berita negara republik indonesiaditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn335-2014.pdftata cara...
TRANSCRIPT
BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA
No.335, 2014 BASARNAS. Pelaporan. Pelanggaran. TindakPidana Korupsi. Whistleblowing. Sistem.
PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL
NOMOR PK. 11 TAHUN 2014
TENTANG
SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)
TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI
DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN SAR NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa u n t u k mewujudkan penyelenggaraannegara yang baik dan bebas dari praktek tindakpidana korupsi, perlu dilakukan denganmenggunakan metode yang transparatif untukmendukung pelaksansanaan good governancedengan sistem pelaporan pelanggaran(Wihstleblowing system);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, dan untuk memberikanlandasan hukum, perlu mengatur Sistem PelaporanPelanggaran (Whistleblowing System) terhadapTindak Pidana Korupsi di lingkungan Badan SARNasional dengan Peraturan Kepala Badan SARNasiona.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
www.djpp.kemenkumham.go.id
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan LembaranNegara Nomor 4150);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran SertaMasyarakat dan Pemberian Penghargaan dalamPencegahan dan Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentangPencarian dan Pertolongan (Lembar Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan LembarNegara Republik Indonesia Nomor 4658);
5. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentangBadan SAR Nasional;
6. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentangStrategi Nasional Pencegahan dan PemberantasanKorupsi Jangka Panjang Tahun 2012–2025 dan JangkaMenengah Tahun 2012–2014;
7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor : Kep/118/M.Pan/8/2004 tentang PedomanUmum Penanganan Pengaduan Masyarakat BagiInstansi Pemerintah sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor : PER/05/M.PAN/4/2009;
8. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor :PER.KBSN No. PK. 01/2008 tentang Organisasi danTata Kerja Badan SAR Nasional sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR NasionalNomor PK. 18 Tahun 2012;
9. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK. 19Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja KantorSearch And Rescue;
10.Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK. 20Tahun 2012 tentang Organisasi Tata Kerja Balai
www.djpp.kemenkumham.go.id
Pendidikan dan Pelatihan Badan SAR Nasional;
Memperhatikan: Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 tentang AksiPecegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL TENTANGSISTEM PELAPORAN PELANGGARAN(WHISTLEBLOWING SYSTEM) TERHADAP TINDAKPIDANA KORUPSI DI LINGKUNGAN BADAN SARNASIONAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan SAR Nasiona l ini yang dimaksud dengan:
1. Pegawai Negeri Sipil adalah setiap Warga Negara Republik Indonesiayang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabatyang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, ataudiserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
2. Sistem Penanganan Pengaduan/SPP atau (whistleblower system) adalahbentuk penerapan dari pengawasan yang disampaikan olehPejabat/Pegawai Negeri Sipil lingkup Badan SAR Nasional, baik secaralisan maupun tertulis kepada Pejabat Eselon I terkait, berupasumbangan pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yangbersifat membangun.
3. Whistleblower adalah seseorang yang melaporkan perbuatanberindikasi tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam organisasitempatnya bekerja, atau pihak terkait lainnya yang memiliki aksesinformasi yang memadai atas terjadinya indikasi tindak pidanakorupsi tersebut.
4. Whistleblower System adalah mekanisme penyampaian pengaduandugaan tindak pidana korupsi yang telah terjadi atau akan terjadiyang melibatkan pegawai dan orang lain yang berkaitan dengandugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan di dalam organisasitempatnya bekerja.
5. Pengaduan eksternal (masyarakat) adalah bentuk penerapan daripengawasan masyarakat yang disampaikan oleh masyarakat, baiksecara lisan maupun tertulis kepada Aparatur Pemerintah terkait,berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan
www.djpp.kemenkumham.go.id
yang bersifat membangun.
6. Partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat untuk ikutserta mewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yang dilaksanakan sesuai dengannorma, hukum, nilai moral, sosial dan budaya yang berlaku dalammasyarakat.
7. Pengawasan masyarakat (wasmas), adalah pengawasan yangdilakukan oleh warga masyarakat terhadap penyelenggaraanpemerintahan.
8. Penanganan pengaduan masyarakat adalah proses kegiatan yang meliputipenerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, identifikasi khusus,pengumpulan bahan dan keterangan, pemeriksaan, pelaporan, tindaklanjut dan pengarsipan.
9. Identifikasi Khusus yaitu proses kegiatan untuk mendapatkanpenegasan mengenai keberadaan terlapor yang teridentifikasi, baikbersifat perorangan, kelompok maupun institusional apabila mungkintermasuk masalah yang dilaporkan.
10. Pengumpulan bahan dan keterangan yaitu proses penjernihan ataukegiatan yang berupa memberikan penjelasan mengenai permasalahanyang diadukan pada proporsi yang sebenarnya kepada sumberpengaduan dan instansi terkait.
11. Tindak lanjut adalah suatu kegiatan lanjutan yang wajib dilakukanoleh pimpinan instansi/unit kerja yang berwenang atas rekomendasiatau saran aparat pengawasan berdasarkan hasil penelitian ataupemeriksaan suatu kasus tertentu yang diadukan oleh masyarakat.
12. Badan SAR Nasional yang selanjutnya disebut Basarnas adalahlembaga kelembagaan yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang pencarian dan pertolongan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peraturan ini berasaskan pada:
a. kerahasiaan;
b. tidak memihak;
c. independen; dan
d. perlindungan terhadap pelapor.
(2) Peraturan ini bertujuan untuk:
a. meningkatkan upaya untuk pencegahan dan pemberantasan
www.djpp.kemenkumham.go.id
korupsi;
b. mendorong pengungkapan penyimpangan atau penyalahgunaankewenangan;
c. meningkatkan sistem pengawasan yang memberikan perlindungankepada Whistleblower dalam rangka pemberantasan korupsi.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan ini meliputi:
a. Tata Cara Penangan Pelaporan Pelanggaran;
b. Hak dan kewajiban Whistleblower; dan
c. Pembiayaan Whistleblowing System.
BAB IV
TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN
Pasal 4
Pelaporan yang disampaikan oleh para pegawai negeri Basarnas yangmemiliki dugaan pelanggaran berupa:
a. penyalahgunaan wewenang; dan
b. korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pasal 5
Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berisi informasi data,yaitu:
a. nama unit kerja;
b. penjelasan mengenai terlapor:
1) terlapor;
2) perbuatan yang terindikasi atau dianggap menyimpang ataupenyalahgunaan kewenangan;
3) waktu penyimpangan atau penyalahgunaan kewenangan dilakukan;dan
4) unit kerja dimana penyimpangan atau penyalahgunaan kewenanganitu dilakukan.
c. bukti-bukti yang mendukung atau menjelaskan substansi pelaporanterkait penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang berupa:
1) data/dokumen;
2) gambar; dan
3) rekaman.
www.djpp.kemenkumham.go.id
d. data atau sumber informasi untuk pendalaman lebih lanjut.
Pasal 6
(1) pegawai negeri/pejabat yang melaporkan mengenai dugaanpelanggaran disampaikan, melalui:
a. laporan langsung; dan
b. tidak langsung.
(2) Laporan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adisampaikan kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenangpada unit kerja yang bersangkutan.
(3) Tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdisampaikan kepada pengelola sistem pelaporan pelanggaran atauAparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) baik dengan tatap mukaataupun melalui media komunikasi.
(4) Media komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. surat;
b. telepon;
c. kotak pengaduan;
d. layanan pesan singkat (SMS);
e. surat elektronik (email);
f. aplikasi website Basarnas; dan/atau
g. faksimili.
Pasal 7
(1) Pelaporan dugaan pelanggaran diterima oleh pengelola sistem laporanpelanggaran untuk dilakukan verifikasi kebenaran data/informasi olehAparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP).
(2) Verifikasi yang dilakukan APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:
a. materi laporan pelanggaran terkait dengan tugas dan fungsi UnitEselon I agar dilakukan kajian/analisis.
b. materi laporan pelanggaran tidak terkait dengan tugas dan fungsiunit Eselon I, agar diteruskan ke instansi/lembaga terkait.
c. materi laporan pelanggaran bersifat sumir/tidak jelas:
1) jika identitas pelapor jelas, agar dimintakan informasi tambahan(belum dapat ditindaklanjuti);
2) jika identitas pelapor tidak jelas/tidak ada, pegawai yang didugamelanggar tidak jelas, materi pelanggaran tidak jelas dan/ataupegawai yang dilaporkan telah meninggal (tidak dapatditindaklanjuti).
www.djpp.kemenkumham.go.id
Pasal 8
(1) APIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 melakukan kajian/analisayang memuat:
a. dugaan kasus;
b. unit kerja terkait;
c. pokok permasalahan/materi pelanggaran;
d. ketentuan yang dilanggar;
e. kesimpulan; dan
f. rekomendasi.
(2) Rekomendasi yang dibuat atas kajian/analisa oleh APIP sebagaimanadimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. ditindaklanjuti dengan audit investigasi;
b. meminta inspektorat instansi terkait untuk melakukanpemeriksaan pendahuluan, dalam hal ini apabila terkait denganinstansi lain;
c. melakukan pengumpulan bahan dan keterangan (surveillance).
(3) Hasil Audit investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf adituangkan dalam Laporan Hasil Audit Investigasi yang memuat hal-hal:
a. latar belakang/pokok permasalahan;
b. ruang lingkup;
c. tujuan audit investigasi;
d. hasil pemeriksaan;
e. simpulan; dan
f. rekomendasi.
www.djpp.kemenkumham.go.id
Pasal 9
(1) Hasil audit investigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)menjadi dasar penjatuhan hukuman kepada pegawai negeri Basarnasyang melakukan pelanggaran.
(2) Penjatuhan hukuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. penjatuhan hukuman disiplin;
b. pengembalian kerugian negara;
c. penyampaian hasil pemeriksaan kepada Kepolisian RepublikIndonesia;
d. penyampaian hasil pemeriksaan kepada komisi pemberantasankorupsi.
Pasal 10
(1) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (2) huruf a disampaikan kepada pejabat yang berwenang untukmenjatuhkan hukuman disiplin.
(2) Pengembalian kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9ayat (2) huruf b disampaikan kepada pejabat yang berwenangmenindaklanjuti.
(3) Penyampaian hasil pemeriksaan kepada Kepolisian Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c dilkukan dalamhal hasil pemeriksaan berindikasi tindak pidana umum.
(4) Penyampaian hasil pemeriksaan kepada komisi pemberantasankorupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf ddilakukan dalam hal hasil pemeriksaan berindikasi tindak pidanakorupsi.
Pasal 11
(1) Dalam hal terdapat dugaan kesalahan atau kekeliruan atas suatuputusan penjatuhan hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang,Inspektur berwenang melakukan pemeriksanaan dan/atau pengujian.
(2) Hasil pemeriksanaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud padaayat (1) menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan Unit Eselon atauKepala Basarnas untuk meninjau, meralat, dan/atau mengubahputusan penjatuhan hukuman disiplin.
Pasal 12
APIP melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penangannpelaporan pelanggaran masing-masing Unit Eselon I.
www.djpp.kemenkumham.go.id
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN WHISTLEBLOWER
Pasal 13
Hak perlindungan whistleblower paling sedikit berupa:
a. identitas dirahasiakan;
b. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
c. dapat memberikan pernyataan tanpa tekanan dari pihak manapun;
d. tidak dapat dituntut secara hukum atas kesaksian yang sedang atauyang telah diberikan; dan
e. perlindungan atas hak saksi dan pelapor sebagaimana diatur dalamperaturan perundang-undangan.
Pasal 14
Dalam hal menyampaikan pengaduan, pelapor (whistleblower)berkewajiban:
a. menyampaikan seluruh informasi yang sebenar-benarnya;
b. penyampaian pelaporan pelanggaran tidak berindikasi kepentinganpribadi;
c. penyampaian pelaporan pelanggaran tanpa adanya paksaan/pengaruhdari pihak lain; dan
d. bersikap koorporatif pada saat memberikan informasi.
BAB VI
PEMBIAYAAN WHISTLEBLOWING SYSTEM
Pasal 15
Pembiayaan pengembangan dan pemeliharaan Whistleblowing Systemdibebankan pada anggaran DIPA Basarnas yang bersumber dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN).
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 16
(1) Pelaksanaan Whistleblowing System secara lengkap sebagaimanatercantum dalam lampiran Peraturan ini.
(2) Lampiran Peraturan ini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan danmempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pasal 17
Sekretaris Utama dibantu Inspektur melakukan pengawasan terhadappelaksanaan peraturan ini.
www.djpp.kemenkumham.go.id
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Kepala Badan SAR Nasiona l ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Kepala Badan SAR Nasiona l ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 21 Ferbruari 2014KEPALA BADAN SAR NASIONAL,
MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN
Diundangkan di Jakartapada tanggal 14 Maret 2014MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan good governance suatu entitas baik publik maupun
swasta, transparansi merupakan sebagai salah satu faktor penting
untuk mendorong pimpinan atau pengelola atau pegawai suatu
organisasi dalam memberikan kontribusi yang bermanfaat dan bernilai
tambah (added value) baik bagi organisasi maupun pemangku
kepentingan. Terdapat metode atau cara dalam implementasi
transparansi untuk mendukung efektivitas pelaksanaan good
governance, salah satu metode yang dimaksud adalah sistem Pelaporan
Pelanggaran (SPP) atau Whistleblowing System (WBS).
Reformasi Birokrasi Badan SAR Nasional yang baru dicanangkan tahun
2013 sebagai upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean
goverment) dan baik (good governance) telah memberikan dampak
positif dalam meningkatkan citra Badan SAR Nasional. Reformasi
Birokrasi dimaksud dilaksanakan melalui penataan organisasi,
penataan proses bisnis, dan peningkatan sumber daya manusia pada
masing-masing unit kerja di lingkungan Badan SAR Nasional, sehingga
Badan SAR Nasional diharapkan mampu memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat.
Namun, dalam upaya Badan SAR Nasional memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat, tidak menutup kemungkinan adanya
pejabat/pegawai di lingkungan Badan SAR Nasional yang melakukan
pelanggaran sehingga menghambat proses reformasi birokrasi.
Hambatan-hambatan tersebut perlu segera mendapat perhatian dan
diidentifikasi. Oleh karena itu, peran serta pegawai di lingkungan
Badan SAR Nasional dan masyarakat untuk
menyampaikan/melaporkan setiap pelanggaran yang diketahuinya
sangat diperlukan.
Dalam rangka mendorong peran serta pejabat/pegawai di lingkungan
Badan SAR Nasional dan masyarakat dalam upaya pencegahan
penyimpangan dan/atau penyalahgunaan kewenangan maka
ditetapkan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional PERKA Nomor ......
tentang pedoman sistem pelaporan pelanggaran (whistleblowing
system) di lingkungan Badan SAR Nasional.
www.djpp.kemenkumham.go.id
Melalui pelaporan pelanggaran yang disampaikan oleh pejabat/pegawai
Badan SAR Nasional maupun masyarakat kepada Badan SAR Nasional
baik secara elektronik ataupun non elektronik, yang kemudian
ditindaklanjuti, diharapkan dapat menumbuhkan budaya/kultur
kepedulian di kalangan pejabat/pegawai Badan SAR Nasional terhadap
pola hidup yang tidak wajar maupun perilaku koruptif demi perbaikan
serta memberika efek jera bagi pejabat/pegawai Badan SAR Nasional
yang melakukan penyimpangan dan/atau penyalahgunaan wewenang.
B. Maksud, Tujuan dan Manfaat
Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) ini
disusun dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi pimpinan/pegawai
Badan SAR Nasional dalam berprilaku terhadap hal-hal terkait dengan
pelanggaran atau penyimpangan kode etik, hukum, standar prosedur
ooperasi dan kebijakan manajemen serta hal-hal lainnya yang
dipandang perlu dapat merugikam dan/atau membahayakan
organisasi seperti lingkungan, gedung kantor, kondisi kerja, reputasi
organisasi, pemangku kepentingan dan lainnya.
Tujuan Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing Sytem)
adalah :
1. Mendorong setiap pimpinan dan pegawai Badan SAR Nasional
untuk menyampaikan kepada pihak internal Badan SAR Nasional
yang berwenang tentang pelanggaran dan atau penyimpangan kode
etik, hukum, standar prosedur operasi, kebijakan manajemen
serta hal-hal lainnya yang dipandang perlundapat merugikan
dan/atau membahayakan organisasi seperti lingkungan, gedung
kantor, kondisi kerja, reputasi organisasi dan lainnya. Tujuan
penyampaian pelanggaran dan atau penyimpangan tersebut
dimaksudkan agar pimpinan dapat mengambil tindakan yang
sesuai secara tepat waktu untuk menyelesaikan permasalahan
yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran dan atau
penyimpangan.
2. Meminimalisasikan kemungkinan terjadinya risiko yang merugikan
Badan SAR Nasional apabila mekanisme internal sebagaimana
ditentukan tidak dapat dilaksanakan atau diberlakukan dan atau
disalahgunakan oleh pimpinan atau pegawai Badan SAR Nasional.
3. Memberikan pemahaman edukasi kepada pegawai bahwa BadanSAR Nasional memberikan perhatian utama pada ketaatanterhadap kode etik.
www.djpp.kemenkumham.go.id
4. Meyakinkan kembali kepada setiap insan Badan SAR Nasionalterhadap perlindungan dari hukuman, tindakan balasan atauperlakuan yang tidak wajar dan adil apabila mengungkapkanpelanggaran dengan itikad baik.
5. Mendukung budaya keterbukaan (openness), akuntabilitas danintegritas.
6. Meningkatkan efektifitas good governance, pengendalian internaldan kinerja pegawai maupun organisasi.
Secara umum manfaat dari penyelenggaraan Sistem PelaporanPelanggaran (Whistleblowing System) yang baik dan efektif antara lainadalah :
1.Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis secaralebih dini tentang pelanggaran bagi pimpinan/pegawai Badan SARNasional dalam rangka memberikan penugasan kepada pihak yangharus segera menangani permasalahan yang terjadi secara tepatwaktu dan efektif.
2.Menumbuhkan kondisi keengganan untuk melakukan pelanggarandengan semakin meningkatnya kesediaan untuk melaporkanterjadinya pelanggaran karena kepercayaan terhadap sistempelaporan yang efektif.
3.Menyediakan mekanisme deteksi dini (early warning sytem) ataskemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran.
4.Menyediakan mekanisme penyampaian suatu permasalahanpelanggaran apabila menurut pelapor tidak memungkinkan dantidak tepat untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara lainbila disampaikan kepada atau mendiskusikan dengan atasanlangsung.
5.Menyediakan kesempatan untuk menangani masalah pelanggaransecara internal lebih dahulu, sebelum meluas menjadi pelanggaranyang bersifat publik.
6.Memitigasi risiko yang dihadapi organisasi akibat dari pelanggaranbaik dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja danreputasi.
7.Meningkatnya reputasi Badan SAR Nasional dari sudut pandangpemangku kepentingan (stockholders), regulator dan masyarakatumum.
8.Memberikan masukan kepada organisasi untuk melihat lebihkomperehensif dan menyeluruh area kritikal dan proses kerja yangmemiliki kelemahan pengendalian internal, serta untuk merancangtindakan perbaikan yang diperlukan.
C. Asas Pelaporan Pelanggaran
1. Rahasia (confidental)
www.djpp.kemenkumham.go.id
Setiap identitas pelapor wajib dirahasiakan oleh Pengelola SistemPelaporan Pelanggaran (whistleblowing). Dalam rangka perlindunganidentitas pelapor, Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran(whistleblowing) wajib menyamarkan, termasuk memberi kode ataumetoda lainnya, untuk menghindari adanya subyektivitas,kecurigaan serta menghindarkan sikap memihak.
2. Tidak memihak (impartial)
Setiap laporan pelanggaran dan atau penyimpangan kepadaPengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) wajibmemenuhi sifat tidak memihak (impartial) suku, ras, agama dangolongan serta tidak bersifat fitnah dan atau laporan palsu.
3. Independen
Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) wajibbersikap independen atas laporan yang diterima. Dalam hal laporanyang diterima terkait dengan Pengelola Sistem PelaporanPelanggaran (whistleblowing) maka petugas Pengelola SistemPelaporan Pelanggaran (whistleblowing) yang bersangkutan wajibmengajukan pengunduran diri kepada Pimpinan dalam rangkamenghindari adanya benturan kepentingan.
4. Perlindungan terhadap pelapor (Whitsleblower)
Pimpinan Instansi termasuk Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran(whistleblowing), wajib memberikan perlindungan, termasukimunitas administrasi, kepada pelapor pelanggaran terhadappembalasan, tekanan atau ancaman baik secara fisik, psikologis,administrasi maupun penuntutan hukum.
D. PERLINDUNGAN TERHADAP PELAPOR
Perlindungan terhadap pelapor (whistleblower) atas perlakuanmerugikan antara lain :
1.Penurunan jabatan atau pangkat;
2.Penundaan kenaikan pangkat;
3.Penundaan kenaikan gaji berkala;
4.Pemutasian yang tidak adil;
5.Pemecatan yang tidak adil;
6.Pengenaan sanksi baik langsung maupun tidak langsung;
www.djpp.kemenkumham.go.id
BAB II
TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN
(WHISTLEBLOWING SYSTEM)
A. Pengendalian
Secara umum pengendalian terhadap pelaksanaan Sistem Pelaporan
Pelanggaran (Whistleblowing Sytem) mencakup antara lain hal-hal
berikut :
1. Setiap pelaporan pelanggaran yang diterima wajib
didokumentasikan.
2. Identitas pelapor(whistleblower) wajib dirahasiakan, dilindungi dan
disamarkan.
3. Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing Sytem)
wajib menyampaikan pemberitahuan jika pelaporan pelanggaran
yang disampaikan tidak ataupun perlu dilakukan pemeriksaaan/
investigasi.
4. Pelaksanaan pemeriksaan/investigasi sebagai tindak lanjut hasil
analisis harus didasarkan surat tugas oleh Kepala Badan SAR
Nasional.
5. Perlindungan kepada pelapor (whistleblower) secara internal wajib
didasarkan pertimbangan yang wajar dan didasarkan atas
penugasan oleh Kepala Badan SAR Nasional
6. Perlindungan kepada pelapor (whistleblower) dengan meminta
bantuan dari institusi yang berwenang seperti kepolisian atau
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) didasarkan atas
pertimbangan yang wajar dan surat permintaan perlindungan dari
Kepala Badan SAR Nasional.
B. Mekanisme Pelaporan
Laporan dugaan pelanggaran dan atau penyimpangan olehpejabat/pegawai Badan SAR Nasional, disampaikan melalui saluanpengaduan yang disediakan, yaitu :
1. Langsung (help desk);
2. Surat;
3. Telepon;
4. Kotak Pengaduan;
5. Layanan Pesan Singkat (SMS);
www.djpp.kemenkumham.go.id
6. Surat elektronik (email) dan atau;
7. Faksimili
Mekanisme pelaporan pelanggaran dalam rangka transparansi secara
umum dapat dilaksanakan melalui Mekanisme Tidak Langsung (MTL)
dan Mekanisme Langsung (ML)
1.Mekanisme Tidak Langsung (MTL)
Pelapor (whistleblower) mengungkapkan adanya pelanggaran di
tempatnya bekerja yang diketahuinya disampaikan kepada atasan
langsung atau pejabat yang berwenang pada unit kerja yang
bersangkutan.
2.Mekanisme Langsung (ML)
Pelapor (whistleblower) mengungkapkan adanya pelanggaran di
tempatnya bekerja yang diketahuinya disampaikan kepada Pengelola
Sistem Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) dalam hal ini Aparat
Pengawas Internal Pemerintah (APIP) baik melalui media komunikasi
lainnya (email,sms,telpon,faksimili) atau tatap muka dengan alamat
berikut ini :
Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran
(whistleblowing system)/Inspektorat
Gedung Badan SAR Nasional
Jl. Angkasa Kav.2-3 No. B15
Kemayoran 10720 Jakarta Pusat
Telp : (021) 65701152 ext.1719
Fax : (021) 65701178
Hp :
Email : [email protected]
Dalam hal pelapor (whistlelower) menginginkan melaporkan
terjadinya maladministrasi terhadap pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh penyelenggara negara di lingkungan Badan SAR
Nasional kepada pihak instansi lain, maka pelapor (whistleblower)
dapat menyampaikan kepada :
Kantor Ombudsman Republik Indonesia
www.djpp.kemenkumham.go.id
Jl. Adityawarman 43, Kebayoran Baru-Jakarta 12160
Telp : (021) 7258574-77
Fax : (021) 7258579
www.ombudsman.go.id
Setiap laporan pengaduan pelanggaran yang diterima dilakukan
verifikasi oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), yaitu :
1) Apabila materi laporan pelanggaran terkait dengan tugas dan
fungsi Unit Eselon I di lingkungan Badan SAR Nasional agar
dilakukan kajian/analisis.
2) Apabila materi laporan pelanggaran tidak terkait dengan tugas dan
fungsi unit eselon I di lingkungan Badan SAR Nasional, agar
diteruskan ke instansi/lembaga terkait.
3) Apabila materi laporan pelanggaran bersifat sumir/tidak jelas :
a) Jika identitas pelapor jelas, agar dimintakan informasi
tambahan (belum dapat ditindaklanjuti);
b) Jika identitas pelapor tidak jelas/tidak ada, pegawai yang
diduga melanggar tidak jelas, materi pelanggaran tidak jelas
dan/atau pegawai yang dilaporkan telah meninggal (tidak dapat
ditindaklanjuti).
Kajian/analisis atas laporan pelanggaran oleh Aparat Pengawas
Internal Pemerintah/ APIP, memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Dugaan kasus;
2. Unit Kerja Terkait;
3. Pokok permasalahan/materi pelanggaran;
4. Ketentuan yang dilanggar;
5. Kesimpulan;
6. Rekomendasi;
Rekomendasi atas kajian/analisis yang dibuat oleh Aparat
Pengawas Internal Pemerintah/ APIP adalah :
1. Ditindaklanjuti dengan audit investigasi;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2. Meminta Inspektorat instansi terkait untuk melakukan
pemeriksaan pendahuluan, dalam hal ini apabila terkait
dengan instansi lain;
3. Melakukan pengumpulan bahan dan keterangan (surveillance).
Hasil Audit investigasi dituangkan dalam Laporan Hasil Audit
Investigasi yang memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Latar belakang/pokok permasalahan;
2. Ruang Lingkup;
3. Tujuan Audit Investigasi;
4. Hasil pemeriksaan;
5. Simpulan;dan
6. Rekomendasi.
Rekomendasi sebagaimana dimaksud, dapat berupa :
1. Penjatuhan hukuman disiplin;
2. Pengembalian kerugian negara;
3. Penyampaian hasil pemeriksaan kepada Kepolisian Republik
Indonesia;
4. Penyampaian hasil pemeriksaan kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Apabila dari hasil pemeriksaan menemukan adanya indikasi
tindak pidana, maka hasil pemeriksaan tersebut diteruskan
kepada Penegak Hukum yang berwenang.
Laporan Hasil Audit Investigasi menjadi dasar penjatuhan
hukuman disiplin kepada pegawai/pejabat di lingkungan Badan
SAR Nasional yang terbukti bersalah dan bertanggung jawab.
Putusan penjatuhan hukuman disiplin diterbitkan oleh Pejabat
yang berwenang menghukum paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya hasil pemeriksaan dengan ditembuskan kepada
Inspektur.
Aparat Pengawas Internal Pemerintah/ APIP memonitor dan
mengevaluasi tindak lanjut penyelesaian laporan pelanggaran.
www.djpp.kemenkumham.go.id
Dalam rangka kegiatan monitoring dan evaluasi serta memberikan
jawaban atas pertanyaan pihak pelapor (whistleblower), maka
Aparat Pengawas Internal Pemerintah/ APIP menyelenggarakan
sistem monitoring bulanan (monthly monitoring sytem) atas
pelaksanaan penanganan pelaporan pelanggaran di masing-masing
unit eselon I di lingkungan Badan SAR Nasional.
Inspektur melakukan eksaminasi dalam hal terdapat dugaan
kesalahan atau kekeliruan atas suatu putusan penjatuhan
hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.
Hasil eksaminasi menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan Unit
Eselon atau Kepala Badan SAR Nasional untuk meninjau, meralat,
dan/atau mengubah putusan penjatuhan hukuman disiplin.
C. Mekanisme Perlindungan Saksi dan Korban
1.Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing system)
sebagai penerima pertama laporan pengaduan melakukan
perlindungan kepada pelapor (whitleblower) dengan merahasiakan
identitas pelapor dan memberikan kode tertentu terhadap laporan
pelanggaran yang dilaporkan pelapor (whitleblower).
2.Kepala Badan SAR Nasional mengeluarkan surat tugas pemberian
perlindungan internal terhadap saksi dan korban kepada Inspektur
dan Inspektur membuat surat tugas pelaksanaan perlindungan
kepada Pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran dalam hal ini Aparat
Pengawas Internal Pemerintah APIP.
3.Dalam hal direkomendasikan perlunya permintaan perlindungan
kepada Instansi yang berwenang dan atau penyampaian hasil
pemeriksaan/investigasi dalam bentuk penyelesaian proses peradilan,
maka diperlukan pendapat dari Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian
dengan surat/memo dari Inspektur dengan tembusan Kepala Badan
SAR Nasional.
4.Kepala Badan SAR Nasional menandatangani surat permintaan
perlindungan saksi dan korban kepada instansi yang berwenang
dalam hal ini jika diperlukan.
5.Bagi pejabat/pegawai yang dapat menyebabkan saksi dan korban
tidak mendapat perlindungan ataupun dirugikan atau dikuranginya
hak-hak asasi saksi dan korban, maka dikenakan sanksi sesuai
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban.
www.djpp.kemenkumham.go.id
BAB III
SISTEM OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Pelaporan
Pengelola pelaporan pelanggaran (whistleblowing system) wajib
menyelenggarakan fungsi penerimaan dan analisis laporan. SOP
penerimaan pelaporan pelanggaran adalah sebagai berikut:
No Prosedur Pelaksana Output
1. Menerima setiap laporanbaik dalam bentukkomunikasi secara fisik atautatap muka, tertulis, telepon,e-mail, kotak pos ataubentuk lainnya. Semualaporan wajibditatausahakan dandidokumentasikan
Inspektur LaporanPelanggaran
2. Dalam hal laporan dilakukansecara lisan melalui tatapmuka dan atau telepon,pelaporan pelanggaran wajibdibuatkan ihtisarnya secaratertulis
Inspektur LaporanPelanggaran
3. Menyampaikan kepadapengelola pelaporanpelanggaran mengenailaporan pelanggaran yangditerima dan menugaskanuntuk melaksanakananalisis
Inspektur Disposisi
4. Menerima dari Inspekturlaporan pelanggaran,mencatat dan menginput kepangkalan data (data base)
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Pencatatan dandata inputantentang pelaporanpelanggaran
5 Melaksanakan penyamarandan atau perahasiaanidentitas pelapor untukmelindungi identitas pelaporserta memberikan kodeterhadap permasalahan yangdilaporkan sesuai denganklasifikasinya
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Penyamaran danatau perahasiaanidentitas pelapor;pengkodeanpermasalahan
6 Melaksanakan analisisterhadap laporan yangditerima untuk menentukanapakah laporan yang
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Pelaksanaananalisis
www.djpp.kemenkumham.go.id
diterima memerlukan tindaklanjut dalam bentukpemeriksaan dan atauinvestigasi. Hasil analisisdiberikan peringkat merah,kuning dan hijau danmengkategorikan ke dalamjenis pelanggaran, yaitu :a. Pelanggaran terkait tugas
dan fungsi;b. Pelanggaran tidak terkait
tugas dan fungsi; danc. Pelanggaran berindikasi
pidanaPeringkat merahHasil analisis berperingkatmerah menggambarkanbahwa permasalahan yangdilaporkan mengindikasikan:a. Dampak yang sangat
signifikan terhadapreputasi, sistem proseduroperasi dan pelaksanaanoperasional Badan SARNasional.
b. Permasalahan yangdilaporkan juga bersifatsistemik.
c. Permaslahan bersifatberulang.
d. Memerlukan tindak lanjutdalam waktu segeradalam bentukpemeriksaan/investigasi
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Hasil AnalisisPeringkat Merah
Peringkat kuningHasil analisis berperingkatkuning menggambarkanbahwa :a. Permasalahan yang
dilaporkanmengindikasikandampak yang cukupsignifikan terhadapreputasi, sistemprosedur operasi danpelaksanaan operasionalBadan SAR Nasional
b. Permasalahan yangdilaporkan tidakbersifatsistemik dan atau
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Hasil AnalisisPeringkat Kuning
www.djpp.kemenkumham.go.id
berulangc. Belum memerlukan
prioritas dalampelaksanaan tindaklanjut dalam waktusegera dalam bentukpemeriksaan/investigasi
Peringkat hijauHasil analisis berperingkathijau menggambarkanbahwa :a. Permasalahan yang
dilaporkanmengindikasikandampak yang kurangsignifikan terhadapreputasi, sistemprosedur operasi danpelaksnaan operasionalBadan SAR Nasional
b. Permasalahan yangdilaporkan tidak bersifatsistemik dan atauberulang.
c. Tidak memerlukantindak lanjut dalamwaktu segera dalambentukpemeriksaan/investigasi
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Hasil AnalisisPeringkat Hijau
7 Menyampaikan laporananalisis ke Inspektur sertamendokumentasikan danmenginput data/informasihasil analisis kepangkalandata (data base)
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Laporan analisisdan data inputanpada data base
8 Dalam hal pelaksanaananalisis menghasilkanperingkat merah, menyusundan menyampaikan keInspektur :a. Konsep memo Inspektur
kepada Kepala BadanSAR Nasional tentangpermintaan untukmelakukanpemeriksaan/investigasi.
b. Konsep surat tugasKepala Badan SAR
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor Konsep memo
Inspektur
Konsep surattugas KepalaBadan SARNasional
www.djpp.kemenkumham.go.id
Nasional9 Dalam hal direkomendasikan
perlunya perlindunganterhadap pelapor yangdilaksanakan secara internaloleh Badan SAR Nasional,menyusun danmenyampaikan ke Inspektur:a. Konsep memo Inspektur
kepada Kepala BadanSAR Nasional tentangpermintaan untukmelakukan perlindunganterhadap pelapor.
b. Konsep surat tugasKepala Badan SARNasional untukmelakukan perlindungan
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Konsep memoInspektur
Konsep surattugas KepalaBadan SARNasional
10 Dalam hal direkomendasikanperlunya perlindunganterhadap pelapor yangmemerlukan bantuanotoritas yang berwenangseperti kepolisian atau LPSK(Lembaga PerlindunganKorban dan Saksi),menyusun danmenyampaikan ke Inspektur:a. Konsep memo Inspektur
kepada Kepala Badan SARNasional tentangpermintaan untukmelakukan perlindunganterhadap pelapor.
b. Konsep surat KepalaBadan SAR Nasionalkepada instansi yangberwenang tentangpermintaan perlindungan.
c. Konsep memo Inspekturkepada Kepala BiroHukum dan Kepegawaiantentang permintaanpendapat hukum dengantembusan Kepala BadanSAR Nasional
d. Laporan perkembanganstatus kasus secaraberkala.
PengelolaPelaporanPelanggaran/Auditor
Konsep memoInspektur
Konsep suratKepala BadanSAR Nasionaltentangpermintaanperlindungan
Konsep suratInspektur kepadaKepala BiroHukum danKepegawaiantentangpermintaanpendapat hukum
www.djpp.kemenkumham.go.id
11 Menerima dari PengelolaPelaporan Pelanggarandokumen :a. Hasil analisis atas
pelaporan pelanggarandengan pemberianperingkat.
b. Konsep memo Inspekturkepada Kepala Badan SARNasional tentangpermintaan penugasanpemeriksaan/investigasi
c. Konsep memo Inspekturkepada Kepala Badan SARNasional untukmelaksanakanpemeriksaan/investigasijika diperlukan
d. Konsep memo Inspekturkepada Kepala Badan SARNasional tentangpermintaan perlindunganterhadap pelapor.
e. Konsep surat tugasKepala Badan SARNasional untukmelakukan perlindungan.
f. Konsep memo Inspekturtentang permintaanpendapat hukum kepadaKepala Biro Hukum danKepegawaian dengantembusan Kepala BadanSAR Nasional tentangpermintaan pendapathukum atas permintaanperlindungan terhadappelapor ke instansi yangberwenang
g. Konsep surat KepalaBadan SAR Nasionalkepada instansiberwenang tentangpermintaan perlindungan,jika diperlukan
h. Konsep Laporan statuskasus pelanggaran
i. Menelaah dokumen,melakukan pembahasan
InspekturHasil Reviu
Memo Inspektur
Konsep surattugaspemeriksaan yangtelah diparaf
Memo
Konsep surattugasperlindungan
Memo
Konsep suratKepala BadanSAR Nasionalyang telah diparaf
Laporan Status
www.djpp.kemenkumham.go.id
dengan Auditor terkaitdengan hasil analisispelaporan pelanggaran,menandatangani memo-memo dan laporan status,serta memparaf konsepsurat tugas dan konsepsurat Kepala Badan SARNasional.
12 Menyampaikan laporan hasilanalisis berperingkat merah,memo, notulen pembahasan,konsep surat tugas dankonsep surat Kepala BadanSAR Nasional yang telahdiparaf kepada KepalaBadan SAR Nasional
Disposisi
13 Menerima dari Inspekturdokumen :a. Laporan Hasil Analisis
Berperingkat Merahb. Memo Inspektur kepada
Kepala Badan SARNasional tentangpermintaan penugasanpemeriksaan/investigasi.
c. Notulen pembahasand. Konsep surat tugas
Kepala Badan SARNasional untukmelaksanakanpemeriksaan/investigasiyang telah diparaf.
e. Konsep surat KepalaBadan SAR Nasionaltentang permintaanperlindungan yang telahdiparaf.
f. Memo Inspektur kepadaKepala Badan SARNasional tentangpermintaan untukmelakukan perlindunganterhadap pelapor kepadainstitusi yangberwenang.
g. Konsep surat tugasKepala Badan SARNasional untukmelakukan perlindunganinternal yang telah
Kepala Badan SARNasional Disposisi
Disposisi
DisposisiSurat TugasPemeriksaan
Surat tentangPermintaanPerlindungan
Disposisi
Surat Tugas
Disposisi
www.djpp.kemenkumham.go.id
diparaf.h. Laporan status
pelanggaran.i. Menelaah dokumen yang
diterima, melakukanpembahasan denganInspektur,menandatangani surattugas danmenyampaikan keInspektur setamenugaskan kepadaPenata Usaha untukmenyampaikan surat keinstansi terkait.
B. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksanaan/Investigasi
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan/investigasi sebagai tindak lanjuthasil analisis laporan adalah sebagai berikut :
No Prosedur Pelaksana Output1 Menerima dari Kepala Badan
SAR Nasional surat tugaspemeriksaan, .melakukanpembahasan dengan danmemberikan arahan kepadaanggota timpemeriksa/investigasi sertamenyerahkan surat tugaskepada TimPemeriksa/Investigasi
Inspektur Arahan
2 Melaksanakan supervisi danreviu kertas kerjapemeriksaan/investigasi.Pelaksanaan interviu dalamrangkapemeriksaan/investigasiwajib memberitahukankepada pihak yang diinterviutentang tujuan interviu.
Supervisi reviudan paraf padakertas kerja
3 Menerima surat tugas,melakukan pembahasan dankoordinasi internal sertapembagian tugas sertamelaksanakan tugas
Tim Pemeriksa/ Auditor Pembagian tugas
4 Menyusun danmenyampaikan kepadaInspektur dokumen :a. Menyusun kertas kerja
pemeriksaan/investigasib. Laporan hasil
pemeriksaan/investigasi
Kertas kerjapemeriksaanLaporan hasilPemeriksaanKonsep Memo
www.djpp.kemenkumham.go.id
c. Konsep memo InspekturKepada Kepala BadanSAR Nasional tentangLaporan HasilPemeriksaan/Investigasi
5 Dalam hal direkomendasikanperlunya permintaanperlindungan kepadainstansi yang berwenang danatau penyampaian hasilpemeriksaan/investigasidalam bentuk penyelesaianproses peradilan sebagaitindak lanjut kepadainstansi yang berwenang,maka diperlukan pendapathukum dari KepalanBiroHukum dan Kepegawaiandan Tim Pemeriksamenyampaikan kepadaInspektur dokumen :
Konsep memo Inspekturkepada Kepala Biro Hukumdan Kepegawaian dengantembusan Kepala Badan SARNasional tentang permintaanpendapat hukum atas hasilpelanggaran.
Konsep memo
6 Menerima dari TimPemeriksa/Investigasidokumen :a. Kertas kerja
pemeriksaan/investigasi.b. Laporan hasil
pemeriksaan/investigasiatas pelanggaran.
c. Konsep memo Inspekturke Kepala Badan SARNasional tentang LaporanHasilPemeriksaan/Investigasi.
d. Konsep memo Inspekturke Kepala Biro Hukumdan Kepegawaian tentangpermintaan pendapathukum untukpenyampaian hasilpemeriksaan/investigasike pengadilan.
e. Menelaah dokumen yang
www.djpp.kemenkumham.go.id
diterima, melakukanpembahasan dengan TimPemeriksa,menandatangani memo-memo danlaporan, serta memparafsurat Kepala Badan SARNasional
7 Melakukan pembahasandengan Kepala Biro Hukumdan Kepegawaian tentangpendapat hukumpenyampaian hasilpemeriksaan ke penegakhukum dan penyusunannotulensi pembahasan
Notulenpembahasan
8 Menyampaian laporananalisis berperingkat merah,memo, notulen pembahasan,konsep surat tugas dankonsep surat Kepala BadanSAR Nasional yang telahdiparaf Kepala Badan SARNasional.
Disposisi
C. Standar Operasional Prosedur (SOP) perlindungan saksi dan korban
Dalam Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (whsitleblowing) memandangperlu dilaksanakan perlindungan terhadap pelapor dan atau pelapormeminta perlindungan kepada Pengelola SPP/WBS, standar proseduroperasi pelaksanaan perlindungan pelapor adalah sebagai berikut :
No Prosedur Pelaksana Output1 Menerima dari Kepala Badan
SAR Nasional surat tugaspemberian perlindungansecara internal, melakukanpembahasan dengan danmemberikan arahan kepadaPengelola SPP/WBS, sertamenyerahkan surat tugaskepada Pengelola SPP/WBSyang melakukanperlindungan.
Inspektur Arahan
2 Melakukan koordinasidengan petigas pemberiperlindungan dalam halperlindungan dalam halperlindungan dilaksanakanoleh penegak hukum.
Koordinasi
3 Melaksanakan perlindungan Pengelola SPP/WBS
www.djpp.kemenkumham.go.id
untuk pelapor pelanggaran,menyusun danmenyampaikan ke Inspektur:a. Laporan pelaksanaan
perlindungan.b. Konsep memo Inspektur
ke Kepala Badan SARNasional tentangpelaksanaanperlindungan.
Laporan Konsepmemo
4 Menerima dari pengelola SPPdokumen :a. Laporan pelaksanaan
perlindungan.b. Konsep memo Inspektur
ke Kepala Badan SARNasional tentangpelaksanaanperlindungan.
Menelaah dokumen,melakukan pembahasandengan Tim Auditor yangmelakukan tugasperlindungan, jikamenyampaikan ke kepalaBadan SAR Nasional.
InspekturDisposisiMemo
5 Menerima dari Inspekturdokumen :a. Laporan pelaksanaan
perlindungan.b. Memo Inspektur tentang
pelaksanaanperlindungan.
Menelaah dokumen yangditerima, melakukanpembahasan denganInspektur, membuatdisposisi pada memo danlaporan pelaksanaanperlindungan danmemyampaikan kembali keInspektur.
Kepala Badan SARNasional Disposisi
Disposisi
6 Menerima dari Kepala BadanSAR Nasional dokumen yangtelah diberi disposisi :a. Laporan pelaksanaan
perlindunganb. Memo Inspektur tentang
pelaksanaan
Inspektur
DisposisiDisposisi
www.djpp.kemenkumham.go.id
perlindungan.
Menelaah dokumen yangditerima, melakukanpembahasan dengan TimAuditor, dan menugaskanPenata Usaha untukmengarsipkan tugasdimaksud.
www.djpp.kemenkumham.go.id
BAB IV
PENUTUPA. Penerapan dan Sosialiasi
Keberhasilan implementasi yang berkesinambungan pedoman sistem
pengelolaan pelaporan pelanggaran (whistleblowing system) melalui
beberapa tahapan implementasi yaitu sosialisasi dan penerapannya.
Kegiatan sosialisasi diperlukan dalam rangka mendapat pemahaman
yang memadai dan kesamaan persepsi terhadap filosofi manfaat
implementasi pedoman sistem pengelolaan pelaporan pelanggaran
(whistleblowing system).
Pelaksanaan sosialisasi pedoman sistem pengelolaan pelaporan
pelanggaran (whistleblowing system) baik kepada pimpinan dan
pegawai Badan SAR Nasional harus mampu menjadi pemicu atas
kepedulian dan komitmen yang konsisten untuk melaksanakan
pedoman sistem pengelolaan pelaporan pelanggaran (whistleblowing
system). Selain itu diharapkan bahwa secara bertahap terbentuk rasa
saling memiliki dari semua pihak Badan SAR Nasional terhadap
keberadaan dan implementasi pedoman sistem pengelolaan pelaporan
pelanggaran (whistleblowing system) dalam kegiatan operasional
sehari-hari.
Materi pedoman sistem pengelolaan pelaporan pelanggaran
(whistleblowing system) dapat juga digunakan sebagai bahan
pembahasan pada kegiatan capacity building bagi pegawai baru.
Dengan pelaksanaan sosialisasi yang berkesinambungan diharapkan
multi tafsir atas penerapan pedoman sistem pengelolaan pelaporan
pelanggaran (whistleblowing system) dapat dimitigasikan sehingga
efektivitas pedoman sistem pengelolaan pelaporan pelanggaran
(whistleblowing system) sebagai satu sub sistem bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja dan reputasi Badan SAR Nasional.
B. Monitoring dan Evaluasi
Inspektorat sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
Badan SAR Nasional harus melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap penerapan pedoman sistem pengelolaan pelaporan
pelanggaran (whistleblowing system) ini dan melakukan evaluasi
secara berkesinambungan dan menyampaikan hasil monitoring dan
evaluasi kepada Kepala Badan SAR Nasional dalam rangka legitimasi
tindak lanjut atas rekomendasi yang telah disampaikan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
Oleh karena itu, diharapkan dapat menimalisasikan tindakan yang
berindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan Badan SAR
Nasional sehingga kinerja dan reputasi instansi dapat tetap terjaga
dan profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Namun, pelaksanaan penerapan pedoman sistem pengelolaan
pelaporan pelanggaran (whistleblowing system) tidak terlepas dari
dukungan secara bersama-sama seluruh pimpinan dan pegawai
Badan SAR Nasional untuk dapat menjadikan pedoman sistem
pengelolaan pelaporan pelanggaran (whistleblowing system) ini sebagai
acuan dari pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang sehari-hari
selaku penyelenggara negara yang berintegritas dan bermoral.
Dengan demikian pedoman sistem pengelolaan pelaporan pelanggaran
(whistleblowing system) di lingkungan Badan SAR Nasional ditetapkan
untuk dijadikan sebagai acuan bagi seluruh Unit Kerja Badan SAR
Nasional dan dilaksanakan sebaik-baiknya untuk menjamin
terlaksananya pengelolaan penanganan pelaporan pelanggaran
(whistleblowing) di lingkungan Badan SAR Nasional secara
transparan, akuntable, dan dapat dipertanggungjawabkan.
KEPALA BADAN SAR NASIONAL,
MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id