bodoisme book
DESCRIPTION
Buku dari pegiat BodoIsMe pertama. diterbitkan pertama pada 1 April 2014TRANSCRIPT
BODOisME
BODOisME
Jln. Mangkuyudan No 34. Yogyakarta
BODOisME
Ada Tidaknya Aku Tidaklah Ada Bedanya, Maka Izinkalah Aku
Untuk Selalu Belajar.
Karya Penggiat Diskusi Bodo2n, Indonesia 2014
Copyrigt @ 2014 #DiskusiBodo2n Pelajar Islam Indonesia
Yogyakarta Besar
15 x 21 cm
Director : Neo Amroni
Editor : Rahmi Wijayanti
Desain cover : @deklestari
Cetakan 1, April 2014
Sepotong Sajak Bodo
Bodo adalah bahasa kerendahan hati
Ruang dimana tidak ada nilai,
tidak ada guru hanya para pencari ilmu
Bodo adalah letak kebebasan,
Bodo adalah pembentuk keterbatasan
Dunia sudah dipenuhi oleh orang yang merasa pintar
Sehingga perlu lebih banyak orang yang merasa bodo
untuk merevolusi dunia
I
Persembahan,,, Sungguh hal yang tidak mudah mengumpulkan tulisan
sederhana teman-teman yang ada disini, karena mereka
adalah orang-orang hebat yang lebih banyak terjun
kelapangan, menguras pikirannya untuk masyarakat luas.
Tulisan-tulisan di dalam buku ini seperti menangkap
keresahaan, kematangan serta pencarian yang tak mengenal
kata berhenti.Tetapi buku ini bukanlah buku ilmiah yang
mengandung kebenaran dari data-data.Ini adalah buku yang
boleh dicurigai kebenaranya, tidak dipercayai kebenaranya.
Bahkan di dalam buku ini akan ditemukan hal-hal yang
paradok terkait dengan satu pembahasan, ya itulah tanda
kehebatan Tuhan yang apabila kita tidak mampu mengelola
dan melapangkan hati, menjadikan konflik. Dan kesombongan
diri akan berkata bahwa “Akulah satu-satunya kebenaran,
maka yang selain Aku adalah salah”
Karena buku ini tercipta untuk menampar keAkuan,
membiasakan diri dengan bahasa kerendahan hati, berpikir
melangit dengan kaki tetap menginjak pada bumi.Maka ada
tidaknya aku tidaklah ada bedanya, Izinkanlah aku untuk
selalu belajar.
Terimakasih yang tak terhingga kepada Pengurus Wilayah
Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta Besar Periode 2010-2012
dan Periode 2012-2014 yang denganya lah lingkaran cinta
II
“Diskusi Bodo2n” tetap berlangsung.Serta kepada seluruh
penggiat diskusi bodo2n yang tak pernah lelah dan rela
menyisihkan waktu, harta, tenaga serta pikiran agar semua
kegiatan dapat berlangsung.
Buku “BODOisME. ada tidaknya aku tidaklah ada bedanya,
maka izinkanlah aku untuk selalu belajar”. Sebuah karya
pengukuh identitas bahwa di yogyakarta, ada sekelompok
kecil manusia yang selalu merasa bodoh,dan bercita-cita lebih
tinggi dari langit.
III
BODHO YANG TIDAK BODOH
Ketrampilan menulis sebenarnya bukan hal luar biasa.Itu hal
hanya merupakan kemampuan standar seorang pelajar.
Namun fakta di masyarakat kita menunjukkan kemampuan
menulis seakan menjadi hal istimewa.
Menulis adalah kegiatan mengubah gagasan menjadi teks
untuk disampaikan kepada orang lain atau untuk kepentingan
dokumentasi. Ketrampilan dan kemampuan menulis
merupakan sebuah proses yang harus dimulai dan tidak boleh
diakhiri. Dan buku Bodo is Me ini menjadi wadah anak-anak
muda yang sedang memulai proses menjadi penulis.
Judul Bodo is Me cukup genit dan menggelitik. Mungkin ini
merupakan sikap rendah hati para penulisnya yang merasa
kurang percaya diri di hadapan para penulis yang sudah
mapan.Pengakuan seperti itu tidak terlalu buruk bila didasari
tekad untuk menjadi orang pandai dengan cara menjadi
penulis. Atau bila hal itu merupakan kesadaran bahwa di luar
kepala seorang penulis paling jempolan sekalipun ada lautan
pengetahuan yang tak mungkin semuanya dikuasai. Namun
bila Bodo is Me merupakan pengakuan tuntas, itu konyol.
Selamat memulai sebuah proses panjang yang tidak berujung.
Bila membaca tulisan-tulisan pendek dalam buku ini saya tahu
mereka bukan anak-anak muda yang bodho.Mereka adalah
anak-anak muda yang berfikir, memulai karir dengan gnoti se
IV
auton; mengenali siapa dirinya dengan seksama.Itu
sepenenuhnya merupakan sikap yang sepenuhnya pintar.
Bravo!
AhmadTohari
1
Lekat. Sekiranya kesan pertama yang bisa disampaikan
tentang malam. Mungkin, kita memang ditakdirkan untuk
bertemu di malam hari untuk saling mengadu, sebelum hari
baru datang dan mengetuk pintu.Karena siang terlalu rumit
untuk dimengerti sedangkan pagi awal kericuhan terjadi.
Matahari perlahan mulai membelakangi, mata-mata mulai
tenang menatap warna antara merah atau jingga yang redup
bernama senja.Rumah mulai menutup pintu dan
menguncinya, juga jendela yang berdebu itu.Pada suasana
yang sepi dari hiruk pikuk aktivitas manusia.setiap malam
banyak hal mulai menutup diri, namun membuka seluas-
luasnya kebebasan berekspresi tanpa orang lain ketahui. Ada
yang memilih bercengkrama bersama disudut ruang berdua,
ada yang memilih berkompetisi membunyikan knalpot dijalan
raya, ada yang beradu nasib dalam jalanan khas kota,
mengendarai sepeda motor tanpa helm tanpa peduli lalu
lintas. Lalu ada juga yang memilih untuk memejamkan
mata.Bukan apa-apa, paham kecuekan sepertinya memang
terjadi dimalam harimenjadi ciri khas tersendiri.Seolah-olah
bukan tanggungjawabku,bukan tanggungjawabmu, bukan
tanggungjawab kita, lalu angin menjawab dengan hawa
malamnya seperti mengiyakan semuanya.
Kemudian pada moment malam, kita ditakdirkan untuk
bertemu.Ditengah kebebebasan ekspresi hidup, percayalah
siapa manusia yang tak suka karya tuhan diangkasa, tentang
2
langit dan awan yang menyatu dalam bentukan yang selalu
berubah, berbeda setiap waktu. Titik-titik cahaya yang
terhimpun diatas kepalamu bersama bulan, yang meskipun
cahayanya palsu tapi ia tetap membuat suasana jadi melagu.
Setiap harinya akan selalu begitu, tetapi tetap saja
menakjubkan dan menumbuhkan rindu yang mendalam.
Sebagian orang bisa saja melupakan kenikmatan prahara
tenangnya malam dengan tetap melakukan pekerjaan siang
yang tak juga kelar.Tetapi beberapa orang melakukan obrolan
ringan dan minuman hangat jadi sahabat paling setia bersama
kedipan yang sederhana.Dan sekali lagi malam telah
mempertemukan kita.Malam telah membuat semacam jeda,
moment yang tepat untuk merenungi hal-hal yang pantas
untuk direnungkan secara khusyuk.Malam telah mengajarkan
kita merenungkan tentang kesadaran manusia yang tak
pernah sendiri, tentang Tuhan dan jalan pulang.
ALLAH SWT Oleh Atikah Hanum
Pastinya tidak akan cukup jika menuliskan yang berkenaan
dengan ALLAH hanya dalam 3 paragraf ini. Namun pastinya
teman-teman punya persepsi masing-masing mengenai-Nya.
ALLAH sang Khaliq, pencipta alam semesta, tak terkecuali
apa saja yang didalamnya, dan pastinya termasuk kita
manusia adalah makhluk-Nya. ALLAH tidak meminta dan
3
membutuhkan apa-apa dari kita.Justru kitalah yang wajib
meminta dan senantiasa membutuhkan-Nya.
Jadi sebenarnya untuk apa dan untuk siapa kita beribadah?
silakan jawab ya tenan-teman.
MANUSIA
Oleh Rahmi Wijayanti Sang abdullah,
alam mengajarkan kita sujud dengan bahasa kerendahan hati.
bahasa jiwa dan hati.
Sang khalifah,
mata, tangan, kaki, akhirnya bergerak selaras dengan otak
dan hati.
Seiring kesadaran hadir.
Seiring pertanggungjawaban jadi pilihan
Kita Tak Hidup Sendiri Oleh Mega Firmawati Lasinta
Jika hidup hanya ada hitam dan putih, maka tentu semua akan
memilih putih. Jika demikian, lalu apa gunanya neraka?
Kita sering terjebak pada dogma-dogma atau doktrin-doktrin
ajaran tertentu tentang hitam putihnya hidup. Kita dengan
sebegitu bersemangatnya mengikuti apa yang kita yakini. Itu
baik. Kita akan menjadi orang yang tegas. Namun, kita perlu
ingat bahwa kita tak hidup sendiri. Banyak hal yang harus kita
4
pertimbangkan ketika melakukan sesuatu. Pun tentang hitam
dan putih ini.
Tuhan tidak memberikan kita akal saja hingga kita
menjadi makhluk arogan tanpa perasaan. Lalu Tuhan tidak
pula memberikan hati saja hingga kita menjadi makhluk
perasa tanpa logika. Tuhan menurunkan keduanya agar kita
bisa berpikir dan merasa. Bahwa masih ada makhluk Tuhan
yang lain yang harus kita tengok. Masih ada sisi lain dari
kehidupan yang perlu kita sentuh. Semua itu tentu karena kita
hanyalah manusia bodoh yang masih harus terus belajar.
Dunia itu tidak hanya soal hitam dan putih. Dunia itu warna
warni.
JALAN PULANG Oleh Nurdana Pratiwi
Banyak hal yang dapat terjadi dalam beberapa bulan bahkan
menit kedepan, semua mempunyai pengaturan yang indah
oleh pemilik dan pengenggam kehidupan setiap manusia. Dan
akan ada banyak list disetiap aktifitas manusia itu sendiri.
Terkadang bisa dibilang lupa , bisa juga lalai atau bahkan
tidak mengingat sama sekali atau mungkin tidakmau tau ?
entahlah,, tapi itulah krisis ruhiyah terbesar bagi setiap
manusia yaitu cinta dunia takut mati.
Bahkan, hal ini menjadi salah satu faktor terbesar kenapa
Islam dalam beberapa dekade belakngan ini diambang
5
kemunduran, eh salah udah mundur bukan diambang lagi.
Ya.., karena kita belum mengerti hakikat hidup untuk menuju
jalan pulang yaitu kematian. Hey… Bahkan, dari kita lahirpun
untuk menuju jalan pulang. Ahhhh..Bagaimana bahagianya
jika yang kita katakan pada Allah adalah ‘’ya Allah, aku siap
jika engkau memanggil ku’’.Itu yang dinamakan rindu bertemu
pada Allah, pemberi nikmat terbesar disetiap kehidupan kita.
Sekarang, udah siap belum ?kalau dipanggil sama Allah ?,
haduhhhhh tidak kebayang jika kita masih dalam kondisi yang
jauh dari Allah, gimana nyeselnya coba ? Innalillah, semoga
tidak begitu kawan.Pahamilah bahwa orang cerdas adalah
yang selalu mengingat kematian.Begitu kata Rasul.Karena jika
cerdas maka kita paham bahwa hidup ini bukan hanya
membawa nilai-nilai humanisme tapi ada nilai-nilai ukhrawi
yang menjadi akhir dari setiap hidup yang kita jalani.Setiap
ada awal pasti ada akhir dan begitu juga episode kehidupan
pasti ada the end nya. Semoga kita pulang dengan kondisi
yang baik, ketempat yang baik dan dengan cara yang baik
pula. Selamat berbenah untuk bekal jalan pulangnya.
***
Malam telah mempertemukan kita, dan membuat kita memilih
untuk menyadari bahwa kita butuh peraduan atas kegelisahan.
6
Mari kita hidup, bangun dari mimpi-mimpi malam.Mengatur
kembali nafas yang sempat tersengal-sengal oleh ritme kita
yang tak karuan karena bertemu oleh banyak skenario tak
teduga.Hidup ini berputar bukan?Berproses naik turun,
terjatuh dan mencoba terbangun lagi.Berharap hari ini selalu
lebih baik dari hari kemarin.
Lalu manusia sebagai dimensi yang terbatasi oleh ruang dan
waktu harus berjuang dengan waktu yang terbatas untuk
setidaknya menemukan arti keberadaan, arti menikmati, serta
arti perjuangan berani hidup lebih baik.
Seringkali dalam beberapa hal kita terpeleset bukan karena
kita tidak pintar menyelesaikan masalah, tetapi kurang
merasakan apa yang ada disekitar kita.
Seorang bernama rendy fauzi pernah bicara soal
keseimbangan, mengapa kita butuh keseimbangan?Karena
pada suatu ketika, manusia seperti kita, pernah berdiri dan
melihat rumput tetangga lebih hijau dan indah dari rumput
rumah sendiri.Sempurna dalam kesejukan. Suatu ketika kita
melihat orang lain berjalan secara seimbang. Hidupnya mulus
seirama sejalan, seperti tak punya masalah.Baik masalah
kepada teman, keluarga, pacar atau lingkungannya.Setelah itu
kita membayangkan dan sedikit memikirkan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi pada kondisi yang serba sempurna
tersebut.Seiring dengan berjalannya waktu kita masih
percaya, lama-lama kita berpikir lagi hidup memang tak
7
semulus yang kita duga.Semua penuh dengan kejutan.
Sampai akhirnya kita menghibur diri dengan “ahh,,aku sudah
berusaha sekuat tenaga”. Lalu tersenyum dan disenyumi,
menyadari bahwa sejelek apapun yang telah manusia
lakukan, masih ada penghargaan berupa pelajaran.
Lupakan dulu apakah kita berhasil seimbang atau gagal tak
sampai tujuan karena terlalu banyak godaan.Rendy
menambahkan, ada yang perlu kita pelajari tentang sebuah
keseimbangan.Seperti dalam sebuah teorinya, bahwa
keseimbangan membutuhkan titik kordinat, punya rodagigi,
dan punya sisi.Dalam kehidupan sisi keseimbangan ada
spiritual, health, finance, family, romance, self development,
community, recreation.
Seimbang tak seimbang, Diatas atau dibawah, jatuh atau
bangun, (lagi-lagi) manusia mendapati dirinya pada suatu titik,
tersungkur disudut kamar sambil merintih dan menyadari
bahwa hidup ini tidak baik-baik saja.
Kita ini bodoh Oleh Mega Firmawati Lasinta
Pembicaraan pembicaraan dalam hidup yang sering kita
dengar, lihat dan rasakan terkadang membuat kita merasa
bodoh ditengah orang-orang bodoh. Hingga atas itu kita
merasa perlu untuk ikut berbicara dalam pembicaraan-
pembicaraan yang justru kita bodoh didalamnya. Pada
8
akhirnya kita menjadi orang yang benar-benar bodoh karena
keterikatan terhadap sebuah pembicaraan yang bodoh. Atau,
jika tidak menjadi bodoh, hal sebaliknya terjadi dan berbalas
pujian dari mereka yang juga bodoh. Kita lupa bahwa
terkadang pujian mengaburkan kesadaran. Pujian yang
dengannya kita merasa tidak bodoh lagi. Ah, manusia
memang bodoh ditengah ilmu Tuhan yang begitu luas.
Tidur
Oleh Noor Hidayati Pagi menjelang dan aku punya segudang alasan untuk tetap
diam.
Padahal alam saja saling bekerjasama untuk sebutir nasi yang
kan kumakan.
Petang turun perlahan dan aku masih punya segudang alasan
untuk bermalas-malasan.
Padahal angin saja mau bertiup agar ku tak kepanasan.
Aku berpikir dunia hanya yang ada pada kepalaku.
Yang juga sibuk menyanggah buat apa aku mewujudkannya?.
Ah bukan, bukan hanya itu.
Tapi juga bagaimana bisa aku melakukannya sedangkan aku
masih ingin tidur saat ini.
9
Kebanyakan Membaca Buku Semakin Bingung Oleh Habibie Zainal
Saya terkadang bingung katanya disuruh banyak membaca.
Entah buku atau yang lain, setelah saya jalani khususnya
untuk membaca buku, semakin banyak buku yang kita baca
semakin banyak pula kebingungan ialam pikiran saya.
Katanya juga semakin banyak membaca buku semakin
banyak refrensi yang kita peroleh, alasan itu memang saya
sepakat, namun keputusan hasil terakhir malah jadi
kecanggungan dalam berpndapat. Kalo kita bicara sama
orang lain bisa disebut pendapat kita plin-plan, apakah ini juga
dirasakan pada temen-temen yang lain?, mungkin saja sama
juga dengan orang yang kadar pemikirannya sama dengan
saya.
Inilah hasil pengalaman saya setelah membaca buku, tapi itu
adalah pengalaman berharga bagiku, karena kalo tidak seperti
ini saya kesulitan untuk menuangkan dialam pikiran saya
selama ini, mungkin juga ada yang beda pendapat mengenai
hasil dari membaca buku. Tapi alasan yang saya temukan
baru ini, maka ingin mencari alasan-alasan lagi, dengan
mencari alasan-alasan ini, maka tidak segan-segan untuk
selalu membaca buku lebih banyak. Supaya tidak hanya
alasan bingung saja yang saya rasakan namun yang lain juga.
Ku persembahkan pada temen-temen yang merasa masih
bodoh
10
Naluri Kemanusiaan Oleh Emir Joesdi
Bertambahnya usia manusia, apakah hanya sebuah proses
penuaan lalu pada akhirnya sampai pada titik akhir kesudahan
hidup? Dan apakah “kematian”adalah akhir dari segalanya
atau sebuah babak baru hidup di “dunia baru” ?.
Pertanyaan klise itu muncul di benak saya, karena saya heran
melihat kehidupan orang-orang yang “lalai” dalam hidupnya
termasuk saya sendiri.Karena bagi saya, hidup bukan untuk
memilih antara kesenangan di dunia atau di “dunia baru” yang
kita kenal dengan akhirat. Namun, bagaimana kita bisa
menjalani hidup dengan produktif dan bermakna bagi orang
lain.
Hidup hanya sekali, setelah itu mati. Begitu ungkapan
populardari seorang pelopor sastra angkatan 45, Kang Chairil
Anwar.Bagi saya, setiap insan, siapa pun dan berasal dari
suku, agama, maupun golongan manapun, pasti memiliki
semangat hidup kebinatangan, bernama naluri.“Nafsu” inilah
yang membawa manusia untuk selalu mempertahankan hidup
dan meningkatkan martabat hidup untuk bahagia.Namun,
manusia jelas berbeda dengan binatang.Karena manusia
mempunyai teman naluri yang bernama akal dan hati.Akal
yang murni dan hati yang suci laksana lentera yang menerangi
nafsu dari kegelapan. Ketika hidup berdasarkan naluri, akal,
11
dan hati, lantas mengapa tak kita percayakan hidup pada
naluri kemanusiaan ?
Mata (Tanpa) Hati Oleh Arief Kurniawan
Dimana letak hatimu, berada di sinikah?. Dengan apa kau lihat
dunia selain dengan mata?.Kepekaan rasa telah membuat
mata ini terlelap, hingga hatipun yang tiada melihat.Mata
hatimu seakan tiada melihat. Melihat diri sendiri saja tak
mampu, apalagi melihatku, melihat dunia, dan melihat apa
yang tak bisa dilihat oleh mata. Dunia sedang memenjarakan
aku, kamu yang melihat tanpa hati. Kenapa begitu?. Ohh,
bukankah hati sumber kebenaran yang memekakan telinga,
membutakan mata saat ia berbicara padamu “lakukanlah”.
Dengan yakin tanpa keraguan sedikitpun, apa yang dikatakan
hati seakan benar semua, sekalipun itu menyakitkan.
Karena merasa hampa dan karena merasa lelah hati untuk
menahan segala apa yang membelenggu. Apakah hati kita
kering kerontang atau sedang membeku, sehingga untuk
meluluh lantakan segalanya tinggal menuggu satu sentuhan
lembut yang menghancurkan.Dan inikah fenomena alam
dimana hati tidak bisa menjaga kita dari nafsu yang
membelenggu?
Mungkin itu yang membedakan, mana robot dan mana
manusia sesungguhnya.Robot bergerak sesuai perintah tanpa
12
harus melilih mana yang benar dan salah.Mulailah, mata ini
melihat dengan mata hati.Lakukan dengan sebuah kebenaran
dari hati yang bersih tanpa nafsu. Dari hati yang dilandasi
keyakinan terhadap kebenaran yang mutlak, bukan
berdasarkan kebenaran tanpa alasan kita bisa menolaknya!!!.
Tidak Ada Peran Kecil di Dunia ini Oleh Yudistira Sapto Aji
Tidak ada di dunia ini orang yang mau dikatakan
pecundang.Setiap orang mencoba berbuat lebih untuk
hidupnya serta lingkungan sekitar mereka. Melakukan sesuatu
untuk diri sendiri atau orang lain selagi mempunyai tujuan itu
merupakan sebuah peran.
Berbuat remeh atau penting tidak kemudian itu membedakan
sebuah peran menjadi peran besar atau peran kecil.Sedikit
berbuat tidak berarti merupakan peran kecil karena sejatinya
tidak ada peran kecil di dunia ini.Selayaknya paku bentuknya
kecil dan nilainya mungkin tidak seberapa, tapi perannya
untuk sebuah bangunan rumah tidak bisa dikatakan kecil.
Begitu juga dengan tanggung jawab, tidak dapat kemudian
tanggung jawab itu diklasifikasikan menjadi tanggung jawab
besar atau kecil yang ada hanyalah tanggung jawab itu
sendiri tanpa embel-embel besar atau kecil. Sekecil apapun
anggapan orang terkait tanggung jawab yang kita emban tetap
13
saja ketika tanggung jawab itu tidak dilaksanakan bisa menjadi
masalah besar.
Setiap manusia mempunyai tanggung jawab serta peran
masing-masing dan yang perlu manusia lakukan hanyalah
melaksanakan itu semua serta belajar untuk dapat memahami
sebuah peran dan tanggung jawab. Memahami peran dan
tanggung jawab orang lain yang terkesan remeh dapat
meningkatkan kebijaksanaan kita karena sesungguhnya saat
meremehkan orang lain itu sama saja seperti berlari dan tiba-
tiba kita menghentikan langkah kemudian mempersilahkan
orang lain yang sedang berjalan untuk melewati kita.
***
Selayaknya kita menyadari, bahwa tanggungjawab dan peran
punya sejuta makna yang patut untuk kita pelajari. Bila kita
sadar kita bodoh, kita tak akan mau mencemooh. Betapa
bijaksana adalah sesuatu hal yang sulit, tapi percayalah tak
ada pilihan lain selain daripada itu.
14
Ada rasa pada setiap bumbu.Mendekati lezat, kuncinya hanya
satu, kita sentuh mereka dengan resep sempurna dan
menjaganya dalam balutan suasana bahagia.Kala semua
tersajikan, maka komentar bukan lagi urusan kita. Begitu juga
dengan semua karya yang ingin kita cipta, kata seorang
teman, kehidupan ribuan tahun mendatang akan dipenuhi
dengan orang yang hanya berbuat demi kepentingan bukan
lagi berlandaskan kebaikan. Hanya sebuah guyonan, tapi
layak untuk dijadikan renungan.
Sebuah monolog dengan diri sendiri mengatakan, lantas apa
yang akan kita dapat sebagai sebuah penghargaan?, karena
menyentuh karya berarti bicara soal harga yang pantas.
Entahlah, mungkin hanya orang-orang kapitalis yang paham
soal itu.Mari bicara soal monolog lainnya.Mereka bicara soal
karya dengan kegelisahan didalamnya.
Mereka Perfeksionis Menyebalkan Oleh Khilda Maulidia
Menjadi cermin untuk orang lain, adalah sebuah pilihan. Di
saat perjalanan pencarian kebenaran ini harus berbenturan
dengan kenyataan yang ada.Bisa jadi, saat ini menjadi
perfeksionis menyebalkan.Kemudian tak lama lagi menjadi
pragmatis. Ah..banyak diantara kita masih belum menemukan
aku. Aku, adalah diri yang berjalan menunjukkan adanya
manfaat untuk semesta.Belajar sabar, belajar syukur dan
15
belajar ikhlas. Teorinya sederhana, yang dari hati akan sampai
ke hati. Jika hanya di bibir, hanya akan sampai di daun telinga.
Menjadi teladan, kemudian membiasakan kebaikan.
Selanjutnya diskusi kelompok dengan tambahan dinamika
informasi .Pembelajaran ini berlalu seumur hidup, tanpa jeda.
Sebab hanya dengan terus belajar kita akan menjaga
keseimbangan. Seperti mengayuh sepeda, berhenti
mengayuh artinya jatuh.Teruslah mengayuh agar tetap
berjalan. Tidaklah pantas kita akan menuntut orang lain
berubah, di saat kita masih enggan bergerak. Mulai mengubah
dunia dari diri kita, sebab kita adalah bagian penting dari
dunia.Begini pola berpikir seorang perfeksionis dengan gelar
menyebalkan.
Menjadi sadar, akan tanggung jawab peran kemanusiaan.
Yang menjalani tugas-tugas bagi semesta.Menempatkan
sesuatu pada tempatnya. Memenuhi peran penghambaan
pada sang Maha sejalan dengan upaya dalam menjalani
peran kemanusiaan. Semua terintegrasi. Dan hal ini sekarang,
menjadi asing di tengah dinamika kehidupan yang semakin
cepat menggilas apa saja yang tidak sejalan. Kita semua tahu
itu, mata kita mampu melihat dan telinga kita mampu
mendengar dengan baik.Hanya saja hati kita kelu bila harus
berkompromi dengan keadaan dan mentolerir idealisme.
Mereka bilang, hanya perfeksionis menyebalkan...
16
Logika Hati Oleh Khilda Maulidia
Perasaan ini memiliki logika sendiri, berbeda dengan logika
rasional.Sebab logika hati berjalan pada nilai
kebaikan.Kemudian logika rasional berjalan pada nilai
kebenaran.Kini, coba kita ambil jeda sejenak.Menilai di logika
mana kita bergerak? Atau justru logika rasional dan logika hati
ini hanya menjadi penghias... Logika rasional kuat dalam
memberi sistematika.Logika hati kuat dalam memberi
rasa.Dan kita diminta untuk dapat mensinergiskan
keduanya.Agar kita belajar dari hujan.
Hujan... Meredakan letih, menyanyikan riang dan
menarikannya bersama. Yang ku tahu hanya jingga mu,
duduk di samping biru ku. Terima kasih untuk rasa tanpa kata,
dengan hujan aku ingin tenang sejenak.
Dari hujan kita belajar menyelaraskan logika rasional dan
logika hati. Diantara jingga matahari dan biru langit, kemudian
hujan akan memberi kita kesempatan memahami. Dengan
hujan, banyak tumbuhan dan hewan yang merindukannya.
Walau di tepi belahan bumi lain harus sedih karena hujan. Dari
hal itu, kita memahami betapa semesta ini ikhlas memuji
penciptanya.Tak pernah terbesit untuk mengeluh apalagi
protes. Logika rasional memberi kesempatan kreatifitas kita
menghadapi hujan dengan cara gagah. Kemudian logika hati
17
menyempatkan kita memahami makna dan hikmah dalam
setiap jalan yang dilaluinya.
Bimbang Oleh Lily Retno Anggraeni
Apakah benar bahwa awal dari semua hal adalah nol?Apakah
benar bahwa awal dari semua hal adalah ketidaktauan?
Namun terlepas dari itu semua, suatu hal akan bermula ketika
kita berani untuk memulai sesuatu. Belum lama ini aku
merasakan sebuah kekecewaan, kebimbangan, keraguan dan
ketakutan akan suatu hal yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Sebuah keputusan yang diambil tanpa pertimbangan
yang matang seringkali berdampak kurang baik.Dan ini
mungkin yang sedang kurasakan sekarang.
Kini, aku merasakan ada yang berubah.Dalam diriku, orientasi
hidup. Hidupku kini seakan mulai terombang ambing dalam
gelombang situasi bahkan kini aku tak mampu meraba apa
yang akan aku lakukan di kemudian hari. Ku selalu mencoba
memetakan dan menata kehidupanku.Entah, kemudian
menjadi kabur, yang ada hanyalah bayang-bayang layaknya
bayang di senja hari.
Di usia yang secara biologis telah memasuki fase dewasa,
akupun mulai kebingungan mencari arah, mencari sisa-sisa
semangat yang masih melekat. Dan akupun bertanya, mau
kemana kau?Banyak hal yang ingin kau lakukan namun kau
18
tak pernah FOCUS pada salah satunya. Jawabku “ aku lelah
dengan semua ini, aku tak mampu melakukan semua ini
sendiri, aku butuh seseorang yang mau membimbingku,
mengingatkanku dikala aku lalai,dan menasihatiku.
Oh Tuhan, aku merasa berdosa pada kedua orang tuaku,
kepada keluargaku. Mereka mengharapkan aku untuk
lebih.Aku yang diyakini mampu mengangkat harkat dan
martabat keluarga. Lalu?Apa yang telah aku lakukan? hanya
membuang buang waktu, uang, tenaga dan kesempatan yang
aku miliki.
Oh Tuhan, aku mengaku tak durhaka pada mereka namun di
balik semua itu, diri ini kosong. Hanya sok pintar saja
mungkin.
Ya Allah, entah mengapa kini aku tak lagi mudah untuk
menangis bahkan sekedar bersujud padamu.Mungkinkah air
mata ini telah mengkristal bersama dengan gumpalan dosa-
dosa yang tak sadar telah aku lakukan?
Well, hanya keinginan kuat untuk berubahlah aku mampu
melewati ini semua. Yang lalu jadikan pelajaran yang berarti.
Insya Allah ;)
Kau tahu? Allah hanya akan menolong orang-orang yang
bersungguh-sungguh.
19
Great Expectation Oleh Emir Joesdi
Sejak kecil setiap orang punya cita-cita. Sekarang setelah
melewati masa kecil, masih kita punya cita-cita?.
Pertanyaan itu menggelitik saya, ketika banyak teman-teman
saya, dari usia belasan hingga kepala dua, menjawab tidak
punya jika ditanya cita-citanya. Padahal, sejak kecil kita
terbiasa meminta dan menginkan hal-hal yang baik dan
kenyamanan.Minta duit karena ingin mendapatkan sesuatu
dan hidup mewah kepada orang tua.Cita-cita kita masa itu
sungguh luar biasa dan mulia. Ingin jadi Dokter untuk
mengobati orang lain, Guru untuk mencerdasakan anak
bangsa, Insinyur untuk membawa orang-orang di sekitar kita
berkeliling dunia. Namun, semakin dewasa langkah-langkah
untuk mencapai cita-cita itu seolah sirna dimakan usia.
Perilaku korup, tak peduli pada orang lain, bahkan pesimis
menatap masa depan.
Teringat masa kecil dulu, bukan berarti kita harus kembali
menjadi kanak-kanak.Namun, hanya sekadar merefleksikan
bahwa ketika berani bermimpi, harus berani pula bangun dari
mimpi dan mulai melangkahkan ke arah pencapaian.Kalau
memang ketika terjatuh kita masih bisa bangun, bukan berarti
kita merelakan kita terjatuh kembali. Hidup akan lebih berarti
ketika kita sadar bahwa hidup tanpa pengharapan sama saja
dengan kehampaan.Kita yang hidup sekarang, disadari atau
20
tidak, bukan berarti tanpa motivasi dan semangat hidup. Saya
berkeyakinan bahwa, seseorang akan memperjuangkan
hidup, jika ia tau alasan untuk apa ia hidup. Lantas, sudahkah
kita memulai setiap langkah, dengan great expectation
(pengharapan besar) demi masa depan ?
Belajar dari kesederhanaan Oleh Emir Joesdi
Apakah yang lebih menyenangkan, dibandingkan dengan
kebahagiaan dan kenyamanan ?
Setiap perjalanan hidup jika diresapi, memiliki makna
tersendiri.Kebahagiaan dan kenyamanan sejati tidak begitu
saja turun dari langit. Semuanya tentu membutuhkan proses
yang panjang dan melelahkan. Seorang anak raja sekalipun
masih membutuhkan kasih sayang dan cinta jika kehidupan
mewahnya hanya dipenuhi harta, tahta, dan wanita
penghibur.Penyair pun juga begitu, di tengah kesunyiannya
membutuhkan keramaian orang-orang kecil yang penuh canda
tawa. Sama halnya seperti hidup dikebisingan dan kesibukan
Kota, membuat kita rindu akan suasana desa yang asri dan
nyaman.
Ketika daun-daun jatuh berguguran, air mengalir sampai ke
laut, angin berhembus melewati lorong-lorong, burung-burung
berkicauan, matahari dan bulan yang silih berganti, semua itu
adalah makhluk yang coba menjelaskan arti
21
kehidupan.Semuanya berpola dengan alami dengan
teratur.Namun, manusialah yang mengacaukan
keseimbangan alam tersebut.Kerakusan dan kebiadaban
manusia, membuat teman menjadi lawan. Cobalah kita
perhatikan sejenak saja, secara sederhana, apa arti
kehidupan jika hanya saling membunuh dan memakan
?Berpikir sederhana bukan berati kita tak punya apa-
apa.Hanya saja, kita sering terperasuk dalam perangkap
ambisius buta.Ingin ini dan ingin itu tanpa batas. Belajar dari
kesederhanaan alam, akan membuat kita merasa semua
makhluk bagian dari kehidupan. Belajar dari orang lain, siapa
pun, akan menjadikan kita menghargai kehidupan. Lantas,
mengapa kita belum memulai belajar dari kesederhanaan?
Monolog Oleh Arief Kurniawan
Kata mereka, saya ini pendiam, kata mereka saya ini bodoh,
kata mereka saya ini tak pernah peduli. Lalu apa lagi?.Hanya
segala kurangku saja yang dilihat, setelah itu menyalahkanku
habis-habisan dan menghakimiku. Ahh, maumu ini apa?.Saya
bisa saja menjadi yang mereka, mereka, dan mereka
inginkan.Sudahlah, saya juga seperti ini adanya. Mereka
hanya sekedar meyelami sesuatu tentang apa yang
seharusnya saya lakukan, tak pernah inginn tahu apa yang
22
sebenarnya saya rasakan. Terimakasih perhatiannya,
terimakasih kepeduliannya, semua saya anggap positif.
Sedikit berbagi cerita dari sebuah perjalanan di kota yang luar
biasa ini, di sepanjang jalan Malioboro, banyak yang
mengenal arti kepedulian dari saling percaya dan berbagi.
Para pedagang kaki lima selalu meitipkan barang dagangan
pada kawan seperjuangan hidup saat tubuh membutuhkan
istirahat, saat ingin beribadah dan berdoa demi keberuntungan
dagangnya. Lihatlah, berapa banyak orang yang peduli
terhadap kita, adalah tanda sebuah rasa percaya pada diri
kita. Tanpa harus melihat apa yag ada di pundak kita saat ini.
Coba bayangkan, bagaimana bila masing-masing dari kita
sudah tidak dipercaya lagi, siapakah yang akan peduli
terhadap kita. Dan ternyata, saling percaya membuat
semuanya tergerak untuk saling peduli.Jangan bayangkan
bahwa dunia ini tidak ada orang yang peduli.Huffftttttt, itu
karena kita sudah tak saling lagi memberikan kepercayaan
untuk saling percaya terhadap sesama.
Senyum, dan terseyumlah. Setidaknya senyuman itu bisa
membuat orang lain juga tersenyum. Sederhana bukan?.Dari
hal sederhana bisa menjadi yang luar biasa, dari yang tidak
memiliki makna, kini lebih bermakna dibanding apapun yang
ada. Keberadaan kita saat ini, bisa lebih bermakna, saat apa
yang ada kita anggap bermakna walau dari sudut padang
yang berbeda. Dan bagaimana caranya agar kita mejadi
23
bermakna?.Mudah saja, jangan pernah berfikir untuk menjadi
bermakna bagi banyak orang.
Berlayar Oleh Arief Kurniawan
Masih ingatkah tentang sebuah film yang sangat fenomenal di
abad ini, film “Titanic”.Kapal terbesar yang pernah ada di abad
ke-20.Membawa penumpang sekitar 1500 orang.Tetapi, kapal
itu kandas ditengah samudera atlantik pada pelayaran
perdananya setelah menabrak bongkahan es. Padahal kapal
ini dilengkapi dengan tekologi maju yang membuat orang
percaya bahwa kapal ini tak akan tenggelam. Dengan
kemewahan di atas kapal, membuat para penumpang merasa
begitu nyaman dan merasa bahwa sedang tidak berlayar.
Tanpa tersadar bahwa suatu saat nanti, merekapun akan
memilih untuk tetap hidup walau kematian sudah di depan
mata.
Tanpa harus meaiki kapal Titanic pun, kita semua sedang
berlayar.Dengan membawa cukup bekal agar semua berjalan
mulus. Berlayar melewati samudera, sama dahsyatnya
dengan berlayar mengarungi hidup ini. Dan pada detik waktu
tertentu, kita harus melompat ke dalam samudera yang
namanya kepastian.Semua berjalan dengan pasti, hanya saja
keterbatasan kita untuk menembus badai dan gelombang di
laut kehidupan, seakan semuanya tidak pasti. Masih
24
bingungkah atau masih belum sampai pada
tujuankah?.Berlayar sejauh apapun, tujuan itu tetap satu, yaitu
mecapai tujuan.Dan yang menunggu kita juga hanya satu,
yaitu “kematian”. Sesuatu yang pasti terjadi dan akan
dirasakan oleh kita yang masih bernafas.
Semua seakan menakutkan, melawan rasa takut dengan
sedikit rasa ketakutan itu, membuat keberanian itu hadir dalam
sebuah kepastian yang tidak ada lawannya. Ketakutan
apalagi yang hadir dalam benak kita saat ini, dan ingatlah, kita
sedang berlayar menuju satu tujuan, yaitu meuju
“kematian”.Berlayar dengan membawa cukup bekal untuk
mecapai tujuan.Ketahuilah, sesuatu yang sudah pasti,
kematian yang menghantarkan kita kepada kehidupan yang
abadi.
Selembar Plesir Oleh @DekLestari
Sementara di kertas gambar ini kupacu pena yang semakin
tua, mencari sosok kedamaian di Plesir tujuan. Selatan yang
kutemui mulai berawan membentuk suatu gugusan baru,
walaupun baru kupercaya awan tidak pernah berdalih pada
angin.
Di Plesir aku mulai merenung dan sangat suka rasanya,
hingga pemikiran sehari-hari di kehidupan mulai hilang satu -
25
persatu di kepala, tetapi menghilangkan warna matanya
adalah suatu kesalahan terbesar.
Di Plesir aku bisa berfikir damai kenapa aku sampai di tempat
ini, untuk apa semua itu ?apa harus tampil oke, berdasi
dengan kerah rupawannya? Atau kesadaran yang membuat
semua itu?Tetapi kesadaran yang mana?padahal
perbandingan tentang filsafah nenek moyang juga tidak kalah
baiknya dengan dasi kupu - kupu.
Di Plesir aku juga berdamai dengan anginnya yang menghulu,
menghulu saling bertautan diantara pasir saat itu. Padahal aku
masih ingin memandang senja akan tetapi aku harus kembali,
kembali pulang, memulangkan warna matanya, akan tetapi
aku baru sadar bahwa diri telah kehilangan teman hidup.
Sembari menunggu teman hidup kembali di pangkuan janji,
mulai jenuh mengingat cerita imaginasi yang ada di kepala,
imaginasi sadar tentang aku yang tidak bisa berdamai di Plesir
untuk kali ini.Namun aku memahami sesuatu, bahwa
kesementaraan itu adalah sesuatu yang abadi pada kertas
gambar ini dan tentang kebodohanku melupakan warnanya.
Setingkat Mimpi (Semoga lebih baik) Yudistira Sapto Aji
“Semoga lebih baik” kata-kata itu sering kita terdengar dari
sebuah ucapan selamat. Sebuah kalimat abstrak yang bahkan
saat diminta untuk mendeskripsikanpun orang bingung
26
menjawabnya. Kalimat yang mengandung sebuah doa dengan
pengharapan yang tinggi, namun bagaimana Tuhan akan
mengabulkan? sementara kalimat yang diucapkannya itu
kurang jelas mengenai apa yang diinginkan, “lebih baik yang
seperti apa yang dimaksud?”. Andai saja yang “lebih baik”
adalah tercapainya sebuah mimpi, mimpi apa yang
diharapkan? Lagi-lagi Tuhan dibuat bingung.
Berbicara mengenai mimpi, wajar saja setiap manusia
mempunyai banyak impian dan pengharapan.Hidup
berkecukupan harta serta banyak cinta menjadi dambaan
sedikitnya sejuta orang di dunia, hal ini menjadikan manusia
senantiasa berlomba-lomba untuk meraihnya.Nah, tinggal
bagaimana caranya?Setiap orang mempunyai pilihan jalan
masing-masing. Baik buruk disini bukan menjadi patokan
dunia namun hasil-lah yang akan menentukan, iya memang
saat kita menggunakan jalan yang sesat ini artinya menjadi
tidak berkah, tapi dunia tidak mengenal itu melainkan siapa
yang disebut berhasil dialah yang berpengaruh. “Tapi banyak
juga ko yang menggunakan cara-cara baik dia bisa berhasil!”
Begitu kata seorang sahabat, saya “Iiiyaaa, memang benar
begitu adanya dan itu yang saya sarankan, menggunakan
cara baik untuk meraih keberhasilan,he”.
Sebelum berbicara mengenai teraihnya mimpi, keinginan atau
keberhasilan terlebih dahulu perlu kita berbicara mengenai
cara untuk meraihnya, “proses” begitu kata orang. Proses bisa
27
diibaratkan sebuah perjalanan yang dimana ada jelas
tujuannya dan seharusnya sudah jelas juga alat transportasi
apa yang digunakan serta kapan kita sampai pada tempat
tujuan. Seyakin-yakinnya kita tentang pentingnya proses tapi
tanpa kita tahu alat transpotasi yang digunakan, tempat tujuan
itu hanya sekedar mimpi (dalam arti sebenarnya) begitupun
saat kita tidak tahu kapan kita sampai, hal ini benar-benar
menjadikan tempat tujuan hanya sebagai khayalan, terlebih
lagi bagi orang yang tempat tujuannya saja tidak tahu. Masih
yakin proses itu penting? Kalau saya, masih.
Keinginan adalah sumber penderitaan, kata-kata ini lah yang
senantiasa terngiang dalam benak saya.Sebuah kalimat
bermakna ambigu yang bisa berdampak besar bagi orang
yang meyakininya.Kalimat yang bisa saja membuat orang
enggan mempunyai keinginan karena takut menderita, namun
bisa juga dimaknakan karena takut menderita dan sudah
terlanjur mempunyai keinginan maka ini menjadi tantangan
untuk segera mewujudkan keinginan agar tidak menderita.
Namun bagi saya keinginan akan menjadi sumber penderitaan
apabila keinginan kita tidak realialistis serta keinginannya ingin
dalam satu waktu terwujud semua. Seorang guru pernah
mengajarkan kepada saya bagaimana cara mencapai
keinginan yang besar agar tetap realistis untuk dicapai.
Caranya adalah dengan memotong keinginan-keinginan yang
besar itu menjadi beberapa bagian kecil, maksudnya apabila
28
diibaratkan keinginan atau mimpi itu puncak gedung 10 lantai,
untuk mencapainya tentu kita harus menuju kelantai 1 terlebih
dahulu selanjutnya 2, 3, 4 dan seterusnya. Apabila kita punya
impian besar berpenghasilan 100 juta perbulan, kita perlu
memotong impian kita terlebih dahulu menjadi 5 juta per
bulan, apabila sudah tercapai akan lebih mudah kita untuk
meningkatkan mimpi kita untuk berpenghasilan 7 juta
perbulan, selanjutnya 10 juta perbulan juga menjadi hal yang
ringan karena hanya memerlukan sedikit tambahan energy
bekerja dan bukan tidak mungkin 20 juta perbulan dapat
dicapai dengan ringan, begitu seterusnya.
Dari cerita guru diatas akhirnya saya mendapat pelajaran
dimana ternyata berpikir realistis itu mengurangi beban
penderitaan sehingga sering saya berdoa “semoga saya satu
tingkat lebih baik dari saya sekarang”
***
Menjadi diri sendiri berarti membentuk warna ditengah ribuan
warna kehidupan.Alangkah menyenangkan bila bicara soal
keindahan warna sendiri sambil menikmati warna lainnya
tanpa mencelanya.kewajiban kita menyampaikan, biar
kehidupan terasa lezat, biar Tuhan yang berikan mukjizat.
29
Tanah basah dibulan februari.Kita berdiri diatasnya.Hujan ini,
telah membuat banyak manusia berlari, menyenangi diri
mereka sendiri.Ketika kita tak cukup tenaga untuk berlari, jalan
lainnya adalah kita menikmati bekas bau matahari.Ini bukan
soal kebahagiaan bukan? Tapi tentang kesempurnaan, akan
kulakukan tugasku sebagai manusia yang diberi hujan. Lalu
hujan selesaikan tugasnya sesuai apa yang dia inginkan.
Maka sempurnakanlah peranmu, entah sebagai bapak yang
menjemput anak perempuannya di stasiun di malam hari, ibu
yang memberikan asi hingga religi pada buah hati, atau
sahabat yang beri pundak saat kepalanya terasa berat. Peran
kita adalah penyempurna, seperti penggalan mozaik itu. Kita
bisa saja bahagia tanpa jadi penyempurna, hanya saja akan
jadi titik hampa.
MUSUH SAUDARA Oleh Atikah Hanum
Musuh dalam persepsi kita biasa diartikan sesorang atau
sekelompok orang yang berbuat sesuatu hal sehingga kita
merasa terganggu, tersakiti, dirugikan.Sedangkan saudara
adalah semua orang yang kita merasa nyaman berada
didekatnya.Dan saudara itu tidak terbatas hanya dengan aliran
darah.
Musuh dan saudara memiliki perbedaan yang jelas.Musuh,
kita cenderung berperasaan negatif seperti benci, marah,
30
dengki, saling mencurigai, dan pastinya selalu berprasangka
buruk terhadapnya.Sedangkan terhadap saudara kita
cenderung berperasaan positif seperti sayang, mengalah,
ikhlas, saling membantu dan berprasangka baik.
Ada satu fakta berkenaan dengan musuh dan saudara, yaitu
saat mereka menyakiti kita.10 dari 10 orang berpendapat
bahwa disakiti saudara itu lebih sakit daripada disakiti
musuh.Mengapa hal itu bisa terjadi, karena saat itu kita
mengalami dilema perasaan yaitu sayang melawan benci,
yang itu membuat kita semakin merasa tersakiti.Oleh karena
itu, teman, jagalah hati orang-orang yang menyayangi kita
agar tidak tersakiti oleh laku kita.
SAHABAT Oleh Atikah Hanum
Seseorang yang selalu ada saat kita senang maupun susah.
Ikhlas memberi tanpa berharap kita membalasnya.
Sahabat tak pernah lelah mendampingi kita, tak pernah lelah
memberi semangat dan motivasi untuk kita. Walaupun
terkadang kita tidak mendengarkannya, namun ia akan tetap
melakukan itu dengan tulusnya.
Satu hal yang paling unik dari sahabat adalah ia akan berkata
salah kepada kita saat kita salah, namun bukan berarti dia
tidak berpihak pada kita, dia akan selalu dipihak kita dan ia
berusaha agar kita bisa saling memperbaiki diri. Terus kalau
sahabat yang membiarkan dan justru membenarkan
31
sahabatnya yang berbuat salah, apakah itu juga
sahabat?silakan teman-teman jawab sendiri ya.
RASA INFERIOR KITA OlehMuhammad Farid Salman Al Farisi RM
Budaya yang berkembang di Indonesia saat ini bukanlah
budaya yang telah kita warisi semenjak zaman Nusantara
dulu.Tetapi budaya yang berasal dari suatu kawasan tertentu
yang bersifat transnasional dimana sebagian besar sangat
jauh dengan nilai-nilai kultural milik kita. Misalnya dari segi
musik, K-Pop dan Western Music sudah sangat melenakan
anak muda, bahkan sampai ada yang mengidentifikasikan diri
dan jenis musiknya dengan musik-musik tersebut, sehingga
muncullah photocopy dari jenis-jenis musik asing itu beserta
variannya. Alhasil, alunan gamelan, pertunjukan wayang ,
angklung, saluang, kecapi dan jenis musik tradisional khas
Indonesia lainnya semakin hari semakin jarang kita jumpai.
Berdasarkan kondisi kultural Indonesia diatas, secara
psikologis penulis melihat adanya semacam inferioritas, yaitu
perasaan rendah diri terhadap sesuatu yang dianggap lebih
dari pada yang kita miliki, dalam diri bangsa Indonesia
khususnya anak muda. Karena yang dianggap gaul dan keren
adalah hal yang sedang nge-trend didunia seperti jenis musik
yang telah dibicarakan diatas. Sehingga ada kebanggaan
tersendiri ketika mengikuti tren tersebut. Mungkin, kalau kita
ditanya mengenai jenis kesenian apa yang disuka lalu kita
32
menjawab dengan alunan kecapi atau nonton wayang,
barangkali kita akan dikira tidak gaul, jadul dan sejenisnya.
Dengan demikian, kultur Indonesia secara tidak langsung
sudah terjajah.
Faktor utama dari inferioritas ini adalah kontak antar budaya
yang sudah tidak dapat dielakkan lagi. Dalam kontak tersebut
manusia bisa menjumpai budaya yang dinilainya lebih menarik
dan lebih tinggi dari pada budaya yang diwarisinya.Apalagi
dalam konteks dunia saat ini dimana batas-batas negara
seakan-akan tidak ada (borderless country). Hal ini ditandai
dengan arus informasi yang sedemikian cepatnya bergulir,
melintasi batas ruang dan waktu, sehingga hal apapun yang
baru terjadi, ditemukan atau ditampilkan disuatu negara akan
dengan cepat sampai di negara lainnya diseluruh dunia.
Didalam proses kontak antar budaya, terutama yang
ditampilkan lewat berbagai media, terdapat proses penyajian
budaya yang dilakukan secara berulang meskipun dalam
kemasan yang berbeda. Misalnya suatu kali adegan
berpelukan ditempat umum di tampilkan lewat sebuah film.
Kemudian pada film yang lain, adegan serupa ditampilkan lagi,
lalu pada sebuah video klip musik, selanjutnya pada majalah
remaja dan begitu seterusnya. Pengulangan (repetition)
secara terus menerus seperti ini untuk kali pertama akan
menimbulkan kesan bahwa hal itu tidak dapat diterima karena
memang tidak sesuai dengan kultur yang dimiliki Indonesia.
33
Namun setelah dialami beberapa kali mulai timbul perubahan
kesan; alangkah romantisnya adegan itu.Lalu terciptalah suatu
formasi persepsi pada otak, bahwa adegan yang demikian
merupakan hal yang biasa ketika orang bermadu kasih. Ketika
telah terbentuk persepsi seperti ini, maka yang bersangkutan
akan terdorong untuk melakukan hal yang sama. Proses yang
sama juga berlaku terhadap hal lain, seperti pakaian, tarian,
makanan dan lain sebagainya.
Hal lain yang terjadi akibat kontak budaya melalui media
adalah rasisnya manusia Indonesia terhadap dirinya sendiri.
Dalam iklan-iklan produk kecantikan dilukiskan secara tersirat,
bahwa yang cantik itu adalah perempuan yang berkulit putih,
tinggi dan bertubuh langsing serta berambut lurus.Demikian
pula pada laki-laki, bahwa yang dinilai ganteng adalah berkulit
putih, berdada bidang, tinggi dan macho serta kalau bisa yang
berhidung mancung.Padahal rata-rata kulit orang Indonesia
adalah sawo matang dan kuning langsat serta ada pula etnis
yang rambutnya keriting semenjak lahir, sedangkan yang
ditampilkan dalam iklan adalah bintang yang telah dipoles
sedemikian rupa atau bintang yang blasteran sehingga berkulit
putih, berambut lurus dan seterusnya.Akibatnya berlomba-
lombalah kaum muda Indonesia mempercantik dirinya dengan
produk yang ditawarkan, tanpa mengkritisi konten dan maksud
iklan terkait.
34
Paparan diatas menunjukkan bahwa rasa inferioritas bangsa
Indonesia sekarang, khususnya para pemuda, merupakan
kenyataan yang mesti disadari.Mesti ada usaha-usaha kultural
maupun politis untuk meningkatkan kecintaan masyarakat
terhadap budayanya sendiri.Selain itu hal yang harus sangat
diperhatikan adalah bagaimana usah-usaha untuk
menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsa dan budaya
sendiri.Hal-hal yang demikian diperlukan untuk mempertinggi
rasa percaya diri kita sebagai suatu bangsa ditengah – tengah
gempuran budaya asing.Sehingga kita bisa menampilkan diri
tanpa harus merasa inferior apalagi rasis terhadap diri kita
sendiri.
Menjadi peduli Mega Firmawati Lasinta
Sebuah diskusi kecil-kecilan pernah terjadi.Tentang kekerasan
terhadap perempuan yang hari ini kian marak
terjadi.Mengingat angka kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia sangat tinggi, pemerhati perempuan baik secara
personal maupun lembaga berusaha melakukan upaya
pencegahan tindak kekerasan tersebut.Pemberdayaan
perempuan itu sendiri (sebagai korban) tentu adalah poin
penting.Namun, pelibatan laki-laki dalam penghapusan
kekerasan tersebut bukanlah hal yang dapat diabaikan.
35
Kekerasan bagaikan siklus, dialami seseorang sejak ia lahir
hingga ia mati. Berbagai bentuk kekerasan sangat bervariasi
tergantung pada lingkungan mana ia berada, pada usia
berapa ia, dan kondisi-kondisi lain yang rentan akan
kekerasan itu sendiri. Oleh karena siklus yang terus bergulir
tersebut, laki-laki yang pada faktanya lebih banyak ditemukan
sebagai pelaku kekerasan, perlu menyadari bahwa perannya
dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan
sangatlah penting.
Menjadi laki-laki peduli adalah salah satu poin yang dapat
memutus rantai kekerasan.Peduli bahwa perempuan adalah
partner, dalam ranah apapun (domestik ataupun publik).Peduli
dengan tidak menempatkan perempuan pada posisi yang
inferior, dan dirinya (laki-laki) berada pada posisi superior.
Berhutang Pada Ucapan Oleh Nurdani Prastity
Pernah ada pada suatu saat kutemui anak-anak muda ramai
diperbincangkan.Mereka mendesain sendiri rumah mereka,
tempat dimana seluruh rakyat menggantungkan tiap harinya
pada keputusan-keputusan, pada hukum-hukum yang ada,
atau pada rapat-rapat.Berteriak lebih disukai, karena
asumsinya suara teriakan akan lebih mudah terdengar.
Ada pada suatu waktu, aku temui sekumpulan anak muda
yang kalem membicarakan rumah mereka yang sama, buku-
buku adalah kawan sejati mereka, ruang-ruang diskusi adalah
36
aksi-aksi mereka. Bukan turun ke jalan, bukan berteriak.
mereka mengabadikannya dalam buku-buku, koran-koran,
atau hanya sekedar di blog dan web.
Tak hanya itu, akupun menemui segerombolan anak muda
yang eksis melalui demo-demo mereka. bagi mereka,
perubahan adalah melawan, perubahan adalah menghujat,
perubahan adalah kekerasan.
Kita memiliki ribuan cara, namun kita memberi judul "dengan
tujuan yang sama". kita tidak membicarakan kesalahan dan
kebenaran. sebab mugkin kebenaran akan menjadi banyak
pengertian karena dilihat dari sudut yang berbeda-beda.
Kita sering memperbincangkan pendidikan dan orang terdidik,
membicarakan intelektual dan orang intelek, tapi kita jarang
memperbincangkan islam, sedangkan kita muslim. Islam
seperti legalitas atas ucapan-ucapan kita, islam sebagai
stempel atau fungsinya tak lebih seperti tanda tangan diatas
materai. Bukan kita tak pernah memperbincangkan islam, tapi
jarang sekali menyinggung soal muslim.
Padahal muslim dan budaya inelektual, tak terpisahkan.
Muslim dan perubahan tak tercecer. Mereka satu, dan
menyatu. tergantung bagaimana kita biasa menggunakan
keduanya, lalu kita katakan kita sudah cukup
membicarakannya.
bukankah, apa yang terjadi sesuai kehendak Allah?.
37
Lalu, seberapa dekat kita dengan Allah, sehingga suara dan
aksi kita layak untuk dikabulkan?. Ini adalah hutang, tiap kata
dan kalimat, opini, juga kritikan, adalah hutang yang harus
dilunasi. Negara dan Agama bukan tempat berhutang kita
tentang ini, tapi diri kita sendiri.dan kewajiban kita. Sebab
tindakan lebih keras dari sebuah ucapan. Maka tampaknya
sekarang, kita sedang memiliki banyak hutang atas ucapan-
ucapan kita.
Seberapa banyak waktu kita luangkan untuk menunaikan hak
Allah atas kita, dibanding hak orang lain atas kita?.Semuanya
berkorelasi positif, tak bisa compang-camping. Sederhanakan
dan lakukanlah dengan adil, bukankah kita sering
mengkonsepkan keadilan ? maka setidaknya kita mampu
menjalankan keadilan untuk diri kita sendiri.
Dan akhirnya, tersenyum adalah cara adil menerima kritikan.
Perempuan dalam Siluet Rasa
Oleh Khilda Maulidia Perempuan hadir bukan sebatas penghias taman. Atau
mereka bilang hanya pelengkap.Banyak perempuan
membuktikan kiprah perjuangan dalam menegakkan
kebenaran dengan kuatnya hati yang mereka miliki.Kuatnya
hati terbentuk dari latihan terus-menerus.Bukan instant
seketika menjadi pejuang.Perempuan terlatih dengan olah
38
rasa yang membantu pergerakan.Perempuan punya andil
besar dalam membibit jiwa pejuang. Menempa kaca dengan
api dan membakar emas dengan api.
Terlahirnya orang-orang besar dari rahim perempuan
pejuang.Memperjuangkan nilai-nilai idealitas kenabian
membawa dalam ruang realitas.Air mata perempuan
terpancang teguhnya asa pada tiap langkahnya.Perempuan
dalam siluet rasa ku sebut bunda.Tempat kepala berteduh dari
sengat dunia yang tanpa ampun mengejar siapa yang
lemah.Perempuan menempati ruang tersendiri dalam
juangnya.Mendukung dan melengkapi sayap laki-laki. Tanpa
perlu repot kita akan memahami, bunda menjadi sandaran
kita.
Tulisan perempuan ini bukan semakin meruncingkan
kesetaraan gender, hanya ingin membagi.Bahwa perempuan
hadir sebagian bagian lain dari laki-laki.Berjalan beriring,
walau terkadang berbeda pandangan. Peran perempuan tidak
38ias begitu saja digantikan. Perempuan tetaplah
perempuan.Menjadi tulang rusuk untuk menguatkan tulang
punggung.
***
Seorang anak pernah bertanya pada ibunya, mengapa kau
melahirkanku tanpa terlebih dahulu meminta ijin kepadaku?.
Itu karena, jawab si ibu, kehadiranmu adalah penyempurna
kebahagian ku dan orang lain. Everything happen for a
39
reason. Itulah alasan mengapa Tuhan tak menciptakan
makhluk yang sempurna.