bisa

17
UPAYA MENCEGAH DENTIN HIPERSENSITIF AKIBAT ASAM DENGAN SEMEN DASAR GLASS IONOMER MAKALAH OLEH : MILLY ARMILIA, drg. Sp.KG NIP : 130779423 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI idak mengandung selsel hidup. Kerusakan email dapat berlanjut hingga dentin, sehingga timbul reaksi sensititas. Reaksi ini ditandai dengan timbulnya rasa sakit yang disebabkan oleh rangsangan pada dentin. Jika rangsangan berlebihan dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas dentin, diikuti dengan inflamasi pulpa dan akhirnya terjadi kematian jaringan pulpa (Seltzer, 1990). Proses kerusakan jaringan gigi lebih lanjut dapat dicegah dengan malakukan restorasi pada gigi. Bahan restorasi resin komposit telah diakui merupakan bahan restorasi modern yang sekarang banyak digunakan. Hal ini didasari oleh sifat resin komposit yang mempunyai kelebihan, yaitu kekuatan terhadap daya kunyah, daya tahan terhadap abrasi dan adaptasi yang baik pada dinding kavitas karena teknik etsa asam yang diterapkan pada bahan resin komposit (Philips, 1991). Salah satu masalah yang sering ditemui pada restorasi resin komposit adalah sensitivitas pulpa yang dapat terjadi karena penggunaan etsa asam. Etsa asam akan membuka tumbuli dentin sangat besar, jika tidak tertutup dengan baik ketika proses dentin bonding akan menimbulkan gejala dentin yaitu suatu gejala normal apabila dentin terbuka. Berdasarkan teori hidrodinamik, dentin yang terbuka akan

Upload: vitofauzan23

Post on 29-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

what a good doc

TRANSCRIPT

Page 1: Bisa

UPAYA MENCEGAH DENTIN HIPERSENSITIFAKIBAT ASAM DENGANSEMEN DASAR GLASS IONOMERMAKALAHOLEH :MILLY ARMILIA, drg. Sp.KGNIP : 130779423FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIidak mengandung selselhidup.Kerusakan email dapat berlanjut hingga dentin, sehingga timbul reaksisensititas. Reaksi ini ditandai dengan timbulnya rasa sakit yang disebabkan olehrangsangan pada dentin. Jika rangsangan berlebihan dapat menyebabkan reaksihipersensitivitas dentin, diikuti dengan inflamasi pulpa dan akhirnya terjadi kematianjaringan pulpa (Seltzer, 1990).Proses kerusakan jaringan gigi lebih lanjut dapat dicegah dengan malakukanrestorasi pada gigi. Bahan restorasi resin komposit telah diakui merupakan bahanrestorasi modern yang sekarang banyak digunakan. Hal ini didasari oleh sifat resinkomposit yang mempunyai kelebihan, yaitu kekuatan terhadap daya kunyah, dayatahan terhadap abrasi dan adaptasi yang baik pada dinding kavitas karena teknik etsaasam yang diterapkan pada bahan resin komposit (Philips, 1991).Salah satu masalah yang sering ditemui pada restorasi resin komposit adalahsensitivitas pulpa yang dapat terjadi karena penggunaan etsa asam. Etsa asam akanmembuka tumbuli dentin sangat besar, jika tidak tertutup dengan baik ketika prosesdentin bonding akan menimbulkan gejala dentin yaitu suatu gejala normal apabiladentin terbuka. Berdasarkan teori hidrodinamik, dentin yang terbuka akanmempengaruhi tekanan pada permukaan tubuli dentin dan menyebabkan cairan dalamtubuli bergerak merangsang saraf pulpa dan menghasilkan respon sakit. Rasa nyeri inidapat meningkat menjadi dentin hipersensitif bila proses berlanjut ke penyakit pulpa.(Branstrom et all, 1967).Perdigao (2001) menyatakan bahwa aplikasi asam etsa tidak boleh dilakukanpada ketebalan dentin kurang dari 0,5 mm. Pada kavitas yang dalam, asam etsa yangberkontak dengan dentin dapat berpenetrasi ke dalam tubuli dentin, sehinggamemungkinkan peningkatan permeabilitas dentin serta denaturasi kolagen. Hal ini

Page 2: Bisa

menyebabkan terbukanya jalan masuk bagi bakteri dan produknya berpenetrasi kedalam pulpa dan secara tidak langsung asam dapat membuat dentin menjadi rapuhkarena proses demineralisasi (Pashley, dkk, 1992).Aplikasi semen pelapis sebagai semen dasar sebelum penempatan bahanrestorasi resin komposit diharapkan dapat melindungi pulpa terhadap iritasi kimia dariasametsa. Aplikasi semen glass ionomer dianjurkan sebagai semen dasar sebelumaplikasi asam etsa pada restorasi resin komposit (Davidson, 1999). Hal ini dilakukankarena glass ionomer dapat melapisi tubuli dentin sehingga mencegah sensitivitas gigi(Katsuyama, 1993; Crispin, 1994). Semen glass ionomer memiliki kemampuanperlekatan yang baik antara resin komposit dengan email ataupun dentin, serta wettingability yang akan membuat penutupan hermetis pada restorasi (Davidson, 1990).Selain itu semen glass ionomer mempunyai sifat antikariogenik karena mampumelepaskan fluorida (Wilson & McLean, 1988).BAB IITINJAUAN UMUM SEMEN GLASS IONOMERSemen glass ionomer dikembangkan dengan karakteristik antara lainradioopak, cepat mengeras, lebih sedikit mengiritasi pulpa. Semen ini juga memilikikekuatan yang baik meskipun dalam bentuk lapisan yang tipis. Semen glass ionomerbiasanya digunakan sebagai semen dasar pada restorasi komposit. Teknik ini pertamakali diperkenalkan oleh McLean dan Wilson, tahun 1977, dikenal dengan tekniksandwich atau double laminated (Wilson & Mclean, 1988; Katsuyama, 1993; Crispin,1994).Semen glass ionomer digunakan karena semen ini dapat berikatan secarafisikokomiawi baik pada email maupun pada dentin. Ikatan ini terjadi karena ikatanyang mula-mula diduga ikatan kimia antara jaringan email dengan semen glassionomer ternyata ditemukan adanya gerakan molekul-molekul. Sifat semen glassionomer yang hidrofilik mampu berikatan dengan dentin yang selalu dalam keadaansedikit basah. Semen glass ionomer melepaskan ion fluor dalam jangka cukup lamasehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies sekunder(Sidharta, 1991). Semen glass ionomer mampu menutupi tubuli dentin gunamencegah reaksi pulpa terhadap asam fosfat (Andreaus, 1987).

Page 3: Bisa

2.1 Komposisi Semen Dasar Glass IonomerSemen glass ionomer merupakan salah satu bahan restorasi yang dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior maupun posterior,bahan pelapis kavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, sertasebagai semen adhesif pada pearawatan ortodontik. Penggunaan yang luas dari semenglass ionomer didapatkan dengan mengubah komposisi semen. Perubahan ini meliputiperubahan perbandingan bubuk dengan cairan pembentuknya atau mengubahkomposisi bubuk dan cairan (Davidson, 1999).Tabel 2.1 Komposisi Semen Glass Ionomer (Katsuyama, 1993)Komponen Komposisi Bubuk Beberapa Tipe Semen Glass IonomerA B G200 Cairan Pengeras SemenSiO2 41.9 35.2 29.0Al2O3 28.6 20.1 16.5CaF2 15.7 20.1 34.3FlF2 1.6 2.4 7.3AlPO4 3.8 12.0 9.9NaF 9.3 3.6 3.05 Bagian glass daribeberapa komponen1 bagian dari kopolimerhigh moleculer acid0.1 bagian asam tartarKomposisi baku semen glass ionomer konvensional terdiri dari bubuk dan cairan.2.1.1 BubukBubuk yang digunakan pada dasarnya bubuk gelas kalsium aluminosilikatyang mengandung fluor. Ukuran partikel gelas bervariasi antara 19 mm untuk lutingcement maupun semen dasar sampai 45 jam untuk restorasi. Semakin halus partikelgelas maka reaksi pengerasan akan semakin cepat, kekuatan semakin besar danpermukaan semen akan lebih halus.Bila kandungan lebih banyak silikat, semen terlihat lebih translusen, tetapi bilalebih banyak kalsium fluorida atau alumina, semen terlihat radioopak. Kandunganfluor dalam semen glass ionomer merupakan keuntungan dalam menurunkantemperatur fusi dan dapat mencegah terjadinya karies sekunder, Namun penambahanbahan ini dapat menurunkan kekuatan semen (Wilson & McLean, 1988).2.1.2 CairanCairan dalam semen glass ionomer adalah larutan poliakrilik yang merupakanpolimer asam karboksilat tidak jenuh yang dikenal sebagai asam polialkenoat. Semenglass ionomer yang menggunakan asam poliakrilik memiliki setting time yang

Page 4: Bisa

panjang, ditambahkan asam tartar yang juga dapat mengakibatkan translusensi semenmenjadi lebih baik. Gel yang terjadi dapat dicegah dengan menggunakan larutan yangmengandung kopolimer asam akrilat dan asam itakonat (Wilson & McLean, 1988;Katsuyama, 1993).Air merupakan unsur yang berfungsi sebagai media terjadinya reaksipengerasan dan melembabkan hasil reaksi. Kandungan air yang terlalu banyakmelemahkan semen, namun bila terlalu sedikit akan mengurangi reaksi pengerasan(Wilson & McLean, 1988; Phillips, !991).2.2 Sifat-sifat Semen Glass IonomerSemen glass ionomer mempunyai sifat-sifat (Wilson & McLean, 1988:Katsuyama, 1993):1. Koefisien ekspansi termalKestabilan dimensi semen glass ionomer sangat baik karena bahan inimempunyai koefisien termal sebesar 14 ppm/oC yang mendekati koefisienekspansi termal struktur gigi.2 Kekuatan regang (tensile strength)Kekuatan regang semen glass ionomer adalah 17Mpa. Nilai ini paling rendahdiantara bahan restorasi. Hal tersebut menunjukan bahwa bahan ini kurangmampu menahan tegangan.3. Kekuatan Kompresif (compressive strength)Kekuatan kompresif semen glass ionomer adalah 188 Mpa. Nilai ini menunjukanbahwa glass ionomer cukup mampu menahan tekanan.4. Pengerutan pada saat pengerasan (shrinkage)Semua jenis semen mengerut pada saat pengerasan. Pengerutan semen glassionomer sangat kecil, sehingga bahan ini baik digunakan di dalam mulut.5. Kelarutan (solubility)Semen glass ionomer mempunyai tingkat kelarutan lebih rendah dibandingkansemen silikat dan semen polikarboksilat. Hal yang menyebabkan kelarutan dalamrongga mulut adalah lepasnya unsur-unsur semen yang bukan merupakan elemendalam pembentuk matriks dan prosedur serta teknik merestorasi yang kurang tepat(Craig, 2002).6. Hidrasi dan dehidrasiSelama reaksi pengerasan tahap awal, semen glass ionomer sangat mudahmengalami dehidrasi. Penyerapan air oleh semen pada awalnya lebih besardaripada semen silikat dan semen polikarboksilat, namun lama kelamaan menurunmenjadi paling rendah (Craig, 2002).7. Waktu pengerasan (setting time)Waktu pengerasan semen glass ionomer konvensional kira-kira 2-5 menit.Lama pengadukan dengan teknik dengan tangan adalah 30 detik. Bila semendalam bentuk kapsul diaduk dengan alat khusus, mulai saat pengaktifan kapsul

Page 5: Bisa

sampai semen dimasukkan ke dalam semprit berlangsung selama 10 detik.Pengisian ke dalam kavitas harus selesai dalam 2 menit sejak dimulai pengadukan.Sebelum pengulasan fernis, matriks dapat dilepas 5 menit setelah pengisian.8. AdhesifSifat adhesif semen glass ionomer mengakibatkan ikatan yang terjadi antarasemen dengan jaringan gigi adalah ikatan kimia. Retensi dan adaptasi semen glassionomer didapatkan secara kimia yaitu suatu ikatan yang menyangkut interaksielektrostatik antara gugus karboksilat pada asam poliakrilik dan ion kalsium padapermukaan gigi (Katsuyama, 1993).9. Wetting abilitySemen glass ionomer memiliki wetting ability yang baik pada permukaandentin, sehingga memberikan kemudahan sementasi dan adaptasi marginal yanglebih baik dan hermetis. Daya alir semen glass ionomer lebih tinggi dibandingkansemen polikarboksilat dan semen polikarboksilat dan semen fosfat (Katsuyama,1993).2.3 Manipulasi Semen Dasar Glass IonomerPengadukan bubuk cairan semen glass ionomer untuk restorasi kavitas ada duacara, yaitu pengadukan dilakukan dengan tangan di atas glass slab atau paper slabatau bubuk dan cairan disimpan dalam kapsul, diaduk dengan alat khusus.Pengadukan semen glass ionomer untuk pelapis dilakukan dengan tangan. Tempatbubuk diketuk-ketuk supaya padat dan merata. Konsistensi campuran ini dapatdengan mencampurkan satu takaran khusus dengan satu tetes cairan. Bubuk dancairan diaduk diatas paper slab atau glass slab. Pengadukan dilakukan denganmenggunakan spatula yang terbuat dari plastik atau spatula agate. Untuk pengadukanyang cepat, bubuk dibagi dalam 2-3 bagian, pengadukan berlangsung 20-30- detik.Masalah yang dihadapi pada pengadukan dengan tangan adalah kesulitandalam menentukan proporsi bahan yang tepat. Untuk cairan, ukuran yang tepat dapatdicapai dengan menggunakan alat semprit yang dilengkapi kalibrasi. Ukuran bubukyang tepat diperoleh dengan menggunakan sendok khusus yang disediakan pabrik.Bubuk harus mengisi penuh sendok tersebut. Kelebihan bubuk pada sendok pengukurdibuang dengan menyamakan tinggi permukaan bubuk dan tepi sendok.Pengadukan dilakukan diatas glass slab dingin karena dapat memperlambatwaktu pengerasan sehingga waktu kerja menjadi lebih panjang. Penggunaan glass

Page 6: Bisa

slab yang tebal juga dianjurkan karena efek panas yang timbul dapat diserap dan jugamudah mengamati kelembaban yang terjadi pada kondensasi semen. Untukmenghindari adanya udara terperangkap, cara pengadukan dengan permukaan seluasmungkin. Bentuk adukan pasta yang ideal untuk pelapis adalah cair seperti susukental (Wilson & McLean, 1988; Katsuyama, 1993).BAB IIITEKNIK ETSA ASAMPenggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi dewasa ini makinmeningkat. Resin komposit mempunyai sifat koefisien ekspansi termal yang tinggidibandingkan email dan dentin, sehingga ikatan antara komposit dengan jaringan gigilemah. Sifat pengerutan saat polimerirasi menyebabkan kontraksi, sehingga timbulinterface dan terjadi kebocoran mikro. Agar terjadi perlekatan yang baik antara resinkomposit dengan jaringan gigi, caranya dengan menggunakan teknik etsa asam.Penutupan tepi restorasi resin komposit akan stabil bila dilakukan etsa padapermukaan email dan dentin (Phillips, 1991; Noerdin, 1997).3.1 Kegunaan Etsa Asam pada Restorasi Resin KompositKegunaan melakukan etsa asam pada jaringan gigi yang akan direstorasidengan resin komposit adalah untuk mendapatkan retensi tanpa perlu membuangjaringan sehat gigi lebih banyak. Asam fosfat dengan konsentrasi 30-50 % adalahbahan yang paling banyak digunakan di klinik, karena sifat larutannya stabil, mudahdidapat serta iritasi terhadap jaringan yang rendah (Phillips, 1991; Gwinnett, 1992).Chow dan Brown (1973) melaporkan bahwa aplikasi larutan asam fosfat dengankonsentrasi lebih dari 27 % menyebabkan email mudah larut, sedangkan aplikasidengan konsentrasi kurang dari 27 % email kurang larut (Retief, 1992).Cairan etsa secara mikroskopis akan mengetsa permukaan email danmembentuk celah-celah email. Pada pengetsaan email tampak daerah yang mengalamidemineralisasi. Bahan bonding akan berpolimersasi dan masuk ke dalam celah-celahini merupakan suatu bahan pengikat yang menghasilkan ikatan yang kuat. Diatasnyadiberi resin komposit yang akan mengadakan ikatan kimia dengan bahan pengikat tadi(Phillips, 1991).Pengetsaan pada dentin mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1970.

Page 7: Bisa

Teknik pengetsaan dilakukan pada email dan dentin yang disebut total ecth tchniquedengan menggunakan asam fosfat 37 %. Asam ini berpenetrasi sangat sedikit kedentin sehingga tidak menyebabkan inflamasi pulpa.3.2 Reaksi Dentin terhadap Asam EtsaBerkontaknya asam dengan dentin dapat menimbulkan perubahan-perubahanhistologi, baik pada permukaan dentin maupun pada bagian dentin terdalam. Tubulidentin yang terpotong pada saat preparasi kavitas dan larutnya smear layer oleh asamakan membuka jalan bagi asam berpenetrasi ke dalam pulpa (Cohen dan Burn, 1994).Perubahan-perubahan yang terjadi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :1. Demineralisasi superfisialisAsam pertama kali akan melarutkan smear layer yang terdapat pada bagiandentin terluar yang telah dipreparasi. Bagian smear layer yang paling mudah larutadalah komponen mineral yang merupakan debris preparasi (Merbeek, 1992).Smear layer terdiri dari dua fasa, yaitu fasa padat yang merupakan debrispreparasi dan fasa cair yang berasal dari cairan tubuli dentin dan bercampurdengan kolagen terdenaturasi. Komponen smear layer tersebut membuatkepadatan smear layer lebih rendah daripada matriks dentin, sehinggamenyebabkan koefisien difusi suatu zat akan lebih besar jika berdifusi ke dalamsmear layer daripada matriks dentin. Waktu yang diperlukan asam untukmelarutkan smear layer jauh lebih kecil daripada waktu yang digunakan untukmengetsa (Pashley, 1992).2. Demineralisasi Kompleks tubuli dentinAsam etsa yang telah melarutkan smear layer kemudian berkontak denganmatriks dentin dan menyebabkan demineralisasi yang akan menghasilkanporositas pada dentin. Porositas pada matriks dentin dihasilkan oleh larutnyakristal mineral hidroksiapatit yang berasal dari komopnen kolagen pada matriksdentin. Kristal hidrosiapatit bertugas memelihara dan menstabilkan kolagen sertamencegah denaturasi. Demineralisasi dentin menyebabkan denaturasi kolagensehingga kolagen dentin menjadi lemah (Pashley, 1992).3. Perubahan perfusi cairan dentin akibat meningkatnya permeabilitas dentinPelarutan komponen smear layer sebagai akibat berkontaknya asam dengandentin dapat meningkatkan permeabilitas dentin. Smear layer berfungsi dalammembatasi difusi molekul-molekul besar ataupun kecil berpenetrasi ke dalampulpa melalui tubuli dentin. Smear layer juga berfungsi mengatur koveksi cairantubuli dentin yang berperan dalam mekanisme sensitivitas dentin sesuai denganteori hidrodinamik. Smear layer bertanggung jawab terhadap perubahanpermeabilitas dentin (Pashley, 1992; Craig, 1993).Menurut penelitian Pashley dan Michelich (1981) menunjukan bahwa dentinyang dietsa dengan asam sitrat 6 % dalam waktu 5 detik dapat melarutkan smearlayer sekaligus membuka orifis tubuli dentin. Membsarnya rongga orifis dapat

Page 8: Bisa

memperbanyak kemungkinan difusi bagi molekul besar dan kecil serta bakteriberpenetrasi ke dalam pulpa.3.3 Prosedur Etsa AsamSebelum asam diaplikasikan, gigi diisolasi dengan cotton roll atau rubberdam. Asam fosfat 37 % diaplikasikan pada email dan dentin dengan menggunakansikat halus atau kuas, selama 15 detik. Email dan dentin dicuci dengan menggunakanair bertekanan agar jaringan mineral gigi yang larut dan sisa asam hanyut bersama air.Waktu pencucian efektif yang dianjurkan adalah 15 detik (Phillips, 1991). Email dandentin dikeringkan dengan semprot angin selama 15 detik (Baum, 1985).Mengeringkan dengan menggunakan kapas atau cotton pellet dapat menyebabkanserat kapas tertinggal dan akan menyumbat porus hasil pengetsaan. Permukaan emailyang telah dietsa terlihat kusam dan terlihat seperti kapur (Ibsen dan Neville, 1974).Email dan dentin yang telah dietsa harus tetap dijaga kekeringannya sebelumresin diaplikasikan, apabila terkontaminasi saliva mikroporositas akan terisi olehcairan saliva sehingga meng halangi penetrasi resin ke dalamnya. Email dan dentinyang dietsa apabila diberikan terbuka di dalam mulut akan mengalami remineralisasikarena pengendapan bahan mineral dan bahan organik saliva, bila hal ini terjadi etsasebaiknya diulang kembali (Retief, 1992).BAB IVPENGGUNAAN SEMEN DASAR GLASS IONOMERUNTUK MENCEGAH DENTIN HIPERSENSITIFAKIBAT ETSA ASAMDentin hipersensitif sering ditemukan setelah dilakukan restorasi dengan resinkomposit. Salah satu penyebabnya adalah dilakukannya etsa asam yang akanmembuka tubuli dentin. Jika tubuli ini tidak tertutup baik dengan bahan bonding,beberapa hal akan mempengaruhi tekanan cairan dalam tubuli dentin yang akanmenyebabkan rasa sakit. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya dentinhiperseneitif adalah menutup permukaan dentin yang terbuka akibat etsa asam, agarcairan dalam tubuli dentin tidak terangsang. Salah satu upaya dalam menanggulangihal tersebut adalah dengan mengaplikasikan semen glass ionomer sebagai semendasar sebelum aplikasi resin komposit (Katsuyama, 1993).4.1 Keunggulan Semen Dasar Glass IonomerSemen glass ionomer telah terbukti dapat digunakan sebagai bahan perekat,semen dasar serta penutuo pit dan fisur. Semen glass ionomer mempunyai daya

Page 9: Bisa

biokompabilitas yang baik terhadap struktur gigi dan merupakan bahan yang dapatmencegah proses demineralisasi dan merangsang proses remineralisasi pada emaildan dentin (Davidson, 1999).Semen glass ionomer sebagai semen dasar mempunyai kelebihan antara lainradioopak, reaksi pengerasannya cepat, tidak mengiritasi jaringan pulpa, daya adhesiyang baik terhadap dentin maupun bahan restorasi lain, serta mempunyai sifatantikariogenik karena mampu melepaskan fluorida. Semen ini biasa digunakansebagai semen dasar pada restorasi resin komposit karena memiliki sifat wettingability yang baik sehingga mampu menutup tubuli dentin, berikatan secara kimiawidengan dentin dan sifatnya yang tahan terhadap asam sehingga dapat mencegahdentin sensitif karena etsa asam pada penambalan dengan resin komposit (Katsuyama,1993).4.2 Pengaruh Semen Dasar Glass Ionomer setelah Etsa Asamdianjurkan pemakaian semen glass ionomer sebagai semen dasar padarestorasi resin komposit (Davidson, 1993). Resin komposit dapat berikatan secaramekanis dengan semen glass ionomer yang terlebih dahulu dietsa. Ikatan yangdihasilkan bergantung pada kekerasan yang dihasilkan etsa asam pada permukaansemen glass ionomer (Sidharta, 1991). Cara pengetsaan glass ionomer tidak berbedadengan pengetsaan pada email (Andreaus, 1987).Aplikasi asam fosfat 37 % selama 60 detik akan menyebabkan erosi padapermukaan semen glass ionomer dengan lepasnya kalsium, aluminium dan silika,sedangkan patikel gelas tetap tertanam dan menonjol dari matriksnya mengakibatkanpermukaan semen menjadi kasar. Dengan scanning electron microscope permukaansemen glass ionomer yang kasar akibat etsa menunjukan adanya lubang sedalam 50jam dan tonjolan-tonjolan. Keadaan ini yang memungkinkan terjadinya ikatan antarasemen glass ionomer dengan bahan restorasi resin komposit secara mekanik (Sidharta,1991; Noerdin, 1997). Untuk mencegah penetrasi asam fosfat dibutuhkan 0,5 mmketebalan lapisan glass ionomer (Woolford, 1993).Andreaus (1987) meneliti bahwa tidak ada perbedaan mikrostrukturpermukaan glass ionomer yang dietsa asam fosfat cair 37 % maupun gel 35 %. Ke dua

Page 10: Bisa

jenis asam ini menghasilkan kemampuan rekat yang lebih kuat. Hasil penelitian Tyasdkk (1989) menunjukan setelah dua tahun terjadi kerusakan 35 % dan tanpakebocoran tepi 64 % pada kelompok komposit dengan etsa email, sedangkan padakelompok komposit dengan etsa glass ionomer terjadi kerusakan 43 % dan tanpakebocoran tepi 46 %. Pada kelompok komposit dengan etsa email dan etsa semendasar glass ionomer, diperoleh kerusakan restorasi paling rendah yakni 10 % dantanpa kebocoran tepi 93 % (Noerdin, 1997).Tyas (1988) mengatakan bahwa kelemahan glass ionomer lebih besar padapengetsaan semen yang belum mengeras. Hal ini didukung oleh penelitian Taggar danPearson (1988) yang menggunakan mikroskop elektron menunjukan tingkatkerusakan yang dalam pada pengetsaan glass ionomer yang belum mengeras. Padasemen yang telah mengeras ternyata pelepasan kalsium lebih sedikit (Woolford,1993).4.3 Pengaruh Semen Glass Ionomer terhadap Jaringan PulpaLaporan penelitian tentang pengaruh semen glass ionomer terhadap jaringanpulpa sangat banyak dan hasilnya seringkali kontroversial. Dahl dan Tronstad (1976)melaporkan bahwa semen glass ionomer yang baru diaduk bersifat toksik. Kawaharadkk (1979) melaporkan, walaupun semen yang baru diaduk menghambat proferasi sel,tetapi tidak bersifat toksik. Para peneliti melaporkan semen glass ionomermenyebabkan inflamasi yang lebih berat dibandingkan dengan semen seng oksidaeugenol, tetapi lebih ringan dibandingkan dengan semen seng fosfat dan semensilikat (Kawahara, 1979).Tsujimura (1983) melaporkan bahwa semen glass ionomer menyebabkaniritasi pulpa yang ringan pada gigi anjing. Ohashi (1986) melaporkan semen glassionomer mengakibatkan iritasi pulpa apabila diaplikasikan langsung mengenaijaringan pulpa. Penelitian ini mendukung kesimpulan yang mengatakan bahwa jikasemen glass ionomer diaplikasikan secara tidak langsung mengenai jaringan pulpa,maka tidak ada iritasi terhadap jaringan pulpa walaupun bahan yang digunakansebagai perekat, semen dasar atau bahan restorasi.Asam poliakrilat dan jenis-jenis poliasid semen glass ionomer merupakanasam lemah dibandingkan dengan asam pada semen seng fosfat, sehinggakemungkinan mengiritasi jaringan pulpa lebih kecil. Asam-asam tersebut memiliki

Page 11: Bisa

molekul berukuran besar, sehingga sulit berdifusi ke dalam tubuli dentin (Katsuyama,1993).BAB VKESIMPULANDari tulisan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Teknik etsa asam merupakan bagian dari prosedur restorasi resin komposit yangdapat meningkatkan retensi dan penutupan tepi yang stabil pada email.2. 2.Tubuli dentin yang terbuka akibat etsa asam bila tidak tertutup dengan baikdapat menyebabkan dentin hipersensitif.3. Semen glass ionomer mempunyai sifat tidak mengiritasi pulpa, mempunyai dayaadhesif yang baik, memiliki wetting ability yang baik sehingga dapat menutuptubuli dentin.4. Aplikasi semen glass ionomer sebagai semen dasar sebelum restorasi resinkomposit dapat mencegah terjadinya dentin hipersensitif.DAFTAR PUSTAKAAndreaus, S.B. 1987. Liquid Versus Gel Etchants on Glass Ionomer : TheirEffects on Surface Morphology and Shear Bond Strengths to CompositeResins, JADA, 114, 157-158.Baum, L.;Phillips, R.W. and Lund, M.R. 1985. Text Book of Dentistry.2 nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co.Brannstrom, M. 1982. Dentin and Pulp in Restorative Dentistry. London : WolfeMedikal Publ. Ltd.Cohen,S. and Burn, R. 1994. Pathway of The Pulp. 7 th ed. St.Louis : Mosby Co.Cox, C.F. 1992. Effect of Adhesive Resin and Various Dental Cements on ThePulp. Operative Dentistry. 5, 165-173.Craig, R.G., O’Brien, W.J. and Powers, J.M. 1996. Dental Meterials. 6 th ed.St.Louis : Mosby Co.Crispin, B.J., Hewlett E.R. and Jo, Y.H. 1994. Ontermporery Esthetic Dentistry :Practice Fundamentas. Tokyo : Quintessence Publ. Co.Dahl, B.L. and Tronstad, L. 1976. Biological Test of an Experimental GlassIonomer Cement. Journal of Oral Rehabilitation. 3, 19-24.Davidson, D.F. and Suzuki, M. 1999. A Prescription for the Succesful Use ofHeavy Filled Composit in the Posterior Dentition. Journal CanadaDentistry Assosiation, 65, 256-260.Gwinnett and John, 1992. Structure and Composition of Enamel. OperativeDentistry, 5, 10-17.Ibsen, R.L., Neville and Kris. 1976. Adhesive Restorative Dentistry. Philadelphia :W.B. Saunders Co.Katsuyama, S., Ishikawa, T. and Fuji, B. 1993. Glass Ionomer Dental Cement :The Material ang Their Clinical Use. St.Louis : Ishiyaku EuroAmerica, Inc.Publishers.Kawahara, H. et al. 1979. Biological Evaluation of Glass Ionomer Cement.Journal Dental Restoration, 58, 1080-1086.Merbeek, Van B. 1992. Factor Affecting Adhesion to Mineralized Tissues.Operative Dentistry, 5, 111-124.

Page 12: Bisa

Noerdin, A. 1997. Kemampuan Rekat antara Resin Komposit dengan SemewnGlass Ionomer yang Dietsa pada Teknik Sandwch. Edisi Khusus KPPIKGXI. Jurnal Kedokteran Gigi UI. Jakarta :FKG UI.Pashley, D.H. and Michelich, V. 1981. Dentin Permeability : Effect of SmearLayer Removal. The Journal of Prosthetic Dentistry,46, 531-537.Perdigao, J. 2001. The effect of Etching Time on Dentine Demineralization.Quintessence International, 32, 19-26.Phillips, R.W. 1991. Skinner’s Science of Dental Material. 9 th ed. Philadelphia :W.B. Saunders Co. 215-245.Tyas, M.J. and Plant, C.G. 1970. Lining Materials with Special Reference toDropsin : A Comparative Study. British Dental Journal, 128, 486-491.Retief, D.H. 1992. Clinical Application of Enamel Adhesive. OperativeDentistry, 5, 44-49.Seltzer, S. and Bender, I.B. 1990. The Dental Pulp Biologic : Consederation inDental Procedure. 3 rd ed. St.Louis : Ishiyaku EuroAmerica, Inc. Publishers,41-60.Sidharta, W. 1991. Pengaruh Etsa dan Gerinda pada Semen Glass IonomerTerhadap Ikatannya dengan Resin Komposit. Buku Naskah Ilmiah KPPIKGIX FKG UI, 105-164.Wilson, A.D. and McLean, J.W. 1988. Glass Ionomer Cement. Chicago :Quintessence Publishing.Woolford, M. 1993. Composite Resin Attached to Glass Polyalkenoate (Ionomer)Cement- The Laminate Techique. Journal Dentistry, 21, 31-38.