bina nusantara universitylibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2013-1... · web view2.1.11...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-Teori Umum
2.1.1 Data
Menurut Loshin (2012, p8), data adalah kumpulan dari elemen-
elemen nilai baku atau fakta yang digunakan untuk perhitungan, pemikiran
atau pengukuran. Data dapat dikumpulkan, disimpan atau diolah tetapi tidak
dimasukkan ke dalam konteks dimana dapat disimpulkan suatu makna.
2.1.2 Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2010, p65), basis data adalah kumpulan
relasi-relasi logikal dari data dan deskripsi dari data, yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi. Basis data merupakan
sebuah tempat penyimpanan besar tunggal yang dapat digunakan oleh
berbagai pengguna atau departemen secara bersamaan, dimana semua data
terintegrasi dengan jumlah duplikasi yang minimal.
Menurut Honni, Marcelino & Radjaliengan (2011, p402), dengan
adanya sistem basis data yang handal, perusahaan dapat menyimpan data
dalam jumlah yang besar serta dapat mengolah dan menampilkan data
tersebut dengan cepat dan akurat.
Menurut Andreescu & Mircea (2012, p65), sebagai pedoman untuk
mengembangkan model basis data, sangat penting untuk menggunakan
kosakata yang standar karena para pemangku kepentingan bisnis akan lebih
memahami arti dari suatu rule jika spesifikasinya menggunakan terminologi
bisnis daripada nama-nama tabel atau kolom basis data.
7
8
Menurut Murray (2010, p63), aspek keamanan basis data juga perlu
untuk diperhatikan. Keamanan basis data dibangun berdasarkan framework
yang meliputi 3 (tiga) bagian, yaitu confidentiality, integrity dan availability,
dimana berdasarkan ketiga bagian tersebut komponen dari sistem keamanan
basis data harus mendukung aspek-aspek seperti access control, application
access, vulnerability, inference, and auditing mechanisms.
2.1.3 Database Management System (DBMS)
Menurut Oktavia (2013, p1180), sebuah DBMS tersusun dari beberapa
komponen yang saling berkolaborasi, dalam mendukung pengeksekusian
query yang dilakukan terhadap suatu sistem basis data.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p66), Database Management
System (DBMS) merupakan sistem perangkat lunak yang memungkinkan
pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengatur akses
ke basis data. DBMS adalah perangkat lunak yang berinteraksi dengan
program aplikasi pengguna dan basis data, biasanya sebuah DBMS
menyediakan beberapa fasilitas, seperti :
Memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan basis data (biasanya
melalui Data Definition Language).
Memungkinkan pengguna untuk memasukkan, mengubah,
menghapus, dan mengambil data dari basis data (biasanya melalui
Data Manipulation Language).
Menyediakan akses terkontrol ke basis data, dengan memberikan :
o sistem keamanan yang mencegah akses ilegal ke basis data,
o sistem terintegrasi yang menjaga konsistensi dari data yang
disimpan,
o sistem kontrol konkurensi yang memungkinkan akses bersama
ke basis data,
o sistem kontrol pemulihan yang mengembalikan basis data ke
kondisi sebelum terjadinya kesalahan,
o katalog pengguna yang bisa diakses, yang mengandung
deskripsi mengenai data di dalam basis data.
9
2.1.3.1 Komponen DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2010, p68-71), terdapat 5 (lima)
komponen utama di lingkungan DBMS, yaitu :
Gambar 2.1 : DBMS Environment
(Connolly & Begg, 2005)
1. Perangkat Keras
DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras untuk berjalan.
Perangkat keras dapat mencangkup PC tunggal sampai mainframe
tunggal ataupun jaringan komputer. Perangkat keras yang digunakan
bergantung pada kebutuhan organisasi dan DBMS yang digunakan.
2. Perangkat Lunak
Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS itu sendiri
dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi, meliputi perangkat
lunak jaringan jika DBMS digunakan melalui jaringan. Biasanya program
aplikasi ditulis dalam third-generation programming language (3GL),
seperti C, C++, C#, Java, Visual Basic, dan lain-lain.
3. Data
Data merupakan komponen terpenting dari lingkungan DBMS apabila
dilihat dari sudut pandang pengguna akhir, dimana data berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan komponen mesin dan komponen
manusia.
10
4. Prosedur
Prosedur mengacu pada instruksi dan peraturan yang mengatur
perancangan dan penggunaan dari basis data itu sendiri. Pengguna sistem
dan karyawan yang mengelola basis data tentunya membutuhkan
prosedur mengenai bagaimana menggunakan atau menjalankan sistem
tersebut.
5. Manusia
Manusia merupakan komponen terakhir yang terlibat dengan sistem.
2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2010, p77-81), DBMS memiliki
berbagai keuntungan dan juga kerugian seperti berikut :
A. Keuntungan
Tabel 2.1 : Keuntungan DBMS
kontrol redundansi data skala ekonomi
konsistensi data
keseimbangan dari
kebutuhan yang saling
bertentangan
informasi lebih banyak yang
diperoleh dari jumlah data
yang sama
meningkatkan aksesbilitas
dan respon
data dapat diakses bersama meningkatkan produktivitas
meningkatkan integrasi dataMeningkatkan pemeliharaan
melalui independensi data
meningkatkan keamanan
datameningkatkan konkurensi
penetapan standarisasimeningkatkan layanan
backup dan recovery
11
B. Kerugian
Tabel 2.2 : Kerugian DBMS
kompleksitas
ukuran
biaya DBMS
biaya tambahan perangkat keras
biaya konversi
kinerja
dampak yang tinggi dari kegagalan
2.1.4 (Database) Application Programs
Menurut Connolly dan Begg (2010, p67), program aplikasi
merupakan program komputer yang berinteraksi dengan basis data dengan
memberikan permintaan yang sesuai (biasanya SQL) ke DBMS. Pengguna
berinteraksi dengan basis data melalui berbagai program aplikasi yang
digunakan untuk membuat dan memelihara basis data serta untuk
menghasilkan informasi.
12
2.1.5 Three-Level ANSI-SPARC Architecture
Menurut Connolly dan Begg (2010, p86-91), model ANSI-SPARC
merupakan dasar untuk memahami beberapa fungsionalitas dari sebuah
DBMS.
Gambar 2.2 : Three-Level ANSI-SPARC Architecture
(Connolly & Begg, 2005)
Tujuan dari three-level architecture adalah untuk memisahkan view dari
setiap pengguna dari representasi basis data secara fisikal. Beberapa alasan
dari pemisahan tersebut adalah :
setiap pengguna dapat mengakses data yang sama, namun memiliki
view yang dapat dirancang berbeda sesuai kebutuhan,
pengguna tidak harus berhadapan langsung dengan detil penyimpanan
basis data secara fisikal,
Database Administrator (DBA) harus bisa mengubah struktur
penyimpanan basis data tanpa mempengaruhi view pengguna,
Database Administrator (DBA) harus bisa mengubah struktur
konseptual basis data tanpa mempengaruhi semua pengguna.
13
2.1.6 Database Language
Menurut Connolly dan Begg (2010, p91-93), sub-bahasa data terdiri
dari 2 (dua) bagian, yaitu :
A. Data Definition Language (DDL)
DDL merupakan suatu bahasa yang mengizinkan Database Administrator
(DBA) atau pengguna untuk mendeskripsikan dan memberi nama pada
entitas, atribut, dan hubungan yang dibutuhkan untuk aplikasi beserta
batasan integritas dan keamanan yang berhubungan.
B. Data Manipulation Language
DML merupakan suatu bahasa yang menyediakan seperangkat operasi
untuk mendukung manipulasi data dasar yang ada pada basis data.
Operasi manipulasi data biasanya meliputi :
penambahan data baru,
modifikasi data,
pengambilan data,
dan penghapusan data.
DML terbagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
i. Procedural DML, yaitu bahasa yang memungkinkan
pengguna untuk memberitahukan sistem mengenai data
apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara untuk
mengambil data tersebut.
ii. Nonprocedural DML, yaitu bahasa yang memungkinkan
pengguna untuk menentukan data apa yang dibutuhkan
dibandingkan bagaimana cara mengambilnya.
14
2.1.7 Database System Development Lifecycle (DSDLC)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p313-335), berikut merupakan
tahap-tahap dari Database System Development Lifecycle (DSDLC) :
Gambar 2.3 : Stages of DSDLC
(Connolly & Begg, 2005)
15
Tahap 1 : Database Planning
Tahap ini meliputi aktivitas manajemen yang memungkinkan tahap-tahap
DSDLC untuk direalisasikan dengan seefektif dan seefisien mungkin.
Perencanaan basis data harus terintegrasi dengan keseluruhan strategi sistem
informasi dari organisasi. Terdapat 3 (tiga) hal utama yang berkaitan dengan
pembangunan dari strategi sistem informasi, yaitu :
o Identifikasi rencana dan sasaran perusahaan sekaligus menentukan
kebutuhan dari sistem informasi.
o Evaluasi sistem informasi yang ada untuk menetapkan kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki.
o Penilaian kesempatan IT yang mungkin memberikan keuntungan
kompetitif.
Langkah penting dalam perancangan basis data adalah mendefinisikan
dengan jelas visi dan misi untuk sistem basis data yang akan dibangun. Visi
akan mendefinisikan tujuan utama dari sistem basis data, sedangkan misi
akan mengidentifikasikan tugas-tugas apa saja yang akan didukung oleh
sistem basis data.
Tahap 2 : System Definition
Tahap ini meliputi penggambaran ruang lingkup serta batasan-batasan
dari sistem basis data dan sudut pandang pengguna (user view) yang utama.
User view mendefinisikan apa saja yang dibutuhkan dari suatu sistem basis
data baik dari perspektif aturan kerja khusus (seperti manager atau
supervisor) atau area aplikasi enterprise (seperti marketing, personel, atau
persediaan).
Sistem basis data dapat memiliki satu atau lebih user view.
Mengidentifikasi user view merupakan aspek penting dari pembangunan
sistem basis data agar memastikan bahwa tidak ada pengguna utama dari
suatu basis data yang terlupakan ketika membangun kebutuhan untuk sistem
basis data yang baru. Selain itu, user view juga membantu dalam
pembangunan aplikasi basis data yang kompleks dengan memungkinkan
permintaan kebutuhan dipecah menjadi bagian–bagian yang lebih sederhana.
16
Tahap 3 : Requirements Collection and Analysis
Tahap ini merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis
informasi mengenai bagian dari organisasi yang akan didukung oleh sistem
basis data, dan menggunakan informasi tersebut untuk mengidentifikasi
kebutuhan dari system yang baru. Informasi dikumpulkan untuk setiap user
view yang utama meliputi :
o deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan,
o detil mengenai bagaiman data digunakan atau dihasilkan,
o beberapa kebutuhan tambahan untuk sistem basis data yang baru.
Selain itu, terdapat 3 (tiga) pendekatan utama untuk mengelola
kebutuhan sistem basis data dengan user view yang lebih dari 1 (satu), yaitu
sebagai berikut :
1. Centralized Approach,
kebutuhan dari setiap user view digabung menjadi sebuah
kebutuhan tunggal untuk sistem basis data.
2. View Integration,
kebutuhan setiap user view tetap terpisah, dimana model data
yang merepresentasikan setiap user view akan dibuat dan
digabungkan nanti pada tahap perancangan basis data.
3. Kombinasi dari kedua pendekatan.
17
Tahap 4 : Database Design
Tahap ini merupakan proses membuat rancangan yang akan
mendukung visi dan misi dari perusahaan untuk sistem basis data yang
dibutuhkan. Tahap ini terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
o Perancangan Konseptual
o Perancangan Logikal
o Perancangan Fisikal
Selain itu, terdapat 2 (dua) pendekatan utama dalam merancang
sebuah basis data, yang juga dikenal dengan :
o Bottom-up approach,
Pendekatan ini dimulai dari atribut dasar (properti dari entitas dan
relationship), lalu dianalisis asosiasi antar atribut tersebut, yang
kemudian digabung menjadi sebuah relation yang mewakili tipe dari
entitas dan relationship antar entitas. Pendekatan ini sesuai untuk
perancangan basis data yang sederhana dengan jumlah atribut yang
sedikit.
o Top-down approach,
Pendekatan ini dimulai dengan pengembangan model data yang terdiri
dari beberapa entitas tingkat tinggi dan relationship, dan kemudian
dilakukan perbaikan top-down untuk mengidentifikasikan entitas
tingkat rendah, relationship dan asosiasi antar atribut. Pendekatan ini
digambarkan dengan menggunakan Entity Relationship Model
(ERM), yang dimulai dengan identifikasi entitas dan relationship
antar entitas yang merupakan perhatian perusahaan.
18
Dalam tahap ini, model data juga dibangun untuk membantu dalam
memahami arti dari data dan memfasilitasi komunikasi akan kebutuhan
informasi, terutama untuk memastikan pemahaman akan :
o perspektif setiap pengguna akan data,
o sifat dari data itu sendiri, terlepas dari representasi
fisikalnya,
o penggunaan data pada seluruh user view.
Kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk membuat sebuah model data
yang optimal adalah :
o Structural validity
o Simplicity
o Expressibility
o Nonredundancy
o Shareability
o Extensibility
o Integrity
o Diagrammatic representation
Tahap 5 : DBMS Selection (optional)
Tahap ini meliputi pemilihan DBMS yang tepat untuk mendukung
sistem basis data. Langkah-langkah utama dalam memilih DBMS adalah
sebagai berikut :
1. Definisikan istilah dari referensi berdasarkan
penelitian.
2. Membuat daftar dari dua atau tiga produk.
3. Evaluasi produk.
4. Rekomendasi pilihan dan buat laporan.
19
Tahap 6 : Application Design
Tahap ini meliputi perancangan user interface dan program aplikasi
yang akan menggunakan dan memproses basis data. Pada tahap ini terdapat 2
aspek utama, yaitu
o Transaction Design
Transaksi merupakan tindakan, atau serangkaian tindakan,
yang dilakukan oleh pengguna tunggal atau program aplikasi, yang
mengakses atau mengubah isi basis data. Tujuan dari perancangan ini
adalah untuk mendefinisikan dan mendokumentasikan karakteristik
tingkat tinggi dari transaksi yang dibutuhkan basis data, termasuk :
i. data yang digunakan oleh transaksi,
ii. karakteristik fungsional dari transaksi,
iii. hasil dari transaksi,
iv. tingkat kepentingan bagi pengguna,
v. tingkat penggunaan yang diperkirakan.
Aktivitas ini harus dilaksanakan di awal proses perancangan untuk
memastikan basis data yang diimplementasi dapat mendukung semua
transaksi yang dibutuhkan. Ada 3 (tiga) tipe transaksi utama, yaitu :
i. Retrieval Transaction
ii. Update Transaction
iii. Mixed Transaction
o User Interface Design
Sebelum mengimplementasikan form atau laporan, pertama-
tama yang harus dilakukan adalah merancang tampilan. Berikut
petunjuk dalam merancang sebuah form atau laporan :
i. Meaningful title
ii. Comprehensible instructions
iii. Logical grouping and sequencing of
field
20
iv. Visuallly appealing layout of the form /
report
v. Familiar field labels
vi. Consistent terminology and
abbreviations
vii. Consistent use of color
viii. Visible space and boundaries for data
entry fields
ix. Convenient cursor movement
x. Error correction for individual
character entire fields
xi. Error messages for unacceptable values
xii. Optional field marked clearly
xiii. Explanatory messages for fields
xiv. Completion signal
Tahap 7 : Prototyping
Tahap ini meliputi pembangunan working model untuk sistem basis
data. Tujuan dari pembuatan prototype adalah memberikan pengguna
kesempatan untuk mengidentifikasi fitur dari sistem yang berjalan dengan
baik, dan jika memungkinkan untuk memberikan saran / ide baru. Terdapat 2
(dua) strategi umum dalam pembuatan prototype sekarang ini, yaitu :
i. Requirements prototyping, yang menggunakan
prototype untuk menentukan kebutuhan dari
sistem basis data, setelah selesai maka
prototype akan dibuang.
ii. Evolutionary prototyping, digunakan dengan
tujuan yang sama, namun pembangunan
selanjutnya menjadi sistem basis data yang
berjalan.
21
Tahap 8 : Implementation
Tahap ini meliputi realisasi fisikal dari basis data dan rancangan
aplikasi. Implementasi basis data dicapai dengan menggunakan DDL dari
DBMS yang terpilih. Program aplikasi diimplementasikan dengan
menggunakan 3GL ataupun 4GL. Selain itu, kontrol keamanan dan integritas
juga diimplementasikan.
Tahap 9 : Data Conversion and Loading
Tahap ini merupakan pemindahan data lama ke dalam basis data yang
baru dan mengubah aplikasi lama agar dapat berjalan di basis data yang baru.
Tahap ini hanya dilakukan apabila sistem basis data yang baru akan
menggantikan system yang lama.
Tahap 10 : Testing
Tahap ini merupakan proses menjalankan sistem basis data dengan
tujuan untuk menemukan kesalahan. Sebelum diluncurkan, sistem basis data
yang baru harus melewati pengujian terlebih dahulu, terutama dalam
spesifikasi kegunaan. Beberapa kriteria yang biasa digunakan untuk
pengujian, yaitu :
i. Learnability, berapa lama pengguna baru dapat
menggunakan sistem secara produktif?
ii. Performance, seberapa baik respon sistem
terhadap kerja pengguna?
iii. Robustness, seberapa toleran sistem terhadap
kesalahan pengguna?
iv. Recoverability, seberapa baik sistem pulih dari
kesalahan pengguna?
v. Adapatability, seberapa dekat sistem terikat
dengan model kerja tunggal?
22
Tahap 11 : Operational Maintenance
Tahap ini merupakan proses memonitor dan memelihara sistem basis
data setelah pemasangan. Aktivitas dari tahap ini adalah :
i. Memonitor kinerja dari sistem.
ii. Memelihara dan meningkatkan sistem basis
data (jika diperlukan).
2.1.8 Entity-Relationship Modelling
Menurut Connolly dan Begg (2010, p372-394), Entity-Relationship
Modelling (ERM) terdiri dari konsep-konsep dasar seperti :
1. Entity Types : kumpulan dari objek yang memiliki properti yang sama,
yang diidentifikasi memiliki keberadaan yang mandiri oleh perusahaan.
Setiap objek unik yang teridentifikasi dari entity type dirujuk menjadi sebuah
entity occurrence.
Gambar 2.4 : Contoh Entitas dengan Keberadaan Fisikal / Konseptual
(Connolly & Begg, 2005)
23
2. Relationship Types : kumpulan asosiasi yang berarti diantara entity types.
Sedangkan relationship occurrence merujuk pada kemunculan entitas tertentu
yang saling berkaitan.
Gambar 2.5 : Contoh Relationship Types
(Connolly & Begg, 2005)
A. Degree of Relationship Type : jumlah entitas yang berpartisipasi
dalam sebuah relationship. Jumlah anggota di dalam relationship
disebut degree dari relationship tersebut.
Gambar 2.6 : Contoh Quarternary Relationship
(Connolly & Begg, 2005)
24
B. Recursive Relationship : relationship type dimana entitas yang
sama berpartisipasi lebih dari sekali dalam peran yang berbeda.
Gambar 2.7 : Contoh Recursive Relationship
(Connolly & Begg, 2005)
3. Attributes : properti dari entitas atau relationship. Setiap atribut terasosiasi
dengan sekumpulan nilai yang disebut domain.
A. Simple and Composite Attributes
i. Simple Attribute : atribut yang terdiri dari komponen tunggal
dengan keberadaan yang mandiri.
ii. Composite Attribute : atribut yang terdiri dari komponen
yang banyak, masing-masing dengan keberadaan yang
mandiri.
B. Single-valued and Multi-valued Attributes
i. Single-valued Attribute : atribut yang berisikan satu nilai
untuk setiap kemunculan entity type.
ii. Multi-valued Attribute : atribut yang berisikan banyak nilai
untuk setiap kemunculan entity type.
25
C. Derived Attributes : atribut yang merepresentasikan nilai yang
diturunkan dari nilai atribut atau sekumpulan atribut yang berkaitan,
tidak harus entity type yang sama.
Gambar 2.8 : Contoh Atribut
(Connolly & Begg, 2005)
4. Keys
A. Candidate Key : jumlah minimal dari atribut yang diidentifikasi
secara unik untuk setiap kemunculan entitas.
B. Primary Key : candidate key yang terpilih untuk secara unik
mengidentifikasikan kemunculan dari entitas.
C. Composite Key : candidate key yang mengandung dua atau lebih
atribut.
26
5. Strong and Weak Entity Types :
A. Strong Entity Type : entity type yang tidak bergantung pada entitas
lain.
B. Weak Entity Type : entity type yang bergantung pada entitas yang
lain.
Gambar 2.9 : Contoh Strong and Weak Entity Type
(Connolly & Begg, 2005)
6. Attribute on Relationship : atribut dari relationship.
Gambar 2.10 : Contoh Attribute on Relationship
(Connolly & Begg, 2005)
27
7. Structural Constraints
Tipe utama dari batasan pada relationship adalah multiplicity, yang
merupakan jumlah kemunculan yang mungkin dari entitas yang berkaitan
dengan kemunculan tunggal dari entitas yang bersangkutan melalui
relationship tertentu. Binary relationship umumnya dirujuk pada :
A. One-to-one (1:1) Relationships
Gambar 2.11 : Contoh (1:1) Relationships
(Connolly & Begg, 2005)
B. One-to-Many (1:*) Relationships
Gambar 2.12 : Contoh (1:*) Relationships
(Connolly & Begg, 2005)
28
C. Many-to-many (*:*) Relationships
Gambar 2.13 : Contoh (*:*) Relationships
(Connolly & Begg, 2005)
Multiplicity (complex relationship) merupakan multiplicity yang lebih
kompleks dari binary.
Gambar 2.14 : Contoh Multiplicity (Complex Relationship)
(Connolly & Begg, 2005)
29
Multiplicity juga mengandung 2 (dua) batasan terpisah yang disebut juga
dengan :
o Cardinality, mengandung jumlah maksimum dari relationship yang
mungkin muncul.
o Participation, menentukan apakah semua atau hanya beberapa
kemunculan entitas pada suatu relationship (apakah mandatory atau
optional).
Gambar 2.15 : Contoh Cardinality and Participation
(Connolly & Begg, 2005)
8. Masalah pada ER Models
A. Fan Traps : dimana model merepresentasikan relationship antar entitas,
namun jalan antar kemunculan entitas tertentu ambigu.
Gambar 2.16 : Contoh Fan Traps
(Connolly & Begg, 2005)
30
B. Chasm Traps : dimana model mengusulkan keberadaan relationship antar
entitas, namun jalan tidak tersedia antar kemunculan entitas tertentu.
Gambar 2.17 : Contoh Chasm Traps
(Connolly & Begg, 2005)
2.1.9 Enchanced Entity-Relationship Modeling
Menurut Connolly dan Begg (2010, p399-401), Enchanced Entity-
Relationship Modeling merupakan ER Model yang didukung dengan
tambahan konsep semantik.
1. Specialization / Generalization
Konsep specialization / generalization dikaitkan dengan jenis khusus
dari entitas yang dikenal sebagai superclasses dan subclasses dan
proses pewarisan atribut.
2. Superclass dan Subclass
A. Superclass : entity type yang mencakup satu atau lebih
pengelompokan yang berbeda dari kejadian, yang harus
diwakili dalam model data.
31
B. Subclass : sebuah pengelompokan yang berbeda dari
kejadian pada suatu entity type, yang harus diwakili dalam
model data.
Gambar 2.18 : Contoh Superclass dan Subclass
(Connolly & Begg, 2005)
2.1.10 Normalisasi
Menurut Connolly dan Begg (2010, p416), normalisasi adalah suatu
teknik untuk memproduksi satu set relation dengan properti yang diinginkan,
sesuai dengan kebutuhan data dari suatu perusahaan. Manfaat dari
normalisasi yaitu membuat basis data menjadi lebih mudah diakses dan
dipelihara oleh pengguna, serta menghemat tempat penyimpanan pada
computer. Proses dalam normalisasi terbagi menjadi beberapa tahap
(Connolly dan Begg, 2010, p430-436), yaitu :
32
Gambar 2.19 : Proses Normalisasi
(Connolly & Begg, 2005)
Unnormalized Form (UNF)
Tabel yang mengandung satu atau lebih grup yang berulang.
First Normal Form (1NF)
Relation dimana persimpangan setiap baris dan kolomnya
hanya mengandung satu nilai. Tidak ada grup yang berulang
lg.
Second Normal Form (2NF)
Relation yang sama dengan 1NF dan setiap atribut non-
primary key bergantung fungsional penuh terhadap primary
key.
Third Normal Form (3NF)
Relation yang sama dengan 2NF dan tidak ada atribut non-
primary key yang bergantung secara transitif terhadap primary
key.
33
2.1.11 Perancangan Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2010, p465), perancangan basis data
terbagi menjadi 3 (tiga) fase utama, yaitu :
Conceptual database design : untuk membangun representasi
konseptual dari basis data, yang meliputi identifikasi entitas,
relationship dan atribut yang penting.
Logical database design : untuk menerjemahkan representasi
konseptual menjadi struktur logikal basis data, yang meliputi
merancang relation.
Physical database design : untuk menentukan bagaimana
struktur logikal dapat diimplementasikan secara fisikal
(sebagai relation dasar) pada DBMS target.
Dalam perancangan basis data, terdapat beberapa faktor kritikal untuk
sukses menurut Connolly dan Begg (2010, p467-468), yaitu :
bekerja secara interaktif dengan pengguna sesering mungkin,
mengikuti metodologi terstruktur selama proses data
modeling,
menggunakan pendekatan data-driven,
menggabungkan pertimbangan struktural dan integritas ke
dalam model data,
menggabungkan teknik konseptualisasi, normalisasi, dan
validasi transaksi ke dalam metodologi data modeling,
menggunakan diagram untuk merepresentasikan model data
sesering mungkin,
menggunakan Database Design Language (DBDL) untuk
merepresentasikan data semantik tambahan yang tidak dapat
direpresentasikan dalam diagram,
membangun data dictionary untuk mendukung diagram model
data dan DBDL,
bersedia untuk mengulang langkah-langkah.
Berikut merupakan langkah-langkah dalam metodologi perancangan
basis data (Connolly dan Begg, 2010, p468-469) :
34
Conceptual database design
Langkah 1 : Membangun model data konseptual
1.1 : Identifikasi entity type
1.2 : Identifikasi relationship type
1.3 : Identifikasi dan asosiasi atribut dengan entitas
atau relationship
1.4 : Tentukan attribute domain
1.5 : Tentukan atribut candidat, primary, dan
alternate key
1.6 : Pertimbangkan penggunaan konsep enchanced
modeling
(optional)
1.7 : Periksa model berkaitan dengan redundansi
1.8 : Validasi model data konseptual dengan
transaksi
pengguna
1.9 : Review model data konseptual dengan
pengguna
Logical database design for the relational model
Langkah 2 : Membangun model data logikal
2.1 : Menurunkan relation untuk model data logikal
2.2 : Validasi relation menggunakan normalisasi
2.3 : Validasi relation dengan transaksi pengguna
2.4 : Periksa batasan integritas
2.5 : Review model data logikal dengan pengguna
2.6 : Gabungkan model data logikal menjadi model
global (optional)
2.7 : Periksa pertumbuhan masa depan
Physical database design for relational databases
Langkah 3 : Menerjemahkan model data logikal untuk
DBMS target
35
3.1 : Merancang relation dasar
3.2 : Merancang representasi dari derived data
3.3 : Merancang batasan umum
Langkah 4 : Merancang file organizations dan indexes
4.1 : Analisis transaksi
4.2 : Pilih file organization
4.3 : Pilih index
4.4 : Perkirakan kebutuhan disk space
Langkah 5 : Merancang user view
Langkah 6 : Merancang mekanisme keamanan
Langkah 7 : Pertimbangkan perkenalan redundansi
terkontrol
Langkah 8 : Monitor dan menyesuaikan sistem operasional
36
2.1.12 Activity Diagram
Menurut Satzinger, et al. (2010, p141), activity diagram merupakan
diagram yang menggambarkan alur kerja dari berbagai macam kegiatan
pengguna atau sistem.
Gambar 2.20 : Contoh Activity Diagram
(Satzinger, et al., 2010)
2.1.13 User Interface
Menurut Satzinger, et al. (2010, p47), user interface adalah komponen
penting dari setiap sistem baru. Selama kegiatan analisis, prototyping
mungkin telah mendefinisikan beberapa elemen dari user interface. Selama
desain, semua elemen ini digabungkan untuk menghasilkan sebuah user
interface yang terintegrasi yang terdiri dari formulir, laporan, layar, dan
urutan interaksi.
37
2.1.14 Ms-SQL Server
Menurut Sivakumar (2011, p60), SQL Server merupakan sistem
manajemen basis data relasional yang merupakan bagian dari keluarga server
Microsoft. SQL Server dirancang untuk digunakan client / server dan diakses
oleh aplikasi yang menggunakan SQL.
2.1.15 Visual Basic 2010
Menurut Zak (2012, p4), Visual Basic 2010 adalah bahasa
pemrograman berorientasi obyek yang mengizinkan seorang programmer
untuk menggunakan obyek dalam menyelesaikan tujuannya.
2.2 Teori-Teori Khusus
2.2.1 Jasa Kurir (Ekspedisi)
Menurut Waluyo (2008, p200), jasa kurir adalah pemberian pelayanan
pengiriman barang dan uang yang dilakukan oleh swasta, tidak termasuk
pengiriman surat, warkat pos, dan kartu pos yang berperangko.
2.2.2 Penyewaan (Outsourcing) Mobil
Menurut Rini (2006, p95), penyewaan mobil merupakan bisnis yang
menawarkan jasa penyewaan mobil kepada pihak yang membutuhkan, baik
perorangan maupun perusahaan.
Penyewa tidak bertanggungjawab atas perawatan mobil, namun
pemilik yang bertanggungjawab atas kondisi dari mobil tersebut. Oleh karena
itu, penting untuk pemilik mengetahui dengan jelas identitas dari calon
konsumen agar mencegah hak-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, pemilik
juga harus berhati-hati dalam memilih supir yang akan diberikan
tanggungjawab.
38
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.21 : Kerangka Pikir