buah naga.pdf

38
USUL PENELITIAN PEMANFAATAN KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI TEH HERBAL OLEH: BAMBANG EDI PURNOMO 0906121516 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013

Upload: bambang-edi-purnomo

Post on 29-Nov-2015

1.090 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

teh kulit buah naga

TRANSCRIPT

Page 1: buah naga.pdf

USUL PENELITIAN

PEMANFAATAN KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI TEH HERBAL

OLEH:

BAMBANG EDI PURNOMO

0906121516

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: buah naga.pdf

2

USUL PENELITIAN

PEMANFAATAN KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI TEH HERBAL

OLEH:

BAMBANG EDI PURNOMO

0906121516

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk melaksanakan penelitian

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 3: buah naga.pdf

3

LEMBAR PENGESAHAN

PEMANFAATAN KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI TEH HERBAL

Oleh:

BAMBANG EDI PURNOMO

0906121516

Menyetujui

Setelah diseminarkan pada tanggal 11 September 2013

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Faizah Hamzah, M.S

NIP. 19561227 198303 2 002

Pembimbing II

Dr. Vonny Setiaries Johan, S.TP., M.T

NIP. 19760528 200212 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian

Ir. Raswen Efendi, M.S.

NIP. 19610107 1987002 1 002

Page 4: buah naga.pdf

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kemudahan

yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usul

penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus

polyrhizus) sebagai Teh Herbal”.

Usul penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat dalam melaksanakan

penelitian. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Faizah Hamzah,

MS sebagai pembimbing I dan Dr. Vonny Setiaries Johan, S.TP, M.T sebagai

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai

selesainya usul penelitian ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Beasiswa

BUMN Peduli yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

Usul penelitian ini masih memiliki kekurangan baik dari ketepatan ide, tulisan,

maupun dalam penyajian bahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan dalam perbaikan selanjutnya.

Pekanbaru, September 2013

Bambang Edi Purnomo

Page 5: buah naga.pdf

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1.3. Hipotesis .......................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1. Buah Naga ....................................................................................... 4 2.2. Radikal Bebas dan Antioksidan ...................................................... 7 2.3. Mutu Teh ......................................................................................... 9

2.4. Pengeringan ..................................................................................... 10

III. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 12 4.1. Tempat dan Waktu .......................................................................... 12

4.2. Bahan dan Alat ................................................................................ 12 4.3. Metode Penelitian ............................................................................ 12

4.4. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 13 4.4.1. Pembuatan Kulit Buah Naga Kering ................................... 13

4.5. Analisis Bahan ................................................................................. 14

4.5.1. Kadar Air ............................................................................... 14 4.5.2. Kadar Abu .............................................................................. 15 4.5.3. Uji Aktivitas Antioksidan ...................................................... 15

4.5.4. Uji Organoleptik ................................................................... 16

4.6. Analisis Data ..................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

LAMPIRAN

Page 6: buah naga.pdf

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan buah naga merah per 100 g. .................................................... 6

2. Syarat mutu teh kering dalam kemasan .................................................... 10

3. Kombinasi rancangan perlakuan ................................................................ 13

4. Bahan dan kosentrasi pengujian rasa dasar ................................................ 17

5. Bahan dan karakteristik bau pengujian aroma dasar ................................. 17

Page 7: buah naga.pdf

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jenis-jenis buah naga ................................................................................. 4

2. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh ................................................... 7

3. Aktivitas antioksidan ................................................................................. 8

Page 8: buah naga.pdf

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Diagram alir pembuatan produk teh kulit buah naga merah ...................... 22

2. Formulir kuisioner awal ............................................................................. 23

3. Formulir identifikasi rasa dasar ................................................................. 24

4. Formulir identifikasi aroma dasar .............................................................. 25

5. Formulir uji diskripsi ................................................................................. 26

6. Formulir uji penerimaan keseluruhan ........................................................ 29

Page 9: buah naga.pdf

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman buah naga merupakan salah satu kaktus yang memiliki buah dan

bunga. Tumbuhan ini tergolong famili Cacteceae dan subfamili Hylocereanea.

Tanaman buah naga berasal dari Amerika Tengah yang dikembangkan di Indonesia.

Buah naga yang dibudidayakan ada empat jenis yaitu: kulit merah berdaging buah

putih (Hylocerous undatus), kulit merah berdaging buah merah (Hylocerous

polyrhizus), kulit merah berdaging buah super merah (Hylocerous costaricensis) dan

kulit kuning (Hylocerous megalanthus). Salah satu buah naga yang saat ini sedang

dibudidayakan di Indonesia adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Buah

naga memiliki berbagai sebutan di beberapa daerah, seperti di Cina disebut dengan

Feny Long Kwa dan Than Long, di Thailand disebut Kaew Mangkorn, di Taiwan

disebut Shien Mie Kou dan di Israel disebut Pitahaya (Departemen Pertanian, 2009).

Buah naga memiliki rasa yang enak dan sehat untuk dikonsumsi. Menurut

Zainoldin dan Baba (2012), buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki

kandungan lycopene yang merupakan antioksidan alami dan dikenal untuk melawan

kanker, penyakit jantung, dan merendahkan tekanan darah. Buah naga bukan hanya

dagingnya yang bermanfaat, kulitnya juga memiliki potensi sebagai bahan obat karena

memiliki kandungan sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida, flavonoid, thiamin,

niacin, pyridoxine, kobalamin, fenolik, polifenol, karoten, phytoalbumin, dan betalain

(Saati, 2009; Woo dkk., 2011). Betalain merupakan pigmen bersifat polar yang terdiri

atas betasianin dan betaxantin (Wybraniec dkk., 2006). Kulit buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus) berkhasiat untuk mencegah kanker usus, kencing manis, dan

bersifat sebagai antioksidan serta penetral radikal bebas (Jamilah, 2011).

Page 10: buah naga.pdf

2

Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau menghambat

dan mencegah terjadinya proses oksidasi. Selain itu antioksidan juga diartikan sebagai

senyawa yang dapat melawan radikal yang dihasilkan dari proses metabolisme

oksidatif. Senyawa antioksidan juga dapat mengurangi resiko terhadap penyakit

kronis seperti kanker penyakit jantung koroner, menurunkan kadar kolesterol,

menyeimbangkan kadar gula darah, mencegah kanker usus, menguatkan daya kerja

otot dan menghaluskan kulit (Amrun dkk., 2007; Sani dkk., 2009). Menurut Wu dkk.

(2006), kulit buah naga merah memiliki kemampuan sebagai inhibitor pertumbuhan

sel-sel kanker yang lebih kuat daripada daging buahnya dan tidak mengandung toksin.

Potensi kulit buah naga merah sebagai obat masih belum termanfaatkan

dengan optimal, maka perlu pengolahan lebih lanjut agar kulit buah naga memiliki

nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu cara untuk mendapatkan khasiatnya, kulit buah

naga merah dapat dikonsumsi dalam bentuk kering yang kemudian diseduh dan

diminum. Minuman ini biasanya disebut dengan teh herbal.

Teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman yang

bukan berasal dari tanaman teh, Camellia sinensis. Teh herbal lebih aman dikonsumsi

karena tidak mengandung alkaloid yang dapat mengganggu kesehatan seperti kafein.

Teh herbal dibuat dari tanaman bunga-bungaan, biji-bijian, daun-daunan, atau akar

dari beragam tanaman. Teh herbal dikonsumsi layaknya minuman teh, diseduh dan

disajikan seperti teh biasa (Liliana, 2005).

Kulit buah naga merah yang akan dijadikan teh harus melalui proses

pengeringan, yang mengakibatkan kadar air berkurang sehingga dapat

memperpanjang masa simpan dan mempermudah penggunaannya. Pengeringan dapat

dilakukan dengan bantuan sinar matahari dan alat pengering. Pengeringan

menggunakan sinar matahari lebih memerlukan waktu yang lama dan suhu tidak dapat

Page 11: buah naga.pdf

3

diatur, sedangkan pengeringan menggunakan alat pengering lama waktu pengeringan

dapat dipersingkat dan suhu dapat diatur (Winarno, 1980). Suhu pengeringan herbal

yang baik adalah berkisar antara 30°C-90°C tetapi suhu terbaik untuk pengeringan

sebaiknya tidak melebihi 60°C (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Melihat latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang kulit buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang kaya akan khasiat tersebut. Penelitian yang

akan dilakukan adalah “Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus

polyrhizus) sebagai Teh yang Herbal”

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh waktu pengeringan dan

suhu optimal yang dibutuhkan dalam pembuatan teh herbal kulit buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus) yang berkualitas baik.

1.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah suhu dan lama waktu pengeringan akan

berpengaruh terhadap kandungan antioksidan dan penerimaan teh kulit buah naga

merah untuk mendapatkan teh herbal kulit buah naga merah yang berkualitas baik.

Page 12: buah naga.pdf

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Naga

Buah naga telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno sebagai buah

pembawa berkah, oleh karena itu biasanya buah naga diletakkan diantara patung naga

di altar (Idawanni, 2012). Departemen Pertanian (2009) menyatakan bahwa buah naga

termasuk kelompok tanaman kaktus atau famili Cacteceae, subfamili Hylocereanea,

dan genus Hylocereus. Genus ini terdiri sekitar 16 spesies. Tiga diantaranya memiliki

buah yang komersial yaitu Hylocereus undatus (berdaging putih), Hylocereus

polyrhizus (daging merah) dan Hylocereus costaricensis (daging super merah). Buah

naga dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b)

(c)

Gambar 1. (a). Hylocereus undatus (sumber: anonim, 2013)

(b). Hylocereus polyrhizus (sumber: dokumentasi pribadi)

(c). Hylocereus costaricensis (sumber: anonim, 2013)

Page 13: buah naga.pdf

5

Buah naga masuk pertama kali ke Indonesia sekitar tahun 2000 yang diimpor

dari Thailand dan pada tahun 2001 buah naga mulai dibudidayakan di Indonesia

(Renasari, 2010). Buah naga termasuk ke dalam jenis buah batu yang berdaging dan

berair. Buah berbentuk bulat agak memanjang atau bulat agak lonjong. Kulit buah ada

yang berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari jenisnya

sedangkan ketebalannya berkisar antara 1 – 2 cm. Berat buah beragam berkisar antara

80 – 800 g. Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran

biji-biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil. Sedangkan daging

buahnya ada yang berwarna merah, putih, dan hitam. Daging buah bertekstur lunak

dan rasanya manis sedikit masam (Hor dkk., 2012).

Salah satu buah naga yang dibudidayakan di Indonesia adalah Hylocereus

polyrhizus. Buah naga jenis ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan

daging berwarna merah keunguan. Rasa buah lebih manis dibanding Hylocereus

undatus, dengan kadar kemanisan mencapai 13-15% briks (Mahmudi, 2011). Pada

dasarnya kandungan gizi yang terdapat di dalam kurang lebih sama, mulai dari

Kalsium, Karoten, Vitamin C, B1, B2, B3, Protein dan masih banyak lagi yang

lainnya. Oleh karena itu, buah naga mempunyai manfaat bagi tubuh manusia yang

sangat banyak diantaranya adalah menguatkan fungsi ginjal, tulang dan kecerdasan

otak, meningkatkan ketajaman mata, mencegah kanker usus, memperkuat tulang dan

gigi, mencegah Diabetes melitus, menjaga kesehatan jantung, membantu menjaga

kesehatan kulit, menurunkan kolesterol dan sebagai antioksidan (Departemen

Pertanian, 2009).

Buah naga merah baik untuk kesehatan dan keperluan harian. Hal ini telah

dibuktikan melalui analisis makanan yang dilakukan oleh “Taiwan Food Industry

Page 14: buah naga.pdf

6

Develop and Research Authorities” tentang kandungan yang terdapat dalam buah

naga merah yang tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan buah naga merah per 100 g

Kandungan Kadar

Kadar air 82,5 – 83 g

Protein 0,159 – 0,229 g

Lemak 0,21 – 0,61 g

Serat Kasar 0,7 – 0,9 g

Karoten 0,005 – 0,012 mg

Kalsium 6,3 – 8,8 mg

Pospor 30,2 – 36,1 mg

Zat besi 0,55 – 0,65 mg

Vitamin B1 0,28 – 0,043 mg

Vitamin B2 0,043 – 0,045 mg

Vitamin B3 0,297 – 0,43 mg

Vitamin C 8 – 9 mg

Tiamin 0,28 – 0,30 g

Riboflavin 0,043 – 0,044 mg

Niacin 1,297 – 1,300 mg

Abu 0,28 g

Lain-lain 0,54 – 0,68 g Sumber : Taiwan Food Industry Develop & Research Authorities (2005) dalam Anonim (2009).

Selain daging buah, kulit buah naga juga memiliki kandungan yang

bermanfaat bagi manusia. Kulit buah naga berpotensi sebagai bahan obat karena

memiliki kandungan sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida (Saati, 2009).

Menurut Wahyuni (2010), kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) berkhasiat

untuk mencegah kanker usus, kencing manis dan berbagai penyakit. Kulit buah naga

juga kaya akan polyphenol dan merupakan sumber antioksidan yang baik. Menurut

Wu dkk. (2006) kulit buah naga merah memiliki kemampuan inhibitor pertumbuhan

sel-sel kanker lebih kuat daripada dagingnya dan tidak mengandung toksin.

Jaafar (2009) dan Woo dkk. (2011) menyatakan bahwa kulit buah naga

mengandung berbagai macam senyawa seperti golongan flavonoid, thiamin, niacin,

pyridoxine, kobalamin, fenolik, polifenol, karoten dan phytoalbumin, serta betalain.

Page 15: buah naga.pdf

7

Menurut Sani dkk. (2005), kulit buah naga merah dapat menurunkan kadar kolesterol

101.39 ± 19.54 mg/dL.

2.2. Radikal Bebas dan Antioksidan

Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam

tubuh dan terlihat hampir semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas

mencakup superoksida (O2*), hidroksil (*OH), peroksil (ROO*), hidrogen peroksida

(H2O2), singlet oksigen (1O2), oksida nitrit (NO*), peroksinitrit (ONOO*), asam

hipoklorit (HOCl), dan senyawa-senyawa hasil oksidasi lemak (Kikuzaki dkk., 2002).

Radikal bebas akan bereaksi dengan molekul di sekitarnya untuk memperoleh

pasangan elektron sehingga menjadi stabil, tetapi molekul tubuh yang diambil

elektronnya kemudian berubah menjadi radikal bebas. Reaksi ini akan berlangsung

terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan stress

oksidatif yang menyebabkan kerusakan sel dan berbagai penyakit seperti kanker,

jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya seperti pada Gambar

2. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan yang

mampu menangkap radikal bebas tersebut sehingga senyawa radikal menjadi stabil

dan tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Gutteridge dan Halliwell, 2000).

Gambar 2. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh (sumber : Anonim, 2011)

Page 16: buah naga.pdf

8

Senyawa antioksidan alami tumbuhan selain berupa vitamin adalah senyawa

fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,

kuomarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid

yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, dan

kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam

klorogenat, asam galat dan lain-lain (Prakash, 2001; Kumalaningsih, 2006).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat golongan oksigen

reaktif, golongan nitrogen reaktif dan radikal bebas lainnya sehingga mampu

mencegah kerusakan pada sel normal, protein, dan lemak yang akhirnya mencegah

pula penyakit-penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, karsinogenesis, dan

penuaan. Antioksidan memiliki struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya

(donor elektron) kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya

dan dapat memutus reaksi berantai (Gutteridge dan Halliwell, 2000) seperti pada

Gambar 3.

Gambar 3. Aktivitas antioksidan (Anonim, 2011)

Salah satu senyawa yang memiliki sifat antioksidan dan sekaligus sebagai

pigmen adalah betalain. Betalain merupakan pigmen bersifat polar yang teridi atas

betasianin dan betaxantin (Wybraniec dkk., 2006). Menurut Cai dkk. (2005) betalain

Page 17: buah naga.pdf

9

merupakan pigmen bernitrogen dan bersifiat larut air. Betalain juga memiliki sifat

antioksidan dan penetral radikal bebas. Betasianin merupakan pigmen berwarna

merah atau merah-violet dari kelompok pigmen betalain. Pigmen betalain pada

umumnya dapat dijumpai pada tanaman beberapa famili anggota ordo

Caryophyllales, termasuk Amaranthaceae, dan bersifat mutual eksklusif dengan

pigmen antosianin (Martinez, 2011).

Menurut Kanner dkk. (2011), betalain dapat berfungsi sebagai antioksidan.

Salah satu contoh tanaman yang memiliki pigmen betalain adalah bit. Betalain dari

akar bit (Beta vulgaris) telah diketahui memiliki efek antiradikal dan aktivitas

antioksidan yang tinggi sehingga mewakili kelas baru yaitu dietary cationized

antioxidant (Jamilah, 2011).

2.3. Mutu Teh

Teh merupakan salah satu minuman yang telah cukup dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Terdapat tiga jenis teh yang biasa dikonsumsi yaitu teh hijau, teh oolong

dan teh hitam. Ketiga jenis teh tersebut perbedaannya terletak pada proses

fermentasinya. Standar mutu teh di Indonesia tertuang dalam SNI 3836-2013 yaitu

standar mutu teh kering dalam kemasan. Adapun standar mutu yang harus dipenuhi

dapat dilihat pada Tabel 2.

Menurut Standar Nasional Indonesia 3836-2013 produk teh harus memiliki

warna, rasa dan aroma khas teh. Kadar air maksimal pada produk teh adalah 8%,

dengan kadar air tersebut diharapkan dapat memperpanjang masa simpan teh kering.

Selain itu, kadar abu total dari teh kering harus tidak melebihi 8%. Kadar abu ini

mempengaruhi kandungan organik dari teh kering.

Page 18: buah naga.pdf

10

Tabel 2. Syarat mutu teh kering dalam kemasan

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan air seduhan

1.1. Warna - Khas produk teh

1.2. Bau - Khas produk teh

1.3. Rasa - Khas produk teh

2 Kadar polifenil (b/b) % Min. 5,2

3 Kadar air (b/b) % Maks. 8,0

4 Kadar ekstrak dalam air (b/b) % Min. 32

5 Kadar abu total (b/b) % Maks. 8,0

6 Kadar abu larut dalam air dari abu

total (b/b)

% Min. 4,5

7 Kadar abu tak larut dalam asam (b/b) % Maks. 1,0

8 Alkalinitas abu larut dalam air

(sebagai KOH) (b/b)

% 1-3

9 Serat kasar (b/b) % Maks. 16,5

10 Cemaran logam

10.1. Kamium (Cd) mg/kg Maks 0,2

10.2. Timbal (Pb) mg/kg Maks 2,0

10.3. Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0

10.4. Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03

11 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0

12 Cemaran mikroba

12.1. Angka lempeng total (ALT) Koloni/g Maks. 3 x 103

12.2. Bakteri Colifrom APM/g < 3

12.3. Kapang Koloni/g Maks. 5 x 102

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2013)

2.4. Pengeringan

Pengeringan merupakan suatu cara menghilangkan atau mengeluarkan

sebagian kadar air yang terdapat pada suatu bahan dengan energi panas agar bahan

tersebut tidak mudah rusak saat disimpan (Mujumdar, 1995). Menurut Winarno

(1980), proses pengeringan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu pengeringan

dengan bantuan matahari (penjemuran) dan pengeringan menggunakan alat pengering

(buatan). Penjemuran merupakan pengeringan menggunakan sinar matahari secara

langsung sebagai energi panas, waktu pengeringan yang lama dan waktu pengeringan

bahan tergantung pada cuaca.

Page 19: buah naga.pdf

11

Pengeringan buatan adalah pengeringan dengan menggunakan alat pengering,

suhu kelembaban udara, kecepatan aliran udara dan waktu pengering dapat diawasi.

Pengeringan buatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pengeringan adiabatik

dan isothermik.

a. Pengeringan adiabatik adalah energi panas pengeringan dibawa oleh

udara panas ke alat pengering. Udara panas ini memberikan energi panas

pada bahan pangan yang akan dikeringkan dan mengangkut uap air yang

dikeluarkan bahan.

b. Pengeringan isothermik adalah pengeringan dimana bahan yang akan

dikeringkan berhubungan langsung dengan plat (lembaran logam panas).

Pengeringan akan menurunkan tingkat aktivitas air (water activity yaitu

jumlah air yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan

perkembang biakannya, berat dan volume pangan (Henderson dan Perry, 1976). Pada

beberapa produk pertanian sebelum proses pengeringan terlebih dahulu dilakukan

proses pengecilan ukuran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan

produk yang berinteraksi dengan panas sehingga air dalam produk menjadi cepat

menguap. Laju pengeringan dipengaruhi oleh tekanan atmosfir dan kelembaban (Park,

1996).

Page 20: buah naga.pdf

12

III. BAHAN DAN METODE

4.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian, serta Laboratorium Kimia Organik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Penelitian akan

dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan September 2013 – November 2013.

4.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penlitian ini adalah pisau, telenan, oven, loyang

alumunium, plastik dan sealler. Sedangkan Alat-alat yang digunakan untuk analisis

adalah oven, refraktometer, chromameter, mikropipet, spektrofotometer UV-Vis, dan

peralatan gelas untuk analisis.

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah naga

merah. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai analisis adalah radikal bebas stabil

DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan metanol.

4.3. Metode Penelitian

Pembuatan produk teh kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak

Lengkap (RAL) Faktorial dengan 3×3 perlakuan dengan 3 kali Ulangan. Adapun

perlakuan yang dilakukan adalah

S: Suhu pengeringan

S1: suhu 40 °C

S2: suhu 50 °C

Page 21: buah naga.pdf

13

S3: suhu 60 °C

T: Waktu pengeringan

T1: 18 jam

T2: 21 jam

T3: 24 jam

Berikut ini merupakan tabel kombinasi dari perlakuan:

Tabel 3. Kombinasi rancangan perlakuan

Waktu Suhu

S1 S2 S3

T1 S1T1 S2T1 S3T1

T2 S1T2 S2T2 S3T2

T3 S1T3 S2T3 S3T3

4.4. Pelaksanaan Penelitian

4.4.1. Pembuatan Kulit Buah Naga Kering

Pada penelitian ini buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) berasal dari

Kabupaten Siak. Tahap awal dalam penelitian ini adalah pemisahan kulit buah naga

merah (Hylocereus polyrhizus) dengan daging buah dan pengecilan ukuran kulit buah.

Sebelum kulit dan daging buah dipisahkan, buah dicuci terlebih dahulu sampai

bersih dari kotoran pada air yang mengalir. Setelah buah dibersihkan, kulit buah naga

dipisahkan dari daging dengan pisau. Kulit buah naga yang telah dipisahkan diiris

tipis-tipis (± 2mm).

Kulit buah naga yang telah diiris tipis-tipis ditaruh kedalam loyang dan

kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 40 °C, 50 °C dan 60 °C selama 18,

21, dan 24 jam dengan 3 kali ulangan. Diagram alir pembuatan dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Page 22: buah naga.pdf

14

4.5. Analisis Bahan

4.5.1. Kadar Air

Analisis kadar air kulit buah naga merah (Hylocerous polyrhizus)

dilakukan pada kulit buah naga merah sebelum dikeringkan dan setelah

dikeringkan yang mengacu pada SNI 3836-2013 tentang teh kering dalam

kemasan. Metode yang digunakan adalah metode oven pada suhu 105 °C.

Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 105

°C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator (selama 20-30 menit).

Kemudian cawan kering ditimbang dengan neraca analitik (W0).

Sebanyak 5 g sampel dimasukkan kedalam cawan kering kemudian

ditimbang dengan cepat (W1). Tutup cawan dibuka, cawan sampel beserta

tutupnya dikeringkan dalam oven suhu 105 °C selama 3 jam. Tutup cawan saat

berada didalam oven kemudian masukkan kedalam desikator selama 20-30

menit, lalu ditimbang kembali. Cawan dimasukkan kembali kedalam oven

sampai diperoleh berat yang konstan (W2).

Kadar air dalam bahan dapat dihitung dengan rumus berikut:

Kadar air =W1 − W2

W1 − W0× 100%

Keterangan: W0 : berat cawan dan tutupnya kering yang sudah konstan (g)

W1 : berat sampel awal dan cawan serta tutupnya (g)

W2 : berat cawan dan sampel kering yang sudah konstan (g)

Page 23: buah naga.pdf

15

4.5.2. Kadar Abu

Penghitungan kadar abu berdasarkan SNI 3836-2013 tentang teh

kering dalam kemasan dengan menggunakan tanur pada suhu (525±25) °C

sampai terbentuk abu berwarna putih.

Cawan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (105 ± 2) °C selama ±

1 jam. Kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit. Kemudian

ditimbang dengan neraca analitik (W0).

Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan kedalam cawan dan kemudian

ditimbang (W1). Kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan

suhu (105 ± 2) °C sampai air menguap semua. Setelah itu, cawan tersebut di

masukkan kedalam tanur dengan suhu (525 ± 25) °C sampai terbentuk abu

putih.

4.5.3. Uji Antioksidan (William, B. dkk., 1995)

Pada masing-masing perlakuan dilakukan uji aktivitas antioksidan

secara kuantitas. Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan rumus persamaan

regresi.

a. Pembuatan ekstrak kental kulit buah naga

Sampel yang telah dikeringan sesuai perlakuan dihancurkan

hingga halus dengan menggunakan mesin penyerbuk. Sampel halus

sebanyak 0,5 g dimasukkan ke dalam maserator, kemudian ditambah

metanol sebanyak 5 mL dan dibiarkan selama 2 jam dalam ruang gelap.

b. Uji antioksidan secara kualitatif

Uji antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode “DPPH

Free scavenging activity” yang dimodifikasi. Sampel ekstrak kental

Page 24: buah naga.pdf

16

sebanyak 0,1 mL direaksikan dengan 3,9 mL larutan DPPH. Kemudian

sampel diinkubasi selama 30 menit dalam ruang gelap. Setelah itu, larutan

diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm. Larutan blanko

dibuat dari 0,1 mL methanol yang direaksikan dengan 3,9 mL larutan

DPPH.

Nilai IC50 dihitung berdasarkan presentase inhibisi terhadap

radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel dengan

rumus :

4.5.4. Uji Organoleptik (Setyaningsih dkk., 2010)

Metode yang digunakan dalam analisis sensori deskriptif adalah metode

Quantitative Descriptive Analysis (QDA). Analisis deskripsi sensori diawali

dengan pemilihan panelis yang diperoleh melalui tahap seleksi dan selanjutnya

dilakukan uji kuantitatif.

Pada tahap awal panelis akan diberi kuisioner praseleksi yang bertujuan

untuk menjaring individu yang dapat menskala dan berfikir secara terkonsep serta

untuk mengetahui riwayat kesehatan calon panelis, makanan kebiasaan, serta

kemungkinan adanya alergi pada jenis makanan tertentu. Formulir kuisioner

dapat dilihat pada lampiran 2.

Setelah itu, panelis diminta untuk melakukan identifikasi rasa dasar yang

merupakan metode umum untuk menguji kemampuan dasar indra pencicipan.

Pengujian rasa dan aroma dasar dilakukan menggunakan 5 sampel rasa dasar

% Inhibisi =

Absorban Blanko – Absorbansi Sampel

Absorban Blanko

× 100%

Page 25: buah naga.pdf

17

(manis, asin, asam, gurih, pahit) dan 5 sampel aroma dasar. Bahan-bahan yang

digunakan untuk pengujian rasa dan aroma dasar ini dapat dilihat pada Tabel 3

dan Tabel 4.

Tabel 4. Bahan dan konsentrasi pengujian rasa dasar

Jenis rasa dasar Bahan Konsentrasi (%)

Manis Sukrosa (gula pasir) 2

Asin NaCl (garam dapur) 0,2

Asam Asam asetat 0,05

Pahit Quinine sulfat 0,02

Umami Monosodium glutamate 0,05

Tabel 5. Bahan dan karakteristik bau pengujian aroma dasar

Bahan Karakteristik bau

Tauco Bau kedelai fermentasi, asam

Karamel Karamel, gula gosong

Peka Minyak telon, odol, obat gigi

Cengkeh Cengkeh, tembakau, rokok

Asam Cuka, asam asetat

Panelis diminta untuk melakukan pengujian pada sampel yang dilakukan

secara berurut (untuk uji rasa dasar) dan secara acak (untuk uji bau). Pengujian

hanya dilakukan satu kali dan tidak boleh mengulang. Panelis yang terpilih

menjadi kandidat panelis terlatih adalah panelis yang mampu mengidentifikasi

100% rasa dasar dan minimal 50% aroma dasar. Scoresheet uji rasa dan aroma

dasar dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Panelis yang terpilih akan melakukan pengujian sensori pada atribut rasa,

aroma, dan warna dari 27 sampel teh kulit buah naga. Formulir pengujian dapat

dilihat pada Lampiran 5 dan lampiran 6. Analisis diskriptif akan di analisis

dengan PCA (principal Component Analysis) dan Cluster Analysis.

Page 26: buah naga.pdf

18

4.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik

ragam (ANOVA). Jika F hitung ≥ F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5% untuk membandingkan tiap perlakuan.

Adapun rumus matematisnya sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj+ (αβ)ijkk + ∑ijk

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan perlakuan pada suatu unit percobaan pada perlakuan ke-i

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ijkk = Interaksi antara faktor A dan faktor B

∑ij = Galat percobaan pada faktor A pada taraf ke-I, faktor B pada taraf ke-j dan

ulangan ke-k

Page 27: buah naga.pdf

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Taiwan food industry develop and research authorities. report code

"85-2537". Di dalam Budidaya Buah Naga http://agrowisata

buahnaga.wordpress.com /2009/06/. Diakses pada tanggal 18 Juli 2013

Anonim. 2011. Radikal Bebas dan Antioksidan. http://referensidunia.blogspot.com/

2011/11/radikal-bebas-dan-anti-oksidan.html. Diakses pada tanggal 3 Mei

2013

Anonim. 2013. Beragam Manfaat dari Buah Naga. http://duniainformasikesehatan.

blogspot.com/2013/04/beragam-manfaat-dari-buah-naga.html. diakses pada

tanggal 3 Mei 2013

Anonim. 2013. Buah Naga Kendalikan Kadar Gula Darah. http://www.harian

jogja.com/baca/2013/01/22/buah-naga-kendalikan-kadar-gula-darah-371284.

Diakses pada tanggal 3 Mei 2013

Amarowicz, R. D. 2006. Content of proanthocyanidins in selected plant extracts as

determined via N-Butanol/Hcl Hydrolysis And A Colorimetric Assay Or By

Hplc- A Short Report. Polish Journal Of Food And Nutrition Sciences Vol.

15/56, No 3, 319–322

Amrun, H.M, Umiyah, dan Evi Umayah U, 2007. Uji Aktifitas Antioksidan Ektrak

Air dan Ektrak Metanol Beberapa Varian Buah Kenitu (Chrysophyllum

cainito L) dari daerah Jember, Berk. Penel. Hayati, 13 : 45-50

Badan Standarisasi Nasional. 2013. Teh kering dalam kemasan. Jakarta

Cai, Y., Sun, M. & Corke, H. 2003. Antioxidant Activity of Betalains from Plants of

the Amaranthaceae. J. of Agr. and Food Chem. 51: 2288-2294

Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Dirjen

Pengawasan Obat dan Makanan. Di dalam Liliana, W. 2005. Kajian Proses

Pembuatan Teh Herbal Dari Seledri (Apium graveolens L.). Institut

Pertanian Bogor. Bogor

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Buku Budidaya Standart Operating

Procedure (SOP) Buah Naga (Hylocerous undatus). Direktorat Hortikultura

Departemen Pertanian

Gil, M. I., dan Francisco A.Tomas-Barberan, B. H. P. 2002. Antioxidant capacities,

phenolic compounds, carotenoids, and vitamin c contents of nectarine,

peach, and plum cultivars from california. Journal. Agricultural and Food

Chemistry. 50, 4976−4982

Gutteridge, J. M.C. dan B. Halliwell. 2000. Free radicals and antioxidants. Annals

New York Academy Of Sciences. New York

Page 28: buah naga.pdf

20

Henderson, S.M. dan R.L. Perry. 1976. Agricultural process engineering 3th

edition. The AVI Publishing Company. Inc., Wesport Connecticut. USA

Hor, S. Y., M. Ahmad, E. Farsi, M. F. Yam, Hashim, M. A., Lim, C. P., et al. 2012.

Safety assessment of methanol extract of red dragon fruit (Hylocereus

polyrhizus) : Acute And Subchronic Toxicity Studies. Regulatory Toxicology

and Pharmacology 63, 106–114

Idawani. 2012. Budidaya Buah Naga. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Aceh

Jaafar, R. A., Ridhwan, A., dan Mahmod, N. Z. 2009. Proximate analysis of dragon

fruit (Hylecereus polyhizus). American Journal of Applied Sciences 6 (7),

1341-1346

Jamilah, B., Shu, C. E.,Kharidah, M., Dzulkify, M. A. dan Noranizan, A. 2011.

Physico-chemical characteristics of red pitaya (Hylocereus polyrhizus) peel.

International Food Research Journal 18: 279-286

Kanner J, Harel S, Granit R. 2001. Betalains-a new class of dietary cationized

antioxidants. Journal Agricultural Food Chemistry. 5178-85

Kumalaningsih, Sri, 2006. Antioksidan alami-penangkal radikal bebas, sumber,

manfaat, cara penyediaan dan pengolahan. Surabaya: Trubus Agrisarana

Liliana, W. 2005. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Dari Seledri (Apium

graveolens L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Mahmudi. 2011. Pengelolaan Pengetahuan Buah Naga Budidaya dan

Pemanfaatannya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Martínez, M.T.S., Jaime, S.C dan Santillán, E.M. 2011. Betalain, acid ascorbic,

phenolic contents and antioxidant properties of purple, red, yellow and white

cactus pears. International Journal Molecular. Sciences. 6452-6468

Mujumdar, S.A. 1995. Handbook Of Industrrial Drying. 1st edition. Marcel dekker,

Inc, New York. Di Dalam Liliana, W. 2005. Kajian Pembuatan Proses Teh

Herbal Dari seledri (Aoium graveolens L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Park, Y. W. 1996. Determination of Moisture and Ash Contents Of Food. Di Dalam

Liliana, W. 2005. Kajian Pembuatan Proses Teh Herbal Dari seledri

(Aoium graveolens L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Prakash, A. 2001. Antioxidant activity. Medallion Laboratories: Analytical Progress

Vol 19 No 2: 1-4

Pourmorad, F., dan Hosseinimeh, S. D. 2006. Antioxidant activity, phenol and

flavonoid contents of some selected iranian medicinal plants. African

Journal of Biotechnology Vol. 5 (11), 1142-1145

Page 29: buah naga.pdf

21

Prior, R. L., dan Wu, X. D. 2005. Standardized Methods fo rthe Determination of

Antioxidant Capacity and Phenolics in Foods and Dietary Supplements.

Journal Agricultural and Food Chemistry, 4290−4302

Renasari, N. 2010. Budidaya Tanaman Buah Naga Super Red Di Wana Bekti

Handayani. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Saati, E. A. 2009. Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Super

Merah (Hylocareus costaricensis) pada Beberapa Umur simpan Dengan

Perbedaan Jenis Pelarut. Direktorat Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat._JIPTUMMDPPM. UMM. Malang

Sani, H. A., Baharoom, A., dan Ahamad, M. A. 2009. Keberkesanan Ekstrak

Hylocereus polyrhizus Merendahkan Lipid Serum dan Aras MDA-TBAR

Hati Tikus Teraruh Hiperkolesterolemia. Sains Malaysiana, 271–279

Setyaningsih, D., Apriyantono, A dan Sari, M.P. 2010. Analisis Sensori untuk

Industri Pangan dan Agro. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat

Wahyuni, R. 2010. Pemanfaatan Kulit Buah naga Super Merah (Hylicereus

costaricensis) Sebagai Sumber Antioksidan dan Pewarna Alami Pada

Pembuatan Jelly. Jurnal Teknologi Pangan Vol.2 No.1 (ISSN:2087-9679)

William, B. W., M. E. Cuvalier dan C. Berset. 1995. Use Of Radical Method to

Evaluate Antioxidant Activity. Di dalam Wijaya, A. K. 2011. Aplikasi

Angkak Sebagai Sumber Aktioksidan Pada Formulasi Es Krim. Skripsi.

Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang

Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.

Gramedia. Jakarta

Woo, K., Wong, F. F., dan Chua, H. C. 2011. Stability of the Spray-Dried Pigment

of Red Dragon Fruit [Hylocereus polyrhizus (Weber) Britton and Rose] as

a Function of Organic Acid Additives and Storage Conditions. Philipp Agric

Scientist Vol. 94 No. 3, 264-269

Wu, L. C., Hsu, H. W., Chen, Y., Chiu, C. C., & Ho, Y. I. 2006. Antioxidant and

antiproliferative activities of red pitaya. Food Chemistry Volume 95, 319-327

Wybraniec, S., Kucab, A., Mitka, K., & Kowalski, P. A. 2006. Influence Of Metal

Cations On Betalain Stability In Different Solvent Systems Used For a

Modern Chromatographic Separation Technique. Cracow University

Zainoldin, K. D. 2012. The Effect of Hylocereus polyrhizus and Hylocereus undatus

on Physicochemical, Proteolysis, and Antioxidant Activity in Yogurt.

International Journal of Biological and Life Sciences 8:2, 93-98

Page 30: buah naga.pdf

22

Lampiran

LAMPIRAN

Page 31: buah naga.pdf

22

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan produk teh kulit buah naga merah

Dipotong-potong ukuran ± 2 mm

Dikeringkan pada suhu

40°C, 50°C dan 60°C

selama 18, 21 dan 24 jam

Dianalisis

1. kadar air

2. kadar abu

3. aktivitas antioksidan

4. uji organoleptik

Kulit buah naga merah

Kulit buah naga merah kering

Page 32: buah naga.pdf

23

Lampiran 2. Formulir Kuisioner awal

Nama : ………………………………………………….. (L / P)

Tanggal: ……………………

No HP : ……………………

1 Kuisioner praseleksi

Teh herbal merupakan istilah umum yang digunakan untuk minuman yang bukan

berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh ini dikonsumsi layaknya minuman teh,

diseduh dan disajikan seperti teh biasa.

WAKTU

1. Apakah ada hari tertentu di antara hari Senin-Jumat dimana Anda tidak bisa

melakukan uji sensori? Hari apakah itu? Mengapa? (Misal : hari Senin karena puasa)

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

KESEHATAN

1. Apakah Anda memiliki keterbatasan sebagai berikut:

Buta warna (sebagian/total) ___________________________________________

Moody (emosi tidak stabil) _____________________________________________

2. Apakah Anda sedang menjalani perawatan medis? (misal : penggunaan kawat gigi)

__________________________________________________________________

MINUMAN KEBIASAAN

1. Apakah Anda menyukai teh?

__________________________________________________________________

2. Apakah Anda pernah mengkonsumsi teh herbal? Sebutkan jenisnya!

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

3. Apakah Anda menyukai teh herbal tersebut? Mengapa?

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

Page 33: buah naga.pdf

24

Lampiran 3. Formulir Identifikasi Rasa Dasar

Identifikasi Rasa Dasar

Nama : ……………………….

Tanggal : ……………………….

Instruksi:

□ Anda akan menerima 4 sampel larutan.

□ Lakukan pencicipan sampel satu per satu dari kiri ke kanan.

□ Perhatikan dengan seksama rasa masing-masing larutan.

□ Tulis kode sampel pada rasa yang sesuai.

□ Netralkan mulut dengan air sebelum mencicipi sampel berikutnya.

□ Waktu untuk menyelesaikan uji ini adalah 3 menit.

Rasa Kode sampel

Asam …………….

Pahit …………….

Asin …………….

Manis …………….

Page 34: buah naga.pdf

25

Lampiran 4. Formulir Identifikasi Aroma Dasar

Identifikasi Aroma Dasar

Nama: Tanggal:

Sampel: Larutan bau/aroma

Kriteria: bau/aroma

Instruksi

Lakukan penciuman sampel satu persatu dengan cara membuka cup sampel dan

mengibaskan bagian atas cup menggunakan tangan menuju hidung. Tulis kode sampel

yang tertera di wadah sampel dan deskripsikan bau/aroma yang teridentifikasi dengan

memberi tanda ceklist (√) pada kotak aroma yang tersedia dalam tabel di bawah ini.

Istirahatkan hidung Anda selama 30 detik sebelum melakukan pengujian pada sampel

berikutnya.

Kode sampel Deskripsi bau

926 Tauco Karamel Minyak telon Cengkeh Cuka

649 Tauco Karamel Minyak telon Cengkeh Cuka

199 Tauco Karamel Minyak telon Cengkeh Cuka

465 Tauco Karamel Minyak telon Cengkeh Cuka

452 Tauco Karamel Minyak telon Cengkeh Cuka

Page 35: buah naga.pdf

26

Lampiran 5. Formulir Uji Deskripsi

Formulir Uji Diskripsi

A. Uji deskripsi aroma

1. Lakukan penciuman satu per satu sampel aroma dengan cara mengibaskan

tangan disamping cup dengan arah dari bawah cup menuju hidung.

2. Perhatikan dengan seksama aroma yang tercium dari tiap sampel

3. Tuliskan aroma yang tercium.

Kode Sampel Aroma

347

386

969

647

366

146

986

371

742

647

624

281

145

720

Kode Sampel Aroma

425

662

276

656

502

671

732

907

256

433

786

327

402

Keterangan:

1. Sangat beraroma kulit buah naga

2. Beraroma kulit buah naga

3. Agak beraroma kulit buah naga

4. Kurang beraroma kulit buat naga

5. Tidak beraroma kulit buah naga

Komentar:

Page 36: buah naga.pdf

27

B. Uji deskripsi rasa

1. Lakukan pencicipan satu persatu dan jangan ditelan (buang pada tempat yang

telah disediakan)

2. Netralkan mulut dengan air sebelum melakukan pencicipan kembali

3. Tulis penilaian anda pada kolom yang telah disediakan

Kode Sampel Rasa

347

386

969

647

366

146

986

371

742

647

624

281

145

720

Kode Sampel Rasa

425

662

276

656

502

671

732

907

256

433

786

327

402

Keterangan:

1. Sangat tidak sepat

2. Kurang sepat

3. Agak sepat

4. Sepat

5. Sangat sepat

Komentar:

Page 37: buah naga.pdf

28

C. Uji deskripsi warna

Nyatakan penilaian anda terhadap warna teh kulit buah naga yang sesuai

menurut Anda pada kolom sampel masing masing

Kode Sampel Warna

347

386

969

647

366

146

986

371

742

647

624

281

145

720

Kode Sampel Warna

425

662

276

656

502

671

732

907

256

433

786

327

402

Keterangan:

1. Sangat merah

2. Merah

3. Agak merah

4. Kurang merah

5. Tidak merah (diskripsikan warna pada kolom komentar)

Komentar:

Page 38: buah naga.pdf

29

Lampiran 6. Formulir Uji Penerimaan Keseluruhan

Formulir Uji Penerimaan Keseluruhan

Nama :

Tanggal pengujian :

Intruksi : berikan penilaian keseluruhan terhadap sampel terhadap rasa,

warna dan aroma dengan menuliskan angka (0) untuk

menyatakan Suka dan angka (1) untuk menyatakan Tidak Suka

Kode Sampel Teh kulit buah naga

merah

347

386

969

647

366

146

986

371

742

647

624

281

145

720

Kode Sampel Teh kulit buah naga

merah

425

662

276

656

502

671

732

907

256

433

786

327

402

Komentar :