brain resuscitation

25
BAB I PENDAHULUAN Di negara-negara berkembang, trauma merupakan penyebab kematian terbanyak pada populasi penduduk dibawah usia 45 tahun. Cedera kepala menjadi hampir sebagian penyebab kematian dari keseluruhan angka kematian yang diakibatkan trauma, yang sebagian besarnya mengakibatkan kematian pasien akibat trauma setelah masuk ke rumah sakit. Cedera kepala juga merupakan penyebab utama yang paling sering mengakibatkan kecacatan permanen setelah kecelakaan dan kecacatan tersebut dapat terjadi meskipun pada pasien dengan cedera kepala derajat ringan. 1 Tiap tahunnya, di Amerika angka kematian mendekati 52000 orang diakibatkan oleh cedera kepala (20/100,000 population). Insidensi cedera kepala berat (GCS kurang atau sama dengan 8) adalah 100/100,000 populasi dan prevalensi adalah 2.5–5.6 juta. Frekuensi cedera kepala semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah dan padatnya kendaraan bermotor yang mengakibatkan semakin tingginya angka kecelakaan di jalan raya. 2 Data dari kepolisian RI 2009 menyebutkan , sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan di jalan raya, artinya dalam tiap 9,1 menit

Upload: madebhuwana

Post on 17-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Di negara-negara berkembang, trauma merupakan penyebab kematian terbanyak pada populasi penduduk dibawah usia 45 tahun. Cedera kepala menjadi hampir sebagian penyebab kematian dari keseluruhan angka kematian yang diakibatkan trauma, yang sebagian besarnya mengakibatkan kematian pasien akibat trauma setelah masuk ke rumah sakit. Cedera kepala juga merupakan penyebab utama yang paling sering mengakibatkan kecacatan permanen setelah kecelakaan dan kecacatan tersebut dapat terjadi meskipun pada pasien dengan cedera kepala derajat ringan.1 Tiap tahunnya, di Amerika angka kematian mendekati 52000 orang diakibatkan oleh cedera kepala (20/100,000 population). Insidensi cedera kepala berat (GCS kurang atau sama dengan 8) adalah 100/100,000 populasi dan prevalensi adalah 2.55.6 juta. Frekuensi cedera kepala semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah dan padatnya kendaraan bermotor yang mengakibatkan semakin tingginya angka kecelakaan di jalan raya.2 Data dari kepolisian RI 2009 menyebutkan , sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan di jalan raya, artinya dalam tiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan. Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. Kejadian ini terjadi seiring meningkat pesatnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia.3Secara umum, cedera kepala dapat dibagi menjadi dua periode yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer merupakan hasil dari trauma langsung pada kepala yang mencederai jaringan neuron dan vaskular di sekitarnya. Jaringan axon lebih rentan daripada vaskuler, maka dari itu kebanyakan cedera fokal yang terlihat sedikit dapat menutupi kerusakan neuron yang jauh lebih besar di dalamnya. Akibat dari cedera awal tersebut meliputi gangguan secara fisik dari membran sel dan struktur di dalamnya, dan gangguan keseimbangan hemostasis akibat dari peningkatan permeabilitas membran sel dan selanjutnya berujung pada kerusakan sel.Kerusakan sekunder dari cedera kepala dideskripsikan sebagai konsekuensi dari ancaman fisiologis lebih lanjut seperti hipoksia, reperfusi, dan iskemia pada area otak yang mengalami cedera dan area di sekitarnya. Sekitar 1/3 dari pasien yang meninggal akibat trauma cedera kepala dapat berbicara atau menuruti perintah sebelum kematian, menandakan bahwa meskipun terjadi kerusakan neuron yang hebat, pada beberapa kasus cedera kepala tidaklah mematikan, namun konsekuensinya jika tidak ditindaklanjuti secara tepat akan sangat mematikan.4Oleh karena itu resusitasi dan penanganan awal cedera kepala yang cepat dan tepat merupakan langkah suportif yang sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah mortalitas dan morbiditas akibat dari cedera kepala.

BAB IITINJAUAN PUTAKA

2.1 Definisi2.1.1 Cedera OtakCedera otak adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.52.1.2 Resusitasi OtakResusitasi otak merupakan suatu intervensi terapeutik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada otak setelah suatu kejadian iskemia, sehingga kondisi neurologis pasien tetap terjaga. 2.2 TujuanResusitasi otak bertujuan untuk menjaga tekanan intrakranial normal (5-15 mmHg) dan mencegah terjadinya cedera otak sekunder yang dapat terjadi akibat dari hipoksemia, hipovolemia, cerebral edema atau cerebral iskemia sebagai kelanjutan dari cedera primer yang telah terjadi sebelumnya.62.3 Faktor PenyulitPerjalanan dari suatu cedera otak primer menuju cedera otak sekunder biasanya didahului atau dipercepat dengan kejadian kejadian di bawah ini, sehingga perlu dilakukan pencegahan agar keadaan tersebut tidak terjadi selama penanganan cedera otak.42.3.1 HipotensiBeberapa studi telah mengkonfirmasi adanya hubungan yang kuat antara hipontensi sistemik yang terjadi dalam setelah terjadinya cedera otak dengan prognosis yang buruk. Sebuah studi prospektif terbesar melibatkan lebih dari 700 pasien dari American Trauma Coma Data Bank (TCDB) menemukan adanya suatu episode tunggal hipotensi selama resusitasi cedera kepala dapat meningkatkan angka kematian sampai dua kali lipat dan meningkatkan morbiditas pada pasien yang dapat bertahan hidup dikaitkan dengan cedera kepala sekunder.Hipotensi secara umum akan menyebabkan penurunan perfusi otak yang selanjutnya akan menyebabkan hipoksia pada jaringan otak sehingga mempercepat proses terjadinya cedera kepala sekunder.6

2.3.2 Hipoksia

Beberapa studi observasional menemukan hubungan antara hipoksia awal (SpO2