b_i_t
DESCRIPTION
AvikaTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI
2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (Lafiau)
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara
3. rjalanan sejarah dimulai ketika di pangkalan udara belum mempunyai satuan
kesehatan, anggota AURI mendapatkan perawatan dan pengobatan di
poliklinik dan rumah sakit angkatan darat (ADRI). Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap DKAD (Dinas Kesehatan Angkatan Darat), maka
pimpinan berusaha mencukupi kebutuhan obat dan alat kesehatan secara
mandiri dengan mendirikan apotek di pangkalan udara ANDIR dan Cililitan.
Keberadaan apotek tersebut mendorong pimpinan untuk mendirikan Depot
Obat Pusat (DOP) di Apotek Pangkalan Udara ANDIR guna mendukung
pelayanan kesehatan dan kegiatan operasional AURI. Pada tahun 1953 DOP
mulai merintis pembuatan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair, salep dan
tablet dengan menggunakan peralatan dan sarana sederhana yang
kemampuannya masih terbatas. DOP inilah cikal bakal Lembaga Farmasi
Angkatan Udara (LAFI AU). Pada tahun 1959 DOP mengalami perubahan
nama menjadi Depot Materil 003.
Pe
Se4. telah beberapa kali berganti nama dan pimpinan, pada tahun 1964 dibawah
kepemimpinan LU I Drs. Roostyan Effendie, Apt. mulai dikembangkan
produksi obat-obatan dengan skala lebih besar dan didatangkan pula peralatan
produksi obat dari Amerika Serikat. Juga dilaksanakan renovasi bangunan
untuk produksi obat sesuai dengan persyaratan teknis farmasi saat itu. Unit
produksi obat diresmikan oleh Deputi Menteri bidang Logistik tanggal 16
4Universitas Sumatera Utara
Agustus 1965. Selanjutnya tanggal ini ditetapkan sebagai hari jadi Lembaga
Farmasi Angkatan Udara.
Berdasarkan keputusan Panglima Angkatan Udara No.5 tanggal 5 Februari
1968, Puskalkes (Pusat Perbekalan Kesehatan) dikembangkan menjadi 2 unit satuan
yang masing-masing berdiri sendiri yaitu Puskalkes (Pusat Perbekalan Kesehatan)
dan Pusprodkes (Pusat Produksi Kesehatan). Puskalkes bertugas melaksanakan
penerimaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku dan
embalage. Sedangkan Pusprodkes bertugas melaksanakan produksi obat.
5. i Lafiau dipimpin oleh Letkol Kes Drs. Ari Yulianto, M.Si, Apt. yang
dalam pengambilan kebijakannya tetap berpedoman pada kebijakan para
pendahulunya. Buah pikiran dan keberanian Drs. Roostyan Effendie, Apt.
untuk mulai memproduksi obat-obatan sesuai dengan ketentuan farmasi telah
memberi dorongan dan semangat bagi generasi berikutnya sehingga terbentuk
Lembaga Farmasi Angkatan Udara seperti saat ini. Sebagai bentuk
penghargaan jasa beliau di masa lalu, dan sesuai keputusan KASAU
No.Kep/95/VII/2007 tanggal 31 juli 2007 maka pada hari kamis 1 november
2007, diresmikan nama Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan
Effendie, Apt. dan tanggal 16 agustus 1965 ditetapkan sebagai hari jadi.
Saat in
Dalam6. mengemban peran Farmasi Militer Lafiau tidak hanya berorientasi
kepada produk saja, tetapi juga ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa
dengan aktif membimbing mahasiswa praktek kerja lapangan dan tugas akhir
di lembaga ini, serta ikut menyusun kurikulum dan mengirim personelnya
sebagai dosen pada pendidikan D3 Farmasi di Poltekes Ciumbeleuit Bandung.
7.
5
Universitas Sumatera Utara
2.1 Kedu uk.2 d an, Tugas dan Kewajiban Lembaga Farmasi Angkatan Udara
Keseha
produksi obat serta pengendalian mutu dari bekal
rimaan, penyimpanan, dan penyaluran bekal kesehatan
as bekal kesehatan dengan cara pengujian
ngembangan di bidang farmasi.
2.2 Visi, Misi dan Tujuan Lembaga Farmasi Angkatan Udara
nuhinya obat berkualitas bagi anggota TNI AU dan keluarganya,
berpera
nakan produksi obat jadi dengan menerapkan CPOB secara konsisten.
penyaluran berdasarkan kebijaksanaan Diskesau.
Lafiau adalah pelaksana teknis yang berkedudukan dibawah Dinas
tan Angkatan Udara (Diskesau). Lafiau bertugas membina kemampuan dan
pelaksanaan produksi obat jadi, pembekalan dan pengawasan kualitas untuk
melaksanakan dukungan dan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI AU beserta
anggota keluarganya. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Lafiau mempunyai
kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan kegiatan
kesehatan TNI AU.
2. Melaksanakan pene
berdasarkan kebijaksanaan Diskesau.
3. Melaksanakan pengawasan atas kualit
dan percobaan serta penelitian.
4. Melaksanakan penelitian dan pe
2.2.1 Visi
Terpe
n serta dalam pemenuhan kebutuhan obat nasional, terlaksananya
pembekalan matkes tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasaran dan aman serta
tegaknya sistem manajemen mutu dalam kinerjanya
2.2.2 Misi
1. Melaksa
8. Melaksanakan pembekalan kesehatan mulai dari penerimaan, penyimpanan,
6
Universitas Sumatera Utara
9. elaksanakan pengawasan dan pemastian mutu bekal kesehatan.
2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta pendidikan da
M
n pelatihan.
.3
an rumusan kebijakan terhadap teknis produksi.
at CPOB untuk produk injeksi kering antibiotik
B.
1. empunyai badan hukum sehingga dapat berperan
n obat nasional.
3. tkan ISO 9000/14000.
2.2.4
pinan, eselon
eselon pelaksana. Eselon pimpinan yaitu Kepala
Lemba
2.2 Tujuan
A. Tujuan jangka pendek :
1. Menyiapk
2. Mengajukan sertifik
golongan sefalosporin.
Tujuan jangka panjang :
Menjadi instansi yang m
aktif dalam penyediaa
2. Menjadi industri farmasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia.
Menjadi industri farmasi yang mendapa
Susunan Organisasi
Organisasi di Lafiau tersusun dari tiga eselon, yaitu eselon pim
pembantu pimpinan/staf dan
ga Farmasi Angkatan Udara (Kalafiau) dan eselon pembantu pimpinan/staf
adalah Sektretaris Lembaga (Sesla), sedangkan eselon pelaksana meliputi Kepala
Bagian Produksi (Kabag Prod), Kepala Bagian Gudang Pusat Farmasi (Kabag
Gupusfi), Kepala Bagian Pengujian dan Pengembangan (Kabag Ujibang) dan
Kepala Bagian Penunjangan (Kabag Jang).
Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah
sebagai berikut :
7
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.1 Kepala Lafiau (Kalafiau)
alafiau adalah pelaksana teknis Diskesau yang bertanggung jawab kepada
emampuan dan pelaksanaan produksi farmasi,
perbek
bekal kesehatan dengan cara
lafiau dalam
pelaksanaan kegiatan produksi, serta program
kerja k
enyusun dan menyiapkan perencanaan kegiatan program kerja dan
anggaran.
akan urusan tata usaha dan urusan dalam di lingkungan Lafiau.
K
Kadiskesau dalam hal pembinaan k
alan dan pelayanan kesehatan, serta pengawas atas kualitas bekal kesehatan
TNI AU. Kalafiau mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
10. Melaksanakan bimbingan dan petunjuk teknis kegiatan produksi serta
mengendalikan dan mengarahkan kegiatannya.
1. Melaksanakan pengawasan penerimaan, penyimpanan, penyaluran bekal
kesehatan berdasarkan kebijaksanaan Diskesau.
2. Melaksanakan pengawasan obat-obatan TNI AU.
3. Melaksanakan pengawasan atas kualitas dan
pengujian dan percobaan.
4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi.
2.2.4.2 Sekretaris Lafiau (Sesla)
Sekretaris Lafiau (Sesla) adalah pembantu staf Ka
menyelenggarakan perencanaan dan
egiatan Lafiau. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh Kepala Program dan
Anggaran (Kaprogar), kepala Pembina Profesi (Kabinprof), Kepala Tata Usaha dan
Urusan Dalam (Kataud). Sesla mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
11. Menyusun dan menyiapkan perencanaan administrasi produksi dan perbekalan.
1. M
2. Melaksan
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.3 Kepala Bagian Produksi (Kabag Prod)
ng
bertanggungjawab langsung kepada Kalafiau dalam melaksanakan kegiatan
si dalam menjalankan tugasnya
adalah
yiapkan bahan baku dan bahan tambahan untuk proses selanjutnya.
M
erintah pelaksanaan
a dibantu oleh:
n produksi obat jadi
i khusus yang bertugas melaksanakan produksi khusus
ng bertanggungjawab
kepada Kalafiau dalam melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan,
Bagian produksi dipimpin oleh Kepala Bagian Produksi (Kabag prod) ya8
produksi. Kegiatan yang dilakukan bagian produk
:
12. Melaksanakan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, bahan tambahan dan
embalage dalam persiapan proses produksi.
1. Men
2. enyiapkan embalage yang dibutuhkan.
3. Melaksanakan kegiatan produksi berdasarkan (SP3) surat p
produksi yang dikeluarkan oleh Kalafiau.
Bagian produksi dalam melaksanakan tugasny
a. Unit produksi tablet yang bertugas melaksanakan produk obat jadi
dalam bentuk tablet.
b. Unit produksi kapsul yang bertugas melaksanaka
dalam bentuk kapsul.
c. Unit produks
seperti sirup, salep, krim, cairan, antiseptik dan lain-lain.
2.2.4.4 Kepala Bagian Gudang Pusat Farmasi (Kabag Gupusfi)
Gudang Pusat Farmasi dipimpin oleh Kagupusfi ya
penyaluran bekal kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Kaguspusfi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
13. Kepala unit Gudang transit (Kaunit Gutrans), unit ini bertugas menerima alat
kesehatan (Alkes) dan perbekalan kesehatan (Bekkes).
1. (Kaunit Gulur),
be
baku, embalage.
jian atas kualitas bekal kesehatan,
produksi obat jadi
dan me
“In Process Control” dalam
set hasilkan.
e
baru, membantu unit produksi untuk meneliti kerusakan hasil produksi.
Kepala unit Gudang penyaluran dan pengemasan
rtugas melaksanakan pengemasan/penyiapan barang serta melaksanakan
kegiatan penyaluran barang pada satuan kerja.
2. Kepala unit Gudang peralatan kesehatan (Kaunit Gupalkes), bertugas
menerima palkes (peralatan kesehatan), menyimpan, merawat dan
mengeluarkan palkes.
3. Kepala unit Gudang bahan jadi dan bahan baku, (Kaunit Guhanjabaku),
bertugas menerima, menyimpan, merawat/memelihara dan mengeluarkan
barang obat jadi, bahan
2.2.4.5 Kepala Bagian Pengujian dan Pengembangan (Kabag Ujibang)
Bagian pengujian dan pengembangan (Ujibang) bertugas bertanggungjawab
kepada Kalafiau dalam melaksanakan pengu
melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan hasil
nyelenggarakan pendidikan dan latihan. Bagian ujibang dipimpin oleh Kepala
Bagian Ujibang yang bertanggungjawab kepada Kalafiau.
Kabag Pengujian dan Pengembangan (Ujibang) dibantu oleh :
14. Kepala unit pengujian dan percobaan (Kaunit Uji Coba) yang bertugas
melaksanakan pengujian sampling, melaksanakan
iap tahap produksi, pengujian terhadap kualitas obat jadi yang di
1. K pala unit penelitian dan pengembangan (Kaunit Litbang) yang bertugas
melaksanakan kegiatan seperti penelitian dan pengembangan formula-formula
9
10 Universitas Sumatera Utara
2. Kepala unit pendidikan dan latihan (Kaunit Diklat) yang bertugas membuat
perencanaan serta melaksanakan pendidikan dan latihan.
serta pengujian dan
16. Ke
alam rangka mendukung
ke
obat yang baik (CPOB) merupakan pedoman untuk
CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian
san Menteri Kesehatan RI. No.
2.2.4.6 Bagian Penunjangan
Bagian penunjangan adalah bertanggungjawab kepada Kalafiau. Dalam
pelaksanaan tugasnya Bagian Penunjangan dibantu oleh :
15. Kepala unit penunjangan material (Kaunit Jangmat) bertugas mendukung
kelancaran operasional produksi dan pembekalan
pengembangan.
pala unit fasilitas dan material (Kaunit Harfasmat) bertugas
menyelenggarakan pemeliharaan terhadap fasilitas d
lancaran operasional Lafiau.
2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Cara pembuatan
membuat obat sesuai dengan spesifikasi yang direncakan sehingga mempunyai
khasiat, keamanan, dan mutu yang selalu sama dari bets ke bets. Oleh sebab itu,
industri farmasi wajib menerapkan
kegiatan pembuatan obat sesuai dengan Keputu
43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI. No. 04510/A/SK/XII/1989 tentang
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB. Mutu obat tidak bisa diperoleh dari
serangkaian pengujian tapi harus dibangun sejak awal. Mutu obat tergantung pada
bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang
dipakai, serta personalia.
11
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Sistem Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu merupakan aspek dalam CPOB yang bertujuan
untuk menjamin bahwa produk obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang
telah disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
Dalam ketentuan umum, ada beberapa landasan yang penting untuk
. Pe
ses pembuatan dan pengawasan
mu
min mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan
P
telah
emiliki pengetahuan,
na mestinya. Karyawan mempunyai sikap dan kesadaran
ewujudkan CPOB.
diperhatikan, yaitu :
17 ngawasan menyeluruh pada proses pembuatan obat untuk menjamin bahwa
konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.
18. Mutu obat tergantung pada bahan awal, pro
tu, bangunan, peralatan yang digunakan, dan personalia.
a. Untuk menja
pada suatu pengujian tertentu saja, melainkan semua obat hendaknya dibuat
dalam kondisi terkendali dan terpadu dengan cermat.
C OB merupakan pedoman yang dibuat untuk memastikan agar sifat dan mutu
obat yang dihasilkan sesuai dengan syarat bahwa standar mutu obat yang
ditentukan tetap tercapai.
2.3.2 Personalia
Personalia karyawan semua tingkatan harus m
keterampilan dan kemampuan sesuai tugasnya. Karyawan memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
profesional dan sebagaima
yang tinggi untuk m
Struktur organisasi harus sedemikian rupa sehingga bagian produksi dan
pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan dan tidak saling bertanggung
12
Universitas Sumatera Utara
jawab terhadap yang lain. Masing-masing harus diberi wewenang penuh dan sarana
yang cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
Seluruh karyawan yang ikut serta langsung dalam kegiatan pembuatan obat
harus d
keliruan, pencemaran silang dan berbagai
urunkan mutu obat dapat dihindarkan. Adapun
si dan
ke
ahan masuk,
penyim
u pelulusan akhir, penyimpanan obat jadi, pengiriman barang,
la
ilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya dan mampu
melaksanakan prinsip-prinsip CPOB.
2.3.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan untuk produksi hendaklah memiliki ukuran, rancang bangun,
konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam pelaksanaan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Setiap sarana kerja hendaklah memadai
sehingga setiap resiko terjadinya ke
kesalahan lain yang dapat men
syarat-syarat bangunan dan fasilitas menurut CPOB adalah sebagai berikut :
19. Lokasi bangunan sebaiknya dipilih yang tidak ada resiko pencemaran
lingkungan seperti pencemaran udara, tanah, dan air.
20. Gedung hendaklah dibangun dan dipelihara agar terlindung dari pengaruh
cuaca, banjir, rembesan air dari tanah serta masuk dan bersarangnya hewan.
21. Rancangan bangunan dan tata letak hendaklah dibuat sesuai dengan fung
giatan yang dilakukan.
22. Untuk kegiatan-kegiatan seperti penerimaan bahan, karantina b
panan bahan awal, penimbangan dan penyerahan, pengolahan,
penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina obat jadi selama
menungg
boratorium, dan pencucian peralatan diperlukan daerah tertentu.
13
Universitas Sumatera Utara
23. aerah pengolahan produk steril hendaklah dipisahkan dari daerah produksi
lain serta dirancang dan dibangun secara khusus.
24. Permukaan bangunan dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudah
dibersihkan, dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai didaerah
D
pengolahan
he
iki permukaan yang
m
erta pipa-pipa dan salurannya
he
D
a di bawah aliran udara laminar dan memiliki
ndaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan mudah
dibersihkan. Dinding hendaklah juga kedap air dan memil
udah dibersihkan. Sudut-sudut diantara dinding, lantai dan langit-langit
hendaklah berbentuk lengkungan.
25. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik. Saluran terbuka hendaklah sedapat mungkin dicegah tetapi
bila diperlukan hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan dan
desinfeksi.
26. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara s
ndaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah timbulnya pencemaran
terhadap produk.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dan
sarana maka perlu:
27. isiapkan ruang antara yang dirancang khusus untuk menghindari
kontaminasi.
28. Kelas A atau kelas 100, berad
efisiensi saringan udara akhir sebesar 99,995%.
14
Universitas Sumatera Utara
29. elas B atau kelas 100, merupakan ruangan steril, kelas ini adalah lingkungan
latar belakang
K
zona kelas A dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar
99,995%.
iliki saringan udara
se
K
K
alam pembuatan obat hendaklah memiliki
an ng memadai serta
p ng dirancang bagi tiap produk obat
ragam dari batch ke batch dan untuk memudahkan pembersihan
dan per
tau obat jadi tidak boleh bereaksi.
36. Pe
daknya dapat dibersihkan dengan mudah.
30. Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruang bersih, mem
besar 99.95%.
31. Kelas D atau kelas 100.000, merupakan ruang bersih, memiliki saringan udara
sebesar 99.95%.
32. elas E adalah ruangan umum dan ruangan khusus, memiliki saringan udara
sebesar 99.95%.
33. elas F adalah ruangan pengemasan sekunder.
34. Kelas G adalah ruang gudang.
2.3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan d
ranc g bangun, dan konstruksi yang tepat, ukuran ya
ditem atkan dengan tepat sehingga mutu ya
terjamin secara se
awatannya.
Rancang bangun dan konstruksi peralatan hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
35. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,
produk ruahan a
ralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap obat.
37. Peralatan hen
15
Universitas Sumatera Utara
38. ralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat
harus diperiksa ketelitiannya secara teratur.
Pe
A
pada setiap
bu
, bahan awal serta
ah
enyeluruh dan terpadu.
Selu
ga diperlukan pakaian pengaman yang
n sesuai dengan tugasnya.
2.
sedur tetap untuk melaksanakan sanitasi
tur, serta diuraikan dengan cukup rinci.
39. lat-alat harus dikalibrasi dan divalidasi untuk menjamin kelancaran kerja.
2.3.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan
pem atan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi semua sumber
pencemaran produk seperti personalia, bangunan, peralatan
wad nya. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui program sanitasi
dan higiene yang m
1. Personalia
ruh karyawan hendaknya menjalani pemeriksaan kesehatan baik sebelum
maupun setelah diterima sebagai karyawan selama bekerja. Higiene perorangan
harus dilatih dan diterapkan semua karyawan yang berhubungan dalam proses
produksi. Semua karyawan hendaknya menghindari untuk bersentuhan langsung
dengan bahan baku dan produk, sehing
memadai da
Bangunan dan fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaknya dirancang dan
dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.
Bangunan hendaknya dilengkapi fasilitas sanitasi yang memadai seperti toilet,
loker, bak cuci, tempat penyimpan bahan pembersih, insektisida, dan bahan
fungigasi. Hendaknya disusun pula pro
dengan jadwal yang tera
16
Universitas Sumatera Utara
3.
an dan sanitasi
eralatan dan wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah dibuat
i. Prosedur ini dirancang dengan tepat agar pencemaran peralatan
2.3
tela
yan
me
40.
41. unakan hendaklah memenuhi
ang sudah ditetapkan dan diberi label dengan nama yang
din
ua proses produksi hendaklah divalidasi dengan tepat dan dilaksanakan
ang telah ditentukan. Proses dan prosedur tersebut
Peralatan
Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan bagian luar maupun bagian
dalam sesuai prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam
kondisi bersih. Sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa lagi untuk
memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari batch sebelumnya telah
dihilangkan. Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersih
p
serta ditaat
oleh bahan pembersih dan sanitasi dapat dicegah.
.6 Produksi
Produksi obat-obatan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
h ditetapkan agar senantiasa diperoleh obat jadi yang memenuhi spesifikasi
g ditentukan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi
liputi :
Bahan awal
Bahan awal sebelum dinyatakan lulus untuk dig
spesifikasi y
yatakan dalam spesifikasi. Semua pemasukan, pengeluaran, dan sisa bahan
hendaknya dicatat.
42. Validasi proses
Sem
menurut prosedur y
hendaklah secara rutin dievaluasi ulang untuk memastikan bahwa proses
dan prosedur tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
17
Universitas Sumatera Utara
43. Pencemaran
44. Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan
ke uhi daya terapetik dan kualitas suatu produk tidak
dip
pe
lan
ya
Sistem atau lot
Su
bahan pengemas, produk antara dan
pr siklus produksi dan memerlukan
dokum
didokumentasikan dan
sebut tidak boleh dikembalikan ke
sehatan atau mempengar
erbolehkan. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada masalah
ncemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh
gsung pada kesehatan, hal ini menunnjukkan pelaksanaan pembuatan obat
ng tidak sesuai CPOB.
45. penomoran batch
46. atu sistem yang menjabarkan cara penomoran batch atau lot secara rinci
diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan, atau obat
jadi suatu batch atau lot dapat dikenali dengan nomor batch atau lot tertentu
dan tidak digunakan secara berulang.
47. Penimbangan dan penyerahan
48. Penimbangan dan penyerahan bahan baku,
oduk ruahan dianggap suatu bagian dari
entasi yang lengkap.
49. Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ketempat penyimpanan hendaklah
dicek dengan baik. Bahan-bahan ter
gudang kecuali bila tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
18 Universitas Sumatera Utara
50. Pe
51. Pe
pe
pe
52. Produk steril
53. Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus untuk
me ghilangkan pencemaran mikroba dan partikel lain. Untuk membuat produk
steril diperlukan suatu ruangan terpisah yang selalu bebas debu dan dialairi
ud
ngemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
m ses pengemasan hendaknya dilaksanakan dibawah
pe
Pengawasan distribusi obat jadi
Sistem
ngolahan
meriksaan awal pada pengolahan baik bahan, kondisi daerah pengolahan,
ralatan, wadah harus mengikuti prosedur tertulis yang telah ditetapkan. Dan
ncegahan pencemaran silang dalam seluruh tahap pengolahan.
n
ara yang melewati saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan
hendaklah lebih tinggi dari ruangan disebelahnya.
54. Pengemasan
55. Kegiatan pe
enjadi obat jadi. Pro
ngawasan ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang
sudah dikemas.
56. Karantina obat jadi dan penyerahan kegudang obat jadi
57. Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi
diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan.
58.
59. distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjamin obat
jadi yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu (First InFirst Out atau
FIFO dan First Expired First Out atau FEFO).
60.
19
Universitas Sumatera Utara
61. panan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi,
disimpan rapi dan teratur untuk mencegah resiko t
Penyim
ercampur atau pencemaran
serta m haraan.
sesuai dengan
n g aanya. Pengawasan mutu ini penting dalam hal penetapan
ifi
akan diberikan
emuaskan. Sistem pengawasan mutu dirancang dengan
tepat un
emudahkan pemeriksaan dan pemeli
2.3.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah bagian dari cara pembuatan obat yang baik untuk
memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang
tujua pen gun
spes kasi, pengambilan sampel dan pengujian beserta dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang menjamin bahwa pengujian yang diperlukan benar-benar
dilaksanakan, serta pelulusan bahan dan produk untuk dijual tidak
sebelum mutunya dinilai m
tuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar dengan mutu
dan jumlah yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tepat dan mengikuti
prosedur standar sehingga obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan untuk identitas, kadar, kemurnian, mutu dan keamanannya. Bagian
pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggungjawab untuk memastikan
bahwa :
62. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan secara prosedur yang ditetapkan dan
telah divalidasi sebelumnya antara lain melalui evaluasi dokumentasi produk
terdahulu.
63. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap
suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan sebelum didistribusi.
20
Universitas Sumatera Utara
64. batch memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang
ditetapkan.
Bagian pengawasan mutu ini m
Suatu
emiliki wewenang khusus untuk memberikan
tu
selalu memenuhi CPOB. Program inspeksi diri
dira
CPOB, melaksanakan inspeksi
wasan mutu secara menyeluruh. Prosedur
pelaksa
sesudah pendistribusian obat jadi tersebut.
kepu san akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau produk obat
ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.
2.3.8 Inspeksi diri dan Audit Mutu
Tujuan dari inspeksi diri adalah mengevaluasi apakah seluruh aspek
produksi dan pengawasan mutu
ncang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan. Sehingga dibentuk suatu tim yang cakap dan
mampu menilai secara obyektif pelaksanaan
terhadap prosedur produksi dan penga
naan dan catatan mengenai inspeksi diri perlu di dokumentasikan.
Tim inspeksi diri ditunjuk oleh manajemen perusahaan, sekurang-kurangnya
tiga orang yang ahli di bidang pekerjaannya dan paham mengenai CPOB. Inspeksi
diri hendaknya dilakukan oleh orang yang kompeten dari perusahaan dengan atau
tanpa bantuan tenaga ahli dari luar.
2.3.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk
dan Produk Kembalian
Penarikan kembali obat jadi merupakan proses penarikan kembali obat dari
semua mata rantai distribusi bila ditemukan adanya cacat kualitas dan yang
berbahaya, atau dilaporkan adanya reaksi merugikan yang membahayakan
kesehatan pemakainya selama atau
21
Universitas Sumatera Utara
Penarikan kembali seluruh obat jadi dapat menyebabkan penghentian sementara
atau penghentian tetap terhadap pembuatan suatu jenis obat yang bersangkutan.
pemusnahan obat
embal
an bagian dari sistem informasi
anaje
jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya
resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya
Prosedur penanganan obat kembalian hendaklah memperhatikan hal-hal
berikut antara lain : identifikasi dan pencatatan mutu dari obat kembalian,
dikarantina, dilakukan penelitian, pemeriksaan dan pengujian.
Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan dan
dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolak yang mencakup
pencegahan pencemaran lingkungan dan mencegah kemungkinan jatuhnya obat
tersebut ketangan orang yang tidak berwenang.
Pelaksanaan penanganan terhadap obat kembalian dan tindak lanjut yang
dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan. Untuk tiap
k ian hendaklah dibuat berita acara yang ditandatangani oleh pelaksana
pemusnahan dan saksi.
2.3.10 Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupak
m men yang meliputi spesifikasi prosedur, metode dan instruksi, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian pembuatan obat.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat
instruksi secara rinci dan
sehingga memperkecil
timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
batch suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran
22
Universitas Sumatera Utara
terhadap batch produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi juga digunakan
dalam pemantauan dan pengendalian.
2.3.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontra k
ontrak harus dibuat secara jelas menentukan
ntrak harus menyatakan
secara
ksi dan
apai hasil yang diinginkan dan konsisten.
5. Va
gujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai
ha
M ” bahwa proses produksi yang dilakukan
sesuai dengan dokumen proses pengolahan dan akan menghasilkan produk
yang memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan secara terus-menerus.
Prinsip pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak
tertulis antara pemberi dan penerima k
tangung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Ko
jelas prosedur pelulusan tiap batch produk untuk diedarakan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
2.3.12 Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas yang
digunakan dalam suatu proses akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dan konsisten.
Validasi merupakan tindakan pembuktian bahwa proses produ
pengemasan akan senantiasa menc
6 lidasi metoda analisa
66. Membuktikan bahwa semua metoda analisa (cara/prosedur pengujian) yang
digunakan dalam pen
sil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus).
67. Validasi proses produksi
68. erupakan “dokumen pembuktian
23
Universitas Sumatera Utara
69. i Pembersihan
70. Bertujuan untuk memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
pembersihan yang berlaku dan yang digunakan sudah tepat dan dap
Validas
at
dilakukan berulang-ulang, serta cara pembersihan menghasilkan tingkat
ke
aan farmasi sebelum didistribusikan. Validasi ini bertujuan untuk
m tert asan yang
di
s diolah sedemikian rupa sehingga
e
bersihan yang telah ditetapkan.
71. Validasi Proses Pengemasan
72. Proses pengemasan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses produksi
suatu sedi
emberikan dokumentasi secara ulis bahwa prosedur pengem
gunakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan secara terus
menerus dan meminimalkan terjadinya kesalahan tercampurnya antar produk
maupun antar batch.
2.4 Pengolahan Limbah
Limbah dari industri farmasi haru
mem nuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan
disekitar industri tresebut. Limbah di industri berasal dari proses produksi yang
dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu pengolahan limbah cair dan limbah padat.
24
Universitas Sumatera Utara