berha rap

133
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah penting bagi manusia setelah keimanan. Tanpa Kesehatan, aktivitas tidak bisa dijalankan dengan sempurna. Berada dalam kondisi sehat adalah rahmat yang patut disyukuri dan patut untu dipelihara. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya perorangan, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja UU N0. 23/1992 tentang kesehatan. (WHO, 1947 dan UU Pokok Kesehatan No. 23 tahun 1992). Dimana penyakit merupakan suatu keadaan adanya gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Makanan memang sumber 1

Upload: eflyani-gius

Post on 06-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

CHEMISTRY

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKesehatan adalah penting bagi manusia setelah keimanan. Tanpa Kesehatan, aktivitas tidak bisa dijalankan dengan sempurna. Berada dalam kondisi sehat adalah rahmat yang patut disyukuri dan patut untu dipelihara. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya perorangan, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja UU N0. 23/1992 tentang kesehatan. (WHO, 1947 dan UU Pokok Kesehatan No. 23 tahun 1992). Dimana penyakit merupakan suatu keadaan adanya gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Makanan memang sumber energi manusia, namun makanan yang tidak seimbang dapat menyebabkan penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah diabetes mellitus.Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis ganguaan metabolisme yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk meproduksi hormon insulin pada kelenjar pankreas, yang diakibatkan kurang aktifnya enzim glukokinase pada metabolisme glikolisis. (Susilo Yektri, 2011 : 24; Kopon, M.A, 2013:9).faktor utamanya penyebab penyakit diabetes melitus yaitu pola makan yang tidak sehat, mengandung tinggi gula yang menyebabkan kegemukan dan didukung kurangnya aktivitas kerja fisik atau olahraga kurang sehingga proses metabolisme glikoslis terhambat yang mengakibatkan penumpukan gula darah normalBerikut Patokan nilai kriteria kadar gula darah normal, pradiabetes dan diabetes sebagai berikut :Tabel 1.1 Kriteria kadar gula darahMetode PengukuranGula Darah NormalPradiabetesDiabetes

Gula Darah Puasa (GDP)< 110 mg/dL 126 mg/dL>126 mg/dL

Gula Darah 2 jam Setelah Makan (2-h Glucose)200 mg/dL

(Sola, M.W.A, 2014:2) Faktor penyebab lain terjadinya penyakit gula darah antara lain terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan terjadinya perubahan pola makan instant, serta kurang adanya olahraga atau kerja fisik sehingga memicu terhambatnya proses metabolisme dalam tubuh terutama metabolisme glikolisis terhambat mengakibatkan penumpukan gula darah normal. Berdasarkan data Diabetes Atlas IDF terbaru, menunjukan 285 juta orang yang menderita diabetes yang ternyata lebih banyak kaum muda . pada data tersebut Indonesia menduduki peringkat sepuluh dengan 7,6 juta dengan india menempati peringkat pertama, kedua cina dan As ketiga. Ini berarti bahwa 6 dari 100 penduduk indonesia menderita penyaki Diabetes Melitus Kondisi itu bisa terus meningkat dan diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 (Susilo Yektri, 2011). Sekitar 12 20% penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini. Setiap 10 detik 1 orang di dunia meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkannya. Diperkirakan, 1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan antara lain disebabkan gaya hidup (Redaksi Agromedia, 2009 : 1-2).Jumlah penderia Diabetes Mellitus di dunia berdasarkan WHO pada tahun 2000 & proyeksi jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2030, Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar dengan pertumbuhan 152% atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2000 menjadi 21.257.000 pada tahun 2030(http.indodibetes.com) . Sementara itu, riset peneletian yang dilakukan DK pada tahun 2008 mendapakkan hasil 11,4% penduduk indonesia yang mengalami pradiabetes. Berikut ini merupakan data penderita penyakit Diabetes Mellitus yang terdapat pada RS Umum W.Z Johannes dan RS Bhayangkara Kota Kupang :

Tabel 1.2 Data Penyakit Diabetes Mellitus 2013/2014

Sumber: RSUD Prof Dr. W. Z Yohanes Kupang, RS.Bhayangkara, RSUD Kab.Kupang, Puskesmas Kota Kupang 28/04/2014Data Tabel 1.2, dapat dibuat diagram batang sebagai berikut:

Gambar 1.1 Grafik pasien penyakit Diabetes Mellitus

Berdasarkan data Rumah sakit di atas, pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Berdasarkan profil statistik Depkes RI 2013:92 di tahun 2011 ada 9,33 % dan di tahun 2012 ada 21 % pasien yang menderita hiperglikemia atau Diabetes Mellitus, Sedangkan keluhan kesehatan lainnya seperti hipertensi, jantung, stroke dan Diabetes Mellitus di tahun 2011 ada sebanyak 45,5 % kasus penyakit metabolik, di tahun 2012 ada 63,6 % kasus penyakit metabolik dan di tahun 2013 ada 81,6% kasus penyakit metabolik. Menurut tipe daerah, persentase di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (Bps:2013). Hal ini dipengaruhi gaya hidup di kota yang tidak sehat karena hiruk pikuk di perkotaan yang lebih senang dengan pola makan instant. Namun sesungguhnya banyak penderita gula darah jarang berobat ke rumah sakit. Pengobatan penyakit gula darah atau Diabetes Mellitus (DM) dapat dilakukan dengan obat sintesis antara lain suntikan insulin, golongan sulfonilurea dan biguanid dengan biaya yang sangat tinggi namun dapat mengakibatkan efek samping negatif bagi kesehatan (Sutanto, 2013 : 77). Selain obat sintetik, Alternatif pemanfaatan obat-obatan tradisional dari tanaman bahan alam dapat dijadikan solusinya. Hal ini beralasan karena biaya produksi dan pengadaannya cukup terjangkau atau mudah didapatkan, didukung oleh Indonesia umumya dan NTT khususnya merupakan wilayah yang kaya tanaman dan bahan alam sebagai sumbangan iklim tropis (Woge, 2012: 1). Dimana Obat herbal dapat dipakai untuk menyembuhkan penyakit gula darah. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan untuk penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Tanaman obat mempunyai efek yang mirip dengan struktur kimia obat-obatan sintetik, sehingga sangat bermanfaat dalam proses pengobatan berbagai penyakit termasuk penyakit Diabetes Mellitus.Beberapa jenis tanaman obat memiliki efek positif terhadap penanganan diabetes melitus. Salah satu yang sering dikonsumsi yaitu biji klabet. Biji klabet mempunyai kandungan Alkaloid trigonelina, steroida, sapogenin, diosgenin, gitogenin, tigogenin, yamogenin, trilin, diosin, flavonoid vitexin, dan enzim.Fakta tradisional di masyarakat Manggarai NTT khususnya daerah Cumbi desa Warlako, biji klabet memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit Diabetes Mellitus. Kandungan kimia orthosipon glikosida pada Kumis Kucing dapat menyembuhkan luka pada penderita diabetes. Fakta tradisional di Ruteng, Ketelan memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit Diabetes Mellitus. Ketelan memiliki kandungan kimia fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56%. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik dan terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : AKTIVITAS EKSTRAK KOMBINASI BIJI KLABET (Trigonella foenum- graecum L.) DAN DAUN TEKELAN (Chromolaena odorataL.) TERHADAP PENYAKIT GULA DARAH (Diabetes Mellitus).

1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Komponen kimia apakah yang terkandung dalam ekstrak kombinasi biji klabet(Trigonella foenum- graecum L.) dan daun tekelan (Chromolaena odorataL.) ?2. Bagaimana sifat fisiko kimia ekstrak kombinasi biji klabet (Trigonella foenum- graecum L.) dan daun tekelan(Choromolaena odorataL) ?3. Bagaimana aktivitas ekstrak kombinasi biji klabet(Trigonella foenum- graecum L.) dan daun tekelan (Choromolaena odoratal) terhadap pasien penyakit gula darah

1.3. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah :1. Untuk mengidentifikasi komponen kelompok senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak kombinasi biji klabet (Trigonella foenum- graecum L.) dan daun tekelan (Choromolaena odorataL).2. Untuk mengetahui sifat fisikokimia dari ekstrak kombinasi biji klabet (Trigonella foenum- graecum L.) dan daun takelan (Choromonolaena odorataL) .3. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak kombinasi biji klabet(Trigonella foenum- graecum L.) dan daun takelan(Choromonolaena odorataL) terhadap Pasien penyakit gula darah

1.4. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :1. Sebagai bahan informasi manfaat tanaman biji klabet dan daun tekelan bagi masyarakat luas.2. Sebagai salah satu obat alternatif untuk menyembuhkan penyakit gula darah.

1.5. Ruang LingkupPenelitian ini dibatasi pada :1. Sifat fisiko-kimia ekstrak kombinasi biji klabet (Trigonella foenum- graecum L.) dengan daun tekelan (Choromonolaena odorataL) terhadap penyakit gula darah.2. Kandungan kimia ekstrak kombinasi biji klabet (Trigonella foenum- graecum L.) dengan daun tekelan (Choromonolaena odorataL) terhadap penyakit gula darah.3. Aktivitas ekstrak kombinasi biji klabet (Trigonella foenum- graecum L.) dengan daun tekelan (Choromonolaena odorataL) terhadap pasien penyakit gula darah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Biji Klabet (Trigonella foenum- graecum L.) Gambar 2.1 Tumbuhan klabet ( Sertin:2015 )2.1.1 Penyebaran Tanaman Klabet(Trigonella foenum- graecum L.)atau dikenal dengan klabettermasuk tanamandari Fabaceae. Tanaman ini merupakan salah satu tanamanobatasliIndonesiayang mempunyai manfaat dan kegunaan yang cukup banyak dalam menanggulangi berbagaipenyakit.Klabet merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang tumbuh tegak, tinggi. Tanaman klabet berasal dari wilayah mediterania, India, kemudian menyebar ke wilayah afrika selatan, India dan Asia. Di India, varietas kerdil ditanam untuk bumbu dapur, dan yang tumbuh tinggi digunakan sebagai makanan. Bijinya berwarna kuning dan rasanya pahit.(Widowati dan dzulkarnain, 1989).2.1.2 Taksonomi Tanaman Kumis KucingKerajaan : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas: Dicotyledonae AsteridsOrdo: FabalesFamili: FabaceaceGenus: TrigonellaSpesies : T. foenum-graecum

2.1.3 PenamaanNama ilmiah : (Trigonella foenum- graecum L.) Tabel 2.1 Penamaan Klabet di berbagai Negara dan daerahNo.Daerah/NegaraNama

1.Indonesia Klabet,

2.Inggris Fe nugreek

4.India Methi

5.Kanada Mentya

6.Tamil Vendayam

2.1.4 Morfologi Tanaman Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)a. Akarbentuk akar tunggal.

Gambar Akar Kumis Kucing(Sertin: 2014)

b. Batang Tingginya mencapai 30-60 cm dan Batangbersegiempatagak beralur berbulu pendek dan tumbuh tegak Gambar Batang Klabet(Sertin: 2015)c. DaunDaun berbentuk bundar telur terbalik sampai bentuk baja. Gambar Daun klabet (Sertin: 2015)d. Bunga Bunga tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun, mahkota berwarna kuning terang Gambar Bunga klabet (Sertin: 2015)e. BuahBuah polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset. Buah berisi 10 sampai 20 biji

Gambar Buah klabet (Sertin: 2015)

Kandungan Kimia Tanaman klabetTanaman klabet Mengandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari : Alkaloid trigonelina, steroida, sapogenin, diosgenin, gitogenin, tigogenin, yamogenin, trilin, diosin, nikotinamida, kolin, flavonoid vitexin, dan enzim.

Struktur Flavanoid Struktur Alkaloid

Struktur Saponin (Sumber : http://www.google.co.id/alkaloid-image)Gambar 2.2 Struktur Kandungan Kimia Klabet2.1.5 Manfaat Tanaman KlabetKegunaan atau manfaat dari klabet adalah untuk mengobati : 1. Asma.2. Batuk.3. Haid tidak teratur.4. Membangkitkan nafsu makan.5. Pencernaan tidak baik.6. Radang lambung.7. Sakit kerongkongan.8. Wasir.9. Bisul (obat luar).10. Rambut rontok (obat luar).11. Rematik nyeri otot (obat luar).12. Pelembut kulit (kosmetika).

2.2 Tanman Tekelan

Gambar 2.3 Tanaman Tekelan( Sertin:2015)

2.2.1 Penyebaran Tanaman TekelanTekelan (Choromonolaena odorataL) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Cina, dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman ini selain tekelan adalah kirinyuh. Sejak zaman dahulu, ketelan telah digunakan untuk obat kulit, gangguan rematik . (http://id.wikipedia.org/wiki/Ketelan).

2.2.2 Taksonomi Tanaman tekelanKerajaan : Plantae (Tumbuhan)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo : AsteralesFamili : Asteraceae Genus : Chromolaena Spesies : Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins

2.2.3 PenamaanNama Ilmiah : Chromolaena odorata (L.)Tabel 2.2 Penamaan ketelan di berbagai Negara dan daerahNoDaerah/ NegaraNama

1IndonesaKetelan/kirinyuh

2.2.4. Morfologi Tanaman Tekelana. Akar Pada tumbuhan chormolaena odorata (L) memiliki sususnan akar berupa akar tunggang, besar dan dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, dan bercabang. Ber Warna akar kekuning-kuningan. Dimana bagian-bagian akar memiliki Leher akar / pangkal akar (collum ),ujung akar (apex radicis), Batang akar (corpus radicis),Cabang-cabang akar (radix lateralis), Serabut akar (fibrilla radicalis), Rambut / bulu akar (pilus radicalis) ,Tudung akar (calyptra)b. BatangPada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki struktur batang yaitu : Batang berbentuk bulat (teres), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), pada permukaan batang terdapat rambut (pilosus), percabangan pada batang merupakan cara percabangan monopodial, dimana batang pokok tampak lebih jelas karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) dari pada cabang-cabangnya, bentuk percabangan pada tumbuhan ini adalah tegak (fastigiatus), yaitu sudut antara batang dan cabang amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya sedikitserong keatas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya, batang kurinyuh memiliki permukaan berbulu atau berambut, Jenis tumbuhan ini merupakan tumbuhan tahunanC. DaunPada tumbuhan Chromolaena odorata memiliki struktur daun tidak lengkap . Karna hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja. Adapun struktur-struktur daun adalah sebagai berikut : Tangkai daun (Chromolaena odorata) ini adalah setengah lingkatan. Helaian daun kirinyuh (Chromolaena odorata) memiliki bagian bawah yang terlebar sehingga bentuk daun ini yaitu bangun segitiga. Pada Susunan tulang daun terdapat : Ibu tulang (Costa), Tulang-tulang cabang (nervus letaralis), dan urat-urat daun (vena)d. Bungaketelan memiliki tangkai bunga yang sangat pendek, keluar dari ketia daun, tersusun dalam karangan seperti payung, berwarna putih. atau merah muda, agak kekuningan bulat, cekung dan ukuran tadak terlalu kecil.2.2.4 Kandungan Kimia Tanaman TekelanChromolaena odorata adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami. Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56%.

Struktur Tanin Gambar Tepenoid(Sumber : Harborne, 1987 : 48)

Struktur flavanoidStruktur alkaloid(Sumber : http://www.google.co.id/ Alkaloid-image) Gambar 2.4 Struktur Kandungan Kimia Ketelan

2.2.5 Manfaat Tanaman TekelanManfaat Tekelan yaitu meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki, mencegah varises dan salah urat. Rematik, dan asam urat.

2.3 Senyawa-Senyawa Metabolit Sekunder 2.3.1 Alkaloid2.3.1.1 Sumber dan Klasifikasi Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak terdapat dalam tumbuhan, bersifat basa, yang struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya dan secara khas memiliki beberapa racun, stimulan, memiliki efek penghilang rasa sakit (Robinson, 1991:47). Senyawa organik bahan alam ini tidak mempunyai tata nama yang sistematik. Tata nama senyawa alkaloida dinyatakan dengan nama trivial berakhiran ina (sama seperti karbohidrat dengan akhiran osa), misalnya morfina, kuinina, atrpina. Sampai saat ini alkaloida telah diklasifikasikan atas beberapa cara. Cara untuk mengklasifikasikan alkaloid didasarkan pada jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Menurut klasifikasi tersebut, alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis, seperti alkaloid pirolidin, alkaloid piperidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid indol, alkaloid kuinolin dan sebagainya. Berikut merupakan contoh gambar struktur dari kelompok senyawa alkaloid :

Gambar 2.5 Struktur kelompok senyawa alkaloid2.3.1.2 Sifat Fisikokimia AlkaloidAlkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid ditemukan pada tumbuhan yang tersebar luas di alam. Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom Nitrogen, biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besarnya atom nitrogen merupakan bagian dari cincin heterosiklik, sehingga kelompok senyawa alkaloid sebagian besar bersifat basa. Alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, spesies aromatik Kebanyakan berwarna contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah. Pada umumnya basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid quartener sangat larut dalam air.Kebanyakan alkaloid bersifat basa, sifat tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai gugus alkil maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa bersifat basa.Pada temperatur kamar, kebanyakan alkaloid berupa padatan, beberapa diantaranya berupa cairan namun tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan alkaloid adalah amina tersier dan memiliki satu atau lebih atom karbon asimetris sehingga dalam larutan dapat menunjukan kerja optis. Garam-garam alkaloida banyak digunakan sebagai obat (Sumardjo, 2004: 438).

Gambar 2.6 Struktur Dasar Alkaloid(Achmad, 1986: 48)

Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu. Sering kali kadar alkaloid dalam jaringan tumbuhan kurang dari 1%, akan tetapi kulit kayu dari tumbuhan tahunan kadang-kadang mengandung 10-15% alkaloid (Achmad, 1986:47). Hampir seluruh alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan fisiologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid, seperti golongan senyawa organik bahan alam lainnya, tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu, suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin, dan striknin. Hampir semua nama trivial ini diberi akhiran in yang mencirikan alkaloid.

2.3.1.3 Manfaat Alkaloid Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan. Alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Alkaloid sebagai pengatur tumbuh karena dari segi struktur, beberapa alkaloid merangsang perkecambahan. (Robinson,1995 : 281)2.3.2 Flavonoid2.3.2.1 Sumber dan Klasifikasi Flavonoid Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat berwarna merah, ungu dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh tumbuhan. Istilah flavonoid yang diberikan pada senyawa-senyawa fenol, berasal dari kata flavon, yakni nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbanyak jumlahnya dan juga lazim ditemukan. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri atas beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana sistem 1,3 diaril propana. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon. Struktur dasar flavonoid sebagai berikut :

Gambar 2.7 Struktur Dasar Flavonoid(Robinson, 1991: 191)Flavonoid terdiri dari dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3), sehingga membentuk suatu susunan C6 C3 C6. Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam suatu bagian tumbuhan tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, biji dan akar. Senyawa flavonoid tertentu sering kali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu. Contohnya antosianidin merupakan zat warna bunga, buah dan daun. Sedikit saja catatan adanya flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, propolis (sekresi lebah), dan didalam sayap kupu-kupu. Flavonoid tersebut berasal dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh hewan (Harborne, 1987:10).2.3.2.2 Sifat Fisikokimia FlavonoidFlavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Di samping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan.Flavonoid merupakan senyawa polar, sehingga flavonoid juga dapat melarutkan senyawa lain yang bersifat polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, air dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, serta flavonol cenderung lebih larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988:15).

2.3.2.3 Manfaat Flavonoid Untuk tumbuhan digunakan untuk pengaturan tumbuh,pengaturan fotosintesis. Untuk kerja antimikroba dan antivirus. Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor pernapasan.Efek dari flavonoid terhadap macam-macam organisme banyak macamnya dan dapat dijelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Beberapa flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, protein kinase dan DNA polimerase. Aktivitas antioksidan flavonoid menjelaskan flavonoid merupakan komponen aktif tumbuhan yang dapat mengobati gangguan fungsi hati, antihipertensi, antimutagen, menurunkan agregasi keping darah (lempengelet) sehinnga dapat mengurangi pembekuan darah dan dapat menghambat pendarahan (Robinson, 1991:191-192).

2.3.3 Tanin2.3.3.1 Sumber dan Klasifikasi TaninTanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman hulu kuno tanna, yang berarti pohon ek atau pohon berangan) pada mulanya merujuk pada penggunaan bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina(Harborne,1987:102).

2.3.3.2 Sifat Fisikokimia Tanin1. Dalam air membentuk larutan koloid yang bersifat asam dan sepat.2. Mengendapkan larutan alkaloid. 3. Larutan alkali tanin mampu mengoksidasi oksigen.4. Mengendapkam protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.5. Merupakan senyawa kompelks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.6. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi. 7. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna.2.3.3.3 Manfaat Tanin Tanin digunakan Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninnya hilang. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman, Efek terapinya sebagai adstrigensia jaringan hidup misalnya pada gastrointestinal kulit. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar, dengan cara mengendapkan protein, Sebagai pengawet dan penyamak kulit. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak larut.

Gambar 2.8 Satuan Struktur Tanin/Flavolan (Sumber : Harborne, 1987 : 48)

2.3.4 Saponin2.3.4.1 Sumber dan Klasifikasi Saponin Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah beratus-ratus tahun digunakan sebagai racun ikan. Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995 :157). Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting (Harborne, 1987 : 151).

2.3.4.2 Sifat Fisikokimia Saponina. Mempunyai rasa pahitb. Dalam larutan air membentuk busa stabilc. Menghemolisa eritrositd. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibie. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainyaf. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasig. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.h. Struktur Kimiawi, Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.2.3.4.3 Manfaat saponin Saponin umumnya digunakan untuk Mengusir kolesterol di usus besar sebelum terserap kedalam aliran darah karena mampu mengikat kolesterol. Berfungsi sebagai antiseptik, (http://gunakhasiat.com/Anonim2011/09/guna-khasiat-dari-saponin-ini sungguh.html). Saat ini, saponin menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995:157).

Gambar 2.9 Bagan pembagian saponin(Sumber : http://www.google.co.id/imagers_saponin.jpg.html)

2.3.5 Triterpenoid dan Steroid2.3.5.1 Sumber dan Klasifikasi Triterpenoid dan SteroidTriterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini kebanyakan berupa alkohol, aldehida dan asam karboksilat. Uji yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi triterpenoid dan steroid adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat), dimana uji positif ditandai dengan warna hijau-biru. Triterpenoid digolongkan ke dalam empat golongan senyawa yaitu triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung (Harborne, 1987 : 147).Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Triterpenoid berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Triterpenoid tersebar luas dalam damar, gabus, dan kutin tumbuhan. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrat asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung (Harborne, 1987 : 147).

Gambar 2.10 Struktur Skulena

Steroid merupakan kelompok senyawa organik turunan dari tetrasiklik triterpen yang memiliki kerangka dasar dengan 4 cincin yang terdiri dari 3 cincin sikloheksana dan 1 cincin siklopentana.

Gambar 2.11 Struktur Siklopentana Perhidrofenantrena

Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas :1. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol 2. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan stigmasterol ( Harborne, 1987 : 148-149)

Gambar 2.12 Struktur KolesterolTriterpenoid merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati, dan malaria (Robinson, 1995: 154).

Gambar 2.13 Struktur Dasar Steroid2.3.5.2 Sifat fisikokimia Terpenoid dan SteroidSifat umum Terpenoid dan steroidSifat fisika meliputi :1. Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap2. Mempunyai bau yang khas3. Indeks bias tinggi4. Kebanyakan optik aktif5. Kerapatan lebih kecil dari air6. Larut dalam pelarut organik: eter dan alkoholSifat Kimia meliputi :1. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)2. Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer (Sirait, 2007:213).

2.3.5.3 Manfaat Steroid/Terpenoid Berbagai macam aktivitas fisiologi yang menarik ditunjukan oleh beberapa triterpenoid, dan senyawa ini memiliki komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan mensturasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria karena mengandung senyawa triterpenoid (Robinson, 1995:154-155). Sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin). Sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid). Sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid). Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid) serta Penghasil karet (politerpenoid).

2.4 Analisis Fitokimia2.4.1 Uji Alkaloid2.4.1.1 Reagen MeyerPada pembuatan reagen meyer digunakan KI dan HgCl2, dilarutkan dalam aquades. Hasil menunjukkan positif mengandung kelompok senyawa alkaloid apabila terdapat endapan putih dalam suasana sedikit asam (Mulyono 2005 : 71). Reaksi kimia reagen meyer sebagai berikut :4 KI(aq) + HgCl2(aq) K2[HgI4](aq) + 2KCl(s)K2HgI4(aq) 2K+(s) + HgI4-2(s)Ketika reagen Meyer bereaksi dengan kelompok senyawa alkaloid Hg yang memiliki nomor atom yang paling besar dibandingkan dengan K, I dan Cl, akan berikatan dengan kelompok senyawa alkaloid menghasilkan endapan putih.2.4.1.2 Reagen Wagner Pada pembuatan reagen Wagner digunakan KI dan I2 dilarutkan dalam aquades. Hasil menunjukkan positif mengandung kelompok senyawa alkaloid apabila terjadi perubahan warna menjadi warna coklat (httpsi.uns.ac.idprofiluploadpublikasijurnalbio_ farmasi_ pdf). Reaksi kimia reagen wagner sebagai berikut :I2(aq) + I-(aq) I3- (aq) KI(s) + I2(s) K+(aq) + I3-(aq)Reagen Wagner ketika bereaksi dengan kelompok senyawa alkaloid akan bereaksi dengan iodium yang memiliki nomor atom yang lebih besar dibandingkan dengan kalium menghasilkan warna coklat.2.5 Uji FlavonoidPada pengujian kelompok senyawa flavonoid dilakukan dengan uji Shinoda test atau metode Wilstater sianidin yakni menggunakan beberapa potongan pita Mg ditambah HCl 37%. Hasil positif ekstrak mengandung kelompok senyawa flavonoid ditandai dengan menghasilkan perubahan warna menjadi warna merah, kuning atau orange (httplib.uin-Malang.ac.idthesischapter_iv04530006-Fatima.ps.pdf). Reaksi kimia uji flavonoid sebagai berikut :Reaksi HCl dalam air : HCl(l) H+(l) +Cl-(l)Reaksi pita magnesium dengan HCl : Mg(s) + 2H+(l) Mg2+(l) + H2(g) Reaksi flavonoid dengan reagen Wilstater Sianidin sebagai berikut:C15H12O5(aq) + Mg(aq)2+ C15H9MgO5+(aq)Pengujian shinoda test ketika HCl dan Mg direaksikan dengan kelompok senyawa flavonoid menghasilkan warna merah, orange atau kuning ketika kelompok senyawa flavonoid akan berikatan dengan Mg.

2.6 Uji Tanin Pada pengujian kelompok senyawa tanin dilakukan dengan uji yang menggunakan FeCl3. Hasil positif ekstrak mengandung kelompok senyawa tanin ditandai dengan menghasilkan perubahan warna menjadi warna hijau dan menggumpalkan ekstrak membentuk protein. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:Fe 3+( s) + tanin Fe 2+( s)Fe 2+ (aq) + K3Fe(CN)6(aq) 3KFe[Fe(CN)6] (aq) Kompleks yang terbentuk berwarna biru tinta Atau hijau kehitaman.2.7 Uji SaponinUji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin (Robinson, 1995:157). Pada uji saponin Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa pada ekstrak yang sudah ditambahkan dengan air kemudian dikocok. Hal ini dikarenakan saponin memiliki glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid dan triterpenoid sebagai gugus nonpolar.2.8 Uji Triterpenoid/SteroidPada uji Triterpenoid digunakan Reagen Liebermann-Buchard merupakan suatu pereaksi yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan kolesterol dari suatu bahan. Oleh karena kolesterol merupakan suatu steroid, sehingga reagen ini juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi steroid/triterpenoid dari suatu bahan alam. Reagen Liebermann-Buchard terdiri dari asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Reaksi positif steroid/triterpenoid apabila menunjukkan warna merah, hijau/biru.2.9 Analisis sifat fisiko kimia 1. Massa JenisMassa jenis atau Density () didefinisikan sebagai massa persatuan volume. Massa jenis merupakan sifat khas dari suatu zat murni. Secara matematis adalah sebagai berikut :

Dimana,

: massa jenism : massaV : volume (Douglas, 1998 : 325)

Massa jenis pada setiap bahan tidaklah sama pada setiap bagiannya, karena tergantung pada faktor lingkungan, seperti suhu dan tekanan. Satuan internasional untuk massa jenis adalah . Kadang-kadang massa jenis dinyatakan dalam . Diketahui bahwa , Maka massa jenis yang dinyatakan dalam harus dikalikan 1000 untuk memberi hasil dalam .Cara mencari massa jenis dalam sistem MKS (Meter, Kilogram, Sekon atau detik) dan cgs (sentimeter, gram, sekon atau detik) yang merupakan sistem satuan internasional yaitu :

Dalam MKS: dengan satuan

Dalam cgs: dengan satuan Massa jenis suatu zat tidak ditentukan oleh massa, volume, dan bentuk benda, melainkan ditentukan oleh jenis zat. Untuk itu, maka faktor yang menentukan massa jenis suatu zat adalah jenis zat itu sendiri. Dengan demikian, massa jenis merupakan ciri suatu zat.2. KelarutanLarutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dari molekul.Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut (Oxtoby, 2001: 153). Pelarut dan zat terlarut dapat berupa zat cair, padat maupun gas. Kelarutan adalah konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu (Chang, 2005: 5).3. Titik didihTitik didih suatu zat merupakan suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan diatas permukaan zat cair. Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara. Makin besar tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair. Pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada sistem terbuka tekanan udara luar adalah 760 mmHg atau tekanan udara pada permukaan larutan dan suhu pada tekanan udara luar 250C disebut titik didih normal. Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar atau tekanan yang diberikan pada permukaan cairan. Titik didih cairan bergantung pada tekanan udara(Kanginan, 2005: 280).4. Polarimeter Polarimetermerupakanmetode yang digunakan untuk mengukur besaran yang terjadi akibat interaksi suatu senyawa organik dengan cahaya terpolarisasi.Pada Polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan anlisator adalah Polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya.Cara kerja polarimeter yaitu jika lampu dinyalakan dan tabung kosong prisma analisis diputar sehingga berkas cahaya terhalang semua. Sumbu prisma dari prisma polarisator dan prisma analisis tegak lurus satu sama lain. Prinsipnya, jika senyawa bersifat optikal tak aktif tidak akan terjadi yaitu pandangan akan tetap gelap. Jika yang dianalisis b ersifat optikal aktif, akan memutar bidang polarisasi dan sebagian cahaya dapat dilewatkan kepada pengamat, dengan memutar prisma analisis searah jarum jam atau sebaliknya. Jika prisma analisis diputar ke kanan atau searah jarum jam, senyawa optikal disebut dekstrorotatory. Sebaliknya jika prisma analisis diputar ke kiri atau berlawanan jarum jam, senyawa ini dinamakan levorotatory. Secara konvensional senyawa dekstrorotatory diberi lambang (+) dan senyawa levorotatory dilambangkan(-) (Sastrohamidjoyo, 2005: 5).Rotasi pengamatan suatu contoh yang optikal aktif tergantung pada beberapa faktor, yaitu struktur molekul, panjang tabung contoh, konsentrasi larutan senyawa, suhu, panjang gelombang dan pelarut. Semua faktor-faktor tersebut umumnya dibakukan apabila menginginkan perbandingan keaktif-optikan senyawa-senyawa yang berbeda. Rotasi spesifik () dari senyawa optikal aktif dapat didefinisikan sebagai rotasi pengamatan yang disebabkan oleh 1 gram larutan per mililiter larutan yang dimasukkan dalam tabung contoh sepanjang 1 dm (10 cm). Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut: f.

(Sastrohamidjoyo, 2005: 7)Dimana adalah panjang tabung contoh dalam dm, adalah sudut putaran yang diamati, c adalah konsentrasi dalam gram per mil, t adalah suhu larutan dan panjang gelombang cahaya. Pelarut yang digunakan dinyatakan dalam tanda kurung. Pengukuran umumnya dilakukan pada suhu kamar. Sumbu cahaya yang dapat digunakan adalah lampu uap natrium ( = 589,3 nm).

2.10 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Kromatografi Lapis Tipis merupakan jenis kromatografi sederhana dan membutuhkan waktu yang paling singkat dengan memberikan pemisahan-pemisahanlebih baik. Adapun beberapa keuntungan penggunaan kromatografi lapis tipis, yaitu :1. KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase gerak.1. Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembangan 2 dimensi, pengembangan bertingkat dan pembaceman penjerap dapat dilakukan pada KLT.1. Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja.1. Semua komponen di dalam sampel dapat dideteksi. (Rohman, 2011 : 3-4)Teknik pemisahan pada kromatografi lapis tipis didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi masing-masing komponen pada fase diam dibawah pengaruh fase gerak. Kromatografi lapis tipis dipakai dengan tujuan untuk mencapai hasil kualitatif dan kuantitatif, serta untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi.Fase diam yang digunakan dalam KLT adalah silika gel, alumina, dan selulosa. Fase diam tersebut dilapiskan pada kaca, atau lembaran aluminium, maupun plastik dengan ketebalan 200-1500 m. Sedangkan fase gerak yang sering digunakan pada kromatografi lapis tipis selalu cair. Penggunaan fase gerak ditentukan berdasarkan senyawa kimia yang akan diungkap dalam kromatografi lapis tipis.Ekstrak yang telah disiapkan harus ditotolkan pada fase diam dengan menggunakan pipa kapiler dengan ukuran yang kecil, semakin kecil totolan yang dihasilkan pada fase diam maka semakin baik dalam proses analisis. Setelah ditotolkan maka fase diam tersebut harus dipadukan dengan fase gerak dalam kondisi tertutup yang akan membawa noda ekstrak pada fase diam sehingga noda tersebut dapat dianalisis.Penentuan eluen suatu senyawa harus memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam fase diam dari pada fase gerak. Fase gerak dapat membawa senyawa yang akan dianalisis. Setelah plat kromatografi dikeringkan, untuk noda tampak diamati langusng sedangkan untuk noda tak tampak diamati menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang lampu UV pendek 254 nm dan panjang 366 nm.Noda tampak tersebut dikembangkan dengan perhitungan harga Rf yang dinyatakan sebagai rasio jarak noda terhadap titik awal dibagi jarak eluen terhadap titik awal. Secara matematis adalah sebagai berikut :

(Rohman, 2009:5)Nilai maksimum Rf adalah 1, dicapai ketika solut mempunyai perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi (k) sama dengan 0 yang berarti solut berpindah dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0, teramati jika solut tertahan pada posisi titik awal dipermukaan fase diam atau tidak bergerak sama sekali dari titik awal penotolan.2.11 Spektrofotometer Fourier Infra Red (FTIR)Spektrometri inframerah merupakan metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000 10 cm-1. Metode spektrometri inframerah merupakan metode yang meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik banyak berperan dalam spektrometri umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya eksitasi tingkat-tingkat energi dalam molekul, dapat berupa eksitasi elektronik, vibrasi, atau rotasi (Ningsih, 2010: 1)Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar inframerah dibagi atas tiga daerah yaitu:

Tabel 2.4. Daerah Spektrum Infra Merah

Jenis Panjang Gelombang Bilangan Gelombang Frekuensi (Hz)

Inframerah dekat 0,75 - 2,5 m 13.000 - 4.000 cm-13,8 x 1014 -1.2x1014

Inframerah pertengahan 2,5 - 50 m 4.000 - 200 cm-11.2x1014 - 6,0x1012

Inframerah jauh 50 - 1.000 m 200 - 10 cm-16,0x1012 - 3,0x1011

Senyawa kimia tertentu hasil sintesa maupun alami mempunyai kemampuan menyerap radiasi elektromagnetik dalam daerah spektrum inframerah. Absorpsi radiasi IR pada material tertentu berkaitan dengan fenomena bergetarnya molekul atau atom. Metode Spektrometri inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui, karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode ini banyak digunakan karena: 1. Cepat dan relatif murah 2. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul 3. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut. Tabel 2.5. Serapan Khas Beberapa Gugus FungsiGugusJenis SenyawaDaerah Serapan (cm-1)

C-HAlkana2850-2960, 1350-1470

C-HAlkena3020-3080, 675-870

C-HAromatik3000-3100, 675-870

C-HAlkuna3300

C=CAlkena1640-1680

C=CAromatik (cincin)1500-1600

C-OAlkohol, eter, asam karboksilat, ester1080-1300

C=OAldehida, keton, asam karboksilat, ester1690-1760

O-HAlkohol, fenol(monomer)3610-3640

O-HAlkohol, fenol (ikatan H)2000-3600 (lebar)

O-HAsam karboksilat3000-3600 (lebar)

N-HAmina3310-3500

C-NAmina1180-1360

NO2Nitro1515-1560, 1345-1385

(Nurkomarasari, 2010: 5)Bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi terjadilah transisi antara tingkat vibrasi dasar (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (exited state). Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh spektrofotometer inframerah, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan melalui suatu cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang) radiasi. Plot tersebut disebut spektrum inframerah yang akan memberikan informasi penting tentang gugus fungsional suatu molekul. Vibrasi molekul hanya akan terjadi bila suatu molekul terdiri dari dua atom atau lebih. Untuk dapat menyerap radiasi infra merah (aktif inframerah), vibrasi molekul harus menghasilkan perubahan momen dwi kutub..2.12 Gas Cromatografy Mass Spectrometry (GCMS)GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organikmenggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.Kromatografi gas merupakan salah satu teknik spektrometri yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gasbiasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Spektrometri massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektrometri massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang dilengkapi dengan struktur molekulnya.(Nurkomarasari, 2010:4)2.12.1 Instrumen GCMS2.12.1.1 Kromatografi Gas1. Gas PembawaGas pembawa (carrier gas) pada kromatografi gas sangatlah penting. Gas yang dapat digunakan pada dasarnya haruslahkeringdan bebas oksigen. Kondisi seperti ini dibutuhkan karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan dapat mempengaruhi gas yang akan dipelajari atau diidentifikasi.2. Injeksi Sampel Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada mesin menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal (Lempengan karet ini disebut septum) yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar dari lempengan karet tersebut.3. KolomAda dua tipe utama kolom dalam kromatografi gas-cair. Tipe pertama, tube panjang dan tipis berisi material padatan; Tipe kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang berikatan dengan pada bagian terdalam permukaannya. Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada molekul tertentu dalam campuran yang diinjeksikan pada kolom: 1. Molekul dapat berkondensasi pada fase diam. 2. Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam 3. Molekul dapat tetap pada fase gas 2.12.1.2 Spektrometri Massa1. Sumber IonSetelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang akan diuji dilanjutkan melalui rangkaian spektrometri massa. Molekul-molekul yang melewati sumber ion ini diserang oleh elektron, dan dipecah menjadi ionion positifnya. Tahap ini sangatlah penting karena untuk melewati filter, partikel-partikel sampel haruslah bermuatan.

2. FilterSelama ion melui rangkaian spektrometri massa, ion-ion ini melalui rangkaian elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan perbedaan masa. Para ilmuwan memisahkan komponen-komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana yang boleh melanjutkan yang mana yang tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus menyaring ion-ion yang berasal dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.3. DetektorAda beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Detektor ionisasi nyala dijelaskan pada bagian bawah penjelasan ini, merupakan detektor yang umum dan lebih mudah untuk dijelaskan daripada detektor alternatif lainnya.Dalam mekanisme reaksi, pembakaran senyawa organik merupakan hal yang sangat kompleks. Selama proses, sejumlah ion-ion dan elektron-elektron dihasilkan dalam nyala. Kehadiran ion dan elektron dapat dideteksi. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih panas dibanding dengan temperatur kolom. Hal itu menghentikan kondensasi dalam detektor.Hasil detektor akan direkam sebagai urutan puncak-puncak; setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor. Sepanjang anda mengontrol secara hati-hati kondisi dalam kolom, anda dapat menggunakan waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak-tentu saja anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa pada kondisi yang sama. (Nurkomarasari, 2010:4)2.12.2 Prinsip Kerja GCMS2.12.2.1. Kromatografi GasKromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks.Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen. Stationary atau fasa diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas kromatograf (gas pemisah).2.12.2.2 Spektrometri MassaUmumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sample menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan.Spektrometri massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Biasanya hanya ion positif yang dipelajari karena ion negativeyang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit. 2.12.2.3 Kombinasi GCMSSaat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang sangat bagus. Peneliti dapat menganalisis larutan organik, memasukkannya ke dalam instrumen, memisahkannya menjadi komponen tinggal dan langsung mengidentifikasi larutan tersebut. Selanjutnya, peneliti dapat menghitung secara kuantitatif masing-masing komponen. 2.12.3 Metode Analisis GCMSPada metode analisis GCMS adalah dengan membaca spektra yang terdapat pada kedua metode yang digabung. Pada spektra GC jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa, yaitu terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.Selanjutnya adalah memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam instrumen spektrometri massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu, didapat hasil dari spektra spektrometri massa pada grafik yang berbeda. Informasi yang diperoleh dari kedua teknik digabung dalam instrumen GCMS adalah hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut (Nurkomarasari, 2010: 6). 2.13 Penyakit Gula Darah (Diabetes mellitus)2.13.1 Konsep Diabetes Mellitus Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani diabaine in, tembus atau pancuran air, dan kata Latin mellitus, rasa manis) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan gula darah) yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana terdapat glukosa dengan kadar yang cukup tinggi (kadar gula darah setelah puasa > 126 mg/dL dan pada saat 2 jam setelah makan > 200 mg/dL) dalam darah yaitu sebagai akibat dari terganggunya hormon insulin yang berperan dalam metabolisme glukosa dalam darah. Insulin menghambat fosforilase hati, yang merupakan enzim utama yang menyebabkan terpecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa. Penurunan kerja insulin akan menyebabkan peningkatan produksi glukosa yang juga akan menurunkan aktivitas enzim glukokinase, yang merupakan salah satu enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa sesudah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati (Dewanti, 2010:54).Pada orang normal, segera setelah makan, tubuh akan melakukan metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, metabolisme protein dengan masing-masing rangkaiannya yang begitu rumit. Hasil metabolisme tubuh tersebut adalah glukosa yang nantinya akan diubah lagi menjadi energi, seperti energi gerak, energi panas, dan lain-lain. Hormon insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Jika jumlah insulin kurang banyak, atau kualitas insulin kurang baik, maka kadar gula darah tetap tinggi meskipun sudah beberapa jam setelah makan. Untuk itu, pada penderita DM diharuskan mengatur makanannya supaya kadar gula darahnya tidak meningkat dalam satu waktu tertentu.Kelenjar pankreas merupakan tempat dimana dihasilkannya hormon insulin. Jika kelenjar pankreas terganggu, maka fungsinya sebagai penghasil insulin akan berkurang. Hal ini dapat dikarenakan pankreas kelelahan sehingga sel beta Langerhanz menjadi berkurang, karena pankreas sedang sakit karena ada bakteri/virus atau tumor yang merusak sel Beta Langerhanz. Kurangnya insulin menyebabkan kadar glukosa menjadi tinggi karena menumpuk di dalam darah, tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang melalui air seni. Gangguan metabolisme karbohidrat ini menyebabkan tubuh kekurangan energi. Keadaan ini nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan (Padmiarso, 2011:12). 2.13.2 Metabolisme GlukosaGlukosamerupakan pusat dari semua metabolisme. Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi. Gula lain dalam makanan terutama fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa dalam metabolisme glukosa (Petrucci, 1987:320).Glikolisis diawali dengan reaksi pembentukan senyawa glukosa 6-fosfat dari glukosa. Reaksi ini membutuhkan energi yang diambil dari pemutusan ikatan fosfat pada ATP menjadi ADP dan dikatalisis oleh enzim glukokinase. Pada reaksi berikutnya glukosa 6-fosfat dikatalisis oleh enzim fosfoglukoisomerase membentuk isomernya, fruktosa 6-fosfat. Dengan bantuan enzim fosfofruktokinase dan energi ATP menjadi ADP. Fruktosa 6 fosfat dikatalisis membentuk fruktosa-1,6-bisfosfat. Fruktosa-1,6-bisfosfat kemudian dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu gliseraldehid 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat, reaksi ini dikatalisis oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6 bifosfatase). Gliseraldehid 3 fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator enzim fosfotriosa isomerase.Gliseraldehida 3 fosfat dengan penambahan NAD+ yang telah bereaksi dengan Pi dengan bantuan enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase akan membentuk 1,3 difosfogliserat dan hasil samping NADH. 1,3 difosfogliserat dikatalisis oleh enzim fosfogliserat kinase akan memutuskan satu gugus fosfat membentuk 3 fosfogliserat dan dan gugus fosfat yang telah putus akan berikatan dengan ADP membentuk ATP. 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisis oleh enzim fosfogliserat mutase. 2-fosfogliserat dengan bantuan enzim enolase akan mengalami dehidrasi membentuk fosfoenolpiruvat. Fosfoenolpiruvat dengan bantuan enzim piruvat kinase akan memutuskan gugus fosfat didalam fosfoenolpiruvat yang akan mengikat ADP membentuk ATP dan enolpiruvat. Enol piruvat yang terbentuk dalam reaksi ini mengalami konversi spontan menjadi keto piruvat. Pada kondisi aerob ketopiruvat akan berubah menjadi asetil-CoA yang akan berlanjut pada siklus asam sitrat. Sedangkan pada kondisi anaerob ketopiruvat dikatalisis enzim laktat dehidrogenase akan mengoksidasi NADH menjadi NAD+ dan menghasilkan laktat (Harper, 2003:148).

Gambar 2.14 Bagan Siklus Glikolisis(Sumber : Kopon, 2011 : 6)2.13.3 Jenis-Jenis Diabetes Mellitus Organisai Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional (Lanywati, 2010:59).a) Diabetes Mellitus Tipe 1Diabetes mellitus tipe 1, insulin-dependent diabetes (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh (Dewanti, 2010:59). Diabetes tipe 1 adalah penyakit diabetes yang terjadi karena adanya gangguan pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan optimal. Pada diabetes tipe 1, pankreas memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit sehingga tidak mencukup kebutuhan untuk mengatur kadar gula darah dengan tepat. Akibanya, penderita diabetes tipe 1 harus mendapatkan injeksi dari luar. Glukosa yang tidak bisa dipakai oleh sel sel tubuh akan menumpuk dalam aliran darah, Hal ini kemudian menyebabkan rasa kelaparan yang tinggi pada penderita karena sel sel tidak mendapat energi dari glukosa. Selain itu, tingginya tingkat glukosa dalam darah menyebabkan penderita sering buang air kecil, yang pada gilirannya juga menyebabkan rasa haus berlebihan (Sutanto 2013: 24).

Gambar 2.15 Mekanisme Siklus Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 1(Sumber:http://www.google.co.id/obat+herbal+penyakit+diabetes+kering/)b) Diabetes Melllitus Tipe 2Diabetes mellitus tipe 2, non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, diabetes yang tidak bergantung pada insulin) terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah (Dewanti, 2010:61). Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan karena sel sel tubuh tidak menggunakan insulin sebagai sumber energi atau sel sel tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan pankreas, inilah yang disebut dengan resistensi insulin (Sutanto, 2013:25). Secara umum ada dua penyebab utama terjadinya penyakit diabetes tipe 2 ini, yaitu faktor genetik (keturunan) dan hiperglikemia (tingginya kadar gula darah). Faktor keturunan sangat berpengaruh dalam diabetes tipe 2. Jika orang tua menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita diabetes. Hal ini dipicu dengan rendahnya tingkat aktifitas sehari hari, kurang olahraga, gaya hidup yang kurang sehat dan kelebihan berat badan terutama disekitar pinggang. Saat ini, diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak diderita dan menyerang orang dari segala usia. Jumlah penderitanya jauh lebih banyak dari diabetes tipe 1(Sutanto, 2013 :26).

Gambar 2.16 Mekanisme Siklus Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2(Sumber: http://google.co.id/DM_2.jpg/)

c) Gestational Diabetes MellitusDiabetes gestasional adalah diabetes yang disebabkan karena kondisi kehamilan. Pada diabetes gestasional, pankreas penderita tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi ibu dan si janin (Sutanto, 2013: 27). Gestational Diabetes Mellitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup. GDM terjadi selama kehamilan dan berkemungkinan merusak kesehatan janin atau ibu. GDM dapat sembuh setelah melahirkan, GDM kemungkinan dapat merusak kesehatan janin atau kesehatan ibu, dan sekitar 2050% dari wanita penderita GDM bertahan hidup (Dewanti, 2010:63). GDM terjadi di sekitar 2-5% semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan bisa menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan. 2.13.4 Gejala-Gejala Diabetes MellitusGejala awal biasanya tidak begitu dirasakan, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Baru diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut, gejala yang muncul antara lain : rasa haus, banyak kencing, berat badan turun, rasa lapar, badan lemas, gatal-gatal, kesemutan, mata kabur, kulit kering dan gairah sex melemah. Gejala lainnya adalah pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Dewanti, 2010:54-55).

2.13.5 Diagnosis Diabetes MellitusSeseorang dikatakan menderita diabetes atau tidak, dapat ditentukan melalui diagnosa tingkat glukosa darah. Tabel berikut menunjukkan kriteria diabetes atau bukan Tabel 2.3 Diagnosa Diabetes Mellitus Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).Bukan DMBelum pasti DMDM

Kadar gula darah sewaktu :Plasma venaDarah kapiler200

Kadar gula darah puasa :Plasma venaDarah kapiler110

(Susilo Yektri, 2011 : 20) Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kadar glukosa yakni dengan atau melampaui 11,1 mmol/l dalam plasma darah vena yang sampelnya diambil secara acak atau kadar gula puasa dengan atau yang melampaui 7,8 mmol/l dalam plasma darah vena.Untuk mengetahui seseorang menderita penyakit Diabetes Mellitus atau tidak dapat dilakukan dengan beberapa tes berikut:1. TTGOTTGO atau tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan cara:a. Puasa 10 jam, misalnya dari jam 21.00 sampai 06.00b. Pagi hari pengambilan darahc. Minum larutan glukosa 75 gram dengan syarat tidak diperbolehkan makan atau minum apa-apad. Tunggu selama dua jam kemudian pengambilan darah yang keduaSementara hasilnya dapat berupa : kadar gula darah sesudah puasa selama 8-10 jam lebih dari 126 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah minum 75 gram glukosa lebih dari 200 mg/dl. 2. IFGIFG (Impaired Fasing Glucose) merupakan kadar gula puasa yang terganggu yakni gula darah setelah puasa 8-10 jam antara 100 mg/dl sampai kurang dari 126 mg/dl. 3. IGTIGT (Impaired Glucose Tolerance) merupakan toleransi glukosa terganggu yakni apabila TTGO, 2 jam setelah minum 75 gram glukosa, kadar gula darah berada antara 140 mg/dl sampai kurang dari 200 mg/dL (Dalimartha, 2012 : 9-12).2.13.6 Riwayat penderita penyakit Diabetes MellitusPenderita penyakit Diabetes Mellitus Bapak BA mengalami gejala Diabetes Mellitus sejak awal Tahun 2013 seperti merasa kesemutan di kaki dan cepat lelah ketika bekerja namun tidak melakukan pemeriksaan karena merasa tidak ada gejala akut yang dialami pasien. Pada Tanggal MEI 2015 pasien masuk RSUD Bayangkara karena badan terasa lemah dan berkeringat berlebihan. Pemeriksaan oleh Dokter menyatakan pasien menderita Diabetes Mellitus tipe 1 dengan kadar darah 793 mg/dL karena pankreas tidak berfungsi memproduksi hormon insulin sehingga diberikan suntikan insulin dengan dosis 1 x 24 jam. Pasien tidak diberikan obat generik karena lebih bergantung pada insulin sehingga kadar darah dapat menurun pada 200 mg/dL.

2.14 Penelitian Relevan Elvi Nurlaili, 2010. Fakultas Sains dan Biologi, UINTelah melakukan penelitian pengaruh biji klabet terhadap pkadar GPT dan Got yang terpapar Streptozotoan. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pemberian ekstrak biji klabet dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar GPT maupun GOT hepar mencit diabetes

2.15 Kerangka konseptualDiabetes melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat.Pengobatan Diabetes Mellitus dapat dilakukan secara nonverbal seperti obat sintetik maupun secara verbal (alami) seperti obat alternatif dari tumbuhan (tanaman obat), tanaman obat yang dapat dijadikan obat alternatif antara lain biji klabet dan daun ketelanDiantara ragam tanaman obat yang ada di sekitar kita, beberapa jenisnya memiliki efek positif terhadap penanganan diabetes. Salah satu yang sering dikonsumsi yaitu biji klabet. biji klabet mempunyai kandungan kimia yaitu Alkaloid trigonelina, steroida, sapogenin, diosgenin, gitogenin, tigogenin, yamogenin, trilin, diosin, flavonoid vitexin, dan enzimFakta tradisional di Ruteng, TeKelan memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit Diabetes Mellitus. Ketelan memiliki kandungan kimia fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam daun kirinyuh adalah 2,56%.Kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan dapat dianalisis dengan menggunakan uji fitokimia, kromatografi lapis tipis, spektroskopi infra merah, kromatografi gas-spektroskopi massa dan sebagainya. Kromatografi lapis tipis, spektroskopi infra merah dan kromatografi gas-spektroskopi massa merupakan alat yang menggunakan metode kromatografi dalam menganalisis kandungan kimia. Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang paling sederhana dan mudah digunakan yang memberikan hasil yang cukup memuaskan, spektroskopi infra merah merupakan teknik analisis yang sangat populer untuk analisis berbagai jenis sampel, baik sampel produk farmasetik, makanan, cairan biologis, maupun sampel lingkungan dan kromatografi gas-spektometer massa dengan tekhnik, eluen yang keluar dari kolom GC selanjutnya akan masuk ke MS untuk menghasilkan profil spektrum massa untuk tiap komponen. Teknik ini memberikan keuntungan diperolehnya berat molekul komponen yang keluar. Dan juga perlu dilakukan uji fisiko-kimia, seperti massa jenis, uji kelarutan, penetapan titik didih, penetapan putaran optik, uji aktivitas ekstrak kombinasi Tanaman klabet dan Tanaman ketelan (In Vitro) dan pada pasien Diabetes Mellitus (In Vivo).Data-data peningkatan jumlah pasien penyakit gula darah tidak seimbang dengan peningkatan obat-obatan baik sintetik maupun obat herbal untuk mengatasi penyembuhan penyakit gula darah. Secara tradisional, pengobatan Diabetes Mellitus sudah dilakukan dengan menggunakan ekstrak biji klabet dan daun tekelan.

2.16 Skema Kerangka Konseptual

Penyakit diabetes melitus

Tanaman tekelan Tanaman klabet

Uji aktivitas ekstrak

Kandungan kimia2.

Analisis

FitokimiaFisikokimiaKomponen Kimia

Putar optikTitik didihKelarutanMassa Jenis

Alkaloid,Flavonoid, Saponin dan MonoterpenoidKelompok Senyawa, gugus fungsi dan ion molekul

Hipotesis

Gambar 2.16. Bagan Kerangka Konseptual2.17. Hipotesis PenelitianBerdasarkan kajian pustaka dan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :0. Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan memiliki kandungan kimia kelompok senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan monoterpenoid.0. Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan memiliki sifat fisiko kimia antara lain massa jenis, kelarutan, titik didih dan putar optik.0. Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan memiliki aktivitas terhadap penyakit gula darah

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental desain laboratorium.3.2. Waktu dan Tempat Penelitian3.2.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 13 Mei sampai 2015 .3.2.2. Tempat Penelitian3.2.2.1. Laboratorium kimia UNWIRA KupangPembuatan ekstrak, pengujian KLT, uji kelarutan, penentuan titik didih, penentuan putaran optik, penentuan uji alkaloid, flavonoid, saponin dan monoterpenoid.3.2.2.2. Laboratorium Mikrobiologi UNWIRA KupangPenentuan massa jenis.3.2.2.3. Laboratorium Kimia Analitik Universitas Airlangga SurabayaAnalisis instrumen FTIR dan GC-MS.

3.2.2.4. UPTD Laboratorium Kesehatan Pemerintah Propinsi NTT dan Rumah PasienUji aktivitas ekstrak kombinasi biji klabet dan tekelan3.3. Populasi dan sampel3.3.1. Populasi3.3.1.1. Tanaman Klabet Seluruh bagian tanaman klabet yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji yang terdapat di Kota Kupang.3.3.1.2. Tanaman Tekelan Seluruh bagian tanaman tekelan yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji yang terdapat di Kota Kupang.3.3.1.3. Pasien Positif batu ginjalSeluruh pasien yang positif terkena penyakit diabets melitus3.3.2. Sampel3.3.2.1. Biji KlabetBiji klabet yang digunakan pada penelitian adalah dari tanaman klabet yang terdapat di Cumbi desa Warloka kecematan Komodo Labuan Bajo

3.3.2.2. Daun Tekelan Daun tekelan angsana yang digunakan pada penelitian adalah dari tanaman ketelan yang terdapat di RT 024/RW 009 Kelurahan Maulafa Kota Kupang.3.3.2.3. Pasien Positif Diabetes MelitusPasien Diabetes Melitus yang menjadi mitra dalam penelitian ini adalah pasien yang telah diperiksa di rumah sakit Bayangkara kota kupang yang memiliki penyakit daibetes sebagai berikut : Nama: BAJenis kelamin: Laki-laki Umur: 45TahunAlamat: Jln. Uyelewun RT 024/009 Tofa kupang.3.4. Variabel Penelitian3.4.1. Variabel BebasVariabel bebas dari penelitian ini adalah :0. Ekstrak kombinasi biji ketelan dan daun Tekelan.0. Pelarut metanol.

3.4.2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah : 0. Kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan0. Sifat fisiko kimia ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan.0. Aktifitas ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan terhadap penyakit gula darahHal yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian :1. Subyek penelitian tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan atau minuman yang memicu penyakit gula darah2. Subyek penelitian tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat-obatan atau produk lain selama penelitian. 3.5. Alat dan bahan3.5.1. Alat 3.5.1.1. Persiapan SampelJergen, kapas, lumpang + alu, pisau, neraca analitik, corong, gelas kimia 250 mL, baskom, senduk, peniti, aluminium foil, karet gelang, kertas saring, kapas wajah, panci aluminium, labu elenmeyer 250 mL, termometer 1100C, pembakar spritus, kaki tiga, kawat kasa.3.5.1.2. Uji Pelarut Etanol Gelaskimia 50 mL, gelasukur 50 mL, kaca arloji dan pipet tetes.3.5.1.3. Massa jenis Gelas kimia 50 mL, neraca analitik, oven pemanas, pipet ukur, labu erlemeyer 250 mL.3.5.1.4. Kelarutan Pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia 500 mL.3.5.1.5. Titik didihGelas kimia 300 mL, labu erlemeyer150 mL, pembakar spiritus, kaki tiga, kawat kasa, plat tetes, gelas ukur 50 mL, penyumbat gabus , termometer 1100C.3.5.1.6. Putaran optikLabu erlemeyer150 mL, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 50 mL, polarimeter, lampu merkuri, corong.3.5.1.7. Uji Fitokimia2. Alkaloid Rak dan tabung reaksi, gelas ukur 10 mL, pipet tetes.1. Flavonoid Rak dan tabung reaksi, gelas ukur 10 mL, pipet tetes.1. Saponin Gelas kimia Herma 100 mL, gelas ukur 10 mL, pipet tetes, rak dan tabung reaksi , gelas kimia pirex 250 mL.1. Monoterpenoid Tabung reaksi, pipet tetes.

3.5.1.8 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Plat KLT, pipa kapiler, pipet tetes, gelas kimia 250 mL, penggaris 30 cm, pensil, gunting, lampu UV 254 nm, silinder ukur, botol chamber, kaca arloji. 3.5.1.9 Spektrometri Inframerah (IR)Spektrometer infra merah Jasco FT-IR-5300 pada bilangan gelombang 400-4000 cm1. Radiasi inframerah : dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar. Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi sekitar 1.200C, memancarkan radiasi continue pada daerah 1 40 m. Pijar Nernst merupakan batang cekung dari sirkonum dan yttrium oksida yang dipanasi sekitar 1500C memancarkan radiasi antara 0,4 20 m.Monokromator : Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk monokromator inframerah karena dispersinya tinggi antara 5,0 16 m.Detektor : Detektor panas untuk mendeteksi sinar inframerah, yaitu termokopel, bolometer dan sel golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar inframerah.

3.5.1.10 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) GC-MS merek Shimadzu tipe QP2010S, suhu injektor 280 oC, suhu kolom 40 270 oC, jenis kolom Rtx-5MS, panjang kolom 30.00 m, ketebalan 0.25 m, diameter 0,25 mm, dan jenis pengion EI (Electron Impact) 70 eV.3.5.1.11 Uji aktivitas3.5.1.11.1 In vitro Tabung reaksi pyrex, silinder ukur 10 mL, gelas kimia pyrex 250 mL, pembakar spiritus, kaki tiga, kawat kasa.3.5.1.11.2 In vivo Silinder ukur 10 mL, senduk, gelas.3.5.2 Bahan 3.5.2.1 Persiapan Sampel Biji klabet dan daun ketelan, air bersih.3.5.2.2 Ekstraksi Metanol 96 % p.a, sampel Biji klabet dan daun tekelan3.5.2.3 Uji Pelarut Metanol Minyak goreng dan asam sulfat pekat.3.5.2.4 Analisis Fisiko-kimia3.5.2.4.1 Uji Kelarutan Ekstrak kombinasi Biji klabet dan daun ketelan aquades, dietil eter 95% p.a , kloroform 95% p.a dan metanol 96 % p.a.3.5.2.4.2 Penentuan Titik Didih Ekstrak kombinasi Biji klabet dan daun tekelan3.5.2.4.3 Penetapan Massa Jenis Ekstrak kombinasi Biji klabet dan daun tekelan3.5.2.4.4 Penentuan Putaran Optik Ekstrak kombinasi Biji klabet dan daun tekelan 3.5.2.5 Analisis Fitokimia3.5.2.5.1 Uji Alkaloid Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan, reagen mayer dan reagen wagner.3.5.2.5.2 Uji Flavonoid Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan HCl pekat 37% dan serbuk magnesium.3.5.2.5.3 Uji Tanin Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dan pereaksi besi (III) klorida.3.5.2.5.4 Uji Saponin Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan, FeCl3 dan aquades. 3.5.2.5.5 Uji Triterpenoid Ekstrak kombinasi Biji klabet dan daun tekelan , asam asetat anhidrat 95% p.a dan H2SO4 pekat 96% p.a.

3.5.2.6 Analisis Komponen Kimia3.5.2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak kombinasi Biji klabet dan daun tekelan3.5.2.7 Spektrometri Inframerah (IR) Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan3.5.2.8 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan3.5.2.9 Uji Aktivitas3.5.2.9.1 In vitro Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan, glukosa, pereaksi fehling, aquadest.3.5.2.9.2 In vivo Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan, air minum.

3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Persiapan sampel1. Ambil biji klabet dan daun tekelan yang masih muda.2. Cuci daun-daun tersebut dengan air bersih.3. Keringkan biji klabet dan daun tekelan dengan cara diangin-anginkan.4. Mol daun dan biji tekelan tersebut dengan alat gilingan.5. Simpan dalam baskom untuk proses ekstraksi.

3.6.2 Ekstraksi1. Timbang 200 gram biji klabet dan 200 gram daun tekelan2. Campurkan biji klabet dan daun tekelan yang telah halus ke dalam labu Erlenmeyer 2000 mL.3. Tambahkan 1000 mL metanol 96% p.a, campur hingga merata.4. Tutup Labu erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil, dan diberi sedikit lubang dengan menggunakan peniti, 5. Biarkan selama 3 x 24 jam untuk proses maserasi.6. Saring ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan hasil maserasi dengan menggunakan kapas wajah .7. Saring ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dengan kertas saring wogmen 41 untuk mendapatkan filtrat yang jernih dan residunya.8. Tempatkan ke dalam baskom dan ditutup dengan aluminum foil, dilubangi permukaannya.9. Uapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan hasil maserasi selama 2 minggu.10. Panaskan ekstrak biji klabet dan daun tekelan dengan menggunakan penangas selama 30 menit, uapkan selama 1 hari.11. Simpan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan murni tanpa pelarut untuk uji fisiko-kimia, uji fitokimia, IR, GC-MS, dan uji aktivitas.

3.6.3 Uji pelarut metanol1. Siapkan ekstrak biji klabet dan daun tekelan hasil penguapan.2. Masukkan 1 mL minyak goreng pada kaca arloji.3. Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan4. Teteskan beberapa tetes H2SO4 pekat 96% p.a.5. Amati hasil yang diperoleh. Ada tidaknya kandungan metanol ditandai pada gejala aroma yang ditimbulkan. Jika aromanya harum maka ekstrak masih mengandung metanol. Jika tidak ada aroma harum maka ekstrak tidak mengandung metanol.3.6.4 Analisis Fisiko-Kimia3.6.4.1 Uji kelarutan1. Masukkan 1 mL aqudes ke dalam tabung reaksi.2. Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dalam tabung reaksi.3. Aduk campuran dalam tabung reaksi hingga tercampur secara merata.4. Amati hasil yang diperoleh.5. Ulangi langkah 1 - 4 aquades diganti dengan metanol 96% p.a, dietil- eter 95% p.a dan kloroform 95% p.a.3.6.4.2 Penentuan titik didih1. Siapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan.1. Masukkan 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan ke dalam tabung reaksi.1. Tutup tabung reaksi menggunakan penyumbat gabus, yang sudah dirangkai dengan termometer.1. Masukkan tabung reaksi ke dalam penangas air hingga mencapai suhu tertinggi yang dicapai ekstrak kombinasi biji klabet dan akar daun daun tekelan.1. Catat hasil suhu tertinggi yang sudah konstan.

3.6.4.3 Penetapan massa jenis1. Siapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan.1. Timbang gelas kimia 50 mL dengan menggunakan neraca analitik.1. Panaskan gelas kimia pada suhu 1100C selama 15 menit.1. Timbang gelas kimia.1. Ulangi lagi langkah 2-4, untuk memperoleh berat konstan gelas kimia.1. Ukur 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan masukan ke dalam gelas kimia 50 mL.1. Timbang berat gelas kimia dan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan Hitung nilai massa jenis.3.6.4.4 Penentuan putaran optik1. Siapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan1. Masukkan 20 mL metanol ke dalam gelas kimia 250 mL.1. Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan, campur hingga merata.1. Masukkan campuran ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dengan metanol 96% p.a ke dalam tabung polarimeter.1. Masukkan tabung polarimeter ke dalam analisator.1. Putar analiser sambil memperhatikan melalui teleskop sampai intensitas sinar sama dengan penerangnya.1. Baca nilai derajat menit dan catat hasilnya.1. Kembalikan analiser ke angka nol.1. Ulangi langkah 1 8 dengan perbandingan konsentrasi ekstrak, sebagai berikut :25 mL metanol dan 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan 30 mL metanol 3.6.5 Analisis Fitokimia3.6.5.1 Persiapan Reagen3.6.5.1.1 Pembuatan reagen Meyer0. Timbang KI sebanyak 6 gram.0. Larutkan KI dengan aquades sebanyak 10 mL.0. Timbang HgCl2 sebanyak 1,358 gram. 0. Larutkan HgCl2 dalam 60 mL aquades.0. Campurkan larutan KI dan HgCl2.0. Tambahkan air sampai volume 100 mL, dicampur hingga homogen.3.6.5.1.2 Pembuatan reagen Wagner5. Timbang KI sebanyak 2 gram.5. Timbang serbuk I2 sebanyak 4 gram.5. Campur KI dan I2.5. Tambahkan sedikit air dan larutkan KI dan I2.5. Masukkan larutan ke dalam labu Volumetrik.5. Tambahkan aquades hingga mencapai 100 mL.5. Campur hingga homogen, simpan dalam botol reagen dan diberi label.3.6.5.2 Uji Alkaloid1. Siapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan, reagen Meyer dan reagen Wagner.1. Masukkan 2 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan ke dalam tabung reaksi.1. Tambahkan 0,5 mL larutan HCL 25%, campur hingga merata.1. Bagi larutan tersebut menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama.1. Tabung pertama dimasukkan 2 - 3 tetes reagen Meyer.1. Amati perubahan yang terjadi.1. Tabung ke dua, masukkan 2 - 3 tetes reagen Wagner.1. Amati perubahan yang terjadi.3.6.5.3 Uji Flavonoid7. Siapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan.7. Buat larutan HCl 37%.7. Potong pita magnesium menjadi beberapa bagian kecil.7. Ukur 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelanmasukkan ke dalam tabung reaksi.7. Teteskan 5 tetes larutan HCl 37% ke dalam tabung reaksi, kocok sampai homogen.7. Tambahkan serbuk Mg dan amati perubahan yang terjadi.

3.6.5.4 Uji Tanin0. Ukur 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan masukkan ke dalam tabung reaksi.0. Teteskan 5 tetes pereaksi besi (III) klorida.0. Amati perubahan yang terjadi.3.6.5.5 Uji Saponin1. Ukur 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan masukkan ke dalam tabung reaksi.2. Tambahkan 2 mL air. 3. Panaskan dalam penangas air.4. Kocok dan amati perubahan yang terjadi.3.6.5.6 Uji Steroid/Triterpenoid1. Siapkan sebuah tabung reaksi.2. Ukur 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan masukkan ke dalam tabung reaksi.3. Teteskan 2 tetes asam asetat anhidrat ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak hingga semua ekstrak terendam.4. Teteskan 5 tetes H2SO4 pekat dalam tabung reaksi. 5. Amati perubahan yang terjadi.3.6.5.7 Analisis Komponen Kimia3.6.5.7.1 KLT1. Potong kertas KLT dengan panjang 5 cm dan lebar 2 cm.2. Garis pembatas pada kertas KLT dengan batas bawah 1 cm dan batas atas 0,5 cm.3. Siapkan ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan.4. Masukkan 4,5 mL metanol 96% p.a ke dalam botol chamber.5. Tambahkan 0,5 mL aquades ke dalam botol chamber.6. Tutup botol chamber, kocok hingga tercampur merata 7. Biarkan selama 10-15 menit.8. Campurkan 0,1 mL ekstrak dan 1 mL metanol 96% p.a pada kaca arloji hingga merata.9. Dengan menggunakan pipa kapiler, totolkan ekstrak yang telah dicampur dengan metanol 96% p.a pada kertas KLT pada batas bawah.10. Biarkan beberapa menit.11. Masukkan kertas KLT yang telah ditotol dengan ekstrak ke dalam botol chamber yang telah berisi campuran air dan metanol (4,5 : 0,5) mL.12. Biarkan beberapa menit. 13. Amati fase gerak (air dan metanol) pada botol chamber mendekati batas atas kertas KLT pada tanda batas.14. Angkat kertas KLT, biarkan beberapa menit hingga mengering.15. Amati noda yang tampak pada kertas KLT menggunakan lampu UV 254 nm.16. Beri lingkaran pada noda yang tampak.17. Ulang langkah 1-16 tetapi mengganti eluen dengan berbagai variasi yakni metanol 96% p.a : kloroform 95% p.a dengan perbandingan 4,5:0,5 dan metanol 96% p.a : kloroform 95% p.a : aquadest dengan perbandingan 2:6:2.18. Hitung nilai Rf.

3.6.6 Spektrometri Inframerah (IR) Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis gugus fungsi dengan IR di Laboratorium Farmasi Airlangga Surabaya.3.6.7 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS)Ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis fragmen ion molekul dengan GCMS di Laboratorium Farmasi Airlangga Surabaya.3.6.8 Uji Aktivitas 3.6.8.1 In Vitro 1. Ukur 10 mL aquades, timbang 10 gr glukosa, larutkan glukosa tersebut dalam aquades.2. Masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL larutan glukosa tersebut.3. Tambahkan 1 mL larutan fehling.4. Panaskan dengan menggunakan penangas air. 5. Amatilah perubahan yang terjadi.6. Masukkan larutan glukosa sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi pyrex.7. Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan.8. Panaskan dengan menggunakan penangas air. 9. Amatilah perubahan yang terjadi.

9.5 9.5.1 9.5.2 9.5.3 9.5.4 9.5.5 9.5.6 9.5.7 9.5.8 9.5.9 9.5.9.1 3.6.8.2 Uji aktivitas In Vivo1. Periksa kadar gula darah pasien di Laboratorium Klinik Kartini Kota Kupang.2. Hasilnya menunjukkan kadar gula pasien > 200 mg/dL.3. Pasien diberi minum ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan: air, (2:3) sebanyak 5 mL4. Dosis 2 kali sehari, 5 mL selama 3 minggu.5. Periksa kembali kadar gula darah pasien di Laboratorium klinik yang sama. 3.7 Teknik Pengumpulan Data3.7.1 Parameter Lab Parameter lab dalam penelitian untuk memperoleh data sifat fisika kimia antara lain: kelarutan, massa jenis, titik didih, putaran optik, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid metode KLT, Spektro IR,GC-MS, aktivitas ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan3.7.2 Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan awal dari seorang pasien yang memiliki keluhan khusus. Keluhan ini diharapkan agar pasien tersebut mengalami gejala Diabetes Mellitus sehingga dapat dijadikan sebagai subyek penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data3.8.1 EkstraksiData hasil ekstraksi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan rumus:

3.8.2 Uji Pelarut Metanol Data hasil uji metanol ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan data perbandingan aroma ester yang terbentuk.3.8.3 Analisis Sifat Fisiko-kimia2. Uji Kelarutan Data hasil uji kelarutan biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan jumlah volume pelarut.1. Penentuan Titik didih Data hasil penentuan titik didih ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis dengan titik didih tertinggi.1. Penetapan Massa jenis Data hasil penetapan massa jenis, ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

dimana :

: massa jenis ekstrak (gram/mL)

m: massa ekstrak (gram)V: volume ekstrak (mL)

1. Penentuan Putar Optik Data hasil penentuan putar optik, biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan rumus sebagai beikut :

Keterangan :

: Sudut putar jenis garis D Merkuri pada suhu 310 C: Sudut putar teramati pada suhu 310 Cl: Panjang tabungC: Konsentrasi larutan

3.8.4 Analisis Fitokimia1. Uji Alkaloid Data hasil uji alkaloid ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis reagen Wagner dan reagen Mayer.2. Uji FlavonoidData hasil uji flavonoid ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis mengunakan perbandingan data teoritis hasil positif reagen wilstaler sianidin (HCl + Mg).3. Uji Tanin Data hasil uji tanin ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis pereaksi besi (III) klorida hasil positif warna hijau kehitaman.4. Uji Saponin Data hasil uji saponin ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis hasil positif terbentuknya busa seperti sabun.5. Uji Triterpenoid Data hasil uji triterpenoid ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis hasil positif terbentuknya warna hijau biru dengan pereaksi asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat.3.8.5 KLT Data hasil KLT ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis menggunakan rumus sebagai beikut :

(Rohman, 2009:5)3.8.6 Spektroskopi Infra Merah (IR) Data hasil spektroskopi IR ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis dengan membandingkan data teoritis gugus fungsi.3.8.7 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS)Data hasil GC-MS ekstrak kombinasi biji klabet dan daun tekelan dianalisis dengan membandingkan data teoritis ion molekul3.8.8 Aktivitas1. Data hasil uji aktifitas secara in vitro dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis glukosa dengan reagen fehling.2. Data hasil uji aktifitas secara in vivo dianalisis menggunakan data teoritis laboratorium kadar gula darah normal, dan data klinik pasien sebelum dan sesudah terapi.

3.9 Skema Kerja

daun ketelan, dianginkan, dihaluskan , timbang sebanyak 200 grambiji klabet, dikeringkan, dihaluskan , timbang s ebanyak 200 gram

campur

Uji ada tidaknya metanol menggunakan H2SO4 pekat dan minyak gorengIn vitro : pada glukosa menggunakan pereaksi fehlingInvivo : pada pasien penyakit Diabetes MellitusakttivitasKelompoksenyawa, gugus fungsi, ion molekulKelarutan,titik didih,ma