keramba jaring apung
TRANSCRIPT
KERAMBA JARING APUNG
Posted by Kun Kurokawa on Wednesday, January 27, 2010
bX-rzhfst
Indonesia sebagai Negara kepualauan yang mempunyai garis pantai
kurang lebih 81.000 km dengan luas perairan pantai 5,8 juta km2 merupakan
potensi yang sangat besar bagi pengembangan budidaya laut.
Kondisi seperti ini merupakan modal untuk pengembangan perekonomian,
khususnya bagi sub sector perikanan. Selama ini pemanfaatan sumber daya
perikanan laut sebagian besar masih terbatas psda usaha penangkapan atau
pengumpulan dari alam. Usaha yang sepenuhnya mengantungkan kepada
hasil penangkapan atau pengumpulan dari alam tersebut akan membawa
pengaruh terhadap kontinuitas produksi. Kegiatan penangkapan atau
pengumpulan hasil laut yang tidak bijaksana atau penangkapan lebih (Over
Fishing) dapat berakibat menurunnya populasi dan kelestarian sumber itu
sendiri.
Meskipun beberapa sumber hayati laut mempunyai sifat dapat pulih kembali
(renewable). Oleh sebab itu upaya peningkatan produksi melalui
pemanfaatan sumber daya laut, tidak hanya dilakukan melalui usaha
penangkapan tetapi juga perlu dikembangkan melalui usaha budidaya. Salah
satunya adalah budidaya perikanan dengan teknik keramba jaring apung.
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan perikanan yang bersifat dapat
memilih tempat yang sesuai dan memilih metode yang tepat serta
komoditas yang diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini maka
pendistribusian produk dapat disesuaikan dengan permintaan yang ada
ataupun pemanfaatannya. Kegiatan budidaya laut makin mendapatkan
perhatian karena dari kegiatan penangkapan tidak lagi dapat diandalkan
untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan pasok semakin
besar dan menginginkan standar kualitas yang lebih pasti.
Meningkatnya kemakmuran dunia juga menuntut adanya variasi baru dari
makanan laut, sehingga budaya untuk membeli hasil laut yang segar bahkan
dalam keadaan hidup semakin besar. Oleh karena itu selama PJPT I
strukuktur produksi perikanan nasional mulai bergeser dari kegiatan
penangkapan kearah budidaya.
Produksi ikan melalui usaha budidaya dimulai sejak tahun 1960, namun
penerapan kolam dan keramba jaring apung sebgai sarana produksi untuk
tujuan komersil baru dimulai pada tahun 1970 (Parker dan Brousard,1997).
Selanjutnya usaha budidaya ikan laut di Indonesia pertama kali dirintis oleh
nelayan Kepulauan Riau pada tahun 1978 yakni dengan sistem karamba
taneap (pen cage culture) dengan pasaran pasar Singapura, sedangkan
komoditas yang dibudidayakan adalah ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus
Tauvina). Usaha budidaya ikan laut terus berkembang sejalan dengan
meningkatnya permintaan pasar baik domestik maupun internasional. Untuk
memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat, beberapa
pengusaha petani ikan di Kepulauan Seribu, karimun jawa, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara
Barat telah melakukan budidaya ikan laut terutama dari jenis ikan Kerapu,
Kakap Merah, Baronang dan Ikan Lemak/Siomay atau lebih dikenal dengan
“Napoleon Fish”.
Budidaya laut yang juga dikenal sebagai Marine Aquaculture atau
Mariculture, secara lebih luas juga disebut Sea Farming, terdiri dari beberapa
kegiatan pemeliharaan berbagai species organisme laut secara terkendali,
disimak dari tingkat pengendalian pada budidaya laut dikenal teknologi
pameliharaan intensif, semi intensif, dan ekstensif. Kata keramba jaring
apung (kejapung) bisa digunakan untuk menamai wadah pemeliharaan ikan
terbuat dari jaring yang di bentuk segi empat atau silindris adan diapungkan
dalam air permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu,
atau besi, serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha
pemeliharaan ikan dalam kejapung relative tenang, terhindar dari badai dan
mudah dijangkau. Ikan yang dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis
kakap, sampai baronang, bahkan tebster. Keberhasilan teknologi keramba
jaring apung atau KJA (Floating net cage) membuka peluang untuk budidaya
perikanan laut (mariculture). KJA ini juga merupakan proses yang luwes
untuk mengubah nelayan kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis
perikanan.
Nelayan kecil yang setiap hari berusaha menangkap beberapa kilogram ikan
secara untung-untungan, dapat mengubah nasibnya dengan memiliki KJA.
Peluang usaha KJA ini tidak saja bermanfaat untuk pengusaha perikanan
besar, tetapi juga sangat strategis untuk pengusaha perikanan kecil, sebab
selain murah juga mudah dalam pengelolaanya. Keramba jaring apung dapat
dibangun dengan cepat, serta dapat dipindahkan apabila ternyata
perairannya sudah tidak cocok lagi untuk diusahakan. Teknologi KJA jauh
lebih mudah untuk dikuasi oleh nelayan dari pada teknologi permesinan
pada perahu bermotor atau alat-alat pendingan. KJA selain memberikan
kepastian hasil produksi, juga meningkatkan posisi tawar menawar yang
lebih baik karena tidak perlu lagi tergesa-gesa menjualnya. Ikannya dapat
terus disimpan dan dipelihara didalam KJA sampai mendapat harga yang
baik.
Gambaran umum keramba jaring apung
Keramba jarring apung merupakan salah satu metode pemeliharan
ikan dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan,
yaitu :
1 Kurung tancap ; bentuk kurungan ikan yang peletakannya
menggunakan tiang-tiang pancang yang ditancapkan ke dasar
perairan.
2 Kurungan terendam ; bentuk kurungan ikan yang secara
keseluruhan terendam didalam air dan bergantung kepada
pelampung / rangka apung.
3 Kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu
dan diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi
pemberat / jangkar.
4 Keramba jarring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu
rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung.
Keramba jarring apung merupakan bentuk /sistem kurungan yang
banyak sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai
dengan tujuan penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989)
dikarenakan sistem keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah)
dan merupakan cara yang sangat baik untuk menyimpan berbagai
organisme air, maka banyak sekali kegunaannya yaitu :
- Sebagai sarana penyimpanan sementara
- Sebagai tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi
- Tempat penyimpanan dan transportasi ikan umpan
- Wadah organisme air untuk memonitor kualitas lingkungan
- Sarana pemeliharaan untuk tujuan “ Re – Stocking “
Sejauh ini keramba jarring apung merupakan yang paling baik
untuk budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti
kurung tancap (Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus,
ditinjau dari segi- segi ;
Teknologi yang diperlukan untuk konstruksi
- Pengelolaan mudah diterapkan
Tingkat kualitas ikan peliharaan
Pemanfaatan sumber daya maupun nilai ekonomisnya
Konstruksi Keramba Jaring Apung
Konstruksi yang dibahas mencakup wadah pemeliharaan dalam
bentuk keramba jaring apung. Bahan, rancangan, tata letak, harus
diperhitungkan untuk keamanan dan kemudahan kerja, perpanjangan
umum keramba jaring apung, dan optimasi produksi. Secara garis besar
keramba jaring apung terdiri dari jaring kurung-kurung (cages), keramba
atau rakit (frame), dan pengapung (flotter), dan bahan yang diperlukan
juga dapat bervariasi.
Dalam pembuatan keramba jaring apung banyak faktor yang perlu
menjadi perhatian seperti kondisi lingkungan, metode pemeliharaan,
ketersediaan pakan, jenis ikan, pembiayaan maupun tenaga terampil
dilokasi (Beveridge 1987, Christensen, 1989). Disamping itu bahan yang
diperlukan untuk suatu konstruksi keramba jaring apung sebaiknya
memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :
- Kuat, ringan, tidak mudah lapuk / keropos / karatan
- Mempunyai ketahanan terhadap organisme penggangu
- Mudah kerjakan dan diperbaiki
- Tidak merupaan hambatan, lentur dan tidak melukai ikan
- Murah ( dan mudah didapat )
a. Jaring kurung
Bahan utama untuk pembuatan kurung-kurung adalah jaring
( netting). Jaring yang digunakan sebaiknya yang tanpa simpul serta
tahan terhadap sinar matahari. Jenis-jenis serat sintetis yang banyak
digunakan sebagai bahan jaring adalah polymide (PA), Polyester
(PES), maupun Polyethylene (PE). Kantong atau kurung-kurung
berfungsi untuk menyimpan / menampung ikan dan tidak
menghambat pertukaran air. Bentuk kurung-kurung keramba jaring
apung umumnya berbentuk bujur sangkar / kubus.
b. Kerangka rakit
Untuk penopang atau tempat bergantung dari kantong/ kurung –
kurung dupoerlukan suatu kerangka rakit dengan bentuk khusus yang
dilengkapi dengan sarana pengapung, disamping itu juga berfungsi
sebagai lantai kerja, penyiompanan barang dan saran kerja. Secara
umum kerangka rakit merupakan rangkaian dari tiang / batang yang
diikat satu sama lain menjadi bentuk yang diinginkan dalam
penentuan bentuk konstruksi harus diperhitungkan dari kondisi fisik
perairan terutama tinggi gelombang atau ombak, dimana konstruksi
rakit harus mampu bertahan dan meredamnya untuk keamanan dan
kenyamanan aktivitas pemeliharaan biota laut. Bahan untuk
pembuatan cukup bervariasi, mulai dari bambu, tiang, balok kayu,
besi, maupun batang-batang plastik PVC.
c. Sarana pengapung
Pelampung sebagai sarana pengapung merupakan salah satu
peralatan yang penting pada satu sisitem keramba jaring apung.
Cukup banyak pilihan bahan yang dapat digunakan sebagai
pelampung, yaitu : drum besi, drum plastic, blok Sterofoam, kayu
gelondong, bambu, maupun tangki fiberglass, yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan baik dalam hal daya terpakai,
daya apung, daya tahan maupun nilai ekonomisnya.
Pengelompokan Dan Penyambungan Keramba Jaring Apung
Dalam suatu unit usaha budidaya keramba jaring, pengelompokan
serta cara penyambungan tiap unit jaring apung tergantung atau
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
Skala usaha budidaya
Ukuran dan bentuk unit rakit keramba jaring apung
Kondisi perairan lokasi budidaya
Sistem penambat / jangkar
Pertimbangan kondisi lingkungan
Pada usaha skala kecil hal ini tidak begitu penting, tetapi pada unit
usaha budidaya dengan skala besar, masalah pengelompokan dan
penyambungan penting terutama dalam perencanaan masa produksi
( panen ) serta menjaga agar kualitas perairan tetap dalam keadaan
optimal. Pengelompokan dan tata letak juga akan menetukan pasok air
bersih secara merata pada setiap unit kurungan, hal ini dapat diupayakan
dengan penempatan setiap unit keramba jaring apung tegak lurus arah
arus yang dominan. Jumlah baris dari unit keramba jaring apung tegak
lurus arah arus dominan sebaiknya tidak lebih dari sepuluh.
Pengaruh arus, gelombang, dan pasang surut terhadap tata letak
rangkaian unit keramba jaring apung dapat dikurangi dengan pengaturan
sistem tambat atau penjangkaran yang benar. Kebutuhan tipe
penambatan ditentukan oleh jenis kurung-kurung yang digunakan, pola
konstruksi rakit yang dipakai serta sifat dan kondisi perairan dari lokasi.
Secara umum unit keramba jaring apung akan mengalami dua jenis
tekanan yaitu tekanan dinamis horizontal maupun tekanan statis vertical.
Tekanan dinamis horizontal merupakan kumulasi tekanan-tekanan yang
disebabkan oleh arus pada dinding jaring maupun rakit, pengaruh tiupan
angina pada unit keramba yang berada diatas permukaan air, serta
tekanan yang berasal dari hempasan ombak, sedangkan tekanan statis
vertical lebih banyak disebabkan oleh beban keramba yang turun naik
kerena gelombang.
Jenis-Jenis Ikan Yang Dipelihara Dalam KJA
Komoditas yang dapat dipelihara dalam keramba jaring apung
terutama berbagai spesies ikan Kerapu seperti Kerapu Lumpur, Kerapu
Macan, Kerapu Sunu, Kerapu Tikus, dan Kerapu Lemak, serta beberapa
spesies lain seperti Beronang (Siganus Spp), Lobster (Panulirus Spp),
Kakap Merah (Lutjanus Spp), Kakap Putih ( Later Calcalifer), Bandeng
(Chanos-Chanos) dan Nila Merah.
Prospek Budidaya Dalam Keramba Jaring Apung
Permintaan dunia akan ikan berdaging putih (white meat )
mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini menjadi dasar pemikiran
dalam upaya pengembangan budidaya perikanan. Menurut beberapa
peneliti, perhitungan ekonomi KJA adalah usaha agribisnis yang
menguntungkan. Penerapan keramba jaring apung mini investasinya
tidak terlalu besar sehingga diharapkan mampu dipraktekkan oleh petani
dan pengusaha kecil. (Anggawati, 1991, Krismono, 1991 dan Nikijuluw et
al, 1991 )
Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah
antara lain :
1). pemilihan lokasi budidaya yang setidaknya dapat berjalan sepenjang
tahun, bebas dari pengaruh gelombang besar, sehingga menjamin
penggunan keramba jaring apung secara optimal
2). Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam
dan sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim.
Penyediaan pakan berupa ikan rucah masih terbatas dan
penyediaannya bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia
3). Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih
dihadapkan pada kendala-kendala social budidaya karena sudah
terpaku anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan
tempat budidaya
Teknik Budidaya Dengan Keramba Jaring Apung
Teknik Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung oleh Dr. Taufi
Akhmad, Dr. Akhmad Rukyani dan Ir. Artaty Wijono, mengutarakan
antara lain:
- Lingkungan bagi kegiatan budidaya laut harus dipilih dengan
memperhatikan fakor kondisi fisik dan biologis;
- kondisi lingkungan fisik dibagi dalam 3 kategori:
Kategori 1 : suhu air, salinitas, pencemaran (kondisi daratan
penyangganya-hinterland), padatan terlarut, perkembangan
algae organisme penyakir, pergantian kulit.
Kategori 2 : arus (4-8 meter/menit), pasang surut (pasut) da
gelombang (kurang dari 2 meter), kedalaman (lebih dari 5
meter dengan kecerahan lebih dari 3 meter), substrat,
naungan dan biofouling (terhindar dari umbalan - up welling
dan badai).
Kategori 3 : aspek legal, aksesibiliras, keamanan, kedekatan
dengan pasar.
- kondisi biologi: jenis ikan, ketersediaan benih, pakan, gangguan
hama dan penyakit;
- masalah utama budidaya laut adalah kekurangan benih, khususnya
kesulitan untuk memperoleh induk;
- produksi benih komersial yang ada: bandeng, kakap putih, nila
merah;
- produksi skala lab : kerapu jenis macan, lumpur, sunu, rikus;
- sedang diteliti upaya pembenihan: kerapu alis, kuwe, kakap merah
dan lobster;
- waktu pembenihan di hatchery sampai pendederan (10 g)
membutuhkan waktu 3-4 bulan;
- waktu pendederan sampai siap tebar (100 g) membutuhkan 3-5
bulan;
- waktu pembesaran di dalam KJA sampai ukuran komersial (800-
1000 g) antara 5-7 bulan;
- konstruksi KJA tergantung pada kondisi lingkungan, sifat dan biaya
keterampilan, dan jenis ikan yang akan dipelihara: silindris untuk
bandeng dan kuwe, perenang cepat; banyak sudut untuk kerapu,
cenderung bersembunyi; segi empat untuk beronang, kakap putih,
kakap merah, lobster;
- dikenal ada 3 jenis pakan:
ikan rucah segar umuk kerapu sunu, tikus dan macan, serta
ikan lainnya kecuali bandeng dan beronang ;
pelet basah - ikan rucah yang diramu dengan bahan
pengikat, vitamin, mineral dan protein tambahan ;
pelet kering untuk beronang dan kerapu alis
- pemilihan dan pemberian pakan perlu dilakukan dengan hati-hati
dan efisien karena dapat menimbulkan pencemaran;
- penurunan mutu lingkungan dapat merangsang pertllmbuhan
berbagai patogen yang menyebabkan kematian total ;
- penggunaan teknologi yang modern dan imensif dapat mengurangi
dampak pencemaran;
- penyakit yang sering ditemui: penyakit parasitik, bakterial dan viral,
serta gangguan nutrisi dan lingkungan;
Pakan Untuk Budidaya Jaring Apung
Pakan untuk Budidaya Keramba Jaring Apung oleh Dr. I Putu
Kompiang, menuliskan:
- pertumbuhan ikan di dalam KJA sangat tergantung pada kualitas
dan kuantitas pakannya;
- kualitas pakan adalah komposisi kandungan nutrisinya yang sesuai
dengan stadia/umur ikan, dimana ratio protein, enersi, mineral dan
vitamin seimbang dengan kebutuhan ikan ;
- kuantitas pakan adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ikan,
bukan jumlah yang diberikan. Kuantitas ini tergantung pada bentuk
fisik, ukuran, keambaan, daya tarik dsb ;
- pola makan dari ikan (feeding behaviour) sangat penting untuK
diketahui sebelum dapat ditentukan jenis pakan yang sesuai ;
- mengingat masih langkanya informasi mengenai kebutuhan nutrisi
dan pola makan dari berbagai ikan laut yang dapat dibudidayakan
di dalam KJA ;
- pakan alami berupa ikan rucah dapat membawa penyakit
ketersediaannya berfluktuasi dan sukar disimpan dalam jumlah
banyak dan lama, harganya tidak stabil-tergantung persediaan dan
musim, pemanfaatan bahan pakan tidak ekonomis ;
- pakan buatan yang aman atau sudah cukup dikuasai adalah untuk
beronang yang herbivora, mujair merah ;
Pengelolaan Dan Perawatan Keramba Jaring Apung (KJA)
Pengawasan dan perawatan rutin setiap hari merupakan faktor
keberhasilan dari upaya pembesaran ikan dengan KJA. Pengotoran jaring
(kurungan) baik yang disebabkan oleh sampah, pelumpuran maupun
jasad pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab
turunnya derajat pergantian air dalam kurungan.
Terhambatnya pertukaran massa air didalam kurungan akan
membawa akibat menurunnya mutu air (low oxygen) yang dapat
menyebabkan timbulnya stress pada ikan peliharaan yang pada
gilirannya akan mudah terserang penyakit.
Pergantian kerusakan jaring juga dapat diakibatkan organisme
pengganggu (teritip) mallpun biota laut seperti kepiting, ikan buntal
hingga hewan air yang ingin memangsa ikan didalam kurungan.
Pergantian dan pembersihan secara berkala akan menjamin
keamanan ikan peliharaan, karena kualitas air yang selalu optimal dan
kondisi jaring yang kuat terpelihara. Pergantian sebaiknya setiap 1-2
bulan dan kemudian dibersihkan dengan semprotan air dengan tekanan
tinggi.
Faktor keamanan unit KJA beserta ikannya merupakan hal yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sejak awal usaha, dan setiap
kegiatan perlu dicatat. Catatan yang lengkap dan baik akan merupakan
dokumen berharga untuk mengevaluasi dan melacak suatu kegagalan.
Keramba Jaring Apung Modern
Dapat kita temukan KJA modem berbahan Polyethylene (PE). Bahan
ini dipilih karena sifatnya yang tahan Utraviolet (UV) sehingga tahan lama
dan tingkat daur ulangnya yang tinggi. Menurut laporan Reuters yang
dimuat di KOMPAS 4 Maret 2009, High Density Polyethylene (HDPE)
merupakan bahan yang paling didaur wang dari seluruh jenis bahan hasil
olahan Polyolefin.
Masih belum banyak KJA berbahan PE di Indonesia Ini dikarenakan
oleh:
- Harga yang mahal karena besamya KJA
- Biaya transportasi yang tinggi karena besamya volume KJA
- Pemasangan yang lama dan rumit karena membutuhkan aIaf dan
teknisi khusus
- Biaya merangkai yang tinggi karena arus menyewa alat dan membayar
teknisi terampil untuk merangkainya
Keramba jaring apung Aqua Tech
Untuk mengatasi permasalahan diatas, dibuatlah KJA dengan
metode bongkar pasang (knockdown). KJA AquaTech terbuat dari 2 (dua)
komponen utama, yaitu pipa SSP dan Kubus Serba Guna (KSG).
Komponen utama dari KTS adalah pipa HDPE untuk air minum yang
oleh produsen pipa diclaim bertahan 50 tahun dalam tekanan 5 bar. Pipa
yang kami gunakan adalah pipa berketebalan dinding pipa dari 10 s/d 14
mm yang sudah anti UV.
Ujung pipa dipasang baut stainless steel (SS) dengan metode SSP
yang telah mendapatkan paten, pipa tersebut selanjutnya disebut Pipa
SSP.
Komponen penting kedua dalam KTS adalah KSG (hak paten) yaitu
sebuah alat penghubung pipa berbentuk kubus. Beberapa Pipa, SSP dapat
digabungkan menggunakan alat ini. KSG bias menghubungkan sampai
dengan 4 Pipa SSP dari ke 4 sisi dengan mengencangkan mur.
Sistem pengikatan jaring ikan yang unik dari KTS
PipaHDPE ǿ75mm masuk melalui lubang di KSG kedalam air
sedalam kurang lebih 150cm, diikatkan dengan tali ke jaring bagian
tengah, sedangkan pemberat diikat ke ujung bawah pipa, ujung jaring
lantas diikatkan ke tali pemberat sehingga tidak membebani jaring. Bila
terjadi arus cukup kencang, maka jaring tidak akan mengalami perubahan
volume/bentuk yang berarti, sehingga ikan dalam jaring tidak terganggu.
Pipa pengikat jaring dapat dinaik turunkan untuk memudahkan
penggantian jaring.
kecuali kemudahan tersebut diatas, KTS juga menyajikan alat kaitan Net
yang otomatis terkunci bila tali dari Net dimasukan (option). Sebuah
komponen yang unik yang telah kami patenkan, alat tersebut mengirit
waktu pemasangan/penggantian jaring.
Keunggulan KJA AquaTech
Berbagai keunggulan dalam KJA bersystem KTS:
1. KTS dapat dlpasang/dibongkar kembali oleh siapa pun yang memiliki
keterampilan teknis standar, pemasangan/pembongkaran bisa
dilakukan di darat bahkan dipermukaan laut dengan hanya
mengandalkan peralatan sederhana seperti kunci pas.
2. KTS bisa di ekspansi kapan saja sesuai perkembangan usaha dengan
membeli beberapa komponen tanpa harus membeli seluruh KTS
lengkap
3. Memiliki ketahanan sampai dengan 15 tahun
4. Kuat, fleksibel, sehingga lebih bisa bertahan dalam cuaca buruk
5. Menggunakan bahan baku ramah lingkungan (HDPE) dan Stainless
steel
6. Menggunakan pipa HDPE berstandar air minum, dengan ketebelan
dinding 10 s/d 14mm
7. Komponen KTS adalah bagian-bagian yang siap pasang sehingga
deliverynya sangat cepat
8. Kecepatan pemasangan di lapangan berkat pipa SSP dan KSG
9. System KTS bisa menerima order berikut jaring ikan, juga penutup
jaring ikan
10. Memiliki mekanisme pipa pengikatan jaring yang unik sehingga lebih
tahan arus
11. KTS sudah dilengkapi track untuk pembudidaya berjalan diatasnya
12. KTS sudah berikut perangkat kaitan Net yang diperlukan
13. Irit biaya pemasangan berkat system knockdown yang sangat simpel
14. Kualitas tinggi dengan ketahanan yang luar biasa namun harga
ekonomis
Gambar Keramba Jaring Apung RenovaSea
Salah satu potensi kekayaan yang belum tergarap dengan baik adalah
sector budidaya perikanan karena masih menggunakan meode tradisional.
Metode tradisional ini masih menggunakan cara-cara yang mengakibatkan
biaya yang tinggi, baik bagi sipembudidaya maupun terhadap lingkungan,
karena penggunaan material yang tidak tahan terhadap tantangan alam
yang sangat ganas dan bahan-bahan yang sangat merusak lingkungan.
Penggunaan material seperti bambu, kayu, plastic yang tidak dapat
didaur ulang, besi-besi dan jala dari bahan nylon yang mudah rusak,
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi dan berumur sangat singkat
sehingga harus dibikin kembali dan menyisakan sampah yang merusak
sumberdaya alam. Dibutuhkan suatu solusi yang tepat guna dan tidak
membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk permasalahan budidaya
perikanan tersebut. Suatu solusi yang juga dapat memudahkan para
pembudidaya, mengembangkan usaha dan mata pencaharian bagi
masyarakkat pesisir pantai.
Penggunaan HDPE (High Density Polyethylene) sebagai bahan baku
utama dari produk ini menjamin bahwa komponen-komponen produk
Renovasea merupakan komponen yang ramah lingkungan. Bahan ramah
lingkungan tersebut di desain dan direkayasa dengan menggunakan
teknologi tinggi terkini serta diproduksi dengan fasilitas produksi yang
modern sehingga memudahkan para pembudidaya dalam hal pelaksanaan
pengadaan, pemasangan, pengerjaan, dan pemeliharaannya.
Dengan menimbang beragam aspek dalam kehidupan pembudidaya
dan masyarakat pesisir pantai serta lingkungan alam serta ketersediaan
infrastruktur di Indonesia, Renovasea diyakini marupakan produk yang
paling tepat untuk diterapkan dalam usaha budidaya perikanan di Indonesia.
Dengan adanya Renovasea sebagai produk yang sepenuhnya
merupakan hasil anak bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa
Indonesia tidak ketinggalan dalam riset yang mendalam, penguasaan
teknologi ramah lingkungan yang tinggi, dan produktivitas kerja yang baik.
Kesimpulan
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan perikanan yang bersifat dapat
memilih tempat yang sesuai dan memilih metode yang tepat serta
komoditas yang diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini maka
pendistribusian produk dapat disesuaikan dengan permintaan yang ada
ataupun pemanfaatannya.
Keramba jarring apung merupakan salah satu metoda
pemeliharaan ikan dalam kurungan yang terdiri dari 4 pola dasar
pemeliharaan, yaitu :
1. Kurung tuncap
2. Kurungan terendam
3. Kurungan lepas dasar
4. Keramba jaring apung
Referensi
Ahmad et al, 1991. Operasional Pembesaran Ikan Kerapu dalam Keramba
Jaring Apung. Balai Penelitiaan Perikanan Budidaya Pantai, Macros.
Anggawati, 1991. Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung Mini. Penas
VII. Pertasi Kencana 13-20 juli, Magelang
Hanafi A. et al. 1990. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Prospek
Pengembangan. Laporan Akhir. Balitkandita Macros
Nikijuluw V.P.H, 1992. Tinjauan Ekonomi Budidaya Ikan di Keramba Jaring
Apung
Ismael W, Bambang Priono Mubarak. 1994. Penelitian Factor-faktor Yang
Berpengaruh Terhdap Tingkat Adopsi Teknologi KJA Mini.
Nontji, A, 1993. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan, Jakarta