bioremediasil.files.wordpress.com … · web viewdi indonesia ternyata penggunaan air memiliki...
TRANSCRIPT
MODEL BIOREMEDIASI DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR
DAERAH ALIRAN SUNGAI
BIOREMEDIASI
Disusun Oleh :
RAFIKA PUSPITA ARMY
26020112130039
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
Sub DAS Garang Hulu meliputi wilayah Kabupaten Semarang, Kabupaten
Kendal dan Kota Semarang. Sungai Garang bagian hulu berperan penting dalam
menampung limpasan air permukaan, sedangkan bagian hilir dimanfaatkan
sebagai sumber air baku PDAM Kota Semarang dan sebagai kanal yang berfungsi
menampung saluran drainase kawasan yang ada di sekitarnya (Sucipto, 2008).
Kegiatan seperti pertanian dan perkebunan, industri, peternakan, serta
permukiman berpotensi mencemari Sungai Garang. Dari perhitungan BBWS
Pemali Juwana (2009), potensi beban cemaran terbesar berasal dari limbah
domestik diikuti dengan limbah yang berasal dari industri. Selain limbah domestik
dari mandi, cuci, dan dapur dan limbah dari kotoran manusia/tinja, penyebab
pencemaran juga berasal dari peternakan serta kegiatan industri seperti PT.
Batamtex, PT. Nissin Biscuits dan PT. Pepsi Cola Indobeverages. Berdasarkan
penjelasan diatas di DAS Garang ini cenderung tergolong dalam pencemaran
mikrobiologi.
Untuk mengendalikan pencemaran Sungai Garang agar tidak melampaui
daya tampung serta daya dukungnya dan penjagaan yang optimal agar dapat
dimanfaatkan dengan kualitas yang baik maka perlu dilakukan upaya pengelolaan
salah satunya pengelolaan berbasis bioremediasi tepat guna dan efektif efisien
dalam rangka menciptakan sumber air bersih di DAS Garang.
Di Indonesia ternyata penggunaan air memiliki prioritas kepentingan sebagai
berikut: air minum rumah tangga, untuk ibadah, perikanan dan peternakan, irigasi
pertanian, transportasi, pembangkit tenaga, industri, olah raga, rekreasi, dan
estetika. Hasil teknik bioremediasi ini sangat bermanfaat bagi terpeliharanya
kelangsungan sumber air bersih bagi persediaan bahan baku air minum dan air
bersih. Disamping itu, ditemukannya model bioremediasi implementatif yang
sesuai akan merubah perilaku masyarakat yang berwawasan ramah lingkungan
serta meminimalisir terjadinya dampak pencemaran air.
Prinsip dari bioremediasi untuk mencegah dan mengeliminasi terjadinya
pencemaran serta dampak lain yang dapat ditimbulkannya melalui kegiatan yang
dilakukan secara biologi.Nah, sebelum melakukan remediasi, ada beberapa hal
yang perlu diketahui ,seperti : jenis pencemar (organik atau anorganik),
terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak, berapa banyak zat pencemar yang telah
mencemari tanah maupun sumber air tersebut,perbandingan karbon (C), nitrogen
(N), dan Fosfat (P), jenis tanah dan debit air, kondisi tanah (basah, kering),
kondisi aliran air sungai tersebut (kelancaran arusnya,turbiditas atau
kekeruhannya, partikel-partikelnya, dan sebagainya), telah berapa lama zat
pencemar terendapkan di lokasi tersebut, serta kondisi pencemaran yang sudah
terjadi.
Pada dasarnya, pengolahan secara biologi dalam pengendalian pencemaran
air, termasuk upaya bioremediasi, dengan memanfaatkan bakteri bukan hal baru
namun telah memainkan peran sentral dalam pengolahan limbah konvensional
sejak tahun 1900-an (Mara, Duncan and Horan, 2003).Pengembangan IPTEK
dalam bioremediasi untuk detoksifikasi atau menurunkan polutan dalam
pengendalian pencemaran air telah menjadikan metoda ini menjadi lebih
menguntungkan dibandingkan dengan metoda yang menggunakan bahan kimia.
Bahkan, saat ini, flokulan umum yang berbahan baku Alum untuk menurunkan
bahan pencemar air sungai telah bisa digantikan dengan bioflokulan yang
mikroorganismanya diisolasi dari proses lumpur aktif dan diketahui dapat
menurunkan turbiditi sebesar 84-94% (Buthelezi et al, 2009). Selain itu,
kehandalan mikroba termasuk diantaranya bakteri, jamur, dan protozoa dalam
pengolahan air limbah dan peranannya dalam menjaga keseimbangan ekologis
perairan sudah banyak dielaborasi (Gerardi., 2006).
Teknik penanggulangan pencemaran air di DAS Garang wilayah Kabupaten
Semarang ini dapat menggunakan konsep self-purification. Proses alami self
purification di sungai dalam mendegradasi polutan melalui peranan
mikroorganisma pada prinsipnya ada dua cara :
Gambar 1. Proses self-purification yang diadopsi dari IPAL
1. Pertumbuhan mikroorganisme menempel
Mikroorganisme ini biasanya menempel pada suatu permukaan misalnya
pada batuan ataupun tanaman air. Selanjutnya diaplikasikan pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) misalnya dengan sistem trickling filter.
Selama pengolahan aerobik air limbah domestik, genus bakteri yang sering
ditemukan berupa Gram-negatif berbentuk batang heterotrofik organisme,
termasuk Zooglea, Pseudomonas, Chromobacter, Achromobacter,
Alcaligenes dan Flavobacterium. Filamentous bakteri seperti genera
Beggiatoa, Thiotrix dan Sphaerotilus juga ditemukan dalam biofilm,
sebagaimana organisme seperti Nitrosomonas dan nitrifikasi Nitrobacter.
Pengolahan air limbah dengan proses Trickilng Filter dilakukan dengan
cara menyebarkan air limbah ke dalam suatu tumpukan atau unggun media
yang terdiri dari bahan batu pecah (kerikil), bahan keramik, sisa tanur (slag),
medium dari bahan plastik ataulainnya. Dengan cara tersebutmaka pada
permukaan medium akan tumbuh lapisan biologis (biofilm) seperti lendir, dan
lapisan biologis tersebut akan kontak dengan air limbah dan akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Proses
pengolahan air limbah dengan sistem Trickilng Filterpada dasarnya hampir
sama dengan sistem lumpur aktif, di mana mikroorganisme berkembang-biak
dan menempel pada permukaan media penyangga.
Gambar 2. IPAL dengan sistem tricking filter
Pertama, air limbah dialirkan ke dalam bak pengendapan awal untuk
mengendapkan padatan tersuspensi (suspended solids), selanjutnya air limbah
dialirkan ke bak trickling filter melalui pipa berlubang yang berputar. Dengan
itu, maka terdapat zona basah dan kering secara bergantian sehingga terjadi
transfer oksigen ke dalam air limbah. Pada saat kontak dengan media
trickling filter, air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang
menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan
keluar melalui pipa under-drainyang ada di dasar bak dan keluar melalui
saluran efluen. Dari saluran efluen dialirkan ke bak pengendapan akhir dan
air limpasan dari bak pengendapan akhir adalah merupakan air olahan.
Lumpur yang mengendap di dalam bak pengendapan akhir selanjutnya
disirkulasikan ke inlet bak pengendapan awal.
Gambar 3. Penampang Bak Tricking Filter
2. Pertumbuhan Mikroorganisme Tersuspensi
Mikroorganisme ini keberadaannya dalam bentuk suspensi di dalam air
yang tercemar. Selanjutnya diaplikasikan pada IPAL dengan sistem lumpur
aktif. konvensional menggunakan bak aerasi maupun sistem SBR (Sequence
Batch Reactor). Berbeda dengan mikroorganisma yang menempel, sistem
pertumbuhan mikroorganisma yang tersuspensi terdiri dari agregat
mikroorganisma yang pada umumnya tumbuh sebagai flocs dalam kontak
dengan air limbah pada waktu pengolahan. Agregat atau flocs, yang terdiri
dari berbagai spesies mikroba, berperan dalam penurunan polutan. Umumnya
spesies mikroba ini terdiri dari bakteri, protozoa dan metazoa. Pada sistem
kolam stabilisasi, organisme phototrophic, yang memanfaatkan berbagai
akseptor elektron, dapat dimanfaatkan untuk mencapai pengolahan yang baik
dengan mengabaikan masukan energi. Pengembangan penerapan kedua
proses tersebut dalam teknologi pengolahan air limbah dapat digabungkan
berupa hybrid reactor (Gambar 4).
Gambar 4. Sistematika bentuk biomassa dalam sistem IPAL
Dengan penawaran sistem bioremediasi seperti yang telah dipaparkan
diatas,maka pencemaran air di DAS Garang wilayah kabupaten Semarang
dapat diminimalisir sehingga air di suangai tersebut lebih memiliki nilai guna
untuk masyarakat disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/
BAB6TRICKLINGFILTER.pdf (diakses pada 31 Desember 2014)
Handayani, S. Bioremediasi Sumber Air Bersi Daerah Aliran Sungai Brantas
Hilir. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah ,Sidoarjo.
Marlina,B ,Sasongko,S.B ,Sutrisnanto,D .2012 . Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Alam dan Lingkungan : Kajian Pengelolaan Sub DAS
Garang Hulu terhadap Kualitas Air Sungai . Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro1 , Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro2.
Sumber Informasi :