bisnis, politik, dan good...

69
REVITALISASI EKONOMI INDONESIA Bisnis, Politik, dan Good Governance

Upload: ngoanh

Post on 03-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

REVITALISASI

EKONOMI INDONESIA

Bisnis, Politik, dan Good Governance�

Page 2: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Revitalisasi Ekonomi IndonesiaBisnis, Politik, dan Good Governance

Penulis : Susilo Bambang YudhoyonoPenerbit: Brighten Press

Cetakan pertama:April 2003Cetakan kedua: Juni 2003

Versi PDF: Juni 2004

Page 3: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Prakata Penulis

Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminarberjudul “Revitalisasi Ekonomi Indonesia: Bisnis, Politik dan GoodGovernance”, yang saya kedepankan sebagai pidato kunci di hadapanforum diskusi panel yang diselenggarakan oleh Magister ManajemenAgribisnis, Institut Pertanian Bogor di Jakarta, 5 April 2003 yang lalu,tentu saja saya sambut dengan senang hati. Dengan demikian pikirandan ajakan saya kepada semua pihak untuk turut serta dan berkon-tribusi dalam upaya pembangunan kembali ekonomi Indonesiamenuju kemakmuran bersama bangsa yang sungguh berkeadilandapat lebih disebarluaskan ke khalayak luas.

Tidak ada permasalahan nasional yang tidak dapat dipecahkanapabila kita semua memiliki semangat, kesadaran, tanggung-jawabdan kemudian mengatasinya secara bersama-tetap menjadi keyakinankuat saya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan tradisidan warisan kesejarahan yang besar pula; oleh karenanya, seberatapapun persoalan yang dihadapi oleh negeri ini mesti dapat dicarikansolusinya. Itulah sebabnya, di dalam banyak kesempatan dan di ha-dapan banyak forum saya selalu mengajak semua pihak untuk senan-tiasa menjadi bagian dari solusi dan bukan sebaliknya menjadi bagiandari masalah, apalagi jika gemar menciptakan masalah itu sendiri.

Lahirnya pemikiran dan penulisan buku kecil saya ini didorongoleh kepedulian dan tanggung-jawab saya sebagai anak bangsa untukikut memecahkan permasalahan ekonomi national yang kita hadapidewasa ini dalam cita-citanya menuju ke kemakmuran bersama, de-ngan tema besar membangun hubungan yang sehat, harmonis dan sinergisantara tiga institusi negara yang utama, yaitu Negara, Pasar dan Ma-syarakat, sebagai pencipta iklim dan penggerak utama pembangunanbangsa masa kini dan masa depan. Agenda dan tugas besar ini tidakboleh hanya kita bebankan kepada para politisi, ekonom atau tokoh-tokoh masyarakat semata.Tugas ini adalah tugas kita bersama.

Selanjutnya pada forum yang baik ini saya ingin menyampaikanterimakasih kepada Saudara Joyo Winoto, Ph.D. dan Saudara

iii

Page 4: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Hermanto Siregar, Ph.D. serta para scholars di Brighten Institute yangtelah mengedit naskah yang saya siapkan sehingga menjadi bentuknyaseperti sekarang ini. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepa-da saudara Arifin dan saudara Dian yang bermalam-malam memban-tu saya mengetik naskah tulisan tangan yang telah saya siapkan.Akhir-nya, secara khusus saya sampaikan penghargaan dan terimakasih yangtulus pada istri tercinta, Ani Bambang Yudhoyono, yang dengan setiadan penuh pengertian selalu menemani dan mendampingi saya ham-pir di setiap waktu.

Secara umum, buku ini saya persembahkan kepada rakyat Indo-nesia. Dan, secara khusus buku ini saya persembahkan pada petani,nelayan, buruh, dan pekerja informal yang mengilhami saya untukmenuliskan buku ini. Saya berharap, buku ini bisa secara bersamamengilhami kita untuk membangun harapan-harapan baru bagi ter-wujudkan tatanan ekonomi politik baru yang sehat di masa datang.

SBY

iv

Page 5: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

1

Indonesia Ke Depan :Adakah Kebangkitan Dunia UsahaMenuju Kemakmuran Bersama?

Gugatan dan Kegelisahan BersamaKrisis berkepanjangan yang kita rasakan sampai saat ini melahirkangugatan dan kegelihan rakyat yang dampaknya juga bisa berkepan-jangan. Gugatan dan kegelisahan rakyat ini umumnya diungkapkandalam bentuk pertanyaan generik :“Kapan Indonesia benar-benar keluar dari krisis dan kemudian bangkit kembali?”.

Gugatan dan kegelisahan ini menuntut peran kepemimpinanuntuk menyelesaikannya. Rakyat, tentu, punya kesabaran untuk men-jaga harapan-harapannya tetap hidup. Harapan bahwa pemimpin-pemimpin politiknya akan segera mengeluarkannya dari krisis.Tapi,rakyat juga punya batas kemampuan dan kesabaran untuk memperta-hankan harapan-harapannya tersebut.

Dengan sedikit frustrasi, rakyat melanjutkan gugatan dan kegeli-sahannya melalui pertanyaan,“Mengapa negara-negara lain yang jugaterkena krisis kini telah pulih dan telah membangun kembali pereko-nomian dalam negerinya dengan capaian yang baik?”; atau :“Sampaikapan rakyat harus bersabar untuk menunggu pulih dan bangkitnyaperekonomian nasional, yang juga menandai tingkat kesejahteraanmereka?” Pertanyaan kritis seperti ini tentu dapat diperpanjang dantentu masih banyak lagi—lebih banyak dari jawaban yang tersedia.

Pertanyaan-pertanyaan di atas —yang mencerminkan gugatandan kegelisahan—wajar lahir dari rakyat yang menaruh harapan padapemimpin-pemimpinnya. Walaupun kita merasakan bahwa perta-nyaan-pertanyaan tersebut ada yang bersifat emosional dan kadangbias, tetapi kita juga menyadari bahwa pertanyaan-pertanyaan tulusrakyat tersebut harus bisa disikapi secara baik. Tidak hanya karena

1

Page 6: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pertanyaan-pertanyaan tersebut sungguh layak diajukan tetapi jugaadalah tugas para pemimpin untuk terus membangun harapan, me-ngembangkan peluang, dan mencari jalan terbaik bagi rakyat sehing-ga dari waktu ke waktu rakyat memiliki pilihan-pilihan sah yangterus berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitashidupnya.

Meskipun tulisan ini tidak bermaksud mengupas tuntas perta-nyaan-pertanyaan di atas dan juga tidak bermaksud untuk memberi-kan jawaban paripurna atas pertanyaan-pertanyaan di atas, tetapimendengarkan dan memikirkan dengan hati dan pikiran terbuka atasgugatan dan kegelisahan rakyat tersebut, temasuk mendengarkankeluhan dan harapan dari saudara-saudara kita di berbagai daerah, dariberbagai lapisan masyarakat dan dari berbagai profesi, tentulah meru-pakan sikap yang bijak. Bahkan bagi mereka yang memiliki otoritas,dan kemampuan untuk menentukan pilihan-pilihan, mengambilkeputusan dan memformulasikan kebijakan publik, kesediaan untukmendengar dan memikirkan suara-suara rakyat tersebut bukan hanyabijak, tetapi juga amat bermanfaat bagi embanan tugasnya dalammelahirkan dan melaksanakan kebijakan publik yang berkualitas danyang dimiliki oleh seluruh komponen masyarakat. Di masa lalu, ruangkebijakan dan akses rakyat terhadap ruang kebijakan seperti ini tidakbanyak tersedia; namun, dalam alam demokratisasi dewasa ini inter-aksi dan komunikasi publik dalam ruang-ruang pembuatan kebijakanseperti ini merupakan keniscayaan sekaligus kebutuhan.

Perbincangan yang saya lakukan dengan banyak pihak dariberbagai daerah, dari berbagai lapisan masyarakat, dan dari berbagaiprofesi secara terus menerus —dari waktu ke waktu—dengan topikyang amat beragam —politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum danHAM, serta keamanan—sering dan terus memberikan inspirasi yangmemperkuat semangat saya untuk ikut memperbaiki negeri ini.

Dalam tulisan ini, saya akan mengartikulasikan gugatan, kegelisa-han, keluhan, dan harapan rakyat di atas —tanpa bermaksud untukmemberikan jawaban serba tuntas kecuali kerangka berpikir bersamayang harus kita uji dalam proses perwujudannya ke depan—denganmelihat hubungan antara masyarakat, bisnis, dan politik dalam ke-rangka pembangunan ekonomi ke depan, yaitu untuk membangunkemakmuran bersama yang berkeadilan.

Untuk itu, saya akan membebaskan diri saya dengan mengguna-kan konsep-konsep yang umum dipahami tanpa harus terperangkap

2

Page 7: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pada istilah-istilah teknis ekonomi atau pun politik; walau, tentu,prinsip-prinsip kesahihan akan gagasan yang tertuang di sini akantetap saya jaga dan junjung tinggi. Untuk memulai pemaparan, sayaakan mengangkat butir-butir hasil pembicaraan saya dengan berbagaikalangan yang saya pandang cukup penting dan relevan dengan topiktulisan ini.

Masyarakat dan Dunia Usaha BersuaraKeprihatinan, kegelisahan, dan keluhan masyarakat —yang berdiskusidengan saya di berbagai kesempatan dalam kunjungan saya ke daerah-daerah, ke berbagai pasar tradisional dan pusat-pusat pertokoan, kedaerah-daerah konflik, ke barak-barak prajurit, ke sekolah-sekolah, keuniversitas-universitas, ke perkampungan-perkampungan nelayan,dan ke berbagai pelosok pedesaan dan pertanian di tanah air—bera-da dalam kisaran yang sangat luas. Mereka menyuarakan berbagai hal,dari kegelisahannya atas perpolitikan yang terus diwarnai pertikaiansampai beban hidupnya yang semakin berat.

Dalam bahasa yang mereka suarakan dan kondisi yang merekarasakan, masyarakat, di antaranya, memprihatinkan dan mengeluhkan:● Mengapa reformasi yang telah berlangsung 5 tahun ini belum

mendatangkan kebaikan bagi negeri ini, baik secara politik,ekonomi, sosial, hukum maupun keamanan? Adakah yang salahdengan cara-cara kita mengelola reformasi ini?

● Bagaimana sebenarnya kita memaknai kehidupan politik yangdemokratis dan demokrasi itu sendiri? Adakah demokrasi mem-beri legitimasi dan jastifikasi bahwa demi kebebasan, ketente-raman dan ketertiban masyarakat (public order) boleh dikorbankan?

● Apakah memang tidak ada jalan ke arah rekonsiliasi nasional yangsejati, sehingga para elit politik dan komponen masyarakat yangpernah terlibat dalam konflik masa lalu tidak terus terpecah danbermusuhan?

● Meskipun upaya pemulihan dan pembangunan ekonomi akibatkrisis itu memerlukan waktu, sesungguhnya strategi dan cetak bi-ru yang ditetapkan seperti apa? Tidak dapatkah dilakukan berba-gai percepatan agar ekonomi kita dapat segera bangkit kembali?

● Sejauh mana komitmen bersama antara pemerintah dengan duniausaha untuk bersama-sama memulihkan perekonomian nasional,serta menggerakkan kembali perekonomian yang melibatkanrakyat kita?

3

Page 8: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

● Mengapa masyarakat kita mudah sekali memilih cara kekerasanuntuk menyelesaikan konflik yang ada, dan mengapa jalan per-damaian (peaceful conflict resolution) menjadi sesuatu yang mahal?Cara apa yang benar-benar efektif untuk menumbuhkan kembaliharmoni, toleransi dan kohesi sosial yang tinggi dalam kehidupanmasyarakat kita?

● Meskipun reformasi di bidang hukum amat tidak mudah, karenadi samping berkaitan dengan segi struktural (sistem, undang-un-dang, kelembagaan dan profesionalitas penegak hukum) juga me-nyangkut segi kultural (menyangkut moral dan etika para pene-gak hukum serta juga sangat berpulang kepada disiplin dan kepa-tuhan masyarakat untuk mematuhi ketentuan hukum yang ber-laku), apakah tidak saatnya law enforcement itu dijalankan denganlebih serius? Tidakkah semua ini untuk memenuhi rasa keadilanbagi masyarakat?

● Meskipun gangguan keamanan di tanah air dua tahun terakhir initerus membaik, kecuali di Aceh yang memang khas, dapatkah sta-bilitas dan keamanan nasional ini benar-benar dipulihkan sehing-ga dapat dibangun kondisi keamanan yang lebih berkelanjutan(sustainable)?

Khusus di bidang ekonomi dan dunia usaha, mereka mengiden-tifikasi dan mengedepankan permasalahan-permasalahan sebagai be-rikut:● Harga-harga kebutuhan pokok masih dirasakan terlalu tinggi.

Sandang, pangan, dan papan walau tersedia sulit untuk mengga-painya. Beras, gula dan lauk terus meningkat harganya. Dokterdan obat semakin mahal untuk didapat-kan (bahkan ada di antaramereka yang bilang untuk bisa berobat ke dukun saja rasanya su-dah semakin tidak terjangkau). Pendidikan anak tak pelak terkor-bankan, bahkan banyak di antaranya yang harus putus sekolah.

● Pekerjaan masih sulit didapatkan. Angka pengangguran masihtetap tinggi. Bahkan, banyak di antara mereka yang terpaksa harusmenganggur karena perusahaan tempat dia bekerja bangkrut ataukarena adanya pengurangan pekerja.

● Jangan tanya daya beli. Menurut mereka, sudah semakin banyakwaktu yang dicurahkan untuk bekerja, termasuk dengan curahanwaktu dan tenaga perempuan dalam keluarga untuk membantuekonomi keluarga, namun kebutuhan pokok masih juga belum

4

Page 9: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

terjangkau apalagi untuk kebutuhan di luar kebutuhan pokok.● Produk-produk pertanian dihargai murah karena harus bersaing

dengan produk luar negeri yang katanya mutunya lebih baik.Biaya usahatani semakin meningkat di tengah harga produk per-tanian yang tidak meningkat sesuai dengan peningkatan biayaproduksi.

● Produk perikanan tidak langsung bisa dipasarkan oleh nelayan,yang berarti harus menanggung biaya tambahan untuk mela-kukan penyimpanan. Hasil tangkapan ikan semakin rendah jum-lah dan kualitasnya karena lingkungan perairan yang sudah se-makin buruk.

● Jalan-jalan pertanian dan jaringan-jaringan irigasi semakin banyakyang rusak karena kurangnya pemeliharaan dan kurang me-madainya jumlah dana pemeliharaan.

● Jalan-jalan umum semakin banyak yang rusak, listrik semakinmahal, dan telepon semakin mahal pula.

● Mereka sudah ingin segera keluar dari krisis dan ingin kehidupanyang lebih baik, terutama untuk bisa mengembangkan keluar-ganya secara lebih baik.

● Para penganggur mengharapkan dunia bisnis dapat segera berge-rak, sehingga mereka bisa bekerja kembali.

Secara umum, masyarakat —dalam kesabaran dan kepatuhan-nya—mengharapkan para pemimpin politik untuk segera menge-luarkan mereka dari beban kehidupan yang semakin berat dan segeramembangun kehidupan bersama yang lebih baik. Mereka mengha-rapkan proses reformasi yang sedang berlangsung justru bisa meng-angkat kehidupan mereka pada tataran yang lebih tinggi.

Di tengah harapan masyarakat akan bangkitnya dunia usaha, duniausaha juga menyuarakan keprihatinanya sendiri. Keprihatinan dankeluhan kalangan dunia usaha yang dapat saya kenali dan simpulkanadalah bahwa iklim usaha yang kondusif bagi kebangkitan duniausaha masih belum terwujud benar. Ketidakpastian dan hambatanberusaha, termasuk dari sebagian pejabat pemerintah dan anggotalegislatif, masih dirasakan. Masalah ketenagakerjaan dan kepastian hu-kum juga dipandang belum mendapatkan pengelolaan yang efektif.Akibatnya, dunia usaha sulit berkembang, kurang kompetitif dan me-nanggung dampak ekonomi biaya tinggi.

Untuk menyebut beberapa, dari perbincangan saya dengan para

5

Page 10: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pengusaha kelas menengah dari Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,Bali, Aceh, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat, berikut inisaya kedepankan pendapat dan keluhan mereka :● Peraturan yang ada di daerah sering kacau dan tumpang- tindih.● Pengelolaan masalah perburuhan sering tidak konstruktif.● Pemerasan pajak dan pungutan liar masih sering terjadi.● Dengan kolusi yang saling menguntungkan antara sebagian peng-

usaha dan oknum penguasa maka tumbuh bisnis perjudian dankegiatan ilegal lainnya.

● Banyak pejabat daerah yang bak raja kecil menetapkan aturansemaunya sendiri.

● Perusahaan sering menerima input tenaga kerja yang ternyataketerampilan dan pengetahuannya jauh di bawah standar, dan ten-tunya ini berkaitan dengan mutu dan kebi-jakan pendidikan yangmenjadi tanggung jawab pemerintah.

● Kurang adil dan kurang seimbangnya antara kewajiban swasta un-tuk membayar pajak, menampung tenaga kerja dan ikut mem-bangun lingkungan sekitarnya di satu sisi, dengan perlindunganpemerintah yang kurang memadai ketika perusahaan menghadapipermasalahan sosial, politik dan keamanan di sisi yang lain.

● Praktek tender atas proyek-proyek yang menggunakan anggaranbelanja pemerintah sering tidak transparan.

Sudah barang tentu permasalahan yang diangkat oleh kaumpengusaha menengah tersebut bersifat kontekstual, situasional sertamencerminkan lingkungan dan kepentingan dunia usaha di wilayahmasing-masing. Jika kemudian saya lanjutkan dengan pandanganasosiasi dunia usaha dan organisasi profesi, dapat saya kemukakansebagai berikut :● Perlu dibangun kultur baru dunia usaha di Indonesia dengan

membangun dan mengembangkan kelompok menengah yangbenar-benar professional yang memiliki etika bisnis yang me-menuhi standar kehidupan bisnis yang dapat diterima bersama.

● Sektor ekonomi yang terbukti berhasil menjadi sandaran danrelatif mampu bertahan ketika Indonesia diguncang krisis, seper-ti sektor pertanian dan usaha kecil dan menengah (UKM) harus-nya mendapatkan prioritas untuk lebih dikembangkan di masadepan.

● Demi kepentingan para petani, tanpa terlalu banyak mengorban-

6

Page 11: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

kan daya saing produk pertanian yang kita hasilkan, diperlukankebijakan yang tepat dan konsisten mengenai pangan pokok,terutama perberasan dan pergulaan.

● Sektor perikanan merupakan peluang bisnis yang menjanjikan,kiranya pemerintah dapat lebih mengembangkan sektor ini dimasa depan.

● Komoditas kelapa sawit, yang potensi produksi dan pasarnya besarharus dipacu perkembangannya.

● Usaha-usaha informal yang banyak dimasuki masyarakat di saatperekonomian sedang lesu hendaknya dibangkitkan menjadiusaha-usaha formal sehingga pemerintah bisa memberikan per-lindungan dan memfasilitasi perkembangannya.

● Agar dunia usaha segera dapat bangkit, kebijakan perpajakan yangtidak adil dan biaya-biaya siluman harus ditiadakan.

● Kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah sebaiknya“simple”, yang penting sungguh dijalankan dan dipatuhi.

Pengamatan para pengusaha terhadap diri dan lingkungannyatersebut, termasuk bagaimana dimensi politik dan peran pemerintahyang dapat memberikan pengaruh dan implikasi kepada mereka,patut kita renungkan untuk pembahasan lebih lanjut. Cara pandangdemikian amat penting, agar kita terhindar dari kesalahan berpikirbahwa seolah-olah maju mundurnya suatu perekonomian nasionalterletak pada peran dan kinerja pemerintah semata, sedang yang lain-nya diletakkan pada nomor sekian. Paradigma bengkok seperti iniharus kita buang jauh-jauh.

Adalah benar bahwa peran pemerintah tetap penting, sekalipundalam sistem perekonomian liberal. Hal tersebut analog dengan tetappentingnya peran pemerintah (baca: nation-state) dalam lingkungansistem pasar terbuka. Namun, perlu diingat bahwa selalu ada empatpelaku ekonomi, yakni rumah tangga, swasta/perusahaan, pemerintahdan pelaku bisnis asing. Keempat pelaku ekonomi inilah yang sesung-guhnya menggerakkan perekonomian nasional, yang akumulasi ki-nerjanya tercermin pada output nasional atau pendapatan nasional,yang secara kuantitatif dinyatakan dalam besaran GNP atau GDP ataudengan ukuran lain yang bersifat kualitatif. Dalam realitasnya, sektorswasta adalah pelaku aktif dalam menggerakkan roda perekonomiandalam tataran aturan main yang disepakati bersama. Pemerintah ber-peran penting dalam menyusun serta menegakkan aturan main terse-

7

Page 12: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

but, dan sampai batas tertentu memiliki posisi sentral dalam meng-awasi pelaksanaan kesepakatan itu.

Pemerintah juga memiliki fungsi penting sebagai penyeimbangperan antara perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan kecil danmenengah (UKM) serta antara perusahan dengan masyarakat. Fungsipenting seperti ini dimiliki oleh pemerintah negara-negara majumaupun berkembang. Dengan demikian, pertanyaan yang kritis bu-kanlah, “Adakah keterlibatan pemerintah dalam perekonomian me-rupakan hal penting?”; namun, “Peran apakah yang seharusnya di-mainkan pemerintah agar para pelaku ekonomi dan masyarakat secaraluas dapat menjalankan fungsinya masing-masing secara optimal?”

Untuk melihat secara proporsional peran pemerintah dalam per-ekonomian, kita layak untuk menyimak apa yang dikatakan olehStiglitz (1997), seorang pemenang hadiah Nobel bidang ekonomimengenai pemerintah-pemerintah di Asia Timur sebagai berikut :

“There is widespread consensus that government played an activerole, a far more active role than that of governments in most devel-oped countries. In most of the East Asian countries, they createdmarketlike institutions, such as banks. In some, as Korea, they con-trolled the allocation of much of the capital. Even today, the govern-ment there appoints the heads of all private banks.They encouragedprivate firms to undertake certain activities (and used economicinstruments, both carrots and sticks, to obtain private sector coopera-tion).When the private sector did not undertake the desired activi-ties, they undertook them : Both Korea and Taiwan constructedhighly efficient steel mills.They picked enterpreneurs to undertakesome projects and lent them the requisite capitals. Governmentinterventions were, if not heavy-handed, at least ubiquitous”.

(“Ada kesepakatan dan pemahaman umum bahwa pemerin-tah memainkan peranan sangat penting bahkan lebih aktifdari pemerintah di negara-negara maju. Di banyak negara diAsia Timur, pemerintah mengembangkan lembaga-lembagayang berfungsi seperti pasar, misalnya bank. Di banyak ne-gara di wilayah ini, semisal Korea Selatan, pemerintah me-ngendalikan alokasi modal dalam jumlah yang signifikan;bahkan, juga menunjuk pimpinan-pimpinan bank swasta.Pemerintah mendorong perusahaan swasta untuk menja-lankan suatu aktivitas tertentu (dengan menggunakan ins-

8

Page 13: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

trumen ekonomi yang memberikan insentif maupun dis-insentif untuk menciptakan kerjasama sektor swasta). Jikasektor swasta tidak menjalankan aktivitas yang dimaksudsesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, pemerintahmengambil alih aktivitas tersebut : Korea Selatan dan Taiwanmembangun pabrik baja yang sangat efisien. Pemerintah-pemerintah tersebut menunjuk wiraswastawan-wiraswasta-wan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas penting denganmeminjamkan modal yang diperlukan. Campur tangan pe-merintah, jika tidak bisa dikatakan terlalu dalam, setidaknyakita temukan di mana-mana”)1.

Adakah Kebangkitan Dunia Usaha?Meskipun saya belum menggambarkan keadaan perekonomiannasional berikut dunia usahanya pasca krisis, dewasa ini telah menja-di pengetahuan umum bahwa situasi perekonomian belum pulihbenar—pertumbuhan hanya sekitar rata-rata 3,5 persen dalam 3tahun terakhir dengan nilai PDB (Produk Domestik Bruto) yangbelum besar, yaitu baru mencapai Rp. 1.610 triliun pada tahun 2002.Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelumkrisis yang rata-rata sekitar 7 persen, hal ini mengindikasikan bahwasituasi perekonomian kita masih membuat dunia usaha kita relatifstagnan. Oleh karenanya, menjadi wajar jika bukan hanya para peng-usaha atau masyarakat melainkan juga pihak lain yang memper-tanyakan apakah perekonomian nasional dan dunia usaha Indonesiaakan dan dapat bangkit kembali. Jika jawabannya ya, berapa lama lagi?

Sebagai bangsa yang bertanggung jawab pada masa depannya dansekaligus pada generasi selanjutnya, jawaban yang harus kita berikanharus sangat positif dan yakin bahwa perekonomian dan dunia usahaIndonesia akan bangkit kembali. Kita harus bersatu, melangkahbersama dan bekerja keras untuk kepentingan nasional yang amatfundamental itu. Ekonomi Indonesia bukan hanya kita pulihkan dankemudian kita bangun kembali, tetapi baik secara struktural maupunkultural harus dilakukan revitalisasi dan reformasi.

Pemulihan dan rekonstruksi ekonomi penting kita lakukan agarkita segera berada pada tingkat pertumbuhan yang setara dengansebelum krisis dengan sumber-sumber pertumbuhan yang berkuali-

9

1 Terjemahan bebas penulis atas sitiran di atas.

Page 14: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

tas, dan kemudian kita pacu lebih jauh lagi untuk dapat mengatasipersoalan ekonomi yang sangat mendasar seperti pengangguran, ke-miskinan dan pembangunan infrastruktur. Sedangkan reformasi danrevitalisasi dengan mengukuhkan tatanan ekonomi, memperkuat fun-damental ekonomi, serta membangun good governance dalam ling-kungan perekonomian nasional perlu kita lakukan secara sungguh-sungguh agar perekonomian kita tahan terhadap berbagai goncangan,memiliki tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi, dan dapatmencegah dan sekaligus menindak tegas praktek korupsi, kolusi dannepostisme, sehingga menjadi perekonomian yang berkelanjutan.

Faktor–faktor di atas merupakan keharusan untuk bangkitnyaekonomi Indonesia. Seiring dengan membaiknya faktor-faktor terse-but kita yakini dunia usaha Indonesia akan bangkit dan tumbuh kem-bali secara berkeadilan. Kita layak meyakini hal ini, bukan hanya kare-na kita mau dan mampu untuk melakukannya tetapi sejarah mem-buktikan bahwa krisis juga anugerah. Arnold C. Harberger (2001),seorang pioner dalam teori ekonomi pembangunan, dalam tulisannyaThe View from the Trenches Development Proceses and Policies as Seen by aWorking Professional, menyatakan bahwa :

“History tells us that major crises open multiple windows of oppor-tunity and that in placid times government rarely get the chance toinstitute major reforms; if they do, the reforms are likely to be inselected areas that fate and history conspire to bring under the spot-light the public attention while the particular government holds thereins of power”.

(“Sejarah mengajarkan kita bahwa krisis besar membukapeluang lahirnya kesempatan yang tak hingga di mana padasituasi biasa pemerintah jarang memiliki kesempatan untukmelembagakan perubahan yang mendasar; kalau, pemerintahmelakukannya, umumnya hanya perubahan-perubahan yangtidak mendasar bagi isu-isu yang sedang disoroti masyarakat;selebihnya, pemerintah akan lebih aman kekuasaannya de-ngan tidak melakukan perubahan-perubahan yang men-dasar”)2

10

2 Terjemahan bebas penulis atas sitiran di atas.

Page 15: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Akan Datangkah Kemakmuran Bersama yang Berkeadilan?Kemakmuran bersama yang berkeadilan, dan bukan kemakmurankelompok tertentu atau orang-orang tertentu, adalah amanat konsti-tusi. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 —pre-ambule konstitusi negara ini sesungguhnya mencerminkan dan me-manifestasikan semangat dan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia—seperti yang ditunjukkan oleh kata-kata “memajukan kesejahteraanumum” dan “dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia”. Inilah rumusan azasi dari kemakmuran bersamayang berkeadilan tersebut.

Layak kiranya kita senantiasa mengingat pesan dari para pendirinegara ini mengenai bagaimana negara kita seharusnya dibangun.Pada tanggal 21 November 1950, pada dua kesempatan yang berbe-da di Medan, Bung Hatta mengingatkan kita bahwa :

“Tujuan kita bukan semata-mata Indonesia Merdeka yangberdaulat, tetapi Indonesia Merdeka bagi kita hanya suatusyarat untuk mencapai Indonesia yang adil dan makmur”

“Walau kita sekarang telah merdeka dan berdaulat, kitabelum mencapai apa yang kita tuju ialah Indonesia yang adildan makmur. Mencapai hidup yang makmur! Mencapainegara yang dapat memenuhi keadilan sosial, itulah tujuankita! Kemerdekaan hanyalah satu cara kita bisa menyeleng-garakan apa yang kita cita-citakan. Kemerdekaan berartimempunyai kekuasaan sendiri, dan dengan kekuasaan itukita bisa menyelenggarakan apa yang selama ini menjadicita-cita rakyat kita. Indonesia yang merdeka dan berdaulattelah kita selenggarakan. tinggal lagi pekerjaan yang lebihberat, yaitu mencapai Indonesia yang adil dan makmur”

Kemakmuran bersama ini perlu kita angkat kembali bukan sema-ta-mata karena merupakan amanat konstitusi, dan bukan pula karenasetelah 58 tahun Indonesia merdeka kemakmuran bersama itu belumdapat kita capai. Kemakmuran bersama perlu kita perhatikan kembalikarena telah terjadi ketimpangan dan kepincangan dalam realitaskehidupan bersama kita sebagaimana ditandai dengan besarnya ke-miskinan (dengan ukuran apapun yang digunakan); sementara, sege-lintir rakyat Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa. Saya tidaktahu apa yang ada di benak Adam Smith (1723-1790) ketika mener-

11

Page 16: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

bitkan buku The Wealth of Nation atau lengkapnya berjudul An Inquiryinto the Nature and Causes of the Wealth of Nations, ataupun yang adapada pikiran dasar Karl Marx (1818-1883) ketika menulis Capital, dankemudian bersama Friedrich Engels menerbitkan buku Manifesto ofthe Communist Party. Boleh jadi mereka berpikir tentang kemakmur-an dan keadilan sebuah bangsa, tentu dalam perspektif masing-ma-sing. Boleh jadi pula kedua tokoh yang pikiran-pikirannya telahmengubah kehidupan masyarakat dunia tersebut, memberikan pe-maknaan sendiri-sendiri terhadap paradigma keadilan dan kemak-muran, termasuk konsep dan jalan yang perlu ditempuh untukmenuju kehidupan bangsa yang adil dan makmur itu.

Tetapi, satu hal yang menguatkan kehendak dan determinasi kitasebagai bangsa Indonesia untuk terus berjuang menciptakan kemak-muran bersama yang berkeadilan ini ialah karena sejak negara iniberdiri telah lahir dan bersemi cita-cita seperti itu. Cita-cita itulahyang sering dituturkan dalam bahasa Jawa: “Gemah ripah, loh jinawi,toto tenterem, karto raharjo”. Cita-cita ini bukanlah keinginan belaka,melainkan sesuatu yang secara aktual dapat kita capai. Sumberdayaalam Indonesia sungguh besar dan potensial untuk dikembangkan.Misalnya lahan pertanian kita mencapai 49,4 juta hektar, dan 9,7 jutahektar daripadanya berupa lahan tidur yang jika dimanfaatkan bisamenjadi sumber-sumber kesejahteraan rakyat dan tentu akan mem-berikan sumbangan produksi pertanian yang cukup signifikan. Demi-kian pula dengan sumberdaya yang masih relatif besar dalam sektorperikanan laut. Manajemen yang benar atas sumber daya alam terse-but dan sumberdaya alam lainnya, yang dilakukan oleh sumberdayamanusia yang terampil dan kalangan swasta yang handal dengan men-dayagunakan kapital sosial, akan benar-benar menunjang tercapainyacita-cita kemakmuran bersama. Penguasaan teknologi ke depan tentuakan semakin baik, sehingga paduan antara sumber daya alam, tek-nologi dan manajemen yang efektif akan benar-benar menghasilkankinerja perekonomian nasional yang dapat terus mendorong berkem-bangnya kemakmuran bersama yang berkeadilan.

12

Page 17: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

2

Kegagalan Dunia Usaha dan Ekonomi Indonesia :

Pelajaran Dari Krisis

Mengapa Ekonomi Indonesia Runtuh?Ketajaman analisis dan kejujuran mengakui runtuhnya ekonomiIndonesia akibat krisis yang lalu amat diperlukan agar kita tidak men-galami nasib yang sama di masa depan. Hal ini juga dimaksud untukmemperkokoh sistem dan fundamental ekonomi kita, termasukmelalui pengembangan aturan main yang adil dan penuh kepastian.Banyak kajian dan analisis yang membahas latar belakang dan penye-bab utama dari jatuhnya ekonomi Indonesia akibat hantaman krisistahun 1997 yang lalu.

Di bawah ini saya kedepankan daftar dari penyebab krisis dankejatuhan ekonomi Indonesia :● Secara regional dan dari aspek geo-ekonomi, Indonesia menda-

patkan efek berantai dari krisis moneter yang terjadi di Thailanddan Korea Selatan (the contagion effect).

● Sebagai rangkaian dari efek berantai tersebut, di dalam negeri ter-jadi spekulasi dan perilaku panik yang luar biasa, diikuti dengangelombang pemindahan modal keluar negeri (capital flight) yangbergerak sangat cepat.

● Kebijakan pemerintah Indonesia untuk merespons krisis monetertersebut, meskipun kemudian resepnya juga disusun secara ber-sama dengan IMF, dinilai tidak tepat. Kesalahan kebijakan ini ter-masuk sebagai faktor penyebab terjadinya krisis perbankan yangstrukturnya sebenarnya sudah lemah, sekaligus sebagai pemicumeledaknya hutang dalam negeri.

● Secara struktural, cukup banyak yang menilai bahwa krisis eko-nomi disebabkan oleh hubungan politik dengan bisnis (crony

13

Page 18: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

capitalism), terutama hubungan antara pemerintah dan pengusahayang tidak sehat yang pada gilirannya mengakibatkan kesalahanyang bersifat sistemik serta menimbulkan inefisiensi dan disfungsistruktural.

● Bentuk lain dari hubungan tidak sehat antar penguasa dan peng-usaha seperti disinggung di atas adalah kroniisme, yang memangsasumberdaya dan output ekonomi kita dalam skala yang besar.

● Absennya good governance pada pemerintahan yang lalu, yang se-sungguhnya merupakan turunan dari kegagalan institusi negaradalam membangun dan menegakkan aturan hukum, juga meru-pakan faktor penyebab yang bersifat struktural.

Kesimpulan utama yang dapat kita bangun dari penyebab-penye-bab jatuhnya Indonesia ke dalam krisis ekonomi sedahsyat itu adalahpaduan dari faktor eksternal dan faktor internal, paduan dari tatananyang tidak sehat yang bersifat struktural (yang membudaya dan me-lembaga) dan faktor-faktor yang sifatnya situasional, serta paduanantara faktor-faktor yang di luar kontrol dan sentuhan dan kesalahankebijakan serta pengelolaan. Dan, yang juga mendasar adalah, terba-ngunnya suatu pola hubungan kolutif antara penguasa dan pengusa-ha sehingga banyak fungsi-fungsi publik dan fungsi-fungsi kemasya-rakatan yang campur aduk, baik dari perspektif langkah politik pe-nguasa maupun dari bisnis para pelaku ekonomi. Hal ini mengakibat-kan pondasi ekonomi kita melemah dan menyisakan persoalan-per-soalan struktural dan sistemik yang sampai saat ini masih kita rasakanakibatnya.

Mengapa Dunia Usaha Ambruk?Lemahnya bangun dan struktur ekonomi politik nasional yang di-topang oleh persekutuan tidak sehat atau kolutif antara penguasa danpengusaha tidak mampu menahan efek berantai yang bergerak dariThailand dan Korea. Ketidakmampuan bangun dan struktur ekono-mi politik nasional dalam menghadapi goncangan eksternal inilahyang menyebabkan ambruknya ekonomi nasional. Pertumbuhan eko-nomi menurun tajam, nilai tukar rupiah jatuh pada tingkat yang sulitdibayangkan oleh dunia usaha sebelumnya, dan disertai dampak ikut-an lainnya. Hal inilah yang menyebabkan ambruknya dunia usaha.

Lebih lanjut, dari sisi penerimaan agregat, turunnya PDB yang di-sebabkan oleh berkurangnya daya beli masyarakat yang mengait lang-

14

Page 19: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

sung kepada konsumsi masyarakat, anjoknya investasi baik PMA mau-pun PMDN (yang diakibatkan oleh tingginya suku bunga dan fak-tor-faktor lain seperti permasalahan perpajakan, kepabeanan, perbu-ruhan, kepastian hukum, serta stabilitas politik dan keamanan), ren-dahnya belanja pemerintah, serta kecilnya skala ekspor kita, menye-babkan ruang untuk pergerakan dunia usaha menjadi terbatas.

Dari sisi lain, pihak swasta, terutama yang berskala besar —danterutama yang terkait dengan kredit pinjaman dari perbankan sertayang tergantung pada faktor produksi yang diimpor sehingga transak-sinya menggunakan nilai tukar dollar AS—segera terlibat dalamhutang yang sangat besar akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiahsecara sangat tidak rasional. Inilah pukulan langsung ke sektor swastayang mengakibatkan cukup banyak di antara mereka gulung tikar.Dampak turunannya menjadi amat banyak, baik karena faktor lesunyaperekonomian nasional maupun kesulitan langsung yang dialami olehpihak swasta itu sendiri. Kesulitan tersebut antara lain ialah sulitnyaproses mengekspor komoditas oleh perusahaan eksportir, menciutnyaukuran pasar domestik, modal usaha yang tidak tersedia atau sulitnyamendapatkan kredit baru untuk usaha, masalah perburuhan, sertagangguan keamanan dan ketertiban publik yang sering berpengaruhpada aktivitas usaha.

Justru yang menarik dan patut kita jadikan pelajaran yang pentingadalah tetap bertahannya sejumlah sektor usaha, di tengah lesunyadunia usaha. Sektor yang masih bertahan dan bahkan berkelanjutanadalah sektor pertanian secara luas, termasuk perikanan dan kehutan-an. Sektor lainnya dengan pelaku ekonomi swasta yang juga mampumenjadi sandaran adalah usaha kecil dan menengah (UKM) danpengusaha informal. Dalam sebuah wawancara pada medio 1998,mendiang Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo “memuji” daya tahanmasyarakat kita kendati digoncang oleh krisis sedahsyat itu. Begawanekonomi Indonesia tersebut lebih lanjut mengatakan bahwa sebenar-nya kalau menyimak indikator-indikator ekonomi mestinya Indo-nesia sudah parah betul.Tetapi, diakui, bahwa penyelamatnya adalahtetap berjalannya sektor-sektor informal yang justru tidak tergambardalam statistik ekonomi kita, yang konon di Italia masa lalu disebutsebagai grey economy.

Sampai saat ini, sektor pertanian menyerap sekitar 44 persen daritenaga kerja nasional dan UKM mempekerjakan sekitar 67 persendari tenaga kerja sektor industri. Ini menyadarkan kita akan penting-

15

Page 20: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

nya meletakkan sektor pertanian dan peran UKM secara proporsio-nal dalam upaya pembangunan ekonomi nasional sehingga menjadisektor yang lebih tahan akan guncangan dan berkembang secara adil.Artinya, disamping kedua sektor ini diupayakan agar tetap mampumenyerap banyak tenaga kerja dan membuka peluang berkompetisisecara sehat serta berkelanjutan di masa depan, peningkatan kualitashidup para pelakunya harus diprioritaskan.

Bisnis dan Politik : Hubungan Yang Tidak SehatSecara jujur harus kita akui bahwa hubungan antara bisnis dan poli-tik di masa lalu tidaklah dalam format yang sehat dan konstruktif.Hubungan antara kedua elemen itu bersifat simbiotik yang salingmenguntungkan. Menguntungkan bagi kedua pihak itu, namun samasekali tidak menguntungkan bagi negara dan rakyat.

Sebuah rezim politik yang berkuasa dalam kurun waktu yangpanjang, dan terus bergulat untuk mempertahankan kekuasaan itu,tentu cenderung korup. Lord Acton mengatakan bahwa kekuasaanitu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut juga akan korup se-cara absolut (Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely).Sementara itu pesan moral serupa juga telah disampaikan oleh JohnSteinback,“Kekuasaan itu sesungguhnya tidak korup, justru yang ko-rup adalah rasa takut, yaitu takut kehilangan kekuasaan (Power does notcorrupt. Fear corrupts, perhaps the fear of loss of power). Kedua pesan bijakitu amat relevan untuk memahami kesalahan masa lampau, dan untukperbaikan di masa datang.

Untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan —atau bagi se-bagian lagi untuk mencapai kekuasaan—banyak (namun tidak semua)penguasa memanfaatkan hubungannya dengan para pengusaha.Penguasa mendapatkan sumber finansial yang diperlukan, dan untukitu terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh para penguasa untukmemberikan berbagai kemudahan kepada pengusaha yang tidak se-suai dengan aturan hukum dan aturan main yang ada. Dalam praktek-nya, absorpsi sumber-sumber finansial itu juga bermotifkan penum-pukan kekayaan semata oleh para kroni.

Iklim yang terbangun secara nasional —sebagai akibatnya—ada-lah tumbuh dan berlangsungnya penggerogotan aset dan outputnasional, sulitnya pemberantasan KKN, dan terus amannya praktekbisnis curang, seperti budaya penggelembungan biaya (mark up),monopoli, predatory capitalism dan lain-lain. Akibat ini semua, kaum

16

Page 21: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pengusaha profesional yang ingin berbisnis secara wajar dan menjun-jung tinggi aturan hukum menjadi tersisih. Hubungan dan kerjasamausaha dengan pihak asing yang pada umumnya amat patuh pada fairbusiness practices menjadi terhambat. Kecemburuan dan bahkan keti-daksukaan para pengusaha jujur kepada pengusaha curang menim-bulkan ketegangan sosial tersendiri. Bahkan, di sisi lain, muncul per-saingan non-bisnis yang tidak sehat antar sesama pengusaha.

Absennya Good GovernanceGood governace yang sering diartikan sebagai tata laksana dan kepeme-rintahan yang baik sebenarnya merupakan cermin dan manifestasidari aturan hukum, aturan main, dan etika. Unsur yang menonjoladalah akuntabilitas dan transparansi. Semua pihak harus akuntabel,baik kepada konstitusi, undang-undang, dan tentunya aturan mainyang berlaku.Yang dimaksudkan semua pihak adalah semua institusinegara termasuk pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Pada masalalu, good governance ini tidak dipraktek-kan secara memadai. Bahkansekarangpun kita masih bergulat dan berjuang untuk terus memba-ngun dan mengembangkan good governance ini dalam kehidupan ber-negara, berpemerintahan dan bermasyarakat. Tatanan dan perangkatyang diperlukan untuk terciptanya good-efective-governance di tingkatpusat sampai di daerah senantiasa perlu dikembangkan. Good gover-nance juga sangat penting dipraktekkan oleh kalangan bisnis melaluiprinsip good corporate governance.

Tiadanya praktek good governance bersamaan dengan lemahnyakontrol publik terhadap apa yang dilakukan oleh para penguasa danpara pejabat publik yang berlangsung pada periode itu, bukan hanyasering tidak efisien, tetapi juga sekaligus sarat dengan penyimpangan.Akumulasi dari itu semua adalah terjadinya ketidakadilan dan keti-dakmerataan pembangunan, ketahanan nasional yang tidak kokoh,serta kegagalan bangsa dalam menciptakan dan memanfaatkan pelu-ang yang tersedia, yang sesungguhnya akan lebih meningkatkan hasilpembangunan nasional yang dicapai.

17

Page 22: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

3

Revitalisasi dan Rekonstruksi Ekonomi Indonesia :Agenda 2015

Ekonomi Indonesia Sebelum dan Sesudah KrisisTerus terang, sebagai bangsa Indonesia kita amat bangga atas reputasidan kinerja perekonomian Indonesia sebelum krisis. Mari kita re-nungkan: dalam jangka panjang Indonesia dapat mempertahankan la-ju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi (7 persen per tahun) dandengan stabilitas makroekonomi yang cukup kokoh. Bahkan bersama-sama dengan Thailand dan Malaysia, Indonesia saat itu mulai dikate-gorikan sebagai The New Asian Tiger. Betapa bangganya kita saat itu.

Pengakuan tersebut juga diberikan oleh Bank Dunia dalam bukuyang dikeluarkannya pada bulan Mei 1997, beberapa bulan sebelumkita dihantam krisis, yang berjudul: “Indonesia, Sustaining HighGrowth with Equity”, dengan anak judulnya: “Macro-economicDevelopment and Policies: Managing Success and Reducing Risk”.Dalam buku ini, Bank Dunia menulis :

“Berdasarkan berbagai indikator makro, perekonomian In-donesia belakangan ini menunjukkan kinerja yang sangatbaik. PDB meningkat sebesar 7,8 persen dalam tahun 1996dan tingkat inflasi turun menjadi 6,47 persen. Investasi lang-sung dalam dan luar negeri semakin marak, surplus fiskalyang cukup besar berhasil dipertahankan dan meskipunberbunga tinggi percepatan pembayaran hutang luar negeripemerintah terus dilaksanakan. Cadangan devisa resmi naiksebesar USD 4 milyar selama 1996/ 1997”.

“Cuaca” tanah air yang terang benderang tersebut tiba-tiba ber-ubah dengan cepat, mendung, kemudian hujan lebat dan gelap.Akhirtahun 1997 merupakan masa kelabu bagi Indonesia.Tahun itu meru-pakan sebuah goncangan yang sangat dahsyat dan sekaligus meru-

18

Page 23: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pakan sebuah diskontinyuitas sejarah perekonomian yang sangat posi-tif dan sangat menjanjikan. Dari pertumbuhan yang tinggi, langsungmengalami kontraksi dan jatuh pada keadaan depresi (-13 persen).Inflasi membumbung cepat mencapai 78 persen. Nilai tukar uangyang semula berkisar Rp. 2500,- per 1 dollar AS, pada puncaknyamencapai Rp. 17.000,- per 1 dollar AS. Dunia perbankan ambruk,hutang luar negeri naik tajam, penggangguran meningkat dankemiskinan membengkak. Kehancuran ekonomi Indonesia ini dapatdisamakan dengan kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Inggrisketika kedua negara itu dan negara-negara lainnya mengalami TheGreat Depression awal tahun 1930-an.

Situasi perekonomian yang nyaris lumpuh inilah yang mewarnaitahun-tahun berat selanjutnya. Kini, kemunduran dan stagnasi ekono-mi ini masih kita rasakan dan menyisakan berbagai permasalahanekonomi yang sangat mendasar. Hutang dalam dan luar negeripemerintah menjadi sekitar USD 130 milyar. Jumlah pencari kerja 9juta orang, jumlah yang miskin dan relatif menganggur sekitar 42 jutaorang. Kerusakan dan ketidak-tersediaan infrastruktur amat besarkarena sangat terbatasnya anggaran dan kurangnya pemeliharaaninfrastruktur yang sudah ada, ditambah kurangnya pembangunaninfrastruktur baru. Investasi terus menurun dan kekuatan eksporbelum cukup kuat untuk meningkatkan output nasional kita.Akibat-nya laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis hingga saat ini hanyamampu dicapai pada kisaran 3–4 persen per tahun.

Meskipun pemerintah terus bergulat dalam upaya pemulihan danrekonstruksi perekonomian, dengan capaian yang relatif baik, namunkejatuhan yang begitu dalam dan kehancuran yang begitu banyak,upaya-upaya besar dalam kurun waktu 5–6 tahun ini belum dapatmengembalikan perekonomian ke tingkat kinerja yang setara dengansebelum krisis.Kita membutuhkan upaya-upaya yang lebih keras yangsistematikanya perlu dituangkan dalam suatu grand strategy yang dapatdipahami oleh semua pihak,3 untuk bisa menciptakan tatanan eko-nomi yang lebih baik, lebih transparan, berkeadilan, dan lebih ber-tanggung-jawab.

19

3 Arahan untuk memformulasi grand strategy dimaksud beserta grand politics yang diperlukan untuk mewujudkannya saya uraikan pada bab 6.

Page 24: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Perlu Segera Keluar dari Krisis dan Membangun KembaliEkonomi IndonesiaKrisis Nasional yang mencapai puncaknya tahun 1998 yang lalu danyang ekornya masih kita rasakan hingga kini memang harus segerakita akhiri. Saya memahami bahwa tidak ada resep ajaib yang secarainstan bisa menyudahi krisis ini.Tetapi, konsentrasi utama energi kitaharus dapat kita arahkan pada agenda besar ini.

Mencermati kinerja ekonomi tahun 2002 dan memperkirakancapaian ekonomi tahun 2003 ini memang bangsa Indonesia belummerasa nyaman benar. Apalagi kalau capaian makroekonomi inidituntut untuk dapat memecahkan masalah pengangguran, kemiskin-an dan pembangunan infrastruktur. Namun, di tengah situasi nasionaldan internasional yang serba tidak mudah, kita harus bersyukur danmemberi apresiasi kepada pihak-pihak yang secara gigih berupayauntuk meningkatkan keadaan ekonomi nasional, dan tentu terima-kasih dan apresiasi kepada para petani, nelayan, dan pengusaha infor-mal yang tetap gigih bertahan dengan segala kesabarannya di masasulit ini.

Bahkan pada mereka yang terakhir ini, masyarakat secara luas la-yak memberikan apresiasinya karena pertanian, perikanan, dan usahainformal telah mampu memberikan sandaran melalui kemampuannyadalam menyerap tenaga kerja yang tinggi, menghidupkan perekono-mian perdesaan dan aktifitas perekonomian informal, serta memasokpangan masyarakat secara terjangkau.

Mereka cukup tahan goncangan. Walau perbankan sedang am-bruk, tetapi ekonomi mereka tetap berjalan bahkan masih mem-berikan pertumbuhan positif.Tanpa banyak kita perhatikan sebelum-nya, mereka yang selama ini praktis tertelantarkan oleh kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikembangkan ternyata memiliki suatumekanisme yang disebut pasar uang lokal atau pasar uang komunitasdan sistem asuransi sosial atau sistem asuransi komunitas sehinggamereka masih mampu saling menopang di saat kondisi perekonomi-an sedang tidak baik.

Apresiasi ini haruslah termaknai secara baik dalam proses pe-ngembangan kebijakan ekonomi ke depan.Artinya, oleh karena pen-tingnya sektor-sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja dan dalammengatasi kemiskinan, maka perhatian ekonomi ke depan harusmemberikan perhatian yang luas dalam bentuk investasi yang terusmeningkat, pengembangan infrastruktur (ekonomi dan sosial) per-

20

Page 25: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

tanian dan perdesaan, pengembangan keterkaitan dengan industri danjasa, provisi pelayanan sosial, pengembangan enerji perdesaan, pe-ngembangan lembaga-lembaga pendukung usaha perdesaan termasukdi dalamnya lembaga pendanaan serta lembaga inovasi dan diseminasipertanian, dan tidak kalah pentingnya memajukan perempuan pe-desaan baik melalui peningkatan akses ke pendidikan, politik, mau-pun usaha. Di samping itu, diperlukan pengelolaan pasar domestikyang semakin berkembang, di samping membangun jaringan perda-gangan internasional, untuk produk barang dan jasa pertanian.

Hal ini penting tidak hanya karena mereka telah menjadi penye-lamat masyarakat, bangsa, dan negara ini di masa krisis tetapi jugapenting bagi perkembangan perkotaan dan industri. Stagnasi perta-nian akan mencekik pertumbuhan perkotaan dan sektor-sektor eko-nomi lainnya. Dukungan untuk membangun sektor pertanian danmengangkat derajat pelaku ekonomi informal perlu diupayakan seca-ra sistematis, serta dengan kuantitas dan kualitas usaha yang memadai.Dalam kaitannya dengan pembangunan sektor industri, campur ta-ngan pemerintah yang bersifat distortif sedapat mungkin harus dihin-dari.

Lebih lanjut, yang juga penting selain dari upaya-upaya tersebutdi atas adalah bangsa ini mengakui dan menyadari bahwa ekonomikita belum pulih dan masih harus dipacu kebangkitan dan pertum-buhannya. Kita harus mengakui dan menyadari bahwa laju pertum-buhan masih relatif rendah, hutang kita besar, pemerintah memilikiketerbatasan dana untuk membiayai APBN, dan pembelanjaanpemerintah belum cukup memberikan stimulus untuk kebangkitanekonomi, mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Oleh karenaitu, penataan dan stabilisasi ekonomi makro kita menjadi keharusan.

Pengakuan dan kesadaran bersama ini amat penting agar secarabersama pula kita dapat merumuskan kepentingan nasional kita un-tuk periode 5–10 tahun mendatang. Menyadari pula bahwa kehidup-an nasional dan internasional ini terkait dengan banyak bidang yangsaling berhubungan—katakanlah bidang politik, ekonomi, sosial, hu-kum dan HAM, dan keamanan, baik dalam konteks nasional, regio-nal maupun internasional—maka sebagai bangsa yang bijak dan cer-das serta memiliki nasionalisme dan patriotisme sejati, tidak akan per-nah mengorbankan salah satu kepentingan nasional yang utama.

Atas nama kepentingan nasional (rakyat dan bangsa ini), kita harusmempertahankan :

21

Page 26: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

● eksistensi Indonesia sebagai negara nasional (Nation State),● mempertahankan integrasi termasuk keutuhan wilayah, serta ● memulihkan dan membangun kembali Indonesia setelah jatuh

dihantam krisis.Kepentingan yang pertama dan kedua adalah faktor yang tidak

dapat ditawar-tawar, bagaimanapun situasi yang kita hadapi. Adapunkepentingan ketiga merupakan faktor kontekstual yang menjadi sa-ngat relevan pada situasi saat ini. Hal-hal inilah yang merupakan intiatau nilai dari agenda nasional yang sudah sering saya sampaikan diberbagai kesempatan—Pemulihan, Reformasi, dan Rekonsiliasi atauRecovery, Reforms, dan Reconsiliation (3R). Diskusi kita selanjutnyamengait langsung dengan kepentingan nasional ketiga di atas.

22

Page 27: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

4

Membangun Dunia Usaha Yang Adil dan Konstruktif bagi

Perekonomian Nasional

Dunia Usaha Yang Adil, Sehat dan BerkembangPeran swasta dalam menggerakkan perekonomian nasional telah sayasampaikan sebelumnya.Tentu sekali lagi, swasta bukan hanya pemaintunggal dalam sebuah sistem ekonomi yang terbuka dewasa ini. Peranrumah tangga dalam penyediaan tenaga kerja, pembelanjaan barangdan jasa (konsumsi), pembelian saham perusahaan dan tabungan me-miliki arti yang signifikan. Demikian pula pemerintah. Di sampingfungsi pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan pembuat kebijak-an, semisal kebijakan fiskal, pemerintah memiliki andil dalam tumbuhdan berkembangnya perekonomian nasional melalui pengembanganBUMN yang sehat serta pembangunan dan penyediaan infrastrukturseperti jalan raya, pelabuhan, pasar, listrik, air bersih, irigasi, dan tele-komunikasi, yang tentunya amat diperlukan oleh swasta dan rumahtangga. Pelaku asing, termasuk perusahaan multinasional juga memi-liki andil dalam investasi, perdagangan, asuransi, eksplorasi dan pro-duksi tambang dan migas, pengembangan manufaktur dan bentuk-bentuk usaha lainnya.

Kesemua proses dan aktivitas ekonomi yang menyangkut duniausaha tersebut memerlukan dibangunnya tatanan yang adil, sehat dandapat menunjang bisnis untuk tumbuh dengan baik.Tatanan yang adiladalah apabila swasta mendapatkan ruang dan kemudahan yang me-madai sehingga usahanya dapat tumbuh dengan baik, yang pada gilir-annya memungkinkan perusahaan yang efisien untuk mendapatkeuntungan yang baik (baca: besar). Keuntungan yang besar ini sangatpenting pula artinya bagi negara karena dengan demikian pajak per-usahaan dapat ditarik oleh negara dan hal ini juga penting bagi ma-

23

Page 28: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

syarakat karena investasi dapat dilakukan, yang berarti berkembangnyalapangan kerja. Di sisi lain, adilnya dunia usaha juga mencakup terwu-judnya perlakuan yang sama (tidak diskriminatif) dan pemberianpeluang usaha yang sama pula.

Tatanan yang sehat tercipta apabila hubungan antara bisnis danpolitik (utamanya antara swasta dan penguasa) berdasarkan pada kai-dah-kaidah aturan hukum dan aturan-aturan formal lainnya yangmengikat dalam derajat transparansi dan akuntabilitas yang setinggi-tingginya.Tidak ada upeti dan kesepakatan gelap di antara keduanya,yang akan memboroskan dan menguras kekayaan negara yang seha-rusnya masuk dalam pajak dan kewajiban sosial lainnya.

Tumbuh dan berkembangnya dunia usaha tentu menjadi tujuanbersama yang utama. Mana mungkin investor mau menanamkan mo-dalnya jika bidang usahanya tidak ada prospek, margin labanya sangatkecil, dan apalagi merugi. Hal-hal ini harus menjadi pemahamanbersama bagi semua stakeholders, apakah itu pemerintah pusat maupundaerah, pekerja, maupun masyarakat luas. Pungutan pajak yangberlebihan dan tidak adil, kebijakan perburuhan yang tidak tepat, tun-tutan kontribusi sosial lainnya yang melebihi kapasitas perusahaanyang sifatnya non pajak, absennya insentif tertentu manakala swastamenghadapi persoalan finansial yang sangat serius atas situasi dan lo-kalitas usaha tertentu akan membuat usaha yang bersangkutan goyahdan kemungkinan besar ambruk. Jika ini terjadi semua pihak meng-alami kerugian, baik perusahaan yang bersangkutan, pemerintah,pekerja, maupun masyarakat.

Upaya-upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan duniausaha perlu didukung tidak hanya di Jakarta atau pulau Jawa, namunjuga di daerah-daerah lainnya, khususnya wilayah potensial kita diIndonesia Timur. Upaya-upaya ini perlu direncanakan secara baiksehingga potensi bisnis di daerah, sesuai dengan keunggulan kom-paratif dan keunggulan kompetitifnya masing-masing dapat diwujud-kan. Dalam tataran yang lebih luas, hal ini akan dapat mengurangikesenjangan kesejahteraan ekonomi antar daerah.

Satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa dalam menjalankan usa-ha, etika bisnis harus dijunjung setinggi-tingginya. Praktek bisnis cu-rang harus dicegah dan dihentikan. Pekerja harus diperlakukan seba-gai aset dan bukan beban. Semboyan “dengan modal sekecil-kecilnya,kita raup keuntungan sebesar-besarnya” yang sarat dengan nuansapredatory capitalism tidak cocok untuk diterapkan di negeri ini. Harus

24

Page 29: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

ada etika dan rasionalitas yang bijak di kalangan swasta.Ketika saya diminta oleh STIE, IPWI Jakarta untuk memberikan

orasi ilmiah pada acara wisuda Program Pasca Sarjana, 29 Maret 1998(waktu itu Presiden Soeharto masih memerintah), saya mengedepan-kan pemikiran yang saya beri judul “Membangun Dunia Usaha yangAdil, Berketahanan dan Berdaya-saing”. Dalam orasi ilmiah tersebutsaya mengajukan paradigma dan langkah-langkah yang perlu ditem-puh untuk mewujudkan dunia usaha yang adil, berketahanan danberdaya-saing tersebut, dengan landasan pemikiran sebagai berikut :● Usaha nasional akan sungguh adil jika kepentingan nasional tidak

disubordinasikan kepada kepentingan asing, serta pemerintah danbangsa sendirilah yang berdaulat dan paling dominan untukmengatur dunia usahanya sendiri. Keadilan akan nampak menge-muka jika kemitraan dan keterkaitan antara usaha negara, usahaswasta dan koperasi serta antara usaha besar, usaha menengah danusaha kecil, terjalin erat dan kokoh, baik secara struktural dan kul-tural, dengan tentunya keberpihakan lebih mengarah kepadausaha kecil dan si lemah.

● Usaha nasional dicirikan sebagai berketahanan tinggi dan tidakrentan serta tidak mudah tergoncang oleh faktor eksternal mau-pun internal. Di samping tentunya memiliki fundamental yangkuat serta potensi yang tinggi untuk tumbuh, usaha nasional kitajuga harus mampu mengatasi krisis manakala badai menerjang.

● Sedangkan, pengertian berdaya-saing harus dipandang mamputampil dan menang dalam persaingan regional dan global, sertasekaligus memiliki kapasitas untuk bersaing secara sehat di dalamnegeri sendiri dalam bingkai kemitraan dan keterkaitan yang sa-ling membantu, saling memperkuat dan saling menguntungkan.Indikator bahwa negara kita mampu bersaing di arena global ada-lah jika kita memiliki akses pasar yang kuat, terus mengembang-kan produk dalam negeri yang berkualitas, relatif murah dengandelivery system yang tepat, serta iklim usaha yang sehat dan dinamisditandai dengan kerangka hukum dan budaya yang kondusifuntuk itu.

Saya berkeyakinan bahwa cara pandang demikian masih tetap re-levan untuk kepentingan masa kini dan masa depan, menyangkutkebangkitan dan pembangunan kembali dunia usaha di Indonesia.

Dunia usaha kita yang terdiri dari usaha swasta, BUMN/BUMD,

25

Page 30: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

dan koperasi ternyata berkembang secara kurang seimbang—koperasipangsanya terhadap perekonomian kita terkecil. Pembangunan ko-perasi pada masa yang lalu telah dilakukan dengan cukup intensif;namun, karena pendekatannya yang tidak tepat menjadikan koperasiberkembang sebagaimana yang kita lihat saat ini. Koperasi yang adasebagian besar terbentuk melalui pendekatan dari atas (top-down) dandimaksudkan lebih untuk menjadi sarana bagi penerapan kebijakanekonomi dan pembangunan. Pendekatan ini menjadikan koperasi ha-nya menjadi penyalur program-program pemerintah sehingga budayausaha dan jiwa kewiraswastaan kurang berkembang.Akibatnya, tentu,koperasi-koperasi yang ada sulit untuk berkembang secara berkelan-jutan; bahkan, banyak di antaranya yang terbentuk bersamaan denganprogram pemerintah —misalnya penyaluran sarana produksi perta-nian—dan berhenti beroperasi dengan berakhirnya program peme-rintah tersebut.

Pembangunan koperasi di masa datang harus kembali pada jatidirinya, yaitu sebagai unit-unit usaha mandiri yang terbentuk olehkarena kebutuhan para anggotanya untuk bergabung dalam usahabersama, berkoperasi.Tanpa kembali pada jati dirinya, koperasi akansulit untuk berkembang. Pemerintah, dalam hal ini, lebih berperansebagai fasilitator dan regulator bagi terciptanya arena bermain danaturan hukum bisnis yang fair bagi koperasi; sehingga koperasi bisatumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkem-bangan badan usaha swasta dan badan usaha negara dengan mencip-takan aturan main yang adil bagi mereka untuk memperoleh aksespada permodalan, teknologi, manajemen, perlindungan, dan pasar.

Pelaku bisnis yang dominan di Indonesia setelah swasta adalahBUMN/BUMD. Meskipun pemasukan yang dapat diperoleh negaradari BUMN dalam laba yang disetor kurang dari 1 persen dari PDB(data rata-rata sampai akhir tahun 2002) serta hanya sebesar 3,8persen (tahun 2002) dari penerimaan negara, tetapi perannya dalamperekonomian secara umum masih sangat besar. Berbagai produkbarang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dihasilkan oleh BUMN.Kebutuhan publik akan air bersih, listrik, bahan bakar, telekomu-nikasi, beberapa input dan produksi pertanian, layanan jasa angkutanpublik, layanan jasa pengembangan sarana dan prasarana, layanan jasalogistik, layanan jasa kesehatan, dan layanan perbankan sebagian besardipenuhi melalui BUMN. Sampai saat ini kita masih memiliki 162BUMN terdaftar, dengan beberapa di antaranya telah diprivatisasi.

26

Page 31: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

BUMN dengan demikian memiliki posisi yang strategis bagi pe-ningkatan kesejahteraan rakyat. Namun demikian, dalam realitanya,seberapa jauh BUMN mampu menjadi alat negara untuk mening-katkan kesejahteraan rakyat dan bangsa ini tergantung pada tingkatefisiensi dan kinerja umum dari BUMN yang bersangkutan. ApabilaBUMN tidak mampu berproduksi dengan tingkat efisiensi yangmampu dilakukan oleh swasta, maka masyarakat akan menanggungbiaya yang lebih tinggi. Adalah kenyataan, sayangnya, bahwa banyakBUMN kita yang mempunyai kinerja masih rendah, bahkan sebagianmerugi secara terus menerus serta membebani anggaran negara.

Banyak pula dari masyarakat kita yang secara sinikal menyatakanbahwa banyak BUMN kita yang berteriak keras tatkala merugi tetapidiam saja bila memperoleh keuntungan guna memperoleh tambahanfasilitas dari pemerintah—baik itu dalam bentuk berbagai jenis sub-sidi, proteksi atau kebijakan yang preferensial. Saya tahu bahwa hal initidak unik untuk Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara lain.Tetapi, apakah kita akan terus dan tetap membangun perekonomiankita dengan cara seperti ini—di tengah kenyataan bahwa perusahan-perusahan swasta nasional maupun internasional sedang mereorien-tasikan dirinya dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakinketat, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional?

Dengan kenyataan di atas, meskipun BUMN berstatus milik ne-gara, dalam menjalankan usahanya, BUMN harus berlandaskan padakaidah-kaidah bisnis yang umum. Dengan cara ini kita bisa memba-ngun BUMN yang efisien seperti perusahaan penerbangan Singapurayang terkenal efisien atau perusahaan baja di Korea dan Taiwan yangjuga terkenal sangat efisien.

Kita harus mampu membangun kesepakatan politik untuk mem-berikan ruang gerak yang leluasa bagi BUMN —seiring denganberkembangnya usaha swasta dan usaha koperasi—untuk menjalan-kan bisnisnya secara baik. Dengan cara ini, BUMN akan menjadibagian dari sumber-sumber kesejahteraan rakyat dan BUMN akanterbebas dari proses pencampuradukan antara fungsinya sebagai unitusaha yang dimiliki negara dengan kepentingan sesaat para penentukebijakan—baik yang berada di eksekutif maupun yang berada dilegislatif. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak pembuat kebi-jakan di BUMN yang mendorong terjadinya proses ini, dan ini harussegera diakhiri.

Kesepakatan politik pertama yang harus dicapai dalam pembe-

27

Page 32: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

nahan BUMN haruslah mengacu pada pasal 33 UUD 1945. Kitasebagai bangsa harus mampu bersepakat tentang cabang-cabang pro-duksi dan aktivitas-aktivitas ekonomi yang harus dikuasai negara sertamemberikan kemakmuran sebesar-besarnya bagi rakyat.Tanpa kepu-tusan politik bersama tentang hal ini, maka kita akan terperangkapuntuk memperdebatkan isu-isu yang acuan tentang baik dan buruk-nya belum kita rumuskan bersama, belum kita sepakati bersama.Akibatnya, pihak yang secara politik kuat akan menginterpretasikan-nya sesuai dengan kepentingannya, yang kemungkinan berbeda de-ngan nilai dan semangat yang dikandung konstitusi kita. Hal inimemiliki risiko bahwa pihak tersebut bisa jadi akan mengabaikancita-cita memaksimalkan kemakmuran rakyat, serta berpotensi untukdipermasalahkan secara hukum di kemudian hari.

Kesepakatan politik kedua, mengacu pada kesepakatan pertama,yaitu mengelompokkan ulang dan mengevaluasi kembali BUMN-BUMN yang kita miliki saat ini. Dengan acuan pasal 33 UUD 1945dan kesepakatan politik pertama di atas, kita paling tidak bisa men-gelompokkan BUMN-BUMN kita ke dalam: (a) kelompok BUMNyang telah tepat menangani cabang-cabang produksi atau aktivitasekonomi sebagaimana dimaksud konstitusi, (b) BUMN yang mena-ngani kegiatan privat tetapi bersifat strategis seperti kegiatan ekono-mi yang menempati sistem ruang yang sangat luas dan/atau yang me-libatkan tenaga kerja secara sangat intensif atau contoh-contoh lain-nya, dan (c) BUMN yang masih menangani kegiatan ekonomi yangsifatnya privat (atau apa pun dasar atau kriteria pengelompokannya).

Dengan kesepakatan politik yang kedua tersebut, kita bisa mem-peroleh kelompok-kelompok BUMN sesuai dengan aturan mainyang kita sepakati dalam kesepakatan politik pertama. Dengan kese-pakatan politik kedua ini, kita perlu membangun kesepakatan politikketiga, yaitu kelompok mana atau BUMN mana dari kelompok-kelompok yang telah disepakati tersebut yang harus dipertahankanserta mana yang harus diprivatisasi. Termasuk dalam hal ini adalahmenentukan kesepakatan mengenai metoda privatisasi yang bagai-mana selayaknya yang dilakukan, yang tentunya didasarkan atas ukur-an kebaikan bersama, yaitu yang memberikan kemaslahatan tertinggibagi segenap rakyat.

Kita juga masih perlu membangun kesepakatan politik yang yangkeempat, yaitu apakah masih ada cabang produksi atau aktivitas eko-nomi yang harus dikuasai negara —sebagai hasil kesepakatan politik

28

Page 33: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pertama—yang belum dikembangkan. Jika ada, apakah cabang pro-duksi atau aktivitas ekonomi tersebut harus dikembangkan melaluikelembagaan BUMN.

Jika kita telah bersepakat dengan hal-hal di atas, maka kita perlumembangun kesepakatan politik tentang bagaimana BUMN dija-lankan, dikelola, dan dilembagakan dalam sistem kelembagaan publikkita sehingga BUMN bisa memberikan kemakmuran sebesar-besar-nya bagi rakyat dengan tetap memberikan ruang bergerak yang luasbagi usaha swasta dan usaha koperasi. Dan, keseluruhan kesepakatanini harus dilembagakan dalam bentuk aturan perundangan-undanganyang menjamin siapapun yang bergerak dan/atau bertanggung jawabdalam mengelola BUMN sehingga menjadi akuntabel pada publikdan tidak terperangkap untuk melakukan langkah-langkah yangberdampak ekonomi-politik luas yang tidak diharapkan. Kesepakatantersebut harus pula mampu menciptakan ruang yang leluasa bagiyang mengelola untuk memajukan BUMN-BUMN yang kita miliki,tanpa takut mengambil keputusan secara profesional akibat tidakadanya payung hukum untuk itu.

Dengan masih absennya kesepakatan politik dan belum mema-dainya aturan perundang-undangan yang memayunginya (walau kiniDPR telah mengesahkan undang-undang tentang BUMN), saya ha-rus menyatakan bahwa pengelolaan BUMN harus dikembalikan padakeempat tahapan proses kesepakatan politik di atas.Tanpa kesepakatanpolitik tersebut, kita akan kesulitan untuk membangun ukuran ten-tang perlunya BUMN, pengelolaan BUMN, dan pentingnya BUMNbagi kesejahteraan rakyat. Untuk itu, walau undang-undang tentangBUMN telah disahkan, saya tetap mengganggap perlunya kita me-ngendalikan diri kita, untuk sementara waktu, dalam melakukan pri-vatisasi sampai kesepakatan politik dimaksud di atas terbangun danaturan-aturan operasional undang-undang yang baru disahkan telahterselesaikan berdasarkan kesepakatan politik dimaksud.

Kewajiban PemerintahPerihal peran pemerintah dalam perekonomian nasional, termasukdalam dunia usaha, sering menjadi wacana debat. Isu yang diperdebat-kan bukan lagi pada free fight liberalism, yang menurut madzhab klasikataupun neo-klasik pemerintah ditabukan untuk mencampuri jalan-nya aktivitas ekonomi karena semua itu lebih efisien jika diberikanpada tangan tidak tampak (the invisible hand) dalam mekanisme pasar

29

Page 34: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

dengan hukum-hukumnya sendiri. Isu tersebut juga bukan padaetatisme, di mana dalam sistem ekonomi komando semua aktivitasekonomi didesain, direncanakan dan dikendalikan untuk keadilandan kesejahteraan sosial yang setinggi-tinggnya. Bukan juga pada alir-an Keynesian yang meniscayakan pemerintah untuk melakukan cam-pur tangan pada situasi tertentu sebab pasar diyakini tidak lagi sepe-nuhnya efektif untuk memecahkan persoalan ekonomi yang kritikal,seperti ledakan pengangguran dan kemiskinan, serta runtuhnya sen-tra-sentra perekonomian sebuah negara (kegagalan pasar).

Pemerintah memiliki peranan yang penting dalam pembangunan.Namun permasalahannya bukanlah apakah: (a) pemerintah menga-rahkan kebijakan makroekonomi; (b) menyediakan barang dan layan-an publik; (c) bertanggung jawab untuk menyediakan safety net; dan(d) mengatur atau mengelola iklim usaha yang kompetitif. Hal inikarena pemerintah memang harus melakukan semua fungsi tersebut.Permasalahannya adalah bagaimana melengkapi pemerintah dengankapasitas administratif yang memadai untuk dapat melakukan berba-gai fungsi itu secara efisien.

Dalam konteks membangun dunia usaha yang adil dan kontribu-tif terhadap perekonomian nasional, yaitu terbangunnya kemakmuranbersama, apalagi dalam situasi transisi untuk keluar dari krisis sepertisaat ini, pemerintah memiliki peran dan kewajiban yang menentukan.Atas nama negara, pemerintah paling bertanggungjawab dan berke-wajiban untuk menciptakan tatanan dan membangun iklim pereko-nomian dan dunia usaha yang memungkinkan perekonomian nasio-nal menghasilkan kemakmuran bersama yang berkeadilan. Peran dankewajiban pemerintah yang diharapkan dapat saya kemukakan antaralain sebagai berikut :● Pemerintah berkewajiban untuk menerapkan kebijakan ekonomi

yang tepat, yang pada sisi fiskal menyangkut kebijakan yang bersi-fat distributif, facilitating, redistributif, dan regulatif, serta pada sisimoneter (bersama-sama dengan otoritas moneter) menyangkutkebijakan yang menstabilkan inflasi dan nilai tukar serta kebijakanregulatif untuk menyehatkan perbankan nasional.

● Pemerintah bersama masyarakat berkewajiban untuk memba-ngun iklim nasional yang kondusif untuk aktivitas perekonomiandan dunia usaha, termasuk iklim investasi dalam bentuk :- Kebijakan perpajakan dan kepabeanan yang tepat.- Pengelolaan permasalahan perburuhan yang tepat.

30

Page 35: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

- Terdapatnya kepastian hukum, termasuk penghor-matan ter-hadap kontrak dan hak atas kekayaan intelektual, sehinggainvestasi serta upaya-upaya inovatif yang dilakukan pengusahadan para penemu dapat dilindungi dengan baik.

- Peraturan daerah (dalam konteks desentralisasi dan otonomidaerah) yang tepat, tidak bertentangan dengan undang-un-dang dan kebijakan nasional, dan mendorong munculnyawiraswasta yang akan mengembangkan aktivitas ekonomilokal.

- Jaminan keamanan yang memadai, dan stabilnya keadaansosial politik di Tanah Air.

● Menciptakan aturan hukum dengan aturan main dan etika profe-sional sehingga hubungan bisnis dan politik (termasuk hubunganantara penguasa dan pengusaha) berada dalam suasana yang sehat,transparan, akuntabel dan tidak diskriminatif.

● Menciptakan peluang-peluang yang syah bagi dunia usaha mela-lui kebijakan fiskal (dalam bentuk penyediaan infrastruktur per-ekonomian) maupun maupun mendorong pembangunan sektor-sektor perekonomian seperti pertanian, industri pengolahan, pari-wisata dan lain-lain, tidak hanya untuk menyediakan kesempatankerja semata namun juga untuk meningkatkan kesejahteraan dankualitas hidup.

● Pemerintah perlu menciptakan kondisi yang mampu mendorongperekonomian yang aktivitas-aktivitasnya bersifat ramah ling-kungan. Berdasarkan analisis, debat politik, dan kajian degradasilingkungan selama lebih dari dua dekade yang dilakukan di ber-bagai negara, telah disimpulkan bahwa tidak ada trade off antarapertumbuhan ekonomi dengan upaya pelestarian lingkungan. Saatini, banyak negara berkembang yang harus menanggung biayayang muncul karena telah mengabaikan pemeliharaan lingkungan.Oleh sebab itu, pemerintah perlu terus mendorong pembangunanyang berkelanjutan, terutama dengan memberikan kejelasan arahtentang apa yang harus dilakukan dan dengan cara bagaimanamemperbaiki kerusakan lingkungan. Sepuluh tahun yang lalumungkin masih bisa untuk mengabaikan isu lingkungan dan me-nutupinya dengan alasan mengejar pertumbuhan, stabilitas, atau-pun pengentasan kemiskinan. Saat ini, dorongan internasional ter-hadap setiap negara agar memperhatikan lingkungan semakin ku-at. Perusahaan-perusahaan yang mengabaikan masalah lingkungan

31

Page 36: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

juga akan menghadapi kesulitan di pasar internasional.● Seiring dengan rekomendasi komunitas internasional, saya juga

menekankan perlunya kita untuk terus memperkuat good gover-nance di negeri ini, dengan mengurangi birokrasi dan urusan for-mal yang bertele-tele, mulai dari persetujuan investasi sampai keadministrasi perpajakan dan bea cukai. Peraturan-peraturan yangmembebani masyarakat dan kalangan bisnis tanpa alasan yangkuat dan membuka peluang untuk melakukan korupsi, kolusi,dan nepotisme semuanya harus dihentikan.

Kewajiban SwastaSetelah pemerintah melaksanakan peran dan kewajibannya untukmenciptakan tatanan dan iklim dunia usaha yang adil dan sehat, dansetelah pemerintah berupaya untuk menciptakan peluang-peluangbaru bagi para pengusaha, kalangan swasta harus aktif, bahkan proak-tif, untuk mencari dan memanfaatkan peluang tersebut sebaik-baik-nya. Bagi pengusaha yang sangat kreatif dan inovatif, peluang ituumumnya dapat mereka ciptakan sendiri.

Di masa lalu, ada sejumlah kemudahan yang amat gampang diper-oleh oleh para pengusaha, terutama oleh para kroni maupun yangdekat dengan kekuasaan, sehingga mereka cenderung menjadi manja.Mental yang tangguh, kegigihan dan profesionalitas sebagai pengusa-ha tidak banyak dimiliki oleh kelompok pengusaha seperti itu, se-hingga ketika situasi perekonomian dan dunia usaha berubah secaradramatis, mereka tidak mampu bertahan.

Banyak juga pengusaha yang menggantungkan usahanya padaproyek-proyek yang diberikan oleh pemerintah, yang lazimnya ber-kaitan dengan belanja pembangunan yang tertuang dalam APBNmaupun APBD. Kultur seperti ini tidak memberikan kesadaran dantantangan bahwa masih banyak cabang usaha di luar proyek peme-rintah yang justru cukup prospektif. Untuk memberikan gambaran,tahun 2003 ini PDB nasional diperkirakan mencapai Rp. 1.940 trili-un. Pengeluaran pemerintah (APBN) berjumlah Rp. 354.1 triliun,atau hanya sekitar 18 persen dari PDB.Tentunya masih tersedia ruangdan peluang yang lebih luas bagi pengusaha, dibanding apa yang dapatdisediakan oleh pemerintah melalui kebijakan fiskalnya.

Agar dunia usaha segera dapat pulih dan bangkit kembali, pada sisiswasta perlulah berperan dan melakukan langkah-langkah sebagaiberikut :

32

Page 37: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

● Selalu berupaya mencari dan menemukan peluang berusaha; dan,bila mungkin menciptakan peluang sendiri.

● Melaksanakan praktek bisnis yang baik (good corporate governance),dengan menghindari praktek-praktek bisnis yang curang.

● Menegakkan etika bisnis, yang mungkin dapat diterjemahkan se-bagai beroperasi secara gigih mencari keuntungan dalam koridorpersaingan usaha yang sehat, membayar pajak sesuai dengan atur-an perpajakan yang berlaku, dan bersama masyarakat membangunserta mengakumulasikan kapital baik melalui pengembangansumberdaya manusia maupun melalui pengembangan masyarakat(community development).

● Mencari terobosan usaha, memanfaatkan peluang bisnis yang ada,dan mengembangkan peluang-peluang bisnis lain sehingga pe-nyerapan tenaga kerja terus meningkat, yang berarti memberikankontribusi pada perekonomian nasional dalam penciptaan lapang-an kerja dan penciptaan nilai tambah.

● Bagi yang bergerak di bidang produksi barang dan jasa, swastaberkewajiban untuk terus-menerus meningkatkan kualitas usahadan kinerjanya menuju tercapainya proses produksi yang efisiendan dengan produktivitas yang tinggi. Perusahaan harus terus ber-upaya agar produk barang dan jasanya menjadi lebih baik, lebihcepat dan lebih murah. Jika seluruh cabang usaha ini makin pro-duktif, maka produktifitas nasional (lebih tepatnya total factor pro-ductivity,TFP) juga akan terus meningkat. Kita disadarkan bahwasalah satu penyebab ambruknya perekonomian Indonesia ketikadilanda krisis tahun 1997 adalah karena pertumbuhan cepat eko-nomi Indonesia lebih didorong oleh input-input (sebab modalfinansial cukup melimpah dan tenaga kerja relatif murah), danbukan didorong oleh pertumbuhan TFP yang erat kaitannya de-ngan peningkatan keterampilan/pengetahuan tenaga kerja, tek-nologi, dan kemampuan manajerial yang baik. Dalam periode1970-1996, suatu analisis menemukan bahwa pertumbuhan TFPIndonesia hanya 0,7 persen per tahun, jauh lebih rendah diban-dingkan Malaysia (2,0 persen) dan Korea Selatan (3,1 persen).Itulah sebabnya ketika terjadi kepanikan dan pelarian modal keluar negeri, runtuhlah sendi-sendi perekonomian dan dunia usahakita.

● Dunia usaha perlu menjadikan inovasi sebagai motor utamanya.Dalam inovasi ini telah terkandung pengertian penerapan metode

33

Page 38: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

produksi yang lebih efisien, penemuan produk baru yang lebihberkualitas, penemuan sumber pasokan baru, perluasan pasar, sertapenerapan organisasi industri yang lebih baik. Dengan inovasi,sifat diminishing return, yaitu semakin berkurangnya tambahanproduktivitas yang diperoleh perusahaan dengan bertambahbesarnya skala usaha yang dijalankan, dapat dicegah.

Hubungan Negara, Pasar, dan MasyarakatMenurut UNDP ada tiga institusi makro yang dapat ber-fungsi seba-gai pilar kehidupan nasional yang modern, yaitu Negara, Pasar danMasyarakat. Ketiga institusi penting ini kerap dinamakan Troika.Disamping secara individual masing-masing institusi itu harus baik,hubungan ketiganya juga harus sehat dan harmonis. Institusi negara,termasuk pemerintah, harus bersih, responsif dan akuntabel. Institusimasyarakat harus mencerminkan karakter good civil society yang penuhkesadaran dan tanggung jawab untuk mewujudkan kehidupan demo-krasi dan kepentingan bersama (the common good). Sementara itu, insti-tusi bisnis yang merepresentasikan pasar juga harus memiliki nilai danpraksis kehidupan usaha yang bertanggung-jawab.

Kemitraan elemen troika ini amat penting di dalam pengambilankeputusan kenegaraan yang fundamental, dan kemudian dalam peru-musan dan pengembangan kebijakan publik. Jika hubungan ketigainstitusi itu sehat, transparan dan penuh kebertanggung-jawaban,maka jarak antara mereka menjadi semakin kecil, dan solusi yang di-pilih untuk memecahkan permasalahan nasional juga lebih kredibel.Sebagaimana kita pahami bersama bahwa cita-cita dan tujuan negarayang utama adalah penciptaan kemakmuran bersama yang berkeadil-an. Oleh karena itu bangsa yang bersangkutan harus pandai mengem-bangkan macro-policy dan grand strategy dengan mendayagunakan po-tensi nasional yang tersedia, yaitu sumber daya alam (natural capital),infrastruktur fisik (physical capital), sumber daya manusia (human capi-tal), dan masyarakat yang bersatu dan berkarya (social capital), menujuterbentuknya kondisi kehidupan bangsa yang dicirikan dengan ter-bentuk dan mapannya masyarakat secara baik, ekonomi yang baik,politik yang baik, serta lingkungan hidup yang baik pula.

Elemen penting dari pasar, di samping perusahaan, adalah rumahtangga. Kontribusi utama rumah tangga di pasar adalah sebagai pema-sok tenaga kerja dan juga sebagai pengguna produk akhir (konsu-men). Dengan demikian, ada keterkaitan yang erat antara kesejahtera-

34

Page 39: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

an rumah tangga dengan pertumbuhan bisnis. Bisnis yang tumbuhdan berkembang memberikan pengaruh yang baik bagi perluasan ke-sempatan kerja. Agar perluasan kesempatan kerja ini mampu me-naikkan kesejahteraan rumah tangga, maka tenaga kerja perlu mem-peroleh surplus yang memadai dari pertumbuhan bisnis atau ekono-mi tersebut. Peranan pemerintah dalam hal ini adalah menjamin bah-wa pasar tenaga kerja dapat berjalan dengan baik dan adil tanpamengabaikan aspek efisiensi. Karena, sama halnya dengan pasar pro-duk, pasar tenaga kerja perlu bersifat kompetitif dan terhindar daripraktek-praktek yang bersifat monopsonistik.Tenaga kerja yang me-rasa diperlakukan secara baik dan adil merupakan aset perusahaanyang utama yang mampu menopang keberlanjutan usaha.

Pada masa lalu dan masih berlangsung sampai kini, Indonesiamenyadari keunggulan kompetitifnya adalah pada tenaga kerja yangmurah. Dalam jangka panjang, keunggulan kompetitif tidak dapatdisandarkan pada tenaga kerja yang murah. Penyandaran seperti itumerupakan suatu keadaan yang asimetrik di mana “manfaat” di-nikmati oleh perusahaan dengan pembayaran yang menyulitkan tena-ga kerja untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara lebih me-madai. Di samping itu, perusahaan-perusahaan multinasional yangbersifat “foot-loose industry” akan dengan mudah berpindah dariIndonesia menuju ke negara lain yang upah tenaga kerjanya lebihmurah. Untuk mencapai keunggulan kompetitif dari aspek ketenaga-kerjaan, pemerintah perlu melakukan upaya-upaya yang konsistendan terus menerus untuk meningkatkan kualitas sumberdaya. Peranandan fungsi pendidikan (yang mencakup aspek intelektual, moral,budaya, dan keterampilan) perlu terus ditingkatkan kuantitas dankualitasnya, sehingga daya saing yang dimiliki Indonesia dari aspeksumberdaya alam dapat ditunjang sepenuhnya oleh daya saing dibidang sumberdaya manusia dan teknologi.

Untuk itu, pemerintah perlu terus meningkatkan pendidikan,tidak hanya karena keharusan konstitusi ataupun peningkatan dayasaing semata, tetapi karena pendidikan merupakan proses pembebasandan proses pembangkitan kesadaran. Pendidikan mampu membebas-kan manusia dari belenggu ketidaktahuan, belenggu kemiskinan, be-lenggu ketergantungan, dan belenggu kegagapan dalam menyong-song masa depan yang terus berubah. Pendidikan yang terus berkem-bang dan menjadi gerakan masal inilah yang banyak menentukanproduktivitas masyarakat di negara-negara Asia Timur. Amartya K.

35

Page 40: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Sen (2001), seorang pemenang hadiah Nobel ekonomi lainnya, dalamtulisannya What is Development About?, menyatakan bahwa :

“Public education has been an effective means of freeing people fromthe bondage of illiteracy and ignorance.This freedom is valuable initself, but it also contributes to economic development...and to theeffective freedoms that result from economic prosperity. The greatachievements of the East Asian and Southeast Asian economies overthe past few decades are also closely related to the interactive impactof their early education expansion and its far-reaching consequences.Basic education, in particular female education, is associated withmany social changes, in particular the reduction of child mortalityand rapid fall in fertility rates.The latter is, in fact, an important testcase of the role of freedom.”

(Pendidikan umum merupakan suatu mekanisme yang efek-tif untuk membebaskan manusia dari belenggu ketidakta-huan dan ketidakpedulian. Pembebasan tidak hanya berman-faat bagi kebebasan itu sendiri tetapi juga mampu mem-berikan sumbangan yang nyata bagi pembangunan ekonomi... dan mampu pula memberikan sumbangan atas terbangu-nannya kebebasan efektif yang lahir dari kesejahteraanekonomi yang didapatkan. Keberhasilan (pembangunan)dari negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara dalambeberapa dekade terakhir terutama lahir dari hasil interaksiantara dampak pendidikan umum dengan konsekuensi lan-jutan dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan dasar, khusus-nya bagi kaum perempuan, berkait erat dengan berbagaiproses perubahan sosial, khususnya menunrunnya kematianbayi dan tajamnya penurunan laju kelahiran. Yang terakhirini sesungguhnya merupakan uji kasus atas peran dari kebe-basan”)4

Kembali ke hubungan interdependensi antar elemen-elemenTroika dalam kaitan penciptaan iklim perekonomian dan dunia usahayang baik, maka tipologi dan karakter hubungan antar elemen troika,utamanya hubungan antara negara dan pasar dapat dikedepankansebagai berikut :

36

4 Terjemahan bebas penulis atas sitiran di atas.

Page 41: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

● Terwujudnya penghormatan terhadap prinsip-prinsip ekonomipasar dan demokrasi.

● Namun, penghormatan terhadap kaidah ekonomi pasar tidakboleh meminggirkan rasa keadilan dan keberpihakan kepada yanglemah dan tidak berdaya.

● Penghormatan terhadap nilai dan praktek demokrasi tidak bolehmengenyampingkan perlunya berorientasi kepada kebaikanbersama (the common good) dan proses kesejarahan bangsa.

● Hubungan bisnis dan politik yang sangat kolutif dalam sebuahekstrim, dan pemisahan tajam di antara keduanya dalam ekstrimyang lain, bukanlah pilihan yang tepat. Hubungan keduanya ke-cuali harus sehat dan harmonis, juga harus bertumpu pada aturanhukum yang berlaku.

● Troika harus memiliki komitmen, kejujuran dan kemudian mela-kukan aksi bersama untuk menyelamatkan dan membangunkembali negeri ini, dengan cara memecahkan berbagai permasa-lahan kritis dan mendasar di segala bidang kehidupan bangsa. Dibidang ekonomi upaya dan langkah besar harus diarahkan untukmengatasi masalah pengang-guran dan kemiskinan, membangunkembali infrastruktur, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yangberkualitas dan berkelanjutan, meningkatkan investasi di dalamnegeri, meningkatkan nilai ekspor, meningkatkan daya beli ma-syarakat, memerangi KKN, memperkecil ketimpangan kesejah-teraan antar daerah, meningkatkan produktifitas, dan lain-lainupaya yang penting.

Saya sependapat dengan apa yang disebut sebagai “A Challengefor Indonesia” yang disampaikan oleh Richard Robison dalamtulisannya yang berjudul Indonesia: Crisis, Oligarchy, and Reform, yangberbunyi :

“Will the power and influence of politicians, tycoons, and officials besubordinate so a rule of law and the authority of the courts, or willmoney politics and the authority of political bosses appropriate par-liament and government?”

(“Akankah kekuasaan dan pengaruh para politisi, konglo-merat, dan pejabat disubordinasikan pada aturan hukum dankewenangan peradilan, atau akankah politik uang dan ke-kuasaan para elit politik yang mengarahkan parlemen dan

37

Page 42: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pemerintah?”)5

Oleh karena itu, pola hubungan interdependensi antar elemenTroika yang tepat akan menjadi prasyarat penting dalam membangunkembali perekonomian kita. Stiglitz (2002) dalam buku terbarunya,Globalization and Its Discontents, menyatakan bahwa falsafah dan kebi-jakan ekonomi yang baik haruslah memandang :

“…the relationship between government and market as comple-mentary, both working in partnership, and recog-nized that whilemarkets were at the center of the economy, there was an impor-tant…role for government to play. I had studied the failures of bothmarkets and government, and was not so naïve as to think that gov-ernment could remedy every market failure. Neither was I so foolishas to believe that markets by themselves solved every societal prob-lem. Inequality, unemployment and pollution : these were all issuesin which government had to take an important role”

(“…hubungan antara pemerintah dan pasar bersifat salingmelengkapi—keduanya bergerak dalam kemitraan—denganmenyadari bahwa dalam konteks ekonomi meski pasar me-rupakan bagian yang utama tetapi pemerintah juga memilikiperanan penting yang harus dijalankan. Saya telah mempela-jari kegagalan-kegagalan pasar maupun kegagalan-kegagalanpemerintah. Saya tidak terlalu naif untuk berpikir bahwa pe-merintah dapat mengatasi segala jenis kegagalan pasar; pun,saya tidak terlalu bodoh untuk mempercayai bahwa pasardengan sendirinya mampu mengatasi persoalan-persoalansosial. Ketimpangan atau kesenjangan, pengangguran, danproblem lingkungan (polusi) merupakan isu-isu penting dimana pemerintah harus mengambil peranan utama”)6

Dukungan Politik yang PositifBulan Februari 2003 yang lalu di Denpasar, di depan seminar yangdiselenggarakan oleh HIPMI saya mengedepankan perlunya konsen-sus baru dan dukungan politik terhadap pilihan, keputusan dan kebi-jakan yang dilakukan oleh negara, khususnya pemerintah, untukmengatasi berbagai permasalahan nasional. Waktu itu saya berikan

38

5 dan 6 Terjemahan bebas penulis atas sitiran di atas.

Page 43: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

contoh konsensus seperti apa yang perlu kita bangun. Misalnya jikaMPR telah mengamanahkan bahwa bangsa ini harus melakukanrekonsiliasi, maka perlu disusun kesepakatan bersama tentang apayang perlu kita tetapkan, sebelum pemerintah menyusun dan melak-sanakan langkah-langkah operasionalnya. Di bidang ekonomi kitaharus bersepakat menentukan pilihan dan kebijakan dasar kita setelahIndonesia mengakhiri kontraknya dengan program IMF. Kesepakatanitu harus bertumpu pada pemahaman yang lengkap akan konsekuen-si dan harga yang harus dibayar dalam upaya pemulihan dan pem-bangunan kembali ekonomi pasca IMF. Dengan konsensus ini,pemerintah akan memiliki kekuatan moral dan dukungan politikyang memadai untuk menyiapkan alternatif pengganti dan rencanaaksi (action plan) lainnya dengan tetap menjaga hubungan interna-sional kita secara baik.

Dalam kaitannya dengan hubungan ekonomi politik internasio-nal yang berkembang saat ini, kita harus mampu meletakkan diri kitasebagai bagian dari komunitas internasional dan/atau komunitas glo-bal. Sebagaimana layaknya suatu komunitas, kita harus pula mengikutiaturan main bersama sehingga kita bisa hidup bersama secara baik.Aturan main bersama ini seharusnya fair dan adil dengan memper-hatikan secara khusus yang miskin dengan tanpa harus mengorban-kan mereka yang telah berkembang, suatu pola hubungan interna-sional yang bercirikan keadilan sosial.Aturan main bersama ini haruslahir melalui proses demokrasi di mana setiap tahapan prosesnyamampu mencerminkan dan merespon kepentingan mereka yang ter-pengaruh oleh kebijakan dan aturan main bersama tersebut.

Terus terang, dalam alam transisi menuju demokrasi ini, karakterperpolitikan kita sering tidak adil dan kurang melakukan pembela-jaran politik yang benar.Amat sering terjadi manipulasi isu yang sebe-narnya tidak mencerdaskan kehidupan masyarakat kita. Melawankebijakan pemerintah (sesungguhnya melawan tokoh-tokoh politikyang berada dalam jajaran pemerintahan) tidak dilakukan dengan caramengkritisi keputusan dan kebijakan pemerintah yang bertumpupada logika dan akal sehat (common sense), tetapi menggunakan retori-ka yang amat populis dengan tujuan membangkitkan kebencian ma-syarakat terhadap pemerintah agar kredibilitas pemerintah runtuh.Contoh yang gamblang adalah ketika pemerintah menaikkan hargaBBM,TDL dan tarif telepon pada Januari 2003 yang lalu. Sebenarnyaruang demokrasi terbuka lebar untuk mengkritisi dan menolak ke-

39

Page 44: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

naikan harga/tarif ketiga komoditas tersebut dengan cara yang edu-katif. Katakanlah kenaikan itu akan memicu kenaikan harga barang-barang lain karena dilaksanakan serentak, sehingga beban yang dipikuloleh rumah tangga dan perusahaan menjadi terlampau berat, dankompensasi yang diberikan kepada kaum miskin dan golongan eko-nomi lemah kurang memadai, dan mungkin alasan-alasan lain yangdapat didialogkan dengan pengambil keputusan dan perumus kebi-jakan. Jika dengan cara ini akhirnya pemerintah merevisi kebijakan-nya, maka telah terjadi proses pembelajaran demokrasi yang baik dantidak menimbulkan “moral damage” pada pihak manapun.Tetapi jikapenolakan itu dibangun dengan teriakan “pemerintah menindas rak-yatnya, pemerintah tidak berperikemanusiaan, dan membikin rakyatsekarat” dan karenanya kebijakan itu harus ditolak dan dibatalkan,maka situasinya menjadi lain. Unjuk rasa berskala besar untuk meno-lak kebijakan pemerintah dengan alasan pertama yang bertumpu padalogika merupakan wujud kontrol masyarakat terhadap kebijakan pu-blik, dan karenanya bersifat sehat. Namun, unjuk rasa yang sama den-gan teriakan yang “misleading” tersebut bisa menjadi preseden yangburuk bagi pembuatan kebijakan publik yang akan datang. Negerikita akan bernasib “sial” jika makin banyak politisi yang bersikap “irre-sponsible”.

Contoh di atas sesungguhnya menyiratkan sebuah karakter dankultur perpolitikan di negara kita dewasa ini, yang menurut pendapatsaya tidak sehat. Adalah benar bahwa politik itu selalu berkaitan de-ngan kekuasaan. Semua akal, siasat dan cara pada hakikatnya dapat di-gunakan untuk meraih kekuasaan tersebut, ataupun untuk memper-tahankan kekuasaan yang telah dimiliki. Namun, menurut saya selaluada ruang untuk moral dan etika. Berpolitik selalu memerlukanukuran yang ditarik dari teori kepantasan, dan sekaligus memilikidimensi pendidikan.

40

Page 45: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

5

Prospek Ekonomi ke Depan :Penciptaan Peluang

Prospek Perekonomian IndonesiaGuna memudahkan pemahaman kita terhadap kondisi dan prospekekonomi jangka pendek ke depan, berikut ini akan saya kedepankankinerja perekonomian tahun 2002 yang lalu, dan perkiraan perekono-mian tahun 2003 yang sedang berjalan ini.

Kinerja pemulihan ekonomi tahun 2002 mencatat beberapa ca-paian yang signifikan, meskipun terdapat pula hal-hal yang belummenggembirakan. Stabilitas moneter memiliki kemajuan yang cukupberarti. Hal ini ditinjau dari pergerakan nilai tukar dan suku bunga.Nilai tukar rupiah terhadap USD terapresiasi dari sekitar Rp. 10.200di tahun 2001 menjadi sekitar Rp. 8.900 di tahun 2002. Demikianpula suku bunga SBI – 1 bulan menurun dari 17,6 persen (2001)menjadi 12,9 persen (2002). Dirasakan bahwa membaiknya stabilitaspolitik dan keamanan turut mendorong terbangunnya stabilitas mo-neter ini.

Kendati demikian, kemajuan sektor riil dirasakan masih rendah.Lambatnya pemulihan ekonomi dunia amat bepengaruh terhadapkinerja ekonomi Indonesia. Nilai ekspor juga mengalami penurunansebesar 0,4 persen. Hal lain yang cukup signifikan adalah turunnyanilai persetujuan PMA dan PMDN. Tahun 2002 proyek PMDNhanya berjumlah 181 dengan nilai persetujuan Rp. 25,3 triliun, turundibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan jumlah264 dan nilai persetujuan sekitar Rp. 58,8 triliun. Sedangkan proyekPMA yang pada tahun 2002 berjumlah 1.135 dengan nilai persetu-juan sekitar USD 9,7 milyar, lebih rendah dibandingkan dengantahun sebelumnya yang berjumlah 1.333 dengan nilai persetujuanUSD 15,1 milyar.

Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2002 sebesar 3,7 persen,

41

Page 46: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomitahun sebelumnya (3,5 persen). Namun perlu diketahui bahwa pe-ningkatan PDB ini terutama didorong oleh pengeluaran konsumsirumah tangga dan pemerintah yang masing-masing naik sebesar 4,7persen dan 12,8 persen. Sebaliknya investasi fisik (dengan proksipembentukan modal tetap bruto, PMTB) dan ekspor turun masing-masing sebesar –0,2 persen dan –1,2 persen. Sementara dari sisi pro-duksi, yang tumbuh secara signifikan adalah sektor pengangkutan dankomunikasi (7,8 persen), sektor listrik, gas dan air bersih (6,2 persen),dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (5,6 persen).Sektor-sektor lainnya mengalami pertumbuhan yang positif namunrelatif lebih kecil.

Bagaimana prospek perekonomian kita tahun 2003 ini? Ada se-jumlah asumsi yang berimplikasi positif terhadap sistem perekonomi-an dalam negeri, namun derajat ketidakpastian yang dihadapiperekonomian kita juga masih tinggi. Ketidakpastian terkini yangkemungkinan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesiatahun 2003 ialah perang di Irak dan kekhawatiran akan wabah SARS(severe acute respiratory syndrome). Dampak negatif wabah SARSsecara nyata telah terjadi di beberapa negara tetangga. Terhadapperekonomian Indonesia, wabah tersebut berdampak tidak langsung,terutama berupa penurunan kunjungan wisatawan manca negara.Namun, mengingat pangsa sektor pariwisata terhadap PDB hanyasekitar 3,9 persen, maka dampak wabah tersebut terhadap pertum-buhan ekonomi nasional diperkirakan kurang signifikan.

Tidak seperti yang dikhawatirkan oleh berbagai kalangansebelumnya, ternyata perang di Irak tidak berlangsung lama, sehinggadiharapkan tidak menyebabkan timbulnya resesi baru pada perekono-mian global. Dengan demikian, diperkirakan ekonomi dunia teruspulih meskipun lambat. Amerika Serikat dan Jepang sebagai tujuanekspor Indonesia terbesar diperkirakan juga akan tumbuh secara lam-bat. Oleh sebab itu, cara yang paling tepat dalam menghadapi berba-gai ketidakpastian situasi global pasca Perang Irak adalah denganupaya peningkatan permintaan dalam negeri, yaitu dengan menjagastabilitas konsumsi rumahtangga, mendorong peningkatan investasidomestik, dan ekspansi fiskal terbatas. Kita pahami ketiga komponenpermintaan itu memiliki problematikanya masing-masing. Namundemikian, dalam kondisi dengan ketidakpastian yang masih cukuptinggi serta lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia seperti saat ini

42

Page 47: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

(sehingga masih relatif sukar untuk menemukan dan mengembang-kan sumber-sumber pertumbuhan baru), maka dalam jangka pendek,kita perlu memfokuskan perhatian pada ketiga komponen permin-taan tersebut.Tumpuan yang cukup besar pada konsumsi rumahtang-ga berimplikasi pada pentingnya menjaga kestabilan tingkat konsum-si, misalnya dengan memperkecil fluktuasi suku bunga dan inflasi.

Dalam kaitannya dengan investasi domestik, peningkatan kompo-nen permintaan ini untuk tahun 2003 cukup memungkinkan untukterjadi karena mulai pulihnya kepercayaan dunia usaha, mulai pulih-nya peranan intermediasi perbankan, dan kemajuan yang dicapaidalam restrukturisasi hutang swasta. Kredit domestik terhadap sektorswasta, yang pada tahun 2002 hanya mencapai sekitar 20 persen dariPDB, diperkirakan akan meningkat mengingat kecenderungan penu-runan suku bunga pinjaman, mengikuti trend penurunan suku bungaSBI. Perkiraan akan meningkatnya investasi domestik, stabilnya per-mintaan rumahtangga terhadap produk akhir (stabilnya tingkat kon-sumsi), serta ekspektasi positif akan stabilnya kondisi sosial-politikdiharapkan akan dapat mendukung pulihnya sektor industri pengola-han non-migas.Artinya, diperkirakan bahwa sisi penawaran dari per-ekonomian kita akan bertumbuh walaupun dalam besaran yang ma-sih terbatas.

Dalam hubungannya dengan ekspansi fiskal, hal ini memangdiperlukan guna memberikan stimulus kepada perekonomian, namunharus senantiasa memperhatikan dimensi keberlanjutannya (fiscal sus-tainability). Di samping itu, upaya untuk mencapai konsolidasi fiskal(yaitu terciptanya struktur APBN yang sehat), dengan tetap meng-upayakan pemberian stimulus fiskal dalam batas-batas kemampuannegara untuk mendukung proses pemulihan ekonomi, perlu dilaksa-nakan secara terencana. Dalam tahun anggaran 2003 defisit anggarandiperkirakan sebesar Rp 34,4 triliun atau sekitar 1,8 persen dariPDB, lebih rendah dibanding defisit anggaran pada APBN tahun se-belumnya yaitu sekitar 2,5 persen dari PDB. Dengan menurunnyadefisit anggaran, beban otoritas moneter dalam mengendalikan uangberedar akan berkurang, sehingga lebih memudahkan upaya untukmengendalikan inflasi. Pada dasarnya, stabilitas makroekonomi me-mang memerlukan kebijakan fiskal dan moneter yang berhati-hatidan terkoordinasi.

Kembali ke sektor fiskal, perhatian kita pada keberlanjutan fiskalberkait erat dengan persoalan hutang yang kita miliki saat ini.Telah

43

Page 48: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

dikemukakan bahwa relatif lesunya perekonomian Indonesia setelahterjadinya krisis tahun 1997 membawa kita pada suatu keadaan dimana pengeluaran (belanja) pemerintah merupakan tumpuan pen-ting guna menstimulir pergerakan roda perekonomian. Kebijakanpemerintah dalam bentuk ekspansi fiskal tersebut menyebabkan pe-merintah menjalankan kebijakan budget deficit (defisit anggaran). Un-tuk mendanai defisit anggaran, pemerintah menerbitkan obligasi(surat utang), di samping melakukan pinjaman luar negeri.Akibat darikebijakan tersebut, maka pinjaman (hutang) pemerintah, baik yangbersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri, melonjaktinggi. Pada tahun 1997 pemerintah belum memiliki hutang domes-tik, tetapi pada tahun 2002 hutang dalam negeri pemerintah menca-pai Rp 629 trilyun atau sekitar 37 persen dari PDB, dan pada tahun2003 diperkirakan mencapai Rp 624 trilyun atau sekitar 32 persendari PDB. Sementara hutang luar negeri pada tahun 1998 mencapaiUS$ 67.3 milliar atau sekitar 56.5 persen dari PDB dan pada tahun2003 mencapai US$ 74.5 miliar atau sekitar 33.4 persen dari PDB.Besaran hutang domestik dan luar negeri pemerintah secara jelasmenunjukkan telah terjadinya lonjakan luar biasa dari beban peme-rintah untuk mengatasi krisis ekonomi dan menstimulus pertum-buhan ekonomi.

Pengaruh terbesar dari meningkatnya hutang pemerintah adalahsignifikannya pembayaran hutang yang harus dilakukan oleh peme-rintah, baik untuk pokok hutang maupun untuk pembayaran bu-nganya. Data menunjukkan bahwa pembayaran hutang terbesar dica-pai pada tahun 1998 dan 1999, kemudian relatif menurun pada ta-hun-tahun berikutnya. Penurunan ini disebabkan karena sejak tahun2000–2003 pemerintah belum membayar cicilan pokok hutang luarnegeri, antara lain karena memperoleh penjadwalan hutang melaluiskema Paris Club I, II dan III. Namun demikian, pembayaran bungahutang luar negeri relatif stabil sejak tahun 2001–2003.

Di sisi lain, pembayaran hutang dalam negeri memperlihatkankenaikan yang signifikan pada tahun 1999–2003 dibandingkan padatahun 1998. Kenaikan pembayaran hutang disebabkan oleh besarnyabeban pembayaran bunga obligasi rekapitalisasi perbankan, obligasipenjaminan perbankan dan BLBI yang harus dikeluarkan oleh peme-rintah. Namun demikian, sejak tahun 1998 hingga tahun 2001 peme-rintah belum melakukan pembayaran pokok hutang dalam negeri.Baru pada tahun 2003 pembayaran pokok hutang (jatuh tempo obli-

44

Page 49: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

gasi) meningkat pesat yaitu sebesar Rp 21.7 triliun, yang jauh lebihbesar dibandingkan dengan pembayaran pokok hutang tahun 2002(Rp 3.9 triliun). Salah satu hasil simulasi yang dilakukan oleh Departe-men Keuangan mengenai beban pembayaran hutang domestik mem-perlihatkan bahwa pemerintah diperkirakan akan mengalami tekanananggaran yang besar pada tahun 2008 dan 2009, dengan jatuh tem-ponya obligasi pemerintah senilai masing-masing Rp 122.8 triliun danRp 127.1 triliun. Saat tersebut adalah tahun-tahun sensitif karenaIndonesia sedang mempersiapkan dan mengadakan Pemilu yang se-cara sosial politik merupakan tahun-tahun kritis.

Masih berdasarkan hasil simulasi yang sama, situasi anggaranpemerintah pada tahun 2004 diperkirakan akan relatif stabil diban-dingkan pada tahun 2003. Defisit anggaran diperkirakan akan men-capai -0.5 persen dari PDB (2004) dibandingkan dengan -1.3 persendari PDB (2003). Namun demikian, pelunasan hutang masih cukupbesar yaitu sekitar Rp 36.0 triliun (domestik) dan Rp 46.1 triliun(luar negeri), sementara pada tahun sebelumnya (2003) masing-ma-sing sebesar Rp 18.6 triliun dan Rp 43.5 triliun. Angka-angka inimengindikasikan diperlukannya upaya besar dan serius dari pemerin-tah untuk mengatasi masalah hutang domestik dan luar negeri. Un-tuk itu, secara konkrit pemerintah dan segenap masyarakat perlubahu membahu untuk:● menekan kebocoran anggaran,● sedapat mungkin melakukan penjadwalan kembali hutangnya,

terutama hutang luar negerinya (dengan keluarnya Indonesia dariprogram IMF, penjadwalan hutang luar negeri dapat dilakukanmelalui pendekatan-pendekatan bilateral),

● mencari sumber-sumber pendapatan baru, dengan meningkatkanefektifitas dan efisiensi perpajakan serta mengatasi penyelundup-an, dan

● mengalokasikan anggaran secara cermat (menghindari pembo-rosan) baik di pusat maupun di daerah-daerah, dengan menekan-kan pada kegiatan-kegiatan produktif yaitu yang dalam jangkapanjang memberikan dampak nultiplier.

Tanpa kerja keras pemerintah dan seluruh komponen masyarakat,masalah hutang yang dipaparkan di atas bisa menjadi masalah yangsangat serius di masa yang akan datang, yakni terancamnya keberlan-jutan fiskal kita. Dampak dari hal ini tidak hanya akan mengganggu

45

Page 50: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

stabilitas perekonomian, namun juga dapat mengganggu stabilitassosial dan politik secara nyata.

Dalam kaitannya dengan sektor moneter, pada tahun 2003, kebi-jakan moneter diperkirakan akan dilaksanakan secara konsisten danberhati-hati guna menyerap kelebihan likuiditas tanpa mengorbankanmomentum pemulihan ekonomi. Upaya tersebut dilakukan denganmengendalikan uang primer melalui kombinasi operasi pasar terbuka(OPT), sterilisasi valuta asing, dan intervensi rupiah secara optimalguna mengendalikan laju inflasi. Inflasi masih menjadi indikator eko-nomi yang perlu terus dikendalikan. Memang ada negara, sepertiBrasilia dan Korea Selatan, yang menunjukkan bahwa inflasi tidakmenghambat pertumbuhan.Namun pengalaman dari berbagai negarayang mengalami inflasi sedang dan inflasi tinggi menunjukkan bahwainflasi berpengaruh buruk terhadap investasi (termasuk Foreign DirectInvestment), equity, efisiensi, dan perdagangan. Inflasi dapat bersifatseperti pajak, yang mengurangi daya beli atau pendapatan riil. Inflasiyang relatif rendah dan stabil akan berpengaruh baik bagi pemba-ngunan ekonomi Indonesia.

Dengan stabilitas politik dan keamanan yang tetap terpeliharabaik, kurs rupiah akan ditentukan oleh fundamental ekonomi. Pen-jadwalan kembali hutang melalui Paris Club III, peningkatan efekti-fitas pencairan pinjaman luar negeri, dan peningkatan iklim investasitermasuk pada pasar modal di dalam negeri diperkirakan mening-katkan stabilitas rupiah pada nilai tukar sekitar Rp. 9.000 per dollarAS. Dengan kurs sekitar Rp 9.000 per dollar AS dalam tahun 2003tersebut, komoditi ekspor nasional diperkirakan masih mampu ber-saing di pasar internasional.

Dengan laju pertumbuhan uang primer yang tetap terkendali danstabilnya kurs rupiah serta dengan memperhitungkan kenaikan hargaBBM, tarif dasar listrik, dan telepon, laju inflasi dalam keseluruhantahun 2003 diperkirakan sekitar 9 persen (lebih rendah dibandingkantahun 2002 yaitu 10,1 persen). Kecenderungan menurunnya lajuinflasi, rendahnya suku bunga internasional, dan harapan menurunnyarisk premium (terutama jika persiapan-persiapan pelaksanaan Pemilu2004 berjalan lancar) selanjutnya memberi ruang gerak yang lebihlonggar bagi BI untuk menurunkan suku bunga SBI, sehingga sukubunga pinjaman juga diharapkan akan mengalami penurunan.

Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, perekonomiannasional tahun 2003 diperkirakan tumbuh 4 persen, sedikit lebih

46

Page 51: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

tinggi dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2002 yaitu3,7 persen. Pertumbuhan tersebut bersumber pada peningkatan per-mintaan domestik seperti konsumsi rumah tangga, dan dari sisi pro-duksi, pertumbuhan ekonomi tahun 2003 terutama didorong olehpulihnya industri pengolahan non-migas yang diperkirakan tumbuhsekitar 6,4 persen. Rendahnya perkiraan laju pertumbuhan tersebuthendaknya menjadi pemicu bagi kita semua untuk bekerja lebih ke-ras. Melalui kerja keras yang terencana dengan baik, saya yakin bahwapotensi berbagai sumberdaya yang kita miliki akan dapat kita wujud-kan, sehingga tingkat kesejahteraan kita semua dapat diperbaiki secaralebih memadai dalam tempo yang tidak terlalu lama. Untuk itu, kitaperlu memiliki agenda pemulihan dan pembangunan yang jelas.

Agenda Pemulihan dan Pembangunan Kembali EkonomiIndonesia : Penciptaan PeluangSecara politik kita menghadapi kenyataan bahwa proses demokratisasikita sedang berjalan menemukan bentuk terbaiknya. Hubungan antarkomponen negara (eksekutif, legislatif, dan judikatif), hubungan anta-ra negara dengan masyarakat, hubungan antara negara dengan pelakubisnis, dan hubungan antara masyarakat dengan pelaku bisnis, sertahubungan antara pusat dan daerah sedang dalam proses transisi, yangjuga sedang berjalan menemukan bentuk terbaiknya. Semua ini men-janjikan kebaikan-kebaikan di masa datang. Semua ini melahirkanpeluang-peluang, yaitu peluang untuk kebaikan bersama dan peluangbagi bisnis untuk tumbuh dan berkembang.

Namun demikian, kita harus menyadari bahwa kebaikan dan pe-luang yang tercipta tersebut juga membutuhkan korbanan-korbananyang selama ini telah diberikan oleh masyarakat. Korbanan-korbananini harus kita kelola bersama secara baik karena jika tidak dan jikakorbanan-korbanan ini melebihi kapasitas kita sebagai bangsa dannegara untuk menopangnya, tidak mustahil akan lahir permasalahan-permasalahan baru yang justru bisa membalik harapan dan peluangyang telah terbentuk tersebut.

Mari kita berefleksi atas pengalaman lima tahun krisis yang kitahadapi. Ambruknya bangun politik dan ekonomi Indonesia telahmengharuskan kita untuk secara bersama berkorban membiayai dam-pak negatif dan proses untuk keluar dari krisis dengan biaya yang ti-dak sedikit. Di samping tersedotnya dana masyarakat —baik dalambentuk biaya penataan politik, rekapitalisasi perbankan, beban hutang

47

Page 52: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

dalam dan luar negeri yang terus meningkat, dan lain-lain korban-an—kita masih menghadapi kenyataan (terutama pada tahun-tahunpertama krisis) semakin meningkatnya pengangguran, semakin mele-mahnya daya beli masyarakat sebagai cerminan dari tingginya tingkatkemiskinan, semakin meningkatnya ketimpangan kesejahteraan antarkelompok masyarakat dan antar daerah, semakin meningkat dansemakin kasarnya korupsi yang terjadi baik di pusat maupun di dae-rah, semakin meluruhnya infrastruktur ekonomi kita, dan tetap ting-ginya country risk sehingga menjadi faktor penghambat dalam mela-kukan perdagangan, investasi dan hubungan internasional.

Korbanan-korbanan tersebut harus kita kelola dengan baik meskisaat ini kita menghadapi kenyataan bahwa ukuran dan pertumbuhanPDB kita sebagaimana telah diuraikan di atas masih kecil. Prospekpertumbuhan ekonomi kita yang masih sekitar 4 persen merupakankenyataan. Dan, juga kenyataan bahwa pada tingkat pertumbuhan ini,pengangguran dan kemiskinan masih merupakan fenomena nyatayang harus kita hadapi. Dalam jangka pendek, dengan demikian, kitaharus mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup untuk meng-imbangi besarnya pengangguran, meningkatkan daya beli masyarakatuntuk mengatasi kemiskinan, meningkatkan pemeliharaan danmengembangkan infrastruktur kita.

Dari data pertumbuhan yang telah diuraikan dalam sub-bab diatas, tampak bahwa peranan investasi dan ekspor masih sangat kecilbagi petumbuhan ekonomi Indonesia yang juga masih kecil tersebut.Padahal pada investasi dan ekspor inilah kita berharap pertumbuhanekonomi kita dapat kita pacu pada saat peranan pemerintah dalammemacu pertumbuhan ekonomi sedang demikian rendahnya.ApabilaIndonesia ingin meningkatkan ekspor, maka kita harus siap untuklebih membuka perekonomian atau melaksanakan perdagangan in-ternasional. Pengalaman dari banyak negara berkembang, termasukIndonesia, menunjukkan bahwa perekonomian yang lebih terbukarelatif lebih baik daripada perekonomian yang tertutup. Perekonomi-an yang lebih terbuka, di samping dapat memperoleh manfaat alokatifdan dinamik dari perdagangan internasional, juga menunjukkan dayatahan yang lebih besar terhadap guncangan, menarik Foreign DirectInvestment lebih besar, memperkaya pertumbuhan melalui keterkaitanekspor dan investasi domestik, memperoleh rangsangan untuk mema-jukan teknologi melalui kompetisi ekspor, dan meningkatkan aksesterhadap teknologi yang lebih maju dari impor.

48

Page 53: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Rendahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi kita tahun 2003 ser-ta masih rendahnya kontribusi investasi dan ekspor dalam pertum-buhan memberikan gambaran bahwa kita masih akan menghadapipersoalan pengangguran, daya beli masyarakat, serta pemeliharaan danpengembangan infrastruktur di masa-masa yang akan datang. Dalamkonteks semacam ini peranan bisnis seharusnya semakin menonjol.Sayangnya, peranan ini terus menurun sejalan dengan menurunnyainvestasi (baik domestik maupun asing), baik oleh karena semakinmelemahnya daya saing produk-produk domestik kita di pasardomestik dan pasar internasional maupun oleh karena beban kesalah-an masa lalu. Ekonomi pemilu (election economy) yang kita hadapi ditahun 2003 dan 2004, sebagaimana di negara-negara lain, akan bisaberkontribusi pada melemahnya perekonomian kita (walau ekonomipemilu juga mampu membuka peluang-peluang bisnis baru).

Oleh karena itu, kita harus melakukan terobosan-terobosan per-ekonomian yang nyata melalui proses politik yang tepat atau sesuaidengan tantangan yang kita hadapi. Kita perlu melakukan konsolidasidemokrasi dan konsolidasi politik dalam negeri untuk mendukungterciptanya iklim investasi yang baik, sehingga bisnis akan berkem-bang secara sehat dengan aturan-aturan main yang jelas, terukur, danenforceable.

Mari kita tata langkah pembangunan politik dan ekonomi kita kedepan. Yang pertama, proses peluruhan yang terjadi harus dihen-tikan dan dibalik arahnya sampai suatu tingkat di mana masyarakatbersepakat bahwa tingkat ini merupakan suatu tingkat minimal kese-jahteraan atau kepuasan untuk bisa melakukan tahapan reformasi danrekonsiliasi yang damai tapi pasti arahnya. Tahapan ini biasanya sayasebut sebagai tahapan recovery dalam artian yang sangat luas, yaitu ter-bangunnya kembali social trust yang menjamin economic recovery daneconomic stability dengan konsensus nilai baru bisa diwujudkan. Secaraekonomi, kita akan mampu mengembalikan kapasitas produksi kitasehingga para penganggur akan bisa kembali bekerja dan daya belimasyarakat dapat terbantu untuk ditingkatkan.

Di samping itu, pertanian yang selama ini masih tertinggal se-sungguhnya mampu memberikan sumbangan yang nyata terhadappertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Suatu analisismenunjukkan bahwa dengan meningkatkan pengeluaran pemba-ngunan terhadap sektor pertanian sebesar 10 persen diharapkan akanmampu menyumbangkan peningkatan pertumbuhan output sektor

49

Page 54: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

tersebut sebesar 6 persen dan peningkatan penyerapan tenaga kerjasecara signifikan. Oleh karena itu, di samping mengembalikan kapa-sitas produksi industri kita, dalam jangka pendek ini, pertanian harusdibangkitkan melalui peningkatan pengeluaran pemerintah, yang alo-kasinya harus dilakukan secara tepat dan terarah (terutama untuk per-baikan dan peningkatan kualitas infrastruktur sehingga mobilitasinput-input dan hasil produksi meningkat secara nyata), serta melaluipemberdayaan para petani atau kelompok tani dengan melaksanakanberbagai penataan kelembagaan pertanian. Pemberdayaan petani danpenguatan kelembagaan pertanian ini sekaligus merupakan upaya-upaya pembangunan jangka menengah-panjang bersama-sama de-ngan peningkatan teknologi budidaya dan pasca-panen. Indegenousknowledge dan sejarah perkembangan pertanian di kawasan setempatmerupakan faktor yang harus diperhatikan dalam merancang danmenjalankan upaya-upaya tersebut. Hal ini sejalan dengan Stiglitz(1991, p.26) yang mengemukakan:

“...history itself… [brings] individuals [to] know more about theinstitutions and conventions with which they have lived in therecent past than they know of others by which they might live. …tounderstand current technology we must also look to history; … pasthistory determines which techno-logies are developed, and thereforedetermines the shape of the available opportunity to set today.”

(“ …sejarah itu sendiri … mengajarkan setiap orang untukmengetahui lebih banyak tentang kelembagaan dan kebi-asaan di mana selama ini mereka hidup dibandingkankelembagaan dan kebiasaan di mana mereka akan hidup …kita harus mempelajari sejarah untuk memahami teknologiyang berkembang saat ini … sejarah masa lalu menentukanteknologi apa saja yang berkembang; dan, tentunya menen-tukan pilihan-pilihan yang tersedia saat ini …”)7

Kemitraan dalam suatu kesejajaran yang bersifat saling mengun-tungkan antara para petani serta UKM dengan bisnis perlu diting-katkan. Kemitraan yang bersifat riil (baca: tidak artifisial) akan dapattercipta jika disediakan insentif ekonomi yang fair, di samping “atur-an main” yang jelas dan transparan. Dengan cara ini, bisnis dan petani

50

7 Terjemahan bebas penulis atas sitiran di atas.

Page 55: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

serta UKM akan bisa berkembang secara bersama-sama. Sangatbanyak UKM bergerak di sektor pertanian dan perdesaan, misalnyadalam bidang agroindustri. Oleh karenanya, program-program pem-bangunan pertanian dan perdesaan yang lebih seksama juga akan me-ningkatkan peran UKM dalam pembentukan kapital dalammasyarakat.

Dengan tingkat perhatian yang proporsional, upaya-upaya pe-ngembangan UKM di perkotaan (di mana para pelaku sektor infor-mal banyak terdapat) juga perlu dilakukan. Upaya ini bukan semata-mata untuk menjadikan UKM atau sektor informal tersebut sebagai“wadah penampung kelebihan tenagakerja dari sektor lain” namunjuga mendorong secara sistematis dan terus menerus ke arah tercip-tanya UKM yang tangguh dan iklim berusaha yang sehat serta kom-petitif-yang-berkeadilan. Saya kira, hanya dengan kondisi inilah parapelaku UKM serta sektor informal dapat ditingkatkan kesejahteraan-nya. Upaya tersebut perlu difikirkan secara baik sehingga dimensi“M” (“menengah” dari kata UKM) dapat terisi secara memadai, yangartinya harus tercipta suatu mekanisme yang baik sehingga para peng-usaha kecil berkinerja tinggi dapat “naik kelas” menjadi pengusahaskala menengah. Sehingga, struktur usaha (industri) yang selama inikurang sehat (yang dikenal dengan hollow of the middle) dapat diper-baiki melalui mekanisme pasar yang secara simultan diiringi dengankebijakan pemerintah yang pada dasarnya merupakan dukungan(insentif) yang tidak bersifat distortif untuk mencapai struktur terse-but.

Struktur perekonomian yang sehat hanya akan dapat dicapai jikasumberdaya alamnya dapat dikelola secara baik dan lestari. Perlu dite-kankan bahwa belum pernah ada negara yang memiliki sumberdayaalam yang besar dapat tumbuh maju dan berkelanjutan dengan meng-abaikan pertaniannya. Umumnya negara-negara yang maju saat iniberawal dari pembangunan pertanian yang kuat dan kemudian tum-buh menjadi negara industri yang modern. Pertanian memiliki kon-tribusi yang besar untuk dapat menciptakan struktur ekonomi yangbaik dan kokoh. Pertanian dalam pembangunan ekonomi mem-berikan sumbangan dalam bentuk pangan bagi seluruh elemen ma-syarakat, faktor produksi bagi perusahaan, modal bagi pertumbuhanindustri, dan sumber perolehan devisa. Dalam lingkup yang leih luas,sektor pertanian juga berperan sebagai pasar yang potensial bagi pro-duk-produk industri serta penyerap tenagakerja.

51

Page 56: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Yang kedua, pertumbuhan ekonomi akan dapat berkelanjutanbila produktifitas masyarakat tinggi dan terus meningkat. Untuk ini,kebijakan, manajemen ekonomi, aturan main, dan kualitas sumber-daya manusia perlu terus ditingkatkan karena faktor-faktor inilahpenentu utama dari peningkatan produktivitas masyarakat yang men-jamin sustained growth. Demikian juga kita harus menemukan sum-ber-sumber pertumbuhan baru yang sensitif terhadap realita ma-syarakat dan dalam kerangka tatanan ekonomi dunia yang terus ber-kembang. Sumber-sumber pertumbuhan yang berkualitas ini harussensitif bagi masyarakat baik dalam perspektif lokasi, tingkat perkem-bangan, maupun keadilan.

Pertumbuhan yang berkualitas tidak akan “menomer-duakan”pengentasan kemiskinan. Penurunan angka kemiskinan secara nyataperlu tetap menjadi tujuan pembangunan yang utama. Pengetahuantentang kemiskinan dan hubungan antara kemiskinan dengan kecen-derungan perubahan sosial-ekonomi telah banyak dianalisis. Upayauntuk mengurangi kemiskinan tidak dapat hanya dibebankan padamaksimisasi pertumbuhan dan memperbaiki fungsi pasar semata.Berbagai kebijakan perlu ditambahkan untuk:● mengurangi disparitas pendapatan,● memperbaiki akumulasi human capital,● memperbesar kesempatan kerja, dan● menyediakan safety-net bagi kelompok masyarakat yang rentan.

Untuk ini, pemerintah bersama masyarakat dan dunia bisnis harusbisa melahirkan program-program keharusan konstitusi seperti ja-minan kesehatan, jaminan pendidikan, jaminan pekerjaan, jaminanpangan, dan keharusan konstitusi lainnya yang bisa dijangkau oleh ke-mampuan kita dari waktu ke waktu. Dengan jaminan ini, kualitassumberdaya manusia kita akan meningkat dan ini merupakan socialcapital yang penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Pro-gram ini tidak mungkin bisa dijalankan sendiri oleh pemerintah.Oleh karenanya outsourcing dan mekanisme public-private partnershipmenjadi pilihan yang layak, tidak hanya demi tercapainya good effectivegovernance semata tetapi hal ini memang bisa menjamin sistem deliveryyang berkelanjutan, efisien dan dengan aturan main dan kebijakanyang baik juga akan sustainable. Pada bagian inilah reformasi kelem-bagaan telah menjadi keharusan untuk bisa melakukan delivery jasa-jasa publik secara baik.Tahap kedua ini merupakan sebagian dari pro-

52

Page 57: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

gram reformasi yang telah saya sampaikan di berbagai kesempatan.Yang ketiga, pengembangan ekspansif dari sistem ekonomi kita

ke depan. Inilah tahapan di mana sumber-sumber ekonomi berkua-litas yang kita miliki kita kembangkan lebih lanjut. Pertanian, per-ikanan, dan lokasi-lokasi pertumbuhan baru di Indonesia Timur haruskita kembangkan secara nyata. Progres dalam pengertian pembangun-an berskala besar dari semua potensi yang kita miliki kita lakukan.Untuk ini, perencanaan dan kebijakan pembangunan yang visioner—stabilitas, kesejahteraan, keadilan, demokrasi, dan kemanusiaan—da-lam kerangka aturan hukum yang jelas dan enforceable telah bisa diba-ngun konsensusnya oleh pemerintah. Pada tahapan ini, peranan inves-tasi swasta dan peranan bisnis akan dominan. Dan, program ini akanmewarnai tiga agenda nasional, yakni (1) Recovery; (2) Reformasi danRekonstruksi; serta (3) Rekonsiliasi dan Nation Building yang jugatelah saya kedepankan di mana-mana.

Berdasarkan tahapan dan proses seperti itulah swasta diharapkanakan mampu mengembangkan berbagai potensi sumber-daya danmenangkap peluang bisnis dan pasar yang berkembang, baik di pasardomestik maupun di pasar internasional.

53

Page 58: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

6

Menuju Era Kemakmuran Bersama :Visi, Kepemimpinan,

dan Kerja Keras Bersama

Membangun Kemakmuran Bersama yang Berkeadilan sebagai Suatu KeniscayaanDalam lima bab pertama buku ini telah saya uraikan bagaimana kon-disi perekonomian kita sejak dilanda krisis dan bagaimana hal iniberpengaruh luas pada kehidupan masyarakat, perkembangan duniausaha dan sistem produksi, serta sistem ekonomi politik nasional.Secara khusus, melalui pengamatan yang seksama, juga telah sayauraikan bagaimana krisis ekonomi yang belum berkesudahan inimelahirkan kegelisahan bersama —suatu kegelisahan akan masadepan kita sebagai bangsa dan negara—untuk segera bangkit dansegera membangun kesejahteraan bersama secara berkeadilan. Kege-lisahan bersama ini terartikulasikan secara baik oleh masyarakat dalambentuk harapan akan adanya terobosan untuk segera keluar dari kri-sis dan akan adanya kepemimpinan politik yang mempunyai visi kedepan yang jelas dan yang betul-betul sensitif pada harapan-harapanmasyarakat. Dan, memang, saya yakini bahwa dalam masa krisis seper-ti inilah lahir kesempatan untuk melakukan perubahan-perubahanyang mendasar tentang penataan masa depan kita. Dengan visibersama yang jelas, dengan kepemimpinan politik yang menjangkaumasa depan dan sensitif terhadap keinginan masyarakat di tengahperubahan internasional yang berlangsung secara cepat, serta dengankerja keras bersama, saya meyakini bahwa era kemakmuran bersamasecara berkeadilan merupakan suatu keniscayaan.

Dengan pendekatan ekonomi politik —khususnya dalam kerang-ka pemikiran Troika yang banyak dikenal dalam telaah good gover-nance—telah pula saya uraikan sebab-sebab utama krisis yang kita

54

Page 59: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

alami. Dengan menelaah pola hubungan antara negara, pasar, danmasyarakat, kita memahami bahwa pola hubungan ekonomi politikyang tidak sehat di antara ketiga komponen Troika ini telah menen-tukan lemahnya pondasi ekonomi nasional, lemahnya akumulasikesejahteraan masyarakat, dan meluasnya ketidakadilan yang ada dandirasakan masyarakat. Artinya, pola hubungan parasitik antara negara(khususnya pemerintah) dan pasar (khususnya dunia usaha) di masalalu telah menjadi penyebab utama runtuhnya sendi-sendi kehidupankita sebagai bangsa dan negara karena pola hubungan ini —walaupada awalnya terjadi dalam konteks kepentingan ekonomi—ternyatatelah melahirkan ketidakadilan yang berimbas pada meluasnya per-soalan-persoalan politik dan sosial. Pembangunan ekonomi kita kedepan mengharuskan penataan pola hubungan ini.

Pola hubungan yang tidak sehat di antara ketiga komponen Troikatersebut telah melahirkan inefisiensi yang tidak terkira dalam sejarahpembangunan ekonomi kita. Inefisiensi ini berujud pada tidak tepat-nya alokasi anggaran publik—baik dalam bentuk tidak sesuainyaprioritas pembangunan maupun dalam bentuk penggelembungananggaran— untuk pembangunan, berkembangnya budaya pengejaranrente ekonomi dengan memanfaatkan peluang kebijakan ekonomi,berkembangnya ekonomi ilegal dalam bentuk penyelundupan ataukegiatan ilegal lainnya, serta bentuk-bentuk inefisiensi lainnya.

Pola hubungan yang tidak sehat tersebut juga merupakan sum-ber-sumber ketidakadilan yang ada dan dirasakan oleh masyarakat.Ketidakadilan ini tercermin dari biasnya pembangunan ekonomi kitapada kepentingan-kepentingan sekelompok kecil masyarakat danperkotaan yang merupakan sumber noise politik kekuasaan. Inilahdasar terjadinya kenyataan bahwa akumulasi kesejahteraan terutamaterjadi hanya di perkotaan dan di sekelompok kecil anggota masya-rakat yang dekat dengan kekuasaan dan/atau yang mempunyai ke-mampuan untuk mempengaruhi kekuasaan.

Secara akumulatif, pola hubungan yang tidak sehat inilah yangmelahirkan tidak berkembangnya perdesaan, tidak berkembangnyapertanian dan kesejahteraan petani, nelayan, buruh, dan sebagianterbesar masyarakat kita. Dan, dapat dipastikan bahwa hal ini akanmelahirkan pola pembangunan ekonomi yang tidak sensitif pada pen-ciptaan lapangan kerja karena pola pembangunan yang dilakukantidak mencerminkan realitas ekonomi yang ada. Biasnya sektor danwilayah yang dikembangkan melalui hubungan kolutif parasitik yang

55

Page 60: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

ada juga melemahkan inisiatif ekonomi masyarakat. Kemiskinan yanglahir terutama oleh lemahnya akses masyarakat pada semua faktoryang memberdayakan secara ekonomi tentu menjadi bagian umumdari persoalan yang kita hadapi sehari-hari.

Pola hubungan tersebut juga secara alamiah akan melahirkan polahubungan antara kota dan desa, antara pertanian dan industri, antaraburuh dan profesional, dan antar wilayah yang sangat timpang.Pembangunan ekonomi dalam konteks tatanan ekonomi politik se-macam ini tidak lebih hanyalah proses akumulasi kesejahteraan secaracepat oleh sekelompok kecil masyarakat yang dekat dengan kekua-saan. Jadi tidak mengherankan bila infrastruktur ekonomi perdesaandan infrastruktur ekonomi Indonesia Timur jauh tertinggal dariperkotaan dan Indonesia Barat. Infrastruktur yang tidak memadai inisemakin mengalami peluruhan dalam masa krisis ini karena sulitnyamemobilisasi dana untuk pemeliharaan dan membangun infrastruk-tur yang ada. Dan, dalam hal pemeliharaan, infrastruktur kita yang diperkotaan pun telah mengalami peluruhan, apalagi yang di perdesaan.

Kita memang agak kurang beruntung sebagai bangsa. Persoalanhubungan parasitik-kolutif yang menyebabkan krisis berkepanjanganini ternyata masih belum tertata secara baik meski kita telah meng-alami krisis lebih dari lima tahun. Saya meyakini bahwa tanpa menye-lesaikan hubungan troika secara baik akan sulit bagi kita untuk keluardari krisis; dan, kalau kita sekarang merasakan ada perbaikan ekono-mi makro, saya meyakini bahwa hal ini tidak akan berkelanjutanmengingat akar persoalan krisis belum kita atasi.

Lima tahun terakhir ini, kita telah mengalami pergantian peme-rintahan sampai tiga kali. Persoalan utama yang saya maksud di atasmasih pula belum terselesaikan. Bahkan ada kecenderungan polahubungan kolutif-parasitik yang ada semakin berkembang sampai kedaerah-daerah melalui mekanisme politik kita yang masih belumsempurna. Mahalnya biaya politik dan mobilisasi politik telah meng-haruskan pelaku-pelaku politik untuk secara sadar atau tidak meng-akumulasikan modal —melalui cara-cara yang berkait dengan ke-kuasaan dan kewenangan yang dimiliki—untuk kepentingan politikyang mereka masuki. Kenyataan politik ini tentu sangat meng-khawatirkan karena imbasnya pada persoalan kebangsaan dan kene-garaan yang lebih luas.Tidak berlebihan kiranya masyarakat memper-tanyakan arah dan penataan ekonomi kita ke depan, termasuk didalamnya mempertanyakan berbagai proses divestasi dan privatisasi

56

Page 61: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

aset-aset negara dan badan-badan usaha milik negara. Masyarakattidak tahu mau dibawa kemana perekonomian kita. Bahkan yang le-bih mengkhawatirkan lagi, pada saat kita semakin menyadari betapapentingnya kembali membangun perdesaan dan pertanian kita sertabetapa pentingnya menjadikan pengentasan kemiskinan, penciptaanlapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur sebagai fokus pem-bangunan ekonomi kita ke depan, kita masih menghadapi kenyataanbahwa ada sekelompok orang penting di pemerintahan dan kroni bis-nisnya berusaha menjadikan wilayah Jabotabek —yang sudah menik-mati pembangunan nasional selama ini—sebagai pusat investasi lang-sung asing di Indonesia. Hal ini tentu akan semakin mengorbankanmasyarakat dan dunia usaha kita secara keseluruhan; dan, tentunyasemakin menjauhkan harapan kita untuk bisa membangun kesejah-teraan bersama secara berkeadilan.

Kenyataan tersebut mengharuskan kita secara bersama-sama un-tuk membebaskan diri dari belenggu tatanan ekonomi politik yangkolutif-parasitik sebagaimana dimaksud.Tanpa penataan kembali polahubungan troika yang berkelanjutan dan demokratis, sulit diharapkanbangsa ini untuk bisa keluar dari krisis; dan, sulit diharapkan untukmewujudkan cita-cita kebangsaan dan kenegaraan kita secara berke-lanjutan. Untuk tujuan ini, kita sebagai bangsa perlu mempersamakanvisi dan membangun kesadaran bersama untuk terus berupaya me-wujudkan nilai-nilai utama kebangsaan dan kenegaraan kita denganterus berupaya untuk memperkayanya dengan nilai-nilai kontempo-rer yang berkembang di masyarakat. Untuk ini, kita memerlukankepemimpinan yang visioner dan kerja keras bersama seluruh masya-rakat. Akan lebih baik kita menghadapi kenyataan pahit sebentaruntuk kehidupan kebangsaan yang adil dan makmur secara berkelan-jutan di masa datang daripada kita harus terlena oleh kesemuan ke-nyataan yang justru menghancurkan sendi-sendi utama kehidupankita sebagai bangsa dan negara.

Mempersamakan Visi dan Kesadaran BersamaSudah lima tahun bangsa dan negara kita dalam krisis.Tiga pemerin-tahan telah berganti, krisis masih berlangsung. Perekonomian kitamasih belum pulih, proses perpolitikan kita masih belum menemu-kan bentuk terbaiknya, harmoni sosial masih rentan terhadap berba-gai gangguan, keutuhan kebangsaan dan kenegaraan kesatuan kitamasih terus mengalami cobaan. Kesejahteraan dan kualitas hidup

57

Page 62: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

masyarakat kita —yang merupakan sebagian dari ukuran kemakmu-ran—merosot tajam dan ada kecenderungan untuk terus merosot.Kegamangan akan masa depan terus bergelayut dan menghantui pi-kiran dan langkah kita. Hubungan antara negara, pasar, dan ma-syarakat masih belum berubah dan nampaknya akan tetap menjadipenghambat untuk keluar dari krisis dan untuk membangun kemak-muran bersama secara berkeadilan. Kita memang sedang dalam krisiskebangsaan dan kenegaraan.

Kita sebagai bangsa hendaknya bersepakat bahwa kita memangdalam krisis. Ini adalah bentuk awal kesadaran kebangsaan kita—ben-tuk awal kesadaran untuk mencari jalan keluar dari krisis. Kesadaranini mengharuskan kita untuk berpikir, bertindak, dan berperilakusebagaimana layaknya bangsa yang sedang dilanda krisis. Dengankesadaran ini, kita sebagai bangsa secara bersama berani mengor-bankan kepentingan-kepentingan jangka pendek untuk kepentingan-kepentingan kebangsaan jangka panjang. Kita selayaknya memilikitekad bersama untuk keluar dari krisis ini dan bertekad untuk mewu-judkan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan di masa datang,kehidupan bersama yang dicerminkan oleh terbangunnya proses per-wujudan kemakmuran bersama yang berkeadilan.

Untuk itu, sebagai bangsa, kita harus memiliki visi bersama. Kitaharus memiliki dan bersepakat atas nilai, keyakinan, arah, dan tujuanbersama sehingga kita bisa membangun perilaku bersama yang sesuai.Saya menyadari betapa hal ini tidak mudah dan betapa hal ini mem-butuhkan korbanan. Proses ini, saya sadari, membutuhkan keberaniandan korbanan yang lebih tinggi daripada keberanian yang dibutuhkanoleh serdadu yang berangkat berperang karena keberanian yangdimaksud di sini adalah keberanian kolektif kita sebagai bangsa.Kebe-ranian yang dimaksud di sini adalah keberanian untuk meletakkankepentingan kebangsaan dan kepentingan masa depan kita di ataskepentingan politik jangka pendek yang kita miliki.

Kesadaran akan perlunya membangun visi bersama tersebut sayapandang sebagai kesadaran kedua kebangsaan kita. Kesadaran inimemaknai kembali proses pembebasan bangsa ini dari krisis dan daribelenggu pemikiran yang menghambat terwujudnya proses pemba-ngunan yang menjanjikan kemakmuran bersama yang berkeadilan.Berhubung kemakmuran bersama yang berkeadilan merupakan cita-cita dan amanah konstitusi, maka sebagai bangsa kita perlu memba-ngun kesadaran kebangsaan ketiga, yaitu kesadaran dan tekad untuk

58

Page 63: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

terus memperjuangkan dan mewujudkan cita-cata dan amanah kon-stitusi ini sejalan dengan perkembangan kebangsaan kita di tengahperubahan masyarakat dan perubahan internasional yang terus ber-langsung. Saya menyadari bahwa agenda besar ini bukanlah tugas satuatau dua pemerintahan dan bukan pula tugas satu atau dua generasi;tetapi, dia merupakan tugas kebangsaan yang terus berkelanjutan.Dengan cara berpikir semacam ini, kesadaran akan kebangsaan, per-masalahan kebangsaan, dan visi kebangsaan semakin menentukankeberlanjutan kita sebagai bangsa dan sebagai negara.

Konsekuensinya, setiap pemimpin Indonesia dituntut untukmengajak dan memberikan arahan seluruh rakyat bangsa ini untuksecara terus menerus mengembangkan visi nasional kebangsaan kita.Pemimpin Indonesia, lebih lanjut, secara demokratis harus pulamampu membangun suatu strategi besar (grand strategy) guna mewu-judkan tujuan nasional dan tujuan kebangsaan yang tergambarkandalam visi tersebut. Strategi besar semacam ini dimiliki oleh banyaknegara dengan tujuan untuk mempersatukan bangsanya menuju masadepan yang dicita-citakan. Malaysia, sebagai contoh, di penghujungabad ke 20 yang lalu telah menetapkan cetak biru negara itu untuksuatu masa jauh ke depan, yang disebut sebagai Wawasan 2020.Kepemimpinan nasional ke depan —dengan memobilisasikan selu-ruh potensi nasional secara demokratis—dituntut untuk mampumemberikan visi kenegaraan ke depan dalam perspektif waktu yangcukup panjang.Tanpa kemampuan untuk membangun dan mengem-bangkan visi dan strategi besar semacam ini sulit diharapkankepemimpinan ke depan untuk mampu mengentaskan bangsa dannegara ini dari krisis dan untuk mampu membangun bangsa dannegara secara berkelanjutan.

Cetak biru perjalanan bangsa ke arah masa depan tentu tidakbegitu saja dirancang oleh satu-dua pemimpin betapapun bijak dancerdasnya pemimpin tersebut; tetapi, harus berangkat dari sebuahkonsensus. Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan nasio-nal yang sering dituangkan dalam Pembangunan Jangka Panjang (25tahun) dan Pembangunan Jangka Sedang (5 tahun) ada sebuah pilaryang terkenal dengan sebutan Trilogi Pembangunan, yaitu Stabilitas,Pertumbuhan dan Pemerataan. Pilar itu kini dianggap tidak memadaiuntuk menjawab tantangan pembangunan abad ke 21, terutama tidakditetapkannya demokrasi sebagai nilai universal yang mesti diadopsioleh setiap negara. Itulah sebabnya di berbagai kesempatan saya kede-

59

Page 64: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

pankan bahwa sosok negara yang hendak kita tuju adalah Indonesiayang Stabil, Demokratis dan Sejahtera. Tentu saya tidak bermaksuduntuk menawarkan Trilogi Baru —Stabilitas, Demokrasi dan Kese-jahteraan—sebagai pengganti trilogi lama yang dinilai sudah tidaktepat lagi. Mungkin, patut pula kita pikirkan bahwa pilar-pilar dibawah ini barangkali dapat menjawab tantangan pembangunanbangsa ke depan serta sekaligus merupakan koreksi dan perluasan dariTrilogi Pembangunan masa lalu. Pilar-pilar tersebut adalah : Stabilitas,kesejahteraan, keadilan, demokrasi, dan kemanusiaan.

Dimensi dan pekerjaan besar yang saya sebutkan tadi, mulai darimembangun kesadaran bersama, menyatukan visi, membangun kon-sensus nasional, menetapkan strategi besar kenegaraan dan kebang-saan berikut tujuan dan sasaran strategisnya, tiada lain adalah sebuahpolitik besar kenegaraan dan kebangsaan (grand politics) kita. BangsaIndonesia, yang pada penghujung abad ke 20 yang lalu dilanda olehkrisis yang besar, mengalami pergantian kepemimpinan politik yangsekaligus menandai berakhirnya tatanan kenegaraan dan kepemerin-tahan. Bersamaan dengan itu, juga mengalami kemunduran dankemandegan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa. Kenyataan inimengharuskan dilahirkannya suatu politik besar kenegaraan dan ke-bangsaan dengan tema penyelamatan dan pembangunan kembaliIndonesia sesuai dengan cita-cita para pendiri republik yang telah di-amanahkan dalam konstitusi negara. Dengan politik besar kenegaraandan kebangsaan (grand politics) dan kemudian strategi besar kenegaraandan kebangsaan (grand strategy) yang kita bangun bersama ini, akhirnyabangsa kita akan mampu melangkah bersama menuju ke sebuah erabaru, yang tiada lain adalah era kemakmuran bersama yang berke-adilan.

Kepemimpinan yang Efektif dan Mewujudkan HarapanUntuk sebuah pekerjaan yang besar dan penuh tantangan, negeri kitamemerlukan hadirnya pemimpin dan tokoh-tokoh bangsa yangmampu memberikan harapan, menunjukkan arah, memberikan ins-pirasi serta semangat untuk menuju masa depan bangsa yang lebihbaik. Pemimpin harus mampu memberikan pencerahan pada rakyat-nya. Pemimpin harus mampu mempersiapkan rakyatnya untukmenuju masa depan yang lebih baik. Pemimpin harus mampu me-lembagakan visi kenegaraan dan kebangsaan ke dalam praksis politikkenegaraan dan kebangsaan. Pemimpin harus mampu menciptakan

60

Page 65: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

ruang gerak yang leluasa bagi rakyatnya untuk menuju cita-citabersama. Pemimpin harus mampu mengembangkan iklim dan budayaperubahan.

Pada masa krisis yang kita hadapi saat ini, kita merasakan susut danpudarnya, dalam skala tertentu, kebanggaan kita sebagai bangsa. Pe-mimpin Indonesia harus mampu membangkitkan kembali semangatdan kebanggaan kebangsaan tersebut. Dalam masa ini, kita juga me-nyadari dan merasakan bahwa semangat dan kehendak bersama untukberjuang secara kolektif dengan gigih untuk memperbaiki negeri inimengalami penurunan. Pemimpin Indonesia harus mampu dan men-dorong bangkitnya semangat kebangsaan untuk secara terus menerusmelakukan perbaikan bersama. Dan, saya juga menyadari betapadalam masa sulit ini banyak sekali orang yang enggan mengambil alihtanggung jawab kolektifnya. Pemimpin Indonesia harus mampumembangkitkan kembali semangat sosial ini.

Bagi Indonesia, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yangbersama rakyatnya, memimpin dan mempelopori perubahan ke arahperubahan yang disepakati, yaitu perubahan yang secara demokratistelah dibangun konsensusnya. Jika negara ini ingin membangundunia usaha yang sehat dan konstruktif bagi bangkitnya perekonomi-an nasional —yang pada gilirannya perkembangan ekonomi yangbaik akan mendorong tercapainya kemakmuran bersama yang ber-keadilan—maka pemimpin harus menempatkan diri pada proses danupaya besar itu. Jika tiang-tiang penyangga bagi tumbuhnya duniausaha yang baik adalah good governance, hubungan penguasa dan peng-usaha yang sehat dan tidak kolutif, dan kesungguhan negara (peme-rintah) untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnyadunia usaha, pemimpin harus mematuhi norma-norma itu dalamperilaku dan aktivitas kepemimpinannya, serta berdiri di depan untukmemberi contoh dan untuk mewujudkannya.

Kerja Keras Seluruh RakyatKita tidak akan bisa mengatasi krisis dengan level kesadaran dan ener-ji yang sama dengan kesadaran dan enerji yang melahirkan krisis. Kitamembutuhkan kesadaran dan enerji yang jauh lebih tinggi levelnya.Hal ini bisa kita lakukan jika seluruh rakyat, secara kolektif, bersamapara pemimpinnya juga bergerak dengan kesadaran dan enerji yanglebih tinggi dari kesadaran dan enerji sebelum krisis.

Ketika negeri ini telah memiliki visi dan strategi besar kenegaraan

61

Page 66: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

dan kebangsaan (grand strategy) yang tepat, serta telah pula mendap-atkan pemimpin dan tokoh yang berkemampuan untuk memimpinnegara, bangsa, dan rakyat, maka faktor penting terakhir adalah adanyakesediaan rakyat untuk melangkah dan bekerja bersama. Keyakinanbahwa untuk mencapai kemakmuran bersama yang berkeadilan seba-gai suatu keniscayaan mengharuskan lahirnya suatu kesadaran kolek-tif bahwa pemikiran, kerja, kemauan, semangat, dan kehendak rakyatuntuk keluar dari krisis dan untuk mewujudkan masa depan yanglebih baik sebagai suatu keharusan, sebagai suatu nilai, dan sekaligussebagai suatu state of mind.

Kisah sukses di banyak negara seperti Jepang, Korea Selatan danbanyak pula negara-negara Barat, ternyata tidak hanya disebabkanoleh tingginya ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang lebihmapan, tetapi terutama karena kerja keras bangsa yang bersangkutan.Rakyat dan masyarakat yang sadar akan nilai-nilai kerja kebangsaanserta kepemimpinan yang memberdayakan kekuatan-kekuatan rakyatmerupakan kekuatan yang tidak ternilai bagi suatu bangsa. Kekuatanrakyat inilah sesungguhnya inti dari kekuatan perubahan yang kitaharapkan ke depan, perubahan untuk membangun kemakmuranbersama yang berkeadilan.

62

Page 67: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Bibliografi

Baker, Dean and Mark Weisbrot, 2002. The Economic Costs of a War in Iraq: theNegative Scenario, CEPR Briefing Paper. Washington D.C.: Center forEconomic and Policy Research.

Banerjee, Shuvojit, 2002. Recovery and Growth in Indonesia Industry : Element of aFuture Policy Framework, Working Paper 02/08, UNSFIR. Jakarta: UnitedNations Support Facility for Indonesia Recovery.

Banerjee, Shuvojit and Hermanto Siregar, 2002. Agricultural As The LeadingSector: An Industrial Policy Framework, Working Paper 02/02, UNSFIR.Jakarta: United Nations Support Facility for Indonesia Recovery.

BAPPENAS, 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2003: Prospek dan Kebijakan.Jakarta: Bappenas.

Chowdhury, Anis and Hermanto Siregar, 2002. Indonesia’s Monetary PolicyDilemma: Constraints of Inflation Targeting,Working Paper 02/11, UNSFIR.Jakarta: United Nations Support Facility for Indonesia Recovery.

Clinton, William Jefferson, 1996. Between Hope and History: Meeting America’sChallenges for the 21st Century, New York: Times Books, Random House,Inc.

Cunningham,William H., Ramon J.Aldag, and Stanley B. Block, 1993. BusinessIn a Changing World, 3rd Ed. Ohio: South-Western Publishing Co.

Frederick,William C., James E. Post, and Keith Davis, 1992. Business and Society: Corporate Strategy, Public Policy, Ethics, 7th Ed. Singapore: McGraw-HillInternational Editions. McGraw-Hill Co.

Goldsmith, Arthur A., 1996. Business, Government , Society: The Global PoliticalEconomy. Chicago: Irwin, a Times Mirror Higher Education Group, Inc.

Harberger, Arnold C., 2001. The View from Trenches Development Processes andPolicies as Seen by Working Professional. dalam Meier, Gerald M. dan Joseph E.Stiglitz (Eds), Frontiers of Development Economics :The Future Perspective.TheWorld Bank and Oxford University Press.

Hatta, Mohammad, 1950. Kemerdekaan dan Kedaulatan Jembatan Ke Kemakmurandan Keadilan. Pidato pada Rapat Umum di Medan tanggal 21 November1950.

——————————, 1950. Masa Perjuangan Kita Sudah Habis Romantiknya.

63

Page 68: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

Pidato pada Rapat Terbatas di Medan,Tanggal 21 November 1950.Hodess, Robin., et. al., 2003. Global Corruption Report 2003 : Special Focus :Access

to Information. London:Transparency Inter-national, Profile Books Ltd.International Monetary Fund, 2002. World Economic Outlook April 2002:

Recession and Recoveries.Washington D.C.: IMF.ISEAS, 2003. Regional Outlook, Southeast Asia 2003 – 2004,Annual. Singapore:

Institute of Southeast Asian Studies.Jingwen, Li., 2000. The Chinese Economy into the 21st Century : Forecasts and

Policies, 1st Ed. Beijing: Foreign Languages Press.Nordhaus, William D., 2003. The Economic Consequences of a War with Iraq,

Chapter 3 In “War with Iraq: Costs, Consequences, and Alternatives”,Kaysen, Carl, Steven E. Miller, Martin B. Malin,William D. Nordhaus, andJohn D. Steinbruner (eds). Cambridge, MA.:American Academy of Arts andSciences.

Kotler, Philip, Somkid Jatusripitak, and Suvit Maesincee, 1997. A StrategicApproach to Building Nations Wealth:The Marketing of Nations. New York:TheFree Press.

Macintyre, Andrew, 1991. Business and Politics in Indonesia, Asian StudiesAssociation of Australia - ASAA Southeast Asia Publications Series. NSWAustralia:Allen & Unwin Pty Ltd.

Mishra, Satish Chandra, 1999. Government and Governance : Understanding thePolitical Economy of the Reform of Institutions. Working Paper: 99/02,UNSFIR. Jakarta: United Nations Support Facility for Indonesia Recovery.

Rodan, Garry, Kevin Hewinson and Richard Robison, 2002. The PoliticalEconomy of South-East Asia: Conflicts, Crises, and Change., 2nd Ed. Reprinted.New York: Oxford University Press.

Sen,Amartya K. 2001. What is Development About? dalam Meier, Gerald M. danJoseph E. Stiglitz (Eds), Frontiers of Development Economics : The FuturePerspective.The World Bank and Oxford University Press.

Stiglitz, Joseph E. 1991. Rational Peasants, Efficient Institutions, and a Theory ofRural Organizations: Methodological Remarks for Development Economics In“The Economic Theory of Agrarian Institutions” (Ed.) Pranab Bardhan.Oxford: Clarendon Press.

—————————, 1997. Fourth Printing. Whither Socialism? Cambridge,MA.: Masachusetts Institute of Technology Press.

Stiglitz, Joseph E. 2000. Economics of the Public Sector, 3rd ed. New York: W.W.Norton & Company.

Stiglitz, Joseph E. 2002.Globalization and Its Discontents.Allen Lane. London:ThePenguin Press.

64

Page 69: Bisnis, Politik, dan Good Governancekambing.ui.ac.id/onnopurbo/library/library-non-ict/politics... · Permintaan Brighten Institute untuk menerbitkan makalah seminar ... oleh kepedulian

World Bank, 2003. Indonesia Maintaining Stability, Deepening Reforms:World BankBrief for the Consultative Group on Indonesia. Jakarta:World Bank.

Yudhoyono, Susilo Bambang., 2000. Mengatasi Krisis Menyelamatkan Reformasi,Cet. Kedua. Jakarta: Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan.

Yusuf, S., Joseph E. Stiglitz. 2001. Development Issues: Settled and Open dalam“Frontiers of Development Economics – The Future in Perspective” (Ed.)Gerald M. Meir and Joseph Stiglitz. Washington D.C.: World Bank andOxford University Press.

65