biokimia ii.3
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM VIII
Topik : Denaturasi Protein
Tujuan : Untuk mempelajari proses denaturasi protein pada berbagai
sumber albumin
Hari/Tanggal : Jum’at, 7 Mei 2010
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur 10 ml
5. Gelas kimia 250 ml
6. Kaki tiga dan Kasa asbes
7. Lampu spiritus
Bahan :
1. Larutan albumin (telur itik tambak, telur itik pantai, telur ayam ras,
telur ayam kampung, telur puyuh dan telur penyu)
2. Buffer asetat pH 4,8 (1 M)
3. HCl 0,1 M
4. NaOH 0,1 M
5. Air
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan tabung reaksi dengan urutan sebagai berikut:
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 9 ml 9ml 9 ml
Buffer asetat pH
4,8 (1M)- - 1 ml
HCl 0,1 M 1 ml - -
NaOH 0,1 M - 1 ml -
2. Menempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan
mendinginannya pada temperatur kamar. Dalam tabung mana yang
kelihatan mengendap?
3. Untuk tabung-tabung (1) dan (2) menambahkan 10 ml buffer asetat pH
4,8. Dan menulis hasilnya.
Pertanyaan
1. Sifat fisik apa dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari protein
dalam percobaan ini?
2. Metode lain apakah yang digunakan untuk denaturasi protein?
3. Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur?
II. TEORI DASAR
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara
5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein
akan menghasilkan asam-asam amino. Protein dan asam amino dalam larutan
mempunyai pH isoelektronik, yaitu suatu harga pH dimana derajat kelarutannya
paling kecil. Dalam keadaan normal protein mempunyai bentuk molekul
konfigurasi tertentu berdasarkan pada lipatan serta ikatan disulfa dan ikatan
hidrogen yang ada. Oleh pengaruh panas, radiasi, pH serta zat-zat kimia tertentu,
struktur protein tadi dapat berubah, meskipun susunan asam aminonya masih tetap
dan perubahan tadi disebut denaturasi. Biasanya proses denaturasi adalah bolak-
balik, kalau keadaan sudah normal kembali, protein dapat kembali ke bentuk
semula. Kalau perubahan tadi berupa gumpalan, maka tidak dapat kembali ke
bentuk semula.
Suatu rantai protein biasanya mengacu pada suatu biopolymer dengan
berat milekul leih besar dari beberapa ribu. Tiap protein mempunyai urutan sisa
asam amino tertentu dalam rantainya, ang sebagian besar menentukan sifat-sifat
biologis dan fisikokimianya. Beberapa protein juga dapat larut dalam air, seperti
keratin rambut dan kulit tidak dapat larut dalam semua system berair. Banyak
protein telah pecah dan dimurnikan berdasarkan atas ukuran molekul dan
kelarutannya. Dengan larutnya protein tersebut maka akan merubah fisik protein
yang menyebabkan juga kehilangan sifat kelaruutannya yang disebut denaturasi.
Denaturasi dapat terjadi oleh banyak bahan. Termasuk di salamnya adalah panas
dan bahan kimia yang merusak ikatan hidrogen dalam protein tersebut. Terdapat
banyaknya konformasi antara asli molekul protein dan konformasi dimana rantai
protein ada dalam keadaan rambang sempurna meruang. Pada konformasi terakhir
ini, protein dapat dikatakan mengalami denaturasi sempurna. Akan tetapi
terjadinya keadaan rambang sempurna rantai protein tidak harus berarti hilangnya
fungsi biologis. Fungsi biologis memiliki aktivitas maksimum pada keadaan
aslinya. Dan suatu perubahan dalam struktur yang menyebabkan hilangnya fungsi
alami protein tersebut.
IV. HASIL PENGAMATAN
NO BahanTabung 1 Tabung 2 Tabung 3HCl 1ml NaOH 1 ml Buffer
Awal Akhir Buffer Awal Akhir Buffer Awal Akhir
1
Telur itik pantai
Lebih bening
Putih susu + buih (gel padat)
Tetap (buih)
Lebih bening (ada endapan)
Kuning (endapan putih susu) jadi gel padat
Tetap Lebih bening
Putih susu (ada buih) jadi gel
2
Telur itik tambak
Keruh (ada buih)
Putih susu (gel padat)
Tetap (terdapat buih dipermukaanya)
Bening (ada buih)
Bening kekuningan endapan putih susu
Tetap (terdapat buih dipermukaanya)
Keruh Putih susu (padat)
3
Telur ayam ras
Putih keruh (ada endapan)
Putih susu (padat)
Tetap Bening Padat dibagian bawah, agak cair dibagian atas
Dasar padat, tengah keruh dan bagain atas bening
Bening terdapat gumpalan dibagian dasarnya
Putih susu (padat)
4
Telur ayam kampung
Putih kekuningan, sedikit buih + gumpalan
Putih susu (padat)
Putih susu bening, cair dan di bagian atas
Putih kekuningan + sedikit + gumpalan
Bening + endapan putih
Tetap Putih bening ada endapan + buih
Puith susu (padat)
5 Telur puyuh Bening kekuningan + sedikit
Putih susu + gel
Tetap Bening kekuningan + lebih
Putih bening (Gel)
Tetap Bening kekuningan + sedikit
Puith susu (gel)
buih banyak buih buih
6
Telur penyu Putih kekuningan (koagulasi)
Putih kekuningan (koagulasi) + sedikit buih
Putih kekuningan (koagulasi)
Bening (koagulasi)
Bening cair berendapan + menggumpal
Putih keruh (koagulasi)
Puith kekuningan (koagulasi)
Putih kekuningan (jadi gel)
V. ANALISIS DATA
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus
peptida dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna
ungu karena terbentuknya senyawa kompleks.
Proses perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi
yng tidak menentu merupakan suatu proses yang disebut denaturasi.
Proses denaturasi ini dapat menyebabkan protein tersebut kehilangan
fungsinya namun dilihat dari sifat protein yang dapat diendapkan oleh
logam-logam seperti Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++, dan Pb++ dalam
pH larutan protein diatas titik isolistriknya (pH isolistrik pada albumin
telur adalah 4,55 – 4,90), namun pH yang diatas titik isolistrik menjadikan
protein bersifat negatif. Oleh karena itu putih telur dapat digunakan
sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam.
Denaturasi protein ini dapat disebabkan oleh suhu yang tinggi (akibat
pemanasan) keasaman (perubahan pH yang ekstrim), pengaruh dari
logam, dan karena adanya pengaruh goncangan. Dalam percobaan ini,
denaturasi disebabkan oleh pH, pemanasan, dan pengaruh goncangan.
Pengaruh goncangan pada percobaan ini adalah dua larutan yang
dicampur dan dikocok. Dalam hal ini pengocokan adalah proses
pengguncangan. Sedangkan penambahan NaOH pada percobaan ini dapat
mengendapkan larutan albumin. Albumin adalah protein yang dapat larut
dalam air serta dapat terkoagulasi oleh proses pemanasan, larutan albumin
ini diantaranya banyak terdapat pada bagian putih telur.
Denaturasi protein ini dapat menyebabkan protein tersebut
kehilangan sifat kelarutannya sehingga larutannya mengalami proses
koagulasi (penggumpalan) seperti yang terjadi pada percobaan ini.
VI. KESIMPULAN
1. Protein adalah polimer dari asam amino dan merupakan penyusun
sebagian besar dari tubuh manusia dan hewan yang bertingkat tinggi.
sebagian besar protein merupakan penyusun tubuh, daging dan sebagian lagi
berfungsi sebagai katalisator atau enzim yang menyebabkan reaksi-reaksi
tertentu. Secara kasar protein terdiri dari protein serat,protein konjugasi, dan
protein globusar.
2. Dari ketiga percobaan di atas berserta hasil-hasilnya, diketahui bahwa ini
membuktikan adanya larutan Biuret, FeCl3 , dan HgCl2 dapat menentukan
bahwa dalam putih telur terdapat protein dengan ditunjukannya adanya
perubahan warna.
3. Untuk mengetahui adanya protein dalam suatu obyek dapat dilakukan
dengan beberapa uji, diantaranya: uji biuret, pengendapan dalam
garam,uji koagulasi dan uji sulfur dalam protein
4. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida dan
protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena
terbentuknya senyawa kompleks.
5. Faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi protein, seperti :
a. Suhu yang tinggi.
b. Pengaruh pH.
c. Pengaruh zat-zat kimia tertentu.
Jawaban pertanyaan
1. Sifat fisik dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari protein dalam
percobaan ini adalah pengendapan dan koagulasi (penggumpalan)
2. Metode lain yang digunakan dalam denaturasi :
1.Denaturasi degan penambahan beberapa seperti asam asetat
2.Denaturasi dengan pemanasan.
3.Denaturasi dengan penambahan formadehida
3. Perubahan kimia yang berhubungan dengan denaturasi telur yaitu : Perubahan
konfigurasi protein dari bentuk - Helix mejadi memanjang. Hal ini
disebabkan rusaknya ikatan hidrogen dengan ikatan nonpolar.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Arbianto,purwo.1993.Konsep-Konsep Dasar Biokima.Bandung:Kimia
PMIPA ITB.
Fessenden, Ralph J & Joan S. 1987. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa
Aksara. Jakarta.
Monlgomery,Rex.dkk.Biokimia – Jilid 1.Yogyakarta:UGM PRESS
Hardiansyah dan Noorhidayati. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. FKIP
UNLAM Banjarmasin.
Lehninger, Albert. 1997. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar- Dasar Biokimia. UI-Press : Yogyakarta.