blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/tugas-terstruktur-maes.docx · web viewpada...

22
TUGAS TERSTRUKTUR 1 MANAJEMEN AGROEKOSISTEM-ASPEK HPT OLEH : 1. Anisa Rosida 115040200111029 2.Anindita Kusumaningtyas 115040200111072 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

TUGAS TERSTRUKTUR 1

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM-ASPEK HPT

OLEH :

1. Anisa Rosida 115040200111029

2. Anindita Kusumaningtyas 115040200111072

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

TUGAS 1

PENJELASAN :

1. Produksi bersih

Produksi bersih dari Agroekosistem lebih tinggi dibandingkan dengan

ekosistem alami. Hal ini dikarenakan dalam suatu lahan agroekosistem

terdapat satu jenis tanaman (misalnya tanaman A), sedangkan pada

ekosistem alami terdapat beberapa jenis tanaman (misalnya tanaman A, B,

dan C). Sehingga produksi bersih agroekosistem lebih tinggi daripada

ekosistem alami.

A

A B

A A A

A A A

A A A

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

A B A

C C A

Contoh:

Pada 1 ha lahan agroekosistem ditanami pohon jati (A), sedangkan pada 1

ha ekosistem alami ada pohon jati (A), trembesi (B), anggrek (C).

Sehingga produksi bersih pohon jati pada agroekosistem lebih tinggi

daripada ekosistem alami.

2. Rantai tropic

Rantai tropic pada agroekosistem tergolong sederhana dan linier,

sedangkan pada ekositem alami tergolong kompleks. Hal ini dikarenakan

pada agroekosistem jenis tanamannya tertentu, hewan yang mengkonsumsi

dan saling ketergantungan juga tertentu, sehingga rantai makanan yang

terbentuk sederhana dan cenderung linier. Sedangkan pada ekosistem

alami memiliki beberapa jenis tanaman, hewan yang mengkonsumsi juga

banyak dan beberapa diantaranya saling ketergantungan satu sama lain,

sehingga dapat dikatakan rantai makanan yang terbentuk bersifat

kompleks.

Contoh :

Agroekosistem Ekosistem Alami

Agroekosistem Ekosistem Alami

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

Pada agroekosistem hanya terdapat satu jenis tanaman, misalnya tanaman

padi, maka rantai tropic yang terbentuk adalah padi dimakan oleh tikus,

tikus dimakan ular, ular dimakan burung pemangsa (elang), elang mati

akan didekomposisi oleh bakteri pengurai. Akan tetapi, jika pemangsa ular

(elang) tidak ada, maka ular yang mati akan diuraikan bakteri pengurai.

selain melalui rantai makanan yanag demikian, padi ini sengaja ditanam

untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (sebagai konsumsi). Jadi padi

akan dikonsumsi manusia. Sedangkan pada ekosisitem alami terdapat

beberapa jenis tanaman, misalnya tanaman kopi, semak dan jati, maka

rantai makanan yang terbentuk adalah produsen (tanaman) akan dimakan

oleh beberapa konsumen yang berbeda dan satu sama lain akan saling

ketergantungan. Dan konsumen terakhir akan diuraikan oleh bakteri

pengurai. Pada intinya konsumen terakhir jika mati akan diuraikan oleh

bakteri pengurai.

3. Keragaman spesies

Keragaman spesies agroekosistem tergolong rendah, dibanding dengan

ekosistem alami yang tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan pada

agroekosistem hanya terdapat satu jenis tanaman, rantai makanannya

sederhana dan cenderung linier, sehingga keragaman spesiesnya rendah.

Sedangkan pada ekosistem alami terdapat beberapa jenis tanaman, rantai

makanannya kompleks, sehingga keragaman spesiesnya tinggi.

Contoh :

Pada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya

sedikit/rendah, misalnya tikus, ular, dan pemangsa ular (elang). Sedangkan

pada ekosistem alami hutan dengan beberapa jenis tumbuhan keragaman

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

spesiesnya banyak/tinggi, misalnya belalang, rusa, tikus, burung hantu,

ular, dsb.

4. Keragaman genetic

Keragaman genetic agroekosistem tergolong rendah, sedangkan ekosistem

alami tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan keragaman spesies

agroekosistem rendah, sehingga keragaman genetiknya juga rendah.

Sedangkan keragaman spesies ekosistem alami tinggi, maka keragaman

genetiknya juga tinggi.

Contoh :

Satu spesies dapat memiliki banyak keragaman genetic. Misalnya

perbedaan warna pada bunga mawar, ada yang merah dan putih. Hal ini

dikarenakan adanya keragaman genetic. Dapat dikatakan bahwa

keragaman spesies yang tinggi (ekosistem alami) akan menyebabkan

keragaman genetic yang tinggi pula. Begitu sebaliknya, jika keragaman

spesies rendah (agroekosistem), maka keragaman genetiknya juga rendah.

5. Siklus mineral

Siklus mineral pada agroekosistem terbuka, sedangkan pada ekosistem

alami tertutup. Hal ini berkaitan dengan rantai makanan. Pada

agroekosistem, ada campur tangan manusia, tanaman yang ditanam

sebagian dikonsumsi manusia karena memang dibudidayakan untuk

memenuhui kehidupan manusia dan sebagian lain dikonsumsi oleh hewan

herbivore yang juga akan dikonsumsi manusia. Jadi dengan kata lain, pada

agroekosistem hasil produksi yang diperoleh baik itu tanaman maupun

herbivore akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga

siklus mineralnya terputus pada tingkatan konsumsi manusia (siklus

terbuka). Sedangkan pada ekosistem alami, tidak ada campur tangan

manusia, tanaman yang ada akan dikonsumsi oleh herbivora, herbivora

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

dikonsumsi oleh karnivora dan seterusnya hingga membentuk rantai

makanan (siklus tertutup).

Contoh :

Seperti yang telah dicontohkan pada rantai tropic, kegiatan makan-

memakan(siklus mineral) pada agroekosistem berlagsung melalui dua

cara, yaitu hasil produksinya dikonsumsi manusia (mineral hilang) dan

dikonsumsi herbivora karnivora bakteri pengurai, sehingga dapat

dikatakan siklus mineralnya terbuka. Sedangkan pada ekosistem alami,

karena kegiatan makan-memakan ini tidak terputus, tanaman herbivore

karnivora bakteri pengurai, maka dapat dikatakan siklus mineralnya

tertutup.

6. Stabilitas

Stabilitas pada agroekosistem rendah, sedangkan pada ekosistem alami

tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan pada agroekosistem ada campur

tangan manusia seringkali dilakukan pengendalian hama dan penyakit

dengan cara memusnahkannya, sehingga rantai makanan terputus. Oleh

sebab itu, dapat dikatakan stabilitasnya rendah. Berbeda dengan ekosistem

alami yang tanpa campur tangan manusia, rantai makanannya tidak

terputus, sehingga stabilitasnya dapat dikatakan tinggi.

Contoh :

Pada agroekosistem sawah, tikus merupakan salah satu musuh petani.

Apabila tikus diburu dan dimusnahkan, maka jumlah ular akan meningkat.

Karena jumlah ular meningkat, ular ini akan memakan katak yang ada di

sawah. Padahal, katak ini merupakan musuh alami bagi belalang. Apabila

jumlah katak semakin sedikit, maka jumlah belalang semakin banyak dan

terjadilah ledakan hama pada agroekoosistem tersebut. Hal inilah yang

menyebabkan agroekosistem ini tidak stabil. Sedangkan pada ekosistem

alami, karena tidak ada campur tangan manusia, maka rantai makanan

tetap berjalan dengan stabil. Tidak ada yang dirugikan dan tidak pula

terjadi ledakan hama yang sering kali terjadi pada agroekosistem.

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

7. Energi hilang sebagai panas (Entropi)

Energi hilang sebagai panas atau biasa disebut dengan entropi yang terjadi

pada agroekosistem tinggi, sedangkan pada ekosistem alami rendah.

Entropi berkaitan dengan stabilitas dan sifatnya berbanding terbalik. Jika

pada agroekosistem memiliki stabilitas yang rendah, maka entropinya

tinggi. Sebaliknya dengan ekosistem alami, karena ekosistem alami

memiliki stabilitas tinggi, maka entropinya rendah.

Contoh :

Pada agroekosistem tanaman cenderung dibudidayakan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup manusia dan jumlah yang sangat sedikit dikonsumsi

hewan lain. Oleh karena itu, hasil produksi tanaman dalam jumlah besar

akan dikonsumsi manusia. Setelah energinya diserap oleh tubuh dan

digunakan untuk bekerja, maka akan menghasilkan entropi seperti keringat

dan tinja. Hasil dari entropi ini tidak dapat diolah lagi oleh bakteri

pengurai. sehingga, dapat dikatakan bahwa entropi yang dihasilkan tinggi.

Sedangkan pada ekosistem alami, karena tanaman ini dikonsumsi oleh

herbivora, herbivora ini akan beraktivitas dan menghasilkan entropi. Akan

tetapi herbivora ini akan dikonsumsi oleh karnivora, karnivora pun akan

beraktivitas dan menghasilkan entropi. Setelah karnivora mati, dia akan

diuraikan oleh bakteri pengurai. oleh karena itu dapat dikatakan entropi

pada ekosistem alami rendah.

8. Kendali manusia

Seperti yang telah kita tahu dan telah dijelaskan pada beberapa bahasan di

atas bahwa kendali manusia pada agroekosistem tinggi, sedangkan pada

ekosistem alami rendah. Hal ini dikarenakan pada agrooekosistem,

tanaman yang ada sengaja dibudidayakan untuk konsumsi manusia,

jumlah manusia di muka bumi ini semakin banyak, sehingga diperlukan

hasil produksi yang banyak pula. Untuk mendapatkan hasil produksi yang

banyak ini, manusia melakukan kegiatan budidaya dengan cara

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

pengolahan, pemeliharaan, pengendalian dan pemanenan. Jadi dapat

dikatakan bahwa kendali manusia pada agroekosistem ini tinggi.

Sedangkan pada ekosistem alami, tidak ada pengolahan, pemeliharaan,

pengendalian yang dilakukan oleh manusia. Jika ada, kenadali manusia

hanya sebatas untuk pemanenan. Karena pada ekosistem alami, semua

yang berhubungan dengan kegiatan budidaya terjadi secara alami. Jadi

dapat dikatakan, kendali manusia pada ekosistem alami ini tergolong

rendah.

Contoh :

Pada agroekosistem kebun pisang, semua kegiatan budidaya dikendalikan

oleh manusia seperti pengolahan tanah, perawatan, pengendalian hama &

penyakit, serta pemanenan. Semua kegiatan tersebut semata-mata

dilakukan untuk mendapatkan produksi yang banyak dan terbaik, serta

diminati pasar. Sedangkan ekosistem alami, semua kegiatan budidaya

terjadi secara alami. Pisang yang tumbuh tidak karena ditanam oleh

manusia karena sudah ada di alam. Jadi dapat dikatakan kendali manusia

dalam hal ini rendah.

9. Kepermanenan temporal

Kepermanenan temporal pada agroekosistem menunjukkan pendek,

sedangkan ekosistem alami menunjukkan kepermanenan temporal yang

panjang. Hal ini dimungkinkan masih berhubungan dengan waktu. Pada

agroekosistem waktu yang diperlukan dalam menjalani rantai tropic

singkat, karena keragaman spesiesnya rendah. Selain itu, umur tanaman

yang dibudidayakan juga pendek, karena rata-rata adalah tanaman

musiman. Sedangkan pada ekosistem alami, waktu yang diperlukan dalam

menjalani rantai tropic panjang, karena keragaman spesiesnya tinggi.

Selain itu umur tanaman yang ada pada ekosistem alami panjang, karena

kebanyakan tanaman yang ada adalah tanaman tahunan.

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

10. Heterogenitas habitat

Heterogenitas habitat adalah keragaman pada tempat hidup spesies. Pada

agroekosistem, heterogenitas habitat dapat dikatakan sederhana karena

pada agroekosistem ragam spesiesnya rendah. Sedangkan pada ekosistem

alami, heterogenitas habitat kompleks karena ragam spesiesnya tinggi.

11. Fenologi

Fenologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh iklim atau lingkungan

sekitar terhadap penampilan suatu organisme atau populasi. Pada

agroekosistem, fenologinya terjadi sinkronisasi yang berarti terjadinya

secara serentak. Hal ini dapat terjadi karena jenis tanaman yang sedang

dibudidayakan adalah tunggal, sehingga fenologinya terjadi secara

sinkronisasi atau serentak. Sedangkan pada ekosistem alami fenologinya

terjadi secara musiman. Hal ini dikarenakan tanaman yang tumbuh

bermacam-macam jenisnya sehingga fenologinya musiman, sesuai musim

tanaman masing-masing.

12. Kematangan

Tingkat kematangan dari agroekosistem tidak matang, karena terkadang

kita ketahui tanaman belum matang sudah dipanen, hal ini biasanya

dilakukan untuk tanaman yang akan diperjual-belikan dengan jarak yang

jauh. Sedangkan pada ekosistem alami, tingkat kematangannya matang,

klimaks. Terkadang hasil produksi tanaman hingga waktunya masak tidak

ada yang memanen, karena tempat tanamannya berada di hutan.

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

TUGAS 2

PENJELASAN :

1. Keanekaragaman vegetasi

Dalam agroekosistem hutan tropis sudah pasti memiliki vegetasi yang

paling beragam, karena hutan meskipun sudah dimodifikasi tetapi masih

memiliki sifat heterogen. Hutan tropis merupakan hutan alami, modifikasinya

pun dilakukan oleh pemerintah dengan pengawasan dan tujuannya tepat agar

tidak dilakukan perusakan hutan dan pendudukan hutan secara sewenang-

wenang. Oleh karena itu modifikasi hutn hampir tidak merusak ekosistem

alaminya.

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

Berbeda dengan pertanian subsisten yang hasil produksinya digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam tipe agroekosistem ini, petani tentu saja

menghasilkan tanaman (pangan dan holtikultura) yang beragam agar

kebutuhan pangannya tercukupi. Dalam agroekosistem ini tidak terjadi proses

jual beli.

Keanekaragaman vegetasi tanaman di agroekosistem area pertanian (area

pertanian yang telah berkembang dan area pertanian beririgasi) adalah sama.

Dalam hal ini area pertanian berisi lebih dari satu macam tanaman

(tumpangsari). Untuk tanaman semusim monokultur, dapat dilihat dari

namanya (monokultur) berarti hanya ada satu macam tanaman. Sedangkan

untuk produk simpanan dan rumah kaca juga hanya terdapat satu macam

tanaman.

Contoh :

Hutan tropis yang telah dimodifikasi terdapat bermacam-macam pohon,

semak dan lumut.

Pertanian subsisten terdapat tanaman padi, kubis, cabai pada lahan yang

sama.

Area pertanian jagung tumpangsari dengan kacang.

Tanaman semusim monokultur dalam satu lahan ditanami padi seluruhnya.

2. Kepermanenan Tanaman

Kepermanenan tanaman dalam hal ini dimaksudkan dengan keberadaan

suatu individu tanaman di lahan tersebut. Di hutan tentu saja tanaman tersebut

berada di lahan tersebut selama berpuluh-puluh tahun bahkan ada yang hingga

beratus-ratus tahun. Pertanian subsisten kepermanenan tanamannya cukup

lama, misalnya seperti cabai untuk konsumsi sendiri bisa dipanen berkali-kali

per tanaman. Area pertanian yang berkembang kepermanenan tanamannya

lebih dari pada area pertanian yang beririgasi, karena dengan adanya irigasi

yang tepat tanaman akan memiliki umur yang lebih singkat dibandingkan

yang tidak beririgasi. Untuk tanaman semusim monokultur sudah jelas dari

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

namanya, tanaman ini hanya semusim maka tanaman hanya dilakukan panen

satu kali begitu juga produk simpanan yang sangat rentan dengan kontaminasi

penyakit maka harus segera dikeluarkan dari penyimpanan. Dan yang terakhir

di rumah kaca, kepermanenan tanamannya cukup tinggi.

3. Stabilitas Iklim

Stabilitas iklim keterkaitannya dengan faktor abiotik yang akan

dipengaruhi oleh agroekosistem itu sendiri, oleh karena itu stabilitas iklim di

setiap tipe agroekosestem berbeda-beda. Dari keseluruhan agroekosistem yang

ada, stabilitas iklim yang paling tinggi adalah di hutan tropis yang telah

dimodifikasi dan rumah kaca. Di hutan tropis karena tanamannya hampir tidak

pernah berganti sehingga tidak ada perubahan kanopi tanaman yang akan

merusak stabilitas iklim sehingga stabilitas iklim di hutan sangat tinggi. Di

rumah kaca terdapat tanaman yang di letakkan di tempat yang tidak

seharusnya di beri tanaman, untuk itu menjaga keadaan iklim di sekitar

tanaman sangan penting dilakukan di rumah kaca. Oleh karena itu biasanya di

rumah kaca menggunakan alat-alat canggih agar stabilitas iklim terus terjaga.

Berturut-turut pertanian subsisten, produk simpanan dan area pertanian (yang

telah berkembang dan beririgasi) hal ini dikarenakan pada pertanian subsisten

tanaman bertahan cukup lama, sehingga kondisi iklim stabil sedangkan di area

pertanian terjadi panen yang cukup sering sehingga kestabilan di sekitar lahan

akan rendah. Tanaman semusim monokultur adalah yang memiliki kestabilan

iklim paling rendah, hal ini dikarenakan tanaman semusim waktu panennya

begitu cepat, sehingga lahan sring dibuka dan diolah dengan jangka waktu

yang tidak terlalu lama.

4. Tingkat Isolasi

Tingkat isolasi keterkaitannya dengan usaha manusia untuk membuat

agroekosistem tersebut terjaga dari hal-hal yang sifatnya merusak. Semakin

tinggi usaha manusia untuk menjauhkan sumber kerusakan itu, maka tingkat

isolasi semakin tinggi pula.

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

Yang pertama kita bahas adalah hutan tropis yang telah dimodifikasi yang

tingkat isolasinya rendah karena di hutan dengan lahan yang sangat luas akan

sangat suliat bagi pengelola untuk menjaga agroekosistem ini. Selanjutnya

pertanian subsisten yang tanamannya beragam, membuat pengawasan oleh

petani terlalu sulit. Untuk area pertanian yang telah berkembang tingkat

isolasinya lebih tinggi lagi, karena area pertanian ini lahannya lebih sempit

sehingga proses isolasi lebih intensif. Area pertanian beririgasi lebih tinggi

lagi karena proses irigasi yang dilakukan oleh petani merupakan salah satu

proses isolasi. Untuk tanaman semusim monokultur tingkat isolasi cukup

tinggi karena pada sistem seperti ini penggunaan bahan kimia ditekankan,

pengawasan juga dilakukan di lahan sempit yang setiap saat bisa dijangkau

untuk dijaga. Yang terakhir adalah produk simpanan dan rumah kaca, karena

di kedua sistem ini keadaan steril sangat dibutuhkan dan pengawasan harus

intensif.

TUGAS 3

1. Pertanian Subsisten

Pertanian subsisten merupakan pertanian yang hasil produksinya

dipergunakan untuk memenuhi kehidupan sehari - hari . Dalam mengusahakan

usaha taninya petani hanya memanfaatkan pekarangan rumah yang kurang

dari 1,5 hektar sebagai lahan pertanian untuk ditanami tanaman pamgan dan

holtikultura. Hal ini juga masih terlihat dalam kehidupan petani yang hasil dari

prduksi pertanian mereka sebagian besar untuk memnuhi kecukupan pangan

rumah tangga petani dan hanya sedikit yang dijual untuk memenuhi kebutuhan

tambahan.

2. Pertanian Tradisional

Ketika membicarakan pertanian tradisional, beberapa hal yang sering

muncul dalam pikiran kita adalah seperti petani yang belum menggunakan

teknologi maju, misalnya petani yang masih menggunakan sapi atau kerbau

untuk membajak sawah, atau petani yang masih menggunakan cangkul.

Pertanian tradisional menjadi masalah tersendiri dalam pertanian karena

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

produktivitas dan tingkat keefesienan dan keefektifan suatu produk pertanian

akan ditentukan dari metode dan alat-alat yang digunakan.

Di Indonesia ini memang ada beberapa petani yang telah menggunakan

teknologi maju seperti penggunaan mesin traktor dan sebagainya, namun tidak

banyak juga petan yang masih menggunakan alat-alat lama. Banyak hal yang

menyebabkan ini semua, antara lain:

1. Petani yang tidak mengetahui informasi mengenai adanya teknologi maju

2. Petani tidak memiliki dana untuk membeli peralatan yang lebih canggih

dikarenakan kurangnya modal

3. Petani tidak bsa menggunakan alat-alat tersebut

3. Pertanian Konvensional

Pertanian konvensional adalah pertanian yang memanfaatkan bahan

agrokimia sintetis di dalam pengolahannya. Bahan agrokimia sintetis ini

adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

tanaman yang dibudidayakan. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan yang

dominan pada pertanian konvensional, antara lain berupa pupuk dan pestisida

sintetis yang sifatnya merusak lahan dan menyebabkan ketergantungan bagi

tanah. Masukan lain yang tidak dapat dihindarkan dari pertanian konvensional

adalah penggunaan mesin pertanian, pertanaman monokultur, varietas unggul.

Akan tetapi, teknologi dan pengetahuan inilah yang memberikan banyak

distribusi pada pertanian di Indonesia menjadi semakin maju.

4. Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan

sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya

tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi

pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal

mungkin. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah

pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan. Ada

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2013/03/TUGAS-TERSTRUKTUR-MAES.docx · Web viewPada agroekosistem sawah dengan tanaman padi, keragaman spesiesnya sedikit/rendah, misalnya tikus,

beberapa definisi yang menjelaskan batasan pertanian berkelanjutan

(sustainable agriculture). Secara garis besar kriteria sistem pertanian

berkelanjutan, yakni: Keberlanjutan Secara Ekonomi, Pola pertanian yang

dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang

telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan

keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan

atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Pertanian berkelanjutan merupakan

tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem

ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam

kerangka pembaruan agraria.