bodoisme book

53
BODOisME

Upload: neo-amroni

Post on 21-Jul-2016

229 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Buku dari pegiat BodoIsMe pertama. diterbitkan pertama pada 1 April 2014

TRANSCRIPT

Page 1: Bodoisme book

BODOisME

Page 2: Bodoisme book

BODOisME

Jln. Mangkuyudan No 34. Yogyakarta

BODOisME

Ada Tidaknya Aku Tidaklah Ada Bedanya, Maka Izinkalah Aku

Untuk Selalu Belajar.

Karya Penggiat Diskusi Bodo2n, Indonesia 2014

Copyrigt @ 2014 #DiskusiBodo2n Pelajar Islam Indonesia

Yogyakarta Besar

15 x 21 cm

Director : Neo Amroni

Editor : Rahmi Wijayanti

Desain cover : @deklestari

Cetakan 1, April 2014

Page 3: Bodoisme book

Sepotong Sajak Bodo

Bodo adalah bahasa kerendahan hati

Ruang dimana tidak ada nilai,

tidak ada guru hanya para pencari ilmu

Bodo adalah letak kebebasan,

Bodo adalah pembentuk keterbatasan

Dunia sudah dipenuhi oleh orang yang merasa pintar

Sehingga perlu lebih banyak orang yang merasa bodo

untuk merevolusi dunia

Page 4: Bodoisme book
Page 5: Bodoisme book

I

Persembahan,,, Sungguh hal yang tidak mudah mengumpulkan tulisan

sederhana teman-teman yang ada disini, karena mereka

adalah orang-orang hebat yang lebih banyak terjun

kelapangan, menguras pikirannya untuk masyarakat luas.

Tulisan-tulisan di dalam buku ini seperti menangkap

keresahaan, kematangan serta pencarian yang tak mengenal

kata berhenti.Tetapi buku ini bukanlah buku ilmiah yang

mengandung kebenaran dari data-data.Ini adalah buku yang

boleh dicurigai kebenaranya, tidak dipercayai kebenaranya.

Bahkan di dalam buku ini akan ditemukan hal-hal yang

paradok terkait dengan satu pembahasan, ya itulah tanda

kehebatan Tuhan yang apabila kita tidak mampu mengelola

dan melapangkan hati, menjadikan konflik. Dan kesombongan

diri akan berkata bahwa “Akulah satu-satunya kebenaran,

maka yang selain Aku adalah salah”

Karena buku ini tercipta untuk menampar keAkuan,

membiasakan diri dengan bahasa kerendahan hati, berpikir

melangit dengan kaki tetap menginjak pada bumi.Maka ada

tidaknya aku tidaklah ada bedanya, Izinkanlah aku untuk

selalu belajar.

Terimakasih yang tak terhingga kepada Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta Besar Periode 2010-2012

dan Periode 2012-2014 yang denganya lah lingkaran cinta

Page 6: Bodoisme book

II

“Diskusi Bodo2n” tetap berlangsung.Serta kepada seluruh

penggiat diskusi bodo2n yang tak pernah lelah dan rela

menyisihkan waktu, harta, tenaga serta pikiran agar semua

kegiatan dapat berlangsung.

Buku “BODOisME. ada tidaknya aku tidaklah ada bedanya,

maka izinkanlah aku untuk selalu belajar”. Sebuah karya

pengukuh identitas bahwa di yogyakarta, ada sekelompok

kecil manusia yang selalu merasa bodoh,dan bercita-cita lebih

tinggi dari langit.

Page 7: Bodoisme book

III

BODHO YANG TIDAK BODOH

Ketrampilan menulis sebenarnya bukan hal luar biasa.Itu hal

hanya merupakan kemampuan standar seorang pelajar.

Namun fakta di masyarakat kita menunjukkan kemampuan

menulis seakan menjadi hal istimewa.

Menulis adalah kegiatan mengubah gagasan menjadi teks

untuk disampaikan kepada orang lain atau untuk kepentingan

dokumentasi. Ketrampilan dan kemampuan menulis

merupakan sebuah proses yang harus dimulai dan tidak boleh

diakhiri. Dan buku Bodo is Me ini menjadi wadah anak-anak

muda yang sedang memulai proses menjadi penulis.

Judul Bodo is Me cukup genit dan menggelitik. Mungkin ini

merupakan sikap rendah hati para penulisnya yang merasa

kurang percaya diri di hadapan para penulis yang sudah

mapan.Pengakuan seperti itu tidak terlalu buruk bila didasari

tekad untuk menjadi orang pandai dengan cara menjadi

penulis. Atau bila hal itu merupakan kesadaran bahwa di luar

kepala seorang penulis paling jempolan sekalipun ada lautan

pengetahuan yang tak mungkin semuanya dikuasai. Namun

bila Bodo is Me merupakan pengakuan tuntas, itu konyol.

Selamat memulai sebuah proses panjang yang tidak berujung.

Bila membaca tulisan-tulisan pendek dalam buku ini saya tahu

mereka bukan anak-anak muda yang bodho.Mereka adalah

anak-anak muda yang berfikir, memulai karir dengan gnoti se

Page 8: Bodoisme book

IV

auton; mengenali siapa dirinya dengan seksama.Itu

sepenenuhnya merupakan sikap yang sepenuhnya pintar.

Bravo!

AhmadTohari

Page 9: Bodoisme book

1

Lekat. Sekiranya kesan pertama yang bisa disampaikan

tentang malam. Mungkin, kita memang ditakdirkan untuk

bertemu di malam hari untuk saling mengadu, sebelum hari

baru datang dan mengetuk pintu.Karena siang terlalu rumit

untuk dimengerti sedangkan pagi awal kericuhan terjadi.

Matahari perlahan mulai membelakangi, mata-mata mulai

tenang menatap warna antara merah atau jingga yang redup

bernama senja.Rumah mulai menutup pintu dan

menguncinya, juga jendela yang berdebu itu.Pada suasana

yang sepi dari hiruk pikuk aktivitas manusia.setiap malam

banyak hal mulai menutup diri, namun membuka seluas-

luasnya kebebasan berekspresi tanpa orang lain ketahui. Ada

yang memilih bercengkrama bersama disudut ruang berdua,

ada yang memilih berkompetisi membunyikan knalpot dijalan

raya, ada yang beradu nasib dalam jalanan khas kota,

mengendarai sepeda motor tanpa helm tanpa peduli lalu

lintas. Lalu ada juga yang memilih untuk memejamkan

mata.Bukan apa-apa, paham kecuekan sepertinya memang

terjadi dimalam harimenjadi ciri khas tersendiri.Seolah-olah

bukan tanggungjawabku,bukan tanggungjawabmu, bukan

tanggungjawab kita, lalu angin menjawab dengan hawa

malamnya seperti mengiyakan semuanya.

Kemudian pada moment malam, kita ditakdirkan untuk

bertemu.Ditengah kebebebasan ekspresi hidup, percayalah

siapa manusia yang tak suka karya tuhan diangkasa, tentang

Page 10: Bodoisme book

2

langit dan awan yang menyatu dalam bentukan yang selalu

berubah, berbeda setiap waktu. Titik-titik cahaya yang

terhimpun diatas kepalamu bersama bulan, yang meskipun

cahayanya palsu tapi ia tetap membuat suasana jadi melagu.

Setiap harinya akan selalu begitu, tetapi tetap saja

menakjubkan dan menumbuhkan rindu yang mendalam.

Sebagian orang bisa saja melupakan kenikmatan prahara

tenangnya malam dengan tetap melakukan pekerjaan siang

yang tak juga kelar.Tetapi beberapa orang melakukan obrolan

ringan dan minuman hangat jadi sahabat paling setia bersama

kedipan yang sederhana.Dan sekali lagi malam telah

mempertemukan kita.Malam telah membuat semacam jeda,

moment yang tepat untuk merenungi hal-hal yang pantas

untuk direnungkan secara khusyuk.Malam telah mengajarkan

kita merenungkan tentang kesadaran manusia yang tak

pernah sendiri, tentang Tuhan dan jalan pulang.

ALLAH SWT Oleh Atikah Hanum

Pastinya tidak akan cukup jika menuliskan yang berkenaan

dengan ALLAH hanya dalam 3 paragraf ini. Namun pastinya

teman-teman punya persepsi masing-masing mengenai-Nya.

ALLAH sang Khaliq, pencipta alam semesta, tak terkecuali

apa saja yang didalamnya, dan pastinya termasuk kita

manusia adalah makhluk-Nya. ALLAH tidak meminta dan

Page 11: Bodoisme book

3

membutuhkan apa-apa dari kita.Justru kitalah yang wajib

meminta dan senantiasa membutuhkan-Nya.

Jadi sebenarnya untuk apa dan untuk siapa kita beribadah?

silakan jawab ya tenan-teman.

MANUSIA

Oleh Rahmi Wijayanti Sang abdullah,

alam mengajarkan kita sujud dengan bahasa kerendahan hati.

bahasa jiwa dan hati.

Sang khalifah,

mata, tangan, kaki, akhirnya bergerak selaras dengan otak

dan hati.

Seiring kesadaran hadir.

Seiring pertanggungjawaban jadi pilihan

Kita Tak Hidup Sendiri Oleh Mega Firmawati Lasinta

Jika hidup hanya ada hitam dan putih, maka tentu semua akan

memilih putih. Jika demikian, lalu apa gunanya neraka?

Kita sering terjebak pada dogma-dogma atau doktrin-doktrin

ajaran tertentu tentang hitam putihnya hidup. Kita dengan

sebegitu bersemangatnya mengikuti apa yang kita yakini. Itu

baik. Kita akan menjadi orang yang tegas. Namun, kita perlu

ingat bahwa kita tak hidup sendiri. Banyak hal yang harus kita

Page 12: Bodoisme book

4

pertimbangkan ketika melakukan sesuatu. Pun tentang hitam

dan putih ini.

Tuhan tidak memberikan kita akal saja hingga kita

menjadi makhluk arogan tanpa perasaan. Lalu Tuhan tidak

pula memberikan hati saja hingga kita menjadi makhluk

perasa tanpa logika. Tuhan menurunkan keduanya agar kita

bisa berpikir dan merasa. Bahwa masih ada makhluk Tuhan

yang lain yang harus kita tengok. Masih ada sisi lain dari

kehidupan yang perlu kita sentuh. Semua itu tentu karena kita

hanyalah manusia bodoh yang masih harus terus belajar.

Dunia itu tidak hanya soal hitam dan putih. Dunia itu warna

warni.

JALAN PULANG Oleh Nurdana Pratiwi

Banyak hal yang dapat terjadi dalam beberapa bulan bahkan

menit kedepan, semua mempunyai pengaturan yang indah

oleh pemilik dan pengenggam kehidupan setiap manusia. Dan

akan ada banyak list disetiap aktifitas manusia itu sendiri.

Terkadang bisa dibilang lupa , bisa juga lalai atau bahkan

tidak mengingat sama sekali atau mungkin tidakmau tau ?

entahlah,, tapi itulah krisis ruhiyah terbesar bagi setiap

manusia yaitu cinta dunia takut mati.

Bahkan, hal ini menjadi salah satu faktor terbesar kenapa

Islam dalam beberapa dekade belakngan ini diambang

Page 13: Bodoisme book

5

kemunduran, eh salah udah mundur bukan diambang lagi.

Ya.., karena kita belum mengerti hakikat hidup untuk menuju

jalan pulang yaitu kematian. Hey… Bahkan, dari kita lahirpun

untuk menuju jalan pulang. Ahhhh..Bagaimana bahagianya

jika yang kita katakan pada Allah adalah ‘’ya Allah, aku siap

jika engkau memanggil ku’’.Itu yang dinamakan rindu bertemu

pada Allah, pemberi nikmat terbesar disetiap kehidupan kita.

Sekarang, udah siap belum ?kalau dipanggil sama Allah ?,

haduhhhhh tidak kebayang jika kita masih dalam kondisi yang

jauh dari Allah, gimana nyeselnya coba ? Innalillah, semoga

tidak begitu kawan.Pahamilah bahwa orang cerdas adalah

yang selalu mengingat kematian.Begitu kata Rasul.Karena jika

cerdas maka kita paham bahwa hidup ini bukan hanya

membawa nilai-nilai humanisme tapi ada nilai-nilai ukhrawi

yang menjadi akhir dari setiap hidup yang kita jalani.Setiap

ada awal pasti ada akhir dan begitu juga episode kehidupan

pasti ada the end nya. Semoga kita pulang dengan kondisi

yang baik, ketempat yang baik dan dengan cara yang baik

pula. Selamat berbenah untuk bekal jalan pulangnya.

***

Malam telah mempertemukan kita, dan membuat kita memilih

untuk menyadari bahwa kita butuh peraduan atas kegelisahan.

Page 14: Bodoisme book
Page 15: Bodoisme book
Page 16: Bodoisme book

6

Mari kita hidup, bangun dari mimpi-mimpi malam.Mengatur

kembali nafas yang sempat tersengal-sengal oleh ritme kita

yang tak karuan karena bertemu oleh banyak skenario tak

teduga.Hidup ini berputar bukan?Berproses naik turun,

terjatuh dan mencoba terbangun lagi.Berharap hari ini selalu

lebih baik dari hari kemarin.

Lalu manusia sebagai dimensi yang terbatasi oleh ruang dan

waktu harus berjuang dengan waktu yang terbatas untuk

setidaknya menemukan arti keberadaan, arti menikmati, serta

arti perjuangan berani hidup lebih baik.

Seringkali dalam beberapa hal kita terpeleset bukan karena

kita tidak pintar menyelesaikan masalah, tetapi kurang

merasakan apa yang ada disekitar kita.

Seorang bernama rendy fauzi pernah bicara soal

keseimbangan, mengapa kita butuh keseimbangan?Karena

pada suatu ketika, manusia seperti kita, pernah berdiri dan

melihat rumput tetangga lebih hijau dan indah dari rumput

rumah sendiri.Sempurna dalam kesejukan. Suatu ketika kita

melihat orang lain berjalan secara seimbang. Hidupnya mulus

seirama sejalan, seperti tak punya masalah.Baik masalah

kepada teman, keluarga, pacar atau lingkungannya.Setelah itu

kita membayangkan dan sedikit memikirkan kemungkinan-

kemungkinan yang terjadi pada kondisi yang serba sempurna

tersebut.Seiring dengan berjalannya waktu kita masih

percaya, lama-lama kita berpikir lagi hidup memang tak

Page 17: Bodoisme book

7

semulus yang kita duga.Semua penuh dengan kejutan.

Sampai akhirnya kita menghibur diri dengan “ahh,,aku sudah

berusaha sekuat tenaga”. Lalu tersenyum dan disenyumi,

menyadari bahwa sejelek apapun yang telah manusia

lakukan, masih ada penghargaan berupa pelajaran.

Lupakan dulu apakah kita berhasil seimbang atau gagal tak

sampai tujuan karena terlalu banyak godaan.Rendy

menambahkan, ada yang perlu kita pelajari tentang sebuah

keseimbangan.Seperti dalam sebuah teorinya, bahwa

keseimbangan membutuhkan titik kordinat, punya rodagigi,

dan punya sisi.Dalam kehidupan sisi keseimbangan ada

spiritual, health, finance, family, romance, self development,

community, recreation.

Seimbang tak seimbang, Diatas atau dibawah, jatuh atau

bangun, (lagi-lagi) manusia mendapati dirinya pada suatu titik,

tersungkur disudut kamar sambil merintih dan menyadari

bahwa hidup ini tidak baik-baik saja.

Kita ini bodoh Oleh Mega Firmawati Lasinta

Pembicaraan pembicaraan dalam hidup yang sering kita

dengar, lihat dan rasakan terkadang membuat kita merasa

bodoh ditengah orang-orang bodoh. Hingga atas itu kita

merasa perlu untuk ikut berbicara dalam pembicaraan-

pembicaraan yang justru kita bodoh didalamnya. Pada

Page 18: Bodoisme book

8

akhirnya kita menjadi orang yang benar-benar bodoh karena

keterikatan terhadap sebuah pembicaraan yang bodoh. Atau,

jika tidak menjadi bodoh, hal sebaliknya terjadi dan berbalas

pujian dari mereka yang juga bodoh. Kita lupa bahwa

terkadang pujian mengaburkan kesadaran. Pujian yang

dengannya kita merasa tidak bodoh lagi. Ah, manusia

memang bodoh ditengah ilmu Tuhan yang begitu luas.

Tidur

Oleh Noor Hidayati Pagi menjelang dan aku punya segudang alasan untuk tetap

diam.

Padahal alam saja saling bekerjasama untuk sebutir nasi yang

kan kumakan.

Petang turun perlahan dan aku masih punya segudang alasan

untuk bermalas-malasan.

Padahal angin saja mau bertiup agar ku tak kepanasan.

Aku berpikir dunia hanya yang ada pada kepalaku.

Yang juga sibuk menyanggah buat apa aku mewujudkannya?.

Ah bukan, bukan hanya itu.

Tapi juga bagaimana bisa aku melakukannya sedangkan aku

masih ingin tidur saat ini.

Page 19: Bodoisme book

9

Kebanyakan Membaca Buku Semakin Bingung Oleh Habibie Zainal

Saya terkadang bingung katanya disuruh banyak membaca.

Entah buku atau yang lain, setelah saya jalani khususnya

untuk membaca buku, semakin banyak buku yang kita baca

semakin banyak pula kebingungan ialam pikiran saya.

Katanya juga semakin banyak membaca buku semakin

banyak refrensi yang kita peroleh, alasan itu memang saya

sepakat, namun keputusan hasil terakhir malah jadi

kecanggungan dalam berpndapat. Kalo kita bicara sama

orang lain bisa disebut pendapat kita plin-plan, apakah ini juga

dirasakan pada temen-temen yang lain?, mungkin saja sama

juga dengan orang yang kadar pemikirannya sama dengan

saya.

Inilah hasil pengalaman saya setelah membaca buku, tapi itu

adalah pengalaman berharga bagiku, karena kalo tidak seperti

ini saya kesulitan untuk menuangkan dialam pikiran saya

selama ini, mungkin juga ada yang beda pendapat mengenai

hasil dari membaca buku. Tapi alasan yang saya temukan

baru ini, maka ingin mencari alasan-alasan lagi, dengan

mencari alasan-alasan ini, maka tidak segan-segan untuk

selalu membaca buku lebih banyak. Supaya tidak hanya

alasan bingung saja yang saya rasakan namun yang lain juga.

Ku persembahkan pada temen-temen yang merasa masih

bodoh

Page 20: Bodoisme book

10

Naluri Kemanusiaan Oleh Emir Joesdi

Bertambahnya usia manusia, apakah hanya sebuah proses

penuaan lalu pada akhirnya sampai pada titik akhir kesudahan

hidup? Dan apakah “kematian”adalah akhir dari segalanya

atau sebuah babak baru hidup di “dunia baru” ?.

Pertanyaan klise itu muncul di benak saya, karena saya heran

melihat kehidupan orang-orang yang “lalai” dalam hidupnya

termasuk saya sendiri.Karena bagi saya, hidup bukan untuk

memilih antara kesenangan di dunia atau di “dunia baru” yang

kita kenal dengan akhirat. Namun, bagaimana kita bisa

menjalani hidup dengan produktif dan bermakna bagi orang

lain.

Hidup hanya sekali, setelah itu mati. Begitu ungkapan

populardari seorang pelopor sastra angkatan 45, Kang Chairil

Anwar.Bagi saya, setiap insan, siapa pun dan berasal dari

suku, agama, maupun golongan manapun, pasti memiliki

semangat hidup kebinatangan, bernama naluri.“Nafsu” inilah

yang membawa manusia untuk selalu mempertahankan hidup

dan meningkatkan martabat hidup untuk bahagia.Namun,

manusia jelas berbeda dengan binatang.Karena manusia

mempunyai teman naluri yang bernama akal dan hati.Akal

yang murni dan hati yang suci laksana lentera yang menerangi

nafsu dari kegelapan. Ketika hidup berdasarkan naluri, akal,

Page 21: Bodoisme book

11

dan hati, lantas mengapa tak kita percayakan hidup pada

naluri kemanusiaan ?

Mata (Tanpa) Hati Oleh Arief Kurniawan

Dimana letak hatimu, berada di sinikah?. Dengan apa kau lihat

dunia selain dengan mata?.Kepekaan rasa telah membuat

mata ini terlelap, hingga hatipun yang tiada melihat.Mata

hatimu seakan tiada melihat. Melihat diri sendiri saja tak

mampu, apalagi melihatku, melihat dunia, dan melihat apa

yang tak bisa dilihat oleh mata. Dunia sedang memenjarakan

aku, kamu yang melihat tanpa hati. Kenapa begitu?. Ohh,

bukankah hati sumber kebenaran yang memekakan telinga,

membutakan mata saat ia berbicara padamu “lakukanlah”.

Dengan yakin tanpa keraguan sedikitpun, apa yang dikatakan

hati seakan benar semua, sekalipun itu menyakitkan.

Karena merasa hampa dan karena merasa lelah hati untuk

menahan segala apa yang membelenggu. Apakah hati kita

kering kerontang atau sedang membeku, sehingga untuk

meluluh lantakan segalanya tinggal menuggu satu sentuhan

lembut yang menghancurkan.Dan inikah fenomena alam

dimana hati tidak bisa menjaga kita dari nafsu yang

membelenggu?

Mungkin itu yang membedakan, mana robot dan mana

manusia sesungguhnya.Robot bergerak sesuai perintah tanpa

Page 22: Bodoisme book

12

harus melilih mana yang benar dan salah.Mulailah, mata ini

melihat dengan mata hati.Lakukan dengan sebuah kebenaran

dari hati yang bersih tanpa nafsu. Dari hati yang dilandasi

keyakinan terhadap kebenaran yang mutlak, bukan

berdasarkan kebenaran tanpa alasan kita bisa menolaknya!!!.

Tidak Ada Peran Kecil di Dunia ini Oleh Yudistira Sapto Aji

Tidak ada di dunia ini orang yang mau dikatakan

pecundang.Setiap orang mencoba berbuat lebih untuk

hidupnya serta lingkungan sekitar mereka. Melakukan sesuatu

untuk diri sendiri atau orang lain selagi mempunyai tujuan itu

merupakan sebuah peran.

Berbuat remeh atau penting tidak kemudian itu membedakan

sebuah peran menjadi peran besar atau peran kecil.Sedikit

berbuat tidak berarti merupakan peran kecil karena sejatinya

tidak ada peran kecil di dunia ini.Selayaknya paku bentuknya

kecil dan nilainya mungkin tidak seberapa, tapi perannya

untuk sebuah bangunan rumah tidak bisa dikatakan kecil.

Begitu juga dengan tanggung jawab, tidak dapat kemudian

tanggung jawab itu diklasifikasikan menjadi tanggung jawab

besar atau kecil yang ada hanyalah tanggung jawab itu

sendiri tanpa embel-embel besar atau kecil. Sekecil apapun

anggapan orang terkait tanggung jawab yang kita emban tetap

Page 23: Bodoisme book

13

saja ketika tanggung jawab itu tidak dilaksanakan bisa menjadi

masalah besar.

Setiap manusia mempunyai tanggung jawab serta peran

masing-masing dan yang perlu manusia lakukan hanyalah

melaksanakan itu semua serta belajar untuk dapat memahami

sebuah peran dan tanggung jawab. Memahami peran dan

tanggung jawab orang lain yang terkesan remeh dapat

meningkatkan kebijaksanaan kita karena sesungguhnya saat

meremehkan orang lain itu sama saja seperti berlari dan tiba-

tiba kita menghentikan langkah kemudian mempersilahkan

orang lain yang sedang berjalan untuk melewati kita.

***

Selayaknya kita menyadari, bahwa tanggungjawab dan peran

punya sejuta makna yang patut untuk kita pelajari. Bila kita

sadar kita bodoh, kita tak akan mau mencemooh. Betapa

bijaksana adalah sesuatu hal yang sulit, tapi percayalah tak

ada pilihan lain selain daripada itu.

Page 24: Bodoisme book
Page 25: Bodoisme book
Page 26: Bodoisme book

14

Ada rasa pada setiap bumbu.Mendekati lezat, kuncinya hanya

satu, kita sentuh mereka dengan resep sempurna dan

menjaganya dalam balutan suasana bahagia.Kala semua

tersajikan, maka komentar bukan lagi urusan kita. Begitu juga

dengan semua karya yang ingin kita cipta, kata seorang

teman, kehidupan ribuan tahun mendatang akan dipenuhi

dengan orang yang hanya berbuat demi kepentingan bukan

lagi berlandaskan kebaikan. Hanya sebuah guyonan, tapi

layak untuk dijadikan renungan.

Sebuah monolog dengan diri sendiri mengatakan, lantas apa

yang akan kita dapat sebagai sebuah penghargaan?, karena

menyentuh karya berarti bicara soal harga yang pantas.

Entahlah, mungkin hanya orang-orang kapitalis yang paham

soal itu.Mari bicara soal monolog lainnya.Mereka bicara soal

karya dengan kegelisahan didalamnya.

Mereka Perfeksionis Menyebalkan Oleh Khilda Maulidia

Menjadi cermin untuk orang lain, adalah sebuah pilihan. Di

saat perjalanan pencarian kebenaran ini harus berbenturan

dengan kenyataan yang ada.Bisa jadi, saat ini menjadi

perfeksionis menyebalkan.Kemudian tak lama lagi menjadi

pragmatis. Ah..banyak diantara kita masih belum menemukan

aku. Aku, adalah diri yang berjalan menunjukkan adanya

manfaat untuk semesta.Belajar sabar, belajar syukur dan

Page 27: Bodoisme book

15

belajar ikhlas. Teorinya sederhana, yang dari hati akan sampai

ke hati. Jika hanya di bibir, hanya akan sampai di daun telinga.

Menjadi teladan, kemudian membiasakan kebaikan.

Selanjutnya diskusi kelompok dengan tambahan dinamika

informasi .Pembelajaran ini berlalu seumur hidup, tanpa jeda.

Sebab hanya dengan terus belajar kita akan menjaga

keseimbangan. Seperti mengayuh sepeda, berhenti

mengayuh artinya jatuh.Teruslah mengayuh agar tetap

berjalan. Tidaklah pantas kita akan menuntut orang lain

berubah, di saat kita masih enggan bergerak. Mulai mengubah

dunia dari diri kita, sebab kita adalah bagian penting dari

dunia.Begini pola berpikir seorang perfeksionis dengan gelar

menyebalkan.

Menjadi sadar, akan tanggung jawab peran kemanusiaan.

Yang menjalani tugas-tugas bagi semesta.Menempatkan

sesuatu pada tempatnya. Memenuhi peran penghambaan

pada sang Maha sejalan dengan upaya dalam menjalani

peran kemanusiaan. Semua terintegrasi. Dan hal ini sekarang,

menjadi asing di tengah dinamika kehidupan yang semakin

cepat menggilas apa saja yang tidak sejalan. Kita semua tahu

itu, mata kita mampu melihat dan telinga kita mampu

mendengar dengan baik.Hanya saja hati kita kelu bila harus

berkompromi dengan keadaan dan mentolerir idealisme.

Mereka bilang, hanya perfeksionis menyebalkan...

Page 28: Bodoisme book

16

Logika Hati Oleh Khilda Maulidia

Perasaan ini memiliki logika sendiri, berbeda dengan logika

rasional.Sebab logika hati berjalan pada nilai

kebaikan.Kemudian logika rasional berjalan pada nilai

kebenaran.Kini, coba kita ambil jeda sejenak.Menilai di logika

mana kita bergerak? Atau justru logika rasional dan logika hati

ini hanya menjadi penghias... Logika rasional kuat dalam

memberi sistematika.Logika hati kuat dalam memberi

rasa.Dan kita diminta untuk dapat mensinergiskan

keduanya.Agar kita belajar dari hujan.

Hujan... Meredakan letih, menyanyikan riang dan

menarikannya bersama. Yang ku tahu hanya jingga mu,

duduk di samping biru ku. Terima kasih untuk rasa tanpa kata,

dengan hujan aku ingin tenang sejenak.

Dari hujan kita belajar menyelaraskan logika rasional dan

logika hati. Diantara jingga matahari dan biru langit, kemudian

hujan akan memberi kita kesempatan memahami. Dengan

hujan, banyak tumbuhan dan hewan yang merindukannya.

Walau di tepi belahan bumi lain harus sedih karena hujan. Dari

hal itu, kita memahami betapa semesta ini ikhlas memuji

penciptanya.Tak pernah terbesit untuk mengeluh apalagi

protes. Logika rasional memberi kesempatan kreatifitas kita

menghadapi hujan dengan cara gagah. Kemudian logika hati

Page 29: Bodoisme book

17

menyempatkan kita memahami makna dan hikmah dalam

setiap jalan yang dilaluinya.

Bimbang Oleh Lily Retno Anggraeni

Apakah benar bahwa awal dari semua hal adalah nol?Apakah

benar bahwa awal dari semua hal adalah ketidaktauan?

Namun terlepas dari itu semua, suatu hal akan bermula ketika

kita berani untuk memulai sesuatu. Belum lama ini aku

merasakan sebuah kekecewaan, kebimbangan, keraguan dan

ketakutan akan suatu hal yang akan terjadi di masa yang akan

datang. Sebuah keputusan yang diambil tanpa pertimbangan

yang matang seringkali berdampak kurang baik.Dan ini

mungkin yang sedang kurasakan sekarang.

Kini, aku merasakan ada yang berubah.Dalam diriku, orientasi

hidup. Hidupku kini seakan mulai terombang ambing dalam

gelombang situasi bahkan kini aku tak mampu meraba apa

yang akan aku lakukan di kemudian hari. Ku selalu mencoba

memetakan dan menata kehidupanku.Entah, kemudian

menjadi kabur, yang ada hanyalah bayang-bayang layaknya

bayang di senja hari.

Di usia yang secara biologis telah memasuki fase dewasa,

akupun mulai kebingungan mencari arah, mencari sisa-sisa

semangat yang masih melekat. Dan akupun bertanya, mau

kemana kau?Banyak hal yang ingin kau lakukan namun kau

Page 30: Bodoisme book

18

tak pernah FOCUS pada salah satunya. Jawabku “ aku lelah

dengan semua ini, aku tak mampu melakukan semua ini

sendiri, aku butuh seseorang yang mau membimbingku,

mengingatkanku dikala aku lalai,dan menasihatiku.

Oh Tuhan, aku merasa berdosa pada kedua orang tuaku,

kepada keluargaku. Mereka mengharapkan aku untuk

lebih.Aku yang diyakini mampu mengangkat harkat dan

martabat keluarga. Lalu?Apa yang telah aku lakukan? hanya

membuang buang waktu, uang, tenaga dan kesempatan yang

aku miliki.

Oh Tuhan, aku mengaku tak durhaka pada mereka namun di

balik semua itu, diri ini kosong. Hanya sok pintar saja

mungkin.

Ya Allah, entah mengapa kini aku tak lagi mudah untuk

menangis bahkan sekedar bersujud padamu.Mungkinkah air

mata ini telah mengkristal bersama dengan gumpalan dosa-

dosa yang tak sadar telah aku lakukan?

Well, hanya keinginan kuat untuk berubahlah aku mampu

melewati ini semua. Yang lalu jadikan pelajaran yang berarti.

Insya Allah ;)

Kau tahu? Allah hanya akan menolong orang-orang yang

bersungguh-sungguh.

Page 31: Bodoisme book

19

Great Expectation Oleh Emir Joesdi

Sejak kecil setiap orang punya cita-cita. Sekarang setelah

melewati masa kecil, masih kita punya cita-cita?.

Pertanyaan itu menggelitik saya, ketika banyak teman-teman

saya, dari usia belasan hingga kepala dua, menjawab tidak

punya jika ditanya cita-citanya. Padahal, sejak kecil kita

terbiasa meminta dan menginkan hal-hal yang baik dan

kenyamanan.Minta duit karena ingin mendapatkan sesuatu

dan hidup mewah kepada orang tua.Cita-cita kita masa itu

sungguh luar biasa dan mulia. Ingin jadi Dokter untuk

mengobati orang lain, Guru untuk mencerdasakan anak

bangsa, Insinyur untuk membawa orang-orang di sekitar kita

berkeliling dunia. Namun, semakin dewasa langkah-langkah

untuk mencapai cita-cita itu seolah sirna dimakan usia.

Perilaku korup, tak peduli pada orang lain, bahkan pesimis

menatap masa depan.

Teringat masa kecil dulu, bukan berarti kita harus kembali

menjadi kanak-kanak.Namun, hanya sekadar merefleksikan

bahwa ketika berani bermimpi, harus berani pula bangun dari

mimpi dan mulai melangkahkan ke arah pencapaian.Kalau

memang ketika terjatuh kita masih bisa bangun, bukan berarti

kita merelakan kita terjatuh kembali. Hidup akan lebih berarti

ketika kita sadar bahwa hidup tanpa pengharapan sama saja

dengan kehampaan.Kita yang hidup sekarang, disadari atau

Page 32: Bodoisme book

20

tidak, bukan berarti tanpa motivasi dan semangat hidup. Saya

berkeyakinan bahwa, seseorang akan memperjuangkan

hidup, jika ia tau alasan untuk apa ia hidup. Lantas, sudahkah

kita memulai setiap langkah, dengan great expectation

(pengharapan besar) demi masa depan ?

Belajar dari kesederhanaan Oleh Emir Joesdi

Apakah yang lebih menyenangkan, dibandingkan dengan

kebahagiaan dan kenyamanan ?

Setiap perjalanan hidup jika diresapi, memiliki makna

tersendiri.Kebahagiaan dan kenyamanan sejati tidak begitu

saja turun dari langit. Semuanya tentu membutuhkan proses

yang panjang dan melelahkan. Seorang anak raja sekalipun

masih membutuhkan kasih sayang dan cinta jika kehidupan

mewahnya hanya dipenuhi harta, tahta, dan wanita

penghibur.Penyair pun juga begitu, di tengah kesunyiannya

membutuhkan keramaian orang-orang kecil yang penuh canda

tawa. Sama halnya seperti hidup dikebisingan dan kesibukan

Kota, membuat kita rindu akan suasana desa yang asri dan

nyaman.

Ketika daun-daun jatuh berguguran, air mengalir sampai ke

laut, angin berhembus melewati lorong-lorong, burung-burung

berkicauan, matahari dan bulan yang silih berganti, semua itu

adalah makhluk yang coba menjelaskan arti

Page 33: Bodoisme book

21

kehidupan.Semuanya berpola dengan alami dengan

teratur.Namun, manusialah yang mengacaukan

keseimbangan alam tersebut.Kerakusan dan kebiadaban

manusia, membuat teman menjadi lawan. Cobalah kita

perhatikan sejenak saja, secara sederhana, apa arti

kehidupan jika hanya saling membunuh dan memakan

?Berpikir sederhana bukan berati kita tak punya apa-

apa.Hanya saja, kita sering terperasuk dalam perangkap

ambisius buta.Ingin ini dan ingin itu tanpa batas. Belajar dari

kesederhanaan alam, akan membuat kita merasa semua

makhluk bagian dari kehidupan. Belajar dari orang lain, siapa

pun, akan menjadikan kita menghargai kehidupan. Lantas,

mengapa kita belum memulai belajar dari kesederhanaan?

Monolog Oleh Arief Kurniawan

Kata mereka, saya ini pendiam, kata mereka saya ini bodoh,

kata mereka saya ini tak pernah peduli. Lalu apa lagi?.Hanya

segala kurangku saja yang dilihat, setelah itu menyalahkanku

habis-habisan dan menghakimiku. Ahh, maumu ini apa?.Saya

bisa saja menjadi yang mereka, mereka, dan mereka

inginkan.Sudahlah, saya juga seperti ini adanya. Mereka

hanya sekedar meyelami sesuatu tentang apa yang

seharusnya saya lakukan, tak pernah inginn tahu apa yang

Page 34: Bodoisme book

22

sebenarnya saya rasakan. Terimakasih perhatiannya,

terimakasih kepeduliannya, semua saya anggap positif.

Sedikit berbagi cerita dari sebuah perjalanan di kota yang luar

biasa ini, di sepanjang jalan Malioboro, banyak yang

mengenal arti kepedulian dari saling percaya dan berbagi.

Para pedagang kaki lima selalu meitipkan barang dagangan

pada kawan seperjuangan hidup saat tubuh membutuhkan

istirahat, saat ingin beribadah dan berdoa demi keberuntungan

dagangnya. Lihatlah, berapa banyak orang yang peduli

terhadap kita, adalah tanda sebuah rasa percaya pada diri

kita. Tanpa harus melihat apa yag ada di pundak kita saat ini.

Coba bayangkan, bagaimana bila masing-masing dari kita

sudah tidak dipercaya lagi, siapakah yang akan peduli

terhadap kita. Dan ternyata, saling percaya membuat

semuanya tergerak untuk saling peduli.Jangan bayangkan

bahwa dunia ini tidak ada orang yang peduli.Huffftttttt, itu

karena kita sudah tak saling lagi memberikan kepercayaan

untuk saling percaya terhadap sesama.

Senyum, dan terseyumlah. Setidaknya senyuman itu bisa

membuat orang lain juga tersenyum. Sederhana bukan?.Dari

hal sederhana bisa menjadi yang luar biasa, dari yang tidak

memiliki makna, kini lebih bermakna dibanding apapun yang

ada. Keberadaan kita saat ini, bisa lebih bermakna, saat apa

yang ada kita anggap bermakna walau dari sudut padang

yang berbeda. Dan bagaimana caranya agar kita mejadi

Page 35: Bodoisme book

23

bermakna?.Mudah saja, jangan pernah berfikir untuk menjadi

bermakna bagi banyak orang.

Berlayar Oleh Arief Kurniawan

Masih ingatkah tentang sebuah film yang sangat fenomenal di

abad ini, film “Titanic”.Kapal terbesar yang pernah ada di abad

ke-20.Membawa penumpang sekitar 1500 orang.Tetapi, kapal

itu kandas ditengah samudera atlantik pada pelayaran

perdananya setelah menabrak bongkahan es. Padahal kapal

ini dilengkapi dengan tekologi maju yang membuat orang

percaya bahwa kapal ini tak akan tenggelam. Dengan

kemewahan di atas kapal, membuat para penumpang merasa

begitu nyaman dan merasa bahwa sedang tidak berlayar.

Tanpa tersadar bahwa suatu saat nanti, merekapun akan

memilih untuk tetap hidup walau kematian sudah di depan

mata.

Tanpa harus meaiki kapal Titanic pun, kita semua sedang

berlayar.Dengan membawa cukup bekal agar semua berjalan

mulus. Berlayar melewati samudera, sama dahsyatnya

dengan berlayar mengarungi hidup ini. Dan pada detik waktu

tertentu, kita harus melompat ke dalam samudera yang

namanya kepastian.Semua berjalan dengan pasti, hanya saja

keterbatasan kita untuk menembus badai dan gelombang di

laut kehidupan, seakan semuanya tidak pasti. Masih

Page 36: Bodoisme book

24

bingungkah atau masih belum sampai pada

tujuankah?.Berlayar sejauh apapun, tujuan itu tetap satu, yaitu

mecapai tujuan.Dan yang menunggu kita juga hanya satu,

yaitu “kematian”. Sesuatu yang pasti terjadi dan akan

dirasakan oleh kita yang masih bernafas.

Semua seakan menakutkan, melawan rasa takut dengan

sedikit rasa ketakutan itu, membuat keberanian itu hadir dalam

sebuah kepastian yang tidak ada lawannya. Ketakutan

apalagi yang hadir dalam benak kita saat ini, dan ingatlah, kita

sedang berlayar menuju satu tujuan, yaitu meuju

“kematian”.Berlayar dengan membawa cukup bekal untuk

mecapai tujuan.Ketahuilah, sesuatu yang sudah pasti,

kematian yang menghantarkan kita kepada kehidupan yang

abadi.

Selembar Plesir Oleh @DekLestari

Sementara di kertas gambar ini kupacu pena yang semakin

tua, mencari sosok kedamaian di Plesir tujuan. Selatan yang

kutemui mulai berawan membentuk suatu gugusan baru,

walaupun baru kupercaya awan tidak pernah berdalih pada

angin.

Di Plesir aku mulai merenung dan sangat suka rasanya,

hingga pemikiran sehari-hari di kehidupan mulai hilang satu -

Page 37: Bodoisme book

25

persatu di kepala, tetapi menghilangkan warna matanya

adalah suatu kesalahan terbesar.

Di Plesir aku bisa berfikir damai kenapa aku sampai di tempat

ini, untuk apa semua itu ?apa harus tampil oke, berdasi

dengan kerah rupawannya? Atau kesadaran yang membuat

semua itu?Tetapi kesadaran yang mana?padahal

perbandingan tentang filsafah nenek moyang juga tidak kalah

baiknya dengan dasi kupu - kupu.

Di Plesir aku juga berdamai dengan anginnya yang menghulu,

menghulu saling bertautan diantara pasir saat itu. Padahal aku

masih ingin memandang senja akan tetapi aku harus kembali,

kembali pulang, memulangkan warna matanya, akan tetapi

aku baru sadar bahwa diri telah kehilangan teman hidup.

Sembari menunggu teman hidup kembali di pangkuan janji,

mulai jenuh mengingat cerita imaginasi yang ada di kepala,

imaginasi sadar tentang aku yang tidak bisa berdamai di Plesir

untuk kali ini.Namun aku memahami sesuatu, bahwa

kesementaraan itu adalah sesuatu yang abadi pada kertas

gambar ini dan tentang kebodohanku melupakan warnanya.

Setingkat Mimpi (Semoga lebih baik) Yudistira Sapto Aji

“Semoga lebih baik” kata-kata itu sering kita terdengar dari

sebuah ucapan selamat. Sebuah kalimat abstrak yang bahkan

saat diminta untuk mendeskripsikanpun orang bingung

Page 38: Bodoisme book

26

menjawabnya. Kalimat yang mengandung sebuah doa dengan

pengharapan yang tinggi, namun bagaimana Tuhan akan

mengabulkan? sementara kalimat yang diucapkannya itu

kurang jelas mengenai apa yang diinginkan, “lebih baik yang

seperti apa yang dimaksud?”. Andai saja yang “lebih baik”

adalah tercapainya sebuah mimpi, mimpi apa yang

diharapkan? Lagi-lagi Tuhan dibuat bingung.

Berbicara mengenai mimpi, wajar saja setiap manusia

mempunyai banyak impian dan pengharapan.Hidup

berkecukupan harta serta banyak cinta menjadi dambaan

sedikitnya sejuta orang di dunia, hal ini menjadikan manusia

senantiasa berlomba-lomba untuk meraihnya.Nah, tinggal

bagaimana caranya?Setiap orang mempunyai pilihan jalan

masing-masing. Baik buruk disini bukan menjadi patokan

dunia namun hasil-lah yang akan menentukan, iya memang

saat kita menggunakan jalan yang sesat ini artinya menjadi

tidak berkah, tapi dunia tidak mengenal itu melainkan siapa

yang disebut berhasil dialah yang berpengaruh. “Tapi banyak

juga ko yang menggunakan cara-cara baik dia bisa berhasil!”

Begitu kata seorang sahabat, saya “Iiiyaaa, memang benar

begitu adanya dan itu yang saya sarankan, menggunakan

cara baik untuk meraih keberhasilan,he”.

Sebelum berbicara mengenai teraihnya mimpi, keinginan atau

keberhasilan terlebih dahulu perlu kita berbicara mengenai

cara untuk meraihnya, “proses” begitu kata orang. Proses bisa

Page 39: Bodoisme book

27

diibaratkan sebuah perjalanan yang dimana ada jelas

tujuannya dan seharusnya sudah jelas juga alat transportasi

apa yang digunakan serta kapan kita sampai pada tempat

tujuan. Seyakin-yakinnya kita tentang pentingnya proses tapi

tanpa kita tahu alat transpotasi yang digunakan, tempat tujuan

itu hanya sekedar mimpi (dalam arti sebenarnya) begitupun

saat kita tidak tahu kapan kita sampai, hal ini benar-benar

menjadikan tempat tujuan hanya sebagai khayalan, terlebih

lagi bagi orang yang tempat tujuannya saja tidak tahu. Masih

yakin proses itu penting? Kalau saya, masih.

Keinginan adalah sumber penderitaan, kata-kata ini lah yang

senantiasa terngiang dalam benak saya.Sebuah kalimat

bermakna ambigu yang bisa berdampak besar bagi orang

yang meyakininya.Kalimat yang bisa saja membuat orang

enggan mempunyai keinginan karena takut menderita, namun

bisa juga dimaknakan karena takut menderita dan sudah

terlanjur mempunyai keinginan maka ini menjadi tantangan

untuk segera mewujudkan keinginan agar tidak menderita.

Namun bagi saya keinginan akan menjadi sumber penderitaan

apabila keinginan kita tidak realialistis serta keinginannya ingin

dalam satu waktu terwujud semua. Seorang guru pernah

mengajarkan kepada saya bagaimana cara mencapai

keinginan yang besar agar tetap realistis untuk dicapai.

Caranya adalah dengan memotong keinginan-keinginan yang

besar itu menjadi beberapa bagian kecil, maksudnya apabila

Page 40: Bodoisme book

28

diibaratkan keinginan atau mimpi itu puncak gedung 10 lantai,

untuk mencapainya tentu kita harus menuju kelantai 1 terlebih

dahulu selanjutnya 2, 3, 4 dan seterusnya. Apabila kita punya

impian besar berpenghasilan 100 juta perbulan, kita perlu

memotong impian kita terlebih dahulu menjadi 5 juta per

bulan, apabila sudah tercapai akan lebih mudah kita untuk

meningkatkan mimpi kita untuk berpenghasilan 7 juta

perbulan, selanjutnya 10 juta perbulan juga menjadi hal yang

ringan karena hanya memerlukan sedikit tambahan energy

bekerja dan bukan tidak mungkin 20 juta perbulan dapat

dicapai dengan ringan, begitu seterusnya.

Dari cerita guru diatas akhirnya saya mendapat pelajaran

dimana ternyata berpikir realistis itu mengurangi beban

penderitaan sehingga sering saya berdoa “semoga saya satu

tingkat lebih baik dari saya sekarang”

***

Menjadi diri sendiri berarti membentuk warna ditengah ribuan

warna kehidupan.Alangkah menyenangkan bila bicara soal

keindahan warna sendiri sambil menikmati warna lainnya

tanpa mencelanya.kewajiban kita menyampaikan, biar

kehidupan terasa lezat, biar Tuhan yang berikan mukjizat.

Page 41: Bodoisme book
Page 42: Bodoisme book
Page 43: Bodoisme book

29

Tanah basah dibulan februari.Kita berdiri diatasnya.Hujan ini,

telah membuat banyak manusia berlari, menyenangi diri

mereka sendiri.Ketika kita tak cukup tenaga untuk berlari, jalan

lainnya adalah kita menikmati bekas bau matahari.Ini bukan

soal kebahagiaan bukan? Tapi tentang kesempurnaan, akan

kulakukan tugasku sebagai manusia yang diberi hujan. Lalu

hujan selesaikan tugasnya sesuai apa yang dia inginkan.

Maka sempurnakanlah peranmu, entah sebagai bapak yang

menjemput anak perempuannya di stasiun di malam hari, ibu

yang memberikan asi hingga religi pada buah hati, atau

sahabat yang beri pundak saat kepalanya terasa berat. Peran

kita adalah penyempurna, seperti penggalan mozaik itu. Kita

bisa saja bahagia tanpa jadi penyempurna, hanya saja akan

jadi titik hampa.

MUSUH SAUDARA Oleh Atikah Hanum

Musuh dalam persepsi kita biasa diartikan sesorang atau

sekelompok orang yang berbuat sesuatu hal sehingga kita

merasa terganggu, tersakiti, dirugikan.Sedangkan saudara

adalah semua orang yang kita merasa nyaman berada

didekatnya.Dan saudara itu tidak terbatas hanya dengan aliran

darah.

Musuh dan saudara memiliki perbedaan yang jelas.Musuh,

kita cenderung berperasaan negatif seperti benci, marah,

Page 44: Bodoisme book

30

dengki, saling mencurigai, dan pastinya selalu berprasangka

buruk terhadapnya.Sedangkan terhadap saudara kita

cenderung berperasaan positif seperti sayang, mengalah,

ikhlas, saling membantu dan berprasangka baik.

Ada satu fakta berkenaan dengan musuh dan saudara, yaitu

saat mereka menyakiti kita.10 dari 10 orang berpendapat

bahwa disakiti saudara itu lebih sakit daripada disakiti

musuh.Mengapa hal itu bisa terjadi, karena saat itu kita

mengalami dilema perasaan yaitu sayang melawan benci,

yang itu membuat kita semakin merasa tersakiti.Oleh karena

itu, teman, jagalah hati orang-orang yang menyayangi kita

agar tidak tersakiti oleh laku kita.

SAHABAT Oleh Atikah Hanum

Seseorang yang selalu ada saat kita senang maupun susah.

Ikhlas memberi tanpa berharap kita membalasnya.

Sahabat tak pernah lelah mendampingi kita, tak pernah lelah

memberi semangat dan motivasi untuk kita. Walaupun

terkadang kita tidak mendengarkannya, namun ia akan tetap

melakukan itu dengan tulusnya.

Satu hal yang paling unik dari sahabat adalah ia akan berkata

salah kepada kita saat kita salah, namun bukan berarti dia

tidak berpihak pada kita, dia akan selalu dipihak kita dan ia

berusaha agar kita bisa saling memperbaiki diri. Terus kalau

sahabat yang membiarkan dan justru membenarkan

Page 45: Bodoisme book

31

sahabatnya yang berbuat salah, apakah itu juga

sahabat?silakan teman-teman jawab sendiri ya.

RASA INFERIOR KITA OlehMuhammad Farid Salman Al Farisi RM

Budaya yang berkembang di Indonesia saat ini bukanlah

budaya yang telah kita warisi semenjak zaman Nusantara

dulu.Tetapi budaya yang berasal dari suatu kawasan tertentu

yang bersifat transnasional dimana sebagian besar sangat

jauh dengan nilai-nilai kultural milik kita. Misalnya dari segi

musik, K-Pop dan Western Music sudah sangat melenakan

anak muda, bahkan sampai ada yang mengidentifikasikan diri

dan jenis musiknya dengan musik-musik tersebut, sehingga

muncullah photocopy dari jenis-jenis musik asing itu beserta

variannya. Alhasil, alunan gamelan, pertunjukan wayang ,

angklung, saluang, kecapi dan jenis musik tradisional khas

Indonesia lainnya semakin hari semakin jarang kita jumpai.

Berdasarkan kondisi kultural Indonesia diatas, secara

psikologis penulis melihat adanya semacam inferioritas, yaitu

perasaan rendah diri terhadap sesuatu yang dianggap lebih

dari pada yang kita miliki, dalam diri bangsa Indonesia

khususnya anak muda. Karena yang dianggap gaul dan keren

adalah hal yang sedang nge-trend didunia seperti jenis musik

yang telah dibicarakan diatas. Sehingga ada kebanggaan

tersendiri ketika mengikuti tren tersebut. Mungkin, kalau kita

ditanya mengenai jenis kesenian apa yang disuka lalu kita

Page 46: Bodoisme book

32

menjawab dengan alunan kecapi atau nonton wayang,

barangkali kita akan dikira tidak gaul, jadul dan sejenisnya.

Dengan demikian, kultur Indonesia secara tidak langsung

sudah terjajah.

Faktor utama dari inferioritas ini adalah kontak antar budaya

yang sudah tidak dapat dielakkan lagi. Dalam kontak tersebut

manusia bisa menjumpai budaya yang dinilainya lebih menarik

dan lebih tinggi dari pada budaya yang diwarisinya.Apalagi

dalam konteks dunia saat ini dimana batas-batas negara

seakan-akan tidak ada (borderless country). Hal ini ditandai

dengan arus informasi yang sedemikian cepatnya bergulir,

melintasi batas ruang dan waktu, sehingga hal apapun yang

baru terjadi, ditemukan atau ditampilkan disuatu negara akan

dengan cepat sampai di negara lainnya diseluruh dunia.

Didalam proses kontak antar budaya, terutama yang

ditampilkan lewat berbagai media, terdapat proses penyajian

budaya yang dilakukan secara berulang meskipun dalam

kemasan yang berbeda. Misalnya suatu kali adegan

berpelukan ditempat umum di tampilkan lewat sebuah film.

Kemudian pada film yang lain, adegan serupa ditampilkan lagi,

lalu pada sebuah video klip musik, selanjutnya pada majalah

remaja dan begitu seterusnya. Pengulangan (repetition)

secara terus menerus seperti ini untuk kali pertama akan

menimbulkan kesan bahwa hal itu tidak dapat diterima karena

memang tidak sesuai dengan kultur yang dimiliki Indonesia.

Page 47: Bodoisme book

33

Namun setelah dialami beberapa kali mulai timbul perubahan

kesan; alangkah romantisnya adegan itu.Lalu terciptalah suatu

formasi persepsi pada otak, bahwa adegan yang demikian

merupakan hal yang biasa ketika orang bermadu kasih. Ketika

telah terbentuk persepsi seperti ini, maka yang bersangkutan

akan terdorong untuk melakukan hal yang sama. Proses yang

sama juga berlaku terhadap hal lain, seperti pakaian, tarian,

makanan dan lain sebagainya.

Hal lain yang terjadi akibat kontak budaya melalui media

adalah rasisnya manusia Indonesia terhadap dirinya sendiri.

Dalam iklan-iklan produk kecantikan dilukiskan secara tersirat,

bahwa yang cantik itu adalah perempuan yang berkulit putih,

tinggi dan bertubuh langsing serta berambut lurus.Demikian

pula pada laki-laki, bahwa yang dinilai ganteng adalah berkulit

putih, berdada bidang, tinggi dan macho serta kalau bisa yang

berhidung mancung.Padahal rata-rata kulit orang Indonesia

adalah sawo matang dan kuning langsat serta ada pula etnis

yang rambutnya keriting semenjak lahir, sedangkan yang

ditampilkan dalam iklan adalah bintang yang telah dipoles

sedemikian rupa atau bintang yang blasteran sehingga berkulit

putih, berambut lurus dan seterusnya.Akibatnya berlomba-

lombalah kaum muda Indonesia mempercantik dirinya dengan

produk yang ditawarkan, tanpa mengkritisi konten dan maksud

iklan terkait.

Page 48: Bodoisme book

34

Paparan diatas menunjukkan bahwa rasa inferioritas bangsa

Indonesia sekarang, khususnya para pemuda, merupakan

kenyataan yang mesti disadari.Mesti ada usaha-usaha kultural

maupun politis untuk meningkatkan kecintaan masyarakat

terhadap budayanya sendiri.Selain itu hal yang harus sangat

diperhatikan adalah bagaimana usah-usaha untuk

menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsa dan budaya

sendiri.Hal-hal yang demikian diperlukan untuk mempertinggi

rasa percaya diri kita sebagai suatu bangsa ditengah – tengah

gempuran budaya asing.Sehingga kita bisa menampilkan diri

tanpa harus merasa inferior apalagi rasis terhadap diri kita

sendiri.

Menjadi peduli Mega Firmawati Lasinta

Sebuah diskusi kecil-kecilan pernah terjadi.Tentang kekerasan

terhadap perempuan yang hari ini kian marak

terjadi.Mengingat angka kekerasan terhadap perempuan di

Indonesia sangat tinggi, pemerhati perempuan baik secara

personal maupun lembaga berusaha melakukan upaya

pencegahan tindak kekerasan tersebut.Pemberdayaan

perempuan itu sendiri (sebagai korban) tentu adalah poin

penting.Namun, pelibatan laki-laki dalam penghapusan

kekerasan tersebut bukanlah hal yang dapat diabaikan.

Page 49: Bodoisme book

35

Kekerasan bagaikan siklus, dialami seseorang sejak ia lahir

hingga ia mati. Berbagai bentuk kekerasan sangat bervariasi

tergantung pada lingkungan mana ia berada, pada usia

berapa ia, dan kondisi-kondisi lain yang rentan akan

kekerasan itu sendiri. Oleh karena siklus yang terus bergulir

tersebut, laki-laki yang pada faktanya lebih banyak ditemukan

sebagai pelaku kekerasan, perlu menyadari bahwa perannya

dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan

sangatlah penting.

Menjadi laki-laki peduli adalah salah satu poin yang dapat

memutus rantai kekerasan.Peduli bahwa perempuan adalah

partner, dalam ranah apapun (domestik ataupun publik).Peduli

dengan tidak menempatkan perempuan pada posisi yang

inferior, dan dirinya (laki-laki) berada pada posisi superior.

Berhutang Pada Ucapan Oleh Nurdani Prastity

Pernah ada pada suatu saat kutemui anak-anak muda ramai

diperbincangkan.Mereka mendesain sendiri rumah mereka,

tempat dimana seluruh rakyat menggantungkan tiap harinya

pada keputusan-keputusan, pada hukum-hukum yang ada,

atau pada rapat-rapat.Berteriak lebih disukai, karena

asumsinya suara teriakan akan lebih mudah terdengar.

Ada pada suatu waktu, aku temui sekumpulan anak muda

yang kalem membicarakan rumah mereka yang sama, buku-

buku adalah kawan sejati mereka, ruang-ruang diskusi adalah

Page 50: Bodoisme book

36

aksi-aksi mereka. Bukan turun ke jalan, bukan berteriak.

mereka mengabadikannya dalam buku-buku, koran-koran,

atau hanya sekedar di blog dan web.

Tak hanya itu, akupun menemui segerombolan anak muda

yang eksis melalui demo-demo mereka. bagi mereka,

perubahan adalah melawan, perubahan adalah menghujat,

perubahan adalah kekerasan.

Kita memiliki ribuan cara, namun kita memberi judul "dengan

tujuan yang sama". kita tidak membicarakan kesalahan dan

kebenaran. sebab mugkin kebenaran akan menjadi banyak

pengertian karena dilihat dari sudut yang berbeda-beda.

Kita sering memperbincangkan pendidikan dan orang terdidik,

membicarakan intelektual dan orang intelek, tapi kita jarang

memperbincangkan islam, sedangkan kita muslim. Islam

seperti legalitas atas ucapan-ucapan kita, islam sebagai

stempel atau fungsinya tak lebih seperti tanda tangan diatas

materai. Bukan kita tak pernah memperbincangkan islam, tapi

jarang sekali menyinggung soal muslim.

Padahal muslim dan budaya inelektual, tak terpisahkan.

Muslim dan perubahan tak tercecer. Mereka satu, dan

menyatu. tergantung bagaimana kita biasa menggunakan

keduanya, lalu kita katakan kita sudah cukup

membicarakannya.

bukankah, apa yang terjadi sesuai kehendak Allah?.

Page 51: Bodoisme book

37

Lalu, seberapa dekat kita dengan Allah, sehingga suara dan

aksi kita layak untuk dikabulkan?. Ini adalah hutang, tiap kata

dan kalimat, opini, juga kritikan, adalah hutang yang harus

dilunasi. Negara dan Agama bukan tempat berhutang kita

tentang ini, tapi diri kita sendiri.dan kewajiban kita. Sebab

tindakan lebih keras dari sebuah ucapan. Maka tampaknya

sekarang, kita sedang memiliki banyak hutang atas ucapan-

ucapan kita.

Seberapa banyak waktu kita luangkan untuk menunaikan hak

Allah atas kita, dibanding hak orang lain atas kita?.Semuanya

berkorelasi positif, tak bisa compang-camping. Sederhanakan

dan lakukanlah dengan adil, bukankah kita sering

mengkonsepkan keadilan ? maka setidaknya kita mampu

menjalankan keadilan untuk diri kita sendiri.

Dan akhirnya, tersenyum adalah cara adil menerima kritikan.

Perempuan dalam Siluet Rasa

Oleh Khilda Maulidia Perempuan hadir bukan sebatas penghias taman. Atau

mereka bilang hanya pelengkap.Banyak perempuan

membuktikan kiprah perjuangan dalam menegakkan

kebenaran dengan kuatnya hati yang mereka miliki.Kuatnya

hati terbentuk dari latihan terus-menerus.Bukan instant

seketika menjadi pejuang.Perempuan terlatih dengan olah

Page 52: Bodoisme book

38

rasa yang membantu pergerakan.Perempuan punya andil

besar dalam membibit jiwa pejuang. Menempa kaca dengan

api dan membakar emas dengan api.

Terlahirnya orang-orang besar dari rahim perempuan

pejuang.Memperjuangkan nilai-nilai idealitas kenabian

membawa dalam ruang realitas.Air mata perempuan

terpancang teguhnya asa pada tiap langkahnya.Perempuan

dalam siluet rasa ku sebut bunda.Tempat kepala berteduh dari

sengat dunia yang tanpa ampun mengejar siapa yang

lemah.Perempuan menempati ruang tersendiri dalam

juangnya.Mendukung dan melengkapi sayap laki-laki. Tanpa

perlu repot kita akan memahami, bunda menjadi sandaran

kita.

Tulisan perempuan ini bukan semakin meruncingkan

kesetaraan gender, hanya ingin membagi.Bahwa perempuan

hadir sebagian bagian lain dari laki-laki.Berjalan beriring,

walau terkadang berbeda pandangan. Peran perempuan tidak

38ias begitu saja digantikan. Perempuan tetaplah

perempuan.Menjadi tulang rusuk untuk menguatkan tulang

punggung.

***

Seorang anak pernah bertanya pada ibunya, mengapa kau

melahirkanku tanpa terlebih dahulu meminta ijin kepadaku?.

Itu karena, jawab si ibu, kehadiranmu adalah penyempurna

kebahagian ku dan orang lain. Everything happen for a

Page 53: Bodoisme book

39

reason. Itulah alasan mengapa Tuhan tak menciptakan

makhluk yang sempurna.