mampu menghindarkan tubuh

    dari berbagai macam penyakit. Hal ini dikarenakan shalat tahajud mampu

    mendatangkan ketenangan terhadap psikologis seseorang. Sedangkan ketenangan akan

    meningkatkan sistem imunologi seseorang sehingga mampu mengurangi resiko terkena

    penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan. Sebaliknya, jika kita tidak tenang

    (Stres) maka hal ini akan menjadikan seseorang rentan terkena berbagai macam

    penyakit, diantaranya mempercepat perkembangan sel kanker dan meningkatkan

    penyebaran virus (metistasis). Dengan demikian, secara teoritis shalat tahajud mampu

    melindungi kesehatan fisik dan mental.

    Kedua argumentasi diatas ada salah satu yang perlu digaris bawahi dan

    diperhatikan, yaitu keikhlasan dalam menjalankan syari'at Allah ternyata mampu

    menghilangkan berbagai tekanan jiwa. Jika kita tidak ikhlas maka hal ini akan

    memberikan beban terhadap irama sirkadinal diurnal sehingga akan berubah menjadi

    nokturnal yang justru akan mendatangkan berbagai macam penyakit yang lain.

    Keikhlasan sungguh akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Kebenaran bahwa

    shalat tahajud berefek pada kesehatan tubuh ini telah dibuktikan oleh Dr. Moh. Sholeh

    dalam bukunya Terapi shalat Tahajud. Niat bagaikan titik koordinat, jika titik ini bergeser dari pusatnya maka arah

    yang dihasilkan akan jauh dari apa yang diharapkan sehingga nilai-nilai dari apa yang

    kita lakukan tidak kita dapatkan. Imam Nawawi dalam Syarh Arba'n Nawaw menyebutkan bahwa ikhlas adalah niat yang dilandasi karena semata-mata mengharap

    ridha Allah, bukan karena yang lainnya. Tidak disebut ikhlas jika seseorang

    meninggalkan ibadahnya karena ingin diketahui oleh orang lain. Sementara itu, Imam

    Fudha'il bin Id menambahkan bahwa meninggalkan suatu ibadah karena seseorang disebut riya, sehingga perbuatannya tersebut akan terjebak pada lingkaran kemusyrikan.

    Begitu pula niat melaksanakan shalat tahajud harus didasarkan pada keikhlasan

    semata karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan kesehatan atau menghindarkan

    diri dari berbagai macam penyakit, sehingga kita tidak terjebak dalam permasalahan

    yang akan muncul dari melaksanakan shalat tahajud. Misalnya kita akan merasa putus

    asa, bahkan akan sampai meninggalkan shalat tahajud ketika shalat tahajud yang

    senantiasa kita kerjakan tidak berefek pada kesehatan tubuh. Akhirnya pahala tahajud

    yang telah disediakan oleh Allah tidak akan kita dapatkan.

    Berbeda ketika kita melaksanakan shalat tahajud karena mengharap ridla Allah

    SWT. Walaupun shalat tahajud tidak membawa efek positif bagi tubuh kita, tetapi

  • 25

    pahala dari Allah tetap akan kita dapatkan. Bahkan kedua-duanya, yaitu pahala dari

    Allah dan badan yang sehat bisa kita dapatkan sekaligus dari melaksanakan shalat

    tahajud yang didasarkan (niat) karena Allah SWT. Allah SWT. Berfirman:

    : ( 02)

    Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami

    berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu

    kebahagiaan pun di akhirat. (QS Al-Asyr [42] 20) Terhindar dari berbagai macam penyakit bukan tujuan utama dari melaksanakan

    shalat tahajud. Hal utama yang perlu kita perhatikan dalam melaksanakan shalat tahajud

    dan pada umumnya pada semua aspek ibadah adalah niat ikhlas (murni) mengharap

    ridha Allah SWT., bukan yang lain.

    C. Amalan setelah shalat tahajud

    Selain memperhatikan amalan sebelum dan ketika melaksanakan shalat tahajud,

    kita pun harus mengetahui amalan-amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW.

    sesudah shalat tahajud. Amalan Rasulullah SAW. tersebut harus kita ikuti. Karena

    selain menghidupkan sunnahnya, juga menambah nilai pahala shalat tahajud. Amalan

    yang menjadi kebiasaan Rasulullah SAW. setelah selesai shalat tahajud, beliau

    memperbanyak doa, shalat dua rakaat, dan tidur sebelum adzan shubuh. 1. Memperbanyak doa.

    Setelah selesai shalat tahajud dan witir, dianjurkan untuk memperbanyak do'a dan dzikir

    karena pada saat itulah doa akan dikabulkan, segala permintaan akan diberikan, dan

    dosa-dosa akan dihapuskan. Doa yang dibaca boleh apa saja sesuai dengan kebutuhan.

    Namun, doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. setelah selesai shalat tahajud

    sekaligus doa setelah shalat witir adalah:

    x 3 ) ( Maha Suci Raja (Allah) Yang Maha Bersih 3X. (HR Abu Daud, An-Nasai, dan Ibnu Majah)

    ) (

    Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu, Aku tidak dapat

    menghitung pujian atas-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. (HR Ahmad)

    2. Shalat dua rakaat setelah shalat tahajud atau witir (Shalat Sunat Qabla Shubuh). Dalam sebuah hadis disebutkan:

  • 26

    : . ) (

    Dari Aisyah berkata: Nabi SAW. pernah Shalat malam tiga belas rakaat. Beliau shalat (malam) delapan rakaat sambil duduk .Apabila ia salam, kemudian ia takbir lagi dan shalat dua rakaat antara adzan dan iqamah. (HR Bukhari dan Muslim)

    : -- ( ) ( ) ( )

    Dari Abi Umamah : bahwasanya Nabi SAW. pernah shalat dua rakaat setelah witir (yang dikerjakan) sambil duduk. Pada shalat tersebut beliau membaca surat Idza zulzilatul ardhu(Al-zalzalah) dan Qulyaayyuhal Kaafirun (al-kafirun).(HR Ahmad)

    Menurut Imam nawawi mengerjakan shalat dua rakaat setelah shalat tahajud dan witir hukumnya boleh, artinya shalat witir tidak harus diakhiri dengan shalat dua

    rakaat tersebut. Rasulullah SAW. pun mengerjakannya hanya satu kali atau beberapa

    kali saja. Kalimat " tidak menunjukan kepada kebiasaan, membiasakan atau mengulangi. Sedangkan menurut Ibnul Qayyim shalat dua rakaat tersebut adalah sebagai penyempurna bagi shalat witir, sebagaimana dua rakaat setelah maghrib sebagai penyempurna baginya.

    Jadi, berdasarkan hadis serta pendapat ulama, mengerjakan shalat dua rakaat setelah melaksanakan shalat witir atau tahajud hukumnya boleh. Apabila tidak

    berkehendak untuk mengerjakannya maka tidak apa-apa. Namun akan lebih baik kalau

    dikerjakan.

    2. Tidur Sebentar Menjelang Shubuh

    Amalan ini biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. setelah ia selesai mengerjakan shalat

    malam. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

    ) (

    Maka Nabi SAW. shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, (dan seterusnya sampai enam kali), kemudian ia shalat witir. (Setelah selesai) kemudian beliau berbaring

    sampai muadzin mengumandangkan adzan (shubuh). (HR Bukhari-Muslim) Adapun tatacara tidur yang baik dan dianjurkan oleh Rasulullah yaitu

    menghadap kesebelah kanan dengan menjadikan tangan kanan sebagai alas pipi kanan.

    Mengenai tatacara tidur Rasulullah SAW. sudah dijelaskan pada pembahasan

    sebelumnya, tidur seperti ini tiada lain agar mudah bangun kembali untuk melaksanakan

    shalat shubuh.

    Selain itu, dianjurkan tidur setelah shalat tahajud yaitu menjaga kondisi

    tubuh misalnya dari rasa kantuk saat melaksanakan shalat shubuh, dan juga untuk

    memisahkan antara shalat sunat dengan shalat wajib. Kalau kita berkehendak, kita boleh

    mengerjakan amal yang lainnya yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

    Seperti membaca al-Quran dan berdzikir.

  • 27

    SHALAT WITIR A. Pengertian shalat witir

    Shalat witir merupakan salah satu diantara shalat sunat malam yang biasa

    dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah melewatkan shalat sunat ini.

    Beliau menganjurkan kepada umatnya untuk mengisi malam dengan dengan shalat witir

    walaupun hanya satu raka'at. Rasulullah SAW. melaksanakan shalat witir tiada lain

    sebagai upaya untuk mencintai sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW.

    bersabda:

    ) ( "Sesungguhnya Allah itu ganjil, dan senang kepada yang ganjil." (HR Bukhari dan

    Muslim)

    Secara bahasa, witir artinya bilangan ganjil, seperti satu, tiga, lima dan

    sebagainya. Sedangkan menurut istilah syara, witir artinya shalat sunat yang bilangan

    raka'atnya harus ganjil, tidak boleh genap serta dilaksanakan antara isya sampai terbit

    fajar. Rasulullah SAW. bersabda:

    ( )

    "Sesungguhnya Allah telah menambahkan shalat bagi kalian, yaitu shalat witir, maka

    kerjakanlah shalat tersebut antara isya sampai terbit menjelang fajar (waktu shubuh

    tiba)." (HR Ahmad, Hadis ini dishahihkan oleh Al-Bana)

    Shalat witir juga merupakan shalat sunat yang dikerjakan setelah dan sekaligus

    sebagai penutup shalat malam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:

    ) (

    "Jadikanlah shalat witir sebagai akhir(penutup) shalat malam." (HR Bukhari dan

    Muslim)

    B. Hukum Shalat witir

    Tidak seperti halnya shalat tahajud, para ulama berbeda pendapat mengenai

    hukum shalat witir. sebagian ulama, salah satu diantaranya Abu Hanifah mengatakan

    bahwa shalat witir hkumnya wajib. Beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada

    beberapa hadis, yang semuanya berisi perintah (anjuran) Rasulullah SAW. untuk

    mengerjakan shalat witir. Diantara hadis-hadis yang dijadikan oleh Abu Hanifah untuk

    memperkuat pendapatnya tersebut adalah:

    1. Hadis dari Abi Ayub, Rasulullah SAW. bersabda:

    , , , ) (

    "Shalat witir adalah haq, barang siapa yang senang melaksanakan shalat witir

    sebanyak lima raka'at maka kerjakanlah, dan barang siapa yang senang melaksanakan

  • 28

    shalat witir tiga raka'at, maka kerjakanlah, dan barang siapa yang senang

    melaksanakan shalat witir sebanyak satu raka'at, maka kerjakanlah." (HR Abu Daud,

    An-Nasai, dan Ahmad)

    2. Hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda :

    ) (

    "Barang siapa yang tidak melaksanakan shalat witir maka bukan dari golongan kami".

    ( HR Ahmad). Kedudukan Hadis ini dha'if.

    3. Hadis dari Abi Bashrah, Rasulullah SAW. bersabda:

    ( )

    "Sesungguhnya Allah telah menambahkan shalat bagi kalian, yaitu shalat witir, maka

    kerjakanlah shalat tersebut antara isya sampai terbit fajar (waktu shubuh tiba)." (HR

    Ahmad, Hadis ini dishahihkan oleh Al-Bana)

    4. Hadis dari Abi Sa'id, Rasulullah Saw. bersabda:

    ) (

    "Shalat witirlah sebelum masuk waktu shubuh."( HR Muslim, Tirmidzi, An-Nasai dan

    Ibnu majah).

    5. Hadis dari 'Aisyah, Rasulullah SAW. bersabda:

    - : ()

    "Nabi SAW. pernah shalat malam apabila hendak shalat witir, ia berkata: "bangkitlah

    wahai 'Aisyah, kerjakanlah shalat witir". (HR Bukhari dan Muslim)

    Dilain pihak, kebanyakan jumhur Ulama, seperti ulama dari kalangan sahabat,

    tabi'in, dan pengikut Abu Hanifah, mengatakan bahwa shalat witir hukumnya sunat

    muakkad, yakni shalat sunat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Menyikapi

    pendapat Abi Hanifah diatas, Ibnu Mudzir berkomentar bahwa tidak ada seorang pun

    yang sepakat dengan Abu Hanifah dalam hal wajibnya shalat witir.

    Bagi ulama yang berpendapat bahwa shalat witir hukumnya sunat muakkad.

    Mereka mendasarkan pendapatnnya tersebut pada beberapa hadis berikut:

    1. hadis dari Thalhah Ibn Ubaidillah

    -- : , : ) (

  • 29

    bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda : Shalat lima waktu yang diwajibkan oleh Allah dalam sehari semalam. Orang arab bertanya: Apakah ada shalat wajib selain

    itu? Rasulullah SAW. menjawab:"Tidak ada kecuali engkau mau (mengerjakan yang

    sunat)." (HR Bukahri dan Muslim)

    2. Hadis dari Ibnu Abbas

    -- : , , ) (

    Bahwasanya Rasulullah SAW. ketika mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda:

    "Sesungguhnya kamu akan datang kepada kaum dari Ahli Kitab, maka pertama kali

    yang harus kamu lakukan (disana) yaitu mengajak mereka untuk beribadah kepada

    Allah. Apabila mereka telah mengenal Allah maka kabarkan kepada mereka bahwa

    Allah mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam." (HR Bukhari dan Muslim)

    Pada kedua hadis diatas, Rasulullah SAW. tidak menyebutkan shalat witir

    sebagai shalat wajib. Seandainya shalat witir itu wajib maka Rasulullah SAW. akan

    menyebutkan shalat yang wajib dilaksanakan oleh umatnya ada enam, bukannya lima,

    sebagaimana yang tertera pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas di atas. Pendapat para ulama yang mengatakan bahwa shalat witir hukumnya sunat

    muakkad, juga diperkuat dengan perkataan Ali, berikut:

    , - ()

    "Shalat witir bukanlah suatu keharusan seperti shalat kalian yang fardhu, tetapi

    Rasulullah SAW. melakukan shalat witir." (HR Ahmad, Ashabus sunan, dan al-hakim)

    Sementara itu, Ibnu Taimiyah mewajibkan shalat witir bagi orang yang

    melaksanakan shalat tahajud, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:

    ) ( "Jadikan witir sebagai akhir (penutup) shalat malam". (HR Bukhari Muslim)

    C. Waktu shalat witir Para ulama sepakat bahwa waktu shalat witir dimulai dari sesudah shalat isya

    sampai menjelang fajar. Sebagaiamana shalat tahajud, waktu pelaksanaan shalat witir

    dibagi pada tiga bagian utama, yaitu awal malam, pertengahan malam, dan akhir malam.

    Waktu-waktu tersebut pernah digunakan oleh Rasulullah SAW. untuk melaksanakan

    shalat witir. 'Aisyah berkata:

    -- : () "Setiap malam Rasulullah SAW. shalat witir, baik di awal malam, pertengahan malam,

    dan akhir malam."(HR Bukhari Muslim)

    Pada hadis lain, saat 'Aisyah ditanya tentang shalat witir Nabi Muhammad

    SAW. dia hanya menyebutkan dua waktu saja, yaitu awal dan akhir malam saja. Dari

    sini afdholiat waktu untuk melaksanakan shalat witir adalah pada kedua waktu ini.

  • 30

    Namun, hal ini berhubungan dengan kelonggaran yang ada pada diri seseorang.

    Maksudnya, karena shalat witir dilaksanakan tidak harus didahului oleh amalan yang

    lain, misalnya tidak didahului dengan tidur, sebagaimana halnya shalat untuk tahajud.

    Awal malam akan lebih baik bagi seseorang untuk melaksanakan shalat witir jika ia

    khawatir tidak akan bisa bangun pada akhir malam. Begitu juga, akhir malam akan lebih

    baik bagi seseorang untuk melaksanakan shalat witir, jika ia yakin dapat bangun pada

    akhir malam. Walaupun demikian, Rasulullah SAW. tetap memilih waktu yang tepat

    dan istimewa (afdhal) untuk melaksanakan shalat witir, yaitu pada akhir malam.

    Rasulullah SAW. bersabda:

    , ()

    "Barang siapa mengira bahwa dia tidak akan dapat bangun pada akhir malam,

    hendaklah witir pada awal malam. Dan barang siapa yang memperkirakan bahwa dia

    akan dapat bangun pada akhir malam, hendaklah shalat witir pada akhir malam,

    karena sesungguhnya shalat pada akhir malam dihadiri (disaksikan) oleh para

    malaikat dan itu lebih afdhal".(HR Muslim, Tirmidzi, dan ibnu Majah)

    Selain disaksikan langsung oleh para malaikat, pada akhir malam juga Allah

    Swt. turun ke langit dunia untuk memberikan setiap permintaan, mengabulkan setiap

    doa, serta mengampuni setiap dosa hamba-hamba-Nya.

    D. Jumlah raka'at shalat witir

    Shalat witir boleh dikerjakan satu, tiga, lima, tujuh, atau sembilan raka'at.

    Bilangan-bilangan tersebut termasuk bilangan ganjil, yaitu bilangan yang tidak habis

    dibagi dua. Adapun dalil-dalil, baik berupa anjuran Rasulullah SAW. maupun kesaksian

    para sahabat yang menunjukkan pada bilangan-bilangan tadi adalah:

    1. Satu raka'at

    ) ( Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Shalat witir itu satu raka'at di akhir shalat malam." (HR Muslim)

    -- , ( )

    Dari 'Aisyah:Bahwa Nabi SAW. shalat malam sebanyak sebelas raka'at dari sebelas raka'at itu beliau shalat witir satu raka'at."(HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-

    Nasai, dan Ahmad)

    2. Tiga raka'at

    ()

    "Dari 'Aisyah bahwasanya Nabi Muhammad SAW. pernah shalat witir tiga raka'at.

    Beliau tidak duduk (tasyahud) diantara raka'at-raka'at itu, kecuali pada raka'at yang ke

    tiga."(HR Malik, An-Nasai, At-Thahari, Hakim, dan Al-Baihaqi)

  • 31

    3. Lima Raka'at

    -- ) (

    "Dari 'Aisyah bahwasanya Nabi Muhammad SAW. shalat malam sebanyak tiga belas

    raka'at. Dari yang tiga belas raka'at itu, beliau berwitir dengan lima raka'at dan tidak

    duduk (untuk tasyahud dan salam), kecuali pada raka'at terakhir".(HR Muslim, Abu

    Daud dan At- Tirmidzi).

    4. Tujuh atau sembilan raka'at

    - - ()

    "Dari Ummi Salamah bahwa Rasulullah SAW. shalat witir dengan tujuh raka'at dan

    lima raka'at, beliau tidak memisahkannya dengan salam atau berbicara". (HR Ahmad,

    An-Nasai, dan Ibnu Majah)

    .. ( .)

    "Dari 'Aisyah bahwasanya Nabi SAW. shalat witir sembilan raka'at, beliau tidak duduk

    pada raka'at itu kecuali pada raka'at yang kedelapan."(HR Muslim, Abu Daud, dan

    An-Nasai)

    Selain bilangan diatas, tiga belas dan sebelas juga termasuk bilangan raka'at

    shalat witir. Imam Tirmidzi berkata: "diriwayatkan dari Nabi SAW., bahwa shalat witir

    itu tiga belas raka'at, sebelas, sembilan, tujuh, lima, dan satu. Namun Ishaq bin Ibrahim

    menjelaskan bahwa yang dimaksud berwitir tiga belas raka'at adalah salat malam tiga

    belas rakaat termasuk witir. Oleh karena itu, shalat malam dinamakan juga shalat witir.

    Dengan demikian jumlah raka'at shalat witir yang lazim dilaksanakan oleh Nabi

    SAW. antara bilangan satu sampai sembilan. Adapun tiga belas atau sebelas sekalipun

    keduanya ganjil tetapi didalamnya terdapat dua shalat malam, yaitu shalat tahajud dan

    shalat witir, sebagaimana yang diterangkan pada kebanyakan hadis mengenai sifat

    shalat tahajud Rasulullah SAW.

    E. Tatacara Pelaksanaan Shalat Witir Untuk melaksakan shalat witir, ada beberapa model yang bisa kita gunakan, baik

    shalat witir tersebut dikerjakan secara terpisah (menyendiri) dari salat tahajud maupun

    dikerjakan bersama shalat tahajud.

    Menurut sayyid Sabiq, shalat witir boleh dikerjakan dua raka'at-dua raka'at,

    artinya setiap dua raka'at diakhiri dengan tasyahud dan salam, kemudian satu raka'at

    terakhir juga diakhiri dengan tasyahud dan salam.

    Boleh juga melaksanakan seluruh shalat witir dengan dua tasyahud dan satu kali

    salam. Tasyahud pertama dilakukan sebelum raka'at terakhir, dan tasyahud kedua

    dilakukan pada raka'at terakhir yang diikuti dengan salam. Dalam sebuah hadis yang

    diriwayatkan oleh 'Aisyah disebutkan bahwa: " Rasulullah SAW. bershalat malam

  • 32

    sembilan raka'at dan duduk pada raka'at kedelapan (ketika duduk pada raka'at yang

    kedelapan itu) beliau berdzikir, bertahmid, dan berdoa kemudian bangun (tanpa salam)

    dan meneruskan raka'at yang kesembilan dengan bertasyahud dan salam. Sesudah itu

    beliau salam dua raka'at lagi. Jadi seluruhnya sebelas raka'at." (HR Al-Jama'ah)

    Model pelaksanaan shalat witir yang kedua ini tidak berlaku untuk bilangan tiga,

    sebab akan menyerupai shalat maghrib, sebagai shalat wajib. Hal ini dilarang oleh

    rasulullah SAW. dengan sabdanya:

    , , ( )

    "Janganlah kamu shalat witir dengan tiga raka'at, berwitirlah dengan lima atau tujuh

    raka'at. Dan janganlah kamu menyerupakan (shalat Witir) dengan shalat

    maghrib."(HR Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Hibban, Dan Darul Quthn)

    Hadis diatas bukan merupakan larangan melaksanakan shalat witir dengan tiga

    raka'at, tetapi pelaksanaan (tatacara) shalat witir yang tiga raka'at itu sendiri tidak boleh

    disamakan dengan pelaksanaan shalat maghrib, yaitu dengan dua kali tasyahud dan satu

    kali salam. Selain model yang ke dua ini, boleh melaksanakan shalat witir dengan tiga

    raka'at.

    Model lain dalam melaksanakan shalat witir yaitu dengan satu tasyahud dan satu

    salam pada raka'at terakhir saja. Model seperti ini terdapat dalam hadis yang

    diriwayatkan oleh 'Aisyah:

    -- ) (

    "Rasulullah SAW. pernah shalat malam tiga belas raka'at. Dari tiga belas raka'at, ia

    shalat witir lima raka'at, dan ia tidak duduk pada raka'at-raka'at itu kecuali pada

    raka'at terakhir."(Muttafaq 'Alaih)

    Pada riwayat lain disebutkan :

    ) ( "Rasulullah SAW. shalat witir tujuh raka'at, ia tidak duduk (tasyahud) kecuali pada

    raka'at terakhir."(HR Jama'ah)

    Ibnu Qayyim berkata: "Disebut dalam sunnah yang shahih dan jelas (shrih)

    serta meyakinkan bahwa shalat witir dilakukan dengan lima raka'at bersambung dan

    tujuh raka'at bersambung".

    Adapun bacaan-bacaan shalat witir dari mulai takbiratul ihram sampai salam,

    sama seperti bacaan yang biasa dibaca pada shalat fardhu.

    Mengenai surat Al-Qur'an yang dibaca setelah membaca surat al-fatihah tidak

    ditetapkan oleh Rasulullah SAW., karena pada dasarnya semua surat dalam Al-Qur'an

    boleh dibaca sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

    Ali bin Abi Thalib berkata :

    "Dalam Al-Qur'an tidak ada sesuatu (ayat atau surat) yang dijadikan (tidak dengar

    Allah), maka bacalah dalam shalat witir apa saja yang kamu sukai."

  • 33

    Walaupun demikian, ada beberapa surat yang yang biasa dibaca oleh Rasulullah

    SAW. pada shalat witir, terutama pada shalat witir yang jumlah raka'atnya tiga raka'at.

    Surat-surat yang dimaksud adalah surat Al- Al pada raka'at pertama, Al-Kafirun pada raka'at kedua, dan al-Ikhlas pada raka'at yang ketiga, Ibnu Abbas berkata:

    -- ( ) ( ) ( ) ) (

    "Rasulullah SAW. membaca surat pada shalat witir dengan "Sabbihisma rabbikal

    al, Qul y ayyuhal kfirn, dan Qul Huwallhu ahad , pada masing-masing raka'at itu". (HR Tirmidzi dan An-Nasai)

    Pada riwayat yang lain, surat yang dibaca Rasulullah SAW., selain ketiga surat

    diatas yaitu dengan menambahkan surat al-Falaq dan an-Ns, atau sering juga disebut

    dengan surat "Mu'widzatain", 'Aisyah berkata:

    -- ( ) ( ) ( ( .)

    ) "Rasulullah SAW. membaca pada raka'at pertama shalat witir dengan " Sabbihisma

    rabbikal al ", raka'at kedua membaca " Qul y ayyuhal kfirn " dan raka'at yang ketiga membaca " Qul Huwallhu ahad dan surat mu'awwidzatain (al-falaq dan Al-

    Ns)". (HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

    Surat-surat yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. tersebut dianjurkan dan

    sebaiknya dibaca oleh siapa saja yang hendak shalat witir, sebab dibalik semua itu pasti

    ada hikmah yang dikandung didalamnya.

    Pada shalat witir juga dianjurkan untuk qunut. Qunut pada witir ini dilakukan

    oleh Rasulullah Saw. Tetapi beliau melakukannya tidak pada setiap kali shalat witir,

    artinya beliau kadang-kadang melaksanakan qunut pada shalat witir, sebagaimana yang

    diungkapkan oleh Abu malik Kamal Ibn Al-Sayyid Slim pada buku Shahh Fiqh Al-Sunnahnya. Hadis yang menjelaskan tentang qunutnya Rasulullah Saw. pada shalat witir hanya melalui satu jalan, yaitu dari Ubay Ibn Kaab saja.

    ( : - ( .))

    Dari Ubay Ibn Kaab, dia berkata : bahwasannya Rasulullah saw. shalat witir, kemudian beliau qunut sebelum ruku. (HR Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah, yang disahihkan hadis ini oleh Al-Bana).

    Pada hadis diatas qunut pada witir dilakukan sebelum ruku. Berbeda dengan teks

    hadis tersebut, Anas Ibn Malik menganggap suatu kedustaan qunut dilakukan sebelum

    ruku. Beliau berpendapat bahwa Rasulullah Saw. melaksanakan qunut setelah ruku

    selama satu bulan, yaitu ketika beliau mendoakan kecelakaan bagi orang-orang musyrik

    yang telah membunuh tujuh puluh sahabat yang hapal Al-Quran yang diutus oleh Rasul

    kepada mereka. Dalam hal ini, Ulama yang sependapat dengan Anas Ibn Malik adalah

    Imam Ahmad dan Ibnu Qoyyim.

  • 34

    Menyikapi perbedaan tersebut, Al-Hfid dalam kitabnya Al-Fathmengambil jalan tengah. Beliau mengatakan bahwa qunut dilakukan setelah ruku, jika ada suatu

    hajat, atau lebih tepatnya qunut model ini dilakukan pada qunut nazilah. Sedangkan

    diluar itu, qunut dilakukan sebelum ruku.

    Dalam kitab Shahh Fiqh Al-Sunnah qunut dalam witir dilakukan pada rakaat pertama setelah selesai membaca surat, ini berarti qunut dilakukan sebelum ruku. Dalil

    yang menerangkan bahwa qunut dilakukan pada rakaat pertama, yaitu sebuah astar yang

    diriwayatkan oleh Abdur Rahman Ibn Al-Aswad.

    : , ) ( .

    dari Abdur Rahman Ibn Al-Aswad, dia berkata :bahwa Abdullah Ibn Masud tidak qunut pada shalat yang manapun, kecuali pada witir sebelum satu rakaat. (HR Al-Thabrani, sanadnya shahih)

    Adapun doa yang dibaca pada qunut adalah sebagaimana yang diajarkan oleh

    Rasulullah Saw. kepada Hasan Ibn Ali pada hadis berikut:

    - : , , , , , , , ( .

    ) Hasan Ibn Ali berkata, Rasulullah Saw. mengajarkan kepadaku doa yang aku

    baca pada shalat witir : Ya Allah, berikanlah aku hidayah sebagaimana orang yang pernah Engkau berikan. Selamatkanlah aku (dari penyakit dan malapetaka)

    sebagaimana orang yang pernah Engkau selamatkan. Lindungi aku sebagaimana

    oarang yang pernah Engkau lindungi. Limpahkanlah berkah atas karunia rizki-Mu

    kepadaku. Jauhkanlah dariku keburukan sebagai ketetapan qadla (takdir)-Mu.

    Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan keputusan dan tiada yang menentukan

    sesuatu terhadap-Mu. Tidak akan rendah hina orang yang Engkau lindungi dan tidak

    akan mulia orang yang Engkau musuhi. (HR Ahamd, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah).

    Komentar terhadap hadis ini:

    Menurut imam Tirmidzi hadis ini hasan (baik) dan tidak diketahui qunut dari

    Nabi Saw. yang lebih baik daripada qunut ini. Sedangkan Imam Nawawi mengatakan

    bahwa hadis ini sanadnya