budidaya ikan keramba jaring apung karakteristik …

14
Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung | 13 CHAPTER 2 BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik perikanan keramba jaring apung Metode produksi dan sistem keramba jaring apung tunggal telah dipraktekkan oleh petani ikan di Indonesia, termasuk di danau Maninjau karena alasan ekonomi. Ciri khas unit produksi terdiri dari rangka besi yang dilapisi dengan bahan anti karat (cat besi), didukung dengan empat keramba jaring apung (ukuran 5 x 5 x 3 m) yang dibangun menggunakan ukuran mesh 10 mm. Unit-unit tersebut dikombinasikan dengan fasilitas lain (yaitu daya apung, tempat pemberian makan, dan jalur kandang). Pelampung yang digunakan adalah drum plastik dengan tipe cincin ganda, diameter tubuh 58 cm, tinggi total 93 cm, berat produk 8,6 kg, dan volume penuh 200 L. Warna pelampung berwarna biru. Sejak 2001, jumlah keramba jaring apung di danau Maninjau meningkat secara eksponensial. Dalam lima tahun terakhir, itu meningkat sebanyak 90,14%. Ini menunjukkan bahwa tumbuhnya minat budidaya di sistem produksi akuakultur (Gambar 1). Jumlah keramba jaring apung di setiap rumah tangga petani ikan berkisar antara 4 hingga 60 jaring. Mayoritas petani ikan memiliki keramba jaring apung per rumah tangga (41,25%) adalah 20-40 petak, 27,08% adalah 41- 60 petak, 23,33% adalah 8-20 petak, dan 8,33% adalah 4-8 petak (Gambar 2). Budidaya spesies ikan oleh petani ikan adalah nila, gurame, lele dan Patin. Peneliti lain juga melaporkan bahwa tilapia (Oreochromis niloticus) adalah spesies dominan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (Mbowa et al., 2017; Hasimuna et al., 2019). Ukuran keramba jaring apung di danau Maninjau adalah 5 x 5 x 3 m (75 m 3 ) per jaring. Sebaliknya, Opiyo et al. (2018) melaporkan bahwa ukuran kandang akuakultur di lima distrik riparian di Kenya berkisar antara 8 - 125 m 3 . Variasi ukuran kandang dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam sumber daya keuangan. Pembudidaya ikan yang memiliki modal lebih banyak memiliki ukuran kandang yang besar, dan lebih menguntungkan secara ekonomi.

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 13

CHAPTER 2

BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG

Karakteristik perikanan keramba jaring apung

Metode produksi dan sistem keramba jaring apung tunggal telah

dipraktekkan oleh petani ikan di Indonesia, termasuk di danau Maninjau karena

alasan ekonomi. Ciri khas unit produksi terdiri dari rangka besi yang dilapisi

dengan bahan anti karat (cat besi), didukung dengan empat keramba jaring

apung (ukuran 5 x 5 x 3 m) yang dibangun menggunakan ukuran mesh 10 mm.

Unit-unit tersebut dikombinasikan dengan fasilitas lain (yaitu daya apung,

tempat pemberian makan, dan jalur kandang). Pelampung yang digunakan

adalah drum plastik dengan tipe cincin ganda, diameter tubuh 58 cm, tinggi total

93 cm, berat produk 8,6 kg, dan volume penuh 200 L. Warna pelampung

berwarna biru.

Sejak 2001, jumlah keramba jaring apung di danau Maninjau meningkat secara

eksponensial. Dalam lima tahun terakhir, itu meningkat sebanyak 90,14%. Ini

menunjukkan bahwa tumbuhnya minat budidaya di sistem produksi akuakultur

(Gambar 1). Jumlah keramba jaring apung di setiap rumah tangga petani ikan

berkisar antara 4 hingga 60 jaring. Mayoritas petani ikan memiliki keramba

jaring apung per rumah tangga (41,25%) adalah 20-40 petak, 27,08% adalah 41-

60 petak, 23,33% adalah 8-20 petak, dan 8,33% adalah 4-8 petak (Gambar 2).

Budidaya spesies ikan oleh petani ikan adalah nila, gurame, lele dan Patin.

Peneliti lain juga melaporkan bahwa tilapia (Oreochromis niloticus) adalah

spesies dominan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (Mbowa et

al., 2017; Hasimuna et al., 2019). Ukuran keramba jaring apung di danau

Maninjau adalah 5 x 5 x 3 m (75 m3) per jaring. Sebaliknya, Opiyo et al. (2018)

melaporkan bahwa ukuran kandang akuakultur di lima distrik riparian di Kenya

berkisar antara 8 - 125 m3. Variasi ukuran kandang dapat dikaitkan dengan

perbedaan dalam sumber daya keuangan. Pembudidaya ikan yang memiliki

modal lebih banyak memiliki ukuran kandang yang besar, dan lebih

menguntungkan secara ekonomi.

Page 2: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

14 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

Gambar 1. Jumlah keramba jaring apung tercatat pada tahun 2001 – 2019

Gambar 2. Pemilik KJA setiap rumah tangga perikanan (N=240)

Benih ikan

Di danau Maninjau sebagian besar petani ikan (77,91%) memperoleh bibit nila

dari perusahaan pembenihan, 20% dari pembenihan pribadi dan 2,08%

ditangkap dari danau (Gambar 3). Kegiatan pembenihan ikan nila biasanya

dilakukan di areal persawahan di sekitar danau Maninjau. Di Kecamatan

Tanjung Raya, luas sawah 2.430 ha. Diperkirakan 1.458 ha (60%) sawah telah

berubah menjadi daerah pembenihan ikan nila (Data BPS Statistik Kabupaten

Agam, 2018). Perubahan ini terjadi karena tingginya permintaan benih nila dari

petani ikan untuk dibudidayakan di keramba jaring apung. Selain itu,

permintaan benih nila berasal dari pembudidaya ikan di Kota Padang,

Page 3: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 15

Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Riau dan Provinsi

Jambi.

Gambar 3. Sumber benih ikan nila untuk budidaya ikan KJA

di danau Maninjau

Pada 2015, keramba apung telah tercatat sebanyak 16.608 jaring di danau

Maninjau (Syandri et al., 2016). Sementara, tahun 2019 tercatat sebanyak

17.563 jaring. Mayoritas keramba jaring apung (72,91%) digunakan untuk ikan

nila, 18,75% untuk ikan mas, 4,58% untuk ikan lele dumbo dan 3,75% untuk

ikan patin dan gurami (Gambar 4.). Kepadatan rata-rata tebar ikan nila di

keramba apung adalah 100 ekor / m3 (7.500 ekor / jaring), ikan mas 66 ekor / m

3

(5.000 ekor / jaring), ikan lele dumbo, patin adalah 133 ekor / m3 (10.000 ekor) /

jaring) dan ikan gurame sekitar 50 ekor/m3 (3.750 ekor/jaring). Total bibit pada

masing-masing spesies ikan berdasarkan jumlah keramba apung dan kepadatan

tebar disajikan pada Tabel 1.

Gambar 4. Jumlah RTP (%) yang membudidyakan ikan berdasarkan spesies

(N=240)

Page 4: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

16 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

Tabel 1. Jumlah keramba jaring apung dan perkirakan total permintaan benih

untuk kegiatan akuakultur

Spesies Jumlah

KJA

(petak)

Rata-rata

padat

tebar

(ekor/m3)

Ukuran

KJA

(5 x5x3

m)

Perkiraan

kebutuhan

benih

(ekor)

Waktu

pemeliha

raan

(hari)

Permintaan

pasar

(g/ekor)

Nile 12,917 100 75 96.877.500 120 - 160 200 - 250

Majalaya 1,620 66 75 8.100.000 120 - 150 200 - 250

Lele 800 133 75 8.000.000 60 - 75 125 - 150

Patin &

Gurami

400 133 75 4.000.000 150 - 180 400 - 500

Di sisi lain, pasokan ikan mas, gurami dan ikan lele untuk budidaya keramba

apung dikumpulkan dari perusahaan swasta di Kecamatan Luak, Kabupaten

Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Sementara itu, benih lele Pangasius

dikumpulkan dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak lokasi mereka

masing-masing adalah 75 km dan 160 km dari danau Maninjau.

Mortalitas massal ikan nila berkisar antara 50% hingga 60% selama kegiatan

budidaya karena penurunan kualitas air, sehingga berdampak pada produktivitas

keramba jaring apung. Dalam beberapa tahun terakhir, para pembudidaya ikan

belum bisa memprediksi penyebab kematian massal ikan nila. Petani ikan

membudidayakan tiga spesies ikan seperti lele, patin dan gurai. Ketiga spesies

ini tahan terhadap kualitas air yang buruk. Ikan lele dan patin tidak diberi pakan

pelet komersial, dan hanya diberi makan ikan nila mati yang berasal dari

keramba jaring apung di daerah ini.

Pakan ikan

Petani ikan di danau Maninjau telah melakukan kegiatan budidaya selama 60

hingga 180 hari per siklus produksi untuk mencapai ukuran pasar (Tabel 1).

Sebagian besar petani ikan memberi makan ikan dua kali sehari pada pukul

09:00 hingga 10:00 dan 16:00 berdasarkan pada berat ikan hidup (3-5%).

Karakteristik pakan yang digunakan adalah pakan komersial terapung dan

terbenam. Temuan serupa dengan Thongprajukaew et al. (2017), yang

melaporkan bahwa ikan nila diberi makan dua kali sehari (06.00 dan 18.00),

dapat digunakan secara praktis dalam manajemen makanan. Menurut Prem dan

Tewari. (2020) memberi makan ikan dengan cara yang tidak tepat dapat menjadi

masalah bagi petani ikan di negara berkembang. Petani ikan menganggap bahwa

pemberian makanan secara manual lebih ekonomis daripada menggunakan

teknologi modern (mekanis). Selain itu, Mungkung et al. (2013) melaporkan

Page 5: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 17

bahwa FCR tinggi karena manajemen pemberian makanan yang buruk atau

kualitas air yang buruk. Chatvijitkul et al. (2017), menyatakan bahwa limbah

pakan terkait dengan FCR, sehingga mempengaruhi kualitas air. Oleh karena

itu, untuk memastikan bahwa pakan dikonsumsi secara optimal oleh ikan,

praktik manajemen pakan harus dilakukan dengan lebih baik.

Semua pakan yang digunakan untuk produksi perikanan budidaya di danau

Maninjau diperoleh dari perusahaan manufaktur pakan yang berlokasi di

Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Jumlah pasokan pakan saat ini ke

Kecamatan Tanjung Raya rata-rata 2.000 ton per bulan. Sebaliknya, pasokan

pakan ikan ke danau Kariba di Zambia berasal dari dua perusahaan berkisar

antara 50 - 100 ton per hari (Hasimuna et al., 2019). Pakan diangkut dengan

truk, jarak lokasi perusahaan pakan ke danau Maninjau adalah 650 km.

Penilaian kualitas pakan oleh petani ikan adalah 60% adalah kualitas terbaik,

30% adalah kualitas baik, sedangkan 10% menunjukkan bahwa agak buruk.

Pakan ikan komersial di danau Maninjau, biasanya mengandung 28 - 30%

protein kasar untuk ikan nila dan ikan mas, termasuk untuk ikan gurami. Tujuh

perusahaan yang memasok pakan ikan adalah Japfa Comfeed Indonesia Ltd,

Central Proteina Prima Ltd, Mabar Feed Indonesia Ltd, Malindo Feedmill Ltd,

Sinta Prima Feedmill Ltd, Universal Agri Bisnisindo Ltd dan Gargill Feed and

Nutrition Ltd (Gambar 5).

Gambar 5. Persentase pakan ikan yang dipasok oleh masing-masing perusahaan

ke danau Maninjau

Page 6: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

18 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

Tantangan budidaya ikan keramba jaring apung

Tantangan pertama

Beberapa tantangan terjadi di danau Maninjau dan dapat menghambat

pengembangan akuakultur terutama ikan nila. Sebagian besar petani ikan

menghadapi tantangan kematian massal pada periode awal kegiatan budidaya

mereka. Kondisi ini memerlukan dukungan keuangan sebelum memulai

produksi lagi. Kemudian, kualitas airnya buruk dengan status hypereutrophic.

Menurut Ji et al. (2018) bahwa danau eutrofik didominasi oleh Cyanobacteria.

Cyanobacteria akan menghasilkan cyanotoxin (Burgos et al., 2018). Zhao et al.

(2006) melaporkan bahwa kematian massal ikan dikaitkan dengan racun dari

cyanobacteria. Sementara itu, tantangan utama budidaya ikan nila adalah

penyakit dari Streptococcus agalactiae yang menyebabkan kerugian besar bagi

petani nila di seluruh dunia (de Oliveira et al., 2018). Sedangkan, Nicholson et

al (2019) menyatakan bahwa TiLV ditemukan bersama dengan bakteri patogen

yang terkenal seperti Aeromonas spp.

Selain itu, negara lain telah melaporkan bahwa kematian ikan nila disebabkan

oleh infeksi virus yaitu Virus Danau Tilapia (TiLV) yang dapat menurunkan

produksi nila dan berpotensi menyebabkan dampak sosial ekonomi yang serius

(Hounmanou et al, 2018; Ferguson et al., 2014; Tsofack et al., 2017; Amal et

al., 2018; Mugimba et al., 2018)). Namun, belum ada penelitian tentang

kematian ikan nila oleh TiLV di danau Maninjau. Oleh karena itu, kematian

yang tinggi dari budidaya nila di keramba jaring apung merupakan tantangan

utama yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan produksi ikan di danau

Maninjau.

Tantangan kedua

Harga pakan pelet komersial (Rp 12.000 / kg) juga dilaporkan merupakan

tantangan besar bagi budidaya ikan di danau Maninjau. Karena harga jual ikan

tidak sebanding dengan harga pakan. Ikan nila menjadi sasaran spesies dengan

harga pasar lokal (Rp 19.000 / kg) dan tingkat produksi lebih tinggi (sekitar

85% dari total produksi). Selain itu, harga ikan mas majalaya Rp 22.000 / kg,

ikan lele dumbo Rp 15.000 / kg dan ikan patin Rp 14.000 / kg, sedangkan ikan

gurami harga jual Rp 35.000/kg. Biaya pakan menyumbang sekitar 60% dari

biaya operasi dalam sistem akuakultur di danau Maninjau. Selain itu, sebagian

Page 7: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 19

besar dari mereka memiliki pengalaman tantangan dalam memperkirakan

jumlah pakan yang tepat untuk diberikan kepada ikan, sehingga nilai FCR

bervariasi antara 1,6 dan 1,8. Mirip dengan temuan Ali et al (2018) dan

Thongprajukaew et al (2017) yang menyatakan bahwa pakan merupakan input

paling signifikan dari biaya operasi dalam sistem akuakultur intensif, sehingga

pemberian pakan yang optimal tanpa limbah akan menentukan kelayakan

ekonomi dari sistem. Oleh karena itu, memberi makan ikan sesuai dengan

kebutuhan mereka dapat meningkatkan produktivitas, membantu mengurangi

kehilangan pakan dan menjaga lingkungan budidaya yang sesuai (Verdegem &

Bosma, 2009).

Sementara itu, beberapa tantangan penting dalam kegiatan budidaya ikan adalah

pencurian dan pemangsa seperti burung dan biawak (Hasimuna et al., 2019).

Namun, di danau Maninjau ditemukan bahwa pemangsa di atas tidak menjadi

tantangan bagi pembudidaya ikan Karena para petani ikan menjalankan kegiatan

budidaya mereka di sekitar tempat tinggal mereka.

Tantangan ketiga

Menurut peraturan pemerintah Kabupaten Agam Nomor 5/2014 tentang

pengelolaan danau Maninjau. Jumlah total keramba jaring apung yang diizinkan

untuk kegiatan budidaya adalah 6000 jaring. Jumlah jaring didasarkan pada

daya dukung akuakultur danau Maninjau. Dalam studi ini, peraturan pemerintah

di atas belum diterapkan oleh petani ikan. Mayoritas produsen akuakultur

(58,34%) menyatakan bahwa peraturan tersebut merupakan tantangan bagi

mereka untuk meningkatkan produksi dan pendapatan ikan. Sementara itu,

sangat sedikit kegiatan pertanian dapat dilakukan di darat karena lahannya

sempit, berbukit dan berbatu (data statistik BPS Kabupaten Agam). Namun,

David et al. (2015) menyatakan bahwa badan air harus digunakan secara

rasional berdasarkan daya dukung ekologis sehingga produksi akuakultur dapat

berkelanjutan. Misalnya, di sepanjang pantai Norwegia, peraturan pemerintah

telah diterapkan untuk menentukan distribusi spasial keramba salmon seperti

ukuran dan struktur kepemilikan keramba (Asche et al., 2009). Sementara itu, di

danau Victoria, Kariba, Malawi dan Taihu, petani ikan telah mematuhi

peraturan terbaik untuk mempromosikan budidaya berkelanjutan (Musinguzi et

al., 2019; Jamu et al., 2011; Jia et al., 2013).

Page 8: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

20 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

Selain itu, kerusakan air yang terus berlanjut merupakan tantangan utama

pemerintah dalam upaya menyelamatkan danau Maninjau. Peneliti lain

menemukan bahwa kerusakan danau disebabkan oleh adanya komponen

nitrogen dan fosfor dalam badan air (David et al., 2015; Lindim et al., 2015).

Menurut Syandri et al. (2017), ketersediaan nitrogen, fosfor dan total bahan

organik dalam badan air secara signifikan lebih tinggi setelah kematian massal

ikan dan memiliki efek negatif pada kualitas air danau Maninjau. Kemudian,

pelepasan nutrisi dari kegiatan akuakultur kandang di lingkungan air tidak

hanya mempengaruhi kualitas air dan membawa konflik dengan banyak

pengguna, tetapi juga terutama memberikan efek umpan balik negatif dalam

operasi keramba apung sendiri (David et al., 2015; Lindim et al ., 2015; Du et

al., 2019; Ni et al., 2017).

Pada Tabel 2 menunjukkan masalah danau Maninjau. Kualitas air yang buruk,

mortalitas massa ikan dan hukum akuakultur yang tidak pasti adalah faktor

utama yang menyebabkan kerusakan air danau Maninjau. Variabel biofisik

seperti penyakit, polusi, dan kurangnya lingkungan yang sesuai (Jia et al., 2013;

Moura et al., 2016; Ni et al., 2017) termasuk politik, sosial dan partisipasi

masyarakat lokal adalah tantangan dominan untuk pengembangan akuakultur di

masa depan (Young et al., 2019; Holden et al., 2019; Weitzman, 2019; Senff et

al., 2018).

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prospek untuk perluasan produksi

akuakultur di danau Maninjau

Hambatan Persentase (%)

Ikan mati secara besar-besaran 87.50

Harga pakan mahal 83.33

Harga ikan rendah 72.61

Kualitas air buruk 95.83

Regulasi pemerintah tidak mendukung 41.66

Tidak ada izin /belum ada peraturan 58.33

Pembayaran ikan yang dijual tidak

kontan

91.66

Page 9: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 21

Kesimpulan

Selama beberapa dekade, budidaya ikan keramba jaring apung di Danau

Maninjau telah mewakili proporsi terbesar dari total produksi perikanan

budidaya regional. Namun, itu tidak mampu menutupi kekurangan kebutuhan

ikan air tawar di Provinsi Sumatera Barat, termasuk Provinsi Riau dan Jambi.

Akhir-akhir ini, para pembudidaya ikan menghadapi tantangan seperti kondisi

kualitas air yang buruk, kematian massal nila Nil, biaya pakan yang tinggi,

penjualan ikan yang rendah, dan tidak dibayar tunai dari penjualan ikan. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa produksi budidaya keramba jaring apung memiliki

potensi besar di Danau Maninjau. Potensi ini dapat ditingkatkan berdasarkan

daya dukung akuakultur dengan memecahkan tantangan lain dalam budidaya

ikan. Selain itu, kami merekomendasikan bahwa budidaya ikan nila nila, ikan

mas, lele dumbo dan lele pangasius harus dimasukkan dalam inisiatif

perencanaan budidaya air tawar dengan mempertimbangkan faktor ekologis,

lingkungan, ekonomi, dan komunitas sosial lokal. Kebijakan ini memungkinkan

pemanfaatan danau Maninjau secara optimal untuk berbagai kegiatan seperti

pariwisata, pembangkit listrik tenaga air, dan kegiatan budidaya lainnya secara

berkelanjutan.

Daftar Pusataka

Ali. H., Rahman, M.M., Murshed-e-Jahan, K., Dhar, G.C., 2018. Production

economics of striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus, Sauvage,

1878) farming under polyculture system in Bangladesh. Aquaculture 491,

281-390.

Amal, M.N.A., Koh, C.B., Nurliyana, M., Suhaiba,M., Nor-Amalina,Z.,

Shanta, S., Diyana Nadhirah, K.P., Yosuf, M.T., Ina-Salwany, M.Y., Zambri-

Saat, M., 2018. A case of natural co-infection of Tilapia Lake Virus

and Aeromonas veronii in a Malaysian red hybrid tilapia (Oreochromis

niloticus × O. mossambicus) farm experiencing high mortality. Aquaculture,

485: 12-16.

Aryani, N., Azrita, Mardiah, A., Syandri,H., 2017. Influence of feeding rate on

the growth, feed efficiency and carcass composition of the Giant gourami

(Osphronemus goramy). Pakistan Journal of Zoology, 49(5): 1775-1781.

DOI:

Page 10: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

22 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

Asch, F., Roll, K.H. Tveteras, R., 2009. Economic inefficiency and

environmental impact: An application to aquaculture production. Journal of

Environmental Economics and Management 58:93-105.

https://doi.org/10.1016/j.jeem.2008.10.003

Burgos, M.J.G., Romero, J.L., Pulido,R.P., Molinos,A.C., Gálvez,A,. Lucas,

R., 2018. Analysis of potential risks from the bacterial communities

associated with air-contact surfaces from tilapia (Oreochromis niloticus) fish

farming. Environmental Research

CDSI, Central Data Statistic Indonesia, 2018. Ministry of Marine and Fisheries

Republic of Indonesia. Marine and Fisheries in Figures. Ministry of Marine

and Fisheries Republic of Indonesia (in Indonesian).

Chatvijitkul, S, Boyd, C. E..Davis, D. A , McNevin, A.A., 2017. Pollution

potential indicators for feed-based fish and shrimp culture. Aquaculture

477: 43-49.

Data BPS-statistics West Sumatera Province., 2018. Department of Marine and

Fisheries West Sumatera Province (in Indonesian). https://sumbar.bps.go.id/

Data BPS-Statistics Agam District, 2018. Agam District, West Sumatera

Province, Indonesia (in Indonesian).

David, G.S, Carvalho E.D., Lemos, D., Silveira, A.N., Dall'Aglio-Sobrinho, M.,

2015. Ecological carrying capacity for intensive Tilapia (Oreochromis

niloticus) cage aquaculture in a large hydroelectrical reservoir in

Southeastern Brazil. Aquacultural Engineering, 66:30-40.

De Oliveira, T.F., Queiroz, G.A., Teixeira, J.P., Figueiredo, H.C.P., Leal,

C.A.G., 2018. Recurrent Streptoccoccus agalactiae infection in Nile tilapia

(Oreochromis niloticus) treated with florfenicol. Aquaculture 493: 51-60.

Dong, H.T., Ataguba, G.A., Khunrae, P., Rattanarojpong, T., Senapin, S., 2017.

Evidence of TiLV infection in tilapia hatcheries from 2012 to 2017 reveals

probable global spread of the disease. Aquaculture 479, 579–583.

https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2017.06.035

Du, H., Chen, Z., Mao G., Chen, L., Crittenden, J., Li, R.Y.M., Chai, L., 2019.

Evaluation of eutrophication in freshwater lakes: A new non-equilibrium

statistical approach. Ecological Indicators, 102:686-692.

FAO, 2018. The state of world fisheries and aquaculture 2018: contributing to

food security and nutrition for all, Rome.

Page 11: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 23

Ferguson, H.W., Kabuusu, R., Beltran, S., Reyes, E., Lince, J.A., del Pozo, J.,

2014. Syncytial hepatitis of farmed tilapia, Oreochromis niloticus (L.): a case

report. Journal of Fish Diseases 37, 583–589.

Hasimuna, O.J., Maulu, S., Monde, C., Mweemba, M., 2019. Cage aquaculture

production in Zambia: Assessment of opportunities and challenges on Lake

Kariba, Siavonga district. Egyptian Journal of Aquatic Research, 45: 281-

285.

Henriksson, P.J.G., Tran, N., Mohan C.V., Chan, C.Y., Rodriguez, U-P., Suri,

S., Mateos, L.D., Utomo, N.B.P., Hall, S., Phillips, M.J., 2017. Indonesian

aquaculture futures evaluating environmental and socioeconomic potentials

and limitations. Journal of Cleaner Production, 162:1482-1490.

Holden, J.J., Collicutt, B., Covernton, G., Cox, K.D., Lancaster, D., Dudas, S.

E., Ban, N.C., Jacob, A.L., 2019. Synergies on the coast: Challenges facing

shellfish aquaculture development on the central and north coast of British

Columbia. Marine Policy, 101:108-117.

Hounmanou, Y.M.G., Mdegela, R.H, Dougnon, T.V., Achoh, M.E., Mhongole,

O.J., Agadjihouèdé, H., Gangbè, L., Dalsgaard, A., 2018. Tilapia lake virus

threatens tilapiines farming and food security: Socio-economic challenges

and preventive measures in Sub- Saharan Africa. Aquaculture 493: 123-129.

Jamu, D., Banda, M., Njaya, F., Hecky, R.E., 2011. Challenges to sustainable

management of the lakes of Malawi. Journal of Great Lakes Research, 37: 3-

14.

Ji, B., Qin, H., Guo,S., Chen, W., Zhang, X., Liang, J., 2018. Bacterial

communities of four adjacent fresh lakes at different trophic status.

Ecotoxicology and Environmental Safety 157:388-394.

Jia, P., Zhang, W., Liu, Q., 2013. Lake fisheries in China: Challenges and

opportunities. Fisheries Research, 140: 66-72. https://doi.org/10.1016/

j.fishres.2012.12.007.

Lindim, C., Becker, A., Grüneberg, B., Fische, H., 2015. Modelling the effects

of nutrient loads reduction and testing the N and P control paradigm in a

German shallow lake. Aquacultural Engineering, 82:418-457.

Mbowa, S., Odokonyero, T., Munyaho, A.T., 2017. Harnessing floating cage

technology to increase fish production in Uganda, Research Series No. 138.

Moura, R.S.T., Valenti, W.C., Henry-Silva, G.G., 2016. Sustainability of Nile

tilapia net-cage culture in a reservoir in a semi-arid region. Ecological

Indicators 66:574-582.

Page 12: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

24 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

Mungkung, R., Aubin, J., Prihadi, T.H., Slembrouck, J., van der Werf, H.M.G.,

Legendre, M., 2013. Life Cycle Assessment for environmentally sustainable

aquaculture management: a case study of combined aquaculture systems for

carp and tilapia. Journal of Cleaner Production, 47:249-256.

Mugimba, K.K., Chengula, A.A., Wamala, S., Mwega, E.D., Kasanga, C.J.,

Byarugaba, D.K., Mdegela, R.H., Tal, S., Bornstein, B., Dishon, A., Mutoloki,

S., David, L., Evensen, Ø., Munang’andu, H.M., 2018. Detection of tilapia lake

virus (TiLV) infection by PCR in farmed and wild Nile tilapia (Oreochromis

niloticus) from Lake Victoria. Journal of Fish Diseases, 1-9.

Musinguzi, L., Lugya, J., Rwezawula, P., Kamya, A., Nuwahereza, C., Halafo,

J., Kamondo, S., Njaya, F., Aura, C., Shoko, A.P., Osinde, R., Natugoza, V.,

Ogutu-Ohwayo, R., 2019. The extent of cage aquaculture, adherence to best

practices and reflections for sustainable aquaculture on African inland

waters. Journal of Great Lakes Research, in press.

Nicholson, P., Mon-on, N., Jaemwimol, P., Tattiyapong, P., Surachetpong,W.,

2019. Coinfection of tilapia lake virus and Aeromonas hydrophila

synergistically increased mortality and worsened the disease severity in

tilapia (Oreochromis spp.). Aquaculture Inpress.

Ni, Z., Wu, X., Li, L., Lv, Z., Zhang, Z., Hao, A., Iseri, Y., Kuba, T., Zhang, X.,

Wu, W-M., Li, C., 2017. Pollution control and in situ bioremediation for lake

aquaculture using an ecological dam. Journal of Cleaner Production, 172:

2256-2265.

Opiyo, M.A., Marijani, E., Muendo, P., Odede, R., Leschen, W., Charo-Karisa,

H., 2018.A review of aquaculture production and health management

practices of farmed fish in Kenya. Int. J. Vet. Sci. Med. 6, 141–148.

Pouil, S., Samsudin, R., Slembrouck, J., Sihabuddin, A., Sundari, G.,

Khazaidan, K., Kristanto, A.H., Pantjara, B., Caruso, D., 2019. Nutrient

budgets in a small-scale freshwater fish pond system in Indonesia.

Aquaculture 504: 267-274.

Prem, R and Tewari, V.K,. 2020. Development of human-powered fish feeding

machine for freshwater aquaculture farms of developing countries.

Aquacultural Engineering, 88:102028.

Rimmer, M.A., Sugama, K., Rakhmawati, D., Rofiq, R., Habgood, R.H., 2013.

A review and SWOT analysis of aquaculture development in Indonesia. Rev.

Aquac. 5, 255–279.

Page 13: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g | 25

The Agam Regency Government, West Sumatera Province, 2014. Regulation

Number 5 /2014 concerning Management of Lake Maninjau.

Senff, P., Partelow, S., Indriana, L. F., Buhari, N., Kunzmann, A., 2018.

Improving pond aquaculture production on Lombok, Indonesia.

Suhenda, N., Samsudin,R., Nugroho, E., 2010. Growth of green catfish

(Hemibagrus nemurus) fry in floating net cage feed by artificial food with

different protein content. Journal Iktiologi Indonesia, 10(1): 65-71 (in

Indonesian).

Sunarto, A., Kusrini, E., 2006. Mass mortality of Common carp (Cyprinus

carpio) in floating net cages Lake Toba of North Province. Media

Akuakultur, 1(1):13-17 (in Indonesian)

Syandri, H., Junaidi., Azrita., Yunus, T., 2014. State of aquatic resources

Maninjau Lake West Sumatra Province, Indonesia. J. Ecology and Env. Sci,

1 (5): 109-113.

Syandri, H., Azrita., Junaidi., Elfiondri., 2015. Social Status of the fish-farmers

of floating-net-cages in Lake Maninjau, Indonesia. Journal of Aquaculture

Research & Development, 7:1. DOI: 10.4172/2155-9546.1000391

Syandri, H, Azrita., Niagara., 2016. Trophic status and load capacity of water

pollution waste fish culture with floating net cages in Maninjau Lake,

Indonesia. Eco. Env. & Cons. 22 (1): 469-476.

Syandri, H., Azrita., Junaidi., Mardiah, A., 2017. Levels of available nitrogen-

phosphorus before and after fish mass mortality in Maninjau Lake of

Indonesia. J. Fish. Aquat. Sci., 12 (4): 191-196. DOI:

10.3923/jfas.2017.191.196

Syandri, H., Azrita., Mardiah, A., 2018. Nitrogen and phosphorus waste

production from different fish species cultured at floating net cages in

Lake Maninjau, Indonesia. Asian J. Sci. Res, 11 (2): 287-294.

Tanjung, R.S., 2015. Mollusca of Lake Maninjau: Nutrition content and

economic potensial. Limnotek, 22(2): 118-128 (in Indonesian).

http://limnotek.or.id/index.php/limnotek/article/view/37

Tran, N., Rodriguez, U.P., Chan, C.Y., Phillips, M.J., Mohan, C.V., Henrikson,

P.J.G., Koeshendrajana, S., Suri, S., Hall, S., 2017. Indonesian aquaculture

futures: An analysis of fish supply and demand in Indonesia to 2030 and role

of aquaculture using the Asia Fish model. Marine Policy, 79: 25-32.

Thongprajukaew, K., Kovitvadhi, S., Kovitvadhi, U., Preprame, P., 2017.

Effects of feeding frequency on growth performance and digestive enzyme

Page 14: BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG Karakteristik …

26 | B u d i d a y a I k a n K e r a m b a J a r i n g A p u n g

activity of sex-reversed Nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758).

Agriculture and Natural Resources, 51(4): 292-298.

Tsofack, K.J.E., Zamostiano, R., Watted, S., Berkowitz, A., Rosenbluth, E.,

Mishra, N., Briese, T., Lipkin, W.I., Kabuusu, R.M., Ferguson, H., del

Pozo, J., Eldar, A., Bacharach, E., 2017. Detection of Tilapia Lake Virus in

Clinical Samples by Culturing and Nested Reverse Transcription-PCR.

Journal of Clinical Microbiology 55, 759–767.

Verdegem, M.C.J., Bosma, R.H., 2009. Water withdrawal for brackish and

inland aquaculture and options to produce more fish in ponds with present

water use. Water Policy 11, 52–68 Supplement 1.

Weitzman, J., 2019. Applying the ecosystem services concept to aquaculture: A

review of approaches, definitions, and uses. Ecosystem Services, 35:194-206.

Young, N., Brattland, C., Digiovanni, C., Hersoung, B., Johnsen, J.P., Karlsen,

K.M., Kvalvik I., Olofsson E., Siomonsen K., Solas, A-M., Thorarensen, H.,

2019 Limitations to growth: Social-ecological challenges to aquaculture

development in five wealthy nations. Marine Policy, 104:216-224.

Zhao, M., Xie, S., Zhu, X., Yang, Y., Gan, N., Song, L., 2006. Effect of dietary

cyanobacteria on growth and accumulation of microcystins in Nile tilapia

(Oreochromis niloticus). Aquaculture 261: 960 – 966.