analisis kelayakan finansial usaha keramba jaring...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA KERAMBA
JARING APUNG GANDA (KJA-G) DI DANAU CIRATA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
MAKSUM SUTISNO
1112081000033
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA KERAMBA
JARING APUNG GANDA (KJA-G) DI DANAU CIRATA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dn Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Maksum Sutisno
1112081000033
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 197312212005012002
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Selasa Tanggal 10 April 2019 telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Maksum Sutisno
2. NIM : 1112081000033
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) di Danau Cirata Kabupaten Bandung Barat”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2019
1. Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (____________________)
NIP. 197312212005012002 Penguji I
2. Rio Trisasmita, SE., M.E (_____________________)
NIDN. 2021128801 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa Tanggal 25 Bulan Juni Tahun 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi
atas mahasiswa:
1. Nama : Maksum Sutisno
2. NIM : 1112081000033
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Analisis Kelayakan Finansial Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) di Danau Cirata Kabupaten Bandung Barat”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2019
1. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM (____________________)
NIP. 197410032003122001 Ketua
2. Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (____________________)
NIP. 197312212005012002 Sekertaris
3. Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (____________________)
NIP. 197312212005012002 Pembimbing
4. Faizul Mubarok, MM (____________________)
NIDN. 2014058801 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Maksum Sutisno
NIM : 1112081000033
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen/Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Apabila dikemudian hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya,
dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata
memang ditemukan bukti bahwa telah melanggar pernyataan diatas, maka saya
siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juli 2019
Maksum Sutisno
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Maksum Sutisno
TTL : Bandung, 03 Juli 1994
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Cibogo Rt/Rw 03/08 Desa Nyenang Kec.Cipeundeuy
Bandung Barat
Ayah : Ade Sunarya
Ibu : Iin S
No. Telepon : 083804093678/081313489951
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
a. 2000-2006 : SDN Banjarsari
b. 2006-2009 : SMPN 1 Cipeundeuy
c. 2009-2012 : SMAN 1 Cikalong Wetan
d. 2012-2019 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta
III. SEMINAR DAN WORKSHOP
a. Seminar Sosialisasi Hemat Energi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity”.
c. Peserta Company Visit to Bank Indonesia.
d. Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
e. Participant of National Business Talkshow “Youth Role as Entrepreneur
for Better Indonesia”.
f. Peserta “ASEAN 2015, Threat or Opportunity dan Peran Indonesia dalam
Forum APEC dan Kebijakannya”.
vi
g. Seminar Internasional “Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair
Governments Policies in Islamic Finance Sectors Among ASEAN
Countries”.
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
a. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat.
b. HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Anggota Karang Taruna Desa Nyenang.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisa kelayakan bisnis usaha
dengan skala menengah kecil dan mikro pada jenis usaha budidaya ikan. Dalam
menganalisa kelayakan bisnis usaha tersebut digunakan parameter-parameter
kelayakan di dalam Capital Budgeting dan Analisa Sensitivitas. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Usaha Keramba Jaring Apung Ganda yang
ada di Waduk Cirata Kabupaten Bandung Barat dan usaha ini dipilih melalui
metode purposive sampling.
Hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa hasil dari masing-masing
parameter adalah positif dengan asumsi 100% modal sendiri maupun 30% modal
pinjaman yang berarti perusahaan ini layak untuk dijalankan. Kemudian, hasil
analisa sensitivitas menunjukkan bahwa jika usaha ini mengalami penurunan
pendapatan sebesar 5% dan peningkatan biaya operasional sebesar 10% dengan
asumsi 100% modal sendiri ataupun 30% modal pinjaman maka dapat dinyatakan
bahwa usaha ini tidak memenuhi kriteria kelayakan usaha, yang artinya usaha ini
cukup rentan terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan biaya operasional
secara bersamaan.
Kata kunci : Waduk Cirata, Usaha Menengah, Kecil dan Mikro, Studi Kelayakan
Bisnis, Capital Budgeting, Analisa Sensitivitas.
viii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze a business feasibility on Micro
and SMEs (Small and Medium Entreprises) in fishery. In the process to analyze a
business feasibility on the object, this research use parameters of Business
Feasibility in capital budgeting and Sensitivity Analysis. The sample in this
research are double floating cages fishery business in Cirata reservoir, West
Bandung District which is selected using purposive sampling technique.
The result of feasibility study showed that the result of each parameters are
positive with an assumption of 100% owner equity also 30% equity loan which
mean this business feasible to be run. Then, the results of the sensitivity analysis
show that if this business experiences a 5% decline in income and an increase in
operating costs of 10% by assuming 100% from its own capital or 30% of loan
capital, it can be stated that this business does not meet business feasibility
criteria, which means this business is quite a range of decreasing income and
increasing operational costs simultaneously.
Keyword: Cirata reservoir, Micro and SMEs, Feasibility Study, Capital
Budgeting, Sensitivity Analysis.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’alaa atas segala nikmat, rahmat,
karunia, hidayah dan inayah-Nya yang diberikan kepada kita semua. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan seluruh saudara saudara kita sesama muslim.
Alhamdulilahi rabbil’alamin tak lupa penulisa mengucapkan dan dengan
Rahmat dan Ridho-Nya akhirnya skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) di Danau Cirata
Kabupaten Bandung Barat” dapat diselesaikan.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan,
bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengcucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang diberikan, nikmat sehat
wal’fiyat, sehingga bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Untuk kedua orang tua tercinta terimakasih atas seluruh kasih sayang dan
cintanya. Dukungan luar biasa dari awal perkuliahan dan telah sabar
menunggu terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas semua
kebaikan Ayah dan Ibu. Aamiin.
3. Ibu Dr. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi
yang selaku meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan juga
masukan-masukan yang positif dan membantu menyempurnakan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan izin dalam
penulisan skripsi ini.
x
5. Ibu Murdiyah Hayati, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dan ibu Amalia, SE., MSM selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Bapak Hemmy Fauzan, S.E, M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang senantiasa memberikan saran dan dorongan di setiap semester yang
dilalui oleh penulis.
7. Seluruh jajaran dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan
yang telah memberikan ilmu mulai dari semester awal sampai dengan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syrif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulisa mengurus keperluan
administrasi skripsi.
9. Kakak Penulis, Itang Sunandar yang selalu mendukung dan memberikan
motivasi kepada penulis.
10. Terimakasih untuk teman-teman Manajemen 2012 atas dukungan dan
kebersamaannya selama ini.
11. Teman-teman Manajemen Keuangan 2012, terimakasih atas semua
pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.
12. Sahabatku yang paling hebat, M. Reza Palevi, Ahmad Mansyur Pane,
Rangga Permana, Ehan Asbiannur, Putri Hasibuan, Eka Setifani, Dwi
Aryani, Ibnu Kamal Aldin, dan Zahra Afifah. Terimakasih atas segala
pengalaman, canda tawa, motivasi dan juga arahan yang selalu kalian
berikan. Terimakasih telah menerimaku menjadi sahabat kalian. Waktu yang
kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu menjadi
kenangan terindah.
13. Teman-teman kosan, Dinul Wahid, Jumadi, Yanwar, Abong, Silmi, Fadli,
Menos, dan Hapizd. Terimakasih atas pengalaman, canda tawa, pelajaran,
motivasi, dan juga arahan yang kalian berikan pada penulis. Semoga kita
akan menjadi orang sukses di masa depan nanti. Kalian yang terbaik.
14. Untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, semoga
Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan.
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena
itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari barbagai
pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Juli 2019
Maksum Sutisno
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 11
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................. 12
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 12
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 14
A. Landasan Teori ......................................................................... 14
1. Industri Kecil atau Usaha Kecil ............................................ 14
a. Pengertian Usaha Kecil .................................................... 14
b. Karakteristik Usaha Kecil ................................................ 15
2. Analisis Finansial ................................................................. 16
3. Studi Kelayakan Bisnis......................................................... 17
a. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ................................... 17
b. Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis .................... 17
xiii
1). Aspek Teknis dan Produksi ....................................... 17
2). Aspek Manajemen Dan SDM .................................... 18
3). Aspek Hukum ........................................................... 19
4). Aspek Ekonomi dan Sosial........................................ 19
5). Aspek Dampak Lingkungan ...................................... 20
6). Aspek Pemasaran ...................................................... 20
a). Produk (product) ................................................ 21
b). Harga (price) ...................................................... 21
c). Promosi (promotion) .......................................... 22
d). Tempat (place) ................................................... 23
7). Aspek Finansial ........................................................ 23
a). Cashflow (Arus Kas) .......................................... 24
4. Kriteria Kelayakan Usaha ..................................................... 25
a. Net Present Value (NPV) ................................................. 25
b. Internal Rate Return (IRR) .............................................. 25
c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ......................................... 25
d. Payback Period (PP) ........................................................ 25
e. Profitability Index (PI) ..................................................... 26
f. Break Event Point (BEP) ................................................. 26
5. Analisis Sensitivitas ............................................................. 27
B. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) .................................... 28
C. Waduk ...................................................................................... 29
D. Keramba Jaring Apung ............................................................. 34
E. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 35
F. Kerangka Berfikir ..................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 41
A. Lokasi Dan Waktu .................................................................... 41
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 42
1. Populasi ............................................................................... 42
2. Sampel ................................................................................. 42
xiv
C. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 43
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 44
E. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ..................................... 44
1. Net Present Value ................................................................. 46
2. Internal Rate of Return ......................................................... 47
3. Net Benefit/Cost Ratio .......................................................... 47
4. Payback Period .................................................................... 48
5. Profitability Index ................................................................ 49
6. Analisa Sensitivitas .............................................................. 49
F. Definisi Operasional ................................................................. 50
G. Penentuan Jumlah Responden ................................................... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 56
1. Sejarah Singkat Waduk Cirata dan Keramba Jaring Apung ... 56
a. Waduk Cirata ................................................................... 56
b. Keramba Jaring Apung .................................................... 57
c. Karakteristik Petani ......................................................... 58
B. Tinjauan Usaha Keramba Jaring Apung ................................... 62
1. Aspek Teknis ....................................................................... 62
a. Kontruksi Usaha Jaring Apung ........................................ 62
b. Benih Ikan ....................................................................... 64
c. Pakan Ikan ....................................................................... 66
d. Tenaga Kerja ................................................................... 67
e. Panen dan Penanganan Pasca Panen ................................. 69
2. Aspek Manajemen ............................................................... 70
3. Aspek Ekonomi .................................................................... 71
4. Aspek Pasar.......................................................................... 72
a. Permintaan ....................................................................... 72
b. Penawaran ....................................................................... 72
5. Aspek Pemasaran ................................................................. 73
xv
a. Produk ............................................................................. 73
b. Harga ............................................................................... 73
c. Lokasi dan Distribusi ....................................................... 74
d. Promosi ........................................................................... 75
6. Aspek Sosial ........................................................................ 75
7. Analisis Aspek Dampak Lingkungan .................................... 76
8. Aspek Finansial .................................................................... 77
a. Komponen Biaya ............................................................. 77
b. pendapatan ....................................................................... 82
c. Laba/Rugi ........................................................................ 83
d. Hasil Analisis Kelayakan Usaha ...................................... 84
1). Net Present Value ........................................................ 84
2). Internal Rate Of Return ............................................... 86
3). Net Benefit/Cost Ratio ................................................. 89
4). Profitability Index ....................................................... 91
5). Payback Period ........................................................... 92
e. Analisa Sensitivitas .......................................................... 93
1). Penurunan Pendapatan ................................................ 93
2). Peningkatan Biaya Operasional ................................... 97
3). Penurunan Pendapatan dan Peningkatan Biaya
Operasional ............................................................... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 103
A. Kesimpulan ............................................................................. 103
B. Implikasi ................................................................................. 107
C. Saran ...................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109
LAMPIRAN ................................................................................................... 113
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kapasitas Pembangkit Listrik PLN Per Jenis Pembangkit .................. 5
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah KJA di Waduk Saguling, Cirata, dan
Jatiluhur ............................................................................................. 7
Tabel 1.3 Perkiraan Beban Limbah KJA di Waduk Saguling, Cirata, dan
Jatiluhur ............................................................................................. 8
Tabel 2.1 Pengelompokan Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja .................. 15
Tabel 3.1 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 52
Tabel 4.1 Karakteristik Petani Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) ........... 59
Tabel 4.2 Harga dan Jumlah Unit Pakan dan Benih Ikan Mas Maupun Ikan
Nila ................................................................................................. 65
Tabel 4.3 Biaya Investasi Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) ....... 78
Tabel 4.4 Biaya Operasional KJA-G Permusim Tanam ................................... 79
Tabel 4.5 Biaya Operasional KJA-G Per Tahun ............................................... 80
Tabel 4.6 Biaya Tetap Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) ....................... 81
Tabel 4.7 Biaya Reinvestasi Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) .............. 82
Tabel 4.8 Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) Dengan
Target Produktivitas 60%................................................................. 83
Tabel 4.9 Ikhtisar Laba Rugi Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) .. 84
Tabel 4.10 Net Present Value Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
100% Modal Sendiri ........................................................................ 85
Tabel 4.11 Net Present Value Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
30% Modal Pinjaman ...................................................................... 85
Tabel 4.12 Tabel Perhitungan NPV (100% Modal Sendiri) ............................... 87
Tabel 4.13 Tabel Perhitungan NPV (100% Modal Sendiri) ............................... 87
Tabel 4.14 Tabel Perhitungan NPV (30% Modal Pinjaman) .............................. 88
Tabel 4.15 Tabel Perhitungan NPV (30% Modal Pinjaman) .............................. 89
Tabel 4.16 Tabel Perhitungan Net B/C Ratio (100% Modal Sendiri) ................. 90
Tabel 4.17 Tabel Perhitungan Net B/C Ratio (30% Modal Pinjaman ................. 90
Tabel 4.18 Tabel Hasil Perhitungan Profitability Index ..................................... 91
xvii
Tabel 4.19 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5% (100%
Modal Sendiri) ................................................................................. 94
Tabel 4.20 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 8% (100%
Modal Sendiri) ................................................................................. 94
Tabel 4.21 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 9% (100%
Modal Sendiri) ................................................................................. 95
Tabel 4.22 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5% (30%
Modal Pinjaman) ............................................................................. 96
Tabel 4.23 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 8% (30%
Modal Pinjaman) ............................................................................. 96
Tabel 4.24 Analisa Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya Operasional
10%(100% Modal Sendiri) .............................................................. 98
Tabel 4.25 Analisa Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya Operasional
17%(100% Modal Sendiri) .............................................................. 99
Tabel 4.26 Analisa Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya Operasional
10%(30% Modal Pinjaman) ............................................................. 99
Tabel 4.27 Analisa Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya Operasional 17%
(30% Modal Pinjaman) .................................................................. 100
Tabel 4.28 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5% dan
Peningkatan Biaya Operasional 10%(100% Modal Sendiri) ........... 101
Tabel 4.29 Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5% dan
Peningkatan Biaya Operasional 10%(30% Modal Pinjaman) ......... 102
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Operasional .................................................... 40
Gambar 3.1 Keramba Jaring Apung (KJA) ..................................................... 41
Gambar 3.2 Bendungan Waduk Cirata............................................................ 41
Gambar 3.3 Peta Waduk Cirata ...................................................................... 42
Gambar 4.1 Kerangka Jaring Apung Ganda .................................................... 64
Gambar 4.2 Benih Ikan Mas dan Ikan Nila ..................................................... 65
Gambar 4.3 Pakan Ikan Mas ........................................................................... 67
Gambar 4.4 Saluran Distribusi Penjualan Ikan Mas dan Ikan Nila .................. 74
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Rata-rata Inflasi Indonesia Periode 2010-2015 .................. 119
Lampiran 2 Data Rata-rata Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Periode
2010- 2015 ................................................................................ 119
Lampiran 2 Kuisioner Research Questionnaire (Kuesioner Penelitian) ......... 120
Lampiran 4 Karakteristik Petani KJA-G ....................................................... 122
Lampiran 5 Biaya Investasi Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) . 123
Lampiran 6 Biaya Operasional Per Musim dan Per Tahun Usaha Keramba
Jaring Apung Ganda (KJA-G) ................................................... 123
Lampiran 7 Biaya Tetap dan Biaya Reinvestasi Usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) ............................................................. 124
Lampiran 9 Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan
Target Produktivitas 60% .......................................................... 125
Lampiran 10 Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G dengan
Target Produktivitas 55% .......................................................... 125
Lampiran 11 Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan
Target Produktivitas 52% .......................................................... 126
Lampiran 12 Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan
Target Produktivitas 51% .......................................................... 127
Lampiran 13 Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan
Target Produktivitas 50% .......................................................... 127
Lampiran 14 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 60% .............................................. 129
Lampiran 15 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman)
dengan Target Produktivitas 60% .............................................. 130
Lampiran 16 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 55% .............................................. 131
Lampiran 17 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman)
dengan Target Produktivitas 55% .............................................. 132
xx
Lampiran 18 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 52% .............................................. 133
Lampiran 19 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman)
dengan Target Produktivitas 52% .............................................. 134
Lampiran 20 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 51% .............................................. 135
Lampiran 21 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 60% Peningkatan Biaya
Operasional 10% ....................................................................... 136
Lampiran 22 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman)
dengan Target Produktivitas 60% Peningkatan Biaya
Operasional 10% ....................................................................... 137
Lampiran 23 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 60% Peningkatan Biaya
Operasional 17% ....................................................................... 138
Lampiran 24 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman)
dengan Target Produktivitas 60% Peningkatan Biaya
Operasional 17% ....................................................................... 139
Lampiran 25 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri)
dengan Target Produktivitas 55% Peningkatan Biaya
Operasional 10% ....................................................................... 140
Lampiran 26 Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman)
dengan Target Produktivitas 55% Peningkatan Biaya
Operasional 10% ....................................................................... 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia.
Dengan potensi sumber daya dan daya dukung ekosistem yang sangat besar,
Indonesia dapat menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan dan
perikanan yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Sektor
pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait dimana sektor
pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah hasil
pertanian untuk memperoleh nilai tambah.
Pemanfaatan sumberdaya perairan umum yang salah satunya berupa
waduk atau danau buatan memiliki potensi besar di berbagai aspek
kehidupan. Waduk dibangun untuk beberapa tujuan penting, seperti
pembangkit listrik tenaga air, irigasi, dan pengendali banjir. Salah satu
waduk yang berpotensi adalah Waduk Cirata yang terletak di Provinsi Jawa
Barat. Waduk ini memiliki luas sebesar 6.334 ha dan terbagi ke dalam 3
zona, yaitu zona 1 (Kabupaten Bandung), zona 2 (Kabupaten Purwakarta),
dan Zona 3 (Kabupaten Cianjur). Fungsi utama waduk sebagai pembangkit
tenaga listrik, ternyata menimbulkan berbagai kegiatan ikutan yang
berkembang di kawasan Cirata termasuk irigasi pertanian, pengendali banjir,
konservasi air, pariwisata dan kegiatan perikanan keramba Jaring apung
(KJA). Banyaknya potensi yang dimiliki waduk memerlukan perhatian dari
2
pemerintah untuk pembangunan dan pengelolaannya, karena dapat
menunjang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama
kegiatan perikanan. Sejalan dengan tujuan tersebut, kegiatan perikanan
yang dilakukan mengorbankan fungsi utama dan fungsi ekosistem dari
waduk berupa eksploitasi berlebihan dan limbah kegiatan yang berpengaruh
terhadap kualitas dan keadaan lingkungan waduk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan
KJA. Bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya makan ikan mengakibatkan permintaan terhadap ikan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Di Propinsi Jawa Barat ikan mas dan nila
merupakan ikan budidaya yang banyak diproduksi karena merupakan ikan
air tawar yang disukai konsumen. Akibatnya perkembangan usaha
pembesaran ikan mas dan ikan nila pun berlangsung dengan cepat.
Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu
teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan
perairan danau dan waduk.
Usaha budidaya ikan mas dan nila dalam Keramba Jaring Apung di
Danau Cirata telah berkembang dengan pesat, namun perkembangannya
tidak terkendali, dan dimana terlalu banyak menyita areal perairan danau.
Keadaan ini berdampak negatif terhadap lingkungan perairan yang pada
gilirannya dapat menimbulkan konflik diantara pengguna perairan, serta
kematian massal ikan akibat gas beracun (NH3 dan H2S) yang dihasilkan
3
dari pembusukan akumulasi sisa-sisa pakan yang tidak termanfaatkan oleh
ikan.
Dimasa datang teknologi yang diperlukan adalah teknologi Keramba
Jaring Apung yang ramah lingkungan, teknologi efisien dan
produktivitasnya tinggi serta dampak negatifnya diupayakan seminimal
mungkin terhadap lingkungan perairan. Salah satu teknologi budidaya
Keramba Jaring Apung yang dianggap efisien dan produktivitasnya tinggi
adalah teknologi budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung Ganda
(Kartamihardja, 1997).
Pada prinsipnya karena KJA Ganda ini lebih menghemat tempat/lokasi
pemeliharaan dibanding KJA tunggal dan minimnya pakan ikan mas yang
terbuang karena dimanfaatkan oleh ikan nila maka dapat dikatakan bahwa
KJA Ganda ini lebih efisien dan lebih ramah lingkungan dibanding KJA
tunggal. Demikian pula hasil ekskresi ikan mas dapat pula dimanfaatkan
sebagai makanan oleh ikan nila sebab secara morfologis ikan nila bersifat
omnivora cenderung herbivora (Suyanto, 1994).
Pengelolaan usaha budidaya yang kurang baik juga memberikan umpan
balik yang merugikan terhadap operasional budidaya, seperti membatasi
jumlah unit Karamba Jaring Apung (KJA) dan menurunnya produksi ikan.
Terlepas dari semuanya itu, masalah utama yang sering dihadapi petani KJA
di Danau Cirata adalah masih terus meruginya usaha budidaya ikan mereka
karena rendahnya produktivitas dan masalah kualitas air, dimana
meningkatnya produksi gas-gas beracun (amoniak, H2S, dll) pada awal
musim hujan. Selain itu masalah lainnya adalah pendangkalan Danau Cirata,
4
sehingga penempatan KJA lama-kelamaan semakin ke tengah perairan.
Pada dasarnya penempatan KJA harus pada kedalaman air minimal berkisar
antara 2 - 3 m dan kedalaman optimal 5 - 7 m dengan kecerahan air 1 - 2 m
(Mantau, et.al, 2004).
Masalah klasik yang umumnya ditemui pada danau-danau atau waduk-
waduk tempat dikembangkannya budidaya ikan dalam jaring adalah
masalah daya dukung perairan (carrying capacity). Demikian halnya yang
terjadi di Danau Cirata, Waduk Cirata yang memiliki luas 6.334 hektar
tersebut sangat potensial untuk budidaya ikan dengan sistem keramba jaring
apung (KJA). Adanya faktor penarik berupa keuntungan yang besar dari
kegiatan budidaya ikan dengan sistem KJA di Waduk Cirata memicu
terjadinya peningkatan jumlah KJA yang setiap tahunnya semakin tidak
terkendali. Tercatat pada tahun 2011 terdapat 53.031 unit KJA di Waduk
Cirata yang telah melebihi batas normal sebesar 12.000 unit KJA. Jumlah
KJA di Waduk Cirata yang kini tak terkendali serta pemberian pakan yang
intensif pada KJA kurang tepat karena akan menyebabkan banyaknya pakan
yang tidak termakan oleh ikan sehingga mengakibatkan sedimentasi pada
Waduk Cirata.
Tujuan utama dibangunnya Waduk Cirata adalah sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk kesediaan listrik di Jawa dan Bali.
Kebutuhan energi listrik di Indonesia sangatlah besar karena itu PT. PJB UP
membuat bendungan untuk dijadikan PLTA. Selain itu energi listrik di
Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh perusahaan pembangkit listrik
5
yang diberikan hak untuk mengelola sumberdaya, sehingga menghasilkan
listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik penduduk. Pembangkit listrik yang
saat ini digunakan di Indonesia salah satunya adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA). Tenaga air merupakan sumberdaya terpenting setelah
tenaga uap atau panas. Hampir 30 persen dari seluruh kebutuhan tenaga di
dunia dipenuhi oleh pusat-pusat listrik tenaga air (Dandekar, 1991). Besar
Listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia
dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Kapasitas Pembangkit Listrik PLN Per Jenis Pembangkit (2011)
No Jenis Pembangkit Kapasitas (MWh)
1 PLTA 3 522,57
2 PLTU 9 451,50
3 PLTG 3 223,68
4 PLTGU 6 951,32
5 PLTP 438,75
6 PLTD 3 267,79
7 PLT Minyak dan Gas 38,84
8 PLT Angin 0,19
9 PLT Bayu 0,34
Total 26 894,98
Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (2011)
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan pada tahun
2011, dapat dilihat bahwa jenis Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan
salah satu pemasok listrik ke tiga terbesar dengan kapasitas 3.522,57 MWh
setelah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mempunyai kapasitas
9.451,50 MWh dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang
berkapasitas 6.951,32 MWh. Keberadaan PLTA harus dipelihara sebaik-
baiknya serta kualitas sumberdaya air sebagai komponen utama suatu
6
PLTA harus dapat dijaga agar mampu mendukung kinerja PLTA dalam
menghasilkan listrik.
PLTA Cirata merupakan salah satu pembangkit listrik di Jawa Barat
yang menggunakan energi air dari Waduk Cirata yang bersumber dari aliran
sungai Citarum, terletak di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru,
Plered, Purwakarta, Jawa Barat. UP Cirata memiliki 8 unit pembangkit
listrik dengan total daya terpasang 1.008 MWh dengan produksi energi
listrik rata-rata 1.428 GWh pertahun. PLTA Cirata dikelola oleh PT. PLN
Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali Unit Pembangkit Cirata ( PT. PJB
UP Cirata ).
Waduk Cirata merupakan sumber yang penting bagi PLTA Cirata
untuk menghasilkan energi. Selain berfungsi sebagai sumber penyimpanan
air bagi PLTA Cirata untuk pembangkit listrik tenaga air, Waduk Cirata
yang memiliki luas 6.334 hektar tersebut juga memiliki potensi yang sangat
besar untuk usaha budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung
(KJA). Seiring bertambahnya waktu dan adanya faktor penarik berupa
keuntungan yang besar dari kegiatan usaha budidaya ikan dengan sistem
keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata memicu terjadinya
peningkatan jumlah KJA yang setiap tahunnya semakin tidak terkendali.
Jumlah keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata yang kini tidak
terkendali menimbulkan dampak negatif yaitu pencemaran dan sedimentasi
yang tinggi. Perkembangan jumlah KJA di Waduk Cirata periode tahun
1986 hingga tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.2.
7
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah KJA diwaduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur
Periode 1986 – 2018
No Tahun Saguling Cirata Jatiluhur
1 1986 200 0 0
2 1988 1 236 74 15
3 1999 4 425 17 477 2 537
4 2000 4 425 28 738 2 537
5 2011 19 630 53 031 21 579
6 2018 35 842 98 400 27 000
Berdasarkan Tabel 1.2, jumlah KJA di Waduk Cirata mengalami peningkatan
yang sangat signifikan seiring pertambahan tahun. Pada tahun 1988 jumlah KJA
sebanyak 74 unit, kemudian jumlah KJA terus meningkat hingga pada tahun 1999
jumlah KJA di Waduk Cirata sebanyak 17.477 unit, dan terus meningkat hingga
pada awal tahun 2000 sebanyak 28.738 unit,dan pada tahun 2011 jumlahnya
semakin meningkat sebanyak 53.031 unit. Jumlah KJA di Waduk Cirata tersebut
merupakan yang terbanyak diantara jumlah KJA di Waduk Saguling dan Jatiluhur.
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 dimana pada awal tahun 2000
perkembangan jumlah KJA di Waduk Saguling belum mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya yakni masih sekitar 4.425 unit. Begitu pula
dengan Waduk Juanda pada tahun 2000 perkembangan jumlah KJA di Waduk
Jatiluhur belum mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yakni
masih sekitar 2.537 unit. Hal yang berbeda dialami oleh Waduk Cirata dimana
perkembangan KJA pada awal tahun 2000 berkembang sangat pesat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya dari 17.477 unit menjadi 28.738 unit dalam jangka
waktu yang tergolong singkat,dan pada tahun 2018 KJA di Waduk Cirata tercatat
ada 98.400 unit. Dintara ketiga waduk tersebut, Waduk Cirata merupakan waduk
dengan jumlah KJA yang paling besar dan perkembangannya sangat cepat.
8
Pemberian pakan yang intensif pada KJA merupakan hal yang kurang
tepat, karena akan menyebabkan banyaknya pakan yang tidak termakan oleh
ikan. Hal tersebut menjadikan rasio konversi pakan (RKP) yang diberikan
menjadi cukup tinggi. RKP tersebut jika dikalikan dengan jumlah produksi
ikan dalam KJA di Waduk Cirata per tahun, maka akan diperoleh perkiraan
limbah KJA di Waduk Cirata. Perkiraan beban limbah KJA di Waduk
Cirata, Saguling, dan Jatiluhur dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Perkiraan Beban Limbah KJA di Waduk Saguling,Cirata,dan
Jatiluhur Tahun 2000 - 2018
No Limbah Metabolik Saguling Cirata Jatiluhur
1 Organik 29 868 750 145 334 000 14 492 250
2 Kadar N 1 359 028 6 611 787 659 397
3 Kadar P 214 059 1 041 417 103 661
Pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada periode tahun 2000 hingga
tahun 2018 untuk setiap tahunnya Waduk Cirata menerima buangan organik
dari KJA sebanyak 145.334.000 kg yang mengandung 6.611.787 kg
nitrogen dan 1.041.417 kg fosfor. Kadar nitrogen dan fosfor yang berlebihan
dapat menyebabkan eutofikasi perairan serta menyebabkan terjadinya
ledakan populasi fitoplankton yang akhirnya dapat menyebabkan kematian
ikan secara massal.
Limbah KJA tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
fosforus, sulfur, dan mineral lainnya. Padatan limbah terendap akan
langsung mengendap menuju dasar waduk. Selain itu, berdasarkan data di
atas dapat dilihat bahwa Waduk Cirata menerima limbah lima kali lebih
besar dari limbah yang diterima Waduk Saguling dan sepuluh kali lebih
9
besar dari yang diterima Waduk Juanda (Jatiluhur). Hal tersebut dapat
disebabkan oleh jumlah KJA di Waduk Cirata jauh lebih banyak jumlahnya
dibandingkan pada kedua waduk tersebut.
Jumlah KJA sebesar 98.400 unit yang telah melebihi kapasitas normal
KJA di Waduk Cirata sebesar 12.000 unit dengan pola pemberian pakan
yang intensif menyebabkan banyaknya pakan yang tidak termakan oleh ikan
dan mengendap di dasar waduk yang menyebabkan terjadi sedimentasi
limbah KJA di dasar waduk. Pihak pengelola Waduk Cirata harus
mengeluarkan sedimen limbah KJA agar tidak terus menumpuk di dasar
waduk. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) dan PT. PJB UP Cirata
harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengeluarkan sedimen
limbah tersebut.
Biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak PT. PJB UP Cirata dan BPWC
untuk mengeluarkan sedimen limbah KJA bukan merupakan jumlah biaya
yang tidak kecil bagi pihak PT. PJB UP Cirata dan BPWC. Petani pemilik
usaha KJA seharusnya melakukan pembayaran terhadap kerugian yang
dialami pihak PT. PJB UP Cirata dan BPWC untuk melakukan pengeluaran
sedimen limbah budidaya ikan KJA tersebut.
Jumlah biaya yang harus dikeluarkan petani pemilik KJA kepada pihak
PT. PJB UP Cirata dan BPWC tentunya akan menambah pengeluaran yang
harus dikeluarkan oleh pihak petani pemilik usaha KJA. Oleh sebab itu
perlu diketahui seberapa besar pengaruh adanya penambahan biaya yang
harus dikeluarkan petani pemilik KJA untuk mengganti biaya pengeluaran
10
sedimen limbah budidaya ikan KJA, terhadap kelayakan usaha KJA
berikutnya. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kelayakan usaha keramba jaring apung KJA yakni dengan menggunakan
metode Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis Method).
Menurut Gittinger (1986), metode analisis biaya dan manfaat proyek
pertanian adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan
menentukan usaha-usaha yang memiliki keuntungan yang layak.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka BPWC melakukan
introduksi penggunaan KJA Ganda untuk budidaya ikan mas dan nila,
dimana prinsipnya dengan penerapan konstruksi ini maka daya dukung
danau dapat teroptimalkan, pencemaran air danau terminimalisasi, biaya
operasional khususnya pakan ikan (pellet) dapat ditekan karena hanya ikan
mas yang diberi makan, produksi ikan meningkat yang berpengaruh pada
tingkat pendapatan petani.
Sehingga dari kegiatan proyek usaha budidaya Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) ini diharapkan bukan saja layak diterapkan petani secara
finansial maupun ekonomi, namun juga mendatangkan keuntungan dari
aspek lingkungan dimana akan mereduksi akumulasi bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa pellet dan kotoran ikan yang akan mengurangi
kualitas air danau.
Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian untuk
menganalisa kelayakan finansial usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-
G) apakah usaha tersebut bisa dikataka layak atau tidak untuk dijalankan,
11
sehingga penulis memilih judul penelitian tentang “Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) di Danau
Cirata Kabupaten Bandung Barat”.
B. Rumusan Masalah
Waduk Cirata memiliki luas sebesar 6.334 ha dan terbagi ke dalam 3
zona, yaitu zona 1 (Kabupaten Bandung),zona 2 (Kabupaten Purwakarta),
dan Zona 3 (Kabupaten Cianjur). Fungsi utama waduk sebagai pembangkit
tenaga listrik, ternyata menimbulkan berbagai kegiatan ikutan yang
berkembang di kawasan Cirata termasuk irigasi pertanian,pengendali banjir,
konservasi air, pariwisata dan kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G). Banyaknya potensi yang dimiliki waduk memerlukan
perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolaannya, karena
dapat menunjang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,
terutama kegiatan perikanan. Sejalan dengan tujuan tersebut, kegiatan
perikanan yang dilakukan mengorbankan fungsi utama dan fungsi ekosistem
dari waduk berupa eksploitasi berlebihan dan limbah kegiatan yang
berpengaruh terhadap kualitas dan keadaan lingkungan waduk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G). Bertambahnya jumlah penduduk
dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya makan ikan mengakibatkan
permintaan terhadap ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Propinsi
Jawa Barat ikan mas dan nila merupakan ikan budidaya yang banyak
12
diproduksi karena merupakan ikan air tawar yang disukai konsumen.
Akibatnya perkembangan usaha pembesaran ikan mas dan ikan nila pun
berlangsung dengan cepat. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal
dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk.
Berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi pengembangan proyek usaha budidaya ikan dalam
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dilihat dari segi finansial dan
ekonomi.
2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) di Danau Cirata Kabupaten Bandung Barat.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuannya adalah
sebagai berikut:
a. Menganalisis potensi pengembangan proyek usaha budidaya ikan
dalam Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dilihat dari segi
finansial dan ekonomi.
b. Mengetahui kelayakan finansial usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) di Danau Cirata Kabupaten Bandung Barat.
13
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Pengusaha, menjadi bahan pertimbangan atau masukan mengenai
kelayakan finansial sehingga mempermudah dalam mengambil
keputusan.
b. Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
wawasan dan pengetahuan dalam bidang kelayakan bisnis.
c. Investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal
pada usaha “Keramba Jaring Apung Ganda”.
d. Kalangan akademik, sebagai data dasar bagi para peneliti dalam
bidangnya, dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung penelitian
serta berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan
teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam memecahkan
masalah penelitian.
1. Industri Kecil atau Usaha Kecil.
a. Pengertian Usaha Kecil.
Usaha kecil merupakan sebutan yang disingkat dari usaha skala
kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah small scale enterprise
(SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna
konsep teoritis, maupun konsep strategis kebijakan pembangunan
(Anoraga dan Sudantoko, 2002: 244). Usaha kecil sebagai konsep
mengacu kepada dua aspek yaitu pertama, aspek perusahaan, barang
dan jasa, memasarkan dan mencetak keuntungan, dan kedua, aspek
pengusaha, yaitu, orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasanya
adalah pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaan.
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2001), di Indonesia
industri pengolahan dibedakan atas empat kelompok berdasarkan
jumlah tenaga kerja yaitu:
15
Tabel 2.1
Pengelompokan Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja.
Sumber : BPS Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR),
2001
b. Karakteristik Usaha Kecil
Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225-226), secara umum
sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang
kala pembukuan tidak diperbarui, sehingga sulit menilai
kinerja usahanya.
2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang
sangat tinggi.
3. Modal terbatas.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih
terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan
untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka
panjang.
6. Kemampuan pemasaran serta deversifikasi pasar sangat
terbatas.
No. Kelompok Tenaga Kerja
1. Industri Besar 100 orang lebih
2. Industri Sedang 20-99 orang
3. Industri Kecil 5-19 orang
4. Industri Rumah Tangga 1-4 orang
16
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal
rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya.
Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan
harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus
transparan.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas karakteristik usaha
kecil menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya
potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan
berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan
pendanaan tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas.
2. Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut
pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan
didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil
penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-
biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk
mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil
finansial sering juga disebut “private returns”. Beberapa hal lain yang
harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya
returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan
proyek kehabisan modal. Soetriono (2006).
17
3. Studi Kelayakan Bisnis
a. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Subagyo (2008:7), studi kelayakan bisnis adalah
penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak
atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.
Menurut Husein Umar (2005:8), studi kelayakan bisnis
merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga pada
saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), studi kelayakan bisnis
adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan secara mendalam
tentang rencana bisnis, dalam rangka menentukan layak atau
tidaknya rencana bisnis tersebut dijalankan. Layak dalam arti akan
memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang
menjalankanya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan
masyarakat luas.
Menurut Sofyan (2003), studi kelayakan bisnis merupakan
suatu konsep yang dikembangkan dari konsep manajemen keuangan,
terutama ditunjukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi
baru dalam perusahaan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar
18
untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan
Suwarsono, 2000).
b. Aspek-Aspek Dalam Studi Kelayakan Bisnis
1). Aspek Teknis dan Produksi
Aspek teknis produksi adalah aspek yang berhubungan
dengan pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik
dilihat dari faktor lokasi, luas produksi, proses produksi,
penggunaan teknologi (mesin), maupun keadaan lingkungan
yang berhubungan dengan proses produksi (Ibrahim, 2003: 118).
2). Aspek Manajemen dan SDM
Menurut Umar (2003: 115), aspek manajemen dalam
pembangunan proyek bisnis maupun manajemen dalam
implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen
lainnya. Manajemen berfungsi sebagai aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan layak atau
sebaliknya dilihat dari ketersediaan SDM. Kesuksesan suatu
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek
bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer,
dan tim-nya (Umar, 2003: 157-158)
19
Menurut Umar (2003: 164), aspek SDM menyangkut
produktivitas dari suatu tenaga kerja yang secara umum,
mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan
(input). Produktivitas memiliki dua (2) dimensi, yaitu:
a). Suatu efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk
kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu.
b). Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan
masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana
pekerjaan tersebut dilaksanakan.
3). Aspek Hukum
Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang
akan digunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau
akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman,
berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya
(Husnan dan Suwarsono, 2000: 20).
4). Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek ekonomi dan sosial meliputi gambaran mengenai
pengaruh usaha terhadap peningkatan penghasilan negara,
pengaruh usaha ini terhadap devisa yang akan dihemat atau
diperoleh, penambahan kesempatan tenaga kerja, pemerataan
20
kesempatan kerja, dampak pada kehidupan sosial masyarakat,
serta pengaruh industri terhadap industri lain.
5). Aspek Dampak Lingkungan
Menurut Soeharto (2002: 97), aspek lingkungan adalah
suatu pengkajian yang dikenal sebagai analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL) yang merupakan suatu
mekanisme untuk mencapai kelestarian lingkungan, aspek
lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi.
Dampak lingkungan harus dianalisis sehingga dampak ini
dapat diatasi dengan cara atau metode yang ada jika dapat
berapa besar biaya yang diperlukan, jika masih dapat diatasi
berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dari sudut analisis
AMDAL-nya (Sofyan, 2002: 98-99).
6). Aspek Pemasaran
Menurut Sofyan (2002: 169), bahwa lingkup aspek
pemasaran meliputi posisi permintaan berupa perkembangan
permintaan terhadap produk atau jasa yang akan ditawarkan di
masa yang akan datang, posisi penawaran selama ini serta
prospeknya dimasa yang akan datang. Analisis aspek pemasaran
akan dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran, yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Menurut
McCarthy dalam (Kotler, 2002: 18), mengklasifikasikan alat-
21
alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat
P (4P) dalam pemasaran yaitu:
a). Produk (product)
Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan
kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai,
atau dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan
atau kebutuhan (Kotler dan Susanto, 1999: 41). Produk bisa
berupa benda fisik, jasa, orang, organisasi, dan gagasan.
Unit produk bisa dibedakan menurut ukuran, harga,
penampilan atau beberapa atribut lainnya. Mutu produk
menunjukkan kemampuan suatu produk untuk menjalankan
fungsinya dan ciri produk merupakan sarana kompetitif
untuk membedakan produk perusahaan dengan produk
pesaing. Klasifikasi produk/ jasa merupakan suatu kegiatan
yang penting dalam menentukan produk/ jasa apa yang akan
ditawarkan karena dari klasifikasi ini akan lebih mudah
untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan, minat,
model, atau kecenderungan dari orang-orang di pasar
sasaran.
b). Harga (price)
Harga (price) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Menurut
Ichsan (2003: 66), harga juga merupakan titik temu antara
22
pembeli dan penjual didalam proses terjadinya transaksi jual
beli. Perubahan harga akan mempengaruhi perubahan
barang yang dibeli. Penetapan harga suatu produk
ditentukan oleh jenis pasar yang ada. Menurut Rewold dan
Warshaw (1987), bahwa penentuan harga adalah suatu alat
untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Tujuan
penetapan harga adalah:
(a). Memaksimumkan laba dalam jangka panjang (tujuan
pokok) seperti: pertumbuhan, kontrol atas pasar dan
bebas dari persaingan yang berlebihan.
(b). Memaksimumkan laba dalam jangka pendek yaitu
sasaran dari asumsi-asumsi yang mendasari model-
model ekonomi.
c). Promosi (promotion)
Promosi merupakan kegiatan yang sangat
menentukan dalam meningkatkan nilai penjualan dan
pertumbuhan suatu produk. Menurut Kotler (1997: 25)
bahwa promosi menunjukan dari berbagai kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan
produknya, membujuk dan meningkatkan para pelanggan
dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut.
Konsumen sekarang lebih kritis dan mereka mulai
membandingkan antara produk satu dengan yang lainnya.
23
Harga murah belum jaminan bahwa produk akan diterima
konsumen, karena mereka memperhatikan faktor lainnya
seperti mutu dan manfaat. Konsep promosi dilakukan untuk
memperkenalkan produk yang dihasilkan ke khalayak, baik
dengan menggunakan periklanan maupun dengan
melakukan adaptasi komunikasi.
d). Tempat (place)
Tempat merupakan sarana untuk menjual barang dan
jasa agar dapat dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai
hal itu, diperlukan saluran distribusi. Menurut Kotler (1997:
279) pengertian dari saluran distribusi adalah sekelompok
perusahaan dan perorangan yang memiliki hak pemilikan
atas produk atau membantu memindahkan hak pemilikan
produk atau jasa ketika dipindahkan dari produsen ke
konsumen.
7). Aspek Finansial
Analisa aspek keuangan sangat diperlukan dalam
menjalankan suatu usaha yaitu untuk mengetahui kelayakan
usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan dari suatu usaha
untuk mengembalikan pinjaman atau kredit yang diperoleh dari
Bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha
dalam perencanaan dan pengelolaan usaha. Dalam analisis
keuangan meliputi beberapa komponen, yaitu:
24
a). Cashflow (Arus kas)
Cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang
terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran
usaha (outflow). Aliran kas disusun untuk menunjukan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta
memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut
dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan
penggunaan-penggunaannya (Umar, 2003: 179).
Berdasarkan jenis transaksiya menurut Haming dan
Basamalah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
(1). Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut
jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus
penerimaan kas. Inflow yang ada pada industri kecil
terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan,
dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling
utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan
ini bersifat rutin.
(2). Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut
jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya
pengeluaran dana kas. Outflow usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi,
biaya tetap, dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
25
4. Kriteria Kelayakan Usaha
a. Net Present value (NPV)
Menurut Kasmir (2012:182) Net Present Value (NPV) atau
nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih
dengan PV Investasi selama umur investasi.
NPV adalah selisih antara Present Value dari investasi nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang (Umar, 2003: 200)
b. Internal Rate Return (IRR)
IRR merupakan metode yang digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan di masa yang akan datang atau penerimaan kas, dengan
mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003: 198).
c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat
beberapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah
pengeluaran proyek. Menurut Sofyan (2003: 177), Net B/C Ratio
adalah suatu rasio yang membandingkan antara benefit atau
penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut.
d. Payback period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2007:98), metode Payback Period
merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian
26
investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari
perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai
kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah
dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100 %
menggunakan modal sendiri).
PP adalah masa pengembalian modal, artinya lama periode
waktu untuk mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya
sangat tergantung pada sifat aliran kas masuknya. Jika aliran kas
masuknya besar atau lancar maka proses pengembalian modal akan
lebih cepat dengan asumsi modal yang digunakan tetap atau tidak
ada penambahan modal selama umur proyek (Sofyan, 2003: 181).
e. Profitability Index (PI)
Menurut Siswanto Sutojo (2002:122), Profitability Index
merupakan cara lain lagi untuk mengukur profitibilitas rencana
investasi proyek. Dalam metode ini, profitibilitas dicari dengan jalan
memperbandingkan jumlah seluruh present value net cash flows dan
salvage value dengan nilai investasi proyek. Dengan kata lain,
Profitability Index merupakan perbandingan antara nilai cash flow
investasi dengan biaya investasi yang dikeluarkan.
f. Break Event Point (BEP)
BEP merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana
jumlah manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran
(biaya) dengan kata lain keadaan dimana perusahaan tidak
27
mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian (Fatah,
1994: 45).
5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa
kelayakan proyek yang telah dilakukan. Tujuan analisis sensitivitas
adalah adalah untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam
aspek finansial terhadap apa yang dipilih (Fatah, 1994: 96). Semua
proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang proyek
industri dapat berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu :
a. Perubahan pada harga jual produk.
b. Keterlambatan pelaksanaan proyek.
c. Kenaikan biaya.
d. Perubahan volume produksi.
Teknik melakukan analisis sensitivitas adalah dengan mengukur
ulang ukuran kemanfaatan proyek menggunakan perkiraan baru dari satu
atau lebih komponen biaya atau hasil. Tiap analisa sensitivitas harus
dilakukan secara terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh yang
terjadi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan untuk mengukur
kemanfaatan proyek, dan setelah itu dapat ditarik kesimpulan bagaimana
perubahan tersebut mempengaruhi proyek. Jadi analisis sensitivitas
dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga produk,
keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan
28
volume produksi terhadap suatu proyek. Seberapa besarkah perubahan
yang terjadi pada empat hal diatas dapat mengubah penilaian suatu
investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan.
B. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Menurut Zuhal (1995), pembangkitan yaitu kegiatan produksi tenaga
listrik yang dilakukan dalam pusat-pusat tenaga listrik (PTL) dengan
menggunakan generator listrik, yang digerakkan oleh sebuah penggerak mula.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) diartikan sebagai seluruh instalasi
yang dibangun untuk memanfaatkan energi potensial air menjadi energi
listrik.
Menurut Dandekar (1991), PLTA dapat diklasifisikasikan berdasarkan:
1. Klasifikasi Dasar Lokasi dan Topografi
Instalasi pembangkit listrik tenaga air dapat berlokasi di daerah
pegunungan atau dataran. Biasanya pembangkit listrik di daerah
pegunungan bangunan utamanya merupakan bendungan, sedang
pembangkit listrik di daerah yang datar bangunan utamanya berupa
tanggul.
2. Klasifikasi Dasar Kapasitas PLTA
Klasifikasi dasar kapasitas PLTA sebagai berikut:
a. Pembangkit listrik yang terkecil (kurang dari 5 MWh)
b. Pembangkit listrik kapasitas menengah (5MWh - 100 MWh)
c. Pembangkit lisrik kapasitas tinggi (101 MWh – 1000 MW)
29
d. Pembangkit listrik kapasitas tertinggi (di atas 1000 MWh)
3. Klasifikasi Dasar Ketinggian Tekanan Air
Klasifikasi atas dasar ketinggian tekanan air:
a. PLTA dengan tekanan air rendah (kurang dari 15 m)
b. PLTA dengan tekanan air menengah (15 m – 70 m)
c. PLTA dengan tekanan air tinggi (71 m – 250 m)
d. PLTA dengan tekanan air yang sangat tinggi (lebih dari 250 m).
Berdasarkan klasifikasi PLTA Cirata termasuk ke dalam klasifikasi
pembangkit listrik dengan bangunan utamanya yang berupa bendungan
dengan elevansi puncak sebesar 225 meter dan tinggi terhadap dasar sungai
sebesar 125 meter (Pusat Penelitian dan Pengembangan SDA, 2006). Selain
itu, jika dilihat berdasarkan klasifikasi dasar kapasitas PLTA, PLTA Cirata
termasuk dalam klasifikasi PLTA dengan kapasitas tertinggi yakni dengan
daya terpasang sebesar 1008 MWh.
C. Waduk
Menurut Dandekar (1991) Waduk mempunyai dua fungsi yakni
merupakan sebuah kolam penampung air yang memiliki kesanggupan untuk
menyediakan air, dan juga berfungsi untuk menaikkan ketinggian tekanan air
yang merupakan potensi dari air sungai. Waduk atau bendungan memiliki
bermacam-macam jenis dan berbagai manfaat.
30
1. Tipe Waduk
Pembagian tipe waduk atau bendungan dapat dibagi menjadi
beberapa tipe yaitu:
a. Tipe bendungan berdasarkan ukurannya, ada dua tipe yaitu:
1). Bendungan besar (Large Dams)
Berdasarkan klasifikasi:
a). Ketinggian bendungan.
b). Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 meter.
c). Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta
m3.
d). Debit banjir maksimum yang diperhitungkan tidak kurang
dari 2000 m3 per detik.
2). Bendungan kecil (Small Dams)
Semua bendungan yang tidak termasuk sebagai bendungan
besar.
b. Tipe bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya.
Ada dua jenis tipe yaitu:
1). Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dam) yaitu
bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja,
misal untuk PLTA, irigasi, pengendalian banjir dan kebutuhan
lain.
31
2). Bendungan serba guna (multi purpose) adalah bendungan yang
dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misal PLTA dan
irigasi, irigasi dan pengendalian banjir, dan lain-lain.
c. Tipe bendungan berdasarkan pembangunannya.
Ada tiga tipe yaitu:
1). Bendungan untuk membentuk waduk (storage dam) yaitu
bendungan yang dibangun untuk membentuk waduk guna
menyimpan air ketika kelebihan agar dapat dipakai pada waktu
yang diperlukan.
2). Bendungan penangkap/pembelok air (diversion dam) yaitu
bendungan yang dibangun agar permukaan airnya lebih tinggi
sehingga dapat mengalir masuk ke dalam saluran air atau
terowongan air.
3). Bendungan untuk memperlambat jalannya air (detention dam)
adalah bendungan yang dibangun untuk memperlambat jalannya
air, sehingga dapat mencegah banjir besar.
d. Tipe bendungan berdasarkan jalannya air.
Terdapat dua tipe yaitu:
1). Bendungan untuk dilewati air (overflow dams) yaitu bendungan
yang dibangun untuk dilewati air misalnya pada bangunan
pelimpah.
2). Bendungan untuk menahan air (non overflow dam) adalah
bendungan yang sama sekali tidak boleh dilewati air.
32
2. Manfaat Waduk
Beberapa manfaat yang mampu diberikan sebuah waduk atau
bendungan adalah:
a. Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah
tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungai-sungai, air itu
dapat ditampung sehingga pada musim kemarau air yang tertampung
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain
untuk irigasi lahan pertanian.
b. Penyediaan Air Baku
Waduk selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum dimana di perkotaan
sangat langka dengan air bersih.
c. PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air )
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola
untuk mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu sistem pembangkit listrik yang
biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan memanfaatkan energi
mekanis aliran air untuk memutar turbin, diubah menjadi energi
listrik melalui generator.
d. Pengendali Banjir
Sungai dengan debit air yang besar jika tidak dikendalikan
dengan cermat maka akan membahayakan masyarakat sekitar sungai
33
itu sendiri, maka permasalahan itu dapat dijadikan sebagai latar
belakang dari pendirian waduk. Dengan dibangunnya bendungan-
bendungan di bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya
banjir pada musim hujan dapat dikurangi dan pada musim kemarau
air yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, antara lain pembangkit listrik tenaga air, untuk irigasi
lahan pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan lain
sebagainya.
e. Perikanan
Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk desa yang
desanya ditenggelamkan untuk pembuatan waduk yang dulu bermata
pencaharian sebagai petani kini beralih ke ranah perikanan dengan
memenfaatkan waduk ini. Para penduduk dapat membuat rumah
apung yang digunakan untuk peternakan ikan air tawar yang
dibesarkan dalam keramba-keramba.
f. Pariwisata dan Olahraga Air
Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan selain tempat rekreasi juga
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi maupun olahraga air.
Berdasarkan ukurannya Waduk Cirata termasuk ke dalam
bendungan besar dengan kapasitas waduk 3,9 juta m3. Sementara itu
berdasarkan tujuan pembangunannya Waduk Cirata termasuk ke
dalam bendungan multi purpose dimana terdapat banyak kegunaan
34
dari Waduk Cirata yaitu untuk PLTA, irigasi, perikanan, dan
pariwisata air.
D. Keramba Jaring Apung
Keramba jaring apung (KJA) merupakan sistem budidaya ikan dalam
wadah berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan
ditempatkan di perairan, seperti danau dan waduk. Sistem budidaya di KJA
ini terdiri dari beberapa komponen, seperti kerangka, kantong jaring
pelampung, jangkar, jalan inspeksi, rumah jaga, gudang, sampan/perahu dan
alat perikanan, Mahyudin (2008). Menurut Supriyadi (2004), pola budidaya
yang dilaksanakan di KJA biasanya pola budidaya yang intensif, dengan
kepadatan ikan yang sangat tinggi tanpa mempertimbangkan daya dukung
lingkungan. Budidaya ikan dalam KJA merupakan sistem budidaya secara
intensif dengan padat tebar tinggi dengan keharusan pemberian pakan sebagai
input energi untuk pertumbuhan ikan (Azwar et all, 2004).
Adanya sistem budidaya ikan dengan KJA di waduk, tentunya
memberikan dampak yang positif dan negatif. Dampak yang positif salah
satunya yaitu meningkatkan taraf hidup baik bagi penduduk setempat maupun
di luar lingkungan waduk, juga berperan dalam mengurangi tingkat
pengangguran. Selain itu dengan adanya kegiatan KJA dapat meningkatkan
pendapatan daerah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sumberdaya manusia
yang terlibat dalam sistem budidaya ikan KJA, mulai dari pemilik, pekerja,
pembuat perahu, pedagang pakan, pabrik pakan yang memperkerjakan
35
banyak karyawan, dan lain-lain. Selain dampak yang positif, KJA juga
mempunyai dampak negatif yang dapat dilihat secara langsung yaitu
penurunan kualitas air yang secara fisik terjadi perubahan warna air dari
bening menjadi hijau (Misbah, 2004).
Dalam Husen (2004), usaha pembesaran ikan dengan menggunakan KJA
dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak sesuai dengan daya dukung
(carrying capacity) waduk maupun karena limbah organik yang menumpuk
di dasar perairan akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan. Jika
penertiban KJA tidak dilakukan, bukan mustahil akan terjadi ledakan
pertumbuhan fitoplankton, jika hal itu terjadi selain tidak dapat dimanfaatkan
untuk budidaya ikan, badan air waduk juga tidak akan diminati, juga akan
meningkatkan biaya perawatan turbin bagi pengelola PLTA.
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa usaha KJA
merupakan sistem budidaya yang intensif dengan pemberian pakan yang
padat tebar, sehingga akan menimbulkan pakan yang tidak termakan oleh
ikan menjadi tidak terkontrol dan lama kelamaan dapat mengakibatkan
sedimentasi limbah budidaya ikan di dasar waduk.
E. Hasil Penelitian Terdahulu
Hendayana (2002) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Usaha
Perikanan Budidaya Perairan Waduk Dengan Jaring Apung (Studi Kasus
Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur Jawa Barat)”. Tujuan penelitian tersebut
adalah menganalisis keragaan usaha akibat pengaruh krisis ekonomi, dengan
36
menggunakan analisis finansial Benefit Cost Analysis yang meliputi NPV
(Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate of
Return), dan BEP (Break Event Point), serta Payback Periods, dan
menjelaskan status usaha jaring apung Waduk Cirata dengan melihat kondisi
krisis ekonomi yang terjadi berdasarkan hasil analisis finansial usaha.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melihat pengaruh krisis
terhadap kegiatan produksi kolam jaring apung, secara finansial tidak
menunjukkan gejala usaha yang merugikan. Pengaruh langsung akibat krisis
yang terjadi terhadap kegiatan produksi, terjadi pada perubahan nilai nominal
biaya, penerimaan, dan keuntungan, jumlah input produksi, serta jumlah
produksi secara fisik. Akibat krisis, perubahan nilai biaya terjadi pada
kenaikan biaya invetasi sebesar 189,88 persen, peningkatan pengeluaran
pakan sebesar 61,9 persen, dan peningkatan biaya total sebesar 77,73 persen
sedangkan perubahan pendapatan ikan mas 71,15 persen, ikan nila 31,94
persen, dan nilai keuntungan sebesar 62,44 persen. Pada kondisi krisis, nilai
NPV dengan diskon faktor 20 persen adalah Rp 5.040.370,00, BC rasio
sebesar 1,770408 serta IRR sebesar 88 persen. Dengan demikian selama
kondisi krisis, keragaan usaha secara finansial tidak terpengaruh oleh
perubahan harga yang terjadi, meskipun secara fisik terjadi perubahan dalam
komposisi jumlah input dan hasil produksi.
Perdana (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung
(KJA) Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam,
37
Kabupaten Lebak, Banten”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk membuat
desain kelayakan usaha melalui analisis aspek pasar, teknis, manajemen,
hukum, dan lingkungan. Selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial
dengan menggunakan beberapa kriteria investasi untuk memperoleh
gambaran kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem
jaring kolor di Waduk Cikoncang.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan
menggunakan tingkat suku bunga sebesar 13 persen menunjukkan bahwa
kegiatan usaha peembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem kolor di
Waduk Cikoncang layak untuk diusahakan. Hal tersebut dilihat dari nilai hasil
perhitungan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 15.578.956,00. Hasil
perhitungan nilai BC Rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu
1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang
ditetapkan yaitu sebesar 37,14 persen dari modal yang diinvestasikan. Jangka
waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha selama satu
tahun tujuh bulan.
Atmoko (2006) melakukan peneltian yane berjudul “Analisis Kelayakan
Usahatani Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus carpio) Budidaya Keramba Jaring
Apung (Kasus di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan dan kelayakan
usahatani pembesaran ikan mas, menganalisis sensitivitas dari usahatani
pembesaran ikan mas, dan melihat saluran, fungsi, dan lembaga pemsaran
38
yang terkait dalam kegiatan pemasaran produk ikan mas serta
mengidentifikasi marjin pemasaran.
Berdasarkan hasil analisis finansial nilai NPV dengan discounr rate
11,25 persen, masing-masing pola usahatani menghasilkan NPV yang positif,
usahatani secara monokultur dalam 1 unit KJA, usahatani secara sistem kolor
untuk 1 unit KJA dan untuk 3 unit KJA masing-masing yaitu sebesar Rp
86.011.049,67 dan Rp 120.972.566,30, dan Rp 405.004.473,96. Sedangkan
indeks nilai Gross B/C yang dihasilkan oleh masing-masing usahatani 1,195 ,
1,261, dan 1,29. Nilai IRR yang dihasilkan masing-masing usahatani lebih
besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu masing-masing usahatani
sebesar 162 persen, 195 persen, dan 211 persen. Sedangkan lama
pengembalian modal masing-maisng usahatani yaitu sebesar 1 tahun 9,84
bulan, dan 9 bulan. Berdasarkan criteria kelayakan finansial dihasilkan nilai
criteria investasi yang masih layak untuk diusahakan baik bagi usahatani pola
monokultur, sistem kolor 1 unit KJA, dan 3 unit KJA.
F. Kerangka Berfikir
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) merupakan system budidaya
ikan dalam wadah berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung
dan ditempatkan diperairan, seperti danau dan waduk. System budidaya KJA-
G ini terdiri dari beberapa komponen, seperti kerangka, kantong jarring
pelampung, jangkar, jalan inspeksi, rumah jaga,gudang,sampan atau perahu
dan alat perikanan.
39
Usaha ini perlu informasi dan penanganan yang tepat agar berkembang
dan mampu bersaing dengan mengkaji pada aspek studi kelayakan usaha.
Dalam penelitian ini akan menganalisis usaha keramba jarring apung
ganda KJA-G dalam pengembangan usaha yang dapat memberikan
informasi-informasi dengan menganalisis pada aspek-aspek studi kelayakan
usahanya. Hasil analisis tersebut menunjukkan apakah usaha keramba jaring
apung ganda KJA-G layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Langkah pertama adalah menganalisis dengan mencari data kualitatif,
yang menilai dari aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan SDM,
aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek dampak lingkungan dan aspek
pemasaran. Langkah kedua adalah menganalisis data kuantitatif dengan
menghitung aspek finansial yang mempunyai beberapa kriteria yaitu NPV,
IRR, B/C Ratio, Payback Periods (PP), Break Event Point (BEP). Dan
mencari perhitungan analisis sensitivitas untuk melihat sampai berapa persen
peningkatan atau penurunan faktor-faktor pemasukan atau biaya tersebut
dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi pada aspek keuangan
yaitu dari layak atau menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Kemudian dari
hasil analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dimasukkan kedalam analisis
usaha keramba jaring apung ganda KJA-G yang diterapkan. Langkah terakhir
adalah interpretasi hasil analisis kelayakan, apakah layak atau tidak. Bila
hasilnya menyatakan layak maka diteruskan dengan pelaksanaan. Bila
hasilnya menyatakan tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi.
40
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Operasional
Rekomendasi
Tidak Layak
Usaha
Layak Usaha
Aspek
Manajemen
n
Aspek
Teknis
Aspek
Pemasaran
Aspek
Pasar
Aspek
Ekonomi
Aspek
Sosial
Konsep Analisis Biaya
dan Manfaat Proyek
Aspek dalam Analisis dan
Persiapan Proyek
Keramba Jaring Apung
(KJA) di Waduk Cirata
Kelayakan Finansial
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di Waduk Cirata yang terletak di kampung
Cibogo, Desa Nyenang, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat.
Gambar 3.1 Keramba Jaring Apung(KJA).
Gambar 3.2 Bendungan Waduk Cirata.
42
Gambar 3.3 Peta Waduk Cirata.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain populasi adalah
keseluruhan dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi
populasi adalah seluruh usaha Keramba Jaring Apung Ganda yang ada
di Indonesia.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki populasi. Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan
sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga
keterbatasan peneliti untuk dapat meneliti populasi. Teknik sampling
yang diambil adalah teknik purposive sampling. Yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik tertentu
43
yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian dilaksanakan pada keramba-
keramba jaring apung ganda yang ada diwaduk Cirata. Lokasi
penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
karena daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) sebagai target penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan yakni data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang pertama kali diambil langsung dari sumbernya atau
belum melalui proses pengumpulan dari lain pihak (Machdhoero A.M,
1993). Data primer akan digunakan untuk mengetahui arus penerimaan dan
pengeluaran (cashflow) yang dimliki oleh pemilik usaha keramba jaring
apung ganda (KJA-G) di Waduk Cirata. Data primer dikumpulkan dengan
cara wawancara kepada responden yakni para pemilik usaha keramba jaring
apung di Waduk Cirata.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak dari sumbernya
langsung melainkan sudah dikumpulkan oleh pihak lain dan sudah diolah
(Machdhoero A.M, 1993). Sumber data sekunder dalam penelitian ini
berupa data dari Badan Pengelola Waduk Cirata, internet dan hasil
penelitian sebelumnya, dan juga data sekunder yang dikumpulkan dalam
penelitian bersumber dari laporan keuangan sederhana pengusaha keramba
jaring apung yang terdiri dari laporan pembelian bibit ikan mas maupun
ikan nila, pembelian pakan ikan dan penjualan atau panen ikan. Kedua jenis
44
sumber data yang diperoleh dan dikumpulkan merupakan data yang
kualitatif dan kuantitatif yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk uraian
dan tabel.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Jenis data primer diperoleh adalah harga jual, harga input,
komponen biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Data ini
diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
dengan pihak yang terkait, dengan kata lain menggunakan metode
purposive.
Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif atau penelitian yang tidak terstruktur dengan
pendekatan purposive sampling.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen pengusaha, instansi
pemerintah, dan beberapa pustaka yang terkait dalam penelitian ini.
Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi pendahuluan
4. Media internet
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode Analisis
Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis) dengan menggunakan
45
komputer melalui program Microsoft Excel. Metode Analisis data meliputi
metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh, sedangkan metode
kualitatif berupa penyajian data dengan menginterpretasikan dan
mendeskripsikan data kuantitatif.
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik usaha keramba jaring
apung ganda (KJA-G) tersebut yang disajikan pada aspek-aspek non
finansial seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi, aspek
pasar, aspek pemasaran, aspek sosial dan aspek dampak lingkungan dalam
bentuk uraian deskriptif, tabel, bagan, atau gambar untuk mempermudah
pemahaman. Sedangkan data kuantitatif disajikan untuk mengetahui keadaan
perusahaan secara finansial seperti Payback Period (PP), Net Present Value
(NPV), Internal Rate Return (IRR), Net B/C Ratio, Profitability Index, serta
Analisis Sensitivitas.
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek pada keramaba jaring
apung ganda (KJA-G) tersebut menguntungkan atau tidak, maka perlu
dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang
diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah dilakukan identifikasi terhadap
semua manfaat dan biaya, maka baru dapat dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun metode yang digunakan
dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
46
1. Net Present Value (NPV)
Menurut Sofyan (2002: 180), NPV adalah nilai neto sekarang dari
dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan
besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh
karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai
NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan merugi. Rumus yang
digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:
n
1tt
t Ior1
CFNPV
Dimana:
NPV = Net Present Value atau Nilai Sekarang
Σ = Simbol untuk penjumlahan
t = Periode waktu atau tahun ke-t
n = Umur usaha
CFt = Aliran kas pada tahun t
r = Tingkat suku bunga atau biaya modal
Io = Modal investasi awal
Kriteria untuk menerima atau menerima rencana investasi dengan
metode NPV adalah sebagai berikut:
a. Jika NPV > 0, maka rencana investasi diterima.
b. Jika NPV < 0, maka rencana investasi ditolak.
c. Jika NPV = 0, maka rencana investasi dapat diterima atau nilai
perusahaan akan tetap jika rencana investasi diterima atau ditolak.
47
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat
pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi
IRR harus lebih besar dari opportunity cost of capital agar rencana atau
usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan, 2002:178). Rumus
yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:
NPV NPV'
NPVi'iiIRR
Dimana:
IRR = Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal
i = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif
i’ = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negative
NPV = Nilai sekarang yang positif
NPV’ = Nilai sekarang yang negative
3. Net B/C Ratio
Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih
terhadap total dari biaya bersih. B/C menunjukan manfaat bersih yang
diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih.
Perhitungan dengan menggunakan rumus (Gray dkk, 1997:86):
n
1tt
n
1t
i1
Ct
i1
Bt
B/CNet t
Dimana:
Net B/C = Rasio manfaat bersih terhadap biaya bersih
Σ = Simbol untuk penjumlahan
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = tingkat bunga
48
Kriteria penilaian kelayakan recana investasi dengan metode Net
B/C Ratio adalah sebagai berikut:
a. Jika Net B/C > 0, maka rencana investasi layak untuk dilaksanakan
b. Jika Net B/C = 0, maka rencana investasi akan mengalami impas,
diterima atau ditolaknya rencana investasi akan menjadi kebebasan
pengambil keputusan.
c. Jika Net B/C < 0, maka rencana investasi tidak layak untuk
dilaksanakan
4. Payback Period (PP)
Menurut Husein Umar (2007:197), Payback Period adalah
suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
investasi awal dengan menggunakan aliran kas, dengan kata
lain Payback Period merupakan rasio antara investasi awal dengan cash
aliran kas masuknya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maksimum Payback
Period yang dapat diterima. Rumus yang digunakan dalam menghitung
Payback Period adalah sebagai berikut :
Payback Period = Investasi = xxx
Proceeds tahun 1 = xxx -
Sisa = xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
Sisa = xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
Sisa = xxx
Dst.
49
5. Profitability Index (PI)
Menurut Siswanto Sutojo (2002:122), Profitability Index
merupakan cara lain untuk mengukur profitibilitas rencana
investasi proyek. Dalam metode ini, profitibilitas dicari dengan jalan
memperbandingkan jumlah seluruh present value net cash flows
dan salvage value dengan nilai investasi proyek.
Profitability Index merupakan perbandingan antara nilai cash
flow investasi dengan biaya investasi yang dikeluarkan. Suatu investasi
dikatakan layak jika nilai Profitability Index lebih dari satu, sebaliknya
jika kurang maka investasi ditolak. Rumus yang digunakan dalam
metode Profitability Index adalah sebagai berikut:
Profitability Index =
6. Analisa Sensitivitas
Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek
finansial kegiatan usaha yang akan dijalankan atau diusahakan. Analisis
sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan
usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan
biaya dan pendapatan.
Dalam penelitian, analisis sensitivitas dilakukan pada arus
penerimaan (manfaat) dan pengeluaran (biaya) pada analisis kelayakan
usaha, yaitu perubahan biaya operasional dan perubahan penerimaan.
50
Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net
B/C, PI dan PP jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis.
Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada
penelitian diantaranya adalah:
a). Peningkatan biaya operasional sebesar 10%
b). Penurunan penerimaan usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-
G) sebesar 5%, 8%, dan 9%.
Peningkatan variabel analisis sensitivitas untuk kenaikkan biaya
operasional sebesar 10% didasarkan pada hasil perhitungan rata-rata
inflasi nasional periode 2011-2016 (lampiran 1). Sedangkan penurunan
penerimaan sebesar 5%, 8%, dan 9% didasarkan kemungkinan
banyaknya factor yang mempengaruhi tingkat produktivitas panen ikan
mas dan ikan nila.
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas ini
adalaha sebesar 6% yang merupakan rata-rata tingkat suku bunga Bank
Indonesia periode 2010-2015 (lampiran 2).
F. Definisi Operasional
1. Ikan mas dan nila adalah jenis ikan untuk konsumsi dan hidup di air
tawar. Ikan ini cenderung sangat mudah dikembangbiakan serta sangat
mudah dipasarkan karena merupakan salah satu jenis ikan yang paling
sering dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat.
51
2. Usaha kecil adalah usaha perseorangan yang berdiri sendiri, dimiliki
warga negara Indonesia (WNI) yang memiliki tenaga kerja antara 5
sampai 19 orang, mempunyai kekayaan bersih tidak lebih besar dari
200 juta rupiah dan menghasilkan tidak lebih dari satu milyar rupiah.
3. Cash Flow adalah aliran kas pada suatu usaha yang terdiri dari inflow
(penerimaan usaha) dan outflow (pengeluaran usaha).
4. Inflow yang berada dalam cash flow adalah suatu aliran kas masuk atau
penerimaan bagi suatu usaha.
5. Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha, yang
terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional.
6. Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu
usaha.
7. Biaya Tetap adalah biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi
perubahan aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu.
8. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi.
9. Produk adalah segala jenis ikan yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan.
G. Penentuan Jumlah Responden
Penentuan jumlah responden untuk mengetahui arus penerimaan dan
pengeluaran (cashflow) dari pemilik usaha keramba jaring apung ganda
52
(KJA-G) di Waduk Cirata adalah dengan menggunakan metode purposive
sampling, dengan pertimbangan kriteria responden terpilih adalah pemilik
usaha keramba jaring apung yang mengurus langsung usahanya sehingga
benar-benar mengetahui komponen penerimaan dan pengeluaran atas
usahanya.
Menurut Soeratno (1999), metode purposive sampling dapat dilakukan
dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut
ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh responden itu.
Tabel 3.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul
Penelitian Sampel
Alat
Statistik Hasil
1 Hendayana
(2002)” Analisis
Usaha Perikanan
Budidaya
Perairan Waduk
Dengan Jaring
Apung (Studi
Kasus Waduk
Cirata, Kabupaten
Cianjur Jawa
Barat)”.
Petani jaring
apung di
Waduk Cirata
Kabupaten
Cianjur Jawa
Barat.
NPV,BC
Ratio,IRR
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan melihat pengaruh krisis
terhadap kegiatan produksi kolam jaring
apung, secara finansial tidak
menunjukkan gejala usaha yang
merugikan. Pada kondisi krisis, nilai
NPV dengan diskon faktor 20 persen
adalah Rp 5.040.370,00, BC rasio
sebesar 1,770408 serta IRR sebesar 88
persen. Dengan demikian selama
kondisi krisis, keragaan usaha secara
finansial tidak terpengaruh oleh
perubahan harga yang terjadi, meskipun
secara fisik terjadi perubahan dalam
komposisi jumlah input dan hasil
produksi.
2 Haris Perdana
(2008) “Analisis
Kelayakan
Finansial Usaha
Petani KJA
dengan
sistem jaring
kolor di
NPV,BC
Ratio, dan
IRR
Berdasarkan hasil analisis
kelayakan finansial usaha dengan
menggunakan tingkat suku bunga
sebesar 13 persen menunjukkan bahwa
53
Pembesaran Ikan
Mas dan Nila
pada Keramba
Jaring Apung
(KJA) Sistem
Jaring Kolor di
Waduk
Cikoncang,
Kecamatan
Wanasalam,
Kabupaten Lebak,
Banten”.
Waduk
Cikoncang
kegiatan usaha peembesaran ikan mas
dan nila pada KJA sistem kolor di
Waduk Cikoncang layak untuk
diusahakan. Hal tersebut dilihat dari
nilai hasil perhitungan NPV yang
bernilai positif , BC Rasio menunjukkan
angka lebih besar dari satu, IRR yang
diperoleh lebih besar dari tingkat suku
bunga yang ditetapkan, dan jangka
waktu yang diperlukan untuk
pengembalian biaya investasi usaha
selama satu tahun tujuh bulan.
3 Atmoko (2006)
“Analisis
Kelayakan
Usahatani
Pembesaran Ikan
Mas (Cyprinus
carpio) Budidaya
Keramba Jaring
Apung (Kasus di
Kecamatan
Mande,
Kabupaten
Cianjur, Jawa
Barat)”.
Petani
pembesaran
ikan mas
dengan
budidaya
KJA di
Kecamatan
Mande
NPV, Gross
B/C, dan
IRR
Berdasarkan hasil analisis
finansial nilai NPV dengan discounr
rate 11,25 persen, masing-masing pola
usahatani menghasilkan NPV yang
positif. Sedangkan indeks nilai Gross
B/C yang dihasilkan oleh masing-
masing usahatani 1,195 , 1,261 , dan
1,29. Nilai IRR yang dihasilkan masing-
masing usahatani lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku.
Sedangkan lama pengembalian modal
masing-maisng usahatani yaitu sebesar 1
tahun 9,84 bulan, dan 9 bulan.
Berdasarkan criteria kelayakan finansial
dihasilkan nilai criteria investasi yang
masih layak untuk diusahakan baik bagi
usahatani pola monokultur, sistem kolor
1 unit KJA, dan 3 unit KJA.
4 Mulyadi MY,et
all (2015).
“Analisis
Finansial
Budidaya Ikan
Dalam Karamba
Jaring Apung di
Sungai Melawi
Kec. Pinoh
Petani
budidaya
ikan dalam
KJA di
Sungai
Melawi Kec.
Pinoh Utara.
NPV, Net
Benefit Cost
Ratio (B/C
Ratio), IRR,
Payback
Period (PP),
dan Analisis
Sensitivitas.
Berdasarkan hasil analisis usaha
budidaya ikan nila dan ikan mas dalam
KJA di Sungai Melawi secara finansial
layak untuk dilaksanakan dengan nilai
NPV Rp. 227.246.760,84, Net Benefit
Cost Ratio (B/C Ratio) 4,34, IRR
(Internal Rate of Return) 190,97%,
Payback Periods (PP) diperoleh selama
0,53 tahun (6 bulan 10 hari), serta
54
Utara”. Analisis Sensitivitas usaha ini apabila
terjadi kenaikan biaya harus tidak boleh
melebihi 304,19%. Usaha ini akan
menjadi tidak layak jika penurunan
benefit mencapai 44,11%.
5 Bank Indonesia
(2008).
“Budidaya
Pembesaran Ikan
Mas di Jaring
Terapung”.
Petani
budidaya
pembesaran
ikan mas di
jaring
terapung.
NPV, IRR,
dan Payback
Period (PP)
Dari hasil analisis kelayakan usaha
dapat disimpulkan bahwa usaha ini
layak dijalankan, hal ini dapat dilihat
dari nilai NPV dari usaha ini adalah
positif, dan bernilai sebesari Rp.
72,204,984. Nilai IRR dari usaha ini
adalah sebesar 93% dengan tingkat suku
bunga bank yang diasumsikan sebesar
16%, Payback period usaha ini adalah
selama 1.55 tahun,
6 K.Varalakshmi
(2015),
Feasibility
Analysis of Meat
processing plant -
Case of medium
scale plant for
Restructured
chicken products
Pabrik
pengolahan
produk
daging ayam
skala
menengah di
India
NPV, IRR,
B/C Ratio,
dan Analisa
Sensitivitas
Studi analisis kelayakan pada pabrik
pengolahan produk daging ayam
menunjukkan bahwa pabrik pengolahan
(skala menengah) secara ekonomis
layak dengan NPV dari Rs. 44.74 lakhs
dan IRR 31% dan B-C ratio 1,78.
Proyek akan membayar kembali
investasi dalam waktu kurang dari 3
tahun (2.72). Kesimpulan dari analisis
sensitivitas bahwa dalam kasus ini harga
jual tidak bisa dikurangi lebih dari 5%
atas dasar skenario NPV menjadi negatif
jika pengurangan lebih dari 5% dari
harga jual. Demikian pula biaya variabel
tidak boleh meningkat melebihi 10%
karena akan menghasilkan NPV yang
negatif (Rs.-13,2 lakh).
7 Tereza
Svatoňová, et all
(2015), Financial
Profitability
and Sensitivity
Analysis of PALM
Oil Plantation In
Indonesia
Perusahaan
perkebunan
minyak
kelapa sawit
di Sumatra
Utara,
Indonesia.
(PT
NPV, ROI,
IRR, PP, dan
Analisa
Sensitivitas.
Dengan menghitung nilai NPV dalam
jangka waktu analisis selama 25 tahun
pada produksi perkebunan Indonesia.
Hasilnya adalah NPV bernilai positif
sebesar USD 10,670 yang menandakan
bahwa investasi ini baik dan
menguntungkan. Nilai ROI sebesar
73.50%/ hektar lahan perkebunan. IRR
55
Perkebunan
Nusantara
IV)
sebesar 14.83% diperkirakan akan
menghasilkan pengembalian yang tinggi
dan PP adalah selama 6.75 tahun.
Sensitivitas terhadap perubahan tingkat
diskonto menunjukan peluang investasi
yang positif hingga 26%.
8 Soe Thi (2015),
Assessment of
Economic
Feasibility on
Promising Wind
Energy Sites in
Myanmar
Proyek
pembangunan
PLTA di
Rakan,
Pathein,
Yangon dan
Ye
NPV, IRR,
Simple
Payback
Period, dan
Analisa
Sensitivitas
NPV yang dihasilkan dari proyek ini
adalah sebesar $251.753, $247.688,
$248.252 dan $251.699. Nilai minimum
IRR yang diperlukan adalah 19% untuk
setiap situs PLTA. Dan Simple Payback
Perioad adalah 10 tahun untuk setiap
PLTA. Dari hasil analisis sensitivitas,
tingkat parameter kunci seperti rasio
hutang,tingkat diskonto, tingkat bunga
kredit adalah optimal untuk listrik
pedesaan. Harga energi yang tidak
terlalu tinggi dan NPV yang positif,
yang berarti proyek ini layak untuk
diajukan di setiap situs.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Waduk Cirata dan Keramba Jaring Apung
a. Waduk Cirata
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata merupakan
salah satu pembangkit listrik di Jawa Barat yang memanfaatkan air
untuk menghasilkan energi listrik. Beberapa bangunan utama yang
dimilki PLTA Cirata yaitu bendungan, bangunan pengambil air,
pusat pengendali, saluran tekan, tangki pendata air, pipa pesat, dan
gedung pusat pembangkit. PLTA Cirata memilki 8 unit
pembangkit, dengan kapasitas daya terpasang sebesar 1.008 MWh
dan produksi energi rata-rata 1.426 GWh per tahun.
Waduk Cirata merupakan sumber yang penting bagi PLTA
Cirata sebagai salah satu bangunan utama untuk menghasilkan
energi listrik. Secara fisik Waduk Cirata selesai dibangun pada
tahun 1987, dengan luas genangan perairan sekitar 6.334 ha.
Tujuan utama pembangunan waduk ini diperuntukkan sebagai
pembangkit listrik tenaga air. Saat ini selain berfungsi sebagai
pembangkit energi listrik, Waduk Cirata memiliki fungsi tambahan
diantaranya untuk usaha budidaya perikanan jaring apung,
pariwisata air, pertanian, dan cadangan air.
57
Lokasi geografis Waduk Cirata berada di tiga daerah
kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Cianjur, dan Purwakarta.
Waduk Cirata berada pada ketinggian 250 m di atas permukaan
laut dan memiliki kedalaman perairan maksimum 106 m dengan
kedalaman rata-rata 24 m. Waduk Cirata memiliki ketinggian 125
m dengan elevansi puncak lebih dari 225 m dan panjang puncak
453,5 m. Waduk Cirata memiliki volume atau isi tubuh bendungan
sebesar 3,9 juta m3. Waduk cirata merupakan waduk terdalam
dibandingkan dua waduk lainnya yang ada di Jawa Barat yaitu
Waduk Jatiluhur dan Saguling. Sungai utama yang dibendung oleh
Waduk Cirata yaitu Sungai Citarum, selain itu Waduk Cirata
memiliki 8 sungai yang bermuara pada badan waduk.
b. Keramba Jaring Apung
Dalam Mahyudin (2008), keramba jaring apung (KJA)
merupakan sistem budidaya ikan dalam wadah berupa jaring yang
mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di
perairan, seperti danau dan waduk. Sistem budidaya di KJA ini
terdiri dari beberapa komponen, seperti kerangka, kantong jaring
pelampung, jangkar, jalan inspeksi, rumah jaga, gudang,
sampan/perahu dan alat perikanan. Menurut Supriyadi (2004), pola
budidaya yang dilaksanakan di KJA biasanya pola budidaya yang
intensif, dengan kepadatan ikan yang sangat tinggi tanpa
mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Budidaya ikan dalam
58
KJA merupakan sistem budidaya secara intensif dengan padat tebar
tinggi dengan keharusan pemberian pakan sebagai input energi
untuk pertumbuhan ikan (Azwar et all, 2004).
Adanya sistem budidaya ikan dengan KJA di waduk, tentunya
memberikan dampak yang positif dan negatif. Dampak yang positif
salah satunya yaitu meningkatkan taraf hidup baik bagi penduduk
setempat maupun di luar lingkungan waduk, juga berperan dalam
mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu dengan adanya
kegiatan KJA dapat meningkatkan pendapatan daerah, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya sumberdaya manusia yang terlibat dalam
sistem budidaya ikan KJA, mulai dari pemilik, pekerja, pembuat
perahu, pedagang pakan, pabrik pakan yang memperkerjakan
banyak karyawan, dan lain-lain. Selain dampak yang positif, KJA
juga mempunyai dampak negatif yang dapat dilihat secara langsung
yaitu penurunan kualitas air yang secara fisik terjadi perubahan
warna air dari bening menjadi hijau (Misbah, 2004).
c. Karakteristik Petani
Karakteristik yang dimiliki petani sangat berperan penting
dalam keberlangsungan usaha keramba jaring apung. Petani yang
berpengalaman akan lebih pandai dalam mengambil keputusan
yang terbaik untuk menjalankan usahanya sedangkan petani yang
belum berpengalaman akan sebaliknya.
59
Pada table-tabel dibawah menunjukkan sebaran responden
petani jaring apung ganda KJA-G Waduk Cirata (Kabupaten
Bandung Barat) berdasarkan kelompok usia, pendidikan,
pengalaman usaha, KJA-G yang dimiliki, dan penghasilan
perbulan.
Tabel 4.1
Karakteristik Petani Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
Sumber : Data diolah
15 - 25 tahun 9 9
26 - 35 tahun 32 32
36 - 45 tahun 21 21
46 - 55 tahun 8 8
> 66 tahun 0 0
Jumlah 100 100
SD 38 38
SMP 33 33
SMA 25 25
Sarjana 4 4
Jumlah 100 100
4 - 5 tahun 30 30
6 -7 tahun 14 14
8 - 9 tahun 9 9
10 - 11 tahun 16 16
12 - 13 tahun 6 6
> 14 tahun 25 25
Jumlah 100 100
2 - 4 unit 36 36
5 - 7 unit 25 25
8 - 10 unit 23 23
11 - 13 unit 6 6
14 - 16 unit 0 0
> 16 unit 9 9
Jumlah 100 100
Pengalaman Usaha
KJA-G yang dimiliki (unit)
Jumlah
Responden (N)Kategori Persentase (%)Karakteristik Petani
Usia
Pendidikan
60
Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat karakteristik petani jaring
apung yang meliputi Usia, Pendidikan, Pengalaman Usaha, dan
jumlah KJA-G yang dimiliki petani. Tabel 4.1 menunjukan bahwa
usia responden berada pada kisaran 15 tahun sampai 65 tahun.
Kelompok usia 26 – 35 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu
32%. Kelompok usia terbanyak kedua yaitu kelompok 46 – 55
tahun dengan jumlah 30%, selanjutnya kelompok usia 36 – 45
tahun sebesar 21%, kelompok usia 15 – 25 tahun 9% dan kelompok
usia 56 – 65 sebanyak 8%, sedangkan kelompok usia yang lebih
dari 66 tahun adalah nol. Dengan demikian berdasarkan usia petani
jaring apung ganda KJA-G di Waduk Cirata Kabupaten Bandung
Barat berada pada golongan usia yang produktif.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara dan pola
berpikir petani. Pendidikan formal responden bervariasi mulai dari
Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Responden yang
tingkat pendidikannya hanya sampai SD merupakan jumlah
terbanyak yaitu 38%, responden dengan tingkat pendidikan SMP
sebanyak 33%, sedangkan responden yang tingkat pendidikannya
setara SMA sebanyak 25%, dan responden dengan tingkat
pendidikan Sarjana sebanyak 4%. Dengan demikian tingkat
pendidikan responden yang mendominasi yaitu pendidikan SD dan
SMP. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran akan pentingnya
pendidikan masih rendah, dikarenakan masyarakat lebih tertarik
61
berwirausaha yang ditanamkan pada anak-anaknya. Para responden
mendapat ilmu dari pengalaman bukan dari bangku sekolah.
Pengalaman usaha yang dimiliki petani jaring apung berkisar 4
sampai 17 tahun. Petani dengan pengalaman usaha 4 sampai 5
tahun merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 30%, pengalaman
usaha 6 sampai 7 tahun yaitu sebesar 14%, pengalaman 8 sampai 9
tahun sebesar 9%,pengalaman usaha 10 sampai 11 tahun dan 12
sampai 13 yaitu sebesar 16% dan 6%, dan pengalaman usaha yang
lebih dari 14 tahun yaitu sebesar 25% merupakan terbanyak kedua.
Pengalaman usaha bagi petani jarring apung merupakan hal yang
penting, petani yang berpengalaman akan tahu kapan akan terjadi
arus balik (Up Whelling ) yang dapat menyebabkan kematian masal
ikan yang ada dikeramba dan akan merugikan para petani yang
kehilangan hasil panennya.
Keramba yang dimiliki oleh petani jaring apung yaitu yang
paling banyak adalah 2 sampai 4 unit yaitu sebesar 36%, sedangkan
yang memiliki 5 sampai 7 unit dan 8 sampai 10 unit merupakan
terbesar kedua dan ketiga yaitu 25% dan 23%, selanjutnya yang
memiliki 11 sampai 13 unit hanya sebesar 6%, dan yang memiliki
lebih dari 16 unit sebesar 9%.
62
B. Tinjauan Usaha Keramba Jaring Apung
Dalam meninjau usaha keramba jaring apung sebagai salah satu usaha
dalam bidang agribisnis, aspek-aspek yang berkaitan dengan usaha keramba
jaring apung perlu untuk dilakukan pembahasan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui efektifitas suatu usaha dengan mempertimbangkan aspek-aspek
yang secara bersamaan menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh
dari usaha ini. Aspek-aspek yang dilakukan pembahasan diantaranya yaitu
aspek teknis, manajemen, sosial, pasar, finansial, dan ekonomi.
1. Aspek Teknis
Analisis secara teknis meliputi analisis tentang input dan output
berupa barang dan jasa yang diperlukan dan dihasilkan dalam suatu
usaha. Usaha keramba jaring apung memerlukan ketersediaan input
berupa alat-alat konstruksi untuk membuat rangka jaring apung, benih
ikan yang akan dibudidayakan, pakan ikan, tenaga kerja dan panen
ikan.
a. Konstruksi Rangka Jaring Apung
Konstruksi rangka jaring apung merupakan bagian yang
penting sebagai sarana produksi dalam usaha keramba jaring
apung. Adapun standar yang harus dipenuhi pemilik usaha dalam
membuat konstruksi rangka jaring apung yakni konstruksi terdiri
dari pelampung atau drum plastik, bahan jaring yang digunakan
biasanya terbuat dari net nylon yang kuat dan tahan lama, jaring
yang digunakan terdiri dari jaring lapis atas (kolam jaring atas
63
untuk ikan mas) berukuran 7x7x2,5 m dengan lebar mata jaring
1,25-1,50 cm dan jaring lapis bawah (kolam jaring bawah atau
jaring kolor untuk ikan nila) berukuran 16x16x3 m dengan lebar
mata jaring 3,0-3,5 cm. Kerangka jaring apung terbuat dari besi
siku L, ukuran petak 7 x 7 m, landasan atau tempat pijakan kaki
menggunakan bambu dan kaso yang dapat tahan dari cuaca hingga
dua tahun.
Setiap unit jaring apung mempunyai saung supa untuk
menyimpan pakan dan sebagai tempat untuk memberi pakan ikan.
Sehingga pekerja yang memberi pakan ikan tidak berada dibawah
terik matahari dan pakan ikan juga terjaga dari cuaca.
Berdasarkan bahan-bahan dan komponen yang dibutuhkan
untuk membuat konstruksi rangka jaring apung tersebut, dapat
dilihat bahwa bahan dan komponen yang dibutuhkan merupakan
barang yang mudah didapatkan sehingga dapat mempermudah
petani untuk memulai usaha ini. Selain itu jasa pembuatan
konstruksi rangka jaring apung telah tersedia. Jasa tersebut turut
mempekerjakan para penduduk setempat. Namun dibutuhkan
modal yang tidak sedikit untuk membuat konstruksi ini. Pembuatan
satu unit rangka jaring apung membutuhkan modal senilai Rp.
34,321,000 per unit. Umur ekonomis konstruksi rangka jaring
apung mencapai 5 tahun.
64
Gambar 4.1 Kerangka Jaring Apung Ganda
b. Benih Ikan
Bagian yang sangat penting dalam sarana produksi usaha
keramba jaring apung ini yaitu benih ikan. Dalam pemanfaatan
perairan Waduk Cirata terutama untuk usaha keramba jaring
apung, terdapat beberapa spesies ikan yang dibudidayakan yang
sebagian besar berupa ikan mas (Cyprinus carpio) dan nila
(Oreochromis nilaticus) dengan sistem keramba jaring apung ganda
(KJA-G).
Benih yang digunakan pada saat pertama kali dimasukkan ke
dalam kolam adalah benih yang berukuran 80 ekor per kg yang
seringkali disebut sebagai benih sangkal. Benih tersebut berasal
dari berbagai daerah diantaranya Bandung dan Subang. Benih yang
65
No Komponen Satuan Jumlah unit Harga (Rp/unit)
1 Pakan ikan Kg 8,000 8,750
2 Benih ikan
a. ikan mas Kg 400 33,000
b. ikan nila Kg 300 24,500
berasal dari daerah Bandung berbeda dengan benih yang berasal
dari Subang dalam ukuran benih yang dipasarkan. Benih dari
Subang berjumlah 80 ekor per kg, sedangkan benih dari Bandung
berjumlah 150 ekor per kilogram atau berukuran batang korek api.
Petani lebih gemar membeli benih yang berasal dari Subang
dikarenakan daya tahan benih yang cenderung lebih kuat terhadap
penyakit dibandingkan dengan benih dari daerah Bandung. Benih
diperoleh petani melalui petani pendeder yang disalurkan bandar
yang datang ke lokasi kolam.
Gambar 4.2 Benih Ikan Mas dan Ikan Nila
Tabel 4.2
Harga dan Jumlah Unit Pakan dan Benih Ikan Mas
Maupun Ikan Nila
Sumber : Data diolah
66
Harga benih yang diperoleh petani untuk satu kilogram benih
ikan mas sebesar Rp 33.000,00 per kg sedangkan untuk ikan nila
sebesar Rp 24.500,00 per kg. Setiap petak kolam dimasukkan
benih sebanyak 100 kg untuk jenis ikan mas, sehingga dalam satu
musim tanam petani memerlukan 400 kg benih ikan mas untuk
setiap unit keramba. Untuk ikan nila, jumlah benih yang
dimasukkan ke dalam jaring bawah atau kolor adalah 300 kg per
unit keramba. Petani mengaku seringkali mengalami kesulitan
untuk memperoleh benih dikarenakan jumlah pedagang atau
bandar benih yang terbatas dalam memenuhi permintaan terhadap
benih yang kian lama semakin meningkat. Ketersediaan jumlah
pedagang benih terbatas menyebabkan harga benih kian mengalami
peningkatan.
c. Pakan Ikan
Jenis pakan yang digunakan untuk memberi makan ikan yang
dibudidayakan dalam perairan waduk ini adalah jenis pakan
konsentrat buatan. Ukuran pakan yang diberikan kepada ikan
beragam disesuaikan dengan umur ikan. Saat benih dimasukkan ke
kolam atau pada awal musim tanam hingga berumur satu bulan,
pakan yang diberikan adalah pakan dengan ukuran 2mm. Setelah
ikan berumur lebih dari satu bulan pakan yang diberikan diganti
dengan pakan yang berukuran 3 mm.
67
Ikan diberi makan dengan frekuensi pemberian pakan 3 hingga
4 kali sehari. Ketika benih masih berukuran kecil yaitu berukuran
batang korek api, benih diberikan pakan kecil yang berukuran 2
mm. Setelah ikan mencapai ukuran 80 ekor per kilogram, pakan
yang diberikan yaitu pakan yang berukuran 3 mm. Terdapat dua
jenis merk pakan berukuran 3 mm yang digunakan oleh petani,
yaitu pakan merk Laju, Turbo dan Jatra. Pakan tersebut dapat
diperoleh petani dengan kisaran harga Rp 8.750,00 per kilogram
dapat dilihat di tabel 4.2.
Gambar 4.3 Pakan Ikan Mas
d. Tenaga Kerja
Pemberian pakan yang teratur dan penjagaan kolam dalam
usaha keramba jaring apung menjadi kegiatan yang penting untuk
memperlancar produksi. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja
yang bertugas untuk memberi pakan dan menjaga kolam agar
terhindar dari resiko kematian ikan. Tenaga kerja tersebut dapat
68
berasal dari luar maupun tenaga kerja yang masih ada ikatan
keluarga dari petani pemilik usaha ini.
Dibutuhkan satu orang tenaga kerja untuk mengelola 5 sampai
10 unit kolam dengan upah sebesar Rp 2.500.000,00 per bulan,
dengan masa kerja selama 120 hari dalam satu musim tanam.
Pekerja mengaku tidak mengalami kelelahan untuk menjalankan
pekerjaan ini, karena tugas mereka hanya memberi pakan sesuai
jadwal dan menjaga kolam saat malam hari, selebihnya waktu
dipergunakan untuk istirahat dan bersantai.
Jadwal pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pukul 07.00
– 09.00, siang hari pukul 11.00 – 13.00, sore hari pukul 14.00 –
16.00, dan terakhir pada pukul 16.30 sampai selesai. Pemberian
pakan pada siang hari sampai sore hari memiliki rentang waktu
yang cukup singkat dikarenakan pada waktu tersebut adalah masa
produktifnya pemberian pakan ikan, kondisi tersebut dapat dilihat
dari ciri-ciri ikan yang lapar akan berkumpul dipermukaan air. Lain
halnya ketika ikan tidak berkumpul di permukaan atas air maka
pekerja tidak perlu memberikan pakan. Hal tersebut dikarenakan
ketika ikan tidak dalam kondisi lapar, ikan berada di permukaan
bawah kolam, sehingga pemberian pakan justru akan menjadi tidak
bermanfaat karena pakan akan tidak termakan dan mengendap di
perairan.
69
Kegiatan penjagaan kolam dilakukan ketika malam hari.
Penjagaan kolam dilakukan dengan cara mengawasi kolam, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena banyaknya
orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti mengambil
ikan yang sudah siap panen atau merobek jaring dengan tujuan
ikan-ikan pada keluar atau kabur dari jaring.
e. Panen dan Penanganan Pasca Panen
Panen ikan mas dilakukan sampai usia pemeliharaan selama
tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan. Panen ikan dilakukan
pada pagi hari dan ikan akan diangkat atau ditimbang pada malam
hari, dan ikan yang akan dipanen dipuasakan selama satu hari
dengan tujuan agar pada saat pendistribusian ikan tidak banyak
mengeluarkan kotoran yang dapat menyebabkan racun. Panen ikan
dilakukan dengan cara mengangkat jaring sehingga dapat
mempermudah penangkapan ikan, kemudian dilakukan
penimbangan. Ikan mas didistribusikan dengan cara memasukan
ikan kedalam plastik yang diberi air bersih dan oksigen, sedangkan
ikan nila memiliki kondisi fisik lebih kuat dimasukan ke dalam
drum plastik yang diberi air tanpa oksigen. Penimbangan dan
pendistribusian ikan mas dilakukan pada malah hari karena
meminimalkan resiko ikan mati pada saat perjalanan jauh dan
cuaca yang panas jika pada siang hari.
70
2. Aspek Manajemen
Aspek manajemen pada usaha keramba jaring apung ganda (KJA-
G) di Waduk Cirata ini terdiri dari struktur organisasi, tanggung jawab
dan wewenang pada kegiatan usaha. Struktur organisasi pada usaha ini
terdiri atas petani pemilik keramba jaring apung sebagai ketua dan
tenaga kerja sebagai anggota. Petani pemilik keramba jaring apung
memiliki wewenang sebagai pemilik modal dalam usaha ini dan
bertanggung jawab menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk
kegiatan budidaya. Tenaga kerja sebagai anggota memiliki tanggung
jawab dalam kegiatan pemeliharaan dan pembesaran ikan dalam
keramba jaring apung untuk setiap musim tanamnya dengan
mendapatkan imbalan berupa upah per bulan.
Kegiatan yang harus dilakukan pekerja adalah memberikan pakan
dan menjaga kolam. Pakan diberikan pada jadwal yang telah ditentukan
yaitu dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00, siang hari pukul
11.00 – 13.00, sore hari pukul 14.00 – 16.00, dan terakhir pada pukul
16.30 sampai selesai. Kegiatan penjagaan kolam dilakukan ketika
malam hari. Penjagaan kolam dilakukan dengan cara mengawasi kolam,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena banyaknya
orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti mengambil ikan
yang sudah siap panen atau merobek jaring dengan tujuan ikan-ikan
pada keluar atau kabur dari jaring.
71
3. Aspek Ekonomi
Analisis usaha keramba jaring apung ganda (KJA-G) di Waduk
Cirata dari segi aspek ekonomi dilihat berdasarkan peranan usaha
tersebut dalam pembangunan ekonomi masyarakat sekitar Waduk
Cirata. Usaha keramba jaring apung ganda (KJA-G) di Waduk Cirata
mampu memberikan manfaat ekonomi kepada warga sekitar waduk.
Kegiatan produksi usaha keramba jaring apung ganda (KJA-G) di
Waduk Cirata membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman dalam
bidang budidaya perikanan.
Usaha ini mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga
sekitar waduk dengan menjadikan mereka sebagai tenaga kerja untuk
melakukan kegiatan produksi seperti pembesaran ikan dan penjagaan
kolam.
Selain sebagai pekerja yang turun langsung dalam pemberian pakan
dan penjagaan kolam, warga sekitar waduk yang memiliki keterampilan
dalam membuat rangka kontruksi jaring apung dan pembuatan perahu
dapat memanfaatkan keterampilannya dengan membuka jasa
pembuatan rangka konstruksi keramba jaring apung dan perahu yang
digunakan untuk memperlancar kegiatan produksi dalam usaha ini.
Kegiatan usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata ini memiliki
manfaat ekonomi bagi masyarakat sehingga mampu meningkatkan
pendapatan mereka.
72
4. Aspek Pasar
Aspek pasar menganalisis permintaan dan penawaran terhadap
usaha keramba jaring apung ganda (KJA-G) di Waduk Cirata. Kegiatan
usaha keramba jaring apung ganda (KJA-G) di Waduk Cirata mampu
berperan dalam memenuhi kebutuhan permintaan ikan di Indonesia
khususnya Jawa Barat.
a. Permintaan
Permintaan ikan di Indonesia tergolong cukup besar, hal
tersebut dapat dilihat dari jumlah konsumsi ikan oleh masyarakat
Jawa Barat yang mencapai 24,09 kg per kapita per tahun. Ikan mas
dan nila merupakan salah satu ikan yang banyak digemari oleh
masyarakat sehingga permintaan akan ikan tersebut tergolong
cukup tinggi. Namun seiring dengan tingginya permintaan akan
ikan mas, masih belum diimbangi dengan produksi ikan mas yang
masih sulit. Oleh sebab itu, dengan adanya usaha keramba jaring
apung ganda (KJA-G) ini sangat membantu pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan ikan di masyarakat.
b. Penawaran
Jumlah penawaran ikan hasil produksi usaha keramba jaring
apung ganda (KJA-G) di Waduk Cirata dapat diperoleh
berdasarkan data jumlah produksi ikan dari usaha ini. Hasil
produksi ikan dari usaha keramba jaring apung ini mencapai 5.200
kg per unit untuk setiap musim tanamnya.
73
5. Aspek Pemasaran
Menurut Philip Kotler pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta
mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
Menurut McCarthy dalam (Kotler, 2002: 18), mengklasifikasikan
alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P
(4P) dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price), lokasi dan
distribusi (place) dan promosi (promotion).
a. Produk
Produk ikan mas dan ikan nila yang dijual disesuaikan dengan
kebutuhan pasar baik dalam ukuran, bentuk dan kualitas atau mutu.
Ukuran ikan mas yang dijual berkisar antara 125-250 gram per
ekor, sedangkan untuk ikan nila sekitar 320-500 gram per ekor.
Kesinambungan penjualan ikan mas dan nila perlu ditingkatkan
untuk memenuhi permintaaan pasar dengan cara mengatur pola
tanam. Bentuk ikan mas dan nila yang dijual berupa ikan hidup
atau ikan segar sesuai dengan permintaan pasar, sehingga mutu
ikan dapat dipertahankan.
b. Harga
Harga produk merupakan salah satu komponen yang perlu
diperhatikan dalam pemasaran agar dapat bersaing dengan produk
yang sama. Harga ikan mas pada tingkat petani yang berasal dari
74
daerah penelitian dijual lebih rendah dari harga ikan yang berasal
dari luar daerah, sehingga memiliki daya saing yang cukup tinggi.
c. Lokasi dan Distribusi
Distribusi ikan mas dan ikan nila di Waduk Cirata
menggunakan transportasi darat yaitu mobil dengan cara
menggunakan plasti bag yang dilengkapi dengan pemberian
oksigen dengan tujuan ikan akan tetap dalam keadaan hidup
sampai kepada distributor atau pedagang pengumpul. Saluran
distribusi penjualan ikan mas dan ikan nila di daerah penelitian
dapat dilihat pada Gambar. Pola penjualan ikan mas dan ikan nila
dimulai dari petani kemudian kepada distributor atau pedagang
pengumpul yang akan didistribusikan lagi kepada pedagang
pengecer lalu dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir,
ataupun bisa langsung dari distributor atau pedagang pengumpul
kepada konsumen akhir. Konsumen akhir disini seperti restoran,
pemancingan, rumah makan dan rumah tangga.
Gambar 4.4
Saluran Distribusi Penjualan Ikan Mas
dan Ikan Nila di Waduk Cirata
75
d. Promosi
Pemerintah Daerah telah berupaya membantu promosi produk
perikanan dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan
masyarakat yaitu melalui program Gerakan Makan Ikan
(Gemarikan) dan pameran pembangunan. Beberapa kegiatan
promosi yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan poster dan
leaflet berisi tentang manfaat ikan dan cara memilih ikan yang
aman (food safety).
6. Aspek Sosial
Aspek sosial menganalisis implikasi sosial dari usaha keramba
jaring apung. Usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata memiliki
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari usaha ini
adalah membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
Waduk Cirata. Usaha ini membutuhkan tenaga kerja yang ditugaskan
dalam pemberian pakan ikan dan penjagaan kolam. Selain memiliki
dampak positif bagi masyarakat setempat, usaha keramba jaring apung
di Waduk Cirata memiliki dampak negatif terhadap lingkungan perairan
waduk. Sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan dan sisa hasil
metabolisme ikan akan mengendap di dasar waduk dan menjadi
sedimen. Hal tersebut akan mempengaruhi umur waduk dan
mengurangi daya tampung waduk.
76
7. Analisis Aspek Dampak Lingkungan
Pemeliharaan ikan mas dan nila pada KJA di waduk memiliki
dampak positif dan negatif terhadap lingkungan perairan dan
masyarakat sekitar waduk. Dampak positif terhadap masyarakat yaitu
dapat terserapnya tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat
diberdayakan mulai dari tingkat petani pembenih, pembesaran dan
penjual serta pemilik sarana transportasi. Dampak positif terhadap
lingkungan yaitu terpeliharanya kelestarian sumber daya ikan di
perairan waduk karena kegiatan perikanan tidak bergantung pada
penangkapan ikan. Sisa-sisa pakan dari KJA dapat dimanfaatkan
sebagai makanan bagi ikan-ikan yang hidup bebas di luar area KJA.
Dampak negatif dari adanya kegiatan usaha pembesaran ikan mas
dan nila pada KJA-G di Waduk Cirata yaitu terlalu banyaknya KJA
yang mengakibatkan sedimentasi atau pedangkalan pada waduk
dikarenakan oleh sisa-sisa pakan yang tidak termakan dan kotoran ikan
yang kemudian menumpuk didasar danau, serta pembuangan sisa-sisa
material yang sudah rusak secara sembarangan sehingga mengakibatkan
pedangkalan dan mengurangi daya tamping air pada waduk. Selain itu
juga dampak dari sedimentasi akan mengakibatkan kematian masal
pada ikan pada saat musim penghujan tiba, disebabkan racun-racun
yang ada didasar naik kepermukaan.
77
8. Aspek Finansial
Untuk menganalisis aspek finansial diperlukan analisis komponen
biaya dan komponen manfaat dari usaha keramba jaring apung di
Waduk Cirata.
Komponen biaya dan manfaat ini dipergunakan untuk
memperkirakan nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Benefit Cost Ratio (BC Rasio), Profitability Index (PI), dan
Payback Period. Analisis finansial usaha keramba jaring apung di
Waduk Cirata ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu :
1. Umur ekonomis adalah lima tahun dihitung berdasarkan kegunaan
ekonomis konstruksi jaring apung.
2. Sumber modal investasi yang digunakan adalah 100% modal
sendiri dan 30% modal pinjaman.
3. Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 6.0 % berdasarkan
nilai bunga simpanan di Bank Umum.
4. Masa pemeliharaan ikan mas selama tiga bulan dan ikan nila
selama enam bulan. Musim tanam ikan mas sebanyak empat kali
musim tanam per tahun dan ikan nila dua musim tanam per tahun.
a. Komponen Biaya
Biaya pada kegiatan usaha keramba jaring apung di Waduk Cirata
meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Komponen
biaya investasi (Tabel 4.3) berasal dari biaya-biaya yang dibutuhkan
untuk membangun konstruksi rangka jaring apung. Biaya investasi yang
dibutuhkan untuk membangun konstruksi rangka jaring apung adalah
78
No Komponen Satuan Jumlah unit Harga(Rp/unit) Jumlah biaya (Rp)
1 Drum plastik buah 25 185,000 4,625,000
2 Besi lente 40 96,000 3,840,000
3 Baut 2cm dus 2 140,000 210,000
4 Paku 10cm kg 12 13,000 156,000
5 Kayu kaso meter 60 6,000 360,000
6 Bambu atas batang 60 12,000 720,000
7 Bambu gombong batang 12 110,000 1,320,000
8 Saung supa unit 1 1,200,000 1,200,000
9 Jaring kg 140 120,000 16,800,000
10 Jangkar
a. pemberat sudut unit 4 150,000 600,000
b. pemberat bandul unit 41 10,000 410,000
11 Tambang
a. ukuran 5mm kg 6 40,000 240,000
b. ukuran 6mm kg 6 40,000 240,000
c. ukuran 10mm kg 30 40,000 1,200,000
12 Ongkos kerja
a. jahit jaring paket 1 900,000 900,000
b. kontruksi paket 1 1,500,000 1,500,000
13 Perahu unit 1 7,000,000 7,000,000
14 Rumah Apung unit 1 15,000,000 15,000,000
15 Biaya modal kerja awal 90,550,000
Total Biaya 146,871,000
sebesar Rp 34.321.000,00. Pada komponen biaya investasi, biaya
pembuatan rumah apung sebesar Rp 15.000.000,00 atau sekitar 30,8
persen, sedangkan pembelian bahan jaring sebesar Rp 16.800.000,00
atau sekitar 26,15 persen yang merupakan komponen biaya investasi
terbesar dari total biaya kontruksi kerangka jaring apung, sedangkan
biaya yang paling besar yaitu pada biaya modal kerja awal sebesar Rp.
90.550.000,00 atau sekitar 61,3 persen dari total biaya investasi, jadi total
biaya investasi sebesar Rp. 146.871.000,00 dari jumlah biaya kontruksi
jaring apung dan biaya modal kerja awal.
Tabel 4.3
Biaya Investasi Usaha Keramba Jaring
Apung Ganda(KJA-G)
Sumber : Data diolah
Sementara itu komponen biaya operasional per musim tanam
(Tabel 4.4) terdiri dari biaya pembelian pakan ikan, dan benih ikan.
Berdasarkan perhitungan terhadap biaya operasional menunjukkan
bahwa komponen terbesar biaya operasional berasal dari pembelian
79
No Komponen Satuan Jumlah unit Harga (Rp/unit) Jumlah biaya
1 Pakan ikan Kg 8,000 8,750 70,000,000
2 Benih ikan
a. ikan mas Kg 400 33,000 13,200,000
b. ikan nila Kg 300 24,500 7,350,000
Jumlah 90,550,000
pakan ikan mencapai Rp 70.000.000,00 per musim tanamnya.
Biaya pakan menyumbang 78,75 persen terhadap total biaya
operasional dikarenakan pembesaran ikan di keramba jaring apung
memerlukan pemberian pakan buatan secara intensif. Komponen
biaya operasional selanjutnya yaitu biaya pengadaan benih ikan
jenis ikan mas maupun ikan nila yaitu mencapai 21,24 persen dari
total biaya operasional atau sebesar Rp. 20.550.000,00 per musim
tanam. Total biaya operasional keramba jaring apung yaitu sebesar
Rp. 90.550.000,00 per musim tanam.
Tabel 4.4
Biaya Operasional KJA-G Permusim Tanam
Sumber : Data diolah
Sementara itu pada tabel biaya operasional tanam per tahun
(Tabel 4.5) dapat dilihat bahwa biaya operasional ikan mas per
tahun yaitu sebesar Rp. 332.800.000,00 atau sekitar 96 persen dari
total biaya operasional per tahun. Komponen-komponen biaya
operasional per tahun meliputi biaya pakan ikan sebesar Rp.
70.000.000,00, dan biaya benih ikan mas sebesar Rp.
13.200.000,00. Hasil dari penjumlahan biaya pakan ikan dan biaya
benih ikan mas yaitu sebesar Rp. 83.200.000,00, dan hasil tersebut
80
Pakan ikan 70,000,000
Benih ikan mas 13,200,000
Jumlah 83,200,000
Musim tanam ikan 4
Total 332,800,000
Benih ikan nila 7,350,000
Musim tanam ikan 2
Total 14,700,000
Total biaya operasional per tahun 347,500,000
Biaya operasional ikan mas per tahun
Biaya operasional ikan nila per tahun
di kali empat untuk musim tanam ikan mas yang berarti total biaya
operasional musim tanam ikan mas per tahun yaitu sebesar Rp.
332.800.000,00. Hasil tersebut dikarenakan ikan mas
membutuhkan pemberian pakan yang berkala untuk hasil yang
maksimal. Sedangkan pada biaya operasional musim tanam ikan
nila per tahun sebesar Rp. 14.700.000,00 atau sekitar 4,0 persen
dari total biaya operasional per tahun. Komponen pada biaya
operasional ikan nila per tahun yaitu pembelian benih ikan nila
sebesar Rp. 7.350.000,00 dan biaya tersebut di kali dua musim
tanam ikan nila. Hasil tersebut dikarenakan biaya operasional ikan
nila tidak membutuhkan pemberian pakan secara intensif, ikan nila
hanya memakan sisa-sisa atau debu dari pemberian pakan pada
ikan mas untuk berkembang karena itu waktu sampai ikan nila siap
panen menjadi lebih lama yaitu sekitar enam bulan. Jadi total biaya
operasional musim tanam ikan mas dan ikan nila yaitu sebesar Rp.
347.500.000,00 per tahun.
Tabel 4.5
Biaya Operasional KJA-G per Tahun
Sumber : Data diolah
81
No Komponen Jumlah biaya (Rp) Total per tahun (Rp)
1 Gaji pegawai (per bulan) 2,500,000 30,000,000
2 Perawatan
a. pemeriksaan jaring setelah masa panen (per tahun) 1,500,000 1,500,000
3 Tagihan listrik (per bulan) 100,000 1,200,000
4 Retribusi pada PT.PJB dan BPWC (per tahun) 200,000 200,000
Jumlah biaya tetap 32,900,000
Komponen biaya tetap dapat dilihat pada tabel 4.6. ,komponen
biaya yang harus dikeluarkan terdiri dari gaji pegawai, perawatan
yaitu pemeriksaan jaring setelah masa panen, tagihan listrik, dan
retribusi pada PT. PJB dan BPWC.
Jumlah biaya tetap Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
yaitu sebesar Rp. 32.900.000,00 terdiri dari biaya gaji pegawai
sebesar Rp. 2.500.000,00 per bulan, yang berarti jika per tahun
sebesar Rp. 30.000.000,00. Selanjutnya ada biaya perawatan yaitu
meliputi pemeriksaan jaring setelah masa panen sebesar Rp.
1.500.000,00 per tahun. Selanjutnya ada biaya tagihan listrik
sebesar Rp. 100.000,00 per bulan, jumlah tersebut ditentukan oleh
jumlah gantungan lampu yang terpasang, yaitu tiga gantungan
yang terletak di rumah jaga dua buah, dan di saung supa atau
tempat pemberian pakan ikan satu buah. Selanjutnya ada biaya
retribusi pada PT.PJB dan BPWC yaitu sebesar Rp. 200.000,00 per
tahun.
Tabel 4.6
Biaya Tetap Keramba Jaring Apung Ganda KJA-G
Sumber : Data diolah
82
No Komponen Jumlah biaya (Rp)
1 Penggantian bambu dan balok kayu (Kaso) pada tahun ke dua 2,800,000
Komponen biaya reinvestasi dapat dilihat pada tabel 4.7,
komponen biaya yang harus dikeluarkan yaitu untuk penggantian
bambu dan balok kayu (Kaso) yang dilakukan pada tahun ke dua
yaitu sebesar Rp. 2.800.000,00. Penggantian bambu dan balok
kayu (Kaso) yang dilakukan pada tahun ke dua dikarenakan
komponen tersebut sudah lapuk jadi harus segera diganti.
Tabel 4.7
Biaya Reinvestasi Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G)
Sumber : Data diolah
b. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) adalah berasal dari hasil panen ikan mas dan ikan
nila. Dalam satu tahun masa panen ikan mas dilakukan empat kali,
sedangkan ikan nila hanya dua kali.
Dapat dilihat pada (tabel 4.8). Bahwa pendapatan usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) yaitu sebesar
Rp.483.040.000,00. Jumlah tersebut dihasilkan dari panen ikan
mas yaitu sebesar Rp.439.400.000,00 dan panen ikan nila sebesar
Rp.43.640.000,00.
83
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 114,400,000 114,400,000 114,400,000 114,400,000 114,400,000
b. Panen Ke-2 111,800,000 111,800,000 111,800,000 111,800,000 111,800,000
c. Panen Ke-3 109,200,000 109,200,000 109,200,000 109,200,000 109,200,000
d. Panen Ke-4 104,000,000 104,000,000 104,000,000 104,000,000 104,000,000
jumlah 439,400,000 439,400,000 439,400,000 439,400,000 439,400,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000
b. Panen Ke-2 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
jumlah 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000
Total pendapatan 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
Tabel 4.8
Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
Dengan Target Produktivitas 60%
Sumber : Data diolah
c. Laba/Rugi
Pada tahun pertama, usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G) memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp.
88.021.457,00. Kemudian, pada tahun kedua usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) memperoleh keuntungan sebesar Rp.
85.221.457,00. Setelah itu, pada tahun ketiga keuntungan usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) sebesar Rp. 88.021.457,00
dan seterusnya keuntungan usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G) dapat dilihat di tabel 4.7. Berikut adalah ikhtisar laba/rugi
usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dapat dilihat pada
tabel 4.9.
84
No Uraian Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)
1 Pendapatan 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
2 Biaya-biaya
a. Biaya Tetap 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
b. Biaya Penyusutan 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
c. Biaya Operasional 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 2,800,000 0 2,800,000 0
3 Laba Kotor 92,851,857 90,051,857 92,851,857 90,051,857 92,851,857
4 Pajak 1% 4830400 4830400 4830400 4830400 4830400
5 Laba Bersih 88,021,457 85,221,457 88,021,457 85,221,457 88,021,457
Tabel 4.9
Ikhtisar Laba/Rugi Usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G)
Sumber : Data diolah
d. Hasil Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-
G) menggunakan beberapa kriteria kelayakan investasi yaitu, Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit/Cost Ratio (Net B/C), dan Profitability Index (PI).
Sedangkan Payback Period (PP) digunakan untuk menghitung
jangka waktu pengembalian investasi pada usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G).Semua hasil analisis kelayakan usaha
menggunakan asumsi 100% modal sendiri dan 30% modal
pinjaman. Berikut adalah hasil analisis kelayakan usaha Keramba
Jaring Apung Ganda (KJA-G) di Waduk Cirata.
1). Net Present Value (NPV)
NPV merupakan nilai sekarang dari proyek yang sedang
dijalankan. NPV diperoleh dengan mendiskontokan selisih
antara jumlah kas yang masuk dengan jumlah kas yang keluar
85
Tahun Net Cash Flow DF 6% Present Value
1 124,409,457 0.94 117,367,412
2 121,609,457 0.89 108,231,984
3 124,409,457 0.84 104,456,579
4 121,609,457 0.79 96,326,080
5 129,801,557 0.75 96,995,274
523,377,330
146,871,000
376,506,330
Total Present Value
Investasi
Net Present Value
Tahun Net Cash Flow DF 6% Present Value
1 112,953,519 0.94 106,559,924
2 110,153,519 0.89 98,036,240
3 112,953,519 0.84 94,837,953
4 110,153,519 0.79 87,251,904
5 118,345,619 0.75 88,434,731
475,120,752
146,871,000
328,249,752
Total Present Value
Investasi
Net Present Value
tiap tiap tahun dengan tingkat bunga yang telah ditentukan
sebelumnya. Berikut adalah hasil perhitungan NPV pada usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan asumsi 100%
modal sendiri dan 30% modal pinjaman.
Tabel 4.10
Net Present Value Usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) 100% Modal Sendiri
Sumber : Data diolah
Tabel 4.11
Net Present Value Usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G) 30% Modal Pinjaman
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Net Present Value dengan
Discount Factor (DF) 6% pada tabel 4.10, dapat dilihat bahwa
usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan 100%
86
modal sendiri dapat menghasilkan NPV positif sebesar Rp.
376.506.330,00, yang berarti bahwa usaha Keramaba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) dengan 100% modal sendiri akan
memberikan keuntungan sebesar Rp. 376.506.330,00 selama 5
tahun umur proyek menurut nilai waktu sekarang.
Kemudian berdasarkan hasil perhitungan Net Present
Value dengan Discount Factor (DF) 6% pada tabel 4.11, dapat
dilihat bahwa usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
dengan 30% modal pinjaman dapat menghasilkan NPV positif
sebesar Rp. 328.249.752,00, yang berarti bahwa usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan 30% modal
pinjaman akan memberikan keuntungan sebesar Rp.
328.249.752,00 selama 5 tahun umur proyek menurut nilai
waktu sekarang.
Dengan demikian, berdasarkan kritertia kelayakan NPV
lebih besar dari 0, maka dapat dikatakan usaha ini layak
dengan asumsi 100% modal sendiri maupun 30% modal
pinjaman
2). Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat bunga yang apabila dipergunakan
untuk mendiskonto seluruh selisih kas masuk pada tahun-tahun
proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan
jumlah investasi proyek. Untuk mendapatkan nilai IRR, maka
87
Tahun Net Cash Flow DF 83% Present Value
1 124,409,457 0.55 67,983,310
2 121,609,457 0.30 36,313,254
3 124,409,457 0.16 20,300,191
4 121,609,457 0.09 10,843,338
5 129,801,557 0.05 6,324,475
141,764,568
146,871,000
-5,106,432
Total Present Value
Investasi
Net Present Value
Tahun Net Cash Flow DF 6% Present Value
1 124,409,457 0.94 117,367,412
2 121,609,457 0.89 108,231,984
3 124,409,457 0.84 104,456,579
4 121,609,457 0.79 96,326,080
5 129,801,557 0.75 96,995,274
523,377,330
146,871,000
376,506,330
Total Present Value
Investasi
Net Present Value
ditentukan rate bunga saat NPV = 0. IRR dapat
menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian
atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR
harus lebih besar dari opportunity cost of capital agar rencana
atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan. Berikut adalah
hasil perhitungan IRR pada usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) dengan asumsi 100% modal sendiri dan 30%
modal pinjaman.
Tabel 4.12
Perhitungan NPV (100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Tabel 4.13
Perhitungan NPV (100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
88
Dengan menggunakan rumus maka hasil IRR (100%
modal sendiri) adalah :
[ ]
Berdasarkan hasil IRR sebesar 81,97% yang berarti bahwa
usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan 100%
modal sendiri akan memberikan laju keuntungan sebesar
81,97% per tahun, nilainya juga lebih besar dari tingkat bunga
yang dipersyaratkan yaitu 6%. Maka, dapat dikatakan usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) layak untuk dilakukan.
Tabel 4.14
Tabel Perhitungan NPV (30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
89
Tahun Net Cash Flow DF 72% Present Value
1 112,953,519 0.58 65,670,651
2 110,153,519 0.34 37,234,153
3 112,953,519 0.20 22,198,030
4 110,153,519 0.11 12,585,909
5 118,345,619 0.07 7,861,582
145,550,325
146,871,000
-1,320,675
Total Present Value
Investasi
Net Present Value
Tabel 4.15
Tabel Perhitungan NPV (30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
Dengan menggunakan rumus maka hasil IRR (30% modal
pinjaman) adalah:
[ ]
Berdasarkan hasil IRR sebesar 71,74% yang berarti bahwa
usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan 30%
modal pinjaman akan memberikan laju keuntungan sebesar
71,74% per tahun, nilainya juga lebih besar dari tingkat bunga
yang dipersyaratkan yaitu 6%. Maka, dapat dikatakan usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) layak.
3). Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit/Cost Ratio diperoleh dari perbadingan total
aliran manfaat dengan total aliran biaya selama umur usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G), semua total aliran
manfaat dan biaya tersebut didiskontokan dengan nilai
90
DF PV Benefit PV Cost
455,698,113 368,102,022
429,903,880 349,758,048
405,569,698 327,609,489
382,612,923 311,283,418
364,984,879 291,571,279
Investasi 146,871,000
Total 3,401,403,024 1,795,195,255
Net B/C Ratio
0.06
1.89
DF PV Benefit PV Cost
455,698,113 378,909,510
429,903,880 359,953,792
405,569,698 337,228,115
382,612,923 320,357,594
364,984,879 300,131,822
Investasi 146,871,000
Total 3,401,403,024 1,843,451,833
Net B/C Ratio
0.06
1.85
discount factor yaitu 6%. Dengan demikian, nilai yang
didapatkan adalah:
Tabel 4.16
Tabel Perhitungan Net B/C Ratio (100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa hasil Net B/C adalah
sebesar 1,89. Hal ini menunjukan bahwa setiap Rp. 1,00 biaya
yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp.
1,89. Sehingga, menurut kriteria kelayakan Net B/C usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan 100% modal
sendiri adalah layak untuk dijalankan.
Tabel 4.17
Tabel Perhitungan Net B/C Ratio (30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
91
NPV 376,506,330 328,249,752
Biaya Investasi 146,871,000 146,871,000
PI 2.56 2.23
100% Modal
Sendiri
30% Modal
Pinjaman
Sedangkan pada tabel 4.17 dengan asumsi 30% modal
pinjaman, hasil Net B/C pada usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) adalah sebesar 1,85, turun sebesar 0,04
dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Namun, hasil ini
masih dalam kriteria layak, karena setiap pengeluaran biaya
sebesar Rp. 1,00 akan menghasilkan manfaat sebesar Rp. 1,85.
4). Profitability Index (PI)
Profitability Index digunakan untuk mengukur seberapa
baiknya usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dalam
menghasilkan keuntungan. PI dapat dihitung dengan
membandingkan Net Present Value usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) dengan biaya investasinya. Berikut
adaah hasil perhitungan PI usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) pada tabel 4.18.
Tabel 4.18
Hasil Perhitungan Profitability Index
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.18 diatas, dapat dilihat bahwa usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) memiliki nilai PI
sebesar 2,56 dengan asumsi 100% modal sendiri dan nilai PI
sebesar 2,23 dengan asumsi 30% modal pinjaman. Hasil ini
92
menyatakan bahwa usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G) adalah layak untuk dijalankan karena memiliki nilai
PI lebih besar dari 1.
5). Payback Period (PP)
Payback Period digunakan untuk mengukur jangka waktu
yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi awal
yang telah dikeluarkan oleh pemilik usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G). Periode pengembalian untuk investasi
antara lain:
Investasi (100% modal sendiri) : Rp. 146.871.000
Proceeds tahun 1 : Rp. 124.409.457 -
Sisa : Rp. 22.461.543
Proceeds tahun 2 : Rp. 121.609.457 :
: 0,18470
Payback Period = 1 + (22.461.543/121.609.457) = 1 + (0,18470 tahun x12bulan)
= 2 bulan + (0.21642 x 30 hari)
= 6 hari
PP = 1 tahun 2 bulan 6 hari
Investasi (30% modal pinjaman) : Rp. 146.871.000
Proceeds tahun 1 : Rp. 112.953.519 -
Sisa : Rp. 33.917.481
Proceeds tahun 2 : Rp. 110.153.519 :
: 0,30791
Payback Period = 1+ (33.917.481/110.153.519) = 1 + (0,30791 tahun x12bulan)
= 3 bulan + (0.69493 x 30 hari)
= 20 hari
PP = 1 tahun 3 bulan 20 hari
Berdasarkan investasi dengan modal 100% milik sendiri
pada usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) maka
93
periode waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya
investasi awal adalah selama 1 tahun 2 bulan 6 hari.
Sedangkan untuk investasi dengan modal 30% berasal dari
pinjaman, maka periode waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan biaya investasi awal adalah selama 1 tahun 3
bulan 20 hari.
e. Analisa Sensitivitas
1). Penurunan Pendapatan.
Analisa sensitivitas ini akan mengukur seberapa besar
pengaruh yang ditimbulkan dari penurunan pendapatan atau
penurunan target produktivitas sebesar 5%,penurunan target
produktivitas sebesar 8%, dan penurunan target produktivitas
sebesar 9% terhadap kelayakan usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G). Penurunan pendapatan sebesar 5%, 8%, dan
9% ini dapat terjadi disebabkan oleh berbagai faktor seperti,
factor cuaca dan factor penyakit sehingga pemberian pakan
akan dikurangin dari yang biasanya empat kali sampai lima
kali dalam satu hari bisa menjadi cuma satu atau dua kali saja
dalam satu hari, hal ini dikarenakan untuk meminimalisir
jumlah kematian ikan. Analisis ini menggunakan asumsi usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) menggunakan 100%
modal sendiri dan asumsi 30% modal pinjaman. Sehingga
didapatkan hasil analisis sebagai berikut.
94
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 150,979,743 Layak
2 Internal Rate of Return 39.17 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 1.01 Layak
4 Profitability Index 1.03 Layak
5 Payback Period 2 tahun 1 bulan 10 hari
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 235,552,213 Layak
2 Internal Rate of Return 56.50 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 1.06 Layak
4 Profitability Index 1.60 Layak
5 Payback Period 1 tahun 7 bulan 18 hari
Tabel 4.19
Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5%
(100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dapat menyesuaikan
dengan perubahan penurunan pendapatan sebesar 5%. Usaha
ini dikatakan layak karena memiliki nilai NPV yang positif,
tingkat IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan yaitu 6 %, dan memiliki nilai Net B/C serta PI
yang lebih besar dari 1. Selain itu, waktu pengembalian
investasi usaha ini adalah selama 1 tahun 7 bulan 18 hari.
Tabel 4.20
Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 8%
(100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Sedangkan berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa
usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan
95
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 122,788,920 Layak
2 Internal Rate of Return 33.74 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 0.99 Tidak Layak
4 Profitability Index 0.84 Tidak Layak
5 Payback Period 2 tahun 3 bulan 29 hari
perubahan penurunan pendapatan sebesar 8% usaha ini masih
dikatakan layak karena memiliki nilai NPV yang positif,
tingkat IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan yaitu 6%, dan memiliki nilai Net B/C serta PI lebih
besar dari 1. Selain itu waktu pengembalian investasi usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) ini adalah selama 2
tahun 1 bulan 10 hari.
Tabel 4.21
Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 9%
(100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Sedangkan pada tabel 4.21 Dapat dilihat apabila
penurunan pendapatan mencapai 9% atau lebih maka usaha ini
dianggap tidak layak, karena meskipun memiliki NPV yang
positif dan tingkat IRR yang lebih besar dari tingkat bunga
yang disyaratkan, tetapi usaha ini memiliki Net B/C dan PI
yang lebih kecil dari 1, dan selain itu waktu pengembalian
usaha KJA-G ini adalah 2 tahun 3 bulan 29 hari.
Hasil analisis berikutnya adalah penurunan pendapatan 5%
dengan asumsi usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
96
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 187,295,635 Layak
2 Internal Rate of Return 47.79 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 1.03 Layak
4 Profitability Index 1.28 Layak
5 Payback Period 1 tahun 10 bulan 16 hari
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 102,723,165 Layak
2 Internal Rate of Return 29.24 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 0.98 Tidak Layak
4 Profitability Index 0.70 Tidak Layak
5 Payback Period 2 tahun 6 bulan 6 hari
menggunakan 30% modal pinjaman. Hasil analisis terdapat
pada tabel 4.22
Tabel 4.22
Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5%
(30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dapat menyesuaikan
dengan perubahan penurunan pendapatan sebesar 5% pada saat
menggunakan 30% modal pinjaman. Usaha ini dikatakan layak
karena memiliki nilai NPV yang positif, tingkat IRR yang
lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan yaitu 6 %, dan
memiliki nilai Net B/C serta PI yang lebih besar dari 1. Selain
itu, waktu pengembalian investasi usaha ini adalah selama 1
tahun 10 bulan 16 hari.
Tabel 4.23
Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 8%
(30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
97
Sedangkan pada tabel 4.23 Dapat dilihat apabila
penurunan pendapatan mencapai 8% atau lebih pada saat
menggunakan 30% modal pinjaman. Maka usaha ini dianggap
tidak layak, karena meskipun memiliki NPV yang positif dan
tingkat IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan, usaha ini memiliki Net B/C dan PI yang lebih
kecil dari 1 yaitu 0,98 dan 0,70. Selain itu, waktu
pengembalian investasi usaha ini adalah selama 2 tahun 6
bulan 6 hari.
2). Peningkatan Biaya Operasional.
Analisa sensitivitas ini akan mengukur seberapa besar
pengaruh yang ditimbulkan dari peningkatan biaya operasional
sebesar 10% terhadap kelayakan usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G). Peningkatan variabel analisis sensitivitas
untuk kenaikkan biaya operasional sebesar 10% didasarkan
pada hasil perhitungan rata-rata inflasi nasional periode 2011-
2016. Analisis ini menggunakan asumsi usahaKeramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) menggunakan 100% modal sendiri dan
asumsi 30% modal pinjaman. Sehingga didapatkan hasil
analisis sebagai berikut.
98
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 230,126,689 Layak
2 Internal Rate of Return 56.04 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 1.05 Layak
4 Profitability Index 1.57 Layak
5 Payback Period 1 tahun 7 bulan 27 hari
Tabel 4.24
Analisis Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya
Operasional 10% (100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat bahwa usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dapat menyesuaikan
dengan perubahan peningkatan biaya operasional 10%. Usaha
ini dikatakan layak karena memiliki nilai NPV yang positif,
tingkat IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan yaitu 6%, dan memiliki nilai Net B/C serta PI yang
lebih besar dari 1. Kemudian, waktu pengembalian investasi
usaha ini adalah selama 1 tahun 7 bulan 27 hari.
Sedangkan apabila peningkatan biaya operasional
mencapai 17% atau lebih maka usaha ini dianggap tidak layak,
karena meskipun memiliki NPV yang positif dan tingkat IRR
yang lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan, serta
memiliki nilai Net B/C 1, akan tetapi usaha ini memiliki nilai
PI yang lebih kecil dari 1 yaitu sebesar 0,87. Kemudian jangka
waktu pengembalian investasi yang dikeluarkan adalah selama
2 tahun 3 bulan 14 hari. Hasil analisis ini dapat dilihat pada
tabel 4.25.
99
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 181,870,110 Layak
2 Internal Rate of Return 46.23 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 1.02 Layak
4 Profitability Index 1.24 Layak
5 Payback Period 1 tahun 10 bulan 27 hari
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 127,660,940 Layak
2 Internal Rate of Return 40.64 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 1.00 Layak
4 Profitability Index 0.87 Tidak Layak
5 Payback Period 2 tahun 3 bulan 14 hari
Tabel 4.25
Analisis Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya
Operasional 17% (100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Hasil analisis berikutnya adalah peningkatan biaya
operasional 10% dengan asumsi usaha Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) menggunakan 30% modal pinjaman. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel 4.26.
Tabel 4.26
Analisis Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya
Operasional 10% (30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.26 dapat dilihat bahwa usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) dapat menyesuaikan
dengan perubahan peningkatan biaya operasional 10%. Usaha
ini dikatakan layak karena memiliki nilai NPV yang positif,
tingkat IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan yaitu 6%, dan memiliki nilai Net B/C serta PI yang
100
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 79,404,361 Layak
2 Internal Rate of Return 28.92 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 0.97 Tidak Layak
4 Profitability Index 0.54 Tidak Layak
5 Payback Period 2 tahun 9 bulan 10 hari
lebih besar dari 1. Kemudian, waktu pengembalian investasi
usaha ini adalah selama 1 tahun 10 bulan 27 hari.
Sedangkan apabila peningkatan biaya operasional
mencapai 17% atau lebih maka usaha ini dianggap tidak layak,
karena meskipun memiliki NPV yang positif dan tingkat IRR
yang lebih besar dari tingkat bunga, tetapi usaha ini memiliki
nilai Net B/C dan PI yang lebih kecil dari 1, yaitu 0,97 dan
0,54. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.27.
Tabel 4.27
Analisis Sensitivitas Terhadap Peningkatan Biaya
Operasional 17% (30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
3). Penurunan Pendapatan dan Peningkatan Biaya
Operasional.
Analisa sensitivitas ini akan mengukur seberapa besar
pengaruh yang ditimbulkan dari penurunan pendapatan 5% dan
peningkatan biaya operasional sebesar 10% secara bersamaan
terhadap kelayakan usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G). Analisis ini akan menguji apakah usaha Keramba
Jaring Apung Ganda (KJA-G) dengan asumsi 100% modal
sendiri dan asumsi 30% modal pinjaman mampu
101
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 89,172,572 Layak
2 Internal Rate of Return 30.68 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 0.98 Tidak Layak
4 Profitability Index 0.61 Tidak Layak
5 Payback Period 2 tahun 7 bulan 28 hari
menyesuaikan terhadap 2 perubahan variabel secara
bersamaan. Sehingga didapatkan hasil analisis sebagai berikut.
Tabel 4.28
Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5%
dan Peningkatan Biaya Operasional 10%
(100% Modal Sendiri)
Sumber : Data diolah
Dapat dilihat pada tabel 4.28, bahwa usaha Keramba
Jaring Apung Ganda (KJA-G) tidak dapat menyesuaikan
perubahan penurunan pendapatan 5% dan peningkatan biaya
operasional 10% secara bersamaan. Usaha ini dianggap tidak
layak karena meskipun memiliki NPV yang positif, tingkat
IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan yaitu
6%, tetapi usaha ini memiliki nilai Net B/C dan nilai PI yang
lebih kecil dari 1. Kemudian, waktu pengembalian investasi
usaha ini adalah selama 2 tahun 7 bulan 28 hari.
Hasil analisis berikutnya adalah penurunan pendapatan 5%
peningkatan biaya operasional 10% dengan asumsi usaha
Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G) menggunakan 30%
modal pinjaman. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.29.
102
No. Parameter Kelayakan Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value 40,915,993 Layak
2 Internal Rate of Return 20.21 Layak
3 Net Benefit/Cost ratio 0.95 Tidak Layak
4 Profitability Index 0.28 Tidak Layak
5 Payback Period 3 tahun 4 bulan 12 hari
Tabel 4.29
Analisa Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan 5%
dan Peningkatan Biaya Operasional 10%
(30% Modal Pinjaman)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.29, bahwa jika dengan asumsi
menggunakan 30% modal pinjaman usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) tidak dapat menyesuaikan perubahan-
perubahan yang terjadi pada penurunan pendapatan 5% dan
peningkatan biaya operasional 10% secara bersamaan.
Meskipun memiliki nilai NPV yang positif dan tingkat IRR
yang lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan. Tetapi
nilai Net B/C yang lebih kecil dari 1 yaitu 0,95, dan juga nilai
PI lebih kecil dari 1 yaitu sebesar 0,28. Ini menunjukkan
bahwa jika usaha ini menggunakan 30% modal pinjaman,
maka usaha ini akan sangat rentan terhadap perubahan-
perubahan pendapatan dan biaya secara bersamaan. Selain itu,
waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal
juga cukup lama yaitu selama 3 tahun 4 bulan dan 12 hari.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menganalisa kelayakan bisnis usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) yang ditinjau dari berbagai aspek, terutama yang
paling penting adalah kelayakan aspek finansial yang menggunakan laporan
keuangan tahunan perusahaan selama 5 tahun. Dari hasil Analisa tersebut
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan 100% modal sendiri
dinyatakan telah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Net Present Value yang memiliki nilai positif, tingkat
Internal Rate of Return yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan, dan memiliki nilai Net Benefit/Cost Ratio serta
Profitability Index yang lebih besar dari 1. Kemudian, Payback Period
menunjukkan bahwa butuh waktu selama 1 tahun 2 bulan 6 hari untuk
mengembalikan biaya investasi pada usaha ini.
2. Hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan asumsi 30% modal
pinjaman dinyatakan telah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Hal ini
dapat dilihat dari nilai Net Present Value yang memiliki nilai positif,
tingkat Internal Rate of Return yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan, dan memiliki nilai Net Benefit/Cost Ratio serta
Profitability Index yang lebih besar dari 1. Kemudian, Payback Period
104
menunjukkan bahwa butuh waktu selama 1 tahun 3 bulan 20 hari untuk
mengembalikan biaya investasi pada usaha ini.
3. Hasil Analisa sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan
sebesar 5% dengan asumsi 100% modal sendiri dinyatakan telah
memenuhi kriteria kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai Net
Present Value yang memiliki nilai positif, tingkat Internal Rate of
Return yang lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan, dan
memiliki nilai Net Benefit/Cost Ratio serta Profitability Index yang
lebih besar dari 1. Kemudian, Payback Period menunjukkan bahwa
butuh waktu selama 1 tahun 7 bulan 18 hari untuk mengembalikan
biaya investasi pada usaha ini. Usaha ini akan menjadi tidak layak jika
usaha ini mengalami penurunan pendapatan sebesar 9% atau lebih.
4. Hasil Analisa sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan
sebesar 5% dengan asumsi 30% modal pinjaman dinyatakan telah
memenuhi kriteria kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai Net
Present Value yang memiliki nilai positif, tingkat Internal Rate of
Return yang lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan, dan
memiliki nilai Net Benefit/Cost Ratio serta Profitability Index yang
lebih besar dari 1. Kemudian, Payback Period menunjukkan bahwa
butuh waktu selama 1 tahun 10 bulan 16 hari untuk mengembalikan
biaya investasi pada usaha ini. Usaha ini akan menjadi tidak layak jika
usaha ini mengalami penurunan pendapatan sebesar 8% atau lebih.
105
5. Hasil Analisa sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya
operasional sebesar 10% dengan asumsi 100% modal sendiri
dinyatakan telah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Net Present Value yang memiliki nilai positif, tingkat
Internal Rate of Return yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan, dan memiliki nilai Net Benefit/Cost Ratio serta
Profitability Index yang lebih besar dari 1. Kemudian, Payback Period
menunjukkan bahwa butuh waktu selama 1 tahun 7 bulan 27 hari untuk
mengembalikan biaya investasi pada usaha ini. Usaha ini akan menjadi
tidak layak jika usaha ini mengalami peningkatan biaya operasional
sebesar 17% atau lebih.
6. Hasil Analisa sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya
operasional sebesar 10% dengan asumsi 30% modal pinjaman
dinyatakan telah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Net Present Value yang memiliki nilai positif, tingkat
Internal Rate of Return yang lebih besar dari tingkat bunga yang
disyaratkan, dan memiliki nilai Net Benefit/Cost Ratio serta
Profitability Index yang lebih besar dari 1. Kemudian, Payback Period
menunjukkan bahwa butuh waktu selama 1 tahun 10 bulan 27 hari
untuk mengembalikan biaya investasi pada usaha ini. Usaha ini akan
menjadi tidak layak jika usaha ini mengalami peningkatan biaya
operasional sebesar 17% atau lebih.
106
7. Hasil Analisa sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan
sebesar 5% dan peningkatan biaya operasional 10% dengan asumsi
100% modal sendiri dinyatakan tidak memenuhi kriteria kelayakan
usaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai Net Present Value yang memiliki
nilai positif, tingkat Internal Rate of Return yang lebih besar dari
tingkat bunga yang disyaratkan. Namun memiliki nilai Net
Benefit/Cost Ratio dan Profitability Index yang lebih kecil dari 1.
Kemudian, Payback Period menunjukkan bahwa butuh waktu selama 2
tahun 7 bulan 28 hari untuk mengembalikan biaya investasi pada usaha
ini
8. Hasil Analisa sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan
sebesar 5% dan peningkatan biaya operasional 10% dengan asumsi
30% modal pinjaman dinyatakan tidak memenuhi kriteria kelayakan
usaha. Hal ini dapat dilihat dari Net Benefit/Cost Ratio dan Profitability
Index yang kurang dari 1. Ini menunjukkan bahwa jika usaha ini
menggunakan 30% modal pinjaman, maka usaha ini akan cukup rentan
terhadap perubahan-perubahan pendapatan dan biaya secara bersamaan.
Kemudian, Payback Period menunjukkan bahwa butuh waktu selama 3
tahun 4 bulan 12 hari untuk mengembalikan biaya investasi pada usaha
ini.
107
B. Implikasi
1. Bagi perusahaan/owner.
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengevaluasi dan
menilai kelayakan investasi yang tepat untuk menambah nilai
perusahaan, memaksimalkan laba dan meminimalkan risiko investasi.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya
perusahaan ini ataupun pada jenis usaha bimbingan belajar.
3. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dan rujukan
pengembangan penelitian dengan metode capital budgeting di dalam
studi kelayakan bisnis, tidak hanya pada bidang usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G) saja, tapi pada bidang usaha yang lainnya.
C. Saran
Berdasarkan hasil Analisa yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
untuk usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G), peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Usaha pembesaran ikan mas dan ikan nila pada Keramba Jaring Apung
Ganda (KJA-G) perlu ditingkatkan karena adanya efisiensi dalam
penggunaan pakan.
108
2. Pemerintah daerah dapat membantu dalam penyediaan modal untuk
para petani kecil yang ingin mengembangkan usaha perikanan karena
usaha ini membutuhkan biaya investasi yang cukup besar serta berperan
sebagai fasilitator antara pihak petani ikan dengan pihak perbankan.
3. Mengantisipasi perubahan-perubahan dalam biaya produksi dan harga
jual, disarankan agar petani ikan bergabung dengan petani lainnya
untuk membentuk organisasi atau koperasi yang bertujuan agar para
petani mempunyai posisi tawar menawar yang tinggi.
4. Sebaiknya usaha ini dijalankan dengan 100% modal sendiri, karena jika
menggunakan modal pinjaman akan sangat beresiko terhadap
penurunan pendapatan dan peningkatan biaya secara bersamaan
109
DAFTAR PUSTAKA
Anoragan, dan Sudantoko. “Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil”, Rineka
Cipta, Jakarta, 2002.
Atmoko. “Analisis Kelayakan Usaha Tani Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus
Carpio) Budidaya Keramba Jaring Apung (Kasus di Kecamatan Mande,
Kabupaten Cianjur,Jawa Barat))”, Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor,
2006.
Azwar, Zafri I, et all. “Manajemen Pakan Pada Usaha Budidaya Ikan di Keramba
Jaring Apung, Pemecahan Masalah Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring
Apung”, Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Riset Perikanan
Budidaya, Jakarta, 2004.
Bank Indonesia, “Budidaya Pembesaran Ikan Mas di Jaring Terapung”, 2008.
Brigham, Eugene F, Joel F. Houston, “Fundamentals Of Financial Management”,
South-Western, 2004.
Brigham, Houston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Essentials of Financial
Management”, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Clifton, David S. “Project Feasibility Analysis”, John Wiley And Sons LTD,
New York, 1997.
Dandekar, M.M. “Pembangkit Listrik Tenaga Air”. Universitas Indonesia,
Jakarta, 1991.
Djamin, Zulkarnain. “Perencanaan Dan Analisa Proyek”, Edisi ketiga, Fakultas
Ekonomi Unversitas Indonesia, Jakarta, 1993.
Fatah, N. “Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro”, CV. Asona, Jakarta,
1994.
Gittinger, J.P. “Analisa Kelayakan Proyek Pertanian”. UI Press, Jakarta, 1986.
Gray, Clive, et all. “Pengantar Evaluasi Proyek”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002.
Havard, Tim. “Financial Feasibility Studies For Property Development, Theory
And Practice”, Routledge, 2014.
Hendayana, Dandan. “Analisis Usaha Perikanan Budidaya Perairan Waduk
Dengan Jaring Apung (Kasus Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur Jawa
Barat)”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2002.
Husen, M. ”Perlunya Legislasi dan Tata Ruang Waduk Cirata‟ . Pengembangan
Budidaya Perikanan di Perairan Waduk : Suatu Upaya Pemecahan Masalah
Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung”. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta, 2004.
Husnan, Suad, dan Suwarsono. “Studi Kelayakan Proyek Bisnis”, UPP STIM
YPKN, Yogyakarta, 2000.
Ichsan, M, dkk. “Studi Kelayakan Proyek Bisnis”, UNIBRAW, Malang, 2003.
Karis, Christie. “Feasibility Study For A Small Business”, Christie Karis Business
Plan Services, 2015.
Kartamihardja, E. S. “Pengembangan dan Pengelolaan Budidaya Ikan dalam
Keramba Jaring Tancap Ramah Lingkungan di Perairan Waduk dan Danau
Serbaguna”, Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II, 1997.
110
Kasmir, dan Jakfar. “Studi Kelayakan Bisnis”, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta,
2007.
Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol”, Ed rev Jilid 1, Prenhallindo, Jakarta, 1997.
Kotler, Philip, dan A. B, Susanto. “Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis
Perencanaan, Implikasi dan Pengendalian”, Buku Satu, Salemba, Jakarta,
1999.
Kotler, Kevin L. Keller. “Manajemen Pemasaran”, Jilid 2 Edisi 13, Erlangga,
2010
Machdhoero, Mohyi. “Metode Penelitian”, UMM Prss, Malang, 1993.
Mahyudin, Kholish. “Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya”,
Jakarta, 2008.
Mantau, Z, Tutud, V, Rawung, J. B. M, Latulola, M. T, dan Sudarty. “Budidaya
Ikan Mas dan Nila dalam Keramba Jaring Apung Ganda di Desa Telap pada
Pesisir Danau Tondano”, Badan Litbang Pertanian, Jakarta, 2004.
Mantau, Zulkifli. “Analisis Kelayakan Investasi Usaha Budidaya Ikan Mas dan
Nila Dalam Keramba Jaring Apung Ganda di Pesisir Danau Tondano
Propinsi Sulawesi Utara”. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi
Sulawesi Utara, Jl. Kampus Pertanian Kalasey, 2010.
Misbah, A. “Kondisi, Permasalahan, dan Prospek Usaha Budidaya Ikan di
Perairan Waduk, Pengembangan Budidaya Perikanan di Perairan Waduk :
Suatu Usaha Pemecahan Masalah Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring
Apung”, Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Riset Perikanan
Budidaya, Jakarta, 2004.
M.Y, Mulyadi, Isytar, Ibrahim, dan Dolorosa, Eva. “Analisis Finansial Budidaya
Ikan dalam Karamba Jaring Apung di Sungai Melawi Kecamatan Pinoh
Utara”, Jurnal Social Economic of Agriculture, 2015.
Nasarudin, Indo Yama. “Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Finansial Usaha
Ternak Ayam Potong Di Wilayah Parung Hijau”, UIN, Jakarta.
Nasarudin, Indo Yama. “Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Finansial Usaha Ikan
Lele Asap Di Wilayah Pekanbaru”, Jurnal Etikonomi Volume 11 No.2,
2012.
Novom, Martin L. “The Fundraising Feasibility Study , It’s Not About The
Money”, John Wiley And Sons LTD, 2007.
Nurfadilla, Nanda Yunisa. ” Analisis Kelayakan Finansial Usaha Keramba Jaring
Apung di Waduk Cirata dengan Internalisasi Biaya Flushing”.Skripsi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2013.
Perdana, Haris. “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan
Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di Waduk
Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten”, Skripsi
Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2008.
Rangkuti, Freedy, ”Business Plan, Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus”, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Rewold, J. D, Scott, dan M. R, Warshaw, “Strategi Harga dalam Pemasaran”,
PT. Bima Aksara, Jakarta, 1987.
111
Sharma, Mohit, et all. “Economic Feasibility Analysis Of Major Flower Crops In
Himachal Pradesh State Of India”, International Journal Of Advanced
Research In Management And Social Sciences.
Sofyan, Iban. “Studi Kelayakan Bisnis”, Ed Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2003.
Soeharto, Imam. “Studi Kelayakan Proyek Industri”, Erlangga, Jakarta, 2002.
Soetriono. “Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi”, Ps. Agribisnis Unej,
2006.
Soeratno, Arsyad L. “Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 1999.
Subagyo, Ahmad. “Studi Kelayakan, Teori dan Aplikasi”, PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 2008.
Sudgen, R, and Williams, A. “The Principles Of Practical Cost-Benefit
Analysis”, 1st Edition, Oxford: Oxford Univesity Press, 1990.
Sufriyadi, H. “Manajemen Kesehatan Pada Usaha Budidaya Ikan dalam
Keramba Jaring Apung, Pengembangan Budidaya Perikanan di Perairan
Waduk : Suatu Usaha Pemecahan Masalah Budidaya Ikan dalam Keramba
Jaring Apung”, Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat Riset Perikanan
dan Budidaya, Jakarta, 2004.
Sugiono. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung, 2009.
Sutojo, Siswanto. “Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek, Seri Manajemen
No.66”, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 2002.
Suyanto, S. R. “NILA”, PT. Penebar Swadaya, Jakarta, 1994.
Tamba, Sudiarno, Ramli, Muhammad and Hendrik. “Analisis Kelayakan
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Keramba Jaring Apung
di Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi Provinsi
Sumatera Utara”, 2013.
Tangvitoontham, Nantarat, and Papusson, Chaiwat. “Economic Feasibility Of
Government Investment Project By Using Cost Benefit Analysis: A Case
Study Of Domestic Port (Port A), Laem-Chabang Port, Chonburi Province”,
Procedia Economics and Finance, 2012.
Tereza, David, and Abraham K. “Financial Profitability And Sensitivity Of Palm
Oil Plantation In Indonesia”, Acta Universitatis Agriculturae Et Silviculturae
Mendelianae Brunensis Vol. 3 No. 4, Prague.
Thi Thi Soe, et all. “Assesment Of Economic Feasibility On Promising Wind
Energy Sites In Myanmar”, International Journal of Renewable Energy
Research Vol.5 No.2, 2015.
Umar, Husein. “Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Umar, Husein. “Studi Kelayakan Bisnis, Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komperhensif”, Ed ke-2, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2003.
Varalakshmi, K. “Feasiblity Analysis of Meat Processing Plant- Case of Medium
Scale Plant for Restructured Chicken Products”, International Journal of
Advanced Research Vol.3 Issue 8, 2015.
112
Yacob, Ibrahim. “Studi Kelayakan Bisnis”, Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2003.
Zuhal. “Ketenagalistrikan Indonesia”, PT. Gameka Prima, Jakarta, 1995.
https://www.academia.edu/6270281/ANALISIS_KELAYAKAN_USAHA_DAN
_ANALISIS_SWOT
http://evietos.blogspot.com/2010/06/studi-kelayakan-usaha.html
www.bi.go.id
www.bps.go.id
113
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Rata-rata Inflasi Indonesia Periode 2010-2015
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia (2010-2015)
(http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx ,diakses 20 Oktober 2016)
Lampiran 2 : Data Rata-rata Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Periode 2010- 2015
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia (2010-2015)
(http://www.bi.go.id/en/moneter/bi-rate/data/Default.aspx ,diakses 20 Oktober 2016)
Tahun Tingkat Inflasi Indonesia
2010 5.1
2011 5.4
2012 4.3
2013 8.4
2014 8.4
2015 3.4
Rata-rata 5.83
Tahun BI Rate (%)
2010 6.50
2011 6.50
2012 5.75
2013 7.50
2014 7.50
2015 7.50
Rata-rata 6.88
114
Lampiran 3 : Kuisioner Research Questionnaire (Kuesioner Penelitian)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Penelitian Mahasiswa UIN
Yth, Bapak/Ibu
Penelitian ini memiliki judul sebagai berikut :
“ANALISIS KELAYAKAN FINNANSIAL USAHA KERAMBA JARING APUNG
GANDA DI DANAU CIRATA KABUPATEN BANDUNG BARAT”
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kelayakan usaha keramba jaring apung ganda (KJA-G)
yang ada didanau Cirata. Ditinjau dari aspek finansial,aspek ekonomi,aspek pemasaran,aspek
teknis,dll. Kami berharap bahwa Anda bisa bekerja sama dengan kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian ini, mengingat bahwa semua informasi yang diberikan akan
digunakan hanya untuk tujuan penelitian & pada tingkat kerahasiaan yang tinggi. Terima
Kasih.
Salam Hangat
Peneliti
Maksum Sutisno
115
Nama :
Alamat :
TTL :
*ISILAH DENGAN MEMBERIKAN TANDA CEKLIS PADA KOTAK.
Usia (tahun) : 15-25 36-45 56-65
26-35 46-55 >66
Pendidikan terakhir : SD SMA
SMP Sarjana
Pengalaman usaha : 4-5 8-9 12-13
6-7 10-11 >14
KJA yang dimiliki (unit): 2-4 8-10 14-16
5-7 11-13 >16
Penghasilan (juta) : 2-3 6-7 10-11
4-5 8-9 >11
Permasalahan yang
dihadapi :
√
116
Lampiran 4 : Karakteristik Petani KJA-G
15 - 25 tahun 9 9
26 - 35 tahun 32 32
36 - 45 tahun 21 21
46 - 55 tahun 8 8
> 66 tahun 0 0
Jumlah 100 100
SD 38 38
SMP 33 33
SMA 25 25
Sarjana 4 4
Jumlah 100 100
4 - 5 tahun 30 30
6 -7 tahun 14 14
8 - 9 tahun 9 9
10 - 11 tahun 16 16
12 - 13 tahun 6 6
> 14 tahun 25 25
Jumlah 100 100
2 - 4 unit 36 36
5 - 7 unit 25 25
8 - 10 unit 23 23
11 - 13 unit 6 6
14 - 16 unit 0 0
> 16 unit 9 9
Jumlah 100 100
Pengalaman Usaha
KJA-G yang dimiliki (unit)
Jumlah
Responden (N)Kategori Persentase (%)Karakteristik Petani
Usia
Pendidikan
117
Lampiran 5 : Biaya Investasi Usaha Keramba Jaring Apung Ganda (KJA-G)
Lampiran 6 : Biaya Operasional Per Musim dan Per Tahun Usaha Keramba Jaring
Apung Ganda (KJA-G)
No Komponen Satuan Jumlah unit Harga(Rp/unit) Jumlah biaya (Rp)
1 Drum plastik buah 25 185,000 4,625,000
2 Besi lente 40 96,000 3,840,000
3 Baut 2cm dus 2 140,000 210,000
4 Paku 10cm kg 12 13,000 156,000
5 Kayu kaso meter 60 6,000 360,000
6 Bambu atas batang 60 12,000 720,000
7 Bambu gombong batang 12 110,000 1,320,000
8 Saung supa unit 1 1,200,000 1,200,000
9 Jaring kg 140 120,000 16,800,000
10 Jangkar
a. pemberat sudut unit 4 150,000 600,000
b. pemberat bandul unit 41 10,000 410,000
11 Tambang
a. ukuran 5mm kg 6 40,000 240,000
b. ukuran 6mm kg 6 40,000 240,000
c. ukuran 10mm kg 30 40,000 1,200,000
12 Ongkos kerja
a. jahit jaring paket 1 900,000 900,000
b. kontruksi paket 1 1,500,000 1,500,000
13 Perahu unit 1 7,000,000 7,000,000
14 Rumah Apung unit 1 15,000,000 15,000,000
15 Biaya modal kerja awal 90,550,000
Total Biaya 146,871,000
No Komponen Satuan Jumlah unit Harga (Rp/unit) Jumlah biaya
1 Pakan ikan Kg 8,000 8,750 70,000,000
2 Benih ikan
a. ikan mas Kg 400 33,000 13,200,000
b. ikan nila Kg 300 24,500 7,350,000
Jumlah 90,550,000
118
Lampiran 7 : Biaya Tetap dan Biaya Reinvestasi Usaha Keramba Jaring Apung Ganda
(KJA-G)
Biaya Reinvestasi Usaha KJA-G
Lampiran 8 : Tabel Harga Jual Ikan Mas dan Ikan Nila
Pakan ikan 70,000,000
Benih ikan mas 13,200,000
Jumlah 83,200,000
Musim tanam ikan 4
Total 332,800,000
Benih ikan nila 7,350,000
Musim tanam ikan 2
Total 14,700,000
Total biaya operasional per tahun 347,500,000
Biaya operasional ikan mas per tahun
Biaya operasional ikan nila per tahun
No Komponen Jumlah biaya (Rp) Total per tahun (Rp)
1 Gaji pegawai (per bulan) 2,500,000 30,000,000
2 Perawatan
a. pemeriksaan jaring setelah masa panen (per tahun) 1,500,000 1,500,000
3 Tagihan listrik (per bulan) 100,000 1,200,000
4 Retribusi pada PT.PJB dan BPWC (per tahun) 200,000 200,000
Jumlah biaya tetap 32,900,000
No Komponen Jumlah biaya (Rp)
1 Penggantian bambu dan balok kayu (Kaso) pada tahun ke dua 2,800,000
No Jenis Produk Harga Tahun Ke-1 Harga Tahun Ke-2 Harga Tahun Ke-3 Harga Tahun Ke-4Harga Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 22,000 22,000 22,000 22,000 22,000
b. Panen Ke-2 21,500 21,500 21,500 21,500 21,500
c. Panen Ke-3 21,000 21,000 21,000 21,000 21,000
d. Panen Ke-4 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 19,000 19,000 19,000 19,000 19,000
b. Panen Ke-2 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000
119
Lampiran 9 : Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan Target
Produktivitas 60%
Target Produktivitas 60%
Lampiran 10 : Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G dengan Target
Produktivitas 55%
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 114,400,000 114,400,000 114,400,000 114,400,000 114,400,000
b. Panen Ke-2 111,800,000 111,800,000 111,800,000 111,800,000 111,800,000
c. Panen Ke-3 109,200,000 109,200,000 109,200,000 109,200,000 109,200,000
d. Panen Ke-4 104,000,000 104,000,000 104,000,000 104,000,000 104,000,000
jumlah 439,400,000 439,400,000 439,400,000 439,400,000 439,400,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000
b. Panen Ke-2 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
jumlah 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000
Total pendapatan 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 5,200 5,200 5,200 5,200 5,200
b. Panen Ke-2 5,200 5,200 5,200 5,200 5,200
c. Panen Ke-3 5,200 5,200 5,200 5,200 5,200
d. Panen Ke-4 5,200 5,200 5,200 5,200 5,200
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 1,160 1,160 1,160 1,160 1,160
b. Panen Ke-2 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 105,600,000 105,600,000 105,600,000 105,600,000 105,600,000
b. Panen Ke-2 103,200,000 103,200,000 103,200,000 103,200,000 103,200,000
c. Panen Ke-3 100,800,000 100,800,000 100,800,000 100,800,000 100,800,000
d. Panen Ke-4 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
jumlah 405,600,000 405,600,000 405,600,000 405,600,000 405,600,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000
b. Panen Ke-2 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
jumlah 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000
total pendapatan 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000
120
Target Produktivitas 55%
Lampiran 11 : Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan Target
Produktivitas 52%
Target Produktivitas 52%
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 4,800 4,800 4,800 4,800 4,800
b. Panen Ke-2 4,800 4,800 4,800 4,800 4,800
c. Panen Ke-3 4,800 4,800 4,800 4,800 4,800
d. Panen Ke-4 4,800 4,800 4,800 4,800 4,800
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 1,160 1,160 1,160 1,160 1,160
b. Panen Ke-2 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 100,320,000 100,320,000 100,320,000 100,320,000 100,320,000
b. Panen Ke-2 98,040,000 98,040,000 98,040,000 98,040,000 98,040,000
c. Panen Ke-3 95,760,000 95,760,000 95,760,000 95,760,000 95,760,000
d. Panen Ke-4 91,200,000 91,200,000 91,200,000 91,200,000 91,200,000
jumlah 385,320,000 385,320,000 385,320,000 385,320,000 385,320,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000
b. Panen Ke-2 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
jumlah 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000
total pendapatan 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 4,560 4,560 4,560 4,560 4,560
b. Panen Ke-2 4,560 4,560 4,560 4,560 4,560
c. Panen Ke-3 4,560 4,560 4,560 4,560 4,560
d. Panen Ke-4 4,560 4,560 4,560 4,560 4,560
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 1,160 1,160 1,160 1,160 1,160
b. Panen Ke-2 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200
121
Lampiran 12 : Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan Target
Produktivitas 51%
Target Produktivitas 51%
Lampiran 13 : Pendapatan Ikan Mas dan Ikan Nila Usaha KJA-G Dengan Target
Produktivitas 50%
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 98,560,000 98,560,000 98,560,000 98,560,000 98,560,000
b. Panen Ke-2 96,320,000 96,320,000 96,320,000 96,320,000 96,320,000
c. Panen Ke-3 94,080,000 94,080,000 94,080,000 94,080,000 94,080,000
d. Panen Ke-4 89,600,000 89,600,000 89,600,000 89,600,000 89,600,000
jumlah 378,560,000 378,560,000 378,560,000 378,560,000 378,560,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000
b. Panen Ke-2 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
jumlah 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000
total pendapatan 422,200,000 422,200,000 422,200,000 422,200,000 422,200,000
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 4,480 4,480 4,480 4,480 4,480
b. Panen Ke-2 4,480 4,480 4,480 4,480 4,480
c. Panen Ke-3 4,480 4,480 4,480 4,480 4,480
d. Panen Ke-4 4,480 4,480 4,480 4,480 4,480
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 1,160 1,160 1,160 1,160 1,160
b. Panen Ke-2 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 96,800,000 96,800,000 96,800,000 96,800,000 96,800,000
b. Panen Ke-2 94,600,000 94,600,000 94,600,000 94,600,000 94,600,000
c. Panen Ke-3 92,400,000 92,400,000 92,400,000 92,400,000 92,400,000
d. Panen Ke-4 88,000,000 88,000,000 88,000,000 88,000,000 88,000,000
jumlah 371,800,000 371,800,000 371,800,000 371,800,000 371,800,000
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000 22,040,000
b. Panen Ke-2 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
jumlah 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000 43,640,000
total pendapatan 415,440,000 415,440,000 415,440,000 415,440,000 415,440,000
122
Target Produktivitas 50%
No Jenis Produk Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
1 Ikan Mas
a. Panen Ke-1 4,400 4,400 4,400 4,400 4,400
b. Panen Ke-2 4,400 4,400 4,400 4,400 4,400
c. Panen Ke-3 4,400 4,400 4,400 4,400 4,400
d. Panen Ke-4 4,400 4,400 4,400 4,400 4,400
2 Ikan Nila
a. Panen Ke-1 1,160 1,160 1,160 1,160 1,160
b. Panen Ke-2 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200
123
Lampiran 14 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 60%
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 488,432,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 390,188,143 392,988,143 390,188,143 392,988,143 390,188,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 92,851,857 90,051,857 92,851,857 90,051,857 98,243,957
Pajak 1% 0 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 88,021,457 85,221,457 88,021,457 85,221,457 93,413,557
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 124,409,457 121,609,457 124,409,457 121,609,457 129,801,557
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 117,367,412 108,231,984 104,456,579 96,326,080 96,995,274
DF 83% 1 0.55 0.30 0.16 0.09 0.05
NPV Pada DF 83% -125,916,000 67,983,310 36,313,254 20,300,191 10,843,338 6,324,475
NPV Pada DF 6% 376,506,330
NPV Pada DF 83% -5,106,432
IRR (%) 81.97
Net B/C Ratio 1.14
Profitability Index 2.56
Payback Period 1 tahun 2 bulan 6 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 124,409,457
sisa 22,461,543
proceed 2 121,609,457
0.18470
0.1847 12 2.21642725
0.2164 30 6.49281
PV Benefit PV Cost
455,698,113 368,102,022
429,903,880 349,758,048
405,569,698 327,609,489
382,612,923 311,283,418
364,984,879 291,571,279
2,038,769,494 1,648,324,255
Net B/C Ratio 1.14
124
investasi 146,871,000
proceed 1 112,953,519
sisa 33,917,481
proceed 2 110,153,519
0.30791
0.30791 12 3.69493
0.69493 30 20.8479
Lampiran 15 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman) dengan
Target Produktivitas 60%
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 488,432,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
f. Angsuran Pokok 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260
g. Beban Bunga 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 401,644,081 404,444,081 401,644,081 404,444,081 401,644,081
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 81,395,919 78,595,919 81,395,919 78,595,919 86,788,019
Pajak 1% 0 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 76,565,519 73,765,519 76,565,519 73,765,519 81,957,619
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 112,953,519 110,153,519 112,953,519 110,153,519 118,345,619
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 106,559,924 98,036,240 94,837,953 87,251,904 88,434,731
DF 72% 1 0.58 0.34 0.20 0.11 0.07
NPV Pada DF 72% -125,916,000 65,670,651 37,234,153 22,198,030 12,585,909 7,861,582
NPV Pada DF 6% 328,249,752
NPV Pada DF 72% -1,320,675
IRR (%) 71.74
Net B/C Ratio 1.11
Profitability Index 2.23
Payback Period 1 tahun 3 bulan 20 hari
UraianTahun
44,061,300 8,812,260 2,643,678
PV Benefit PV Cost
455,698,113 378,909,510
429,903,880 359,953,792
405,569,698 337,228,115
382,612,923 320,357,594
364,984,879 300,131,822
2,038,769,494 1,696,580,833
Net B/C Ratio 1.11
Angsuran pokok
selama 5 tahunPinjaman 30% Beban Bunga
125
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 454,632,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 390,188,143 392,988,143 390,188,143 392,988,143 390,188,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 59,051,857 56,251,857 59,051,857 56,251,857 64,443,957
Pajak 1% 0 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 54,559,457 51,759,457 54,559,457 51,759,457 59,951,557
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 90,947,457 88,147,457 90,947,457 88,147,457 96,339,557
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 85,799,488 78,450,923 76,361,239 69,821,042 71,990,521
DF 58% 1 0.63 0.40 0.25 0.16 0.10
NPV Pada DF 58% -125,916,000 57,561,682 35,309,829 23,057,876 14,144,299 9,784,062
NPV Pada DF 6% 235,552,213
NPV Pada DF 58% -7,013,251
IRR (%) 56.50
Net B/C Ratio 1.06
Profitability Index 1.60
Payback Period 1 tahun 7 bulan 18 hari
Uraian
Tahun
Lampiran 16 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 55%
investasi 146871000
proceed 1 90,947,457
sisa 55,923,543
proceed 2 88,147,457
0.63443
0.63443 12 7.61318
0.61318 30 18.39543
PV Benefit PV Cost
423,811,321 368,102,022
399,822,001 349,758,048
377,190,567 327,609,489
355,840,157 311,283,418
339,727,552 291,571,279
1,896,391,598 1,648,324,255
Net B/C Ratio 1.06
126
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 454,632,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
f. Angsuran Pokok 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260
g. Beban Bunga 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 401,644,081 404,444,081 401,644,081 404,444,081 401,644,081
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 47,595,919 44,795,919 47,595,919 44,795,919 52,988,019
Pajak 1% 0 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 43,103,519 40,303,519 43,103,519 40,303,519 48,495,619
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 79,491,519 76,691,519 79,491,519 76,691,519 84,883,619
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 74,991,999 68,255,179 66,742,612 60,746,866 63,429,978
DF 50% 1 0.67 0.44 0.30 0.20 0.13
NPV Pada DF 50% -125,916,000 52,994,346 34,085,120 23,553,043 15,148,942 11,178,090
NPV Pada DF 6% 187,295,635
NPV Pada DF 50% -9,911,460
IRR (%) 47.79
Net B/C Ratio 1.03
Profitability Index 1.28
Payback Period 1 tahun 10 bulan 16 hari
UraianTahun
44,061,300 8,812,260 2,643,678
PV Benefit PV Cost
423,811,321 378,909,510
399,822,001 359,953,792
377,190,567 337,228,115
355,840,157 320,357,594
339,727,552 300,131,822
1,896,391,598 1,696,580,833
Net B/C Ratio 1.03
Angsuran Pokok
Selama 5 TahunBeban BungaPinjaman 30% investasi 146,871,000
proceed 1 79,491,519
sisa 67,379,481
proceed 2 76,691,519
0.87858
0.87858 12 10.54294
0.54295 30 16.2885
Lampiran 17 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman) dengan
Target Produktivitas 55%
127
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000 434,352,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 390,188,143 392,988,143 390,188,143 392,988,143 390,188,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 38,771,857 35,971,857 38,771,857 35,971,857 44,163,957
Pajak 1% 0 4,289,600 4,289,600 4,289,600 4,289,600 4,289,600
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 34,482,257 31,682,257 34,482,257 31,682,257 39,874,357
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 70,870,257 68,070,257 70,870,257 68,070,257 76,262,357
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 66,858,733 60,582,287 59,504,034 53,918,019 56,987,670
DF 40% 1 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19
NPV Pada DF 40% -125,916,000 50,621,612 34,729,723 25,827,353 17,719,246 14,179,798
NPV Pada DF 6% 150,979,743
NPV Pada DF 40% -3,793,267
IRR (%) 39.17
Net B/C Ratio 1.01
Profitability Index 1.03
Payback Period 2 tahun 1 bulan 10 hari
UraianTahun
investasi 146871000
proceed 1 70,870,257
sisa 76,000,743
proceed 2 68,070,257
sisa 7,930,486
proceed 3 70,870,257
0.11190
0.11190 12 1.34282
0.34282 30 10.2846
Lampiran 18 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 52%
PV Benefit PV Cost
404,679,245 368,102,022
381,772,873 349,758,048
360,163,088 327,609,489
339,776,498 311,283,418
324,573,157 291,571,279
1,810,964,860 1,648,324,255
Net B/C Ratio 1.01
128
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 428,960,000 428,960,000 428,960,000 428,960,000 434,352,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
f. Angsuran Pokok 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260
g. Beban Bunga 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 401,644,081 404,444,081 401,644,081 404,444,081 401,644,081
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 27,315,919 24,515,919 27,315,919 24,515,919 32,708,019
Pajak 1% 0 4,289,600 4,289,600 4,289,600 4,289,600 4,289,600
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 23,026,319 20,226,319 23,026,319 20,226,319 28,418,419
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 59,414,319 56,614,319 59,414,319 56,614,319 64,806,419
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 56,051,244 50,386,542 49,885,408 44,843,843 48,427,126
DF 30% 1 0.77 0.59 0.46 0.35 0.27
NPV Pada DF 30% -125,916,000 45,703,322 33,499,597 27,043,386 19,822,247 17,454,253
NPV Pada DF 6% 102,723,165
NPV Pada DF 30% -3,348,195
IRR (%) 29.24
Net B/C Ratio 0.98
Profitability Index 0.70
Payback Period 2 tahun 6 bulan 6 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 59,414,319
sisa 87,456,681
proceed 2 56,614,319
sisa 30,842,362
proceed 3 59,414,319
0.51911
0.51911 12 6.22928
0.22928 30 6.8784
Lampiran 19 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman) dengan
Target Produktivitas 52%
44,061,300 8,812,260 2,643,678
PV Benefit PV Cost
404,679,245 378,909,510
381,772,873 359,953,792
360,163,088 337,228,115
339,776,498 320,357,594
324,573,157 300,131,822
1,810,964,860 1,696,580,833
Net B/C Ratio 0.98
Pinjaman 30%Angsuran Pokok
Selama 5 TahunBeban Bunga
129
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 422,200,000 422,200,000 422,200,000 422,200,000 422,200,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 422,200,000 422,200,000 422,200,000 422,200,000 427,592,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000 347,500,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 390,188,143 392,988,143 390,188,143 392,988,143 390,188,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 32,011,857 29,211,857 32,011,857 29,211,857 37,403,957
Pajak 1% 0 4,222,000 4,222,000 4,222,000 4,222,000 4,222,000
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 27,789,857 24,989,857 27,789,857 24,989,857 33,181,957
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 64,177,857 61,377,857 64,177,857 61,377,857 69,569,957
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 60,545,148 54,626,074 53,884,966 48,617,012 51,986,719
DF 35% 1 0.74 0.55 0.41 0.30 0.22
NPV Pada DF 35% -125,916,000 47,539,153 33,677,837 26,084,584 18,478,923 15,515,040
NPV Pada DF 6% 122,788,920
NPV Pada DF 35% -5,575,464
IRR (%) 33.74
Net B/C Ratio 0.99
Profitability Index 0.84
Payback Period 2 tahun 3 bulan 29 hari
UraianTahun
investasi 146871000
proceed 1 64,177,857
sisa 82,693,143
proceed 2 61,377,857
sisa 21,315,286
proceed 3 64,177,857
0.33213
0.33213 12 3.98554018
0.98554 30 29.5662
Lampiran 20 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 51%
PV Benefit PV Cost
398,301,887 368,102,022
375,756,497 349,758,048
354,487,261 327,609,489
334,421,945 311,283,418
319,521,691 291,571,279
1,782,489,281 1,648,324,255
Net B/C Ratio 0.99
130
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 488,432,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 424,938,143 427,738,143 424,938,143 427,738,143 424,938,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 58,101,857 55,301,857 58,101,857 55,301,857 63,493,957
Pajak 1% 0 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 53,271,457 50,471,457 53,271,457 50,471,457 58,663,557
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125916000 89,659,457 86,859,457 89,659,457 86,859,457 95,051,557
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 84,584,394 77,304,608 75,279,809 68,800,826 71,028,053
DF 58% 1 0.63 0.40 0.25 0.16 0.10
NPV Pada DF 58% -125,916,000 56,746,492 34,793,886 22,731,330 13,937,625 9,653,255
NPV Pada DF 6% 230,126,689
NPV Pada DF 58% -9,008,412
IRR (%) 56.04
Net B/C Ratio 1.05
Profitability Index 1.57
Payback Period 1 tahun 7 bulan 27 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 89,659,457
sisa 57,211,543
proceed 2 86,859,457
0.65867
0.65867 12 7.90402
0.90402 30 27.12060
Lampiran 21 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 60% Peningkatan Biaya Operasional 10%
PV Benefit PV Cost
455,698,113 400,885,040
429,903,880 380,685,424
405,569,698 356,786,259
382,612,923 338,808,672
364,984,879 317,538,500
2,038,769,494 1,794,703,896
Net B/C Ratio 1.05
131
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 488,432,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
f. Angsuran Pokok 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260
g. Beban Bunga 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 436,394,081 439,194,081 436,394,081 439,194,081 436,394,081
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 46,645,919 43,845,919 46,645,919 43,845,919 52,038,019
Pajak 1% 0 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 41,815,519 39,015,519 41,815,519 39,015,519 47,207,619
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 78,203,519 75,403,519 78,203,519 75,403,519 83,595,619
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 73,776,905 67,108,864 65,661,183 59,726,650 62,467,510
DF 48% 1 0.68 0.46 0.31 0.21 0.14
NPV Pada DF 48% -125,916,000 52,840,216 34,424,543 24,123,546 15,716,099 11,772,669
NPV Pada DF 6% 181,870,110
NPV Pada DF 48% -7,993,927
IRR (%) 46.23
Net B/C Ratio 1.02
Profitability Index 1.24
Payback Period 1 tahun 10 bulan 27 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 78,203,519
sisa 68,667,481
proceed 2 75,403,519
0.91067
0.91067 12 10.92800
0.92800 30 27.84
Lampiran 22 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman) dengan
Target Produktivitas 60% Peningkatan Biaya Operasional 10%
44,061,300 8,812,260 2,643,678
PV Benefit PV Cost
455,698,113 411,692,529
429,903,880 390,881,168
405,569,698 366,404,885
382,612,923 347,882,848
364,984,879 326,099,044
2,038,769,494 1,842,960,475
Net B/C Ratio 1.02
Pinjaman 30%Angsuran pokok
selama 5 tahunBeban Bunga
132
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 488,432,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 406,575,000 406,575,000 406,575,000 406,575,000 406,575,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 449,263,143 452,063,143 449,263,143 452,063,143 449,263,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 33,776,857 30,976,857 33,776,857 30,976,857 39,168,957
Pajak 1% 0 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 28,946,457 26,146,457 28,946,457 26,146,457 34,338,557
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 65,334,457 62,534,457 65,334,457 62,534,457 70,726,557
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125916000 61,636,280 55,655,444 54,856,070 49,533,147 52,850,998
DF 58% 1 0.67 0.44 0.30 0.20 0.13
NPV Pada DF 58% -125,916,000 43,556,305 27,793,092 19,358,358 12,352,485 9,313,785
NPV Pada DF 6% 127,660,940
NPV Pada DF 58% -34,496,975
IRR (%) 40.64
Net B/C Ratio 1.00
Profitability Index 0.87
Payback Period 2 tahun 3 bulan 14 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 65,334,457
sisa 81,536,543
proceed 2 62,534,457
sisa 19,002,086
proceed 3 65,334,457
0.29084
0.29084 12 3.49012
0.49012 30 14.7036
Lampiran 23 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 60% Peningkatan Biaya Operasional 17%
PV Benefit PV Cost
455,698,113 423,833,154
429,903,880 402,334,588
405,569,698 377,209,998
382,612,923 358,076,351
364,984,879 335,715,555
2,038,769,494 1,897,169,645
Net B/C Ratio 1.00
133
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 483,040,000 483,040,000 483,040,000 483,040,000 488,432,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 406,575,000 406,575,000 406,575,000 406,575,000 406,575,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
f. Angsuran Pokok 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260
g. Beban Bunga 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 460,719,081 463,519,081 460,719,081 463,519,081 460,719,081
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 22,320,919 19,520,919 22,320,919 19,520,919 27,713,019
Pajak 1% 0 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400 4,830,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 17,490,519 14,690,519 17,490,519 14,690,519 22,882,619
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 53,878,519 51,078,519 53,878,519 51,078,519 59,270,619
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 50,828,792 45,459,700 45,237,444 40,458,971 44,290,455
DF 40% 1 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19
NPV Pada DF 40% -125,916,000 38,484,657 26,060,469 19,635,029 13,296,158 11,020,449
NPV Pada DF 6% 79,404,361
NPV Pada DF 40% -38,374,239
IRR (%) 28.92
Net B/C Ratio 0.97
Profitability Index 0.54
Payback Period 2 tahun 9 bulan 10 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 53,878,519
sisa 92,992,481
proceed 2 51,078,519
sisa 41,913,962
procced 3 53,878,519
0.77793
0.77793 12 9.33521
0.33521 30 10.0563
Lampiran 24 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman) dengan
Target Produktivitas 60% Peningkatan Biaya Operasional 17%
44,061,300 8,812,260 2,643,678
PV Benefit PV Cost
455,698,113 434,640,642
429,903,880 412,530,332
405,569,698 386,828,624
382,612,923 367,150,527
364,984,879 344,276,099
2,038,769,494 1,945,426,224
Net B/C Ratio 0.97
Pinjaman 30%Angsuran pokok
selama 5 tahunBeban Bunga
134
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 454,632,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 424,938,143 427,738,143 424,938,143 427,738,143 424,938,143
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 24,301,857 21,501,857 24,301,857 21,501,857 29,693,957
Pajak 1% 0 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 19,809,457 17,009,457 19,809,457 17,009,457 25,201,557
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 56,197,457 53,397,457 56,197,457 53,397,457 61,589,557
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 53,016,469 47,523,547 47,184,469 42,295,787 46,023,300
DF 40% 1 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19
NPV Pada DF 40% -125,916,000 40,141,041 27,243,601 20,480,123 13,899,796 11,451,619
NPV Pada DF 6% 89,172,572
NPV Pada DF 40% -33,654,820
IRR (%) 30.68
Net B/C Ratio 0.98
Profitability Index 0.61
Payback Period 2 tahun 7 bulan 28 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 56,197,457
sisa 90,673,543
proceed 2 53,397,457
sisa 37,276,086
proceed 3 56,197,457
0.66331
0.66331 12 7.95967
0.95967 30 28.7901
Lampiran 25 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (100% Modal Sendiri) dengan Target
Produktivitas 55% Peningkatan Biaya Operasional 10%
PV Benefit PV Cost
423,811,321 400,885,040
399,822,001 380,685,424
377,190,567 356,786,259
355,840,157 338,808,672
339,727,552 317,538,500
1,896,391,598 1,794,703,896
Net B/C Ratio 0.98
135
0 1 2 3 4 5
Aliran Kas Manfaat
a. Pendapatan Ikan Mas dan Nila 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000
b. Nilai Sisa 0 0 0 0 0 5,392,100
Total Aliran Kas Manfaat 449,240,000 449,240,000 449,240,000 449,240,000 454,632,100
Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi 146,871,000
b. Biaya tetap 0 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000 32,900,000
c. Biaya operasional 0 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000 382,250,000
d. Biaya Reinvestasi 0 0 2,800,000 0 2,800,000 0
e. Penyusutan 0 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143 9,788,143
f. Angsuran Pokok 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260 8,812,260
g. Beban Bunga 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678 2,643,678
Total Aliran Kas Biaya 146,871,000 436,394,081 439,194,081 436,394,081 439,194,081 436,394,081
Aliran Kas Manfaat Kotor -125,916,000 12,845,919 10,045,919 12,845,919 10,045,919 18,238,019
Pajak 1% 0 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400 4,492,400
Aliran Kas Manfaat Bersih -125,916,000 8,353,519 5,553,519 8,353,519 5,553,519 13,745,619
Penyusutan 0 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000 36,388,000
Total Aliran Kas Akhir -125,916,000 44,741,519 41,941,519 44,741,519 41,941,519 50,133,619
DF 6% 1 0.94 0.89 0.84 0.79 0.75
PV Pada DF 6% -125,916,000 42,208,980 37,327,803 37,565,842 33,221,612 37,462,757
DF 40% 1 0.71 0.51 0.36 0.26 0.19
NPV Pada DF 40% -125,916,000 31,958,228 21,398,734 16,305,218 10,917,722 9,321,566
NPV Pada DF 6% 40,915,993
NPV Pada DF 40% -56,969,532
IRR (%) 20.21
Net B/C Ratio 0.95
Profitability Index 0.28
Payback Period 3 tahun 4 bulan 12 hari
UraianTahun
investasi 146,871,000
proceed 1 44,741,519
sisa 102,129,481
proceed 2 41,941,519
sisa 60,187,962
proceed 3 44,741,519
sisa 15,446,443
proceed 4 41,941,519
0.36829
0.36829 12 4.41942
0.41942 30 12.58260
Lampiran 26 : Arus Kas dan Analisis Kelayakan (30% Modal Pinjaman) dengan
Target Produktivitas 55% Peningkatan Biaya Operasional 10%
44,061,300 8,812,260 2,643,678
PV Benefit PV Cost
423,811,321 411,692,529
399,822,001 390,881,168
377,190,567 366,404,885
355,840,157 347,882,848
339,727,552 326,099,044
1,896,391,598 1,842,960,475
Net B/C Ratio 0.95
Pinjaman 30%Angsuran Pokok
Selama 5 TahunBeban Bunga