bt 081032

3
Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003 5 M engkudu ( Morinda citrifolia ) merupakan tanam- an asli Indonesia yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara, India, Afrika, Amerika, dan Australia. Sebagian masyarakat Indonesia terutama yang ada di pedesaan tidak merasa asing dengan tanaman mengkudu. Mengkudu merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat untuk bahan obat tradisional. Beberapa peneliti baik di luar maupun di dalam negeri telah banyak melakukan penelitian terhadap khasiat mengkudu. Menurut Solomon dalam Hoesen (2001), buah mengkudu berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit kanker, kolesterol tinggi, jantung, gangguan pencernaan, dan diabetes melitus serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Menurut Maat (2001), sari buah mengkudu mempunyai aktivitas antitumor terhadap model karsinomatosis peritonial Lewis Lung. Pemberian sari buah mengkudu dapat memperpanjang usia mencit putih yang menderita karsinoma Lewis Lung tersebut. Menurut Muelker et al. (2000) dalam Maat (2001), buah mengkudu mengandung potasium (kalium) dengan konsen- trasi 56,30 m Eg/l, sama dengan yang terdapat dalam tomat dan jeruk. Oleh karena itu, mengkudu dapat digunakan sebagai obat alternatif bagi penderita gagal ginjal kronis (hiperalaemia). Berdasarkan hasil seleksi pitekirnia (Maat, 2001), sari buah mengkudu mengandung alkaloid, glikosida antrakinon, glikosida safenin, dan flavonoid. Solomon (1998) dalam Jauhari dan Tirtoboma (2001) mengemukakan bahwa buah mengkudu mengandung karbohidrat 52,42%, serat 33,38%, air 7,12%, abu 4,82%, lemak 1,51%, dan protein 0,75%. Mengkudu tumbuh baik pada dataran rendah sampai ketinggian 500 m dari permukaan laut. Tanaman ini banyak dijumpai di pantai, hutan, daerah sepanjang aliran sungai, sekitar perkampungan, dan kadang-kadang ditanam di halaman rumah sebagai sayuran atau tanaman obat keluarga. Di masyarakat pedesaan, daun dan buah mengkudu dimanfaatkan sebagai lalap atau sayuran (Jauhari dan Tirtoboma, 2001). Popularitas mengkudu sejak tahun 2000 mencuat ke permukaan karena berbagai khasiat dan manfaat yang dimilikinya. Namun, kepopuleran tersebut tidak dibarengi oleh teknik budi daya yang benar sehingga masyarakat belum memanfaatkan tanaman ini secara optimal (Kurniawan, 2001). Di Indonesia, mengkudu tumbuh liar satu-dua pohon di pedesaan, tepi sungai, atau pekarangan rumah. Biasanya tanaman tidak sengaja dibudidayakan atau tumbuh sendiri. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap produk mengkudu maka mengkudu perlu dibudidayakan. Penye- diaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budi daya mengkudu. Tulisan ini menyajikan teknik pembibitan mengkudu pada beberapa media tumbuh untuk mengetahui dan memperoleh bibit yang baik. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cimanggu, Bogor. Bahan dan alat yang digunakan adalah benih mengkudu dari kebun koleksi plasma nutfah Cimanggu, pasir, tanah, kompos, kantong plastik, ember, sendok semen, penggaris, spidol, dan kertas. Media tanam yang digunakan adalah: (1) campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 2 : 2 : 1; (2) campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 2 : 1; dan (3) campuran tanah dan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan perbandingan 2 : 1. Media dicampur secara merata sesuai dengan masing-masing perlakuan kemudian dima- sukkan ke dalam bak persemaian berukuran 3 m x 1 m x 0,20 m dan permukaannya diratakan. Tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas ( top soil ). Partikel-partikel tanah yang besar dihaluskan untuk memudahkan pengadukan. Selain itu, partikel tanah yang kecil akan memperlancar pertumbuhan akar dalam menyerap unsur hara. Tanah yang digunakan pada masing-masing perlakuan sebanyak 40 kg. Kompos yang digunakan merupakan produksi Kebun Percobaan Cimanggu. Kompos ini telah diuji kandungan TEKNIK PEMBIBITAN MENGKUDU PADA BERBAGAI MEDIA 1 Ajun Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jln. Tentara Pelajar No.3 Bogor 16111, Telp. (0251) 321879, Faks. (0251) 327010 Sadjim Lendri 1

Upload: fariz-aiz-munandar

Post on 24-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bt 081032

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003 5

Mengkudu (Morinda citrifolia ) merupakan tanam- an asli Indonesia yang kemudian menyebar ke AsiaTenggara, India, Afrika, Amerika, dan Australia. Sebagianmasyarakat Indonesia terutama yang ada di pedesaan tidakmerasa asing dengan tanaman mengkudu.

Mengkudu merupakan salah satu tanaman yangberkhasiat untuk bahan obat tradisional. Beberapa penelitibaik di luar maupun di dalam negeri telah banyak melakukanpenelitian terhadap khasiat mengkudu. Menurut Solomondalam Hoesen (2001), buah mengkudu berkhasiat untukmenyembuhkan penyakit kanker, kolesterol tinggi, jantung,gangguan pencernaan, dan diabetes melitus serta untukmeningkatkan daya tahan tubuh. Menurut Maat (2001), saribuah mengkudu mempunyai aktivitas antitumor terhadapmodel karsinomatosis peritonial Lewis Lung. Pemberian saribuah mengkudu dapat memperpanjang usia mencit putihyang menderita karsinoma Lewis Lung tersebut.

Menurut Muelker et al. (2000) dalam Maat (2001), buahmengkudu mengandung potasium (kalium) dengan konsen-trasi 56,30 m Eg/l, sama dengan yang terdapat dalam tomatdan jeruk. Oleh karena itu, mengkudu dapat digunakansebagai obat alternatif bagi penderita gagal ginjal kronis(hiperalaemia). Berdasarkan hasil seleksi pitekirnia (Maat,2001), sari buah mengkudu mengandung alkaloid, glikosidaantrakinon, glikosida safenin, dan flavonoid. Solomon (1998)dalam Jauhari dan Tirtoboma (2001) mengemukakan bahwabuah mengkudu mengandung karbohidrat 52,42%, serat33,38%, air 7,12%, abu 4,82%, lemak 1,51%, dan protein0,75%.

Mengkudu tumbuh baik pada dataran rendah sampaiketinggian 500 m dari permukaan laut. Tanaman ini banyakdijumpai di pantai, hutan, daerah sepanjang aliran sungai,sekitar perkampungan, dan kadang-kadang ditanam dihalaman rumah sebagai sayuran atau tanaman obat keluarga.Di masyarakat pedesaan, daun dan buah mengkududimanfaatkan sebagai lalap atau sayuran (Jauhari danTirtoboma, 2001).

Popularitas mengkudu sejak tahun 2000 mencuat kepermukaan karena berbagai khasiat dan manfaat yangdimilikinya. Namun, kepopuleran tersebut tidak dibarengioleh teknik budi daya yang benar sehingga masyarakatbelum memanfaatkan tanaman ini secara optimal (Kurniawan,2001).

Di Indonesia, mengkudu tumbuh liar satu-dua pohon dipedesaan, tepi sungai, atau pekarangan rumah. Biasanyatanaman tidak sengaja dibudidayakan atau tumbuh sendiri.Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap produkmengkudu maka mengkudu perlu dibudidayakan. Penye-diaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktoryang menentukan keberhasilan budi daya mengkudu.Tulisan ini menyajikan teknik pembibitan mengkudu padabeberapa media tumbuh untuk mengetahui dan memperolehbibit yang baik.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Kebun PercobaanCimanggu, Bogor. Bahan dan alat yang digunakan adalahbenih mengkudu dari kebun koleksi plasma nutfah Cimanggu,pasir, tanah, kompos, kantong plastik, ember, sendok semen,penggaris, spidol, dan kertas.

Media tanam yang digunakan adalah: (1) campurantanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 2 : 2 : 1;(2) campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 2 : 1;dan (3) campuran tanah dan pupuk kandang (kotoran ayam)dengan perbandingan 2 : 1. Media dicampur secara meratasesuai dengan masing-masing perlakuan kemudian dima-sukkan ke dalam bak persemaian berukuran 3 m x 1 m x 0,20m dan permukaannya diratakan.

Tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (topsoil). Partikel-partikel tanah yang besar dihaluskan untukmemudahkan pengadukan. Selain itu, partikel tanah yangkecil akan memperlancar pertumbuhan akar dalam menyerapunsur hara. Tanah yang digunakan pada masing-masingperlakuan sebanyak 40 kg.

Kompos yang digunakan merupakan produksi KebunPercobaan Cimanggu. Kompos ini telah diuji kandungan

TEKNIK PEMBIBITAN MENGKUDU PADA BERBAGAI MEDIA

1Ajun Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat, Jln. Tentara Pelajar No.3 Bogor 16111, Telp. (0251) 321879,Faks. (0251) 327010

Sadjim Lendri1

Page 2: Bt 081032

6 Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003

haranya di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Obat dengan hasil seperti pada Tabel 1.

bahan dan pertumbuhan yang baik dan merata. Persentasebenih yang tumbuh mencapai 90%. Pertumbuhan bibit selamadi persemaian juga cukup baik. Batangnya besar dan kokoh,daunnya lebar dan tebal serta berwarna hijau mengkilap.Pada umur 45 hari setelah semai, tinggi bibit mencapai 7-8 cmdengan 4-6 lembar daun. Pada media campuran tanah danpupuk kandang ayam, sampai umur 45 hari setelah semai,bibit yang tumbuh hanya 15%. Pertumbuhan bibit jugakurang baik, batangnya kerdil dan daunnya kecil.

Hama tanaman yang dijumpai pada pembibitan adalahulat daun (Flusia signata) dan belalang kecil yang menye-rang daun, namun serangannya tidak membahayakan bibit.Penyakit yang menyerang pembibitan adalah dumping offatau Phytophthora. Penyakit menyerang pangkal batangsehingga bibit menjadi busuk atau mati. Penyakit ini sangatberbahaya karena serangannya bersifat sporadis dan cepatmenjalar ke tanaman lain. Untuk menanggulanginya, bibitdisemprot dengan larutan Mankozeb 60% dengan dosis0,02%. Penyemprotan dilakukan 5 hari sekali. Selain itu,tanaman yang terserang penyakit dicabut beserta tanahnyakemudian dibuang/dibakar.

Dari tiga macam media yang digunakan, ternyata peranpasir dan kompos sangat dominan untuk mendorong perke-cambahan dan perkembangan bibit. Media pasir dapatmenjaga struktur tanah tetap remah dan gembur sehinggamemperlancar pertumbuhan akar dalam menyerap unsurhara. Pada media tanah dan pupuk kandang, tanah perse-maian lama kelamaan menjadi padat dan tidak gembursehingga memperlambat perkecambahan dan pertumbuhanbibit. Data lengkap mengenai hasil percobaan ini disajikanpada Tabel 2.

Media campuran tanah, pasir, dan kompos serta mediapasir dan kompos paling baik untuk pembibitan mengkududitinjau dari pertumbuhan dan persentase bibit yangtumbuh. Walaupun demikian, perlu diwaspadai seranganpenyakit busuk pangkal batang terutama pada umur 30 harisetelah semai. Bibit pada periode ini sangat peka terhadapserangan penyakit tersebut.

Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran ayamyang bercampur dengan sekam padi. Diharapkan pupuk iniberfungsi ganda antara lain untuk menyuburkan tanah danmenjaga struktur tanah.

Benih mengkudu disemai dengan sistem alur. Benihditebar pada larikan kemudian ditutup dengan tanah. Benihyang digunakan pada setiap perlakuan adalah 300 g (6.000biji ). Setelah benih disemai, persemaian disiram dua kalisehari sampai benih berkecambah. Setelah itu, penyiramancukup dilakukan sehari sekali.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan keperluan. Para-meter yang diamati pada percobaan ini meliputi umur mulaiberkecambah dimulai pada umur 17-21 hari setelah semai,persentase tumbuh pada umur 24 hari setelah semai, tinggitanaman dan jumlah daun pada umur 50 hari setelah semai,serta serangan hama dan penyakit pada umur 35-50 harisetelah semai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada umur 17 hari setelah semai, beberapa benih mulaiberkecambah dan puncaknya terjadi pada umur 21-24 harisetelah semai. Dari tiga perlakuan media tanam, benih yangdisemai pada media campuran tanah, pasir, dan kompos sertapada media pasir dan kompos memperlihatkan perkecam-

Tabe1 2. Hasil pengamatan kegiatan pembibitan mengkudu pada berbagai media tanam

Jumlah benihJumlah Persentase Tinggi

JumlahSerangan

Media tanamdisemai

bibit bibit tanamandaun

penyaki ttumbuh tumbuh (cm) (%)

Campuran tanah, pasir 6 .000 5 .670 94 ,50 8 , 1 0 4 - 6 8 , 1 0dan kompos (2 : 2 : 1)Campuran pasir dan 6 .000 5 .456 90 ,90 7 , 6 0 4 - 6 1 1kompos (2 : 1)Campuran tanah dan 6 .000 3 1 6 5 4 - 5 2 - 6 4 2pupuk kandang (2 : 1)

Tabel 1 . Komposisi kandungan unsur hara kompos

Unsur hara Kandungan (%)

N 1 , 0 8P 2O 5 0 , 1 8K2O 0 , 2 3C-organik 12 ,67C/N 11 ,81

Page 3: Bt 081032

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 1, 2003 7

KESIMPULAN

Media pembibitan yang baik untuk mendapatkan bibitmengkudu dengan persentase tumbuh yang tinggi dankondisi bibit yang baik adalah campuran tanah, pasir, dankompos (2 : 2 : 1). Campuran tanah dan pupuk kandang ayam(2 : 1) tidak direkomendasikan sebagai media persemaianmengkudu.

DAFTAR PUSTAKA

Hoesen, H.A. 2001. Kudu sehat dengan mengkudu. Makalah padaSeminar Nasional dan Talk Show Pengembangan Produk AlamiPotensi dan Pemanfaatan Mengkudu, Jakarta, 12 Maret 2001.hlm. 2.

Jauhari, E. dan Tirtoboma. 2001. Mengkudu (Morinda citrifolia)tanaman obat tradisional multi khasiat. Warta Penelitian danPengembangan Tanaman Industri 7 (1-2): 1-3.

Kurniawan, M. 2001. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Gelatinterhadap Mutu Permen Buah Mengkudu. Skripsi FakultasTeknologi Pertanian Universitas Djuanda, Bogor. hlm 7.

Maat, S. 2001. Prospek pemanfaatan mengkudu sebagai obat alami.Seminar Nasional dan Talk Show Pengembangan Produk AlamiPotensi dan Pemanfaatan Mengkudu, Jakarta, 12 Maret 2001.hlm 1-3.