bioener suci.docx

7
PENDAHULUAN Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Jika elektron terikat oleh senyawa radikal bebas tersebut ionik, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya. Akan tetapi, jika elektron yang terikat radikal bebas berasal dari senyawa yang berikatan kovalen, akan sangat berbahaya karena ikatan digunakanan secara bersama-sama pada orbital terluarnya. Umumnya, senyawa yang memiliki ikatan kovalen adalah molekul-molekul besar seperti lipid, protein, maupun DNA. Senyawa radikal bebas terbentuk di dalam tubuh, dipicu oleh bermacam-macam faktor. Ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui metabolisme, radikal bebas dapat terbentuk. Pada proses metabolisme ini, sering terjadi kebocoran elektron. Dalam kondisi demikian, mudah sekali terbentuk radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil, dan lain-lain. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa yang sebenarnya bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal bebas, misalnya hidrogen peroksida, ozon dan lain-lain (Winarsi 2007). Lipid peroksida merupakan senyawa yang terbentuk akibat terserangnya rantai asam lemak tak jenuh pada lapisan fosfolipid membran yang

Upload: suci-amelia

Post on 17-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUANPara ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Jika elektron terikat oleh senyawa radikal bebas tersebut ionik, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya. Akan tetapi, jika elektron yang terikat radikal bebas berasal dari senyawa yang berikatan kovalen, akan sangat berbahaya karena ikatan digunakanan secara bersama-sama pada orbital terluarnya. Umumnya, senyawa yang memiliki ikatan kovalen adalah molekul-molekul besar seperti lipid, protein, maupun DNA. Senyawa radikal bebas terbentuk di dalam tubuh, dipicu oleh bermacam-macam faktor. Ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui metabolisme, radikal bebas dapat terbentuk. Pada proses metabolisme ini, sering terjadi kebocoran elektron. Dalam kondisi demikian, mudah sekali terbentuk radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil, dan lain-lain. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa yang sebenarnya bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal bebas, misalnya hidrogen peroksida, ozon dan lain-lain (Winarsi 2007). Lipid peroksida merupakan senyawa yang terbentuk akibat terserangnya rantai asam lemak tak jenuh pada lapisan fosfolipid membran yang menghasilkan malondialdehida (MDA) (Bird dan Drapper 1984).Senyawa antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron (electron donors). Secara biologis, antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehhingga aktivitas senyawa oksidan terhambat. Senyawa oksidan merupakan senyawa penerima elektron (elektron acceptor) , yaitu senyawa yang dapat menarik elektron, misalnya ion ferri (Fe3+). Secara umum, antioksidan dikelompokkan mejadi 2 , yaitu antioksidan enzimatis dan nnon-enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksda dsimutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis dibagi 2 kelompok yaitu antioksidan larut lemak (tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin) dan antioksidan larut air (asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme) (Winarsi 2007).

Metabolisme Vitamin ETokoferol dari makanan diserap oleh usus digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati melalui sistim limfatik dan saluran darah. Di hati, tokoferol disebarkan ke sel-sel jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma darah, tokoferol bergabung dengan lipoprotein, terutama VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan adiposa, otot dan hati. Pada orang yang sehat, jumlah vitamin E cadangan cukup digunakan dalam beberapa bulan. Secara normal, kadar vitamin E dalam plasma darah adalah antara 0,5 1,2 mg/ml.Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini berkaitan kemungkinan dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah teroksidasi. Oleh karena itu kebutuhan vitamin E akan bertambah seiring dengan semakin bertambahnya konsumsi PUFA. Dengan demikian, peningkatan konsumsi PUFA yang tidak diikuti dengan prningkatan asupan vitamin E akan menimbulkan penurunan secara gradual -tokoferol dalam plasma.Di dalam hati, -tokoferol diikat oleh -TPP (-tokoferol transfer protein). Setelah menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, tokoferol dapat teroksidasi menjadi tokoferil (tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal ini dapat direduksi kembali menjadi tokoferol oleh kerja sinergi dari antioksidan yang lain, misalnya vitamin C dan glutation.Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan dalam beberapa organ, antara lain hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein. Vitamin E diekskresikan dari tubuh bersama dengan empedu melalui feses, sebagian lagi melalui urin setelah diubah lebih dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang dapat berkonjugasi dengan glukoronat.Vitamin E sebagai antioksidanRadikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh (Winarsi 2007). Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan pada beberapa bagian tubuh, yaitu pada sel membran atau lebih tepatnya pada lipid sel membran, sirkulasi LDL (Low Density Lipoprotein), paru-paru, hati dan jaringan adrenalin. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan karena vitamin ini mudah untuk teroksidasi. Dengan demikian dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi dengan cara vitamin E dijadikan sebagai pertahanan utama melawan oksigen perusak, lipid peroksida, dan radikal bebas serta menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas (Lamid 1995).Vitamin E akan menghambat oksidasi asam lemak khususnya asam lemak tak jenuh pada membran sel dan vitamin E akan melindungi bagian metabolik yang akan mentransformasi bahan bakar energi dalam bentuk ATP. Vitamin E dalam jaringan lemak tubuh akan menyerang lipid peroksida yang merupakan hasil reaksi antara lipid dan radikal bebas. Lipid peroksida dianggap berbahaya karena dicurigai sebagai penyebab penyakit degeneratif. Radikal bebas akan menyerang pertumbuhan sel, termasuk DNA dan asam lemak tak jenuh. Ketika radikal bebas bereaksi dengan asam lemak tak jenuh, reaksi berantai mendorong terbentuknya radikal bebas dalam jumlah yang banyak. Radikal bebas dapat merusak struktur, fungsi sel membran, asam nukleat dan elektrodense region protein dan dapat mengakibatkan berbagai hal seperti dibawah ini:1. Mematikan sel atau merusak respon ke sel, hormon dan neurotransmiter2. Mutasi sel yang memungkinkan menjadi karsinogenik3. Menginaktifkan protein dan enzim, sehingga terjadi kerusakan pada protein dan apabila terjadi pada lensa mata dapat menimbulkan katarak.Kerusakan akibat serangan radikal bebas diakaitkan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan munculnya penuaan secara dini (prematur arging), kanker, asterosklerosis dan lainnya. Dengan adanya sifat antioksidan dari vitamin E, maka sel dan komponen tubuh yang lain akan dilindungi dari serangan radikal bebas dan vitamin E dapat menghentikan reaksi berantai atau oksidasi. Selain itu, vitamin E dapat mencegah kerusakan DNA yang menyebabkan mutasi, mempertahankan LDL dan melawan oksidasi pada unsur tubuh yang kaya lemak (Lamid 1995). Jika antioksidan lebih banyak atau seimbang dari radikal bebas di dalam tubuh, maka hal ini diharapkan tidak dapat membahayakan tubuh kita dan sebaliknya jika radikal bebas lebih banyak, maka kerusakan-kerusakan yang telah disebutkan dapat terjadi.Sumber Vitamin EVitamin E mudah didapat dari bagian bahan makanan yang berminyak atau sayuran. Vitamin E banyak terdapat pada buah-buahan, susu, mentega, telur, sayur-sayuran, terutama kecambah (Youngson 2005). Kolustrum manusia dan sapi mengandung vitamin E sepuluh kali lebih tinggi daripada susunya. Contoh sayuran yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada, kacang-kacangan, asparagus, pisang, strawberry, biji bunga matahari, buncis, ubi jalar dan sayuran berwarna hijau (Youngson 2005). Minyak kapas, minyak jagung, dan minyak lembaga gandum mengandung vitamin E sekitar 0,01 0,05 persen. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, pastikan yang berusia 14 ke atas mendapatkan asupan 15 miligram atau 22.5 internasional unit (IU) per hari. Tapi, pastikan juga kalau asupan vitamin E Anda tidak lebih dari 1.000 miligram (1.500 IU) per hari. Hal ini untuk mencegah keracunan. Satu unit setara dengan 1 mg alfa-tocopherol asetat atau dapat dianggap setara dengan 1 mg. Selain itu ASI juga banyak mengandung vitamin E untuk memenuhi kebutuhan bayi (Youngson R 2005).Dalam perkembangannya, Vitamin E diproduksi dalam bentuk pil, kapsul, dan lain-lain sebagaimana vitamin-vitamin yang sudah terlebih dahulu ada. Vitamin yang sudah dikemas dalam berbagai bentuk ini banyak dijual bebas di pasaran serta dianggap berguna (Youngson 2005).Tabel dibawah ini menunjukkan makanan yang megandung vitamin E dan banyaknya vitamin E yang terdapat pada bahan makanan tersebut.Tabel 1 Kandungan vitamin E pada bahan makanan (Lamid 1995)

Daftar PustakaWinarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius.Bird RP dan Draper HH. 1984. Comparative Studies on Different Methods of Malonaldehyde Determination .Methods in Enzymology: 105: 299-304. Lamid A. 1995. Vitamin E sebagai antioksidan. Media Litbangkes : 5 (1).Youngson R. 2005. Antioksidan Manfaat Vitamin C dan E Bagi Kesehatan.Jakarta (ID): Gramedia.