laporan tetap praktikum biokimia ii prak ke 4

28
Gina Adriani (06101410021) LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA II I. NOMOR PERCOBAAN : IV II. NAMA PERCOBAAN : TITRASI FORMAL ASAM AMINO III. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mempelajari cara kerja (aktivitas) enzim pada asam amino melalui titrasi formaldehid IV. DASAR TEORI : Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu subtrat tertentu. Kekhasan inilah ciri suatu enzim. Ini sangat Titrasi Formal Asam Amino Page 1

Upload: gina-adrian-bahri-bdc

Post on 05-Dec-2014

39 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

reaksi uji terhadap asam amino

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA II

I. NOMOR PERCOBAAN : IV

II. NAMA PERCOBAAN : TITRASI FORMAL ASAM AMINO

III. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mempelajari cara kerja (aktivitas)

enzim pada asam amino melalui titrasi

formaldehid

IV. DASAR TEORI :

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa

yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.

Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain

yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat,

yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat

berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan

oleh hormon sebagai promoter.

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan

senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi

lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi

aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.

Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu subtrat tertentu. Kekhasan inilah

ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis (bukan enzim) yang dapat bekerja

terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai

subtratnya. Ada juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu subtrat namun enzim

tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu.

Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam

laboratorium memerlukan kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu,

tekanan, waktu dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang

seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tubuh kita

merupakan laboratorium yang sangat rumit, sebab didalamnya terjadi reaksi kimia yang

beraneka ragam. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam atubuh

kita ini dimungkinkan karena adanya katalis, yang disebut dengan enzim.

Titrasi Formal Asam Amino Page 1

Page 2: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

1. Sejarah Enzim

Penemuan bahwa enzim dapat bekerja diluar sel hidup mendorong penelitian pada

sifat-sifat biokimia enzim tersebut. Banyak peneliti awal menemukan bahwa aktivitas

enzim diasosiasikan dengan protein, namun beberapa ilmuwan seperti Richard

Willstätterberargumen bahwa proten hanyalah bertindak sebagai pembawa enzim dan

protein sendiri tidak dapat melakukan katalisis. Namun, pada tahun 1926, James B.

Sumner berhasil mengkristalisasi enzim urease dan menunjukkan bahwa ia

merupakan protein murni. Kesimpulannya adalah bahwa protein murni dapat berupa enzim

dan hal ini secara tuntas dibuktikan oleh Northrop dan Stanley yang meneliti enzim

pencernaan pepsin (1930), tripsin, dan kimotripsin. Ketiga ilmuwan ini meraih

penghargaan Nobel tahun 1946 pada bidang kimia.

Penemuan bahwa enzim dapat dikristalisasi pada akhirnya mengijinkan struktur

enzim ditentukan melalui kristalografi sinar-X. Metode ini pertama kali diterapkan

pada lisozim, enzim yang ditemukan pada air mata, air ludah, dan telur putih, yang

mencerna lapisan pelindung beberapa bakteri. Struktur enzim ini dipecahkan oleh

sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh David Chilton Phillips dan dipublikasikan pada

tahun 1965. Struktur lisozim dalam resolusi tinggi ini menandai dimulainya bidang biologi

struktural dan usaha untuk memahami bagaimana enzim bekerja pada tingkat atom.

2. Enzim-enzim memperlihatkan semua sifat-sifat Protein

Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein ; aktivitas

katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Sebagai contoh, jika

suatu enzim didihkan dengan asam kuat atau diinkunbasi dengan tripsin, yaitu perlakuan

yang memotong rantai polipeptida, aktivitas katalitiknya biasanya akan hancur; hal ini

memperlihatkan bahwa struktur kerangka primer protein enzim dibutuhkan untuk

aktivitasnya. Selanjutnya, jika kita mengubah berlipatnya rantai protein yang khas dari

suatu protein enzim utuh oleh panas, oleh perlakuan pH yang jauh menyimpang dari

keadaan normal, atau oleh perlakuan dengan senyawa perusak lainnya, aktivitas enzim

penting bagi aktivitas katalitiknya.

Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-kira

12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar dibandingkan

Titrasi Formal Asam Amino Page 2

Page 3: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

dengan subtrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya terdiri dari

polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam amino.

3. Fungsi dan Cara Kerja Enzim

Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam

sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih

cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi

sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang

tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu

reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula

yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik).Cara kerja enzim dapat

dimisalkan sebagai berikut : Misalkan pembentukan ikatan antara senyawa A dengan

senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan energi. Terjadinya senyawa AB dari

A dan B membutuhkan energi sebesar p, yaitu selisih energi antara A dan B dengan AB.

Sebaliknya, penguraian senyawa AB menjadi A dan B mengeluarkan energi sebesar p pula.

Enzim adalah katalisator sejati, molekul ini meningkatkan dengan nyata kecepatan

reaksi kimia spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung amat lambat. Enzim tidak dapat

mengubah titik kesetimbangan reaksi yang dikatalisisnya: enzim juga tidak akan habis

dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi ini. Enzim meningkatkan

kecepatan reaksi kimia dengan cara menurunkan energi aktivasinya. Energi aktivasi

tersebut adalah jumlah energi dalam kalori yang diperlukan untuk membawa semua

molekul pada 1 mol senyawa pada suhu tertentu menuju tingkat transisi pada puncak batas

energi. Kecepatan setiap reaksi kimia sebanding dengan konsentrasi senyawa pada keadaan

transisi.

Terdapat dua cara umum untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia, yaitu dengan

cara meningkatkan suhu, yang mempercepat gerak termal molekul, dan karenanya

meningkatkan bagian (fraksi) molekul yang memiliki energi dalam, dengan jumlah yang

cukup untuk memasuki keadaan transisi yaitu energi dimana reaksi mencapai titik

puncaknya. Cara kedua yaitu dengan menambahkan katalisator. Katalisator ini akan

mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan batas penghalang energi.

Titrasi Formal Asam Amino Page 3

Page 4: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim

a. Konsentrasi Enzim

Seperti katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung

pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi subtrat tertentu, kecepatan reaksi

bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

b. Konsentrasi Subtrat

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka

pertambahan konsentrasi subtrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas

konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi subtrat

diperbesar. Keadaan ini diterangkan oleh Michaelis-Menten dengan hipotesis mereka

tentang terjadinya kompleks enzim subtrat yang dikenal dengan Michaelis-Menten.

c. Suhu

Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang

menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi

kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi akan berlangsung

lebih cepat.

Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat

menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian

aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi

berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun.

Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan

reaksi. Koefisien suhu suatu reaksi diartikan sebagai kenaikan kecepatan reaksi sebagai

akibat kenaikan suhu 10oC.

d. Pengaruh pH

Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH

lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda

(zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap

efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim subtrat.

Titrasi Formal Asam Amino Page 4

Page 5: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

e. Pengaruh Inhibitor

Terdiri dari hambatan reversibel, hambatan tak reversibel, dan hambatan Alosterik.

1. Hambatan Reversibel, dibagi menjadi dua, yaitu

a. Hambatan Bersaing, disebabkan karena adanya molekul yang nirip dengan

subtrat, yang dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim

inhibitor (EI).

b. Hambatan tak Bersaing, tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi subtrat

dan inhibitor yang melakukannya sebagai inhibitor tidak bersaing.

2. Hambatan Tak Reversibel, terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan

bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk enzim.

3. Hambatan Alosterik

Hambatan alosterik ini menyebabkan hubungan kecepatan reaksi dengan

konsentrasi subtratnya membentuk grafik tidak berbentuk hiperbola melainkan

berbentuk sigmoida seperti yang diterangkan oleh persamaan Michaelis-Menten.

4. Persamaan Michaelis – Menten

Pada tahun 1913, Leonor Michaelis dan Maude Menten mengajukan hipotesa

bahwa dalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks enzim-subtrat yang kemudian

menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Michaelis – Menten berkesimpulan bahwa

kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kompleks enzim- subtrat (ES), maka

penambahan konsentrasi subtrat akan menghasilkan pertambahan kecepatan reaksi yang

apabila digambarkan akan merupakan garis lurus dengan persamaan umum, reaksi enzim

dituliskan sebagai berikut :

E + S k⃗ 1 ES k⃗ 3 E + P

V. ALAT DAN BAHAN

1) ALAT

1. Pipet tetes

2. Gelas ukur

3. Beker gelas

4. Corong

Titrasi Formal Asam Amino Page 5

Page 6: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

5. Buret

6. Statif

7. Klem

8. Erlenmeyer

9. pH meter

2) BAHAN

1. Larutan gelatin 5%

2. Larutan NaOH 0,2M

3. Larutan NaOH 0,02M

4. Larutan Formaldehid

5. HCL 0,1M

6. Larutan Tripsin

7. Indikator PP

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

Siapkan 100 ml larutan gelatin 5%. Atur temperatur 38oC. Tambahkan

kedalamnya 1 ml phenolpthalein dan 0,2 M NaOH tetes demi etets sampai warna

merah muda timbul. Tambahkan 0,1 M HCl tetes demi tetes sampai tepat warna

merah muda tadi hilang (pH = 8,0). Hati-hati jangan terlalu asam. Masukkan

gelatin yang telah dinetralisir tadi kedalam inkubator 38oC. Pada 25 ml larutan

tripsin tambahkan beberapa tetes phenolpthalein. Tambahkan tetes demi tetes 0,2 M

NaOH sampai warna merah muda. Kemudian teteskan 0,1 M HCl sampai warna

tersebut tepat hilang (pH = 8,0). Tepat pada jam “NOL” tambahkan larutan tripsin

tersebut ke dalam gelatin. Aduk! Setelah tercampur rata, ambil 10 ml campuran,

masukkan ke dalam 100 ml beker gelas. Didihkan untuk merusak enzim.

Catat waktunya! Dinginkan. Tambahkan 15 ml formalin netral dan 3 tetes

phenolpthalein. Pada interval 15 menit lakukan hal yang sama seperti di atas (-

seperti Kontrol-). Semua dilakukan duplo. Pada masing-masing hasil reaksi di atas

pada (interval 0, 15, 30, 60, 90, dan 120 menit) lakukan titrasi 0,02 M NaOH

dengan titik akhir warna merah muda.

Titrasi Formal Asam Amino Page 6

Page 7: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

VII. HASIL PENGAMATAN

Prosedur percobaan Hasil Pengamatan

Gelatin

110 ml gelatin (kuning bening)

inkubasi (38o) + 1 ml indicator PP

(bening) + NaOH (bening) →

larutan merah muda + HCL

(bening) → larutan bening. pH =

7,8.

Setelah larutan gelatine diinkubasi,

gelatine ditambahkan dengan 1 ml PP,

kemudian dititrasi dengan 74 tetes

NaOH → larutan menjadi merah

muda. Kemudian dititrasi kembali

dengan 21 tetes HCL → Larutan

bening. Diukur pH = 7,8.

10 ml gelatine (bening) dididihkan,

kemudian didinginkan. Setelah dingin

+ 15ml formaldehid (bening) + 3 tetes

PP (bening) + NaOH (bening).

Setelah gelatine dicampur dengan

formaldehid + 3 tetes indicator PP →

larutan bening. Kemudian dititrasi

dengan 8,2 ml NaOH → larutan

merah muda.

Tripsin

35 ml tripsin (kuning bening) + 1 ml

indicator PP + NaOH (bening) →

larutan merah muda, + HCL (bening).

Cek pH = 7,74

Setelah tripsin dicampur dengan

indicator PP → larutan menjadi

kuning bening. Kemudian dititrasi

dengan 70 tetes NaOH → larutan

menjadi merah muda. Kemudian

dititrasi lagi dengan 34 tetes HCL →

larutan bening. Diukur pH = 7,74

10 ml tripsin (kuning bening)

dididihkan, kemudian didinginkan.

Setelah dingin + 15ml formaldehid

(bening) + 3 tetes PP (bening) +

NaOH (bening).

Setelah tripsin dicampur dengan

formaldehid + 3 tetes indicator PP →

larutan bening. Kemudian dititrasi

dengan 16,3 ml NaOH → larutan

merah muda.

Setelah itu 100 ml gelatin diinkubasi 38o, kemudian gelatin tersebut dicampurkan

Titrasi Formal Asam Amino Page 7

Page 8: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

dengan tripsin 25 ml. setelah itu diambil 10 ml setiap kelipatan waktunya untuk

dititrasi dengan NaOH 0,02M.

Sampel Waktu (t) dalam menit Volume NaOH (ml)

t0 (gelatin) 0 menit 8,2 ml

t0 (tripsin) 0 menit 16,3 ml

t0 0 menit 6,8 ml

t1 15 menit 7 ml

t2 30 menit 8 ml

t3 60 menit 8,8 ml

t4 90 menit 9,8 ml

t5 120 menit 10,2 ml

VIII. ANALISA DATA

a. Kurva titrasi antara volume alkali (ordinat) terhadap waktu (absis).

dimana :

Waktu = X

Volume NaOH = Y

X 0 15 30 60 90 120

Y 6,8 7 8 8,8 9,8 10,2

Kurva titrasi antara volume alkali (ordinat) terhadap waktu (absis).

Titrasi Formal Asam Amino Page 8

Page 9: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

0 15 30 60 90 1200

2

4

6

8

10

12

6.8 78

8.89.8

waktu

volume NaOH

b. Hubungan antara waktu terhadap volume rata-rata dalam persamaan regresi linier.

Tabel :

Nomor X Y XY X2

1 0 6,8 0 0

2 15 7 105 225

3 30 8 240 900

4 60 8,8 528 3600

5 90 9,8 882 8100

6 120 10,2 1224 14400

Jumlah ∑X = 315 ∑Y = 50,6 ∑XY = 2979 ∑X2 = 27225

Titrasi Formal Asam Amino Page 9

Page 10: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

Slope( A )=n .∑ XY−∑ X .∑ Y

n .∑ X2− (∑ X )2

¿6 . (2979 )−(315 ) (50,6 )6 . (27225 )−(315 )2

¿(17874 )−(15939 )(163350 )− (99225 )

¿193564125

¿0,030175

Intersep (B )=∑Y .∑ X2−∑ XY .∑ X

n .∑ X2−(∑ X )2

¿(50 , 6 ) . (27225 )−(2979 ) . (315 )6 . (27225 )−(315 )2

¿(1377585 )− (938385 )(163350 )− (99225 )

¿43920064125

¿6 ,84912

Maka diperoleh persamaan regresi linier :

Y = AX+B

Sehingga Y = 0,030175X + 6,84912

X 1 2 3 4 5

Y 6,879295 6,90227 6,932445 6,96262 6,999995

Kurva Regresi Linier

Titrasi Formal Asam Amino Page 10

Page 11: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

1 2 3 4 56.8

6.85

6.9

6.95

7

7.05

6.879295

6.90227

6.932445

6.96262

6.999995

X

y

c. Data untuk mencari persamaan regresi linier, jika 1 ml NaOH 0,1 N = 1,4 mg

nitrogen asam amino.

Nomor X Y XY X2

1 0 9,52 0 0

2 15 9,8 147 225

3 30 11,2 336 900

4 60 12,32 739,2 3600

5 90 13,72 1234,8 8100

6 120 14,28 1713,6 14400

Jumlah ∑X = 315 ∑Y = 70,84 ∑XY = 4170,6 ∑X2 = 27225

Titrasi Formal Asam Amino Page 11

Page 12: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

Slope( A )=n .∑ XY−∑ X .∑ Y

n .∑ X2− (∑ X )2

¿6 . (4170,6 )−(315 ) (70,84 )6 . (27225 )−(315 )2

¿(25023,6 )−(22314,6 )(163350 )− (99225 )

¿270964125

¿0,04224

Intersep (B )=∑Y .∑ X2−∑ XY .∑ X

n .∑ X2−(∑ X )2

¿(70 , 84 ) . (27225 )−( 4170 ,6 ) . (315 )6 . (27225 )−(315 )2

¿(1928619 )− (1313739 )(163350 )− (99225 )

¿61488064125

¿9 ,5887

Maka diperoleh persamaan regresi linier :

Y = AX + B

Y = 0,04224X + 9,5887

X 0 15 30 60 90 120

Y 9,5887 10,2223 10,8559 12,1231 13,3903 14,65767

Titrasi Formal Asam Amino Page 12

Page 13: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

GrafikAntara Mg Nitrogen Asam Amino (Ordinat) TerhadapWaktu (Absis)

0 15 30 60 90 1200

2

4

6

8

10

12

14

16

9.588710.2223

10.8559

12.1231

13.3903

14.65767

x

y

IX. REAKSI

Titrasi Formal Asam Amino Page 13

Page 14: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

X. PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui serta memperlajari

aktivitas dari enzim dan apa saja yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja enzim

itu sendiri. Percobaan ini menggunakan beberapa larutan yang terlebih dahulu

dipersiapkan dengan teliti oleh praktikan, dimana dalam percobaan ini digunakan

larutan gelatin sebagai salah satu larutan yang terlebih dahulu diberikan perlaku.

Pada prinsipnya titrasi formal ini adalah titrasi asama basa, maka formalin,

tripsin, dan gelatin yang digunakan pada percobaan harus dinetralkan dulu supaya

tidak mengganggu hasil percobaan nantinya. Kondisi bahan-bahan yang tidak netral

akan merubah kebutuhan Natrium Hidroksida dalam mentitrasi sampel. Apabila hal

itu terjadi, maka data yang diperoleh tidak valid karena tidak sesuai dengan yang

seharusnya.

Sebelum melakukan percobaan, Masing-masing asam amino tersebut

ditambahkan indikator PP sebanyak tiga tetes dan formalin sebanyak 15ml.

Penambahan ini bertujuan untuk membentuk dimentiol. Dengan adanya dimentiol

ini berarti gugus amino dari asam amino tersebut terikat. Penambahan ini tidak

akan mempengaruhi titrasi antara gugus karboksil dan NaOH hingga menghasilkan

warna merah muda dan selanjutnya sebelum larutan gelatin ini di inkubasi larutan

ini ditambahkan terlebih dahulu dengan larutan HCl hingga warna merah muda

sebelumnya tadi menghilang menjadi warna seperti semula.

Proses inkubasi ini terlebih dahulu dilakukan pada larutan gelatin. Oven

yang digunakan harus telah siap dengan suhu 38oC. Perlu adanya perhatian khusus

pada saat proses inkubasi larutan gelatin ini dimana suhunya harus dijaga konstan

jangan sampai naik, karena bila suhunya mencapai lebih dari 50oC ptotein akan

terdenaturasi. Sehingga akan merusak struktur dari protein itu sendiri. Dan analisa

akan gagal.

Yang bertindak sebagai enzim pada percobaan ini adalah tripsin, yaitu

enzim yang terdapat dalam tubuh kita. Enzin tripsin yang digunakan kami dapatkan

dari air kencing. Lalu gelatin ditambahkan dengan tripsin. Hal ini bertujuan untuk

mengidentifikasikan bahwa kita melakukan pemotongan pada rantai polipeptida

pada protein. Sama halnya seperti pada gelatin sebelumnya tadi, maka tripsin pun

Titrasi Formal Asam Amino Page 14

Page 15: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

harus diinkubasi pada suhu 38oC, hal ini dimaksudkan agar enzim tripsin dapat

bekerja secara optimum pada suhu tersebut.

Dari hasil pengamtan setelah melalui percobaan secara langsung ini,

menjunjukkan semakin lama waktu yang digunakan untuk inkubasi maka jumlah

larutan NaOH yang dibutuhkan semakin banyak. Dan pada tripsin dan gelatin

murni didapat hasil yang kurang tepat. Yaitu hasil penitrasian pada tripsin yaitu

dibutuhkan 16,3ml NaOH, sedangkan pada gelatin didaptkan sebanyak 8,2ml.

Dimana seharusnya secara literatur volume NaOH pada gelatin harus lebih besar

daripada volume NaOH pada tripsin. Analisa kualitatif dalam percobaan akan sulit

didapatkan dengan sempurna apabila kurangnya ketelitian, ketelitian dalam

pembuatan larutan, penitrasian, pengadukan, pemanasan, serta penjagaan suhu agar

tetap konstan pun harus sangat diperhatikan sehingga akan didapatkannya hasil

pengamatan yang benar-benar akurat.

Penitrasian dengan NaOH pada larutan protein yang ditambahkan dengan

tripsin bertujuan untuk melihat kecepatan reaksi yang terjadi berdasarkan volume

NaOH yang digunakan. Semakin lama waktu diinkubasi maka semakin banyak

NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi. Larutan protein bertindak sebagai subtratnya.

Jadi, kecepatan reaksi tergantung dengan konsentrasi gelatinnya dan pengaruh suhu

pada saat inkubasi. Namun bila enzim tripsin seolah-olah “jenuh” dengan subtrat,

artinya enzim tidak dapat lagi menampung gelatin. Berdasarkan literatur,

seharusnya kecepatan reaksi pada tripsin-gelatin, tergantung pada konsentrasi

tripsin-gelatin pula. Sebab apabila tergantung pada konsentrasi gelatin saja, maka

penambahan konsentrasi subtrat akan menghasilkan pertambahan kecepatan reaksi

yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.

Enzim akan terdenaturasi pada suhu di atas 60oC, maka reaksi antara

gelatin-tripsin juga dipengaruhi oleh suhu pada waktu melakukan inkubasi.

Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi atau tepatnya pada saat suhu

38oC maka akan dapat menaikkan kecepatan reaksi.

XI. KESIMPULAN

Titrasi Formal Asam Amino Page 15

Page 16: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

1. Penambahan NaOH dan HCl sekaligus untuk melihat titik ekuivalen dari larutan

yang digunakan dalam hal ini gelatin dan tripsin.

2. Kecepatan reaksi gelatin-tripsin juga dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu

sebelum tripsin terdenaturasi maka akan menaikkan kecepatan reaksi

3. Pemanasan dalam inkubator 38oC untuk menjaga agar enzim yang bekerja dalam

protein akan bekerja secara stabil.

4. Lama waktu inkubasi atau kerja antara enzim dan substrat dalam percobaan ini

mempengaruhi jumlah asam amino yang dihasilkan sekama substrat masih tersedia.

5. Penambahan formaldehid agar adanya reaksi dengan gugusan amino yang tak

bermuatan hingga memungkinkan gugusanm ammonium buffer didaerah pH yang

lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir dengan indicator PP.

6. Titrasi formalin hanya tepat untuk menunjukkan atau menentukan suatu proses

terjadinya pemecahan protein tetapi kurang tepat untuk penemuan protein

Titrasi Formal Asam Amino Page 16

Page 17: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

DAFTAR PUSTAKA

Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung: ITB.

Lehninger, Albert. 1992. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Fessenden dan Fessenden. 1999. Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Sukaryawan, Made. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Sriwijaya:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Wirahadikusumah, Muhammad. 1985. Biokimia. Penerbit ITB: Bandung.

Titrasi Formal Asam Amino Page 17

Page 18: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

LAMPIRAN

I. PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Buatlah kurva titrasi antara volum alkali (ordinat) terhadap waktu (absis)!

Jawab:

0 15 30 60 90 1200

2

4

6

8

10

12

6.8 7

88.8

9.8

waktu

volume NaOH

2. Buat kurva antara mg nitrogen asam amino (ordinat) terhadap waktu (absis)!

Jawab:

Titrasi Formal Asam Amino Page 18

Page 19: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

0 15 30 60 90 1200

5

10

15

20

25

9.588710.2223

10.8559

12.1231

13.3903

14.65767

x

y

3. Mengapa harus ditambahkan alkali pada formalin sampai merah muda dan

Phenolphtalein?

Jawab:

Karena dengan ditambahkan alkali pada formalin maka akan terbentuk

dimethiol dan dengan terbentuknya dimethiol ini berarti gugus anionnya sudah

terikat, sehingga tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa

(NaOH) dan titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat. Penambahan

phenolphtalein berguna untuk melihat titik akhir titrasi tersebut, yaitu dapat

terlihatnya jika terjadi perubahan warna.

4. Apa tujuan melakukan titrasi formal ini ?

Jawab:

Tujuan melakukan titrasi formal ini adalah untuk mempelajari aktivitas enzim

dan apa saja yang dapat mempengaruhi aktivitas dari enzim tersebut.

II. GAMBAR ALAT

1. pipet tetes

Titrasi Formal Asam Amino Page 19

Page 20: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

2. gelas ukur

3. beker gelas

5. Corong

6. Buret

7. Statif dan klem

Titrasi Formal Asam Amino Page 20

Page 21: Laporan Tetap Praktikum Biokimia II Prak Ke 4

Gina Adriani (06101410021)

8. Erlenmeyer

Titrasi Formal Asam Amino Page 21