bersaksi dan melayani dalam kasih - …gkjnehemia.net/gembalabaru.pdf · (liturgi) selalu ada...

27
B E R S A K S I D A N M E L AYA N I D A L A M K A S I H ORANG KRISTEN PENCITRAAN BULAN BUDAYA GKJ NEHEMIA SAYEMBARA MALANGDEWA VOL 210 | SEP 18 MAJALAH ROHANI GKJ NEHEMIA pen citra an

Upload: lamthu

Post on 16-Sep-2018

281 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

B E R S A K S I D A N M E L A Y A N I D A L A M K A S I H

ORANG KRISTEN PENCITRAAN • BULAN BUDAYA GKJ NEHEMIA • SAYEMBARA MALANGDEWA

VOL 210 | SEP 18M A J A L A H R O H A N IG K J N E H E M I A

pencitraan

DARI REDAKSI DAFTAR ISI

Diterbitkan oleh:Gereja Kristen Jawa Nehemia.Beredar untuk persekutuan seiman, dibiayai dari persembahan jemaat.

PENANGGUNG JAWABKetua Majelis GKJ Nehemia

PEMIMPIN REDAKSIAlfred Bawole

WAKIL PEMIMPIN REDAKSIPetrus Sugiyono

EDITORAndreas Hutomo

REDAKSI KHUSUSPdt. Simon Rachmadi

ANGGOTA REDAKSIMunariYafet SuhadiPadmono SKSatrio PinandhitoAgus HardjantoDeskamtoroElieser S.hadmodjo M.Min

ARTISTIK - DESAINLuke Santoso

FOTOGRAFIAry Wicaksono

SEKRETARIS & BENDAHARASuhardjani P. Asmoro

SIRKULASISunarto

Redaksi menerima kiriman artikel, kesaksian, puisi, cerpen, dll. Silahkan ketik dengan format ukuran huruf 12 spasi 1,5 sepanjang 1-3 lembar A4 dan kirimkan via e-mail. Redaksi berhak memperbaiki/ mengedit tanpa merubah makna.

Alamat Redaksi

Gereja Kristen Jawa NEHEMIAJl. Raya Pasar Jumat, Pondok Indah,Jakarta Selatan 12310

T: 021 769 1116E: [email protected] [email protected]

[email protected]: www.gkjnehemia.net

RENUNGAN PENCITRAAN 4

LAPORAN UTAMAORANG KRISTEN PENCITRAAN 7

JANGAN MENJADI KRISTEN PENCITRAAN! 11

CITRA SEBAGAI NABI, IMAM,DAN RAJA 15

TUHAN MEMBERIKAN TELADAN PENCITRAAN YANG SEJATI

ZAMAN NOW 18

POSITIF, NEGATIFPENCITRAAN 22

LIPUTAN

TUGURAN DANTUJUHBELASAN 29

BULAN BUDAYA GKJ NEHEMIA 2018 31

33 PELAYANAN MUSIK IBADAH NEHEMIA STRING ENSEMBLE DI GKJ BEKASI

ARTIKEL BEBAS35 MENYAMBUT TAHUN BARU JAWA1 SURA, BUKAN 1 MUHARAM

38 KERAJAAN MEDANGBagian 3

MENGENAL KESENIAN TRADISIONAL 40 WAYANG PO TE HI

BAHASA JAWA42 SUMBER SEMANGATBagian 11

44 KOMIK

45 KARTUN

GEMBALA PUNYA CERITA46 SAYEMBARA MALANGDEWA

49 DAFTAR MAJELIS

Pen

citr

aan

adal

ah s

alah

sat

u ca

ra m

embu

at s

ebua

h op

ini p

ublik

aka

n su

atu

hal,

apak

ah o

rang

kris

ten

haru

s m

elak

ukan

pen

citr

aan?

Imag

e by

: http

://w

ww

.chi

cago

trib

une.

com

/new

s/op

inio

n/co

mm

enta

ry/c

t-pe

rspe

c-ca

rter

-geo

rgia

-mas

ks-

anon

ymity

-pro

test

s-04

30-2

0180

427-

stor

y.ht

ml

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh

upah dari Bapamu yang di sorga.” (Matius 6:1).

“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (ay 2).

Dari petikan ayat di atas semoga mewakili alasan mengapa di bulan September ini Majalah mengangkat tema “Pencitraan”? Apa alasan mengankat tema seperti ini?

Agar kita dapat menangkap apa maksud dan tujuan diangkatnya tema ini, mari kita telusuri bersama agar kita tahu seberapa penting dan hikmah apa yang harus kita petik dari tema yang diangkat bulan ini.

Terima kasih. Selamat membaca

Tuhan Yesus Memberkati.

| PENCITRAAN 4 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 5 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

RENUNGANPADMONO SK

PENCITRAANPencitraan adalah kata yang

dibentuk dari kata dasar citra. Kata citra berarti

rupa, gambar atau gambaran. Itu penjelasan KBB! (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ke 3 tahun 2000 cetakan ke 3. Tetapi dalam KBBI tidak ada kata pencitraan. Yang ada hanya citra perbankan, citra wisata, atau citra politik. Untuk citra politik dijelaskan sebagai berikut: gambaran diri yang ingin diciptakan oleh seorang tokoh politik. Dengan uraian tersebut berarti kata pencitraan belum dikenal sampai dengan tahun penerbitan KBBI edisi ke 3 itu.

Kata pencitraan memang baru digunakan sesudah tahun 2004-an, di jaman Susilo Bambang Yudhoyono mulai menjabat sebagai presiden. Kata itu sering dilekatkan kepadanya oleh tokoh-tokoh politik atau pengamat sebagai sindiran atas segala sesuatu yang dikatakan atau dilakukannya. Kenapa? Karena apa yang dikatakan atau dilakukan itu tidak mendasar, tidak konseptual dan hanya pemanis

saja. Sebenarnya untuk hal yang seperti itu ada kata yang lebih tepat yaitu, seolah-olah. Seseorang seolah-olah melakukan sesuatu, padahal tidak ada yang dilakukan. Kenyataan itu terjadi ketika dengan

lantang “orang-orangnya” SBY berkata-kata dalam iklan televisi: Katakan Tidak pada Korupsi!

Ternyata mereka pada ditangkapi KPK dan dijebloskan ke penjara karena melakukan korupsi.

Model pencitraan. Jadi pencitraan

adalah usaha memoles diri supaya kelihatan seolah-olah baik, seolah-olah…………! Tapi apakah merek alat

kecantikan yang menggunakan nama citra ada hubungannya dengan seolah-olah? Oh, maaf! Alat kecantikan bermerek citra berupa bedak dan lain-lainnya itu memang untuk memoles

wajah untuk mendapatkan rupa yang cantik. Ada yang memang kelihatan seperti bidadari surgawi setelah dipoles tetapi ada pula yang tanpa dipoles pun cantik.

Menggunakan alat kecantikan untuk memoles diri itu tidak termasuk pencitraan! Biasanya pencitraan itu dilakukan oleh orang politik dengan tujuan supaya kelihatan seolah-olah benar-benar wakil rakyat, seolah-olah tokoh politik yang baik, yang merakyat dan seterusnya. Jadi pencitraan hanyalah polesan sementara untuk menimbulkan kesan baik.

Lalu bagaimana dengan orang percaya? Perlukah pencitraan? Dalam kitab Kejadian 1: 26 tertulis, “…..baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan

rupa Kita……….” Dan ayat 27 tertulis, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya………”. Ayat-ayat itu menunjukkan bahwa manusia adalah rupa dan gambar

| PENCITRAAN 4 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 5 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

Pencitraan diri

| PENCITRAAN 6 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 7 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

LAPORAN UTAMA

Pendahuluan

Citra adalah rupa atau gambaran diri atau figur yang bisa dilihat dan diingat oleh orang lain atau

khalayak umum. Lain dengan citra, maka pencitraan merupakan upaya untuk menampilkan rupa atau gambaran pribadi seseorang, perusahaan, organisasi, atau produk dengan tujuan terbentuknya sebuah opini. Opini yang terbentuk ini bisa positif atau negatif tergantung dari yang merekayasa pencitraan tersebut.

Dari segi psikologi sosial, setiap orang memiliki dua jenis kesadaran diri yaitu: kesadaran diri privat dan kesadaran diri publik. Kesadaran diri privat lebih bersifat pribadi tentang bagaimana mengevaluasi pikiran dan perasaan diri sendiri, sedangkan kesadaran diri publik adalah bila seseorang menyadari bahwa ia dan segala tindak tanduknya menjadi sorotan publik, seperti misalnya, tokoh masyarakat, tokoh politik, artis dan

pesohor.

Dalam dunia bisnis, persaingan usaha adalah hal yang lumrah. Agar mendapatkan citra yang positif maka dibangunlah gambaran perusahaan atau produk yang memukau dan dibuat sangat menarik. Demikian pula halnya dalam bidang organisasi kemasyarakatan maupun politik, pencitraan sangat kental nuansanya. Pada akhirnya semua orang melakukan pencitraan. Hanya saja proses membangun citra diri selain yang bersifat positif, banyak pula yang bersifat negatif. Citra negatif sering dimunculkan oleh pebisnis untuk menjatuhkan produk lawan, demikian pula halnya dengan politisi untuk menggerus suara pendukung lawan politiknya. Sayangnya banyak pencitraan dilakukan dengan cara-cara yang tidak mengenal etika maupun sopan santun, dan bahkan seringkali bermuara pada kebohongan, kepura-puraan, dan fitnah.

Bagaimana dengan orang Kristen?

ORANG

PENCITRAANKRISTEN

ALFRED BAWOLEAllah, yang dalam bahasa lain dapat dikatakan bahwa manusia itu citra Allah. Sayangnya citra Allah itu telah rusak oleh dosa. Citra Allah yang sempurna ada pada Tuhan Yesus Kristus. Dalam nyanyian Kristus dalam Filipi 2: 5-8 ditulis dengan sangat indah, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib……….”

Tuhan Yesus taat kepada Allah, Bapa yang di surga, dan menjalankan seluruh kehendak-Nya. Ketaatannya itu bukan untuk pencitraan karena justru citra Allah dalam dirinya itu ditinggalkannya dan ia menjadi sama dengan manusia. Ia merendahkan diri sebagai bentuk ketaatannya yang sempurna. Tetapi sebenarnya

justru ketika IA merendahkan diri itulah citra Allah itu terwujud, yaitu Allah yang mengasihi manusia! Kematiannya di kayu salib memberikan penegasan akan ketaatannya itu untuk menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.

Tuhan Yesus melakukan pencitraan dengan sebenar-benarnya, bukan hanya untuk memberikan gambaran

seolah-olah, bukan untuk memoles-moles agar kelihatan cantik atau seolah-olah mengasihi manusia! Tidak sama sekali! Pencitraan yang ditunjukkan Tuhan Yesus itu sangat positif, menunjukkan citra Allah yang sebenarnya, Allah yang mengasihi manusia, Allah yang menebus dosa manusia, Allah yang menyelamatkan manusia! Itu sebabnya

jemaat Kristen dinasihatkan untuk menunjukkan diri sebagai orang percaya yang benar-benar percaya, yang melakukan kehendak Bapa! Bukan pencitraan sekadar menunjukkan seolah-olah percaya!

| PENCITRAAN 6 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 7 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

Yesus mengasihi manusia

| PENCITRAAN 8 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 9 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

Bagaimana dengan gereja? Tentu saja baik orang Kristen maupun gereja secara sadar maupun tidak sadar pasti ada yang melakukan pencitraan. Ada orang Kristen yang secara demonstratif memakai asesoris kristiani di badannya dan setiap hari Minggu ke gereja supaya orang tahu bahwa dia orang Kristen. Begitu banyak pendeta yang menggambarkan dirinya sendiri melebihi gambar Kristus. Padahal kita semua tahu bahwa tindakan kristiani bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau kepura-puraan, apalagi kebohongan.

Gembala bulan September mengambil tema pencitraan, dan penulis mengulas tentang orang Kristen pencitraan. Marilah kita menguji diri apakah selama ini yang kita lakukan hanya pencitraan saja, atau bertindak jujur dan memelihara hidup yang berkenan bagi Tuhan.

Pencitraan dan cara kerjanya

Pada prinsipnya pencitraan didasarkan pada kecenderungan manusia pada umumnya untuk menjadi persis sama atau lebih dari yang selama ini diinginkan. Citra diri terbentuk dan dipegang erat-erat dialam sadar ini akan melewati sebuah proses peralihan mental kealam bawah sadar. Dan manakala ini diterima dialam bawah sadar, seseorang menjadi sangat kuat memilikinya. Pencitraan yang didasarkan pada alam bawah sadar inilah pencitraan yang sesungguhnya, dan bukan buatan atau rekayasa.

Pencitraan itu perlu, buat sebagian orang bahkan wajib, dan pencitraan itu sudah sering kita lakukan sehari-hari, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih sekalipun. Dalam zaman serba online seperti sekarang ini media sosial sudah begitu marak sehingga proses pencitraan menjadi lebih mudah dan instan. Konsultan pencitraan menjadi sangat laris manis dan mempunyai pelanggan tetap mulai dari artis sampai politikus, dan mereka dibayar mahal

untuk itu.

Cara kerjanya diawali dari pemberi order yang minta dibuatkan pencitraan sesuai dengan permintaannya. Konsultan kemudian bekerja membentuk pandangan orang akan klien mereka, dan merekayasa apa yang harus ditampilkan sebagai citra atau gambaran diri. Didalam bekerja konsultan bebas membuat kreasinya seperti menunjukkan kebaikan untuk menutupi keburukan, atau sebaliknya merekayasa keburukan untuk menutupi kebaikan orang lain. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada perbedaan besar antara citra yang ditampilkan dengan kehidupan sehari-hari kliennya. Tidak jarang konsultan membuat pencitraan dengan cara memalsukan kebaikan atau mempertontonkan keburukan orang lain, yang penting dibayar. Topeng pencitraan

Disalah satu cabang seni tari, topeng biasa dipakai untuk menggambarkan manusia dibalik topeng tersebut. Seniman seperti Didik Nini Towok dari Yogyakarta terkenal sangat piawai menari topeng. Sesekali ia memakai topeng seorang lelaki, terkadang juga memakai topeng wanita. Hebatnya ia bisa menyesuaikan gerak dan bahasa tubuhnya sesuai dengan karakter dari topeng tersebut.

Pencitraan bisa dianggap seperti topeng, tetapi topeng pencitraan ini tidak sama dengan tari topeng dimana gerak dan langkah pemakainya menunjukkan karakter topeng tersebut. Pada topeng pencitraan seringkali orang yang memakai topeng, gerak dan perilakunya tidak sama bahkan bertolak belakang dengan topeng pencitraan yang dikenakannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga seringkali memakai topeng pencitraan. Ada yang sengaja membuat topeng pencitraan agar menjadi sosok

yang kita inginkan seperti itulah orang memandang kita. Ada pula orang yang memakai topeng pelayanan sebagai hamba Tuhan, sebagai aktivis di gereja, kegiatan sosial dan kegiatan populer lainnya. Namun topeng-topeng itu seringkali menutupi wajah asli manusia dibaliknya.

Di mata Tuhan, apapun topeng yang kita pakai tak ada artinya, karena Tuhan melihat dan tahu persis setiap pribadi manusia, bahkan sampai ke hati dan pikiran yang paling dalam. Tak ada sedikitpun hal yang bisa disembunyikan dihadapan Tuhan. Kemunafikan adalah hal yang paling dibenci Tuhan, seperti Tuhan Yesus membenci para ahli taurat dan orang Farisi karena kemunafikannya (Matius 23: 27). Pencitraan gereja

Sebetulnya pencitraan gereja tidaklah begitu penting, tidak sepenting gedung gereja itu sendiri. Ingat sebuah lagu yang mengatakan gereja bukanlah gedungnya melainkan orangnya. Namun demikian sejarah menunjukkan pencitraan gereja tetap dilakukan dari masa ke masa. Ini dilakukan orang-orang yang terlibat dalam “pelayanan” yang diberikan oleh gereja kepada warga gereja maupun masyarakat. Tidak heran gereja berkembang menjadi suatu persekutuan yang eksklusif bahkan dalam satu denominasipun terjadi pengekslusifan yang masif sehingga gereja seakan-akan terpecah. Tujuannyapun bermacam-macam tergantung bagaimana pencitraan dikemas sedemikian rupa agar memiliki kekhasan tertentu, yang ujung-ujungnya tidak jauh dari meraup sebanyak mungkin anggota baru yang otomatis meraup keuntungan secara finansial.

Pencitraan gereja dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari bentuk bangunan gereja, nama gereja, logo

gereja, liturgi, sampai pada jenis pelayanannya. Ada gereja yang mencitrakan sebagai gereja yang dipenuhi oleh roh kudus, ada pula yang citranya paling sosial, bahkan ada gereja yang memuja ular dan sebagainya. Soal nama juga terkadang aneh didengar telinga seperti nama “Gereja ranting David”; “Gereja kenisah rakyat” yang mengajak pengikutnya bunuh diri masal. Persaingan antar gereja sangat ketat sehingga pencitraan yang menjelek-jelekan gereja lain semakin brutal dan tak terkendali. Ini banyak sekali terjadi di Amerika. Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, khususnya dikota-kota besar dimana ada gereja yang beribadah di hotel atau apartemen yang anggotanya eksklusif. Yang menarik lagi persembahan dilakukan secara transfer melalui ATM atau gesek kartu kredit.

Pencitraan gereja seperti ini sudah melenceng dari makna persekutuan dalam tubuh Kristus. Tantangannya sungguh besar di era arus media yang demikian kencang sehingga orang kadang lupa dengan fungsi utama gereja dan tenggelam dalam pencitraan yang semu. Himbauan Tuhan Yesus agar jangan melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka (Matius 6: 1) tidak berarti bahwa dalam melakukan ibadah harus sembunyi-sembunyi, melainkan jangan beribadah demi pencitraan.

Perintah Allah ke 3

Didalam sebuah acara penggalangan dana, nama pendonor atau penerima sumbangan sangatlah penting. Kesalahan menyebut nama akan berakibat fatal, karena menyebut nama orang lain sebagai penyumbang atau penerima dana akan sangat mempermalukan dan membuat kekecewaan yang mendalam, lebih-lebih bila dikemukakan didepan umum. Mencatut nama orang lain dalam

| PENCITRAAN 8 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 9 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

| PENCITRAAN 10 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 11 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

pencitraan untuk keuntungan pribadi juga tidak benar dan bisa dituntut bila yang memiliki nama tidak terima. Ini baru penyalahgunaan nama manusia. Lalu bagaimana bila yang disalahgunakan adalah nama Tuhan?

Orang Kristen dalam berdoa Bapa Kami selalu mengucapkan “dikuduskanlah nama-Mu”, ini adalah perintah untuk mengkuduskan nama Allah. Juga Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan (Keluaran 20: 7). Perintah ketiga Dasa Titah ini mengandung pengertian dan peringatan bahwa orang tidak boleh mengambil, menyebut, dan memakai nama Tuhan secara sembarangan. Menyebut nama Tuhan harus disaat yang tepat seperti saat kita berdoa dan menghindari penyalahgunaan nama Tuhan untuk kepentingan pribadi. Pencitraan seorang penginjil yang mencatut nama Tuhan dengan mengatakan telah bertemu dan berbicara dengan Tuhan adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Penutup

Dalam dunia maya hampir semua orang yang memiliki telpon genggam pasti bersosialisasi di media sosial apapun bentuknya. Mulai dari sekedar kirim SMS sampai Chatting atau Whats App (WA), orang bisa melakukan pencitraan. Misalnya yang sedang populer saat ini, isi pesan-pesan di kelompok WA bertaburan dengan ayat-ayat kitab suci agar dinilai sebagai orang yang religius, padahal kelakuan sehari-hari sangat munafik dan tidak ada kasih. Ini adalah contoh pencitraan negatif, yaitu menutupi sebuah kebohongan. Sementara itu disisi lain masih banyak orang melakukan praktek keagamaan atau ibadah

yang artifisial yang mengutamakan penampilan tanpa memperhatikan makna dari ibadah itu sendiri.

Tuhan tidak memerlukan hormat dari manusia (Yohanes 5: 41) dan Ia membenci pencitraan seperti yang ditunjukkan kepada para ahli taurat dan orang Parisi, karena Tuhan tidak mau nama-Nya disebut sembarangan apalagi dipakai untuk pencitraan. Nama Tuhan telah dimateraikan kepada kita. Bila kita percaya dan masuk dalam gereja-Nya dan menerima baptisan, berarti kita telah menerima Tuhan dalam hidup kita.

Dampak dari perintah Allah ketiga memenuhi seluruh sendi kehidupan kita. Bila kita melakukan pencitraan atas nama Tuhan untuk kepentingan pribadi, apakah itu melalui ucapan, perilaku, atau ketidakjujuran dalam bersaksi, maka kita telah melanggar hukum ketiga dari perintah Allah. Marilah kita berhenti menjadi orang Kristen pencitraan, dan biarlah tindakan kita lahir secara alami sebagai buah persekutuan dengan Tuhan.

LAPORAN UTAMA

JANGAN MENJADI

PENCITRAAN!KRISTENPencitraan adalah sebuah kata yang akhir-

akhir ini akrab di negeri ini, khususnya dalam ranah politik. Pencitraan

sebenarnya adalah proses membangun gambar diri secara sadar. Namun, orang cenderung mengartikannya secara negatif, yaitu melakukan sesuatu yang berbeda dengan aslinya demi mendapatkan simpati. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif untuk menjatuhkan musuh atau lawannya.

Citra adalah serangkaian kepercayaan yang dihubungkan dengan sebuah gambaran yang dimiliki atau didapat dari pengalaman (Huddleston-linguist); Kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya (Frank Jefkins-author); Pencitraan sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek (Philip Kotler-marketing).

Lahir Secara Alami

Sadar atau tidak, ada orang Kristen yang terbiasa berpura-pura. Banyak orang kristen berpikir seperti ini: “Saya orang Kristen, maka saya harus begini-begitu; supaya orang tahu bahwa saya orang Kristen”. Padahal,

sebenarnya mereka ‘tidak terbiasa’ bertindak seperti itu; mereka melakukannya sama dengan pencitraan? Keadaan ini kian parah dengan banyaknya pengajaran yang menyatakan dan mengatakan bahwa apabila belum melakukan tindakan-tindakan kristiani tertentu, belum menjadi orang Kristen.

Sesungguhnya, ‘tindakan kristiani bukan sesuatu yang dibuat-buat’. Melakukan tindakan kristiani karena merasa hal itu kewajiban sebagai orang Kristen; bukankah itu sama saja dengan pemain sandiwara, yang memainkan peran tertentu berdasarkan tuntutan cerita. Sebaiknya, biarlah tindakan itu ‘lahir secara alami’ sebagai buah persekutuan dengan Tuhan; karena Dialah Pokok Anggur, yang akan mengalirkan getah kehidupan-Nya melalui ranting-ranting-Nya.

AGUS HARDJANTA

“ Saya tidak bisa membayangkan orang yang memandang kelangit dan menyangkal Tuhan.

- Abraham Lincoln. ”

“ Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! (Rm.12:9) ”

| PENCITRAAN 12 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 13 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

Betapa sia-sianya orang yang sibuk beribadah dan melakukan kewajiban-kewajiban agama seperti berbuat baik, membantu sesama, memberi sedekah dan lain-lain yang ditujukan hanya untuk membentuk kesan, persepsi atau citra di mata masyarakat. Yesus dengan tegas mengatakan semua itu tidak ada upahnya, alias sia-sia.

Yesus berkata: “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Mat.6: 2). Firman Tuhan juga berkata: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1Sam.16: 7)

Mencari ketenaran, pamor atau popularitas di mata manusia di muka bumi yang fana ini tidaklah penting. Perjalanan di bumi ini singkat jika dibandingkan dengan kekekalan yang akan dimasuki setelah kehidupan di bumi selesai. Seharusnya yang dilakukan hanya untuk Tuhan dan bukan untuk dipertontonkan kepada orang lain.

Misi Mengemban Perintah Allah

Mencari pujian dan popularitas di mata manusia lalu melupakan pentingnya memelihara hidup agar berkenan bagi Tuhan, tiada gunanya. Firman Tuhan berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.” (Mrk.8: 36).

Apa yang dipercaya dunia sebagai sebuah keharusan ini sudah tertulis sejak dahulu dalam Alkitab. “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1Yoh.2: 17)

Hanya orang-orang yang terus melakukan kehendak Allah, menjauhkan diri dari kecemaran dan memelihara hidupnya seturut keinginan Tuhan, itulah yang akan hidup kekal selama-lamanya. Sementara dunia akan terus menyeret orang-orang yang tertipu dibalik kuasanya untuk jatuh dan lenyap bersama-sama. Yesus sendiri dengan tegas mengatakan:

“Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.” (Yoh.5: 41).

Bagi Tuhan, sebuah misi yang diemban sesuai perintah Bapa jauh lebih penting untuk dilakukan daripada mencari pamor di mata orang. Keselamatan bagi manusia, pemulihan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya yang teristimewa, penebusan atas dosa dan kutuk-kutuk serta mengalahkan iblis dan kuasanya, semua itu jauh lebih penting dan itulah yang dilakukan Yesus. Dia rela menanggung segala kesakitan dan penderitaan untuk manusia. Betapa menyedihkan ketika manusia terus berlaku munafik agar mendapat pujian dari orang lain lalu menolak dan mengabaikan Yesus dalam hidupnya. Yesus sedih melihat orang-orang seperti ini sekaligus marah, seperti apa yang tertulis dalam Injil; “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu” (Mrk.3: 5)

Apalah artinya itu jika manusia malah kehilangan kesempatan untuk menjadi ahli waris Allah. Tidak ada gunanya membuat-buat pencitraan untuk memperoleh penghargaan dari manusia. Apa yang penting adalah bagaimana manusia dipandang indah di mata Tuhan. Meski tidak mendapat pujian apa-apa dari manusia, tetapi Tuhan memandangnya sebagai sesuatu yang baik, yang berkenan, yang berharga, inilah hal yang sangat indah. Oleh sebab itu, hindarilah bentuk-bentuk keinginan untuk terlihat sempurna di mata orang lain lewat kemunafikan dan ‘manipulasi citra’.

Citra Diri di Dalam Kristus

Di dalam ajaran Kristen, Citra Allah dibedakan menjadi: Citra Allah yang istimewa atau khusus adalah segala pengetahuan, kebenaran dan kesucian, sedangkan Citra Allah yang umum adalah segala sifat manusia yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Inilah citra diri yang benar bagi manusia yang ada di dalam Yesus Kristus:

1. Ciptaan Allah yang segambar dan serupa dengan Allah sendiri. Berfirmanlah Allah:

“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,” (Kej. 1: 26a)

2. Diperlengkapi dengan berbagai kemampuan untuk menaklukkan bumi. “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1: 28)

3. Unik, berbeda satu dari yang lain, dan ditempatkan di berbagai belahan dunia. “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi,” (Kis.17: 26a)

4. Ciptaan baru di dalam Yesus. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5: 17)

5. Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia,” (1Ptr.2: 9a)

6. Anak Allah yang berhak mewarisi janji-janji Allah: “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus,”(Rm.8: 17a)

7. Bait Roh Kudus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor.3: 16)

8. Pilihan Allah untuk menjadi kawan sekerja Allah sendiri. “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” (1 Kor.3: 9)

9. Terang Dunia dan Garam Dunia. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.”(Mat.5: 13-14)

10. Anggota Tubuh Kristus dengan berbagai talenta yang beragam. “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.”(1 Kor.12: 11)

Pandangan Hidup Kristiani

Orang Kristen dapat memiliki citra diri yang menjadi kokoh dan sejalan dengan citra diri sebagai pengikut Yesus sesuai dengan ‘hukum kasih’ antara lain:

a. Memiliki kesadaran yang murni bahwa berusaha menampilkan citra Yesus yang merupakan tugas untuk didalam kehidupannya.

b. Mengidentifikasi kehidupan Yesus dan akan menjadikan-Nya segala aspek kehidupan untuk menjadi teladan utama dalam bertindak.

c. Dapat memetik dengan berbagai aspek dari keteladanan Yesus dan dengan perkataan-perkataan hikmat dari Alkitab untuk menjadikannya arah perkembangan diri dari karyanya.

d. Mampu membedakan dengan sadar dari nilai-nilai kristiani dengan yang bukan dan menjadi ‘tujuan hidup orang kristen’.

e. Mampu memiliki gaya hidup, dan memberikan penampilan dan gaya kerja yang unik serta memberi keberanian dan mengambil resiko besar.

f. Mampu mengkomunikasikan visi dan misi yang dimiliki untuk dilakukan dengan baik.

Sedangkan Pandangan Kehidupan dari Citra orang Kristen:

1. ‘Hidup yang bersaksi’ yaitu hidup yang dilalui dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang memberitakan karya dari Yesus Kristus yang sudah mati karena dosa manusia; untuk memberitahu dunia lebih mengenal Allah dalam Yesus; memberitakan Injil, memberi kabar kesukaan agar semakin banyak orang yang percaya dan dapat memperoleh keselamatan hidup kekal yang diberitakan Allah kepada dunia melalui Yesus.

| PENCITRAAN 14 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 15 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

LAPORAN UTAMA

CITRASEBAGAI NABI, IMAM,DAN RAJA

Kata ‘Pencitraan’ populer di Indonesia sejak kira-kira 10-13 tahun yang

lalu, meskipun di manca negara kata itu sudah sering dipakai yaitu “image” atau “imago”. Di Indonesia yang lalu bahkan hingga sekarang sering terdengar istilah ‘politik pencitraan’ yang dipakai oleh lawan politik untuk menilai pemerintah yang sedang berkuasa.

Pencitraan sendiri awalnya istilah yang biasa dipakai dalam bidang komunikasi dan kegiatan kehumasan (public relation) bidang ekonomi. Kemudian para selebrita melihat peluang untuk memanfaatkannya sebagai cara untuk mengatrol popularitas mereka, dan para polkitikus pun menjadikannya sebagai alat penting bagi mempopulerkan diri, partai, atau golongan yang diwakilinya.

Sudah sejak lama manusia mengenal dan memanfaatkan pencitraan. Sebagai contoh, salah satu artefak

tertua yang pernah ditemukan, Venus of Wilendorf (ditemukan di Austria), sebuah ukiran era Paleolitikum (25.000 – 21.000 SM) berbentuk seperti wanita gemuk dengan beberapa bagian tubuh yang diukir secara hiperbolis. Secara spekulatif hiperbola ini dikaitkan dengan fungsi menyusui dan reproduksi. Bagian-bagian tubuh yang lain tidak diukir dengan jelas,

“Manusia diciptakan dalam citraan Tuhan. Manusia merupakan makhluk yang tidak sembarangan, karena nama baik-Nya menjadi taruhan. Bagi orang Kristen ‘citra’ baik sebagai nabi, imam dan raja sudah dibekalkan oleh Allah untuk kita menjalankan kedudukan sebagai anak Allah. Kita tinggal menjalankan kedudukan tersebut dan menjaga sifat-sifat baik tersebut tanpa harus ada pencitraan

2. ‘Hidup sederhana’ yaitu hidup dengan seadanya, bersahaja, secukupnya, tidak berlebih-lebihan seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus; dan nasehat Rasul Paulus di dalam isi suratnya bahwa orang yang ingin hidup kaya dan berlebihan akan jatuh ke dalam percobaan, keruntuhan dan kebinasaan.

3. ‘Hidup saling memberi’ yaitu saling berbagi ketercukupan, kebahagiaan, dan kasih.

Menampilkan citra Kristen mempunyai arti menyelidiki dan dapat mengubah diri secara terus-menerus sehingga dapat serupa dengan citra Yesus. “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” (Rm.8: 29). Hal ini merupakan sesuatu yang sangat mendasar di dalam memperlihatkan citra diri sebagai umat yang menjadi pengikut Yesus, dan hal ini sejalan pemahaman tentang Yesus yang memiliki penuh kasih, rendah hati, tulus, dengan menggunakan pikiran, perkataan dan perbuatan. Yang mengajarkan untuk selalu membuktikan perkataan dengan tindakan yang nyata dan dapat dibuktikan.

Langkah-langkah Praktis

Setelah memahami keberadaan di dalam Yesus menurut apa yang dikatakan Alkitab, selanjutnya secara praktis, maka menurut tulisan Pdt. Petrus F. Setiadarma dapat mengambil langkah-langkah berikut:

1. Bersyukur kepada Tuhan sebagai ciptaan-Nya sebagaimana adanya, termasuk cacat yang disandang. “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.” (2Kor.12: 7)

2. Tidak iri melihat keberadaan orang lain, tetapi mengakuinya secara sportif.

3. Berpikir positif dengan memfokuskan diri pada kelebihan yang diberikan Tuhan. Tuhan menerima apa adanya. TUHAN berfirman kepadanya: “Apakah yang

di tanganmu itu?” Jawab Musa: “Tongkat.” (Kel. 4: 2)

4. Meningkatkan potensi yang Tuhan berikan dengan cara yang benar, seperti: belajar dengan tekun, menambah pengetahuan dan informasi, ber-olahraga, mengatur pola makan, dan sebagainya.

5. Mengobarkan berbagai talenta yang Tuhan berikan dalam berbagai bentuk pelayanan. Tidak ada pelayanan rendahan di hadapan Tuhan. Semua pelayanan dibutuhkan dalam Tubuh Kristus.

6. Menolong orang lain memiliki citra diri yang sehat. “Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;” (Ibr. 12: 12)

7. Memuliakan Tuhan, selalu ber-syukur dan memiliki kerinduan mempersembahkan apa yang ada untuk melayani Tuhan, bahkan mampu menolong orang lain agar memiliki citra diri yang sehat pula. Jangan menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan hidup menurut kehendak Allah. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm.12: 2)

Marilah berhenti menjadi orang ‘Kristen Pencitraan’: “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Mat.6: 1)

”“ PAMER adalah IDE MEMULIAKAN DIRI YANG BODOH- BRUCE LEE

MUNARI

| PENCITRAAN 16 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 17 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

dengan makhluk lain. Satu tujuannya adalah untuk ‘Memuliakan Tuhan Allah’ dengan tabiatnya sendiri-sendiri. Maka manusia dapat mengetahui bagaimana tabiat segala makhluk dapat memuliakan Tuhan Allah. Sebab itu manusia diperkenankan memberi nama kepada makhluk lain. Nama itu menunjukkan hakekat yang mempunyai nama dalam memuliakan Allah.

Manusia dapat menjadi imam Allah. Imam adalah orang yang selalu penuh kebaktian selama hidupnya. Ia hanya menuju kepada kemuliaan Tuhan Allah. Manusia pada permulaan memang hanya berusaha supaya dapat bekerja untuk Tuhan Allah. Tuhan Allah memerintahkan supaya manusia menguasai dan menjaga bumi. Menguasai dan mennjaga bumi berarti mendidik memperkembangkan kecakapan-kecakapan yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada segala makhluk, supaya segala makhluk dapat memuliakan Nama Tuhan Allah setinggi-tingginya.

Kedudukan sebagai raja, dengan kewajiban:a. Berusaha supaya negara dan rakyatnya selalu meningkat derajatnya.

b. Menjaga supaya negara dan rakyatnya jangan sampai diganggu oleh musuh; dunia harus dijaga. Meskipun manusia belum mengetahui, Tuhan Allah tahu bahwa dunia selalu diancam oleh Iblis yang hanya akan merusak ciptaan Tuhan Allah. Manusia dijadikan raja supaya dapat melawan serangan dari luar hingga dunia seisinya tidak dirusak. Yang penting ‘citra’ atau ‘pencitraan’?

Dalam dunia pemasaran dikenal istilah ‘positioning’ yang kira-kira

dapat disamakan dengan pencitraan. Posisitioning adalah upaya perusahaan/pemasar untuk menimbulkan kesan pada konsumennya bahwa produk (spesifikasi, harga, manfaat, dan tempat menjualnya) sesuai dengan harapan konsumennya. Dengan berbagai cara mereka melakukan itu, melalui branding, packaging, penataan di etalase, ruang toko, sampai pada penampilan wira niaganya. Sesuai dengan harapan itulah yang membuat konsumen membeli produk tertentu.

Citra adalah sifat-sifat pribadi baik atau buruk dari seseorang yang dibawa dalam keseharian hidupnya. Pencitraan merupakan upaya seseorang untuk menimbulkan kesan baik dari orang banyak terhadap diri pembuat pencitraan, meskipun dalam kenyataannya bisa terjadi seseorang tersebut mempunyai sifat yang tidak baik.

Bagi orang Kristen ‘citra’ baik sebagai nabi, imam dan raja (dengan segala batasan-batasannya) sudah dibekalkan oleh Allah untuk kita menjalankan kedudukan sebagai anak Allah. Kita tinggal menjalankan kedudukan tersebut dan menjaga sifat-sifat baik tersebut tanpa harus ada pencitraan. Karena itu merupakan kewajiban bagi kita. Kita tidak perlu merekayasa sendiri melalui pencitraan agar orang lain menilai kita baik. Cukup kalau kita menjaga /memelihara agar citra yang dari Allah itu tetap hidup pada diri kita masing-masing. Berlaku baik, jujur, dermawan, kerja keras, dan lain-lain, tidak ada yang salah dan itu harus, sepanjang dilakukan tidak dengan maksud pencitraan, tetapi karena kita setia dan taat pada perintah-Nya.

Semoga bermanfaat.

mungkin karena maknanya dianggap tidak signifikan. Bentuk semacam ini mencitrakan sesuatu yang dianggap penting pada masa itu. Mungkin kesuburan.

Pada masa lalu tubuh gemuk (utamanya pada perempuan) dicitrakan sebagai pembawa kesuburan, sedangkan hal yang sama tidak kita dapati sekarang ini, ketika tubuh dalam bentuk yang sama justru dianggap memiliki citra tidak sehat, rentan penyakit, dan seterusnya.

Contoh lain, mengapa Amerika berhasil meyakinkan dunia (utamanya Blok Barat) pada era Perang Dingin bahwa komunisme merupakan common enemy bagi negara-negara demokratis sehingga harus dibasmi. Inilah kekuatan pencitraan. Kenyataannya tidak ada ruang hidup dan ruang hajat manusia yang benar-benar steril dari pencitraan, apapun bentuknya, siapapun orangnya.

Politik Pencitraan, adalah politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas dan lain-lain adalah baik atau buruk. Karena itu ada pencitraan positif, untuk

tujuan mengangkat elektabilitas, dan pencitraan negatif yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan.Sedangkan ‘Citra’ sebagai akar katanya, adalah rupa atau gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi , perusahaan, organisasi atau suatu produk.

Imago Dei

Bagi penganut Abrahamik (Yudaisme, Kristen, dan sebagian aliran Sufisme Islam), manusia merupakan imago

dei, image of God. Arti harafiahnya ”citraan Tuhan” atau “gambar Allah”. Manusia diciptakan dalam citraan Tuhan. Manusia merupakan makhluk yang tidak sembarangan, karena nama baik-Nya menjadi taruhan. Tuhan menciptakan manusia untuk suatu tujuan yang baik.“ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-

Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. (Kejadian 1: 27)

Gambar Allah ini diciptakan oleh Allah dengan baik, artinya sempurna tidak ada kekurangannya. Jadi manusia diberi alat untuk melakukan ketiga fungsi pentingnya, sebagai nabi, imam dan raja.

Sebagai nabi Tuhan Allah, ialah manusia tahu apa yang menjadi kehendak Allah dan tidak hanya kehendak yang berhubungan dengan manusia, tetapi juga yang berhubungan

Era Perang Dingin

| PENCITRAAN 18 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 19 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

Samaria” yang murah hati dimana-mana, apa itu gerak hati nurani atau pencitraan? Dalam kegalauan dan kegaduhan serta ratap tangisan, siapa peduli, yang penting

semua bergerak, jangan terpana. Karena ada suara:“….janganlah takut, sebab Aku menyertai

engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yes.41: 16).

Hero kita Kang Gareng sudah barang tentu tidak mau ketinggalan, tetapi apa yang ia lakukan? Mari kita perhatikan lebih dekat.

Lho, lho, kok ia penekan di gedung agung Padepokan Lebak Bulus, apa sebabnya, apa pasalnya?Astaga! Ia memasang baliho raksasa!Dan bukan itu saja, baliho itu bergambar Yusuf sebagai Perdana Menteri Mesir, muda, ganteng, sampai bisa meruntuhkan hati ibu Potifar, berkuasa dan kaya, 500 miliar Rupiah? Tidak masalah!Dan yang lebih seru lagi dibawah gambar itu tertera huruf yang besar-besar: AHY!Waduh, waduh apalagi ini?

Jangan langsung souzon, berpikir negatif, dibawahnya ada Tulsan: Aku, Hamba Tuhan, Yusuf, siap menjadi relawan ke Lombok.Siapa mau ikut? “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu

dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”(Mat.11: 28)“Come to Me, all you who laborand are heavy laden, and I will give you rest”.

Seperti biasanya dibawah bilboar raksasa itu ada POH alias Posko Orang Hilang yang terhubung langsung dengan Basarnas Pusat dan daerah di Lombok, dan yang paling istimewa, yang tidak ada diposko-posko lainnya. Apa itu?Hubungan dengan Kanjeng Gusti di Sorga melalui para pendoa!Dan yang lebih istimewa lagi, Posko ini buka 24 jam 7 hari, tidak ada liburnya. Asyik juga ya kalau Ki Ageng Pandhito kita hati, rumah dan hp nya juga buka seperti Posko besutan Kang Gareng.

Ternyata relawannya membludak dan para relawan ini juga membawa persembahan seperti orang-orang Majus.Kegesitan Kang Gareng memang sudah teruji, pada situasi yang gawat ini ia telah mempersiapkan Ratas di Pasewakan Agung, dan langsung ndeprok di saf paling depan.

Begitu Kanjeng Begawan Suraji dengan anggun dan berwibawa memasuki ruangan Pasewakan Agung, Gareng langsung menghaturkan uluk salam: ”Ngaturaken sugeng pambagya Kanjeng Begawan, Gareng matur duka telah mendirikan POH Lombok dan mendirikan baliho AHY. Animo para anggota jemaat sangat besar, lantai dasar GSG sudah penuh barang-barang sumbangan gempa Lombok, relawan bidang medis dan teologis juga sudah siap untuk diberangkatkan, Gareng mohon pengarahan lebih lanjut.” Gareng mengakhiri laporannya dengan penuh semangat walaupun tetap dalam ketrenyuhan.

“We lha dalah, Kang Gareng ini kok ndak tobat-tobat, seperti bangsa Israel saja, kapoke kok kapok lombok! Kita ini kan berada di Padepokan Lebak Bulus, bukan di Elite Mega Kuningan, pasang baliho besar AHY segala. Nanti Padepokan kita terseret dalam pusaran antara Kertanegara dan Mega Kuningan, bisa-bisa kita lek-lek-an seperti nonton wayang kulit saja, memangnya

LAPORAN UTAMAELIESER S.HADMODJO M.Min

TUHAN MEMBERIKAN TELADAN

YANG SEJATI ZAMAN NOWPENCITRAANKita semua tentunya sudah

sangat mengenal Kang Gareng, ia sangat trengginas

dalam segala hal, baik dikala suka maupun penuh tantangan..

Coba kita perhatikan, walaupun raut mukanya menunjukkan ketrenyuhan, karena bulan lalu ia melayani POH alias Posko Orang Hilang akibat tenggelamnya kapal tua renta di danau Toba, yang sangat melelahkan itu, dan belum ditutup pendaftarannya, sudah ada bencana yang lebih dahsyat lagi. Apakah itu?

Pada hari Sabat, Minggu Kliwon, 29 Juli 2018, Lombok diporakporandakan gempa dengan kekuatan 6,2 Skala Richter. Manusia sangat renta tak berdaya, bak kumpulan belalang saja. Bangunan luluh lantak berserak,“…Dengar! Di Lombok terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rachel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.”(Yer.31: 15)

Belum tiris air matanya, kembali Lombok diguncang gempa pada hari Sabat, Minggu Pahing 5 Agustus 2018 yang lebih dahsyat lagi, 7,0 Skala Richter! Seolah-olah terdengar suara:“ Engkau akan menampi mereka, lalu angin akan menerbangkan mereka, dan badai akan menyerakkan mereka” (Yes.41: 16).Dan akibatnya tidak tanggung-tanggung : 436 jiwa meninggal dan 1.353 jiwa luka-luka. Duka nestapa dimana-mana, dan kembali ratap tangis menggema.

Namun demikian ada banyak ”orang

“ Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.( Yeh.34: 16 ) ”

| PENCITRAAN 20 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 21 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

merasakan sakitnya melahirkan, itu Alkitabiah lho!“Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu;…”( Kej.3: 16 )

Setuju, setuju, tetapi fokus kita kan bukan sakitnya melahirkan, tetapi apakah rangkaian acara kelahiran itu dapat dipakai oleh Iblis untuk menggoda kita melakukan Pencitraan yang negatif.Padahal Gusti kita telah memberi keteladanan yang sempurna dalam hal Pencitraan sejak Ia dilahirkan di dunia.Sebagai seorang Raja Diraja, sebenarnya Dia bisa dilahirkan di Istana, dan dilayani oleh tim dokter kerajaan. Para Capres dan Cawapres saja untuk cek kesehatan dilayani oleh 50 dokter!Dan berita kelahirannya pun bukan diberitakan kepada raja-raja, para presiden, para konglo dunia seperti Bill Gate dan teman-temannya, tetapi kepada para gembala. Strata masyarakat yang paling rendah, yang tidak mempunyai hak apa-apa, juga tidak bisa ikut Pilpres dan Pileg.

Lalu kata Malaikat itu kepada para gembala: ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” ( Luk.2: 10-11).

Ini sungguh merupakan teladan yang sempurna sejak Ia dilahirkan di dunia, sederhana, tidak sombong, tidak pasang baliho besar, tidak ada pencitraan.Apakah hanya sampai disini saja?

Dilanjutkan di Taman Getsemani dan di bukit Golgota

Teladan Pencitraan dari Gusti kita tentunya tidak sampai disini saja, tetapi dilanjutkan.Sampai dimana?

“Karena begitu besr kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh.3: 16)

Walaupun mendapatkan tugas yang sangat berat sebagai Juruselamat umat manusia, Ia tetap sederhana, bahkan Ia telah meninggalkan zona nyaman-Nya di sorga dan turun ke dunia, out of the box, langsung blusukan ke dunia, tinggal bersama umat manusia, berinteraksi secara langsung, dan merasakan betapa beratnya menanggung dosa umat manusia.

Lihatlah betapa hebatnya beban berat yang Ia tanggung, karena upah dosa adalah maut (Roma 6: 23)Namun Ia tetap konsisten, sederhana, merakyat, tidak sombong dan menyangkal diri, seperti yang Ia minta kepada murid-murid-Nya.

“Kata-Nya kepada mereka semua:”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”.( Luk.9: 23 )Jadi pengorbanan Yesus dari kandang domba, ke taman Getsemani sampai bukit Golgota adalah merupakan satu kesatuan dalam rangka penyelamatan umat manusia. Semuanya itu Ia lakukan tanpa Pencitraan, justru dengan penyangkalan diri.Bagaimana sikap kita sebagai murid-murid Yesus?

Pencitraan yang sejati disempurnakan terus dari zaman now sampai akhir zaman

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…………Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”( Mat.28: 19,20 ).Kita sebagai murid-murid Yesus, tentunya diharapkan tidak akan melakukan Pencitraan, karena justru Guru dan Juruselamat kita melakukan yang sebaliknya, yaitu menyangkal diri.

Ini harus dimulai dari pimpinannya di segala lapisan di gereja, dalam keluarga dan dalam lingkungan masyarakat.Banyak masalahnya ,banyak tantangannya?Sudah barang tentu!Tetapi Tuhan Yesus selalu menyertai kita setiap saat.Siapa takut?

itu termasuk dalam acara bulan budaya? Bagong dengan bangganya mengingatkan adik kesayangannya.

“Jagad Dewa Batara, elinga Mas locos kita ini beda, kita berada di Padepokan Lebak Bulus, seperti yang diungkapkan Kangmasmu Bagong, bukan di Merdeka Barat, bentuk POH dan rangkaiannya ke Basarnas, bisa-bisa Padepokan kita di-reshufle seperti Menpan-RB, bahaya, bahaya!”Petruk mewanti-wanti adiknya.

“Eeeee…..mbegegeg ugeg ugeg, haleluya cemara dhoyong anak-anakku Bagong dan Petruk yang sangat dikasihi Gusti dan sangat Rama kasihi, Kangmasmu Gareng ini kan selalu ahead, selalu di garda paling depan kalau ada musibah, coba lihat belum pernah GSG seramai ini, mereka datang dengan tulus, bukan cari muka, bukan pencitraan. Sepertinya pangandikanipun Gusti yang disampaikan Bapa Pandhito benar-benar nancep dalam hati mereka, dan mereka berbondong-bondong menjadi orang Samaria yang murah hati. Ayo didoakan, didukung, jangan malah dibuli! Seperti biasanya Semar menenangkan anak-anaknya dan mengarahkan ke jalan yang benar.

“Wis, wis, wis, pada tahun politik ini sangat diperlukan ketenangan dan kedamaian, ayo ojo gaduh! Semangat anggota jemaat untuk melayani sesama yang sudah digetarkan oleh Gareng ini perlu didukung, dirawat dan ditingkatkan. Tetapi semua pelayanan itu harus seperti yang dilakukan oleh orang Samaria yang murah hati, tulus dan iklas, tidak boleh jadi kampanye pencitraan! Nuwun sewu, Rama Semar, nyuwun tulung supaya jongos Elieser dipun timbali dan diminta menghadap Kanjeng Begawan (Em.) Andreas Hutomo dari Pesanggrahan Gembala untuk mensosialisasikan masalah Pencitraan yang benar kepada seluruh anggota Padepokan”. Dengan sangat canggihnya Kanjeng Begawan mengakhiri arahannya dan lansung ke GSG untuk mengecek kesiapan bantuan kemanusiaan korban gempa di Lombok.

Teladan Pencitraan di mulai dari kandang domba

“…dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”( Luk.2: 7 )

Apakah diantara kita ada yang dilahirkan di kandang domba? Yang bener aja, kita kan anggota Padepokan Lebak Bulus!Pertanyaan Mas Jongos ini kok nyeleneh, nggak level, nggak elite, memangnya kita ini sesama jongos atau bagaimana?

Lho, lho, jangan souzon dulu, jangan galau dulu, maksudnya ya dimana Gusti menghadirkan kita pertama kalinya dimuka bumi ini.Misalnya di kandang sapi, seperti Bapa Pandhito Partikelir Padmono SK., STh. maksudnya di Rumah Sakit Kandang Sapi, Jebres, Solo, yang masih ada sampai sekarang.Atau boleh juga di RSUP Cipto Mangunkusumo, RS Pondok Indah, RS Siloam, atau bahkan RS Mount Elizabet dan Glen Eagle di Singapura.Dan siapa yang menolong persalinannya?

Belum lagi kalau ditanyakan siapa yang membantu persalinannya, akan tersipu-sipu, atau bahkan malu, kalau yang menolong itu ibu Bidan atau mbah dukun, wah, wah kok seperti si Malin Kundang saja!

Kita akan merasa bangga atau keren, kita dilahirkan di RSB Internasional, yang menolong adalah Ibu Nurul. Yang bener aja, maksudnya kan Ibu Natalia kan?Iya Ibu Prof.DR.Nurul Istiqomah Natalia, Spk, SpBC, SpA, SpR, SpD, SpL.Beliau adalah ahlinya ahli, karena selain ahli Kandungan,juga Ahli Bedah Caesar, karena ibu-ibu kelas elite sangat menggandrunginya, lalu beliau juga spesialis Anak, spesialis Remaja, spesialis Dewasa dan spesialis Lansia!Komplit plit, dari lahir sampai lansia, tinggal menggandeng Ki Ageng Pandhito dan IKA segagai specialis sorgawi.

Weh, weh, jangan menyindir ibu-ibu kelas elite, mas Jongos kan belum pernah

| PENCITRAAN 22 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 23 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

Dalam budaya Jawa sandang merupakan pencitraan utama bagi kehidupan kita, karena sandang yang kita kenakan merupakan nilai pertama yang akan terbaca oleh masyarakat. Bangsa kita telah mengalami perkembangan mode pakaian sesuai dengan zamannya. Baju potongan Bung

Karno sangat populer sampai tahun 1965, baju safari sangat digandrungi pada masa orde baru dan saat ini lebih kasual yang penting rapi. Mode pakaian wanita pun berkembang sangat beraneka ragam, namun pakaian kebaya lebih abadi.

Saat ini masalah pangan harus lebih mendapat perhatian karena harga pangan bergizi sangat meningkat , bahkan harga telur bisa mengejar harga daging, belum buah-buahan dan sayuran serta protein.

Papan atau rumah harganya terus meningkat sehingga kelompok milenial cukup kesulitan untuk mewujudkan property yang diidamkan.

Kukila, turangga, curiga dan garwa Kukila atau diartikan sebagai burung dan zaman sekarang bisa diartikan alat hiburan

seperti televisi, video, home theater dan sebagainya. Turangga berati kuda bisa juga diartikan sepeda motor, mobil, bahkan sampai jet pribadi. Curiga berarti senjata dan bisa disamakan dengan senapan angin, keris, kemampuan bela diri. Garwa adalah isteri, seorang laki-laki boleh dikatakan lengkap bila memiliki isteri dan keturunan sebagai regenerasi kita.

KEYAKINAN MEMPENGARUHI PENCITRAAN

Keyakinan seseorang sangat mempengaruhi pencitraannya, seperti sekarang ini sangat mudah kita mengenali keyakinannya dari penampilannya baik dari pakaian, potongan rambut, cara bergaul, bahasa tubuh dan bicaranya.

PROFESI MEMPENGARUHI PENCITRAAN

Afandi, Einstein, Prajurt TNI, Polri, Pilot, Pramugari, Teknisi, bahkan pasukan oranye, hijau, dan lain-lain

akan dengan mudah kita kenal pada pencitraannya.

LAPORAN UTAMA

POSITIF, NEGATIF

PENCITRAANAcara pembukaan Asian Games

ke 18 di Jakarta sukses bahkan mendapat pujian seluruh

masyarakat di Indonesia maupun mancanegara, membawa pencitraan positif terhadap pemerintah dan bangsa kita atas kemampuan kita menyelenggarakan acara pembukaan tersebut. Semoga pertandingan selanjutnya dapat berjalan lancar dan menghasilkan prestasi lebih nyata. Setiap orang sebenarnya selalu menampilkan pencitraan dirinya agar terkesan positif. Tetapi karena sesuatu hal bisa saja berakibat negatif, bila berlebihan dan diluar kewajaran, yang ukurannya setiap individu atau komunitas tidak selalu sama. Atas dasar latarbelakang inilah maka judul tersebut di atas disajikan agar pencitraan kita membawa hasil yang positif. Pencitraan bisa dipengaruhi oleh beraneka ragam budaya, keyakinan, profesi, prioritas pribadi, kondisi lingkungan, dan kesempatan yang ada. Oleh karena itu perlu dibahas tentang pencitraan yang dipengaruhi budaya khususnya Jawa. Keyakinan

mempengaruhi pencitraan, profesi terpancar pada pencitraan, kondisi lingkungan mempengaruhi pencitraan,

prioritas pribadi mendominasi pencitraan dan kesempatan yang ada menentukan pencitraan. Iman tidak mengharuskan selalu bertindak positif.

Kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan untuk kelengkapan materi pembahasan.

PENCITRAAN DIPENGARUHI BUDAYA KHUSUSNYA JAWASandang, pangan dan papan

”“Bahkan kami merasa, seolah-olah

kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.(2 Kor. 1 : 9)

JS / PI

Pramugari

FOTOLiputanPelayanan Musik Ibadah Nehemia String Ensemble di GKJ Bekasi,1 Juli 2018

Malam puji dan doa (Penutupan Eklesia Cup 2018), 30 juni 2018

Kerjabakti Bulan Budaya,22 juli 2018

Majelis Pembukaan Bulan Budaya, 05 Agustus 2018

PA Gabungan Komisi Wanita, 11 Agustus 2018

Angklung P.S. Gloria kolaborasi dengan NSE kebaktian Minggu, 12 Agustus 2018

Tuguran malam tujuh belasan,16 Agustus 2018

Warga Baru, 19 Agustus 2018

| PENCITRAAN 28 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 29 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

KONDISI LINGKUNGAN MEMPENGARUHI PENCITRAAN

Di Afrika Utara dan di Jazirah Arab terdapat gurun yang curah hujannya sangat kecil, bahkan suhu di tempat teduh 38 derajat Celcius dan panas mencapai 49 derajat Celcius maka mempengaruhi pencitraan penduduk di wilayah tersebut. Sebaliknya di wilayah Artik diselimuti salju sepanjang tahun, suhu bisa mencapai – 51 derajat Celcius sehingga memerlukan pakaian khusus berbulu dari rusa kutub.

PRIORITAS PRIBADI MEMPENGARUHI PENCITRAAN

Setiap orang memiliki prioritas pribadi sehingga mempengaruhi pada pencitraannya, tergantung penekanan yang diinginkan dan acara yang dihadapinya. Pakaian dan asesoris branded sangat digandrungi oleh para bintang dalam menghadiri pesta atau acara yang akan disiarkan secara khusus, dengan sendirinya akan berbeda dengan acara keluarga pada umumnya.

KESEMPATAN YANG ADA, MEMPENGARUHI PENCITRAAN

Kalau kita diundang pada acara seperti upacara ulang tahun kemerdekaan yang dilangsungkan di istana dimana kita harus hadir dengan pakaian daerah, tentunya kita akan tampil maksimal dalam pencitraan di acara tersebut.

IMAN TIDAK MENGHARUSKAN SELALU BERTINDAK POSITIF

Penting untuk mengerti perbedaan antara sukacita dan kebahagiaan. Sumber kebahagiaan adalah eksternal,

sedangkan sukacita sumbernya adalah kekal. Sumber kehidupan kita tidak berakar dalam dunia yang sementara ini tapi sebaliknya kita menemukan sukacita dengan mengetahui bahwa kita sudah didudukkan bersama Kristus di surga. Untuk alasan itu, sungguh diterima kalau kita mengakui perasaan tidak bahagia, sementara tetap meneguhkan sukacita yang kita miliki berdasar relita dari Bapa kita yang berdaulat atas kita. Kristus yang tinggal di dalam kita dan Roh Kudus yang menuntun kita melewati apa yang mungkin kita hadapi. Iman tidak mengharuskan agar kita bertindak positif dalam setiap situasi. Iman hanya minta kita melihat Pribadi yang berkuasa atas segala hal dan mempercayai Dia, mengetahui bahwa apa pun hasil dari keadaan kita, itu akan baik-baik saja, karena Ia mengasihi kita, Ia berdaulat, dan Ia mengerjakan itu semua. Pada waktunya ketika Ia telah memberikan kita pengetahuan yang jelas tentang hasil yang diinginkan-Nya, kita dapat berbicara dengan keberanian tentang situasi tersebut. Terkadang ketika kita tidak jelas tentang tujuan-Nya dalam keadaan-keadaan kita, kita tidak harus bertindak dan berbicara positif karena takut tidak berjalan dalam iman jika kita tidak melakukannya. Kita dapat meneguhkan kepercayaan kita di dalam Dia dan kemampuan serta komitmen-Nya yang penuh kasih untuk menyelesaikan situasi kita dengan sempurna. Ketika kita telah melakukan itu, kita telah bertindak dalam iman. “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut dan karena kesalehanNya Ia telah didengarkan.” (Ibr. 5: 2). Amin.

LIPUTAN

TUGURANDAN TUJUHBELASAN

TIM

Dalam rangkaian Bulan Budaya dengan Tema Bangsa Majemuk yang Hidup Bersama Tuhan, kali

ini GKJ Nehemia memperingati dan merayakan ulang tahun ke-73 Republik Indonesia. Pada pukul 08.15 Keroncong SNN mengumandangkan lagu-lagu perjuangan dalam menyambut kedatangan jemaat. Diawali dengan lagu Bandung Selatan, kemudian Pahlawan Merdeka, Bangun Pemudi-Pemuda dan Merah Putih (Gombloh). Semuanya merupakan lagu-lagu perjuangan yang menggugah semangat kemerdekaan dari bangsa yang terjajah.

Pada malam sebelumnya diadakan acara Tuguran malam tujuhbelasaN. Dalam penjelasannya, Pak Andreas selaku penanggungjawab acara menyampaikan maksud dari diadakannya Tuguran. Tuguran dalam pengertian umum adalah lek-lekan atau bergadang yang pada intinya berjaga-jaga. Dalam budaya Jawa Tuguran dipahami sebagai berjaga-jaga dengan tidak tidur, untuk mewaspadai ancaman bukan saja dari gangguan dari penjahat, tetapi juga roh-roh jahat. Kemudian dipanjatkan doa yang dipimpin oleh Dkn. Agus Hardjanta dalam rangka mensyukuri segala karunia Tuhan. Tuguran hanya sampai pk. 21.15 karena esok paginya

ada kebaktian. Malam itu disamping dihibur dengan uyon-uyon gandem marem dengan karawitan, disediakan pula minuman khas Jawa seperti wedang jahe dan aneka makanan angkringan termasuk sega kucing dan tempe gembus.

Kebaktian 17 Agustus 2018 yang dipimpin oleh Pdt. Lusindo Tobing, MTh diawali dengan kirab bendera pusaka yang dibawakan oleh para pemuda dibawah komando Pak Waskito diikuti Pendeta dan Majelis Pengantar memasuki ruang ibadah diiringi gendhing Ampat Lima oleh Karawitan Pradatalaras. Kemudian berkumandang Lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Dkn. Agus Hardjanta diiringi musik oleh mas Archie diteruskan mengheningkan cipta. Pembacaan Teks Proklamasi oleh Pnt. Yuliaman Zendrato dan pembacaan Teks Pancasila oleh Bp. Tri Gunanto diikuti seluruh jemaat.

Dkn. Ambar Sayekti selaku liturgos menyampaikan bahwa para pendahulu kita mengatakan Kemerdekaan adalah jembatan emas. Dengan berjalan melalui jembatan emas itu kita terus berjuang agar semua orang merasakan kemerdekaan dari Tuhan dalam negeri yang aman, damai dan sejahtera di dalam kasih Tuhan.

| PENCITRAAN 30 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 31 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

GKJ Nehemia untuk yang ke-4 kalinya menggelar Bulan Budaya yang dilaksanakan

setiap Kebaktian Minggu sepanjang bulan Agustus 2018. Bulan Budaya tahun ini mengambil Tema: Bangsa majemuk yang hidup bersama Tuhan.

Selama satu bulan penuh Ibadah di GKJ Nehemia akan diwarnai dengan berbagai seni, baik yang tradisional maupun modern. Tahun ini yang ketiban sampur sebagai Penyelenggara adalah Warga Wilayah Pelayanan Pdt. Lusindo Tobing, MTh yang meliputi Wilayah Pondok Indah, Bintaro, Ciputat, Permata Hijau, Kebayoran Baru dan Tebet, sementara Pnt. Onny Sujoyono dari Wilayah Pemata Hijau ditunjuk sebagai Ketua Panitia Pelaksana.

Pembukaan Bulan Budaya Dkn. Nastiti Nayogyani Majelis yang bertugas sebagi Liturgos sebelum Kebaktian Pembukaan Bulan Budaya pada pukul 08.00, dengan suaranya yang khas menyampaikan: “Hari ini kita memasuki minggu pertama bulan Agustus 2018 yang sekaligus merupakan Bulan Budaya, yang mengangkat tema “Bangsa

majemuk yang hidup bersama Tuhan.” Selama satu bulan penuh, atau empat minggu peribadahan GKJ Nehemia kembali memulai gelaran Bulan Budaya. Kita menyadari Tuhan telah menempatkan kita disini. Injil Tuhan Yesus Kristus yang diwartakan merangkul seluruh umat manusia termasuk masyarakat Jawa dengan budayanya. Dalam melaksanakan Bulan Budaya ini GKJ Nehemia mengambil bentuk budaya sebagai sarana pemeliharaan iman dan pewartaan Injil. GKJ Nehemia sangat menghargai dan menerima budaya-budaya lain diluar Jawa, karena kemajemukan adalah karunia Tuhan semata. Ibadah hari ini akan diiringi dengan karawitan. Pada minggu-minggu berikutnya di bulan Agustus ini peribadahan akan diwarnai oleh seni budaya yang bermacam-macam.

Sebelum ibadah, tampil para penari gambyong dari Sanggar Tari Nehemia menari dengan lenggak-lenggoknya diiringi Karawitan Pradatalaras dengan Ladrang Pangkur Pl. Pt. 6, kemudian menjemput Pendeta dan majelis dalam prosesi memasuki ruang ibadah. Kemudian Ketua Majelis yang

LIPUTAN

BULAN BUDAYA

GKJ NEHEMIA 2018

TIM

Setelah Votum dan salam, Pendeta membuka ibadah dengan menyatakan bahwa Ibadah Peringatan kemerdekaan ini dilakukan dibawah tema Kehadiran

Tuhan yang Memerdekakan. Ungkapan itulah yang akan kita renungkan dalam peribadahan ini. Kita pun sudah seharusnya mensyukuri tanah air yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Ungkapan itu disambut jemaat dengan nyanyian pujian KJ. 336: 1-2 Indonesia, Negaraku. Pengakuan Dosa dengan Hukum Kasih yang diambil dari Matius 22: 37-40 disambut pujian penyesalan Di kaki salib Tuhanku diiringi Kreroncong SNN.

Berita Anugerah dan petunjuk Hidup Baru dari Roma 8 : 2 dan 1 Petrus 2: 16 disambut pujian nyanyian kesanggupan dari KJ.432 : 1-2 Jika Padaku ditanyakan. Setelah Doa Epiklese tampil PS Gabungan mengisi pujian dengan lagu Kupinta Lagi. Pembacaan Alkitab dari Yohanes 8: 30-36 tentang Kebenaran yang memerdekakan. Dalam kotbahnya Pdt. Lusindo Tobing, MTh mengisahkan tentang kewajiban

sebagai warga Negara terhadap Pemerintah dan sebagai orang-orang percaya kepada Tuhan.

Setelah kotbah kembali PS Gabungan mengisi pujian dengan lagu Syukur. Pengakuan Iman Rasuli dilantunkan dalam tembang dari KJ. 280 Aku Percaya diiringi karawitan Pradatalaras pimpinan Pnt. Suradji, diteruskan dengan Doa Syafaat dan kemudian pengumpulan Persembahan diiringi Karawitan Pradatalaras dengan lagu dari KJ.337 bait 1-3 Betapa kita tidak bersyukur. Selesai

doa persembahan jemaat menerima pengutusan dengan menyanyi bersama dari KJ. 415: 1 dan 2 Gembala baik bersuling nan merdu diiringi Karawitan Pradatalaras.

Kebaktian berjalan lancar dan tertib serta khusyuk, dan setelah selesai kebaktian jemaat dipersilakan duduk kembali untuk menyaksikan Ludruk Tjap Nehemia dengan lakon Jaka Tengara dibawah impinan Pnt. Suradji dengan sutradara Petrus Sugiyono.

Setelah selesai pementasan Ludruk diadakan Lomba menari Maumere di lapangan depan GSG, diikuti lebih dari seratus peserta dengan ratusan doorprize dan grandprize berupa sepeda yang dimenangkan oleh Ibu Maridjo dari wilayah Cipete, namun disumbangkan kembali kepada gereja.

MERDEKA !!!

| PENCITRAAN 32 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 33 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

LIPUTAN

PELAYANAN MUSIK IBADAH NEHEMIA STRING ENSEMBLE DI

GKJ BekasiMengisi keceriaan di usianya yang

ke-3 Nehemia String Ensemble (NSE) untuk pertama kalinya

melakukan pelayanan musik ibadah gereja di luar GKJ Nehemia. Awalnya kegiatan ini adalah dalam rangka mengiringi Pdt. Agus Hendratmo dalam pelayanan kotbah tukar mimbar ke GKJ Bekasi di Klasis Jakarta Bagian Timur pada hari Minggu, 1 Juli 2018. Rencananya sederhana saja, NSE akan membawakan persembahan pujian satu-dua lagu di dalam kebaktian.

Bu Nastiti sebagai Koordianator NSE yang sekaligus Majelis GKJ Nehemia pun berkomunikasi dengan Majelis GKJ Bekasi untuk menyusun semua persiapan yang diperlukan. Ada 3 kebetulan. Kebetulan yang pertama, di bulan Juli GKJ Bekasi sedang melaksanakan Bulan Seni. Kebetulan kedua, tahun ini mengangkat tema Alat-alat Musik yang ada di dalam Alkitab. Kebetulan ketiga, Minggu 1 Juli 2018 adalah tentang Alat Musik Berdawai. Dawai dikenal sebagai string dalam kamus musik. Cocoklah sudah dengan Nehemia String Ensemble. Karena itulah maka Majelis GKJ

Bekasi mendapuk NSE tidak hanya mengisi persembahan pujian tetapi mengiringi seluruh pujian ibadah. Setidaknya ada 8 lagu. Bu Nastiti pun bisik-bisik ke pelatih NSE, Pak Totok Widayanto, apakah NSE siap memenuhi permintaan itu. Pak Totok sudah mengenal kemampuan tim orkestra kita ini. Dengan berbekal jam terbang NSE yang sudah beberapa kali menjadi pengiring musik ibadah secara full di gereja sendiri maka memenuhi permintaan GKJ Bekasi mungkin tidak terlalu sulit. Yang sulit adalah… mencari waktu yang pas untuk latihan secara full-team. Problem klasik di semua unit kegiatan beranggota banyak. Terima kasih buat Pak Totok dan Bu Kindar yang dengan sabar dan telaten melatih NSE. Aransemen setiap instrumen dibuat oleh Pak Totok. Ada Violin-1, Violin-2, Viola, Cello, Contrabass, dan Piano, maka sedikitnya ada 48 aransemen yang disiapkan. Belum termasuk variasi keroncongnya.

Puji Tuhan semua berjalan dengan lancar. Dengan dukungan para orang tua dan simpatisan NSE maka kegiatan

PROSIDA RHAPSODYdiwakili WK Bid. Kespel Pnt. David Suhirlam mencabut Gunungan dan diserahkan kepada Pnt. Onny Sujoyono selaku Ketua Panitia , sebagai tanda dimulainya bulan budaya GKJ Nehemia.

Pagi itu Kebaktian dipimpin oleh Pdt. Lusindo Tobing, MTh dengan tema Tetap berharap kepada Tuhan dalam kemajemukan budaya yang diambil dari Efesus 4: 1-16 dengan Nats Ef.4: 3-4 “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tabuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu.”Pada kebaktian pembukaan Bulan Budaya ini pengisi pujian adalah VG. KPR dan Soloist Anya.

Kebaktian pukul 06.00 juga dipimpin oleh Pdt. Lusindo Tobing diawali prosesi dengan para penari gambyong diiringi Karawitan Sejati Laras. Pengisi pujian adalah PS Bintaro dan Soloist Aprilia.

Kebaktian pukul 10.00 dipimpin oleh Pdt. Agus Hendratmo. MTh diawali prosesi dengan para penari gambyong diiringi Karawitan Widyalaras. Pengisi pujian adalah PS Adi Yuswa dan Karawitan GKJ Yeremia.

Kebaktian pukul 17.00 dipimpin oleh Padmono, SK, STh. Pengiring seluruh kebaktian serta pengisi pujian oleh Karawitan Sekar Pamuji dari GKJ Pondok Gede.

Seluruh acara dari matahari terbit sampai matahari terbenam berjalan lancar, meriah tapi tetap khusyuk.

Semua itu hanya karena berkat penyertaan Tuhan saja. Minggu ke II, 12 Agustus 2018 Bulan Budaya pada Minggu ke II mengambil tema “Berbahagialah Bangsa yang Berlindung Pada-Nya.” (Mzm. 34: 1-9)

Kebaktian pada pk. 06.00 dipimpin oleh Pdt. Agus Hendratmo, MTh mengambil Nats dari Mazmur 34: 9 yang berbunyi “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya,” diiringi oleh Keroncong Pemuda dengan pengisi Pujian PS Gama Swara dan Keroncong Pemuda.

Kebaktian pada pk. 08.00 dipimpin pleh Pdt. Agus Hendratmo, MTh diiringi oleh Keroncong GKJ Nehemia dengan pengisi pujian GKI Jati Asih dan PS Anak.

Kebaktian pada pk. 10,00 dipimpin oleh Pdt. Em. Solichin Daniel, STh diiringi oleh Keroncong Suara Nada Nehemia (SNN) dengan pengisi pujian GKI Jatiasih dan Keroncong SNN.

Kebaktian pada pk. 17.00 dipimpin oleh Pdt. Lusindo Tobing, MTh diiringi oleh Nehemia String Ensamble (NSE) dengan pengisi pujian PS Pelangi Kasih dan Kolaborasi NSE dengan Angklung Gloria dengan lagu medley Tian Mami, Manuk Dadali dan Tanah Air. Penampilan Kolaborasi ini sangat memukau jemaat sehingga mendapat sambutan yang cukup meriah.

Maju terus GKJ Nehemia!

| PENCITRAAN 34 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 35 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

MENYAMBUT TAHUN BARU JAWA1 SURA, BUKAN 1 MUHARAM

Sebelas tahun yang lalu hari Sabtu, 20 Januari 2007 bertepatan dengan tanggl 1 Sura 1940 di Gereja

Katholik Santo Paulus Bojonegoro diadakan perayaan untuk memperingati datangnya Tahun Baru Jawa. Sebetulnya apakah yang disebut Tahun Baru Jawa itu?

Jauh sebelum Agama Hindu masuk ke Pulau Jawa, orang Jawa sudah mempunyai tahun dengan perhitungan menurut perputaran Matahari dan disebut tahun Saka karena konon yang menciptakan seorang Brahmana sakti bernama Aji Saka, yang juga menciptakan huruf Jawa. Nama hari disebut Saptawara dimulai dari hari pertama yaitu Radhite, Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra dan Tumpak atau Saniscaya. Hari pertama dalam tahun Jawa adalah Radhite atau Minggu, sementara dalam tahun Masehi hari pertama adalah Senin. Kalau merujuk pada tahun Jawa maka Tuhan menciptakan langit dan bumi serta seisinya, kemudian istirahat pada hari ke tujuh yaitu Saniscaya atau hari Sabtu atau sama dengan hari Sabat?

Hari pasaran disebut Pancawara dimulai hari pasaran pertama Manis, Abritan/Jenar, Kuningan/Palguna, Cemengan/

Langking dan Kasih. Nama bulan dimulai dengan bulan pertama yaitu Badrawarna, Asuji, Kartika, Pusa, Manggastri, Sitra, Manggalaka, Naya, Palguna, Wisata, Jita dan Srawana, dengan perputaran terjadi tiap 12 bulan sekali, tiap bulan terdiri dari 30 hari. Nama tahun dimulai dari tahun pertama yaitu Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu dan Jimakir, dengan perputaran setiap 8 tahun sekali yang disebut Windu.

Satuan Wuku terdiri dari 7 hari dimulai dari Wuku pertama yaitu Sinta, Landep, Wukir , Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warig Alit, Warig Agung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandhasiya, Julungpujut, Pahang, Kuruwelut, Marakeh, Tambir, Madhangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dhukut dan Watugunung. Perputaran Wuku ini terjadi 210 hari sekali.

Akan tetapi ketika Abad-16 Masehi Sultan Agung Hanyakrakusuma raja Mataram (1613-1645) membuat perubahan yang semula Tahun Jawa dihitung menurut perputaran Matahari yang umurnya 365/366 hari, diganti menurut perputaran Bulan yang umurnya 354/355 hari seperti tahun Hijriah. Hal

ARTIKEL BEBASODE PAMUNGKAS

DAFTAR PEMASANGAN IKLANKepada bapak/ibu dan teman-teman yang ingin memasang iklan dimohon menghubungi Redaksi Majalah Gembala atau menghubungi langsung ke

ibu Djani Poerbo Asmoro (Hp. 0856-7131-878)

Cover Belakang (Full Color) Komersil Rp. 1.000.000,- Non Komersil Rp. 800.000,-

Cover Dalam depan dan belakang (Full Color) Komersil Rp. 800.000,- Non Komersil Rp. 600.000,-

Halaman Dalam - 1 Halaman (Full Color) Komersil Rp. 500.000,- Non Komersil Rp. 400.000,-

Halaman Dalam - 1/2 Halaman (Full Color) Komersil Rp. 400.000,- Non Komersil Rp. 300.000,-

Halaman Dalam - 1/2 Halam (Black & White) Komersil Rp. 200.000,- Non Komersil Rp. 100.000,-

Untuk Bapak Pendeta.• Lusindo YL Tobing, M.Th• Agus Hendratmo, M.Th• Dr. Simon Rachmadi, MHum, MA

Dan Seluruh Majelis SertaJemaat & WargaWilayah Pangkalan Jati

Tuhan Yesus Memberkati

Keluarga Luke & Widho Mengucapkan

Contoh iklan Natal

pelayanan di GKJ Bekasi bersama Pdt. Agus Hendratmo dapat terlaksana dengan baik. Satu hal yang tidak terlupa, sambutan dari tuan rumah sangat luar biasa. Ramah, cekatan, sangat terorganisir. Mulai sejak bus kami tiba, parkir VIP, setting sound system per jenis instrumen, penataan kursi orkestra, fotografi, hidangan yang yummy, hingga keakraban yang

hangat, semuanya disajikan oleh GKJ Bekasi dengan amat apik bagaikan harmoni yang indah sebuah orkestra!

| PENCITRAAN 36 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 37 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

tersebut terjadi pada hari Jumuah Legi 1 Sura tahun Alip 1555, Windu Kunthara lambang Kulawu bersamaan dengan tanggal 1 Muharam 1043 Hijriah atau tanggal 8 Juli 1633 Masehi. Jadi tahun Saka hanya sampai tahun 1554, kemudian mulai tahun 1555 menjadi tahun Jawa yang resmi digunakan Kerajaan Mataram, sementara Hindu Bali masih menggunakan tahun Saka yang Tahun Barunya jatuh pada Hari Raya Nyepi.

Dengan adanya perubahan tersebut maka semua hari diganti dengan Bahasa Arab, Radhite menjadi Wahid/Ahad, Soma menjadi Ithnain/Senen, Anggara menjadi Thalatsah/Selasa, Budha menjadi Arba’ah/Rebo, Respati menjadi Khamsah/Kemis, Sukra menjadi Jama’ah/Jemuah dan Tumpak atau Saniscaya menjadi Sabt/Setu. Kemudian hari pasaran juga berubah dari Manis menjadi Legi, Jenar menjadi Paing, Palguna menjadi Pon, Langking menjadi Wage dan Kasih menjadi Kliwon. Kemudian nama bulan juga berubah dari Badrawana menjadi Mukharam/Sura, Asuji menjadi Safar/Sapar, Kartika menjadi Rabiulawal/Mulud, Pusa menjadi Rabiulakhir/Bakda Mulud, Manggastri menjadi Jumadilawal, Sitra menjadi Jumadilakir, Manggalaka menjadi Rajab/Rejeb, Naya menjadi Sakban/Ruwah, Palguna menjadi Romadhon/Pasa, Wisaka menjadi Syawal/Sawal, Jita menjadi Dulkaidah/Longkang/Apit dan Srawana menjadi Dulhijah/Besar.

Terhadap Budaya Jawa, Romo A Karyana CM minta kepada Umat Katholik juga ikut memiliki dan wajib melestarikan jangan sampai budaya Jawa menjadi mati karena kemajuan jaman. Disebutkan

juga mengapa orang Jawa tidak berani mempunyai hajat atau mendirikan rumah pada bulan Sura karena menghormati tahun Baru seperti menghormati Tahun Baru Masehi, Hijriah dan Imlek. Sementara menurut kepercayaan orang Jawa sendiri ada yang menyebutkan pada bulan Sura tersebut Nyi Lara Kidul sedang mempunyai hajat mantu dan mencari orang-orang untuk dijadikan rakyatnya.

Pada perayaan memperingati 1 Sura sebagai Tahun Baru Jawa yang

dilaksanakan di Gereja Katholik Santo Paulus tersebut terlihat meriah dan njawani. Romo A Karyana CM dan seluruh panitia mengenakan pakaian adat Jawa yang anggun dan berwibawa. Prosesi didahului cucuk lampah menuju altar diiringi gendhing Ketawang Langen Gita Sri Narendra laras Pelog Barang dan syairnya diambilkan dari Kidung Rohani.

“Gusti . . Amba sih mring Pangeran Sumber tuking kekiyatan

Amba kalis ing bebaya Jinagi slaminya.”

Kemudian disenandungkan pula lagu-lagu rohani yang ditembangkan dengan diiringi gamelan mengisi seluruh kegiatan perayaan tersebut.

Yang mengejutkan dalam khotbahnya Romo A Karyana CM tanpa diduga tiba-tiba mengeluarkan wayang kulit Cangik dan Limbuk dan terjadilah dialog yang lucu. Cangik bilang kepada Limbuk yang

berperawakan gemuk, kalau mau langsing tidak usah minum obat pelangsing dan segala macam karena bisa berakibat buruk. Yang penting giat olah-raga dan menjauhi makan yang berlemak dan yang lebih penting mohon kepada Tuhan Yang Mahakasih berupa olah raga, olah rasa dan olah batin dan di Tahun yang Baru itu kita harus mawas diri dan meninggalkan segala perilaku yang buruk dan mulai dengan perilaku yang baik.

Perayaan ditutup dengan perjamuan kasih dengan makanan tradisionil tanpa daging baik berupa krowotan maupun makanan tradisional

lainnya. Di dalam Mukadimah Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, tertulis Gereja-gereja Kristen Jawa merupakan bagian dari keluasan karya kasih Allah kepada seluruh ciptaan yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya Jawa serta warisan tradisi teologis sesuai konteksnya yang tidak bertentangan dengan Alkitab.

Oleh karena itu sependapat dengan Romo A Karyana CM, Gereja Kristen Jawa

harus merasa memiliki dan memelihara serta melestarikan budaya Jawa jangan sampai terkikis oleh jaman. Lalu apakah merayakan Tahun Baru Jawa 1 Sura bisa dilaksanakan di gereja? Sesuai dengan Mukadimah di atas tentu saja tidak ada masalah karena yang dirayakan adalah 1 Sura sebagai Tahun Baru Jawa dan bukan 1 Muharam sebagai Tahun Baru Hijriah atau Islam. Supaya diketahui bahwa tanggal 1 Sura memang berbeda hari dengan tanggal 1 Muharam, kecuali pada tanggal 8 Juli 1633.

Cobalah lihat kalender 2017, 1 Muharam 1439 Hijriah jatuh pada hari Kamis, 21 September’17 sedangkan 1 Sura tahun Dal 1951 Windu Sengara jatuh pada hari Sabtu Legi, 23 September’17. Pada kalender 2018, 1 Muharam 1440 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 11 September’18 sedang 1 Sura tahun Be 1952 Windu Sengara jatuh pada hari Rabu Kliwon, 12 September’18.

Sudah saatnya pemerintah berlaku adil karena kalau Tahun Baru Masehi , Tahun Baru Imlek, Tahun Baru Saka, Tahun Baru Waisak dan Tahun Baru Islam menjadi hari Libur mestinya tanggal 1 Sura sebagai Tahun Baru Jawa juga dijadikan hari libur.

Dengan lek-lekan atau tuguran mengurangi tidur pada malam menjelang 1 Sura dimaksud untuk mengkoreksi diri, apakah selama ini hidup kita sudah benar atau sudah mulai menyimpang dari apa yang digariskan oleh Allah, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Orang-orang Kristen Cina juga selalu merayakan Tahun Baru Imlek sebagai budaya yang dilestarikan dan dihormati, demikian juga dengan orang-orang Kristen Jawa tidak ada salahnya untuk merayakan Tahun Baru Jawa sebagai wujud nyata dari pelestarian budaya Jawa.

Kirab Malam Satu Suro di Surakarta

| PENCITRAAN 38 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 39 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

ARTIKEL BEBASOKA RESPATI

Raja-raja Medang Dalam Prasasti Mantyasih tertulis daftar raja-raja Medang yang

berkuasa dan memerintah di Kerajaan Medang.

1. Sanjaya Pendiri Kerajaan Medang, mendirikan candi Canggal dan sebagai penganut Hindu Siwa.

2. Rakai Panangkaran Awal berkuasanya Wangsa Sailendra, membangun candi Borobudur, sebagai penganut Budha Mahayana – dinasti berpindah agama dari leluhurnya yang Hindu Siwa, membangun candi Kalasan sebagai penghormatan terhadap leluhur.

3. Rakai Panunggalan Rakai Panunggalan atau Dharanindra menaklukkan Sriwijaya, bahkan sampai ke Kamboja dan Campa bergelar Wirawairimathana (penumpas musuh perwira)

4. Rakai Warak Rakai Warak atau Samaragrawira, ayah dari Balaputradewa Raja Sriwijaya Wirawairimathana.

5. Rakai Garung Rakai Garung atau Samaratungga Sri Maharaja Samarottungga yaitu Raja Sriwijaya dari Wangsa Sailendra

yang memerintah pada tahun 792 – 835. Sriwijaya lebih mengedepankan pengembangan agama dan budaya. Pada tahun 825 ia menyelesaikan pembangunan candi Borobudur yang menjadi kebanggan Indonesia. Untuk memperkuat aliansi antara Wangsa Sailendra dengan penguasa Sriwijaya terdahulu, Samaratungga menikahi Dewi Tara, putri Dharmasetu. Dari pernikahan tersebut lahirlah Balaputradewa dan Pramodawardhani yang menikah dengan Rakai Pikatan, putra Sri Maharaja Rakai Garung, Raja ke-lima Kerajaan Medang.

6. Rakai Pikatan Rakai Pikatan adalah suami dari Pramodawardhani. Menurut Prasasti Argapura, nama asli dari Rakai Pikatan adalah Mpu Manuku. Pada Prasasti Munduan tahun 807, Mpu Manuku menjabat sebagai Rakai Patapan. Pada Prasasti Kayumwungan tahun 824, Jabatan Rakai Patapan dipegang oleh Mpu Palar. Mungkin saat itu Mpu Manuku sudah menjabat Rakai Pikatan.

7. Rakai Kayuwangi Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala yang menurut Prasasti Wantil

Bagian 3

MEDANGKERAJAAN

atau Prasasti Siwagerha tanggal 12 Nopember 856, Dyah Lokapala naik tahta menggantikan ayahnya Rakai Pikatan yang kemudian bergelar Sang Jatiningrat

setelah menjadi Brahmana. Pengangkatan putra bungsu sebagai raja ini didasarkan pada jasa kepahlawanan Dyah Lokapala dalam menumpas musuh ayahnya, yang bermarkas di timbunan batu di atas bukit Ratu Baka.

8. Rakai Watuhumalang Rakai Pikatan mempunyai beberapa orang anak, antara lain Rakai Gurunwangi (menurut Prasasti Plaosan) dan Rakai Kayuwangi (Prasasti Argapura). Sedangkan Rakai Watuhumalang mungkin juga putra Rakai Pikatan atau mungkin menantunya. Pada Periode pemerintahan Rakai Pikatan, terjadilah perpecahan di Kerajaan Medang yaitu perebutan kekuasaan antara Gurunwangi dan Kayuwangi. Namun sepeninggal Kayuwangi, Rakai Watuhumalang yang

menduduki tahta.

9. Rakai Watukura Dyah Balitung Rakai Watuhumalang mempunyai putra bernama Mpu Daksa (Prasasti

Telahap) dan menantu bernama Dyah Balitung (Prasasti Mantyasih). Dyah Balitung inilah yang mungkin berhasil menjadi pahlawan dalam menaklukkan Rakai Gurunwangi dan Rakai Limus, sehingga tahta pun jatuh kepadanya sepeninggal Rakai Watukura. Pada akhir pemerintahan Dyah Balitung, terjadi persekutuan antara Mpu Daksa dengan Rakai Gurunwangi (Prasasti Taji Gunung). Maka berakhirlah pemerintahan Dyah Balitung dan pusat pemerintahan Kerajaan Medang di Mamratipura dipindah ke Poh Pitu (sekitar Kedu).

10. Mpu Daksa Mpu Daksa naik tahta menggantikan Dyah Balitung yang merupakan saudara iparnya. Hubungan kekerabatan ini berdasarkan bukti bahwa Daksa sering disebut namanya bersama isteri Balitung dalam beberapa Prasasti.

11. Rakai Layang Dyah Tulodong Dyah Tulodong naik tahta menggatikan mertuanya, Mpu Daksa. Dalam Prasasti Ritihang yang dikeluarkan oleh Mpu Daksa terdapat nama tokoh Rakryan Layang, namun nama aslinya tidak terbaca. Ditinjau dari ciri-cirinya, tokoh Rakryan Layang ini seorang wanita yang mempunyai kedudukan tinggi. Kemungkinan Rakryan Layang ini putri dari Mpu Daksa. Dyah Tulodong berhasil menikahinya sehingga iapun mendapatkan gelar Rakai Layang. Dalam Prasasti Lintakan, Dyah Tulodong disebut sebagai putra seseorang yang dimakamkan di Turu Mangambil

12. Rakai Sumba Dyah Wawa Dalam Prasasti Wulakan tanggal 14 Februari 928, Dyah Wawa mengaku sebagi anak Kryan Landheyan sang rumah ri alas (putra Kryan Landheyan yang dimakamkan di hutan). Nama ayahnya ini mirip dengan Rakryan Landheyan, yaitu ipar Rakai Kayuwangi yang melakukan penculikan dalam peristiwa Wuatan Tija.

Candi Borobudur

| PENCITRAAN 40 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 41 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

MENGENAL KESENIAN TRADISIONALSATRIO PINANDHITO

Ayah saya pernah bercerita bahwa pada awal tahun enam puluhan pernah melihat pementasan

Wayang Po Te Hi di Segaran Sriwedari-Sala dengan cerita Sie Jien Kwee Tjen Tang.

Saat ini pagelaran wayang Po Te Hi sudah sangat jarang dan hampir langka, karena sejak tahun 1967 oleh pemerintahan Orde Baru dilarang pentas dan baru muncul kembali setelah Gus Dur menjadi Presiden.

Delapan tahun yang lalu seorang dalang wayang Potehi yang berasal dari Semarang bernama Thio Tiong Gie, meski sudah berusia 77 tahun namun masih bisa pentas di beberapa kota. Bahkan pada tgl, 30 Juli 2010 pernah diundang untuk pentas Wayang Po Te Hi di Klenteng Tien

Kok Sie – Pasar Gede Sala selama sepuluh hari berturut-turut dalam acara memperingati Makco Kwan Im.

Menurut kepercayaan warga keturunan Cina, Wayang Po Te Hi bukan hanya merupakan tontonan tetapi juga sebagi tuntunan karena mengandung makna spiritual, sebagai sarana menghaturkan sembah kepada Dewa atau Roh leluhur. Dibanding wayang Kulit atau wayang Purwa, durasi pertunjukan wayang Po Te Hi lebih ringkas yaitu sekitar dua jam. Oleh karena itu pentas bisa dua kali dalan satu hari yaitu pada siang dan malam hari dengan cerita yang berbeda.

Dalang biasanya dibantu oleh seorang asisten yang tugasnya membantu memainkan wayang, khususnya pada waktu wayang yang main lebih dari dua.

Musik pengiring adalah kecapi, kecrek dan drum bedug. Cara memainkan wayang persis seperti memainkan wayang golek karena pada dasarnya wayang Po Te Hi seperti boneka dan bisa dimainkan dengan adegan kungfu dsb.

Thio Tiong Gie lahir di Jepara tahun 1933 dari seorang ayah bernama Thio Thian Soe imigran dari Cina daratan dan seorang ibu asli Jepara bernama Khiok Nio. Tahun 1942 hijrah ke Semarang pada waktu keadaan rusuh karena kedatangan tentara Jepang.

Belajar menjadi dalang wayang Po Te Hi dengan mempelajari dulu Bahasa Mandarin dengan Kamus Cina Wang Ing Ok Chen yang dibeli di loakan. Kemudian mendapatkan sebuah buku berjudul Coe Han Caicu Kwak pada waktu membeli koran bekas. Buku itu berisi cerita tentang Putra Mahkota Coe Han yang melarikan diri dari istana dan mengungsi karena serbuan musuh. Legenda tersebut merupakan salah satu sumber cerita wayang Po Te Hi.

Kemudian jadilah Tiong Gie dalang wayang Po Te Hi yang pentas dimana-mana, namun ceritanya selalu Putra

Mahkota Coe Han melarikan diri, karena baru satu lakon itu yang dikuasainya. Kemudian bertemulah dengan Tang An Tang dalang Po Te Hi dari Surabaya yang memberikan 10 buku cerita, antara lain lakon

Sam Pek Eng Tay yang terkenal.

Berdasarkan cerita, Wayang Po Te Hi lebih mirip Kethoprak Jawa yang membawakan lakon tentang perebutan kekuasaan, kisah asmara dsb.

Panggung Wayang Po Te Hi

PO TE HIWAYANG

| PENCITRAAN 42 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 43 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

BASA JAWA

ANDREAS HUTOMO

Bagian 11SEMANGAT

• Wong kang nduweni watak panasten, jail lan drengki iku sedina-dinane uripe ora bisa tentrem, atine tansah molak-malik, pating gronjal ora bisa anteng. Sing kaya mangkono mau kagawa saka gedhening serenge ati kang tansah kebak rasa panasbaran lamun meruhi wong liya nyandhang kabegjan. Dadi cetha yen watak drengki lan panasten iku esthine mung sarwa gawe pitunane awake dhewe.

Orang yang mempunyai watak cemburu, jail dan dengki itu hidup kesehariannya tidak bisa tenteram, hatinya terombang-ambing, tidak bisa tenang. Yang demikian itu terbawa karena geram yang selalu penuh emosi kalau melihat orang lain hidup bahagia. Oleh karena itu jelas kalau watak dengki dan cemburu itu sesungguhnya akan membuat kerugian pada diri sendiri.

• Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka mau, sira uga banjur bali kaya wong-wong liyane, sing ajine malah bisa aji godong jati aking.

Kalau kamu mempunyai ilmu yang membuat banyak orang senang, jangan kamu merasa pintar, karena kalau Tuhan mengambil kembali ilmu yang membuat

kamu terkenal itu, maka kamu akan kembali menjadi seperti orang lainnya, yang nilainya bahkan lebih berharga daun jati kering.

• Piwulang becik, kawruh lan ilmu pangawikan sing nganti sagunung akehe, yen ora dipencarake lan ora ditanjakake ing amal pakarti, ibarate kekayon kang ngrembuyung nanging ora awoh. Saupama awoha, yen ora diamalake ibarate padha wae karo woh-wohan kang mirasa nanging ora kena dipangan mung dideleng kaya barang pameran. Kabeh mau lagi ana manfaate yen dtindakake lan dienggo ing urip saben dina, lire wong akeh bisa melu ngrasakake.

Pengajaran yang baik, pengetahuan dan ilmu kepandaian yang sebesar gunung sekalipun, kalau tidak disebarkan dan dilaksanakan dalam amal ibadah, ibarat pohon yang rindang tetapi tidak berbuah. Walapun berbuah, kalau tidak diamalkan ibaratnya seperti buah yang lezat tetapi tidak bisa dimakan dan cuma dilihat saja seperti melihat pameran. Semua itu baru ada manfaatnya kalau dilakukan dan dipakai dalam hidup sehari-hari, artinya orang banyak bisa ikut merasakan.

• Aja dadi wong kang tansah pesimis. Wong pesimis iku cilik aten, gampang cuklek semangate, samangsa ana

kalonggaran maju malah mundur, marga atine ngedhap, awit sadurunge jumangkah lumrahe wis kadhisikan tuwuhing gegambaran rekasaning laku. Mula udinen dadi wong kang optimis sing nduweni tekad kang kukuh lan gembleng, lan kang utama tansah pitaya marang pitulungane Pangeran kang Mahaasih.

Jangan menjadi orang yang selalu pesimis. Orang pesimis itu hatinya kecil, mudah patah semangat, kalau ada kesempatan maju malah mundur, karena hatinya khawatir, karena sebelum melangkah biasanya sudah kedahuluan timbulnya gambaran tentang sulitnya untuk dilakukan. Oleh karena itu upayakan menjadi orang yang optimis, yang mempunyai tekad yang kuat dan menyatu, dan yang utama selalu percaya pada petolongan Tuhan Yang Mahakasih.

• Yen sira kethukulan krenteg arep matrapake pakarti kang sawiyah-wiyah marang liyan, elinga marang sifat welas asihing Pangeran kang wus tumanduk marang awakmu. Yen sira lagi pinaringan panguwasa, bisaa tansah ngenggoni rasa tepa-tepa lan elinga marang Kang Mahakuwasa lan Mahaadil.

Kalau kamu timbul niat akan menerapkan perilaku yang semena-mena terhadap orang lain, ingatlah akan sifat belas kasihnya Tuhan padamu. Kalau kamu baru menerima kekuasaan, dapatlah kiranya

menjaga perasaan sesama dan ingatlah akan Tuhan yang Mahaadil.

• Kang kinaranan manungsa winasis iku yaiku wong kang wis keconggah mbenerake tindak kang luput lan nglempengake laku kang mlenceng. Dene asor-asoring budining manungsa iku ora kaya wong kang mlencengake tindak kang wis bener. Adate sipat kang kaya mangkene iki thukul marga kasurung dening ati drengki srei. Wong kang tansah kasinungan drengki srei iku, atine ora bakal bisa dadi tentrem.

Yang disebut orang pintar itu orang yang sudah bisa membetulkan yang salah dan meluruskan yang bengkok. Sedangkan pekerti manusia yang paling rendah itu adalah orang yang membengkokkan yang sudah lurus. Biasanya kelakuan yang begini timbul karena terdorong oleh hati yang iri dan dengki. Orang yang selalu

mempunyai sifat iri dan dengki itu, hatinya tidak akan tenteram.

• Wong kang darbe watak sapa sira sapa ingsun, kang tansah ngendelake marang kaluwihane embuh kakuwasaane, embuh karosane apamaneh sing seneng tumindak sawenang-wenang marang wong liya iku klebu ala-alane kelakuwane uwong. Elinga

yen lakuning jagat iku kayadene cakra manggilingan, sing wingi ana ngisor, dina sesuk bisa mapan ana ndhuwur.

Orang yang mempunyai watak siapa kamu siapa saya, dan selalu mengandalkan kelebihan mungkin kekuasaannya, mungkin kekuatannya apalagi yang suka berlaku semena-mena terhadap orang lain itu termasuk kelakuan yang paling jelek.Ingatlah bahwa keadaan alam itu akan berputar seperti cakra, yang semula di bawah, kemudian hari akan berada di atas.

SUMBER

Orang yang pesimis

| PENCITRAAN 44 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 45 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

KARTUN

TERIMA KASIHKepada para penulis atau Penyumbang Naskah.

Tema Gembala bulan berikutnya adalah:

Bagi yang berkenan untuk mengirimkan naskah, kami tunggu paling lambat 1 minggu setelah penerbitan ini.

Pertumbuhan

KOMIK

| PENCITRAAN 46 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 47 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

PUNYA CERITA

ANDREAS HUTOMO

SAYEMBARA MALANGDEWADalam Parepatan Agung alias Rapat

Pleno di hari Anggara Kasih alias Selasa Kliwon, Prabu Durgandana alias

Matswapati raja di negeri Wiratha sedang duduk termenung di dhampar dhenta atau kursi gading yang didatangkan dari Taman Safari Afrika. Dihadapannya duduk para pejabat kerajaan dari Eselon I sampai lurah prajurit. Di deret paling depan adalah Patih Nirbita yang duduk bersebelahan dengan Raden Utara dan Raden Wratsangka para putra raja. Sementara para pejabat kerajaan duduk sila tumpang dibelakangnya dengan rapi jali, bahkan lurah prajurit alias komandan klepon duduk nglesot saking banyaknya yang hadir.

Prabu Durgandana yang sedang resah dan gelisah bersabda:

“Ananda Wratsangka, bagaimana kabar kakandamu Seta yang pergi tanpa pesan?”

“Ayahanda pepundhen kami. Kami dan kakang Utara sampai sekarang juga tidak tahu kemana gerangan perginya kanda Seta.”

“Padahal kakandamu Seta itu Panglima Angkatan Bersenjata agul-aguling negeri Wiratha. Kalau kandamu terlalu lama pergi lalu bagaimana kondisi keamanan negeri ini?”

Sang Prabu menjadi dheleg-dheleg mendengar laporan putranya itu dan sambil menarik nafas panjang banget terbayang wajah putranya yang gagah dan ngganteng Raden Harya Seta. Memang saat itu Raden Harya Seta yang dicari karena menghilang, bukan Seta Novanto. Tiba-tiba wajahnya kelihatan sumringah dan kemudian tersenyum ketika ingat bahwa Sang Prabu mempunyai keponakan yang sekti dan

pintar, yaitu Abiyasa yang bergelar Prabu Kresnadwipayana raja di negeri Astina.

“Utara anakku, segeralah pergi ke Astina dan temui rajanya yang bernama Abiyasa, itu masih nakdulurmu putra dari bibimu

Durgandini. Dia orang yang waskita, pasti tahu kira-kira dimana beradanya kakangmu Seta.” Tanpa ba bi bu langsung Raden Utara nyengklak motor trail menuju negeri Astina tanpa pengawal seperti anak Presiden.

Nun di sebuah pulau terpencil dekat Nusa Kambangan, di dalam gempuran ombak Laut Kidul yang ganas berdirilah sebuah kerajaan bernama Sindang Laut. Rajanya yang berwujud raksasa dengan tubuh yang sangat besar dengan berat tidak kurang dari 1 ton dan tinggi sekitar 3,5 meter bernama Arung Samodra sedang menikmati makan siang ikan hiu bakar dan rempeyek kepiting. Di seberang meja duduk Patih Alun Segara menikmati oktofus alias cumi-cumi sebesar kepala gajah dan mulutnya belepotan warna hitam kena mangsi. Di meja sebelahnya makan dengan lahapnya Tumenggung Ombak Laut dan Tumenggung Banyu Asin

yang mbrakoti pepes kepala buaya muara.

“He, he Patih Alun Segara, Tumenggung Ombak Laut dan Banyu Asin. Aku dengar di kerajaan Pancalanagri ada sayembara memperebutkan putri yang denok deblem

bernama Dewi Malangsari. Barang siapa bisa mengalahkan kakaknya Raden Malangdewa, berhak mempersunting Dewi Malangsari. Ayo bar madhang kita berangkat ke Pancalanagri.” “Lapan anam, Gusti.”

Dibawah sinar bulan purnama, Sang Abiyasa sedang duduk di atas batu cadas di Gunung Giri dekat daerah Selogiri ditemani para Punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Ketika sedang asyik menikmati singkong bakar yang rada mambu angin tiba-tiba dikejutkan dengan datangnya Bathara Kamajaya yang cemlorot

terjun bebas dari Kahyangan Cakrakembang.

“Titah ulun Abiyasa, kalau engkau mencari Harya Seta sekarang sedang bertapa di Gunung Lawu, sedang meminta kepada Dewa untuk memperoleh pusaka guna mengikuti sayembara di Pancalanagri.”

“Sendika dhawuh Sang Hyang Kamajaya.”

Bathara Kamajaya kembali melesat ke Kahyangan Cakrakembang, Sang Abiyasa beserta punakawan berangkat mencarter Angkutan Pedesaan dari Gunung Giri ke Gunung Lawu.

Syahdan di sebuah gazebo di puncak Gunung Lawu yang sangat dingin, Harya Seta sedang meditasi dengan khusyuk sehingga mengganggu ketenteraman kahyangan. Tiba-tiba datang angin kencang disertai hawa panas yang membara, dan terjunlah Bathara Brama dewanya api.

| PENCITRAAN 48 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 49 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

NO NAMA JABATAN WILAYAH ALAMAT TELPON / HP

1 Lusindo YL Tobing, M.Th

Pendeta P.Indah, Tebet, Ciputat, Bintaro, Permata Hijau, Kebayoran Baru

Jl. Garuda 20, Veteran, Bintaro Tel. (021) 737-0934

2 Agus Hendratmo, M. Th

Pendeta Pd. Cabe, Radal, Pasar Minggu, Cipete, P. Jati

Jl. Tarumanegara No. 35, Komplek Permata Cirendeu, Cirendeu

Tel. (021) 749-5369

3 Dr. Simon Rachmadi, MHum, MA

Pendeta Pendeta Pelayanan Khusus

STT Jakarta Hp. 0878-8762-6921

4 Winarno Dwi Anggoro

Penatua Pondok Indah Jl Haryono III/9, Kompleks PU, Pasar Jumat-Jaksel

Hp. 0812-8084-5558

5 Suradji Penatua Pondok Indah Jl. H. Muhi VIII/10, Pondok Pinang, Jaksel

Tel. (021 ) 765-0469

6 Nastiti Nayogyani Diaken Pondok Indah Jl. Mawar I/43. Rt.004 Rw.13, Bintaro,Pesanggrahan

Hp. 0812-8076-2223

7 Yuliaman Zendrato Penatua Pondok Indah Komplek Selapa Polri Rt. 003 Rw. 09 Pondok Pinang, Jaksel 12310

Hp. 0815-1830-286

8 Prihadi Gunawan Diaken Pondok Indah Jl. Mawar Raya 1c Rempoa-Tangsel

Hp. 0815-1050-2070

9 Puspito Tri Prabowo Penatua Radio Dalam Jl. Garuda Blok.J/1, Wisma Pondok Aren, Tangerang Selatan

Hp. 0812-8728-7985

10 Prayogo Heri Cahyono

Penatua Radio Dalam Villa Bintaro Regency Jl. Nias. Blok i 1/14 Pondok Aren-Tangsel

Hp. 0821-2555-8627

11 Suadi Pratikno Penatua Radio Dalam Jl. Asri I Blok A2/13, Komplek WIKA Griya Asri, Jatiwaringin, Bekasi

Hp. 0812-9268-352

12 Latif AS Mulyono Diaken Radio Dalam Jl. Radio Dalam 44 RT.007/13, Gandaria Utara, Keb. Baru-Jaksel

Hp. 0812-8725-3552

13 Lestari Yuli Astuti Diaken Radio Dalam Felicia Residence Jl. Pendidikan Blok. F/1 Gunungsindur Bogor

Hp. 0811-1617-512

14 Wagiyanto Penatua Cipete Jl. Kirai II/3 RT.003/04, Cipete Utara, Keb. Baru-Jaksel

Hp. 0815-1112-3364

15 Dewi Kuswandi Penatua Cipete Jl. Kramat Batu G/4, Cilandak-Jaksel 12420

Hp. 0812-8815-3692

16 Kusuma Wardhani Diaken Cipete Jl. H. Abu No.9 Rt.004/07, Cipete Selatan,Cilandak-Jaksel

Hp. 0815-0708-0155

17 Tri Adi Sulistyo Penatua Cipete Jl. RS. Fatmawati 3, Cilandak-Jaksel

Hp. 0878-8314-4263

18 Agus Satyadi Sawaldi

Penatua Pasar Minggu Jl. Siaga IIc/26b RT.009/RW.03Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Hp. 0813-8547-1633

DAFTAR MAJELIS“Harya Seta, sudahi meditasimu yang mengganggu ketenteraman dewa-dewi kahyangan, ini aku kasih andalan berupa Aji Narantaka. Kemudian digosoknyalah telapak tangan Harya Seta dan Aji Narantaka masuk kedalamnya. Hati-hati menggunakan Aji ini, jangankan manusia sedangkan Tugu Monas bisa roboh kalau kau hantam.”

“Matur sembah nuwun Eyang Bathara Brama, sugeng tindak.”

Di Balairung kerajaan Pancalanagri Prabu Malangyuda sedang berbincang dengan putranya Raden Malangdewa sambil menikmati mie pangsit. Yang dibicarakan mengenai sayembara yang diadakannya.Jebul mak jegagik seorang ksatria tampan gagah perkasa berkumis, berkulit sawo mateng datang tanpa diundang.

“Siapakah angger yang baru saja datang tanpa diundang ini, dan ada perlu apa kok kesusu?”

“Sebelumnya mohon maaf Sang Prabu, hamba Harya Seta dari negeri Wiratha, ingin mendaftar untuk mengikuti sayembara.”

Tiba-tiba Raden Malangdewa berdiri sambil menahan marah karena ada orang mbludhus tanpa permisi mengganggu percakapan dengan ayahandanya.”

“He Seta Novanto . . eh Harya Seta, keluarlah aku tunggu di gelanggang sekarang.”

“OK, lets go!”

Di sekitar gelanggang pertandingan sudah penuh orang yang akan menonton berjejal seperti nonton dangdut pantura. Pertandingan pun segera dimulai dan pertarungan antara Harya Seta melawan Malangdewa seru sekali karena sama-sama tangguh. Tapi pada saat lengah sedikit, Harya Seta kena hantam dadanya nggeblak sak kayangnya dan tidak bisa ngglawat. Sorak-sorai para penonton mbata rubuh. Tiba-tiba datang rombongan Sang Abiyasa da Raden Utara serta punakawan naik

odong-odong mendekati arena pertandingan. Ketika dilihatnya Harya Seta sedang klenger, dengan bahasa sandi sang Abiyasa berpesan padanya untuk menggunakan Aji Narantaka. Begitu mendengar pesan dumeling dari Abiyasa segera Harya Seta mak gregah bangun dari klengernya sambil menggosok telapak tangannya. Kemudian dihantamnya dada Raden Malangdewa sehingga sesak nafas dan semaput. Kembali sorak-sorai penonton menggemuruh sambil berjingkrak-jingkrak. Ketika Harya

Seta sedang menepuk dadanya karena menang, tiba-tiba gelanggang ambles karena dinjloki Raja Arung Samodra si raksasa sak gajah abuh. Kembali terjadi duel yang seru antara Arung Samudra dan Harya Seta. Begitu telapak tangan digosok, kepala raksasa Arung Samodra dihajar hingga thela-thelo dan mati sakwat. Alhasil Harya Seta mendapatkan Dewi Malangsari dan segera diboyong ke Wiratha dengan iringan Karawitan Pradatalaras.

Raden Harya Seta

| PENCITRAAN 50 VOL 210 | SEPTEMBER 2018 | PENCITRAAN 51 VOL 210 | SEPTEMBER 2018

40 Tri Darmastuti Hastjarja

Penatua Tebet Jl. Mundu III, BlokN/6. Komplek Pertamina, Pemuda Jati, Rawamangun, Jaktim

Tel. 0817-7831-18

41 Agus Hardjanta Diaken Tebet Jl. Borobudur BI.VI/I, Bumi Bekasi Baru, Bekasi

Tel. (021) 820-5452

42 Puji Kristianto Penatua Tebet Jl. Raya Centex Rt.005 Rw. 10 No. 30, Ciracas, Jaktim

Tel. (021) 872-8675

43 Setyo Tuhu Diaken Tebet Jl. AMD VIII No. 65A Rt. 009 Rw. 01 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jaksel

Hp. 0818-0802-1980

44 Harry Budi Susanto Penatua Bintaro Perumahan Palem Bintaro Blog G3/13, Pondok Aren

Tel. (021) 731-4226

45 Herald Binsar Sinaga

Penatua Bintaro Cluster Neo Catalonia Blok CB/19 BSD Sektor XIV.6 Nusa Loka, Tangsel, Banten

Hp. 0813-1111-7965

46 Sri Lestari Diaken Bintaro Kp. Bulak 62. Rt.003 Rw.09, Serua, Ciputat, Tangsel

Hp. 0858-9056-4300

47 Sri Waluyoningsih Diaken Bintaro Jl. Melati, Komplek Hanurata III/C5, Bintaro, Jaksel

Hp. 0813-8393-27

48 Miria Sintawati Sinaga

Diaken Bintaro Jl. Kenari II/11 Blok L 5 Bintaro Jaya Sektor 2, Rengas, Tangsel

Hp. 0815-9803-165

49 Andreas Radji Purwanto

Penatua Bintaro Vila Gunung Lestari, Blok E/5 no. 17, Jombang-Ciputat-Tangsel

Hp. 0812-8620-5416

50 Agus Yulianto Penatua Pondok Cabe Bali View Blok. D7/31 Jl. Singaraja Utara Cireundeu - Tangsel

Hp. 0821-1340-1836

51 Paulus Parsaoran Hutabarat

Penatua Pondok Cabe Jl. Garuda 20 Pamulang Permai Baru, Tangerang Selatan

Tel. (021) 740-5195

52 Budi Riyanto Penatua Pondok Cabe Jl. Tales II/58, Pondok Cabe Tel. (021) 7470-1967Hp. 0818-1457-25

53 Annie Heryani Diaken Pondok Cabe Pondok Cabe Indah Blok. i/8 - Pondok Cabe Tangerang Selatan

Hp. 0817-6745-277

54 Winarni Sudarto Diaken Pondok Cabe Komplek Peruri Blok D/23, Jl. Legoso Pisangan, Ciputat Timur, Tangsel

Hp. 0813-1013-4445

55 Siti Ambar Sayekti Diaken Pondok Cabe Kompleks Telkom, Blok A1-3 Legoso,Ciputat Timur Tangerang Selatan

Hp. 0815-8420-0676

56 David Suhirlam Penatua Ciputat Komplek Aryagraha Blok H-21, Kedaung , Ciputat

Hp. 0816-7548-77

57 Rudi Pratomo Penatua Ciputat Jl. Mandar 12 Blok DE-1/12 Bintaro Jaya Sektor 3A Tangerang Selatan

Tel. (021) 737-3764

58 Pujima Simorangkir Diaken Ciputat Pondok Sawah Indah Blok G/10 Ciputat 15413

Tel. (021) 7470-3588

59 Supardi Penatua Ciputat Jl. Meditran VII/8, Komplek Pertamina, Pondokranji, Ciputat

Tel. (021) 740-8106

60 Nurendah Hanayomima

Diaken Ciputat Jl. Mesjid Darussalam Rt.003 Rw.15, Kedaung, Ciputat, Tangsel

Hp. 0821-1478-4157

61 Benny RGP Rambe Diaken Ciputat Jl. Pondok Aren Raya, Gg. Simak RT. 003/01, Pondok Aren- Tangsel

Hp. 0813-6912-8576

19 Sugeng Penatua Pasar Minggu Jl. Papaya I Rt.02/05 No. 42, Jagakarsa, Jaksel

Hp. 0812-8168-8865

20 Sunardi Diaken Pasar Minggu Jl. Timbul III No.14 Rt. 007 Rw. 04, Cipedak, Jagakarsa, Jaksel

Hp. 0857-1559-3650

21 Mardji Diaken Pasar Minggu Jl. Sadar Gg. Jasuli Rt.001 Rw. 05 No. 48-A, Ciganjur, Jaksel

Tel. (021) 786-7979

22 Heru Prasetyo Penatua Kebayoran Baru

Perum. Ulujami Indah Blok. B/21 Pesanggrahan-Jaksel

Hp. 0812-1381-0820

23 Emmy Mirmanto Penatua Kebayoran Baru

Ampera Raya Jl. Rini 14B, Ragunan, Jaksel 12550

Hp. 0818-1142-89

24 Dewo Asmoro Diaken Kebayoran Baru

Jl. Kubis I/95, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Hp. 0897-6920-380

25 Chornelius Sunardi Penatua Pangkalan Jati Jl. Plered, Komplek Joglo RT. 005 Rw. 07 N0. 43, Pengasinan, Sawangan

Tlp. (021) 9893-5504

26 Ari Saptama Diaken Pangkalan Jati Jl. Jakarta 612 - Blok.M Cinere – Depok

Hp. 0817-0140-340

27 Esmu Nareswari Suharto

Diaken Pangkalan Jati Jl. Kruing 8, Komplek TNI AL, Pangkalan jati, Jaksel

Hp. 0811-1564-62

28 Timotius Ramlan Dumadi

Penatua Pangkalan Jati Jl. Cilobak IV No. 55 Rt. 04 Rw. 07 Pangkalan Jati, Cinere

Tel. (021) 766-2622

29 Narmujo Penatua Pangkalan Jati Jl. Masjid al Mujahidin RT. 002/07- Meruyung, Limo – Depok

Hp. 0852-1684-8110

30 Elyasib Penatua Pangkalan Jati Perum Depok Maharaja Blok D4/2, Depok

Tel. (021) 7788-2076

31 Lilie Prima Hutabarat

Diaken Pangkalan Jati Jl. Dempo Blok. J-358, Cinere 16515

Tel. (021) 754-9641

32 Alfius Suyanto Diaken Pangkalan Jati Perum Lereng Indah, Jl. Lawu B/38, Pondok Cabe

Tel. (021) 754-7140Hp. 0813-8773-0884

33 Ony Sujoyono Penatua Permata Hijau Komplek Sekneg No.8, Cidodol, Kebayoran Lama

Tel. (021) 2751-0931

34 Sakiyo Diaken Permata Hijau Asrama Polri Palmerah Rt. 003 Rw. 14 No. 9, Jakbar

Tel. (021) 534-8467Hp. 0852-1634-2026

35 Sukirman Penatua Permata Hijau Jl. Kedoya Raya Rt. 010 Rw. 07 No. 36, Jakbar

Hp. 0812-9928-8484

36 Walther S Kariodimedjo

Penatua Permata Hijau Jl. Cakra Kencana 1 Blok B4/16, Bumi Serpong Damai Sektor 12 Tangerang Selatan

Tel. 0818-9757-04

37 Wiyatno Kris Raharjo

Diaken Permata Hijau Jl. Peninggaran Timur I RT.004/09, No.87 Keb. Lama, Jakarta Selatan

Hp. 0816-8414-19

38 Egnatius Sugeng Penatua Tebet Jl. Masjid Darul Khaerot 37, Rt. 005 Rw.08, Kebon Pala, Makasar, Jaktim

Hp. 0817-0743-871

39 Wisnu Wardhana Penatua Tebet Jl. Beringin F/16 KPAD Cijantung II, Rt. 011 Rw. 04, Pasar Rebo, Jaktim

Hp. 0818-4886-28

PS

. Sinaya G

KJ N

ehemia, 29 Juli 2018