berita negara republik indonesia - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf ·...

44
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1240, 2016 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Pemberian. Pelaksanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (5), Pasal 10 ayat (6), dan Pasal 12 ayat (6) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, perlu diatur mengenai tata kelola pemberian Jaminan Pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan percepatan proyek infrastruktur ketenagalistrikan; b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberian Jaminan Kelayakan Usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagaimana telah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.011/2014 tentang Tata Cara Pemberian Jaminan Kelayakan Usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik dengan Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas yang Dilakukan Melalui Kerja Sama dengan Pengembang Listrik Swasta, perlu diatur kembali mengenai tata cara pemberian jaminan kelayakan usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk pembangunan pembangkit www.peraturan.go.id

Upload: vantram

Post on 07-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.1240, 2016 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Pemberian.Pelaksanaan. Tata Cara. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 130/PMK.08/2016

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN PEMERINTAH UNTUK

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7

ayat (5), Pasal 10 ayat (6), dan Pasal 12 ayat (6) Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, perlu

diatur mengenai tata kelola pemberian Jaminan

Pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan

percepatan proyek infrastruktur ketenagalistrikan;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberian

Jaminan Kelayakan Usaha PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) sebagaimana telah dilaksanakan berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.011/2014

tentang Tata Cara Pemberian Jaminan Kelayakan Usaha

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk

Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik dengan

Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas

yang Dilakukan Melalui Kerja Sama dengan Pengembang

Listrik Swasta, perlu diatur kembali mengenai tata cara

pemberian jaminan kelayakan usaha PT Perusahaan

Listrik Negara (Persero) untuk pembangunan pembangkit

www.peraturan.go.id

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -2-

tenaga listrik dengan menggunakan energi terbarukan,

batubara, dan gas yang dilakukan melalui kerja sama

dengan pengembang listrik swasta di dalam Peraturan

Menteri ini;

c. bahwa pemberian Jaminan Pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, dilakukan dalam rangka

mendukung percepatan pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan yang dilaksanakan oleh PT Perusahaan

Listrik Negara (Persero) melalui swakelola dan kerjasama

dengan Badan Usaha Penyedia Tenaga Listrik;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata

Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pemerintah

untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4297);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang

Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5052);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang

Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran

Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik

www.peraturan.go.id

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-3-

Indonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4556);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang

Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 28,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5281) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012

tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5530);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5423);

8. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang

Penugasan kepada PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan

Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi

Terbarukan, Batubara, dan Gas sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 194

Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penugasan

Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk

Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga

Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara,

dan Gas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 402);

9. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 8);

www.peraturan.go.id

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -4-

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2010

tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.05/2010

tentang Tata Cara Pencairan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atas Beban Bagian Anggaran Bendahara

Umum Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA

PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN PEMERINTAH

UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KETENAGALISTRIKAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah adalah

alokasi dana yang tersedia yang digunakan untuk

melunasi kewajiban penjaminan yang timbul akibat

pemberian Jaminan Pemerintah sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang mengenai Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara beserta perubahannya pada tahun

anggaran berjalan.

2. Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur yang selanjutnya

disingkat BUPI adalah badan usaha milik negara yang

dibentuk untuk memberikan Jaminan Pemerintah

di bidang infrastruktur.

3. Badan Usaha Penyedia Tenaga Listrik yang selanjutnya

disingkat BUPTL adalah badan usaha yang

menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik

dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam

rangka penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari

www.peraturan.go.id

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-5-

Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan

PT PLN (Persero).

4. Batas Maksimal Penjaminan adalah batas maksimum

penjaminan yang dapat disediakan oleh Pemerintah.

5. Daftar Proyek adalah daftar yang diterbitkan oleh

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan memuat

proyek-proyek pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan baik yang dilaksanakan melalui skema

swakelola maupun skema kerjasama dengan BUPTL

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016

dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010

6. Dokumen Rencana Mitigasi Risiko adalah dokumen yang

berisi rencana aksi PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) dalam rangka memastikan kemampuan

finansialnya.

7. Jaminan Pemerintah adalah Jaminan yang diberikan

untuk dan atas nama Pemerintah, baik oleh Menteri

Keuangan dan/atau BUPI.

8. Jaminan Kelayakan Usaha PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) yang selanjutnya disebut Jaminan Kelayakan

Usaha adalah jaminan Pemerintah dalam rangka

memastikan kemampuan PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) untuk memenuhi kewajiban finansialnya

dengan merujuk kepada Perjanjian Jual Beli Tenaga

Listrik.

9. Jaminan Pinjaman PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) yang selanjutnya disebut Jaminan Pinjaman

adalah jaminan yang diberikan oleh Pemerintah kepada

Kreditur sehubungan dengan pembayaran kembali

pinjaman PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selaku

pelaksana penugasan percepatan proyek infrastruktur

ketenagalistrikan.

10. Kerjasama adalah skema pelaksanaan Percepatan

Pembangunan Infrstruktur Ketenagalistrikan, yang

dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

melalui kerjasama dengan Badan Usaha Penyedia Tenaga

Listrik.

www.peraturan.go.id

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -6-

11. Kreditur adalah lembaga keuangan yang memberikan

pinjaman kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

dalam rangka percepatan pembangunan proyek

infrastruktur ketenagalistrikan melalui skema swakelola.

12. Menteri Keuangan yang selanjutnya disebut Menteri

adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang keuangan.

13. Penerima Jaminan adalah Kreditur dalam hal Jaminan

Pinjaman atau Badan Usaha Penyedia Tenaga Listrik

dalam hal Jaminan Kelayakan Usaha.

14. Penjamin adalah Pemerintah dalam hal ini Menteri

Keuangan, kecuali dalam hal Jaminan Pinjaman

diberikan oleh BUPI.

15. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

16. Pemenuhan Pembiayaan (Financial Close) adalah tahapan

dimana BUPTL telah menandatangani perjanjian

pinjaman/kredit dan telah mendapatkan pencairan dana

(draw-down) untuk pembiayaan Proyek Pembangkit

Listrik pada tanggal sebagaimana ditetapkan dalam

PJBTL.

17. Percepatan Pembangunan Infrstruktur Ketenagalistrikan

adalah kebijakan Pemerintah dalam rangka pelaksanaan

penyediaan tenaga listrik, sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016

tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan.

18. Perjanjian Pinjaman adalah perjanjian yang dibuat antara

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Kreditur

dalam rangka memperoleh Pinjaman.

19. Pinjaman PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) kepada

Kreditur yang selanjutnya disebut Pinjaman adalah

semua transaksi yang mengakibatkan PT Perusahaan

Listrik Negara (Persero) menerima sejumlah uang dari

Kreditur sehingga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

20. Pengembang Pembangkit Listrik adalah BUPTL berupa

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,

www.peraturan.go.id

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-7-

koperasi, dan swasta yang bekerja sama dengan

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melalui

penandatanganan perjanjian jual beli/sewa jaringan

tenaga listrik.

21. Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang selanjutnya

disingkat PJBTL adalah perjanjian jual beli tenaga listrik

yang mengatur hak dan kewajiban PT Perusahaan Listrik

Negara (Persero) selaku pembeli dengan BUPTL selaku

penjual.

22. Perjanjian Penyelesaian Pembayaran Tunai adalah

perjanjian antara Pemerintah dan PT Perusahaan Listrik

Negara (Persero) mengenai hak dan kewajiban para pihak

dalam pelaksanaan pembayaran kembali atas realisasi

klaim Jaminan Pinjaman.

23. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang selanjutnya

disebut PT PLN (Persero) adalah Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang

mendapatkan penugasan dari Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan sebagaimana diamanatkan dalam

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan.

24. Risiko Politik adalah:

a. tindakan atau kegagalan untuk bertindak tanpa

sebab yang sah oleh Pemerintah dalam hal-hal yang

menurut hukum atau peraturan perundang-

undangan, Pemerintah memiliki kewenangan atau

otoritas untuk melakukan tindakan tersebut;

dan/atau

b. penerbitan, penerapan, atau pemberlakuan suatu

peraturan, kebijakan atau persyaratan hukum

kepada BUPTL atau Proyek Pembangkit Listrik oleh

Pemerintah, yang belum ada atau berlaku pada

tanggal penandatanganan PJBTL.

25. Swakelola adalah skema pelaksanaan Percepatan

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan

www.peraturan.go.id

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -8-

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden

Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan

Infrastruktur Ketenagalistrikan.

26. Terjamin adalah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

selaku Badan Usaha Milik Negara yang mendapatkan

penugasan untuk menyelenggarakan pembangunan

infrastruktur ketenagalistrikan.

27. Tanggal Efektif Jaminan adalah tanggal setelah tanggal

Penerbitan Jaminan, sebagaimana ditentukan dalam

surat jaminan, yang menandai saat mulai berlakunya

Jaminan.

28. Tanggal Penerbitan Jaminan adalah tanggal

penandatanganan Jaminan Pemerintah sebagaimana

disebutkan dalam surat jaminan.

BAB II

TUJUAN DAN PRINSIP

Bagian Kesatu

Tujuan

Pasal 2

(1) Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Menteri ini merupakan sarana fiskal yang

disediakan dalam rangka mendukung Percepatan

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.

(2) Sarana fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Jaminan Pinjaman;

b. Jaminan Kelayakan Usaha.

(3) Jaminan Pinjaman disediakan untuk mendukung

PT PLN (Persero) dalam melaksanakan Percepatan

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan melalui

skema Swakelola.

(4) Jaminan Kelayakan Usaha disediakan untuk

mendukung PT PLN (Persero) dalam melaksanakan

www.peraturan.go.id

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-9-

Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan melalui skema Kerjasama.

(5) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat

(4) disediakan dengan merujuk pada Daftar Proyek yang

telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral yang disampaikan oleh PT PLN

(Persero) kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat

Pengelolaan Risiko Keuangan Negara.

Bagian Kedua

Prinsip

Pasal 3

Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Menteri ini disediakan dengan mempertimbangkan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

a. kemampuan keuangan negara;

b. kesinambungan fiskal; dan

c. pengelolaan risiko fiskal (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara).

Pasal 4

(1) Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip Jaminan

Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,

Menteri:

a. menetapkan Batas Maksimal Penjaminan secara

berkala yang berlaku sebagai patokan dalam

pemberian Jaminan Pemerintah; dan

b. menyediakan Anggaran Kewajiban Jaminan

Pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku dalam rangka penyediaan Jaminan

Pinjaman;

(2) Dalam rangka penetapan Batas Maksimal Penjaminan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko melalui

www.peraturan.go.id

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -10-

Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan

memberikan rekomendasi kepada Menteri.

BAB III

JAMINAN PINJAMAN

Bagian Kesatu

Ruang Lingkup dan Cakupan

Pasal 5

(1) Jaminan Pinjaman diberikan kepada Kreditur

berdasarkan Perjanjian Pinjaman antara PT PLN

(Persero) dan Kreditur.

(2) Pinjaman yang disepakati berdasarkan Perjanjian

Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diperuntukkan dalam rangka pelaksanaan

pembangunan proyek infrastruktur ketenagalistrikan

yang tercantum di dalam Daftar Proyek.

(3) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan mengacu kepada harga acuan

pinjaman yang ditetapkan oleh Menteri melalui

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau pada saat

diperlukan.

(4) Dalam rangka penentuan harga acuan pinjaman

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri

menugaskan Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat

Strategi dan Portofolio Pembiayaan.

29. Proyek yang masuk di dalam Daftar Proyek

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016

tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan melalui skema swakelola.

www.peraturan.go.id

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-11-

Pasal 6

(1) Pemberian Jaminan Pinjaman mencakup keseluruhan

(full guarantee) dari kewajiban finansial PT PLN

(Persero) terhadap Kreditur berdasarkan Perjanjian

Pinjaman.

(2) Kewajiban finansial sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi pokok dan bunga pinjaman yang telah

jatuh tempo beserta biaya-biaya lain yang timbul

berdasarkan Perjanjian Pinjaman.

Pasal 7

(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal dan

pengelolaan risiko fiskal, pemberian Jaminan Pinjaman

dapat dilakukan oleh Badan Usaha Penjaminan

Infrastruktur berdasarkan penugasan dari Menteri.

(2) Dalam hal Jaminan diberikan oleh Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur, Batas Maksimal Penjaminan

dan Anggaran Kewajiban Penjaminan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) tidak berlaku.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan

pelaksanaan Jaminan Pinjaman oleh Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Bagian Kedua

Bentuk

Pasal 8

Jaminan Pinjaman dinyatakan dalam bentuk surat yang

ditandatangani oleh Menteri dan ditujukan kepada Kreditur

dengan tembusan kepada PT PLN (Persero).

www.peraturan.go.id

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -12-

Bagian Ketiga

Masa Berlaku

Pasal 9

(1) Jaminan Pinjaman berlaku sejak Tanggal Penerbitan

Jaminan, sampai dengan seluruh kewajiban PT PLN

(Persero) kepada Kreditur berdasarkan Perjanjian

Pinjaman terpenuhi.

(2) Jaminan Pinjaman secara otomatis menjadi berakhir

atau tidak berlaku lagi dengan berakhirnya atau tidak

berlakunya lagi Perjanjian Pinjaman.

Bagian Keempat

Tata Cara Pemberian dan Pelaksanaan Jaminan

Pasal 10

(1) Jaminan Pinjaman diberikan berdasarkan adanya

permohonan Jaminan yang diajukan oleh PT PLN

(Persero).

(2) Pelaksanaan Jaminan dilakukan berdasarkan adanya

klaim yang diajukan oleh Kreditur.

(3) Tata cara pemberian dan pelaksanaan Jaminan Pinjaman

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

Bagian Kelima

Penyelesaian Akibat Pelaksanaan Jaminan Pinjaman

Pasal 11

(1) Setiap pelaksanaan atas Jaminan Pinjaman sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) mengakibatkan

timbulnya utang dari Terjamin kepada Penjamin.

(2) Terjamin wajib menyelesaikan utang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Penjamin sebagaimana

www.peraturan.go.id

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-13-

dinyatakan oleh Terjamin dalam surat komitmen

penyelesaian utang.

(3) Surat komitmen penyelesaian utang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Penjamin

hanya 1 (satu) kali dalam jangka waktu paling lambat

3 (tiga) bulan setelah Peraturan Menteri ini diterbitkan.

(4) Surat komitmen penyelesaian utang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk setiap Jaminan

Pinjaman dan dalam hal terjadinya pelaksanaan Jaminan

Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 12

(1) Realisasi atas komitmen Terjamin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal penyelesaian disepakati untuk dilakukan

melalui cicilan tunai, Terjamin dan Penjamin

menuangkan hal tersebut dalam Perjanjian Penyelesaian

Pembayaran Tunai, yang dibuat dan ditandatangani oleh

Penjamin dan Terjamin paling lama 7 (tujuh) hari kerja

setelah Penjamin melakukan pembayaran kepada

Penerima Jaminan.

(3) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat

ketentuan paling kurang:

a. pengakuan utang Terjamin dan janji untuk

membayar utang tersebut kepada Penjamin;

b. jumlah seluruh utang sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan jangka waktu pembayarannya,

termasuk masa tenggang dan tingkat suku bunga;

dan

c. jumlah cicilan, jadwal cicilan dan tanggal

pembayaran;

(4) Menteri mendelegasikan penandatanganan Perjanjian

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Direktur

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

(5) Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

mengadministrasikan setiap piutang Pemerintah kepada

www.peraturan.go.id

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -14-

Terjamin yang timbul sebagai penyelesaian akibat dari

pelaksanaan Jaminan Pinjaman berdasarkan Peraturan

Menteri ini.

Bagian Keenam

Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah

Pasal 13

(1) Pemerintah melalui Menteri menyiapkan Anggaran

Kewajiban Penjaminan Pemerintah dalam rangka

pelaksanaan Jaminan Pinjaman.

(2) Perhitungan alokasi Anggaran Kewajiban Penjaminan

Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat Strategi

dan Portofolio Pembiayaan.

(3) Anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari pos

pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.

Pasal 14

(1) Menteri selaku pengguna Anggaran Kewajiban Penjaminan

Pemerintah menunjuk Direktur Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko sebagai Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA).

(2) KPA dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada pejabat yang ditunjuk.

(3) KPA mengajukan permintaan penyediaan Anggaran

Kewajiban Penjaminan Pemerintah untuk tahun yang

bersangkutan kepada Pembantu Pengguna Anggaran

Bendahara Umum Negara Pengelolaan Investasi

Pemerintah dengan memperhatikan hasil perhitungan

alokasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (2).

(4) Mekanisme pengusulan dan pengalokasian Anggaran

Kewajiban Penjaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud

www.peraturan.go.id

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-15-

pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

BAB IV

JAMINAN KELAYAKAN USAHA

Bagian Kesatu

Ruang Lingkup dan Cakupan

Pasal 15

(1) Jaminan Kelayakan Usaha diberikan kepada BUPTL

dengan merujuk kepada kewajiban finansial PT PLN

(Persero) kepada BUPTL yang diatur dalam PJBTL antara

PT PLN (Persero) dan BUPTL yang bersangkutan.

(2) Kewajiban finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat terdiri atas:

a. Kewajiban pembayaran pembelian listrik; dan/atau

b. Kewajiban pembayaran non-pembelian listrik.

(3) Kewajiban finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b terbatas pada jenis-jenis pembayaran yang

diwajibkan kepada PT PLN (Persero) berdasarkan PJBTL,

dalam hal terjadinya Risiko Politik, yang dialokasikan

kepada PT PLN (Persero) atau peristiwa-peristiwa yang

disebabkan oleh PT PLN (Persero) dan tidak dapat

dipulihkan (Non-Remediable Event) oleh PT PLN (Persero).

(4) Jaminan Kelayakan Usaha diberikan untuk proyek sebagai

berikut:

a. Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.

b. Proyek Pembangkit Listrik Selain Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi.

(5) Proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum

dalam Daftar Proyek dan dilaksanakan melalui skema kerja

sama berdasarkan:

a. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan; atau

www.peraturan.go.id

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -16-

b. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang

Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan

Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi

Terbarukan, Batubara, dan Gas sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

Nomor 194 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 tentang

Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan

Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi

Terbarukan, Batubara, dan Gas .

Bagian Kedua

Bentuk

Pasal 16

Jaminan Kelayakan Usaha dinyatakan dalam bentuk surat

yang ditandatangani oleh Menteri dan ditujukan kepada BUPTL

dengan tembusan kepada PT PLN (Persero).

Bagian Ketiga

Masa Berlaku

Pasal 17

Masa berlaku Jaminan Kelayakan Usaha ditetapkan dengan

memperhatikan jenis Proyek.

Paragraf Kesatu

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Pasal 18

(1) Jaminan Kelayakan Usaha pada Proyek Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi berlaku sejak Tanggal

Penerbitan Jaminan.

(2) Jaminan Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berlaku sampai dengan berakhirnya periode

www.peraturan.go.id

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-17-

pinjaman yang dicantumkan dalam Harga Perkiraan

Sendiri (HPS/Owner’s Estimate) PT PLN (Persero).

(3) Masa berlaku Jaminan Kelayakan Usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berakhir secara

otomatis dan tidak memiliki akibat hukum apapun

apabila BUPTL gagal mencapai Pemenuhan Pembiayaan

(Financial Close) dalam jangka waktu 48 (empat puluh

delapan) bulan sejak Jaminan diterbitkan.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak

berlaku apabila jangka waktu pemenuhan pembiayaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperpanjang oleh

para pihak dalam PJBTL, dengan memperhatikan ayat (5)

dan ayat (6).

(5) Para pihak dalam PJBTL dapat memperpanjang jangka

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) apabila:

a. kegagalan mencapai pemenuhan pembiayaan

(Financial Close) bukan disebabkan oleh kelalaian

badan usaha; dan

b. mendapatkan persetujuan dari Penjamin.

(6) Setiap perpanjangan jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilakukan sebelum jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berakhir, dan

berlaku paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

(7) Dalam rangka mendapatkan persetujuan dari Penjamin

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) butir b, PT PLN

(Persero) mengajukan permohonan persetujuan

perpanjangan waktu kepada Menteri dalam hal ini

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau ayat (6)

berakhir.

www.peraturan.go.id

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -18-

Paragraf Kedua

Proyek Pembangkit Listrik Selain

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Pasal 19

(1) Jaminan Kelayakan Usaha pada Proyek Pembangkit

Listrik Selain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

berlaku sejak Tanggal Efektif Jaminan.

(2) Jaminan Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berlaku sampai dengan berakhirnya periode

pinjaman yang tercantum dalam Harga Perkiraan Sendiri

(HPS/Owner’s Estimate) PT PLN (Persero).

(3) Tanggal Efektif Jaminan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), terdiri atas:

a. Tanggal Pemenuhan Pembiayaan (Financial Close);

atau

b. Tanggal lainnya yang jatuh setelah Tanggal

Penerbitan Jaminan.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pemberian dan

Pelaksanaan Jaminan Kelayakan Usaha

Pasal 20

(1) Jaminan Kelayakan Usaha diberikan berdasarkan

adanya permohonan Jaminan yang diajukan oleh

PT PLN (Persero).

(2) Pelaksanaan Jaminan dilakukan oleh Pemerintah

melalui mekanisme Public Service Obligation (PSO)

kepada PT PLN (Persero) sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Tata cara pemberian dan pelaksanaan Jaminan

Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diatur sebagaimana tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

www.peraturan.go.id

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-19-

BAB V

PENGELOLAAN RISIKO

Bagian Kesatu

Pengelolaan Risiko Jaminan Pinjaman

Pasal 21

(1) PT PLN (Persero) wajib melakukan upaya terbaik dalam

rangka pengelolaan atas risiko-risiko yang mempengaruhi

kemampuan membayarnya selama periode Perjanjian

Pinjaman.

(2) Pengelolaan risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan dalam Dokumen Rencana Mitigasi Risiko dan

disampaikan oleh PT PLN (Persero) kepada Menteri

Keuangan dalam hal ini Direktur Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko paling lambat 6 (enam) bulan

sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran pertama

sebagaimana dimaksud di dalam Perjanjian Pinjaman.

(3) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

dapat memberikan masukan atas rencana mitigasi risiko

sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Dokumen Rencana Mitigasi Risiko sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh PT PLN

(Persero) setelah ditandatangani oleh Direksi PT PLN

(Persero) dengan melampirkan surat pernyataan

mengenai kesanggupan PT PLN (Persero) untuk

melakukan monitoring risiko gagal bayar secara

bersama-sama dengan Penjamin.

(5) PT PLN (Persero) wajib melakukan mitigasi risiko nilai

tukar atas pinjaman yang berdenominasi mata uang

asing.

Pasal 22

PT PLN (Persero) wajib menyampaikan laporan secara triwulan

atau pada saat diperlukan kepada Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat

Pengelolaan Risiko Keuangan Negara sebagai berikut:

www.peraturan.go.id

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -20-

a. laporan keuangan Terjamin;

b. proyeksi kemungkinan gagal bayar untuk 1 (satu) tahun

ke depan; dan

c. laporan pelaksanaan rencana mitigasi risiko sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21, termasuk pengelolaan risiko

gagal bayar.

Bagian Kedua

Pengelolaan Risiko Jaminan Kelayakan Usaha

Pasal 23

(1) PT PLN (Persero) wajib melakukan upaya terbaik dalam

rangka pengelolaan atas risiko-risiko yang mempengaruhi

kemampuan membayarnya selama periode Jaminan

Kelayakan Usaha.

(2) Dalam rangka melakukan usaha terbaiknya untuk

mengelola risiko-risiko sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), PT PLN (Persero) dapat membentuk Tim Monitoring

Risiko yang keanggotaannya terdiri dari unsur PT PLN

(Persero)dan unsur instansi Pemerintah yang terkait.

Pasal 24

Dalam rangka mengelola dampak terjadinya Gagal Bayar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), PT PLN

(Persero) wajib menyampaikan laporan mengenai

kemungkinan terjadinya kegagalan pemenuhan kewajiban

kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko dalam hal ini Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan

Negara dan Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan

setiap 3 (tiga) bulan untuk periode 1 (satu) tahun mendatang

atau pada saat diperlukan.

www.peraturan.go.id

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-21-

BAB VI

PEMBUKUAN

Pasal 25

PT PLN (Persero) menyelenggarakan pembukuan terpisah atas

pelaksanaan penugasan proyek percepatan pembangunan

infrastruktur ketenagalistrikan.

BAB VII

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 26

(1) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

melakukan pemantauan risiko gagal bayar pinjaman atau

pemenuhan kewajiban finansial kepada BUPTL yang

dijamin oleh Pemerintah.

(2) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

mengadakan pertemuan secara berkala dengan PT PLN

(Persero) untuk membahas dan memberikan masukan

mengenai pelaksanaan pengelolaan risiko.

(3) Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan

laporan secara berkala dan/atau rekomendasi kepada

Menteri Keuangan untuk memberikan dukungan

dan/atau melakukan tindakan sesuai dengan

kewenangan Menteri dalam rangka mencegah terjadinya

Gagal Bayar PT PLN (Persero) ataupun kegagalan

pemenuhan kewajiban berdasarkan PJBTL.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

(1) Pemberian Jaminan Kelayakan Usaha terhadap proyek

percepatan pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik

yang Menggunakan Batubara, dan Gas sebagaimana

www.peraturan.go.id

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -22-

diamanatkan di dalam Peraturan Presiden No. 4 Tahun

2010 tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Iistrik

Negara (Persero) untuk Melakukan Percepatan

Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang

Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas

baik yang telah maupun belum diajukan usulannya oleh

PT PLN (Persero) kepada Menteri, proses selanjutnya

mengikuti tata cara sebagaimana tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

(2) Pemberian Jaminan Kelayakan Usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dari proses

penerbitan persetujuan prinsip, namun harus tetap

memenuhi persyaratan permohonan Jaminan Kelayakan

Usaha sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

(3) Untuk Proyek Pembangkit Listrik Selain Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi atau Proyek Pembangkit

Listrik Tenaga Panas Bumi yang BUPTL-nya telah

ditentukan dan/atau PJBTL-nya telah ditandatangani, PT

PLN (Persero) menyampaikan usulan permohonan

jaminan kelayakan usaha dengan melampirkan:

a. surat PT PLN (Persero) yang menyatakan bahwa

proses pengadaan BUPTL telah dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan/atau

b. PJBTL yang telah ditandatangani.

(4) Jaminan Kelayakan Usaha yang telah diterbitkan

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

173/PMK.011/2014 tentang Tata Cara Pemberian

Jaminan Kelayakan Usaha PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero) Untuk Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik

Dengan Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, Dan

Gas yang Dilakukan Melalui Kerja Sama dengan

Pengembang Listrik Swasta dinyatakan tetap berlaku

sampai dengan berakhirnya masa berlaku Jaminan

www.peraturan.go.id

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-23-

Kelayakan Usaha.

(5) Jaminan Kelayakan Usaha yang telah diterbitkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), namun telah

berakhir dan tidak memiliki akibat hukum apapun

dikarenakan kegagalan mencapai Pemenuhan

Pembiayaan (Financial Close) sebagaimana dimaksud

dalam Surat Jaminan Kelayakan Usaha, yang bukan

disebabkan oleh kelalaian Badan Usaha dapat diajukan

permohonan kembali penerbitan Jaminan Kelayakan

Usaha.

(6) Permohonan kembali penerbitan Jaminan Kelayakan

Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan

oleh PT PLN (Persero) dengan melampirkan:

a. surat dari PT PLN (Persero) yang menyatakan bahwa

kebutuhan proyek yang diberikan Jaminan

Kelayakan Usaha untuk tetap dilanjutkan.

b. dokumen dan kronologis yang disampaikan oleh

BUPTL untuk menjelaskan alasan tidak tercapainya

Pemenuhan Pembiayaan (Financial Close) sesuai

waktu yang dipersyaratkan dalam Surat Jaminan

Kelayakan Usaha.

c. surat dari BUPTL yang menyatakan kebenaran atas

dokumen atau infromasi pada ayat (6) huruf b;

d. surat dari calon kreditur proyek yang diberikan

Jaminan Kelayakan Usaha yang menyatakan:

1. bahwa surat Jaminan Kelayakan Usaha

merupakan satu-satunya syarat yang belum

terpenuhi untuk pencapaian Pemenuhan

Pembiayaan (Financial Close);

2. tenggat waktu Pemenuhan Pembiayaan

(Financial Close) paling lambat 6 (enam) bulan

setelah surat Jaminan Kelayakan Usaha terbit

kembali; dan

3. kesediaan untuk dicabut surat Jaminan

Kelayakan Usaha dalam hal Pemenuhan

Pembiayaan (Financial Close) tidak terpenuhi

sesuai dengan tenggat waktu sebagaimana

www.peraturan.go.id

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -24-

dimaksud pada angka 2.

(7) Berdasarkan permohonan beserta lampirannya, Menteri

menerbitkan Surat Jaminan Kelayakan Usaha kepada

BUPTL dengan tembusan kepada PT PLN (Persero).

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.011/2014 tentang Tata

Cara Pemberian Jaminan Kelayakan Usaha PT Perusahaan

Listrik Negara (Persero) untuk Pembangunan Pembangkit

Tenaga Listrik dengan Menggunakan Energi Terbarukan,

Batubara, dan Gas yang Dilakukan Melalui Kerja Sama

dengan Pengembang Listrik Swasta, dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 29

Peraturan Menteri ini berlaku pada tanggal diundangkan.

www.peraturan.go.id

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-25-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 24 Agustus 2016

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 24 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

www.peraturan.go.id

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -26-

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

130/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA

PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN

PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KETENAGALISTRIKAN

TATA CARA PEMBERIAN DAN PELAKSANAAN

JAMINAN PINJAMAN

I. Tata Cara Pemberian Jaminan Pinjaman

A. Pra-Permohonan

1. Apabila PT PLN (Persero) bermaksud untuk mengajukan

Permohonan Jaminan, PT PLN (Persero) dapat

mengkonsultasikan rencana pengadaan pinjaman dan

maksudnya untuk mengajukan permohonan Jaminan

Pinjaman tersebut dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko.

2. Konsultasi dimaksud bertujuan agar:

a. Pinjaman sebagaimana direncanakan, dapat diadakan

secara tepat sasaran; dan

b. pengajuan permohonan Jaminan Pinjaman dimaksud, pada

saatnya dapat dilakukan sesuai dengan tata cara dan

memenuhi segala persyaratan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri ini, sehingga proses pemberian Jaminan

yang meliputi evaluasi, penerbitan persetujuan prinsip dan

penerbitan Jaminan Pinjaman dapat dilakukan secara

efektif dan efisien.

3. Dalam rangka konsultasi, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat Pengelolaan

Risiko Keuangan Negara memberikan penjelasan kepada PT

PLN (Persero) mengenai tata cara dan persyaratan-persyaratan

yang diberlakukan, serta memberikan pengarahan kepada PT

PLN (Persero) dalam menyiapkan persyaratan-persyaratan

www.peraturan.go.id

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-27-

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini.

B. Pengajuan Permohonan

1. PT PLN (Persero) mengajukan Permohonan Jaminan kepada

Menteri melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan dan

Pengelolaan Risiko sebelum penetepan pemenang dalam proses

pengadaan pinjaman.

2. Permohonan dimaksud disampaikan dengan melampirkan

dokumen paling kurang sebagai berikut:

a. rencana peruntukan pendanaan melalui pinjaman;

b. rencana proyek infrastruktur ketenagalistrikan yang akan

dibiayai melalui pinjaman;

c. profil calon pemberi pinjaman;

d. harga penawaran yang disampaikan oleh calon pemberi

pinjaman; dan

e. surat dari PT PLN (Persero) yang menyatakan kebenaran

atas dokumen dan informasi yang disampaikan dalam

rangka permohonan Jaminan Pinjaman.

3. Rencana peruntukan pendanaan melalui pinjaman sebagaimana

dimaksud pada butir 2 huruf a, menjelaskan mengenai apakah

Pinjaman digunakan untuk membiayai pelaksanaan

pembangunan proyek.

4. Rencana proyek infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana

pada butir 2 huruf b, menjelaskan kepastian bahwa Proyek

infrastruktur ketenagalistrikan merupakan Proyek Swakelola

yang direncanakan untuk dibiayai dengan Pinjaman, dan

disusun dengan merujuk kepada Daftar Proyek.

C. Evaluasi dalam rangka Penerbitan Persetujuan Prinsip

1. Evaluasi terhadap permohonan Jaminan Pinjaman dilakukan

oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

dalam hal ini Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

berkoordinasi dengan Direktorat Strategi dan Portofolio

Pembiayaan dan Sekretariat Jenderal melalui Biro Hukum.

2. Evaluasi dimulai sejak permohonan Jaminan Pinjaman diterima

dan seluruh lampiran yang dipersyaratkan telah tersedia

lengkap.

3. Dalam hal permohonan Jaminan Pinjaman telah diterima

namun dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf B butir 2

www.peraturan.go.id

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -28-

tidak tersedia lengkap, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko menyampaikan pemberitahuan kepada

PT PLN (Persero) mengenai kondisi dimaksud, disertai dengan

permintaan untuk melengkapi persyaratan sebagaimana

dimaksud pada butir 2 dalam jangka waktu paling lama 10

(sepuluh) hari kerja.

4. Evaluasi dilakukan dengan cara:

a. memeriksa kelengkapan dokumen dan informasi-informasi

yang tersedia dalam permohonan Jaminan Pinjaman dan

beserta seluruh lampirannya; dan

b. mengevaluasi besaran kebutuhan pinjaman, peruntukan

pinjamannya, dan harga pinjaman yang ditawarkan oleh

calon Kreditur.

5. Kebenaran atas dokumen dan informasi yang tersedia dalam

permohonan Jaminan Pinjaman dan beserta seluruh

lampirannya menjadi tanggung jawab PT PLN (Persero).

6. Dalam rangka pelaksanaan evaluasi, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dapat meminta keterangan

atau penjelasan dari PT PLN (Persero).

7. Hasil evaluasi dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi.

8. Berdasarkan hasil evaluasi, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko menyampaikan rekomendasi kepada

Menteri mengenai penerbitan persetujuan prinsip yang memuat

hal-hal mengenai:

a. hasil evaluasi permohonan Jaminan Pinjaman; dan

b. usulan penerbitan persetujuan prinsip atas Jaminan

Pinjaman.

D. Penerbitan Persetujuan Prinsip

1. Persetujuan prinsip diterbitkan dalam jangka waktu 25 (dua

puluh lima) hari kerja sejak permohonan Jaminan Pinjaman

diterima dan dinyatakan lengkap.

2. Permohonan Jaminan Pinjaman tidak dianggap telah diajukan

apabila tidak disusun dan disampaikan sesuai dengan cara

sebagaimana dimaksud pada butir B.

3. Persetujuan prinsip diterbitkan dalam bentuk surat oleh Menteri

Keuangan yang didelegasikan kewenangan

www.peraturan.go.id

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-29-

penandatanganannya kepada Direktur Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko yang ditujukan kepada Direktur Utama

PT PLN (Persero) yang memuat persetujuan atas harga

pinjaman PT PLN (Persero).

4. Persetujuan prinsip tidak menimbulkan akibat hukum apapun

kepada Pemerintah, dan Pemerintah tidak terikat untuk

memberikan atau melaksanakan jaminan apapun kepada

pihak manapun hingga diterbitkannya Jaminan Pinjaman.

5. Berdasarkan persetujuan prinsip tersebut, PT PLN (Persero)

melanjutkan proses pengadaan pinjaman.

E. Persetujuan atas syarat dan ketentuan (terms and conditions)

Perjanjian Pinjaman

1. Berdasarkan hasil pengadaan pinjaman, PT PLN (Persero)

memberitahukan kesiapannya untuk menandatangani

Perjanjian Pinjaman kepada Menteri Keuangan melalui

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko,

disertai dengan permintaan persetujuan atas syarat dan

ketentuan (terms and conditions) di dalam perjanjian pinjaman

untuk menerbitkan Jaminan Pinjaman.

2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada butir 1 berisi

uraian mengenai hal-hal paling kurang sebagai berikut:

a. hasil pengadaan pinjaman

b. syarat dan ketentuan (terms and conditions) yang

ditawarkan oleh calon pemberi pinjaman.

3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada butir 1

disampaikan dengan melampirkan dokumen berupa:

a. Rancangan final Perjanjian Pinjaman;

b. rencana mitigasi risiko kegagalan pemenuhan pembayaran

kembali kewajibannya.

c. Surat Pernyataan dari Menteri BUMN yang memastikan

kemampuan PT PLN untuk memenuhi kewajiban

finansialnya kepada Kreditur.

4. Berdasarkan pemberitahuan dan permintaan sebagaimana

dimaksud pada butir 1, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat Pengelolaan

Risiko Keuangan Negara berkoordinasi dengan Direktorat

www.peraturan.go.id

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -30-

Strategi dan Portofolio Pembiayaan dan Sekretariat Jenderal

melalui Biro Hukum melakukan verifikasi terhadap syarat dan

ketentuan (terms and conditions) di dalam rancangan final

Perjanjian Pinjaman.

5. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan

rekomendasi kepada Menteri untuk memberikan persetujuan

atas syarat dan ketentuan (terms and conditions) Perjanjian

Pinjaman.

6. Berdasarkan hasil rekomendasi yang disetujui oleh Menteri

Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko menyampaikan persetujuan atas syarat dan ketentuan

(terms and conditions) kepada Direktur Utama PT PLN (Persero).

7. Berdasarkan persetujuan atas syarat dan ketentuan (terms and

conditions), PT PLN (Persero) melakukan penandatanganan

Perjanjian Pinjaman dengan Kreditur.

F. Penerbitan Jaminan Pinjaman

1. Berdasarkan penandatanganan Perjanjian Pinjaman, PT PLN

(Persero) meminta kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk

menerbitkan Jaminan Pinjaman.

2. Permintaan dimaksud pada butir E angka 2 disampaikan

dengan melampirkan Perjanjian Pinjaman yang telah

ditandatangani oleh PT PLN (Persero) dan Kreditur.

3. Berdasarkan permintaan tersebut, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko melakukan pemeriksaan

kesesuaian syarat dan ketentuan (terms and conditions) yang

disetujui oleh Menteri Keuangan dengan syarat dan ketentuan

(terms and conditions) di dalam Perjanjian Pinjaman.

4. Berdasarkan hasil verifikasi, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko menyampaikan rekomendasi kepada

Menteri Keuangan yang memuat:

a. Hasil pemeriksaan atas syarat dan ketentuan (terms and

conditions)

b. persetujuan penerbitan Jaminan Pinjaman

5. Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada

www.peraturan.go.id

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-31-

butir 4, Menteri Keuangan menerbitkan Jaminan Pinjaman

dalam bentuk surat yang ditujukan kepada Kreditur dengan

tembusan kepada PT PLN (Persero).

6. Jaminan Pinjaman diterbitkan pada saat yang bersamaan

dengan atau segera sesudah penandatanganan Perjanjian

Pinjaman.

II. Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pinjaman

A. Ketidakmampuan PT (PLN) Persero

1. Jaminan Pinjaman dilaksanakan dalam hal PT PLN (Persero)

selaku Debitur berada dalam keadaan tidak mampu untuk

melaksanakan kewajiban finansialnya kepada Kreditur selaku

Penerima Jaminan berdasarkan Perjanjian Pinjaman.

2. Keadaan sebagaimana dimaksud pada butir 1 dianggap terjadi

apabila PT PLN (Persero) mengakui dan menyampaikan

pemberitahuan mengenai keadaan tersebut kepada Pemerintah

dalam hal ini Menteri Keuangan, dengan tembusan kepada

Kreditur/Penerima Jaminan.

B. Pengajuan Klaim

1. Berdasarkan terjadinya keadaan sebagaimana dimaksud pada

butir A, Kreditur/Penerima Jaminan menyampaikan klaim

secara tertulis kepada Menteri Keuangan melalui Direktur

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, dengan

tembusan kepada PT PLN (Persero).

2. Klaim dimaksud memuat uraian paling kurang mengenai hal

sebagai berikut:

a. ketidakmampuan PT PLN (Persero)/Debitur/Terjamin untuk

membayar kewajiban finansialnya berdasarkan Perjanjian

Pinjaman;

b. jumlah kewajiban finansial sebagaimana dimaksud pada

huruf a (tagihan); dan

c. kewajiban Penjamin untuk membayar kepada

Kreditur/Penerima Jaminan berdasarkan surat Jaminan

Pinjaman.

3. Klaim tersebut disampaikan dengan melampirkan dokumen

paling kurang sebagai berikut:

a. Salinan Perjanjian Pinjaman

www.peraturan.go.id

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -32-

b. Salinan surat Jaminan Pinjaman

c. Rincian kewajiban finansial PT PLN

(Persero)/Debitur/Terjamin sebagaimana dimaksud pada

butir 2 huruf b.

C. Verifikasi Klaim

1. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam

hal ini Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan

melakukan verifikasi terhadap klaim.

2. Dalam rangka melaksanakan verifikasi klaim dimaksud,

Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan dapat

berkoordinasi dengan unit-unit Eselon II terkait di Kementerian

Keuangan.

3. Verifikasi klaim dimaksud dilakukan untuk memastikan sebagai

berikut:

a. kesesuaian antara jumlah klaim yang diajukan oleh

Kreritur/Penerima Jaminan (tagihan) kepada Penjamin dan

jumlah kewajiban finansial Debitur/Terjamin yang

terhutang berdasarkan Perjanjian Pinjaman; dan

b. tidak adanya keberatan dan/atau perselisihan apapun

antara Debitur/Terjamin dan Kreditur/Penerima Jaminan

mengenai klaim dan/atau jumlah klaim yang diajukan oleh

Kreditur/Penerima Jaminan.

4. Untuk keperluan verifikasi klaim dimaksud, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dapat meminta PT PLN

(Persero)/Debitur/Terjamin untuk menyampaikan surat

pernyataan mengenai tidak adanya keberatan dan/atau

perselisihan apapun mengenai jumlah klaim yang diajukan.

5. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir 4

disampaikan oleh PT PLN (Persero)/Debitur/Terjamin dalam

jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak permintaan tersebut

disampaikan.

6. Hasil verifikasi klaim dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi

yang ditandatangani oleh Terjamin dan Penerima Jaminan dan

surat pernyataan Terjamin dilampirkan pada berita acara

tersebut.

www.peraturan.go.id

Page 33: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-33-

D. Pembayaran

1. Pembayaran atas klaim dilakukan apabila hasil verifikasi

menunjukkan sebagai berikut:

a. terdapat kesesuaian antara jumlah klaim yang diajukan

oleh Kreditur/Penerima Jaminan (tagihan) kepada Penjamin

dan jumlah kewajiban finansial Debitur/Terjamin yang

terhutang berdasarkan Perjanjian Pinjaman; dan

b. tidak adanya keberatan dari PT PLN

(Persero)/Debitur/Terjamin atau perselisihan apapun

antara PT PLN (Persero)/Debitur/Terjamin dan

Kreditur/Penerima Jaminan mengenai klaim dan/atau

jumlah klaim yang diajukan oleh Kreditur/Penerima

Jaminan.

2. Pelaksanaan pembayaran klaim kepada Kreditur dilakukan

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur

Tentang Tata Cara Pencairan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum

Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SRI MULYANI INDRAWATI

www.peraturan.go.id

Page 34: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -34-

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

130/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA

PELAKSANAAN PEMBERIAN JAMINAN

PEMERINTAH UNTUK PERCEPATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KETENAGALISTRIKAN

TATA CARA PEMBERIAN DAN PELAKSANAAN

JAMINAN KELAYAKAN USAHA

I. Tata Cara Pemberian Jaminan Kelayakan Usaha

A. Pra-Permohonan

1. Apabila PT PLN Persero bermaksud untuk mengajukan

permohonan Jaminan Kelayakan Usaha, PT PLN (Persero) dapat

mengkonsultasikan maksudnya tersebut dengan Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini

Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara, sebelum

Permohonan diajukan.

2. Konsultasi dimaksud bertujuan agar pengajuan permohonan

Jaminan Kelayakan Usaha pada saatnya dapat

dilakukansesuai dengan tata cara dan memenuhi segala

persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, sehingga

proses pemberian Jaminan Kelayakan Usaha yang meliputi

evaluasi, penerbitan persetujuan prinsip dan penerbitan

Jaminan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

3. Dalam pelaksanaan konsultasi, Direktorat Pengelolaan Risiko

Keuangan Negara wajib memberikan penjelasan kepada PT PLN

(Persero) mengenai tata cara dan persyaratan-persyaratan yang

diberlakukan, serta memberikan pengarahan kepada PT PLN

(Persero) dalam menyiapkan persyaratan-persyaratan

sebagaimana dimaksud.

B. Pengajuan Permohonan

1. PT PLN (Persero) mengajukan Permohonan Jaminan Kelayakan

Usaha kepada Menteri melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan

www.peraturan.go.id

Page 35: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-35-

Pembiayaan dan Risiko sebelum melakukan pengadaan BUPTL.

2. Permohonan dimaksud disampaikan dengan melampirkan

dokumen paling kurang sebagai berikut:

a. Kajian kelayakan operasi/proyek;

b. Rancangan PJBTL;

c. Financial model proyek untuk perhitungan Harga Perkiraan

Sendiri (HPS/Owner’s Estimate) beserta besaran financing

cost yang digunakan dalam perhitungan;

d. Surat pernyataan dari PT PLN (Persero) mengenai kewajaran

perhitungan Harga Perkiraan Sendiri (HPS/Owner’s

Estimate);

e. Analisa risiko dan Mitigasi Risiko antara lain terkait dengan

pengadaan lahan proyek, kelayakan lingkungan dan

pendanaan;

f. Dokumen pengadaan yang didalamnya telah menyatakan

adanya Jaminan Kelayakan Usaha berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2016, apabila dilakukan proses

pengadaan BUPTL.

C. Evaluasi

1. Evaluasi terhadap permohonan Jaminan Kelayakan Usaha

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan

dan Risiko dalam hal ini Direktorat Pengelolaan Risiko

Keuangan Negara.

2. Dalam rangka evaluasi permohonan Jaminan Kelayakan Usaha,

Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara dapat meminta

masukan dari Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan,

dan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan melalui Biro

Hukum.

3. Evaluasi dimulai sejak permohonan Jaminan diterima dan

seluruh lampiran dimaksud telah tersedia lengkap.

4. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko cq.

Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

memberitahukan kepada PT PLN (Persero) mengenai

dimulainya evaluasi.

5. Dalam hal permohonan Jaminan Kelayakan Usaha telah

diterima namun lampiran tidak tersedia lengkap, Direktorat

www.peraturan.go.id

Page 36: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -36-

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyampaikan

pemberitahuan kepada PT PLN (Persero) mengenai kondisi

dimaksud, disertai dengan permintaan untuk melengkapi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu paling

lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

6. Evaluasi dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan

dokumen dan informasi-informasi yang tersedia dalam

Permohonan Jaminan beserta seluruh lampirannya.

7. PT PLN (Persero) bertanggung jawab terhadap kebenaran

dokumen dan infomasi yang tersedia.

8. Dalam rangka pelaksanaan evaluasi, Direktorat Pengelolaan

Risiko Keuangan Negara dapat meminta keterangan atau

penjelasan dari PT PLN (Persero).

9. Hasil evaluasi dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi.

10. Berdasarkan hasil evaluasi, Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko menyampaikan rekomendasi kepada

Menteri mengenai penerbitan persetujuan prinsip.

11. Rekomendasi dimaksud memuat hal-hal mengenai:

a. hasil evaluasi atas permohonan Jaminan Kelayakan Usaha;

dan

b. usulan penerbitan persetujuan prinsip.

D. Penerbitan Persetujuan Prinsip

1. Persetujuan prinsip diterbitkan dalam jangka waktu 25 (dua

puluh lima) hari kerja setelah Permohonan Jaminan Kelayakan

Usaha diterima dan dinyatakan lengkap.

2. Permohonan Jaminan Kelayakan Usaha tidak dianggap telah

diterima apabila tidak disusun dan disampaikan sesuai dengan

cara sebagaimana dimaksud pada butir B.

3. Menteri mendelegasikan penerbitan persetujuan prinsip kepada

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

4. Persetujuan prinsip diterbitkan dalam bentuk surat yang

ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan

dan Risiko, dan ditujukan kepada Direktur Utama PT PLN

(Persero) dengan melampirkan rancangan surat jaminan

kelayakan usaha yang memuat masa berlaku Jaminan

Kelayakan Usaha.

www.peraturan.go.id

Page 37: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-37-

5. Setelah memperoleh persetujuan prinsip, PT PLN (Persero)

melanjutkan proses pengadaan BUPTL.

6. Persetujuan prinsip tidak menimbulkan akibat hukum apapun

kepada Pemerintah, dan Pemerintah tidak terikat untuk

memberikan atau melaksanakan jaminan apapun kepada

pihak manapun hingga diterbitkannya Jaminan Kelayakan

Usaha.

E. Penerbitan Jaminan

1. Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

a. Jaminan Kelayakan Usaha diterbitkan setelah

penandatanganan PJBTL

b. Mengenai tata cara penerbitan Jaminan Kelayakan Usaha

pada Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi,

berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil pengadaan BUPTL, PT PLN (Persero)

memberitahukan permintaan kesiapannya untuk

menandatangani PJBTL kepada Menteri melalui

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko, disertai dengan permintaan untuk menerbitkan

Jaminan Kelayakan Usaha.

2) Pemberitahuan dimaksud disampaikan dengan

melampirkan dokumen paling kurang sebagai berikut:

a) Surat pernyataan dari PT PLN yang menyatakan

bahwa proses pengadaan BUPTL telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan;

b) Surat pernyataan dari PT PLN (Persero) yang

menyatakan bahwa Perjanjian Joint Venture telah

memenuhi kriteria sebagaimana diatur di dalam

Pasal 9 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016,

apabila dilakukan penandatanganan perjanjian

Joint Venture antara anak perusahaan PT PLN

dengan BUMN Asing;

c) Surat persetujuan harga jual listrik dari Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal tidak

terdapat ketentuan perundang-undangan yang

www.peraturan.go.id

Page 38: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -38-

mengatur mengenai harga jual listrik atau surat

pernyataan dari Direktur Utama PT PLN (Persero)

yang menyatakan harga jual listrik telah sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan;

d) Surat Pernyataan dari Menteri BUMN yang

memastikan kemampuan PT PLN (Persero) untuk

memenuhi kewajiban finansialnya kepada BUPTL;

dan

e) Dokumen yang disampaikan oleh BUPTL kepada

PT PLN (Persero) yang berisi:

(1) Surat dari

Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

penerbit Izin Usaha Pertambangan Panas

Bumi (IUP) sesuai kewenangannya, yang

menyatakan bahwa:

(a) lelang wilayah kerja pertambangan

panas bumi telah dilakukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-

undangan;

(b) Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi

berlaku dan akan terus berlaku

sampai dengan waktu masa

berlakunya, kecuali diserahkan

kembali oleh pemegang Izin Usaha

Pertambangan Panas Bumi (IUP) atau

dicabut oleh

Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

sesuai dengan Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi;

dan

(c) sesuai dengan kewenangannya dan

sepanjang segala persyaratan

telah dipenuhi,

Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota

akan menerbitkan izin-izin lainnya

yang diperlukan oleh BUPTL

www.peraturan.go.id

Page 39: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-39-

berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Laporan yang harus disiapkan oleh BUPTL

yang berisi hasil:

(a) studi geosains (geologi, geofisika, dan

geokimia);

(b) Magneto-Telluric (MT); dan

(c) pengeboran landaian suhu atau kegiatan

sejenis lainnya yang menunjukkan

potensi cadangan panas bumi.

3) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud

pada butir 1), Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko dalam hal ini Direktorat

Pengelolaan Risiko Keuangan Negara melakukan

verifikasi.

4) Berdasarkan hasil verifikasi dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

menyampaikan rekomendasi kepada Menteri untuk

menerbitkan Jaminan Kelayakan Usaha.

5) Menteri menerbitkan Jaminan Kelayakan Usaha

merujuk kepada rekomendasi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

2. Proyek Pembangkit Selain Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi

a. Jaminan Kelayakan Usaha Diterbitkan Setelah

Penandatanganan PJBTL.

b. Mengenai tata cara penerbitan Jaminan pada Proyek

Pembangkit Selain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi,

berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil pengadaan BUPTL, PT PLN (Persero)

memberitahukan permintaan kesiapannya untuk

menandatangani PJBTL kepada Menteri melalui

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko, disertai dengan permintaan untuk menerbitkan

Jaminan Kelayakan Usaha.

2) Pemberitahuan dimaksud disampaikan dengan

melampirkan dokumen paling kurang sebagai berikut:

www.peraturan.go.id

Page 40: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -40-

a) Surat pernyataan dari PT PLN (Persero) yang

menyatakan bahwa proses pengadaan BUPTL

telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan, apabila dilakukan proses

pengadaan BUPTL;

b) Surat pernyataan dari PT PLN (Persero) yang

menyatakan bahwa Perjanjian Joint Venture telah

memenuhi kriteria sebagaimana diatur di dalam

Pasal 9 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016,

apabila dilakukan penandatanganan perjanjian

Joint Venture antara Anak Perusahaan PT PLN

dengan BUMN Asing;

c) Surat persetujuan harga jual listrik dari Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal tidak

terdapat ketentuan perundang-undangan yang

mengatur mengenai harga jual listrik atau surat

pernyataan dari Direktur Utama PT PLN (Persero)

yang menyatakan harga jual listrik telah sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan; dan

d) Surat Pernyataan dari Menteri BUMN yang

memastikan kemampuan PT PLN untuk

memenuhi kewajiban finansialnya kepada BUPTL.

3) Berdasarkan pemberitahuan dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam

hal ini Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

melakukan verifikasi.

4) Berdasarkan hasil verifikasi dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan

untuk menerbitkan surat Jaminan Kelayakan Usaha.

5) Menteri menerbitkan Jaminan Kelayakan Usaha

merujuk kepada rekomendasi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

3. Proyek Pembangkit Listrik Penambahan Kapasitas Pembangkit

pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang Telah Beroperasi

di Lokasi yang Sama

www.peraturan.go.id

Page 41: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-41-

a. Jaminan Kelayakan Usaha Diterbitkan Setelah

Penandatanganan PJBTL.

b. Mengenai tata cara penerbitan Jaminan pada Proyek

Pembangkit Penambahan Kapasitas Pembangkit pada Pusat

Pembangkit Tenaga Listrik yang Telah Beroperasi di Lokasi

yang Sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil pengadaan BUPTL, PT PLN (Persero)

memberitahukan permintaan kesiapannya untuk

menandatangani PJBTL kepada Menteri melalui

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko, disertai dengan permintaan untuk menerbitkan

Jaminan Kelayakan Usaha.

2) Pemberitahuan dimaksud disampaikan dengan

melampirkan dokumen paling kurang sebagai berikut:

a) Surat pernyataan dari PT PLN (Persero) yang

menyatakan bahwa proses pengadaan BUPTL

telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan;

b) Surat persetujuan harga jual listrik dari Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal tidak

terdapat ketentuan perundang-undangan yang

mengatur mengenai harga jual listrik atau surat

pernyataan dari Direktur Utama PT PLN (Persero)

yang menyatakan harga jual listrik telah sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan;

c) Dokumen yang disampaikan oleh BUPTL kepada

PT PLN (Persero) yang mengidentifikasi terdapat

fasilitas yang digunakan bersama;

d) Dokumen yang disampaikan oleh BUPTL kepada

PT PLN (Persero) mengenai komposisi pemegang

saham pengendali sebelum penambahan

kapasitas Proyek Pembangkit Listrik dan pada

saat penambahan kapasitas Proyek Pembangkit

Listrik yang telah beroperasi di lokasi yang sama,

dalam hal proyek pembangkit dimaksud ekspansi

dari pembangkit BUPTL yang telah ada; dan

www.peraturan.go.id

Page 42: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -42-

e) Surat Pernyataan dari Menteri BUMN yang

memastikan kemampuan PT PLN untuk

memenuhi kewajiban finansialnya kepada BUPTL.

3) Berdasarkan pemberitahuan dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam

hal ini Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

melakukan verifikasi.

4) Berdasarkan hasil verifikasi dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

menyampaikan rekomendasi kepada Menteri untuk

menerbitkan surat Jaminan Kelayakan Usaha.

5) Menteri menerbitkan Jaminan Kelayakan Usaha

merujuk kepada rekomendasi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

4. Proyek Pembangkit Listrik Penambahan Kapasitas Pembangkit

pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang Telah Beroperasi

di Lokasi yang Berbeda pada Sistem Setempat.

a. Jaminan Kelayakan Usaha Diterbitkan Setelah

Penandatanganan PJBTL.

b. Mengenai tata cara penerbitan Jaminan Kelayakan Usaha

pada Proyek Pembangkit Listrik Penambahan Kapasitas

Pembangkit pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang

Telah Beroperasi di Lokasi yang Berbeda pada Sistem

Setempat, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil pengadaan BUPTL, PT PLN (Persero)

memberitahukan permintaan kesiapannya untuk

menandatangani PJBTL kepada Menteri melalui

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

Risiko, disertai dengan permintaan untuk menerbitkan

Jaminan.

2) Pemberitahuan dimaksud disampaikan dengan

melampirkan dokumen paling kurang sebagai berikut:

a) Surat pernyataan dari PT PLN yang menyatakan

bahwa proses pengadaan BUPTL telah

dilaksanakan melalui mekanisme pemilihan

langsung yang diikuti oleh minimal 3 (tiga) peserta

yang memenuhi syarat teknis, administratif dan

www.peraturan.go.id

Page 43: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240-43-

keuangan;

b) Surat pernyataan dari PT PLN yang menyatakan

bahwa harga jual listrik yang diberikan oleh

BUPTL lebih rendah dari harga terendah

pembangkit sejenis yang sudah

dilelang/beroperasi dalam system dan sudah

diverifikasi oleh pihak independent;

c) Surat yang disampaikan oleh BUPTL kepada PT

PLN (Persero) yang menyatakan bahwa BUPTL

memiliki pengalaman dan menguasai teknologi;

d) Dokumen komposisi pemegang saham pengendali

sebelum penambahan kapasitas Proyek

Pembangkit Listrik dan pada saat penambahan

kapasitas Proyek Pembangkit Listrik yang telah

beroperasi di lokasi yang sama, dalam hal proyek

pembangkit dimaksud ekspansi dari pembangkit

BUPTL yang telah ada; dan

e) Surat Pernyataan dari Menteri BUMN yang

memastikan kemampuan PT PLN untuk

memenuhi kewajiban finansialnya kepada BUPTL.

3) Berdasarkan pemberitahuan dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam

hal ini Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara

melakukan verifikasi.

4) Berdasarkan hasil verifikasi dimaksud, Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

menyampaikan rekomendasi kepada Menteri untuk

menerbitkan Jaminan Kelayakan Usaha.

5) Menteri menerbitkan Jaminan Kelayakan Usaha

merujuk kepada rekomendasi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

II. Pelaksanaan Jaminan

A. Dalam hal PT PLN (Persero) mengalami kesulitan atau

memperkirakan bahwa PT PLN (Persero) tidak mampu untuk

memenuhi Kewajiban Finansial yang dijamin kepada Penerima

www.peraturan.go.id

Page 44: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1240-2016.pdf · 2016, No.1240-5-Pengembang Pembangkit Listrik dan anak perusahaan PT PLN (Persero)

2016, No.1240 -44-

Jaminan, PT PLN (Persero) menyampaikan mengenai hal tersebut

kepada Menteri.

B. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud memuat keterangan sebagai

berikut:

1. kemungkinan ketidakmampuan PT PLN (Persero) memenuhi

kewajiban finansialnya kepada BUPTL;

2. langkah awal yang akan dilakukan oleh PT PLN (Persero) untuk

mengatasi kemungkinan dimaksud.

C. Pemerintah melalui Menteri melakukan cara-cara sesuai dengan

kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan

untuk memastikan PT PLN (Persero) senantiasa memiliki

kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial yang dijamin

kepada Penerima Jaminan Kelayakan Usaha sesuai dengan surat

jaminan.

D. Selanjutnya, PT PLN (Persero) melakukan pembayaran atas setiap

kewajiban finansialnya yang dijamin berdasarkan surat jaminan

kepada Penerima Jaminan.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SRI MULYANI INDRAWATI

www.peraturan.go.id