budesoniddd
DESCRIPTION
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,nnnnnnnnnnnnnnnnnnnTRANSCRIPT
BUDESONIDE
A. Deskripsi Obat
Budesonide adalah glukokortikoid yang dikembangkan untuk anti inflamasi topikal
(misalnya asma dan rhinitis). Dalam studi sebelumnya, budesonide menunjukkan
kemampuan sebagai pereda yang dapat melepaskan napas obstruksi selama 4 menit. Gibson
et al (2001) menyatakan bahwa setelah 6 jam inhalasi budesonide, ada perubahan dalam
reaktivitas aliran napas, 12% degradasi eosinophile, dan 4% meningkatkan kekuatan
kadaluarsa volume dalam 1 detik (FEV1) (Barasila dkk, 2006).
Gambar 1. Gambar 2.
Rumus Struktur Budesonide Contoh Sediaan (Uceris)
(Anonim, 2013) (Anonim, 2013)
Edit lagi nih yaaa !!! http://www.empr.com/uceris-approved-for-active-
ulcerative-colitis/article/276075/
Budesonide memiliki beberapa nama dagang yaitu Budenofalk, Rhinocort aqua,
Inflammide, Symbicort Turbuhaler, Pulmicort, Pulmicort Respules, Cycortide. Cara
pemberian dari Budesonide adalah secara oral (jangan memecah atau mengunyah kapsul,
minum pada pagi hari), secara inhalasi (jangan mengocok inhaler, setelah menggunakan
inhalasi bersihkan mulut dengan air), dan secara nasal (kocok perlahan sebelum digunakan).
Bentuk sediaan dari Bodesonide yaitu Cyclocaps 200 mcg, Inhaler 100 mcg, 200
mcg/Semprot, Turbuhaler 100 mcg/Isap, Respules 0,25 mg/ml, 0,5 mcg/ml, 80 mcg/Inhalasi,
Inhalasi 50 mcg/dosis, Cap 3 mg, Nasal Spray 32 mcg/dose (Anonim, 2013).
B. Mekanisme Molekular Penyakit
Parameter yang perlu di monitor pada penggunaan Budesonid adalah untuk terapi asma
(Peak Expiratory Flow Rate (PEFR), penurunan intesitas mengi, sesak napas, dan kecepatan
napas, serta penurunan aktivitas serangan asma) dan alergi rhinitis (lakukan scratch testing
(test yang digunakan di kulit secara epicutaneous dengan menggunakan (alergen khusus),
penurunan gejala rhinitis) (Anonim, 2013).
Ga pede pake yang ini Mekanisme molekuler terjadinya asma : Pasien asma
memiliki pola inflamasi saluran napas yang khas, ditandai oleh sel mast bergranulasi,
infiltrasi eosinofil, dan peningkatan jumlah sel T helper-2 yang teraktivasi. Pola
inflamasi khas inilah yang mendasari gambaran klinis pasien asma termasuk mengi
intemiten, sesak napas, batuk, dan rasa berat di dada. Peningkatan berbagai mediator
inflamasi diantarana mediator lipid, sitokin, atau kemokin, dan growth factor yang
berasal dari struktur sel saluran napas antara lain sel otot polos saluran napas, sel
epitel, sel endotel, dan fibroblas ditemukan pada pasien asma. Sel epitel diduga
berperan penting karena mengalami aktivasi oleh sinyal lingkungan dan melepaskan
berbagai protein inflamasi yang diatur oleh meningkatnya trankripsi gen yang
dikendalikan oleh faktor trnaskripsi proinflamasi misalnya nuclear factor-κB (BF-κb)
dan activator protein -1 (AP-1) yang teraktibasi pada saluran napas pasien asma.
C. Deskripsi Target Aksi Obat
Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki struktr kimia tertentu
yaitu memiliki 3 cincin sikloheksana dan 1 siklopentana. Suatu molekul steroid yang
dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa
kortikosteroid. Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktivitasnya,
yaitu glukokortikoid dan mineralkortikoid. Aksi senyawa glukokortikoid sangat luas karena
mempengaruhi sebagian besar sel dalam tubuh (menstimulasi glukoneogenesis; memiliki
efek katabolisme protein pada jaringan ikat, otot, lemak, dan kulit; memicu apoptosis dan
mengurangi survival; memiliki efek antiinflamasi) (Ikawati, 2008).
Semua aksi tersebut diperantarai oleh ikatan senyawa steroid dengan reseptornya, yaitu
steroid atau reseptor glukokortikoid (GR = glicocorticoid receptor). Reseptor glukortikoid
adalah protein yang sebagian besar berada dalam sitoplasma dan dapat berikatan dengan
hormon yang bersifat lipofilik. Mekanisme aktivasi reseptor ini dapat dikatakan mewakili
mekanisme yang terjadi pada reseptor inti yang lain. Obat golongan kortikosteroid memiliki
aksi yang luas, karena dapat menghambat transkripsi gen berbagai sitokin dan mediator pro-
inflamasi atau sitokin, atau menyekat kerja meditor pro-inflamasi, dan sebaliknya
meningkatkan transkripsi gen senyawa anti-inflamasi (Ikawati, 2008).
D. Mekanisme Aksi Molekuler Obat
Budesonide merupakan golongan kortikosteroid yang memiliki efek anti inflamasi
disertai dengan aktivitas glukokortikoid yang kuat dan aktivitas mineralkortikoid yang lemah.
Budesonid dapat menghambat sel dan mediator yang terlibat dalam proses inflamasi baik
yang termasuk dalam kategori alergi maupun non-alergi (Anonim, 2013).
Gambar 3. Proses inaktivasi gen inflamasi oleh kortikosteroid
Efek utama kortikosteroid dalam mengontrol inflamasi adalah menghambat sintesis
berbagai protein proinflamasi melalui supresi gen yang menyandinya. Hal itu terjadi melalui
interaksi reseptor glukokortikoid dengan situs GRE yang akan menonaktifkan transkripsi.
Pasien asma menunjukkan peningkatan ekspresi berbagai gen inflamasi misalnya sitokin,
molekul adhesi enzim inflamasi dan respetor inflamasi. Gen inflamasi akan diaktivasi oleh
berbagai rangsangan inflamasi misalnya interleukin-1β (IL-1 β) atau tumor necrosis factor-α
(TNF- α) yang akan mengaktivasi NF-κB kinasi 2 (IKK2) selanjutnya terjadi aktivasi faktor
transkripsi NF-κB (Rozaliyani, 2011).
Dimer p50 dan p65 protein NF-κB pada gen inflamasi yang teraktivasi akan
bertranslokasi ke dalam inti sel dan berikatan dengan koaktivator misalnya CBP dan PCAF
yang memiliki aktivitas HAT intrinsik. Asetilasi lisin terjadi pada histon-H4 yang
menyebabkan peningkatan ekspresi gen yang menyandi protein inflamasi misalnya
granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) atau cyclooxygenase-2 (COX-
2). Reseptor glukokortikoid akan bertranslokasi ke dalam inti sel setelah setelah diaktivasi
oleh kortikosteroid dosis ttendah seperti yang digunakan dalam terapi kortikosteroid inhalasi
pasien asma. Reseptor tersebut selanjutnya berikatan dengan koaktivator misalnya CBP,
pCAF, SRC-1, dan GRIP-1 untuk menghambat aktivitas HAT secara langsung serta merekrut
HDAC yang akan menghambat asetilasi histon. Proses itu akan menyebabkan supresi gen
inflamasi (Rozaliyani dkk, 2011).
COVER
DAPUS