panjhak sebagai agejn pengembang karakter dalam …

13
Panjhdk Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya / !.) PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER BUDAYA DALAM MASYARAKAT MADURA DI SITUBONDO Panakajaya Hidayatullah Fakultas llmu BudayaUnivcrsitas Jcmbcr .11. Kalimantan No.37. Sumbersari, Jember panakajaya.hidayatul 1ah @gmai 1.com Naskah masuk: 07-08-2017 Revisi akhir: 27-10-2017 Disetujui terbit: 06-11-2017 PANJHAKAS AN AGENT OF DEVELOPMENT FOR CHARACTER OF CULTURE Abstract This article is a result of art etnographic research that uses anthropological and historical perspective. This article looks at 1) the meaning of panjhak for the Madurese in Situbondo; 2) therole of panjhdk as of an agent in the development of the character of culture in Situbondo; 3) the relation between panjhdk analhe Madurese in Silubonao. The result shows that for the Madurese in Silubondo, panjhak ia a figure that represents a 'ghuru'. A panjhdk has a capability to articulate social and religious values to the people. The panjhdk and the society has a dialectical relation which builds and developsthe character of culture in Situbondo. The panjhdk plays his role as an agent in the development of the character of culture through self-refection ana constructing cultural identity in the performing arts. Keywords: panjhdk, ghuru, Madurese, Situbondo, performing arts Abstrak Tulisan ini merupakan basil penelitian etnografi dengan menggunakan perspektif historis pologis. Secara komprehensif artikel ini menetaan tentang; I) Mcikna panjhak bagi masyarakat Madura ai Situbondo; 2). Penm panjhdk sebagai agen pengembang karakter' budaya di Silubondo, serta; 3) Relasi antara panjhdk dengan masyarakat Madura di Situbondo. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam konteks masyarakat Madura di Situbondo, panjhdk dimaknai sebagai figur yang mewakili tokoh ’ghuru'. Ja niarnpu mengartikulasikan nilai religiusitas dan sosial kcpacla masyarakat. Panjhdk dan masyarakat merupakan suatu jalinan relasi dialektik yang mampu membangim dan mengembangkan karakter budaya di Situbondo. Panjhdk menjalankan peran pentingnya sebagai agen pengembang karakter budaya melalui refleksi dan konstruksi identitas kultural dalam karva seni pertunjulumyang bersifal esietik dan simbolik. Kata Kunci: Panjhdk, figur-tokoh, ghuru, Madura-Silubondo, seni perlunjukan antra kctaatan, kctundukan, dan kcpasrahan terhadap keempat figur tersebut.1 Figur pertama dan kedua (orang lua) dalam kchidupan sosial-budaya dimaknai sebagai representasi dari institusi keluarga; figur keliga (kiai/ulama) merupakan wujud dan representasi dari dunia ukhrowi ( sacred world); figur keempat (raja/pemimpin) merupakan wuj ud dan representasi dari dunia profan {profane world).2 Pandangan tersebut tumbuh menjadi sikap kebudayaan yang mengikat, dan dianggap sebuah penyim- I. PENDAHULUAN Masyarakat Madura memiliki pandang¬ an yang unik perihal sosok figur panutan (ditokohkan) dalam rclasi sosialnya. Pandangan tersebut terepresentasidalam ungkapan kultural bhuppa bhdbiT, ghuru, rato(orang tua ayab/ibu; guru dalam bal ini merujuk kepada figur kiai/ulama; dan raja yakni pemerintah atau pemimpin formal). Hal ini mcnccrminkan babwa masyarakat Madura secara hirarkis memiliki sikap Siti Munawaroh, "Iviai pada Masyarakat Desa Kotah Madura, " dalam Jurnal Jantra Vol. 1 0, No, 1 , 2015, him, 91. Z A, LatifWiyata, Mencari Madura (Jakarta: Bidik-Phroncsis Publishing, 2013), him. 50, 139

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhdk Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya /!.)

PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER BUDAYADALAM MASYARAKAT MADURA DI SITUBONDO

Panakajaya HidayatullahFakultas llmu BudayaUnivcrsitas Jcmbcr

.11. Kalimantan No.37. Sumbersari, [email protected]

Naskah masuk: 07-08-2017Revisi akhir: 27-10-2017

Disetujui terbit: 06-11-2017

PANJHAKAS AN AGENT OF DEVELOPMENTFOR CHARACTER OF CULTURE

AbstractThis article is a result of art etnographic research that uses anthropological and historical

perspective. This article looks at 1) the meaning of panjhak for the Madurese in Situbondo; 2) theroleof panjhdk as of an agent in the development of the character of culture in Situbondo; 3) the relationbetween panjhdk analhe Madurese in Silubonao. The result shows that for the Madurese in Silubondo,panjhak ia a figure that represents a 'ghuru'. A panjhdk has a capability to articulate social andreligious values to the people. The panjhdk and the society has a dialectical relation which builds anddevelopsthe character of culture in Situbondo. The panjhdk plays his role as an agent in thedevelopment of the character of culture through self-refection anaconstructing cultural identity in theperforming arts.

Keywords: panjhdk, ghuru, Madurese, Situbondo, performing arts

AbstrakTulisan ini merupakan basil penelitian etnografi dengan menggunakan perspektif historispologis. Secara komprehensif artikel ini menetaan tentang; I) Mcikna panjhak bagi masyarakat

Madura ai Situbondo; 2). Penm panjhdk sebagai agen pengembang karakter' budaya di Silubondo,serta; 3) Relasi antara panjhdk dengan masyarakat Madura di Situbondo. Hasil kajian menunjukkanbahwa dalam konteks masyarakat Madura di Situbondo, panjhdk dimaknai sebagai figur yangmewakili tokoh ’ghuru'. Ja niarnpu mengartikulasikan nilai religiusitas dan sosial kcpacla masyarakat.Panjhdk dan masyarakat merupakan suatu jalinan relasi dialektik yang mampu membangim danmengembangkankarakter budaya di Situbondo.Panjhdk menjalankan peran pentingnya sebagai agenpengembang karakter budaya melalui refleksi dan konstruksi identitas kultural dalam karva senipertunjulumyang bersifal esietik dan simbolik.

Kata Kunci: Panjhdk, figur-tokoh, ghuru, Madura-Silubondo, seni perlunjukan

antra

kctaatan, kctundukan, dan kcpasrahanterhadap keempat figur tersebut.1 Figurpertama dan kedua (orang lua) dalamkchidupan sosial-budaya dimaknai sebagairepresentasi dari institusi keluarga; figurkeliga (kiai/ulama) merupakan wujud danrepresentasi dari dunia ukhrowi (sacredworld); figur keempat (raja/pemimpin)merupakan wujud dan representasi dari duniaprofan {profane world).2 Pandangan tersebuttumbuh menjadi sikap kebudayaan yangmengikat, dan dianggap sebuah penyim-

I. PENDAHULUANMasyarakat Madura memiliki pandang¬

an yang unik perihal sosok figur panutan(ditokohkan) dalam rclasi sosialnya.Pandangan tersebut terepresentasidalamungkapan kultural “ bhuppa bhdbiT, ghuru,rato” (orang tua ayab/ibu; guru dalam bal inimerujuk kepada figur kiai/ulama; dan rajayakni pemerintah atau pemimpin formal).Hal ini mcnccrminkan babwa masyarakatMadura secara hirarkis memiliki sikap

Siti Munawaroh, "Iviai pada Masyarakat Desa Kotah Madura, "dalam Jurnal Jantra Vol. 10, No, 1, 2015, him, 91.Z A, LatifWiyata, Mencari Madura (Jakarta: Bidik-Phroncsis Publishing, 2013),him. 50,

139

Page 2: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Desembcr 2017 ISSN 1907-9605

pangan sosial bagi siapasajayang melanggarnorma lersebut.

Scbagaimana scbuab nilai kcbudayaanyang ntuh dan menubuh dalam diri masya-rakatnya, pandangan perihal figur panutantidak hanya bcrlaku bagi masyarakat Maduraasli (pulau Madura), namun juga berlaku bagimasyarakat Madura migran di daerahpcrantauan, tidak tcrkccuali di SitubondoJawa Timur. Kehadiran masyarakat Maduradi Situbondo sudah berlangsung sejak lama,bcriringan dcngan proses migrasi orangMadura ke Jawa Timur yang ber-langsungsebelum abad ke 19.' Migrasi bukan sekedarperpindahan sckclompok manusia, namunjuga meinbawa serta kebudayaan aslinya. DiSitubondo, komunitas Madura menjadimasyarakat dominan (mayoritas), yanghidup bersama dengan komunitas etnik lainseperti Jawa,Arab, dan Tionghoa. Keberada-anya di luar pulau Madura serta persinggung-annya (kontak kebudayaan) dengan masya¬rakat Silubondo melahirkan kebudayaanyang unik dan berbeda dari kebudayaan diPulau Madura. Hal itu terepresentasikandalam corak kesenian,4 bahasa, pandanganbidup,serta sikap kebudayaannya.

Perihal pandangannya terhadap sosokfigur panutan, masyarakat Madura diSitubondo masih mcncrapkan pandanganprimordialnya. Meski berpedoman padapandangan yang sama, namun padakenyataannya masyarakat Madura diSitubondo memaknai dan mengartikulasikandengan cara mereka sendiri. Merujuk padaungkapan“bhuppa1, bhdbu', ghuru, rato”, diSitubondo terma“gkuru” yang merujuk padasosok kiai/ulama, bisa dimaknai secaradinamis. Ghuru dimaknai sebagaisubjekyang memiliki pengetahuan religiusitas.Makna ghuru dalam budaya Madura diSitubondodapat ditclaab mclalui peranpanjhdk (seniman) dalamseni pertunjukan,salah satunya yaitu dalam seni drama A1

Badar.

Drama A1 Badar merupakan senipertunjukan berbahasa Madura yangberkembang sejak tahun 1960-an. Senitersebut menarasikan kisah-kisah islami(tentang kisah nabi dan rasul) yang dikemasdalam konsep drama musikal dengan latarArab-India, serta iringan musik dangdutMadura. Mcnurut pandangan masyarakatMadura di Situbondo, drama A1 Badarmerupakan penggambaran sosok ghuru.Mcngcdukasi sccara clcsplisit maupunimplisit tentang nilai agama dan budaya sertamedia untuk merelleksikan kondisi sosialmasyarakat Madura di Situbondo.5

Berdasarkan gambaran singkatmengenai konteks kebudayaan serta pan¬dangan masyarakat Madura di Situbondo,secara khusus artikel ini akan menelaahtentang;1). Makna panjhdk bagi masyarakatMadura di Situbondo; 2). Peran panjhdk(seniman/pelaku seni drama A1 Badar)sebagai agen pengembang karakter budaya diSitubondo serta; 3) Rclasi antara panjhdkdengan masyarakat Madura di Situbondo.Penelitian ini mempakan penelitian etnografidengan menggunakan perspektif historis danantropologis.

II. PANJHAK DALAM KONTEKSBUDAYA MADURA DI SITU¬BONDOTerminologi panjhdk dalam Bahasa

Madura adalah pemain atau pemukul musikgamclan, kadang menjadi penyanyi ataupenari.6 Panjhdk bagi masyarakat Madura diSitubondo secara umum dimaknai sebagaipclaku seni pertunjukan atau profesi yangberkaitan dengan dunia panggung hiburan.Beberapa di antaranya meliputi tokangkejhung (penembang), tokang tabbhu atautokang musik (pemain musik/gamelan),pemain drama yang meliputi sen (pemeran

Laurence Hudson,“Fight Centuries Of Madurese Migration loEasUava”, dalam Asian and Pasific Migration Journal, Vol. 6. No. 1,1997.him. 79.

Panakajaya Hidayatullah, “Musik dan Idcntitas: Kajian Tentang Musik Dangdut Madura di Situbondo". Tcsis S2 Pcngkajian SeniPerlunjukan dan Seni Rupa. UGM.2016, hhn.42.

WawancaraKulunuk selakubudayawan di Situbondopada larggal 3 April 201 6di KampungT.angai, Panarukan, Silubondo.Pawitra Adrian, Kamust.engkapRahasa Madura Indonesia (Jakarta: Dian Rakyat,2009), him, 523.

140

Page 3: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhdk Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya /!.)

protagonis)dan moso (pemeran antagonis),pelawak, serta penari. Secara khusus panjhdkdimaknai sebagai pemain drama/teatertradisional Madura.7 Bcrikut akan dijclaskanbeberapa jenis teater/drama yang berkem-bang di Situbondo, guna memberikanpcnjclasan yang komprchcnsif tcntang pcrandan makna panjhdk bagi masyarakat dalamkonteks budaya Madura di Situbondo.A. Teater Drama Tradisional di Situ¬

bondoDi Situbondo tcrdapat beberapa genre

teater/drama tradisional Madura yangberkembang sejak lama diataranya ialahtopeng kerte, loddrok katoprak, dan A1Badar. Semua genre teater tradisional di atasmenggunakan terminologi panjhdk untukmcnycbutpclaku seninya.

Topeng kerte merupakan pertunjukantcatcr musikal dengan topeng dan tarian,disutradarai oleh seorang pencerita yaknidhalang.Tetma. kerte diambil berdasarkannama scorang dalang dari Madura yangbermigrasi ke Situbondo sejak tahun 1930-anbernama Kertisuwignyo.* Bentuk pertunju¬kan topeng kerte memiliki banyak kesamaandengan pertunjungan wayang topeng diMadura. Bouvier menyebut genre ini sebagai'kesenian mandiri', karena hanya dimotorioleh pcran scntral scorang dalang.5Pertunjukan topeng kerte biasanya mengang-kat lakon dari adegan wiracarita Ramayamdan Mahahharata, yang dikemas denganmenggunakan bahasa Madura.Selain peransentral seorang dalang, pertunjukan kertejuga bergantung pada performa para panjhdkyang memerankan beberapa tokoh dalamcerita. Berfokus pada gerakan badan, seorangpanjhdk dituntut untuk merespon dengancepat narasi serta percakapan yang diucap-kan oleh dalang. Saat ini, terdapat beberaparombongan (kclompok) kerte yang masihaktif melakukan pertunjukan di wilayah

Situbondo, yakni romhnngan milik K.iDalang Kadaryono, Suratin dan Suhawi-yanto. Pertunjukan wayang kerte biasanyadigclar scmalam suntuk dalam aearaperkawinan, selamatan desa, khitanan, sertahajatanlaiimya.

Berbeda dari topeng kerte, pertunjukanloddrok dan katoprak adalah genre teatermusikal tanpa topeng. Mcnurut Bouvicr,terminologi loddrok digunakan secaraberubah-ubah, berasal dari bahasa Jawa yangdiscrap oleh bahasa Indonesia. Secara umumada dua istilah yang berasal dari Jawa untukmenamai genre tersebut yakni ludnik danketoprak.10 Di Situbondo sendiri, tcrminologiini bisa digunakan secara berbeda menurutbentuk pertunjukannya. Pada umumnyaloddrok mengangkat ccrita tcntang kondisisosial masyarakat Madura, seluk belukfenomena dan permasalahan sosial yangscring terjadi atau sedang marak, contohnyatentang kemiskinan, perselingkuhan,korupsi, dan laimiya.11 Sedangkan katoprakmengangkat kisah tcntang sejarah, kisahkerajaan dan legenda-legenda yang ber¬kembang dalam budaya Madura. Dari segikostum, loddrok menggunakan kostumkeseharian masyarakat Madura, sedangkankatoprak menggunakan kostum ala kerajaanJawa.'“

Sebuah rombongan loddrok dankatoprak terdiri dari pemain laki-laki danperempuan. Scbclum tahun 90-an parapemain drama seluruhnya adalah laki-laki,karena saat itu pemain perempuan yang naikpentas masih dianggap tabu bagi masyarakatMadura. Oleh karena itu, pemeran perem¬puan diperankan oleh panjhdk laki-laki yangberbusana perempuan. Pertunjukan loddrokdan katoprak diiringi oleh seperangkat musikgamelan Madura (klenengan). Sebelumpertunjukan drama dimulai, acara diawalioleh pertunjukan tari remo dan sajian lawak.Adapun rombongan loddrok yang pernah ada

WawancaraKutunuk selakubudayawan di Situbondo pada tanggal 3 April 2016di KampungLangai, Pararukan,Situbondo.Helen Bouvier, Leburt: Seni MusikdanPertunjukan dalam Masyarakat Madura (Jakarta:YayasanObor Indonesia, 2002),him. 120.

“ Ibid.10 Ibid. Him. 132.

WawaucaraKiminulcsclaku budayawandiSimbondo pada tanggal3April 2016di Kampung Langai, Panarukan, Situbondo.WawancaraKuninuksclakn budayawan di Situbondo pada tanggal3April 2016di Kampuiig Langai, Panarukan, Situbondo.

141

Page 4: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Descmbcr 2017 ISSN 1907-9605

di Situbonodo adalah grup gangsing,sedangkan rombongan katoprak adalah grupKarya Famili. Selain rombongan dariSitubondo, juga banyak dikcnal olchmasyarakat rombongan dari pulau Maduranamun sering mengadakan pentas diSitubondo yakni Rukun Famili, dan RukunKarya.

program-program kebudayaan Lesbumi.Lesbumi yang diketuai oleh Mukrimembawahi beberapa kelompok kesenianantara lain, drama A1 Badar Lcsbumi,samroh, hadrah dan drum band.15 Naina A1Badar merujuk pada sebuah peristiwa perangyang dikcnal olch umat muslim dcnganperang badar. Bouvier mengatakan bahwaBadar adalah padanan bahasa Arab dariistilah Kemala (bahasa Sansckcrta) yangdigunakan oleh kelompok loddrok di pulauMadura.16 Penggunaan namaAl Badar berartibahwa rombongan drama tcrscbut mcm-posisikan diri di dalam konteks Islam, sesuaidengan tujuan berdirinya yang notabenebcrada dalam naungan Lcsbumi. Padaawalnya pertunjukan ini bersifat syiar dandakwah islami, ditujukan untuk menarikminat masyarakat agar mcngikuti kcgiatanpangajhian (pengajian). Selain itu, Al Badarjuga dijadikan sebagai motor propagandaidcologi politik partai NU dan sebagai alatuntuk memobilisasi tnassa.'7

Drama Al Badar mempakan pertunjuk¬an drama musikal, yang diperankan olehbeberapa panjhdk laki-laki (sama seperlifenomena pertunjukan loddrok dan kerte),dengan menggunakan bahasa Madura danmengangkat kisah bertema islami. Beberapakisah yang diangkat dalam pertunjukan ialahkisah Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Bilal, UmarBin Khattab serta kisah-kisah islami lainnya.Bentuk pertunjukannya mengadaptasi filmIndia, yakni drama yang disclingi nyanyiandangdut Madura dengan latar India danArab.Bentuk hibrid tersebut dipengaruhi olehpolitik Sockarno pada tahun 50-an yang antiterhadap imperealisme Barat, sehinggamenyuburkan industrialisasi film dari Indiadan Arab.18 Bisa dikatakan bahwa Al Badarmerupakan produk apropriasi budaya globalyang dikemas dengan sensibilitas lokalmasyarakat Madura Situbondo di era 60-an.

Pada umumnya panjhdk mcmiliki peranyang sama dalam setiap bentuk senipertunjukan yang ada. Panjhdk berperansebagai agcn/cksckutor yang mcnjalankanfungsi dalam pelembagaan seni pertunjukan.Seni pertunjukan sebagai manifeslasi dariperasaan manusia yang diungkapkan mclaluimedia gerak, laku, akting, bunyi dan suaramengandung berbagai macam fungsi sosial,yaitu: 1). Sebagai bentuk ritual yangberkaitan dengan kepercayaan dan religi; 2)Sebagai suatu penguat pergaulan sosial; 3)Sebagai alat pendidikan; 4) Sebagai alatpenyembuhan dan terapi; 4)Sebagai ekspresiartistik-esletis.11Berdasarkankeempat fungsidi atas, peran panjhdk menjadi jelas dalampranata sosial masyarakat Madura diSitubondo. Ia merupakan subjek yangdimaknai sebagai sosok ghuru,seearakonseptual peran dan fungsi nya telahterwakili melalui esensinya dalam panggungseni pertunjukan.B. Panjhdk dalam DramaAl Badar

Al Badar merupakan nama rombongan(kclompok/grup) drama yang pertama kalimuncul pada tahun 1960-an di Situbondo,dan kemudian digunakan oleh masyarakatuntuk mcnamai jenis drama tcrscbut.Berawal ketika tahun 60-an partai NUmendirikan Lesbumi (Lembaga SenimanBudayawan Indonesia). Lcsbumi mcrupakanbadan otonom yang menaungi beberapakelompok seniman dan budayawan, dibentukpada tahun 1 962.14 Situbondo sebagai dacrahberbasis NU pada masa itu, ikut mengawal

Y. SumandiyoUa&uSeniPertimjitkun dan Masyarakat Penonlon (Yogyakarta: UP1S1Yoeyakarta, 2012),him. 45.14 Choirotun Chisaan, Lesbumi:Sirutegi Politik Kebudayaan ( Yogyakarta: LK.1S, 2008), him. 117.

Wawancara Komariyah, istri dari Bapak Mukri (ketua Lcsbumi tahun I960 - 1977) pada tanggal 8 April 2016 di DcsaKesarnbirarnpak, Kapongan,Silubondo.

16 Helen Bouvier.Op.Cit,him. 1 50.WawancaraNur Hilda selakuketua Lesbumi saat ini (2016) pada tanggal 8 April 2016, di Kapongan,SitubondoAndrew N.Weintraub, Dangdut: Musik, Identitas, dan Kudaya />7<fo<7as7<7(Jak'arta:Kepustakaar Populer Oramedia, 2012),him. 64,

142

Page 5: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhdk Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya 11.)

pesantren Nurul Jadid di Probolinggo."0Sebagai seniman yang memiliki latarbelakang pendidikan di pondok pesantren,kcduanya mcmbutuhkan pcrtimbangan dankejelian tersendiri dalam mengemas bentukpertunjukan. Kisah islami yang diangkatdalam ccrita pertunjukan diadaptasi dari basilpenafsiran A1 Quran dan beberapa kitab-kitab Islam."' Dalam hal ini panjhdk menjadiagen yang mcrcprcscntasikan ccrita padakhalayak umum melalui media pertunjukan,secara implisit bisa dilcatakan berdakwahmclalui aktualisasi teks naratif yang dialihwahanakan pada media pertunjukanestetis.

Mcnurut Damono, uAlih wabana adalabproses pengalihan dari suatu jenis 'kendaraan'(media/sarana) ke jenis 'kendaraan' yanglain”.22 Wabana mcmiliki dna caknpankonsep di dalamnya, yaitu sebagai mediayang dimanfaatkan atau dipergunakan untukmengungkapkan ’sesuatu'; dan alat untukmembawa atau memindahkan 'sesuatu' darisalu tempal ke tempat lain. 'Sesuatu' yangbisa dialib-alibkan itu bcrwujud gagasan,amanat, perasaan, dan suasana.22

Merujuk pada konsep alih wahana diatas, pertunjukan drama A1 Badar mcrupakansalah satu bentuk alih wahana dalam konteksseni pertunjukan. Bermula dari mediatulisan, scbuah teks naratif dalam Al-Qurandan kitab-kitab Islam, kemudian beralihwahana menjadi media pertunjukan dankarenanya mcngalami perubahan sesuaidengan bentuk yang baru. Proses peralihanwahana tersebut membutuhkan kejelian,kctclitian serta kretivitas yang tinggi dariseorang panjhdk,agar karyaadaptasi tersebuttidak menimbulkan konllik dan perdebatandalam masyarakat, mengingat kisah yangdisadur bersumber dari kitab suci.Sebagaimana yang disampaikan olehMartono sebagai salah satu panjhdk A1 BadarMahajaya,

Sejak berdirinya di era 60-an sampaipengembangannya di era 80-an ke arahkomersial, konten cerita yang diangkat tidakpernah kcluar dari konteks ccrita islami,walaupun bentuk pertunjukannya lebihmodem (menggunakan instmmen musikclcktrik, properti panggung modern, sertasistem pertunjukan berkarcis). ' Berikut fotodokumentasi pertunjukan A1Badar di era 80-an,

. I

n)

L*

AGambar 1. Dokumcntasi Al Badar Mahajaya

(tahun 80-an) di SitubondoSumber: Koleksi Ulik dan Sajadi

Beberapa seniman yang terlibat didalam kesenian Al Badar mcrupakanseniman yang mempunyai latar belakangpendidikan Islam di pondok pesantren.Mukri sclaku ketua Lcsbumi dan pendiridrama Al Badar Lesbumi merupakanseniman lulusan pondok pesantren diSitubondo. Bcgitupun dengan Rasuk sclakupimpinan Al Badar Mahajaya yang eksis ditahun 80-an juga seniman lulusan pondok

Panakajaya ilidayatullah, “Musik dan Idcntitas: Kajian Pcntang Musik Dangdut Madura di Situbondo.” Tcsis S2 Pcngkajian ScniPertunjukan dan Scni Rupa, UGM.20 1 6,Mm. 58.

Wawancara Sajadi dan Lilik selakuadik sepupu Rasuk (Pimpinan Al Badar Mahajaya) pada langgal 1 0april 2016 di Silubondo.Wawancara Koxnaiiyah, islri (iari Bapak Mukri (kelua Lesburni tabun 1969 - 1977) pada tanggal 8 April 2016 di Desa

Kesambirampak,Kapongan,Situbondo.SapardiDjokoDamonoM/ift Wahana{.lakarta: iiditum,2012), him, 1 ,

Sapai'diDjokoDamouoJ/)iW.,hlm. 1-2.

143

Page 6: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Jantra Vol. 1 2, No. 2, Descmbcr 2017 ISSN 1907-9605

“Al Badar itu berfungsi sebagai dakwahislami tcntang ccrita Nabi dan Rasul.Mcngangkatkisah-kisah Nabi dan Rasulkala ltu tidak boleh sembarangan, harusmerujuk pada kitab agar ceritanya sesuaidan tidak menimbulkan konfliksosial”.24

III. REFLEKS1 DAN KONSTRUKSIIDENTITAS KULTURALMELALUI DRAMAALBADAR

A. Nabi Yusuf Versi Madura: RefleksiKritisAtas Wacana Kultural Dominan

Bagi masyarakat Situbondo, pcrtunjuk-an dramaA1Badar identik dengan kisah NabiYusuf.2’ Dikatakan demikian, karena darisckian banyak kisah-kisab islami yangdigelar, terbukti bahwa kisah Nabi Yusuf-lahyang paling digemari oleh masyarakat.Bcbcrapa masyarakat mcnganggap bahwakisah tersebut mampu membawa emosimereka pada tataran/tarafemosional tertentuyang sccara tidak langsung tclah mampumenyentuh sisi kemanusiaannya secaramendalam. Pertunjukan bukan sebagaitontonan hiburan scmata namun dirasakansebagai bentuk lain dari peran figur ghuruyang memberikan tuntunan dan tidaktcrkcsan mcnggurui. Sccara balus dan tanpadidikte secara dogmatis layaknya khotbah,masyarakat diajak untuk merefleksikankcmbali nilai-nilai kcmanusiaan mclaluikisah-kisahdi jaman Nabi. Perlu dijelaskanbahwa kisah Nabi Yusuf yang diaktuali-sasikan dalam pertunjukan drama A1 Badardisini tidak diterjemahkan secara literal(kaku) sebagaimana teks asli dalam A1Qurandan kitab-kitab yang lain. Narasi yangdibangun secara garis besar masih tetapsama, namun konteks latar belakang budayaaslinya tclah diapropriasi/ditcijcmahkan kcdalam sensibilitaskultur masyarakat Maduradi Situbondo.

Pertunjukan Al Badar sebagai produkapropriasi kemudian mendapat tempat di hatimasyarakat. Melalui pertunjukan Al Badar,masyarakat diajak untuk mcngcnal NabiYusuf secara intim, mempelajari ketauladan-annya, serta konteks sosial masyarakat dijamannya. Proses intimasi tersebut menjadisangat efektif karena bentuknya yang telahdiapropriasi. Secara teknis pertunjukanbcrlangsung menggunakan bahasa Madura

Berkaitan dengan konsep figur ghurudalam konteks budaya masyarakat Madura diSitubondo, sosok panjhdk merupakanpengejawantahan dari figur ghuru.Ghurudalam hal ini dilihat mclalui aktualisasi diripanjhdk sebagai subjek yang berperanmengartikulasikan pesan sosial, moral,spiritual dan pendidikan mclalui media senipertunjukan. Dalam pandangan masyarakatMadura di Situbondo, sosok panjhdk jugamcmiliki posisi tersendiri sebagai agendakwah yang efektif Sebagaimana pernyata-an seorang budayawan di Situbondo sebagaiberikut,

“Al Badar itu sangat efektif dalammengumpulkan masyarakat untuk ikutpengajian, kalau hanya pengajian saja,masyarakat tidak begitu tertarik. Jikaada drama Al Badar, masyarakat akanbetah mengikuti pengajian. A1 Badarmenyajikan kisah dan pendidikan Islammelalui seni yang menarik”.2'Bcrdasarkan bcbcrapa penjelasan di

atas, dapat dikatakan bahwa seseorang yangtelah memilih jalan hidupnya ’menjadi'pclaku seni (panjhdk) scsungguhnyabukanlah perkara yang mudah karena iaharus memiliki will-to form sebagaimanayang disebutkan oleh Herbert Read sebagaisebuah 'daya'. 6 Daya bagi seorang panjhdkadalah bagaimana ia beml-betul member-dayakan dirinya menjadi scorang 'ghuru'bagi masyarakat.

MWawaiicaraMartono sclakupamaindramaAlliadarMahajaya pada tanggal 8April 2016 diKapongan,Situbondo.WawaacaraKutunuksclaku budayawandiSitubondo pada tanggal3April 2016di Kampung Langai, Patiarukan, Situbondo.Jacni, Kaftan SeniPerltmjukan dalam PerspektifKomunikasi Seni (Bogor: PTPcncrbit1P13Press.2014), him. 115.WawancaraMartonosclakupamain dramaAl Badar Mahajaya pada tanggal 8 April 2016 di Kapongan, Situbondo.

144

Page 7: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhak Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya / 1.)

dengan seperangkat ekspresi dalam budayaMadura. Kisah Nabi Yusuf keinudianmenjadi kisah yang bercita-rasa lokal danmcnjadi sangat dckat dengan budayamasyarakat Madura di Situbondo.

Kisah Nabi Yusuf dalam drama A1 Badarbisa dikatakan sebagai bentuk refleksi kritispara panjhak alas wacana kultural dominandi Situbondo. Sebagai dacrah yang didomi-nasi oleh masyarakat beragama Islam danditopang dengan banyaknya pondokpesantren, Situbondo dikcnal sebagai kotasantri. Waeana dominan yangberkembang didalam kultur masyarakat Madura Situbondoadalab fanatismeterhadap sosok kiai.

Perlu dijelaskan terlebih dahulu perihalperspektif masyarakat terhadap kiai. Dahulumasyarakat mcmandang kiai sebagai ahliagama yang dilahirkan dan dibesarkan(dididik) oleh pesantren. Kiai menjadipenentu hidup atau matinya scbuahpesantren.28 Kiai juga merupakan sosokpemimpin agama yang menjadi penentudalam proses perkembangan sosial, kultural,dan politik/9 Saat ini kiai tidak hanyamerujuk pada sosok yang memimpinpesantren, scscorang yang mcmilikikeunggulan dalam menguasai ajaran-ajaranIslam, amalan-amalan ibadah, dan mcmilikipengaruh besar di masyarakat, scring jugadisebutkiai.'0

Dalam budaya Madura, kiai bukanbanya dimaknai sebagai pengajar agama,namun lebih dari itu yakni sebagai konsultanuntuk memecahkan masalah-masalahkchidupan.31 Kiai mendapat posisi sangatterhormat hingga istimewa, tidak heran bilasegala perintahnya akan mendapat responyang tinggi dari masyarakat babkan tidakjarang melakukan pengkultusan terhadapkiai.32

secara politis maupun budaya. Sudah bukanmenjadi rahasia umuni jika seseorang inginmencalonkan diri sebagai bupati makasewajarnya iaharus didukungtcrlcbih dahuluoleh kiai. Dalam hal yang paling ekstrim, kiaibahkan mengalami pengkultusan secarabcrlcbihan. Scgala sesuatu yang berhubung-an dengan kiai pasti dimaknai sebagaisesuatu yang sakral. Tidak jarang ditemuipula,masyarakat mclakukan penafsiran ataskejadian-kejadian dan peristiwa duniawisang kiai yang seharusnya berlangsungsecara alamiah (manusiawi) kemudiandihubung-hubungkan dengan suatu hal yangberada di luar akal sehat manusia. Masya¬rakat kemudian mcnciptakan mitos-mitosatas peristiwa tersebut.

Kcbadiran pertunjukan A1 Badar justruingin mendekonstruksi wacana dominantersebut. Alih-alih melegilimasi kesakralanfigur kiai, A1 Badar justru mempertanyakanarti kesakralan tersebut. Para panjhak meres-pon wacana dominan dengan memproduksiwacana tandingan mclalui penggambaran(citra) sosok Nabi Yusuf yang sangatmanusiawi dan memiliki segala keterbatas-an. Dalam kisahnya, Nabi Yusuf digambar-kan dan dieitrakan sebagaimana seorangmanusia biasa yang juga mengalami rasalapar, galau, cinta, sakit hati, melankolis,lugu, suka bcrcanda dan peristiwa manusiawilaimiya. Pesan yang disampaikan oleh parapanjhak melalui kisah Nabi Yusuf tidak lainadalah sebuab bentuk resistensi terhadapwacana dominan yang berkembang dalammasyarakat. Secara implisit para panjhakingin menyampaikan pesan tentangbagaimana seharusnya sikap kita terhadapsosok kiai. Melalui drama Al Badar, parapanjhak menggiring kita untuk memper¬tanyakan kembali posisi kesakralan kiai.Artinya jika seorang Nabi saja mengalamiperistiwa yang sangat manusiawi dan bisaditerima dengan akal sehat manusia,Di Situbondo kiai memiliki posisi

dominan dalam relasi sosial masyarakat, baiklr' Arifin Suryo Nugroho, “Kctcladaiiandalam Kcpcmimpinan Kiai diFondok Pesantren”, dalam Jurnal Jantra Vol. 10, No.l, Juni2015,

him. 17.29 Zamakhsyari Dholier, Tradm Pesunlren: Sludi tentang Pandangan Hidup Kiai, dalain Arilin Suryo Nugroho, “Keleladanan dalaivi

Kepemimpinan KiaidiPondok Pesantren,” dalam ImmUanira,Vol. 10. No.l, Juni 2015, him, 17.Siti MunawaroliNKiai padaMasyarakat DcsaKotah Madura."dalam imnal Jantra Vol.10,No.1,2015. him. 95.

11 /hint.him. 98.Ibid

145

Page 8: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Jantra Vol. 1 2, No. 2, Desembcr 2017 ISSN 1907-9605

begitupun juga dengan seorang kiaiyangseharusnya juga mengalami hal yang samadan harus disikapi dengan menggunakan akalschat. Mcwacanakan kcpada masyarakatagar tidak sampai terjebak pada fanatismesecara berlebihan yang nantinya dapatmcnycbabkan pcngkultusan dan bcrakhirpada perusakan akidah beragama. Seringkalipanjhdk juga bersikap subversif terhadapotoritas pcmimpin dacrah dan kiai, namunperlawanannya hanya berlangsung dalamranah simbolik.

James Scott dalam bukunya yangberjudul Weapon of The Weak mengatakanbahwa manusia yang dibungkam olchkekuasaan hagemoni budaya dapatmemberikan perlawanan yang bersifat halusdan lcbib manifest mclalui “pcrlawanansimbolik”.33 Perlawanan simbolik dilakukanketika seorang atau sekelompok orang yangsccara hirarki diposisikan sebagai subjeksubordinat, melakukan resistensi terhadapsubjek dominan (pemegang kekuasaan), dantidak mungkin mclakukan pcrlawanannyaseeara langsung. Perlawanan simbolis dapatmenciplakan ideologi serta membuat pemilikkekuasaan (kekuatan) merasa kelimpungankarena tidak bisa melawan sesuatu yangbersifat absurd (tidakjelas).

Dalam konteks budaya Madura, sosokkiai merupakan subjek dominan yangmemiliki otoritas dan pemegang kuasabudaya. Panjhdk yang sccara hirarkimerupakan subjek subordinat, tidakdimungkinkan untuk melakukan perlawanansccara langsung terhadap dominasi tersebut.Perlawanannya dilakukan secara simbolismelalui sistem penanda seni, ia niengkritikwacana dominan yang dilegitimasi olch kiyaimelalui wacana tandingan dalam sitnbol-simbolkesenian.

Di sinilah kemudian peran panjhdkmenjadi sangat krusial dan penting bagimasyarakat.Menuangkan gagasan kritis kedalam bentuk yang estetis guna memudahkaningatan dan kesadaran masyarakat atas esensiberagama. Peran kritis para panjhdk dalamhal ini tclah mengembalikan bakikatkebudayaan seperti apa yang dikatakan olehAdornobahwa kebudayaan benar-benarmciupakan kebudayaan bila sccara implisitia kritis.34 Kritisisme merupakan elemenyang esensial dan mutlak dari sebuahkebudayaan yang dalam dirinya tersimpanpotensi konflik yang laten. Gerak implisitsuatu kebudayaan yang mengkritik dirinyasendiri mcrupakan sebuah tendensi menujusebuah apresiasi akan keindahan.35B. Pcrtunjukan Al Badar: Sebuah

Konstruksi ldentitas Hibrid

Seperti yang telah dijelaskan sebelum-nya bahwa masyarakat Madura di Situbondomerupakan niigran dari pulau Madura yangtelah bermigrasi secara bertahap sejakscbclum abad kc-19. Tcrdapat beberapakelompok etnik yang hidup berdampingansejak lama di Situbondo antara lain; Jawa,Madura, Tionghoa, dan Arab. Sclain itu pcrludijelaskan juga bahwa masyarakat Madura diSitubondo adalah kelompok yang beragamdan komplcks. Komplcksitas itu terlihat darikeberagaman ekspresi budaya seperti dialek,seni, ritus, dan aspek budaya yang lain.Sccara historis, Situbondo dahulunyamerupakan destinasi migrasi masyarakatMadura yang berasal dari berbagai daerah dipulau Madura.3'1

Pada masa kolonial (Portugis'7-Belanda), Situbondo dikenal dengan namaPanarukan, diproycksikan sebagai kotaindustrial di timur Jawa yang ditopang olehpelabuhan strategis yang menjadi jantung

’’ James C.Scott. Weaponsof the Weak:Everyday Forms of PeasantitoisfcwcefNcwliavcn: Yale University Press, 1985).Adornodalam Greg $octomo,KnsisSeniKrisisKesadaran(Yogyakarta: FciicrbitKanisius, 2003),him. 12-13.Adornodalam Greg Soctomo,Krisis Seni KrisisKesciduran( Yogyakarta: Pcncrbit Kanisius, 2003),him. 12-13.

* Lihat Panakajaya I lidayatullah, Dungdut Madura Situhondoan, (Yogyakarta: Diandra Krcatif. 2017) him 18-22; Dan, Lidy BurhanArilin. (dkk.). Out) Vadis HarUadi Kahupalen Situbondo (Silubondo: Bappekap Situbondo Bekerjasatna denean Kopyawisda.lalim. 2008),him 92-109.

Sejak era kolonial, Paiiarukan (Situbondo) mernpakan salah sam dacrah strategis dan pusat perdagangan di dacrah timur Jawa.Dimulai dari kcdalangan bangsa portugis di tahuii 1 580 yang kemudian metnbangun bcnlcng pcrlahanan sebagai tempat iintuk menunbunbarang-barang rempah-rempah dagangannya yang dibawa dari Kepulauan Maluku, sampai masuknya kolonial Belanda di tahun 1743mclalui VOC (Arifin,2008: 147-148).

146

Page 9: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhak Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya / 1.)

perekonomian pemerintahan kolonial rnasaitu. Dibangunnya jalan raya pos Anyer-Panarukan oleh Gubemur Deandels (1808-1811) mcrupakan salah satu upaya untukmendukung proses industrialisasinya.Proyeksi daerah industrial di jaman kolonialmcnjadikan Situbondo sebagai tempatbertemunnya berbagai masyarakat darisegala daerah, suku etnik, dan bangsa.Mclalui pemahaman atas komplcksitasmasyarakatnya yang telali lama salingbersinggungan dan berdialektika satu samalain, maka bisa dikatakan bahwa hibriditasbudaya masyarakat di Situbondo merupakansebuah keniscayaan atas peijalanan sejarah-nya.

identitas yang tersusun atas peng-gabunganindeks dari beragam kelompok sosialmasyarakat di Situbondo. Secara teknis dapatdijelaskan bahwa drama Al Badar tersusunatas beberapa elemen yang mengindekssebuah makna identitas sosial, sepertipenggunaan bahasa Madura (indeks budayaMadura), musik dangdut (indeks masyarakatkelas sosial menengah-bawah urban danbudaya populcr), latar India dan Arab (indekskelompok sosial etnis Arab dan India), ceritaislami (indeks budaya island), beberapaelemen panggung bemuansa Jawa (indeksbudaya Jawa). Pengindeksan kreatif berupakomposisi moda simbolik tersebutmcncmpatkan A1 Badar sebagai mediakonstruksi yang memberikan gambaran ataumemproyeksikan kemung-kinan terbayangdari pembentukan sebuah identitas dankelompoksosial sintetis baru.

Mclalui drama Al Badar, masyarakatMadura di Situbondo menunjukkan identitasasalnya sebagai masyarakat Madura migran(migrasi dari pulau Madura), sckaligusmenegaskan pembedaan identitasnya denganmasyarakat Madura (yang tinggal di pulauMadura). Hal ini bisa dikatakan sebagaipenegasan identitas budaya, artinyamenegaskan keberadaan kebudayaannyayang telah mengalami berbagai penyesuaiandengan budaya di lingkungan barunya.

Dalam sebuah konstruksi sosial terdapatsubjek yang berposisi sebagai agen. Agcndiartikan sebagai seorang atau kelompokorang yang mempunyai “rasa memilikiterhadap kclompok dan yang mcmahamidirinya” dalam kondisi tertentu.'1 Padakonteks ini agen merujuk pada peran parapanjhdk. Guna mcmahami pemahamanmasyarakat Madura di Situbondo atasidentitas kulturalnya, berikut pemyataanAnto, salah scorang pclaku seni dangdutMadura di Situbondo,

“Lagu dangdut Madhurd rowa khasM Appadurai (1994) dan TngoKI(1995) vialrwan Abdullah, Konstmksi dan Reproduksi Kebudayaan. Cetakar V (Yogyakarta: Pusiaka

Pclajar, 2015).hlm.41.IrwanAbdullah, Konstruksi dan Reproduksi Ketmdayaan. (Yogyakarta: Pustaka Pclajar, Cctakan V, 2015), him.45.

40 Thomas Turino, "Sign of Imagination, Identity, and llxpcricncc: A Picrcian Semiotic Tltcory 1'or Music, ” dalam Elimomusicohgv.Vol 42, \To2, 1 999 (Spring-Summer 1999),him. 242. '

Timoty Rice,“Reflections on Musicand Identity in F.thnomusicology, "dalam Muzikologija/Musicology’l: 1 7-38, 2007, him, 28.

Sekelompok masyarakat yang berpin-dah dari satu lingkungan budaya kc ling¬kungan budaya lain, mengalami proses sosialbudaya yang dapal mempengaruhi modeadaptasi dan pembentukan identitasnya.Sebagai kelompok masyarakat migran yangmenempati lingkungan kebudayaan baru (diSitubondo), masyarakat migran Maduratersebuttelah mengalami penyesuaian(perubahan) budaya sebagai wujud dialekti-kanya. Terjadi proses pemberian makna barubagi masyarakat migran Madura, yangkemudian menyebabkan pendefmisian ulangatas identitas kultural dirinya dan asalusulnya.39 Artikulasi identitas kulturalmasyarakat Madura di Situbondo tampakjelas pada ekspresi kebudayaannya dalampertunjukan dramaAl Badar.

Pertunjukan drama Al Badar merupakansebuab konstruksi identitas bibrid masya¬rakat Madura di Situbondo. Mereka mengon-struksi identitas bibrid dalam moda simbolikdrama A1 Badar. Identitas hibrid dimuncul-kan melalui penggabungan tanda-tandasimbolik, Thomas Turino menyebutnyadengan istilah creative indexing (pengin¬deksan kreatif). 10 A1 Badar merupa-kansebuah kumpulan tanda-tanda simbolik suatu

147

Page 10: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Desembcr 2017 ISSN 1907-9605

Situhondo, asalla ?dri Al Badar, jhd'rowalanssdangdut Madhurd lambd', se bd?dkejhungcm bi' gambusan. Barorneter-nva dangdut Madhurd itu ya Situbondo,Madhurd rowa akaca ?d’enna’. Arapasaya ngoca' nga' itu, Madhurd itu leanbanyak macemma ya, logattcj2 lean ta'samaya, se kita Hu se bhdgus ”,

"Lagu dangdut Madura itu khasSitubondo, berasal dari drama A1 Badar,itu hasil mengarang ketika pentas. DiMadura (asli) tidak ada dangdut Maduradulu, aaanya kejhungan dan musikgambus. Barometemya dangdut Madurattu ya Silubondo, Madura itu berkaca kesini. Mengapa saya mengatakan sepertiitu, Madura itu kan banyak macamnyaya, logatnyakan tidak samaya, yang kitaitu yang bagus”.Pernyataan Anto secara jelas memberi-

kan perubedaan identitas Madura (di pulauMadura) dengan Madura di Situbondomelalui musik dangdul Madura dan dramaAlBadar. Anto mengatakan bahwa lagu dangdutMadura cikal bakalnya dari drama Al Badaryang asalnya dari Situbondo. Ia menegas-kannya dengan bentuk seni dari pulauMadura berupa kejhungan J dan musikgambus. Secara implisit pemyataan Antomenandakan bahwa bentuk hibrid drama AlBadar lebih bcrtcrima dengan identitaskulturalnya dibanding kesenian dariMadura.Melalui lagu dangdut Madura dandrama Al Badar, Anto dapat mcmabamiidentitasnya sekaligus memberikanpembedaan terhadap identitas kulturalkclompok yangberbeda.

Jadi, dalam hal ini panjhdk memilikiposisi penting dalam mengkonstruksiidentitas sosial masyarakat Madura diSilubondo. Peran ini menjadi ideal karenaseni pertunjukan mcmiliki fungsi pentingdalam pranata sosial masyarakat. MenurutUmar Kayam, “daya tarik pertunjukan rakyat

terletak pada kemampuannya sebagaipembangun dan pemelihara solidaritaskelompok”.44 Lebih lanjut ia menjelaskanbahwa dari pertunjukan rakyatlah kemudianmasyarakat akan memahami kembali nilai-nilai dan pola perilaku yang berlaku dalamlingkungan sosialnya.45

Guna memberikan pemahamanmengenai bibriditas bentuk drama A1 Badar,berikut salah satu dokumentasi pertunjukanAl Badar Mahajaya yang berasal dariSitubondo dan diabadikan oleh Bouvicrketika mengadakan pementasan di SumenepMadura pada tahun 1986.

ngarcing-ngarang bdkto ehd'an. E Madhurd dhibhi' la?d'

ffliSumbcr: Dokumcntasi Helen Bouv icr

dalam bnku Lebur

Hibriditas dalam drama Al Badarterepresentasi dalam keberagaman idiomkebudayaan di dalamnya. Drama Al Badaradalab drama yang mengunakan babasaMadura, dengan diiringi musik DangdutMadura, menggunakan busana yangmengadaptasi budaya di film India dan Arab(Timur-Tengah), oranamentasi hiasanpanggung ( pajh?ngan) yang mengadaptasipertunjukan Toneel (Barat), serta modelpertunjukan khas teater tradisi Jawa danMadura seperti ludruk. topeng kerte, danketoprak.

4‘ WavvancaraAnlo sclaku soundengineer di Handayani Record pada langgal 3 April 2015 di Panji, Silubondo.Mcnurul Mislorloil'y (2014:1), kejhungan adalah gaya nyanyiati Madura yang mcmiliki ciri-ciri konlur niclodi dengan didominasi

nada-nada tinggi, penuh ketegangan suara (njaring), ekspresif, dan terpola. Biasannya juga digunakan tialam berbagai seni tradisioralMadura seperti kalopruk, wavanglvpeng, ghencihing Maduradan lainnya.

Utnar Kayani. ;‘Pcrlunjukan Rakyal Tradisional Jawa dan Pcrubahannya,” dalam Aliirnsa Pulra (ed), Kelika Orang Jawa Nyeni(Yogyakarta:Galang Press. 2000), him. 340.

Umar Kayam, Ibid.V’ Helen Bouvicr. Ibid,, him. 98.

148

Page 11: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhdk Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya I 1.)

saling-silang interpretasi (penafsiran) maknadan tanda-landa simbolik. Sebuah karya senibukanlah sesuatu yang absolut dan memilikimakna tunggal. la sclalu mcmbuka ruangdialektika baik di dalam diri individu, antarindividu, maupun kelompok.

Menurut Hauser, sebagai sesuatu yangartislik seni bukanlah seperti buah yangmcnunggu dikunyah, artinya scringkaliterjadi suatu sajian seni yang tidak bisadiapresiasi sama oleh penikmalnya.5" Gunamcnilanati scbnah karya seni, penikmat seniterkadang harus tnelanjutkan proses yanglidak dilanjutkan oleh seni itu sendiri. Halini menguatkan pemahaman bahwa karyaseni merupakan sebuah media interaksisosial antara seniman (pencipta/pelaku)dengan apresiatomya (masyarakat).52

Berkaitan dengan proses komunikasisimbolik, seni pertunjukan tidak akan pemahbisa lepas dari aspek sosiologisnya.Eksistensi seni pertunjukan merupakanpengejawantahan dari masalah-masalahsosial. Dalam konteks masyarakat Madura diSitubondo ntisalnya, karya-karya drama A1Badar serta pertunjukan seni tradisi yang laindiciptakan untuk dinikmati, dipahami,digunakan, dan dimanfaatkan untuk masya¬rakat. Seorang panjhdk dalam kelompokdrama itu sendiri adalah anggota darimasyarakat yang terikat oleh status sosialdalam budaya Madura di Situbondo. Dramamcrupakan representasi dari kchidupan, dankehidupan itu sendiri pada dasarnya ialahrealitas sosial.51

Di dalam ruang seni pertunjukan,seorang panjhdk memiliki hubungan yangdialektis dengan masyarakat. Panjhdk tampil(dicitrakan) sebagai figur ghuru yangmenyampaikan pesan-pesan kemudianmasyarakat menerimanya sebagai sebuah

IV. RELASI PANJHAK DENGANMASYARAKAT MADURA DISITUBONDO DALAM RUANGSENI PERTUNJUKAN

Panjhdk mcrupakan subjek yangberadapada ruang pertunjukan. Sebagaimanahakikat seni pertunjukan, ia selalu terikatpada sebuah rclasi dengan masyarakatsebagai 'penonton' (apresiator). Senipertunjukan disadari bahwa sesungguhnyatidak akan berarti apa-apa tanpa penonton,pendengar, pengamat, yang akan memberi-kan respon, tanggapan, kritik sertaapresiasi.47 Sebagai seniyangbersifat'sesaat',sebuah pertunjukan seni tidaklah semata-mata hadir untuk memenuhi kepentingannyasendiri (seni untuk seni), namun akanmenjadi berarti apabila mendapatkan respondan timbal balik dari audience Senipertunjukan mcrupakan ruang komunikasidua arah yang dialektik dan berlangsungsecara simbolik.

Berikut perspektif interaksionismesimbolik dalam konteks komunikasi senipertunjukan, meminjam premis-premis yangdikemukakan oleh Mulyana:

“1). Individu merespon suatu situasisimbolik; 2) Makna adalah produkinteraksi sosial, karenanya makna tidakinelekat pada objek, melainkandinegosiasikan mclalui penggunaanbahasa. Mclalui bahasa mi manusiamampu memaknai sesuatu teknikpemaknaan itu sendiri yang bersifatarbiter; 3). Makna yang diihterpretasi-kan oleh individu dapat berubah dariwaktu ke waktu, sesuai dengan terjadi-nya perubahan situasi ditemukandalam intcraksi sosial”.Berdasarkan premis di atas, sebuah

pertunjukan seni dapat dimaknai sebagaiarena/ruang pemaknaan yang dinamis,

Y SumandiyoITadi,Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonto. (YogyakartamPISTYogyakarta, 20121. him. 1 .Ibid.Deddy Mulyana (2002: 71-72) dalam Jaeni, Kajian Seni Pertunjukan dalam Perspektif Komunikasi Se«i(13ogon Pi Penerbit 1P13

Press,2014), him. 29.50 Hauser (1982) dalam Wadiyo, Soxiologi Seni: Sisi Pendekalan Multi Tapir, (Scmarang: Univcrsilas Ncgcri Scmarang Press, 2008),

blm. 64,

Ibid.!“ ibid.

Y. Sumandiyo Uadi.SeniPertunjukan dan Masyarakat Penonton (Yogyakaita: UP1S1 Yogyakarta, 2012),him. 4.

149

Page 12: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Jahtra Vol. 1 2, No. 2, Descmbcr 2017 ISSN 1907-9605

pemahaman atas nilai sosial. Di sisi lain,seorang panjhdk niembangun gagasanmelalui refleksi dan pemahamannya atasrcalitas masyarakat. Kcduanya kcmudianmenjalin hubungan dialektis satu sama lainmelalui sistem penandaan simbolis dalamruang scni pcrtunjukan yang tcrus tncncrusmengalami perubahan secara dinamis.

inengartikulasikan pengetahuan, wacana,serta memberikan krilikan alas masalah-masalah sosial masyarakat. Secara konsistenpanjhak mclakukan rcflcksi dan konstruksiidentitas melalui media seni yang dikemassecara estetis, sehingga tidak terkesanmcnggurui dan lebib mampu mcnarik hatimasyarakat.

Panjhak dan masyarakat mcrupakansuatu jalinan relasi dialektik yang mampumembangun dan mengembangkan karakterbudaya di Situbondo. Mclalui intcraksisimbolik, mereka menyulam simpul-simpulkebudayaan secara dinamis dan partisipatif.Olch karcna itu, cksistcnsi kcscnian danseorang pelaku seni (panjhak) merupakansuatu keniscayaan dalam proses pengem-bangan karakter budaya. Dipcrlukanpelestarian dan apresiasi terhadapnya supayadinamika itu terus berlanjut dan mampuberadaptasi dalam perkembangan jaman.DAFTARPUSTAKA

Abdullah, (wan, 2015. Konstruksi danReproduks i Kebudayaan.

V. PENUTUP

Tcmuan dari basil pcnclitian ini adalahsebuah pengetahuan atas pemahamanmasyarakat Madura di Situbondo dalammcmaknai panjhdk sebagai agen pengem-bang kebudayaan. Masyarakat Madura diSitubondo memaknai panjhdk tidak hanyasebagai penghibur dan pclaku senipertunjukan belaka. Namun, panjhdk jugadimaknai sebagai pendakwah, pemberisolusi, pengkritik, yang mampu mewakilisosok ghuru. Dalam pertunjukan A1 Badarmisalnya peran panjhdk menjadi tampakjelas. A1 Badar memposisikan dirinyasebagai media dakwah Islam yang

Yogyakarta: Pustaka Pclajar, Cctakan V.Adorno dalam Greg Soetomo, 2003. Krisis Seni Krisis Kesadaran. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.Appadurai, Arjun, Global Ethnoscapes: Notes and Queries for Transnational Anthropology

(1994) dalam Irwan, Abdullah, 2015. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, CetakanV.

Arifm, Edy Burhan (dkk.), 2008. Quo Vadis Hari Jadi Kabupaten Situbondo. Situbondo:Bappckap Situbondo Bckcrjasamadcngan Kopyawisda Jatim.

Bouvier, Helen, 2002. Leburl: Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat Madura.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Chisaan, Choirotun, 2008. Lesbumi : Strategi Politik Kebudayaan.Yogyakarta: LKIS.Damono, Sapardi Djoko, 2012. AlihWahana. Jakarta: Editum.Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan HidupKiai, dalamArifm

Suryo Nugroho, 2015. “Kctcladanan dalam Kcpctnimpinan Kiai di PondokPesantren”, dalam jumal Jantra Vol. 10,No.1, Juni 2015.

Hadi, Y. Sumandiyo, 2012. Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: BP1SIYogyakarta.

Hauser, Arnold, 1982. The Sociology of Art, dalam Wadiyo, 2008. Sosiologi Seni: SisiPendekatan Multi Tafsir. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Hidayatullah, Panakajaya, 2016. “Musik dan Identitas: Kajian Tentang Musik DangdutMadura di Situbondo”. Tesis S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa,UGM.

Hidayatullah, Panakajaya, 2017. Dangdut Madura Situbondoan, Yogyakarta: Diandra

150

Page 13: PANJHAK SEBAGAI AGEJN PENGEMBANG KARAKTER DALAM …

Panjhak Sebagai Agen Pengembang Karakter Budaya dalam Masyarakat Madura di Situbondo (Panakajaya / l.)

Kreatif.Husson, Laurence, 1997. “Eight Centuries Of Madurese Migration to EastJava, ” dalam Asian

andPasific Migration Journal. Vol.6,No. 1.Ingold, Tim, 1995. Building, Dweling, Living: How Animals and People Make Themselves at

Home in Hie World, dalam Irwan, Abdullah, 2015. Konstniksi dan ReproduksiKebudayaan.Yogyakarta: PustakaPelajar, Cetakan V.

Jacni, 2014. Kajian Sent Pertimjukan dalam Perspektif Komunikasi Seni. Bogor: PT PcncrbitIPB Press.

Kayam, Umar, 2000. “Pertunjukan Rakyat Tradisional Jawa dan Perubahannya”, dalamKetika Orangjawa Nyeni, Ahimsa Putra (cd). Yogyakarta: Galang Press.

Mistortoify, Zulkamain, 2014. “Pola Kelleghan dan Teknik Yokal Kejhungan RepresentasiEkspresi Budaya Madura dan Pengalaman Estetiknya”, dalam Jumal Resital Vol.15, No. 1 , Juni 2014.

Mulyana, Deddy, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Barn Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya, dalam Jaeni, 2014. Kajian Seni Pertimjukan dalamPerspektif Komunikasi Seni. Bogor: PT Pcncrbit IPB Press.

Munawaroh, Siti, 2015. “Kiai Pada Masyarakat Desa Kotah Madura", dalam Jurnal JantraVoU0,No.l„

Nugrobo, Arifin Suryo, 2015. “Kctcladanan dalam Kcpcmimpinan Kiai di PondokPesantren”, dalam jurnal Jantra Vol. 10,No.1, Juni 2015.

Rice, Timoty, 2007. “Reilectionson Music and Identity in Ethnomusicology ”, dalamMuzikologija/ Musicology 7 : 1 7-38.

Turino, Thomas, 1999. “Sign of Imagination, Identity, and Experience: A Piercian SemioticTheory For Music”, dalam Ethnomusicology'. Vol 43, No2, (Spring-Summer1999).

Wadiyo, 2008. Sosiologi Seni: Sisi Pendekatan Multi Tafsir. Semarang: Universitas NegeriSemarangPress.

Wcintraub, Andrew N., 2012. Dangdut: Musik, Idenlitas, dan Budaya Indonesia. Jakarta:KepustakaanPopulerGramedia.

Wiyata,A. Latif,2013. Mencari Madura. Jakarta: Bidik-Phronesis Publishing.

DAFTAR INFORMANNO NAMA UMUR KET

ImamKutunuk 70an tahun Budayawan Situbondo12 Komariyah (Ibu Mukri)

NurHudaMartono-

60an tahun Istri Mukri (Ketua Lesbumi tahun 60-an)Ketua Lesbumi tahun 201 6A 50an tahun

60an tahun4- Panjhdk ( Pcmai n drama A1 Badar-Mahajaya)-Saudara Rasuk (Pimpinan A1 Badar-Mahajaya)adik sepupu Rasuk f Pimpinan A1 BadarMahajaya)Sound Enginer di Handayani Record—

-Sajadi- 60an tahunS-

£_ Lilik 5Pan tahun

V Anto 40an tahun

151