bronkiolitis_presentase
DESCRIPTION
bronkiolitisTRANSCRIPT
1. DEFINISI
Bronkiolitis akut adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan
gejala utama akibat peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh virus.
Sering mengenai anak usia dibawah satu tahun dengan insiden tertinggi umur 6
bulan. (1)
2. ETIOLOGI
Bronkiolitis sebagian besar disebabkan oleh Respiratory syncytial
virus(RSV), penyebab lainnya adalah parainfluenza virus, Eaton agent
(mycoplasma pneumoniae), adenovirus dan beberapa virus lainnya. Tetapi belum
ada bukti kuat bahwa bronkhiolitis disebabkan oleh bakteri.(1,2)
3. PATOMEKANISME
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkus menyebabkan respon inflamasi
akut, ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mucus, timbunan
debris selular/sel-sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti dengan infiltrasi
limfosit peribronkial dan edema submukosa Karena tahanan aliran udara
berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran pernafasan, maka
sedikit saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang
besar. Terutama pada bayi yang memiliki penampang saluran pernafasan yang
kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi,
tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka akan
menyebabkan air traping dan hiperinflasi. (3)
4. GEJALA KLINIS
Gejalanya berupa : (4)
- Batuk
- wheezing (bunyi nafas mengi)
- sesak nafas atau gangguan pernafasan
- sianosis (warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen)
- takipneu (pernafasan yang cepat)
- retraksi interkostal (otot di sela iga tertarik ke dalam karena bayi berusaha keras
untuk bernafas)
- pernafasan cuping hidung (cuping hidung kembang kempis)
- demam (pada bayi yang lebih muda, demam lebih jarang terjadi)
5. DIAGNOSIS KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya, berdasarkan gambaran klinis, umur
penderita dan adanya epidemi RSV di masyarakat.(5)
A. Anamnesis
Gejala awal berupa gejala infeksi saluran nafas atas akibat virus, seperti
pilek ringan, batuk dan demam. yang mengenai anak usia maksimal 24 bulan
yang lebih banyak terkena adalah usia dibawah 12 bulan. Satu hingga dua hari
kemudian timbul batuk yang disertai dengan sesak nafas. Selanjutnya dapat
ditemukan wheezing, merintih, nafas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel dan
penurunan nafsu makan Adanya riwayat kontak dengan penderita infeksi
saluran pernafasan atas.(5)
Kriteria bronkiolitis terdiri dari: (1) wheezing pertama kali, (2) umur 24
bulan atau kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus
misalnya batuk, pilek, demam dan menyingkirkan pneumonia atau riwayat
atopi yang dapat menyebabkan wheezing. (5)
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis
adalah adanya takipnea, takikardia, dan peningkatan suhu diatas 38,5 0C dan
bisa mencapai suhu 41 0C. Selain itu ditemukan pernafasan yang pendek dan
saturasi O2 yang rendah dan tanda dehidrasi.(6)
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung lekosit biasanya
normal demikian pula dengan elektrolit. Pada pasien dengan
peningkatan lekosit biasanya didominasi oleh PMN dan bentuk batang.
Untuk menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen detection
test (direct immunofluoresence assay dan enzyme – linked
immunosorbant assay. ELISA). Atau polimerase chain reaction (PCR),
dan pengukuran titer antibody pada fase akut dan konvalesens.(6)
2. Radiologi
Gambaran radiologik mungkin masih normal bila bronkiolitis
ringan. Umumnya terlihat paru-paru mengembang (hyperaerated). Bisa
juga didapatkan bercak-bercak yang tersebar, atau pneumonia (patchy
infiltrates).(5,6)
6. PENATALAKSANAAN
Anak dengan brokiolitis ringan bias dirawat dirumah. Untuk bayi perlu
dilakukan observasi yang baik dan pemberian cairan yang cukup. Bayi yang menderita
bronkiolitis sedang atau berat harus dirawat di RS. (7)
Pengobatan terdiri dari : (7)
Antibiotik tidak perlu diberikan. Namun bila diperkirakan perlu misalnya pada
keadaan berat dan ada kemungkinan infeksi sekunder bakteri, antibiotik yang
sesuai dapat diberikan.
Peran bronkodilator masih controversial, maksud pemberian untuk
memperbaiki pertukaran gas. Bila perlu ipratropinum bromide, obat
simpatomimetik, atau teofilin; yang terbukti memberikan manfaat pada
beberapa penderita dapat dicoba untuk diberikan.
Pemberian kortikosteroid juga belum dapat dibuktikan bermanfaat. Laporan
penelitian menunjukkan ada yang berhasil baik, namun ada pula yang tidak
berpengaruh.
Pemberian anti virus seperti ribavirin, dapat dipertanggungajwabkan, terutama
pada bayi resiko tinggi yaitu dengan cystic fibrosis, bronchopulmonary dyplasia,
imunodefisiensi, dan penyakit jantung bawaan. Obat ini terbukti efektif untuk
pasien dengan ventilator.
Imunoterapi masih dalam penelitian, terutama immunoglobulin untuk infeksi
RSV.
DAFTAR PUSTAKA
1. Herry Garna, Prof, dr. Sp.A(K), Ph.D, Heda Melinda D. Nataprawira, dr.
Sp.A(K), Bronkhiolitis dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi, Ilmu Kesehatan
Anak, Edisi Ke -3, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Rs. Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2005. Hal : 400-402
2. Magdalena Sidharta Zain, Bronkhiolitis dalam Buku Ajar Respirology Anak,
Edisi Pertama, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Badan Penerbit IDAI, 2008
3. Edi Hartoyo dan Roni Naning, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada/ Instalasi Kesehatan Anak RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta. Mengi Berulang Setelah Bronkhiolitis Akut Akibat Infeksi
Virus.
4. Bronkiolitis. Available from http://www.medicastore.com
5. Administrator, Tata Laksana Bronkhiolitis, Desember 2007,
http://cpddokter.com/home/index.php?
option=com_content&task=view&id=140&Itemid=38
6. Magdalena Sidharta Zain, Bronkhiolitis dalam Buku Ajar Respirology Anak,
Edisi Pertama, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Badan Penerbit IDAI, 2008
7. Rauf Syarifuddin. Standar pelayanan medik. Makassar: FKUH; 2009. hal:37-9.