b.indonesia
TRANSCRIPT
BAB I
MENGGAMBAR PONDASI
PENDAHULUAN
Pada setiap gambar rencana sebuah bangunan umumnya akan digambarkan:
1. Denah Bangunan
2. Pandangan Depan dan Pandangan Sam-ping.
3. Penampang Memanjang dan Melintang.
Dari gambar Denah Bangunan dan Gambar Penampang Memanjang maupun
Penampang Melintang akan diketahui macam pondasi yang direncanakan, akan tetapi
biasanya belum begitu jelas sehingga diperlukan suatu gambar Penjelas pondasi yang terdiri
dari:
1. Gambar Denah Pondasi
2. Gambar Penampang Pondasi
Gambar-gambar ini dapat dibuat dengan mudah kalau gambar Rencana yang
bersangkutan telah disetujui oleh ahli konstruksi, sebab adakalanya ukuran, bentuk dan
macam pondasinya dirobah oleh ahli konstruksi, karena keadaan tanah yang kurang sesuai
dengan rencana pondasi atau karena sebab lain.
Sebagai contoh dipilih sebuah bangunan rumah tinggal yang gambar Denahnya
digambarkan pada Gambar 1 – 1.
Tentu saja pondasi untuk bangunan ini dapat dibuat dari bermacam-macam konstruksi
tergantung dari berat beban di atasnya, macam tanah dan sebagainya.
Konstruksi pondasi selain berhubungan erat dengan beban yang diterima dan sifat-
sifat tanah, juga tergantung pula dari macam bahan yang akan digunakan.
Macam-macam konstruksi pondasi adalah sebagai berikut :
1. Pondasi Pasangan Batu Merah
- pondasi menerima beban langsung dari tembok teras, emperan, tembok sebelah
luar, tembok sebelah dalam dan lain-lain.
- pondasi pasangan batu merah di atas jalur beton bertulang.
2. Pondasi Pasangan Batu Kali
- pondasi menerima beban langsung dari tembok teras, emperan, tembok sebelah
luar, tembok sebelah dalam dan lain-lain.
- pondasi pasangan batu kali di atas jalur beton bertulang.
3. Pondasi Beton Bertulang
4. Pondasi Beton Tumbuk
5. Pondasi Tidak Langsung atau Pondasi di Atas Tiang.
1. PONDASI PASANGAN BATU MERAH.
Ukuran dan bentuk pondasi tergantung dari keadaan tanah dan beban yang akan
diterima seperti : dinding luar, dinding dalam, teras, tembok halaman dan lain-lain.
Setelah mempelajari keadaan bangunan yang akan dibangun berdasarkan gambar
Rencana, maka kita buatkan gambar Denah rencana Pondasinya.
Gambar 1 – 1 adalah gambar Denah Rencana Rumah Tinggal yang memerlukan
gambar Denah Pondasi pasangan Batu merah. Untuk dapat membuat gambar Denah Rencana
Pondasi pasangan batu merah tersebut, masih perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan
gambar Penampang Penampang Bangunan yang bersangkutan yang terdapat pada gambar
Rencana (gambar Bestek).
Pada gambar Denah Pondasi ini akan digambarkan :
1. Tebal dinding (lebar sloof beton).
2. Lebar pondasi bagian atas.
3. Lebar pondasi bagian bawah.
4. Kolom rangka beton.
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan pada gambar Denah Pondasi tersebut
antara lain :
1. Ukuran antara dinding-dinding di dalam meter seperti yang terdapat pada Gambar 1-1
(lengkapilah ukuran pada Gambar 1-2 ini).
2. Ukuran kolom dalam cm.
3. Ukuran lebar atas/ bawah pondasi dalam cm.
4. Ukuran balok sloof beton dalam cm.
5. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas
diberi tanda dengan nomor angka boleh juga dengan tanda huruf.
6. Skala yang dipakai (umumnya 1:100).
7. Judul dari pondasi untuk bangunan bersangkutan.
Setelah gambar Denah Pondasi pasangan batu merah ini siap, maka dilanjutkan
dengan menggambar gambar Penjelas dari masing-masing potongan dengan skala yang lebih
besar agar keterangan-keterangan yang diperlukan dapat dicantumkan dengan jelas.
Gambar 1-3 sampai dengan Gambar 1-12 merupakan contoh dari masing-masing
Penampang Pondasi pasangan batu merah sesuai dengan potongan-potong yang terdapat pada
gambar 1-2.
Keterangan-keterangan yang dicantumkan pada gambar Penjelas ini antara lain:
a. Ukuran dalamnya pondasi (dengan ukuran duga dalam meter).
b. Ukuran lebar dari bagian pondasi (bagian atas, tengah dan bawah diukur dalam cm).
c. Keterangan-keterangan: lapisan pasir-pasir urug, tanah urug, muka tanah, lantai tegel,
pasangan batu merah dan bagainya berikut tanda-tanda pengasirannya.
d. Nomor penjelas.
e. Skala yang dipakai (umumnya 1 : 20).
2. PONDASI PASANGAN BATU KALI.
Seperti halnya dengan pondasi batu merah, maka untuk bangunan dengan pasangan
batu kali, memerlukan juga gambar Denah Pondasi pasangan batu kali.
Gambar 1-13 menggambarkan Denah Pondasi pasangan batu kali dari suatu rumah
tempat tinggal untuk bangunan dengan Denah yang digambarkan pada Gambar 1-1.
Yang perlu digambarkan pada gambar Denah Pondasi pasangan batu kali ini antara
lain :
1. Tebal dinding (atau lebar (sloof beton).
2. Lebar pondasi bagian atas.
3. Lebar pondasi bagian bawah.
4. Lebar pasangan batu kali kosongan.
5. Kolom beton.
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan antara lain :
1. Ukuran jarak antara dinding di dalam meter seperti yang terdapat pada Gambar 1-1
(lengkapilah ukuran ini pada Gambar 1-13).
2. Ukuran kolom dalam cm.
3. Ukuran lebar atas/ bawah pondasi dalam cm.
4. Ukuran balok sloof beton dalam cm.
5. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas
diberi tanda dengan nomor atau boleh juga dengan tanda huruf.
6. Skala yang dipakai (umumnya 1:100).
7. Judul pondasi untuk bangunan yang bersangkutan.
Dengan selesainya pembuatan gambar Denah Pondasi batu kali maka dibuatlah
gambar Penjelas Penampang untuk masing-masing potongan dengan skala yang lebih besar.
Gambar 1-14 sampai dengan Gambar 1-23 adalah Penampang dari masing-masing potongan
pondasi pasangan batu kali, sesuai dengan potongan yang terdapat pada Gambar 1-13.
Keterangan yang dicantumkan dalam gambar penjelas ini antara lain :
a. Ukuran dalamnya pondasi (dengan ukuran duga dalam meter).
b. Ukuran lebar dari bagian pondasi (bagian atas, tengah dan bawah diukur dalam cm).
c. Keterangan-keterangan: lapisan pasir, pasir urug, tanah urug, muka tanah, lantai tegel,
pasangan batu merah dan sebagainya berikut tanda-tanda pengarsirannya.
d. Nomor penjelas.
e. Skala yang dipakai (umumnya 1 : 20).
3. PONDASI BETON BERTULANG.
Suatu bangunan bila terpaksa harus dibuat di atas tanah yang lunak ataupun pada tanah
yang jelek, maka diperlukan alas pondasi yang lebih lebar. Untuk penghematan bahan pada
pelebaran alas pondasi tersebut, maka digunakan konstruksi beton bertulang. Seperti halnya
gambar-gambar Penjelas tentang Pondasi terdahulu, maka pertama-tama yang digambarkan di
sini adalah gambar Denah Pondasi beton bertulang, yang sesuai untuk Denah Bangunan yang
terdapat pada Gambar 1-1. Untuk menggambar Denah ini perlu mengenal dahulu macam atau
type pondasinya. Di sini akan dibuat 2 (dua) macam bentuk Pondasi Beton bertulang yaitu :
a. Macam I, ialah Tembok dinding bata langsung yang terletak di atas jalur pondasi
Beton bertulang.
b. Macam II, Pondasi Pasangan Batu kali terletak di atas jalur Beton Bertulang.
Gambar Denah Pondasi Beton Bertulang Macam I (Iihatlah Gambar 1 – 24) harus
mencantumkan antara lain:
1. Tebal dinding.
2. Lebar sloof beton.
3. Lebar bagian bawah pondasi.
4. Kolom beton.
Pada gambar Denah Pondasi Beton Bertulang macam II. (Iihatlah gambar Penjelas 1-
28, 1-29) harus dicantumkan hal-hal seperti berikut :
1. Tebal dinding.
2. Lebar pasangan batu kali bagian atas.
3. Lebar pasangan batu kali bagian bawah.
4. Lebar pondasi beton bertulang bagian bawah.
5. Kolom-beton.
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan antara lain :
1. Ukuran jarak antara dinding di dalam meter seperti pada Gambar 1-1.
2. Ukuran kolom dalam Cm.
3. Ukuran lebar atas/bawah pondasi dalam cm.
4. Ukuran balok sloof beton dalam cm.
5. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar Penjelas
diberi tanda dengan nomor atau boleh juga dengan tanda huruf.
6. Skala yang dipakai (umumnya 1:100).
7. Judul dari pondasi untuk bangunan yang bersangkutan.
Setelah selesai pembuatan gambar Denah Pondasi beton bertulang dengan salah satu
macam yang dipilih, maka buatlah gambar Penjelas dari potongan yang terdapat pada gambar
yang bersangkutan dengan skala yang lebih besar.
Gambar 1-26 dan Gambar 1-27 merupakan contoh potongan penampang pondasi
beton bertulang macam I, sedangkan Gambar 1-28 dan Gambar 1-29 merupakan contoh
potongan penampang pondasi beton bertulang macam II.
Dengan adanya gambar potongan penampang pondasi macam II ini, gambarkanlah
gambar Denah Pondasi beton bertulang macam II untuk bangunan yang gambar Denahnya
seperti Gambar 1-1.
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan dalam gambar penjelas ini antara lain:
a. Ukuran dalamnya pondasi (dengan ukuran duga dalam meter).
b. Ukuran lebar pondasi (bagian atas lebar sloof dan bagian bawah),
c. Lebar pasangan batu kali.
d. Keterangan-keterangan : Lapisan pasir, pasir urug, muka tanah, lantai tegel, pasangan
batu kali dan pasangan batu kali dikosongkan berikut tanda-tanda pengarsirannya.
e. Nomor penjelas.
f. Skala yang dipakai (umumnya 1 : 20).
Pada waktu menggambar Pembesian Beton untuk sloof (perlu gambar Penampang
Memanjangnya), maupun untuk pelat sayapnya harus selalu diperhatikan persyaraatan dari
konstruksi beton bertulang yaitu antara lain :
a. Tulang utama.
b. Tulang pembagi.
c. Tulang serong (pada sloof akan terlihat di gambar penampang memanjangnya).
d. Tulang sengkang.
Jumlah dan besar besi yang dipakai untuk pengambaran konstruksi beton bertulang ini
diperoleh dari hasil perhitungan yang dibuat ahli konstruksi beton bertulang.
4. PONDASI BETON TUMBUK
Pada keadaan khusus, karena sukarnya diperoleh bahan untuk pasangan pondasi, dapat
juga dilaksanakan pondasi beton tumbuk. Bentuk dari pondasi, dapat juga dilaksanakan
pondasi beton tumbuk. Bentuk dari pondasi beton tumbuk ini dapat dibuat 2 ( dua ) macam :
1. Bentuk penampang Melintang mirip dengan pondasi pasangan batu kali, jika pada
umumnya berbentuk trapesium
2. Bentuk penampang Melintang mirip dengan pondasi batu merah, sehingga mempunyai
bentuk bersusun seperti tangga
Dengan demikian maka gambar dari Denah Pondasi Beton Tumbuk yang
bersangkutan juga akan berlainan. Tentu saja bentuk macam 1 akan mirip dengan gambar
Denah pondasi pasangan batu kali, sedangkan bentuk dari macam 2 akan mirip dengan
gambar Denah Pondasi pasangan batu bata.
Di sini tidak digambarkan kedua macam denah tersebut, tetapi setelah para siswa
memahami gambar Denah Pondasi pasangan batu kali dan Denah Pondasi pasangan batu bata
merah ( Gambar 1-2 dan 1-13) diharapkan dapat membuat gambar Denah Pondasi beton
tumbuk dari kedua macam tersebut untuk bangunan rumah tinggal yang sesuai dengan
Gambar 1-1
Yang perlu digambarkan pada gambar Denah Pondasi beton tumbuk ini ialah :
1. Tebal dinding atau lebar sloof beton
2. Lebar pondasi bagian atas
3. Lebar pondasi bagian bawah
4. Kolom rangka beton
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan pada gambar denah pondasi beton
tumbuk tersebut antara lain :
1. Ukuran jarak antara dinding-dinding di dalam meter seperti yang terdapat pada
Gambar 1-1
2. Ukuran kolom dalam cm
3. Ukuran lebar atas/bawah pondasi dalam cm
4. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas
diberi tanda dengan nomor atau boleh juge dengan tanda huruf
5. Skala yang dipakai ( umumnya 1:100 )
6. Judul dari Pondasi untuk bangunan yang bersangkutan
Pada Gambar 1-30 dan Gambar 1-31 merupakan contoh gambar penjelas pondasi
beton tumbuk macam 1. sedangkan pada Gambar 1-32 dan Gambar 1-33 adalah contoh
gambar penjelas pondasi beton tumbuk macam 2.
Dengan berpedoman Gambar 1-30 sampai dengan Gambar 1-33 maka buatlah gambar
penjelas dari potongan-potongan yang terdapat pada gambar denah yang telah dibuat seperti
petunjuk tersebut diatas.
5. PONDASI TIDAK LANGSUNG
Bila tanah keras letaknya terlalu dalam, misalnya di daerah rawa sehingga tidak mungkin
dibuat pasangan batu merah, pasangan batu kali maupun pelat beton bertulang, maka
digunakan pondasi tidak langsung atau pondasi tiang. Pondasi-pondasi tersebut ( tiang-tiang )
dipasang dengan cara dipancang ( dibenamkan )
Pondasi tidak langsung yang digunakan ini pada garis besarnya ada 2 macam :
1. Untuk rumah tempat tinggal biasa dibuat tiang-tiang pancang dari kayu, kemudian
bagian atasnya ditutup dengan geladak dari kayu yang selanjutnya diatas geladak ini
dibuat pondasi langsung. Umumnya pondasi langsung yang digunakan adalah pondasi
pasangan batu kali atau pondasi batu merah.
Gambar denah pondasi tidak langsung ini akan sama dengan pondasi langsung yang
terletak diatasnya, hanya masih perlu dilengkapi dengan tempat titik-titik pancang.
Gambarlah Denah untuk pondasi tidak langsung ini apabila yang digunakan untuk
pondasi di atasnya dibuat dari pasangan batu kali untuk bangunan yang mempunyai
denah seperti gambar no 1-1
2. Untuk bangunan bertingkat tiggi, tiang pancangnya dibuat dari beton bertulang tiang
pancang ini panjangnya harus mencapai tanah keras, sedangkan jumlah tiang yang
harus dipancang sangat tergantung dari tinggi/berat bangunan yang berada di atasnya.
Jumlah besi dan besarnya besi yang digunakan akan diberikan oleh seorang ahli
konstruksi. Demikian pula ukuran sengkang spiralnya maupun ukuran besar tiang
pancang tersebut.
Tiang pancang ini dipancang berkelompok dibawah kolom-kolom pemikul dari kerangka
bangunan yang terletak di atasnya.
Kepala dari kelompok tiang pancang ini diikat menjadi satu dengan blok beton bertulang yang
dinamai pur. Kemudian antara pur yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh balok-balok
sloof yang dibuat dari beton bertulang pula. Pada Gambar 1-34 adalah gambar konstruksi
suatu tiang pancang beton bertulang.
BAB II
MENGGAMBAR PINTU DAN JENDELA
PENDAHULUAN
Pada gambar rencana bangunan rumah tinggal akan selalu digambarkan adanya pintu-
pintu dan jendela. Bentuk pintu dan jendela digambarkan pada Tampak Depan, tampak
Samping maupun pada potongan Memanjang dan Potongan Melintang dari bangunan yang
bersangkutan, yang biasanya digambarkan dalam skala yang kecil ( umumnya skala 1: 100 )
sehingga ukuran maupun konstruksinya tidak dapat digambarkan dengan jelas.
Oleh karena itu diperlukan gambar penjelas untuk pintu-pintu maupun untuk jendela-
jendela yang bersangkutan.
Untuk menggambar pintu ini lebih dahulu harus dipisahkan adanya ibu pintu dan daun
pintunya. Mengingat arah buka pintu ini tetap ( membuka ke luar atau ke dalam ), maka hal
ini perlu digambarkan pada denah dari gambar rencana bangunan yang bersangkutan.
Gambar 2-1 adalah gambar rencana penempatan pintu, jendela dan arah buka dari
pintu-pintu untuk sebuah rumah tempat tinggal.
Arah putar dari pintu ini penting harus digambarkan sebab :
1. Mencegah kesalahan dari pembuat pintu agar tidak terbalik letaknya ( terutama untuk
ibu pintu gendong )
2. Mempermudah bagi tukang batu agar tidak keliru ketika memasang ibu pintu pada
dinding bangunan
Oleh karena di dalam sebuah bangunan rumah tinggal itu mungkin akan dibuat pintu-
pintu yang bermacam-macam bentuk dan ukurannya, demikian pula jendela-jendelanya maka
pada gambar denah pintu dan jendela itu perlu diberi tanda dengan type-type yang dipakai.
Misalnya untuk pintu kaca panil, untuk ini kemudian diberi tanda type A.
Untuk pintu kamar tidur karena bentuk dan ukurannya berbeda diberi tanda type B.
Untuk kamar yang lain andai kata bentuknya sama dengan bentuk untuk pintu kamar tidur
( misalnya pintu papan panil ) tetapi mempunyai ukuran berbeda ( misalnya lebih sempit 5 cm
), maka diberi tanda lain yaitu dengan type C. Demikian selajutnya diteruskan sehingga semua
pintu dan jendela seluruhnya diberi tanda-tanda tertentu sesuai dengan type-type tertentu.
Pemberian tanda type ini sangat penting.
Pada waktu membuat tanda gambar penjelas dari sebuah pintu atau jendela maka
tanda type ini dicantumkan pula untuk mencegah adanya kesalahan yang mungkin terjadi.
1. IBU PINTU ( KOSEN PINTU )
Pintu terdiri dari ibu pintu dan daun pintu. Ibu pintu akan menghubungkan antara
pintu dengan dinding agar kuat dan baik, sedangkan daun pintu itu sendiri merupakan penutup
pintu yang sebenarnya.
Pada Gambar 2-2 menggambarkan bagian-bagian pintu.
Oleh karena pada pembuatan ibu pintu itu dapat bermacam-macam ukuran dan bentuk
penampangnya ( profil ) maka sangat perlu dibuatkan gambar-gambar penjelas.
Gambar 2-3 dan Gambar 2-4 adalah gambar Detail penyambungan tiang ibu pintu
dengan ambang atas. Untuk memperjelas penyambungan ini masih diperlukan adanya gambar
Uraian dalam gambar Proyeksi Miring.
Yang perlu digambarkan pada gambar Detail ini ialah :
1. Gambar Tampak Depan sambungan bagian ibu pintu
2. Gambar Tampak Depan tiang ibu pintu
3. Gambar Tampak Depan ambang atas
4. Gambar Tampak Samping ibu pintu
5. Gambar Tampak Samping ambang pintu
6. Gambar tiang ibu pintu dalam Proyeksi Miring
7. Gambar ambang atas dalam Proyek Miring
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan pada gambar Detail ini antara
Lain :
1. Ukuran dari tiap-tiap bagian ibu pintu dan sambungannya
2. Nama dari bagian-bagian ibu pintu
3. Pemberian arsiran untuk tembok dan kepala kayu
4. Skala gambar yang digunakan
5. Pemberian judul dari gambar yang bersangkutan
6. Memberikan nomor type yang sesuai dengan tanda yang terdapat pada gambar Denah
rencana penempatan pintu dan jendela
Di samping adanya gambar penyambungan tiang ibu pintu dengan ambang atas, masih
diperlukan lagi gambar penjelas untuk hubungan antara ibu pintu dan dinding ini antara lain :
1. Penampang horizontal hubungan tiang ibu pintu dan dinding
2. Alat-alat bantu dan pelengkap yang diperlukan tiang ibu pintu ( klos, lis, papan, papan
pelapis dan sebagainya )
3. Penampang vertikal ( tegak ) dari hubungan ambang atas dan dinding
4. Alat-alat bantu dan pelengkap yang diperlukan ambang atas ( klos, lis dan papan
pelapis dan sebagainya )
Keterangan yang perlu dicantumkan ialah :
1. Ukuran tiap-tiap bagian yang ada pada gambar
2. Arsir untuk pasangan tembok, plesteran dan penampang kayu
3. Skala gambar yang digunakan
4. Judul gambar yang bersangkutan
5. Memberikan nomor type untuk tiap-tiap gambar penjelas
2. DAUN PINTU PANIL, KACA, KELAM DAN LAIN-LAIN
Pada pembuatan pintu panil perlu dipisahkan dahulu adanya rangka daun pintu dengan
panilnya.
Yang perlu digambarkan disini adalah :
1. Penyambungan antara tiang rangka daun pintu dengan ambang atas, ambang tengah
dan ambang bawah
2. Pemberian alur pada tiang rangka daun pintu dan ambang daun pintu untuk
penempatan panil kayu/panil kaca
Gambar 2-6 adalah gambar rencana sebuah pintu panil yang perlu digambarkan disini ialah :
1. Tampak Depan Pintu
2. Potongan horizontal
3. Potongan vertikal
4. Detail potongan yang sesuai dengan tanda tipe
Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan antara lain :
1. Ukuran lebar dan tinggi pintu
2. Ukuran masing-masing bagian pintu
3. Arsiran tembok dan kayu
4. Skala yang dipakai pada gambar pintu
5. Tanda tempat pemotongan dengan tipenya
6. Pada gambar detail di samping apa yang telah tersebut di atas, perlu ditambahkan
arsiran untuk plesteran tembok dan menyebutkan skala gambarnya ( skala gambar
detail lebih besar dari pada skala untuk gambar pintu )
Kalau pada gambar pintu tadi yang digambarkan adalah dinding tembok, ibu pintu dan
daun pintu, maka Gambar 2-7 merupakan sustu gambar detail dari sebuah daun pintu panil.
Perhatikan gambar Detail tersebut, penjelasan dan keterangan yang dianggap kurang
lengkap, sempurnakanlah sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah lampau.
Pada Gambar 2-8a dan b adalah gambar daun pintu panil dengan bentuk yang lain. Pada
gambar ini belum diberi tempat pemotongan penampang dan tanda tipe-tipe maka lengkapilah
dan beri pula tanda ini pada gambar detail yang bersangkutan
Gambar 2-9 adalah gambar dari 3 macam daun pintu kelam. Di samping syarat-syarat
seperti cara penggambaran daun pintu panil, di sini digambarkan pula bermacam-macam cara
penyambungan papan daun pintu kelam tersebut. Daun pintu yang dilapis triplex ( teak
wood ) digambarkan pada Gambar 2-8 perhatikan rangka daun pintunya.
3. IBU JENDELA ( KOSEN JENDELA )
Seperti halnya pintu, maka jendela juga terdiri dari ibu jendela dan daun jendela. Ibu
jendela direncanakan untuk menghubungkan antara jendela dengan dinding tembok tembok
agar kuat dan baik.
Di sini daun jendela itu merupakan penutup jendela yang sebenarnya.
Pada garis besarnya konstruksi ibu jendela ini mirip dengan ibu pintu, tetapi pada ibu
jendela ini terdapat ambang bawah yang umumnya bentuk profilnya tak sama dengan ambang
atas.
Gambar 2-10 adalah gambar ibu jendela yang khusus menunjukan penyambungan
antara tiang ibu jendela dengan ambang bawahnya.
Disini digambarkan pula mengenai :
a. Tampak Depan sambungan jendela bagian bawah
b. Penampang tegak
c. Penampang datar
d. Gambar tiang ibu jendela bagian bawah
e. Gambar ambang bagian bawah
f. Pada Gambar d dan e dalam proyeksi miring
Pada Gambar 2-11 memperlihatkan gambar ibu jendela yang paling sederhana yang
hanya terdiri dari 2 tiang ibu jendela, ambang atas dan ambnag bawah. Uraian penyambungan
antara tiang ibu jendela dan ambang telah diterangkan diatas, demikian pula dengan untuk ibu
jendela yang terdapat pad Gambar 2-13.
Gambar 2-12 adalah gambar sebuah jendela dengan ibu jendela yang mempunyai tiang
di tengah. Yang penting di sini adalah penggambaran sambungan antara tiang tengah ibu
jendela dengan ambang atas dan ambang bawah, di samping sambungan-sambungan yang lain
( perhatikan detail F )
Gambar 2-14 merupakan gambar sebuah jendela dengan ibu jendela yang mempunyai
4 tiang ibu jendela dan ambang ibu jendela. Dibanding dengan konstruksi ibu jendela yang
terdahulu di sini akan ada tambahan konstruksi untuk sambungan antara ambang tengah
dengan tiangn ibu jendela bagian tengah ( lihat Detail E. Gambar 2-4 dan Detail B Gambar 2-
17 )
Kalau dalam Gambar 2-4 hanya terdapat 5 detail saja karena masalah-masalah
konstruksi lainnya telah dijelaskan pada gambar sebelumnya, bukan berarti hal tersebut tidak
perlu diberikan suatu gambar Penjelas selengkap mungkin untuk menghindarkan keragu-
raguan pelaksaan pekerjaan tersebut.
4. JENDELA KACA, JALUSI, PANIL DAN LAIN-LAIN
Tidak berbeda dengan pembuatan daun pintu panil, maka pada pembuatan daun
jendela kaca/panil layu, perlu dipisahkan adanya rangka daun jendela dengan panilny.
Pada Gambar 2-11 adalah sebuah gambar jendela kaca panil. Detail potongan A, B
dan C telah menunjukan bentuk profil rangka daun jendela.
Cobalah melengkapi gambar-gambar tersebut dengan gambar cara penyambungan
antara tiang rangka daun jendela dengna ambang rangka daun jendela ( bagian atas dan bawah
) selengkap mungkin.
Gambar 2-12 adalah sebuah gambar daun jendela kaca dengan ruji ( kisi ) di tengah.
Yang perlu diberikan penjelasan ialah sambungan antara ruji dan rangka daun jendela.
Pembuatan rangka daun jendela untuk jendela jalusi juga mirip dengan jendela panil,
tentunya yang berbeda adalah alur untuk panil diganti dengan tempat-tempat pemasangan
bilah jalusi.
Gsmbsr 2-13 adalah kombinasi suatu gambar daun jendela panil dengan jalusi. Daun
jalusi dibuat miring dengan sudut 45. Perlu diperhatikan bahwa meletakkan masing-masing
bilah jalusi tidak boleh terlalu rapat ( lihat cara yang diperlihatkan pada detail A )
Rencana pembuatan jalusi ini terdapat pula pada Gambar 2-14. ( sebagai pengisi
lubang ventilasi ). Pada gambar detail di sini diperlihatkan suatu varian pemasangan jalusi,
yaitu tidak dipasang miring 45 tetapi dipasang mendatar, ( hanya terdapat pada lubang
ventilasi saja ).
Di samping menggambarkan daun jendela jalusi juga menunjukan adanya jendela kaca
besar, yaitu jendela kaca yang tidak menggunakan daun jendela yang dapat dibuka. Jendela
kaca semacam ini juga disebut jendeal kaca mati. Konstruksi pemasangannya diperlihatkan
pada detail B dan C.
Gambar 2-15 adalah suatu gambar jendela yang berdampingan dengan sebuah pintu
( umum disebut pintu gendong )
Untuk pintu daun jendela dapur sering dibuat dengan kawat kasa, seperti yang
ditampilkan pada gambar tersebut.
Pada gambar pintu gendong ini telah dilengkapi dengan angkur-angkur yang dipasang
pada tiang jendela maupun pada ibu pintu. Perhatikan jumlahnya.
Dengan demikian maka gambar-gambar sebelumnya yang tidak digambarkan angkut-
angkurnya dapat dilengkapi sebagaimana mestinya.
5. JENDELA ATAS ( PENERANGAN ATAS )
Jendela penerangan atas ini sering juga digunakan sebagai lubang ventilasi udara.
Untuk memenuhi keperluan ini, terdapat beberapa macam cara pemecahan : pada Gambar 2-
16 memberikan 2 macam cara yaitu denagn memakai daun jendela kaca panil yang dapat
berputar disekitar poros datar tengah dan yang lain adalah hanya terdiri dari dua lembar kaca
yang dipasang pada ibu jendela penerangan atas dengan diberi kerenggangan secukupnya agar
dapt dilalui oleh udara seperlunya.
Yang perlu digambarkan adalah :
a. Tampak depan
b. Potongan penampang tegak
c. Potongan penampang datar
d. Tanda-tanda pada tempat potongan yang perlu penjelasa
e. Gambar penjelas/Detail
f. Gambar penjelas untuk bagian yang rumit dalam proyek miring
Keterangan-keterangan yang diperlukan pada gambar ini tidak berbeda dengan waktu
membuat gambar untuk pintu dan jendela
Gambar 2-17 adalah sebuah gambar jendela penerangan atas, di atas sebuah pintu.
Jendela ini dapt dibuka dengan cara yang lain, karena poros putarnya ada di bagian bawah
daun jendela penerangan tersebut. Tentu saja masalah menjadi lebih sederhana bila
dibandingkan dengan Gambar 2-16a,sebab yang harus digambarkan tidak banyak berbeda
dengan menggambar daun jendela kaca panil biasa.
Masih ada lagi jendela penerangna atas macam lain yaitu berupa jalusi kaca
Cobalah membuat gambar rencana dengan jalusi kaca sebagai jendela penerangan atas
( ini dapat menggunakan rangka daun jendela ataupun langsung jalusi di pasang pada ibu
jendela penerangan atas )
Untuk pembuatan pintu, jendela dan jendela penerangan dengan konstruksi
baja/aluminium diperlihatkan pada Gambar 2-18. perhatikan gambar Detailnya.
Pada gambar ini juga diperlihatkan gambar jalusi kaca yang dapat dibuka atau ditutup
( Nako ) yang sering dipasang pada ibu jendela atau pada ibu jendela penerangan atas.
6. PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
Agar supaya daun pintu dapat dibuka dan ditutup dengan baik dan mudah, diperlukan
suatu alat bantu untuk keperluan tersebut. Alat bantu ini yang sering disebut alat penggantung
yang cukup banyak macamnya yaitu :
a. Bermacam-macam bentuk engsel untuk pintu/jendela putar
b. Bermacam-macam rol untuk pintu/jendela sorong
Oleh karena pintu dan jendela selain dapat dibuka dan ditutup masih memerlukan alat
bantu lain agar pintu/jendela tersebut dapat dikunci maka telah diciptakan pula bermacam-
macam alat pengunci untuk keperluan tersebut.
Gambar 2-19 memberikan beberapa contoh alat penggantung macam a :
a. engsel Poumel
b. engsel Fits
c. engsel Fits segi empat
d. engsel kupu tekuk
e. engsel Poumel berpegas
f. engsel Poumel pegas bekerja ganda
g. engsel ungkit
h. engsel bohmer
gambar 2-20 memberi beberapa contoh alat penggantung macam b :
a. rol berjalan untuk pintu pagar
b. rol-rol berjalan yang dapat disetel
c. kunci-kunci beroda dengan alas peluru
d. kunci rol peluru
e. peluru-peluru diatas rel-rel
f. rol-rol berjalan untuk pintusosrong melingkari sudut berbelok
Kalau yang digambarkan tadi adalah alat penggantung, maka Gambar 2-21 adalah
merupakan gambar dari bermacam-macam alat pengunci yang sederhana.
Alat-alat pengunci tersebut antara lain :
a. kunci kamar terbenam
b. kunci dalam untuk pintu dalam
c. kunci sodor tepi terbenam
d. Espanyolet tombol engkol
e. kunci sorong
f. kunci sorong pemasang
g. knip loncat untuk jendela atas
Sebetulnya alat pengunci ini banyak sekali, baik macam, bentuk maupun mutunya.
BAB III
MENGGAMBAR RENCANA ATAP
PENDAHULUAN
Setiap bangunan gedung membutuhkan penutup untuk melindungi bagian dalam
bangunan tersebut terhadap hujan dan panas. Penutup bangunan tersebut dinamakan atap.
Atap ini dapat direncanakan dengan berbagai macam bentuk yang sesuai dengan
keadaan dan macam bangunan yang bersangkutan.
Apabila kita melihat sesuatu bangunan, dari bentuk atapnya saja, pada umumnya kita
segera mengetahui bahwa bangunan yang bersangkutan pasti sebuah mesjid atau sebuah
gereja. Karena kedua bangunan tersebut biasanya mempunyai bentuk atap yang tertentu.
Oleh karena bentuk atap ini cukup banyak macamnya maka setelah diperoleh bentuk
yang cocok atau sesuai/serasi, maka bangunan tersebut dilengkapi dengan menggunakan
bentuk atap tersebut.
Agar supaya bentuk atap yang direncanakan tadi sesuai dengan rencana maka perlu
dibuatkan gambar rencana rangkap atap yang sesuai untuk maksud itu. Rangka atap ini terdiri
dari kuda-kuda yang bentuknya sesuai dengan besarnya atap yang direncanakan, yaitu sebuah
kuda-kuda dengan bentang kecil atau bentang besar/lebar.
Kalau bentuk atap yang dikehendaki adalah sebuah atap limas atau atap perisai, rangka
atapnya di samping kuda-kuda masih juga diperlukan jurai-jurai.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah :
1. Menggambar sebuah bangunan harus dilengkapi dengan bentuk atap yang
sesuai dengan gambar rencana
2. Pada gambar Rencana ini digambarkan pula rencana rangka atapnya ( kuda-
kuda kecil atau besar tergantung bentang bangunan )
3. Untuk setiap rencana atap yang perlu gambar-gambar penjelasan, agar dibuat
gambar tersendiri
1. BENTUK-BENTUK ATAP
Pada suatu gambar Denah untuk sebuah rumah tempat tinggal dapat direncanakan
beberapa bentuk atap yang sesuai dan serasi
Keserasian penutup atap merupakan juga keindahan ( estetika ) dan merupakan pula
mahkota bangunan. Mengingat hal-hal tersebut diatas sebelum kita memilih bentuk yang
cocok agar bangunan kita menjadi serasi, maka lebih dahulu kita harus mengenal bentuk-
bentuk atap yang ada
Gambar 3-1a, 3-1c adalah sebuah atap datar. Untuk ini digunakan konstruksi beton
bertulang. Gambar penjelasan untuk atap ini perlu digambar khusus yang menyangkut tebal
pelat atap ( tergantung bentangannya ) pembesian ( sesuai dengan hasil perhitungan ahli
konstruksi ) dan mutu beton yang dikehendaki.
Walaupun bentuk atap ini disebut datar tetapi sebetulnya bagian atasnya masih diberi
kemiringan untuk menyalurkan air hujan kelubang talang.
Menentukan banyaknya arah kemiringan ini didasarkan atas :
a. Tempat-tempat beradanya talang
b. Luasnya bidang atap
Gambar 3-1b sampai dengan Gambar 3-5b adalah menggambarkan bentuk-bentuk atap
yang lainnya.
Berbagai macam bentuk atap itu adalah :
a. atap datar
b. atap pelana
c. atap perisai
d. atap menara
e. atap tenda
f. atap melengkung
g. atap mansard
h. atap patah keluar
i. atap gergaji
j. atap kerucut
k. atap kubah
Pada umumnya untuk keperluan atap ini rangka atapnya dibuat dari konstruksi kayu.
Gambar penjelas dari rangka atap konstruksi kayu ini termasuk gambar rencana atapnya
( letak kuda-kuda, gording, jurai luar dan jurai dalam ), bentuk kuda-kuda dan gambar
penjelas sambungan dari tiap-tiap titik pertemuan kayu pada konstruksi kuda-kuda itu. Tetapi
untuk bentangan yang besar dan untuk tujuan-tujuan khusus sering pula dibuat rangka atap
dari konstruksi baja. Seperti halnya pada atap beton, maka rangka atap dengan rangka
konstruksi baja, menyangkut macam konstruksi yang dpilih ( las, keling atau mur baut ), harus
dihitung lebih dahulu oleh seorang ahli konstruksi. Hasil perhitungan akan menghasilkan :
besarnya profil baja untuk tiap-tiap batang rangka atap, banyak paku keling ( mur baut ) yang
dipakai atau panjang dan tebalnya las yang diperlukan oleh tiap-tiap sambungan.
2. KUDA –KUDA BENTANG KECIL
Penutup atap dipikul oleh beberapa rangka yang rangkainnya berbentuk segi-tiga
dengan kedua ujungnya menumpang diatas 2 tembok. Bentuk segi-tiga itu dinamakan kuda-
kuda atau spant.
Gambar 3-6 adalah rencana konstruksi rangka atap sebuah bangunan dengan bentuk
atap pelana, dengan beberapa macam ukuran bentang kuda-kuda.
Kuda-kuda dengan bentang sampai 8 meter disebut kuda-kuda bentang kecil. Pada
gambar penjelas ( lihat Gambar 3-7 ) digambarkan tampak depan, tampak samping dan
gambar detailnya.
Yang perlu ditampilkan pada gambar detail ini antara lain :
1. Konstruksi penyambungan kayu pada pertemuannya di titik simpul
2. Ukuran kayu yang dipakai
3. Alat-alat penguatnya ( mur, baut dan beugel dan sebagainya )
4. Nomor Detail
5. Skala-skala yang digunakan
6. Kalau dianggap perlu dapat pula digambarkan gambar sambungan kayu dalam
proyeksi miring
Gambar 3-8 adalah menggambarkan kuda-kuda bentang kecil dengan bentuk macam ke 2.
Di sini hal-hal yang perlu ditampilkan, juga sama dengan yang telah disebutkan di atas.
Kalau pada gambar-gambar ini kuda-kuda dipikul oleh tiang kayu maka pada gambar
3-9 menggambarkan kuda-kuda bentang kecil yang dipikul oleh dinding tembok dengan
bentangan 4 meter. Sedang gambar 3-10 dan Gambar 3-12, adalah gambar kuda-kuda bentang
kecil dengan bentuk lain yang disebabkan karena bentangannya masing-masing 5 meter
sampai 8 meter.
Persyaratan yang harus ditampilkan, juga masih sama dengan yang diterangkan di
atas, hanya saja jumlah detail yang harus digambarkan tentu akan lebih banyak, disebabkan
titik simpulanya mempunyai jumlah dan bentuk yang lain juga.
Pembuatan gambar-gambar Detail ini skalanya dibuat lebih besar dari pad gambar
Tampak Depannya, agar segala sesuatu dapat terlihat dengan jelas.
3. KUDA – KUDA BENTANG BESAR.
Apabila bentang antara dinding bangunan yang di atasnya akan memikul kuda-kuda
berjarak 8 meter atau lebih maka harus dibuat suatu kuda-kuda bentang besar. Ukuran kayu
yang digunakan umumnya lebih besar dan konstruksinyapun akan lain.
Seperti halnya pada pembuatan gambar Penjelas untuk kuda-kuda bentang kecil maka
untuk kuda-kuda bentang besar inipun harus dibuat gambar Rencana Atapnya (dilihat dari
atas), kemudian digambarkan Tampak Depan maupun Tampak Samping.
Di tiap titik-titik simpul pada Tampak Depan diberi tanda dengan nomor atau dengan
huruf yaitu tanda bagian-bagian yang akan dibuatkan gambar Detail.
Yang perlu digambarkan pada gambar Detail ini antara lain :
1. Konstruksi penyambungan kayu pada pertemuannya di titik simpul.
2. Ukuran kayu yang dipakai.
3. Alat penguat yang digunakan.
4. Nomor detail.
5. Skala yang digunakan.
Gambar 3-13 adalah gambar kuda-kuda bentang besar macam 1 dan Gambar 3-14
adalah kuda-kuda bentang besar macam 2. Cobalah perhatikan perbedaan dari kedua macam
bentuk konstruksi kuda-kuda itu. Masing-masing tentu mempunyai tujuan tertentu yang
menguntungkan. Di sini gambar Penjelas yang ditampilkan hanya pada sambungan-
sambungan tertentu saja.
Suatu gambar Penjelas yang lengkap seharusnya menggambarkan semua sambungan
yang ada. Hal ini sangat penting untuk menghindarkan perbedaan pengertian dan penafsiran
antara Perencana (serta Pengawas) dengan pihak Pelaksana (dari Pemborong). Pada umumnya
pihak Perencana menginginkan suatu konstruksi yang baik dan kuat, sedang pihak Pelaksana
menghendaki suatu konstruksi yang pembuatannya mudah dan cepat.
Sewaktu merencanakan rangka kuda-kuda perlu memperhatikan letak titik berat
gording agar dapat segaris vertical dengan simpul di bawahnya ( lihat pula detail Gambar 3-
10).
Pada Gambar 3-10 ini kuda-kuda bentang besar yang direncanakan menggunakan
konstruksi kayu sedang pada hal-hal tertentu kuda-kuda bentang besar ini dapat dibuat dari
konstruksi baja.
4. JURAI – JURAI.
Suatu bangunan yang direncanakan mempunyai atap dengan bentuk limas atau perisai,
selain menggunakan kuda-kuda sebagai rangka atap juga memerlukan beberapa jurai. Juga
pada bangunan yang bentuk denahnya menyerupai huruf L akan mempunyai jurai-jurai.
Bahkan di sini akan dijumpai 2 macam jurai yaitu :
1. Jurai luar (jurai bubungan).
2. Jurai dalam (jurai talang).
Gambar 3-15 menunjukkan sebuah gambar rencana atap berbentuk perisai di atas
Denah bangunan dengan huruf L, sehingga di situ telah tergambar dengan jelas letak jurai luar
dan jurai dalam.
Pada gambar rencana atap ini digambarkan antara lain :
a. kuda-kuda (KD) dan setengah kuda-kuda ( ½ KD).
b. Jurai luar dengan pendukungnya.
c. Jurai dalam.
d. Balok tembok.
e. Balok bubungan.
f. Gording.
g. Sebagian usuk (kasau).
h. Lisplank (papan tepi).
Di samping itu tentu saja perlu ditulis ukuran jarak antara kuda-kuda dan jarak antara
usuk. Jangan lupa selalu menuliskan skala yang dipakai untuk gambar yang bersangkutan dan
keterangan nama bagian kuda-kuda tersebut.
Pada perencanaan rangka kuda-kuda, kalau ingin mengetahui bentuk sesungguhnya
dari sebuah jurai caranya diperlihatkan seperti yang tampak pada Gambar 3-16.
Mula-mula digambarkan Tampak Atas dari bagian rangka atap dengan jurainya.
Selanjutnya digambar Tampak Muka (Tampak Depan) dari kuda-kuda yang berhubungan
dengan jurai itu.
Dengan memproyeksikan jurai Tampak Atas ke arah Tampak Depan kuda-kuda akan
diperoleh panjang jurai sebenarnya. Hasil proyeksi inilah digambarkan Tampak Depan dari
jurai itu yang kemudian dilengkapi dengan konstruksi yang diperlukan.
Selanjutnya tinggal membuat gambar Penjelas detail konstruksi yang bersangkutan.
Cobalah gambar sebuah jurai dalam, dengan cara yang sama seperti penggambaran
jurai luar tersebut.