b.indonesia

43
BAB I MENGGAMBAR PONDASI PENDAHULUAN Pada setiap gambar rencana sebuah bangunan umumnya akan digambarkan: 1. Denah Bangunan 2. Pandangan Depan dan Pandangan Sam-ping. 3. Penampang Memanjang dan Melintang. Dari gambar Denah Bangunan dan Gambar Penampang Memanjang maupun Penampang Melintang akan diketahui macam pondasi yang direncanakan, akan tetapi biasanya belum begitu jelas sehingga diperlukan suatu gambar Penjelas pondasi yang terdiri dari: 1. Gambar Denah Pondasi 2. Gambar Penampang Pondasi Gambar-gambar ini dapat dibuat dengan mudah kalau gambar Rencana yang bersangkutan telah disetujui oleh ahli konstruksi, sebab adakalanya ukuran, bentuk dan macam pondasinya dirobah oleh ahli konstruksi, karena keadaan tanah yang kurang sesuai dengan rencana pondasi atau karena sebab lain. Sebagai contoh dipilih sebuah bangunan rumah tinggal yang gambar Denahnya digambarkan pada Gambar 1 – 1. Tentu saja pondasi untuk bangunan ini dapat dibuat dari bermacam-macam konstruksi tergantung dari berat beban di atasnya, macam tanah dan sebagainya. Konstruksi pondasi selain berhubungan erat dengan beban yang diterima dan sifat-sifat tanah, juga tergantung pula dari macam bahan yang akan digunakan.

Upload: adib-kurniawan

Post on 12-Dec-2014

54 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: b.indonesia

BAB I

MENGGAMBAR PONDASI

PENDAHULUAN

Pada setiap gambar rencana sebuah bangunan umumnya akan digambarkan:

1. Denah Bangunan

2. Pandangan Depan dan Pandangan Sam-ping.

3. Penampang Memanjang dan Melintang.

Dari gambar Denah Bangunan dan Gambar Penampang Memanjang maupun

Penampang Melintang akan diketahui macam pondasi yang direncanakan, akan tetapi

biasanya belum begitu jelas sehingga diperlukan suatu gambar Penjelas pondasi yang terdiri

dari:

1. Gambar Denah Pondasi

2. Gambar Penampang Pondasi

Gambar-gambar ini dapat dibuat dengan mudah kalau gambar Rencana yang

bersangkutan telah disetujui oleh ahli konstruksi, sebab adakalanya ukuran, bentuk dan

macam pondasinya dirobah oleh ahli konstruksi, karena keadaan tanah yang kurang sesuai

dengan rencana pondasi atau karena sebab lain.

Sebagai contoh dipilih sebuah bangunan rumah tinggal yang gambar Denahnya

digambarkan pada Gambar 1 – 1.

Tentu saja pondasi untuk bangunan ini dapat dibuat dari bermacam-macam konstruksi

tergantung dari berat beban di atasnya, macam tanah dan sebagainya.

Konstruksi pondasi selain berhubungan erat dengan beban yang diterima dan sifat-

sifat tanah, juga tergantung pula dari macam bahan yang akan digunakan.

Macam-macam konstruksi pondasi adalah sebagai berikut :

1. Pondasi Pasangan Batu Merah

- pondasi menerima beban langsung dari tembok teras, emperan, tembok sebelah

luar, tembok sebelah dalam dan lain-lain.

- pondasi pasangan batu merah di atas jalur beton bertulang.

2. Pondasi Pasangan Batu Kali

- pondasi menerima beban langsung dari tembok teras, emperan, tembok sebelah

luar, tembok sebelah dalam dan lain-lain.

- pondasi pasangan batu kali di atas jalur beton bertulang.

3. Pondasi Beton Bertulang

Page 2: b.indonesia

4. Pondasi Beton Tumbuk

5. Pondasi Tidak Langsung atau Pondasi di Atas Tiang.

Page 3: b.indonesia

1. PONDASI PASANGAN BATU MERAH.

Ukuran dan bentuk pondasi tergantung dari keadaan tanah dan beban yang akan

diterima seperti : dinding luar, dinding dalam, teras, tembok halaman dan lain-lain.

Setelah mempelajari keadaan bangunan yang akan dibangun berdasarkan gambar

Rencana, maka kita buatkan gambar Denah rencana Pondasinya.

Gambar 1 – 1 adalah gambar Denah Rencana Rumah Tinggal yang memerlukan

gambar Denah Pondasi pasangan Batu merah. Untuk dapat membuat gambar Denah Rencana

Pondasi pasangan batu merah tersebut, masih perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan

gambar Penampang Penampang Bangunan yang bersangkutan yang terdapat pada gambar

Rencana (gambar Bestek).

Pada gambar Denah Pondasi ini akan digambarkan :

1. Tebal dinding (lebar sloof beton).

2. Lebar pondasi bagian atas.

3. Lebar pondasi bagian bawah.

4. Kolom rangka beton.

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan pada gambar Denah Pondasi tersebut

antara lain :

1. Ukuran antara dinding-dinding di dalam meter seperti yang terdapat pada Gambar 1-1

(lengkapilah ukuran pada Gambar 1-2 ini).

2. Ukuran kolom dalam cm.

3. Ukuran lebar atas/ bawah pondasi dalam cm.

4. Ukuran balok sloof beton dalam cm.

5. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas

diberi tanda dengan nomor angka boleh juga dengan tanda huruf.

6. Skala yang dipakai (umumnya 1:100).

7. Judul dari pondasi untuk bangunan bersangkutan.

Setelah gambar Denah Pondasi pasangan batu merah ini siap, maka dilanjutkan

dengan menggambar gambar Penjelas dari masing-masing potongan dengan skala yang lebih

besar agar keterangan-keterangan yang diperlukan dapat dicantumkan dengan jelas.

Gambar 1-3 sampai dengan Gambar 1-12 merupakan contoh dari masing-masing

Penampang Pondasi pasangan batu merah sesuai dengan potongan-potong yang terdapat pada

gambar 1-2.

Keterangan-keterangan yang dicantumkan pada gambar Penjelas ini antara lain:

Page 4: b.indonesia

a. Ukuran dalamnya pondasi (dengan ukuran duga dalam meter).

b. Ukuran lebar dari bagian pondasi (bagian atas, tengah dan bawah diukur dalam cm).

c. Keterangan-keterangan: lapisan pasir-pasir urug, tanah urug, muka tanah, lantai tegel,

pasangan batu merah dan bagainya berikut tanda-tanda pengasirannya.

d. Nomor penjelas.

e. Skala yang dipakai (umumnya 1 : 20).

Page 5: b.indonesia

2. PONDASI PASANGAN BATU KALI.

Seperti halnya dengan pondasi batu merah, maka untuk bangunan dengan pasangan

batu kali, memerlukan juga gambar Denah Pondasi pasangan batu kali.

Gambar 1-13 menggambarkan Denah Pondasi pasangan batu kali dari suatu rumah

tempat tinggal untuk bangunan dengan Denah yang digambarkan pada Gambar 1-1.

Yang perlu digambarkan pada gambar Denah Pondasi pasangan batu kali ini antara

lain :

1. Tebal dinding (atau lebar (sloof beton).

2. Lebar pondasi bagian atas.

3. Lebar pondasi bagian bawah.

4. Lebar pasangan batu kali kosongan.

5. Kolom beton.

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan antara lain :

1. Ukuran jarak antara dinding di dalam meter seperti yang terdapat pada Gambar 1-1

(lengkapilah ukuran ini pada Gambar 1-13).

2. Ukuran kolom dalam cm.

3. Ukuran lebar atas/ bawah pondasi dalam cm.

4. Ukuran balok sloof beton dalam cm.

5. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas

diberi tanda dengan nomor atau boleh juga dengan tanda huruf.

6. Skala yang dipakai (umumnya 1:100).

7. Judul pondasi untuk bangunan yang bersangkutan.

Dengan selesainya pembuatan gambar Denah Pondasi batu kali maka dibuatlah

gambar Penjelas Penampang untuk masing-masing potongan dengan skala yang lebih besar.

Gambar 1-14 sampai dengan Gambar 1-23 adalah Penampang dari masing-masing potongan

pondasi pasangan batu kali, sesuai dengan potongan yang terdapat pada Gambar 1-13.

Keterangan yang dicantumkan dalam gambar penjelas ini antara lain :

a. Ukuran dalamnya pondasi (dengan ukuran duga dalam meter).

b. Ukuran lebar dari bagian pondasi (bagian atas, tengah dan bawah diukur dalam cm).

c. Keterangan-keterangan: lapisan pasir, pasir urug, tanah urug, muka tanah, lantai tegel,

pasangan batu merah dan sebagainya berikut tanda-tanda pengarsirannya.

d. Nomor penjelas.

e. Skala yang dipakai (umumnya 1 : 20).

Page 6: b.indonesia

3. PONDASI BETON BERTULANG.

Suatu bangunan bila terpaksa harus dibuat di atas tanah yang lunak ataupun pada tanah

yang jelek, maka diperlukan alas pondasi yang lebih lebar. Untuk penghematan bahan pada

pelebaran alas pondasi tersebut, maka digunakan konstruksi beton bertulang. Seperti halnya

gambar-gambar Penjelas tentang Pondasi terdahulu, maka pertama-tama yang digambarkan di

sini adalah gambar Denah Pondasi beton bertulang, yang sesuai untuk Denah Bangunan yang

terdapat pada Gambar 1-1. Untuk menggambar Denah ini perlu mengenal dahulu macam atau

type pondasinya. Di sini akan dibuat 2 (dua) macam bentuk Pondasi Beton bertulang yaitu :

a. Macam I, ialah Tembok dinding bata langsung yang terletak di atas jalur pondasi

Beton bertulang.

b. Macam II, Pondasi Pasangan Batu kali terletak di atas jalur Beton Bertulang.

Gambar Denah Pondasi Beton Bertulang Macam I (Iihatlah Gambar 1 – 24) harus

mencantumkan antara lain:

1. Tebal dinding.

2. Lebar sloof beton.

3. Lebar bagian bawah pondasi.

4. Kolom beton.

Pada gambar Denah Pondasi Beton Bertulang macam II. (Iihatlah gambar Penjelas 1-

28, 1-29) harus dicantumkan hal-hal seperti berikut :

1. Tebal dinding.

2. Lebar pasangan batu kali bagian atas.

3. Lebar pasangan batu kali bagian bawah.

4. Lebar pondasi beton bertulang bagian bawah.

5. Kolom-beton.

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan antara lain :

1. Ukuran jarak antara dinding di dalam meter seperti pada Gambar 1-1.

2. Ukuran kolom dalam Cm.

3. Ukuran lebar atas/bawah pondasi dalam cm.

4. Ukuran balok sloof beton dalam cm.

5. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar Penjelas

diberi tanda dengan nomor atau boleh juga dengan tanda huruf.

6. Skala yang dipakai (umumnya 1:100).

7. Judul dari pondasi untuk bangunan yang bersangkutan.

Page 7: b.indonesia

Setelah selesai pembuatan gambar Denah Pondasi beton bertulang dengan salah satu

macam yang dipilih, maka buatlah gambar Penjelas dari potongan yang terdapat pada gambar

yang bersangkutan dengan skala yang lebih besar.

Gambar 1-26 dan Gambar 1-27 merupakan contoh potongan penampang pondasi

beton bertulang macam I, sedangkan Gambar 1-28 dan Gambar 1-29 merupakan contoh

potongan penampang pondasi beton bertulang macam II.

Dengan adanya gambar potongan penampang pondasi macam II ini, gambarkanlah

gambar Denah Pondasi beton bertulang macam II untuk bangunan yang gambar Denahnya

seperti Gambar 1-1.

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan dalam gambar penjelas ini antara lain:

a. Ukuran dalamnya pondasi (dengan ukuran duga dalam meter).

b. Ukuran lebar pondasi (bagian atas lebar sloof dan bagian bawah),

c. Lebar pasangan batu kali.

d. Keterangan-keterangan : Lapisan pasir, pasir urug, muka tanah, lantai tegel, pasangan

batu kali dan pasangan batu kali dikosongkan berikut tanda-tanda pengarsirannya.

e. Nomor penjelas.

f. Skala yang dipakai (umumnya 1 : 20).

Pada waktu menggambar Pembesian Beton untuk sloof (perlu gambar Penampang

Memanjangnya), maupun untuk pelat sayapnya harus selalu diperhatikan persyaraatan dari

konstruksi beton bertulang yaitu antara lain :

a. Tulang utama.

b. Tulang pembagi.

c. Tulang serong (pada sloof akan terlihat di gambar penampang memanjangnya).

d. Tulang sengkang.

Jumlah dan besar besi yang dipakai untuk pengambaran konstruksi beton bertulang ini

diperoleh dari hasil perhitungan yang dibuat ahli konstruksi beton bertulang.

Page 8: b.indonesia

4. PONDASI BETON TUMBUK

Pada keadaan khusus, karena sukarnya diperoleh bahan untuk pasangan pondasi, dapat

juga dilaksanakan pondasi beton tumbuk. Bentuk dari pondasi, dapat juga dilaksanakan

pondasi beton tumbuk. Bentuk dari pondasi beton tumbuk ini dapat dibuat 2 ( dua ) macam :

1. Bentuk penampang Melintang mirip dengan pondasi pasangan batu kali, jika pada

umumnya berbentuk trapesium

2. Bentuk penampang Melintang mirip dengan pondasi batu merah, sehingga mempunyai

bentuk bersusun seperti tangga

Dengan demikian maka gambar dari Denah Pondasi Beton Tumbuk yang

bersangkutan juga akan berlainan. Tentu saja bentuk macam 1 akan mirip dengan gambar

Denah pondasi pasangan batu kali, sedangkan bentuk dari macam 2 akan mirip dengan

gambar Denah Pondasi pasangan batu bata.

Di sini tidak digambarkan kedua macam denah tersebut, tetapi setelah para siswa

memahami gambar Denah Pondasi pasangan batu kali dan Denah Pondasi pasangan batu bata

merah ( Gambar 1-2 dan 1-13) diharapkan dapat membuat gambar Denah Pondasi beton

tumbuk dari kedua macam tersebut untuk bangunan rumah tinggal yang sesuai dengan

Gambar 1-1

Yang perlu digambarkan pada gambar Denah Pondasi beton tumbuk ini ialah :

1. Tebal dinding atau lebar sloof beton

2. Lebar pondasi bagian atas

3. Lebar pondasi bagian bawah

4. Kolom rangka beton

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan pada gambar denah pondasi beton

tumbuk tersebut antara lain :

1. Ukuran jarak antara dinding-dinding di dalam meter seperti yang terdapat pada

Gambar 1-1

2. Ukuran kolom dalam cm

3. Ukuran lebar atas/bawah pondasi dalam cm

Page 9: b.indonesia

4. Tempat-tempat potongan untuk penampang yang akan dibuatkan gambar penjelas

diberi tanda dengan nomor atau boleh juge dengan tanda huruf

5. Skala yang dipakai ( umumnya 1:100 )

6. Judul dari Pondasi untuk bangunan yang bersangkutan

Pada Gambar 1-30 dan Gambar 1-31 merupakan contoh gambar penjelas pondasi

beton tumbuk macam 1. sedangkan pada Gambar 1-32 dan Gambar 1-33 adalah contoh

gambar penjelas pondasi beton tumbuk macam 2.

Dengan berpedoman Gambar 1-30 sampai dengan Gambar 1-33 maka buatlah gambar

penjelas dari potongan-potongan yang terdapat pada gambar denah yang telah dibuat seperti

petunjuk tersebut diatas.

Page 10: b.indonesia

5. PONDASI TIDAK LANGSUNG

Bila tanah keras letaknya terlalu dalam, misalnya di daerah rawa sehingga tidak mungkin

dibuat pasangan batu merah, pasangan batu kali maupun pelat beton bertulang, maka

digunakan pondasi tidak langsung atau pondasi tiang. Pondasi-pondasi tersebut ( tiang-tiang )

dipasang dengan cara dipancang ( dibenamkan )

Pondasi tidak langsung yang digunakan ini pada garis besarnya ada 2 macam :

1. Untuk rumah tempat tinggal biasa dibuat tiang-tiang pancang dari kayu, kemudian

bagian atasnya ditutup dengan geladak dari kayu yang selanjutnya diatas geladak ini

dibuat pondasi langsung. Umumnya pondasi langsung yang digunakan adalah pondasi

pasangan batu kali atau pondasi batu merah.

Gambar denah pondasi tidak langsung ini akan sama dengan pondasi langsung yang

terletak diatasnya, hanya masih perlu dilengkapi dengan tempat titik-titik pancang.

Gambarlah Denah untuk pondasi tidak langsung ini apabila yang digunakan untuk

pondasi di atasnya dibuat dari pasangan batu kali untuk bangunan yang mempunyai

denah seperti gambar no 1-1

2. Untuk bangunan bertingkat tiggi, tiang pancangnya dibuat dari beton bertulang tiang

pancang ini panjangnya harus mencapai tanah keras, sedangkan jumlah tiang yang

harus dipancang sangat tergantung dari tinggi/berat bangunan yang berada di atasnya.

Jumlah besi dan besarnya besi yang digunakan akan diberikan oleh seorang ahli

konstruksi. Demikian pula ukuran sengkang spiralnya maupun ukuran besar tiang

pancang tersebut.

Tiang pancang ini dipancang berkelompok dibawah kolom-kolom pemikul dari kerangka

bangunan yang terletak di atasnya.

Kepala dari kelompok tiang pancang ini diikat menjadi satu dengan blok beton bertulang yang

dinamai pur. Kemudian antara pur yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh balok-balok

sloof yang dibuat dari beton bertulang pula. Pada Gambar 1-34 adalah gambar konstruksi

suatu tiang pancang beton bertulang.

Page 11: b.indonesia

BAB II

MENGGAMBAR PINTU DAN JENDELA

PENDAHULUAN

Pada gambar rencana bangunan rumah tinggal akan selalu digambarkan adanya pintu-

pintu dan jendela. Bentuk pintu dan jendela digambarkan pada Tampak Depan, tampak

Samping maupun pada potongan Memanjang dan Potongan Melintang dari bangunan yang

bersangkutan, yang biasanya digambarkan dalam skala yang kecil ( umumnya skala 1: 100 )

sehingga ukuran maupun konstruksinya tidak dapat digambarkan dengan jelas.

Oleh karena itu diperlukan gambar penjelas untuk pintu-pintu maupun untuk jendela-

jendela yang bersangkutan.

Untuk menggambar pintu ini lebih dahulu harus dipisahkan adanya ibu pintu dan daun

pintunya. Mengingat arah buka pintu ini tetap ( membuka ke luar atau ke dalam ), maka hal

ini perlu digambarkan pada denah dari gambar rencana bangunan yang bersangkutan.

Gambar 2-1 adalah gambar rencana penempatan pintu, jendela dan arah buka dari

pintu-pintu untuk sebuah rumah tempat tinggal.

Arah putar dari pintu ini penting harus digambarkan sebab :

1. Mencegah kesalahan dari pembuat pintu agar tidak terbalik letaknya ( terutama untuk

ibu pintu gendong )

2. Mempermudah bagi tukang batu agar tidak keliru ketika memasang ibu pintu pada

dinding bangunan

Oleh karena di dalam sebuah bangunan rumah tinggal itu mungkin akan dibuat pintu-

pintu yang bermacam-macam bentuk dan ukurannya, demikian pula jendela-jendelanya maka

pada gambar denah pintu dan jendela itu perlu diberi tanda dengan type-type yang dipakai.

Misalnya untuk pintu kaca panil, untuk ini kemudian diberi tanda type A.

Untuk pintu kamar tidur karena bentuk dan ukurannya berbeda diberi tanda type B.

Untuk kamar yang lain andai kata bentuknya sama dengan bentuk untuk pintu kamar tidur

Page 12: b.indonesia

( misalnya pintu papan panil ) tetapi mempunyai ukuran berbeda ( misalnya lebih sempit 5 cm

), maka diberi tanda lain yaitu dengan type C. Demikian selajutnya diteruskan sehingga semua

pintu dan jendela seluruhnya diberi tanda-tanda tertentu sesuai dengan type-type tertentu.

Pemberian tanda type ini sangat penting.

Pada waktu membuat tanda gambar penjelas dari sebuah pintu atau jendela maka

tanda type ini dicantumkan pula untuk mencegah adanya kesalahan yang mungkin terjadi.

Page 13: b.indonesia

1. IBU PINTU ( KOSEN PINTU )

Pintu terdiri dari ibu pintu dan daun pintu. Ibu pintu akan menghubungkan antara

pintu dengan dinding agar kuat dan baik, sedangkan daun pintu itu sendiri merupakan penutup

pintu yang sebenarnya.

Pada Gambar 2-2 menggambarkan bagian-bagian pintu.

Oleh karena pada pembuatan ibu pintu itu dapat bermacam-macam ukuran dan bentuk

penampangnya ( profil ) maka sangat perlu dibuatkan gambar-gambar penjelas.

Gambar 2-3 dan Gambar 2-4 adalah gambar Detail penyambungan tiang ibu pintu

dengan ambang atas. Untuk memperjelas penyambungan ini masih diperlukan adanya gambar

Uraian dalam gambar Proyeksi Miring.

Yang perlu digambarkan pada gambar Detail ini ialah :

1. Gambar Tampak Depan sambungan bagian ibu pintu

2. Gambar Tampak Depan tiang ibu pintu

3. Gambar Tampak Depan ambang atas

4. Gambar Tampak Samping ibu pintu

5. Gambar Tampak Samping ambang pintu

6. Gambar tiang ibu pintu dalam Proyeksi Miring

7. Gambar ambang atas dalam Proyek Miring

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan pada gambar Detail ini antara

Lain :

1. Ukuran dari tiap-tiap bagian ibu pintu dan sambungannya

2. Nama dari bagian-bagian ibu pintu

3. Pemberian arsiran untuk tembok dan kepala kayu

4. Skala gambar yang digunakan

5. Pemberian judul dari gambar yang bersangkutan

6. Memberikan nomor type yang sesuai dengan tanda yang terdapat pada gambar Denah

rencana penempatan pintu dan jendela

Page 14: b.indonesia

Di samping adanya gambar penyambungan tiang ibu pintu dengan ambang atas, masih

diperlukan lagi gambar penjelas untuk hubungan antara ibu pintu dan dinding ini antara lain :

1. Penampang horizontal hubungan tiang ibu pintu dan dinding

2. Alat-alat bantu dan pelengkap yang diperlukan tiang ibu pintu ( klos, lis, papan, papan

pelapis dan sebagainya )

3. Penampang vertikal ( tegak ) dari hubungan ambang atas dan dinding

4. Alat-alat bantu dan pelengkap yang diperlukan ambang atas ( klos, lis dan papan

pelapis dan sebagainya )

Keterangan yang perlu dicantumkan ialah :

1. Ukuran tiap-tiap bagian yang ada pada gambar

2. Arsir untuk pasangan tembok, plesteran dan penampang kayu

3. Skala gambar yang digunakan

4. Judul gambar yang bersangkutan

5. Memberikan nomor type untuk tiap-tiap gambar penjelas

Page 15: b.indonesia

2. DAUN PINTU PANIL, KACA, KELAM DAN LAIN-LAIN

Pada pembuatan pintu panil perlu dipisahkan dahulu adanya rangka daun pintu dengan

panilnya.

Yang perlu digambarkan disini adalah :

1. Penyambungan antara tiang rangka daun pintu dengan ambang atas, ambang tengah

dan ambang bawah

2. Pemberian alur pada tiang rangka daun pintu dan ambang daun pintu untuk

penempatan panil kayu/panil kaca

Gambar 2-6 adalah gambar rencana sebuah pintu panil yang perlu digambarkan disini ialah :

1. Tampak Depan Pintu

2. Potongan horizontal

3. Potongan vertikal

4. Detail potongan yang sesuai dengan tanda tipe

Keterangan-keterangan yang perlu dicantumkan antara lain :

1. Ukuran lebar dan tinggi pintu

2. Ukuran masing-masing bagian pintu

3. Arsiran tembok dan kayu

4. Skala yang dipakai pada gambar pintu

5. Tanda tempat pemotongan dengan tipenya

6. Pada gambar detail di samping apa yang telah tersebut di atas, perlu ditambahkan

arsiran untuk plesteran tembok dan menyebutkan skala gambarnya ( skala gambar

detail lebih besar dari pada skala untuk gambar pintu )

Kalau pada gambar pintu tadi yang digambarkan adalah dinding tembok, ibu pintu dan

daun pintu, maka Gambar 2-7 merupakan sustu gambar detail dari sebuah daun pintu panil.

Perhatikan gambar Detail tersebut, penjelasan dan keterangan yang dianggap kurang

lengkap, sempurnakanlah sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah lampau.

Page 16: b.indonesia

Pada Gambar 2-8a dan b adalah gambar daun pintu panil dengan bentuk yang lain. Pada

gambar ini belum diberi tempat pemotongan penampang dan tanda tipe-tipe maka lengkapilah

dan beri pula tanda ini pada gambar detail yang bersangkutan

Gambar 2-9 adalah gambar dari 3 macam daun pintu kelam. Di samping syarat-syarat

seperti cara penggambaran daun pintu panil, di sini digambarkan pula bermacam-macam cara

penyambungan papan daun pintu kelam tersebut. Daun pintu yang dilapis triplex ( teak

wood ) digambarkan pada Gambar 2-8 perhatikan rangka daun pintunya.

Page 17: b.indonesia

3. IBU JENDELA ( KOSEN JENDELA )

Seperti halnya pintu, maka jendela juga terdiri dari ibu jendela dan daun jendela. Ibu

jendela direncanakan untuk menghubungkan antara jendela dengan dinding tembok tembok

agar kuat dan baik.

Di sini daun jendela itu merupakan penutup jendela yang sebenarnya.

Pada garis besarnya konstruksi ibu jendela ini mirip dengan ibu pintu, tetapi pada ibu

jendela ini terdapat ambang bawah yang umumnya bentuk profilnya tak sama dengan ambang

atas.

Gambar 2-10 adalah gambar ibu jendela yang khusus menunjukan penyambungan

antara tiang ibu jendela dengan ambang bawahnya.

Disini digambarkan pula mengenai :

a. Tampak Depan sambungan jendela bagian bawah

b. Penampang tegak

c. Penampang datar

d. Gambar tiang ibu jendela bagian bawah

e. Gambar ambang bagian bawah

f. Pada Gambar d dan e dalam proyeksi miring

Pada Gambar 2-11 memperlihatkan gambar ibu jendela yang paling sederhana yang

hanya terdiri dari 2 tiang ibu jendela, ambang atas dan ambnag bawah. Uraian penyambungan

antara tiang ibu jendela dan ambang telah diterangkan diatas, demikian pula dengan untuk ibu

jendela yang terdapat pad Gambar 2-13.

Gambar 2-12 adalah gambar sebuah jendela dengan ibu jendela yang mempunyai tiang

di tengah. Yang penting di sini adalah penggambaran sambungan antara tiang tengah ibu

jendela dengan ambang atas dan ambang bawah, di samping sambungan-sambungan yang lain

( perhatikan detail F )

Page 18: b.indonesia

Gambar 2-14 merupakan gambar sebuah jendela dengan ibu jendela yang mempunyai

4 tiang ibu jendela dan ambang ibu jendela. Dibanding dengan konstruksi ibu jendela yang

terdahulu di sini akan ada tambahan konstruksi untuk sambungan antara ambang tengah

dengan tiangn ibu jendela bagian tengah ( lihat Detail E. Gambar 2-4 dan Detail B Gambar 2-

17 )

Kalau dalam Gambar 2-4 hanya terdapat 5 detail saja karena masalah-masalah

konstruksi lainnya telah dijelaskan pada gambar sebelumnya, bukan berarti hal tersebut tidak

perlu diberikan suatu gambar Penjelas selengkap mungkin untuk menghindarkan keragu-

raguan pelaksaan pekerjaan tersebut.

Page 19: b.indonesia

4. JENDELA KACA, JALUSI, PANIL DAN LAIN-LAIN

Tidak berbeda dengan pembuatan daun pintu panil, maka pada pembuatan daun

jendela kaca/panil layu, perlu dipisahkan adanya rangka daun jendela dengan panilny.

Pada Gambar 2-11 adalah sebuah gambar jendela kaca panil. Detail potongan A, B

dan C telah menunjukan bentuk profil rangka daun jendela.

Cobalah melengkapi gambar-gambar tersebut dengan gambar cara penyambungan

antara tiang rangka daun jendela dengna ambang rangka daun jendela ( bagian atas dan bawah

) selengkap mungkin.

Gambar 2-12 adalah sebuah gambar daun jendela kaca dengan ruji ( kisi ) di tengah.

Yang perlu diberikan penjelasan ialah sambungan antara ruji dan rangka daun jendela.

Pembuatan rangka daun jendela untuk jendela jalusi juga mirip dengan jendela panil,

tentunya yang berbeda adalah alur untuk panil diganti dengan tempat-tempat pemasangan

bilah jalusi.

Gsmbsr 2-13 adalah kombinasi suatu gambar daun jendela panil dengan jalusi. Daun

jalusi dibuat miring dengan sudut 45. Perlu diperhatikan bahwa meletakkan masing-masing

bilah jalusi tidak boleh terlalu rapat ( lihat cara yang diperlihatkan pada detail A )

Rencana pembuatan jalusi ini terdapat pula pada Gambar 2-14. ( sebagai pengisi

lubang ventilasi ). Pada gambar detail di sini diperlihatkan suatu varian pemasangan jalusi,

yaitu tidak dipasang miring 45 tetapi dipasang mendatar, ( hanya terdapat pada lubang

ventilasi saja ).

Di samping menggambarkan daun jendela jalusi juga menunjukan adanya jendela kaca

besar, yaitu jendela kaca yang tidak menggunakan daun jendela yang dapat dibuka. Jendela

kaca semacam ini juga disebut jendeal kaca mati. Konstruksi pemasangannya diperlihatkan

pada detail B dan C.

Page 20: b.indonesia

Gambar 2-15 adalah suatu gambar jendela yang berdampingan dengan sebuah pintu

( umum disebut pintu gendong )

Untuk pintu daun jendela dapur sering dibuat dengan kawat kasa, seperti yang

ditampilkan pada gambar tersebut.

Pada gambar pintu gendong ini telah dilengkapi dengan angkur-angkur yang dipasang

pada tiang jendela maupun pada ibu pintu. Perhatikan jumlahnya.

Dengan demikian maka gambar-gambar sebelumnya yang tidak digambarkan angkut-

angkurnya dapat dilengkapi sebagaimana mestinya.

Page 21: b.indonesia

5. JENDELA ATAS ( PENERANGAN ATAS )

Jendela penerangan atas ini sering juga digunakan sebagai lubang ventilasi udara.

Untuk memenuhi keperluan ini, terdapat beberapa macam cara pemecahan : pada Gambar 2-

16 memberikan 2 macam cara yaitu denagn memakai daun jendela kaca panil yang dapat

berputar disekitar poros datar tengah dan yang lain adalah hanya terdiri dari dua lembar kaca

yang dipasang pada ibu jendela penerangan atas dengan diberi kerenggangan secukupnya agar

dapt dilalui oleh udara seperlunya.

Yang perlu digambarkan adalah :

a. Tampak depan

b. Potongan penampang tegak

c. Potongan penampang datar

d. Tanda-tanda pada tempat potongan yang perlu penjelasa

e. Gambar penjelas/Detail

f. Gambar penjelas untuk bagian yang rumit dalam proyek miring

Keterangan-keterangan yang diperlukan pada gambar ini tidak berbeda dengan waktu

membuat gambar untuk pintu dan jendela

Gambar 2-17 adalah sebuah gambar jendela penerangan atas, di atas sebuah pintu.

Jendela ini dapt dibuka dengan cara yang lain, karena poros putarnya ada di bagian bawah

daun jendela penerangan tersebut. Tentu saja masalah menjadi lebih sederhana bila

dibandingkan dengan Gambar 2-16a,sebab yang harus digambarkan tidak banyak berbeda

dengan menggambar daun jendela kaca panil biasa.

Masih ada lagi jendela penerangna atas macam lain yaitu berupa jalusi kaca

Cobalah membuat gambar rencana dengan jalusi kaca sebagai jendela penerangan atas

( ini dapat menggunakan rangka daun jendela ataupun langsung jalusi di pasang pada ibu

jendela penerangan atas )

Untuk pembuatan pintu, jendela dan jendela penerangan dengan konstruksi

baja/aluminium diperlihatkan pada Gambar 2-18. perhatikan gambar Detailnya.

Page 22: b.indonesia

Pada gambar ini juga diperlihatkan gambar jalusi kaca yang dapat dibuka atau ditutup

( Nako ) yang sering dipasang pada ibu jendela atau pada ibu jendela penerangan atas.

Page 23: b.indonesia

6. PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

Agar supaya daun pintu dapat dibuka dan ditutup dengan baik dan mudah, diperlukan

suatu alat bantu untuk keperluan tersebut. Alat bantu ini yang sering disebut alat penggantung

yang cukup banyak macamnya yaitu :

a. Bermacam-macam bentuk engsel untuk pintu/jendela putar

b. Bermacam-macam rol untuk pintu/jendela sorong

Oleh karena pintu dan jendela selain dapat dibuka dan ditutup masih memerlukan alat

bantu lain agar pintu/jendela tersebut dapat dikunci maka telah diciptakan pula bermacam-

macam alat pengunci untuk keperluan tersebut.

Gambar 2-19 memberikan beberapa contoh alat penggantung macam a :

a. engsel Poumel

b. engsel Fits

c. engsel Fits segi empat

d. engsel kupu tekuk

e. engsel Poumel berpegas

f. engsel Poumel pegas bekerja ganda

g. engsel ungkit

h. engsel bohmer

gambar 2-20 memberi beberapa contoh alat penggantung macam b :

a. rol berjalan untuk pintu pagar

b. rol-rol berjalan yang dapat disetel

c. kunci-kunci beroda dengan alas peluru

d. kunci rol peluru

e. peluru-peluru diatas rel-rel

f. rol-rol berjalan untuk pintusosrong melingkari sudut berbelok

Kalau yang digambarkan tadi adalah alat penggantung, maka Gambar 2-21 adalah

merupakan gambar dari bermacam-macam alat pengunci yang sederhana.

Alat-alat pengunci tersebut antara lain :

Page 24: b.indonesia

a. kunci kamar terbenam

b. kunci dalam untuk pintu dalam

c. kunci sodor tepi terbenam

d. Espanyolet tombol engkol

e. kunci sorong

f. kunci sorong pemasang

g. knip loncat untuk jendela atas

Sebetulnya alat pengunci ini banyak sekali, baik macam, bentuk maupun mutunya.

Page 25: b.indonesia

BAB III

MENGGAMBAR RENCANA ATAP

PENDAHULUAN

Setiap bangunan gedung membutuhkan penutup untuk melindungi bagian dalam

bangunan tersebut terhadap hujan dan panas. Penutup bangunan tersebut dinamakan atap.

Atap ini dapat direncanakan dengan berbagai macam bentuk yang sesuai dengan

keadaan dan macam bangunan yang bersangkutan.

Apabila kita melihat sesuatu bangunan, dari bentuk atapnya saja, pada umumnya kita

segera mengetahui bahwa bangunan yang bersangkutan pasti sebuah mesjid atau sebuah

gereja. Karena kedua bangunan tersebut biasanya mempunyai bentuk atap yang tertentu.

Oleh karena bentuk atap ini cukup banyak macamnya maka setelah diperoleh bentuk

yang cocok atau sesuai/serasi, maka bangunan tersebut dilengkapi dengan menggunakan

bentuk atap tersebut.

Agar supaya bentuk atap yang direncanakan tadi sesuai dengan rencana maka perlu

dibuatkan gambar rencana rangkap atap yang sesuai untuk maksud itu. Rangka atap ini terdiri

dari kuda-kuda yang bentuknya sesuai dengan besarnya atap yang direncanakan, yaitu sebuah

kuda-kuda dengan bentang kecil atau bentang besar/lebar.

Kalau bentuk atap yang dikehendaki adalah sebuah atap limas atau atap perisai, rangka

atapnya di samping kuda-kuda masih juga diperlukan jurai-jurai.

Kesimpulan dari uraian diatas adalah :

1. Menggambar sebuah bangunan harus dilengkapi dengan bentuk atap yang

sesuai dengan gambar rencana

2. Pada gambar Rencana ini digambarkan pula rencana rangka atapnya ( kuda-

kuda kecil atau besar tergantung bentang bangunan )

3. Untuk setiap rencana atap yang perlu gambar-gambar penjelasan, agar dibuat

gambar tersendiri

Page 26: b.indonesia

1. BENTUK-BENTUK ATAP

Pada suatu gambar Denah untuk sebuah rumah tempat tinggal dapat direncanakan

beberapa bentuk atap yang sesuai dan serasi

Keserasian penutup atap merupakan juga keindahan ( estetika ) dan merupakan pula

mahkota bangunan. Mengingat hal-hal tersebut diatas sebelum kita memilih bentuk yang

cocok agar bangunan kita menjadi serasi, maka lebih dahulu kita harus mengenal bentuk-

bentuk atap yang ada

Gambar 3-1a, 3-1c adalah sebuah atap datar. Untuk ini digunakan konstruksi beton

bertulang. Gambar penjelasan untuk atap ini perlu digambar khusus yang menyangkut tebal

pelat atap ( tergantung bentangannya ) pembesian ( sesuai dengan hasil perhitungan ahli

konstruksi ) dan mutu beton yang dikehendaki.

Walaupun bentuk atap ini disebut datar tetapi sebetulnya bagian atasnya masih diberi

kemiringan untuk menyalurkan air hujan kelubang talang.

Menentukan banyaknya arah kemiringan ini didasarkan atas :

a. Tempat-tempat beradanya talang

b. Luasnya bidang atap

Gambar 3-1b sampai dengan Gambar 3-5b adalah menggambarkan bentuk-bentuk atap

yang lainnya.

Berbagai macam bentuk atap itu adalah :

a. atap datar

b. atap pelana

c. atap perisai

d. atap menara

e. atap tenda

f. atap melengkung

g. atap mansard

h. atap patah keluar

Page 27: b.indonesia

i. atap gergaji

j. atap kerucut

k. atap kubah

Pada umumnya untuk keperluan atap ini rangka atapnya dibuat dari konstruksi kayu.

Gambar penjelas dari rangka atap konstruksi kayu ini termasuk gambar rencana atapnya

( letak kuda-kuda, gording, jurai luar dan jurai dalam ), bentuk kuda-kuda dan gambar

penjelas sambungan dari tiap-tiap titik pertemuan kayu pada konstruksi kuda-kuda itu. Tetapi

untuk bentangan yang besar dan untuk tujuan-tujuan khusus sering pula dibuat rangka atap

dari konstruksi baja. Seperti halnya pada atap beton, maka rangka atap dengan rangka

konstruksi baja, menyangkut macam konstruksi yang dpilih ( las, keling atau mur baut ), harus

dihitung lebih dahulu oleh seorang ahli konstruksi. Hasil perhitungan akan menghasilkan :

besarnya profil baja untuk tiap-tiap batang rangka atap, banyak paku keling ( mur baut ) yang

dipakai atau panjang dan tebalnya las yang diperlukan oleh tiap-tiap sambungan.

Page 28: b.indonesia

2. KUDA –KUDA BENTANG KECIL

Penutup atap dipikul oleh beberapa rangka yang rangkainnya berbentuk segi-tiga

dengan kedua ujungnya menumpang diatas 2 tembok. Bentuk segi-tiga itu dinamakan kuda-

kuda atau spant.

Gambar 3-6 adalah rencana konstruksi rangka atap sebuah bangunan dengan bentuk

atap pelana, dengan beberapa macam ukuran bentang kuda-kuda.

Kuda-kuda dengan bentang sampai 8 meter disebut kuda-kuda bentang kecil. Pada

gambar penjelas ( lihat Gambar 3-7 ) digambarkan tampak depan, tampak samping dan

gambar detailnya.

Yang perlu ditampilkan pada gambar detail ini antara lain :

1. Konstruksi penyambungan kayu pada pertemuannya di titik simpul

2. Ukuran kayu yang dipakai

3. Alat-alat penguatnya ( mur, baut dan beugel dan sebagainya )

4. Nomor Detail

5. Skala-skala yang digunakan

6. Kalau dianggap perlu dapat pula digambarkan gambar sambungan kayu dalam

proyeksi miring

Gambar 3-8 adalah menggambarkan kuda-kuda bentang kecil dengan bentuk macam ke 2.

Di sini hal-hal yang perlu ditampilkan, juga sama dengan yang telah disebutkan di atas.

Kalau pada gambar-gambar ini kuda-kuda dipikul oleh tiang kayu maka pada gambar

3-9 menggambarkan kuda-kuda bentang kecil yang dipikul oleh dinding tembok dengan

bentangan 4 meter. Sedang gambar 3-10 dan Gambar 3-12, adalah gambar kuda-kuda bentang

kecil dengan bentuk lain yang disebabkan karena bentangannya masing-masing 5 meter

sampai 8 meter.

Persyaratan yang harus ditampilkan, juga masih sama dengan yang diterangkan di

atas, hanya saja jumlah detail yang harus digambarkan tentu akan lebih banyak, disebabkan

titik simpulanya mempunyai jumlah dan bentuk yang lain juga.

Page 29: b.indonesia

Pembuatan gambar-gambar Detail ini skalanya dibuat lebih besar dari pad gambar

Tampak Depannya, agar segala sesuatu dapat terlihat dengan jelas.

Page 30: b.indonesia

3. KUDA – KUDA BENTANG BESAR.

Apabila bentang antara dinding bangunan yang di atasnya akan memikul kuda-kuda

berjarak 8 meter atau lebih maka harus dibuat suatu kuda-kuda bentang besar. Ukuran kayu

yang digunakan umumnya lebih besar dan konstruksinyapun akan lain.

Seperti halnya pada pembuatan gambar Penjelas untuk kuda-kuda bentang kecil maka

untuk kuda-kuda bentang besar inipun harus dibuat gambar Rencana Atapnya (dilihat dari

atas), kemudian digambarkan Tampak Depan maupun Tampak Samping.

Di tiap titik-titik simpul pada Tampak Depan diberi tanda dengan nomor atau dengan

huruf yaitu tanda bagian-bagian yang akan dibuatkan gambar Detail.

Yang perlu digambarkan pada gambar Detail ini antara lain :

1. Konstruksi penyambungan kayu pada pertemuannya di titik simpul.

2. Ukuran kayu yang dipakai.

3. Alat penguat yang digunakan.

4. Nomor detail.

5. Skala yang digunakan.

Gambar 3-13 adalah gambar kuda-kuda bentang besar macam 1 dan Gambar 3-14

adalah kuda-kuda bentang besar macam 2. Cobalah perhatikan perbedaan dari kedua macam

bentuk konstruksi kuda-kuda itu. Masing-masing tentu mempunyai tujuan tertentu yang

menguntungkan. Di sini gambar Penjelas yang ditampilkan hanya pada sambungan-

sambungan tertentu saja.

Suatu gambar Penjelas yang lengkap seharusnya menggambarkan semua sambungan

yang ada. Hal ini sangat penting untuk menghindarkan perbedaan pengertian dan penafsiran

antara Perencana (serta Pengawas) dengan pihak Pelaksana (dari Pemborong). Pada umumnya

pihak Perencana menginginkan suatu konstruksi yang baik dan kuat, sedang pihak Pelaksana

menghendaki suatu konstruksi yang pembuatannya mudah dan cepat.

Sewaktu merencanakan rangka kuda-kuda perlu memperhatikan letak titik berat

gording agar dapat segaris vertical dengan simpul di bawahnya ( lihat pula detail Gambar 3-

10).

Pada Gambar 3-10 ini kuda-kuda bentang besar yang direncanakan menggunakan

konstruksi kayu sedang pada hal-hal tertentu kuda-kuda bentang besar ini dapat dibuat dari

konstruksi baja.

Page 31: b.indonesia

4. JURAI – JURAI.

Suatu bangunan yang direncanakan mempunyai atap dengan bentuk limas atau perisai,

selain menggunakan kuda-kuda sebagai rangka atap juga memerlukan beberapa jurai. Juga

pada bangunan yang bentuk denahnya menyerupai huruf L akan mempunyai jurai-jurai.

Bahkan di sini akan dijumpai 2 macam jurai yaitu :

1. Jurai luar (jurai bubungan).

2. Jurai dalam (jurai talang).

Gambar 3-15 menunjukkan sebuah gambar rencana atap berbentuk perisai di atas

Denah bangunan dengan huruf L, sehingga di situ telah tergambar dengan jelas letak jurai luar

dan jurai dalam.

Pada gambar rencana atap ini digambarkan antara lain :

a. kuda-kuda (KD) dan setengah kuda-kuda ( ½ KD).

b. Jurai luar dengan pendukungnya.

c. Jurai dalam.

d. Balok tembok.

e. Balok bubungan.

f. Gording.

g. Sebagian usuk (kasau).

h. Lisplank (papan tepi).

Di samping itu tentu saja perlu ditulis ukuran jarak antara kuda-kuda dan jarak antara

usuk. Jangan lupa selalu menuliskan skala yang dipakai untuk gambar yang bersangkutan dan

keterangan nama bagian kuda-kuda tersebut.

Pada perencanaan rangka kuda-kuda, kalau ingin mengetahui bentuk sesungguhnya

dari sebuah jurai caranya diperlihatkan seperti yang tampak pada Gambar 3-16.

Mula-mula digambarkan Tampak Atas dari bagian rangka atap dengan jurainya.

Selanjutnya digambar Tampak Muka (Tampak Depan) dari kuda-kuda yang berhubungan

dengan jurai itu.

Dengan memproyeksikan jurai Tampak Atas ke arah Tampak Depan kuda-kuda akan

diperoleh panjang jurai sebenarnya. Hasil proyeksi inilah digambarkan Tampak Depan dari

jurai itu yang kemudian dilengkapi dengan konstruksi yang diperlukan.

Selanjutnya tinggal membuat gambar Penjelas detail konstruksi yang bersangkutan.

Cobalah gambar sebuah jurai dalam, dengan cara yang sama seperti penggambaran

jurai luar tersebut.