berita negara republik indonesia · 2012. 2. 8. · namun demikian, proyek plg yang pada awal...

79
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.48, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Rehabilitasi. Konservasi. Lahan Gambut. Pengembangan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P.55/Menhut-II/2008 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN KONSERVASI KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat Rehabilitasi dan Revitalisasi Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah telah ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2007; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan www.djpp.depkumham.go.id

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.48, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Rehabilitasi. Konservasi. Lahan Gambut. Pengembangan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

NOMOR: P.55/Menhut-II/2008 TENTANG

RENCANA INDUK REHABILITASI DAN KONSERVASI KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT

DI KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat Rehabilitasi dan Revitalisasi Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah telah ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2007;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 2

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan PLG di Kalimantan Tengah;

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabiitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah;

5. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Nasional Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan PLG di Kalimantan Tengah Nomor: KEP–42/M.EKON/08/2007 tentang Tim Pendukung dan Kelompok Kerja pada Tim Nasional Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan PLG di Provinsi Kalimantan Tengah;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN KONSERVASI KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN TENGAH.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 3

Pasal 1 Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Kehutanan ini.

Pasal 2 Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah sebagai acuan penyusunan rencana aksi di lapangan oleh Pokja Rehabilitasi dan Konservasi yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP–42/M.EKON/08/2007, serta merupakan instrumen dasar perencanaan operasional dan pembiayaan bagi para pemangku dan pelaksana kegiatan di lapangan.

Pasal 3 Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah terdiri dari Pendahuluan, Situasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut saat ini, Visi, Strategi, Horison Perencanaan dan Pembiayaan, Arahan Fungsi Kawasan Hutan, dan Arahan Program Aksi Konservasi Pengembangan Lahan Gambut serta Tahapan Implementasi Arahan Fungsi Kawasan Hutan dan Stakeholders Utama dalam Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut dan Penutup.

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 September 2008 MENTERI KEHUTANAN, H. M.S. KABAN

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 September 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ANDI MATTALATTA

www.djpp.depkumham.go.id

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 4

PUSAT RENCANA DAN STATISTIK KEHUTANAN

BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN

2008

REHABILITASI DAN KONSERVASI

KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT

DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lampiran Peraturan Menteri KehutananNomor : P.55/Menhut-II/2008Tanggal : 18 September 2008

R E N C A N A I N D U K

(MASTER PLAN)

www.djpp.depkumham.go.id

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 5

KATA PENGANTAR

Dalam rangka tindak lanjut Inpres No. 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, Departemen Kehutanan telah menyusun Rencana Induk (Master Plan) Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah.

Proses penyusunan rencana induk ini dilakukan melalui analisis data lapangan hasil inventarisasi terestris BPKH Wilayah V Banjarbaru dan fakta yang langsung dikumpulkan, serta hasilnya telah dibahas bersama wakil–wakil unit Eselon I dan para pakar. Selanjutnya rencana induk ini juga telah dikonsultasipublikkan dengan para pihak terkait di Palangkaraya pada tanggal 27 November 2007.

Rencana induk ini kiranya dapat dijadikan acuan dalam menyusun rencana dan implementasi dilapangan oleh Pokja Rehabilitasi dan Konservasi yang dibentuk sesuai dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: KEP–42/M.EKON/08/2007, serta merupakan instrumen dasar perencanaan operasional dan pembiayaan bagi para pemangku dan pelaksana kegiatan di lapangan. Selain itu, dokumen rencana induk ini merupakan bagian integral dari Grand Master Plan Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan PLG di Kalimantan Tengah (Rehabilitasi dan Konservasi, Budidaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal dan Transmigrasi).

Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Kepala Badan Planologi Kehutanan, Pemda Provinsi Kalimantan Tengah, serta Para Pihak lainnya yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan rencana induk ini.

Semoga Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG di Kalimantan Tengah ini bermanfaat.

MENTERI KEHUTANAN

H.M.S. KABAN

www.djpp.depkumham.go.id

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perkembangan terakhir (2007), secara geografis kawasan

Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah terletak di antara Kota

Palangkaraya (Sungai Kahayan) ke arah timur melalui sebuah Saluran Primer Induk

(SPI) sepanjang 187 kilometer memotong Sungai Barito di Mangkatip. Pada bagian

barat, membujur dari Kota Palangkaraya ke arah selatan menyusuri sebelah timur

Sungai Sebangau ke arah selatan hingga bermuara di Teluk Sebangau di Laut Jawa.

Sedangkan di sebelah timur dibatasi oleh Sungai Barito dan menyusuri Sungai Barito,

Sungai Kapuas Murung ke arah selatan melewati Kuala Kapuas hingga muara Sungai

Kapuas yang bermuara di Laut Jawa.

Proyek PLG Satu Juta Hektar di Provinsi Kalimantan Tengah, melalui Instruksi

Presiden tanggal 5 Juni 1995 tentang Ketahanan Pangan dan Keputusan Presiden No.

82 tahun 1995 tentang Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian Tanaman

Pangan di Provinsi Kalimantan Tengah, diarahkan untuk mengkonversi hutan rawa

gambut (wet land) yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah menjadi sawah guna

mempertahankan dan melanjutkan swasembada beras nasional yang telah dicapai

Indonesia pada tahun 1984, bahkan diharapkan dapat meningkatkan produksi

pertanian yang lebih besar.

Proyek PLG dikerjakan secara bertahap mulai dari tahun 1996. Dalam kurun waktu

1996 – 1997 telah dibuat saluran primer induk (SPI) sepanjang 187 km yang

menghubungkan Sungai Kahayan

dengan Sungai Barito. Selain itu telah dibuat pula Saluran Primer Utama (SPU)

sepanjang 958,18 km di Blok A, B, C, dan D. Pada Blok A pembuatan saluran

sekunder, saluran kolektor, saluran primer dan saluran tersier sudah selesai

dikerjakan, sehingga di Blok A berhasil dibuat sekitar 30.000 hektar lahan sawah.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 7

Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan fisik, biologi, dan sosial. Dampak-dampak negatif tersebut, antara lain :

(1) Pembuatan Saluran Primer Induk (SPI) sepanjang 187 kilometer yang

menghubungkan Sungai Kahayan, Sungai Kapuas dan Sungai Barito serta

memotong cukup banyak anak sungainya yang mengakibatkan berubahnya pola

tata air dan kualitasnya.

(2) Pembukaan lahan dengan penebangan pohon di hutan rawa gambut

mengakibatkan daya serap permukaan tanah berkurang. Kondisi ini

menyebabkan sering terjadinya banjir di musim penghujan, sebaliknya pada

musim kemarau lahan gambut lebih mudah terbakar. Kebakaran lahan gambut

pada tahun 1997 merupakan salah satu penyumbang karbon yang cukup besar

di udara.

(3) Terbukanya akses bagi masyarakat untuk melakukan penebangan liar di

kawasan-kawasan hutan dan tersedianya saluran-saluran air untuk membawa

kayu hasil tebangan liar, mengakibatkan semakin maraknya penjarahan hutan

secara liar (illegal logging) di kawasan Eks PLG.

(4) Beberapa spesies tumbuhan langka yang dilindungi seperti ramin (Gonystylus

spp.), jelutung (Dyera lowii), kempas (Koompassia malaccensis), ketiau (Ganua

motleyana), dan nyatoh (Dichopsis elliptica) terancam punah.

(5) Proyek ini menyisakan berbagai masalah sosial dan lingkungan, seperti nasib

yang kurang menguntungkan bagi para transmigran yang pada umumnya belum

menguasai pengolahan lahan basah untuk pertanian, dan masyarakat setempat

terpinggirkan dari lahannya.

Berbagai upaya pengelolaan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi PLG telah

dilakukan, demikian juga berbagai kebijakan sehubungan dengan pengembangan

kawasan PLG telah dikeluarkan; mulai dari Keppres No. 80 tahun 1998 yang

menghentikan untuk sementara waktu proyek pengembangan PLG, Keppres No. 74

tahun 1998, Keppres No. 133 tahun 1998, dan terakhir Keppres No. 80 tahun 1999

tentang Pedoman Umum Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan PLG di Kalimantan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 8

Tengah. Pemerintah juga telah memiliki konsep Rencana Rehabilitasi Kawasan Eks

PLG di Kalimantan Tengah yang disusun oleh Tim Ad Hoc Penyelesaian Eks Proyek

Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah yang dibentuk berdasarkan

Keputusan Menteri Negara Percepatan Pembangunan KTI No. SK/004/KH.DP-

KTI/IX/2002. Berbagai upaya ini ternyata belum cukup untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan ekologi, sosial ekonomi, dan politik kawasan pengembangan

PLG.

Paling sedikit ada empat alasan utama kenapa rehabilitasi dan konservasi kawasan

gambut di Propinsi Kalimantan Tengah sangat penting dan mendesak: (1) Lahan

gambut di Propinsi Kalimantan Tengah menempati hampir 20 % ruang wilayah

Propinsi Kalimantan Tengah, (2) Hutan gambut merupakan cadangan karbon dunia

utama, (3) Hutan gambut memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi, (4)

Ekosistem gambut termasuk ekosistem yang rapuh sehingga jika dikonversi ke

penggunaan lahan lain selain hutan dapat menimbulkan kerusakan gambut itu

sendiri serta menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dalam rangka efektifitas, optimalisasi, dan keterpaduan upaya rehabilitasi dan

konservasi kawasan PLG, maka melalui Inpres No. 2 Tahun 2007, ditetapkan

kebijakan nasional Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan

Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, dimana salah satu amanat yang harus segera

ditindaklanjuti adalah menyusun Rencana Induk (Master Plan) Konservasi Kawasan

Hutan Eks Proyek PLG Tahun 2007-2011.

Rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG di Kalimantan Tengah merupakan suatu

pekerjaan dengan dimensi permasalahan yang cukup luas dan rumit yang

menyangkut aspek sosial, ekonomi dan ekologi dari kawasan gambut tersebut serta

menyangkut banyak pemangku kepentingan (stakeholders). Oleh karena itu, agar

kegiatan tersebut dapat dilakukan secara terarah, efektif dan efisien, maka

diperlukan suatu Rencana Induk (Master Plan) Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan

PLG seperti yang diamanahkan oleh Inpres No. 2 Tahun 2007. Dokumen Master

Plan ini akan merupakan instrumen dasar perencanaan operasional dan pembiayaan

bagi para pemangku kepentingan utama. Selain itu, dokumen Master Plan

Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG ini merupakan bagian integral dari Master

www.djpp.depkumham.go.id

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 9

“Terintegrasi” Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan

Lahan Gambut di Kalimantan Tengah yang terdiri dari Master Plan Rehablitasi dan

Konservasi Kawasan PLG, Master Plan Budidaya, dan Master Plan Pemberdayaan

Masyarakat Lokal dan Transmigrasi.

B. Dasar Pemikiran

Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG ini disusun dengan dasar

pemikiran sebagai berikut:

1. Konservasi kawasan PLG tidak diartikan secara sempit sebagai konservasi

kawasan (konservasi keanekaragaman hayati berbasis ekosistem) tetapi diartikan

dalam pengertian umum. Dengan demikian, konservasi kawasan PLG

didefinisikan sebagai pengelolaan konservasi dan rehabilitasi kawasan PLG

sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat optimal secara berkelanjutan

bagi generasi kini, khususnya penduduk setempat, sambil mempertahankan

potensinya untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang.

2. Konservasi mencakup pengawetan, pemeliharaan, pemanfaatan secara

berkelanjutan, rehabilitasi, restorasi, dan peningkatan mutu lingkungan secara

alami.

3. Ekosistem-ekosistem yang unik di kawasan PLG merupakan prioritas untuk

dilindungi dengan pendekatan konservasi berbasis ekosistem dengan tetap

mengizinkan pemanfaatan ekosistem tersebut sepanjang tidak bertentangan

dengan pengawetan keanekaragaman hayati.

4. Konservasi hidrologi, konservasi ekosistem air hitam dan konservasi flora fauna

merupakan satu kesatuan masalah yaitu masalah konservasi ekosistem hutan

gambut tebal

5. Ekosistem-ekosistem unik yang terdapat dalam kawasan PLG adalah ekosistem

hutan gambut tebal, ekosistem hutan gelam, dan ekosistem hutan kerangas.

Ekosistem hutan mangrove, walaupun tidak unik, perlu juga dilindungi karena

peranannya sebagai pelindung pantai.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 10

Secara ringkas kerangka pemikiran rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG dapat

dilihat pada Gambar I-1.

Gambar I-1. Kerangka pemikiran rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG

C. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Induk

Penyusunan Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG dimaksudkan

untuk membuat kerangka perencanaan strategik menyeluruh mengenai kegiatan

rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG sebagai instrumen dasar perencanaan

operasional dan pembiayaan bagi para stakeholders utama dalam kegiatan rehabilitasi

dan konservasi kawasan PLG.

Adapun tujuan penyusunan Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG

adalah:

1. Mendeskripsikan situasi kawasan PLG saat ini, menetapkan visi atau situasi yang

diinginkan di masa depan, merumuskan strategi untuk mewujudkan visi,

menetapkan tenggang waktu dan horison perencanaan .

2. Merumuskan program aksi dan arahan kegiatan-kegiatan konservasi kawasan PLG.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis peran masing-masing stakeholders utama.

4. Mengidentifikasi prioritas kegiatan, hambatan dan kendala.

5. Menentukan arah penetapan fungsi kawasan hutan pada kawasan PLG yang

dialokasikan untuk program konservasi.

SITUASI KAWASA

N PLG SAAT INI

VISI ATAU SITUASI

KAWASAN PLG

REHABILITASI DAN

KONSERVASI KAWASAN PLG KERANG

KA KONSEPS

KENDAL

A

www.djpp.depkumham.go.id

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 11

D. Alur Proses Penyusunan Rencana Induk

Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG disusun dengan proses

penyusunan sebagaimana pada Gambar I-2.

E. Ruang Lingkup

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG adalah :

1. Seluruh kawasan lindung yang telah ditetapkan berdasarkan peta arahan fungsi

ruang kawasan PLG sebagaimana Lampiran Peta INPRES No. 2 Tahun 2007

tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan

Gambut di Kalimantan Tengah seluas 897.400 ha

2. Terminologi wilayah konservasi pada inpres tersebut untuk kepentingan analisis

dan kajian dalam rencana makro ini disetarakan dengan wilayah – wilayah

ekosistem (seperti diuraikan pada dasar pemikiran). Kesetaraan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini

VISI MISI TUJUAN

KONDISI SAAT INI

STAKEHOLDERS

SASARAN

STRATEGI

PROGRAM AKSI

DAN KEGIATA

MANDAT INPRES 2/2007

KONSULTASI PUBLIK

Gambar I-2. Alur proses penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG

www.djpp.depkumham.go.id

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 12

Tabel 1.1 Arahan Kawasan Hutan di Wilayah PLG

No. Arahan Ruang dalam INPRES

2/2007

Arahan Fungsi

Kawasan Hutan

Kategori Ekosistem

Luas (Ha)

KAWASAN LINDUNG 1 Konservasi pasir

kwarsa Hutan Lindung (HL)

Ekosistem Hutan Kerangas

87.700

2 Hutan gelam Hutan Produksi Terbatas (HPT)

Ekosistem Hutan Gelam

76.300

3 Konservasi mangrove

Hutan Lindung (HL)

Ekosistem Hutan Mangrove

27.100

4 a. Konservasi flora dan fauna

b. Konservasi ekosistem air hitam

c. Konservasi hidrologi

d. Konservasi gambut tebal

Hutan Lindung (HL)

Ekosistem Hutan Gambut Tebal

706.300

JUMLAH 897.400 KAWASAN BUDIDAYA 1 Budidaya

Kehutanan Hutan Produksi (HP)

153.000

JUMLAH KAWASAN HUTAN 1.050.400

3. Dalam masing – masing ekosistem memuat beberapa alternatif arahan

fungsi sesuai dengan kriteria kondisi penutupan hutan, penggarapan

masyarakat, kedalaman gambut, serta fisik kimia – fisik tanah gambut

4. Pembahasan terhadap arahan fungsi kawasan hutan dalam proses penataan

ruang wilayah Kalimantan Tengah sesuai dengan arahan – arahan seperti

butir 3

www.djpp.depkumham.go.id

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 13

5. Rencana induk ini berisi tentang :

- Bab I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, dasar pemikiran, maksud

dan tujuan penyusunan rencana induk serta sasaran

- Bab II. Situasi kawasan pengembangan lahan gambut kondisi umum,

kandungan karbon pada lahan gambut, status kawasan pengembangan

lahan gambut

- BAB III. Visi, strategi, horison perencanaan dan pembiayaan

- Bab IV. Bab ini akan memuat tiga sub bab yang berisi tiga bahasan

pokok, yaitu a) sub bab Arahan Fungsi Kawasan Hutan pada masing-

masing ekosistem yang terdapat dalam lahan gambut, b) sub bab

Arahan Program Aksi dan kegiatan pokok, c) Tahapan implementasi

arahan fungsi kawasan hutan.

Sub bab Arahan Fungsi Kawasan Hutan membahas dan menganalisis

wilayah dengan mempertimbangkan kondisi penutupan hutan,

penggarapan masyarakat, kedalaman gambut, serta sifat kimia-fisik

tanah gambut, yang selanjutnya berdasarkan pertimbangan tersebut

ditetapkan alternatif arahan fungsi kawasan hutan pada masing-masing

ekosistem berdasarkan kondisi yang ada.

Sub bab Arahan Program Aksi dan Kegiatan Pokok membahas dan

menetapkan program aksi dan kegiatan pokok dalam rangka konservasi

dan rehabilitasi lahan gambut pada masing-masing alternatif arahan

fungsi kawasan hutan di setiap ekosistem.

- Bab V. Stakeholders utama dalam rehabilitasi dan konservasi kawasan

pengembangan lahan gambut

- Bab VI. Penutup dimana Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi

Kawasan PLG tahun 2007-2017, merupakan penjabaran INPRES No. 2

Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan

PLG di Kalimantan Tengah Tahun 2007-2011, yang berisi visi-misi,

arahan fungsi kawasan hutan, arahan program aksi dan kegiatan,

menjadi acuan bagi pemerintah maupun para pihak dan masyarakat

dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG di

Kalimantan Tengah.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 14

BAB II

SITUASI KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT SAAT INI

A. Kondisi Umum

Ekosistem hutan gambut tebal, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan kerangas dan

ekosistem hutan mangrove merupakan wilayah yang dideliniasi sebagai kawasan

lindung dalam peta arahan pemanfaatan kawasan lindung kawasan Pengembangan

Lahan Gambut (PLG) di Provinsi Kalimantan Tengah. Tipe ekosistem-tipe ekosistem

tersebut merupakan ekosistem-ekosistem spesifik pada kawasan eks proyek PLG yang

saat ini situasinya bermasalah, karena gangguan dari faktor-faktor eksternal yang

menyebabkan degradasi dari struktur dan fungsi ekosistem-ekosistem tersebut.

Hutan kerangas di beberapa wilayah pada kawasan eks proyek PLG telah dikonversi

melalui penebangan pohon yang dilanjutkan dengan pembakaran terhadap pohon-

pohon tersebut untuk menjadi ladang yang ditanami berbagai jenis tanaman pangan,

hortikultura buah-buahan dan sayuran (Gambar II-1).

Gambar II-1. Konversi hutan kerangas menjadi ladang

www.djpp.depkumham.go.id

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 15

Pada beberapa wilayah, hutan kerangas yang sebagian besar tegakannya sudah

ditebang dan dibakar dibiarkan menjadi lahan terlantar yang diinvasi oleh semak

belukar yang didominasi oleh berbagai jenis paku-pakuan (Gambar II-2).

Gambar II-2. Pembukaan dan pembakaran lahan pada ekosistem hutan kerangas yang diinvasi semak belukar

Ekosistem hutan gambut tebal di beberapa wilayah telah mengalami gangguan serius

berupa kebakaran, penebangan liar, pembuatan saluran drainase dan konversi

tegakan hutan menjadi lahan pertanian (Gambar II-3 dan Gambar II-4).

Gambar II.3 Lahan gambut yang terbakar (kebakaran hutan dan lahan semacam ini telah menghabiskan lima puluh persen hutan gambut di kawasan Eks-PLG)

www.djpp.depkumham.go.id

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 16

Gambar II-4. Pembuatan kanal saluran drainase ke Sungai Mantangai pada

ekosistem hutan gambut tebal

Situasi semacam ini telah menyebabkan “gambut kering tidak balik” (irreversible

drying), sehingga pada saat musim hujan gambut menjadi terkelupas, terjadi banjir di

dataran-dataran rendah dan terbentuknya genangan-genangan air di lantai hutan,

sedangkan pada musim kemarau terjadi kebakaran gambut dan kekurangan air, baik

bagi pertumbuhan tanaman, kehidupan fauna air maupun bagi keperluan irigasi, air

minum dan transportasi air karena debit sungai menjadi kecil.

Hutan gelam umumnya tumbuh pada areal hutan rawa dan hutan gambut yang telah

rusak yang tanahnya mengandung pirit, baik pada tanah sulfat masam aktual maupun

tanah sulfat masam potensial (Gambar II-5). Pada tanah sulfat masam tersebut jenis

gelam tumbuh rapat secara monokultur, karena jenis-jenis pohon lainnya tidak dapat

tumbuh di habitat tersebut.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 17

Gambar II-5. Hutan gelam yang tumbuh pada hutan gambut dengan tanah sulfat masam

Lahan-lahan dengan tanah sulfat masam umumnya berupa tanah terlantar yang

diinvasi oleh rumput-rumputan dan semak belukar sebelum diinvasi oleh jenis pohon

gelam sebagai tahap suksesi klimaks di lahan tersebut.

Tegakan hutan gelam di kawasan PLG ditebang secara konvensional oleh masyarakat

di kawasan tersebut untuk memanfaatkan kayunya yang bernilai komersial. Kayu

gelam tersebut umumnya dimanfaatkan untuk stabilisasi tanah fondasi jalan dan tiang

pancang (scalfold) pada saat pembangunan gedung. Oleh karena itu, secara

signifikan keberadaan hutan gelam dapat memberikan pendapatan bagi masyarakat

yang tinggal di beberapa lokasi pada kawasan PLG.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 18

Gambar II-6. memperlihatkan tumpukan kayu gelam yang siap untuk dijual.

Hutan mangrove tumbuh di sebelah utara kawasan eks PLG. Saat ini situasinya

mengalami kerusakan akibat penebangan dan konversi lahan mangrove menjadi

peruntukan lain (Gambar II-7).

Gambar II-7. Konversi lahan mangrove menjadi peruntukan lain

www.djpp.depkumham.go.id

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 19

Tipe ekosistem mangrove ini mempunyai fungsi ekologis yang penting bagi fungsi

lindungan lingkungan sekitarnya yang berperan menjaga keseimbangan ekologis

antara ekosistem lautan dan ekosistem daratan.

Situasi masalah ekosistem-ekosistem spesifik di kawasan PLG juga bersangkutan

dengan penutupan lahan. Tabel II-1 menunjukkan luas dan persentase penutupan

lahan untuk masing-masing tipe ekosistem. Dapat dilihat bahwa hampir semua

ekosistem spesifik di kawasan PLG sebagian besar penutupan lahannya berupa

semak/tidak berhutan, kecuali untuk ekosistem mangrove.

Terlepas dari situasi masalah konservasi kawasan PLG saat ini, kemauan politik yang

kuat dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk merehabilitasi dan merevitalisasi

kawasan PLG adalah merupakan suatu kekuatan (strengths). Akan tetapi bila dilihat

dari sudut kerumitan masalah dan banyaknya stakeholder, faktor kelembagaan akan

menjadi faktor kelemahan (weakness) dalam rehabilitasi dan revitalisasi kawasan PLG.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 20

Persen(%)

I. Kawasan Lindung1. Konservasi Flora Fauna a. Hutan Kerapatan Sedang 28,381 1.95

b. Hutan Kerapatan Jarang 6,525 0.45 c. Semak/tidak berhutan 93,101 6.40

128,006 8.80 2. Konservasi Mangrove a. Hutan Kerapatan Jarang 25,350 1.74

b. Semak/tidak berhutan 739 0.05 26,090 1.79

3. Konservasi Ekosistem Air Hitam a. Hutan Kerapatan Sedang 2,766 0.19 b. Hutan Kerapatan Jarang 127 0.01 c. Semak/tidak berhutan 19,137 1.32

22,029 1.51 4. Konservasi Hidrologi a. Hutan Kerapatan Sedang 171,930 11.82

b. Hutan Kerapatan Jarang 8,535 0.59 c. Semak/tidak berhutan 92,443 6.36

272,908 18.76 5. Konservasi Pasir Kuarsa a. Hutan Kerapatan Sedang 34,726 2.39

b. Hutan Kerapatan Jarang 5,825 0.40 c. Semak/tidak berhutan 43,832 3.01

84,384 5.80 6. Konservasi Gambut Tebal a. Hutan Kerapatan Sedang 49,359 3.39

b. Hutan Kerapatan Jarang 15,460 1.06 c. Semak/tidak berhutan 203,020 13.96 d. Karet 145 0.01 e. Sawah 1,516 0.10

269,500 18.53 7. Konservasi Hutan Galam/purun a. Semak/tidak berhutan 47,108 3.24

b. Sawah 21,793 1.50 c. Pemukiman 2,636 0.18

71,537 4.92 874,453 60.12

II. Kawasan Budidaya - 1. Budidaya Kehutanan a. Hutan Kerapatan Jarang 34,569 2.38

b. Semak/tidak berhutan 117,151 8.05 151,720 10.43

2. Budidaya Non Kehutanan a. Hutan Kerapatan Sedang 1,418 0.10 b. Hutan Kerapatan Jarang 1,159 0.08 c. Galam 2,523 0.17 d. Semak/tidak berhutan 423,179 29.09 e. Sawah 84 0.01 f. Pemukiman 4 0.00

428,368 29.45 580,088 39.88

1,454,541 100.00

Penutupan Lahan Luas (ha)

Jumlah Kawasan PLG

Jumlah 5

Jumlah 6

Jumlah 7Jumlah Kawasan Lindung

Tabel II-1. Luas dan persentase penutupan lahan pada setiap sasaran konservasi

Jumlah 1

Jumlah 2Jumlah Kawasan Budidaya

Jumlah 1

Jumlah 2

Jumlah 3

Jumlah 4

No. Sasaran Konservasi

Sumber: Badan

Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan, 2007

www.djpp.depkumham.go.id

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 21

B. Status Kawasan Pengembangan Lahan Gambut

Kawasan lindung dan kawasan budidaya pada kawasan eks PLG di Kalimantan seluas

± 1.457.100 ha, sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 759/Kpts/Um/10/1982

tentang TGHK Provinsi Kalimantan Tengah masih berstatus sebagai kawasan hutan

dengan fungsi Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK), dan

sebagian kecil sebagai Areal Penggunaan Lain (APL).

Status kawasan eks PLG tersebut sebagai kawasan hutan masih sah secara hukum

mengingat Menteri Kehutanan yang diberi wewenang berdasarkan Undang Undang

No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan belum menetapkan perubahan peruntukan

kawasan PLG sebagai kawasan untuk kepentingan non kehutanan, meskipun melalui

Keputusan Menteri Kehutanan No. 166/Menhut/VII/1996 perihal Pencadangan Areal

Hutan untuk Tanaman Pangan di Provinsi Kalimantan Tengah telah dikeluarkan

pencadangan kawasan PLG tersebut untuk pengembangan tanaman pangan.

Untuk mendukung pemantapan status kawasan eks PLG bagi kepentingan revitalisasi

kawasan PLG bagi pembangunan multi sektor yang optimal sebagaimana diamanatkan

dalam Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2007, maka paduserasi antara peta TGHK dan

peta RTRWP Provinsi Kalimantan Tengah menjadi sangat strategis dan prioritas untuk

diselesaikan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, dimana kawasan PLG seluas ± 1.457.100 ha menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari paduserasi tersebut. Selanjutnya hasil paduserasi akan ditetapkan

menjadi peta penunjukan kawasan hutan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai acuan

dalam pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan.

C. Kandungan Karbon Pada Lahan Gambut

Gambut memiliki porositas yang sangat tinggi sehingga dapat menampung air yang

sangat banyak. Gambut juga memiliki sifat pengeringan yang tidak dapat balik

(irreversible drying property) dan vertikal konduktivitas yang sangat rendah, sehingga

jika gambut mengalami pengeringan yang berlebihan, gambut tidak akan dapat

menyerap air, dan akan sangat mudah terdekomposisi menghasilkan emisi karbon,

khususnya metan dan karbondioksida (CO2).

Lahan gambut menyimpan banyak karbon, sehingga apabila terjadi kerusakan akan

berpotensi menghasilkan emisi karbon yang cukup besar. Kerusakan lahan gambut

www.djpp.depkumham.go.id

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 22

seperti pembukaan dan pembakaran lahan gambut berpotensi melepas karbon

berupa emisi karbon, sehingga potensi gambut tersebut harus dijaga melalui upaya

rehabilitasi dan konservasi. Walaupun masih terbatas, hasil penelitian menunjukkan

bahwa potensi karbon pada lahan gambut cukup besar.

Tabel II.2. menyajikan hasil penelitian yang dilakukan Siregar et al (2004) di areal

hutan bekas tebangan, bekas kebakaran dan padang rumput.

Tabel II.2. Kandungan karbon pada beberapa areal gambut di Kalimantan Tengah menurut Siregar et al., 2004.

No.

Tipe lokasi

penelitian

Kandungan karbon di atas tanah

(ton/ha)

Bawah Tanah Jumlah Kandungan Karbon (ton/ha)

Kedalaman

(cm)

Lokasi Kandungan

Karbon (ton/ha)

1. Hutan bekas tebangan

216,040 0 – 30 (Average) 197,932 413,972 0 – 100 (Average) 754,319 970,359 0 – 350 (Average) 2.747,5

25 2.963,56

5 0 – 420 ST2 and

ST3 2.979,3

54 3.195,39

3 0 – 500 ST2 3.743,4

22 3.959,46

2 0 – 610 ST2 4.407,2

99 4.623,33

9 2. Hutan

bekas kebakaran

187,725 0 – 30 (Average) 223,634 411,349 0 – 100 (Average) 877,331 1.065,05

6 0 – 350 (Average) 2.663,9

80 2.851,70

5 0 – 420 (Average) 3.082,7

50 3.270,47

5 0 – 500 ST1 and

KLP3 3.240,6

27 3.428,35

2 0 – 610 ST1 3.849,2

61 4.036,98

6 3. Padang

rumput 9,661 0 – 30 (Average) 234,194 252,855

0 – 100 (Average) 736,738 746,399 0 – 350 (Average) 2.607,4

78 2.617,13

9 0 – 420 (Average) 3.270,7

51 3.280,41

2 0 – 580 STGL 3.603,8

46 3.613,50

7

www.djpp.depkumham.go.id

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 23

Catatan : ST1 Sei Taruna (Plot 1), hutan bekas kebakaran. ST2 Sei Taruna (Plot 2), hutan bekas tebangan. ST3 Sei Taruna (Plot 3), hutan bekas tebangan. STGL Sei Taruna (Plot 1), padang rumput.

KLP3 Kalampangan (Plot 3), hutan bekas kebakaran.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 24

BAB III

VISI, STRATEGI, HORISON PERENCANAAN DAN PEMBIAYAAN

A. Visi

Berdasarkan situasi kawasan PLG saat ini dan kekuatan serta kelemahan internal yang

dimiliki, maka visi rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG yaitu ”Terwujudnya

ekosistem gambut di kawasan PLG yang produktif yang memberikan

manfaat sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan secara optimal, baik lokal,

regional, maupun internasional secara berkelanjutan”. Untuk mewujudkan visi

tersebut, maka misi rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG adalah:

1. Menjamin keberadaan hutan tetap dengan luasan yang cukup sebagai penyangga

kehidupan kawasan PLG dan sekitarnya.

2. Mengoptimalkan fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan

fungsi produksi sehingga diperoleh manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan

ekonomi yang seimbang dan lestari.

3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai di kawasan PLG.

4. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam

konservasi kawasan PLG.

5. Menjamin distribusi manfaat hutan yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Peluang untuk mencapai visi rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG yang diinginkan

tersebut di atas cukup besar karena berkaitan dengan ketataan pada konvensi dan

kesepakatan-kesepakatan internasional seperti Konvensi Biodiversity, Ramsar, dan

perubahan iklim global. Ini berarti, upaya-upaya untuk mewujudkan situasi kawasan

PLG yang diinginkan tersebut di atas akan mendapatkan dukungan luas dari dunia

internasional. Selain itu, situasi kawasan PLG yang diinginkan tersebut bersesuaian

dengan kebijakan prioritas Departemen Kehutanan, khususnya kebijakan pemantapan

kawasan hutan, kebijakan rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan serta

pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Namun demikian,

upaya mewujudkan situasi kawasan PLG tersebut di atas akan menghadapi berbagai

faktor ancaman, khususnya faktor sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 25

B. Strategi

Visi rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG tersebut di atas, secara operasional dapat

didefinisikan sebagai berjalannya kegiatan pengelolaan kawasan hutan tetap sesuai

dengan fungsinya. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka langkah-langkah strategis

rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan dan pengamanan hutan, dan penetapan kawasan hutan sesuai

fungsi.

2. Rehabilitasi hutan dan restorasi ekosistem dalam rangka revitalisasi fungsi

ekosistem hutan gambut.

Sehubungan dengan langkah-langkah strategis tersebut di atas, beberapa prinsip

demand-driven berikut perlu dipenuhi:

1. Pengukuhan kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya sebagai

hutan tetap harus dilakukan setelah peruntukan kawasan eks PLG lainnya seperti

lahan pertanian tanaman pangan, pemukiman transmigrasi, perkebunan, dan lain-

lain peruntukan termasuk pertambangan, terdefinisikan secara jelas dan dengan

batas-batas yang jelas, serta para pihak berkomitmen dan mendukung terhadap

peruntukan kawasan hutan yang telah disepakati.

2. Dalam proses pengukuhan kawasan hutan serta penentuan statusnya sebagai

hutan negara, hutan hak, dan atau hutan adat sepanjang menurut kenyataannya

masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya,

merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari konservasi kawasan PLG.

3. Konservasi kawasan PLG harus lebih mengutamakan ”access tenure” daripada

”land tenure” .

C. Tenggang Waktu dan Horison Perencanaan

Berdasarkan visi, misi dan strategi pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi kawasan

PLG seperti tersebut di atas, maka ditetapkan dua tenggang waktu perencanaan yaitu

periode perbaikan struktur (komunitas ekosistem dan vegetasi hutan gambut) serta

periode revitalisasi fungsi (ekosistem hutan gambut) untuk sampai pada periode

pengelolaan penggunaan kawasan hutan tetap sesuai dengan fungsi secara

www.djpp.depkumham.go.id

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 26

berkelanjutan. Masing-masing periode ditetapkan waktunya lima tahun sehingga

horison perencanaan Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi PLG ini adalah 10

tahun (2007-2017). Gambar III-1 menunjukkan secara hipotetik tenggang waktu

horizon perencanaan dan perkembangan output (keluaran) kegiatan rehabilitasi dan

revitalisasi kawasan PLG.

Gambar III-1. Tenggang waktu dan horison perencanaan serta keluaran kegiatan

rehabilitasi dan revitalisasi kawasan PLG

D. Pembiayaan

Pendanaan yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan konservasi

kawasan PLG dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN),

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta sumber-sumber pembiayaan

lainnya yang tidak mengikat, seperti, dana-dana global.

Beberapa skema pendanaan yang berasal dari bantuan luar negeri yang diharapkan

dapat mendukung pembangunan konservasi di kawasan PLG adalah Debt Swap to

Nature (DSN), dana hibah (grant), carbon trade dan atau dapat menggunakan dana

pinjaman lunak (soft loan) untuk kegiatan yang bersifat produktif.

Kea

neka

raga

man

hay

ati d

an

fung

si e

kosi

stem

hut

an g

ambu

t – K

EL

UA

RA

N

2007 2012 2017 dst. - TAHUN

Kegiatan revitalisasi fungsi

Kegiatan perbaikan struktur

Kegiatan pengelolaan kawasan hutan tetap sesuai dengan fungsi secara berkelanjutan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 27

BAB IV

ARAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DAN ARAHAN PROGRAM AKSI KONSERVASI PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT SERTA TAHAPAN

IMPLEMENTASI ARAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Bab ini memuat tiga Sub Bab yang berisi tiga bahasan pokok, yaitu a) Sub Bab

Arahan Fungsi Kawasan Hutan pada masing-masing ekosistem yang terdapat dalam lahan

gambut; b) Sub Bab Arahan Program Aksi dan Kegiatan Pokok; c) Tahapan implementasi

arahan fungsi kawasan hutan.

A. Arahan Fungsi Kawasan Hutan

Untuk menata kawasan lindung sebagai kawasan yang akan menjadi kawasan

konservasi sebagaimana diarahkan pada peta Inpres Nomor 2 Tahun 2007, maka

dengan mempertimbangkan kondisi penutupan hutan, penggarapan masyarakat,

kedalaan gambut, serta sifat kimia-fisik tanah gambut, maka arahan fungsi kawasan

hutan PLG untuk masing-masing ekosistem sebagai berikut.

1. Ekosistem Hutan Kerangas (EHK)

Ekosistem Hutan Kerangas (EHK) termasuk ekosistem yang unik karena

keanekaragaman hayati dan peranannya dalam perlindungan sistem hidroorologi.

Oleh karena itu, EHK merupakan prioritas untuk dikonservasi dengan tujuan

pengawetan (preservasi) keanekaragaman hayati berbasis ekosistem. Namun

demikian, mengingat berbagai masalah yang dihadapi EHK di kawasan eks PLG saat

ini, maka penetapannya sebagai kawasan konservasi harus didahului dengan

kegiatan-kegiatan konservasi dalam rangka pengkondisian ekosistem agar dapat

ditetapkan sebagai kawasan hutan konservasi dengan kategori tertentu atau

kawasan hutan lindung.

Arahan fungsi kawasan pada EHK dapat ditetapkan berdasarkan ragam dan

intensitas masalah konservasi yang dihadapi saat ini dan tujuan penggunaan

kawasan hutan sesuai fungsi yang paling memungkinkan. Faktor-faktor determinan

yang teridentifikasi di lapangan yang perlu dikondisikan adalah faktor kerusakan

vegetasi dan penguasaan lahan oleh masyarakat. Berdasarkan kedua faktor ini,

www.djpp.depkumham.go.id

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 28

maka ragam dan intensitas permasalahan konservasi EHK saat ini serta arahan

fungsi kawasan pada EHK seperti disajikan dalam Tabel IV-1.

Tabel IV-1. Matriks arahan fungsi kawasan pada EHK

Kondisi Vegetasi

Penguasaan Lahan

Masih dalam garapan

masyarakat

Tidak digarap oleh

masyarakat

Vegetasi hutan rusak ringan

HL CA

Vegetasi hutan rusak berat

HL HL

Tabel IV-1 menunjukkan bahwa berdasarkan permasalahan konservasi yang

dihadapi EHK di kawasan eks PLG saat ini yaitu tingkat kerusakan vegetasi hutan

dan tingkat penguasaan lahan oleh masyarakat maka dalam jangka panjang EHK

sangat mungkin diarahkan untuk dikelola sebagai kawasan cagar alam dan

kawasan hutan lindung. Berdasarkan arahan fungsi kawasan tersebut, maka

arahan kegiatan konservasi pada EHK dapat ditetapkan sebagai berikut:

§ Jika ekosistem tersebut tidak digarap oleh masyarakat dan tingkat

kerusakannya ringan, maka kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan adalah

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan struktur komunitas (restorasi)

EHK agar berfungsi sebagai kawasan Cagar Alam (CA).

§ Jika ekosistem tersebut masih dalam garapan masyarakat dan atau tidak

digarap oleh masyarakat, tetapi kerusakannya berat, kegiatan-kegiatan

konservasi yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada

perbaikan struktur vegetasi hutan (reboisasi) EHK agar berfungsi sebagai

kawasan Hutan Lindung (HL).

2. Ekosistem Hutan Gelam (EHG)

Ekosistem Hutan Gelam (EHG) termasuk ekosistem yang unik karena

keanekaragaman hayati dan peranannya dalam perlindungan tanah dan air. Oleh

karena keunikannya, EHG merupakan prioritas untuk dikonservasi dengan tujuan

pengawetan kenekaragaman hayati berbasis ekosistem. Seperti halnya EHK, EHG

www.djpp.depkumham.go.id

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 29

di kawasan eks PLG saat ini juga menghadapi berbagai masalah. Oleh karena itu,

penetapannya sebagai kawasan konservasi harus didahului dengan kegiatan-

kegiatan pengkondisian ekosistem agar dapat ditetapkan sebagai kawasan hutan

konservasi dengan kategori tertentu atau kawasan hutan lindung.

Arahan fungsi kawasan pada EHG dapat ditetapkan berdasarkan ragam dan

intensitas masalah konservasi yang dihadapi saat ini dan tujuan penggunaan

kawasan hutan sesuai fungsi yang paling memungkinkan. Faktor-faktor determinan

yang teridentifikasi di lapangan yang perlu dikondisikan adalah faktor kerusakan

vegetasi, sifat irreversibilitas lahan, dan penguasaan lahan oleh masyarakat.

Berdasarkan ketiga faktor ini, maka ragam dan intensitas permasalahan konservasi

EHG saat ini serta arahan fungsi kawasan pada EHG seperti disajikan dalam Tabel

IV-2

Tabel IV-2. Matriks arahan fungsi kawasan pada ekosistem hutan gelam

Kondisi Vegetasi

Penguasaan Lahan

Masih dalam garapan masyarakat

Tidak digarap oleh masyarakat

Sulfat Masam Aktual

Sulfat Masam

Potensial

Sulfat Masam Aktual

Sulfat Masam

Potensial

Vegetasi hutan rusak ringan

HL HPT CA CA

Vegetasi hutan rusak berat

HL HPT CA HL

Keterangan:

- Sulfat Masam Aktual : tanah yang mengandung pirit pada kedalaman ≤ 50 cm

yang telah teroksidasi dengan pH < 4,0 dan kadar Al serta Fe-nya sangat tinggi

yang bersifat racun bagi tanaman.

- Sulfat Masam Potensial : tanah yang mengandung pirit baik pada kedalaman <

50 cm yang belum teroksidasi (karena terendam air) maupun tanah dengan

kandungan pirit pada kedalaman > 50 cm dengan pH > 4,0.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 30

- Masih dalam garapan masyarakat = kawasan PLG yang saat ini dimanfaatkan oleh

masyarakat

Tabel IV-2 menunjukkan bahwa berdasarkan permasalahan konservasi yang

dihadapi EHG di kawasan eks PLG saat ini yaitu tingkat kerusakan vegetasi hutan

dan masih dalam garapan masyarakat, maka dalam jangka panjang EHG sangat

mungkin diarahkan untuk dikelola sebagai kawasan cagar alam dan kawasan hutan

lindung. Berdasarkan arahan fungsi kawasan tersebut, maka arahan kegiatan

konservasi pada EHG dapat ditetapkan sebagai berikut:

§ Jika ekosistem tersebut bersulfat masam aktual, kerusakan vegetasi ringan-

berat dan masih dalam garapan masyarakat, dan/atau bersulfat masam

potensial dengan kerusakan vegetasi berat dan tidak digarap oleh masyarakat ,

maka kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan

yang mengarah pada perbaikan struktur vegetasi hutan (rehabilitasi) EHG agar

berfungsi sebagai kawasan Hutan Lindung (HL).

§ Jika ekosistem tersebut bersulfat masam potensial, kerusakan vegetasi ringan-

berat, dan masih dalam garapan masyarakat, maka kegiatan-kegiatan

konservasi yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada

perbaikan struktur vegetasi hutan (rehabilitasi) EHG sehingga berfungsi sebagai

kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

§ Jika ekosistem tersebut memiliki sulfat masam aktual, kerusakan vegetasi

ringan-berat, dan/atau bersulfat masam potensial dengan kerusakan vegetasi

ringan, tidak digarap oleh masyarakat maka kegiatan-kegiatan konservasi yang

dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan struktur

komunitas (restorasi) EHG agar berfungsi sebagai kawasan Cagar Alam (CA)

3. Ekosistem Hutan Gambut Tebal (EHGT)

Vegetasi hutan alam pada tanah gambut tebal, secara khusus kubah gambut,

merupakan jantung keseimbangan air dalam ekosistem hutan gambut. Ekosistem

Hutan Gambut Tebal (EGHT) merupakan ekosistem unik dilihat dari fungsi

hidrologi dan keanekaragaman hayatinya, baik flora maupun fauna, termasuk

fenomena unik lain berupa ”air hitam”. Pada kawasan eks PLG, ”air hitam” ini

adalah air yang mengalir di Sungai Mentangai bagian hulu dan di sekitar Sungai

www.djpp.depkumham.go.id

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 31

Sebangau. Oleh karena keunikannya, EHGT merupakan prioritas untuk

dikonservasi dengan tujuan pengawetan (preservasi) keanekaragaman hayati

berbasis ekosistem. Seperti halnya EHK dan EHG, EHGT di kawasan eks PLG saat

ini juga menghadapi berbagai masalah. Oleh karena itu, penetapannya sebagai

kawasan konservasi harus didahului dengan kegiatan-kegiatan pengkondisian

ekosistem agar kawasan tersebut dapat ditunjuk sebagai kawasan hutan konservasi

dengan kategori tertentu atau kawasan hutan lindung.

Arahan fungsi kawasan pada EHGT dapat ditetapkan berdasarkan ragam dan

intensitas masalah konservasi yang dihadapi saat ini dan tujuan penggunaan

kawasan hutan sesuai fungsi yang paling memungkinkan. Faktor-faktor determinan

yang teridentifikasi di lapangan yang perlu dikondisikan adalah faktor kerusakan

vegetasi, sifat irreversibilitas ekosistem, dan pemanfaatan lahan oleh masyarakat.

Berdasarkan ketiga faktor determinan ini, maka ragam dan intensitas permasalahan

konservasi EHGT saat ini serta arahan fungsi kawasan pada EHGT adalah seperti

disajikan dalam Tabel IV-3.

Tabel IV-3. Matriks arahan fungsi kawasan pada ekosistem hutan gambut tebal

Kondisi Vegetasi

Penguasaan Lahan

Masih dalam garapan masyarakat

Tidak digarap oleh masyarakat

Berkubah Gambut

Tidak Berkubah Gambut

Berkubah Gambut

Tidak Berkubah Gambut

Vegetasi hutan rusak ringan

SM HL CA SM

Vegetasi hutan rusak berat

SM HL SM SM

Tabel IV-3 menunjukkan bahwa berdasarkan permasalahan konservasi yang

dihadapi EHGT di kawasan eks PLG saat ini yaitu tingkat kerusakan vegetasi hutan

dan tingkat penguasaan lahan oleh masyarakat, maka dalam jangka panjang EHGT

www.djpp.depkumham.go.id

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 32

sangat mungkin diarahkan untuk dikelola sebagai kawasan cagar alam dan

kawasan suaka margasatwa. Berdasarkan arahan fungsi kawasan tersebut, maka

arahan kegiatan konservasi pada EHGT dapat ditetapkan sebagai berikut:

• Jika EHGT berupa kubah gambut, tidak digarap oleh masyarakat, serta

kerusakannya ringan, maka kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan adalah

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan struktur komunitas (restorasi)

EHGT sehingga berfungsi sebagai kawasan cagar alam (CA).

• Jika EHGT berkubah gambut dan masih dalam garapan masyarakat,

kerusakan vegetasi ringan-berat, dan/atau tidak digarap oleh masyarakat oleh

masyarakat, berkubah gambut dengan kerusakan vegetasi berat, dan/atau tidak

digarap oleh masyarakat oleh masyarakat, tidak berkubah gambut dengan

kerusakan vegetasi ringan-berat, maka kegiatan-kegiatan konservasi yang

dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan struktur

komunitas (restorasi) EHGT sehingga berfungsi sebagai kawasan suaka

margasatwa(SM).

• Jika EHGT masih dalam garapan masyarakat, tidak berkubah gambut dengan

kerusakan vegetasi ringan-berat, maka kegiatan-kegiatan konservasi yang

dilakukan adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan struktur

vegetasi (rehabilitasi) EHGT sehingga berfungsi sebagai kawasan hutan lindung

(HL)

4. Ekosistem Hutan Mangrove (EHM)

Ekosistem Hutan Mangrove (EHM) merupakan ekosistem penting di wilayah

pesisir pantai karena peranannya dalam melindungi pantai dari abrasi pantai,

gelombang laut, dan intrusi air laut. Oleh karena itu, EHM perlu dilindungi

walaupun tidak unik.

Seperti halnya ekosistem-ekosistem lainnya di kawasan eks PLG, EHM juga telah

dan sedang mengalami kerusakan akibat pemanfaatan yang tidak berasaskan

konservasi. Ragam dan intensitas permasalahan konservasi EHM saat ini serta

arahan fungsi kawasan pada EHM disajikan dalam Tabel IV-4.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 33: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 33

Tabel IV-4. Matriks arahan fungsi kawasan pada ekosistem hutan mangrove

Kondisi Vegetasi

Penguasaan Lahan

Masih dalam garapan

masyarakat

Tidak digarap oleh masyarakat

Vegetasi hutan rusak ringan

HL HL

Vegetasi hutan rusak berat

HL HL

Tabel IV-4 menunjukkan bahwa berdasarkan permasalahan konservasi yang

dihadapi EHM di kawasan eks PLG saat ini yaitu tingkat kerusakan vegetasi hutan

dan tingkat penggarapan lahan oleh masyarakat, maka dalam jangka panjang EHM

sangat mungkin diarahkan untuk dikelola sebagai kawasan hutan lindung.

Berdasarkan arahan fungsi kawasan tersebut, maka arahan kegiatan konservasi

pada EHM adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan struktur

vegetasi hutan (reboisasi) pada EHM sehingga berfungsi sebagai kawasan Hutan

Lindung (HL)

Berdasarkan matriks permasalahan yang ditunjukkan dalam Tabel IV-1 sampai

dengan Tabel IV-4, maka secara umum dapat dilihat bahwa kegiatan-kegiatan

konservasi yang harus dilakukan bersangkutan dengan identifikasi tingkat

kerusakan vegetasi hutan, tingkat penggunaan lahan oleh masyarakat, sifat

irreversibilitas ekosistem, keberadaan fauna unik, dan kegiatan-kegiatan yang

merupakan solusi masalahnya. Dalam hubungannya dengan upaya reboisasi dan

restorasi ekosistem hutan dalam rangka pengkondisian ekosistem, maka indikator-

indikator kerusakan vegetasi hutan yang harus digunakan adalah komposisi dan

kerapatan jenis tumbuhan asli pada berbagai tingkat pertumbuhan: semai,

pancang, tiang, dan pohon. Sedangkan indikator-indikator tingkat penggarapan

lahan oleh masyarakat adalah jumlah kepala keluarga (KK), luas penggarapan

lahan per KK, sejarah penggarapan (sebelum/sesudah PLG), status penggarapan

lahan (tanah milik, tanah adat, tanah garapan), jenis penggunaan lahan (rumah,

www.djpp.depkumham.go.id

Page 34: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 34

sawah, ladang, kebun, budidaya ikan), jenis tanaman dan ikan budidaya (asli,

eksotik).

B. Arahan Program Aksi dan Kegiatan-kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Ekosistem-Ekosistem Unik di Kawasan PLG

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan

Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Penataguna-an hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan kerangas.

2. Pemberdaya-an masyarakat

(Kegiatan terintegrasi)

3. Penelitian dan pemantauan

2) Penelitian perkembangan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan cagar alam

3) Pemantauan

kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan kerangas dengan arahan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 35: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 35

Program-program aksi rehabilitasi dan konservasi ekosistem-ekosistem unik di kawasan

PLG dapat dikelompokkan kedalam: (1) program pengelolaan dan perlindungan

sumberdaya alam hayati, (2) program pemberdayaan masyarakat, (3) program

penelitian dan pemantauan serta (4) program penguatan kelembagaan.

Kegiatan-kegiatan rehabilitasi dan konservasi pada masing-masing program aksi pada

masing-masing ekosistem unik, Kegiatan-kegiatan perbaikan struktur komunitas dan

vegetasi hutan serta kegiatan-kegiatan revitalisasi fungsi ekosistem dan hutan seperti

disajikan dalam Tabel disajikan dalam Tabel IV-5.

1. Program Aksi Konservasi Ekosistem Hutan Kerangas

1.1. Arahan fungsi: Kawasan Cagar Alam (CA)

• Tujuan konservasi: Pengawetan (preservasi keanekaragaman hayati.

• Pendekatan pengkondisian: restorasi.

• Program aksi konservasi ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi

sebagai kawasan cagar alam disajikan dalam Tabel IV-5.

Tabel IV-5. Program aksi konservasi ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi sebagai kawasan cagar alam

1.2. Arahan fungsi: Kawasan Hutan Lindung (HL)

• Tujuan konservasi: perlindungan sistem hidroorologi

• Pendekatan pengkondisian: reboisasi

• Program aksi konservasi ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi

sebagai kawasan hutan lindung disajikan dalam Tabel IV-6.

Tabel IV-6. Program aksi konservasi ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan lindung

fungsi kawasan cagar alam.

4. Penguatan kelembaga-an

(Kegiatan terintegrasi)

www.djpp.depkumham.go.id

Page 36: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 36

No. Program Aksi Kegiatan

Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan kerangas.

2) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan kerangas.

2. Pemberdayaan masyarakat

3) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

3. Penelitian dan pemantauan

4) Penelitian perkembangan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung

4. Penguatan kelembagaan

6) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak

www.djpp.depkumham.go.id

Page 37: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 37

2. Program Aksi Konservasi Ekosistem Hutan Gelam

2.1. Arahan fungsi: Kawasan Cagar Alam (CA)

• Tujuan konservasi: pengawetan (preservasi) keanekaragaman hayati

• Pendekatan pengkondisian: restorasi ekosistem

• Program aksi konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi

sebagai kawasan cagar alam disajikan dalam Tabel IV-7.

Tabel IV-7. Program aksi konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi sebagai kawasan cagar alam

No. Program Aksi Kegiatan Kelompok

Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Restorasi ekosistem hutan gelam.

2) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan gelam.

2. Pemberdayaan masyarakat

3) (Kegiatan terintegrasi)

3. Penelitian dan pemantauan

4) Penelitian perkembangan

√ √

akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan kerangas

www.djpp.depkumham.go.id

Page 38: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 38

No. Program Aksi Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi fungsi

ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

4. Penguatan kelembagaan

(Kegiatan terintegrasi)

2.2. Arahan fungsi: Kawasan Hutan Lindung (HL)

• Tujuan konservasi: Perlindungan sistem hidroorologi

• Pendekatan pengkondisian: rehabilitasi/reboisasi

• Program aksi konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi sebagai

kawasan hutan lindung disajikan dalam Tabel IV-8.

Tabel IV-8. Program aksi konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan lindung

No. Program

Aksi Kegiatan Kelompok

Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi fungsi

1. Pengelolaan dan perlindung-an sumberda- ya alam hayati

1) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan gelam.

2) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 39: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 39

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi fungsi

gelam. 2. Pemberda-

yaan masyarakat

3) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gelam dengan fungsi kawasan hutan lindung.

√ √

3. Penelitian dan pemantau-an

4) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

4. Penguatan kelemba- gaan

6) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan gelam.

2.3. Arahan fungsi: Hutan Produksi Terbatas (HPT)

www.djpp.depkumham.go.id

Page 40: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 40

• Tujuan konservasi: Pemanfaatan kayu secara terbatas

• Pendekatan pengkondisian: rehabilitasi/reboisasi

• Program aksi konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi sebagai

kawasan hutan produksi terbatas disajikan dalam Tabel IV-9.

Tabel IV-9. Program aksi konservasi ekosistem hutan dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan produksi terbatas

No. Program

Aksi Kegiatan Kelompok

Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Rehabilitasi /reboisasi hutan pada ekosistem hutan gelam.

2) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan HPT pada ekosistem hutan gelam.

2. Pemberdayaan masyarakat

3) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gelam dengan fungsi kawasan HPT.

√ √

3. Penelitian dan pemantauan

4) Penelitian perkembangan vegetasi hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan HPT.

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 41: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 41

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

arahan fungsi kawasan HPT

4. Penguatan kelembagaan

6) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan HPT pada ekosistem hutan gelam.

√ √

3. Program Aksi Konservasi Ekosistem Hutan Gambut Tebal

3.1. Arahan fungsi: Kawasan Cagar Alam (CA)

• Tujuan konservasi: Pengawetan keanekaragaman hayati

• Pendekatan pengkondisian: restorasi

• Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan

fungsi sebagai kawasan cagar alam disajikan dalam Tabel IV-10.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 42: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 42

Tabel IV-10. Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi sebagai kawasan cagar alam

No. Program

Aksi Kegiatan Kelompok

Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisai Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Restorasi ekosistem hutan gambut tebal

2) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan gambut tebal.

2. Pemberdaya- an masyarakat

3) (kegiatan terintegrasi)

3. Penelitian dan pemantauan

4) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

4. Penguatan kelembaga- an

(Kegiatan terintegrasi)

3.2. Arahan fungsi: Kawasan Suaka Margasatwa.

• Tujuan konservasi: pengawetan keanekaragaman hayati

• Pendekatan pengkondisian: restorasi/reboisasi

www.djpp.depkumham.go.id

Page 43: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 43

• Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan

fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa disajikan dalam Tabel IV-11.

Tabel IV-11. Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut dengan arahan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa

No. Program

Aksi Kegiatan Kelompok

Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindu-ngan sumberdaya alam hayati

1) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan gambut tebal.

2) Pembinaan habitat satwa liar.

3) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa pada ekosistem hutan gambut tebal.

√ √ √

2. Pemberda-yaan masyarakat

4) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gambut tebal dengan fungsi kawasan suaka margasatwa.

3. Penelitian dan pemantau-an

5) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan suaka margasatwa.

6) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan

√ √

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 44: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 44

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

suaka margasatwa.

4. Penguatan kelembaga- an

7) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pemanfaatan kawasan suaka margasatwa pada ekosistem hutan gambut tebal.

3.3. Arahan fungsi : kawasan hutan lindung (HL)

• Tujuan konservasi: Perlindungan sistem hidroorologi

• Pendekatan pengkondisian: rehabilitasi/reboisasi

• Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan

fungsi sebagai kawasan hutan lindung disajikan dalam Tabel IV-12.

Tabel IV-12. Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan lindung

No. Program

Aksi Kegiatan Kelompok

Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Rehabilitasi hutan pada EHGT

2) Penatagunaan hutan berdasarkan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 45: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 45

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada EHGT

2. Pemberdayaan masyarakat

3) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan EHGT dengan fungsi kawasan hutan lindung.

3. Penelitian dan pemantauan

4) Penelitian perkembangan vegetasi hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada EHGT dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

4. Penguatan kelembagaan

6) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 46: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 46

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

lindung pada EHGT.

4. Program Aksi Konservasi Ekosistem Hutan Mangrove

4.1. Arahan fungsi: Kawasan Hutan Lindung

• Tujuan konservasi: perlindungan wilayah pesisir dan pantai

• Pendekatan pengkondisian: reboisasi

• Program aksi konservasi ekosistem hutan mangrove dengan arahan

fungsi sebagai kawasan hutan lindung disajikan dalam Tabel IV-13.

Tabel IV-13. Program aksi konservasi ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan lindung

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan mangrove.

2) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan mangrove.

2. Pemberdayaan masyarakat

3) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 47: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 47

No. Program Aksi

Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

hutan lindung.

3. Penelitian dan pemantauan

4) Penelitian perkembangan ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

5) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

√ √

√ √

4. Penguatan kelembagaan

6) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan mangrove.

5. Kegiatan Konservasi Kawasan PLG Terintegrasi

Beberapa kegiatan konservasi tidak bersifat unik ekosistem tertentu tetapi berlaku

umum. Dalam rangka efisiensi implementasinya, maka kegiatan-kegiatan yang berlaku

www.djpp.depkumham.go.id

Page 48: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 48

umum tersebut perlu diintegrasikan dan dikelompokkan sebagai kegiatan konservasi

terintegrasi seperti disajikan dalam Tabel IV-14.

Tabel IV-14. Program aksi konservasi kawasan PLG terintegrasi

No. Program Aksi Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

1. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Pemetaan detil ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove untuk menentukan luas dan tingkat kerusakan vegetasi, luas dan sebaran kubah gambut, lapisan pirit yang berada pada kedalaman < 50 cm, dan tingkat penguasaan lahan oleh masyarakat.

2) Survai dan inventarisasi sumberdaya alam hayati ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove.

3) Perlindungan dan pengamanan

√ √ √

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 49: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 49

No. Program Aksi Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

hutan kawasan PLG.

4) Penambatan kanal yang memotong kubah gambut pada ekosistem gambut tebal.

5) Penunjukan, pengukuhan, dan pemantapan kawasan hutan di kawasan PLG.

√ √

2. Pemberdayaan masyarakat

6) Survai dan inventarisasi jumlah penduduk yang memanfaatkan ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove, termasuk karakteristik penguasaannya.

7) Manajemen konflik penguasa- an lahan dan

pemberdayaan masyarakat

di luar kawasan bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan kerangas dan ekosistem hutan gelam

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 50: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 50

No. Program Aksi Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

dengan arahan fungsi kawasan cagar alam. 8) Sosialisasi dan

penyuluhan program konservasi kawasan PLG.

3. Penelitian dan pemantauan

9) Penelitian perkembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

10) Pemantauan titik api di kawasan PLG.

√ √

√ √

4. Penguatan kelembagaan

11) Pengaturan kembali organisasi dan kelembagaan pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

12) Penyusunan SOP penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

13) Pengembangan sistem insentif dalam pembukaan lahan dan penanggulangan kebakaran.

14) Kajian pembentukan dan penetapan KPH di kawasan PLG.

15) Kajian pembentukan

√ √

www.djpp.depkumham.go.id

Page 51: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 51

No. Program Aksi Kegiatan Kelompok Kegiatan Perbaikan Struktur

Kelompok Kegiatan

Revitalisasi Fungsi

dan penetapan organisasi KPH di kawasan PLG.

Berdasarkan analisis kebutuhan kegiatan rehabilitasi dan konservasi ekosistem-

ekosistem unik pada masing-masing arahan fungsinya, maka terdapat 63 kegiatan

yang secara konseptual perlu dilakukan dalam rangka perbaikan struktur

komunitas/vegetasi hutan dan revitalisasi fungsi ekosistem/hutan. Kerangka

konseptual kegiatan rehabilitasi dan konservasi ekosistem-ekosistem unik ini sasaran

lokasi kegiatannya masih bersifat indikatif tetapi tetap mengacu pada Inpres No. 2

tahun 2007. Sementara itu, volume kegiatan yang terkait dengan luas kawasan PLG

yang perlu direhabilitasi (perbaikan struktur vegetasi hutan) dan direstorasi (perbaikan

struktur ekosistem hutan) belum disajikan secara definitif karena masih diperlukan

kegiatan pemetaan mikro yang belum dilaksanakan.

Bagaimanapun juga kegiatan-kegiatan konservasi sebagaimana tercantum dalam

Lampiran Inpres No. 2 tahun 2007 merupakan kegiatan-kegiatan konservasi prioritas

yang harus segera dilaksanakan pada periode 2007-2011. Tabel V-2 menyajikan

kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk 2007-2015 dan kegiatan-kegiatan

konservasi prioritas (2007-2011) sebagaimana digariskan dalam Inpres No. 2 tahun

2007.

Tabel IV-15. Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk (2007-2015) dan kegiatan-kegiatan konservasi prioritas (2007-2011) sebagaimana digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun 2007

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Kawasan Cagar Alam pada Ekosistem Hutan Kerangas

Kegiatan konservasi Hutan Kerangas

www.djpp.depkumham.go.id

Page 52: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 52

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 1) Penatagunaan hutan berdasarkan

fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan kerangas

-

2) Penelitian perkembangan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

3) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

- -

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Kawasan Hutan Lindung pada Ekosistem Hutan Kerangas

Kegiatan konservasi Hutan Kerangas

4) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan kerangas.

5) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan kerangas.

- Penetapan batas dan penataan kawasan hutan di areal hutan kerangas

6) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

7) Penelitian perkembangan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

8) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

9) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap

-

www.djpp.depkumham.go.id

Page 53: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 53

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan kerangas.

Kegiatan konservasi dengan Arahan fungsi Kawasan Cagar Alam pada Ekosistem Hutan Gelam

Kegiatan konservasi Hutan Gelam

10) Restorasi ekosistem hutan gelam. 11) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan gelam.

-

12) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam. 13) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam

- -

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Kawasan Hutan Lindung pada Ekosistem Hutan Gelam

Kegiatan konservasi Hutan Gelam

14) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan gelam. 15) Penatagunaan hutan berdasarkan

fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan gelam.

- Penanaman jenis gelam pada lahan-lahan terbuka

- Penetapan batas dan penataan kawasan hutan di areal hutan gelam

16) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

17) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gelam dengan

-

www.djpp.depkumham.go.id

Page 54: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 54

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 arahan fungsi kawasan hutan lindung.

18) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

19) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan serta hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan gelam.

-

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Hutan Produksi Terbatas pada Ekosistem Hutan Gelam

20) Rehabilitasi /reboisasi hutan pada ekosistem hutan gelam.

21) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan HPT pada ekosistem hutan gelam.

- -

22) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gelam dengan fungsi kawasan HPT.

-

23) Penelitian perkembangan vegetasi hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan HPT.

24) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan HPT

- -

25) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan

-

www.djpp.depkumham.go.id

Page 55: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 55

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 pemanfaatan kawasan dan hasil hutan HPT pada ekosistem hutan gelam.

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Kawasan Cagar Alam pada Ekosistem Hutan Gambut Tebal

-

26) Restorasi ekosistem hutan gambut tebal

-

27) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan gambut tebal.

-

28) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

29) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

- -

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Kawasan Suaka Margasatwa pada Ekosistem Hutan Gambut Tebal

Kegiatan konservasi flora dan fauna

30) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan suaka margasatwa.

31) Pembinaan habitat satwa liar. 32) Penatagunaan hutan berdasarkan

fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa pada ekosistem hutan gambut tabal.

- - -

33) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi

-

www.djpp.depkumham.go.id

Page 56: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 56

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 kawasan suaka margasatwa.

34) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan suaka margasatwa.

-

35) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan suaka margasatwa.

-

36) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pemanfaatan kawasan suaka margasatwa pada ekosistem hutan gambut tebal.

-

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Hutan Lindung pada Ekosistem Hutan Gambut Tebal

a. Kegiatan konservasi gambut tebal b. Kegiatan konservasi hidrologi c. Kegiatan konservasi ekosistem air hitam

37) Rehabilitasi hutan pada EHGT

a. Pemeliharaan regenerasi alam untuk menstimulir terjadinya suksesi alam pada kawasan hidrologi

b. Penanaman pengkayaan (enrichment planting) jenis asli

c. Pengelolaan kawasan

hutan dengan fungsi konservasi flora/fauna

38) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada EHGT

a. Penetapan batas dan penataan kawasan hutan konservasi gambut tebal

www.djpp.depkumham.go.id

Page 57: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 57

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 b. Penetapan batas dan

penataan kawasan hutan dengan fungsi hidrologi

c. Penetapan batas dan penataan kawasan hutan konservasi di areal ekosistem air hitam

39) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan EHGT dengan fungsi kawasan hutan lindung.

-

40) Penelitian perkembangan vegetasi hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung

41) Pemantauan kemajuan program konservasi pada EHGT dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

- -

42) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada EHGT.

-

Kegiatan konservasi dengan arahan fungsi Kawasan Hutan Lindung pada Ekosistem Mangrove

43) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan mangrove.

Restorasi penanaman jenis asli mangrove pada areal terbuka

44) Penatagunaan hutan berdasarkan kawasan konservasi

www.djpp.depkumham.go.id

Page 58: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 58

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan mangrove.

mangrove Penetapan batas dan penataan kawasan konservasi pada areal hutan mangrove

45) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

46) Penelitian perkembangan ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

-

47) Pemantauan kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung

-

48) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan mangrove.

-

Kegiatan Konservasi Kawasan PLG Terintegrasi

49) Pemetaan detil ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove untuk menentukan luas dan tingkat kerusakan vegetasi, luas dan sebaran kubah gambut, lapisan pirit yang berada pada kedalaman < 50 cm, dan tingkat penguasaan lahan oleh masyarakat.

50) Survai dan inventarisasi

- -

www.djpp.depkumham.go.id

Page 59: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 59

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 sumberdaya alam hayati ekosistem hutan kerangas,ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove.

51) Perlindungan dan pengamanan hutan.

a. Pengamanan dan perlindungan kawasan gambut tebal

b. Pengamanan dan perlindungan kawasan hutan gelam

c. Pengamanan dan perlindungan ekosistem hidrologi

d. Pengamanan dan perlindungan areal perlindungan flora/fauna

e. Pengamanan dan patroli kawasan konservasi hutan kerangas

f. pengamanan dan perlindungan ekosistem air hitam

g. pengamanan dan perlindungan areal hutan mangrove

52) Penambatan kanal yang memotong kubah gambut pada ekosistem gambut tebal.

a. Penambatan saluran yang memotong kubah gambut pada kawasan gambut tebal

b. Penambatan saluran yang memotong kubah gambut pada kawasan hidrologi

c. Penambatan saluran yang memotong kubah gambut pada kawasan konservasi flora/fauna

www.djpp.depkumham.go.id

Page 60: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 60

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 Kegiatan Konservasi Kawasan PLG Terintegrasi

53) Penunjukan, penataan batas, pemetaan dan pemantapam kawasan hutan.

Kegiatan penetapan kawasan hutan

54) Survai dan inventarisasi jumlah penduduk yang memanfaatkan ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove, termasuk karakteristik penguasaannya.

-

55) Manajemen konflik penguasaan lahan dan pemberdayaan masyarakat di luar kawasan bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan kerangas dan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

-

56) Sosialisasi dan penyuluhan program konservasi kawasan PLG.

Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang konservasi PLG

57) Penelitian perkembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

-

58) Pemantauan titik api di kawasan PLG.

Monitoring titik api

59) Pengaturan kembali organisasi dan kelembagaan pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Pengaturan kembali organisasi dan kelembagaan pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan

60) Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Perbaikan dan penyempurnaan sistem kerja, dan koordinasi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 61: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 61

Kegiatan-kegiatan Konservasi dalam Rencana Induk Rehabilitasi

dan Konservasi Kawasan PLG (2007-2015)

Kegiatan-kegiatan Konservasi Kawasan PLG Prioritas (2007-2011) Sebagaimana

Digariskan dalam Inpres No. 2 Tahun

2007 61) Pengembangan sistem insentif

dalam pembukaan lahan dan penanggulangan kebakaran.

62) Kajian pembentukan dan penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di kawasan PLG

63) Kajian pembentukan dan penetapan organisasi KPH di kawasan PLG

- - -

C. Tahapan Implementasi Arahan Fungsi Kawasan Hutan

Dalam implementasi arahan fungsi kawasan lindung pada masing-masing ekosistem

kawasan PLG, serta dengan mengikuti tenggang (priode) waktu dalam horizon

perencanaan sebagaimana dijelaskan pada Bab III, maka implementasi arahan fungsi

hutan masing-masing ekosistem tersebut di atas dilakukan setelah tahap revitalisasi

fungsi vegetasi/ekosistem dicapai. Dengan demikian penetapan fungsi kawasan hutan

kawasan PLG akan bersifat dinamis, terbagi dalam 2 (dua) tahap yang dibedakan

berdasarkan periode proses pembentukan struktur vegetasi dan revitalisasi fungsi

vegetasi (2007-2017).

Pada periode perbaikan struktur vegetasi (2007-2012), dan periode revitalisasi fungsi

vegetasi (2012-2017) diperlukan penetapan fungsi kawasan hutan yang

memungkinkan penyelenggaraan kegiatan perbaikan struktur vegetasi dan revitalisasi

fungsi vegetasi hutan/ekosistem gambut tersebut dapat dilaksanakan. Dalam kegiatan

perbaikan struktur dan revitalisasi fungsi vegetasi, akan diselenggarakan pengelolaan

rehabilitasi dan konservasi, serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya, baik yang

dilakukan secara suksesi, restorasi, rehabilitasi, maupun kegiatan pengukuhan

kawasan hutan dan kegiatan yang memerlukan melalui campur tangan manusia

lainnya.

Dengan memperhatikan kriteria pengelolaan fungsi kawasan hutan yang

memungkinkan untuk dilakukan penyelenggaraan rehabilitasi dan konservasi pada

www.djpp.depkumham.go.id

Page 62: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 62

kawasan PLG pada periode pembentukan struktur dan revitalisasi fungsi vegetasi

tersebut (Tahap 1), maka pada proses penunjukan kawasan hutan kawasan PLG untuk

mendukung proses pembentukan struktur vegetasi dan revitalisasi fungsi vegetasi

tersebut diperlukan arahan fungsi kawasan untuk masing-masing ekosistem adalah

sebagai berikut:

1. Arahan fungsi kawasan pada ekosistem hutan gambut tebal, hutan

kerangas/pasir kuarsa, hutan mangrove, dan hutan gelam yang tidak ada aktifitas

masyarakat adalah Hutan Lindung (HL)

2. Arahan fungsi kawasan pada ekosistem hutan gelam yang terdapat aktifitas

masyarakat adalah Hutan Produksi Terbatas (HPT)

3. Arahan fungsi kawasan pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan adalah Areal

Penggunaan Lain (APL).

Arahan penetapan fungsi kawasan hutan Tahap 1 tersebut, dapat diimplementasikan

pada proses paduserasi antara TGHK dan RTRWP kawasan PLG yang merupakan

bagian integral dari proses paduserasi wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.

Sedangkan arahan fungsi kawasan hutan Tahap 2, sebagaimana butir A (1 s.d 4) akan

dilaksanakan setelah tahap restruturisasi vegetasi dan revitalisasi fungsi ekosistem

kawasan hutan dilaksanakan/ tercapai yaitu sejak tahun 2017.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 63: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 63

Arahan fungsi kawasan hutan pada kawasan PLG Kalimantan Tengah Tahap I dapat

dilihat pada Gambar IV-1.

Gambar IV-1. Peta Rencana Induk (Master Plan) Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan

Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Propinsi Kalimantan Tengah.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 64: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 64

BAB V

STAKEHOLDER UTAMA DALAM REHABILITASI DAN KONSERVASI KAWASAN PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT

A. Stakeholders Utama Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut

Sejalan dengan berubahnya paradigma otonomi dari pemisahan kewenangan secara

tugas urusan pusat-daerah menuju pengurusan hutan secara bersama (multi-pihak)

terutama sumberdaya hutan, maka dalam rangka koordinasi pelaksanaan kegiatan-

kegiatan rehabilitasi dan konservasi PLG, perlu diidentifikasi stakeholders utama

pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG. Stakeholders utama

dan kegiatan konservasi kawasan PLG disajikan dalam Tabel V-3.

Tabel V-1. Koordinasi implementasi kegiatan konservasi kawasan PLG

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan kerangas dengan arahan

fungsi sebagai kawasan cagar alam Stakeholders Utama

Program Aksi

Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

1) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan kerangas.

1) Dephut (Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat,

Penelitian dan pemantauan

2) Penelitian perkembangan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan cagar alam

3) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan kerangas

2) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

3) Dephut

(PHKA), Kementrian

www.djpp.depkumham.go.id

Page 65: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 65

dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

Negara Lingkungan Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan kerangas dengan arahan

fungsi sebagai kawasan hutan lindung Stakeholders Utama

Program Aksi Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

4) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan kerangas.

5) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan kerangas.

4) Dephut (RLPS), Pemda, Masyarakat Setempat,

5) Dephut

(Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurta-nal, Pemda, Masyarakat Setempat

Pemberdayaan masyarakat

6) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

6) Dephut (Setjen), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat

Penelitian dan pemantauan

7) Penelitian perkembangan ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

8) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan kerangas dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung

7) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

8) Dephut (PHKA),

Kementrian Negara Lingkungan Hidup

www.djpp.depkumham.go.id

Page 66: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 66

Penguatan kelembagaan

9) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan kerangas.

9) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan

fungsi sebagai kawasan cagar alam Stakeholders Utama

Program Aksi

Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

10) Restorasi ekosistem hutan gelam.

11) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan gelam.

10) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

11) Dephut

(Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat

Penelitian dan pemantauan

12) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

13) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

12) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

13) Dephut

(PHKA), Kementrian Negara Lingkungan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 67: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 67

Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan lindung Stakeholders

Utama Program

Aksi Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

14) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan gelam.

15) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan gelam.

14) Dephut (RLPS), Pemda, Masyarakat Setempat.

15) Dephut

(Baplan), Kementrian Negara Lingkun-gan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat.

Pemberdayaan masyarakat

16) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gelam dengan fungsi kawasan hutan lindung.

16) Dephut (Setjen), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat, Deptan, Deptrans, Depdag, Depkop.

Penelitian dan pemantauan

17) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

18) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada

17) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 68: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 68

ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

18) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Penguatan kelembagaan

19) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan gelam.

19) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan produksi

terbatas Stakeholders

Utama Program

Aksi Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

20) Rehabilitasi /reboisasi hutan pada ekosistem hutan gelam.

20) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

21) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan HPT pada ekosistem hutan gelam.

21) Dephut (Baplan) , Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 69: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 69

Pemberdayaan masyarakat

22) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gelam dengan fungsi kawasan HPT.

22) Dephut (Setjen), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat, Deptan, Deptrans, Depdag, Depkop.

Penelitian dan pemantauan

23) Penelitian perkembangan vegetasi hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan HPT.

23) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

24) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan HPT.

24) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Penguatan kelembagaan

25) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan HPT pada ekosistem hutan gelam.

25) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Program aksi konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi

sebagai kawasan cagar alam Stakeholders Utama

Program Aksi

Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan

26) Restorasi ekosistem hutan gambut tebal

26) Dephut (Badan Litbang), Kementrian

www.djpp.depkumham.go.id

Page 70: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 70

sumberdaya alam hayati

27) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan cagar alam pada ekosistem hutan gambut tebal.

Negara Lingkungan Hidup

27) Dephut

(Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat

Penelitian dan pemantauan

28) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

29) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

28) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

29) Dephut

(PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi sebagai kawasan suaka

margasatwa

Stakeholders Utama

Program Aksi

Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

30) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan gambut tebal.

31) Pembinaan habitat satwa

liar.

30) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

31) Dephut

(PHKA), Kementrian

www.djpp.depkumham.go.id

Page 71: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 71

32) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa pada ekosistem hutan gambut tebal.

Negara Lingkungan Hidup

32) Dephut

(Baplan) , Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat

Pemberdayaan masyarakat

33) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan gambut tebal dengan fungsi kawasan suaka margasatwa.

33) Dephut (Setjen, PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat, Deptan, Deptrans, Depdag, Depkop.

Penelitian dan pemantauan

34) Penelitian perkembangan ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan suaka margasatwa.

35) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi kawasan suaka margasatwa.

34) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

35) Dephut

(PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Penguatan kelembagaan

36) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat

36) Dephut (Badan Litbang), Kementrian

www.djpp.depkumham.go.id

Page 72: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 72

terhadap pemanfaatan kawasan suaka margasatwa pada ekosistem hutan gambut tebal.

Negara Lingkungan Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan gambut tebal dengan arahan fungsi sebagai kawasan hutan

lindung Stakeholders

Utama Program

Aksi Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

37) Rehabilitasi hutan pada EHGT.

37) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

38) Penatagunaan hutan

berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada EHGT

38) Dephut (PHKA), Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Pemberdayaan masyarakat

39) Pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan EHGT dengan fungsi kawasan hutan lindung.

39) Dephut (Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat

Penelitian dan pemantauan

40) Penelitian perkembangan vegetasi hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

40) Dephut (Setjen, PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Deptan, Deptrans, Depdag, Depkop,

www.djpp.depkumham.go.id

Page 73: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 73

41) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada EHGT dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

Pemda, Masyarakat Setempat.

41) Dephut

(PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Penguatan kelembagaan

42) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada EHGT.

42) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Program aksi dan kegiatan konservasi ekosistem hutan mangrove dengan arahan

fungsi sebagai kawasan hutan lindung Stakeholders Utama

Program Aksi

Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

43) Rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan mangrove.

43) Dephut (RLPS), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat

44) Penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan mangrove.

44) Dephut (Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat

Pemberdayaan 45) Pemberdayaan masyarakat 45) Dephut

www.djpp.depkumham.go.id

Page 74: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 74

masyarakat bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

(Setjen), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Deptan, Deptrans, Depdag, Depkop, DKP, Pemda, Masyarakat Setempat

Penelitian dan pemantauan

46) Penelitian perkembangan ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung

46) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan

Hidup 47) Pemantauan kemajuan

program konservasi pada ekosistem hutan mangrove dengan arahan fungsi kawasan hutan lindung.

47) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Penguatan kelembagaan

48) Pengembangan sistem insentif termasuk penguatan hak akses (acces tenure) masyarakat terhadap pengelolaan hutan dan pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kawasan hutan lindung pada ekosistem hutan mangrove.

48) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, DKP

Program aksi dan kegiatan konservasi kawasan PLG Terintegrasi Stakeholders

Utama Program Aksi

Kegiatan

Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati

49) Pemetaan detil ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove

49) Dephut (Baplan), Kementrian Negara Lingkungan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 75: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 75

untuk menentukan luas dan tingkat kerusakan vegetasi, luas dan sebaran kubah gambut, lapisan pirit yang berada pada kedalaman < 50 cm, dan tingkat penguasaan lahan oleh masyarakat.

50) Survai dan inventarisasi

sumberdaya alam hayati ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove.

51) Perlindungan dan

pengamanan hutan kawasan PLG.

52) Penambatan kanal yang

memotong kubah gambut pada ekosistem gambut tebal.

53) Penunjukan, pengukuhan,

dan pemantapan kawasan hutan di kawasan PLG.

Hidup, Bakosurtanal, Pemda, Masyarakat Setempat

50) Dephut

(Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup

51) Dephut

(PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat.

52) Dephut (RLPS), Departemen Pekerjaan Umum, Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat.

53) Dephut

(Baplan), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Bakosurtana

www.djpp.depkumham.go.id

Page 76: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 76

l, Pemda, Masyarakat Setempat

Pemberdayaan masyarakat

54) Survai dan inventarisasi jumlah penduduk yang memanfaatkan ekosistem hutan kerangas, ekosistem hutan gelam, ekosistem hutan gambut tebal, dan ekosistem hutan mangrove, termasuk karakteristik penguasaannya.

55) Manajemen konflik

penguasaan lahan dan pemberdayaan masyarakat di luar kawasan bagi masyarakat yang memanfaatkan lahan ekosistem hutan kerangas dan ekosistem hutan gelam dengan arahan fungsi kawasan cagar alam.

56) Sosialisasi dan penyuluhan

program konservasi kawasan PLG.

54) Dephut (Setjen) Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat

55) Dephut

(Setjen) Pemda, Masyarakat Setempat

56) Dephut

(PHKA, Setjen), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat

Penelitian dan pemantauan

57) Penelitian perkembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

57) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 77: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 77

58) Pemantauan titik api di kawasan PLG.

58) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat

Penguatan kelembagaan

59) Pengaturan kembali organisasi dan kelembagaan pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

59) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat.

60) Penyusunan SOP penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

60) Dephut (PHKA), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat.

61) Pengembangan sistem insentif dalam pembukaan lahan dan penanggulangan kebakaran.

61) Dephut (Badan Litbang), Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemda, Masyarakat Setempat.

62) Kajian pembentukan dan penetapan KPH di kawasan PLG.

62) Dephut (Baplan), Pemda, Masyarakat Setempat.

63) Kajian pembentukan dan penetapan organisasi KPH di kawasan PLG.

63) Dephut (Baplan), Pemda, Masyarakat Setempat.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 78: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 78

BAB VI

PENUTUP

Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan PLG tahun 2007-2017, merupakan

penjabaran INPRES No. 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi

Kawasan PLG di Kalimantan Tengah Tahun 2007-2011, yang berisi visi-misi, arahan fungsi

kawasan hutan, arahan program aksi dan kegiatan, menjadi acuan bagi pemerintah

maupun para pihak dan masyarakat dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan konservasi

kawasan PLG di Kalimantan Tengah.

Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi ini juga menjadi arah dan acuan dalam

penyusunan rencana operasional yang akan dilakukan oleh instansi Pusat dan Daerah

dalam mewujudkan visi rehabilitasi dan konservasi kawasan PLG dalam jangka panjang

mendatang yaitu:

”Terwujudnya ekosistem gambut di kawasan PLG yang produktif yang

memberikan manfaat sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan secara

optimal, baik lokal, regional, maupun internasional secara

berkelanjutan”.

Revitalisasi dan konservasi kawasan PLG diarahkan kepada seluruh kawasan lindung yang

telah ditetapkan berdasarkan peta arahan fungsi ruang kawasan PLG sebagaimana

Lampiran Peta INPRES No. 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi

Kawasan PLG di Kalimantan Tengah seluas 897.400 ha yang terdiri dari: 1) Ekosistem

Hutan Gelam; 2) Ekosistem Hutan Gambut Tebal; 3) Ekosistem Hutan Kerangas/Pasir

Kuarsa; dan 4) Ekosistem Hutan Mangrove.

Implementasi arahan fungsi diarahkan melalui dua tahap, yaitu Tahap I pada proses

paduserasi TGHK dengan RTRWP Kalimantan Tengah dengan menetapkan fungsi

kawasan Hutan Lindung (HL) pada ekosistem hutan gambut tebal, hutan kerangas/pasir

kuarsa, hutan mangrove, dan hutan gelam yang tidak ada aktifitas masyarakat; serta

fungsi kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) pada ekosistem ekosistem hutan gelam

yang terdapat aktifitas masyarakat adalah Hutan Produksi Terbatas (HPT). Pada Tahap II

implementasi arahan fungsi Cagar Alam (CA), Suaka Margasatwa (SM), Hutan Lindung

(HL) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) untuk masing-masing ekosistem yang sesuai

www.djpp.depkumham.go.id

Page 79: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2012. 2. 8. · Namun demikian, proyek PLG yang pada awal pelaksanaannya tanpa didahului Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah menimbulkan dampak

2008, No.48 79

kriteria fungsi kawasan setelah periode waktu revitalisasi fungsi ekosistem dan vegetasi

hutan gambut dicapai (Tabel IV-1 s/d Tabel IV-4).

Arahan program aksi terdiri dari: 1) Program pengelolaan dan perlindungan sumberdaya

alam hayati; 2) Program pemberdayaan masyarakat; 3) Program penelitian dan

pemantauan; serta 4) Program penguatan kelembagaan.

Dari arahan program aksi tersebut, ditetapkan arahan kegiatan bagi implementasi

kegiatan perbaikan struktur, dan revitalisasi ekosistem dan vegetasi lahan gambut, serta

penetapan tataguna hutan secara permanen sesuai kriteria dan indikator fungsi kawasan

hutan konservasi. Arahan kegiatan yang ditetapkan sebanyak 63 kegiatan, dimana 26

kegiatan diantaranya bersifat prioritas (Tabel IV-5 s/d Tabel IV-14).

MENTERI KEHUTANAN, H. M. S. KABAN

www.djpp.depkumham.go.id