boks i : jembatan selat sunda (jss)* - bi.go.id filepenyeberangan dari dan ke pelabuhan merak...
TRANSCRIPT
39
Kajian Ekonomi Regional Zona Jakarta dan Banten
Triwulan III-2007
BOKS I :JEMBATAN SELAT SUNDA (JSS)*
* Sumber : Menara Banten Agustus 2007 dan sumber lainnya.
Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) didasari oleh arusRencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) didasari oleh arusRencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) didasari oleh arusRencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) didasari oleh arusRencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) didasari oleh arus
penyeberangan dari dan ke Pelabuhan Merak (Banten) √ Bakauhenipenyeberangan dari dan ke Pelabuhan Merak (Banten) √ Bakauhenipenyeberangan dari dan ke Pelabuhan Merak (Banten) √ Bakauhenipenyeberangan dari dan ke Pelabuhan Merak (Banten) √ Bakauhenipenyeberangan dari dan ke Pelabuhan Merak (Banten) √ Bakauheni
(Lampung) yang terus mengalami peningkatan, sementara dukungan fasilitas(Lampung) yang terus mengalami peningkatan, sementara dukungan fasilitas(Lampung) yang terus mengalami peningkatan, sementara dukungan fasilitas(Lampung) yang terus mengalami peningkatan, sementara dukungan fasilitas(Lampung) yang terus mengalami peningkatan, sementara dukungan fasilitas
penyeberangan seperti kapal dan pelabuhan kurang memadai. penyeberangan seperti kapal dan pelabuhan kurang memadai. penyeberangan seperti kapal dan pelabuhan kurang memadai. penyeberangan seperti kapal dan pelabuhan kurang memadai. penyeberangan seperti kapal dan pelabuhan kurang memadai. Kapal yang
beroperasi melayani penyeberangan Merak-Bakauheni mencapai 25 unit dan
13 unit diantaranya berusia lebih dari 25 tahun dan sejumlah kapal dalamperbaikan. Jumlah kapal tersebut harus melayani sekitar 350.000 orang
penumpang dan 25.000 unit kendaraan roda dua dan empat tiap hari (PT
ASDP Indonesia Ferry Cabang Utama Merak, 2007). Waktu tempuh kapalbesar (roro) yang mampu memuat banyak penumpang dan kendaraan lebih
dari dua jam, sementara jarak Merak-Bakauheni yang kira-kira 29 km, jika
ditempuh jarak darat hanya 30 menit.
Nota kesepahaman (MoU) antara Pemda Propinsi Banten dan LampungNota kesepahaman (MoU) antara Pemda Propinsi Banten dan LampungNota kesepahaman (MoU) antara Pemda Propinsi Banten dan LampungNota kesepahaman (MoU) antara Pemda Propinsi Banten dan LampungNota kesepahaman (MoU) antara Pemda Propinsi Banten dan Lampung
mengenai rencana pembangunan JSS telah ditandatangani oleh masing-mengenai rencana pembangunan JSS telah ditandatangani oleh masing-mengenai rencana pembangunan JSS telah ditandatangani oleh masing-mengenai rencana pembangunan JSS telah ditandatangani oleh masing-mengenai rencana pembangunan JSS telah ditandatangani oleh masing-
masing kepala daerah pada tanggal 10 Agustus 2007. masing kepala daerah pada tanggal 10 Agustus 2007. masing kepala daerah pada tanggal 10 Agustus 2007. masing kepala daerah pada tanggal 10 Agustus 2007. masing kepala daerah pada tanggal 10 Agustus 2007. Kesepakatan tersebutberisi maksud dan tujuan seperti, (a) menyatukan persepsi tentang pentingnya
rencana pembangunan JSS, (b) kerjasama dalam rangka proses pelaksanaan
pembangunan JSS, (c) memperoleh dukungan dari pemerintah pusat, (d)
40
Kajian Ekonomi Regional Zona Jakarta dan Banten
Triwulan III-2007
mengusahakan dukungan dari investor dalam negeri maupun luar negeri.
MoU tersebut merupakan tindak lanjut dari (a) keputusan bersama antara
Gubernur Banten dan Gubernur Lampung Nomor 34 tahun 2002 dan Nomor38 tahun 2002 tanggal 13 Desember 2002 tentang Kesepakatan Kerjasama
Pembangunan Wilayah Perbatasan antara Pemprop Banten dan Pemprop
Lampung, (b) MoU No.G/395/IV.01/HK/2004 dan No.550/20-HHK/2004tentang Dukungan Rencana Peningkatan dan Pengembangan Transportasi
Penghubung Propinsi Lampung dengan Propinsi Banten, (c) Ekspos Jembatan
Selat Sunda (JSS) Gubernur Lampung dan DPRD Lampung tanggal 11 Mei2007. Tindak lanjut MoU JSS tersebut adalah koordinasi dalam upaya dan
dukungan rencana peningkatan dan ataupengembangan sarana dan prasarana
transportasi antara kedua propinsi, menyediakan lokasi pembangunan JSSterutama untuk proses pencadangan lahan dan upaya pengamanan lapangan
dari upaya spekulasi dan alih fungsi lahan pada rencana pembangunan JSS.
MoU JSS tersebut berlaku untuk jangka waktu lima tahun sejak ditandatanganidan dapat diperpanjang serta akan dievaluasi setiap dua tahun.
Pembangunan JSS akan memakan biaya 10 miliar USD dengan waktu enamPembangunan JSS akan memakan biaya 10 miliar USD dengan waktu enamPembangunan JSS akan memakan biaya 10 miliar USD dengan waktu enamPembangunan JSS akan memakan biaya 10 miliar USD dengan waktu enamPembangunan JSS akan memakan biaya 10 miliar USD dengan waktu enam
hingga sepuluh tahun yang rencana pembangunannya paling cepat tahunhingga sepuluh tahun yang rencana pembangunannya paling cepat tahunhingga sepuluh tahun yang rencana pembangunannya paling cepat tahunhingga sepuluh tahun yang rencana pembangunannya paling cepat tahunhingga sepuluh tahun yang rencana pembangunannya paling cepat tahun
2010 dan beroperasi pada 2025. 2010 dan beroperasi pada 2025. 2010 dan beroperasi pada 2025. 2010 dan beroperasi pada 2025. 2010 dan beroperasi pada 2025. Rincian biaya diantaranya biaya studi
kelayakan 190 juta USD, dan biaya konstruksinya 9.810 juta USD. Rangkaian
JSS akan melewati Pulau Sangiang dan Pulau Prajurit dengan ketinggian 70meter dari permukaan air laut. Rencananya JSS akan memiliki panjang 31
kilometer dan lebar 60 meter. JSS akan memiliki tiga lajur kendaraan roda
empat di kedua sisi dan jalur kereta ganda. Sementara rongga di bawahjembatan akan dimanfaatkan untuk menempatkan pipa gas dan jaringan kabel.
Permasalahan yang masih dikaji adalah mengenai kelayakan lingkungan danPermasalahan yang masih dikaji adalah mengenai kelayakan lingkungan danPermasalahan yang masih dikaji adalah mengenai kelayakan lingkungan danPermasalahan yang masih dikaji adalah mengenai kelayakan lingkungan danPermasalahan yang masih dikaji adalah mengenai kelayakan lingkungan dan
ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi. Kelayakan lingkungan diantaranya karena Selat Sunda berada diatas zona subduksi lempeng Indo-Autralia dan Eurasia serta zona transisi
subduksi miring yang memanjang di sebelah barat Pulau Sumatera dengan
subduksi tegak di sebelah selatan Pulau Jawa, yang menyebabkan Selat Sundatermasuk wilayah dengan potensi tinggi terjadi gempa. Permasalahan dapat
diatasi jika teknologi yang akan dipergunakan untuk pembangunan dan
konstruksi tepat untuk daerah tersebut, yang tentunya berimplikasi terhadaptotal kebutuhan biaya dan kelayakan ekonomi pembangunan JSS.