budaya sulawesi

53
DAFTAR ISI halaman BAB I : PENDAHULUAN 1.1 : Latar Belakang …………………………………………...... 2 1.2 : Tujuan Penulisan …………………………………………….. 4 1.3 : Manfaat Penulisan ……………………………………………. 5 BAB II : KEBUDAYAAN PULAU SULAWESI 2.1 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Selatan ………………….... 6 2.2 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Utara ………………………. 14 2.3 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Tenggara ………………….. 20 2.4 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Tengah ……………………. 25 2.5 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Barat ……………………….. 31 2.6 : Kebudayaan propinsi Gorontalo ……………………………… 33 1

Upload: desty-dwianti

Post on 22-Oct-2015

699 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: budaya sulawesi

DAFTAR ISI

halaman

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 : Latar Belakang …………………………………………...... 2

1.2 : Tujuan Penulisan …………………………………………….. 4

1.3 : Manfaat Penulisan ……………………………………………. 5

BAB II : KEBUDAYAAN PULAU SULAWESI

2.1 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Selatan ………………….... 6

2.2 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Utara ………………………. 14

2.3 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Tenggara ………………….. 20

2.4 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Tengah ……………………. 25

2.5 : Kebudayaan propinsi Sulawesi Barat ……………………….. 31

2.6 : Kebudayaan propinsi Gorontalo ……………………………… 33

BAB III : PENUTUP

3.1 : Kesimpulan …………………………………………….. 39

3.2 : Saran ……………………………………………... 40

1

Page 2: budaya sulawesi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Sulawesi merupakan salah satu dari sekian ribu pulau yang ada di

seluruh dunia, yang jika dilihat dari bentuk fisiknya menyerupai huruf “K” ini,

tentunya tidak begitu saja terbentuk. Pembentukan pulau Sulawesi atau pulau-

pulau yang lain, bukan merupakan hal yang kebetulan terjadi, tetapi semua hal

tersebut merupakan rancangan ilahi yang pasti mempunyai maksud dan tujuan

bagi manusia. 

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara

keduanya dengan bermain-main, Kami tidak menciptakan keduanya melainkan

dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.(Ad Dukhaan: 38-39)

“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan

barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.

Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal”.

(Al Baqarah: 269)

2

Page 3: budaya sulawesi

Pulau Sulawesi

Mengapa pulau SULAWESI terbentuk mirip dengan huruf K? Adakah hikmah di

balik terbentuknya? Menurut para ahli Geologi, bahwa terbentuknya pulau Sulawesi

yang terjadi secara alamiah oleh proses alam, memang berbeda dengan proses

terbentuknya pulau-pulau yang lain di Negara Kepulauan Nusantara ini, bahkan hanya

beberapa pulau di dunia yang mempunyai kesamaan dalam proses terbentuknya. Pulau

Sulawesi terbentuk dari proses Endogen, yaitu proses yang terjadi karena adanya

Pengangkatan dari dalam perut bumi. Artinya pembentukan pulau Sulawesi terjadi

dengan sendirinya, tidak seperti pulau-pulau lain yang proses pembentukannya

merupakan hasil Patahan/Pelepasan Daratan dari suatu Daratan Utama/Benua. 

Seperti pulau Jawa yang dulunya bersatu dengan pulau Sumatra dan bersatu

dengan Malaysia terus ke daratan Asia. Pulau Kalimantan dulunya bersatu dengan

sebagian daerah Malaysia terus ke Philipina terus ke daratan Asia. Pulau Maluku

dulunya bersatu dengan Irian Jaya (kini Papua) bersatu dengan Papua New Guinea

terus ke daratan Australia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya persamaan flora

(tumbuhan) dan fauna (hewan) di antara masing-masing wilayah tersebut. 

Berbeda halnya dengan pulau Sulawesi yang memang dulunya terbentuk

dengan sendirinya dari proses Endogen. Jadi pulau Sulawesi terbentuk bukan dari

proses perpisahan daratan oleh proses alam dari dua benua, yaitu Benua Asia dan

3

Page 4: budaya sulawesi

Benua Australia apalagi benua-benua lain. Hal ini terbukti dari ada beberapa jenis flora

dan fauna yang tidak ada samanya di dunia, sebagai contoh hewan Anoang (sejenis

hewan Rusa) dan hewan Kerbau Belang (Tedong Bonga) di Tana Toraja. “Dan Kami

tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa

hikmah”. (QS. Shaad: 27)

Di pulau sulawesi dulu hanya ada 4 propinsi yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi

Utara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Namun saat ini ada 6 Propinsi dengan

kemunculan dua Propinsi baru hasil dari pemekaran yakni Propinsi Sulawesi Barat dan

Propinsi Gorontalo.

Ini dia daftar selengkapnya propinsi-propinsi yang ada di Pulau Sulawesi:

1.Sulawesi Selatan

2. Sulawesi Utara

3. Sulawesi Tenggara

4. Sulawesi Tengah

5. Sulawesi Barat

6. Gorontalo

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini, yaitu menjelaskan mengenai

kebudayaan pulau Sulawesi di Indonesia. Sementara tujuan khusus dibuat nya

makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui ciri fisik, cirri budaya, tarian, bahasa daerah,

pakaian daerah, rumah adat, senjata tradisional, perkawinan, upacara

adat di Sulawesi Selatan.

b. Untuk mengetahui ciri fisik, cirri budaya, tarian, bahasa daerah,

pakaian daerah, rumah adat, senjata tradisional, perkawinan, upacara

adat di Sulawesi Utara.

4

Page 5: budaya sulawesi

c. Untuk mengetahui ciri fisik, cirri budaya, tarian, bahasa daerah,

pakaian daerah, rumah adat, senjata tradisional, perkawinan, upacara

adat di Sulawesi Tenggara.

d. Untuk mengetahui ciri fisik, cirri budaya, tarian, bahasa daerah,

pakaian daerah, rumah adat, senjata tradisional, perkawinan, upacara

adat di Sulawesi Tengah.

e. Untuk mengetahui ciri fisik, cirri budaya, tarian, bahasa daerah,

pakaian daerah, rumah adat, senjata tradisional, perkawinan, upacara

adat di Sulawesi Barat.

f. Untuk mengetahui ciri fisik, cirri budaya, tarian, bahasa daerah,

pakaian daerah, rumah adat, senjata tradisional, perkawinan, upacara

adat di Gorontalo.

1.3 Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut :

a. Diperolehnya informasi mengenai perkembangan kebudayaan

Sulawesi di Indonesia.

b. Diperolehnya informasi mengenai kebudayaan Sulawesi jika

dipandang dalam sektor ke- pariwisataan.

c. Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perbedaan masing –

masing propinsi yang ada di pulau Sulawesi.

d. Dapat menjadi referensi dalam pembelajaran sejarah local di sekolah

dan untuk mengenalkan kepada siswa tentang kearifan local yang ada

di sekitar mereka.

5

Page 6: budaya sulawesi

BAB II

KEBUDAYAAN PULAU SULAWESI

2.1 Kebudayaan Propinsi Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk tahun 1964. Sebelumnya Sulawesi

Selatan tergabung dengan Sulawesi Tenggara di dalam Provinsi Sulawesi

Selatan-Tenggara. Pembentukan provinsi ini berlandaskan pada Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 1964,

Periode terpenting sejarah Sulawesi Selatan adalah pada abad ke 14.

Pada saat itu berdiri kerajaan-kerajaan yang cukup terkenal, seperti Kerajaan

Luwu di bawah pemerintahan dinasti Tomanurung Simpuru Siang, Kerajaan

Gowa, Kerajaan Bone di bawah dinasti ManurungE, Kerajaan Soppeng di bawah

pemerintahan Raja To ManurungE ri Dekkannyili, dan Kerajaan Tallo dengan

6

Page 7: budaya sulawesi

raja pertamanya KaraEng Loe ri Sero.

Pada tahun 1538, Gowa mulai bersentuhan dengan orang-orang Eropa.

Pada tahun tersebut bangsa Portugis mendarat di Bandar Niaga Makassar dan

menghadap Raja Gowa IX Tumapa'risi Kallona. Kadatangan bangsa Eropa ini

selain untuk tujuan berdagang juga melakukan penyebaran agama Katolik,

Ibukota propinsi Sulawesi Selatan adalah Makassar.

Peta Sulawesi Selatan

2.1.1 Ciri fisik

Orang-orang Makassar memiliki ciri fisik yang sama pada

umumnya suku – suku lain di Indonesia. Yaitu berkulit sawo matang,

berperawakan sedang.

2.1.2 Ciri budaya

Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel -

Mengenal budaya propinsi Sulawesi Selatan berarti mengenal adat

kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan.

Di Sulsel terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada

3 kelompok etnis yaitu Makassar, Bugis dan Toraja. Demikian juga dalam

pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih dominan.

Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 strata sosial yaitu:

1. Karaeng: Raja atau Bangsawan

7

Page 8: budaya sulawesi

2. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar

3. Ata : Budak

Dalam tradisi asli suku Makassar sebenarnya juga dikenal yang

namanya kasta. Kasta tertinggi adalah Karaeng atau raja dan kasta paling

bawah adalah Ata atau budak. Mereka yang berkasta Karaeng berhak

mendapat paddaengang, sementara pada Ata tidak.

Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri

adalah budaya dan adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat

menarik.

Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan

sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal dari Makasar

yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri.

Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo,

serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana

Toraja adalah lagu Tondo.

2.1.3 Tarian

Beberapa tarian yang ada di sulawesi selatan :

Tari Pakkarena

Menurut Munasih Nadjamuddin yang seniman Pakarena, tarian

Pakarena berawal dari kisah mitos perpisahan penghuni boting

langi (negeri kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu.

Sebelum detik-detik perpisahan, boting langi mengajarkan

penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternak

hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan

kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual

saat penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada

penghuni boting langi.

8

Page 9: budaya sulawesi

Tari Angin Mamiri

menceritakan seorang perempuan yang berada di pantai, sedang

menunggu kekasihnya yang berada di laut untuk mencari ikan.

Tari Paddupa

merupakan tari tradisional Bugis Makassar yang ditujukan untuk

memberikan sambutan kepada tamu atau pejabat yang hadir dalam

suatu acara. Tari Paddupa adalah perwujudan cipta rasa dan karsa

suku Bugis Makassar yang melambangkan penghormatan,

keterbukaan terhadap perkembangn zaman akan tetapi tetap

memelihara adat kesopanan sebagai suku Bugis Makassar.

Tari Paddupa dibawakan oleh gadis-gadis cantik dengan iringan

musik tradisional Bugis Makassar

9

Page 10: budaya sulawesi

2.1.4 Bahasa daerah

Bahasa Makasar, juga disebut sebagai bahasa Makassar atau

Mangkasara' adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Makassar,

penduduk Sulawesi Selatan, Indonesia. Bahasa ini dimasukkan ke dalam

suatu rumpun bahasa Makassar yang sendirinya merupakan bagian dari

rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari

rumpun bahasa Austronesia.

Bahasa ini mempunyai abjadnya sendiri, yang disebut Lontara,

Huruf Lontara berasal dari huruf Brahmi kuno dari India. Seperti banyak

turunan dari huruf ini, masing-masing konsonan mengandung huruf hidup

"a" yang tidak ditandai. Huruf-huruf hidup lainnya diberikan tanda baca di

atas, di bawah, atau di sebelah kiri atau kanan dari setiap konsonan.

Contoh :

apa kareba? = apa kabar?; lakéko mae? = mau ke mana?;

2.1.5 Pakaian daerahPakaian Daerah Sulsel : Bugis dan Makassar : Baju Bodo dan Jas

Tutup, Baju La'bu.

10

Page 11: budaya sulawesi

2.1.6 Rumah adat

Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi

Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi

arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya.

Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah

adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya. Tinggi

kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan

status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan,

orang berpangkat atau hanya rakyat biasa.

2.1.7 Senjata tradisional

Senjata tradisional dari Sulawesi Selatan adalah badik, pisau yang

dirancang melengkung, dan diberi gagang kayu / besi ukiran khas

Makasar.

11

Page 12: budaya sulawesi

2.1.8 Perkawinan

Tata cara upacara pernikahan adat Bugis Makassar melalui

berberapa tahapan yaitu:

A'jagang-jagang/Ma'manu-manuPenyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.

A'suro/Massuro Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita.

Appa'nasa/Patenre AdaUsai acara pinangan, dilakukan appa'nasa/patenre ada yaitu menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang belanja

Appanai Leko Lompo (erang-erang)Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A'bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis)

A'barumbung (mappesau)Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.

Appasili Bunting (Cemme Mapepaccing)Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a'bubu, dan appakanre bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan mendapat perlindungan dari Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam mara bahaya

Akkorongtigi/MappaciUpacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri

12

Page 13: budaya sulawesi

dengan meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai.

Assimorong/Menre'kawingAcara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar.

Appabajikang BuntingProsesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi Bugis-Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh).

Alleka bunting (marolla)Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu.

2.1.9 Upacara adat

Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi

Selatan ada di Tanah Toraja (Tator) Upacara adat tradisional tersebut

bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara dukacita/kematian).

13

Page 14: budaya sulawesi

Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa

dukacita yang sangat mendalam.

2.2 Kebudayaan Propinsi Sulawesi Utara

Provinsi Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup

panjang sebelum daerah yang berada paling ujung utara nusantara ini menjadi

14

Page 15: budaya sulawesi

Provinsi Daerah Tingkat I. Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia,

daerah ini berstatus Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi

Sulawesi.

Dalam perjalanan panjang sampai dengan Tahun 2000, Wilayah

Administrasi Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadya,

iaitu : Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan

Talaud, Boalemo serta Kotamadya Manado, Bitung dan Gorontalo Selanjutnya

seiring dengan Nuansa Reformasi dan Otonomi Daerah, maka telah dilakukan

pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo sebagai hasil

pemekaran dari Provinsi [Sulawesi Utara malalui Undang-Undang No. 38 Tahun

2000. Ibu kota propinsi Sulawesi Utara adalah Manado.

Propinsi Sulawesi Utara

2.2.1 Ciri budaya

15

Page 16: budaya sulawesi

Penduduk Sulawesi Utara terdiri atas 3 etnis dan bahasa yang

berbeda-beda, yaitu :

Suku Minahasa (Toulor, Tombolu, Tonsea, Tontenboan,

Tonsawang, Ponosokan, dan Batik)

Suku Sangine dan Talaud (Sangie Besar, Siau, Talaud)

Suku Bolaang Mongindow (Mongondow, Bolaang, Bintauna,

Kaidipang)

Walaupun demikian,Bahasa Indonesia digunakan dan dimengerti

dengan baik oleh sebagian besar penduduk Sulawesi Utara didominisi

oleh : 

       -Suku Minahasa (33,2%)

       -Suku Sangir (19,8%)

       -Suku Bolaang Mangondow (11,3%)

       -Suku Gorontalo (7,4%)

       -Suku Totemboan (6,8%)

2.2.2 Tarian

Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara

berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan

cumbuan.

Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah

Gorontalo.

Tarian PaloPalo

2.2.3 Bahasa daerah

16

Page 17: budaya sulawesi

Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tapi dengan

logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari

Bahasa Belanda dan Portugis karena daerah ini merupakan wilayah

jajahan Belanda dan Portugis.

2.2.4 Pakaian daerah

Pakaian adat dari Sulawesi Utara sering disebut dengan pakaian

Sangihe.Pakaian adat suku bangsa Sangihe Talaud sejak dulu

menggunakan bahan serat kofo.Kofo atau fami manila adalah sejenis

pohon pisang yang banyak tumbuh di daerah Sangihe talaud yang berikim

tropis Seratnya diambil untuk menghasilkan benang kofo.Benang kofo

ditenun dengan alat tenun yang disebut “kahuwang”.Pakaian adapt

Sangihe Talaud disebut “laku tepu”.Laku artinya pakaian ,sedang tepu

artinya agak sempit,maksudnya pakaian yang bagian lehernya agak

sempit atau tidak terbuka.

2.2.5 Rumah adat

Rumah ini merupakan rumah panggung yang dibangun di atas

tiang dan balok-balok yang di antaranya terdapat balok-balok yang tidak

boleh disambung.

Rumah Pewaris memiliki 2 buah tangga. Letaknya di sisi kiri dan

kanan bagian depan rumah. Eh, kok ada 2 tangga, sih?  Hmm.. konon,

kalau ada roh jahat yang naik dari salah satu tangga, maka ia akan

kembali turun di tangga sebelahnya. Hihihi.. benar, nggak sih? Asal kamu

tahu saja, seluruh rumah terbuat dari kayu, lho!

17

Page 18: budaya sulawesi

Dulunya, rumah adat Minahasa ini hanya terdiri dari satu ruangan

saja. Kalau pun harus dipisahkan, biasanya hanya dibentangkan tali rotan

atau tali ijuk saja, yang kemudian digantungkan tikar. Sekarang ini,

Rumah Pewaris  memiliki beberapa ruang. Misalnya, Setup Emperan

yang digunakan untuk menerima tamu. Pores , untuk ruang tidur orang

tua dan anak perempuan. Dan sangkor  yang digunakan sebagai lumbung

padi.

2.2.6 Senjata tradisional

Jenis senjata tradisional khas Sulawesi Utara antara lain adalah,

keris, peda, sabel.

2.2.7 Perkawinan

Proses Pernikahan adat yang selama ini dilakukan di tanah

Minahasa telah mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan

jaman. Misalnya ketika proses perawatan calon pengantin serta acara

"Posanan" (Pingitan) tidak lagi dilakukan sebulan sebelum perkawinan,

tapi sehari sebelum perkawinan pada saat "Malam Gagaren" atau malam

muda-mudi. Acara mandi di pancuran air saat ini jelas tidak dapat

dilaksanakan lagi, karena tidak ada lagi pancuran air di kota-kota besar.

Yang dapat dilakukan saat ini adalah mandi adat "Lumelek" (menginjak

18

Page 19: budaya sulawesi

batu) dan "Bacoho" karena dilakukan di kamar mandi di rumah calon

pengantin.

Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan sekarang ini, semua

acara / upacara perkawinan dipadatkan dan dilaksanakan dalam satu hari

saja. Pagi hari memandikan pengantin, merias wajah, memakai busana

pengantin, memakai mahkota dan topi pengantin untuk upacara "maso

minta" (toki pintu). Siang hari kedua pengantin pergi ke catatan sipil atau

Departemen Agama dan melaksanakan pengesahan/pemberkatan nikah

(di Gereja), yang kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Pada

acara in biasanya dilakukan upacara perkawinan ada, diikuti dengan

acara melempar bunga tangan dan acara bebas tari-tarian dengan iringan

musik tradisional, seperti tarian Maengket, Katrili, Polineis, diriringi Musik

Bambu dan Musik Kolintang.

2.2.8 Upacara adat

Upacara Adat Mamu'a Ton'na

Upacara ini merupakan ucapan syukur dan doa permohonan pada Tuhan

Yang Maha Kuasa agar diberi kedamaian, keberuntungan, dan

keselamatan di dalam menjalani kehidupan di tahun yang baru.

Tradisi Mamu’a Ton’na atau Mamu’a berarti membuka dan Ton’na berarti

tahun, bermakna simbolis kaitannya dengan tradisi Mangunsi’n Ton’na

atau Mangunsi’n berarti mengunci dan Ton’na berarti tahun.

19

Page 20: budaya sulawesi

Mangunsi’n Ton’na mengandung pengertian meninggalkan tahun lama,

sedangkan Mamu’a Ton’na mengandung pengertian memasuki tahun

baru. Kata mangunsi’n dan kata mamu’a berkonotasi pintu/jalan hidup

yang menunjuk pada bumi tempat berpijak atau tempat kehidupan

manusia dimana ada jalan menuju pada kebaikan dan juga ada jalan

menuju kepada kesengsaraan.

Upacara adat Mamu’a Ton’na dilaksanakan pada Januari sesudah

perayaan Tahun Baru. Puncak acaranya ditandai dengan pemotongan

Ampizisa Waca (ketupat raksasa berbentuk dada ayam) dan Puang Bawi

(kepala babi) oleh seorang tokoh adat, lalu disuguhkan kepada

Ratu’mbanua/Nanguwanua (Raja Kampung) untuk dibagikan kepada

hadirin sebagai tanda kasih dan rasa kekeluargaan di antara sesama

warga masyarakat.

Sambil memotong Ampizisa dan Puang Bawi, tokoh adat/pelaku upacara

mengucapkan Aimparuca (doa keselamatan) dalam beberapa tema

seperti Sasasa (pengajaran, petuah), Tatahulandimima (doa penyejuk,

pendamaian), juga Malap’pu Mbisara (simpulan-simpulan ajaran yang

harus dipatuhi) serta tema-tema lain.

2.3 Kebudayaan Propinsi Sulawesi Tenggara

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai jenis kesenian yang

potensial sehingga memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Jenis-jenis

kesenian tersebut adalah seni tari, seni ukir dan seni lukis serta seni suara dan

20

Page 21: budaya sulawesi

seni bunyi. Seni tari, merupakan tarian masyarakat yang dipersembahkan pada

setiap upacara tradisional maupun menjemput tamu-tamu agung yang diiringi

oleh alat musik tradisional antara lain gong, kecapi dan alat tiupan suling bambu.

Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kelompok bahasa daerah dengan

dialek yang berbeda-beda. Perbedaan dialek ini memperkaya khasanah

kebudayaan Indonesia. Ibukota propinsi Sulawesi Tenggara adalah Kendari.

2.3.1 Ciri Budaya

Dari pengertian seni dan budaya di atas, dapat dikemukakan

pengertian seni budaya Sulawesi Tenggara secara umum. Seni budaya

Sulawesi Tenggara adalah seni yang lahir dari kebiasaan masyarakat

Sulawesi Tenggara yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Untuk lebih dapat memahami seni budaya Sulawesi Tenggara, maka

harus diketahui terlebih dahulu macam-macam seni budaya Sulawesi

Tenggara. Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kelompok bahasa

daerah dengan dialek yang berbeda-beda. Seperti dialek Bahasa Tolaki,

Muna, Pongana, Buton, Cia-cia dan Suai.

Untuk mengatur hubungan kehidupan antarmasyarakat, telah

berlaku hukum adat yang senantiasa dipatuhi oleh warga masyarakat.

Jenis hukum adat tersebut antara lain adalah hukum tanah, hukum

pergaulan masyarakat, hukum perkawinan dan hukum waris. Provinsi

Sulawesi Tenggara memiliki berbagai jenis kesenian yang potensial

sehingga memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia. Jenis-jenis

21

Page 22: budaya sulawesi

kesenian tersebut adalah seni tari, seni ukir, seni lukis, seni suara dan

seni bunyi.

2.3.2 Tarian

Jenis-jenis seni tari di Sulawesi Tengah adalah :

1. Tari Umoara2. Tari Mowindahako3. Tari Molulo4. Tari Ore-ore5. Tari Linda6. Tari Dimba-dimba7. Tari Moide-moide8. Tari Honari

2.3.3 Bahasa daerah

Kelompok bahasa daerah di Sulawesi Tenggara dan dialeknya

masing-masing adalah sebagai berikut:

Kelompok Bahasa Tolaki, Kelompok Bahasa Muna, Kelompok Bahasa

Pongana, Kelompok Bahasa Walio (Buton), Kelompok Bahasa Walio

(Buton), Kelompok Bahasa Cia-Cia, Kelompok Bahasa Suai.

2.3.4 Pakaian daerah

22

Page 23: budaya sulawesi

2.3.5 Rumah adat

Laikas merupakan rumah adat yang terdiri dari tiga lantai, lantai

pertama merupakan tempat kediaman raja, lantai kedua untuk tempat

keluargadan ketiga untuk tempat sholat, pada kiri dan kanan lantai dua

terdapat ruangan tempat menenun kain yang bernama bane.

2.3.6 Senjata tradisional

Senjata tradisional khas propinsi Sulawesi Tenggara adalah keris.

2.3.7 Perkawinan

23

Page 24: budaya sulawesi

Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara,

dimana di sulawesi tenggara terdapat 4 suku yaitu Muna, Buton, Tolaki

dan Wolio.

Suku Tolaki mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten

Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe.

Masyarakat Tolaki umumnya merupakan peladang dan petani yang

handal, hidup dari hasil ladang dan persawahan yang di buat secara

gotong-royong keluarga. Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo

(delapan hari).

Mowindahako dapat diterjemahkan pesta perkawinan, setelah tiba hari

yang telah disepakati, maka diantarlah pengantin laki-laki ketempat

upacara perkawinan dengan usungan (Sinamba Ulu) atau kendaraan

lain.

Rombongan pengantin laki-laki dalam memasuki ruang upacara utama,

pintu pagar, pintu utama, pintu kamar tidur, pembuka kelambu dan mata

pengantin perempuan masih tertutup. Untuk membuka hal-hal tersebut

diatas, maka pihak laki-laki harus menebusnya sesuai dengan

kesepakatan dengan masing-masing penjaga. Hal ini dimaksudkan agar

memeriahkan acara perkawinan, serta sebagai symbol ketulusan dari

pihak laki-laki.disaat upacara ini pula semua kesepakatan peminangan

dipenuhi serta ditampilkan secara transparan didepan masing-masing

juru bicara, Puutabo, pemerintah, serta para undangan.

2.3.8 Upacara adat

Tradisi upacara Posuo yang berkembang di Sulawesi Tenggara (Buton)

sudah berlangsung sejak zaman kesultanan Buton. Upacara Posuo

diadakan sebagai sarana untuk peralihan status seorang gadis dari

remaja (labuabua) menjadi dewasa (kalambe), serta untuk

24

Page 25: budaya sulawesi

mempersiapkan mentalnya. Upacara tersebut dilaksanakan selama

delapan hari delapan malam dalam ruangan khusus yang oleh

masyarakat setempat disebut dengan suo. Selama di kurung di suo.para

peserta di jauhkan dari pengaruh dunia luar, baik dari keluarga maupun

lingkungan sekitarnya .para peserta hanya boleh berhubungan dengan

bhisa (pemimpin upacara posuo) yang telah di tunjuk oleh pemangku

adat setempat.para bhisa akan membimbing dan memberi petuah

berupa pesan moral,spiritual ,dan pengetahuan membina keluarga yang

baik kepada para peserta.

25

Page 26: budaya sulawesi

2.4 Kebudayaan Propinsi Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-

temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya

yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai

pengaruh modern serta pengaruh agama.

Sehubungan banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka

terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan

kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai

bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis

dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau

Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari

dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang

cukup dominan. Ibukota dari Propinsi Sulawesi Utara adalah Palu.

26

Page 27: budaya sulawesi

Peta Sulawesi Tengah

2.4.1 Ciri budaya

Sulawesi Tengah kaya budaya dan sejarah. Awal abad ke-13,

banyak kerjaan kecil di tempat ini, di antaranya Banawa, Tawaeli, Sigi,

Bangga dan Banggai. Abad ke-16, kerajaan bercorak Islam mendominasi

kerajaan-kerajaan ini, seperti Bone dan Wajo yang kemudian

menyebarkan pengaruhnya ke kerajaan lain.

Belanda datang abad ke-17 dan mencoba mengambil alih tempat

ini. Pada abad ke-18 Belanda mengkontrol Sulawesi Tenggara hingga

tiba kedatangan Jepang. Setelah Perang Dunia II, Belanda mencoba

menciptakan negara boneka tetapi penduduk setempat melakukan

perlawanan, hingga akhirnya tempat ini menjadi bagian Republik

Indonesia tahun 1950 dan menjadi provinsi terpisah tahun 1964.

Sulawesi Tengah dengan ibu kota Palu terdiri dari beberapa suku yang

masih mempertahankan tradisi dan adat mereka.

Seperti daerah lain di Indonesia, peduduk pertama di Sulawesi

Tengah bercampur dengan ras wedoid dan negroid. Orang Melayu

kemudian datang dan mulai mendominasi tempat ini. Peninggalan zaman

perunggu dan megalitikum dapat ditemukan di sini. Saat ini ras yang

mendominasi adalah Palu Toraja, Koro Toraja dan Poso Toraja.

2.4.2 Tarian

Tarian “Torompio” adalah ungkapan dalam bahasa Pamona,

Sulawesi Tengah. Ungkapan ini terdiri atas dua kata, yakni “toro” yang

berarti “berputar” dan “pio” yang berarti “angin”. Jadi, “torompio” berarti

“angin berputar”. Makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut

adalah “gelora cinta kasih” yang dilambangkan oleh tarian yang dinamis

dengan gerakan berputar-putar bagaikan insan yang sedang dilanda

27

Page 28: budaya sulawesi

cinta kasih, sehingga tarian ini disebut torompio. Pengertian gelora cinta

kasih sebenarnya bukan hanya untuk sepasang kekasih yang sedang

dimabuk cinta, melainkan juga untuk semua kehidupan, seperti: cinta

tanah air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai

tamu-tamu) dan lain sebagainya. Namun, yang lebih menonjol ialah cinta

kasih antarsesama remaja atau muda-mudi, sehingga tarian ini lebih

dikenal sebagai tarian muda-mudi.

2.4.3 Bahasa daerah

Masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang

saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun

masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

2.4.4Pakaian daerah

Pakaian Adat Perempuan -> Baju Nggembe

Baju Nggembe adalah busana yang dipakai oleh remaja putri

untuk Upacara Adat atau pesta. Baju Nggembe berbentuk segi

empat, berkerah bulat berlengan selebar kain, panjang blus

sampai pinggang dan berbentuk longgar.

28

Page 29: budaya sulawesi

Pakaian Adat Pria

Pakaian ini terdiri dari 2 bagian yaitu Baju Koje dan Puruka

Pajama. Baju Koje atau baju ceki adalah kemeja yang bagian

keragnya tegak dan pas dileher, berlengan panjang, panjang

kemeja sampai ke pinggul dan dipakai di atas celana. Puruka

Pajana atau celana sebatas lutut, modelnya ketat, namun killnya

harus lebar agar mudah untuk duduk dan berjalan.

2.4.5Rumah adat

Rumah adat atau rumah tradisional khas Sulawesi Tengah adalah

Souraja, yakni bangunan rumah tradisional  yang merupakan tempat

tinggal para bangsawan.  Souraja juga sering disebut Banua Mbaso atau

rumah besar yakni  rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja

beserta keluarga-keluarganya.

Meskipun demikian sebagian besar rumah rakyat serupa dengan

Souraja, hanya bentuk dan ukurannya sedikit berbeda dengan yang

dimiliki para pembesar atau bangsawan. Bangunan ini berbentuk rumah

panggung yang ditunjang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari

kayu tertentu yang memiliki kualitas yang baik serta tahan lama.

29

Page 30: budaya sulawesi

2.4.6Senjata tradisional

Salah satu jenis senjata tradisional yang terkenal di Sulawesi

Tengah adalah pasatimpo, yaitu sejenis parang yang hulunya bengkok

dan sarungnya diberi tali, selain jenis parang adapula berupa

tombakyang terdiri atas kanjae dan surampa (bermata tiga seperti

senjata trisula), serta sumpit.

2.4.7Perkawinan

Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut upacara adat yang

sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah. Tahapan pertama disebut

Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari priamendatangi

kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan

anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu

untuk melangsungkan Tolobalango atau Peminangan.Pada malam sehari

sebelum akad nikah digelar serangkaian acara Mopotilandthu (malam

pertunangan).

Dilanjutkan dengan Molapi Saronde yaitu tarian yang dibawakan

oleh talon mempelai pria dan ayah atau wali laki-laki. Tarian ini

menggunakan sehelai selendang. Ayah dan calon mempelai pria secara

30

Page 31: budaya sulawesi

bergantian menarikannya, sedangkan sang calon mempelai wanita

memperhatikan dari kejauhan atau dari kamar. Bagi calon mempelai pria

ini merupakan sarana Molile Huali (menengok atau mengintip talon

istrinya), dengan tarian ini calon mempelai pria mencuri-curi pandang

untuk melihat calonnya.

Keesokan harinya Pemangku Adat melaksanakan akad nikah,

sebagai acara puncak dimana kedua mempelai akan disatukan dalan

ikatan pernikahan yang sah menurut Syariat Islam.

2.4.8Upacara adat

Metimbe adalah upacara adat penyembelihan kerbau, yang

bertujuan untuk memohon kepada sang pencipta, agar diberikan

keberkahan dan dijauhkan dari marabahaya dan bencana. Ritual

Metimbe berasal dari suku Kulawi.

31

Page 32: budaya sulawesi

2.5 Kebudayaan Propinsi Sulawesi Barat

Sulawesi Barat adalah provinsi pemekaran dari provinsi Sulawesi

Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No 26

Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju. Luas wilayah sekitar 16,796.19 km². dan

terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa

(5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%).

Peta Sulawesi Barat

2.5.1 Ciri budaya

Mengenai budaya, ada beberapa budaya seperti:

-“Mansossor Manurung”, yang merupakan prosesi adat pencucian benda-

benda pusaka kerajaan Mamuju yang dilaksanakan setiap tahun

bertepatan pada hari “Manakarra”.

2.5.2 Tarian

Potensi Tarian Daerah antara lain  seperti rincian di bawah ini :

Tari Bamba Manurung

32

Page 33: budaya sulawesi

Tari Ma Bundu Tari Motaro Tari Bulu Londong Tari Tuduq Mandar Pembolongatta Tari Tuduq Kumba

2.5.3 Bahasa daerah

Bahasa yang menjadi budaya Sulawesi Barat di antaranya bahasa

Mandar, bahasa Toraja, Bugis, Makasar, Jawa serta bahasa Bali.

2.5.4 Rumah adat

2.5.5 Upacara adat

Pesta Adat Sayyang Pattudu diadakan dalam rangka untuk

mensyukuri anak-anak yang khatam (tamat) Al-Qurâan. Bagi warga suku

Mandar, tamatnya anak-anak mereka membaca 30 juz Al-Quran

merupakan sesuatu yang sangat istimewa, sehingga perlu disyukuri

secara khusus dengan mengadakan pesta adat Sayyang Pattudu. Pesta

ini biasanya digelar sekali dalam setahun, bertepatan dengan bulan

Maulid Awwal (kalender Hijriyah). Pesta tersebut menampilkan atraksi

kuda berhias yang menari sembari ditunggangi anak-anak yang

mengikuti acara tersebut.

33

Page 34: budaya sulawesi

2.6 Kebudayaan Propinsi Gorontalo

Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam

(99 %). Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam

masuk ke Gorontalo sekitar tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali

songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang

bernama ‘Ju Panggola’ di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah

perbatasan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Dengan adanya kerajaan-kerajaan pada masa lalu muncul kelas-kelas

dalam masyarakat Gorontalo; kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan

rakyat kebanyakan (tuangolipu), dan lapisan budak (wato). Perbedaan kelas

ini semakin hilang seiring dengan semakin besarnya pengaruh ajaran Islam

yang tidak mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi rendah dari satu

pihak terhadap pihak lain masih terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan

sosial seperti ini semakin bergeser oleh dasar lain yang baru, yaitu jabatan,

gelar, pendidikan, dan kekayaan ekonomi.

34

Page 35: budaya sulawesi

Peta Gorontalo

2.6.1 Ciri budaya

Ciri khas budaya Gorontalo juga dapat dilihat pada makanan khas,

rumah adat, kesenian, dan hasil kerajinan tangan Gorontalo. Diantaranya

adalah kerajinan sulaman “Kerawang” dan anyaman “Upiya Karanji” atau

Kopiah Keranjang yang terbuat dari bahan rotan. Kopiah Keranjang ini

belakangan makin populer di Indonesia. Suku-suku yang bermukim di

Kabupaten Boalemo, terdiri dari suku Gorontalo, Jawa, Sunda, Madura,

Bali, NTB. Selain itu terdapat juga suku Bajo yang hidup berkelompok di

suatu perkampungan di Desa Bajo, Kecamatan Tilamuta dan Desa

Torisiaje, Kecamatan Popayato. Mereka tinggal di laut dengan mendiami

bangunan rumah di atas air.

2.6.2 Tarian

Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga,

Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga.  Sedangkan

lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat

Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku),

Ambikoko, Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang),

Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup

Jagung).

35

Page 36: budaya sulawesi

2.6.3 Bahasa daerah

Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi

atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa.

Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo.

2.6.4 Pakaian daerah

Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk

upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan

tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah

khas Gorontalo disebut Bili’u atau  Paluawala. Pakaian adat ini 

umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan,

dan hijau.

36

Page 37: budaya sulawesi

2.6.5 Rumah adat

Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo

Pomboide dan Dulohupa. Rumah adat ini terletak di tepat di depan

Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman, Limboto. Dulohupa

terletak di di Kelurahan Limba U-2, Kecamatan Kota Selatan, Kota

Gorontalo. Akan tetapi, rumah adat Dulohupa yang satu ini kini tinggal

kenangan karena sudah diratakan dengan tanah. Rumah adat ini

digunakan sebagai tempat bermusyawarat  kerabat kerajaan pada masa

lampau. 

2.6.6 Senjata tradisional

Senjata tradisional dari propinsi Gorontalo adalah senjata tavalla.

2.6.7 Perkawinan

Hiasan untuk upacara pernikahan masyarakat Gorontalo hanya

menggunakan empat warna utama di atas (merah, hijau, kuning emas,

37

Page 38: budaya sulawesi

dan ungu). Sebagaimana disebutkan di atas, masyarakat Gorontalo

memiliki pakaian khas tersendiri untuk berbagai upacara adat baik

perkawinan, pengkhitanan, pembaitan, dan penyambutan tamu. Pakaian

adat pengantin disebut Paluawala atau Bili’u.  Pada waktu akad nikah

pengantin mengenakan pakaian adapt yang disebut Wolimomo dan

Payungga. Saat itu pengantin pria berada di kamar adat yang disebut

Huwali Lo Humbiya. Paluwala artinya polunete unggala’a to delemo

pohla’a,  yakni suatu ikatan keluarga pada keluarga besar: Duluwo lou

limo lo pohala’a Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bolango, dan Atinggola.

Sedangkan Bili’u berasal dari kata bilowato artinya ‘yang diangkat’,

yakni sang gadis diangkat dengan memperlihatkan ayuwa  (sikap)  dan

popoli  (tingkah laku), termasuk sifat dan pembawaanya di lingkungan

keluarga. Pakaian ini dipakai pada waktu pengantin duduk bersanding di

pelaminan yang disebuat pu’ade atau tempat pelaminan. Kemudian

pengantin mengenakan pakaian Madipungu dan Payunga Tilambi'o, 

yaitu pakaian pengantin wanita tanpa Bayalo Bo”Ute atau hiasan kepala,

cukup pakai konde dengan hiasan sunthi dan pria memakai Payunga

Tilambi’o. Yang terakhir sang pengantin mengenakan Pasangan dan

Payunga Tilambi’o, yaitu pakaian pengantin wanita dengan tiga perempat

tangannya dipakai acara resepsi, di mana pengantin wanita bebas

bersuka ria dengan sahabat–sahabat sebaya sebagai penutup acara

masa remajanya.

Dalam adat perkawinan Gorontalo sebelum  hari H dilaksanakan

acara “Dutu“,  di mana kerabat pengantin pria akan mengantarkan harta

dengan membawakan buah–buahan, seperti buah jeruk, nangka, nenas,

dan tebu. Setiap  buah yang dibawa juga punya makna tersendiri,

misalnya buah jeruk bermakna bahwa ‘pengantin harus merendahkan

diri’, duri jeruk bermakna bahwa ‘pengantin harus menjaga diri’, dan

rasanya yang manis bermakna bahwa ‘pengantin harus menjaga tata

38

Page 39: budaya sulawesi

kerama atau bersifat manis supaya disukai orang. Nenas, durinya juga

bermakna bahwa pengantin  harus menjaga diri, dan begitu pula rasanya

yang manis. Nangka dalam bahasa Gorontalo Langge lo olooto, yang

berbau harum dan  berwarna kuning emas mempunyai  arti bahwa

pengantin tersebut harus memiliki sifat penyayang dan penebar

keharuman. Tebu warna kuning bermakna bahwa pengantin harus

menjadi orang yang disukai  dan teguh dalam pendirian.

2.6.8 Upacara adat

Upacara adat tidak akan terlepas dari setiap individu dimanapun 

berada. Upacara tersebut berbeda satu sama lain. Di Gorontalo

misalnya, upacara “pambeatan” masih sangat kental dan masih sering  di

lakukan . Hal ini dikarenakan , sudah menjadi tradisi seorang perempuan

ketika memasuki masa remaja melakukan pembeatan atau perjanjian.

Pembeatan juga dapat dilakukan menjelang akad nikah. Menurut

Sumakno Katili (47 th) pembeatan wajib dilakukan bagi seorang gadis

yang memasuki akil baligh. Upacara pembeatan ini terdiri dari beberapa

prosesi, diantaranya: Prosesi “Monopolihu lolimu” , Tepuk mayang,

Memecahkan telur, Berjalan di atas piring.

Acara puncak adalah pembeatan tersebut. Pembeatan sering

dilakukan pada malam hari. Hal ini bertujuan untuk menambah hikmat

dan agar janji didengar orang dan untuk menjadikan kontrol, apakah janji

39

Page 40: budaya sulawesi

tersebut ditepati atau bahkan dilanggar sigadis.  Janji yang diikrarkan

dituntun ulama dan berasal dari al-quran. Janji tersebut ialah ketika

remaja nanti  tidak akan bersikap kasar pada siapapun, mematuhi

perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

  Acara terakhir adalah ramah tamah atau makan malam bersama dan

berfoto bersama keluarga, teman dan tamu yang hadir.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini,

sebagai berikut .

40

Page 41: budaya sulawesi

Penyebab pudarnya pesona seni budaya kumpulan Sulawesi dapat

berasal dari pemerintah dan masyarakat Sulawesi sendiri. Pudarnya seni

kebudayaan Sulawesi dapat berdampak buruk bagi generasi penerus

Sulawesi.

Tidak hanya pemerintahan yang dapat berupaya memajukan seni

kebudayaan Sulawesi . Masyarakat dan sekolah juga ikut andil

memajukan seni kebudayaan Sulawesi.

Kepulauan Sulawesi memiliki beragam seni budaya yang memperkaya

khazanah kebudayaan Indonesia. Sayangnya, pesona seni budaya di

kepulauan Sulawesi yang begitu berpotensi,mulai pudar karena tidak

adanya perhatian baik dari pemerintahan dan masyarakat.

Maka diperlukan upaya untuk memajukan seni budaya kepulauan

Sulawesi. Partisipasi positif dari semua pihak sangat

diharapkan.sehingga upaya tersebut dapat terwujud dengan baik dan

memberikan manfaat yang besar bagi kepulauan Sulawesi khususnya

dan negara Indonesia pada umumnya.

3.2 Saran

Demikian pemaparan isi makalah kelompok kami yang mengambil tema

Kebudayaan Sulawesi, meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita

mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan

kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa, kami

juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang

lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Etty Rosmiati selaku guru kelas V-B yang telah memberi kami tugas

41

Page 42: budaya sulawesi

kelompok demi kebaikan diri kami sekelompok dan untuk negara dan bangsa.

42