biokimia

Upload: daniel-benny-santoso

Post on 06-Mar-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biokimia darah

TRANSCRIPT

4

BAB I PENDAHULUAN

Pada kehidupan sehari hari, di lingkungan kita terdapat bermacam-macam agen infeksi, seperti virus, jamur, dan parasit dengan ukuran, bentuk dan sifat yang berbeda-beda. Banyak dari agen ini yang dapat menyebabkan kerusakan patologis dan akhirnya membunuh hospes jika penyebarannya tidak dihambat. Pada individu normal, sebagian besar infeksi berlangsung dalam waktu terbatas dan menyebabkan sedikit sekali kerusakan permanen karena sistem imun melawan agen infeksi dan mengendalikan atau melenyapkannya sebelum mendapatkan tempat berpijak.Akhir-akhir ini kita juga mendengar bahwa penyakit infeksi semakin tinggi angka kejadiannya. Baik itu yang disebabkan oleh mikroorganisme asing maupun terjadi gangguan pada system imun hospes sendiri. Selain penyakit, kasus-kasus alergi juga semakin banyak, entah itu karena bahan kimia, makanan, ataupun hal yang lain. Namun, tubuh sendiri sudah dilengkapi oleh sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja sebagai perlindungan untuk mencegah mikroorganisme masuk dan menyebar di seluruh tubuh. Semua kejadian ini berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yaitu sistem imun. Perlu diketahui bahwa fungsi primer sistem imun adalah melenyapkan agen infeksi dan meminimalkan kerusakan yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM IMUNSistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah suatu organ komplek yang memproduksi sel-sel yang khusus yang dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel darah merah (erithrocyte), tetapi bekerja sama dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh (sebagai antigen). Semua sel imun mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan bersirkulasi dalam sistem imun dan diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sedangkan kelenjar limfe adalah kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe yang merupakan titik pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari benda asing yang masuk kedalam tubuh. Limpa adalah organ yang penting tempat dimana sel imun berkonfrontasi dengan mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ limpoid yang terletak diseluruh bagian tubuh seperti: sumsum tulang, thimus, tonsil, adenoid dan apendix adalah juga merupakan jaringan limpoid.Beberapa macam sel imun yang bersirkulasi dalam sistem imun diproduksi didalam sumsum tulang. Sumsum tulang adalah merupakan jaringan lemak yang mengisi rongga tulang dimana sumsum tulang tersebut terdiri dari dua tipe yaitu sumsum kuning dan merah. Sumsum yang berwarna kuning mengisi rongga yang besar dari tulang yang besar dan terdiri dari sebagian besar sel lemak dan beberapa sel darah yang muda. Sumsum yang berwarna merah adalah jaringan haematopoietik tempat dimana sel darah merah dan leukosit granula diproduksi.

Ada dua jenis limfosit yang penting yaitu sel B yang tumbuh dan matang dalam sumsum tulang dan sel T yang diproduksi dalam sumsum tulang dan matang dalam kelenjar thimus. Sel B memproduksi antibodi yang bersirkulasi dalam saluran darah dan limfe dan antibodi tersebut akan menempel pada antigen asing yang memberi tanda (mengkodenya) supaya dapat dihancurkan oleh sel imun. Sel B adalah bagian dari jenis sel yang disebut antibody-mediated atau imunitas humoral, disebut demikian karena antibodi tersebut bersirkulasi dalam darah dan limfe.Sel T yang dimatangkan dalam thimus juga bersirkulasi dalam darah dan limfe dan juga untuk menandai antigen asing, tetapi sel ini juga dapat langsung menghancurkan antigen asing tersebut. Sel T bertanggung jawab atas Cell mediated immunity atau imunitas seluler. Sel T merancang, mengatur dan mengkoordinasi respon imun secara keseleruhan. Sel T bergantung pada molekul permukaan yang unik yang disebut major histocompatibility complex (MHC) yang membantu untuk mengenaili fragmen antigen.

AntibodiAntibodi yang diproduksi oleh sel B adalah penanda dasar pada daerah khusus yang spesifik untuk antigen target. Dengan melalui proses kimia atau sel tertentu, sel imun memilih sasaran antigen yang dapat dihancurkannya. Dalam hal ini antibodi yang berbeda memilih antigen yang sesuai dengannya untuk dihancurkannya. Bilamana antibodi berikatan dengan antigen, maka akan mengaktifkan aliran 9 protein yang disebut complement yang biasanya bersirkulasi secara non-aktif didalam darah. Komplemen tersebut merupakan partner dari antibodi, dimana sekali mereka bereaksi dengan antigen, langsung menolong untuk menghancurkan antigen asing tersebut dan mengeluarkan dari tubuh, disamping itu tipe lain dari antibodi juga dapat mencegah masuknya virus kedalam sel.Sel TSel T mempunyai dua peranaan penting dalam sistem kekebalan. Regulator sel T adalah sel yang merancang respon sistem kerja sama diantara beberapa beberapa tipe sel imun. Helper sel T yang disebut juga CD4 positif T cells (CD4+ T cells) mempeeringatkan sel B untuk mulai membentuk antibodi. CD4+ sel T juga dapat mengaktifkan sel T dan sistem imun yang disebut sel makrofag yang mempengaruhi sel B untuk menentukan antibodi yang diproduksi. Sel T tertentu yang disebut CD8 positif T cells (CD8+ T cells), dapat menjadi sel pembunuh sel asing dengan menyerang dan menghancurkan sel yang menginfeksi tersebut. Pembunuh sel T (T cells killer) juga disebut cytotoxic T cells atau CTLs (Cytotoxic lymphocytes).

Aktivasi helper T selAntigen asing yang masuk dalam tubuh dipagosit oleh sel makrofag, kemudian diproses dan terbentuk fragmen antigen yang akan berkombinasi dengan protein klas IIMHC pada permukaan sel makrofag. Antigen-protein kombinasi tersebut mempengaruhi helper sel T untuk menjadi aktif. Reseptor yang bersikulasi dalam darah akan mempengaruhi sitotoksik sel T mengaktifkan sitotoksik sel T sehingga sitotoksik sel T menyerang sel yang terinfeksi tersebut dan menghancurkannya.Sel B digunakan sebagai salah satu reseptor untuk mengikat antigen dengan jalan memfagositosis dan memprosesnya. Kemudian sel B meperlihatkan fragmen antigen tersebut yang terikat oleh protein klas II MHC pada permukaannya. Bentuk ikatan tersebut kemudian mengikat sel T helper yang aktif. Proses pengikatan tersebut menstimuli terjadinya transformasi dari sel B menjadi sel plasma yang akan mengekskresi antibodi.

AntibodiSetelah antigen masuk dalam tubuh, maka helper sel T memberi peringatan pada sel B untuk bertransformasi menjadi plasma sel yang akan mensintesis molekul antibodi atau imunoglobulin yang dapat bereaksi terhadap antigen. Imunoglobulin adalah kelompok molekul yang erat hubungannya dengan glikoprotein yang terdiri dari 82-96% protein dan 4-18% karbohidrat. Pada dasarnya molekul imunoglobulin mempunyai bentuk ikatan 4 rantai yang terdiri dari dua rantai kembar yang kuat (H=heavy) dan dua rantai kembar yang lemah (L=light), dimana kedua bentuk rantai tersebut dihubungkan dengan molekul disulfida (S2). Didalam rantai ikatan disulfida tersebut bertanggung jawab terhadap formasi dua jalur ganda yang menguatkan antibodi yang juga merupakan ciri khas dari molekul antibodi tersebut. Pada ujung terminal amina dan rantai H dan L terciri dengan sifat yang berubah-ubah (variasi) dari komposisi asam aminonya, sehingga disebut VH (variasi heavy) dan VL (variasi light). Bagian yang tetap atau konstant dari rantai L disebut sebagai CL, sedangkan dari rantai H disebut CH, sedangkan CH sendiri dibagi menjadi sub unit: CH1, CH2, dan CH3. Fungsi dan daerah yang bervariasi tersebut (V) adalah terlihat dan berperan dalam pengikatan antigen. Sedangkan pada daerah C adalah berperan untuk menguatkan ikatan dalam molekul dan daerah C ini terlibat dalam proses sistem biologik sehingga disebut fungsi efektor seperti: complement binding (ikatan komplemen, pasase plasenta dan berikatan dengan membran sel).Imunoglobulin dan imunitas humoralKomponen glikoprotein dari imunoglobulin G (IgG), adalah molekul efektor yang terbesar dalam respon sistem imun humoral pada orang, jumlahnya sekitar 75% dari total imunoglobulin dalam plasma darah orang yang sehat. Sedangkan empat imunoglobulin lainnya yaitu IgM, IgA, IgD dan IgE hanya mengandung sekitar 25% glikoprotein (Spiegelbert, 1974). Antibodi dari IgG menunjukkan aktifitas yang dominan selama terjadi respon antibodi sekunder. Hal tersebut menunjukkan bahwa IgG adalah merupakan respon antibodi yang telah matang yang merupakan kontak antibodi yang kedua dengan antigen.Antibodi yang diproduksi pertama kali oleh sel B adalah IgM, sekali diproduksi konsentrasi IgM meningkat dengan cepat dalam serum darah. Beberapa jam setelah IgM diproduksi, sel B mulai memproduksi IgG, yang kemudian konsentrasi IgG meningkat cepat melebihi konsentrasi IgM. Antibodi IgG ini lebih kuat untuk melawan kuman patogen karena ukurannya yang kecil, sehingga ia dapat berpenetrasi kedalam jaringan pada tempat yang penting. Sedangkan aktifitas IgM terbatas pada saluran darah, tetapi IgM merupakan respon antibodi pertama (antibodi primer) dalam mempertahankan tubuh terhadap antigen sampai cukup terbentuknya IgG (antibodi sekunder).Kedua bentuk antibodi tersebut secara terus menerus diproduksi selama ada antigen dalam tubuh. Antibodi yang diproduksi oleh sel B tersebut akan melekat pada antigen dan dikeluarkan dari tubuh, dimana antibodi lainnya yang tidak digunakan di katabolisme dan hancur sendiri. Setiap antibodi mempunyai kemampuan hidup yang berbeda yaitu: Waktu paroh biologi (biological half life) dari antibodi: IgG1, IgG2 dan IgG4 adalah 20 hari, IgM selama 10 hari, IgA 6 hari dan IgD, IgE selama 2 hari.

2.2 MACAM LEUKOSIT1. Leukosit Mononuklear (agranulosit (tidak bergranula))a. Monosit

Monosit adalah jenis sel darah putih dan merupakan bagian dari sistem respon imun. Fungsi monosit adalah melaksanakan proses fagositosis. Selama proses ini, molekul besar ditemukan dalam darah yang tertelan dan kemudian dipecah. Dua tujuan utama fagositosis adalah untuk melindungi organisme dari serangan patogen berbahaya, dan untuk menghilangkan sel mati, sekarat atau rusak dari darah. Nilai normal monosit dalam apusan darah tepi adalah 2-8%.b. Limphosit

Limphosit ini hampir menyerupai monosit, hanya ukuran lebar sitoplasma limphosit lebih kecil dibandingkan dengan monosit. Selain itu limphositberinti satu dan berfungsi untuk kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang. Nilai normal limphosit dalam apusan darah tepi adalah 20-40%.

2. Leukosit polymorphonuclear (Granulosit (mempunyai granula))a. BasofilBasofil bersifat fagosit danmempunyai granula kasar yang menutupi inti dan sitoplasmanya, yang cenderung berwarna biru. Warna biru ini disebabkan karena sel basofil menyerap pewarna basa. Keberadaan basofil yang meningkat dalam peredaran darah menunjukkan bahwa adnya reaksi alergi. Nilai normal basofil dalam apusan darah tepi adalah 0-1%.b. Eosinofil

Bersifat fagosit dan cenderung berwarna merah. Sel eosinofil hanya sedikit dijumpai pada sel darah putih. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Mempunyai sepasang inti yang berbentuk ginjal atau kacang merah. Peningkatan leukosit dalam darah menunjukkan adanya reaksi alergi seperti asma, dan demam. Dapat pula sebagai indikasi infeksi parasit dalam tubuh. Nilai normal eosinofil dalam apusan darah tepi adalah 1-2%.

c. Neutrofil Segmen

Neutrofil segmen mempunyai inti yang berlobus, jumlah lobusnya mulai dari 3-5 lobus. jika lobus kurang atau melebihi jumlah normal maka diindikasikan adanya kelainan. Neutrofil segmen berperan dalampertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses peradangan, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Nilai normal neutrofil segmen dalam apusan darah tepi adalah 50-70%.d. Neutrofil Stab (Batang)

Neutrofil stab mempunyai inti yang melengkung seperti tapal kuda. Peningkatan neutrofil stab berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah. Nilai normal neutrofil stab dalam apusan darah tepi adalah 2-6%.

2.3 RADIKAL BEBASRadikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Akibat pemecahan homolitik, suatu molekul akan terpecah menjadi radikal bebas yang mempunyai elektron tak berpasangan. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber Endogen (dari dalam tubuh) dan Eksogen (dari lkuar tubuh). Eksogen yang berasal dari luar tubuh seperti polusi udara, radiasi UV, sinar-X, pestisida dan asap roko. Radikal bebas Endogen adalah radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh sendiri seperti Autoksidasi, Oksidasi enzimatik dan Respiratory burst.Sumber-sumber radikal bebas semakin sering dijumpai di masyarakat sekarang ini seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya semakin banyaknya kendaraan baru yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat yang nantinya semakin memperbanyak polusi udara akibat penggunaannya, dimana polusi udara merupakan salah satu sumber radikal bebas. Selain itu, gaya hidup yang semakin berkembang juga dapat berpengaruh terutama di daerah perkotaan. Banyak masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji, banyak mengandung lemak serta zat-zat kimia berbahaya dan penggunaan rokok, dimana bahan-bahan tersebut merupakan sumber radikal bebas juga. Dengan demikian, semakin meningkatnya sumber radikal bebas yang terpapar pada masyarakat, maka resiko untuk menderita penyakit-penyakit.Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :1. Sumber endogenSumber yang berasal dari proses metabolik yang normal dalam tubuh manusia, lebih dari 90% oksigen diproduksi dari proses metabolik tubuh yaitu melalui, proses oksidasi makanan dalam menghasilkan tenaga di mitokondria yang dikenal sebagai electron transport chain dan akan memproduksikan radikal bebas superoxide anion (O2 -), sel darah putih seperti neutrofil secara khusus memproduksi radikal bebas yang digunakan dalam pertahanan pejamu untuk menghancurkan patogen yang menyerang, sejumlah obat yang memiliki efek oksidasi pada sel dan menyebabkan produksi radikal bebas, radikal bebas yang terbentuk sebagai perantara dan diperlukan dalam berbagai reaksi enzim, proses oksidasi xanthin (senyawa yang ditemukan di sebagian besar jaringan tubuh dan cairan bertindak sebagai enzim yang terlibat dalam mengkatalis perubahan hypoxanthine kepada xanthine dan seterusnya kepada uric acid yang menghasilkan hydrogen peroxide), reaksi yaang melibatkan besi dan logam lain, olahraga yaitu dengan latihan yang lebih lama dan lebih intensif, oksigen akan lebih banyak dikonsumsi, sementara oksigen adalah mutlak penting untuk produksi energi, tetapi terdapat juga oksigen yang akhirnya akan membentuk radikal bebas. Selain sumber endogen yang disebutkan diatas. Terdapat beberapa sumber edogen radikal bebas lainya yaitu :a. AutoksidasiMerupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi.b. Oksidasi enzimatikBeberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in ischemiareperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor.c. Respiratory burstMerupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri.2. Sumber eksogenPencemaran udara, penipisan lapisan ozon, sumber radiasi, bahan kimia, toksin, asap rokok, mikroorganisme yang patologik, sinar UV yang akan meningkatkan kadar radikal bebas secara mendadak, sebagian obat seperti anastesi dan pestisida serta pelarut yang digunakan untuk industri merupakan sumber eksogen radikal bebas.a. Obat-obatanBeberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak empercepat peroksidasi lemak.b. RadiasiRadioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler.c. Asap rokokOksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil alam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties dihasilkan dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yangmempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas.Superoksid Dismutase (SOD)SOD adalah enzim intraseluler. SOD terdapat dalam tiga bentuk: (1) Cu-Zn SOD yang terdiri dari dua sub unit dan terdapat di dalam sitoplasma (2) Mn-SOD di dalam mitokondria dan (3) Cu-SOD yang terdapat di ekstraseluler. SOD bereaksi dengan radikal bebas sebagai pereduksi superoksid untuk membentuk H2O2. Enzim katalase dan glutathione peroksidase mereduksi H2O2 menjadi H2O. Masing-masing enzim tersebut bekerja dengan sistem umpan balik. Peningkatan superoksid akan menghambat glutathione peroksidase dan katalase. Peningkatan H2O2 akan menurunkan aktifitas CuZn-SOD. Sementara katalase dan glutathione peroksidase dengan mereduksi H2O2 akan menghemat SOD. SOD dengan mereduksi superoksid akan menghemat katalase dan glutathione peroksidase. Melalui sistem umpan balik ini tercapailah keadaan SOD, katalase, glutathione peroksidase, superoksid dan H2O2 dalam keadaan seimbang.SOD mengkatalis reaksi sebagai berikut (setengah reaksi)M(n+1)+-SOD + O2 Mn+-SOD + O2Mn+-SOD + O2 + 2H+ M(n+1)+-SOD + H2O2.Di mana M = Cu (n=1) ; Mn (n=2) ; Fe (n=2) ; Ni (n=2). Tingkat oksidasi dari kation antara n dan n+1.Ada tiga bentuk SOD yang terdapat pada manusia yaitu SOD1, SOD2, dan SOD3. SOD1 berlokasi di sitoplasma, SOD2 di mitokondria, dan SOD3 di ekstraseluler. SOD1 adalah dimer, sedangkan lainnya adalah tetramer. SOD1 dan SOD3 mengandung copper dan seng, sedangkan SOD memgandung mangan pada pusat reaksi. Gen penyandi berturut-turut terletak pada kromosom 21, 6, dan 4 (21q22.1, 6q25.3 dan 4p15.3-p15.1).Diet antioksidan, seperti vitamin A, C, E, bermain peran sebagai pendukung sekunder. Mereka bertindak sebagai pengakap radikal bebas dengan menyumbangkan elektron untuk memberikan keseimbangan kimia. Antioksidan ini menjadi cepat jenuh hanya sekali mereka dapat menyumbangkan elektron. Idealnya, keseimbangan antara produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan harus tetap terjaga terus-menerus.

BAB IIIHASIL PENGAMATAN

3.1PROSEDUR PENGAMATANSampel : Cairan sel hasil isolasi sel inflamatory (praktikum imun)Cara Kerja :1. Teteskan sampel di atas cover glass yang ditaruh di dalam well, inkubasi 15 detik.2. Tambahkan HBSS 600 mikroliter, inkubasi 30 detik.3. Tambahkan antigen 300 mikroliter dan NBT 1000 mikroliter, inkubasi kurang lebih 1 jam atau sampai terbentuk warna ungu pada sampel.4. Fiksasi Metanol.5. Teteskan Safranin 2 3 tetes, biarkan selama 2 detik.6. Cuci dengan aquadest.7. Amati sampel di mikroskop.

3.2HASIL PENGAMATAN

PREPARAT K1 (MONONUKLEAR TANPA ANTIGEN)

PREPARAT K2 (POLIMORFONUKLEAR TANPA ANTIGEN)

PREPARAT M (MONONUKLEAR DENGAN ANTIGEN)

PREPARAT P (POLIMORFONUKLEAR DENGAN ANTIGEN)

BAB IVPEMBAHASAN

Pada preparat pertama yaitu K1 terlihat bahwa sel mononuklear yang masih belum di beri dengan anntigen yang bercirikan warna merah pada setiap selnya. Pada preparat kedua yaitu K2 terlihat bahwa sel polimorfonuklear yang masih belum di beri dengan antigen yang bercirikan warna merah pada setiap selnya pada preparat yang tersedia. Pada preparat selanjutnya yaitu P, dimana disana terlihat sel polimorfonuklear yang telah terkontaminasi oleh antigen sehingga berubah warna dan kompisisi. Pada preparat keempat yaitu M, terlihat bahwa sel mononuklear yang telah diberi dengan antigen yang pada dasarnya berubah warna menjadi lebih ungu dari sebelumnya. Hal itu disebabkan karena antigen terkontaminasi oleh enzim superoxide dismutase yang kemudian berubah menjadi superoxide. Kemudian preparat tersebut apabila diberi dengan cairan giemza akan berubah menjadi warna ungu. Dalam prosesnya antigen tersebut terkontaminasi oleh udara yang kemudian bercampur dengan enzim tersebut dan berubah menjadi superoxide. Antigen tersebut menyebabkan oksigen menjadi oksigen radikal yang akhirnya apabila terkena cairan giemza maka jaringan tersebut berwarna ungu. Dimana SOD adalah enzim intraseluler. SOD terdapat dalam tiga bentuk: (1) Cu-Zn SOD yang terdiri dari dua sub unit dan terdapat di dalam sitoplasma (2) Mn-SOD di dalam mitokondria dan (3) Cu-SOD yang terdapat di ekstraseluler.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan kesimpulan :1. Apabila sel mononuklear dan polimorfonuklear terkontaminasi oleh udara akan berubah menjadi oksigen radikal. Dimana antigen tersebut juga bereaksi dengan enzim sehingga berubah menjadi superoxide. Yang kemudian akan bereaksi dengan cairan giemza yang berubah warnanya menjadi keunguan pada sel tersebut. Antigen tadi akan terkontaminasi oleh udara bebas. 2. Terjadi perbedaan yang signifikan dari preparat yang belum diberi antigen dan yang sudah diberi oleh antigen tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dawn B. Marks, Allan D. Marks dan Collen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.

Price, Wilson. 2005. Pathophysiology Edisi 6. Jakarta: EGC.