berdasarkan pasal 30 pp no.27 tahun 1999 mengenai amdal...

25
74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP PEMRAKARSA DIDIEK WAHJU INDARTA Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro, 62119 E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab konsultan Amdal dalam pembuatan dokumen AMDAL terhadap pihak pemrakarsa.Penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian antara lain: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Tanggung jawab konsultan AMDAL terhadap pemerakarsa adalah menyusun analisis dampak lingkungan hidup dari suatu usaha atau kegiatan dari pemerakarsa. Jika kemudian muncul masalah sebagai akibat tidak dipenuhinya persyaratan kualifikasi penyusunan AMDAL maka dapat ditelusuri berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL dan ketentuan undang-undang lain yang relevan dengan tugas konsultan. Ia ikut bertanggung jawab atas semua data yang dibuatnya. Tanggung jawab konsultan AMDAL terhadap pihak ketiga atau masyarakat, sebagaimana tercantum pada pasal 33 PP No. 27/1999 menegaskan kewajiban pemerakarsa untuk mengumunkan kepada publik dan saran, pendapat, masukan publik wajib untuk dikaji dan dipertimbangkan dalam AMDAL. Dan pasal 34 menegaskan bagi kelompok rakyat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses penyusunan kerangka acuan, penilaian kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup. PENDAHULUAN Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya, guna mencapai tujuan pembangunan yakni meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Pembangunan tersebut dari masa ke masa terus berlanjut dan berkesinambungan serta selalu ditingkatkan pelaksanaannya, guna memenuhi dan meningkatkan kebutuhan penduduk tersebut berjalan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk. Pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang berkesinambungan dan selalu meningkat seiring dengan baik dan meningkatnya jumlah dan kebutuhan penduduk, menarik serta mengundang resiko pencemaran dan perusakan yang disebabkan oleh tekanan kebutuhan pembangunan terhadap sumber daya alam, tekanan yang semakin besar tersebut ada dan dapat mengganggu, merusak struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Untuk mencegah kemerosotan lingkungan dan sumber daya alam dengan maksud agar lingkungan dan sumber daya alam tersebut tetap terpelihara keberadaan dan kemampuan dalam mendukung berlanjutnya pembangunan, maka setiap aktivitas pembangunan haruslah dilandasi oleh dasar-dasar pertimbangan pelestarian dan sumber daya alam tersebut. Keinginan untuk mengurangi pengaruh negatif dan resiko pada tingkat yang mungkin (risk assessment) dan mengelola resikonya (risk management) melalui mekanisme dan sistem hukum lingkungan disebut sebagai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Analisis Dampak lingkungan yang lahir dengan diundangkannya lingkungan hidup di Amerika Serikat yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969 dan mulai berlaku pada tanggal

Upload: lammien

Post on 02-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

74

TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP

PEMRAKARSA

DIDIEK WAHJU INDARTA Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro

Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro, 62119

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab konsultan Amdal dalam pembuatan

dokumen AMDAL terhadap pihak pemrakarsa.Penelitian menggunakan metode penelitian hukum

normatif. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

penelitian antara lain: Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Tanggung jawab konsultan AMDAL terhadap pemerakarsa adalah menyusun analisis dampak

lingkungan hidup dari suatu usaha atau kegiatan dari pemerakarsa. Jika kemudian muncul masalah

sebagai akibat tidak dipenuhinya persyaratan kualifikasi penyusunan AMDAL maka dapat ditelusuri

berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL dan ketentuan undang-undang lain

yang relevan dengan tugas konsultan. Ia ikut bertanggung jawab atas semua data yang dibuatnya.

Tanggung jawab konsultan AMDAL terhadap pihak ketiga atau masyarakat, sebagaimana tercantum

pada pasal 33 PP No. 27/1999 menegaskan kewajiban pemerakarsa untuk mengumunkan kepada

publik dan saran, pendapat, masukan publik wajib untuk dikaji dan dipertimbangkan dalam AMDAL.

Dan pasal 34 menegaskan bagi kelompok rakyat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses

penyusunan kerangka acuan, penilaian kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana

pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup.

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan upaya

sadar dan terencana dalam rangka

mengelola dan memanfaatkan sumber

daya, guna mencapai tujuan pembangunan

yakni meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dan bangsa Indonesia.

Pembangunan tersebut dari masa ke masa

terus berlanjut dan berkesinambungan

serta selalu ditingkatkan pelaksanaannya,

guna memenuhi dan meningkatkan

kebutuhan penduduk tersebut berjalan

seiring dengan semakin meningkatnya

jumlah pertumbuhan penduduk.

Pelaksanaan pembangunan sebagai

kegiatan yang berkesinambungan dan

selalu meningkat seiring dengan baik dan

meningkatnya jumlah dan kebutuhan

penduduk, menarik serta mengundang

resiko pencemaran dan perusakan yang

disebabkan oleh tekanan kebutuhan

pembangunan terhadap sumber daya alam,

tekanan yang semakin besar tersebut ada

dan dapat mengganggu, merusak struktur

dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi

penunjang kehidupan.

Untuk mencegah kemerosotan

lingkungan dan sumber daya alam dengan

maksud agar lingkungan dan sumber daya

alam tersebut tetap terpelihara keberadaan

dan kemampuan dalam mendukung

berlanjutnya pembangunan, maka setiap

aktivitas pembangunan haruslah dilandasi

oleh dasar-dasar pertimbangan pelestarian

dan sumber daya alam tersebut.

Keinginan untuk mengurangi

pengaruh negatif dan resiko pada tingkat

yang mungkin (risk assessment) dan

mengelola resikonya (risk management)

melalui mekanisme dan sistem hukum

lingkungan disebut sebagai Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL).

Analisis Dampak lingkungan yang

lahir dengan diundangkannya lingkungan

hidup di Amerika Serikat yaitu National

Environmental Policy Act (NEPA) pada

tahun 1969 dan mulai berlaku pada tanggal

Page 2: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

75

1 Januari 1970. Pasal 102 ayat (1) (c)

dalam undang-undang ini menyatakan,

semua usulan legislasi dan aktivitas

pemerintah federal yang besar yang

diperkirakan akan mempunyai dampak

penting terhadap lingkungan harus disertai

laporan mengenai Environmental Impact

Assessment (Analisis Dampak

Lingkungan) tentang usulan tersebut.

NEPA 1969 merupakan suatu reaksi

terhadap kerusakan lingkungan oleh

aktivitas manusia yang semakin

meningkat, antara lain tercemarnya

lingkungan oleh pestisida serta limbah

industri dan transportasi. Rusaknya habitat

tumbuhan dan hewan langka, serta

rendahnya nilai estetika alam.

Berdasarkan Pasal 15 Undang-

Undang Pokok Lingkungan Hidup No. 23

Tahun 1997 tentang kewajiban Membuat

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) terhadap setiap rencana yang

diperkirakan mempunyai

Dampak penting terhadap lingkungan

hidup, maka dikeluarkanlah Peraturan

Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Dalam waktu empat tahun sejak

diundangkannya Peraturan Pemerintah No.

51 Tahun 1993 telah diteliti berbagai aspek

untuk penetapan criteria dampak kegiatan

dari lingkungan-lingkungan social Budaya.

Karena dianggap Peraturan Pemerintah

belum memadai, maka kebijakan

pemerintah dalam menyikapi pelaksanaan

dan penegakkan undang-undang No. 23

Tahun 1997 dikeluarkanlah Peraturan

Pemerintah No. 27 Tahun 1999 yang

mencabut Peraturan Pemerintah No. 51

Tahun 1993. Alasan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999

di antaranya beberapa persoalan yang

bermunculan pada tingkat pelaksanaan

termasuk kurang dipahaminya ketentuan-

ketentuan hukum dasarnya menurut

Undang-undang Lingkungan Hidup Tahun

1997 serta implikasi aspek-aspek teknis

dan ilmu ilmiah pada penerapan

hukumnya, sehingga menjadi kendala

menegakkan ketentuan-ketentuan tersebut,

terutama pada kegiatan yang menggunakan

bahan-bahan kimia yang bersifat toksis,

dan dampak lingkungan penting lainnya.

Atas pertimbangan di atas,

mengingat kondisi untuk segera

dikembangkan lebih lanjut ketentuan

hukumnya sesuai dengan perkembangan

baru, masalah-masalah yang belum

terakomodasi oleh ketentuan-ketentuan

yang dianggap mengandung kelemahan-

kelemahan tertentu, seperti keterkaitan

AMDAL dengan perizinan, mekanisme

keterkaitan AMDAL dan masyarakat

sebagai pelaksana peran serta rakyat dalam

proses pengambilan keputusan, dan

metode pengumpulan informasi yang

mampu memberikan identifikasi terhadap

berbagai pengaruh dan dampak

lingkungan. Ini berarti dalam hal

perencanaan proyek pusat, komisi daerah

telah dilibatkan, yang akan menjamin

keterpaduan vertikal.

Kurang dipahaminya proses

AMDAL dalam sistem perizinan

menyebabkan studi AMDAL sering kali

dianggap memperlambat diperolehnya izin

kegiatan. Oleh karena itu, penguasaan

hukum yang mengatur dan menerbitkan

masalah lingkungan dalam pembangunan

wajib pula menguasai ilmu-ilmu lain yang

relevan, misalnya ekonomi, sosial budaya,

planologi, hidrologi, kimia dan biologi.

AMDAL sebagai studi ilmiah

dianggap mempunyai kemampuan untuk

melakukan prediksi dan identifikasi

terhadap kemungkinan timbulnya dampak

lingkungan. Dalam proses AMDAL ini

analisis mengenai masalah dilakukan yang

berdasarkan pendekatan antar berbagai

disiplin ilmu dengan menggunakan

prinsip-prinsip ilmiah pula untuk

menerangkan hubungan kausal masalah

lingkungan dan cara pemecahannya.

Dengan demikian, dalam perkembangan

baru ini, hukum disamping untuk menjaga

ketertiban, sarana pembaharuan

masyarakat juga dianggap mampu

mengidentifikasi dan menginterpretasikan

Page 3: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

76

masalah-masalah lingkungan yang

mungkin timbul dan tata cara

memecahkannya. Suatu perkembangan

hukum yang dipengaruhinya oleh metode

dan prinsip ilmu.

Untuk melakukan analisis secara

demikian, Undang-undang Lingkungan

Hidup Tahun 1982 dan peraturan

Pemerintah tentang AMDAL akan

dijadikan acuan utama dalam keseluruhan

proses pengujian masalah dan sarana

pemecahannya.

Atas dasar pemikiran di atas,

analisis masalah hukum tentang AMDAL

pertama-tama akan membantu

memberikan uraian keterkaitan perundang-

undangan dan pelaksanaan AMDAL

dengan Undang-undang atau ketentuan

hukum sektoral untuk memperoleh

persamaan persepsi dan penafsiran atas

hukum yang mengatur pelaksanaan

AMDAL dilihat dari penyusunan,

penilaian, dan pengambilan keputusan.

Kedua, pengaruh dari kualifikasi AMDAL

oleh perangkat aparatur pemerintah yang

memiliki kriteria keahlian khusus dalam

proses AMDAL sebagai penanggung

jawab utama. Status AMDAL dalam

proses pengambilan keputusan sebagai

“Significant Agency Expertise” yang

memegang yurisdiksi kewenangan dan

merupakan ruang lingkupnya yang lebih

utama dalam masalah hukum yang timbul

di kemudian hari.

Dalam pengertian di atas,

ditegaskan bahwa aparat pemerintah

(agency) barulah dapat dikualifisir dan

mempunyai “Primary Jurisdiction” yang

memberikan kedudukan hukum yang

istimewa baginya untuk memutuskan apa

yang menurut aparatur pemerintah paling

menguntungkan berdasarkan keahliannya

yang khusus, karena itu kedudukan ini

memberikan dasar hukum yang kuat

baginya untuk menetapkan pilihan yang

terbaik dan bersifat final.

Untuk menciptakan suatu

pembangunan yang berkesinambungan,

faktor lingkungan hidup menjadi perhatian

yang utama, sebab pada hakekatnya

adalah:

”Gangguan terhadap keseimbangan

lingkungan yaitu sadar manusia untuk

mengubah keseimbangan lingkungan dari

tingkat kualitas yang lebih tinggi. Dalam

hal ini harus menjaga agar lingkungan

tetap mampu untuk mendukung tingkat

hidup pada kualitas yang lebih tinggi.”

Oleh karena itu pembangunan yang

memungkinkan timbulnya dampak penting

terhadap lingkungan harus dibuat analisis

mengenai dampak lingkungan, misalnya

pembangunan pabrik pupuk, pembangunan

pabrik tapioka, dan lain-lain. Kewajiban

membuat analisis mengenai dampak

lingkungan dapat dilihat pada Pasal 15

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 yang

isinya.

“Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan

yang kemungkinan dapat menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup wajib memiliki analisis

mengenai dampak lingkungan”.

Masalah analisis mengenai dampak

lingkungan adalah menyangkut masalah

orang banyak, maka peranan pihak yang

berkepentingan yaitu pemrakarsa, aparatur

pemerintah, dan masyarakat sangat

penting. Oleh karena itu untuk

menegakkan analisis mengenai dampak

lingkungan ini harus ada kerjasama yang

baik antara aparatur pemerintah dan pihak

yang terkait.

Untuk itu Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup

telah mengeluarkan beberapa keputusan

sebagai realisasi dari pelaksanaan

Peraturan Pemerintah yang isinya

merupakan pedoman bagi para konsultan

yang akan membuat analisis mengenai

dampak lingkungan. Oleh karena itu

seorang konsultan tidak boleh

menyimpang dari ketentuan di atas.

Dalam membuat data, seorang

pemrakarsa proyek harus mengetahui

apakah proyek yang akan didirikannya itu

wajib dilengkapi dengan analisis mengenai

dampak lingkungan atau tidak, keadaan

Page 4: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

77

dari lokasi proyek harus jelas. Secara

yuridis, analisis mengenai dampak

lingkungan dibutuhkan hanya terhadap

kegiatan pembangunan yang berdampak

penting, mengenai ada atau tidaknya

dampak penting itu tidak mudah diukur

dengan barometer tertentu. Sebab

formulasi hukum tidak secara jelas

memberikan batas baik secara kuantitatif

maupun kualitatif tentang apa yang

merupakan dampak yang penting. Secara

yuridis hanya menyatakan dampak penting

itu berupa perubahan lingkungan yaitu

yang sangat mendasar bersumber dari

suatu kegiatan. Contoh dampak itu paling

tidak menyangkut hidup orang banyak

antara lain menyangkut alam, flora dan

fauna dan sebagainya yang dapat

terganggu akibat langsung terhadap polusi

udara, air dan darat.

Sehubungan dengan hal tersebut di

atas, maka terhadap usaha yang

menimbulkan dampak penting, wajib

dilengkapi dengan analisis mengenai

dampak lingkungan. Oleh sebab itu bagi

proyek yang mempunyai dampak penting

banyak sekali yang meminta pembuatan

analisis mengenai dampak lingkungan

sehingga mendorong munculnya pihak-

pihak yang memanfaatkan kesempatan

tersebut, akibatnya studi analisis mengenai

dampak lingkungan hanya formalitas saja,

yang tidak dilaksanakan berdasarkan

prosedur yang telah ditentukan oleh

undang-undang.

Setiap konsultan harus bertanggung

jawab atas semua data yang dibuatnya

sehingga konsultan harus hati-hati dalam

membuat analisis mengenai dampak

lingkungan. Tanggung jawab ini

menyangkut ganti rugi apabila konsultan

itu melakukan kesalahan dalam membuat

data analisis. Di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata mengenai

tanggung jawab ini diatur dalam Pasal

1801 dan Pasal 1803: “Si kuasa tidak saja

bertanggung jawab tentang perbuatan-

perbuatan yang dilakukan dengan sengaja

tapi juga tentang kelalaian yang dilakukan

dalam menjalankan kuasanya”.

Di sisi lain Pasal 1803 KUH

Perdata menyatakan: “Si Kuasa

bertanggung jawab untuk orang yang telah

ditunjuk olehnya sebagai penggantinya.”

Dalam Pasal 1 Peraturan

Pemerintah No.27 tahun 1999 konsultan

amdal disebut sebagai Pemrakarsa, yaitu:

“Pemrakarsa adalah orang atau badan

hukum yang bertanggung jawab atas suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan

dilaksanakan”.

Seperti diketahui bahwa adanya

pembuatan Analisis Dampak Lingkungan

adalah adanya perjanjian antara konsultan

dengan pemrakarsa atau pemilik proyek.

Di sini pihak konsultan bertugas untuk

membuat atau menyusun Analisis Dampak

Lingkungan, sedangkan pemilik proyek

sebagai pihak yang mempunyai rencana

kegiatan pembuatan analisis dampak

lingkungan sehubungan dengan proyek

tersebut mempunyai dampak penting

terhadap lingkungan. Dalam membuat

analisis dampak lingkungan seorang

konsultan harus bertanggung jawab atas

semua data yang dibuatnya, baik karena

kesengajaan atau kelalaiannya.

Apabila seorang konsultan telah

melakukan kesalahan maka dikatakan

konsultan telah melakukan yang bukan

seharusnya ia lakukan. Hal ini di dalam

hukum perjanjian dinamakan ingkar janji

(wanprestasi). Di sini konsultan tidak

membuat data yang sebenarnya akibatnya

akan menimbulkan data fiktif. Terhadap

data yang sedemikian seorang konsultan

harus bertanggung jawab dan memikul

atas semua kerugian dari pemilik proyek.

Kasus kesalahan dari konsultan AMDAL

terhadap pemrakarsa di antaranya:

1. Banyaknya dokumen AMDAL yang

salah ketik, sehingga pada saat adanya

tuntutan menyangkut hukum, salah

ketik dijadikan alasan untuk menutupi

kesalahan yang fatal.

2. Dalam proses penyusunan dokumen

AMDAL, sangat sering ditemui

Page 5: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

78

konsultan (tim penyusun) AMDAL

meninggalkan berbagai prinsip dalam

AMDAL. Terutama posisi rakyat

dalam proses penyusunan dokumen

AMDAL. Proses keterbukaan

informasi dijamin oleh kebijakan, di

mana Pasal 33 PP No. 27 tahun 1999

menegaskan kewajiban pemrakarsa

untuk mengumumkan kepada publik

dan saran, pendapat, masukan publik

wajib untuk dikaji dan

dipertimbangkan dalam AMDAL.

Pasal 34 menegaskan bagi kelompok

rakyat yang berkepentingan wajib

dilibatkan dalam proses penyusunan

kerangka acuan, penilaian kerangka

acuan, analisis dampak lingkungan

hidup, rencana pengelolaan

lingkungan hidup dan rencana

pemantauan lingkungan hidup.

Dari uraian di atas jelas bahwa tanggung

jawab konsultan sangat besar. Berdasarkan

hal tersebut, maka penulis bermaksud

melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai masalah di atas dengan

mengambil judul “TANGGUNG JAWAB

KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT

HUKUMNYA DALAM PEMBUATAN

AMDAL TERHADAP PEMRAKARSA.”

METODE

Penelitian yang dilakukan

merupakan “penelitian hukum”. Penelitian

Hukum pada dasarnya adalah merupakan

suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan

pada metode, sistematika, dan pemikiran

tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisisnya, serta

diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang

timbul di dalam gejala bersangkutan.

Penelitian hukum adalah suatu

proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-

doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan

karakter preskriptif ilmu hukum. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan di dalam

keilmuan yang bersifat deskriptif yang

menguji kebenaran ada tidaknya sesuatu

fakta disebabkan oleh suatu faktor tertentu,

penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau

konsep baru sebagai preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Jika pada keilmuan yang bersifat deskriptif

jawaban yang diharapkan adalah true atau

false, jawaban yang diharapkan di dalam

penelitian hukum adalah right,

appropriate, inappropriate atau wrong.

Dapat dikatakan bahwa hasil yang

diperoleh di dalam penelitian hukum sudah

mengandung nilai.

Dalam penelitian hukum dikenal

dua macam metode penelitian, yaitu

metode penelitian hukum normatif dan

metode penelitian hukum empiris. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua

macam metode penelitian, yaitu:

1. Metode penelitian normatif

Ciri khas penelitian hukum normatif

adalah bahan-bahan yang digunakan untuk

membahas permasalahan hukum yang

berasal dari literatur-literatur yang ada

(library research).

Melalui metode ini, penulis akan

mendapatkan data sekunder yang terdiri

dari:

a. Bahan hukum primer berupa peraturan

perundang-undangan yang berkaitan

dengan penelitian antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan.

3) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan

bahan hukum yang memerlukan

penjelasan lebih luas mengenai bahan

hukum primer yang didapat seperti buku,

literatur, media massa, artikel dari

Page 6: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

79

internet yang berkaitan dengan penelitian

ini.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan

bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan

terhadap hukum primer dan

sekunder. Dalam hal ini penulis

memperoleh dari kamus hukum

dan kamus umum bahasa

Indonesia.

2. Penelitian hukum empiris

Penelitian hukum empiris

dilakukan dengan mengadakan suatu

penelitian lapangan (field research).

Penelitian lapangan adalah

pengumpulan materi atau bahan

penelitian yang harus diupayakan atau

dicari sendiri oleh belum tersedia.

Pada dasarnya pengolahan, analisis dan

konstruksi data dilakukan secara kualitatif

dan didukung pendekatan kuantitatif.

Penyajian hasil penelitian dipisahkan

dengan analisis data, oleh karena itu

penyajian sifatnya adalah semata-mata

deskriptif. Pengolahan/konstrukti data

secara kualitatif dan kuantitatif merupakan

dua cara yang saling melengkapi, karena

kedua cara tersebut mempunyai

keuntungan dan kelemahan masing-

masing. Penulis dalam penelitian ini

melakukan wawancara kepada konsultan

Amdal.

Hasil dan Pembahasan

A. Konsultan AMDAL

Dokumen AMDAL harus disusun

oleh pemerakarsa suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan

studi AMDAL, pemerakarsa dapat

meminta jasa konsultan untuk

menyusunkan dokumen AMDAL.

Penyusun dokumen AMDAL harus telah

memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan

ahli di bidangnya. Ketentuan standar

minimal cakupan materi penyusunan

AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala

Bapedal Nomor 09 tahun 2000.

Dalam Keputusan Kepala Bapedal

Nomor 09 tahun 2000 disebutkan bahwa

Ketua tim penyusun studi AMDAL harus

bersertifikat AMDAL B sedangkan

anggota tim penyusun lainnya harus

mempunyai keahlian yang sesuai dengan

lingkup studi AMDAL yang akan

dilakukan.

Penyusun AMDAL harus sudah

memiliki sertifikat atau telah mengikuti

kursus Penyusun AMDAL (Tipe B). Pada

masa lalu terdapat 3 jenis kursus AMDAL:

kursus Dasar-Dasar AMDAL (Tipe A),

kursus Penyusun AMDAL (Tipe B), dan

kursus Penilai AMDAL (Tipe C). Kursus

Dasar-dasar AMDAL memberikan

pengetahuan tentang prinsip-prinsip

analisis dampak lingkungan, kursus

Penyusun AMDAL memberikan

pengetahuan tentang teknik-teknik

menyusun studi AMDAL, sedangkan

kursus Penilai AMDAL memberikan

teknik-teknik penilaian AMDAL. Dengan

demikian, seseorang bisa langsung

mengikuti kursus penilai setelah mengikuti

kursus dasar terutama untuk memenuhi

tenaga penilai yang pada saat awal

diberlakukan AMDAL masih sangat

kurang.

Di masa mendatang kursus

AMDAL hanya akan diselenggarakan

untuk satu jenis saja yaitu AMDAL

Penyusun, karena pada dasarnya antara

penyusun dan penilai harus memiliki

kesamaan pengetahuan tentang AMDAL.

Namun untuk mengantisipasi wewenang

penilaian AMDAL di Kabupaten/Kota

yang berjumlah sekitar 400

Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, saat ini

diselenggarakan kursus penilai AMDAL

yang waktunya lebih singkat dibanding

kursus penyusun AMDAL.

Berdasarkan Kep-MENLH Nomor

02 Tahun 2000, persyaratan Ketua Tim

Penyusun AMDAL adalah: harus memiliki

sertifikat AMDAL B/sederajat; memiliki

keahlian yang sesuai dengan isu pokok;

berpengalaman menyusun AMDAL

Page 7: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

80

sekurang-kurangnya 5 (lima) studi;

berpengalaman memimpin tim studi.

Dalam Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 2000

tersebut disebutkan kata “yang sederajat”

pada persyaratan penyusun AMDAL

(konsultan). Yang dimaksud sederajat

dengan kursus AMDAL Tipe B, adalah

seseorang yang mempunyai

sertifikat/ijazah pendidikan pasca sarjana,

di dalam maupun luar negeri di bidang

lingkungan, memiliki keahlian yang sesuai

dengan isu pokok dan telah berpengalaman

menyusun AMDAL sekurang-kurangnya 5

(lima) studi. Sedangkan ‘yang sederajat’

dengan sertifikat kursus dasar-dasar

AMDAL adalah sertifikat/ijazah

pendidikan lingkungan (S2 lingkungan)

dalam maupun luar negeri tanpa

pengalaman dalam menyusun AMDAL.

Konsultan AMDAL umumnya

diikutsertakan dalam penyusunan analisis

AMDAL berfungsi sebagai penyusun

dokumen AMDAL. Untuk itu diperlukan

pengetahuan yang luas mengenai berbagai

masalah AMDAL, terutama prosedur

pelaporan dokumen AMDAL.

Di bawah ini adalah prosedur

pelaporan dokumen amdal berdasarkan PP

Nomor 27 tahun 1999 dan Keputusan

Bapelda Nomor 09 tahun 2000.

Penilaian dokumen AMDAL

dilakukan untuk beberapa dokumen dan

meliputi penilaian terhadap kelengkapan

administrasi dan isi dokumen. Dokumen

yang dinilai, meliputi :

1. Penilaian dokumen Kerangka Acuan

(KA).

2. Penilaian dokumen Analisis Dampak

Lingkungan (ANDAL) .

3. Penilaian Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) .

4. Penilaian Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL) .

Penilaian Kerangka Acuan (KA),

meliputi :

1. Kelengkapan administrasi.

2. Isi dokumen, yang terdiri dari :

a. Pendahuluan.

b. Ruang lingkup studi.

c. Metode studi.

d. Pelaksanaan studi.

e. Daftar pustaka dan lampiran.

Menurut Pasal 2 PP. Nomor 27

Tahun 1999, Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup merupakan bagian

kegiatan studi kelayakan rencana usaha

dan/atau kegiatan.

Hasil studi kelayakan ini tidak

hanya berguna untuk para perencana,

tetapi yang terpenting adalah juga bagi

pengambilan keputusan. Karena itu, dalam

menyusun KA-ANDAL untuk suatu

ANDAL perlu dipahami bahwa hasilnya

nanti akan merupakan bagian dari studi

kelayakan yang akan digunakan oleh

pengambil keputusan dan perencanaan.

Sungguhpun demikian, berlainan dengan

bagian studi kelayakan yang menggarap

faktor penunjang dan penghambat

terlaksananya suatu usaha dan/atau

kegiatan ditinjau dari segi ekonomi dan

teknologi, ANDAL lebih menunjukkan

pendugaan dampak yang bisa ditimbulkan

oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut

terhadap lingkungan hidup.

B. Penyusunan Dokumen AMDAL oleh

Konsultan

Penyusun KA-ANDAL perlu

mengikuti diagram alir penyusunan

ANDAL di bawah ini sehingga akhirnya

dapat memberikan masukan yang

diperlukan oleh perencana dan pengambil

keputusan:

1. Wawasan KA-ANDAL Dokumen KA-ANDAL harus

mencerminkan secara jelas dan

tegas wawasan lingkungan hidup yang

harus dipertimbangkan dalam

pembangunan suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan. Sehubungan dengan hal

tersebut, ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan:

a. Dokumen KA-ANDAL harus

menampung berbagai aspirasi

tentang hal-hal yang dianggap

penting untuk ditelaah dalam studi

Page 8: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

81

ANDAL menurut pihak-pihak yang

terlibat;

b. Mengingat AMDAL adalah bagian

dari studi kelayakan, maka dalam

studi ANDAL perlu ditelaah dan

dievaluasi masing-masing alternatif

dari rencana usaha dan/atau kegiatan

yang dipandang layak baik dari segi

lingkungan hidup, teknis maupun

ekonomis sebagai upaya untuk

mencegah timbulnya dampak negatif

yang lebih besar;

c. Mengingat kegiatan-kegiatan

pembangunan pada umumnya

mengubah lingkungan hidup, maka

menjadi penting memperhatikan

komponen- komponen lingkungan

hidup yang berciri:

1) Komponen lingkungan hidup

yang ingin dipertahankan dan dijaga

serta dilestarikan fungsinya, seperti

antara lain:

(a) Hutan Lindung, Hutan Konservasi, dan

Cagar Biosfer;

(b) Sumber daya air;

(c) Keanekaragaman hayati;

(d) Kualitas udara;

(e) Warisan alam dan warisan budaya;

(f) Kenyamanan lingkungan hidup;

(g) Nilai-nilai budaya yang berorientasi

selaras dengan lingkungan hidup.

2) Komponen lingkungan hidup yang

akan berubah secara mendasar dan

perubahan tersebut dianggap penting

oleh masyarakat di sekitar suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan,

seperti antara lain:

(a) Pemilikan dan penguasaan lahan;

(b) Kesempatan kerja dan usaha;

(c) Taraf hidup masyarakat;

(d) Kesehatan masyarakat.

d. Pada dasarnya dampak lingkungan

hidup yang diakibatkan oleh suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan

tidak berdiri sendiri, satu sama lain

memiliki keterkaitan dan

ketergantungan. Hubungan sebab

akibat ini perlu dipahami sejak dini

dalam proses penyusunan KA-

ANDAL agar studi ANDAL dapat

berjalan lebih terarah dan sistematis.

Keempat faktor tersebut harus

menjadi bagian integral dalam

penyusunan KA-ANDAL terutama dalam

proses pelingkupan

2. Proses pelingkupan Pelingkupan merupakan suatu

proses awal (dini) untuk menentukan

lingkup permasalahan dan

mengidentifikasi dampak besar dan

penting (hipotesis) yang terkait dengan

rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pelingkupan merupakan proses

terpenting dalam penyusunan KA-

ANDAL karena melalui proses ini

dapat dihasilkan:

a. Dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup yang dipandang

relevan untuk ditelaah secara

mendalam dalam studi AMDAL

dengan meniadakan hal-hal atau

komponen lingkungan hidup yang

dipandang kurang penting ditelaah;

b. Lingkup wilayah studi AMDAL

berdasarkan beberapa pertimbangan:

batas proyek, batas ekologis, batas

sosial, dan batas administratif;

c. Kedalaman studi AMDAL antara lain

mencakup metoda yang digunakan,

jumlah sampel yang diukur, dan

tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai

dengan sumber daya yang tersedia

(dana dan waktu). Semakin baik hasil

pelingkupan semakin tegas dan jelas

arah dari studi ANDAL yang akan

dilakukan.

a. Pelingkupan dampak besar dan

penting

Pelingkupan dampak besar dan

penting dilakukan melalui

serangkaian proses berikut:

1) Identifikasi dampak potensial Pada

tahap ini kegiatan pelingkupan

dimaksudkan untuk mengidentifikasi

segenap dampak lingkungan hidup

(primer, sekunder, dan seterusnya) yang

Page 9: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

82

secara potensial akan timbul sebagai akibat

adanya rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pada tahapan ini hanya diinventarisasi

dampak potensial yang mungkin akan

timbul tanpa memperhatikan

besar/kecilnya dampak, atau penting

tidaknya dampak. Dengan demikian pada

tahap ini belum ada upaya untuk menilai

apakah dampak potensial tersebut

merupakan dampak besar dan penting.

Identifikasi dampak potensial diperoleh

dari serangkaian hasil konsultasi dan

diskusi dengan para pakar, pemerakarsa,

instansi yang bertanggung jawab,

masyarakat yang berkepentingan serta

dilengkapi dengan hasil pengamatan

lapangan (observasi). Selain itu

identifikasi dampak potensial juga dapat

dilakukan dengan menggunakan metode-

metode identifikasi dampak berikut ini:

a) penelaahan pustaka; dan/atau

b) analisis isi (content analysis); dan/atau

c) interaksi kelompok (rapat, lokakarya,

brainstorming, dan lain- lain);

dan/atau

d) metoda ad hoc; dan/atau

e) daftar uji (sederhana, kuesioner,

deskriptif); dan/atau

f) matrik interaksi sederhana; dan/atau

g) bagan alir flowchart); dan/atau h)

pelapisan (overlay); dan/atau

i) pengamatan lapangan (observasi).

2) Evaluasi dampak potensial

Pelingkupan pada tahap ini bertujuan

untuk menghilangkan/ meniadakan

dampak potensial yang dianggap tidak

relevan atau tidak penting, sehingga

diperoleh daftar dampak besar dan

penting hipotesis yang dipandang perlu

dan relevan untuk ditelaah secara

mendalam dalam studi AMDAL. Daftar

dampak besar dan penting potensial ini

disusun berdasarkan pertimbangan atas

hal-hal yang dianggap penting oleh

masyarakat di sekitar rencana usaha

dan/atau kegiatan, instansi yang

bertanggung jawab, dan para pakar.

Pada tahap ini daftar dampak besar dan

penting hipotesis yang dihasilkan belum

tertata secara sistematis. Metoda yang

digunakan pada tahap ini adalah interaksi

kelompok (rapat, lokakarya,

brainstorming). Kegiatan identifikasi

dampak besar dan penting ini terutama

dilakukan oleh pemerakarsa usaha

dan/atau kegiatan (yang dalam hal ini

dapat diwakili oleh konsultan penyusun

AMDAL), dengan mempertimbangkan

hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar,

instansi yang bertanggung jawab serta

masyarakat yang

berkepentingan.

3) Pemusatan dampak besar

dan penting (Focussing)

Pelingkupan yang dilakukan pada tahap

ini bertujuan untuk mengelompokan/

mengorganisir dampak besar dan penting

yang telah dirumuskan dari tahap

sebelumnya dengan maksud agar

diperoleh isu-isu

pokok lingkungan hidup yang dapat

mencerminkan atau menggambarkan

secara utuh dan lengkap perihal:

(a) Keterkaitan antara rencana usaha

dan/atau kegiatan dengan komponen

lingkungan hidup yang mengalami

perubahan mendasar (dampak besar

dan penting);

(b) Keterkaitan antar berbagai komponen

dampak besar dan penting yang telah

dirumuskan.

Isu-isu pokok lingkungan hidup tersebut

dirumuskan melalui 2 (dua) tahapan.

Pertama, segenap dampak besar dan

penting dikelompokan menjadi beberapa

kelompok menurut keterkaitannya

satu sama lain. Kedua, dampak besar dan

penting yang berkelompok tersebut

selanjutnya diurut berdasarkan

kepentingannya, baik dari ekonomi, sosial,

maupun ekologis.

b. Pelingkupan wilayah studi

Penetapan lingkup wilayah studi

dimaksudkan untuk membatasi luas

wilayah studi ANDAL sesuai hasil

pelingkupan dampak besar dan penting,

dan dengan memperhatikan keterbatasan

sumber daya, waktu dan tenaga, serta

Page 10: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

83

saran pendapat dan tanggapan dari

masyarakat yang berkepentingan.

Lingkup wilayah studi AMDAL

ditetapkan berdasarkan pertimbangan

batas-batas ruang sebagai berikut:

1) Batas proyek

Yang dimaksud dengan batas proyek

adalah ruang dimana suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan akan melakukan

kegiatan pra- konstruksi, konstruksi dan

operasi. Dari ruang rencana usaha

dan/atau kegiatan inilah bersumber

dampak terhadap lingkungan hidup di

sekitarnya, termasuk dalam hal ini

alternatif lokasi rencana usaha dan/atau

kegiatan. Posisi batas proyek ini agar

dinyatakan juga dalam koordinat.

2) Batas ekologis

Yang dimaksud dengan batas ekologis

adalah ruang persebaran dampak dari

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan

menurut media transportasi limbah (air,

udara), dimana proses alami yang

berlangsung di dalam

ruang tersebut diperkirakan akan

mengalami perubahan mendasar.

Termasuk dalam ruang ini adalah ruang

di sekitar rencana usaha dan/atau

kegaitan yang secara ekologis memberi

dampak terhadap aktivitas usaha

dan/atau kegiatan.

3) Batas sosial

Yang dimaksud dengan batas sosial adalah

ruang di sekitar rencana usaha

berlangsungnya kegiatan yang merupakan

tempat yang mengandung norma dan nilai

tertentu yang sudah mapan (termasuk

sistem dan struktur sosial), sesuai dengan

proses dinamika sosial suatu kelompok

masyarakat, yang diperkirakan akan

mengalami perubahan mendasar akibat

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-

pihak yang terlibat dalam studi AMDAL,

mengingat adanya kelompok-kelompok

masyarakat yang kehidupan sosial

ekonomi dan budayanya akan mengalami

perubahan mendasar akibat aktifitas usaha

dan/atau kegiatan. Mengingat dampak

lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan

menyebar tidak merata, maka batas sosial

ditetapkan dengan membatasi batas- batas

terluar dengan memperhatikan hasil

identifikasi komunitas masyarakat yang

terdapat dalam batas proyek, ekologis serta

komunitas masyarakat yang berada diluar

batas proyek dan ekologis namun

berpotensi terkena dampak yang mendasar

dari rencana usaha dan/atau kegiatan

melalui penyerapan tenaga kerja,

pembangunan fasilitas umum dan fasilitas

sosial.

4) Batas administratif

Yang dimaksud dengan batas

administrasi adalah ruang dimana

masyarakat dapat secara leluasa

melakukan kegiatan sosial ekonomi dan

sosial budaya sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku di

dalam ruang tersebut.

Batas ruang tersebut dapat berupa batas

administrasi pemerintahan atau batas

konsesi pengelolaan sumber daya oleh

suatu usaha dan/atau kegiatan (misal,

batas HPH, batas kuasa pertambangan).

Dengan memperhatikan batas-batas

tersebut di atas dan mempertimbangkan

kendala-kendala teknis yang dihadapi

(dana, waktu, dan tenaga), maka akan

diperoleh ruang lingkup wilayah studi

yang dituangkan dalam peta dengan skala

yang memadai.

5) Batasan ruang lingkup wilayah studi

AMDAL

Yakni ruang yang merupakan kesatuan

dari keempat wilayah di atas, namun

penentuannya disesuaikan dengan

kemampuan pelaksana yang biasanya

memiliki keterbatasan sumber data,

seperti waktu, dana, tenaga, tehnik, dan

metode telaahan. Dengan demikian, ruang

lingkup wilayah studi memang bertitik

tolak pada ruang bagi rencana usaha

dan/atau kegaitan, kemudian

diperluas ke ruang ekosistem, ruang

sosial dan ruang administratif yang lebih

Page 11: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

84

luas.

C. Sistematika Penyusunan Dokumen

AMDAL Ringkasan Analisis Dampak

Lingkungan Hidup (ANDAL) perlu

disusun sedemikian rupa, sehingga dapat :

1. Langsung mengemukakan masukan

penting yang bermanfaat bagi

pengambilan keputusan, perencana,

dan pengelola rencana usaha

dan/atau kegiatan;

2. Mudah dipahami isinya oleh semua

pihak, termasuk masyarakat, dan

mudah disarikan isinya bagi pemuatan

dalam media massa, bila dipandang

perlu;

3. Memuat uraikan singkat tentang :

a. Rencana usaha dan/atau kegiatan

dengan berbagai kemungkinan

dampak besar dan pentingnya.

Baik pada tahap prakonstruksi,

konstruksi, operasi maupun

pasca operasi;

b. Keterangan mengenai kemungkinan

adanya kesenjangan data informasi

serta berbagai kekurangan dan

keterbatasan, yang dihadapi

selama menyusun ANDAL;

c. Hal lain yang dipandang sangat perlu

untuk melengkapi ringkasan.

I. Pendahuluan Pendahuluan mencakup :

1.1. Latar belakang Menguraikan secara singkat latar

belakang dilaksanakannya studi ANDAL

ditinjau dari:

a. Tujuan dan kegunaan proyek;

b. Peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang terkait dengan rencana

usaha dan/atau kegiatan dan

lingkungan;

c. Landasan kebijaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup;

d. Kaitan rencana usaha dan/atau

kegiatan dengan dampak besar dan

penting yang ditimbulkan (iu-isu

pokok hasil pelingkupan yang

tertuang dalam dokumen KA-

ANDAL).

1.2. Tujuan studi Tujuan dilaksanakannya studi ANDAL

adalah :

a. Mengidentifikasi rencana usaha

dan/atau kegiatan yang akan

dilaksanakan, terutama yang

menimbulkan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup;

b. Mengidentifikasi komponen-

komponen lingkungan hidup yang

akan terkena dampak besar dan

penting;

c. Memprakirakan dan mengevaluasi

rencana usaha dan/atau kegiatan

yang menimbulkan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup;

d. Merumuskan RKL dan RPL.

Kegunaan dilaksanakannya studi ANDAL

adalah :

a. Bahan bagi perencanaan

pembangunan wilayah;

b. Membantu proses pengambilan

keputusan tentang kelayakan

lingkungan hidup dari rencana usaha

dan/atau kegiatan;

c. Memberi masukan untuk penyusunan

disain rinci teknis dari rencana usaha

dan/atau kegiatan;

d. Memberi masukan untuk penyusunan

rencana pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup dari rencana usaha

dan/atau kegiatan;

e. Memberi informasi bagi masyarakat

atas dampak yang ditimbulkan dari

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

II. Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi mencakup tentang

kajian dampak besar dan penting yang

ditelaah serta wilayah studi. Masing-

masing butir yang diuraikan pada bab

ruang lingkup studi ini disusun dengan

mengacu pada hal-hal yang tertuang dalam

dokumen Kerangka Acuan.

2.1. Dampak besar dan penting yang

ditelaah

Page 12: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

85

a. Menguraikan secara singkat

mengenai rencana usaha dan/atau

kegiatan penyebab dampak, terutama

komponen usaha dan/atau kegiatan

yang berkaitan langsung dengan

dampak yang ditimbulkannya;

b. Uraikan dengan singkat kondisi

rona lingkungan hidup yang

terkena dampak, terutama komponen

lingkungan hidup yang langsung

terkena dampak;

c. Uraikan secara singkat jenis-jenis

kegiatan yang ada di sekitar rencana

lokasi beserta dampak-dampak yang

ditimbulkannya terhadap lingkungan

hidup;

d. Aspek-aspek yang diteliti

sebagaimana dimaksud pada butir

2.1. a, b, c dimaksud mengacu

pada hasil pelingkupan yang

tertuang dalam dokumen Kerangka

Acuan untuk ANDAL.

Penjelasan tentang hal ini agar

dilengkapi dengan peta yang dapat

menggambarkan lokasi rencana

usaha dan/atau kegiatan beserta

kegiatan - kegiatan yang berada di

sekitarnya.

2.2. Wilayah Studi Uraian singkat tentang lingkup

wilayah studi mengacu pada penetapan

wilayah studi yang digariskan dalam

Kerangka Acuan untuk ANDAL, dan

hasil pengamatan di lapangan. Batas

wilayah studi ANDAL dimaksud

digambarkan pada peta dengan skala

yang memadai.

III. Metoda Studi

3.1. Metoda pengumpulan dan

analisis data a. Mengingat studi ANDAL

merupakan telaahan mendalam atas

dampak besar dan penting usaha

dan/atau kegiatan terhadap

lingkungan hidup, maka jenis data

yang dikumpulkan baik data primer

maupun sekunder harus bersifat

sahih dan dapat dipercaya

(reliable) yang diperoleh melalui

metoda atau alat yang bersifat sahih;

b. Menguraikan secara jelas tentang

metoda pengumpulan data, metoda

analisis atau alat yang digunakan,

serta lokasi pengumpulan data

berbagai komponen lingkungan

hidup yang diteliti sebagaimana

dimaksud pada Bab II butir 2.1.b.

Lokasi pengumpulan data agar

dicantumkan dalam peta dengan

skala memadai;

c. Pengumpulan data dan informasi

untuk demografi, sosial ekonomi,

sosial budaya, pertahanan dan

keamanan, dan kesehatan masyarakat

menggunakan kombinasi dari tiga

atau lebih metoda agar diperoleh data

yang reliabilitasnya tinggi.

3.2. Metoda prakiraan dampak besar

dan penting Uraikan secara jelas tentang

metoda yang digunakan untuk

memprakirakan besar dampak usaha

dan/atau kegiatan dan penentuan sifat

penting dampak terhadap komponen

lingkungan hidup yang dimaksud

pada butir 2.1.b. Penggunaan metoda

formal dan non formal dalam

memprakirakan besaran dampak dan

Keputusan Kepala BAPEDAL tentang

Pedoman Penentuan Dampak Besar

dan Penting untuk memprakirakan

tingkat kepentingan dampak.

3.3. Metode evaluasi dampak besar dan

penting Menguraikan singkat tentang metoda

evaluasi dampak yang lazim digunakan

dalam studi untuk menelaah dampak

besar dan penting usaha dan/atau

kegiatan terhadap lingkungan hidup

secara holistik (seperti antara lain:

matrik, bagan alir, overlay), yang

menjadi dasar untuk menelaah

kelayakan lingkungan hidup dari

berbagai alternatif usaha dan/atau

Page 13: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

86

kegiatan.

IV. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

4.1. Identitas pemerakarsa dan

penyusun ANDAL Isi uraian mengenai identitas

pemerakarsa dan penyusun ANDAL

terdiri dari :

a. Pemerakarsa :

1) Nama dan alamat lengkap

instansi/perusahaan sebagai

pemerakarsa rencana usaha

dan/atau kegiatan;

2) Nama dan alamat lengkap

penanggung jawab pelaksanaan

rencana usaha dan/atau kegiatan.

b. Penyusun ANDAL :

1) Nama dan alamat lengkap

lembaga/perusahaan disertai

dengan kualifikasi dan rujukannya;

2) Nama dan alamat lengkap

penanggung jawab penyusun

ANDAL.

4.2. Tujuan rencana usaha dan/atau

kegiatan Pernyataan rencana maksud dan

tujuan dari rencana usaha dan/atau

kegiatan perlu dikemukakan secara

sistematis dan terarah.

4.3. Kegunaan dan keperluan rencana

usaha dan/atau kegiatan Uraian yang memuat tentang

kegunaan dan keperluan mengapa

rencana usaha dan/atau kegiatan harus

dilaksanakan, baik ditinjau dari segi

kepentingan pemerakarsa maupun dari

segi menunjang program pembangunan.

a. Penentuan batas-batas lahan yang

langsung akan digunakan oleh

rencana usaha dan/atau kegiatan

harus dinyatakan dalam peta

berskala memadai, dan dapat

memperlihatkan hubungan tata

kaitan dan tata letak antara lokasi

rencana usaha dan/atau kegiatan

dengan usaha dan/atau kegiatan

lainnya, seperti pemukiman

(lingkungan hidup binaan

manusia umumnya), dan

lingkungan hidup alami yang

terdapat di sekitar rencana usaha

dan/atau kegiatan. Hutan lindung,

cagar alam, suaka alam, suaka

marga-satwa, sumber mata air,

sungai, dan kawasan lindung

lainnya yang terletak dekat lokasi

rencana usaha dan/atau kegiatan

harus diberikan tanda istimewa

dalam peta;

b. Hubungan antara lokasi rencana

usaha dan/atau kegiatan dengan

jarak dan tersedianya sumber daya

air, energi, sumber daya alam

hayati dan, sumber daya alam non

hayati serta sumber daya manusia

yang diperlukan oleh rencana

usaha dan/atau kegiatan setelah

usaha dan/atau kegiatan ini

beroperasi. Hubungan ini perlu

dikemukakan dalam peta dengan

skala memadai;

c. Alternatif usaha dan/atau kegiatan

berdasarkan hasil studi kelayakan

(misal: alternatif lokasi, tata letak

bangunan atau sarana pendukung,

atau teknologi proses produksi).

Bila berdasarkan studi kelayakan

terdapat beberapa alternatif lokasi

usaha dan/atau kegiatan; maka

berikan uraian tentang masing-

masing alternatif lokasi tersebut

sebagaimana dimaksud pada butir a.

dan b.;

d. Tata letak usaha dan/atau kegiatan

dilengkapi dengan peta, yang

berskala memadai, yang memuat

informasi tentang letak bangunan

dan struktur lainnya yang akan

dibangun dalam lokasi rencana

usaha dan/atau kegiatan, serta

hubungan bangunan dan struktur

tersebut dengan bangunan yang

sudah ada di sekitar rencana

usaha dan/atau kegiatan (jalan

raya, jalan kereta api, dermaga dan

sebagainya). Bila terdapat beberapa

Page 14: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

87

alternatif tata letak bangunan dan

struktur lainnya, maka alternatif

rancangan tersebut diutarakan pula

dalam peta yang berskala memadai;

e. Tahap pelaksanaan usaha dan/atau

kegiatan tahap pra-konstruksi,

konstruksi, jangka waktu masa

operasi, hingga rencana waktu pasca

operasi.

1) Tahap pra-konstruksi/persiapan Uraikan tentang rencana usaha

dan/atau kegiatan dan jadwal usaha

dan/atau kegiatan pada tahap pra

konstruksi. Uraikan secara mendalam

difokuskan pada kegiatan selama

masa persiapan (pra-konstruksi) yang

menjadi penyebab timbulnya dampak

besar dan penting terhadap lingkungan

hidup.

2) Tahap konstruksi (a) Uraikan tentang rencana usaha

dan/atau kegiatan dan jadual usaha

dan/atau kegiatan pada tahap

konstruksi. Uraian secara

mendalam difokuskan pada usaha

dan/atau kegiatan yang menjadi

penyebab timbulnya dampak besar

dan penting terhadap lingkungan

hidup.

Misalnya:

(1) Rencana penyerapan tenaga kerja

menurut jumlah, tempat asal

tenaga kerja, dan kualifikasi

pendidikan;

(2) Kegiatan pembangunan sarana

dan prasarana (jalan, listrik, air)

dari rencana usaha dan/atau

kegiatan;

(3) Kegiatan pengangkutan dan

penimbunan bahan atau material

yang dapat menimbulkan dampak

lingkungan hidup;

(4) Jenis-jenis dan tipe peralatan yang

digunakan.

(b) Uraikan tentang usaha dan/atau

kegiatan pembangunan unit atau

sarana pengendalian dampak (misal:

unit pengolahan limbah), bila unit

atau sarana dimaksud direncanakan

akan dibangun oleh pemerakarsa.

Di samping itu, bila ada, jelaskan

pula upaya-upaya untuk mengatasi

berbagai masalah lingkungan hidup

yang timbul selama masa

konstruksi;

(c) Uraikan tentang rencana

pemulihan kembali bekas-bekas

material/bahan, gudang, jalan-jalan

darurat dan lain-lain setelah usaha

dan/atau kegiatan konstruksi

berakhir.

3) Tahap Operasi (a) Uraikan tentang rencana usaha

dan/atau kegiatan dan jadual usaha

dan/atau kegiatan pada tahap

operasi. Uraian secara mendalam

difokuskan pada usaha atau

kegiatan yang menjadi penyebab

timbulnya dampak penting

terhadap lingkungan hidup.

Misalnya:

(1) Desain dan spesifikasi teknologi

yang digunakan;

(2) Jumlah dan jenis bahan baku

dan bahan penolong yang

digunakan dalam proses

produksi yang mungkin

menimbulkan dampak besar

dan penting lingkungan hidup

serta cara pengangkutan dan

penyimpanannya (misal:

pestisida serta bahan

berbahaya dan beracun

lainnya). Perlu juga diuraikan

neraca air (waterbalance) bila

usaha dan/atau kegiatan yang

akan dibangun menggunakan

air yang banyak, demikian

pula neraca bahan (material

balance), sehingga dapat

diketahui input-output dan

jumlah serta kualitas limbah;

(3) Rencana jumlah tenaga kerja,

tempat asal tenaga kerja yang akan

diserap langsung oleh rencana

Page 15: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

88

usaha dan/atau kegiatan pada

tahap operasi;

(4) Rencana penyelamatan dan

penanggulangan bahaya atau

masalah selama operasi baik yang

bersifat fisik maupun sosial;

(5) Karakteristik limbah yang

dihasilkan baik limbah padat,

cair maupun gas dan rencana-

rencana pengelolaannya.

Dalam kaitan ini perlu

diuraikan pula sifat-sifat limbah

B3 maupun non B3.

(b) Rencana rehabilitasi atau reklamasi

lahan yang akan dilaksanakan

selama masa operasi. Termasuk

dalam hal ini rencana

pengoperasian unit atau sarana

pengendalian dampak yang telah

dibangun pada masa konstruksi.

4) Tahap Pasca Operasi Uraikan tentang rencana usaha

dan/atau kegiatan dan jadwal usaha

dan/atau kegiatan pada tahap pasca

operasi. Misalnya:

(a) Rencana merapikan kembali bekas

serta tempat timbunan

bahan/material, bedeng kerja,

gudang, jalan darurat dan

sebagainya;

(b) Rencana rehabilitasi atau reklamasi

lahan yang akan dilaksanakan

setelah masa operasi berakhir;

(c) Rencana pemanfaatan kembali

lokasi rencana usaha dan/atau

kegiatan untuk tujuan lain bila

seluruh rencana usaha dan/atau

kegiatan berakhir;

(d) Rencana penanganan tenaga kerja

yang dilepas setelah masa usaha

dan/atau kegiatan berakhir.

4.4. Keterkaitan proyek dengan

kegiatan lain disekitarnya

Uraikan mengenai kegiatan-

kegiatan yang berada di sekitar rencana

lokasi beserta dampak-dampak yang

ditimbulkannya, baik dampak rencana

usaha dan/atau kegiatan terhadap

kegiatan-kegiatan yang sudah ada atau

sebaliknya maupun dampak kumulatif

dari rencana usaha dan/atau kegiatan dan

kegiatan yang sudah ada terhadap

lingkungan hidup.

V. Rona Lingkungan Hidup Dalam hal ini hendaknya

dikemukakan rona lingkungan hidup

selengkap mungkin mengenai:

1) Rona lingkungan hidup di wilayah

studi rencana usaha dan/atau

kegiatan, yang mengungkapkan

secara mendalam komponen-

komponen lingkungan hidup yang

berpotensi terkena dampak penting

usaha dan/atau kegiatan. Selain itu

komponen lingkungan hidup yang

memiliki arti ekologis dan

ekonomis perlu mendapat perhatian;

2) Kondisi kualitatif dan kuantitatif dari

berbagai sumber daya alam yang

ada di wilayah studi rencana usaha

dan/atau kegiatan, baik yang sudah

atau yang akan dimanfaatkan

maupun yang masih dalam bentuk

potensi. Penyajian kondisi sumber

daya alam ini perlu dikemukakan

dalam peta dan atau label dengan

skala memadai dan bila perlu

harus dilengkapi dengan diagram,

gambar, grafik atau foto;

3) Data dan informasi rona lingkungan

hidup

Uraikan secara singkat rona

lingkungan hidup di wilayah studi

rencana usaha dan/atau kegiatan. Rona

lingkungan hidup yang diuraikan pada

butir ini agar dibatasi pada komponen-

komponen lingkungan hidup yang

berkaitan dengan, atau berpotensi

terkena dampak besar dan penting.

Berikut ini adalah beberapa contoh

komponen lingkungan hidup yang

dapat dipilih untuk ditelaah sesuai hasil

pelingkupan dalam KA-ANDAL.

Penyusun dapat menelaah komponen

lingkungan hidup yang lain diluar

dari daftar contoh komponen ini bila

Page 16: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

89

dianggap penting berdasarkan hasil

penilaian lapangan dalam studi ANDAL

ini.

a. Fisik Kimia 1) Iklim, kualitas udara dan kebisingan

(a) Komponen iklim yang perlu

diketahui antara lain seperti tipe

iklim, suhu (maksimum,

minimum, rata-rata),

kelembaban curah hujan dan

jumlah hari hujan, keadaan

angin (arah dan kecepatan),

intensitas radiasi matahari;

(b) Data periodik bencana (siklus

tahunan, lima tahunan, dan

sebagainya) seperti sering

terjadi angin ribut, banjir

tahunan, banjir bandang di

wilayah studi rencana usaha

dan/atau kegiatan;

(c) Data yang tersedia dari stasiun

meteorologi dan geofisika yang

mewakili wilayah studi tersebut;

(d) Pola iklim mikro, pola penyebaran

bahan pencemar udara secara

umum maupun pada kondisi cuaca

terburuk;

(e) Kualitas udara baik pada sumber

maupun daerah sekitar wilayah

studi rencana usaha dan/atau

kegiatan;

(f)Sumber kebisingan dan

getaran, tingkat kebisingan

serta periode kejadiannya.

2) Fisiografi

(a) Topografi bentuk lahan

(morphologi), struktur geologi dan

jenis tanah;

(b) Indikator lingkungan hidup yang

berhubungan dengan stabilitas

geologis dan stabilitas tanah,

terutama ditekankan bila

terdapat gejala ketidak stabilan,

dan harus diuraikan dengan

jelas dan seksama (misal:

longsor tanah, gempa, sesar,

kegiatan-kegiatan longsor

tanah, gempa, sesar, kegiatan-

kegiatan vulkanis, dan

sebagainya);

(c) Keunikan, keistimewaan, dan

kerawanan bentuk lahan dan

batuan secara geologis.

3) Hidrologi

(a) Karakteristik fisik sungai,

danau, rawa (rawa pasang

surut, rawa air tawar);

(b)Rata-rata debit dekade, bulanan,

tahunan; (c) Kadar sedimentasi

(lumpur), tingkat erosi;

(d) Kondisi fisik daerah resapan air

permukaan dan air tanah;

(e) Fluktuasi , potensi dan kualitas air

tanah (dangkal dan dalam);

(f) Tingkat penyediaan dan

kebutuhan/pemanfaatan air

untuk air minum mandi, cuci;

(g) Tingkat penyediaan dan

kebutuhan/pemanfaatan air

untuk keperluan lainnya seperti

pertanian, industri, dan lain-lain;

(h) Kualitas fisik, kimia dan

mikrobiologi air mengacu pada

baku mutu dan parameter

kualitas air yang terkait dengan

limbah yang akan keluar.

4) Hidrooseanografi

Pola hidrodinamika kelautan seperti

pasang surut, arus dan

gelombang/ombak, morfologi pantai,

abrasi dan akresi serta pola sedimentasi

yang terjadi secara alami di daerah

penelitian.

5) Ruang, lahan, dan tanah

(a) Inventarisasi tata guna lahan dan

sumber daya lainnya pada saat

rencana usaha dan/atau

kegiatan yang

diajukan dan

kemungkinan potensi

pengembangannya di masa

datang;

(b) Rencana pengembangan

wilayah, rencana tata ruang

(kawasan budidaya seperti

pertanian, perkebunan, hutan,

Page 17: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

90

perikanan dan lain-lain serta

kawasan non budidaya seperti

hutan lindung , suaka

margasatwa, taman nasional dan

lain-lain), rencana tata guna

tanah, dan sumber daya alam

lainnya yang secara resmi atau

belum resmi disusun oleh

Pemerintah setempat baik di

tingkat kabupaten, propinsi atau

nasional di wilayah studi rencana

usaha dan/atau kegiatan;

(c) Kemungkinan adanya konflik

atau pembatasan yang timbul

antara rencana tata guna tanah

dan sumber daya alam lainnya

yang sekarang berlaku dengan

adanya pemilikan/penentuan

lokasi bagi rencana usaha

dan/atau kegiatan;

(d) Inventarisasi estetika dan

keindahan bentang alam serta

daerah rekreasi yang ada di

wilayah studi rencana usaha

dan/atau kegiatan.

b. Biologi 1) Flora

(a) Peta zona biogeoklimatik dari

vegetasi alami yang meliputi

tipe vegetasi, sifat-sifat dan

kerawanannya yang berada

dalam wilayah studi rencana

usaha dan/atau kegiatan;

(b) Uraikan tentang jenis-jenis

vegetasi dan ekosistem yang

dilindungi undang-undang yang

berada dalam wilayah studi

rencana usaha dan/atau kegiatan;

(c) Uraikan tentang keunikan dari

vegetasi dan ekosistemnya yang

berada pada wilayah studi rencana

usaha dan/atau kegiatan.

2) Fauna

(a) Taksiran kelimpahan dan

keragaman fauna, habitat,

penyebaran, pola migrasi,

populasi hewan budidaya

(ternak) serta satwa dan

habitatnya yang dilindungi

undang-undang dalam wilayah

studi rencana usaha dan/atau

kegiatan;

(b) Taksiran penyebaran dan

kepadatan populasi hewan

invertebrata yang dianggap

penting karena memiliki

peranan dan potensi sebagai

bahan makanan, atau sumber

hama dan penyakit;

(c) Perikehidupan hewan penting di

atas, termasuk cara

perkembangbiakan, siklus dan

daur hidupnya, cara pemijahan,

cara bertelur dan beranak, cara

memelihara anaknya, perilaku

dalam daerah teritorinya.

c. Sosial Komponen sosial yang penting untuk

ditelaah diantaranya:

1) Demografi

(a) Struktur penduduk menurut

kelompok umur, jenis

kelamin, mata pencaharian,

pendidikan, dan agama;

(b) Tingkat kepadatan penduduk;

(c) Pertumbuhan penduduk (tingkat

kelahiran, tingkat kematian bayi

dan pola migrasi sirkuler, komuter,

permanen);

(d) Tenaga kerja (tingkat partisipasi

angkatan kerja, tingkat

pengangguran).

2) Ekonomi

(a) Ekonomi rumah tangga (tingkat

pendapatan, pola nafkah ganda);

(b) Ekonomi sumber daya alam (pola

pemilikan dan penguasaan

sumber daya alam, pola

pemanfaatan sumber daya alam,

pola penggunaan lahan, nilai

tanah dan sumber daya alam

lainnya, sumber daya alam milik

umum);

(c) Perekonomian lokal dan regional

(kesempatan kerja dan berusaha,

nilai tambah karena proses

Page 18: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

91

manufaktur, jenis dan jumlah

aktifitas ekonomi non-formal,

distribusi pendapatan, efek ganda

ekonomi, produk domestik

regional bruto, pendapatan

asli daerah, pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi, fasilitas

umum dan fasilitas sosial,

aksesibilitas wilayah).

3) Budaya

(a) Kebudayaan (adat-istiadat, nilai

dan norma budaya);

(b) Proses sosial (proses

asosiatif/kerjasama, proses

disosiatif/konflik sosial, akulturasi,

asimilasi dan integrasi, kohesi

sosial);

(c) Pranata sosial/kelembagaan

masyarakat dibidang ekonomi

(misal hak ulayat), pendidikan,

agama, sosial, keluarga;

(d) Warisan budaya (situs purbakala,

cagar budaya);

(e) Pelapisan sosial berdasarkan

pendidikan, ekonomi, pekerjaan

dan kekuasaan;

(f) Kekuasaan dan kewenangan (

kepemimpinan formal dan

informal, kewenangan formal

dan informal, mekanisme

pengambilan keputusan di

kalangan masyarakat, kelompok

individu yang dominan,

pergeseran nilai kepemimpinan);

(g) Sikap dan persepsi masyarakat

terhadap rencana usaha atau

kegiatan;

(h) Adaptasi ekologis.

4) Pertahanan/Keamanan

Konflik kepentingan pertahanan dan

keamanan dengan rencana

pembangunan usaha dan/atau kegiatan.

d. Kesehatan Masyarakat 1) Parameter lingkungan yang

diperkirakan terkena dampak

rencana pembangunan dan

berpengaruh terhadap kesehatan;

2) Proses dan potensi terjadinya

pemajanan;

3) Potensi besarnya dampak

timbulnya penyakit (angka

kesakitan & angka kematian);

4) Karakteristik spesifik penduduk yang

beresiko;

5) Sumber daya kesehatan;

6) Kondisi sanitasi lingkungan;

7) Status gizi masyarakat;

8) Kondisi lingkungan yang dapat

memperburuk proses penyebaran

penyakit.

VI. Prakiraan Dampa Besar dan

Penting Dalam hal ini hendaknya dimuat :

1) Prakiraan secara cermat dampak

usaha dan/atau kegiatan pada saat

pra konstruksi, konstruksi, operasi,

dan pasca operasi terhadap

lingkungan hidup. Telaahan ini

dilakukan dengan cara menganalisis

perbedaan antara kondisi kualitas

lingkungan hidup yang diperkirakan

dengan adanya usaha dan/atau

kegiatan, dan kondisi kualitas

lingkungan hidup yang

diprakirakan tanpa adanya usaha

dan/atau kegiatan dengan

menggunakan metode prakiraan

dampak;

2) Penentuan arti penting perubahan

kualitas lingkungan hidup yang

diprakirakan bagi masyarakat di

wilayah studi rencana usaha

dan/atau kegiatan, dan pemerintah;

dengan mengacu pada Pedoman

penentuan dampak besar dan

penting;

3) Dalam melakukan telaahan butir

1) dan 2) tersebut perlu

diperhatikan dampak yang bersifat

langsung dan atau tidak langsung.

Dampak langsung adalah dampak

yang ditimbulkan secara langsung

oleh adanya usaha dan/atau

kegiatan. Sedang dampak tidak

langsung adalah dampak yang

timbul sebagai akibat

Page 19: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

92

berubahnya suatu

komponen lingkungan hidup

dan/atau usaha atau kegaitan primer

oleh adanya rencana usaha dan/atau

kegiatan. Dalam kaitan ini maka

perlu diperhatikan mekanisme aliran

dampak pada berbagai komponen

lingkungan hidup sebagai berikut:

(a) Kegiatan menimbulkan dampak

penting yang bersifat langsung

pada komponen sosial;

(b) Kegiatan menimbulkan dampak

penting yang bersifat langsung

pada komponen fisik-kimia,

kemudian menimbulkan

rangkaian dampak lanjutan

berturut-turut tehadap komponen

biologi dan sosial;

(c) Kegiatan menimbulkan dampak

penting yang bersifat langsung

pada komponen biologi,

kemudian menimbulkan

rangkaian dampak lanjutan pada

komponen sosial;

(d) Kegiatan menimbulkan dampak

penting yang bersifat langsung

pada aspek fisik-kimia dan

selanjutnya

membangkitkan dampak pada

komponen sosial;

(e) Dampak penting berlangsung

saling berantai diantara

komponen sosial itu sendiri;

(f) Dampak penting pada butir a,b,c

dan d yang telah diutarakan

selanjutnya menimbulkan

dampak balik pada rencana usaha

dan/atau kegiatan.

4) Mengingat usaha dan/atau kegiatan

masih berada pada tahap

pemilihan alternatif usaha atau

kegiatan (lokasi, atau teknologi

yang digunakan), sehubungan

dengan AMDAL merupakan

komponen dari studi kelayakan,

maka telaahan sebagaimana

dimaksud pada butir VI.1 dan VI.2

dilakukan untuk masing-masing

alternatif;

5) Dalam melakukan analisis prakiraan

dampak penting agar digunakan

metoda- metoda formal secara

matematis. Penggunaan metoda

non formal hanya dilakukan bila

mana dalam melakukan analisis

tersebut tidak tersedia formula-

formula matematis atau hanya

dapat didekati dengan metoda non

formal.

VII. Evaluasi Dampak Besar dan

Penting Dalam hal ini hendaknya diberikan

uraian mengenai hasil telaahan dampak

besar dan penting dari rencana usaha

dan/atau kegiatan. Hasil evaluasi ini

selanjutnya menjadi masukan bagi

instansi yang bertanggungjawab untuk

memutuskan kelayakan lingkungan

hidup dari rencana usaha dan/atau

kegiatan, sebagaimana dimaksud dalam

PP. Nomor 27 Tahun 1999.

1) Telaahan terhadap dampak besar dan

penting

(a) Telaahan secara holistik atas

berbagai komponen lingkungan

hidup yang diprakirakan mengalami

perubahan mendasar sebagaimana

dikaji pada Bab VI, dilakukan

dengan menggunakan metode-

metode evaluasi yang lazim dan

sesuai dengan kaidah metoda

evaluasi dampak penting dalam

AMDAL sesuai keperluannya;

(b) Yang dimaksud dengan evaluasi

dampak yang bersifat holistik

adalah telaahan secara totalitas

terhadap beragam dampak besar

dan penting lingkungan hidup yang

dimaksud pada Bab VI, dengan

sumber usaha dan/atau kegiatan

penyebab dampak. Beragam

komponen lingkungan hidup yang

terkena dampak penting tersebut

(baik positif maupun negatif) ditelaah

sebagai satu kesatuan yang saling

terkait dan saling pengaruh-

mempengaruhi, sehingga diketahui

Page 20: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

93

sejauh mana perimbangan dampak

besar dan penting yang bersifat

positif dengan yang bersifat negatif;

(c) Dampak-dampak besar dan penting

yang dihasilkan dari evaluasi

disajikan sebagai dampak-dampak

besar dan penting yang harus

dikelola.

2) Telaahan sebagai dasar pengelolaan

(a) Hubungan sebab akibat (kausatif)

antara rencana usaha atau

kegiatan dan rona lingkungan

hidup dengan dampak positif

dan negatif yang mungkin

timbul. Misalnya, mungkin saja

dampak besar dan penting

timbul dari rencana usaha

dan/atau kegiatan terhadap rona

lingkungan hidup, karena

rencana usaha atau kegiatan itu

dilaksanakan di suatu lokasi

yang terlalu padat manusia,

atau pada tingkat pendapatan

dan pendidikan yang terlampau

rendah, bentuk teknologi yang

tak sesuai dan sebagainya;

(b) Ciri dampak penting ini juga

perlu dikemukakan dengan jelas,

dalam arti apakah dampak

penting baik positif atau negatif

akan berlangsung terus selama

rencana usaha dan/atau

kegiatan itu berlangsung nanti.

Atau antara dampak-dampak

satu dengan dampak yang

lainnya akan terdapat hubungan

timbal balik yang

antagonistis dan sinergistis.

Apabila dimungkinkan, uraikan

kejelasan tentang waktu

ambang batas (misal : baku

mutu lingkungan) dampak besar

dan penting mulai timbul.

Apakah ambang batas tersebut

akan mulai timbul setelah

rencana usaha dan/atau kegiatan

dilaksanakan atau akan terus

berlangsung sejak masa pra-

konstruksi dan akan berakhir

bersama selesainya rencana

usaha dan/atau kegiatan. Atau

mungkin akan terus

berlangsung, umpamanya lebih

dari satu generasi;

(c) Kelompok masyarakat yang

akan terkena dampak negatif

dan kelompok yang akan

terkena dampak positif.

Identifikasi kesenjangan antara

perubahan yang diinginkan dan

perubahan yang mungkin terjadi

akibat usaha dan/atau kegiatan

pembangunan;

(d) Kemungkinan seberapa luas

daerah yang akan terkena

dampak penting ini, apakah

hanya akan dirasakan

dampaknya secara lokal,

regional, nasional, atau bahkan

internasional, melewati batas

negara Republik Indonesia;

(e) Analisis bencana dan analisis

risiko bila rencana usaha

dan/atau kegiatan berada di

dalam daerah bencana alam

atau di dekat sumber bencana

alam.

VIII. Daftar Pustaka Dalam hal ini hendaknya dikemukakan

rujukan data dan pernyataan-pernyataan

penting yang harus ditunjang oleh

kepustakaan ilmiah yang mutakhir

serta disajikan dalam suatu daftar

pustaka dengan penulisan yang baku.

IX. Lampiran Dalam hal ini hendaknya disebut bahan-

bahan yang dilampirkan :

1) Surat izin/rekomendasi yang telah

diperoleh pemerakarsa sampai dengan

saat

ANDAL akan disusun;

2) Surat-surat tanda pengenal,

keputusan, kualifikasi,

rujukan bagi para pelaksana dan

peneliti serta penyusun analisis dampak

lingkungan hidup;

Page 21: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

94

3) Foto-foto yang dapat menggambarkan

rona lingkungan hidup awal, usulan

rencana usaha dan/atau kegiatan

sehingga bisa memberikan wawasan

yang lebih mendalam tentang

hubungan timbal balik serta

kemungkinan dampak lingkungan

hidup hidup penting yang akan

ditimbulkannya;

4) Diagram, peta, gambar, grafik, serta

tabel lain yang belum tercantum

dalam dokumen;

5) Hal lain yang dianggap perlu atau

relevan yang dimuat dalam lampiran ini.

Bahan-bahan tersebut diatas tidak perlu

lagi dilampirkan dalam dokumen

ANDAL

bilamana telah dicantumkan dalam

dokumen KA.

D. Akibat Hukum dari Penyalahgunaan

Wewenang oleh Konsultan AMDAL

Dalam proses penyusunan

dokumen AMDAL, sangat sering ditemui

konsultan (tim penyusun) AMDAL

meninggalkan berbagai prinsip dalam

AMDAL. Terutama posisi rakyat dalam

proses penyusunan dokumen AMDAL.

Proses keterbukaan informasi dijamin

oleh kebijakan, di mana pasal 33 PP

Nomor 27/1999 menegaskan kewajiban

pemerakarsa untuk mengumunkan kepada

publik dan saran, pendapat, masukan

publik wajib untuk dikaji dan

dipertimbangkan dalam AMDAL. Dan

pasal 34 menegaskan bagi kelompok

rakyat yang berkepentingan wajib

dilibatkan dalam proses penyusunan

kerangka acuan, penilaian kerangka

acuan, analisis dampak lingkungan hidup,

rencana pengelolaan lingkungan hidup

dan rencana pemantauan lingkungan

hidup.

Maksud dan tujuan

dilaksanakannya ketertibatan masyarakat

dalam keterbukaan informasi dalam

proses Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup (AMDAL) ini adalah

untuk :

1) Melindungi kepentingan masyarakat;

2) Memberdayakan masyarakat dalam

pengambilan keputusan atas rencana

usaha dan/atau kegiatan pembangunan

yang berpotensi menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap

Lingkungan;

3) Memastikan adanya transparansi

dalam keseluruhan proses AMDAl

dari rencana usaha dan/atau kegiatan;

dan

4) Menciptakan suasana kemitraan yang

setara antara semua pihak yang

berkepentingan, yaitu dengan

menghormati hak-hak semua pihak

untuk mendapatkan informasi dan

mewajibkan semua pihak untuk

menyampaikan informasi yang harus

diketahui pihak lain yang terpengaruh.

Di mana prinsip dasar pelaksanaannya

menganut: 1) Kesetaraan posisi di antara

pihak-pihak yang terlibat; 2) Transparansi

dalam pengambilan keputusan; 3)

Penyelesaian masalah yang bersifat adil

dan bijaksana; dan 4) Koordinasi,

komunikasi, dan kerjasama dikalangan

pihak-pihak yang terkait.

Pemerakarsa usaha dan/atau

kegiatan wajib menyampaikan laporan

pelaksanaan rencana pengelolaan

lingkungan hidup dan rencana

pemantauan lingkungan hidup kepada

instansi yang membidangi usaha dan/atau

kegiatan yang bersangkutan, instansi yang

ditugasi mengendalikan dampak

lingkungan dan Gubernur.

Dokumen AMDAL (kelayakan

lingkungan hidup) yang merupakan

bagian dari kelayakan teknis finansial-

ekonomi (pasal 2 PP Nomor 27/1999)

selanjutnya merupakan syarat yang harus

dipenuhi untuk mendapatkan ijin

melakukan usaha dan/atau kegiatan yang

diterbitkan oleh pejabat yang berwenang

(pasal 7 PP Nomor 27/1999). Dokumen

AMDAL merupakan dokumen publik

yang menjadi acuan dalam pelaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup yang

bersifat lintas sektoral, lintas disiplin, dan

Page 22: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

95

dimungkinkan lintas teritorial

administratif.

Namun, dari sisi proses, bila

menilik Pasal 20 PP Nomor 27/1999,

maka terbuka kemungkinan terjadinya

kolusi dalam persetujuan AMDAL.

Dalam ayat (1) pasal tersebut dinyatakan

bahwa instansi yang bertanggung jawab

menerbitkan keputusan kelayakan

lingkungan hidup suatu usaha dan/atau

kegiatan, dalam jangka waktu selambat-

lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari

kerja terhitung sejak tanggal diterimanya

dokumen analisis dampak lingkungan

hidup, rencana pengelolaan lingkungan

hidup, dan rencana pemantauan

lingkungan hidup. Dan dalam ayat (2)

disebutkan apabila instansi yang

bertanggung jawab tidak menerbitkan

keputusan dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud, maka rencana

usaha dan/atau kegiatan yang

bersangkutan dianggap layak lingkungan.

Kolusi kemudian bisa terjadi disaat tidak

adanya keputusan tentang persetujuan

AMDAL dalam jangka waktu 75 hari,

maka secara otomatis suatu kegiatan

dan/atau usaha dianggap layak secara

lingkungan.

Empat kelompok parameter yang

terdapat di studi AMDAL , meliputi Fisik

kimia (Iklim, kualitas udara dan

kebisingan; Demografi; Fisiografi; Hidro-

Oceanografi; Ruang; Lahan dan Tanah;

dan Hidrologi), Biologi (Flora; Fauna),

Sosial (Budaya; Ekonomi;

Pertahanan/keamanan), dan Kesehatan

masyarakat, ternyata juga masih sangat

menekankan pada kepentingan formal

saja. Lalu kemudian, permasalahan

sosial-budaya dan posisi rakyat menjadi

bagian yang dilupakan.

Satu hal dari proses di Komisi

Penilai AMDAL, ketika ternyata terjadi

pembohongan dalam dokumen AMDAL

(dalam hal ini saat penilaian dokumen

AMDAL), hanya dianggap sebagai

kesalahan ketik. Permakluman kemudian

terjadi dikarenakan kuatnya kepentingan

politis dibalik sebuah rencana kegiatan.

Hal ini bukan hanya terjadi sekali. Dalam

beberapa kali diskusi dengan para pihak

yang dilibatkan dalam Komisi Penilai

AMDAL, sangat jelas terlihat kerancuan

dalam proses penilaian AMDAL. Tidak

adanya kriteria dan indikator penilaian,

telah menjadikan proses penilaian

AMDAL menjadi sangat subyektif. Dan

kemudian, penilaian yang sepotong-

sepotong pun pada akhirnya menjadikan

aspek dampak lingkungan hidup (sebagai

sebuah komponen yang komprehensif)

menjadi bagian yang sengaja untuk

dilupakan.

Posisi kelayakan kegiatan dari

AMDAL, sebenarnya sangat tergantung

pada kelompok Akademisi atau para ahli

yang dilibatkan dalam Komisi Penilai

AMDAL. Ketika kemudian independensi

(kebebasan ikatan) dari akademisi dalam

menilai dokumen diikat saat kelompok ini

pun menjadi konsultan penyusun

AMDAL, telah menjadikan kelompok

akademisi atau para ahli tidak lagi

profesional dalam mengambil keputusan.

Bias perkawanan dan keberlanjutan

proyek (sustainable project) sangat

menjadikan proses penilaian AMDAL

menjadi hanya panggung boneka semata.

Hal yang kemudian menjadi sangat

lemah adalah proses pengawasan

pelaksanaan (implementasi) dari

dokumen Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL), dimana

tidak ada perangkat hukum yang

menyatakan sanksi terhadap pelanggar

dokumen ini. Ketika kemudian terjadi

pencemaran lingkungan ataupun terjadi

konflik sosial, barulah digunakan

perangkat hukum lainnya (semisal UU

Nomor 23/1997, UU Nomor 41/1999 jo

UU Nomor 19/2004 ataupun Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana/Perdata).

AMDAL yang pada awalnya ingin

menaikkan posisi tawar lingkungan hidup

dalam berkehidupan, kemudian malah

berkontribusi terhadap hilangnya hak

Page 23: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

96

lingkungan hidup. Setiap kali sebuah

kegiatan dan/atau usaha sangat terlihat

jelas berdampak terhadap lingkungan

hidup maupun komunitas rakyat, maka

AMDAL berada di barisan terdepan

untuk mengeliminir gejolak yang terjadi.

Dengan melihat kondisi ini, maka bukan

tidak mungkin AMDAL akan

berkontribusi terhadap terjadinya

ekosida/ecocide (tindakan pengrusakan

seluruh atau sebagian dari sebuah

ekosistem). Pemusnahan ekosistem

semakin cepat terjadi dikarenakan tidak

adanya perangkat penyaring (filter) dari

kegiatan pengrusakan lingkungan hidup.

Dalam mendorong perbaikan

kualitas lingkungan hidup (dan kualitas

manusia didalamnya), maka aparat

pemerintah sudah selayaknya memahami

ulang tentang Hak Menguasai Negara.

Juga menjadi penting adanya undang-

undang payung dalam rangka menjamin

pemenuhan kewajiban negara terhadap

hak konstitusional rakyat untuk: (1)

melaksanakan reforma agraria (land

reform); (2) pengelolaan agraria atau

kekayaan alam dengan mengacu pada

asas kehati-hatian (precautionary

principle), serta; (3) perlindungan

lingkungan hidup dan sumber-sumber

kehidupan rakyat.

Di sisi penataan kelembagaan,

menjadi penting dilakukannya reformasi

kelembagaan, meliputi: (1) kelembagaan

yang terkait kebijakan makro pengelolaan

lingkungan hidup; (2) kelembagaan

dengan fungsi perlindungan dan

konservasi lingkungan, dan; (3) intergrasi

kelembagaan yang memiliki fungsi

menjamin akses terhadap permanfaatan

lingkungan secara adil dan berkelanjutan.

Selain menjadi penting menganut prinsi

desentralisasi kewenangan berdasarkan

fungsi, di mana diharapkan dapat

mendekatkan proses pengambilan

keputusan kepada kelompok penerima

dampak. Bentuk yang ditawarkan adalah

kepemerintahan rakyat (community

governance), dimana kelembagaan

bersifat ad-hoc, informal, mewakili

kepentingan, pendekatan berdasarkan isu

dan kepentinga, serta dikelola dari rakyat,

oleh rakyat dan untuk rakyat.

Kelembagaan formal pemerintah menjadi

bagian dari kepemerintahan rakyat ini.

Untuk kondisi sistem pemerintahan

yang ada saat ini, dalam hal ini terhadap

AMDAL, penting untuk meletakkan ruh

(filosofi) lingkungan hidup dalam setiap

pelatihan mengenai AMDAL, sehingga

tidak menjadikan penyusun, penilai dan

pemantau AMDAL kehilangan ruh dari

lingkungan hidup itu sendiri.

Menjadi penting juga bagi

pemerintah di tingkat lokal hingga

nasional untuk membangun clearing

house lingkungan hidup, termasuk

dokumen AMDAL didalamnya yang

aksesable (mudah diakses) oleh rakyat.

Juga untuk segera hadir mekanisme yang

sederhana dan terbuka untuk mengelola

respon publik terhadap proses AMDAL

yang akan dan sedang berlangsung.

Selain pula pemerintah mulai

membangun perangkat sanksi terhadap

pengelola kegiatan yang tidak

melaksanakan RKL/RPL yang telah

dibuatnya.

Komunitas atau masyarakat lokal harus

berani bersuara tentang ketidakadilan dan

penipuan yang berlangsung secara

berkelanjutan jika terjadi penyimpangan

masalah lingkungan. Karena suatu saat,

penerima dampak pertama dari kegiatan

dan/atau usaha yang seolah-olah telah

lulus AMDAL adalah komunitas lokal.

Sangat penting juga membangun kapasitas

melalui pemahaman tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan, yang

sebenarnya bisa menjadi sebuah perangkat

pemantauan lingkungan hidup oleh rakyat

dengan sederhana dan berdasarkan

parameter yang tersedia di lingkungan itu

sendiri.

Page 24: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

97

KESIMPULAN

Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dari

seluruh pembahasan yang telah dibahas

pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan

tersebut dapat disajikan ke dalam beberapa

poin sesuai dengan perumusan masalah

yang menjadi fokus penelitian, sebagai

berikut:

1. Tanggung jawab konsultan AMDAL

terhadap pemerakarsa adalah

menyusun analisis dampak lingkungan

hidup dari suatu usaha atau kegiatan

dari pemerakarsa. Jika kemudian

muncul masalah sebagai akibat tidak

dipenuhinya persyaratan kualifikasi

penyusunan AMDAL maka dapat

ditelusuri berdasarkan Pasal 30 PP

No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL

dan ketentuan undang-undang lain

yang relevan dengan tugas konsultan.

Ia ikut bertanggung jawab atas semua

data yang dibuatnya. Dengan

demikian, konsultan harus hati-hati

dalam membuat analisis mengenai

dampak lingkungan. Tanggung jawab

ini menyangkut ganti rugi apabila

konsultan itu melakukan kesalahan

dalam membuat data analisis.

Tanggung jawab konsultan AMDAL

terhadap pihak ketiga atau masyarakat,

sebagaimana tercantum pada pasal 33 PP

No. 27/1999 menegaskan kewajiban

pemerakarsa untuk mengumunkan kepada

publik dan saran, pendapat, masukan

publik wajib untuk dikaji dan

dipertimbangkan dalam AMDAL. Dan

pasal 34 menegaskan bagi kelompok

rakyat yang berkepentingan wajib

dilibatkan dalam proses penyusunan

kerangka acuan, penilaian kerangka acuan,

analisis dampak lingkungan hidup, rencana

pengelolaan lingkungan hidup dan rencana

pemantauan lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sudharto P. Aspek sosial amdal

: sejarah, teori dan metode.

(Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press,2002)

Hamzah, A. Penegakan hukum

lingkungan. (Jakarta: Arikha Media

Cipta,1995)

Husin, Sukanda. Draf kajian hukum

pengendalian pencemaran udara di

Indonesia. (Jakarta: ICEL,2003)

Lotulung, Paulus Effendie. Penegakan

hukum lingkungan oleh hakim

perdata. (Bandung: Citra Aditya

Bakti,1993)

Silalahi, Daud. AMDAL. (Bandung:

Mandar Maju,1995)

___________. Pengaturan hukum

sumber daya air dan pengelolaan

lingkungan hidup di Indonesia.

(Bandung: Penerbit Alumni,1996)

Sudarjo BW. Pedoman umum upaya

pengelolaan lingkungan dan

analisis dampak lingkungan.

(Jakarta: Panca Usaha,1994)

Suparni, Niniek. Pelestarian,

pengelolaan, dan penegakan

hukum lingkungan. (Jakarta: Sinar

Grafika,1992)

Page 25: berdasarkan Pasal 30 PP No.27 tahun 1999 mengenai AMDAL ...ejournalunigoro.com/sites/default/files/TANGGUNG JAWAB KONSULTAN...74 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN AMDAL DAN AKIBAT HUKUMNYA

98

.