makalah brain cancer

Upload: neng-tuti-haryati

Post on 16-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah brain cancer dan neurobehaviour

TRANSCRIPT

MAKALAH KASUS BRAIN CANCERDibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem NeurobehaviorI

Disusun oleh: Kelompok 8Anggie Putriyani220110110127Anggraeni Mardianti 220110110091Bagus Dwi Santoso220110110151 Desi Afriyanti 220110110019Ezaryana Ocktary 220110110115Hilda Ayu Septian220110110139Iis Septiana Dewi 220110110079Melda Iskawati 220110110043Neng Tuti Haryati220110110067Nuke Saleh 220110110103Nurnila Novia220110110031Nurul Iklima 220110110055Vathnawaty Carmilla 220110110007

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini membahas tentang Sistem Neurobehavior I khususnya mengenai Brain cancer. Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Anastasia Anna, S.Kp., M.Kes. selaku dosen koordinator mata kuliah Sistem Neurobehavior I 2. Ibu Chandra Isabella, M.Kep.selaku dosen tutor kelompok 83. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.

Jatinangor, 27 September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul1Kata Pengantar 2Daftar Isi 3Definisi4Etiologi 4Manifestasi Klinis 4Patofisiologi 6Faktor Resiko 7Klasifikasi 7Pemeriksaan Diagnostik 10Pengkajian 12Asuhan Keperawatan 19Daftar Pustaka 22

I. DEFINISI

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor Otak Benigna (jinak) adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas. Tumor Otak Maligna (ganas) adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

II. ETIOLOGI

Penyebab tumor otak masih belum diketahui (idiopatik).Tapi ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agen berpengaruh pada tumor tertentu.Agen tersebut antara lain faktor herediter, kongenital, virus, toksin dan defisiensi immunologi.Faktor resiko yang menyebabkan tumor otak adalah trauma cerebral dan penyakit peradangan.Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lainnya juga dapat terjadi.Lokasi utama metastase tumor otak berasal dari paru-paru dan payudara. Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74%) dibanding perempuan (31,85%) dengan kelompok usia terbanyak 51-60 tahun (31,85%) selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi antara 3 bulan sampai 50 tahun.

III. MANIFESTASI KLINIS

Keparahan dan luasnya gejala yang disebabkan oleh tumor otak tergantung dengan jenis, kelas , lokasi dan luasnya tumor. Biasanya gejala dari tumor otak karena tekanan tumor atau kanker pada jaringan otak di sekitarnya. Kadang-kadang gejala yang disebabkan karena penyumbatan aliran cairan serebrospinal ( CSF ) sekitar otak . Cairan ini menggenangi struktur otak dan saraf dan menjadikan adanya penyumbatan di aliran darah di otak dan menyebabkan pembengkakan otak. . Kanker dapat terjadi pada setiap bagian dari otak (misalnya, oksipital, frontal, parietal, atau lobus temporal, batang otak, atau selaput meningeal).Kanker otak beberapa dapat menimbulkan sedikit gejala atau tanpa gejala (misalnya, beberapa tumor pada kelenjar hipofisis dan meningeal). Berikut adalah tanda manifestasi klinis dari kanker otak :

Sakit kepala adalah salah satu gejala yang paling umum terlihat pada orang dewasa dengan kanker otak. Sakit kepala yang persistent dan muncul pada pagi hari kepala sering disertai dengan muntah dan mual. Ciri khas mual dan muntahnya itu yaitu muntah yang proyektil.Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Mual muntah. Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala.Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Masalah dengan penglihatan seperti kabur Penglihatan ganda Gangguan pendengaran Slurring atau kesulitan dalam berbicara Kelemahan Kesulitan berjalan Kejang. Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma. Gangguan dalam keseimbangan dan pemeliharaan postur Mati rasa atau kesemutan dari lengan atau kaki , berkedut otot atau menyentak dan kelemahan satu sisi tubuh. Gejala umum lainnya adalah mual, muntah, pandangan kabur, atau perubahan kewaspadaan seseorang, kapasitas mental, memori, berbicara, atau kepribadian

Pada anak-anak dengan tumor otak dan kanker, gejala dapat bervariasi dan mungkin sering sulit diperiksa.Sementara sebagian besar gejala tumor otak pada anak-anak mirip dengan tanda dan gejala pada orang dewasa seperti peningkatan muntah, gangguan penglihatan, gangguan berbicara, gangguan keseimbangan, dan masalah pendengaran.Anak menjadi mudah mengantuk, hilangnya minat beraktivitas, adanya kelemahan tungkai, kelumpuhan, kejang dan perubahan kepribadian dan perilaku.Pada bayi mungkin ada pembengkakan ukuran kepala akibat pembengkakan otak atau menumpuknya dari CSF.Kondisi ini disebut hidrosefalus dan diagnostik patologi dalam otak bayi.

IV. PATOFISIOLOGI

TIK meningkatMendesak ruang TIKSOL(disebabkan oleh tumor di otak,tumor otak, abses otak)Kompensasi akibat peningkatan TIKPenurunan CSS di otakShift cairan serebrospinal ke rongga spinalNYERIResiko cedera otakMenekan saraf bebasPapilla edemaPembengkakan papilla saraf optikusHerniasi cerebrum / cerebellumMenekan mesensepalonKompresi medula oblongataMenekan pusat mual muntahNutrisi kurang dari kebutuhanIntake nutrisi menurunMual muntahHilangnya kesadaran & menekan saraf otakResiko deficit perawatan diriGagal napas

V. FAKTOR RESIKOa. Orang dengan perkerjaan yang berhubungan radiasib. Genetikc. Laki-laki lebih beresiko dari pada perempuan

VI. KLASIFIKASI

Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3 kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).Kategori T :Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.Tis = Tumor in situ.T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.T2 = Tumor dengan f maksimal 2 5 cm.T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.T4 = Tumor invasi keluar organ.Kategori N :N0 = Nodul regional negative.N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.

Kategori M :Mo = Tidak ada metastase organ jauh.M1 = Ada metastase organ jauh.M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak.1. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :1. Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.1. Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.

Tumor primer di otak 1. Glioma Stadium tumor terendah Pilocytic astrocytoma Subependymal giant cell astrocytoma Protoplasmic astrocytoma Ganglioglioma Xanthomatous astrocytoma Subependymoma Stadium keganasan terendah Fibrillary (gemistocytic, protoplasmic) astrocytoma Ependymoma Oligodendroglioma Mixed oligo-astrocytoma Optic nerve glioma Stadium keganasan yang lebih tinggi Anaplastic astrocytoma Anaplastic oligodendroglioma Anaplastic mixed glioma Stadium keganasan tertinggi Glioblastoma multiforme Gliosarcoma Gliomatosis cerebri 1. Meningioma Benigna Atipikal Maligna1. Primitive neuroectodermal tumors (PNET) Medulloblastoma Ependymoblastoma Pineoblastoma 1. Tumor pituitary Pituitary adenoma Pituitary carcinoma Craniopharyngioma Rathke's cleft cyst 1. Tumor pineal Pineal cyst Pineocytoma Pineoblastoma Germinoma Mixed germ cell tumor Pineal gliomas Pineal teratoma 1. Tumor Koroid plexus Choroid plexus papilloma Choroid plexus carcinoma 1. Tumor benigna primer lainnya Neurocytoma Dysembroplastic neuroepithelial tumor (DNT) Lipoma Hemangioblastoma Hamartoma Teratoma 1. Tumors of nerves and/or nerve sheaths Neuroma Schwannoma Neurofibroma 1. Cysts Colloid cyst Arachnoid cysts Dermoid Epidermoid Rathke's cleft cyst Pineal cyst

Tumor primer lainnya termasuk ke dasar tengkorak Chondroma Chordoma Sarcomas Gliosarcoma Chondrosarcoma Rhabdomyosarcoma Primary Central Nervous System Lymphoma (PCNSL) Metastatic brain tumors and carcinomatous meningitis

Jenis kanker otak dibagi menjadi 2 yaitu :

TUMOR KONGENITAL Tumor kongenital SSP sering terjadi, bersama dengan tumor ovarium dan mediastinum. Walau banyak tumor otak kongenital menampilkan gejala hanya pada akhir kehidupan, ia berkembang dari kesalahan peletakan kongenital atau perkembangan jaringan yang abnormal.Tiga kelompok berikut secara umum dimasukkan pada klasifikasi tumor otak kongenital. Tumor yang menghadirkan gejala saat lahir atau selama periode neonatal (tumor kongenital yang 'verified'). Tumor yang menghadirkan gejala dan didiagnosis saat kehamilan (tumor kongenital yang 'probable'). Tumor yang didiagnosis setelah bayi dengan onset gejala selama bayi (tumor kongenital yang 'possible')

TUMOR EMBRIONIKTumor embrionik berasal dari sel yang dipindahkan secara embriologi dan terdiri dari epidermoid, dermoid, dan teratoma.Tumor ini memiliki hubungan histologis yang erat satu dengan lainnya.Epidermoid tidak mengandung rambut.Teratoma mungkin mengandung berbagai jaringan dan sisa organ.

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Radiologis dan pencitraan teknikTeknik yang paling sering diterapkan adalah radiologis atau pencitraan teknik. Ini termasuk MRI atau teknik pencitraan resonansi magnetis dan CT scan atau Computed tomography gambar dari otak.MRI adalah sebuah mesin yang menggunakan perangkat elektromagnetik yang dapat mengambil gambar rinci dari otak.Ini dapat dilakukan lebih spesifik dengan menggunakan pewarna dikenal sebagai pewarna kontras yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah dari lengan atau kaki.Pewarna perjalanan sampai pembuluh darah di otak dan muncul lebih jelas dan lebih rinci gambar dari otak dengan darah yang vasculature.Biasanya kanker dan tumor memiliki gila pembuluh darah dan ini sering menunjukkan di pewarna ditingkatkan MRI gambar.Pencitraan jenis ini sering disebut MRA atau resonansi magnetik angiograms.MRI dengan gandolinium paling sering dilakukan.Ini melibatkan penggunaan gandolinium kimia yang, ketika dikelola, cenderung cluster di dan sekitar sel tumor menyoroti mereka pada pencitraan.CT scan teknik pencitraan kurang canggih daripada MRI dan seperti sinar x rinci yang menunjukkan bagian dari otak dan tumor.Kontras pewarna juga dapat digunakan dengan CT scan.

b. Spinal tapSpinal tap atau lubang lumbalis juga dapat memberikan bantuan dalam diagnosis.Dalam hal ini, dokter menyisipkan jarum di pasien kembali di bawah anestesi lokal.Ini panjang dan tipis jarum digunakan untuk menarik beberapa cairan serebrospinal.Ini CSF beredar seluruh otak dan sumsum tulang dan dapat memberikan petunjuk mengenai tumor pada pemeriksaan di bawah mikroskop.

c. NeuroendoscopyKadang-kadang neuroendoscopy mungkin dilakukan.Ini melibatkan penyisipan tabung baik-baik saja dengan kamera di ujungnya.Itu dimasukkan ke dalam ruang-ruang dalam otak yang disebut ventrikel di bawah bimbingan kamera.Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan penyumbatan aliran fluida, untuk mengurangi tekanan atau untuk mengambil sampel biopsi. (1)

d. BiopsiBiopsi melibatkan penghapusan sedikit tumor jaringan dan pemeriksaan di bawah mikroskop.Biopsi dapat mengungkapkan jenis, kelas dan asli sel tumor atau kanker. Ini kadang-kadang adalah cara termudah untuk mendiagnosis tumor otak dan membantu neurologi rencana terapi di pasien.Biopsi dapat dilakukan selama operasi otak yang berkelanjutan untuk menghilangkan tumor.Dalam beberapa kasus biopsi stereotactic juga dapat dilakukan.Ini termasuk menempatkan pasien di bawah anestesi umum dan menggunakan instrumen yang membosankan di bawah bimbingan MRI atau CT scan untuk mencapai tumor dan mengambil spesimen biopsi dari tumor.Ini biasanya lebih disukai pada pasien yang memiliki tumor otak bisa dioperasi.Tumor atau kanker yang terletak di daerah penting otak, seperti batang otak, mungkin tidak memungkinkan biopsi sama sekali karena untuk mengangkat risiko kerusakan dan kematian. Pada pasien tersebut teknik pencitraan panduan manajemen pasien. (2)Setelah biopsi jaringan diekstrak itu dapat mengalami: Imunohistokimia studi untuk mendeteksi jenis tumor; mikroskop elektron untuk sel perubahan deteksi; cytogenetic analisis untuk melihat sel perubahan pada tingkat gen. (3)

e. Tes penanda tumorAda beberapa tes penanda tumor.Ini adalah prosedur di mana sampel darah, air seni atau jaringan diperiksa untuk melihat apakah mereka tinggi bahan kimia atau tanda-tanda yang khas tumor tertentu.Ini terutama berguna dalam diagnosis tumor sel germ yang terjadi di dalam otak.Ada beberapa tes genetik juga yang menentukan sifat warisan beberapa tumor otak.

f. Tes lainnyaAda SPECT scan (foto tunggal dengan emisi terkomputasi scan) yang menggunakan kamera terhubung ke komputer yang membuat tiga dimensi gambar otak yang muncul tumor.PET scan (positron emission tomography scan) juga dapat digunakan untuk mendiagnosis tumor otak duduk. Prosedur ini menggunakan gula radioaktif yang disuntikkan ke dalam vena untuk diagnosis

VIII. PENGKAJIANAnamnesis a. Identitas klien Identitas klien meliputi nama, umur, (sering terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medik. b. Keluhan utama Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan adanya gangguan vokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. c. Riwayat penyakit saat ini Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadran dihubungkan di dalam intracranial. Keluhan perubahan perilaku juga umumnya terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsive, dan koma. P : tanyakan kepada klien keadaan apa yang membuat sakit kepala hebat dan apa saja factor yang membuatnya lebih baik atau lebih buruk. Q : tanyakan bagaimana gambaran sakit kepala yang dirasakan, apakah seperti tertusuk jarum (menusuk-nusuk) atau tegang seperti di remas. R : tanyakan kepada klien di bagian kepala mana yang terasa sakit,apakah hanya bagian depan (forehead),tengah,atau belakang, dan apakah terlokalisasi atau menyeluruh. S : jika klien diberikan skala 0-5, sakit kepala yang dirasakan klien termasuk skala berapa. T : tanyakan kapan klien merasa sakit kepala hebat, apakah secara terus-menerus atau pada keadaan tertentu sajad. Riwayat penyakit terdahuluKaji adanya riwayat nyeri kepala pad amasa sebelumnya. Pengkajian riwaya ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengakaji lebih jauh dan untuk memberi tindakan selanjutnya.e. Riwayat penyakit keluargaKaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu.

fPengkajian psiko-sosio-spiritual Pengkajian psikologis klien tumor intrakranial meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai ststus emosi, kognitif dan perilaku klien. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada pengkajian pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. Pada pengkajian pola penaggulangan stres, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses pikir dan kesulitan berkomunikasi. Sedangkan pada pengkajian pola nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Karena klien harus mengalami rawat inap maka keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perspektif keperawatan dalam mengkaji, terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu. ( Muttaqin, 2008 )g Pengkajian lainnya : a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan. b. Sirkulasi Gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas.Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung. c. Integritas Ego Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian. Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif. d. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi. e. Makanan / cairan Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda : muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur keluar, disfagia ) f. Neurosensori Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pada aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan. g. Nyeri / Kenyamanan Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur. h. Pernapasan Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi. i. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus. j. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan k. Keamanan Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar atahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi. l. Seksualitas Gejala : masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan) m. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan rumah tangga, dudkungan), fungsi peran. ( Doenges, 2000 )

h. Pemeriksaan fisik 1) B1 (Breathing) Inspeksi, ada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian inspeksi pernapasan pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. 2) B2 (Blood) Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, tidak ada peningkatan heart rate. 3) B3 (Brain) Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan pailadema. a. Tingkat kesadaran Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantuan pemberian asuhan keperawatan. Beikut ini adalah penilaian GSC :Eye (respon membuka mata) : (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan Tangan ke area prosesuspoideus(1) : tidak ada respon Verbal (respon verbal) : (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak) (2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon Motor (respon motorik) : (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : with draws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon b. Fungsi serebri - Status mental : observasi penampilan klien dan ting kah lakunya, nilai gayabicara, dan observasi ekspresi wajah klien, aktivitas klien, aktivitas motorik pada klien tumor intracranial tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan. - Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu kesukaran mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata. - Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis : didapatkan bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi.

c. Pemeriksaan saraf cranial - Saraf I pada klien tumor intracranial yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada kelainan pada fungsi penciuman. - Saraf II gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual. - Saraf III, IV, dan VI adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf IV memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforme - Saraf V pada keadaan tumor intracranial yang tdak mengompresi saraf trigeminus maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang mengganggu saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral. - Saraf VII persepsi penngecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat. - Saraf VIII Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan. - Saraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut - Saraf XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoid dan trapezius - Saraf XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan normal d. Sistem motorik Lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan dan koordinasi). Gangguan ini bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering dijumpai kurang menyolok tapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebelum yaitu hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan cirri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis. 4) B4 (bladder) Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas 5) B5 (bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil. 6) B6 (Bone) Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat. IX. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumorData penunjang: perubahan tingkat kesadaran, kehilangna memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vitalKriteria hasil: tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

Intervensi Rasional

Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar

Pantau tanda vital tiap 4 jam

Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 20- 30

Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan. Turgor kulit dan keadaan membran mukosa

Bantu pasien untuk menghindari / membatasibatuk, muntah, pengeluaran fases yang dipaksakan/mengejan

Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainya

Mengaji adanya perubahan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeleruh Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK

Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhanya secara verbal

2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranialData penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati-hati, insomnia, perubahan pola tidurTujuan:nyeri berkurang/hilang atau teradaptasiKriteria hasil : secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 1 (0-4).Intervensi Rasional

Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan

Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul Berikan kompres dingin pada kepala Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan meupakan suatu hal ang sangat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevalulasi keefektifan dari terapi yang diberikan Merupakan indikator/ derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami

Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan Meningkatnya rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

3. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denga kompresi pada pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan, kegagalan fungsi pernapasanTujuan dalam waktu 3X24 jam setelah intervensi adanya peningkatan pola napas kembali efektif.Kriteria hasil: memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi faktor-faktor penyebabIntervensi Rasional

Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dukung klien untuk duduk sebanyak mungkin Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital

Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan

Jelaskan pada klien tentang etiologi/ faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru

Pertahankan perilaku tenang, bantu klien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapsan lebih lambat dan dalam Taruhlah kantung resusitasi di samping tempat tidur dan manual ventilasi untuk sewaktu-sewaktu dapat digunakan

Kolaborasi dengan tim kesahatan lain misalnya dokter, radiologi, dan fisioterapi Pemberian antibiotik Pemberian analgesik Fisioterapi dada Konsul foto thoraks Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit

Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap terapeutik Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas Kantung resusitasi/manual ventilasi sangat berguna untuk mempertahankan fungsi pernapasan jika terjadi gangguan pada alat ventilator secara mendadak Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya

4. Kurang pengetahuan b/d misintrepetasi informasi, tidak mengenal sumber sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasional. Data penunjang: klien dan keluarga meminta informasi, ketidak akuratan mengikuti instruksi, prilaku yang tidak tepatTujuan: dalam waktu 1 jam setelah intervensi klien mengerti apa yang telah didiskusikan dan berpartisipasi dalam proses belajarKriteria hasil: klien/ keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan prilaku yang tepatIntervensi Rasional

Diskusikan etiologi indivual dari sakit kepala bila diketahui

Bantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi Diskusikan mengenai pentingnya posis/letak tubuh yang normal

Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya

Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembang ke arah proses penyembuhan Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan

Menurunkan regangan pada otak daerah leher dan lengan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain

DAFTAR PUSTAKAMuttaqin, A.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Muttaqin, A.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Price,S.A.2005. Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6. Jakarta: EGChttp://www.medicinenet.com/brain_cancer/page5.htm#what_are_the_symptoms_and_signs_of_brain_cancerhttp://www.news-medical.net/health/Brain-cancer-symptoms.aspxhttp://www.aans.org/Media/Fact%20Sheets/Classification%20of%20Brain%20Tumors.aspxhttp://www.news-medical.net/health/Brain-Cancer-Types.aspx

19