brpn upload
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronkopneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang biasanya didahului
dengan ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) bagian atas yang disertai dengan
panas tinggi. ISPA sendiri adalah merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak di Indonesia. Di Bagian Anak Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang ISPA menduduki urutan pertama penyebab kunjungan pasien yaitu 39,8%
(1992) dan 63,6 % (1993).(1,2)
Pneumonia adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi, yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan
anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumoni dibagi menjadi pneumoni
lobaris, pneumoni lobularis (bronkopneumoni), dan pneumoni intersitialis
(bronkiolitis)..(3)
Dari seluruh etiologi pneumoni, Streptococcus pneumonia adalah merupakan
etiologi tersering dari pneumonia bakteri dan yang paling banyak diselidiki
patogenesisnya. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi intrapulmoner: abses paru, empiema, efusi pleura, atelektasis,
pneumothoraks, bronkiektasis, dan gagal napas.
2. Komplikasi ekstrapulmoner: Cor Pulmonale Sub Acutum (CPSA), Otitis Media
Akuta (OMA), meningitis, pericarditis, syok septik, arthritis dan endokarditis(3).
Bronkopneumonia biasanya didahului dengan ISPA bagian atas selama
beberapa hari. Suhu anak dapat naik sangat mendadak (39oC – 40oC). Diagnosis
klinis di rumah sakit dapat ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda klinis panas
tinggi, anak gelisah, sesak napas, retraksi suprasternal, epigastrium, maupun
intercostal, kadang disertai muntah dan diare. Batuk dan pilek tidak selalu ada.(3)
Panas tinggi pada bronkopneumonia bisa disertai dengan kejang, menggigil,
sesak nafas, batuk-pilek, muntah, dan diare. Diare biasanya bersifat akut. Adapun
dari diare sendiri bisa disertai ataupun tidak disertai dangan tanda-tanda dehidrasi,
tergantung dari frekuensi, konsistensi dan usia anak.
1
Pada anak- anak lebih muda terjadi dehidrasi, oleh sebab itu perlu penanganan yang
lebih baik dan tepat. Jika diare dengan dehidrasi baik akut maupun kronis tidak
mendapatkan penanganan yang lebih tepat maka komplikasi yang bisa terjadi
diantaranya adalah kesadaran menurun, syok, kejang, gizi buruk bahkan bisa
menyebabkan kematian .(3)
Penyebab diare bisa karena psikis, konstitusi, faktor makanan, dan infeksi
baik enteral maupun parenteral. Faktor infeksi merupakan penyakit paling sering dari
diare.
Dalam menangani masalah diare selain faktor penyebab juga perlu
diperhatikan beberapa faktor yang saling mempengaruhi dan berkaitan misalnya,
masalah lingkungan penderita, higiene sanitasi, perilaku manusia yang
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada, status gizi, sosial ekonomi, dan budaya(10)
B. TUJUAN
Dalam penulisan laporan ini akan dibahas kasus seorang anak dengan
brokopneumoni duplex, dan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Amubiasis), yang
dirawat di bangsal Pulmonologi UPF Kesehatan Anak RSDK Semarang. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola pasien
dengan bronkopneumonia dupleks, Diare Akut Dedrasi Ringan Sedang (Amubiasis),
sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan dengan kepustakaan
yang ada.
C. MANFAAT
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi
mahasiswa dan diharapkan mahasiswa dapat mendiagnosis dan mengelola pasien
dengan permasalahan seperti pada pasien ini secara dini dan tepat.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 bulan 17 hari
Alamat : Kuripan Rt 003 Rw 004 Kuripan, Karang Awen, Demak
Agama : Islam
Masuk RSDK : 02 juni 2004 pukul : 10.30.
No CM : 739544
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. Parmin
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Buruh Proyek Bangunan
Penghasilan : 350.000 perbulan
Pendidikan : SD Tamat
Nama Ibu : Ny. Susi Sunarsih
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Karyawan pabrik kosmetik
Penghasilan : 300.000 perbulan
Pendidikan : SD Tamat
B. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 02 Juni 2004, pkl 14.00.
Keluhan utama : Anak panas tinggi disertai sesak nafas.
Riwayat Penyakit Sekarang :
+ 6 hari anak panas tinggi, mendadak, terus menerus, menggigil (-),
kejang (-), batuk, ngekel, berdahak, sulit dikeluarkan, sesak (-),biru-biru
(-), mual (-), muntah (-),mencret (-). Anak dibawa berobat ke bidan, diberi
obat tetapi tidak ada perubahan.
3
+ 2 hari anak mencret, 5 kali sehari, cair, @ 2-3 sendok makan, warna
kuning, nyemprot (-), lendir (+), darah (-), ampas (+), kembung (+),mual
(-),muntah (-), panas nglemeng (+), masih batuk, sesak (-), anak rewel,
tampak kehausan, kencing tidak ada kelainan. anak dibawa berobat ke
RSDK disarankan mondok karena anak diare dengan tanda dehidrasi,
tetapi orang tua penderita menolak.
1 hari anak sesak, biru-biru (-), panas tinggi, terus menerus,,menggigil
(-), kejang (-), masih mencret, 4 kali sehari, @ 2 – 3x sendok makan,
warna kuning, cair, lendir (+), ampas (+), darah (-), kembung (+), mual &
muntah (-), anak rewel, nampak kehausan, kencing terakhir ½ jam yang
lalu, kaki dan tangan tidak dingin, anak dibawa berobat ke RSDK lagi.
Riwayat minum susu formula lactona sejak usia 1 bulan karena ibu
bekerja, 3 - 4x sehari, @3 sendok takar dalam 60 cc air hangat, diminum
sampai habis.
Cara membersihkan botol susu dicuci dengan air hangat, dilap pakai kain
serbet bersih dan dikeringkan, lalu dipakai.
Riwayat Penyakit Dahulu
Anak baru pertama kali sakit seperti ini. Penyakit lain yang pernah
diderita oleh anak yaitu : panas, batuk, dan pilek, dibawa berobat ke
bidan dan anak sembuh.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dan tetangga tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai buruh proyek bangunan, penghasilan
perbulan 350 .000. Ibu penderita bekerja sebagai karyawan pabrik,
penghasilan perbulan 300.000. Menanggung 2 anak yang belum
mandiri
Biaya pengobatan ditanggung oleh keluarga.
Menurut skor BISTOK SAING kesan Sosial Ekonomi cukup
Riwayat Pemeliharaan Prenatal
4
Pemeriksaan kehamilan di Bidan sebanyak 5 kali, penyakit kehamilan
tidak ada. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan tablet penambah
darah dan vitamin.
Riwayat Persalinan
Lahir di Rumah, ditolong oleh bidan, dari ibu G2P2A0, 9 bulan, secara
spontan. Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan 50 cm, lahir
langsung menangis.
Riwayat Postnatal
Periksa di Bidan secara teratur sebulan sekali, anak dalam keadaan sehat
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x ( usia 0 bulan, scar (+) )
Cacar : -
DPT : -
Polio : 3, ( 0, 1, 2 bulan)
Kolera : -
Typh. P. A. : -
Hepatitis B : 2, usia ( 0, 2 bulan)
Campak : -
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap
Riwayat Gizi
ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang, semau anak, tetapi sejak usia 2
bulan ASI hanya diberikan pada saat ibu dirumah, karena ibu penderita
harus bekerja dari pukul 07.00 – 16.00 dan sebagai penggantinya anak
diberikan minum susu formula lactona 3 - 4x sehari, @ 3 sendok takar
dalam 60 cc air hangat, diminum habis.
Kesan : Kuantitas cukup, kualitas kurang
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
PERKEMBANGAN
Senyum : 1 bulan
PERTUMBUHAN
5
Berat badan :
Waktu lahir : 3500 gram
Usia 1 bulan : gram
Usia 2 bulan: gram
Wakru masuk RSDK ( 2 bulan 17 hari ) : 5,15 gram, dengan BB koreksi :
5,5 kg, PB sekarang = 56 cm. LK = 40 cm
Pertumbuhan : Growth Faltering
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengikuti program KB suntik + sejak 1 bulan yang lalu
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 02 Juni 2004 pukul 14.30 dibangsal infeksi C1LII
RUANG Ilmu Kesehatan Anak RSDK, Semarang.
Anak laki-laki dengan umur 2 bulan 17 hari, BB 5,15 kg, PB 56 cm.
Keadaan Umum : Sadar, tampak sesak, tanda-tanda dehidrasi (+)
sianosis (-)
Tanda Vital :
Nadi : 120 X/ menit, Isi dan tegangan cukup
Frekuensi Pernapasan : 56 X/ menit
Suhu : 39 C (rektal)
Kulit :Pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)
Kepala :Mesosefal, lingkar kepala 40 cm, UUB belum
menutup
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-), Sklera ikterik
(-), air mata (+), kelopak mata cekung (+)
Hidung : Napas cuping hidung (+)
Telinga : Sekret (-/-), nyeri tekan tragus(-/-)
Mulut :Sianosis (-), bibir kering (-)
Tenggorok : T1-1 , faring hiperemis (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-) / (-)
Dada : Paru I :Simetris, retraksi suprasternal (+), retraksi
epigastrial (+).
6
Pa :Stem fremitus kanan = kiri, tidak ada bagian dada
yang tertinggal saat bernafas
Pe :Sonor seluruh lapangan paru
A : Suara Dasar: vesikuler
Suara Tambahan: hantaran (+)/ (+)
Wheezing (-) / (-)
Ronki basah halus nyaring (+)/(+)
Jantung I : Iktus kordis tak tampak
Pa :Iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial Linea
Medio Klavikularis Sinistra, tdk melebar, tdk kuat
angkat, thrill (-)
Pe :Batas jantung dalam batas normal
A :Suara jantung I-II Normal, bising (-), gallop (-),
irama reguler, aktivitas cukup, frekuensi jantung
120 x/menit.
Abdomen I : Datar, venektasi (-)
A :Bising usus (+) meningkat
Pe : tympani, pekak sisi (+)N, pekak alih (-)
Pa :hepar/ lien tak teraba, Nyeri tekan (-), defans
muskular (-), turgor kembali lambat
o . Alat Kelamin : laki-laki, dalam dalam batas normal, anus (+)
o
Anggota gerak Superior Inferior
- Akral dingin -/- -/-
- Sianosis -/- -/-
- Capillary refill < 2 “ < 2”
- Edema -/- -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah (tanggal 02 Juni 2004) pada hari pertama perawatan
Hb : 14 gr%
Ht : 36 %
7
RBH nyaring
Eritrosit : 4,02 juta/mm3
Lekosit : 14600/mm3
Trombosit : 307.000/mm3
MCV : 86,6 femtoliter
MCH : 29,1 pikogram
MCHC : 34,4 g/dL
Kesan : - Lekositosis
Kimia klinik :
GDS : 97 mg/dl
Na : 137 mmol/L
K : 4,9 mmol/L
Cl : 104 mmol/L
Ca : 2,65mmol/L
Preparat Darah Hapus :
Sistem Erotropoitik : anisositosis (+), poikiositosis (-), burr sel (-),
target sel (-), sel krenasi (-), fragmentosit (-),
polikromasi (-), Sistem Granulopoitik :
Hipergranulasi (+), Hipersegmentasi (+),
Vakuolisasi (-).
Sistem Trombopoitik : Bentuk normal, tersebar merata, jumlah cukup.
Hitung Jenis : E0 / B0 / St2 / Sg75 / L15 / M1
Kesan : infeksi bakteri
Pemeriksaan Feses pada tanggal 02 Juni 2004 pkl 18.00
Warna : kuning
Konsistensi : cair
Amuba : (+)/ kista
Sisa-sisa pencernaan: P/K/L
Lain-lain : - Sudan III : ++
- Bakteri : ++
- Jamur : -
- Lekosit : +
8
- Eritrosit
X Foto Thorax ( tanggal 02 Juni 2004) pada hari pertama perawatan
Cor : batas, letak, ukuran, dalam batas normal
Pulmo : - corakan bronkovaskuler meningkat
o tampak bercak kesuraman pada parahiler dan para
kardial ke-2 paru
o kedua hillus tidak melebar
o sinus costofrenikus kiri dan kanan lancip
Kesan : Jantung : tidak membesar
Paru : bronkopneumonia duplek
E. PEMERIKSAAN KHUSUS
Antopometri ( Z score)
Laki-laki, 2 bulan 17 hari, BB: 5.15 kg, PB 56 cm
BB koreksi DADRS = (7,5 % x 5,15 kg)+5,15= 5,5 kg
WAZ = = -0,5 (Normal)
HAZ = = -1,9 (Normal)
WHZ = = 1,5 ( Normal )
Kesan : Gizi baik
Antopometri menurut NHCS-WHO
= 91,6 %
= 91,6 %
= 119 % → Baik
Kesan : gizi baik
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkopneumonia Dupleks
9
DD : - Bronkiolitis
- Spesifik
- Non spesifik
2. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
DD: - Konstitusi
- Makanan
- Infeksi : # Parenteral
# Enteral
3. Gizi Baik
G. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Bronkopneumonia Duplek
2. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
3. Gizi Baik
H. DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1 Bronkopneumonia Duplek 2-6-04
2 Diare akut dehidrasi ringan
sedang
2-6-04
1 Gizi baik 2-6-04
2 Imunisasi dasar
belum lengkap
I. INITIAL PLAN
1. Assesment : Bronkopneumonia Duplex
DD : - Bronkiolitis
- Spesifik
- Non spesifik
Initial Plan :
10
Diagnosa : Subyektif : -
Obyktif : LED
Terapi : Oksigen 28 % nasal 2 liter/menit
Infus DGL ½ S 980/ 40/10 tetes per menit
Injeksi Ampicillin 3x150 mg iv
Injeksi Gentamisin 2x20 mg iv
Per Oral : -. Parasetamol 3x50 mg bila panas
-. Vitamin B Komplek 3x1/2 tablet
-. Ambroxol 3x2,5 mg
Diet : ASI Ad libbitum
SGM 1 4x100 cc
Monitoring : Keadaani Umum dan Tanda Vital, Jaga jalan nafas, tanda-
tanda komplikasi CPSA
Edukasi : - Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit
yang diderita oleh pasien dan program terapi yang akan
dilaksanakan pada pasien
oMenjelaskan kepada orang tua untuk segera
memberitahukan kepada dokter atau perawat bila anak
sesak
2. Assesment : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Initial Plan :
Diagnosa : Subyektif : -
Obyektif : Feses Rutin
Terapi :Infus DGL ½ S 980/40/10 tetes permenit
Oralit 50 cc tiap mencret
ASI Ad Libb
Monitoring : Keadaan Umum, tanda Vital dan Tanda-tanda dehidrasi
Edukasi : Menjelaskan kepada ibu penderita tentang:
11
- Jaga higiene dan sanitasi (cuci tangan sebelum membuat susu formula
untuk anak, cara menyiapkan susu botol yang baik dan benar ).
- Memberi oralit atau larutan gula garam tiap mencret, dan cara
pemberiannya yang baik dan benar.
- Mengenali tanda-tanda dehidrasi (tampak kehausan, gelisah, mata
cekung, air mata berkurang, bibir kering
Kebutuhan Nutrisi 24 jam
Cairan
(cc)
Kalori
(Kal)
Protein
(Gram)
Kebutuhan 24 jam
Infus DGL ½ S
Asi Add lib
Susu lactona 7x100cc
Oralit 50cc
1375
980
-
400
50
520
288
-
251,2
11
-
-
6,4
Jumlah 1430 539,2 6,4
Prosentase 104% 103% 58%
12
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
1. BRONKOPNEUMONI DUPLEX
Pneumonia adalah merupakan suatu peradangan yang terjadi pada
parenkim paru disebelah distal bronkiolus terminalis yang bisa meliputi:
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, alveoli dan jaringan intersitial paru.
Secara anatomi, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi pneumonia lobaris,
pneumonia segmentalis dan pneumonia lobularis. Pneumonia lobularis disebut
juga bronkopneumonia. Eksudat mukoporulen yang dihasilkan oleh peradangan
tersebut, akan menyebabkan penyumbatan pada saluran-saluran napas kecil dan
menghasilkan bercak-bercak konsolidasi pada lobulus-lobulus paru yang
berdekatan .(1,3,5)
Pada anamnesis bronkopneumonia, biasanya didahului dengan infeksi
saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Panas tinggi biasanya 39º -
40ºC, sehingga dapat terjadi kejang pada individu tersebut. Selain itu penderita
biasanya berkeringat dan menggigil. Anak sangat gelisah, sesak napas, napas
cepat dan dangkal serta napas cuping hidung, pernapasan dari mulut disertai nyeri
dada sehingga penderita memfiksir dada yang sakit. Penderita juga batuk-batuk,
kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk mula-mula kering, kemudian
menjadi produktif sebagai produk mukopurulen dari proses radang yang terjadi.
Hasil pemeriksaan fisik pada bronkopneumonia tergantung dari luas
daerah yang terkena proses inflamasi. Biasanya didapatkan batuk, napas cepat,
sesak napas, napas cuping hidung, retraksi suprasternal/ retraksi epigastrial,
takikardi, lemah, sianosis sekitar mulut dan hidung serta panas tinggi. Pada
perkusi dada sering tidak didapatkan kelainan dan pada auskultasi didapatkan
ronkhi basah halus nyaring. Bila sarang bronkopneumonianya menjadi satu,
mungkin pada perkusi terdengar keredupan, suara pernapasan terdengar mengeras,
pada auskultasi didapatkan ronkhi basah halus nyaring. Jika didapatkan tanda-
tanda sumbatan saluran napas bagian bawah berupa wheezing ekspirator dan
eksperium yang memanjang maka disebut bronkopneumonia dengan komponen
14
asmatik. Hepar dapat terdorong kebawah atau dapat pula membesar. Bila terjadi
komplikasi gagal jantung kongestif maka didapatkan hepar membesar dengan tepi
tumpul disertai dengan frekuensi napas > 60 x/menit dan nadi 160 x/menit. (7,8)
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan elektrolit.
Pemeriksaan elektrolit perlu dilakukan untuk mengetahui gangguan keseimbangan
elektrolit, karena penderita dengan panas tinggi dan frekuensi napas yang
meningkat dapat menyebabkan evaporasi cairan berlebihan.(3)
Foto polos thoraks dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada
bronkopneumonia didapatkan kelainan radiologis paru yang dapat berupa infiltrat
lokal maupun tersebar atau juga konsolidasi lobus paru. Namun perlu ditekankan
bahwa gejala klinis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting, oleh
karena ada beberapa keadaan dimana gambaran radiologis tidak selalu tampak
yaitu pada permulaan penyakit atau bila pneumonia sangat berat.(10)
Foto polos dada dapat juga menunjukkan adanya komplikasi
bronkopneumonia seperti efusi pleura, pleuritis, abses paru, pneumothoraks, ,
pericarditis dan cor pulmonale sub acutum.(1)
Pada kasus ini dari anamnesis didapatkan:
6 hari anak panas tinggi, mendadak, terus menerus, menggigil (-), kejang (-)
batuk ngekel, berdahak, sulit dikeluarkan, sesak (+), tidak biru-biru, mencret (+).
Riwayat minum susu formula lactona sejak usia 1 bulan karena ibu bekerja, 3-4x
sehari, @3 sendok takar dalam 60 cc air hangat, diminum sampai habis.
Cara membersihkan botol susu dicuci dengan air hangat dan dilap pakai kain
serbet, dikeringkan, lalu dipakai.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Anak tampak sesak (frekuensi pernapasan 56 kali per menit), suhu 39°C. Terdapat
napas cuping hidung, pada pemeriksaan thoraks ditemukan retraksi suprasternal
dan epigastrial. Pada perkusi didapatkan sonor seluruh lapangan paru, pada
auskultasi thoraks didapatkan ronkhi basah halus nyaring pada basal paru-paru
kiri dan kanan, serta suara hantaran pada kedua paru-paru.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 02 Juni 2004, didapatkan
leukositosis (lekosit 14600/mm3), sedang pemeriksaan darah tepi didapatkan
15
kesan gambaran infeksi bakterial. Gambaran hipergranulasi dan hipersegmentasi.
Pemeriksaan elektrolit darah dalam batas normal.
Pemeriksaan foto thoraks menunjukkan corakan bronkovaskuler yang
meningkat dan bercak kesuraman pada parahiler dan parakardial kanan dan kiri,
kedua hilus tidak melebar, kedua sudut kostoprenikus lancip, dengan kesan
bronkopneumonia dupleks.
Dari data-data anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologis,
maka dalam kasus ini diagnosis bronkopneumonia dapat ditegakkan dalam hal ini
pneumonia bakterial.
Kasus ini didiagnosis banding dengan bronkiolitis. Pada bronkiolitis panas
biasanya tidak terlalu tinggi (sub febril), pada pemeriksaan fisik paru didapatkan
perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar eksperium memanjang, wheezing
dan ronkhi basah halus minimal, tetapi sesaknya sangat hebat. Pada penderita ini
tidak dijumpai gambaran yang demikian sehingga diagnosis bronkiolitis dapat
disingkirkan.
Pada kasus ini tidak didapatkan riwayat batuk lama, tidak keluar keringat
pada malam hari, tidak didapatkan berat badan yang sulit naik, serta tidak ada
riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis paru orang dewasa.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pneumonia adalah sebagai berikut (1,5,7)
1. Komplikasi intra pulmoner yaitu abses, paru, empiema, efusi pleura,
atelektasis, pneumothoraks, bronkiektasis, dan gagal napas.
2. Komplikasi ekstra pulmoner yaitu corpulmonale sub akuntum (CPSA), otitis
media akut (OMA), meningitis, pericarditis, syok septik, peritonitis, artritis
dan endocarditis.
Komplikasi yang berat dan paling sering dijumpai adalah gagal napas dan CPSA.
Secara klinis gagal napas ditandai dengan sianosis, frekuensi napas > 60 x/menit
dan napas tidak adekuat. Sedangkan diagnosis secara laboratoris didapatkan dari
hasil pemeriksaan analisa gas darah . (8)
CPSA adalah kelainan jantung akibat dari berbagai hal yang pada
prinsipnya disebabkan oleh meningkatnya tahanan vaskuler paru. Dinyatakan juga
16
sebagai hipertrofi ventrikel kanan dengan atau tanpa kegagalan jantung kanan
yang sering terjadi akibat kelainan primer paru. Diagnosis CPSA ditegakkan
dengan adanya peningkatan frekuensi napas > 60 x/menit, denyut jantung > 160
x/menit disertai hepatomegali dengan tepi tumpul.(5,9)
Para penderita ini tidak didapatkan komplikasi baik intra maupun
ekstrapulmoner. Hal ini bisa dilihat dari pemeriksaan fisik yaitu tidak didapatkan
keadaan yang mengarah pada suatu komplikasi dari bronkopneumonia seperti
sianosis, frekuensi napas lebih dari 60 kali/menit, denyut jantung lebih dari 160
kali per menit maupun hepatomegali.
II. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG (Amubiasis)
Diare adalah suatu perubahan abnormal dengan perubahan frekuensi (>3x
per hari), perubahan konsistensi dari mulai lembek sampai cair. Diare bisa
disertai dengan ataupun tanpa dengan tanda-tanda dehidrasi. Gambaran klinis dari
diare yang disertai dengan tanda-tanda dehidrasi adalah mulai dari perubahan
keadaan umum, dimana penderita tampak letargi, somnolen, bahkan bisa syok
atau koma jika dengan dehidrasi berat (9,10) Gejala umum dehidrasi adalah lemas,
mata cekung, mulut dan lidah kering, tampak kehausan, sesak nafas, turgor kulit
kembali lambat.
Klasifikasi diare bisa dibedakan menurut waktu, etiologi dan mekanisme.
Diare menurut waktu terdiri dari diare akut (DATTD, DADRS, DADB), dan
diare kronis. Sedangkan diare menurut etiologi terdiri dari diare oleh karena
konstitusi, makanan, infeksi parenteral dan enteral, serta psikis. Penyebab
terbanyak dari diare saat ini adalah virus (rotavirus). Dan diare menurut
mekanismenya terdiri dari diere sekretorik, osmotik, dan invasif(9)
Diare paling sering terjadi pada anak-anak usia 6-11 bulan, hal ini
dikarenakan pada usia 6-11 bulan terjadi perubahan pola pemberian makanan
disamping pemberian ASI eksklusif.(9)
Adapun faktor predisposisi terjadinya diare adalah gizi kurang, kekebalan
tubuh yang menurun, faktor usia, faktor susunan makanan (kualitas dan
kuantitas), serta faktor infeksi (9,10) Infeksi oleh karena amuba juga bisa terjadi,
17
dimana manifestasi klinisnya adalah diare lembek-cair, lendir dan darah (+),
kembung, bisa terjadi kolik abdomen, ataupun demam, mual & muntah,
Pada kasus ini didapatkan adanya diare akut dengan dehidrasi ringan
sedang (amubiasis). Hal ini bisa dilihat dari anamnesis yaitu ditandai dengan
adanya diare >3 kali, cair, lendir (+), ampas (+), kembung(+), disertai panas, hasil
pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum anak tampak rewel, tampak kehausan,
turgor kulit kembali lambat, mata cekung, bising usus (+) meningkat. Pada
pemeriksaan feses didapatkan feses cair, kista (+) amuba, bakteri (+), lekosit (+)
III. GIZI BAIK
Status gizi seseorang pada dasarnya merupakan keadaan kesehatan orang tersebut
sebagai refleksi konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh. Penilaian status
gizi dilakukan dengan cara:
a. Anamnesis dengan menilai kualitas dan kuantitas makanan
b. Klinis dengan melihat tanda-tanda kurang gizi misalnya muscle wasting
c. Penilaian antropometri dengan parameter baku WHO NCHS, Z score.
d. Pemeriksaan laboratorium dengan mengukur kadar Hb, jumlah protein dan
kolesterol.
Anamnesis pola makan penderita menunjukkan kualitas kurang dan kuantitas
cukup namun demikian secara klinis tidak didapatkan tanda kurang gizi maupun
gizi lebih. Pada hasil laboratorium tidak didapatkan anemia. Berdasarkan hasil
perhitungan antropometri NCHS-WHO dan Z score penderita memenuhi kriteria
gizi baik, akan tetapi pada daftar KMS didapatkan pertumbuhan Growth faltering.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya intake ASI yang kurang selama ibu
bekerja dan kualitas pemberian susu formula yang kurang, sehingga perlu
dihimbau kepada ibu penderita dalam hal pemberian ASI saat ibu bekerja
18
B. PENGELOLAAN
Prinsip pengelolaan meliputi aspek keperawatan, aspek medikamentosa,
dan aspek dietetik.
Pada kasus ini penanganan yang dilakukan pertama kali adalah untuk
tanda-tanda distress respirasinya, tanda-tanda dehidrasi, kemudian
bronkopneumonia dupleks. Dengan teratasinya Bronkopneumonia dupleks dan
diare akut dengan tanda dehidrasi (amubiasis), maka diharapkan kondisi umum
pasien akan semakin membaik.
1. Aspek Keperawatan
- Penderita ini harus dirawat inap di rumah sakit karena
menunjukkan tanda-tanda distress respirasi yaitu napas cuping
hidung dan retraksi otot-otot suprasternal dan epigastrial saat
inspirasi.
- Pada pasien yang mengalami distress respirasi, jalan napas harus
dibersihkan, dan diberikan oksigen 28% nasal sampai tidak terjadi
sesak nafas dengan frekuensi pernapasan tidak lebih dari 50x/menit
serta pengisapan lendir secara teratur.
- Pada pasien yang mengalami dehidrasi harus segera dilakukan
rehidrasi agar tidak terjadi penyulit yang lebih lanjut. Pasien diberi
infus DGL ½ S 980/40/10 tetes permenit serta diberikan oralit 50
cc tiap kali mencret.
- Kompres bila anak panas
2. Aspek Medikamentosa
Prinsip pengobatan bronkopneumonia disesuaikan dengan
penyebabnya. Oleh karena itu pengobatan antibiotika disesuaikan
dengan hasil kultur darah dan tes kepekaan. Namun mengingat hal
tersebut memerlukan waktu lama, maka pengobatan antibiotika dalam
praktek dilakukan berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan
dugaan penyebab sebagai terapi empiris. Sebelum diketahui kuman
penyebab berdasarkan hasil kultur, biasanya diberikan antibiotika
19
berspektrum luas yang meliputi antibiotika untuk kuman gram (+) dan
gram (-).
Penyebab bronkopneumonia tersering pada anak usia kurang
dari 3 bulan ( termasuk neonatus ) biasanya penyebab tersering
adalah kuman gram positif (streptokokus beta hemolitikus ) atau gram
negatif ( E. Coli, Pseudomonas, Klebsiela ).
Antibiotika yang efektif untuk kuman tersebut adalah ampisilin 50 –
100 mg/kgBB/hari dan Gentamisin 5 - 7 mg/kgBB/hari. Lama
pengobatan umumnya 7 – 10 hari( minimal 4 – 5 hari bebas panas)
Pada penderita ini diberikan injeksi ampisilin 3 x 150 mg IV
dan injeksi Gentamisin 2 x 50 mg IV, sebelum pemberian dilakukan
test alergi dulu pada kulit penderita. Ternyata kondisi penderita
membaik, dan pada hari ke 4 , antibiotika diteruskan sampai hari ke-
7, pada saat penderita pulang tetap diberikan obat: Cefadroxil 2x125
mg, Vit BC 3x ½ tab, Ambroxol 3x2,5 mg
Disamping antibiotika diberikan juga penurun panas dan roboransia,
untuk mengatasi batuk, maka pasien ini diberikan ambroksol 3x2,5
mg, yang obat ini bersifat mukolitik.
3. Aspek Dietetik
Dietetik diberikan sesuai dengan keadaan penderita.Penderita
anak perempuan umur 2 bulan 17 hari dengan berat badan 5150gram
dan suhu 39 C diberikan sesuai dengan kebutuhannya yaitu 10 kg I
diberikan 100 kal/KgBB/hari, dan protein 2-4g/KgBB/hari. Kebutuhan
cairan penderita dengan bronkopneumoni, perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
- Dengan DADRS terjadi penurunan berat badan 6-9%
- Panas yang ditandai kenaikan suhu lebih dari 37 C, memerlukan
koreksi 12,5 % setiap kenaikan suhu 1 C.
- Insensible waterloss yang meningkat akibat hiperventilasi sehingga
kebutuhan cairan meningkat 10 %.
20
- Bahaya komplikasi CPSA yang dapat dicetuskan atau diperberat
pada keadaan over hidrasi (pemberian cairan yang berlebihan)
sehingga kebutuhan cairan perlu dikurangi 10-25 %
- Dengan DADRS perlu dikoreksi kebutuhan cairan 200cc/kgBB
Perhitungan kebutuhan nutrisi 24 jam adalah sebagai berikut :
BB = 5,15 kg t = 39°C
Koreksi I (7,5% x 5,15)+5,15 kg = 5,5 kg
Koreksi II 200ccx5,5 kg = 1100cc
Koreksi III(0,25%x1100cc)+1100cc = 1375cc
Tabel Angka Kecukupan
Hari ke 1
Cairan
(cc)
Kalori
(Kal)
Protein
(Gram)
Kebutuhan 24 jam
Infus DGL ½ S
Asi Add lib
Susu SGM1 4x100cc
1375
980
-
400
520
288
251,2
11
-
6,4
Jumlah 1430 539,2 6,4
Prosentase 104% 103% 58%
HARI KE 2 - 7
Kebutuhan nutrisi tanpa ada koreksi 5,15 x 100 cc= 510 cc
Cairan
(cc)
Kalori
(kal)
Protein
(gram)
Kebutuhan 24 jam
Infus DGL ½ S
ASI Add Lib
Susu SGM1 4x50cc
510
480
-
200
510
288
-
125,6
11
-
-
3,2
21
Jumlah 680 413,8 3,2
Prosentase 130% 79% 29%
C. PROGNOSIS
Prognosis penderita bronkopneumonia secara umum tergantung dari ada
tidaknya komplikasi selain faktor usia, status gizi, kecepatan dan ketepatan
pengobatan yang diberikan. Dengan pemberian antibiotika yang tepat secara dini
dan pemberian diet yang tepat mortalitas penyakit dapat diturunkan.
Prognosis penderita ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah ad bonam
karena tidak terdapat komplikasi yang berat dan keadaan penderita membaik
selama perawatan, prognosis terhadap kesembuhan (quo ad sanam) adalah ad
bonam. Prognosis terhadap fungsi paru (quo ad fungsionam) juga baik karena
dapat diharapkan kesembuhan jaringan yang sempurna.
D. SARAN
Saran yang diberikan kepada orang tua sewaktu anak akan pulang adalah :
1. Anjuran agar orang tua memberikan obat secara teratur sesuai ketentuan dan
membawa anak kontrol ke poliklinik penyakit paru RSDK (poli 151) dan
melakukan fisiotherapi 3 hari kemudian untuk memantau kesembuhan dan
menuntaskan pengobatan.
2. Menganjurkan agar segera memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan terdekat
bila timbul keluhan kesehatan dan obat yang diberikan agar diminum secara
teratur sesuai ketentuan.
3. Memberitahukan cara pemberian ASI yang benar dan diberikan setiap 2-3 jam
sekali, apabila ibu bekerja sebaiknya disediakan ASI yang sudah diperas
sebelum berangkat kerja atau dengan cara pemberian susu formula apabila hal
ini tidak dapat dilakukan.
4. Memberitahukan cara pembuatan susu formula yang benar dimana ukuran 1
sendok takar 30 cc air hangat
22
5. Memberitahukan cara pencucian botol susu yang benar, dimana botol susu
harus direndam dulu dengan air panas, hal ini bertujuan untuk mematikan
bakteri
6 Menganjurkan agar membawa anak ke posyandu / puskesmas setiap bulan
secara teratur agar dapat memantau kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan anak.
7. Melengkapi Imunisasi yang kurang sesuai umur.
9. Anak sebaiknya jangan dibiasakan tiduran dilantai yang kotor dan lembab
10. Menjaga kebersihan rumah
23
BAB IV
RINGKASAN
Dilaporkan kasus seorang anak perempuan, usia 2 bulan 17 hari BB
5150 gram. PB 56 cm, dirawat di Bangsal C1L2 RSDK dengan diagnosa
Bronkopneumonia Duplex dan Amubiasis. Bronkopneumonia ditandai dengan
adanya panas tinggi, sesak nafas, nafas cuping hidung, retraksi suprasternal dan
epigastrial, didapatkan ronkhi basah halus nyaring dan suara hantaran pada kedua
paru. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan hipergranulasi, hipersegmentasi,
dan hitung jenis bergeser kekiri. kesan infeksi bakteri(+), radiologis didapatkan
corakan bronkovaskular meningkat, bercak kesuraman pada parahiler dan
parakardial dan memberikan kesan bronkopneumonia duplex
Amubiasis dengan dehidrasi ringan sedang ditegakkan berdasarkan
adanya pola perubahan defekasi, dimana anak berak lebih dari 3 hari, konsistensi
cair, tidak nyemprot, ampas (+), lendir (+), darah (-), warna kuning, perut
kembung, tidak disertai mual dan muntah, panas (+), Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum anak tampak lemas, anak rewel, tampak kehausan,
kelopak mata cekung, turgor kembali lambat, Bising usus (+) meningkat. Pada
pemeriksaan laboratorium feses didapatkan hasil: amuba (+) kista, lekosit(+),
bakteri(+).
Dengan penanganan yang baik akhirnya keadaan penderita dinyatakan
membaik tanpa komplikasi. Penderita diperbolehkan pulang setelah perawatan
7hari dan dianjurkan untuk minum obat secara teratur dan kontrol ke poliklinik
RSDK 3 hari kemudian untuk menuntaskan pengobatan dan memantau
kesembuhannya.
Dengan melihat perjalanan penyakit dan kondisi penderita sebelum
pulang, prognosis penderita adalah baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidhartani ZM. Epidemiology community Acquired Pneumonia. Dalam :
Simposium Respiralogi Anak Masa Kini. Bandung 11 – 12 Desember 1998.
2. Sidhartani ZM. Pneumonia pada Anak. Dalam : Peranan dan penatalaksanaan pada
infeksi saluran napas. Semarang : Hoechst Mosion Rusel, 1998, 1-8.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.
Jakarta,1991: 1228-39.
4. Starke JR. Tuberkulosis. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15thed. WB Saunders
Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:1028-43.
5. Prober CG. Pneumonia. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15th ed. WB Saunders
Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:883-9
6. Stern RC. Atelektasis. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15th ed. WB Saunders
Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:1500-2
7. Hadddad GG, Fontan JP. Kegagalan Pernafasan. Dalam:Nelson Texbook of
Pediatrics 15th ed. WB Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania.1996:1444-6
8. Hoffbrand AV, Pettit JE. Kapita Selekta Hematologi. Ed 2. Terjemahan Darmawan
Iyan. Jakarta : EGC, 1992 : 28 – 44.
9. Sudigbya I. Pengantar Diare Akut Anak. Semarang: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Diponegoro. 191; 1- 63
10. Direktur Jendral PPM & PLP. Buku Ajar Diare, Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1990; 1- 25
11. Purwosudarmo S. Infeksi tropik & non tropis, Amubiasis. FK UI, Jakarta, 1999:
103-9
12. Sudigbya I, et al. Diare Akut dalam Pedoman Pelayanan Medik Anak RSDK/
FK UNDIP, Semarang; Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, 1989
191 – 202
25
LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK LAKI-LAKI DENGAN BRONKOPNEUMONI DUPLEX ,
DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG (AMUBIASIS) DAN GIZI BAIK
Diajukan guna melengkapi kepaniteraan senior
di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
Sri Indah Rahman
G6A 098 168
Pembimbing : Dr. Marini S. Dewi
Penguji : Dr. J.C. Susanto Sp.AK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2004
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA : Sri Indah Rahman
NIM : G6A 098 168
JUDUL : SEORANG ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONI DUPLEX
DAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
(AMUBIASIS) DENGAN GIZI BAIK
PENGUJI : dr. J.C. Susanto SpA(K)
PEMBIMBING : dr. Marini S. Dewi
DIAJUKAN : 3 Juli 2004
PENGUJI
( dr.J.C. Susanto, SpAK)
PEMBIMBING
( dr.Marini S.Dewi)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini kami susun untuk memenuhi syarat menempuh ujian
Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. J.C. Susanto, SpA(K) sebagai penguji yang telah bersedia meluangkan waktu.
2. Dr. Marini S. Dewi, sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan-
masukan, serta bimbingan dalam menyelesaikan kasus besar ini.
3. Ma, Pa, Mas totok, de Lucky atas dukungan dan doa yang tiada henti
4. Dr. Nofario, atas dukungan, perhatian, doa, cinta & kasih sayangnya selama ini
5. Kru V 18, atas semua bantuannya
6. Teman-teman co-ass (Dipto, davees) yang senasib dan sepenanggungan, telah
memberikan bantuan baik material maupun spiritual kepada kami dalam menyusun
laporan kasus ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini, maka
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Kami sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, Juli 2004
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman judul .................................................................................................................. i
Halaman pengesahan......................................................................................................... ii
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ........... iii
Daftar isi............................................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar belakang................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................. 3
C. Manfaat........................................................................................................... 3
II. LAPORAN KASUS............................................................................................... 4
A. Identitas........................................................................................................... 4
B. Data Dasar....................................................................................................... 5
1. Anamnesis................................................................................................ 5
2. Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 7
3. Pemeriksaan Laboratorium...................................................................... 9
4. Pemeriksaan Khusus................................................................................ 10
C. Diagnosis Banding.......................................................................................... 11
D. Diagnosis Sementara....................................................................................... 11
E. Daftar Masalah………………………………………………………………
F. Initial Plan....................................................................................................... 11
G. Tabel Perjalanan Penyakit.............................................................................. 12
H. Bagan Masalah................................................................................................ 13
I. Hasil Kunjungan Rumah................................................................................. 24
III. PEMBAHASAN ................................................................................................... 26
A. Diagnosis......................................................................................................... 26
1. Bronkopneumonia Dupleks...................................................................... 26
2. Diare Akut Dehidrasi ringan Sedang (amubiasis).................................... 31
3. Gizi Baik................................................................................................... 32
B. Pengelolaan..................................................................................................... 32
C. Prognosis......................................................................................................... 35
iv
D. Saran................................................................................................................ 36
IV. Ringkasan............................................................................................................... 37
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 39
v