bersih, sederhana metode “spektakuler” dan mengabdi 40 ......mpa 364 / januari 2017 1 metode...

68
Metode “Spektakuler” 40 Hari Hafal al-Qur’an Bersih, Sederhana dan Mengabdi PPM Al-Azhar Gresik KHM. Ali Yafie ISSN : 0215-3289 NO. 364 / RABI’UL AWAL - RABI’UL AKHIR 1438 H / JANUARI 2017 / TH. XXXXII

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1MPA 364 / Januari 2017

    Metode “Spektakuler”40 Hari Hafal al-Qur’an

    Bersih, Sederhana dan Mengabdi

    PPM Al-Azhar GresikKHM. Ali YafieISS

    N :

    0215

    -328

    9N

    O. 3

    64 /

    RA

    BI’U

    L AW

    AL

    - RA

    BI’U

    L A

    KH

    IR 1

    438

    H /

    JAN

    UA

    RI 2

    017

    / TH

    . XX

    XX

    II

  • 2 MPA 364 / Januari 2017

    SEGENAP KARYAWAN DANDHARMA WANITA PERSATUANSERTA PENGELOLA MAJALAH

    MIMBAR PEMBANGUNAN AGAMAKANWIL KEMENTERIAN AGAMA

    PROVINSI JAWA TIMUR

    Mengucapkan

    "Lebih Dekat Melayani Umat"

    HARI AMAL BAKTIKE-71KEMENTERIAN AGAMAREPUBLIK INDONESIA

    Kakanwil KemenagProvinsi Jawa Timur

    H. Mahfudh Shodar

    Pemimpin RedaksiMajalah MPA

    H. Musta’in

  • 3MPA 364 / Januari 2017

    MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN EDUKASI, KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA

    PROVINSI JAWA TIMUR

    MPA 364 /JANUARI 2017

    PEMIMPIN UMUM:H. Mahfudh Shodar

    WAKIL PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI:

    H. Musta’in

    WAKIL PEMIMPIN REDAKSI:H. Ramin Abd. Wahid

    STAF AHLI:H. Husnul Maram, H. Ach. Faridul Ilmi, H. Supandi, H. Mas’ud, H. M. Syakur,

    H. M. Fachrur Rozi

    DEWAN REDAKSI:H. Ramin Abd. Wahid, H. Abd. Hadi AR

    H. Athor Subroto, H. Hartoyo H. Ahmad Husein AR

    SEKRETARIS REDAKSI:Machsun Zain, Syaikhul Hadi

    BENDAHARA:Ahmad Hidayatullah

    Staf: Khusnul Khotimah

    DISTRIBUSI/TATA USAHA:Husnul KhotimahStaf: Sukardjito

    LITBANG:Hj. Hikmah Rahman

    STAF REDAKSIEditor:

    Choirul Mustofa Reporter:

    M. Hisyam, Suprianto, Dedy Kurniawan Anni Athi’ah dan Feri Ariya Santi

    Design-Layout: Muhammad Munib

    Ilustrator:M. Tajudin Nurcholis

    Korektor: Rasmanna Rahiem

    Khoththot: M. Midzhar

    KORESPONDEN:Berkedudukan di setiap Kankemenag

    Kab/Ko se-Jawa Timur.

    ALAMAT REDAKSI:Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo,

    Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490

    e-mail: [email protected]

    DITERBITKAN OLEH:Kantor Wilayah Kementerian Agama

    Provinsi Jawa Timur.

    DICETAK OLEH:PT. Antar Surya Jaya,

    Jl. Rungkut Industri III/68 & 70 SIER Surabaya,Telp. (031) 8475000 (2200-2203)

    Fax. : 031-8470600Isi di luar tanggung jawab percetakan

    Pembaca setia, di tahun kemarin bencana tak henti-hentinya menerpa bangsa kita. Baik bencana alam, maupun bencana sosial. Moga di tahun baru 2017 ini bencana-bencana itu tak lagi melanda. Setidaknya berkurang secara signifikan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Kita berharap agar ‘Tahun Baru’ ini menjadikan ‘Hidup Baru’ pula.

    Tema itulah yang sengaja kami angkat untuk menjadi bahasan dalam Lensa Utama kali ini. Bagi Kementerian Agama, 2017 merupakan tahun spesial. Di usianya yang ke 71 ini, Kemenag bertekad menjadi semakin bersih dan melayani. “Ini menjadi penting demi menghasilkan pelayanan yang lebih optimal,” tutur Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si, selaku Sekretaris Jenderal Kemenag RI.

    Untuk itulah, Drs. H. Mahfudz Shodar, M.Ag mengingatkan, bahwa tantangan umat beragama pada masa mendatang kian berat. Memasuki era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), jelas akan terjadi persinggungan baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, hingga agama. “Maka masing-masing agama harus menanamkan nasionalisme kepada seluruh umatnya dan senantiasa menjaga keutuhan NKRI,” tandas Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini.

    Ulasan tersebut kami lengkapi pula dengan hasil wawancara bersama KH. Abdurrahman Navis, Lc. M.HI. (Ketua PWNU Jawa Timur), Prof. Dr. Saad Ibrahim, MA (Ketua Umum PW Muhammdiyah Jawa Timur), KH. Abdussomad Buchori (Ketua MUI Pusat) dan Prof. Dr. Warsono, MS (Rektor Universitas Negeri Surabaya). Juga Drs. Eddy Soepranoto (seorang guru honorer) yang kami mintai komentar seputar ‘Tahun Baru; Semangat Kerja Baru’.

    Harapan kami Pembaca, ulasan tersebut dapat menjadi sebuah muhasabah diri agar kita bisa hidup lebih baik dan sukses ketimbang tahun kemarin. Syukur-syukur jika kesuksesan itu bisa melampaui banyak orang. Sebagaimana MAN Lamongan yang sukses memperoleh label SNI. Padahal label semacam itu biasanya hanya dimiliki perusahaan barang dan jasa.

    Juga Tim Pramuka MIN Rejotangan Tulungagung yang bertandang ke Amerika Serikat, setelah berhasil menjuarai Indonesia Scouts Chalenge (ISC) National Championship 2015-2016. Merekapun dapat menikmati wisata di Dysneyland, Hollywood, hingga ke pusat perbelanjaan Otario Mills, Los Angeles. Mereka merasakan langsung dinginnya salju di Snowdrift Snow Tubing Park, San Bernardino, California, serta wisata alam Tahquitz Canyon di Palm Springs.

    Semoga para Pembaca senantiasa pula diselimuti kesuksesan demi kesuksesan. Amiin.

    Teropong ------------------------------- 5Lensa Utama --------------------------- 6Lensa Khusus --------------------------- 12Inspirasi --------------------------------- 18Agama ---------------------------------- 20Tafsir Maudlu’i ------------------------- 24Bilik Santri ----------------------------- 27Keluarga -------------------------------- 32Ta’aruf ---------------------------------- 34Edukasi --------------------------------- 36

    Serambi Madrasah --------------------- 42Khotbah -------------------------------- 44Syifa ------------------------------------ 46Lintas Peristiwa ------------------------ 50Kuliner --------------------------------- 58LAA Remaja ---------------------------- 59Cerpen ---------------------------------- 60Cuplikan Tarikh ------------------------ 61Sahabat --------------------------------- 64Dunia Islam ---------------------------- 66

  • DRS. H. NASUFYAN TSAURI, M.PD.I(Kepala Seksi BIMAS Islam Kemenag Kab. Situbondo)

    Wafat pada hari kamis, 15 Desember 2016. Di rumah sakit Ely Zabet SitubondoSemoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Dan Segala Khilafnya diampuni oleh Allah SWT. Amin...

    Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. MagetanKepala

    Drs. H. M. Nur Sjamsudin AM, M.Si

    SEGENAP PIMPINAN DAN KARYAWAN/KARYAWATIKANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SITUBONDO

    INNALILLAAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN

    TURUT BERBELASUNGKAWA SEDALAM DALAMNYA ATAS WAFATNYA:

    4 MPA 364 / Januari 2017

    Kawan, sudah tahun baru lagiBelum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiriBercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya

    Kawan siapakah kita ini sebenarnya?Muslimkah, mukminin, muttaqin,kholifah Allah, umat Muhammadkah kita?Khoirul ummatinkah kita?

    Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagiHanya budak perut dan kelaminIman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih pipih dari kain rok perempuanBetapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masaDan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-NyaSyahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau pernyataan setia pegawai rendahan saja.Kosong tak berdaya.

    Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibuLebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia dis urga.Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadual makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang rasa lapar atau haus.

    Kita manggut manggut, ooh...beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat.Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-siaKalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat gandaHaji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar.

    Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi “HAJI”Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nyaatau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,mensiasati dunia khalifahnya,

    Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalihKita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuanKita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatanMemukul, mencaci demi pendidikanBerbuat semaunya demi kemerdekaanTidak berbuat apa apa demi ketenteramanMembiarkan kemungkaran demi kedamaian pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.

    Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah NabiJangan ganggu merekaPara cendekiawan sedang memikirkan segalanyaPara seniman sedang merenungkan apa sajaPara mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-manaPara kiai sibuk berfatwa dan berdoaPara pemimpin sedang mengatur semuanyaBiarkan mereka di atas sanaMenikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri

    KH Ahmad Mustofa BisriPuisi ini terdapat dalam buku Antologi Puisi Tadarus karya Gus Mus,terbitan Adicita Karya Nusa Yogyakarta, 2003.

    KONTAK PEMBACA

  • 5MPA 364 / Januari 2017

    Bencana datang bertubi-tubi. Belum hilang trauma akibat gempa dan tsunami akhir tahun 2004 di Aceh, bulan Desember 2016 baru-baru ini masyarakat Pidie Jaya Aceh ditimpa gempa berkekuatan 6,5 SR. Ratusan juta hingga milyaran rupiah harta benda mereka hilang musnah, bangunan-bangunan besar termasuk belasan masjid roboh, lebih dari seratus jiwa menjadi korban dan ratusan jiwa lainnya hilang belum diketemukan.

    Belum lagi bencana-bencana yang terjadi sebelumnya diberbagai daerah di Indonesia. Mulai dari banjir, angin puting beliung, tanah longsor, dan lain-lain. Gempa dan aktivitas gunung berapi di Indonesia bukanlah suatu adzab dari Allah SWT, melainkan suatu konsekuensi logis dari lokasi wilayah-wilayah tersebut yang rawan bencana. Karena kepulauan Indonesia berada diatas pertemuan lempeng-lempeng bumi Eurasia, Australia, dan Pasifik.

    Bencana-bencana yang terjadi di Nusantara ini bukan semata-mata karena fenomena alam. Diantaranya karena perilaku penghuninya yang tidak ramah lingkungan. Seperti tanah longsor, banjir bandang, dan kekeringan pada musim kemarau. Sifat-sifat manusia yang rakus dan melampaui batas dalam mengeksploitasi alam dengan menebang pohon-pohon di hutan, penambangan liar menyebabkan bencana-bencana tersebut terjadi. Sebagaimana firman Allah SWT, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Maka Allah menurunkan bencana, supaya manusia merasakan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Agar mereka kembali kejalan yang benar.” (Q.S. Ar-Ruum [30]: 41).

    Macam bencana lainnya merupakan adzab yang ditimpakan kepada suatu umat atau bangsa karena kedurhakaan mereka kepada Allah SWT. Betapa banyak umat atau bangsa terdahulu yang kini hanya tinggal namanya saja. Seperti umatnya Nabi Nuh, Nabi Daud, Nabi Luth, Nabi Shalih, dan kaum Fir’aun. Umat Nabi Nuh AS ditimpa banjir bandang terbesar. Gelombang air bah itu sangat tinggi, sehingga tak seorangpun yang selamat dari musibah itu. Termasuk yang tenggelam dalam banjir itu adalah anak Nabi Nuh AS yang bernama Kan’an dan istrinya yang durhaka bernama Wali’ah. Keduanya binasa bersama-sama dengan umat Nabi Nuh AS yang tidak mau beriman. Sedangkan Nabi Nuh AS dan orang-orang beriman diselamatkan oleh Allah dalam kapal yang dibuatnya. Umat lain yang dibinasakan oleh Allah dengan adzab-Nya adalah umat Nabi Luth AS. Dalam Al-Qur’an, surat Al-A’raf ayat 80 – 84 dikisahkan. Umat Nabi Luth AS menyimpang dari fitrah dan kodrat Allah. Kaum laki-lakinya seharusnya mencintai kaum wanitanya, tetapi mereka berkencan dengan sesama jenis (liwath), yang saat ini disebut dengan kaum Lesbian dan Gay. Nabi Luth AS memperingatkan kepada mereka tetapi kaumnya menentang, sehingga turun adzab Allah SWT. Nabi Luth AS dan keluarganya diselamatkan oleh Allah SWT, kecuali istrinya yang bernama Walihah. Istri Nabi Luth tersebut ditenggelamkan ke bumi bersama-sama dengan kaum durhaka lainnya setelah ditimpa hujan batu dan tanah tempat mereka berpijak dibalik oleh Allah SWT.

    Bangsa-Bangsa yang Punah

    Demikian pula bencana yang menimpa umat Nabi Hud AS yaitu kaum Aad dan umatnya Nabi Shalih AS yang bernama kaum Tsamud. Karena penolakan mereka kepada nabinya, maka mereka menerima adzab yang pedih. Kaum Aad dibinasakan oleh Allah dengan angin kencang yang sangat dingin selama delapan hari tujuh malam sehingga mereka mati bergelimpangan seperti pohon kurma yang lapuk (Q.S. Al-Haqqah [69]: 6 – 7). Sedangkan kaum Tsamud karena keingkaran orang-orang kuat mereka kepada Nabi Shalih AS dengan membunuh unta yang merupakan mukjizat Nabi Shalih AS, maka mereka dibinasakan oleh Allah dengan adzabnya berupa gempa dan petir yang menghancurkan tempat tinggal mereka (Q.S. At-Taubah [9]: 70).

    Berbagai bencana yang menimpa bangsa kita saat ini adalah merupakan ujian dan cobaan. Ujian bagi orang yang beriman untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya. Dan merupakan cobaan terhadap kesabaran kita dalam menerima musibah dan bencana itu. Semua yang terjadi datangnya dari Allah SWT dan semuanya akan membawa kebaikan dan hikmah bagi hamba-Nya. Sikap ini mengarah kepada ketauhidan dan tawakal kita kepada Allah SWT. Dalam menghadapi bencana itu kita mesti bersabar dan tabah menghadapi ujian dan cobaan tersebut. Bagi orang yang sabar dan tawakal dijanjikan kepada mereka surga di akhirat kelak sebagai balasan atas kesabarannya.

    Demikianlah Allah dengan kekuasaan-Nya mampu membina-sakan umat-umat terdahulu, bukan karena Allah menzalimi mereka tetapi karena mereka menganiaya diri mereka sendiri. Agar Allah senantiasa melindungi negeri dan bangsa ini hendaklah penduduknya beriman dan bertakwa serta menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan mungkar •RAW.

    Maka masing-masing (mereka itu) Kami adzab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami

    benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.

    Q.S. Al-Ankabut (29): 40

    TEROPONG

  • 6 MPA 364 / Januari 2017

    2017 merupakan tahun spesial bagi Kementerian Agama. Sebab di tahun ini Kemenag merasakan eksistensinya yang ke-71 tahun.Di usia yang tidak muda lagi itu, wajar jika Kemenag bertekad menjadi semakin bersih dan melayani.

    “Ini menjadi penting demi menghasilakn pelayaanan yang lebih optimal,” tutus Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.

    Merawat Kerukunan Umat Beragama di Era Masyarakat ‘Cyber War

    Menurut Sekretaris Jenderal Kemen-ag RI ini, layanan optimal bisa diwujudkan jika Kementerian Agama mampu menjadi intitusi yang transparan dan akuntabel. Oleh karenanya, mantan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya ini menghimbau kepada selu-ruh pegawai Kemenag di semua level untuk bisa menge-depankan optimalisasi layanan kepada masyarkat. “Ini agar Kemenag yang secara teknis bertanggungjawab pada bidang agama dan kegamaan makin positif citranya di mata msyarkat,” tandasnya.

    Di tengah makin berkembangnya dina-mika kemasyarakatan yang kian pesat, Kemenag harus senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat. Terlebih dalam mengan-tisipasi kemungkinan-kemungkinan potensi bahaya yang mengancam kerukunan umat beragama di Indonesia.

    Apalagi akhir-akhir ini memang menge-muka adanya beberapa elemen masyarkaat yang menonjolkan agama dalam pemahaman yang tidak selaras dengan faham Islam Nusantara Berkemajuan. Diapun meyerukan kepada seluruh elemen dan organisasi-organisasi kembali kepada pemahaman agama mayoritas di Indoensia.

    Adapun terkait isu-isu yang bersilerwan

    sat ini, dia menaruh harapan besar kepada masyarakat agar lebih menahan diri dan tak terpancing emosi. Masyarakat juga jangan mudah percaya dengan berita-berita atau informasi yang kian massif di era cyber war. Oleh sebab itu, perlu cek dan ricek terhadap informasi yang datang. “Hal ini diperlukan agar kita tidak terjebak kepada pendapat, sikap dan tindakan yang tidak releven dengan kepen tingan masyarakat Indo nesia,” katamya mewanti-wanti.

    Yang menjadi cita-cita bersama, adalah terciptanya masya rakat Indonesia yang

    penuh kerukunan, keharmo-nisan dan keselamatan. Keti ganya tidak akan pernah meruang jika di tengah-tengah masyarakat berkembang sesuatu yang disinformatif, fitnah dan character assassination (pem-bu nuhan karakter). “Hara pan saya, masyarakat semakin cerdas dalam menggunakan IT agar tidak terjebak pada persoalan-persoalan yang lebih rumit di masa-masa mendatang,” katanya penuh harap.

    Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemang RI ini meyakini, bahwa riak-riak kecil maupun potensi pertikaian antara umat beragama bisa diselesaikan. Apalagi Indonesia memiliki pengalaman mewujudkan kerukunan umat. Tak heran jika dunia internasional sangat mengapresiasi terciptanya kerukukan umat beragama di Indonesia. “Dengan kinerja yang optimal dari Kemenag, kita tidak perlu terlalu khawatir mengenai kerukunan umat beragama ini,” ucapnya penuh keyakinan.

    Diakuinya, Indonesia merupakan contoh terbaik dalam hal membangun kerukukan umat beragama. Dan yang terpenting saat ini, bagaimana merawat kerukunan tersebut. Sebagai bangsa yang di dalamnya hidup beraneka ragam suku, adat istiadat, ras dan

    Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si

    Sekretaris Jenderal Kemenag RI

  • 7MPA 364 / Januari 2017

    agama memiliki pengalaman panjang dalam mengelola berbagai perbedaan pendapat. “Kalaupun sekarang kesannya terjadi pernak-pernik persoalan yang kian beragam, saya rasa itu tetap masih dalam kendali,” ujar penulis buku “Madzab-Madzab Antropologi” dan “Islam Pesisir” ini memberikan jaminan. “Melalui forum-forum dialog antar umat beragama, insyaAllah semua bisa diselesaikan,” imbuhnya menandaskan.

    Dalam menanggapi gejala timbulnya isu sosial keagamaan dan gejala intoleransi, tutur Drs. H. Mahfudz Shodar, M.Ag, sebenarnya Menteri Agama bersama Menteri dalam Negeri telah mengeluarkan Peratuan Bersama Menteri (PBM) nomor 8 dan 9 tahun 2006. Secara teknis operasional, PBM ini mengamatkan tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Keru-kunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat.

    Dalam PBM tersebut disebutkan, bahwa manakala timbul pertikaian umat beragama, majelsi-majelis agama diberikan kewenangan untuk mengatasinya dan Kemenag sebagai tenda besar umat beragama harus mampu memberikan perlindungan yang adil. “Oleh karenanya, terhadap berbagai isu keagaman yang menerpa Kemenag harus netral dan berdiri di atas semua agama-agama,” tegasnya.

    Bagi Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini, netralitas di sini berarti melindungi seluruh agama yang ada. Kemenag akan memberikan ruang yang proporsional kepada masing-masing agama. “Jadi otomatis yang agama mayoritas berarti ruangnya

    Balai hingga reaksi atas penistaan agama, baginya tidak perlu terlalu dirisaukan. Karena pemerintah sudah memprosesnya secara hukum. Adapun Kemenag dalam hal ini juga secara intens melakukan pembinaan dan membuka ruang dialog antar umat beragama. “Upaya ini kita lakukan agar masyarakat makin teredukasi dan saling menghormati, serta tak mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan intoleran,” katanya beralasan.

    Sementara itu, Pak Mahfudz – pangilan karibnya – juga menyoroti adanya fatwa haram penggunaan atribut natal bagi Muslim. Meski ada yang mencibir fatwa tersebut dengan alasan mengganggu kebhinekaan Indonesia dan mengancam toleransi. tapi menurutnya fatwa MUI ini sudah tepat. “Justru fatwa tersebut menjaga kebhinekaan dan toleransi selama ini,” tukasnya memberikan alasan. “Apalagi fatwa ini sasarannya kan hanya umat Islam dan bukan untuk umat lain,” imbuh suami Istiqamah Mahfudz ini.

    Baginya, toleransi tidak berarti mele-burkan atau mencampuradukkan agama. Toleransi berarti memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Jadi tidak dibenarkan seorang Muslim mengikuti kebaktian di gereja ataupun menggunakan atribut keagamaan lain ataupun sebaliknya.

    Pak Mahfudz mengingatkan, bahwa tantangan umat beragama pada masa-masa mendatang kian berat seiring perkembangan zaman. Apalagi memasuki era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Jelas akan terjadi per singgungan-persinggungan baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hu-kum, hingga agama. Lantaran itulah dia menghimbau seluruh majelis agama membentengi umatnya dari pengaruh buruk MEA. “Yang terpenting, masing-masing agama harus menanamkan nasionalisme kepada seluruh umatnya. Dan juga senantiasa menjaga keutuhan NKRI,” tandasnya.

    Dengan modal ini, harmoni masyarakat pasti bisa tercipta. Dan berbekal dialog lintas agama, tantangan keumatan ke depan pasti bisa dihadapi bersama. Kuncinya terletak pada koordinasi yang baik antara pemeluk agama. Maka jangan sampai ada kebuntuhan dialog antar tokoh agama. “Inilah yang mungkin bisa meminimalisir kemungkian gangguan maupun masalah dan kesalapahaman yang kerap timbul,” pungkasnya.

    • Laporan: Anni Athiah, Suprianto(Surabaya).

    lebih besar dari pada yang minoritas. Tapi tak berarti mengkesampingkan kelompok minoritas,” paparnya.

    Kakanwil sendiri sangat menyangkan gencarnya pemberitaan yang seakan-akan kerukukan umat beragama di Indonesia telah berada di ujung tanduk. Padahal menurutnya, kerukunan selama ini masih terjaga. “Selama persoalan agama tidak dibumbuhi masalah politik pasti akan sangat mudah dijinakkan ketika terjadi letupan,” ucapnya optimis.

    Munculnya kasus Tolikara, Tanjung

    Indonesia merupakan contoh terbaik dalam hal membangun kerukukan umat beragama. Dan yang terpenting saat ini, bagaimana merawat kerukunan tersebut. Sebagai bangsa yang di dalamnya hidup beraneka ragam suku, adat istiadat, ras dan agama memiliki pengalaman panjang dalam mengelola berbagai perbedaan pendapat.

    Drs. H. Mahfudz Shodar, M.Ag

    Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jatim

  • 8 MPA 364 / Januari 2017

    Menurut Ketua PWNU Jawa Timur ini, munculnya persolaan keagamaan tidak datang tiba-tiba. Tapi dipicu oleh beragam faktor. Seperti kasus Tanjung Balai, Tolikara, hingga mencuatnya gerakan bela Islam atas kasus penistaan agama, bisa muncul karena faktor agama sendiri, politik, hukum, hingga sosial ekonomi. “Terkadang satu faktor saja yang menjadi api penyulut, tapi bisa juga datang secara bersamaan ,” tukasnya.

    Dengan melihat tiap kasus dari api penyebabnya, katanya, tentu akan menjadikan bijak dalam menyelesaikannya. Jika persoalan yang menguat adalah unsur agama, tentu pendekatan agama harus menjadi jembatan solusi. Tapi kalau faktor sosial ekonomi yang mengemuka, otomatis ini yang harus menjadi titik tekannya. “Jangan lantas malah dengan gampang melabeli tiap konflik keagamaan yang muncul dengan intoleran tanpa terlebih dulu mengurai akar persoalannya,” tandasnya mengingatkan.

    Menurutnya, persoalan toleransi tidak harus dimaknai pasif dengan membiarkan

    umat lain melecehkan agama tertentu. Toleransi harus dimaknai sebagai sikap memberikan kesempatan orang berbuat sesuai dengan keyakinan masing-masing tanpa harus menggaggu ataupun diganggu.

    Dalam masyarakat yang kian majemuk tentu tidak bisa dihindari munculnya persinggungan antar umat agama. Di sinilah sebenarnya ujian berat penganut beragama. Maka yang bisa dilakukan bagi umat, adalah memperkuat aqidah dan keyakinannya tanpa harus berusaha menganggu keyakinan umat lain. Dan ketika muncul permasalahan, agama memiliki panduan yang jelas dan arif.

    Koordinator Aswaja Centren PWNU Jatim ini mengingatkan, agar kini umat berhati-hati lantaran mulai dihembuskan isu keretakan toleransi. Sebab toleransi beragama sudah sejak lama tumbuh subur di negeri ini. Yang dikhawatirkannya, justru isu ini dipergunakan sebagai alat kelompok tertentu untuk melemahkan mayoritas umat Islam. “Inilah tirani minoritas terhadap mayoritas,” ujarnya.

    Menangkal Imperialisme Gaya BaruMelalui Fatwa Keagamaan

    Ada kekhawatiran toleransi umat beragama di Indonesia mencapai titik nadir. Kerusuhan Tanjung Balai dan juga Tolikara tahun lalu, telah menghentakkan kesadaran bahwa gambar kerukunan dan toleransi beragama di negeri ini kian buram. Ditambah lagi beberapa waktu lalu juga muncul gerakan massa dengan dalih membela agama.

    “Kita harus melihat satu persatu peristiwanya secara jernih,” ujar KH. Abdurrahman Navis, Lc. M.HI.

    KH. Abdurrahman Navis, Lc, M.HI

    Ketua PWNU Jawa Timur.

  • 9MPA 364 / Januari 2017

    Prof. Dr. Saad Ibrahim, MA

    Ketua Umum PW Muhammdiyah Jawa Timur.

    Tak berhenti disitu, isu pluralisme juga kian ditiupkan sebagai perwujudan toleransi. Bahkan ada pendapat dari beberapa kelompok yang menganjurkan umat saling memberikan ucapan selamat saat perayaan agama. “Ucapan selamat itu adalah doa. Doa adalah inti ibadah. Maka ucapan selamt atas hari besar agama lain tidak diperbolehkan dalam Islam,” tegasnya. “Apalagi turut hadir dalam perayaan tersebut. Karena ini domain ibadah, sehingga yang berlaku adalah lakum diinukum waliyadiin,” ujar pengisi program ‘Kiswah’ TV 9 ini menjelaskan.

    Berbeda lagi jika berkaitan muamalah atau huungan sosial kemasyarakatan. Tak masalah umat beragama saling berkongsi dalam bisnis. Atau juga bekerjasama dalam membangun. Sebab itu sudah jauh hari dicontohkan Rasulullah SAW pola hubungannya dengan tetangga Yahudinya. “Jadi, sepanjang masalah muamalah itu diperbolehkan. Tapi kalau masalah ibadah ini harus tegas. Sekali lagi ini bukan berarti intoleran,” tandasnya.

    Sementara itu, keberadaan Kementerian Agama sebagai payung bear umat beragama, harus mampu berdiri di tengah-tengah. Kemenag harus memposisikan agama sesuai dengan posisinya masing-masing. Dan ke depan Kemenag juga harus mendorong dialog-dialog untuk memecahkan kebuntuan komunisasi.

    Selain itu, yang tak kalah penting, adalah meperkuat sikap saling menghormati umat beragama dan tidak mencampuradukan antara ajaran agama tertentu dengan agama lain. “InsyaAllah kalau ini bisa dilakukan, harmoni pasti tercipta dengan indah,” pungkas dosen Fak. Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya ini optimistis.

    Meski tak mendukung Aksi Bela Islam pada 18 Oktober, 4 November dan 2 Desember lalu, namun Muhammadiyah tidak bisa menghalangi orang untuk ikut dalam aksi yang digagas Gerakan Nasional

    Pendukung Fatwa (GNPF) MUI tersebut. “Sebab undang-undang sendiri melindungi orang untuk menyampaikan aspirasinya. Kalau dilarang justru kita melanggar undang-undang,” kilah Prof. Dr. Saad Ibrahim, MA.

    Ketua Umum PW Muhammdiyah Jawa Timur itu mengatakan, bahwa dalam iklim demokrasi salah satu cirinya adalah kebe-basan berpendapat. Jadi selama penyam paian pendapat dilakukan secara tertib dan jauh dari aksi anarkis, sah-sah saja dilaksanakan.

    Timbulnya kekhawatiran adanya aksi makar, tuturnya, itu sudah menjadi kewe-nangan negara mengusutnya. Tapi jangan lantas setiap aksi demo diindikasikan makar. Apalagi keberadaan ormas seperti Muhamamdiyah dan NU, itu jauh lebih dulu dari negara ini terbentuk. “Negara ini berdasarkan kesepakatan tokoh-tokoh bangsa, termasuk Muhammadiyah. NKRI harga mati dan final. Kita juga tidak suka negara ini kacau balau,” tegasnya.

    Di sisi lain, setiap aksi harus dicermati dan menjadi bahan koreksi. Besarnya peserta Aksi Bela Islam tentu tidak saja dilatarbelakangi oleh kasus penodaan agama semata. Sebab bisa jadi ada ketidakpuasan yang lebih besar di balik itu. Salah satunya adalah faktor ketidakadilan di berbagai bidang.

    Prof. Saad menuturkan, bahwa pemeluk Muslim di negeri ini adalah mayoritas. Tapi meski secara kuantitas besar, ternyata tak berdaya di berbagai bidang. Baik secara ekonomi, politik, hukum, agama dan budaya. Dalam waktu bersamaan seakan negara abai. Kalau saja pemerintah merespon sejak awal, tentu aksi-aksi apapun bisa diredam sejak dini. “Tapi gerakan umat yang sudah membesar itu sudah tak terbendung lagi. Dan ini harus menjadi bahan peringatan pemerintah,” ucapnya serius.

    Dalam teori politk modern, ada tiga unsur pendukung demokrasi. Ketiganya adalah negara hukum (the rule of law), masyarakat madani (civil society), dan aliansi kelompok strategis. Menurut Guru Besar UIN Malik Ibrahim Malang ini, ketiga unsur tersebut harus berjalan saling beriringan. Tidak boleh ada satu unsur yang mendominasi. Dan yang terjadi saat ini, ada kelompok-kelompok strategis dari golongan konglomerasi yang begitu dominan. “Munculnya geraan civil society harus dipahami sebagai upaya untuk menyeimbangkan,” ujarnya.

    Di era cyber war saat ini, sambung KH. Abdussomad Buchori, perlu diwaspadai

  • 10 MPA 364 / Januari 2017

    masuknya imperialisme gaya baru. Menu-rutnya, ada segitiga imperialisme yang senan tiasa mengancam eksistensi Indonesia. “Kaum zionis berada di puncak segitiga itu. Lalu di kedua kakinya ada negara-negara Barat dan para misionaris,” ungkapnya serius.

    Ketua MUI Pusat ini mengingatkan, bahwa dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 120 disebutkan dengan gambang peringatan atas potensi bahaya dari golongan Yahudi dan Nasrani. “Selamanya mereka tidak akan rela membiarkan eksistensi Islam di manapun termasuk di Indonesia,” tukasnya mewanti-wanti.

    Ketua Umum MUI Jatim ini juga menuturkan, bahwa sejak penjajahan Belanda hingga saat ini, bangsa kita senantiasa dalam rongrongan imperialisme. Tentu saja tidak dalam bentuk kolonialisme secara fisik seperti pada masa lalu. Tapi menggunakan model penjajahan yang relatif jauh dari kontak fisik dan lebih masif.

    Kiai Somad – panggilan karibnya – mengung kapkan, bahwa ada sembilan setra-tegi yang dipakai kaum imperialis untuk melancarkan aksinya selama ini. Diantara siasat penghancuran Muslim tersebut, salah satunya adalah pemiskinan. Butkinya adalah di Indonesia. Meskipun pemeluk Islam di negara ini secara kuantitas mayoritas, tapi secara ekonomi mereka lemah dan dilemahkan.

    Cara yang kedua, adalah menguasai seluruh sumber kekayaan alam di negeri yang disebut sebagai jamrud katulistiwa ini. Tentu ini sangat bertentangan dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3, dimana seharusnya bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diper gunakan untuk sebesar-besarnya kemak muran rakyat. “Tapi nyatanya, kakayaan alam kita banyak dikuasai konglomerasi,” ucapnya miris.

    Tak cukup itu, para imperialis juga berupaya menguasai aset-aset ekonomi sebagai setrategi mereka yang ketiga. Sedang-kan yang keempat, adalah penguasaan aset informasi. “Mereka sangat percaya bahwa siapa yang menguasai media, pasti bisa menguasai dunia,” kata ayah empat anak ini. “Dan industri media kita mayoritas dikuasai siapa?,” imbuhnya melempar tanya.

    Selain itu, mereka juga menguasai aset politik dan hukum sebagai jalan kelima. Lalu setrategi penghancuran keenam, adalah penghancuran moral. Selain itu, secara serius mereka juga berupaya melakukan penghancuran militansi Islam. Ini juga dilanjutkan dengan melakukan proses

    deislamisasi dan gencar melakukan konversi agama atau pemurtadan.

    Kini dari kesembilan setrategi tersebut telah membuahkan hasil nyata. Lelaki kela-hiran Mojokerto 3 April 1943 ini mengambil contoh, bagaimana respon masyarakat dengan memojokkan orang yang sejatinya menunjukkan militansinya dalam beragama. “Bagaimana bisa orang berbicara tegas tentang halal-haram langsung dicap radikal dan sebagainya,” paparnya terheran-heran. “Inilah keberhasilan propaganda dengan melalui beragam media yang dimiliki mereka saat ini,” katanya menyesalkan.

    Belum cukup itu, label intoleranpun dihembuskan tatkala ada kelompok Muslim yang berusaha dengan sungguh-sungguh melindungi aqidah dan syariat umat. Apa yang dilakukan MUI melalui fatwa maupun pendapat keagamaanya, sebenarnya dalam rangka melindungi hal itu. “Tapi justru oleh sebagian orang dan tak jarang dari kalangan Muslim sendiri mem-bully habis-habisan,” ucapnya seakan tak percaya.

    Lantaran itulah, memasuki gerbang tahun 2017 ini, pengasuh Pondok Pesantren Darussyifa’ Asshomadiyah Bebekan Sidoarjo ini berharap, agar umat merapatkan barisan. Jangan mudah terjebak pada isu-isu yang sejatinya menceraiberaikan umat. Tak hanya itu, aqidah dan keimanan serta syariat masyarakat Muslim harus terus dirawat. “Jangan pernah lagi memisahkan antara aqidah dan syariat. Sebab aqidah merupakan fondasi utama. Sedangkan syariat merupakan implimentasinya,” jelasnya.

    Dirinya teringat tulisan KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab ‘Irsyadussyari’. Di dalam

    kitab tersebut, pendiri NU itu menuturkan, bahwa attauhiid yujiibul iiman. Faman laa iimaana lahu, laa tauhiida lahu. Wal iimaanu yujiibusyariiah. Faman la iimaana lahu, laa syarii’ata lahu wala tauhiida lahu. Fasyarii’atu tujiibul adab. Faman laa aadaba lahu, laa iimaana lahu walaa syarii’ata lahu wala tauhiida lahu.

    Di kitab tersebut diterangkan secara gamblang, bahwa tauhid membuahkan keimanan. Ketika seseorang tidak beriman, maka otomatis dia tak bertauhid. Adapun keimanan termanifestasikan dalam bentuk syariat. Seseorang yang tak beriman maka otomatis tidak bersyariat dan tidak pula bertauhid. Adapun implikasi syariat, adalah terbentuknya akhlak. Siapa saya yang menampilkan perilaku tak berakhlak, berati tak memiliki keimanan, tak pula bersyariat, sertta tak bertauhid.

    Mencuatnya reaksi besar-besaran atas kasus penistaan agama, juga menjadi sorotan Prof. Dr. Warsono, MS. Menurutnya, di tengah masyarakat yang belum teredukasi secara benar, isu apapun pasti akan disikapi secara emosional. “Apalagi kalau permasalahan yang timbul itu dikaitkan dengan aspek religiusitas atau agama. Pasti responnya luar biasa,” tuturnya.

    Padahal menurut pengamatan Rektor Unesa ini, kasus-kasus sosial keagamaan selama ini lebih kental nuansa politiknya. Sudah seharusnya tiap kali terjadi konflik harus diurai secara detil pihak-pihak yang terlibat dan apa motifnya. “Perlu dipikir ulang juga, apakah betul dalam rangka membela agama harus melakukan gerakan secara besar-besaran,” katanya melempar tanya.

    KH. Abdussomad Buchori

    Ketua MUI Pusat.

  • 11MPA 364 / Januari 2017

    Yang dikhawatirkan lelaki kelahiran Boyolali 19 Mei 1960 ini, jangan sampai kengototan aksi bela agama tak diiringi dengan melakukan ajaran agama itu sendiri. Menurutnya, definisi membela gama adalah mengamalkan nilai-nilai agama secara benar. Rasulullah saja tidak pernah membenci para penghinanya. Bahkan tak pernah sekalipun memeranginya. “Rasulullah itu tidak pernah menggunakan pendekatan kekerasan. Tapi justru pada zaman Rasul banyak orang masuk Islam karean akhlaknya yang santun,” tandasnya memberikan amtsal.

    Dia menduga, bahwa Aksi Bela Islam merupakan cermin kegagalan ormas dan pemuka agama dalam membina umat. Bahkan yang lebih miris lagi, muncuk friksi di antara mereka. Yang paling tampak di permukaan, adalah tiga kelompok; yakni kelompok pendukung aksi, kelompok pennentang aksi dan kelompok yang netral. Masing-masing kelompok ini memiliki tokoh dan pengikut. Seringkali pengikut inilah yang justru membuat gaduh suasana. “Ini bisa kita lacak bagaimana dunia medsos beberapa waktu lalu yang penh dengan ujaran kebencian masing-masing kelompok,” kata Sosiolog Unesa ini menunjukkan fakta.

    Melihat fenomena saat ini, dirinya rindu akan sosok Gus Dur. Andaikan Presiden RI ketiga itu masih ada, dia memastikan keriuhan semacam itu tidak akan terjadi. Dengan kewibawaan yang dimiliki cucu pendiri NU tersebut, drinya berani mengambil sikap di luar mainstrem pemikiran. “Saya melihat tokoh-tokoh kita saat ini tidak ada yang memiliki kewibawaan dan kepercayaan diri sekuat Gus Dur,” simpulnya.

    Di sisi lain, Warsono juga menyayangkan munculnya sikap arogansi masyarakat dengan mengindahkan etika mencelah tokoh yang berseberangan dengan dirinya. Menurutnya, ini menunjukkan makin menguatkan distrust di kalangan umat. Sikap

    Bagi guru, liburan sekolah itu ibarat pisau bermata dua. Artinya kita harus berhati-hati dalam mengambil sikap dan kebijakan. Sebab kalau salah program, masa liburan Tahun Baru hanya untuk berhura-hura semata. Oleh karenanya, kita harus jeli dalam memilah dan memilih yang baik untuk kita berikan kepada anak-anak.

    Kita bisa merancang program-program yang di satu sisi bersifat refreshing, namun di sisi lain juga bisa bernilai pendidikan. Bagus juga jika mereka kita ajak ke tempat-tempat bersejarah atau dengan melakukan wisata religi. Bisa pula dengan kegiatan-kegiatan lain berupa bhakti sosial atau yang semacamnya. Yang penting, kegiatan mereka tidak sia-sia dan tak bersifat merugikan diri sendiri dan orang lain.

    Sebab pada kenyataannya, banyak masyarakat yang menikmati liburan panjang tahun baru ini dengan menyambutnya secara hura-hura. Meski sesungguhnya, mereka memang selama ini merasa terbelenggu dengan pekerjaannya selama setahun. Namun sebaiknya, kegiatan refreshing itu dicari bentuk-bentuk aktivitas yang positif. Jadi, disamping rasa jenuh dan penat terobati, tapi juga memperoleh nilai positif untuk ruhaninya.

    Intinya, dalam memasuki Tahun Baru 2017, hendaklah kita dapat mengubah hidup menjadi lebih baik. Menurut saya, mengubah hidup manusia itu tidak perlu menunggu akhir tahun. Terlalu lama! Setiap saat bisa dilakukan. Tapi kalau dijadikan momen dan dipakai sebagai pemicu semangat kerja itu lebih baik. •Rasmanna Rahem

    tersebut muncul lantaran masyarakat terjebak dalam kepentingan-kepentingan yang sangat pragmatis, sehingga orientasi religiusnya menjadi terabaikan. “Ini tidak hanya terjadi di masyarakat, tapi juga terjadi di kalangan elit sendiri. Ini yang menjadi persoalan,” ujarnya risau.

    Agar hal itu tidak terus berulang, maka menurutnya yang perlu digalakkan saat ini adalah mendorong masyarakat untuk menggunakan nalar sehat dalam beragama. Menurut Prof. Warsono, nalar dan keyakian harus lebih sehat dari syahwat materilal dan syahwat politik.

    Maka pendidikan menjadi instrumen penting dalam mendidik orang untuk berpikir dengan nalar logis. Nalar yang logis sangat berpengaruh pada pengetahuan yang dihasilkan. Dari pegetahuan akan mewariskan keyakinan, sikap dan tindakan. Jadi, corak pegetahuan yang didapat sangat ditentukan dari cara berpikir atau nalar yang digunakan. “Ingat, dengan cara berpikir yang tidak benar bisa mengakibatkan orang menjadi egois,” ucapnya menandaskan.

    •Laporan: Suprianto, Fery Aria Santi,M. Tajuddin Nurcholis (Surabaya).

    Drs. Eddy Soepranoto (Guru Honorer)

    TAHUN BARU, SEMANGAT KERJA BARU

    Prof. Dr. Warsono, MS

    Rektor Universitas Negeri Surabaya.

  • 12 MPA 364 / Januari 2017

    Kakanwil Apresiasi Peran MUIMUI merupakan penjaga akidah muslim Jatim. Hal ini disampaikan Drs. H. Mahfudz Shodar, M.Ag

    saat membuka Rapat Kerja Daerah MUI Prov. Jatim pada 21 Desember lalu di Asrama Haji Surabaya.“Dengan keberadaan MUI, saya yakin Jawa Timur tetap kondusif,” ucapnya penuh optimistis.

    Dalam kesempatan ini, Kakanwil Kemenag Prov. Jatim juga sangat berterima kasih kepada MUI, atas perannya dalam membentengi akidah umat. Hal ini tentu turut membantu Kemenag dalam upaya melakukan pembinaan masyarakat. Oleh karena itu, relasi antara Kemenag dan MUI harus ditingkatkan dalam upaya menghadang pengaruh negatif sebagai konsekuensi masuknya era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

    Kakanwil pun beraharap, dari Rakerda ini bisa ditelorkan ide-ide untuk membentengi generasi muda dari dampak buruk teknologi dan MEA. Apalagi di era MEA, Indonesia membebaskan visa bagi 169 negara. “Memang dari sisi devisa negara naik, tapi tentu pengaruh buruknya harus diantisipasi bersama,” tandasnya serius. “Semoga ke depan generasi emas benar-benar terwujud sehingga membawa Indonesia menjadi baldatul thayyibatun wa rabbun ghafur,” imbuhnya penuh harap.

    Sementara itu, Dr. HM. Sudjak, M.Ag melaporkan bahwa peserta Rakerda yang dihelini sejumlah 150 orang. Mereka terdiri dari 2 perwkilan dari MUI kab/ko se-Jatim. Selebhnya adalah pengurus harian dan ketua serta sekretaris masing-masing Komisi di MUI Jatim.

    Ketua Panitia Rakerja MUI Jatim ini pun menjelaskan bahwa tujuan rapat kerja ini adalah untuk mengetahui realisasi program MUI baik Provinsi maupun kab/ko se-Jatim tahun 2016. Selain itu juga dirumuskan berbagai program andalan tahun 2017. “Ke depan tantangan, ujian dan tanggung jawab MUI kian besar. Maka diperlukan persamaan persepsi antara MUI Jatim dan MUI di kab/kota,” ucapnya.

    Hal ini diamini Drs. H. Masduki Baidlowi dari MUI Pusat yang menghadiri Rakerda yang dihelat pada 21-22 Desember lalu. Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI ini pun memaparkan perkembangan mutakhir MUI pasca Gerakan Bela Islam di

    Jakarta beberapa waktu lalu. Penasehat Lembaga Perguruan Tinggi

    Nahdlatul Ulama (LPTNU) ini pun membeberkan fakta bahwa telah terjadi serangan yang luar biasa terhadap MUI melalui cyber media. Berbagai hujatan dan cemoohan hingga opini negatif membanjiri. Namun, perang media ini mampu dimenangkan dengan gemilang. “Alhamdulillah, meski MUI tidak memiliki komisi khusus bidang cyber media, tapi dukungan umat begitu besar hingga kita berhasil memenagkan cyber war ini,” katanya bahagia.

    Lebih jauh dari itu, dari Gerakan Bela Islam itu, dia berharap bisa dijadikan momentum kebangkitan dan persatuan umat Islam. Apalagi tantangan yang dihadapi umat kian beragam. Tak hanya sekotr akidah tapi juga ekonomi. “Semoga ke depan kita banyak melahirkan entrepreneur muslim. Dan forum Rakerda ini bisa diformulasikan strategi konkretnya,” tandasnya berpesan. •Pri.

    LENSA KHUSUS

  • 13MPA 364 / Januari 2017

    Di antara pejabat yang dilantik adalah Masud,S.Ag,M.PdI sebagai Kepala bidang PD Pontren, Dr. Ach. Faridul Ilmi, M.Ag sebagai Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh, dan Drs. Husnul Maram, M.HI sebagai Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf. Selain itu, ada pula Drs. Leksono, M.Pd.I yang dipercaya sebafau sebagai Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam, dn Drs. Rosyadi Badas, M.Pd.I sebagai Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.

    Adapun Drs. M. Sakur, M.Si yang sebe-lumnya menjabat sebagai Kabid PHU Kanwil Kemenag Prov. Jatim kini menempati posisi baru sebagai Kepala Kankemenag Kab. Madiun. Lalu Drs. Mohammad Fachrur Rozi, MHI (Kabid Penais Zawa) mendapat amanah sebagai Kepala Kankemenag Kab. Jember.

    Selanjutnya dalah Busthami, SH, MHI sebagai Kepala Kankemenag Kab. Bondowoso, Drs. Slamet, MHI sebagai Kepala Kankemenag Kab. Banyuwangi, Santoso, S.Ag, M.Pd sebagai Kepala Kankemenag Kab. Probolinggo, Muhammad, S.Sos, M.Pd.I sebagai kepala Kankemenag Kab. Lumajang dan Drs.Abd. Wahib, M.PdI sebagai kepala kankemenag Kab. Gresik.

    Dr. Haris Hasanudin, M.Ag yag sebe-lumnya menjadi Kepala Kankemenag Gresik, bergeser posisi sebagai Kepala Kankemenag kota Surabaya. Lalu Drs. Moh. Bakri, M.Pd.I menerima amanah sebagai kepala Kankemenag Kab. Sumenep. Lalu Drs. Ec. Moh. Shodiq, M.Pd.I dilantik menjadi Kepala Kankemenag Kab. Pamekasan.

    Adapun Drs. H. Juhedi, M.Pd.I dipercaya sebagai Kepala Kankemenag Kab. Sampang. Drs. Mudjalli, MHI dilantik sebagai Kepala Kankemenag Kab. Bangkalan. Dan Dr. Mohammad Zaini, MM (Sebelumnya Kakan kemenag Kota Kediri) didaulat sebagai Kepala Kankemenag Kota Malang.

    Dalam acara ini turut pula dilantik Drs. Imron, M.Ag sebagai kepala Kankemenag Kab. Malang, Drs. Mohammad Asadul Anam, MA sebagai kepala Kankemenag Kab. Pasuruan, dan Drs. Barnoto, M.Pd.I sebagai Kepala Kankemenag Kab. Mojokerto. Turut pula dilantik juga Nuril Huda, SH, S.Pd.I, MH

    Kanwil Kemenag Prov. JatimMerotasi 25 Pejabat Eselon III

    Demi melakukan penyegaran, Kanwil Kemenag Prov. Jatim merotasi 25 pejabat eselon III pada 7 Desember lalu.Sebelumnya juga telah dilakukan penataan ulang pejabat eselon 4 dan 5 pada akhir November lalu.

    sebagai kepala Kankemenag Kab. Tulungagung. Adapun Zuhri, S.Ag, M.Si sebagai Kepala Kankemenag Kota Kediri, Drs. Moch. Amin Mahfud sebagai kepala Kankemenag Kab. Jombang dan Drs. Syahidan, MH sebagai Kepala Kankemenag Kab. Trenggalek.

    Dalam pelantikan yang dilaksanakan di Aula al-Ikhlas Kanwil Kemenag Prov. Jatim itu, Drs. H. Mahfudz Shodar, M.Ag menyampaikan amanatnya. Kakanwil Kemenag Prov. Jatim itu pun menyitir Surat Ali Imron ayat 26 dan Al Baqoroh ayat 216. Berpihak dari kedua ayat

    tersebut, dia menjelaskan bahwa jabatan merupakan amanah dari Allah dan bukan hak dari pegawai.

    Kakanwil berharap melalui amanah yang baru ini, para pejabat dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh keberkahan. Dia juga mengajak pejabat yang baru dilantik untuk segera menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan berkoordinasi dengan pihak terkait. Selain itu, dalam menjalankan tugas, juga harus berhati hati. Sebab, tak menutup kemunhkinan datangnya godaan yang justru bisa menjerumuskan. •Psri

    LENSA KHUSUS

  • 14 MPA 364 / Januari 2017

    1.600 Orang Lintas AgamaRamaikan Jalan Sehat Kerukunan

    Suasana akrab begitu tampak dalam Jalan Sehat Kerukunan yang dihelat Kanwil Kemenag Prov. Jatim pada 18 Desember lalu.Sekitar 1600 orang dari lintas agama begitu kompak dan larut dalam jalan sehat dalam rangka menyambut

    Hari Amal Bakti (HAB) Kemenag RI ke-71 yang jatuh pada tanggal 3 Januari 2017.

    Mereka terdiri dari Keluarga Besar Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Keluarga Besar BDK Surabaya, dan Keluarga Besar UPT Asrama Haji Surabaya. Selain itu dalam acara yang bertajuk “Dengan Kebhinekaan Kita Tingkatkan Harmoni dan Kerukunan Menuju Jawa Timur Damai,” hadir pula para tokoh agama baik dari MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan Matakin. “Inilah bukti komitmen kita dalam menjaga kerukunan umat beragama yang berke-lanjutan,” tutur Hj. Hikmah Rahman, Ketua Panitia Jalan Sehat Kerukunan ini bangga.

    Adapun para pejabat yang tampak hadir pada kegitan ini adalah seluruh pejabat eselon III mulai dari Kabag TU, Para Kepala Bidang, Pembimas yang masing-masing didampingi para istri. Tak hanya itu turut lebur dengan para peserta Jalan Sehat Kerukunan adalah Kepala BDK Surabaya, Dr. H. Much.Toha, Kepala UPT Asrama Haji Surabaya, Drs. H. Samsul Anam serta Perwakilan dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun mantan pejabat yang turut hadir adalah mantan Kakanwil Kemenag Prov. Jatim, Dr. H. M. Sujak, MAg yang juga merupakan ketua MUI Jatim.

    Dalam kegiatan yang dihadiri Sekjend Kemenag RI, Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi, itu Kakanwil Kemenag Prov. Jatim mengingatkan agar semangat kerukunan antar umat beragama terus dirawat. “Dengan medium jalan sehat ini, komunikasi umat lintas agama bisa berjalan informal, rilek, menghibur dan tentu saja menyehatkan,” ujar Dr. H. Mahfudz Shodar, MAg.

    Dia berharap, semua ini bisa memebrikan dampak yang luar biasa. Paling tidak, dalam suasan yang berbalut kekeluargaan ini bisa mencairkan potensi ketegangan dan merekatkan relasi antar Agama. “Jadi memperkuat kualitas komunikasi antara umat beragama ini merupakan kreasi dan inovasi untuk pemeliharaan kerukunan,” tandasnya.

    Dia pun mengingatkan dengan semangat kerukunan ini, bisa menghimpun ke-

    kuatan dan menjadikan keberagaman dan perbedaan sebagai kekuatan bangsa. Apalagi kerukunan antar umat bergama memiliki sejarah panjang yang kuat di negeri ini.

    Sementara itu, diakhir acara dilakukan pengundian doorprize. Ada berbagai hadiah yang telah disiapkan mulai dari Lemari Es, TV, Sepeda Gunung sampai dengan voucher menginap di Hotel dan Banyak lagi doorprize yang telah disiapkan Panitia. •Pri.

    LENSA KHUSUS

  • 15MPA 364 / Januari 2017

    Rahasia di Balik TayamumBanyak yang mengira bahwa (satu-satunya) hikmah berwudhu adalah membersihkan badan dari

    kotoran yang menempel di tubuh kita. Kalau demikian, bagaimana bisa wudhu diganti dengan tayammum yang dilakukan dengan membasuhkan debu ke wajah dan telapak tangan?

    JENDELA ILMU

    Ada seorang teman yang tinggal di salah satu Negara di Eropa. Pada saat musim dingin, dia sering kesetrum saat memegang handle pintu yang terbuat dari logam. Kenapa hal ini bisa terjadi? Seseorang non muslim kemudian menerangan fenomena yang terjadi padanya. Molekul air yang mengembun di tubuh kita akan menetralkan listrik statis yang terakumulasi di tubuh kita.

    Di musim dingin, udara sangat kering, sehingga tidak ada molekul air di permukaan kulit kita. Elektron yang terkumpul di tubuh kita – kebanyakan berasal dari gesekan jaket yang kita kenakan, akan terus terakumulasi. Dan begitu tangan kita menyentuh logam yang merupakan konduktor yang baik, elektron yang terakumulasi tadi langsung meloncat dari tubuh kita ke logam tesebut.

    Itu adalah fenomena “petir mini” di mana ujung jari yang merasa seperti tersambar petir. Hal ini mirip dengan fenomena penangkal petir. Di atas ada gumpalan uap air yang kaya akan elektron. Elektron elektron itu akan meloncat ke bumi melalui titik-titik terdekat dengan awan dan bahan konduktor yang bagus.

    Kalau kita tidak ingin tersambar pertir

    mini alias kesetrum listrik statis, sebelum memegang handle pintu, basahilah dulu tangan dengan air. Atau kalau tidak ada air, salurkanlah elektron di tubuh ke bumi dengan menempelkan tanganmu ke tanah atau tembok.

    Teori listrik statis inilah yang bisa menerangkan mengapa kita dianjurkan bertayamum sebagai pengganti wudhu bila tidak ada air. Ilmu sederhana tentang listrik statis bisa dipelajari sejak bangu SD dan selalu didapatkan lagi pelajaran itu di jenjang sekolah berikutnya.

    Ternyata “kotoran’ yang ada di dalam tubuh kita bukan hanya debu yang menempel ke tubuh. Ada jenis kotoran yang tidak terlihat oleh mata. Kotoran ini jauh lebih berbahaya bila tidak segera dibuang.

    Kotoran itu bernama elektron. Apabila terlalu banyak terakumulasi di tubuh, bisa merusak kesetimbangan sistem elektrolit cairan di dalam tubuh kita. Molekul-molekul air (H2O) yang bersifat polar sangat mudah menyerap electron-elektron yang terakumulasi. Hanya dengan mengusapkan air ke permukaan kulit saja, maka kotoran elektron itu dengan mudah terbuang.

    Sekarang bisa kita fahami, mengapa Rasulullah pernah mandi besar hanya

    dengan menggunakan air satu gayung saja – kurang lebih satu liter. Ternyata, hanya dengan membasuh kulit tubuh dengan air itulah kelebihan elektron di permukaan tubuh akan dinetralkan.

    Pernah ada kisah seorang sahabat Rosul bergulung gulung di tanah karena ia harus mandi besar dan tidak ada air. Ia mengira, bahwa ia harus melumuri tubuhnya dengan debu, sebab ia beranalogi dengan wudhu dan tayamum. Kalau wudhu yang mengusap hanya wajah, kepala, tangan dan kaki diganti dengan tayamum yang mengusap wajah dan telapak tangan, maka mandi janabat harus membasuh seluruh tubuh diganti dengan tayamum seluruh tubuh. Rasulullah pun menjelaskan bahwa tayamum untuk mandi janabah dilakukan sama persis dengan tayamum sebagai pengganti wudhu, yaitu cukup wajah dan telapak tangan saja.

    Dengan teori kotoran elektron listrik statis inilah akhirnya rahasia di balik tayamum sebagai pengganti wudhu menjadi terang benderang. Bahwa air yang dibasuhkan ke kulit tubuh akan menetralkan listrik statis di tubuh kita. Dan penetralan itu bisa diganti dengan menebakkan tangan ke tanah dan mengusapkan debu di wajah dan telapak tangan.

    Oleh : Mumtaziyya Jasmine

  • 16 MPA 364 / Januari 2017

    Prestasi gemilang ditorehkan MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan sepanjang tahun 2016 lalu. Inilah wujud komitmen madrasah yang berjarak 22 KM Utara Kota Pamekasan ini dalam mememberikan pelayanan kepada masyarakat. Prestasi ini pun sekaligus persembahan di Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama ke-71 dari marasah pelosok yang ingin bangkit bersama Indonesia.

    Madrasah berbasis “EdukoTorism” (Wisata Edukasi, Ekologi dan Ekonomi) yang diresmikan oleh Direktur Jenderal PDASHL melalui Kasubdit PDASHL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini juga sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan. Tak heran jika madrasah yang memiliki visi “Berakhlak Mulia, Unggul dalam Prestasi dan Berbudaya Lingkungan” ini didaulat sebagai madrasah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Timur.

    Tak hanya prestasi, inovasi pun terus dikembangkan madrasah yang memiliki 1.135 siswa dari berbagai daerah di Indonesia serta didukung dengan 86 tenaga pendidik ini. Diantaranya adalah Teh Herbal “Daun Bungur” dan

    PERSEMBAHAN HARI AMAL BAKTI (HAB) KEMENTERIAN AGAMA KE 71DARI MADRASAH PELOSOK YANG INGIN BANGKIT BERSAMA INDONESIA

    Dendeng Daun Singkong”. Sebuah produk yang mampu melestarikan sejarah “Sumber Bungur”.

    Adapun prestasi-prestasi yang ditorehkan madrasah yang berada di ketinggian ±150 meter dpl ini berkat kebersamaan dandukungan penuh dari Kementerian Agama selama 2016 adalah:1. Juara 2 Kepala Madrasah Berprestasi

    Tingkat Jawa Timur September 2016/H Mohammad Holis, M.Si.

    2. Medali Perunggu pada Singapore and Asian School Mathematic Olympiad (SASMO) Mei 2016/Moh Sulthan Al-Ayubi.

    3. Medali Perunggu pada Singapore and Asian School Mathematic Olympiad (SASMO) Mei 2016/Nurul Karimah Ali.

    4. Distincion (Perak) pada International Competitions and Assessments For School (ICAS) 2016/Arbil Shofiurrahman.

    5. Distincion (Perak) pada International Competitions and Assessments For School (ICAS) 2016/Imroatul Hasanah.

    6. Seven (7) Credit pada International Competitions and Assessments For

    School (ICAS) 2016/ Siti Nur Aida, Januar Ferdiansyah Rosadi, Salsabila Sukri, Mery Aldania, Kartika Candra Kirani, Riskiyatul Karomah, Alfiatun Nining Sumaroh.

    7. Medali Emas pada Lomba Lari 1500 Meter HUT PGRI Kab Pemekasan

    Februari 2016/Hafidah.8. Juara 1 Kategori Lembaga Kementerian

    Agama pada Pameran School Fair (PSF) September 2016.

    9. Juara 1 Kategori SMP/MTs pada Pameran School Fair (PSF) September 2016.

    10. Juara 2 Cerita Islami SMP/MTs Se Pamekasan September 2016.

    11. Juara 1 Matematika pada New Era Mencari Juara SMP/MTs Se Madura Nopember 2016.

    12. Juara 2 Sains pada New Era Mencari Juara SMP/MTs Se Madura Nopember 2016.

    13. Juara 2 Bahasa Inggris pada New Era Mencari Juara SMP/MTs Se Madura Nopember 2016.

    14. Juara 2 Pencak Silat Antar Pelajaran SMP/MTs Se Jawa Timur 2016.

    15. Juara 1 Sepak Takraw SMP/MTs se Kabupaten Pamekasan Desember 2016.

    Peraih Medali Perunggu SASMO.

    Lomba Mading 3D Tingkat Jawa Timur.

    Juara 1 SMP-MTspada Pameran School Fair.

    Juara 2 Pencaks SilatAntar Pelajar Se Jawa Timur.

    Medali Emas Lagi 1500 MeterTingkat Kab Pamekasan.

    Juara 2 Kepala MTs Berprestasi Tingkat Jawa Timur.

    Halaman MTsN Sumber Bungur Pamekasan.

    Ruang Perpustakaan MTsN Sumber Bungur.

  • 17MPA 364 / Januari 2017

    Menengok Model Pasar Muamalah di DepokBerbekal satu riwayat dari Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa, ”Aturan mainku di pasar sama dengan aturan

    mainku di masjid” ; membuat sekelompok jamaah menggerakkan Pasar Muamalah yang berlokasi di Jalan M. Ali Raya, Tanah Baru, Depok. Penggagasnya Zaim Zaidi, mengatakan bahwa makna dari ajaran Nabi tersebut adalah bahwa

    pasar itu tidak boleh disewakan kepada pedagang. ”Jadi, ini gratis, tidak ada sewa”, kata Zaim.

    Zaim, yang juga peneliti senior Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) menjelaskan, di dalam Islam, sebuah pasar merupakan wakaf yang tidak boleh dimiliki pribadi. Pasar juga tidak boleh disewakan, disekat antara pedagang, dan ditarik biaya sewa, pajak, maupun riba. Pasar merupakan tanggung jawab para pemimpin (amir dan para sultan) untuk mengadakan wakaf. Nabi Muhammad Saw dahulu membuat pasar seluas 0,5 hektare di samping Masjid Madinah.

    Meski pedagang dapat menggunakannya secara cuma-cuma, mereka tidak boleh menetap di pasar tersebut. Persis seperti sebuah masjid yang didatangi orang untuk shalat lalu pergi. ”Begitu juga dengan pasar ini. Orang datang (untuk ber) dagang, setelah selesai (lalu) pulang”,katanya. Pasar Muamalah tidak menggunakan rupiah sebagai alat tukar, tetapi menggunakan dirham. Satu dirham seberat 2,975 gram perak. Nilainya saat ini mencapai Rp. 70.000 .- Menurut Zaim, penggunaan dirham dalam transaksi di pasar tersebut tidak melanggar peraturan mengenai kewajiban penggunaan mata uang rupiah. ”Tidak masalah karena dirham bukan mata uang”, jelasnya.

    Pasar Muamalah telah ada sejak 2009. Namun, pasar tersebut baru mulai rutin beroperasi di Depok sejak lima bulan lalu. Pasar Muamalah digelar setiap satu bulan sekali. Selain di Depok, pasar serupa juga terdapat di Tanjung Pinang, Bintan, Kepulauan Riau. Pasar-pasar di daerah ini yang disebut Pasar Sultan, diadakan selama sepekan sekali pada hari Sabtu. Sementara Pasar Muamalah di Tanjungpura, Ketapang, diadakan dua pekan sekali, yaitu pada hari Jumat dan Ahad.

    Menurut Zaim, Pasar Muamalah sangat ditungu-tunggu masyarakat setempat.”Dari semua tempat, yang paling ramai disini (Depok)”, ujarnya. Sebelum Pasar Muamalah digelar, konsumen yang datang telah menerima zakat berupa dirham. Zaim menegaskan bahwa, “zakat sesungguhnya hanya sah ditarik, dibayar, dan dibagikan dalam (bentuk) emas dan perak, yakni dinar dan dirham. Sayangnya, sunnah tersebut sudah hilang, tidak lagi diketahui masyarakat Muslim. Berbekal dirham pemberian zakat tadi, mereka menggunakannya dalam tran-saksi jual beli”, tambahnya.

    Dia berharap, pasar serupa dapat terus berkembang di daerah lain. Namun, untuk menjalankannya harus secara bejamaah berbenuk kelompok-kelompok yang dipim-pin oleh seorang amir (pemimpin). Tanggung jawab amir adalah untuk menyelenggarakan pasar, menyediakan dirham, dan menariknya dengan zakat . “Kalau semua Muslim bisa menjalankan itu, riba itu bisa kita redam, bahkan bisa dihilangkan”, tegasnya. Dengan berjalannya pasar sesuai dengan Sunnah Rasul, pasar akan mampu memacu produksi dari masyarakat. “Jadi, dalam Islam nanti akan berkembang usaha kecil menengah, pasarnya ada, modalnya ada”, jelasnya.

    Pasar Muamalah berukuran kecil dan hanya digelar di depan pelataran pertokoan. Pasar tersebut hanya prototype yang diharapkan terus berkembang. Ada sekitar 13 pedagang dari wilayah Jabodetabek yang menjajakan barang dagangannya di pasar tersebut. Berbagai barang kebutuhan tersedia, seperti roti, obat-obatan herbal maupun non-herbal, pakaian, jilbab, hingga alas kaki.

    Salah satu pedagang, Lukman Nuruddin

    (28 tahun), yang menjajakan pakaian anak-anak mengakui, transakasi menggunakan dirham terbilang mudah. Ia menjelaskan bahwa, beberapa barang memliki nilai kurang atau lebih sedikit dari 1 atau 0,5 dirham. Selisih tersebut kebanyakan menjadi tambahan keuntungan bagi pedagang seperti dirinya. Dengan catatan, konsumen memang meminta sisa uang tersebut tidak dikembalikan. ”Karena jual beli kan untungnya ridha sama ridha”, jelasnya, yang baru kali ini ikut serta dalam Pasar Muamalah ini. Dalam transaksi kurang dari 2 jam, ia mengantongi 4 dirham dan beberapa rupiah. Ia mengatakan, bahwa beberapa temannya sempat ingin turut serta berdagang di pasar tersebut, namun syarat menggunakan dirham membuat pedagang mengurungkan niatnya. (sk.syari’ah rep. 191216).

    Bagaimanapun, prototype model Pasar Mumalat yang unik dan sudah berada di sejumlah daerah ini, patut kita kaji dan ikuti perkembangannya. Baik dari segi syar’i, dan pemberdayaan ekonomi ummat, serta dari ketentuan yang berlaku disini. •AHAR

    ENTREPRENEURSHIP

  • 18 MPA 364 / Januari 2017

    Satu-satunya Madrasah ber-SNILabel SNI (Standar Nasional Indonesia) ternyata tak hanya milik perusahaan barang dan jasa. Buktinya, MAN Lamongan

    ditetapkan sebagai penerima SNI Award 2016. Penganugerahan ini dilakukan oleh Badan Standar Nasional (BSN) di Auditorium Gedung BPPT Kemenristekdikti Jakarta pada Nopember lalu. “Alhamdulillah.. tahun ini kami berhasil mendapatkan anugerah

    Silver Trophy untuk kategori organisasi kecil barang dan jasa,” tutur Drs. Akhmad Najikh, M.Ag sambil melepas senyum.

    Dengan prestasi tersebut, tentu menjadikan madrasah yang sudah mengantongi sertifikat ISO 9001: 2008 ini sebagai satu-satunya madrasah di Indonesia yang ber-SNI. “Dengan SNI, kami juga bersanding dengan perusahaan-perusahan top nasional lainnya,” ungkap Kepala MAN Lamongan ini. “Itulah wujud kepedulian dan kontribusi MAN Lamongan dalam pengembangan, penerapan dan pendidikan standardisasi di Indonesia,” imbuhnya bangga.

    Untuk dapat memenuhi standar, tak heran jika MAN Lamongan memperkuat diri dengan fasilitas pembelajaran dan evaluasi belajar online (onklas). Lalu ada pula sistem pengelolaan manajemen mutu berbasis web (Simut) dengan kapasitas internet 50Mbps dengan 60 akses poin yang tersebar di seluruh area madrasah. “Ini merupakan langkah awal menuju sekolah tanpa kertas (paperless school),” tutur Najikh – panggilan karib Drs. Akhmad Najikh, M.Ag –singkat.

    Daya dukung lainnya, adalah ketersediaan perpustakaan yang sudah tersersertifikasi nasional. Tak ketinggalan pula sarana ma’had bagi siswa dengan prioritas program tertentu. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan siswa, MAN Lamongan juga memberikan beberapa layanan. Diantaranya adalah Program Ilmu-ilmu Bahasa, Program Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam, Program Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Program Ilmu Keagamaan. Sementara untuk mengasah life skill siswa, disuguhkan pula Program Keterampilan Tata Busana, Program Keterampilan Elektronika, Program

    Keterampilan Mebelair dan Program Setara D1 TIK sertifikasi Microsoft Office.

    Tak ketinggalan penciptaan lingkungan belajar juga menjadi perhatian. Di madrasah ini kini tersedia fasilitas Mini Zoo, Green House, Kebun Pendidikan dan Kantin Apung. Bahkan yang menawan, sistem pembayaran di kantin di atas kolam ikan tersebut menggunakan pembayaran non

    tunai dengan mesin EDC yang bekerjasama dengan lembaga perbankan. “Kami berupaya mempelopori cashless atau transaksi tanpa uang cash di madrasah,” tukas Najikh.

    Dengan beragam layanan tersebut, tentu saja sertifikat SNI yang diraih ini bukanlah suatu kebetulan belaka. Apalagi jalan panjang sudah direntangkan madrasah ini sejak 2009 silam saat madrasah ini masih dinahkodai Drs. H. Supandi, S.pd, M.pd – kini Kabid Pendma Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Saat itu, madrasah ini menggaet Management Consulant (Quality Care) dalam rangka menuju ISO. Pada tahap ini, telah dihasilkan dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, manual mutu, prosedur kerja, intruksi kerja, dan dokumen pendukung lain.

    Pada Januari 2011, akhirnya madrasah yang ditetapkan sebagai Madrasah Adiwiyata nasional 2016 ini berhasil mendapatkan tiga sertifikat ISO 9001: 2008 sekaligus dari Bureau Veritas Certification Indonesia, KAN (Komite Akriditasi Nasional) dan IWW. Di bawah kepemimpinan Drs. H. M. Syamsuri, M.Pd saat itu, madrasah ini berhasil melakukan pelatihan internal audit, melaksanakan survei kepuasan pelanggan, praktek internal audit dan rapat tujuan manajemen.

    Selain itu juga madrasah peraih 2 juara olimpiade SKI tingkat nasional tahun 2016 ini juga telah membuat laporan ketidaksesuaian, merencanakan tindakan perbaikan dan pencegahan, audit eksternal dan menindaklanjuti temuan audit eksternal. Bahkan kini, madrasah peraih Juara 1 Wira PMR Laga Praja Airlangga X tingkat Nasional ini juga memiliki Tim Penjamin Mutu.

    Adapun kreteria penilaian SNI Award 2016 meliputi pola kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pelayanan pada pelanggan, pengelolaan sumber daya, proses layanan jasa pendidikan, analisis dan evaluasi serta hasil bisnis. “Dengan poin penilaian itu, justru para juri yang melakukan visitasi merasa takjub dengan keberadaan madrasah,” ungkapnya.

    Kini dengan capaian sertifikat SNI, madrasah peraih Juara 3 Bina LKBB 2016 Paskibra tingkat Nasional ini bertekad untuk senantiasa menjaga kualitas. Baik dari sisi sumberdaya tenaga pendidik, fasilitas dan pembiayaan. Dengan ini MAN Lamongan semakin yakin dan percaya diri akan menghasilkan lulusan siswa yang berkualitas. “Sebab esensi dari SNI ini adalah menjaga kulitas kelembagaan dan output yang dihasilkan,” pungkasnya. •Suprianto

    INSPIRASI

  • 19MPA 364 / Januari 2017

    Rintihan KerinduanKepada Rasulullah SAW

    Kewafatan Nabi Muhammad Saw telah menimbulkan perasaan kehilangan yang sangat mendalam bagi keluarga,serta para shahabat dan kaum Muslimin, termasuk bagi Umar bin Al-Khaththab.

    Suatu hari, karena menahan kerinduan yang luar biasa kepada beliau, tokoh yang terkenal pemberani yang ikut terlibat dalam berbagai pertempuran dan peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah Saw dan menjadi salah seorang tangan kanan beliau, tak kuat lagi menahan tangisnya. Lalu dia pun merintih panjang dan lama :

    “Demi ibu-bapakku, wahai Rasul! Sungguh, ada satu pangkal pohon kurma yang sering engkau jadikan sebagai tempat berkhutbah di hadapan manusia. Ketika manusia semakin bertambah banyak, engkaupun mengambil mimbar untuk menyampaikan pesan-pesanmu. Karenanya, betapa sedih pangkal pohon kurma itu berpisah denganmu. Kemudian, kala engkau letakkan tanganmu diatasnya, barulah ia tenang. (Apalagi) umatmu yang terlebih merindukanmu, wahai Rasul, karena engkau berpisah dengan mereka (semua)”.

    ”Demi ibu-bapakku, wahai Rasul! Sungguh, keutamaanmu telah sampai kepada sisi Allah Swt. Sehingga Dia menjadikan ketaatan kepadamu sama dengan ketaatan kepada-Nya. Sebagaimana fiman-Nya, ’Barang siapa mematuhi Rasul, sungguh ia telah mmatuhi Allah” (QS. Al-Nisa’ [4] : 80).

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Sungguh, keutamaanmu telah sampai kepada sisi-Nya. Sehingga Dia mengutusmu sebagai penghabisan para Nabi dan menyebutmu pada permulaan para Nabi lewat firman-Nya, ’Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari engkau (sendiri yaitu Nabi Muhammad Saw), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh”, (QS. Al-Ahzaab [33] :7).

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Sungguh, keutamaanmu telah sampai kepada sisi-Nya. Sehingga para penghuni neraka ingin mematuhimu, sementara mereka sedang disiksa di antara lapisan-lapisan neraka. Mereka mengatakan, ’Alangkah baik andaikan kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”, (QS. Al-Ahzaab [33] : 66).

    ”Demi ibu–bapakku, wahai Rasul! Sungguh, andaikan memang Musa putra Imran telah dikaruniai batu oleh Allah, sehingga air pun memancar darinya laksana sungai, tetapi apakah hal itu lebih menakjubkan dari jemarimu yang bisa memancarkan air? Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu !”.

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Sungguh, andaikan memang Sulaiman Putra Daud telah dikaruniai angin oleh Allah dengan kecepatan sejauh perjalanan sebulan, baik pagi maupun sore, tetapi apakah hal itu lebih menakjubkan daripada Buraq yang menjadi tunggangganmu didalam perjalananmu pada malam hari menuju langit ketujuh, kemudian engkau melakukan shalat subuh pada malam itu pula di Abthah? Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu!”.

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Sungguh, andaikan memang Isa Putra Maryam telah dikaruniai oleh Allah kemampuan untuk menghidupkan kembali orang mati; tetapi apakah hal itu lebih menakjubkan daripada kambing yang sudah dimasak (digoreng) dan diracuni pula, ketika ia (dapat) berbicara kepadamu, lewat pahanya (paha kambing yang hendak engkau makan itu dengan pesannya), ’Janganlah engkau memakanku, karena aku beracun!”.

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Sungguh, Nuh telah mendoakan terhadap kaumnya dengan mengatakan, ’Yaa Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir itu tinggal di bumi! (QS. Nuh [71] : 26). Andaikan engkau mendoakan kami seperti itu, niscaya kami semua akan binasa. Namun, meskipun punggungmu telah bungkuk, wajahmu telah berdarah-darah, sendi-sendimu telah sakit, engkau tetap enggan mengatakan, selain (kata) kebajikan dengan doamu, ’Yaa Allah

    Tuhanku, ampunilah kaumku. Sungguh, mereka tidak mengetahui!”.

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Dengan usiamu yang sedikit (pendek), engkau telah diikuti oleh manusia (dalam jumlah yang melebihi jumlah manusia) yang mengikuti Nabi Nuh dengan usianya yang banyak (panjang). Sungguh, telah beriman kepadamu, anak manusia dalam jumlah yang banyak, sementara tidak beriman kepada Nuh selain hanya sejumlah kecil anak manusia”.

    ”Demi ibu – bapakku, wahai Rasul! Andaikan engkau tidak mengambil teman duduk selain orang-orang yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan duduk bersama kami. Andaikan engkau tidak mengawini selain perempuan-perempuan yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak mengawini sebagian (perempuan) dari kelompok kami. Dan andaikan engkau tidak mewakilkan selain kepada orang-orang yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak mewakilkan kepada kami. Namun, sungguh demi Allah, engkau telah duduk bersama kami, kawin dengan sebagian perempuan dari kelompok kami, dan mewakilkan sesuatu kepada kami. Juga, engkau pakai bulu. Engkau kendarai keledai. Engkau ikutkan orang di belakangmu. Engkau letakkan makananmu diatas lantai dan engkau ambilkan makanan dengan jemarimu. Ini semua, karena engkau merendahkan diri. Semoga Allah Swt melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepadamu!” (A.R. Usmani : 2008).

    Kalau Khalifah Umar saja, mengung-kapkan kerinduannya dengan rintihan yang begitu dalam menyentuh qalbu seperti itu; patut malulah kita bila tidak me-miliki rasa kerinduan semacam itu. Dan ekspressi kerinduan kita kepada beliau Saw, yang paling utama adalah mengikutinya atau mendekatinya. Baik mengikuti jejak Rasul Saw (fattaabi’uunii) maupun meniru keteladanan Rasul Saw (laqad kaana lakum fii Rasulallaahi uswatun hasanatun). Termasuk dengan ikhlas dan istiqamah banyak melantunkan shalawat untuk beliau Nabi Muhammad Saw disetiap waktu, ”Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna ’alan nabiyyi, yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu ’alaihi wa salliimu taslimaa”. Allahumma shalli wasallim ’alaa Sayyidinaa wa Maulaana Muhammaddin wa ’alaa aalihi wa ashhaabihi ajma’iin. Allaahumma Aamiin. •AHAR

    CAHAYA HATI

  • 20 MPA 364 / Januari 2017

    Tahun Baru, Hidup BaruTahun 2016 telah berlalu. Sekarang kita menghadapai trahun baru, 2017. Lembaran hidup baru bukan berarti sekedar hidup yang baru atau hidup yang berbeda dengan yang sebelumnya. Membuka lembaran hidup baru bukan hanya setelah terjadi

    perubahan, justru membuka lembaran hidup baru adalah momen perubahan ke arah hidup yang lebih baik. Bukalahlembaran hidup baru setiap hari agar Anda mendapatkan momen perubahan setiap hari yang artinya perbaikan diri setiap hari.

    Tidak peduli bagaimana kelamnya masa lalu, hidup tertumpuk dosa dan sederet kegagalan demi kegagalan, Anda bisa menatap masa depan yang lebih baik. Kita harus menutup lembaran lama agar tidak menjadi beban dan memberatkan langkah kita di masa depan. Jika kita terus menatap lembaran lama, maka kita tidak akan ada waktu untuk membuka lembaran baru yang justru ini yang terpenting bagi hidup kita karena kita hanya melangkah ke depan.

    Bagaimana pun dosa kita membumbung setinggi gunung, namun Allah Maha Pengampun, jika kita benar-benar taubat, insya Allah, Allah akan mengampuni dosa kita. Sudah banyak dalil-dalil yang menjelaskan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa kita.

    “...Takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurat [59]: 12)

    Begitu pula fi rman Allah Swt:

    “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Zumar [39]: 53)

    Oleh Drs. H. Athor Subroto, M. Si

  • 21MPA 364 / Januari 2017

    Bahkan jika kita melakukan dosa syirik, kemudian kita berhenti dari kesyirikan tersebut dan berubah mentauhidkan Allah, maka dosa kita pun akan diampuni.

    Lebih terang lagi Allah Swt memberikan penegasannya di dalam Al Qur’an sbb:

    “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 68-70)

    Kuncinya adalah saat kita mati, kita tidak lagi menyekutukan Allah. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw

    “Siapa yang mati sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka.” (HR. Muslim)

    Jadi, menutup lembaran lama dari dosa-dosa ialah dengan bertaubat yang sebenar-benarnya.

    Kemudian menutup lembaran lama dari kegagalan demi kegagalan ialah dengan melakukan evaluasi atau muhasabah dan memaafk an diri sendiri atau siapa pun yang terlibat atas kegagalan tersebut.

    Kita menutup lembaran lama agar tidak lagi menjadi beban. Namun, bukan berarti kita tidak memanfaatkan masa lalu karena semua itu pasti ada hikmahnya bagi kita. Keberhasilan masa lalu, maka lanjutkan dan tingkatkan di masa depan. Kalau pun itu kesalahan dan kegagalan, maka ambilah hikmahnya dan jadikan sebagai bekal untuk masa depan kita. Hikmah dari masa lalu akan menjadikan kita lebih bijak dan pintar dalam mengambil keputusan saat ini.

    Firman Allah,

    Kemudian apabila kamu telah mem-bulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali ‘Imraan:159)

    Tekadkan Anda untuk hidup lebih baik. Tekadkan untuk meraih pencapaian-pencapaian luar biasa. Tekadkan untuk meraih prestasi gemilang. Tekadkan untuk

    memberikan kontribusi kepada sesama. Tekadkan. Kemudian bertawakallah kepada Allah.

    Menarik disini, bahwa tawakal diletakan setelah tekad (azam). Artinya tawakal bukan hanya diletakkan setelah ikhtiar, tetapi juga setelah kita bertekad agar urusan kita menjadi mudah karena pertolongan Allah. Kita perhatikan fi rman Alla Swt:

    Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali ‘Imraan [3]: 160)

    Untuk mendapatkan sukses, hendaknya kita sanggup membuka lembaran hidup baru dengan melepaskan beban dimasa lalu. Lalu dibarengi dengan bertaubat dan memaafk an kesalahan kepada siapapun. Kemudian mengambil hikmah dari masa lalu dan menjadikan bekal untuk melangkah ke depan. Dan membulatkan tekad serta bertawakallah kepada Allah Swt.

    Tidak ada kata terlambat untuk membuka lembaran hidup baru, Anda bisa memulainya sekarang juga.

    Bismillahit tawakkaltu ‘alallah.

    Siapa yang mati sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka.

    (HR. Muslim)

  • 22 MPA 364 / Januari 2017

    Badai KehidupanStres adalah manusiawi. Setiap orang beresiko mengalaminya. Oleh karena itu selalu upayakan untuk melakukan

    yang terbaik disetiap langkah kaki kita. Karena apa yang kelak kita terima dari dunia dan lingkungan -berawal dari apa yang kita berikan hari ini. Apakah manfaat positif atau negetif. Ini adalah hukum alam.

    Patut juga untuk kita sadari bahwa orang baik maupun orang jahat terus diuji oleh dunia ini. Ujian kebaikan hati tidak pernah berakhir. Ini diijinkan oleh Yang Maha Kuasa agar kita benar-benar tulus dan tetap rendah hati disetiap hari. Ujian kehidupan inilah yang beresiko menekan kita hingga mengalami depresi yang berkepanjangan. Oleh karena itu mari kita antisipasi bersama.

    Ukuran stres untuk setiap orang jelas berbeda. Ada orang yang jika dimarahi begitu saja sudah merasa tertekan. Akan tetapi ada juga oang yang baru merasa tertekan setelah dirinya benar-benar dipermalukan didepan umum. Kepekaan terhadap tekanan sebenarnya tergantung dari pengertian setiap manusia. Apabila seseorang tahu dan mengerti bahwa dia bersalah, tidak perlu di marahipun -pasti ia sudah merasa tertekan dan segera memperbaiki kesalahannya.

  • 23MPA 364 / Januari 2017

    Stres itu biasa. Inilah hidup yang penuh tekanan. Tapi jangan diseret berlarut-larut. Sebab dapat membuat Anda mengalami depresi berat. Selesaikan masalah hari ini pada hari yang sama. Besok lagi pasti ada saja tekanan yang datang. Oleh karena itu, bereskan masalah Anda sesegera mungkin agar hidup senantiasa ringan untuk dijalani. Simak terus sampai selesai dan kenalilah tips dan TRIK jitu mengelola tekanan kehidupan.

    Kenali sumber stres Anda dimana?Mereka yang belum berpengalaman

    dalam menjalani kehidupan cenderung lebih mudah stres. Sebab hal-hal baru yang dihadapi, pertama-tama akan membuat Anda terkejut. Belum lagi bila ada tekanan dari sesama atau atasan, niscaya beban hidup itu terasa lebih berat.

    Dalam situasi seperti ini Anda harus belajar menyesuaikan diri. Cobalah untuk menyelami situasi dan berbaur dengan lingkungan sekitar. Bersikaplah santai menanggapi apapun itu. Ambil prinsip untuk tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Apa yang tidak baik di luar sana, tidak perlu dibawa masuk dalam hati. Pikiran menjadi penat dan pusing bila semua kata-kata kotor, fitnah, tuduhan, penghinaan, dan bully -terus diingat-ingat. Abaikanlah hal-hal yang tidak baik dan tidak penting itu. Lalu fokuskanlah pikiran untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang baik.

    Sumber stres dapat datang dari mana saja. Pada umumnya dapat dibedakan dari dua lokasi penting, yakni dari diri sendiri dan dari lingkungan. Stres yang berasal dari dalam diri sendiri biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan sehari-hari. Sedangkan tekanan yang asalnya dari lingkungan sekopnya lebih luas, bisa berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, relasi, studi dan pekerjaan.

    Di bawah ini beberapa hal yang isa menye babkan seseorang mengalami stres.

    1. Kesehatan fisikStres karena penyakit. Tidak sehat adalah

    batu sandungan menikmati hidup. Oleh karena itu alangkah baiknya jika Anda segera ke dokter dan menempuh terapi-terapi yang dianjurkan olehnya.

    2. Memiliki kelemahanDepresi karena kekurangan fisik/cacat.

    Anda harus punya pegangan hidup. Harus yakin dengan diri sendiri bahwa masih ada harapan yang disediakan bagi orang-orang yang berkenan kepada-Nya. Jangan biarkan hatimu dalam kesedihan. Melainkan galilah potensi yang dimiliki. Kembangkan itu sebaik-baiknya agar lewat bakat yang dimiliki. Hidup ini lebih berguna bagi orang lain. Saat Anda memiliki kelemahan pastilah Tuhan telah menitipkan sesuatu untuk mengimbanginya, temukan itu!

    3. Tidak ada uangStres karena kekurangan materi. Apa-apa

    didunia ini pasti kurang terus. Oleh karena itu merasa cukuplah dengan semua yang Anda miliki. Yang penting Anda sudah berusaha semaksimal mungkin. Hasilnya, besar-kecil harus disyukuri.

    Berusahalah untuk menemukan peker-

    jaan yang halal. Jangan kedepankan gengsi. Saat Anda baru pertama kali bekerja dan belum memiliki pengalaman, jangan berlebihan lalu menginginkan pekerjaan yang waw. Mulailah mencari kerja pada hal-hal yang dianggap orang kecil. Mengumpulkan recehan/remeh-remeh dengan tekun. Pasti hasilnya mencukupi buat bertahan hidup

    4. Banyak yang jahilDepresi karena pribadi-pribadi peng-

    ganggu alias gangguan sosial. Gangguan sosia tidak bisa dihindari karena kita hidup bersama dalam perbedaan kepentingan. Oleh karena itu Anda harus kuat dan tetap sabar melewati semuanya ini sembari berusaha menyesuaikan diri.

    5. Keinginan lebay (berlebihan)Stres karena keinginan yang belum

    tercapai. Disinilah banyak orang tersandung jatuh. Keinginan yang terlalu banyak cen-derung akan membebani pikiran dan hidupmu. Oleh karena itu satukan keingi-nanmu dalam harapan yang bersifat general agar hidup lebih ringan rasanya.

    6. DosaDepresi karena kesalahan sendiri. Setiap

    dari kita jelas pernah bersalah. Kesalahan ini kadang menekan kita dari dalam dan membuat hati tidak nyaman. Oleh karena itu segeralah memohon maaf bila perlu langsung ke orangnya. Lalu, perbaiki kesalahan Anda jika itu memungkinkan.

    Semoga stres bisa berlalu. Dan lebih fress di tahun baru.

    •Diolah dari Alwin Iswanto LaseMarch 21st, 2016 •AS

    Sumber stres dapat datang dari mana saja. Pada umumnya dapat dibedakan dari dua lokasi penting, yakni dari diri sendiri dan dari lingkungan. Stres yang berasal dari dalam diri sendiri biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan sehari-hari. Sedangkan tekanan yang asalnya dari lingkungan sekopnya lebih luas, bisa berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, relasi, studi dan pekerjaan.

  • 24 MPA 364 / Januari 2017

    Sama Rasa Sama Rata

    03

    Maudlu’i Kontemporer

    Pengasuh :Prof. Imam Muchlas, MA

    “Dari Abdullah bin Amr ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian. Lafazh Ar Rahim (rahim atau kasih sayang) itu diambil dari lafazh Ar Rahman, maka barang siapa yang menyambung tali silaturrahmi niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barang siapa yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memutusnya (dari rahmat-Ny)" hadits hasan shahih (HR Tirmidzi 1847 dan Abu Daud 4290).

    (6) Kitab Asmau Allah al-Husna (16h15) mencatat bahwa petunjuk dari Al-Quran dan hadis dalam masalah cinta tersebut maknanya ialah bahwa cinta itu hati penuh dengan kasih sayang, cinta dan bersemangat untuk memberi jasa kepada semua manusia, baik orang Islam ataupu orang kafir yaitu:(a) Kepada orang Islam dan beriman hati

    penuh cinta sama rasa sama rata maka tali kasih itu mengikat hati antar mereka suka dan duka sama-sama dihayati bersama.

    (b) Adapun kepada orang yang kafir ialah dengan menaruh belas kasih yaitu dengan usaha menyelamatkan mereka dari azab neraka jahanam melalui ajakan kepada mereka untuk beriman dan masuk Islam.(7) Hadis Bukhari-Muslim mencatat

    sabda Rasulullah Saw:

    Artinya:Dari Anas dari Nabi Saw, beliau bersabda:

    "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sebelum dia mencintai saudaranya seperti dia

    mencinta dirinya sendiri" (HR Bukhari no. 12 dan Muslim no. 65).

    (8) Bukhari-Muslim mencatat hadis Nabi Saw:

    “Dari Abu Musa dari Nabi Saw beliau bersabda: "Sesungguh seorang mukmin dengan mukmin lainnya itu seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain" kemudian beliau menganyam jari jemarinya" (HR. Bukhari no. 459 dan Muslim no.4684).

    (9) Bukhari-Muslim mencatat hadis Nabi Saw:

    Artinya: Telah menceritakan kepada kami An Nu'man bin Basyir berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi Abagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)" (HR.Bukhari no.5552 dan Muslim no.4685).

    (10) Namun harus dibedakanantara “samarasa sama rata” tersebut di atas dari “adab sopan santun”, khususnya sopan santun anak terhadap ibu bapak dan sebaliknya. Maka sopan santun anak kepada ibu –bapak ditentukan Allah dalam Al-Quran:

    17:23. Dan Tuhanmu telah meme-rintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu mem-bentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

    17:24. Dan rendahkanlah dirimu ter-hadap mereka berdua dengan penuh kesa-yangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (S1 Al-Isra` 23-24).

    Artinya:“Dari [Ibnu Abbas], dan dia mera-

    fa'kannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Bukan ter-masuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih besar dan tidak menyayangi yang lebih kecil serta tidak menyuruh kepada kebaikan dan melarang yang mungkar" (HR. Ahmad no.2214 dan Tirmidzi no. 1842)-

    IV. Sama Rasa Sama Rata di padang ArafahContoh Nuansa Sama Rasa Sama Rata

    yang sangat ideal dapat kita saksikan dan dapat kita rasakan sangat mengesan sekali yaitu waktu jutaan jamaah haji, lebih-lebih waktu wuquf di Arafah;

    # Seluruh jamaah kaum muslimin bersama-sama melaksanakan WUQUF di ‘Arafah:

    1) Berpakaian Ihram:Berpakaian Ihram untuk memenuhi

    beberapa ketentuan Rasulullah Saw:

  • 25MPA 364 / Januari 2017

    Bersambung...

    Artinya:”Dari Ibnu 'Umar dari Nabi Saw, bahwa

    ada seorang laki-laki bertanya, "Apa yang harus dikenakan oleh orang yang melakukan ihram?" Beliau menjawab: "Ia tidak boleh memakai baju, Imamah (surban yang dililitkan pada kepala), celana panjang, mantel, atau pakaian yang diberi minyak wangi atau za'faran. Jika dia tidak mendapatkan sandal, maka ia boleh mengenakan sepatu dengan memotongnya hingga di bawah mata kaki" (HR. Bukhari no. 131).

    Pakaian ihram laki-laki terdiri dari dua buah kain yang tidak berjahit. Maka seorang yang berpakaian Ihram seharusnya suka menjauhi sifat-sifat buruk atau maksiat dan perbuatan dosa mana saya.

    Berpakaian Ihram mendorong para jamaah haji tumbuhnya watak suka merendah diri dan merasa hina diri di hadapan Allah dan merasa tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai daya apapun seperti bayi yang baru dilahirkan dia hanya diberi pakaian yang sangat sederhana seperti popok, grito dan semacam ini. Dengan pakaian ihram mengingatkan para jamaah haji&umrah bagaimana dirinya sewaktu bayi baru dilahirkan demikian juga bagaimana kelak jika menjadi mayit, maka dia hanya diberi pakaian kain kafan putih tidak berjait.

    2) Wuquf di ArafahIbadah haji itu dilaksanakan hanya

    dalam musim haji, maka Wuquf itu hanya dilakukan pada jam-jam wuquf, yaitu sejak waktu zhuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai menjelang magrib tanggal 9 Dzulhijjah saja, maka jika dilaksanakan diluar jam-jam ini hajinya tidak sah.

    Di padang Arafah inilah berkumpul bersama jamaah haji seluruh dunia yang jumlahnya sampai berjuta-juta jamaah haji yang terdiri dari berbagai macam suku-bangsa dengan segala budaya masing-masing.

    Seluruh jamaah ini semua tidak mem-perlihatkan identitas kepangkatan, wangsa, dan batas-batas klasifaki sosialnya tetapi semua berusaha untuk menjadi hamba Allah mendudukkan diri agar supaya dapat berhasil mencapai nilai HAJI MABRUR penuh takwa dan menghayati firman Allah:

    Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Se-sungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat 13).

    Seluruh jamaah haji semua memakai pakaian yang sama baju Ihram yang sama secara simbolik mendorong untuk merenungkan diri bahwa kelak semua manusia akan dikumpulkan di padang Makhsyar di hari kiamat kelak, semua melepas identitas kebangsaan, status social dan perangkat kebanggaan keduniaan, semua merendah diri dihadapan Allah dalam wuquf ini semua berikhtiar untuk melenyap-kan perbedaan, maka identitas kehormatan, kedudukan, pangkat dan status sosial serta kebesaran duniawi tidak ada.

    Semua jamaah rukun damai memupuk kesetaraan, persamaan, memakai pakaian putih semua pakaian ihram bermukim dan bermalam di bawah tenda yang sama, tidur di alas yang sama, tempat mandi, makan makanan yang sama, lauk pauk yang sama, seluruhnya serba sama :

    ALLAHU AKBAR.SAMA RASA SAMA RATA.Senasib sepenanggungan penuh rasa

    persaudaraan Ukhuwwah Islmiyah, seiman penuh nuansa kesetaraan dalam hidup dan kehidupan mengabdi menyembah Allah dalam ibadah haji mendambakan negeri idaman:

    BALDATUN THAYYIBATUNWA RABBUN GHAFUR

    Mabit