PENGUKURAN JARAK :

DITINJAU DARI ALAT

SECARA LANGSUNG SECARA TDK.LANGSUNG

DENGAN PITA UKUR JARAK OPTIS

JARAK LANGSUNG

PADA BID. DATAR PADA BID. MIRING

1.GARIS LURUS TANPA RINTANGAN A Dab B

A d1 d2 d3

BDab = d1 + d2 +d3

2.YANG DIUKUR SALING TIDAK SALING TERLIHAT :

12

3

45

A 6 B

MELALUI PERBUKITAN :

Dab = d = d1 + d 2 + d3 + d4 + d5 + d6

d3d2 d4 d5 d6

d1

A B

3.GARIS DENGAN RINTANGAN

A. GARIS BANTU DENGAN SUDUT SIKU-SIKUB. GARIS BANTU BERSUDUT SAMA

JARAK DATAR DAPAT JUGA DIPEROLEH DENGAN KONVERSI JARAK MIRING :

B S = JARAK MIRINGDab= JARAK DATAR

S t = BEDA TINGGI A-Bt m = SUDUT MIRING

g g = KEMIRINGAN(%)m c = KOREKSI

A C

Dab = S . COS M Dab = V S^2 – t^2 = S – (t^2/ 2S) = S – c

KOREKSI YG.HARUS DIKURANGKAN DARI JRK.MIRING TERUKUR (c)

NB: B ILA KEMIRINGAN DAERAH < 10% DAN S < 100 mBERLAKU D = S ( 1 – 0.0005 g^2)

JARAK TIDAK LANGSUNG (OPTIS)

PENGUKURAN JARAK OPTIS PRINSIPNYA BERDASARKAN PEMECAHAN PADA SEBUAH SEGITIGA SAMA KAKI.PENGUKURAN JARAK OPTIS DIBAGI 2 :

1. BASIS KONSTAN

D = ½ b.cot ½

b/2 b = KONSTAN½ = SUDUT PARALAX YANG ½ DIUKUR (SDT. DATAR)

b/2

2. BASIS VARIABEL (METODE STADIA)

D = ½ S. cot ½ S = JARAK DIUKUR

½ = SUDUT PARALAXS YANG KONSTAN

½

METODE PENGUKURAN JARAK OPTISMETODE TANGENSIAL :

` BS S = AB

A ATAUh S = BE – AE

Q

O EV V = D tan

t dh dh = t + V - h = t + D tan - h

P

D

BE = D tan CE = D tan S = D ( tan - tan ) D = S / ( tan - tan )D = JARAK P DAN QT = TINGGI ALATS = SELISIH BACAAN RAMBU ( BA – BB)dh = BEDA TINGGI ANTARA P DAN Q

BA

BT

BB

KESALAHAN PENGUKURAN JARAK :

1. KESALAHAN KARENA MANUSIAa) KESALAHAN MENGIRAb) KESALAHAN MEMBACA

2. KESALAHAN KARENA ALATa) KESALAHAN ALAT UKUR PITA KARENA SUDAH LAMA

OLEH KARENA ITU SEBELUM DIPAKAI PITA UKUR PERLU DIKALIBRASI TERLEBIH DAHULU.

Kk = c. du c = KONSTANTE KALIBRASIdu = JARAK YANG DIUKUR DI LAPANGAN

b) KESALAHAN MEMBACA DAN MENULISc) KES. ALAT UKUR SUDAH TIDAK TEGANG LAGId) KESALAHAN KARENA ALAM

SIPAT DATAR(WATERPASING/ LEVELLING)

MAKSUD DAN TUJUAN :

SD CARA PENGUKURAN BEDA TINGGI ANTARA DUA TITIK ATAU LEBIH DI LAPANGAN YANG DITENTUKAN DENGAN GARIS BIDIK HORIZONTAL YANG DIARAHKAN KE RAMBU YANG VERTIKAL.

1. PENYIPATAN DATAR :BEDA TINGGI ANTARA TITIK-TITIK 1 DENGAN 5 :

a4 b4

a3 b3

a2 b2 4 5

a1 b1 3

2

1

1 - 2 = a1 - b12 - 3 = a2 - b23 - 4 = a3 - b34 - 5 = a4 - b4 dst.

( BACAAN RAMBU BELAKANG – BACAAN RAMBU MUKA )YANG DIBACA BACAAN BENANG TENGAH SAJA

Dh = Hb - Ha

3. METODE TRIGONOMETRI CARA PENGUKURAN DENGAN MENGUKUYR SUDUT HELLING / ZENITH DARI GARIS PENGHUBUNG ANTARA DUA TITIK YANG AKAN DITENTUKAN

BEDA TINGGINYA MISAL UNTUK TITIK-TITIK JARING-JARING TRIANGULASI NASIONAL

B

dHZ

A h

HB HA

GEOID

KETINGGIAN TITIK NOL DI JAWA :

DKI JAKARTA ; CIREBON ; CILACAP ; SEMARANG & SURABAYA

RUMUS DASAR SIPAT DATAR :

HB

HA B

Dh

A

SELISIH TINGGI A & B d HAB = HA - HB

SELISIH TINGGI SELALU DIPEROLEH DARI BELAKANG DIKURANGI MUKA .

JADI HA < HB dH NEGATIF B LEBIH RENDAH DARI A( MENURUN )

HA > HB dH POSITIP B LEBIH TINGGI DARI A( NAIK)

YANG PERLU DIPERHATIKAN ADALAH BAHWA SELISIH TINGGI ANTARA DUA TITIK ADALAH SELISIH TINGGI TERHADAP SEBUAH BIDANG NIVO YANG MELENGKUNG

GARIS VISIR / BIDIK

BID. LENGKUNG

A R B

KARENA GARIS BIDIK HORIZONTAL UNTUK JARAK 2 JAUH TERDAPAT PENYIMPANGAN KARENA PERMUKAAN MELENGKUNG

MISAL : JARAK ALAT KE RAMBU s = 60 m

MAKA PENYIMPANGAN W AKAN MENDEKATI :

W = s^2 / 2 R = (60X60) / (2 X 6.10^6 ) = 0.03 cm

JENIS PENGUKURAN SIPAT DATAR :

1. SD. MEMANJANG TUJUAN PENGUKURAN INI UMUMNYA UNTUK MENGETAHUI KETINGGIAN DARI TITIK-TITIK YANG DILALUINYA & BIASANYA UNTUK KKV BAGI SUATU DAERAH PEMETAAN DATA KETINGGIAN

2. SD. RESIPROKAL UNTUK MEMANFAATKAN KONSTRUKSI + TUGAS NIVO YANG DILENGKAPI DENGAN SKALA PEMBACA BAGI PENGUNKITAN YANG DILAKUKAN TERHADAP NIVO TERSEBUT. SEHINGGA DAPAT DILAKUKAN PENGUKURAN dH ANTARA 2 TITIK YANG TIDAK DAPAT DILEWATI PENGUKUR DATA KETINGGIAN

3. SD. PROFIL TUJUAN UNTUK MENGETAHUI PROFIL DARI SUATU TRACE BAIK JALAN / SALURAN DAPAT DIHITUNG GALIAN DAN TIMBUNAN YANG DIPERLUKAN

DIBAGI 2 : SD. PROFIL MEMANJANG SD. PROFIL MELINTANG

GAMBARAN / PROFIL DARI 2 JENIS PENGUKURAN TERSEBUT DALAM ARAH POTONGAN TEGAK

4. SD. LUAS PENGGAMBARAN PROFIL DARI SUATU DAERAH PEMETAAN YANG DILAKUKAN DENGAN MENGAMBIL KETINGGIAN TITIK-TITIK DETAIL DIDALAERAH TERSEBUT DENGAN INTERPOLASI GARIS-GARIS KONTUR.

SIPAT DATAR MEMANJANG :

B 3 C2 4

1 A

H12 = H1 - H2 H2 = H1 + H12 H23 = H2 - H3 H3 = H2 + H23 H34 = H3 - H4 H4 = H3 + H34

_______________

UNTUK MENCARI H4 BILA DIKETAHUI H1 H4 = H1 + H12 + H23 + H34

ATAU SECARA UMUM DITULIS : n

Hn = H1 + d H i,i+1 i=1

DALAM SIPAT DATAR MEMANJANG AKAN DIKENAL ISTILAH :

1 SLAG = SATU KALI ALAT BERDIRI UNTUK MENGUKUR RAMBU MUKA & BELAKANG

1 SEKSI = TERDIRI DARI BEBERAPA SLAG YANG DIUKUR PULANG PERGI DALAM SATU HARI

1 KRING/ SIRKUIT = TERDIRI DARI BEBERAPA SEKSI YANG MEMBENTUK SIRKUIT

1 SEKSI

1 SEKSI

KRING

KERANGKA PETA : MERUPAKAN DASAR PEMETAAN

KERANGKA KONTROL HORIZONTAL MEMPERLIHATKAN POSISI TITIK SATU SAMA LAIN PADA BIDANG DATAR SECARA HORIZONTAL

KERANGKA KONTROL VERTIKAL MEMPERLIHATKAN PERBEDAAN KETINGGIAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM SIPAT DATAR :

ARAH VERTIKAL ARAH YANG DIPERLIHATKAN OLEH UNTING-UNTING DIMANA SEARAH ARAH GAYA BERAT BUMI DITITIK TERSEBUT

BIDANG HORIZONTAL BID. TEGAK LURUS DENGAN ARAH VERTIKAL

BIDANG NIVO SUATU PERMUKAAN DIMANA ARAH GAYA BERAT PADA SETIAP TITIK PADANYA SELALU TEGAK LURUS

GARIS NIVO GARIS YANG TERLETAK PADA BIDANG NIVO

BIDANG DATUM / GEOID SUATU BIDANG NIVO TERTENTU DIMANA KETINGGIAN TITIK-TITIK MULAI DIHITUNG

BEDA TINGGI ANTARA DUA TITIK, MERUPAKAN JARAK TEGAK ANTARA DUA BIDANG NIVO YANG MELALUI KEDUA TITIK TERSEBUT

TINGGI SUATU TITIK MERUPAKAN JARAK TEGAK DI BAWAH ATAU DI ATAS BIDANG REFERENSI ( BIDANG DATUM)

REFERENSIJARAKTINGGI

SKALA HORIZONTAL 1 : 1000SKALA VERTIKAL 1 : 100