bisnis lpg

Upload: sbirawan11

Post on 01-Jun-2018

263 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    1/21

    Bisnis

    http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-

    688751.html

    Rizky Febriana

    Industrial Analyst | Ultras Garuda 45 | Blogger

    TERVERIFIKASIJadikan Teman| Kirim Pesan

    0inShare

    Elpiji 12 Kg, Elpiji Non SubsidiOPINI| 18 September 2014 | 12:32 Dibaca: 820 Komentar: 8 1

    PT Pertamina (Persero) per 10 September 2014 kembali menyesuaikan harga liquifiedpetroleum gas (LPG), elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar Rp1500 per kg (netpertamina) naik dari sebelumnya Rp6.069 per kg menjadi Rp 7.569 per kg. Apabiladitambahkan dengan komponen biaya lainnya, seperti transport, filing fee, margin agendan PPN, maka harga jual di agen diprakirakan menjadi Rp9.519 per kg atau Rp114.300per tabung atau sekitar Rp120.000 untuk harga konsumen (end users). Kenaikan inibukan yang pertama kalinya, namun selalu menimbulkan polemik setiap kali Pertaminamelakukan penyesuaian harga. Oleh karena itu ada beberapa hal sebenarnya yang harusKita ketahui bersama untuk menghindari polemik ini.

    1. Kita Impor LPG

    http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://www.kompasiana.com/rizkyfebrianahttp://www.kompasiana.com/rizkyfebrianahttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://www.kompasiana.com/dashboard/message/rizkyfebrianahttp://www.kompasiana.com/dashboard/message/rizkyfebrianahttp://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion/http://www.kompasiana.com/dashboard/message/rizkyfebrianahttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://www.kompasiana.com/rizkyfebrianahttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.htmlhttp://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/09/18/elpiji-12-kg-elpiji-non-subsidi-688751.html
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    2/21

    Sumber: Kementerian ESDM dalam Maxensius Tri Sambodo (2014)

    Hal yang perlu Kita sadari sedari awal adalah Kita adalah importir LPG. Hal ini tidak terlepas darikebutuhan LPG nasional yang diperkirakan akan terus meningkat salah satunya didorong olehadanya program konversi minyak tanah ke LPG di 2004 silam dan juga adanya pertumbuhanjumlah penduduk Indonesia yang meningkat 1,49% per tahun. Menurut Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi (BPPT), kebutuhan LPG diperkirakan akan terus meningkat hingga 9 juta

    ton pada tahun 2030 yang didominasi oleh penggunaan rumah tangga (90%) sehingga diprediksijumlah impor LPG akan mencapai 58% pada tahun 2030.

    http://1.bp.blogspot.com/-H79pPpdLFwQ/VBj-uok6G8I/AAAAAAAAAnM/9gmcbduNRTw/s1600/Produksi+Ekspor+Impor.JPGhttp://1.bp.blogspot.com/-H79pPpdLFwQ/VBj-uok6G8I/AAAAAAAAAnM/9gmcbduNRTw/s1600/Produksi+Ekspor+Impor.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    3/21

  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    4/21

    Sumber: PT Pertamina (Persero)

    Lalu bagaimana dengan kondisi produksi LPG Kita? Di tahun 2004 jumlah produksi LPGnasional mencapai 2,03 juta ton dimana 1,13 juta ton dihasilkan oleh kilang gas dan 0,89juta ton dihasilkan oleh kilang minyak. Produksi pada tahun tersebut masih melebihikonsumsi LPG dalam negeri, maka Kita juga melakukan ekspor. Tahun tersebut hinggatahun 2009 Kita masih bisa ekspor LPG ke Luar Negeri, namun di tahun 2010 Kita tidak

    lagi ekspor, produksi LPG oleh PT Pertamina (Persero) semua digunakan untukkonsumsi LPG di dalam negeri. Catatan Kementerian ESDM mengemukakan fakta bahwaKita tidak lagi melakukan ekspor karena konsumsi LPG dalam negeri sudah melebihiproduksinya, terjadilah excess demandLPG di Indonesia. Walaupun produksi LPG darikilang domestik diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga mencapai 3.8 juta tonper tahun seiring dengan penambahan kapasitas kilang, namun demikian tingkatkonsumsi yang lebih tinggi menjadi alasan utama untuk Kita masih harus impor LPG.

    2. Elpiji 12 KG, Elpiji Non Subsidi

    http://2.bp.blogspot.com/-9Dmm8stxv38/VBlc6B6yN_I/AAAAAAAAApc/VpEAJgunZ_4/s1600/Peta+LPG+Pertamina.JPGhttp://2.bp.blogspot.com/-9Dmm8stxv38/VBlc6B6yN_I/AAAAAAAAApc/VpEAJgunZ_4/s1600/Peta+LPG+Pertamina.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    5/21

  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    6/21

    Menarik untuk Kita bahas satu per satu. Pertama, harga jual yang mengikuti hargapatokan LPG. Seperti yang penulis kemukakan di awal, Kita adalah importir LPG, Kitatidak bisa menentukan harga sendiri karena Kita pembeli, harga LPG impor naik makaharga LPG nasional juga naik karena Kita impor, harga pasar yang saat ini berlaku bisamencapai Rp175-185 per tabung 12 Kg, jika saat ini Elpiji 12 Kg baru berada di angka

    Rp120 ribu maka ada selisih yang harus ditanggung, inilah yang selama ini ditanggungPT Pertamina (Persero) dan tercatat disisi akuntansi laporan keuangan perusahaansebagai kerugian sebuah entitas bisnis yang mencapai triliunan rupiah, ini juga yangmenjadi catatan BPK dalam LHP No 06/Auditama VII/Kinerja/02/2012 tanggal 5Februari 2013.

    Sumber: Bloomberg, Nur Farida Ahniar dalam Iwan Hermawan (2014)

    Untuk itulah Kita harus menyesuaikan dengan harga LPG dunia? Menurut PT Pertamina(Persero) jika Kita menyesuaikan dengan harga impor (harga keekonomian),berdasarkan harga rata-rata CP Aramco per Juni 2014 lalu yang mencapai USD891,78per metric ton dengan kurs saat itu sebesar Rp11.453 per USD, harga LPG 12 kg saat iniseharusnya mencapai Rp15.110 per kg atau sekitar Rp 175 ribu hingga 185 ribu pertabung. Nah selama ini, harga LPG di Indonesia masih terus disubsidi oleh Pemerintahmelalui PT Pertamina (Persero). Menurut BPK, PT Pertamina (Persero) menanggung

    http://3.bp.blogspot.com/-9VUWHpcLn6Y/VBkAc9AIMbI/AAAAAAAAAnk/fVFHHAtMmKs/s1600/Perbandingan+Harga+Pertamina+dan+Bahan+Baku+Impor.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    7/21

    kerugian atas bisnis LPG 12 dan 50 Kg selama 2011 hingga Oktober 2012 sebesar Rp7,73Triliun. Sementara itu menurut Pertamina sendiri kerugian sudah dialami sejak tahun2009-2013 yang mencapai sekitar Rp17 Triliun.

    Sumber: Saudi Aramco, diakses dari www.gasenergyaustrali.asn.au

    Kedua, harga jual yang melihat kesinambungan penyediaan dan pendistribusian.Berdasarkan data PT Pertamina (Persero), perkembangan infrastruktur LPG juga terusmengalami peningkatan. Sebagai contoh storage (tempat penyimpanan LPG) juga terusmengalami peningkatan kapasitas dari 136 ribu Mton sebelum tahun 2007 menjadi 345ribu Mton setelah 2010. Insfrastruktur lainnya juga terus mengalami peningkatan,seperti vessel, filling station dan skid tank. Sehingga menurut BPPT, diprediksi totalproduksi LPG diprakirakan terus meningkat dan mampu mencapai 3.8 juta ton pertahun. Namun demikian jumlah konsumsi yang melebihi kapasitas produksimenyebabkan PT Pertamina (Persero) melakukan impor LPG. Hal ini semata-mata untukmemenuhi kebutuhan LPG dalam negeri. Upaya menjaga kesinambungan supplyLPG

    untuk konsumsi domestik inilah yang harus dilakukan oleh PT Pertamina (Persero).Untuk itu, khusus elpiji non subsidi perlu dilakukan penyesuaian harga berdasarkanharga keekonomian bahan bakunya.

    http://2.bp.blogspot.com/-Nccd8_f10QA/VBk6shtKb0I/AAAAAAAAAoM/C7ymZqy8m-0/s1600/Bahan+Baku+LPG+Januari-September+2014.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    8/21

    Sumber: PT Pertamina (Persero)

    Untuk pendistribusian LPG, PT Pertamina (Persero) sudah berpengalaman dalammelakukan distribusi LPG di Indonesia mulai dari sumber supply LPG, pengangkutanLPG ke depot/terminal hingga penjualan produk ke agen yang memilik standartersendiri. Seperti yang diberitakan buletin Energia Pertamina No. 8 Tahun 2014, saat iniPT Pertamina (Persero) juga menambah kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) denganVLGC Pertamina Gas I dan II. VLGC Pertamina Gas I mulai beroperasi sejakdiserahterimakan 17 September 2013 sedangkan VLGC Pertamina Gas II sekitar Mei2014. VLGC ini akan memperkuat armada kapal Pertamina yang sudah ada terlebihdahulu, termasuk akan memperkuat posisi tawar Pertamana diantara para ship owners.

    Yang lebih utama dari fungsi VLGC adalah sebagai mother vesseldanfloating storageand offloading(FSO) yang melayani kapal-kapal Pertamina yang lebih kecil termasukmemungkinkan Pertamina melakukan efisiensi dalam pendistribusian LPG kepadamasyarakat.

    http://4.bp.blogspot.com/-3xeKQJ8_hdw/VBovTjxgLUI/AAAAAAAAAp4/OqiFPJgyW9s/s1600/Perkembangan+Infrastruktur+LPG.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    9/21

    Sumber: PT Pertamina (Persero)

    http://1.bp.blogspot.com/-Fu9uZm3-MOY/VBo0y8J3NfI/AAAAAAAAAqE/xfHA6IDg3co/s1600/Rangkaian.png
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    10/21

    Sumber: PT Pertamina (Persero) dalam Kompasiana (2014)

    Ketiga, harga jual LPG yang harus disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumendalam negeri. Perlu untuk diketahui oleh Kita bersama, berdasarkan data PT Pertamina(Persero) konsumsi elpiji 12 Kg hanya sekitar 17% dari konsumsi LPG total. Sementarauntuk elpiji 50 Kg/Bulk hanya 3,5%. Konsumsi Elpiji terbesar masih terjadi di elpiji 3 Kgyang disubsidi dan dikhususkan untuk kalangan tertentu.

    http://4.bp.blogspot.com/-EUAM36tw1zk/VBk9yTWtq9I/AAAAAAAAAoU/rg1RDuMheGQ/s1600/Infografis+Seri+Jalur+Distribusi_Kompas_184x270lowres.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-EUAM36tw1zk/VBk9yTWtq9I/AAAAAAAAAoU/rg1RDuMheGQ/s1600/Infografis+Seri+Jalur+Distribusi_Kompas_184x270lowres.jpg
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    11/21

    Sumber: Pertamina dalam Kompasiana (2014)

    Sementara itu berdasarkan survei AC Nielsen pada tahun 2013, dari 7000 panel rumahtangga yang disurvei, pengguna elpiji 12 Kg digunakan oleh 16% rumah tangga diperkotaan dan 4% di pedesaan. Survei tersebut menyajikan informasi bahwa dari 70%pengguna Elpiji 12 Kg adalah kelompok atas (upper class) yang memiliki pendidikanlebih tinggi (SMA hingga S2) yang menggunakan perangkat komputer di rumah, memiliki

    lemari pendingin dan sumber air minum isi ulang bermerk tertentu. Hal ini tidak terlepasdari kondisi pengguna elpiji 12 Kg yang memang datang dari kalangan kelas menengahatas yang memiliki pengeluaran bulanan Rp2,3 juta ke atas setiap bulannya. Jikadisimpulkan dengan sederhana, orang-orang kelas menengah atas tersebut masih lebihbanyak mengeluarkan biaya untuk hiburan/rekreasi dibandingkan untuk konsumsi LPG.

    http://3.bp.blogspot.com/-bUmvBVskOcY/VBlExpO1_nI/AAAAAAAAAok/AfFzp5bByuk/s1600/Presentase+Volume+Penjualan.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    12/21

    Sumber: Ac Nielsen dan Pertamina dalam Kompasiana (2014)

    Disamping itu, harga LPG non subsidi di Indonesia masih lebih rendah dibandingkanbeberapa negara tetangga seperti India yang harganya sudah mencapai Rp12.600 per kg,Jepang Rp20.000 per kg dan China Rp17-21 ribu per kg.

    http://3.bp.blogspot.com/-UDCWJmpuYJY/VBlB7N-df2I/AAAAAAAAAoc/2T5-lrj1zJ8/s1600/Infografis+Seri+Profil+Konsumen_Bisnis+Indonesia_160x270+rev1.jpg
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    13/21

    Sumber: Pertamina dalam Kompasiana (2014)

    3. Elpiji 3 Kg untuk Kalangan Bawah

    http://1.bp.blogspot.com/-jWj5ogeImiM/VBlTEDotcWI/AAAAAAAAApI/t0AKAz8Uyls/s1600/Harga+LPG+di+beberapa+negara+lain.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    14/21

    Sumber: Google

    Masih ingat perjalanan konversi energi dari minyak tanah ke LPG? Konversi energi dariminyak tanah (kerosene) ke LPG tidak terlepas dari beban subsidi BBM (minyak tanah,premium, solar) yang dilakukan pemerintah khususnya sejak tahun 2004 yang mencapaiRp70 triliun. Dari ketiga jenis bahan bakar yang disubsidi, minyak tanah mendapat porsiterbesar sekitar 50%. Dari tahun ke tahun anggaran pemerintah semakin tinggisementara harga minyak dunia terus naik, inilah yang menjadi latar belakang kebijakankonversi minyak tanah ke LPG.

    http://3.bp.blogspot.com/-byHm4gn7xi8/VBlIh0q-VAI/AAAAAAAAAo0/KxL9NBTvuPc/s1600/Sejarah.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-VoYzUybmPas/VBlQQKANs4I/AAAAAAAAApA/lMNtlmbrzGs/s1600/Perbandingan+Bahan+Bakar.JPGhttp://3.bp.blogspot.com/-byHm4gn7xi8/VBlIh0q-VAI/AAAAAAAAAo0/KxL9NBTvuPc/s1600/Sejarah.png
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    15/21

    Sumber: Kementerian ESDM dalam Astari Adiyawati (2008)

    Berdasarkan perhitungan oleh Kementerian ESDM (Adiyawati, 2008), pemakaian 1 literminyak tanah setara dengan pemakaian 0,57 Kg LPG. Dengan menghitung hargakeekonomian minyak tanah dan LPG, subsidi yang diberikan untuk pemakaian 0,57 KgLPG akan lebih kecil jika dibandingkan subsidi untuk 1 liter minyak tanah. PenggunaanLPG juga dipandang memiliki tingkat efisiensi yang cukup besar karena nilai kalor efektifyang lebih tinggi dibandingkan minyak tanah termasuk memiliki gas buang yang lebihbersih dan ramah lingkungan.

    Sumber: PT Pertamina (Persero), 2009

    Program konversi energi dari minyak tanah ke PT Pertamina (Persero) terbilang cukupberhasil. Hal ini dilihat dari jumlah penggunaan minyak tanah yang terus menurunsementara konsumsi LPG cenderung mengalami peningkatan. Secara umum, menuruutPT Pertamina (Persero) konversi minyak tanah ke LPG juga memiliki beberapakeuntungan diantaranya bagi menghemat pengeluaran pemerintah Indonesia sekitar

    http://1.bp.blogspot.com/-GDvgjDx54wc/VBlUI8sQjtI/AAAAAAAAApQ/j-NOXLiDXLw/s1600/Perjalanan+Pertamina.jpg
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    16/21

    USD 884 Million (net saving), menciptakan iklim investasi sekitar USD 1,4 Billion, bagikonsumen bisa menghemat sekitar 42% pengeluaran atau sekitar USD 4 setiap bulannyatermasuk menurunkan efek CO2 sebesar 46,6 milion sehingga dipastikan lebih ramahlingkungan.

    Sumber: PT Pertamina (Persero), 2009

    Ada satu hal lagi yang semestinya menjadi catatan penting bahwa konversi dari minyak tanah keLPG 3 Kg memang dikhususkan bagi kalangan tertentu, bagi mereka yang tidak memilikikemampuan daya beli yang baik.

    Kenapa subsidi hanya untuk kalangan tertentu? Ilustrasi sederhana misalnya sajadikeluarga Kita. Ayah Kita punya pendapatan Rp3 juta per bulan. Ia punya Istri dan 2orang anak. Selama ini Ia menanggung kehidupan istri dan anaknya. Lalu lahir anak ke-

    3, beban si Ayah bertambah besar, uang Rp3 juta per bulan yang tadinya dibagi untuk 4kepala sekarang dibagi untuk 5 kepala. Bagaimana si Ayah menyiasati ini agar uangbulanan yang dihasilkan masih bisa dirasakan sama manfaatnya ketika hanya dirasakanoleh 4 kepala, sebelum anak ke 3 lahir? Si Ayah menyetop subsidi untuk anak pertama,karena kebetulan anak pertama sudah mulai bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.

    Begitu juga dengan Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero). Barang-barang yangdisubsidi dikhususkan hanya bagi kalangan bawah yang daya belinya rendah. Kenapa

    http://3.bp.blogspot.com/-66UmpCjc36o/VBo4uPQ0N_I/AAAAAAAAAqM/B2GeQKWaxcE/s1600/Keuntungan+Konversi+LPG.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    17/21

    hanya untuk kalangan bawah? Logikanya sederhana, pemerintah melalui PT Pertamina(Persero) memiliki budget constraint/keterbatasan biaya seperti halnya si Ayah yanghanya punya pemasukan Rp3 juta per bulan. Disamping itu selain untuk subsidi kepadakalangan yang daya belinya rendah, ada pos pos pengeluaran pemerintah yang juga harusdiperhatikan seperti kualitas pendidikan, kesehatan jalan dan lain-lain. Apalagi

    pemerintah tidak hanya mengurusi 1 atau 2 kepala, ada 28,28 juta orang yang masihhidup di bawah garis kemiskinan (BPS, Maret 2014) yang memang harus diprioritaskan.

    Sumber: PT Pertamina (Persero) dalam Kompasiana (2014)

    4. Menjaga Inflasi, Menjaga Daya Beli

    http://4.bp.blogspot.com/-aVRX_Hw5F4M/VBlkkiqPOnI/AAAAAAAAApo/xEYIEtbcFAc/s1600/Edukasi+Elpiji+Kompas+325x270mm+(12+Agt)-r2.jpg
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    18/21

    Harus diakui secara jujur, kenaikan elpiji 12 Kg memiliki dampak terhadap kenaikanharga secara umum (inflasi). Seperti yang terjadi pada Januari 2014 silam ketika PTPertamina (Persero) menaikan harga elpiji 12 Kg sekitar Rp4 ribu per Kg.Menurut analisis inflasi edisi 4 Februari 2014 oleh TPI dan Pokjanas TPID yangberanggotakan Bank Indonesia, Kemenkeu RI dan Kemendagri mengungkapkan

    Kenaikan harga LPG 12 Kg (BBRT) mendorong peningkatan inflasi administered prices(Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks/kejutan berupa kebijakan hargaPemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, LPG, tarif listrik, tarif angkutan, dll) sehinggamenyebabkan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) menyumbang inflasi sebesar 0,17%(mtm) akibat adanyaprice rigiditydari kenaikan harga LPG.

    Sumber: data diolah dari harga Elpiji PT Pertamina (Persero) per 1 Januari 2014 disesuaikan dengankenaikan harga Elpiji per 10 September 2014 sebesar 24,72%

    Meski begitu, angka inflasi akibat kenaikan harga elpiji 12 Kg tidak lebih tinggi daritekanan inflasi inti dari pelemahan rupiah dan tekanan harga pada makanan jadi danminuman dimana Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) bulan Januari 2014 yangmencapai 1,07% (mtm) atau 8,22% (yoy) lebih didorong dari kelompokvolatile foodyangmencatat inflasi sebesar 2,89% (mtm), akibat pola penurunan produksi beberapakomoditas di awal tahun yang diperburuk dengan bencana alam dan banjir. Inflasi yang

    http://1.bp.blogspot.com/-6echd7gM-wI/VBpWqX9WpgI/AAAAAAAAAqc/jP2PFlPNA9o/s1600/Peta+Harga+LPG+12+Kg+September.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    19/21

    lebih terjaga dari dampak kenaikan LPG juga sejalan dengan apa yang disampaikanMenteri Keuangan, Chatib Basri, dalam beberapa kesempatan ketika ditanyakankomentarnya mengenai kenaikan LPG 12 Kg per 10 September 2014 lalu. Chatib Basrimemperkirakan angka inflasi yang ditimbulkan oleh kenaikan harga elpiji hanya sekitar0,1%.

    Sumber: TPI dan Pokjanas TPID (Januari 2014)

    Namun demikian, PT Pertamina (Persero) tetap melakukan langkah antisipasi untukmengamankan pasokan dan distribusi LPG di Indonesia hal ini dilakukan untuk menjagadampak inflasi pasca kenaikan harga Elpiji 12 Kg. Disamping itu, Pertamina jugamelakukan antisipasi pengguna LPG 12 Kg yang diprakirakan akan migrasi menggunakanLPG 3 Kg bersubsidi dengan Sistem Monitoring Elpiji 3 Kg (SIMOL3K) yangdiperkenalkan sekitar akhir Mei dan Juni 2014.

    Melalui Simol3k, Pertamina menyediakan teknologi yang terintegrasi di setiap pangkalanelpiji hingga ke agen. Perangkat yang digunakan semacam global positioning system(GPS) yang bisa mendata elpiji 3 kg termasuk mengetahui dimana terjadi kelangkaan

    LPG, sejauh mana ketersediaan stok di pangkalan dan kebutuhan di agen. Sistem ini jugadiawasi oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral. Hal ini bertujuan agar subsidi yang diberikan pemerintah untuk Elpiji 3 Kgmelalui public service obligation sekitar Rp8 ribu per Kg benar-benar tepat sasaran untukkalangan tertentu yang daya belinya perlu dibantu.

    5. Subdisi untuk Siapa?

    http://1.bp.blogspot.com/-HkciPjsSQOs/VBpYfRpBOZI/AAAAAAAAAqk/GZlejr39GUY/s1600/Peta+Inflasi+Daerah.JPG
  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    20/21

    Di atas Kita sudah membicarakan banyak hal mulai dari pendapatan negara yang terbatas(budget constraint), fakta pengguna LPG 12 Kg yang memang berasal dari kalangan kelasatas (upper class), realita bahwa Kita adalah importir LPG yang harga bahan bakunyatidak bisa Kita tentukan sendiri pricingnya/berapa harganya hingga prioritas subsidiyang memang ditujukan untuk kalangan tertentu.

    Menarik memang untuk selalu membincangkan subsidi untuk siapa? Pasalnya banyakjuga pendapat bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan daripemerintahnya sebab mereka sudah memberikan jasanya dalam bentuk pajak danlainnya. Namun senantiasa juga ada pertanyaan menarik apakah pendapatan pemerintahdari pajak dan pos lainnya yang diterima lalu dihitung sebagai kas negara sanggup untukmemberikan pelayanan yang sama kepada semua warga negara?

    Wacana menarik lainnya adalah mana yang lebih baik subsidi dalam bentuk barang atausubsidi langsung by name by address? Semua sudah dilakukan oleh pemerintah hinggasaat ini baik subsidi dalam bentuk barang yang bisa dinikmati bahkan oleh kalanganmampu seperti subsidi LPG 3 Kg maupun subsidi langsung yang menggunakan basis dataterpadu berbasis sistem data elektronik yang memuat informasi sosial, ekonomi dangeografi para penerima manfaatnya seperti yang dilakukan oleh TNP2K (Tim NasionalPercepatan Penanggulangan Kemiskinan) yang berada di bawah kordinasi Wapresmelalui program jaminan sosial (BLT, BSLM, PKH dll). Mana yang lebih tepat sasaran?Mungkin Anda bisa membantu Saya untuk menjawabnya.

    Ke depan, Kita sudah memahami realita yang ada, Elpiji 12 Kg adalah Elpiji non subsidisementara Elpiji 3 Kg adalah Elpiji subsidi yang dikhususkan untuk kalangan tertentu.Maka sudah seharusnya disamping menggunakan Sistem Monitoring Elpiji 3 Kg(SIMOL3K), pemerintah Indonesia termasuk PT Pertamina untuk menggunakan kartupembelian tertentu yang memuat informasi data terpadu, termasuk pendapatan si calon

    pembeli. Hal ini barangkali akan bagus jika diintegrasikan dengan E-KTP sehingga E-KTP tidak hanya sebagai identitas Kartu Tanda Penduduk melainkan juga dengan chipyang ada memuat informasi sebagai Kartu Tanda Pendapatan. Untuk itu, pemerintahbaik Kemendagri (E-KTP), Kemenkeu (NPWP, informasi terkait pendapatan setiap warganegara), TNP2K dan Pertamina perlu untuk terus menerus berkordinasi. Hal inidilakukan agar subsidi yang diberikan benar-benar tepat sasaran.

    Sumber Inspirasi

    Adiyawati, Astari. 2008. Analisa Jumlah Permintaan Minyak Tanah Berkaitan denganKebijakan Pemerintah dalam Penghematan APBN melalui Kebijakan Konversi

    Penggunaan Minyak Tanah ke LPG. Depok: Universitas Indonesia

    Bank Indonesia, Kemenkeu RI, Kemendagri RI. 2014. Analisis Inflasi Januari 2014.

    BPPT. 2013. Indonesia Energy Outlook

  • 8/9/2019 Bisnis LPG

    21/21

    Hermawan, Iwan. 2014. Dasar Penetapan Harga Elpiji 12 Kg dan Dampaknya TerhadapPerekonomian Indonesia. Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik Vol VI No.01/I/P3DI/Januari/2014

    Tri Sambodo, Maxensius. 2014. LPG Price Adjustemnts in Indonesia: An Unfinished

    Reform. ISEAS Perspective

    Pertamina. 2009. Switching from Kerosene to LP Gas: Lessons from Indonesia. SlidePresentasi

    Pertamina. 2014. Penjelasan Penyesuaian Berkala Harga Elpiji 12 Kg. Slide Presentasi

    Pusdatin Kementerian ESDM. 2012. Handbook of Energy and Economic Statistic ofIndonesia

    Pusdatin Kementerian ESDM. 2013. Handbook of Energy and Economic Statistic ofIndonesia