buku pedoman tahfiz lengkap editing cetak di bandung

209
Buku Pedoman Tahfiz al-Quran - i H. Abdurrauf, Lc., MA., dkk PEDOMAN TAHFIZ AL-QURAN Diterbitkan oleh

Upload: nurroyun7911

Post on 25-Nov-2015

76 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB II

40 - Buku Pedoman Tahfiz al-QuranBuku Pedoman Tahfiz al-Quran - 39

H. Abdurrauf, Lc., MA., dkk

PEDOMAN

TAHFIZ AL-QURANDiterbitkan olehUIN FSH Press2014TIM PENULIS:H. Abdurrauf, Lc.,M.A.,

Dr. H. Muhaimin Zen, M.A., Dr. Syahrul Adam, M.Ag.,

Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.A., Arip Purkon, M.A.,

H. Nur Rohim Yunus, LLM., Maman Rahman Hakim, M.M.

Judul: Pedoman Tahfiz al-Quran----------------------------------------------------------------------------

Tim Penulis: H. Abdurrauf, Lc.,M.A., Dr. H. Muhaimin Zen, M.A., Dr. Syahrul Adam, M.Ag., Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.A., Arip Purkon, M.A., H. Nur Rohim Yunus, LLM., Maman Rahman Hakim, M.M.

Pengarah : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., MM., Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, M.A., Prof. Dr. H. Yunasril Ali, M.A., J.M. Muslimin, M.A., Ph.D.Penerbit: UIN FSH Press

ISBN

: 978-602-18696-2-8

Tahun

: 2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Syukur kami panjatkan kepada-Nya atas segala nimat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga Buku Pedoman Tahfiz al-Quran ini dapat disusun dan diterbitkan.

Buku ini berisi pedoman pelaksanaan tahfiz al-Quran di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, program tahfiz yang ada di FSH diperuntukkan bagi mahasiswa lintas Program Studi yang mempunyai minat dalam bidang tahfiz al-Quran. Buku ini disusun dengan tujuan antara lain supaya kegiatan tahfiz al-Quran yang dilaksanakan berjalan secara sistematis.

Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat, khususnya bagi para pembimbing dan peserta tahfiz al-Quran. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu maka koreksi dan masukkan dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan ke depan.

Jakarta, 10 Januari 2014

Tim Penulis

SAMBUTAN

DEKAN FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTASegala puji dan syukur hanya untuk Allah Swt., Rabb al-izzati, Dzat Yang Maha Rahman dan Rahim. Salawat dan salam dimohonkan untuk Nabi dan Rasul akhir zaman, Muhammad Saw., berikut keluarga, sahabat dan umatnya.Dengan terselesaikannya penyusunan Buku Pedoman Tahfiz al-Quran ini, atas nama pribadi dan terutama selaku pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikan penghargaan disamping terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun. Demikian juga kepada pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap penyelesaian buku ini.

Buku ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan tahfiz di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan tahfiz merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan sejak dibukanya Program Studi Perbandingan Mazhab Fikih Khusus. Saat ini, dan mudah-mudahan juga saat mendatang, kegiatan tahfiz di Fakultas Syariah dan Hukum tidak hanya untuk Program Studi kelas khusus tetapi juga terbuka untuk semua mahasiswa dan Prodi. Hal ini dilakukan antara lain untuk menggelorakan semangat menghafal al-Quran di kalangan mahasiswa.

Di balik sedikit kekurangan bahkan mungkin kesalahan di sana-sini, insya Allah buku ini bermanfaat adanya bagi segenap civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Semoga Allah Swt. memberkahi kita semua. Amin.Jakarta, 10 Januari 2014Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

DAFTAR ISIBab I: Pendahuluan

Bab II: Sistem dan Metode PembinaanBab III: Petunjuk Menghafal al-QuranBab IV: Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ)Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUANA. Dasar Pemikiran

Al-Quran adalah salah satu kitab samawi yang diturunkan ke muka bumi untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia. Petunjuk di sini dalam artian yang seluas-luasnya, baik sebagai petunjuk dalam pengamalan agama, maupun petunjuk dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Karena itu banyak pakar dalam berbagai bidang, baik dari kalangan muslim maupun non muslim yang terinspirasi dengan informasi al-Quran, sehingga membuat mereka konsen untuk menggali lagi teori ilmu-ilmu terbaru dari al-Quran. Maka, tidak berlebihan jika dikatakan kitab ini sebagai satu-satunya kitab suci yang paling banyak dibaca oleh umat manusia di seluruh dunia, dari berbagai lapisan masyarakat, bahkan tidak hanya mereka yang mengerti/memahami artinya, tetapi juga mereka yang tidak mengerti. Dan hebatnya lagi, di antara mereka banyak yang sudah hafal kendati tidak mengerti artinya apalagi mentafsirkannya. Tentu hal ini sangat mengagumkan.

Walaupun ulama sepakat berpendapat bahwa hukum menghafal al-Quran tidak wajib, namun banyak ditemukan hadis Nabi saw yang isinya menganjurkan agar para Sahabat beliau menghafal ayat-ayat al-Quran, juga memberikan nilai tinggi atau menempatkan pada posisi yang tinggi di sisi Allah untuk mereka yang mahir dalam al-Quran atau ahli dalam al-Quran, termasuk di dalamnya para hafizh al-Quran yaitu mereka akan bersama dengan para malaikat yang mulia.

Begitu juga dalam penjelasan beberapa hadis, dimana Nabi saw memperlakukan sahabat-sahabat yang hafal al-Quran berbeda dengan yang tidak hafal, seperti pada waktu penguburan syuhada Uhud. Hal ini menunjukkan secara jelas betapa besar harapan Syari agar umat Islam menghafalkan al-Quran. Oleh karena itu sebagai wujud respon atas seruan anjuran untuk menghafal al-Quran, banyak kita temukan Institusi-institusi pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, baik di dalam atau luar negeri yang mewajibkan atau menganjurkan siswa/i dan mahasiswa/inya untuk menghafal al-Quran, seluruh atau sebagaian dari al-Quran.

Alhamdulillah, di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri sejak tahun 1996 juga menetapkan kewajiban menghafal al-Quran, walaupun 5 sampai 8 juz saja kepada mahasiswanya, khususnya Program Studi/Jurusan Perbandingan Madzhab Fiqh Khusus (PMFK), dan itu berjalan sampai sekarang.

Selain itu, kita patut bersyukur kepada Allah swt juga, karena ternyata semangat menghafal al-Quran itu berimbas kepada mahasiswa/i Program Studi lainnya, yang notabene tidak ada kewajiban menghafal, mereka mendaftarkan diri dan diinterview, lalu oleh Panitia, mereka yang dinyatakan layak diikutsertakan dalam program tahfiz umum sebagai salah satu sistem pembinaan tahfiz di Fakultas Syariah dan Hukum. Ketika ditanyakan kepada mereka tentang motif keikutsertaan dalam program ini, rata-rata jawaban mereka sama, yaitu ingin ikut andil dalam menghafal al-Quran dan berusaha meningkatkan kedekatan kepada Sang Pencipta melalui al-Quran. Lalu, ketika ditanyakan kembali, adakah motif selain itu, agar mendapatkan beasiswa, misalnya?. Lagi-lagi jawaban mereka hampir sama tidak ada motif itu. Jawaban mereka bisa jadi benar , karena sejak awal panitia tidak ada yang menjanjikan reward apapun, apalagi beasiswa, jadi murni mereka berangkat dari suatu keikhlasan untuk ikut menghafal.

Begitupun, para dosen/instruktur, pada awal program ini ditawarkan, terdaftar sekitar 26 mahasiswa, lalu oleh Koordinator ditawarkan ke beberapa dosen yang siap mewakafkan waktu minimal 1 atau 2 jam dalam sepekan, akhirnya bersedialah 5 orang dosen instruktur yang siap untuk itu tanpa reward apapun, bahkan tanpa SK Dekan waktu itu. Jadi semuanya berangkat dari keinginan diri untuk berbuat dan membimbing mahasiswa yang mempunyai motivasi kuat menghafal al-Quran.

Atas dasar itulah pihak fakultas menyambut baik dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya serta berusaha mewadahi dan menfasilitasi mereka dengan menyediakan dosen-dosen/instruktur Pembina dengan harapan keinginan mereka menghafal al-Quran seluruh atau sebagian bisa tercapai dengan hasil dan kualitas yang sesuai harapan.

Penyusunan buku Pedoman Tahfiz al-Quran ini diharapkan bisa menjadi arahan dan pedoman bagi dosen instruktur dan mahasiswa, baik bagi mereka yang diwajibkan maupun yang tidak diwajibkan menghafal al-Quran, terkait program, metode serta kiat-kiat sukses dalam menghafal al-Quran. Tentu dengan harapan, bagi mereka yang memiliki kewajiban tahfiz dapat menyelesaikannya tepat waktu sehingga tepat waktu juga dalam menelesaikan tugas-tugas akademisinya. Sementara bagi mereka yang tidak diwajibkan, mereka dapat memilih program-program yang ditawarkan sesuai minat dan kemampuannya, juga mengetahui sistem serta metode yang digunakan.

Mudahan-mudahan kehadiran buku pedoman yang sangat sederhana dan sarat dengan keterbatasan dan kesempurnaan ini, mampu menghantarkan mahasiswa/i untuk mencapai apa yang diharapkan bersama, amin.

B. Dasar Penyusunan

Ada beberapa hal yang menjadi dasar penyusunan dan penerbitan buku Pedoman Tahfiz al-Quran ini, yakni:1. Rapat koordinasi pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum dengan fungsionaris lembaga (di sini apakah perlu disebutkan lembaga tersebut), yang secara spesifik membahas kemungkinan dibukanya program tahfiz sebagai bagian dari program Fakultas.

2. Rapat koordinasi pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum dengan para instruktur tahfiz, dimana pada rapat tersebut disepakati dua hal sebagai berikut:

a. Perlu dibentuk sebuah program tahfiz al-Quran di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum untuk membantu para mahasiswa dan mahasiswi yang berkeinginan untuk tahfiz, sehingga bermanfaat sebagai amal ibadah mahasiswa/i, baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.

b. Program Tahfiz al- Quran diharapkan menjadi salah satu ciri khas yang membedakan Fakultas Syariah dan Hukum dari fakultas-fakultas lain di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Program tahfiz ini merupakan basic demand atas sikap mahasiswa dan mahasiswi terhadap kompetensi dasar wajib atau mutlak yang harus dimiliki, seperti: integritas (integrity), kepemimpinan (leadership), perencanaan dan pengorganisasian (planing and organizing), kerjasama (collaboration), dan fleksibilitas (flexibility).3. Silaturrahim antara pihak Fakultas dengan para mahasiswa program tahfiz. Dalam silaturrahim tersebut para mahasiswi dan mahasiswa yang hadir sangat antusias dan men-support sepenuhnya program tahfiz ini.

Hasil rapat koordinasi dan silaturahim tersebut kemudian ditungkan dalam surat keputusan (SK) Dekan Fakultas Syariah dan Hukum No. 014 Tahun 2013 tentang pedoman dasar pelakasanaan program tahfiz al-Quran. Program tahfiz al-Quran ini diharapkan dapat membantu mahasiwa dan mahasiswi mengatasi masalah kesulitan dalam menghadapi Tahfiz al-Quran .C. Tujuan Pembinaan

Program Tahfiz al-Quran ini bertujuan untuk;

1. Membimbing mahasiswa dan mahasiswi agar memiliki kecakapan dalam membaca dan menghafal ayat-ayat al-Quran.

2. Membimbing mahasiswa dan mahasiswi yang terpeka dalam tingkat perkembangan, perbedaan individu, daya serap, suasana dalam kegiatan tahfiz, serta sarana dan sumber yang tersedia.

3. Mendesain secara khusus kondisi atau kualitas ideal bagi peserta bimbingan tahfiz al-Quran yang memiliki potensi dan kemampuan untuk ditumbuhkembangkan secara berkesinambungan.

4. Menghadirkan generasi penghafal al-Quran.[]

BAB II

SISTEM DAN METODE BIMBINGAN

BAB IISISTEM DAN METODE PEMBINAAN

Dalam melaksanakan program tahfiz al-Quran, ada (3 tiga) model pembinaan yang dilakukan di Fakultas Syariah dan Hukum, yaitu:

A. Pembinaan Tahfiz Terstruktur (dengan pilihan model).

Yang dimaksud pembinaan tahfiz terstruktur adalah suatu model pembinaan yang dikemas dalam 5 (lima) program tahfiz dan dirancang untuk mencapai jumlah juz tertentu sebagai pilihan peserta, seperti program tahfiz 3 juz (juz 1-3), 5 juz (juz 1-5), 10 juz (juz 1-10), 20 juz (juz 1-20), dan 30 juz (juz 1- juz 30).

Untuk mencapai hasil program dimaksud, maka dirancang target tertentu dalam bentuk batasan juz yang harus dikuasai oleh masing-masing peserta berdasarkan semester pada setiap marhalah atau tingkatan.

Adapun terkait metode pembinaan tahfiz, terdapat dua hal yang berkaitan erat satu sama lain dimana keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan, yaitu tahfizh dan takrir. Tahfizh adalah menghafal materi baru yang belum pernah dihafal, sedangkan takrir adalah mengulang hafalan yang sudah pernah dihafal/diperdengarkan pada instruktur/guru.

Di samping itu kita kenal juga istilah pemantapan, maksudnya adalah mengulang semua hafalan yang sudah disetorkan, ditakrir dan diujikan.

Sebelum memperdengarkan/mensima`kan hafalan baru kepada instruktur, tentunya penghafal terlebih dahulu menghafalkan sendiri materi-materi yang akan disima`/diperdengarkan pada instruktur dengan langkah-langkah atau metode tahfiz sebagai berikut:

1. Membaca dengan melihat mushaf (binnadhar) materi yang akan dihafal 1 halaman/pojok dengan tempo perlahan (tartil) dan bertajwid minimal 3 kali.

2. Memulai menghafal kalimat-kalimat Al-Quran sampai hafal minimal 3 kali, berikutnya dirangkaikan sampai menjadi ayat-ayat Al-Quran, dilanjutkan menghafalnya minimal 3 kali (sampai benar-benar hafal dan lancar).

3. Setelah 1 ayat benar-benar hafal dan lancar, dilanjutkan dengan menghafal ayat berikutnya, melalui proses yang sama seperti menghafal 1 ayat sebelumya. Hal ini berlanjut terus sampai mendapatkan 1 halaman/ 1 pojok.

4. Selanjutnya, 1 halaman/1 pojok ini harus benar-lancar, terutama pada lanjutan ayat yang satu dengan ayat berikutnya.

5. Hal yang perlu diperhatikan, ketika akan menghafal halaman/pojok ke 2 atau lanjutannya, setidaknya ayat terakhir dari pojok/halaman pertama/sebelumnya diikutkan, dengan maksud memudahkan untuk merangkai lanjutan hafalan pada halaman/pojok yang satu dengan hafalan pada halaman/pojok berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan metode menghafal yang seringkali dilakukan oleh para penghafal. Para penghafal seringkali menghafal per pojok/halaman, berikutnya menghafal ayat pada setiap awal pojok dari pojok 1 sampai pojok 20, jadi seakan-akan hafalannya terputus pada setiap pojok. Karena itu, ketika penghafal selesai membaca 1 halaman/pojok, seringkali penghafal sulit melanjutkan awal pojok/halaman berikutnya. Apalagi ketika diperintahkan melanjutkan 1 ayat pada akhir halaman/pojok, para penghafal seringkali tidak bisa melanjutkan dikarenakan dia tidak mengetahui bacaan pada awal halamannya/pojoknya.

6. Selanjutnya, hafalan yang sudah lancar disima`kan pada instruktur. Berikutnya dilanjutkan dengan menambah hafalan baru dengan metode yang sama seperti sebelumnya.

7. Hafalan yang sudah pernah disima` instruktur tetap harus dijaga/ dipelihara melalui takrir kepada instruktur, dengan perimbangan sebanding antara Tahfizh dengan Takrir. Jadi tidak dibenarkan takrir jauh ketinggalan dengan tahfizh, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini perimbangan antara tahfizh dan takrir adalah satu banding sepuluh, artinya apabila penghafal sanggub tahfizh dalam 1 hari 2 halaman, maka harus diimbangi dengan takrir 20 halaman. Idealnya, materi tahfizh 1 juz (20 halaman), harus mendapat perimbangan takrir sepuluh kali, demikian seterusnya.

Satu hal yang membedakan antara satu program dengan program lainnya adalah waktu/ atau jumlah hari setor hafalan dalam sepekan, di samping juga target yang harus dicapai dalam suatu semester pada masing-masing marhalah.

Pembinaan program tahfiz 3 juz, misalnya, cukup dilaksanakan 1 kali dalam sepekan. Pada setiap pertemuan mahasiswa mensimakkan hafalanya -1 halaman, atau dalam 1 bulan 2-4 halaman. Dengan demikian dalam 1 semester, mahasiswa dapat menyelesaikan juz, dan target setiap marhalah 1 juz dapat pula dicapai dalam 2 semester (1 tahun).Untuk materi pemantapan, setiap pertemuan mahasiswa harus mampu mentakrirkan pada instruktur paling tidak 1-2 halaman dalam setiap pertemuan, dan dalam 5x pertemuan mendapatkan juz (10 halaman), sehingga dalam 1 semester dipastikan dapat menyelesaikan pemantapan 1 juz. Berikut gambaran pencapaian target 3 juz ( juz 1 sampai juz 3) al-Quran dalam dua model cara mencapai target:

( Program Tahfiz 3 Juz (Juz 1-3):

Model Pertama:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 (pojok 110 / Juz)

Semester II: Juz 1 (pojok 1120 / Juz)

Marhalah II: Semester III: Juz 2 (pojok 110 / Juz) Semester IV: Juz 2 (pojok 1120 / Juz)

Marhalah III: Semester V: Pemantapan Juz 1 2 (Takrir)

Semester VI: Juz 3 (pojok 110 / Juz)Marhalah IV: Semester VII: Juz 3 (pojok 1120 / Juz)

Semester VIII: Pemantapan Juz 13 (Takrir)

Model Kedua:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 (pojok 110/ Juz) Semester II: Juz 1 (pojok 1120/ Juz)

Marhalah II: Semester III: Juz 2 (pojok 110 / Juz) Semester IV: Juz 2 (pojok 1120 / Juz)

Marhalah III: Semester V: Juz 3 (pojok 110 / Juz)Marhalah IV:Semester VI: Juz 3 (pojok 1120 / Juz)

Adapun pembinaan program 5 juz cukup dilaksanakan 2 kali dalam sepekan atau bisa juga 1 kali seminggu. Pada setiap pertemuan mahasiswa mensimakkan hafalanya -1 halaman, atau dalam 1 minggu 1-2 halaman. Sehingga dalam 4 minggu/1 bulan mahasiswa sudah mendapatkan hafalan juz (5 halaman). Dengan demikian dalam 1 semester 16 minggu, mahasiswa sudah dapat menyelesaikan 1 juz, dan target setiap marhalah 2 juz sudah pasti dapat diselesaikan dalam 2 semester (1 tahun).

Untuk materi pemantapan, setiap pertemuan mahasiswa harus mampu mentakrirkan di hadapan instruktur paling tidak 1-2 halaman dalam setiap pertemuan, dan dalam 2 minggu 4 x pertemuan mendapatkan 1/4 juz (5 halaman), sehingga dalam 1 bulan mendapat juz dan dalam 1 semester dapat menyelesaikan pemantapan 2 juz. Berikut gambaran pencapaian target 5 juz ( juz 1 sampai juz 5) al-Quran dalam dua model cara mencapai target:

( Program Tahfiz 5 Juz (Juz 1-5):

Model Pertama:

Marhalah I:Semester I: Juz 1 Semester II: Juz 2

Marhalah II:Semester III: Pemantapan Juz 1 dan 2 (Takrir)

Semester IV: Juz 3 Marhalah III: Semester V: Juz 4

Semester VI: Juz 5Marhalah IV:Semester VII: Pemantapan Juz 15 (Takrir)Model Kedua:

Marhalah I: Semester I: Juz 1Semester II: Juz 2

Marhalah II: Semester III: Juz 3

Marhalah III: Semester IV: Juz 4 Marhalah IV: Semester V: Juz 5

Sedangkan pembinaan tahfiz 10 Juz dilaksanakan 2 kali dalam sepekan. Pada setiap pertemuan mahasiswa mensimakkan hafalanya 1 halaman, atau dalam 1 minggu 2 halaman. Sehingga dalam 5 minggu 10x pertemuan mahasiswa sudah mendapatkan hafalan 1 juz. Dengan demikian dalam 1 semester 16 minggu mahasiswa sudah dapat menyelesaikan 2-3 juz, dan target setiap marhalah 4 juz sudah pasti dapat diselesaikan dalam 2 semester (1 tahun).

Sebagai bentuk pemantapan hafalan, setiap pertemuan mahasiswa harus mampu mentakrirkan di hadapan instruktur paling sedikit 2-3 halaman dalam setiap pertemuan, dan dalam 1 pekan 2 kali pertemuan mendapatkan 1/4 juz (5 halaman), sehingga dalam 1 bulan mendapat 1 juz dan dalam 1 semester dapat menyelesaikan pemantapan 4 juz. Berikut gambaran pencapaian target 10 juz ( juz 1 sampai juz 10) dalam dua model cara pencapaian:

( Program Tahfiz 10 Juz (Juz 1-10):

Model Pertama:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 sampai 2

Semester II: Juz 3 sampai 4

Marhalah II: Semester III: Pemantapan Juz 1 dan 4 (Takrir)

Semester IV: Juz 5 sampai 6

Marhalah III: Semester V: Juz 7 sampai 8

Semester VII: Pemantapan Juz 58 (Takrir)

Marhalah IV: Semester VII: Juz 9 sampai 10

Semester VIII: Pemantapan Juz 110 (Takrir)

Model Kedua:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 sampai 2

Semester II: Juz 3

Marhalah II: Semester III: Juz 4 sampai 5

Semester IV: Juz 6 Marhalah III: Semester V: Juz 7 sampai 8

Semester VI: Juz 9

Marhalah IV: Semester VII: Juz 10

Untuk pembinaan program tahfiz 20 juz minimal dilaksanakan 2 kali dalam sepekan. Pada setiap pertemuan mahasiswa mensimakkan hafalanya 2-3 halaman, atau dalam 1minggu 4-6 halaman (1/4 juz). Sehingga dalam 4 minggu/ 1bulan 8x pertemuan mahasiswa sudah mendapatkan hafalan 1 juz. Dengan demikian dalam 1 semester 15-16 minggu mahasiswa sudah dapat menyelesaikan 4 juz, dan target setiap marhalah 8 juz dapat diselesaikan dalam 2 semester (1 tahun).

Sebagai pemantapan hafalan, walaupun jumlahnya lebih banyak, namun karena materinya sudah pernah dihafal, tentunya tidak sesulit seperti menghafal materi tahfiz pertama kali. Pada setiap pertemuan mahasiswa harus mampu mentakrirkan pada instruktur paling tidak 5-6 halaman dalam setiap pertemuan, dan dalam 1 minggu 2x pertemuan mendapatkan 1/2 juz (10 halaman), sehingga dalam 1 bulan mendapat 2 juz dan dalam 1 semester dapat menyelesaikan pemantapan 8 juz. Berikut gambaran pencapaian target 20 juz ( juz 1 sampai juz 20) dalam dua model cara pencapaian:

( Program Tahfiz 20 Juz (Juz 1-20).

Model Pertama:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 sampai 4 Semester II: Juz 5 sampai 8

Marhalah II: Semester III: Pemantapan Juz 18 (Takrir) Semester IV: Juz 9 sampai 12

Marhalah III: Semester V: Juz 13 sampai 16

Semester VI: Pemantapan Juz 116 (Takrir)

Marhalah IV: Semester VII: Juz 17 sampai 20

Semester VIII: Pemantapan Juz 120 (Takrir)

Model Kedua:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 sampai 3

Semester II: Juz 4 sampai 5

Marhalah II: Semester III: Juz 6 dan 8

Semester IV: Juz 9 sampai 10

Marhalah III: Semester V: Juz 11 sampai 13

Semester VI: Juz 14 sampai 15Marhalah IV: Semester VII: Juz 16 sampai 18

Semester VIII: Juz 19 sampai 20Yang terakhir adalah program tahfiz 30 juz. Pelaksanaan program ini minimal dilakukan 2 kali dalam sepekan. Pada setiap pertemuan mahasiswa mensimakkan hafalanya 3-4 halaman, atau dalam 1 minggu 6-8 halaman (1/3 juz), sehingga dalam 3 minggu 6 kali pertemuan, mahasiswa sudah mendapatkan hafalan 1 juz. Dengan demikian dalam 1 semester 15-16 minggu mahasiswa sudah dapat menyelesaikan 5 juz, dan target setiap marhalah 10 juz dapat diselesaikan dalam 2 semester (1 tahun).

Dalam rangka memantapkan hafalan, walaupun jumlahnya lebih banyak lagi dari pada program sebelumnya, namun karena materinya sudah pernah dihafal, maka tentunya tidak sesulit menghafal pertama kali. Pada setiap pertemuan mahasiswa harus mampu mentakrirkan pada instruktur paling tidak 7-8 halaman dalam setiap pertemuan, dan dalam 1 minggu 2x pertemuan mendapatkan 2/3 juz (15 halaman), sehingga dalam 1 semester 16x pertemuan dapat menyelesaikan pemantapan 10juz. Berikut gambaran pencapaian target 30 juz ( juz 1 sampai juz 30) dalam dua model cara pencapaian:

( Program Tahfiz 30 Juz (Juz 1 30)Model Pertama:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 sampai 5

Semester II: Juz 6 sampai 10

Marhalah II: Semester III: Pemantapan juz 110 (Takrir)

Semester IV: Juz 11 sampai 15

Marhalah III: Semester V: Juz 16 sampai 20

Semester VI: Pemantapan Juz 120 (Takrir)

Marhalah IV: Semester VII: Juz 21 sampai 25

Semester VIII: Juz 26 30 Selanjutnya: Pemantapan Juz 130 (Takrir)Model kedua:

Marhalah I: Semester I: Juz 1 sampai 4

Semester II: Juz 5 sampai 8

Marhalah II: Semester III : Juz 9 dan 12 Semester IV : Juz 13 sampai 16

Marhalah III: Semester V : Juz 17 sampai 20

Semester VI : Juz 21 sampai 24 Marhalah IV: Semester VII: Juz 25 sampai 27

Semester VIII: Juz 28 sampai 30

Selanjutnya: Pemantapan Juz 130 (Takrir)Satu hal yang perlu disampaikan di sini terkait dengan teknis pelaksanaan program bimbingan, baik tahfiz, takrir maupun pemantapan, seorang instruktur harus membetulkan hafalan dan bacaan peserta dari segi tajwid, di samping juga memberikan pengarahan serta petunjuk terkait ayat-ayat musykil dan musytabihat (memiliki kesamaan satu sama lain).

B. Pembinaan Tahfiz Khusus Program Studi/Jurusan

Yaitu, suatu pembinaan tahfiz al-Quran terkait dengan ayat-ayat pilihan yang disesuaikan dengan masing-masing Program Studi/Jurusan di Fakultas Syariah dan Hukum. Karena itu, ayat-ayat pilihan pada Program Studi Ahwal Syakhshiyyah (Hukum Keluarga) tentu berbeda dengan ayat-ayat pilihan pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), atau dengan Program Studi/Jurusan lainnya.

Pembinaan ini dirancang khususnya untuk mahasiswa semester 7 dengan materi hafalan disesuaikan dengan silabus yang ada pada masing-masing Program Studi/Jurusan, yaitu terdiri dari 12 topik. Pembinaan ini dilaksanakan antara 12 sampai 16 kali tatap muka dalam 1 semester dengan mensimakkan 1 topik hafalan setiap pertemuan, sehingga dalam 1 semester mahasiswa sudah barang tentu dapat menyelesaikan semua topik materi hafalan yang terapat dalam silabus. Berikut topik dan materi hafalan pada masing-masing Program Studi/ Jurusan:

1. Prodi Studi Ahwal Syakhshiyyah/SAS (Hukum Keluarga)

NoMateri /TopikSurat dan Ayat

1Agama, Senjata dan NegaraQS. al-Maidah: 48-49, al-Anfal: 60

2Perintah Berlaku AdilQS. al-Nisa`: 135, al-Maidah: 8, al-A`raaf: 29.

3Perintah Taat kepada Allah, Rasul dan PimpinanQS. al-Nisa`: 59, al-Anfal: 46,al-Hujurat: 14

4Perintah Mengadakan Perdamaian di antara ManusiaQS. al-Nisa`: 114, Q.S. al-Ra`du : 24, al-Furqan: 63, al-Hujuraat: 9

5Perintah Memberi Ampunan disertai dengan PembebasanQS. al-Baqarah: 109, al-Maidah: 13, al-Nur: 22, al-Zukhruf: 89, al-Taghabun: 14

6Perintah Menepati JanjiQS. Ali `Imran: 76-77, al-A`raf: 153, al-Ra`du: 20 dan 25, al-Isra`: 34

7Larangan MemusuhiQS. al-Baqarah: 190, al-Maidah: 2, al-Hajj: 39

8Genjatan SenjataQS. al-Anfal: 61, al-Taubah: 4

9Etika dalam PerangQS. al-Baqarah: 194, 249, al-Anfal: 57, al-Nahl:125-126

10Larangan Lari dalam PeperanganQS. al-Anfal: 15, al-Ahzab: 16-17

11Undang-undang dan Peraturan JihadQS. al-Nisa`: 71 dan 94, al-Anfal: 15-18, al- Rahman: 33

12Shalat di waktu PerangQS. al-Nisa`: 101-103

2. Prodi Studi Perbandingan Madzhab Hukum /PMH)

NoMateri /TopikSurat dan Ayat

1Agama, Senjata dan NegaraQS. al-Maidah: 48-49, al-Anfal: 60

2Perintah Berlaku AdilQS. al-Nisa`: 135, al-Maidah: 8, al-A`raaf: 29.

3Perintah Taat kepada Allah, Rasul dan PimpinanQS. al-Nisa`: 59, al-Anfal: 46,al-Hujurat: 14

4Perintah Mengadakan Perdamaian di antara ManusiaQS. al-Nisa`: 114, Q.S. al-Ra`du : 24, al-Furqan: 63, al-Hujuraat: 9

5Perintah Memberi Ampunan disertai dengan PembebasanQS. al-Baqarah: 109, al-Maidah: 13, al-Nur: 22, al-Zukhruf: 89, al-Taghabun: 14

6Perintah Menepati JanjiQS. Ali `Imran: 76-77, al-A`raf: 153, al-Ra`du: 20 dan 25, al-Isra`: 34

7Larangan MemusuhiQS. al-Baqarah: 190, al-Maidah: 2, al-Hajj: 39

8Genjatan SenjataQS. al-Anfal: 61, al-Taubah: 4

9Etika dalam PerangQS. al-Baqarah: 194, 249, al-Anfal: 57, al-Nahl:125-126

10Larangan Lari dalam PeperanganQS. al-Anfal: 15, al-Ahzab: 16-17

11Undang-undang dan Peraturan JihadQS. al-Nisa`: 71 dan 94, al-Anfal: 15-18, al- Rahman: 33

12Shalat di waktu PerangQS. al-Nisa`: 101-103

3. Prodi Studi Jinayah Siyasah/SJS (Pidanaan Islam)

NoMateri /TopikSurat dan Ayat

1KhamarQS. al-Baqarah: 219, al-Nisa: 43, al-Maidah: 90-91

2Zina dan QadzafQS. al-Nisa:15-16, al-Nur: 2-9, al-Nur:33

3Homo dan LesbiQS. al-A`raf: 80-82, al-Nahl: 90, al-Isra`: 32

4HirabahQS. al-Maidah: 33-34

5Merusak Alam/LingkunganQS. al-Baqarah: 26-27, al-Qashash: 77, 83

6Mengundi Nasib QS. al-Maaidah: 3

7MencuriQS. al-Maidah: 38-39

8DzalimQS. al-An`aam: 82, Thaha: 111, al-Dzariyaat: 59

9Bunuh DiriQS. al-Baqarah: 195, al-Nisa: 29-30

10Membunuh JiwaQS. al-An`aam: 140, 151, al-Isra`: 31-38, al-Furqan: 68

11Mengubur bayi hidup-hidupQS. al-Nahl: 58-59, al-Zukhruf: 17, al-Takwir: 8-9

12QishashQS. al-Baqarah: 178-179, al-Maidah: 32, al-Maidah: 45

4. Prodi Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

NoMateri /TopikSurat dan Ayat

1Ayat-ayat ZakatQS. al-Taubah (9): 60, 103, al-Hasyar (59): 7, al-Ma'arij (70): 24-25, al-Dzariyat (51): 19

2Ayat-ayat RibaQS. al-Baqarah (2): 275-280, Ali Imran (3): 130, al-Nisa (4): 160-161, al-Rum (30): 39

3Ayat-ayat Sumber Daya EkonomiQS. al-Anam (6): 99; al-Radu (13): 4; al-Nahl (16): 5-18

4Ayat-ayat Transaksi (akad) BisnisQS. al-Baqarah (2): 282-283, al-Maidah (5): 1, al-Isra' (17): 34

5Ayat-ayat Etika Produksi dan KonsumsiQS. al-Jumu'ah (62): 10, al-Nur (24): 37-38, al-Hadid (57): 25, al-Maidah (5): 87-88, al-Furqan (25): 67, al-Isra' (17): 26-29

6Ayat-ayat tentang UpahQS. al-Qashas: 24-26, al-Baqarah (2): 233, at-Thalaq (65): 6, al-Kahfi: 77, al-Ahqaf: 19, al-Nisa (4): 95, Fushshilat (41): 8

7Ayat-ayat Etika BisnisQS. an-Nisa' (4): 29, al-Isra' (17): 35, al-Nur (24): 37-38

8Ayat-ayat HartaQS. al-Nur (24): 33, al-Hadid (57): 7, Luqman (31): 20

9Ayat-ayat Tanggung Jawab Sosial EkonomiQS. al-Baqarah (2): 177, 195, at-Taubah (9): 60; al-Dzariyat (51): 19, al-Hasyr (59): 8-9, QS. al-Baqarah (2): 261-265, 270-274, Ali Imran (3): 92, al-Nisa (4): 36-37

10Ayat-ayat Kerja dan Kerjasama Usaha QS. al-Maidah (5): 2, al-Anam (6): 132, al-Taubah (9): 105

5. Prodi Studi Ilmu Hukum

NoMateri /TopikSurat dan Ayat

1KhamarQS. al-Baqarah: 219, al-Nisa: 43, al-Maidah: 90-91

2Zina dan QadzafQS. al-Nisa:15-16, al-Nur: 2-9, al-Nur:33

3Homo dan LesbiQS. al-A`raf: 80-82, al-Nahl: 90, al-Isra`: 32

4HirabahQS. al-Maidah: 33-34

5Merusak Alam/LingkunganQS. al-Baqarah: 26-27, al-Qashash: 77, 83

6Mengundi Nasib QS. al-Maidah: 3

7MencuriQS. al-Maidah: 38-39

8DzalimQS. al-An`am: 82, Thaha: 111, al-Dzariyaat: 59

9Bunuh DiriQS. al-Baqarah: 195, al-Nisa: 29-30

10Membunuh JiwaQS. al-An`am: 140, 151, al-Isra`: 31-38, al-Furqan: 68

11Mengubur bayi hidup-hidupQS. al-Nahl: 58-59, al-Zukhruf: 17, al-Takwir: 8-9

12QishashQS. al-Baqarah: 178-179, al-Maidah: 32, al-Maidah: 45

C. Pembinaan Tahfiz UmumYang dimaksud dengan pembinaan tahfiz umum adalah suatu program pembinaan yang diperuntukkan bagi mahasiswa lintas Program Studi/Jurusan yang mempunyai minat untuk menghafal.

Bila dua program terdahulu berkaitan erat dengan kewajiban perkuliahan, maka program ini tidaklah demikian, tetapi ia diadakan untuk menyambut antusias dan keinginan sebahagian mahasiswa yang ingin menghafal dan atau menambah hafalan yang sudah ada sebelumnya.

Adapun terkait dengan metode pembinaan yang diterapkan dalam program ini pada dasarnya sama dengan metode pembinaan pada dua program sebelumnya, yaitu dimana mahasiswa melakukan hafalan sendiri di tempat masing-masing, lalu pada hari yang telah ditentukan dilakukan setor hafalan kepada instruktur yang ditunjuk oleh Fakultas.

Mengenai waktu pembinaan pada program ini disesuaikan dengan jadwal dosen. Pertama-tama ditanyakan kesiapan hari dan jam dosen yang bersangkutan untuk melakukan pembinaan, lalu setelah itu dibuatlah kelompok tahfiz mahasiswa yang hari dan jamnya sama, begitu selanjutnya untuk pembentukan kelompok tahfiz lainnya, dan untuk memantau perkembangan hafalam mahasiswa panitia menyiapkan buku setor hafalan yang dirancang untuk capaian satu semester (Lihat lampiran).[]BAB III

PETUNJUK MENGHAFAL AL-QURANPada dasarnya semua orang dapat menghafal al-Quran asalkan dia mengetahui bagaimana cara menghafal dilakukan, apa saja yang harus dipenuhi sebelum mengikuti pragram tahfiz ini dan langkah apa yang dilakukan untuk memelihara hafalannya itu. Karena itu, memahami petunjuk menghafal al-Quran di sini sangat menentukan kesuksesan seseorang dalam menghafal itu sendiri. Berikut beberapa petunjuk yang harus dilakukan dan dimiliki oleh mereka yang akan mengikuti program tahfiz al-Quran.

1. Syarat Menghafal

Untuk menghafal al-Quran seseorang harus memenuhi beberapa prasyarat, antara lain:

a. Niat ikhlash semata-mata karena Allah.Dengan niat ikhlash yang sudah ada atau tertanam pada jiwa penghafal, sesulit apapun ujiannya, pasti akan dia lalui dan tentunya tidak menyebabkan surutnya kemauan untuk menghafal.b. Kemauan kuat, yang tumbuh dari diri penghafal sendiri.

Umumnya kemauan kuat yang berasal dari diri penghafal lebih memberikan dampak positif dibandingkan dengan kemauan yang muncul dari luar diri penghafal.

c. Istiqamah/kontinuitas/disiplin dari penghafal, untuk menambah hafalan secara terus menerus.

Perlunya modal Istiqoma/disiplin dari penghafal, dalam arti disiplin waktu, tempat dan disiplin terhadap materi-materi yang akan dihafal, termasuk juga disiplin dalam perolehan jumlah hafalan ataupun perolehan jumlah pengulangan hafalalan, baik pada saat proses menghafal ataupun setelah selesai/hatam menghafal al-Quran.Pada dasarnya dalam menghafal al-Quran lebih diutamakan modal istiqomah dibandingkan dengan modal kecerdasan. Karena umumnya, walaupun cerdas otaknya namun malas dan tidak disiplin, akan terkalahkan oleh mereka yang memiliki kecerdasan otak biasa-biasa tapi istiqomah/disiplin atau letak keberhasilannya lebih pada mereka-meraka yang disiplin/istiqomah sekalipun kemampuan/ kecerdasannya biasa-biasa saja. Memang idialnya penghafal al-Quran adalah mereka yang memiliki kecerdasan otak juga istiqomah/disiplin, sayangnya dua permata ini tidak selalu ada atau dimiliki oleh penghafal/calon penghafal al-Quran.

d. Bersedia meluangkan dan mengorbankan waktu untuk menghafal dan menjaga hafalan.

Dalam hal kesediaan meluangkan waktu untuk menghafal dan mengulang-ulang hafalan yang sudah dihafal, hal ini terkait dengan masa/waktu yang diperlukan dalam menghafal, manakala dalam menghafal itu dibatasi/atau dikaitkan dengan jenjang-jenjang waktu tertentu. Penghafal bisa dikatagorikan cepat waktu atau tepat waktu ataupun terlambat manakala benar-benar bisa meluangkan waktunya, baik untuk menghafal ataupun mengulang hafalannya. Juga dapat menentukan kualitas hafalannya, dikarenakan waktu yang diluangkan banyak, sedikit atau biasa-biasa saja. Perlunya meluangkan waktu khusus dikarenakan masa menghafal adalah membutuhkan waktu lama, apalagi terkait pemeliharaan hafalan, benar-benar harus menyempatkan waktu tersendiri, tapi bukan menghafal atau mengulang hafalan di kala sempat.

e. Berakhlak terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela, sebagai cermin pengamalan ajaran-ajaran al-Quran.

Perlunya para penghafal membentengi diri dari sifat tercela atau perbuatan maksiat seperti hasad/dengki, riya`, ujub dsb. Ketika sifat-sifat buruk ini ada atau dimiliki oleh penghafal/calon penghafal Al-Quran, niscaya sia-sialah usahanya atau minimal dia akan merasakan kesulitan dalam menghafal. Sifat riya` yang ada pada dirinya menjadikan dia mau menghafal manakala ada maksud-maksud atau tujuan tertentu yang hendak dicapai selain tujuan mencari ridha Allah, dengan demikian bisa dipastikan istiqomah/disiplin kurang atau tidak ada pada dirinya.

Begitu juga dengan sifat dengki, bila sifat ini dimiliki seorang penghafal/calon penghafal, niscaya waktu-waktu yang dimilikinya banyak tersita untuk mengupayakan atau melampiaskan kedengkiannya kepada orang yang didengki. Minimal fikirannya terkuras untuk memikirkan niat-niat buruknya, atau hatinya selalu tidak tenang, gelisah ketika orang yang didengkinya mendapat kenikmatan atau upaya-upaya buruknya belum tercapai. Dengan demikian bisa dipastikan bahwa pendengki akan sulit dalam menghafal karena tidak dapat konsentrasi atau menghafal dengan hati, jiwa tenang dan bersih. 2. Petunjuk Sebelum Menghafal

Untuk mendukung agar proses menghafal al-Quran dapat berjalan lancar, seorang calon penghafal sebelumnya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Calon penghafal harus sudah mampu membaca al- Quran dengan benar, fasih serta lancar, juga sudah pernah menghatamkan al-Quran. Seorang calon penghafal al-Quran, idialnya bacaan al-Qurannya sudah baik, benar dan lancar, juga paling tidak sudah pernah hatam al-Quran dengan bertalaqqi kepada seorang guru yang ahli al-Quran. Hal ini sebagai upaya untuk meminimalisir kesalahan dalam hafalan al-Quran, karena ketika seorang penghafal bacaannya sudah baik dan benar, maka pembetulan hanya berkisar pada hafalan saja. Sementara bagi calon penghafal yang belum fasih atau belum lancar membaca al-Quran tentu akan berat untuk menghafalnya dan membutuhkan waktu yang lama.

Begitu juga ketika penghafal sudah sering kali menghatamkan al-Quran, kalimat-kalimat al-Quran yang terangkai dalam ayat ayat al-Quran tidak lagi menjadi kalimat yang asing atau sulit untuk dihafalkan, dengan demikian akan memudahkan penghafal itu untuk menghafalkannya.

Hal ini sudah dibuktikan oleh Almarhum KH. Munawwir Krapyak Yogyakarta yang disebutkan dalam proses menghafalkan Al-Quran hanya membutuhkan waktu 70 hari, sebagian pendapat mengatakan 40 hari. Mana yang pasti 70 atau 40 hari, yang pasti 70 atau 40 hari merupakan hitungan waktu yang sangat singkat yang dibutuhakan dalam menghafalkan al-Quran.

Rahasia di balik singkatnya waktu yang dibutuhkan Almarhum KH. Munawwir dalam proses menghafal al-Quran ternyata terletak pada faktor seringnya menghatamkan al-Quran. Disebutkan bahwa, pada awalnya Almarhum KH. Munawwir menghatamkan al- Quran 1 kali dalam seminggu, hal ini dilakukan selama 3 tahun tanpa henti. Tahapan berikutnya meningkat setiap 3 hari sekali hatam al-Quran. Inipun berlangsung selama 3 tahun. Tahap berikutnya yang merupakan tahap lebih berat lagi yaitu setiap hari beliau menghatamkan al-Quran. Berikunya masih dilanjutkan dengan tahapan terberat yang merupakan puncak dari proses spiritualnya untuk menghafalkan al-Quran, bahkan menguasai hafalan al-Quran adalah, selama 40 hari Almarhum KH. Munawwir melakukan riyadhah tidak pernah berhenti membaca al-Quran, bahkan disebutkan sampai mulutnya mengeluarkan darah.

Karena itu kualitas hafalan Almarhum KH. Munawwir tidak perlu disangsikan lagi, bahkan disebutkan bahwa dalam shalat tarawih selama bulan Ramadhan, Almarhum KH. Munawwir 3 kali menghatamkan al- Quran yaitu pada sepuluh hari pertama, sepuluh hari ke dua, dan sepuluh hari terakhir. Pada khatam yang pertama, jamaah biasanya menghitung ada sebanyak 3 kali bacaan yang diingatkan karena lupa. Pada khatam ke dua , hanya ada 1 kali bacaan yang lupa dan diingatkan, dan pada khatam terakhir bacaannya benar semua.

Ini merupakan salah satu bukti bahwa, sebelum seseorang menghafalkan al-Quran, diperlukan adanya kesiapan sosial dan spiritual. Apa yang dilakukan oleh Almarhum KH. Munawwir merupakan proses pra kondisi dalam rangka menghafal al-Quran, yang sungguh tak terbayangkan bisa dilakukan oleh para generasi berikutnya,apalagi generasi sekarang.

b. Diperlukan seorang guru/instruktur yang hafal al-Quran

Keberadaan/ peran instruktur dalam pembinaan tahfiz al-Quran sangat urgen sekali, karena perannya yang sangat besar dalam hal membimbing, mengarahkan dan menyimak penghafal-penghafal al-Quran. Karena hafalan al-Quran tanpa diperdengarkan atau disima Instruktur kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karena bisa saja si penghafal merasa bahwa hafalannya sudah lancar, sudah benar tak satu hurufpun tertinggal, namun setelah disimakan ke Instruktur ternyata banyak ditemukan kesalahan. Hal itu antara lain bisa disebabkan banyaknya kesamaan pada kalimat atau ayat-ayat Al-Quran, ataupun banyaknya pengulangan pada ayat-ayat yang sama.

Karena itu seorang Instruktur haruslah orang yang hafal al-Quran, sehingga mengetahui kalimat-kalimat atau ayat-ayat yang memiliki kesamaan, keserupaan bahkan ayat-ayat yang musykil, dengan demikian peluang kesalahan dalam menghafal dapat dihindari. Di samping itu, dianjurkan juga seorang Instruktur adalah mereka yang memiliki silsilah guru penghafal Al-Quran sampai kepada Rasulullah SAW, dengan harapan dapat menghasilkan para penghafal Al-Quran yang baik, benar, mantap, lancar, fasih, dan cermat. Juga sebagai usaha untuk menjaga keautentikan Al-Quran, sebab Al-Quran disampaikan dengan cara Talaqqi atau Musyafahah. c. Sebaiknya menggunakan mushaf khusus untuk menghafal yang disebut dengan al-Quran pojok atau mushaf bahriyah yang setiap juz nya terdiri dari 20 halaman, setiap halaman terdiri dari 15 baris, diawali dengan awal ayat serta diakhiri dengan akhir ayat.

3. Cara Memelihara Hafalan

Memelihara hafalan Al-Quran tidak semudah menghafalnya. Banyak penghafal yang semula lancar dan bagus hafalannya, namun suatu saat hafalan itu mulai berkurang tingkat kelancarannya, muncul banyak keraguan pada hafalannya, bahkan mulai lupa/hilang dari ingatannya. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak adanya pemeliharaan. Rasulullah saw. Telah menggambarkan sebagai berikut:

: " ".

Artinya: Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu alihi wa salam bersabda: Sungguh, perumpamaan hafalan al-Quran yang dimiliki oleh seseorang bagaikan unta yang terikat, apabila ia selalu menjaganya, maka akan tetap dalam kendalinya, tetapi jika dilepas/dibiarkan, maka akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim). Kesulitan di dalam pemeliharaan hafalan Al-Quran tidak hanya terjadi pada generasi sekarang saja, tetapi pada masa sahabatpun banyak para Sahabat Nabi yang mengalami kesulitan itu. Hal ini telah dibuktikan oleh hadist-hadist Nabi yang menasehati para sahabat yang menghafal Al-Quran sebagai berikut: : .Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Abu Musa Radhiyallahu anhuma, dari Nabi Shalallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Peliharalah (hafalan) al-Quran ini, demi zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh ia (hafalan al-Quran) lebih cepat hilang dari pada unta yang terikat. (HR. Muttafaq Alaih).Pemeliharaan hafalan Al-Quran mempunyai cara-cara tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. sendiri, para sahabat dan para penghafal Al-Quran pada masa kini. Pada masa Nabi Muhammad SAW. pemeliharaan hafalan al-Quran telah dilakukan dengan takrir mengulang-ulang hafalannya yang telah diperoleh dengan diperdengarkan kepada malaikat Jibril AS. Hal ini beliau lakukan tidak lain kecuali untuk menjaga hafalan serta memelihara keaslian Al-Quran dan pelaksanaan pemeliharaan ini beliau lakukan pada malam-malam bulan Ramadhan, sehingga setiap satu tahun khatam dua kali.

Ulama`-ulama` masa kini juga para huffazh, dalam hal pemeliharaan hafalan Al-Quran hampir memiliki kesamaan dalam hal pemeliharaannya yaitu menggunakan metode: Lisanku selalu dalam kerinduan. Kerinduan di sini adalah rindu membaca Al-Quran. Kalimat tersebut di samping mempunyai arti Lisanku selalu dalam kerinduan juga mempunyai arti tersendiri huruf-hurufnya sebagai berikut:

1. Fa` sampai Mim: Hari pertama mulai menghafal dari surat Al Fatihah sampai surat Al Maidah.

2. Mim sampai Ya`: Hari ke dua melanjutkan dari surat Al Maidah sampai surat Yunus.

3. Y` sampai B`: Hari ke tiga melanjutkan dari surat Yunus sampai surat Bani Israil.

4. B` sampai Syn: Hari ke empat melanjutkan dari surat Bani Israil sampai surat Asy Syu`ara`.5. Syn sampai Waw: Hari ke lima melanjutkan dari surat Asy Syu`ara` sampai surat Washshaffat.

6. Waw sampai Qf: Hari ke enam melanjutkan dari surat Washshaffat sampai surat Qaaf.

7. Qf sampai khatam: Hari ke tujuh melanjutkan dari surat Qaaf sampai surat An Naas (khatam).

Dengan metode pemeliharaan di atas, ketika seseorang memulai mengulang hafalannya pada hari Jum`at, dia akan mengakhirinya pada hari kamis malam jum`at. Setelah khatam dilanjutkan dengan shalat malam 4 rakaat (2 rakaat salam). Bacaan pada setiap Rakaat adalah:

1. Setelah al-Fatihah Surat Ysn.

2. Setelah al-Fatihah Surat Ad-Dukhan.

3. Setelah al-Fatihah Surat As-Sajadah.

4. Setelah al-Fatihah Surat al-Mulk.

Setelah shalat dilanjutkan dengan istighfar dan membaca doa seperti:

. . ... ( )

Arinya: Ya Allah, ya Tuhan kami, belas kasihanilah kami agar kami dapat meninggalkan dosa selama menjadi beban kami, bebaskanlah kami dari segala beban yang kami tidak sanggub memikulnya, berilah kami sebaik-baik pikiran sebagaimana yang Engkau telah merelakannya. Ya Allah, ya Tuhan kami Engkaulah dzat yang Maha Indah di kawasan langit dan bumi, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, yang ada pada-Mu bukan kemuliaan yang disengaja dan dibuat-buat. Aku mohon kepada-Mu ya Allah Yang Maha Pengasih, berkat keagungan-Mu dan cahaya wajah-Mu ya Allah, agar Engkau menetapkan hatiku cinta terhadap kitab-Mu yang engkau telah menurunkannya kepadaku. Berilah aku bacaan yang Engkau telah merelakannya, aku mohon kepada-Mu ya Allah, untuk menerangi penglihatanku lantaran Al-Quran dan segala perkataanku sesuai dengan Al-Quran, menghilangkan segala kesusahan yang melanda pada diri kami, melapangkan dada kami, mencocokkan tingkah laku kami sesuai dengan ajaran al-Quran, memberi kekuatan pada diri kami serta pertolongan, sesungguhnya tidak ada dzat yang sanggup memberi pertolongan dan kekuatan kecuali engkau ya Allah.

Amalan ini setidaknya dilakukan selama tiga, lima atau tujuh kali jum`at. Insya Allah dengan izin-Nya dianugerahkan kuat hafalnnya dan tidak pelupa. Amin.[]BAB IV

MURAJAAH HIFDZ AL-QURAN(MHQ)A. Pengertian

Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ) adalah kegiatan mengulang (takrir) ayat-ayat al-Quran yang telah dihafal pada semester yang bersangkutan. MHQ merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian mahasiswa dalam menghafal al-Quran.

B. Tujuan Kegiatan

Kegiatan Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ) bertujuan untuk:

1. Mengulang (takrir) ayat-ayat yang telah dihafal pada semester yang bersangkutan;

2. Mengevaluasi pencapaian mahasiswa dalam menghafal al-Quran, khususnya dalam aspek kefashihan bacaan, tajwid dan kelancaran hafalan;

3. Mendapatkan data faktual perkembangan kegiatan tahfiz mahasiswa sebagai bahan masukan sehingga kegiatan tahfiz diharapkan menjadi lebih baik pada semester-semester berikutnya;

4. Sebagai salah satu sarana silaturrahmi seluruh peserta dan pembimbing tahfiz, karena dalam pelaksanaan tahfiz umumnya peserta hanya berkumpul dengan kelompok atau pembimbing tahfiznya saja.

C. Waktu Pelaksanaan

Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ) merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta tahfiz di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan dilaksanakan setiap akhir semester atau setelah pelaksanaan UAS di Fakultas.

D. Aspek yang Dievaluasi

Dalam Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ) ada beberapa aspek yang diberi nilai atau dievaluasi, yaitu:

1. Adab atau tatakrama.

Penilaian adab atau tatakrama meliputi penilaian cara berpakaian, tingkah laku ketika membaca al-Quran, cara memulai dan mengakhiri bacaan al-Quran serta adab atau perilaku lainnya khususnya ketika sedang pelaksanaan kegiatan Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ) sedang berlangsung.

2. Tajwid.

Tajwid merupakan kriteria penilaian yang sangat penting dalam kegiatan Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ) ini. Adapun aspek yang dinilai dalam tajwid adalah makharijul huruf,shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul madd wal qasr(panjang dan pendek bacaan),dan ahkamul waqf wal ibtida(memulai dan menghentikan bacaan), hukum-hukum bacaan (idzhar, ikhfa, iqlab, idgham, dan lain-lain).

3. Kefashihan dan keindahan bacaan.

Kefashihan dan keindahan bacaan berkaitan dengan lagu atau nagham. Aspek yang dinilai dalam hal ini adalah keindahan suara atau lagu ketika melantunkan ayat-ayat al-Quran, tanpa merusak aspek tajwid.

4. Kelancaran Hafalan.

Penilaian kelancaran hafalan berkaitan erat dengan daya ingat peserta tahfiz. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah sering ditemukan kekeliruan antara wawu dan fa; ayat-ayat yang awalnya sama atau hampir sama; kata-kata yang mirip seperti yamalun dan yalamun; faamma dan wamma; ujung ayat seperti alimun hakim dan hakimun alim; bikulli syaiin alim dan ala kulli syaiin qadir; dan yang lainnya.

Masing-masing aspek penilaian diberi bobot dengan rentangan 1-100 sesuai dengan kemampuan yang ditunjukkan oleh masing-masing perserta tahfiz. Kesalahan yang dilakukan perserta tahfiz dapat berakibat pada pengurangan nilai. Nilai kumulatif diperoleh dari penjumlahan nilai 4 aspek tersebut dengan bobot penilaian sebagai berikut:

No.Aspek PenilaianBobot

1.Fashoha dan Keindahan Bacaan20%

2.Tajwid20%

3.Adab dan Tatakrama10%

4.Kelancaran Hafalan50%

E. Teknik Pelaksanaan

Dalam kegiatan Murajaah Hifdz al-Quran (MHQ), masing-masing peserta mendapatkan 5 soal yang berisi tentang:1. Melanjutkan beberapa ayat yang masih berada dalam satu halaman sebelah kanan. Misalnya surat al-Baqarah ayat 40 sampai 45, dan yang semisalnya.

2. Melanjutkan beberapa ayat yang masih berada dalam satu halaman sebelah kiri. Misalnya surat al-Baqarah ayat 50 sampai 55, dan yang semisalnya.

3. Melanjutkan beberapa ayat yang bersambung dengan surat berikutnya. Misalnya surat al-Baqarah ayat 284 sampai surat Ali Imran ayat 5; Surat al-Mulk ayat 27 sampai surat al-Qalam ayat 10 dan yang semisalnya.

4. Melanjutkan beberapa ayat yang bersambung ke halaman berikutnya. Misalnya surat al-Baqarah ayat 74 sampai surat al-Baqarah ayat 80; surat fushshilat ayat 9 sampai surat fushshilat ayat 14; dan yang semisalnya.

5. Melanjutkan beberapa ayat yang bersambung ke halaman berikutnya (dengan membuka lembar mushhaf). Misalnya surat al-Baqarah ayat 21 sampai surat al-Baqarah ayat 26, dan yang semisalnya.

Peserta yang hafalannya salah diperingatkan dalam bentuk ketukan sampai tiga kali. Apabila masih salah, maka didorong dengan dibantu beberapa kata berikutnya. Apabila setelah didorong beberapa kata berikutnya masih tetap tidak dapat melanjutkan hafalan, maka juri segera membacakan soal berikutnya. Waktu untuk masing-masing peserta disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Materi yang diujikan adalah ayat-ayat al-Quran yang telah dihafal oleh peserta tahfiz pada semester yang bersangkutan.

Hasil penilaian diurutkan berdasarkan nilai tertinggi. Peserta yang meraih nilai tertinggi akan diberi reward yang jumlah dan bentuknya disesuaikan dengan kemampuan panitia. Reward ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada para peserta tahfiz agar lebih rajin dan bersungguh-sungguh lagi dalam kegiatan tahfiz semester berikutnya.[]DAFTAR BACAANAl Qur`an Al Karim

Abu Dawud, Sulaiman bin Al Asy`ats; Sunan Abu Dawud, Dar Al Hadist, Himsh, 1969.

Al Bukhari, Muhammad bin Isma`il; Shahih Al Bukhari, Sulaiman Mar`ie, Singapore,tth.

Abdul Hamid bin Ali, Jail; Al Itqan Fi Mutasyabihat al-Quran, Maktabah Aulad Asy Syekh Li Atturast,tth.

Al Namawi, Yahya bin Syaraf; Al Tibyan Fi Adab Hmalah Al-Quran, editor `Abd Qadir Al Arnut, : Maktabah Dar Al Bayan, Damascus, 1405/1985.

Yaqub, Ali Mustafa; Nasihat Nabi kepada Pembaca dan Penghafal-Quran, Gema Insani Press, Jakarta 1994.

Zen, Muhaimin.H.A; Problematika Menghafal al-Quran, Pustaka Al Husna, cet. I, 1985.

Jurnal al Burhan, edisi; Dies Natalis XXVII, No.3/Th.IV/1998.Lampiran 1: Contoh Lembar Setoran Tahfiz & Takrir Nama:_______________________________

NIM:_______________________________

Program Studi/Konsentrasi:_______________________________

Semester:_______________________________

Pembimbing: ______________________________

No.Hari/TanggalSetor TahfizSetoran TakrirCatatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Lampiran 2: Ayat-Ayat AhkamProgram Studi Ahwal Syakhshiyyah (Hukum Keluarga)1. Agama, Senjata dan Negara . .

Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. al-Maidah: 48-49)

.

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Q.S. al-Anfal: 60).2.Perintah Berlaku Adil .

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan. (QS. al-Nisa: 135). .

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Maidah: 8). .

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (QS. Al-Araf: 28).3.Perintah Taat kepada Allah, Rasul dan Pimpinan .

Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. al-Nisa: 59) .

Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. al-Anfal: 46)

. Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S. al-Hujurat: 14).4. Perintah Mengadakan Perdamaian di antara Manusia .

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. al-Nisa 114). .

(sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Q.S. al-Rad 24) .

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Q.S. al-Furqon 63). . Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Q.S. al-Hujurat: 9).5. Perintah Memberi Ampunan Disertai dengan Pembebasan .

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah: 109). . (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Maidah: 13) .

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema`afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Nur: 22). . Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: "Salam (selamat tinggal)." Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (Q.S. al-Zukhruf: 89). . Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Taghabun: 14).6. Perintah Menepati Janji . . (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (Q.S. Ali Imran: 76-77). .

Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Araf: 153). .

(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, (Q.S. al-Radu: 20). . Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (Q.S. al-Radu: 25). . Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa`at) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al-Isra: 34)

7. Larangan Memusuhi . Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. al-Baqarah: 190). . Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. al-Maidah: 2). . Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (Q.S. al-Hajj: 39).8. Gencatan Senjata .

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Anfal: 61)

. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Taubah: 4).9. Etika dalam Perang . Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Baqarah: 194) . Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Q.S. al-Baqarah: 249). . Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. al-Anfal: 57) . .

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Nahl: 125-126)

10. Larangan Lari dalam Peperangan . Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). (Q.S. al-Anfal: 15). . . Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja". Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. (Q.S. al-Ahzab: 16-17).11. Undang-Undang dan Peraturan Jihad . Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! (Q.S. al-Nisa: 71) . Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan ni`mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Nisa: 94) . . . . Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir. (Q.S. al-Anfal: 15-18). . Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (Q.S. al-Rahman: 33)

12. Shalat di Waktu Perang . . . Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka`at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Nisa: 102-103).PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

1.Khamar .

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Q.S. al-Baqarah: 219). . Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema`af lagi Maha Pengampun. (Q.S. al-Nisa: 43). . . Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Q.S. al-Maidah: 91-92).2. Zina dan Qadzaf . .

Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Nisa: 15-16). . . . . . . . . Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu'min. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Isterinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. (Q.S. al-Nur: 2-9). . Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan 1038berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu). (Q.S. al-Nur: 33).3. Homo dan Lesbi . . .

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." (Q.S. al-Araf: 80-82). . Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S. al-Nahl: 90) . Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. al-Isra: 32).4. Hirabah . . Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Maidah: 33-34).5. Merusak Alam/Lingkungan . . Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (Q.S. al-Baqarah: 26-27). . Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. al-Qashash: 77)

.

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Qashash: 83)

6. Mengundi Nasib .

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. al-Maidah: 3).7. Mencuri . . Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Maidah: 38-39). 8. Dzalim . Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Anam: 82) .

Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. (Thaha: 111) .

Maka sesungguhnya untuk orang-orang zalim ada bahagian (siksa) seperti bahagian teman-teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku menyegerakannya. (Q.S. al-Dzariyat: 59)

9. Bunuh Diri .

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Baqarah: 195) . .

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. al-Nisa: 29-30)

10. Membunuh Jiwa .

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S. al-Anam: 140) .

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (Q.S. al-Anam: 151). . . . . . . . . Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa`at) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu. (Q.S. al-Isra: 31-38). .

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (Q.S. al-Furqon: 68).11. Mengubur Bayi Hidup-Hidup

. .

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (Q.S. al-Nahl: 58-59). .

Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih. (Q.S. al-Zukhruf: 17). . .

Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, (Q.S. al-Takwir: 8-9)

12. Qishash . .

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Q.S. al-Baqarah: 178-179). . Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (Q.S. al-Maidah: 32) .

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-Maidah: 45).PROGRAM STUDI MUAMALAT

1. Zakat .

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-Taubah: 60). . Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Taubah: 103). . . Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), (Q.S. al-Maarij: 24-25). . Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. (Q.S. al-Dzariyat: 19)

2. Riba . . . . . .

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S. al-Baqarah: 275-280). . Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. Ali Imran: 130) . .

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (Q.S. al-Nisa: 160-161). .

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang