bph

31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering ditemukan pada pria yang memasuki usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. (1,4) BPH adalah proses patologik yang berkontribusi terhadap timbulnya Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) pada pria lanjut usia. Meskipun BPH tidak mengancam jiwa, manifestasi klinis sebagai LUTS dapat menurunkan kualitas hidup pasien. LUTS terdiri dari gejala-gejala yang mengganggu seperti, dysuria, frekuensi (berkemih lebih sering dari normal), urgensi (perasaan berkemih yang sulit ditahan) ,serta nokturia (terbangun untuk berkemih beberapa kali pada malam hari), dan gejala-gejala obstruksi berkemih seperti, aliran lambat, keragu-raguan (sulit untuk memulai proses berkemih), intermitten, mengedan saat berkemih, rasa tidak puas berkemih, dan menetesnya urine di akhir berkemih. Masalah seperti LUTS dapat terjadi pada lebih dari 30% pria diatas 65 tahun. (1- 4) Adanya BPH ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang

Upload: ekadiahfrisiliadewi

Post on 27-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

download for free

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering ditemukan pada pria yang memasuki usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.(1,4)BPH adalah proses patologik yang berkontribusi terhadap timbulnya Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) pada pria lanjut usia. Meskipun BPH tidak mengancamjiwa, manifestasi klinis sebagai LUTS dapat menurunkan kualitas hidup pasien. LUTS terdiri dari gejala-gejala yang mengganggu seperti, dysuria, frekuensi (berkemih lebih sering dari normal), urgensi (perasaan berkemih yang sulit ditahan) ,serta nokturia (terbangun untuk berkemih beberapa kali pada malam hari), dan gejala-gejala obstruksi berkemih seperti, aliran lambat, keragu-raguan (sulit untuk memulai proses berkemih), intermitten, mengedan saat berkemih, rasa tidak puas berkemih, dan menetesnya urine di akhir berkemih. Masalah seperti LUTS dapat terjadi pada lebih dari 30% pria diatas 65 tahun. (1-4)Adanya BPH ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu pembedahan.(1)Dalam perkembangannya, BPH dapat berkembang menjadi benignprostatic enlargement (BPE), benign prostatic obstruction (BPO), dan lowerurinary tract symptoms (LUTS). (1)BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Kelenjar prostat berukuran seperti kacang kenari dan mengelilingi bagian leher vesika urinaria dan uretra (saluran yang membawa urine dari vesikaurinaria). Prostat terbentuk dari otot dan kelenjar, dengan saluran yang terbuka menuju bagian prostat pada uretra. Prostat terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus tengah dan 2 lobus pada tiap sisinya. (8)

Gambar 1 dan 2.Prostat dan Kelenjar ProstatKelenjar prostat normal memiliki volume sekitar 20 gram, panjang 3 cm,lebar 4 cm, dan kedalaman 2 cm. Semakin bertambahnya usia pada pria, kelenjarprostat akan memiliki ukuran yang bervariasi, yang dapat mengarah kepembesaran prostat jinak (BPH). Kelenjar prostat terletak pada posterior dari ossymphisis pubis, superior dari membran perineum, inferior dari vesika urinaria,dan anterior rectum.(7)Menurut klassifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus: anterior, posterior, medial, lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anteriordan zona spingter preprostat. Prostat normal terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar prostat ini lebih kurang 20 buah, secara terpisah bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral verumontanum, kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal terdapat sel-sel kuboid. (5,10)Prostat ditutupi oleh kapsul yang tersusun atas kolagen, elastin, dan sebagian besar otot polos. Prostat diselimuti oleh 3 lapisan fascia yang berbeda pada aspek anterior, lateral, dan posterior.(7)Kapsul prostat, terdiri atas tiga kapsul, 2 normal dan 1 patologis.(9)1. Kapsul sejati (True Capsule) Selubung fibrosa tipis yang mengelilingi kelenjar2. Kapsul palsu (False Capsule) Fascia extraperitoneal terkondensasi yangterus ke dalam fascia yang mengelilingi vesika urinaria dan fasciadenonvillier posterior. Antara lapisan 1 dan 2 yang terletak pada pleksusvena prostat.3. Kapsul patologik (Pathological Capsule)Ketika hipertrofi prostat jinakadenomatous terjadi, bagian perifer kelenjar normal akan terkompresi dan membentuk kapsul disekeliling massa yang membesar.Batas-batas prostat1. Batas superior : basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain.

2. Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.

3. Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica(cavum retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis dan ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis.

4. Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus perinealis.

5. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.Ductus ejaculatorius menembus bagisan atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada pinggir lateral orificium utriculus prostaticus.

Gambar 3. Anatomi bedah dari prostatectomy. (a) Prostat normal pada bagianvertikal. (b) detail prostatic uretra. (c) Prostatic adenoma (hipertrofi jinak) menekan jaringan prostat normal ke false capsule. (dikutip dari kepustakaan 9)2.2 Definisi Hiperplasia Prostat Benigna sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer. Selain itu, BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.

2.3 EpidemiologiBenign Prostatic Hyperplasia (BPH)/ pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada laki-laki usia diatas 50 tahun yang sering dijumpai. Karena letakanatominya yang mengelilingi uretra, pembesaran dari prostat akan menekanlumen uretra yang menyebabkan sumbatan dari aliran kandung kemih. Signifikan meningkat dengan meningkatnya usia. Pada pria berusia 50 tahun angkakejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dariangka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.(5)Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang 5% pria Indonesia sudah berumur 60 tahun ataulebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 jutalebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria, dan yang berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki Indonesia yang menderita BPH.(5)Di Amerika Serikat, hasil survei di kota Olmstead, pada sampel dari priaKaukasia berumur 40-79 tahun, memperlihatkan gejala moderat-berat yang terjadipada sekitar 13 % pada pria berumur 40-49 tahun, dan sekitar 28%, pada priayang berumur lebih dari 70 tahun.(3) Di Kanada, 23 % dari hasil studi kohort memperlihatkan gejala moderat-berat. Prevalensi LUTS di Eropa sama dengan prevalensi di Amerika Serikat. DiSkotland dan di area sekitar Maastrict, Netherland, prevalensi berdasarkan gejalameningkat dari 14% pada pria saat berumur 40 tahun menjadi 43% saat berumur60 tahun.(3)2.4 Etiologi

Penyebab BPH masih belum diketahui. Tidak ada informasi pasti tentangketerlibatan faktor resiko. Selama berabad-abad, telah diketahui bahwa BPHterjadi terutama pada pria tua dan BPH tidak terjadi pada pria yang testisnya telahdiangkat sebelum pubertas. Berdasarkan alasan ini, para peneliti memahamibahwa penuaan dan perkembangan testis merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya BPH. Diduga adanya ketidak seimbangan hormonal oleh karena proses penuaan. Salah satu teori adalah teori Testosteron (T) yaitu T bebas yangdirubah menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 a reduktase (5AR) yangmerupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat ditangkap oleh reseptor DHTdi dalam sitoplasma sel prostat yang kemudian bergabung dengan reseptor intisehingga dapat masuk kedalam inti untuk mengadakan inskripsi pada RNAsehingga akan merangsang sintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal inimenyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehinggareplikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal (5,6,10)

Gambar 4. Testosteron (T) berdifusi ke dalam sel epitel dan stroma prostat. T dapatberinteraksi secara langsung dengan reseptor androgen (streoid) yang terikat padadaerah promotor gen androgen. Dalam sel stroma mayoritas T diubah menjadidihidrotestosteron (DHT)androgen yang lebih potensial-yang dapat bertinteraksidengan cara autokrin dalam sel stroma atau dalam mode parakrin dengan berdifusi kedalam sel epitel . DHT diproduksi di perifer,terutama di kulit dan hati, dapat berdifusike dalam prostat dari sirkulasi dan berinteraksi dengan cara endokrin. Dalam beberapakasus, sel basal dalam prostat dapat berfungsi sebagai situs produksi DHT, miripdengan sel stroma. Faktor pertumbuhan autokrin dan parakrin juga mungkin terlibatdalam proses tergantung androgen dalam prostat.Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, interaksi stroma-epitel,berkurangnya kematian sel prostat serta teori sel stem juga dianggap sebagaipemicu terjadinya pembesaran prostat jinak.(4,10)2.5 Patofisiologi

Patofisiologi BPH sangat kompleks Hiperplasia prostat meningkatkan resistensi uretra, sehingga menyebabkan perubahan kompensasipada fungsi vesika urinaria. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekananintravesikal. Meskipun, peningkatan tekanan detrusor dibutuhkan untuk mengaturaliran urine, sebagai kompensasi terhadap peningktan resistensi aliran urine yangterjadi akibat perubahan fungsi penyimpanan vesika urinaria. Obstruksimenginduksi perubahan pada fungsi detrusor, serta proses degenerasi dangangguan fungsi sistem saraf juga dapat menyebabkan gangguan pada vesikaurinaria , yang menimbulkan gangguan fekuensi, urgensi, dan nokturia, yangmenjadi keluhan utama pada BPH. Oleh karena itu, untuk mengetahuipatofisiologi BPH membutuhkan penjabaran bahwa obstruksi dapat menginduksidisfungsi vesika urinaria.(4,10)Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanyadisebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapijuga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsulprostat, dan otot polos pada leher vesika urinaria. Otot polos itu dipersarafi olehserabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus.(11)

Gambar 5.Patofisilogi BPH mencakup interaksi yang kompleks antara obstruksi uretra, fungsi detrusor, dan produksi urine. 2.6 Gambaran Klinis

Ukuran prostat tidak selalu menggambarkan beratnya obstruksi atau gejalayang akan timbul. Beberapa orang dengan pembesaran kelenjar yang besarmemiliki obstruksi yang kecil dan beberapa gejala saja, sedangkan orang denganpembesaran kelenjar yang kecil memiliki lebih besar blokade dan permasalahanyang kompleks.(1,6)Pembesaran kelenjar prostat dapat terjadi asimtomatik baru terjadi kalauneoplasma telah menekan lumen urethra prostatika, urethra menjadi panjang(elongasil), sedangkan kelenjar prostat makin bertambah besar.(5)

Sebagian besar gejala BPH yang berasal dari obstruksi uretra danpenurunan fungsi vesika urinaria, yang berefek pada pengosongan vesika urinariatidak sempurna. Gejala BPH sangat bervariasi, tetapi gejala yang paling seringadalah masalah yang berhubungan dengan proses berkemih, seperti; Hesitansi, interupsi, pancaran urine lemah

Urgensi dan menetes setelah berkemih Peningkatan frekuensi berkemih, terutama saat malam (nokturi) (6)Gejala klinik yang timbul disebabkan oleh karena dua hal :1. Obstuksi.2. Iritasi.Gejala-gejala klinik ini dapat berupa (Brown, 1982; Blandy, 1983; Burkit, 1990; Forrest,1990; Weinerth, 1992) :

Gejala pertama dan yang paling sering dijumpai adalah penurunan kekuatanpancaran dan kaliberaliran urine, oleh karena lumen urethra mengecil dantahanan di dalam urethra mengecil dan tahanan di dalam urethra meningkat,sehingga kandung kemih harus memberikan tekanan yang lebih besar untukdapat mengeluarkan urine. Sulit memulai kencing (hesitancy) menunjukan adanya pemanjangan periodelaten, sebelum kandung kemih dapat menghasilkan tekanan intra-vesika yangcukup tinggi. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk mengosongkan kandung kemih, jikakandung kemih tidak dapat mempertahankan tekanan yang tinggi selamaberkemih, aliran urine dapat berhenti dan dribbling (urin menetes setelah berkemih) bisa terjadi. Untuk meningkatkan usaha berkemih pasien biasanyamelakukan valsava manouversewaktu berkemih. Otot-otot kandung kemih menjadi lemah dan kandung kemih gagalmengosongkan urine secara sempurna, sejumlah urine tertahan dalamkandung kemih sehingga menimbulkan sering berkemih (frequency) dansering berkemih malam hari (nocturia). Infeksi yang menyertai residual urine akan memperberat gejala, karena akanmenambah obstruksi akibat inflamasi sekunder dan oedem. Residual urine juga dapat sebagai predisposisi terbentuknya batu kandung kemih. Hematuria sering terjadi oleh karena pembesaran prostat menyebabkanpembuluh darahnya menjadi rapuh. Bladder outlet obstruction ataupun overdistensi kandung kemih juga dapatmenyebabkan refluk vesikoureter dan sumbatan saluran kemih bagian atasyang akhirnya menimbulkan hydroureteronephrosis. Bila obstruksi cukup berat, dapat menimbulkan gagal ginjal (renal failure)dan gejala-gejala uremia berupa mual, muntah (5)

Tingkat keparahan penderita BPH dapat diukur dengan skor IPSS (Internasional Prostate Symptom Score) diklasifikasi dengan skor 0-7 penderitaringan, 8-19 penderita sedang dan 20-35 penderita berat. Sistem skoring IPPSterdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dansatu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setipa pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0 sampaidengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilaidari 1 sampai dengan 7.(5,10)Ada juga yang membagi berdasarkan derajat penderita hiperplasi prostat berdasarkan gambaran klinis: (Sjamsuhidajat,1997)- Derajat I: Colok dubur ; penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, dan sisavolume urin 100 ml-

Derajat IV: Terjadi retensi urin total.Keluhan lain dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis). Tidak jarangpasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atauhemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi sehinggamengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.(10)

2.7 Diagnosis

Evaluasi awal pada semua pasien dengan gejala protatismharus mencaku priwayat berkemih, pemeriksaan fisis, urinalysis, pengukuran serum kreatinin, danpada banyak kasus, serum tes prostate-spesific antigen (PSA) untuk skriningkanker prostat. Pemeriksaan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan meliputidiagnosis pencitraan ( imaging) ,cystoscopy, uroflowmetry, pengukuran urine sisapost-berkemih,digital rectal examination (DRE) dan aliran tekanan.(1,6)Riwayat

Dokter harus menanyakan gejala obstruksi dan iritatif berkemih. Biasanyapasien mengeluhkan menetesnya urin diakhir berkemih, pancaran urin lemah, dannokturia. Pasien sering mengeluhkan peningkatan frekuensi berkemih, urgensi,perasaan tidak puas setelah berkemih, mengejan saat berkemih, dan intermittensebagai perlangsungan proses obstruksi.(1)Informasi tambahan yang dibutuhkan termasuk episode inkontinensiaurine, retensi urin, disuria, hematuria, infeksi saluran kemih, batu kerikil yangkeluar bersama urine, dan disfungsi erektil.(1)

Riwayat pengobatan pasien juga penting, banyaknya resep pengobatan,serta pengobatan tanpa resep mengandung anti kolinergik (contohnya; tricyclicantidepressan) atau sympatomimetik (contohnya; phenylephrine yang terdapatpada obat flu) yang memiliki efek samping.(1)Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan abdomen meliputi palpasi dan perkusi, jika vesika urinariateraba menunjukkan kemungkinan adanya retensi urin. Stenosis meatus dan massauretra kadang-kadang ditemukan pada pemeriksaan genital. Pemeriksaan colokdubur/ DRE dapat menggambarkan ukuran, bentuk, simetris, dan konsostensiprostat (1)Direct Rectal Examination (DRE)/ Colok Dubur

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pertama kali. Dokter memasukkanjarinya ke dalam rectum dan meraba prostat serta rectum. Pemeriksaan inimemberikan gambaran kepada dokter mengenai ukuran ,keadaan, dan konsistensikelenjar prostat.(3,6)Prostate Spesific Antigen (PSA)

Skrining tes untuk menyingkarkan dugaan karsinoma prostat.(1,3,6)Pencitraan

Pencitraan prostat dilakukan untuk menilai; ukuran prostat, bentuk prostat,karsinoma, dan karakterisasi jaringan.Pilihan modalitas pencitraan prostat dapat menggunakan;

Foto Polos Abdomen Intravenous Pielogram Trans abdominal Ultrasound TRUS (Transrectal Ultrasonography) CT (Computed Tomography) MRI (Magnetic Resonance Imaging)Pada praktek rutin, pencitraan untuk prostat yang paling sering digunakanadalah TRUS dan transabdominal ultrasound (3,10,11)Foto Polos Abdomen (10)Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuhterisi urin, yang merupakan tanda retensi urin.

Intravenous Pyelogram

Intravenous pyelogram (IVP) adalah pemeriksaan x-ray ginjal, ureter dankantung kemih yang menggunakan material kontras iodine yang diinjeksi kedalam vena.(18)Pembesaran signifikan dari kelenjar prostat dapat menyebabkan dasar vesika urinaria elevasi dengan gambaran Jingatau Fish hooking pada ureterdistal (11)

Intravenous Pielogram Trans abdominal Ultrasound TRUS (Transrectal Ultrasonography) CT (Computed Tomography) MRI (Magnetic Resonance Imaging)Pada praktek rutin, pencitraan untuk prostat yang paling sering digunakanadalah TRUS dan transabdominal ultrasound (3,10,11)Foto Polos Abdomen (10)Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di salurankemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuhterisi urin, yang merupakan tanda retensi urin.

Intravenous Pyelogram

Intravenous pyelogram (IVP) adalah pemeriksaan x-ray ginjal, ureter dankantung kemih yang menggunakan material kontras iodine yang diinjeksi kedalam vena.(18)Pembesaran signifikan dari kelenjar prostat dapat menyebabkan dasar vesika urinaria elevasi dengan gambaran Jingatau Fish hooking pada ureterdistal (11)

Gambar 7. Gambaran vesika urinaria yang mengalami peradangan (cystitis) akibat retensi urin pada penderita BPH. (dikutipdari kepustakaan 21)Gambar 8. Tampak gambaran J-ing atau fish hooking pada ureter distal dan elevasi pada vesika urinaria (dikutip darikepustakaan 19)

Transabdominal Ultrasound(11) Area inhomogen dari echodenicity tinggi dan rendah pada bagian tengah prostat Accoustic shadow mengindikasikan kalsifikasi Visualisasi terbatas pada anatomi zona prostat Penonjolan dari pembesaran kelenjar prostat pada bagian bawah vesikaurinaria.

Gambar 9. (A) Longitudinal, (B) transversal. Gambaran Ultrasound dari buli-buli yang memperlihatkan pembesaran prostat jinak lobulus moderat dengan kalsifikasi. (dikutip dari kepustakan 12).

Transrectal ultrasound(TRUS)TRUS dapat menilai anatomi prostat, zona anatomy, dan perubahaninternal. Volume prostat dapat dengan mudah dinilai menggunakan TRUS. Secaraumum, TRUS tidak diindikasikan untuk pemeriksaan awal BPH. Pencitraanmenggunakan TRUS direkomendasikan pada beberapa pasien. Menyingkirkankanker prostat pada pasien dengan peningkatan PSA (>4 ng/mL) merupakanindikasi pencitraan dengan TRUS untuk menentukan tindakan biopsi.(15)

CT

Dengan CT, BPH nampak seperti area homogen yang luas dengan batastegas. CT tidak memiliki peran penting dalam mengevaluasi BPH, sebab resolusijaringan interprostat rendah, yang berakibat tidak dapat mengevaluasirasioglandular ke jaringan stroma di dalam prostat. Volume prostat dapat diukurdengan modalitas pencitraan ini.(15)Gambaran BPH pada CT yaitu;

Zona anatomi tidak nampak Pembesaran keseluruhan kelenjar prostat Lobus medial menonjol hingga ke dasar vesika urinaria Tidak dapat dibedakan dengan kanker prostat

MRI(11)

Zona anatomi tergambar jelas pada gambar T2 Pembesaran Zona Transisional terlihat jelas Biasanya inhomogen dengan intensitas tinggi serta rendah Penampakan halus zona periferal.

2.8 Kriteria Pembesaran Prostat

Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

1. Rektal grading (berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum)

Derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum

Derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum

Derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum

Derajat 4 : penonjolan >3 cm ke dalam rektum

2. Berdasarkan jumlah residual urine

Derajat 1 :

Derajat 2 : 50-100 ml

Derajat 3 : >100 ml

Derajat 4 : retensi urin total

3. Intra vesikal grading

Derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet

Derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter

Derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter

Derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter

4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi Derajat 1 : kissing 1 cm

Derajat 2 : kissing 2 cm Derajat 3 : kissing 3 cm Derajat 4 : kissing >3 cm2.9 Diagnosis Banding

Gejala saluran kemih bagian bawah (LUTS) yang terdapat pada BPHkemungkinan berasal dari striktur uretra, kontraktur leher vesika urinaria (primeratau sekunder untuk operasi prostat), meatal stenosis, karsinoma prostat lanjutan,batu vesika urinaria, dan karsinoma vesika urinaria. Frekuensi dan urgensikemungkinan berasal dari infeksi saluran kemih, diabetes,execessive caffeine,obat-obat diuretik, atau konsumsi alkohol.(1)2.10 Penatalaksanaan

Tujuan terapi (10) Memperbaiki keluhan miksi Meningkatkan kualitas hidup Mengurangi obstruksi infravesika Mengembalikan fungsi ginjal Mengurangi volume residu urin setelah miksi Mencegah progressivitas penyakit1. Watchful waiting, (1,3,10)Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS