berdasarkan identifikasi bahaya di bidang …

284
ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH: EVIANTI ANGGUN LESTARI 1110101000009 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1434 H

Upload: others

Post on 28-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN

BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING

PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT

PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:

EVIANTI ANGGUN LESTARI

1110101000009

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1434 H

Page 2: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …
Page 3: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Juli 2014

Evianti Anggun Lestari, NIM : 1110101000009

ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN

BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING

PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT

PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014

178 Halaman, 21 Tabel, 19 Gambar, 2 Bagan, 11 Lampiran

ABSTRAK

Menurut OHSAS 18001:2007, implementasi Sistem Manajemen K3 di

perusahaan harus menerapkan HIRARC yang meliputi identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko. Pentingnya identifikasi dan pengendalian

bahaya sangat berpengaruh besar terhadap angka kecelakaan kerja dan kesehatan

pekerja. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan aplikasi yang tepat untuk

mereduksi pekerja dari bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan ditempat

kerja.Terdapat 5 spesifik tindakan pengendalian, yaitu dengan pendekatan

eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administrasi dan alat

pelindung diri. Pengendalian risiko yang dilakukan PT. Dirgantara Indonesia

masih dengan pendekatan administrasi, yaitu diantaranya dengan pelatihan kerja,

rotasi kerja, pemberian safety sign. Akan tetapi, berdasarkan hasil studi

pendahuluan safety sign yang diterapkan di Bidang Profilling Prismatic Machine

masih belum tepat, karena belum sesuai dengan potensi bahaya, risiko dan lokasi

kerjanya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang dimaksudkan untuk

melihat kesesuaian penerapan pengendalian administrasi, dalam bentuk safety sign

di PT. Dirgantara Indonesia. Adapun pengambilan data dilakukan melalui

wawancara mendalam (dengan informan utama, pendukung, dan kunci), observasi

dan telaah dokumen.

Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko memiliki hasil yang

bervariasi dari low risk hingga high risk. Sebagian besar keberadaan dan

kebutuhan safety sign tidak sesuai berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang ada.

Page 4: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ii

Untuk meningkatkan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di

tempat kerja, maka sebaiknya PT. Dirgantara Indonesia memasang safety sign

sesuai dengan bahaya. Selain itu, sebaiknya PT. Dirgantara Indonesia melakukan

inspeksi risiko bahaya secara rutin keseluruh Direktorat Produksi.

Daftar bacaan : 49 (1970 – 2014)

Page 5: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY SPECIALIZATION

Undergraduate Thesis, Juli 2014

Evianti Anggun Lestari, NIM : 1110101000009

ANALYSIS ON THE SUITABILITY PRESENCE OF SAFETY SIGN

BASED ON HAZARD IDENTIFICATION IN PROFILLING PRISMATIC

MACHINING MACHINE DEPARTMENT PRODUCTION

DIRECTORATE PT. DIRGANTARA INDONESIA IN 2014

178 Pages, 21 Table, 19 Picture, 2 Chart, 11 Appendix

According to OHSAS 18001:2007, implementation of Health and Safety

Works Management System in a company should applying HIRARC which

consists of hazard identification, risk assesment and risk controlling. The

importance of risk identification and controlling have a big impact to number of

accidents and worker’s health. Therefore, a company needs right application to

reduce worker’s hazard that could cause accidents at work. There are five specific

controlling actions, which is elimination approach, substitution, technical control,

adminstration control, and personal protective equipment. Control risk by PT.

Indonesian Aerospace is the administrative approach, some of them with job

training, job rotation, the provision of safety signs. However, based on the results

of preliminary studies of safety sign that is applied in the field of profiling

Prismatic Machine is still not right, because it is not in accordance with the

potential hazards, risk and their places of work.

This study is a qualitative study, in order to to look at the suitability of the

application of administrative controls. Data collected through in-depth interview

(with key informants, suppoters, and key), observation, and document review.

Results hazard identification and risk assessment have varied results from

low risk to high risk. Most of the existence and needs of safety sign is not

appropriate based on the identification of hazards.

To increase awareness of workers against potential hazards in the

workplace, then you should PT. Indonesian Aerospace installing safety sign in

accordance with danger. In addition, should the PT. Indonesian Aerospace

conduct regular hazard inspections throughout the Production Directorate.

Reference : 49 (1970 – 2014)

Page 6: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

iv

Page 7: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

v

Page 8: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Evianti Anggun Lestari

Jenis Kelamis : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 8 Januari 1992

Kebangsaan : Indonesia

Status : Belum menikah

Tinggi / Berat : 151 cm / 58 kg

Agama : Islam

Alamat : Jl.Wr.Supratman Gg. Bacang No.90A Rt003 / Rw

009 Ciputat Timur, Tangerang selatan.

No. Ponsel : 085694025327 / 087771037927

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

1996 – 1998 : TK Islam Al-Quran

1998 - 2004 : SD Negeri Pondok Ranji 1

2004 - 2007 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan

2010 – now : UIN SYARIF HIDATATULLAH JAKARTA

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Department : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(KKK/K3)

Page 9: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

vii

KATA PENGANTAR

Diawali dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala keberkahan, kenikmatan dan kebesaran – Nya, serta sholawat

dan salam selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang

telah memberikan kehidupan dari jaman jahiliyah menjadi jaman yang terang

benderang seperti saat ini. Sehingga alhamdulilah laporan skripsi dengan judul

“ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN BERDASARKAN

IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING PRISMATIC MACHINE

DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA

INDONESIA TAHUN 2014” dapat terselesaikan dengan baik, alhamdulillah.

Penyusunan laporan skripsi ini merupakan satu persyaratan kelulusan

program S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan pelaksanaan penelitian skripsi ini yang dilaksanakan selama kurang lebih

tiga bulan, penulis mengalami banyak tantangan baru, sehingga penulis merasa

lebih semangat lagi untuk menjalankan amanah sebagai lulusan di bidang

Keselamatan dan Kesehatan kerja. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi yang membaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Dan

dalam laporan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki

laporan ini.

Pada pelaksanaan dan pembuatan laporan ini banyak pihak terkait yang

telah membantu penulis dalam segi apapun sehingga dapat terselesaikannya

laporan skripsi yang telah memberikan banyak pelajaran bagi penulis. Oleh karena

itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

Page 10: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

viii

1. Keluarga tercinta, Mama yang selalu memberikan nasihat – nasihat di

setiap waktu, Bapa yang selalu mendukung di setiap langkahku demi

penjajakan kehidupan yang lebih baik di setiap harinya, dan adikku Dian

Nur Utami yang selalu membantuku di setiap hari kita bersama dan

senantiasa mendukung setiap kegiatan yang dilakukan.

2. Ibu Yuli Amran., SKM, MKM. Selaku pembimbing skripsi I yang telah

memberikan masukan, nasihat, dan telah membimbing dengan penuh

kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan skripsi ini.

Terimakasih banyak Bu.

3. Ibu Iting Shofwati., ST, MKKK. Pembimbing skripsi II yang selalu

memberikan nasihat, trik – trik dalam berusaha, memberikan semangat

yang sangat power full, dan kesabaran kepada peneliti sehingga

menjadikan inspirasi kepada penulis.

4. Mas Tri Anggoro Mardiutomo yang selalu ada dan mendukung penulis di

setiap waktu, selalu memberikan nasihat dan semangat yang positif dan

membangun, memberikan pandangan yang jauh kedepan.

5. Untuk para sahabat – sahabatku Anis Syarifah Nasution, Vivi, Harum,

Dinda yang selalu memberikan dukungan di setiap waktu.

6. Untuk teman – teman Kesehatan Masyarakat 2010 dan K3 2010 yang tidak

bisa disebutkan satu persatu, terimakasih telah mengisi di perjalanan

kehidupanku di tengah – tengah bangku perkuliahan.

7. Komunitas Pelatih tari Ratoh Jaroe (Aceh) Jakarta yang selalu mendukung

dan membantu penulis dalam bidang seni tari.

Page 11: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ix

Akhir kata dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis

berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Amin.

Ciputat, Juli 2014

Evianti Anggun Lestari

Page 12: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

x

DAFTAR ISI

Abstrak ...................................................................................................................i

Lembar Pengesahan .............................................................................................iv

Lembar Persetujuan Panitia Sidang Skripsi..........................................................v

Riwayat Hidup .....................................................................................................vi

Kata Pengantar ....................................................................................................vii

Daftar Isi ...............................................................................................................x

Daftar Tabel .......................................................................................................xiv

Daftar Gambar ...................................................................................................xvi

Daftar Bagan ....................................................................................................xvii

Daftar Istilah .................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................7

1.3 Pertanyaan .......................................................................................................7

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................7

1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................9

1.6 Ruang Lingkup ..............................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................12

2.1 Bahaya............................................................................................................12

2.2 Keselamatan Kerja .........................................................................................13

2.2.1 Kecelakaan Kerja ... ................................................................................... 15

2.2.2 Incident ... .................................................................................................. 16

2.3 Manajemen Risiko ........................................................................................ 17

Page 13: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xi

2.3.1 Identifikasi Bahaya .... ............................................................................... 19

2.3.1.1 Preliminary Hazard Analisis (PHA) ... .................................................. 23

2.3.1.2 Hazard and Operability and analysis (HAZOP) .................................... 23

2.3.1.3 Worksheet Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) ....................... 26

2.3.1.4 Job Safety Analisis (JSA)....................................................................... 27

2.3.1.5 Task Risk Assessment (TRA) ................................................................. 28

2.3.1.6 Checklist .............................................................................................. 30

2.3.1.7 Brainstorming . .......................................................................................32

2.3.2 Penilaian Risiko .........................................................................................33

2.3.2.1 Analisis Kualitatif .................................................................................. 34

2.3.2.2 Analisis Kuantitaif ................................................................................. 36

2.3.2.3 Analisis Semi Kuantitatif.........................................................................37

2.3.3 Pengendalian Risiko .................................................................................. 39

2.4 Safety Sign .................................................................................................... 43

2.4.1 Pengertian ................................................................................................. 43

2.4.2 Kategori Safety Sign ................................................................................. 47

2.4.2.1 Kategori Berdasarkan OSHA ................................................................. 47

2.4.2.2 Kategori Berdasarkan ANSI Z535 . ....................................................... 49

2.4.2.3 Kategori Safety Sign Menurut BSI 5499 ................................................ 55

2.4.3 Psikologi Warna Berdasarkan BSI 5499 ....................................................67

2.5 Kerangka Teori .......................................................... ..................... .............68

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .........................69

3.1 Kerangka Berpikir .........................................................................................69

Page 14: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xii

3.2 Definisi Istilah .............................................................................................. 71

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ............................................................73

4.1 Jenis Penelitian ..............................................................................................73

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................ 73

4.3 Informan Penelitian .......................................................................................73

4.4 Instrumen Peneltian ............................................................... .......................75

4.5 Sumber Data ..................................................................................................76

4.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 76

4.7 Pengolahan Data ...........................................................................................77

4.8 Analisis Data ................................................................................................78

4.9 Triangulasi data .............................................................................................80

4.10 Penyajian Data .............................................................................................82

BAB V HASIL ................................................................................................... 83

5.1 Proses Produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine .......................... 83

5.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Bidang Profilling

Prismatic Machine ...................................................................................... 88

5.2.1 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin

DGMP dan DGAL Bidang Profilling Prismatic Machine ............................... 90

5.2.2 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin

MATEC dan JOBS ............................................................................................99

5.2.3 Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine..

............................................................................. ....................................106

5.3 Keberadaan Safety Sign Bidang Profilling Prismatic Machine ................ 109

5.3.1 Prosedur Penerapan Safety Sign di Departemen Machining . ..................116

Page 15: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xiii

5.3.2 Standar Safety Sign yang Digunakan ......................................................117

5.3.3 Petugas yang Memasang Safety Sign ..................................................... 118

5.4 Analisa Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di

Bidang Profilling Prismatic Machine .............................................................. 120

5.5 Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic

Machine ............................................................................................................ 135

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................150

6.1 Keterbatasan Penelitian ...............................................................................150

6.2 Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Risiko ..

............................................................................. ..............................................151

6.3 Daftar Bahaya, Risiko, Penilaian Risiko dan Pengendalian Berdasarkan Hasil

Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine .......................... 152

6.4 Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine ............. 155

6.5 Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Daftar Bahaya .................................. 162

6.6. Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine.

...........................................................................................................................167

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 172

7.1 Kesimpulan ................................................................................................. 172

7.2 Saran ........................................................................................................... 174

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................175

LAMPIRAN

Page 16: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xiv

Daftar Tabel

2.1 Informasi Identifikasi Bahaya ... .................................................................. 22

2.2 Contoh HAZOP .............................................................................................25

2.3 Contoh Worksheet Failure Modes and Effect Analysis FMEA ....................26

2.4 Contoh Job Safety Analysis Worksheet. ..................................................... 28

2.5 Contoh Analisis Risiko dengan Task Risk Assessment (TRA) .................. 30

2.6 Contoh Checklist ..........................................................................................31

2.7 Ukuran Kualitatif dari “likelyhood” Menurut standar AS/NZS 4360 ......... 34

2.8 Ukuran Kualitatif dari “consequency” MENURUT STANDAR AS/NZS 4360

................................ .............................. .............................. ...............................35

2.9 Perkiraan Probabilitas.................................................................................... 36

2.10 Analisis Kuantitatif ......................................................................................37

2.11 Analisis Semi Kuantitatif ............................................................................38

4.1 Informan Penelitian ......................................................................................74

4.2 Karakteristik Informan ................................................................................ 74

4.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 77

4.4 Triangulasi Data ...........................................................................................81

5.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dengan Task Risk Assessment dan

Keberadaan Safety sign di Mesin DGMP dan DGAL ........................................ 91

5.2 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin

MATEC dan JOBS ............................................................................................99

5.3 Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling Prismatic

Machine..............................................................................................................106

5.4 Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine ............. 109

Page 17: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xv

5.5 Analisa Kebutuhan Safety sign Berdasarkan Hasil dari Manajemen Risiko dan

Keberadaan Safety sign pada Mesin DGMP (A-B-C-D), SGMP-J, DGAL (E-F-G-

H), SGAL-I, MATEC dan JOBS........................................................................120

5.6 Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety sign berdasarkan hasil Identifikasi

Bahaya dan Keberadaan Safety sign dengan Kebutuhan Safety sign di Mesin

(DGMP-A,B,C,D, SGMP-J) .............................................................................135

Page 18: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xvi

Daftar Gambar

2.1 Hirarki pengendalian .................................................................................. 45

2.2 Format safety sign yang dilengkapi signal word panel dan word message

......................................................... ................................................................... 53

2.3 Piktogram dengan STANDAR ANSI Z535...................................................54

2.4 Kategori safety sign BSI 5499. .....................................................................56

2.5 Kategori safety sign BSI 5499 ...................................................................... 67

2.6 Tanda larangan (Prohibition Sign) ................................................................58

2.7 Tanda bahaya (Danger Sign) ........................................................................59

2.8 Tanda kendaraan darurat (Emergency Response Sign) .................................61

2.9 Tanda api (Fire Fighting Sign)......................................................................63

2.10 Tanda perintah APD (mandatory sign) ...................................................... 65

2.11 Tanda perintah APD (mandatory sign).......................................................76

2.12 Psikologi warna menurut BSI .5499............................................................67

5.1 Flow chart proses produksi PT. Dirgantara Indonesia ................................. 89

5.1 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin DGMP) .........................91

5.2 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin DGMP) .........................92

5.3 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin MATEC & JOBS) ....... 93

6.1 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP....................................................159

6.2 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGAL ...................................................160

6.3 Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC dan JOBS .............................. 161

Page 19: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xvii

Daftar Bagan

2.1 Bagan Alur Kerangka Teori ..........................................................................68

3.1 Bagan Alur. Kerangka Konsep ................................................................... 70

Page 20: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

xviii

Daftar Istilah

- Safety sign : Tanda keselamatan, salah satu bentuk pengendalian

administratif dalam hirarki pengendalian K3

- SIR : Severity Injury Rate (tingkat keparahan kecelakaan kerja per-

tahun)

- FIR : Frekuensi Injury Rate (tingkat frekuensi kepaparan kecelakaan

kerja per-tahun)

- ANSI : America National Standard Institute (Standar safety sign dari

Amerika)

- BSI : British Standard Institute (Standar Safety Sign dari Eropa /

British)

- APD : Alat Pelindung Diri (hirarki pengendalian bahaya yang terakhir

yaitu melindungi tubuh dari bahaya)

- P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

- OHSAS : Occupational Health and Safety Standar Assessment (standar

penilaian mengenai sistem manajemen K3

- P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

- TRA : Task Risk Assessment (salah satu metode untuk mengidentifikasi

bahaya)

- HIRARC : Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risko

Page 21: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dalam kegiatan industri saat ini sangat pesat, salah

satunya industri manufaktur produksi pesawat yang memiliki risiko tinggi

terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan. Mulai dari

penggunaan teknologi, material yang sangat berbahaya, prosedur kerja yang

kompleks, kegiatan produksi dengan risiko tinggi, ditambah jika terjadi

kecelakaan kerja ataupun bencana yang menimpa pekerja, peralatan, proses /

produksi, dan lingkungan yang sangat bervariasi.

PT. Dirgantara Indonesia bergerak dalam bidang industri dan jasa

dimana perusahaan ini memiliki beberapa unit usaha yang mendukung

perkembangan perusahaan serta merupakan suatu perusahaan yang bergerak

dibidang pembuatan pesawat terbang, salah satunya adalah satuan usaha (SU)

Aircraft Service (ACS) yang perkembangannya meliputi proses penyediaan

dan penjualan material sparepart pesawat terbang serta melakukan jasa

service pesawat terbang. Pada salah satu divisi AirCraft PT. Dirgantara

Indonesia mempunyai fungsi sebagai satuan produksi atau satuan yang

merancang serta membuat komponen luar dari pesawat terbang, seperti :

sayap, ekor, baling-baling, kepala pesawat, badan pesawat.

Menurut arsip iptek (2011) industri pesawat terbang merupakan salah

satu industri yang dianggap penting dan strategis bagi bangsa Indonesia.

Pesawat terbang memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan daya capai

Page 22: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

2

bila dibandingkan dengan sarana transportasi darat dan laut. PT. Dirgantara

Indonesia adalah salah satu industri manufaktur terbesar di Indonesia, dimana

menurut Heizer dan Render (2005) manufaktur adalah industri membuat

dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu

barang.

Menurut data Jamsostek hingga akhir tahun 2012 telah terjadi 103.074

kasus kecelakaan kerja, dimana 91,21% korban kecelakaan kembali sembuh;

3,8% mengalami cacat fungsi; 2,61% mengalami cacat sebagian, dan sisanya

meninggal dunia (2.419 kasus) dan menalami cacat total tetap (37 kasus),

dengan rata-rata terjadi 282 kasus kecelakaan kerja setiap harinya (laporan

Tahunan Jamsostek, 2012) dalam Press Release Prof.dra. Fatma Lestari

(2014). Begitu juga menurut Cahyani (2009) data kecelakaan yang masih

sering terjadi menunjukkan dunia industri di Indonesia cukup

mengkhawatirkan, terlebih pada sektor manufaktur Indonesia. Setiap tahun

ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa,

kerusakan materi dan gangguan produksi. Berdasarkan hasil dari riset

mengenai kecelakaan kerja menurut Syartini (2010) menyatakan bahwa

bahan baku, peralatan, manusia, serta lingkungan kerja mengandung potensi

bahaya yang tinggi sehingga diperlukan suatu upaya pencegahan agar tidak

terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yaitu dibutuhkannya

upaya pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja dengan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Page 23: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

3

Begitu juga dengan PT. Dirgantara Indonesia sebagai salah satu

industri manufaktur yang cukup besar di Indonesia membutuhkan aplikasi

Sistem Manajemen K3 dengan tepat, yang berguna untuk mereduksi pekerja

dari hazard / bahaya dan kecelakaan kerja. Walaupun kejadian kecelakaan

tidak dapat dihindari hingga zero accident, perusahaan dapat melakukan

tindakan pengendalian untuk meminimalisir angka kecelakaan di tempat

kerja, sehingga produk yang dihasilkan akan semakin meningkat sebagai

investasi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Menurut OHSAS 18001 (2007) di dalam klausal 4.3.1 dalam

implementasi Sistem Manajemen K3 di perusahaan harus menerapkan

HIRARC yaitu meliputi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian

risiko. Setelah mengenali dan melakukan penilaian terhadap bahaya yang ada

di perusahaan, langkah penting selanjutnya yaitu menentukan pengendalian

bahaya. Berdasarkan hirarki pengendalian keselamatan dan kesehatan

menurut OHSAS 18001 ada 5 spesifik tindakan pengendalian dengan

pendekatan eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian

administrasi, dan alat pelindung diri.

Pentingnya identifikasi dan pengendalian bahaya yang dilakukan

perusahaan sangat berpengaruh besar terhadap angka kecelakaan dan

kesehatan para pekerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan saat melakukan

magang bulan Februari 2014 di PT. Dirgantara Indonesia dengan metode

wawancara, observasi, telaah dokumen dan identifikasi bahaya di seluruh

Direktorat Produksi. Oleh karena itu, pemilihan lokasi penelitian di

departemen Direktorat Produksi dipilih berdasarkan pertimbangan dari angka

Page 24: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

4

kecelakaan, nilai SIR, nilai FIR. Data tersebut didapat dengan melakukan

wawancara mendalam saat turun lapangan kepada informan utama (02).

Didapat dari hasil wawancara dengan informan utama (02) dan

analisa dokumen data kecelakaan 5 tahun terakhir, bahwa kecelakaan

tertinggi, nilai SIR, nilai FIR terdapat di Aerostructure Divisi Detail Part

Manufacurimg. Dalam pencatatan kecelakaan kerja belum berdasarkan per

divisi atau per departemen di Direktorat Produksi. Akan tetapi, dari hasil

pemaparan wawancara mendalam dengan informan utama (01, 02, 03)

kecelakaan kerja dan potensi bahaya tertinggi terdapat di Departemen

Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi.

Selanjutnya, hasil wawancara mendalam yang di dapat dari informan

pendukung yaitu Manajer (001) Departemen Machining memiliki beberapa

bidang dalam area kerjanya. Dari 7 bidang di Departemen Machining yang

saat ini masih mengalami perluasan area kerja, angka kecelakaan kerja

tertinggi dan yang memiliki tingkat risiko cukup tinggi adalah di bidang

Profilling Presmatic Machine. Pernyataan Informan pendukung (001) di

Departemen Machining juga didukung oleh Supervisor sebagai informan

pendukung (003, 004) karena memiliki banyak bahaya dibandingkan dengan

departemen lainnya. Salah satu karakteristik pekerjaan di Machining yaitu

pekerja dihadapkan langsung dengan bahan, mesin dan alat yang berbahaya.

Terdapat alat kerja yang sangat berbahaya, lantai kerja yang sangat licin,

pekerja masih banyak yang tidak menggunakan APD padahal terdapat tanda

wajib pakai APD, crane yang bergerak diatap hanggar ruang produksi,

kemudian bisingnya ruang produksi yang berasal dari suara mesin, debu

Page 25: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

5

dengan bau yang menyengat dan dapat dirasakan di lingkungan kerja, jalur

evakuasi yang belum jelas, terpasangnya tanda bahaya yang masih belum

sesuai dengan standar berdasarkan penempatan, pemasangan, bentuk, bahan,

dan warna. Selain itu, ditemukan bahwa pelaksanaan identifikasi bahaya dan

pelaksanaan pengendalian belum dilaksanakan secara maksimal dan belum

dilakukan secara berkesinambungan.

Penerapan pengendalian teknis (engineering control) yaitu dengan

pendekatan eliminasi, substitusi, isolasi serta pengendalian jarak yang

diunkapkan oleh Ramli (2010), tidak mudah diterapkan di Direktorat

Produksi karena adanya beberapa kendala dan hambatan yang ada di

lapangan seperti mengganggunya proses produksi. Sehingga pengendalian

selanjutnya yang diterapkan oleh perusahaan yaitu dengan pengendalian

administrasi. Perusahaan melengkapinya dengan pelatihan untuk Supervisor

dan P2K3, pengaturan jadwal kerja, penerapan safety sign, serta lanjut dengan

pengendalian Alat Pelindung Diri (APD). Pengendalian dengan program

tersebut juga belum efektif dan maksimal, yang didapat dari hasil wawancara

mendalam kepada informan pendukung (002) mengenai pengendalian yang

dilakukan. Pekerja hanya mengenal APD sebagai pengendalian bahaya.

Safety sign sebagai pengendalian administrasi yang diterapkan di

Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi, berdasarkan hasil

observasi, terlihat kurang tepat jika dibandingkan dengan bahaya, risiko dan

proses kerjanya. Hal tersebut dapat memberikan persepsi yang berbeda

terhadap potensi bahaya yang ada dan keberadaannya juga kurang lengkap,

sehingga tidak dapat memberikan warning terhadap pekerja ataupun tamu

Page 26: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

6

perusahaan bahwa di lingkungan kerja terdapat bahaya. Untuk itu, perlu

dilakukan analisa kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya

yang benar, sehingga hasil kebutuhan safety sign sesuai dengan bahaya yang

ada.

Menurut Badan safety sign Indonesia (2009), safety sign / rambu

keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi

keselamatan dan kesehatan para pekerja dan pengunjung yang berada di

lingkungan produksi. Safety sign memang bukan pengendalian yang utama

dan tidak dapat mengeliminasi atau mengurangi bahaya dan tidak dapat

mencegah terjadinya kecelakaan. Akan tetapi menurut Ilmi (2012) safety sign

dapat memberikan perhatian yang menarik, memberikan sikap waspada akan

adanya bahaya yang tidak terlihat oleh mata atau peringatan waspada

terhadap tindakan yang tidak diperbolehkan, memberikan informasi umum

dan memberikan pengarahan kepada tamu perusahaan akan adanya bahaya

yang dapat tertuang dengan berbagai macam bentuk dan gambar yang dapat

dilihat dari jarak kejauhan maupun dekat, serta mengingatkan para karyawan

dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri, mengindikasikan

dimana peralatan darurat keselamatan berada, dan sebaginya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia, yang memiliki banyak risiko bahaya baik untuk pekerja

maupun pengunjung yang datang ke wilayah produksi dimana masih kurang

dilakukannya pengendalian terhadap bahaya tersebut berdasarkan hirarki

pengendalian. Maka pengendalian yang memungkinkan yang dapat terlihat

oleh mata dan dapat memberikan himbauan bagi pekerja atau tamu

Page 27: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

7

perusahaan untuk saat ini menurut peneliti yaitu dalam bentuk administrasi

dengan penerapan safety sign adalah tepat. Hal tersebut untuk memberikan

warning kepada pekerja dan tamu perusahaan karena adanya potensi bahaya

dan risiko, sehingga keelakaan kerja dapat diminimalisir. Oleh karena itu,

peneliti ingin melihat keberadaan safety sign apakah sesuai dalam

penerapannya khusus di wilayah kerja Departemen Machining Direktorat

Produksi dengan judul “Identifikasi Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining

Direktorat Produksi Pt. Dirgantara Indonesia Tahun 2014” dengan

standar yang digunakan sebagai acuan penerapan safety sign yaitu dengan

ANSI Z535 dan British Standard Institute (BSI 5499) .

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu pengendalian risiko yang

dilakukan PT. Dirgantara Indonesia masih dengan pendekatan administrasi,

yaitu diantaranya dengan pelatihan kerja, rotasi kerja, pemberian safety sign.

Akan tetapi, berdasarkan hasil studi pendahuluan safety sign yang diterapkan di

Bidang Profilling Prismatic Machine masih belum tepat, karena belum sesuai

dengan potensi bahaya, risiko dan lokasi kerjanya.

1.3 Pertanyaan

Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, maka dirumuskan dalam

suatu pertanyaan sebagai berikut :

Page 28: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

8

1. Bagaimanakah proses produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine

Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia

Tahun 2014 ?

2. Apa sajakah bahaya yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine

Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia

Tahun 2014 ?

3. Bagaimanakah keberadaan safety sign yang telah ada di Departemen

Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ?

4. Safety sign apa saja yang dibutuhkan berdasarkan bahaya yang ada di

Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining PT.

Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ?

5. Bagaimana kesesuaian safety sign yang sudah diterapkan di Bidang

Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat Produksi

PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 dengan standar safety sign ANSI

Z535 dan BSI 5499 ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari skripsi ini adalah untuk menganalisis

kesesuaian keberadaan safety sign berdasarkan hasil identifikasi

bahaya dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja

maupun pengunjung di PT. Dirgantara Indonesia, tahun 2014.

Page 29: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

9

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diperolehnya informasi proses produksi di Bidang Profilling

Prismatic Machine Direktorat Produksi PT. Dirgantara

Indonesia Tahun 2014.

2 Diketahuinya bahaya apa saja yang ada di Bidang Profilling

Prismatic Machine Direktorat Produksi PT. Dirgantara

Indonesia Tahun 2014.

3 Diketahuinya keberadaan safety sign yang telah ada di Bidang

Profilling Prismatic Machine Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia Tahun 2014.

4 Diketahuinya kebutuhan penerapan safety sign berdasarkan

bahaya yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine PT.

Dirgantara Indonesia Tahun 2014.

5 Diketahuinya kesesuaian safety sign yang sudah diterapkan di

Bidang Profilling Prismatic Machine Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia Tahun 2014 dengan standar safety sign

ANSI Z535 dan BSI 5499.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Mengetahui sistem pengendalian administrasi dalam bentuk tanda

keselamatan / safety sign, jalur evakuasi, tanda berbahaya, tanda

penggunaan APD, tanda keadaan di lingkungan kerja yang baik dan tepat

Page 30: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

10

sehingga dapat membantu untuk meminimalisir terjadinya potensi

kecelakaan kerja di tempat kerja di PT. Dirgantara Indonesia.

2. Bagi PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

a. Memperoleh tambahan informasi dan penjelasan secara lebih rinci

mengenai penerapan safety sign dengan karakterisitik lingkungan

kerja di Machining Direktorat Produksi.

b. Memberikan kontribusi dalam upaya penerapan safety sign bukan

hanya di Machining teteapi di Departemen lainnya di Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia.

c. Dapat menentukan standarisasi penerapan safety sign. Bukan hanya

standar yang berasal dari nasional saja tetapi juga standar

internasional yang disesuaikan dengan karakteristik dan bahaya di

Direktorat Produksi maupun gedung lainnya yang ada di PT.

Dirgantara Indonesia.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan sasaran manajemen

perusahaan Departemen K3LH, Supervisor, Team Leader dan beberapa pekerja

yang bekerja di Departemen Machining Direktorat Produksi pembuatan

komponen pesawat di PT. Dirgantara Indonesia Bandung, Jawa Barat yang

dilaksanakan pada bulan April – Juni 2014.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer dilakukan dengan cara melakukan identifikasi bahaya

untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang terdapat ruang produksi

Page 31: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

11

Bidang Profilling Prismatic Machine, melakukan wawancara terbuka dan

mendalam kepada pihak manajemen K3LH, pengawas lapangan (Supervisor),

dan Manajer mengenai proses, bahaya, dan pengendalian terhadap bahaya,

serta penerapan safety sign. Selanjutnya melihat kebutuhan safety sign dari

hasil identifikasi bahaya dan melakukan observasi kesesuaian keberadaan

safety sign yang di bandingkan dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499 serta

pengambilan dokumentasi dalam bentuk foto atau gambar tentang keberadaan

safety sign sebagai tanda bukti yang ada di Bidang Profilling Prismatic

Machine Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara

Indonesia. Data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen di bagian

Departemen K3LH. Dokumen yang digunakan yaitu prosedur penerapan

safety sign dengan No. Dok D4 S2 07.

Page 32: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya

Bahaya menurut OHSAS 18001 (2007) adalah sumber, situasi atau

tindakan yang menyebabkan kerugian bagi manusia, baik yang bisa

menyebabkan luka-luka, gangguan kesehatan ataupun kombinasi dari

keduanya (OHSAS, 2007).

Potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, diantaranya (Tarwaka,

2008) :

a. Potensi bahaya dari bahan – bahan yang berbahaya

b. Potensi bahaya udara bertekanan

c. Potensi bahaya udara panas

d. Potensi bahaya kelistrikan

e. Potensi bahaya mekanik

f. Potensi bahaya gravitasi

g. Potensi bahaya radiasi

h. Potensi bahaya mikrobiologi

i. Potensi bahaya kebisingan dan getaran

j. Potensi bahaya ergonomi

k. Potensi bahaya lingkungan kerja

l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas dan jasa, proses

produksi, properti, image publik.

Page 33: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

13

2.2 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja menurut Suma’mur (1981) adalah pengetahuan

tentang upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan

penggunaan mesin, pesawat, alat, bahan, dan proses pengolahannya,

lingkungan tempat kerja serta melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan

itu sendiri adalah sebagai berikut (Suma'mur, 1981) :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatn setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di atur dalam Undang-Undang

keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (UUK3, 1970) :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

Page 34: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

14

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,

sinar atau radiasi, suara dan getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

cara dan proses kerjanya

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan

dan penyimpanan barang

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r. Menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dalam implementasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja di

lingkungan kerja dibutuhkannya sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang melindungi pekerja dari berbagai macam bahaya,

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan melaksanakan upaya K3 secara

Page 35: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

15

efisien dan efektif. Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan

suatu set elemen-elemen yang terkait untuk menetapkan kebijakan dan

sasaran untuk mencapai objektif tersebut. Menurut OHSAS 18001,

manajemen risiko terbagi atas 3 bagian yaitu Hazard Identification, Risk

Assessment, dan Risk Control, biasa dikenal denganHIRARC. HIRARC

terdapat pada awal elemen perencanaan sistem manajemen K3 yang dijadikan

sebagai pangkal dari pengelolaan K3 (Ramli,2010).

Menurut OHSAS 18001 (2007), HIRARC harus dilakukan di seluruh

aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung

potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja.

2.2.1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak

diinginkan yang dapat berakibat cedera, gangguan kesehatan hingga

kematian pada manusia, kerusakan properti, gangguan terhadap

pekerjaan (kelancaran proses produksi) atau pencemaran (Suardi,

2005). Beberapa ahli juga mendefinisikan kecelakaan kerja, yaitu

diantaranya:

Suma’mur (1981) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan

berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan

disini yaitu berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Page 36: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

16

Tarwaka (2008) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang

dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau

properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan denganya

Sedangkan menurut UU No.03 Tahun 1992 Kecelakaan kerja

adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan

kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah

melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Sehingga pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwa kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang tidak

diinginkan karena dapat mengakibatkan kerugian berupa cidera,

kerugian atau kerusakan property, kerugian materi, gangguan

kesehatan, bahkan menyebabkan kematian. Semuanya dapat

diartikan menimbulkan kerugian baik kerugian manusia (harm to

people), kerusakan material (damage to property), terhentinya

proses kerja (loss to process).

2.2.2 Incident

Incident yaitu suatu kejadian yang tidak diinginkan,

bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat

Page 37: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

17

mengakibatkan terjadinya accident (Widodo Siswowardojo,

2003). Critical incident adalah setiap luka atau kecelakaan kerja

yang menyebabkan :

a. Masuk rumah sakit

b. Kematian karyawan

c. Kematian pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan dan atau

karyawan yang terlibat ketika menjalankan tugas pekerjaan.

d. Permulaan penuntutan

e. Persoalan perbaikan atau pengumuman larangan.

Near miss adalah insiden dimana belum sempat terjadi

kecelakaan atau penyakit. Sehingga menurut OHSAS 18001:2007,

incident dapat berupa kecelakaan atau near miss (OHSAS, 2007).

2.3 Manajemen Risiko

Menurut Webb (1994) manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang

dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui melalui rencana

analisa risiko atau bentuk observasi lain untuk meminimalisasi konsekuensi

buruk yang mungkin muncul. Sedangkan menurut Kerzner Harold (2001)

mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian

kegiatan yang berhubungan dengan resiko, dimana didalamnya termasuk

perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa),

penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.

Page 38: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

18

Sebagaimana penjelasan menurut beberapa ahli diatas bahwa

manajemen risiko adalah sebagai bentuk atau upaya untuk mengelola

terhadap risiko untuk meminimalisasikan konsekuensi bruuk yang mungkin

terjadi, dapat dilakukan dengan cara perencanaan, identifikasi, penanganan /

pengendalian, dan pemantauan risiko.

Didalam manajemen keselamatan dan kesehatan kerja juga mengatur

manajemen risiko dengan tujuan untuk mengurangi konsekuensi buruk yang

mungkin akan muncul dalam kegiatan industri. Menurut OHSAS 18001

dalam Ramli (2010). Manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola

risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera

pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan. Karena

itu salah satu klausal dalam siklus manajemen K3 adalah mengenai

manajemen risiko. Manajemen risiko dalam K3 yaitu HIRARC (Hazard

Identification, Risk Assessment, dan Risk Control).

Menurut standar AS/NZS 4360 dalam Ramli (2010) tentang standar

Manajemen Risiko, proses manajemen risiko mencakup lankah sebagai

berikut :

1. Menentukan konteks

2. Identifikasi risiko

3. Penilaian risiko

Analisa risiko

Evaluasi risiko

Page 39: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

19

4. Pengendalian risiko

5. Komunikasi dan konsultasi

6. Pemantauan dan tinjau ulang

2.3.1 Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah upaya

sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan

kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dengan

lebih berhati-hati, waspada dan melakukan langkah-langkah

pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.

Namun demikian tidak semua bahaya dapat dikenali dengan

mudah.Bahkan untuk mencapai zero accident di lingkungan kerja

adalah hal yang paling sulit, karena kemungkinan bahaya dan risiko

pasti akan terus ada jika lingkungan kerja belum dikenali bahayanya

serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasi bahaya tersebut dalam

menekan tingkat risiko accident masih minim dilakukan. Hal ini

dipengaruhi oleh pengetahuan dan kreativitas pekerja safety dalam

mengkaji pekerjaannya untuk menurunkan risiko kecelakaan, baik

dalam engineering control maupun administrative control.

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam

mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya merupakan

upaya sistematis untuk mengetahuin adanya bahaya dalam aktivitas

Page 40: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

20

organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen

risiko. tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mumgkin melakukan

pengelolaan risiko dengan baik (Ramli, 2010c). Identifikasi bahaya

mungkin didapat dari penggunaan berbagai macam alat, stategi, dan

sumber informasi, sumber informasi itu diantaranya (Taylor, 2004) :

Material safety data sheet (MSDS)

National, kecelakaan kerja berdasarkan daerah

Pengetahuan tentang bahaya kima dan penilaian dokumen

dibawah protokol OECD

Standar atau kriteria keselamatan dan kesehatan kerja

Menurut Ramli (2010b. P.84) prosedur identifikasi bahaya

dan penilaian risiko harus mempertimbangkan :

a. Aktivitas rutin dan non rutin

b. Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tempat

kerja termasuk kontraktor

c. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya

d. Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja

yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan

keselamatan manusia yang berada dibawah perlindungan

organisasi di dalam tempat kerja

Page 41: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

21

e. Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dari aktivitas

yang berkaitan dengan pekerjaan yang berada dibawah kendali

organisasi

f. Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, apakah yang

disediakan organisasi atau pihak lain

g. Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, kegiatannya

atau material

h. Modifikasi pada sistem manajemen K3, termasuk perubahan

sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas

Dalam teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang

dapat diklasifikasikan atas (Ramli, 2010) :

1. Teknik / metode pasif

2. Teknik / metode semiproaktif

3. Teknik / metode proaktif

Menurut Peraturan Kepala BATAN untuk mengenali

identifikasi bahaya pada tahapan kegiatan dan bahaya yang

ditimbulkan, diperlukan beberapa informasi kunci seperti tabel

berikut (BATAN, 2012) :

Page 42: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

22

Tabel 2.1 Informasi Identifikasi Bahaya

Parameter yang perlu

diketahui

Cara mendapatkan informasi

Tempat pekerjaan

dilakukan

Denah lokasi pekerjaan/lay out

Personil yang

melakukan

pekerjaan

Data pekerja, observasi

Peralatan dan bahan

yang digunakan

Daftar alat dan bahan yang

digunakan, MSDS, dan lain-lain

Tahanapan/urutan

pekerjaan

Diagram alir/prosedur/instruksi

kerja

Tindakan kendali

yang telah ada

Laporan kecelakaann dan/atau

PAK

Peraturan terkait

yang mengatur

Peraturan perundang-undangan,

standar, dan pedoman

Wawancara, inspeksi, audit dan

lain-lain

Sumber : Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor :

020/Ka/I/2012

Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususunya untuk

melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendaliannya

Page 43: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

23

diperlukan metode atau perangkat. Berikut adalah identifikasi yang lebih

rinci untuk potensi bahaya dan risiko yang dilakukan berdasarkan

macam, penyebab, atau akibat yaitu diantaranya :

2.3.1.1 Preliminary Hazard Analysis (PHA)

Preliminary Hazard Analysis (PHA) menurut Budiono

(2003) yaitu metode identifikasi yang dilaksanakan sebagai analisis

awal.

2.3.1.2 Hazard and Operability Analysis (HAZOP)

Hazard and Operability Analysis (HAZOP) yaitu suatu

metode identifikasi bahaya yang digunakan untuk industri proses

seperti industri kimia, petrokimia, dan kilang minyak (Budiono,

2003). Dalam teknik HAZOP ini analisis lebih detail pada disain

dan operasi. Dengan kata lain metode ini digunakan sebagai upaya

pencegahan sehingga proses yang berlangsung dalam suatu sistem

dapat berjalan lancar dan aman (Juliana, 2008).

Tujuan penggunaan HAZOP sendiri adalah untuk meninjau

suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis untuk

menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah

kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. HAZOP secara

sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan penyimpangan

(deviation) dari kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu

plant, mencari berbagai faktor penyebab yang memungkinkan

Page 44: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

24

timbulnya kondisi abnormal tersebut, dan menentukan konsekuensi

yang merugikan sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta

memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan

untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah berhasil

diidentifikasi (Munawir, 2010).

Langkah-langkah untuk melakukan identifikasi bahaya

dengan menggunakan HAZOP worksheet dan Risk Assessment

adalah sebagai berikut (Nugroho,dkk. 2013) :

1. Mengetahui urutan proses yang ada pada area penelitian.

2. Mengidentifikasi bahaya yang ditemukan pada area penelitian.

3. Melengkapi kriteria yang ada pada HAZOP worksheet dengan

urutan sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan bahaya yang ditemukan (sumber

bahaya dan frekuensi temuan bahaya)

b. Mendeskripsikan penyimpangan yang terjadi selama

proses operasi

c. Mendeskripsikan penyebab terjadinya penyimpangan

d. Mendeskripsikan apa yang dapat ditimbulkan dari

penyimpangan tersebut (consequences).

e. Menentukan tindakan sementara yang dapat dilakukan.

f. Menilai risiko (risk assessment) yang timbul dengan

mendefinisikan kriteria likelihood dan consequences

Page 45: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

25

(severity). Kriteria likelihood yang digunakan adalah

frekuensi dimana dalam perhitunganya secara kuantitatif

berdasarkan data atau record perusahaan selama kurun

waktu tertentu. Kriteria consequences (severity) yang

digunakan

Tabel 2.2 Contoh Worksheet Hazard and

Operability Analysis (HAZOP)

Node : 1. Tangki Air

Type : Tangki

Design Condition : Level

Deviasi : More Level

Causes Consequences

Risk

Matrix Safeguards Recommendations

S L RR

1. Pelampun

g rusak

1. Level ditangki

naik

2. Air tumpah

3. Rumah banjir

1 2 2 Tidak ada 1. periksa

pelampung

berkala

2. Auto

switch

tidak

berfungsi

1. Pompa tidak bisa

berhenti

2. Pompa panas

3. Air tumpah

2 3 6 Tidak ada Periksa secara

berkala

3. Pipa

penyalur

dari tangki

buntu

1. Air tidak keluar

dari tangki

2. Level tangki naik

3. Tangki luber

2 2 4 Level

alarm

1. Periksa pipa

2. Flushing

berkala

Sumber : Ramli (2010)

Page 46: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

26

2.3.1.3 Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) menurut Ramli

(2010) yaitu metode yang ditunjukkan untuk menilai potensi

kegagalan dalam produk atau proses. FMEA merupaka kajian

bahaya yang sistematis, terstruktur, dan komprehensif. FMEA

adalah suatu tabulus dari sistem, peralatan pabrik, dan pola

kegagalannya serta efeknya terhadap operasi, dapat dikatakan

suatu uraian mengenai bagaimana suatu peralatan dapat

mengalami kegagalan.

Tabel 2.3 Contoh Worksheet Failure Modes and Effect

Analysis FMEA

Subsistem: 1. Tangki bahan bakar

Type:

FAILURE

MODES EFFECTS

RISK MATRIX CONTROLS

RECOMMEND

ATIONS

STA

TUS LL S RR

Tangki bocor Efek minyak

kosong,

mesin mati

4 2 T Standar

ketebalan

lapisan

Tank diperiksa

berkala

Minyak

bercampur air

Mesin mati 4 2 T Saringan Periksa kualitas

BBM

Pelampung

rusak

Ketinggian

BBM tidak

terdeteksi

3 3 M Indicator

instrumen

Periksa berkala

Pipa penyalur

bocor

Aliran BBM

berkurang

Pembakaran

tidak

sempurna

Kebakaran

jika kontak

dengan panas

BBM boros

4 3 M Ketebalan

Pipa

Penyalur

Pemasangan pipa

pada posisi yang

aman terhadap

benturan

Sumber : Ramli (2010)

Page 47: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

27

2.3.1.4 Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) menurut Soeripto (1997) adalah

suatu cara yang digunakan untuk memerikasa metode kerja dan

menentukan bahaya yang sebelumnya telah diabaikan dalam

merencanakan pabrik atau gedung dan didalam rancang bangun

mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja,

dan proses.

Pekerjaan yang memerlukan kajian JSA, antara lain :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki

angka kecelakaan tinggi

2. Pekerjaan berisiiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya

membersihkan kaca dengan gondola

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui

secara persis bahaya yang ada

4. Pekerjaan yang rumit atau kompleks dimana sedikit kelalaian

dapat berakibat kecelakaan atau cedera.

Langkah dalam melakukan JSA , yaitu (Ramli, 2010a) :

1. Pilih pekerjaan yang akan dianalisa

2. Pecah pekerjaan menjadi langkah aktivitas

3. Identifikasi potensi bahaya pada setiap langkah

4. Tentukan langkah pengamanan untuk megendalikan bahaya

5. Komunikasikan kepada semua pihak yang berkepentingan

Page 48: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

28

Tabel 2.4 Contoh Job Safety Analysis Worksheet

Pekerjaan : Mengganti Ban Serap

Langkah 1 : Memasang dongkrak

Potensi

Cedera

Konsekuen

si

Risk Matrix Pengendalian

yang ada

saran Tanggu

ng

jawab

S L R

R

1. Tangan

terjepit

1. Luka

sayat

2 3 6 1. Tidak ada 1. Jaga

posisi

2. Dongkra

k lepas

1. Cedera

2. Mobil

anjlok

2 2 4 1. Pasang

pengaman

1. Posisi

dongkra

k

diperiks

a

3. Dst. 2 2 4

Sumber : Ramli (2010)

2.3.1.5 Task Risk Assessment (TRA)

Task Risk Assessment (TRA) menurut Ramli (2010) yaitu

metode identifikasi bahaya yang dilakukan untuk mengetahui apa

saja dan besarnya potensi bahaya yang timbul selama kegiatan

berlangsung.

Pekerjaan yang memerlukan TRA yaitu :

1. Mengandung potensi bahaya yang tinggi seperti bekerja di

ketinggian, pembersihan tangki, pengelasan dan lainnya

2. Pekerjaan yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan

3. Pekerjaan yang bersifat baru atau jarang / belum pernah

dilakukan sebelumnya

Page 49: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

29

Teknik melakukan TRA, yaitu :

1. Tentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa

2. Identifikasi apa saja aktivitas, material, peralatan, atau prosedur

kerja yang digunakan

3. Analisa semua potensi bahaya yang dapat terjadi untuk setiap

aktivitas dan konsekuensinya

4. Tentukan tingkat risiko untuk masing-masing aktivitas

5. Tentukan apa langkah pengamanan yang dperlukan

6. Tentukan sisa risiko dapat (residual risk) yang ada setelah

dilakukan langkah pengamanan

7. Jika risiko dapat diterima (tolerable) pekerjaan dapat

dilangsungkan, tetapi jika risiko di atas batas yang dapat

diterima perlu dipertimbangkan langkah pengamanannya

lainnya, seperti perubahan metoda kerja, peralatan, atau

prosedur. Jika tidak memungkinkan pekerjaan dibatalkan.

\

Page 50: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

30

Tabel 2.5 Contoh Analisis Risiko dengan Task Risk

Assessment (TRA)

No : ANALISA RISIKO PEKERJAAN Hal :

Pekerjaan Assessed by ; ……………………

No.

Activitas

Fasilitas

Alat

Potensi

Bahaya

Konsekuensi

Bahaya

Pengama

n yang

ada

Peringkat Risiko Saran Sisa Risiko

L

L S

R

R

Risi

ko

L

L S

R

R Risiko

1. Pompa Sembur

an

minyak

kebakaran

jika kontak

dengan

panas

pencemara

n

cedera

manusia

Katup

buang

Sumber : Ramli (2010)

2.3.1.6 Checklist (Daftar Periksa)

Metode daftar periksa untuk mengidentifikasi bahaya sangat

mudah dan sederhana yaitu dengan membuat daftar pmeriksaan

bahaya di tempat kerja (Ramli, 2010).

Hal yang perlu di perhatikan dalam metode ini, yiatu :

1. Metode bersifat spesifik untuk peralatan atau tempat kerja

tertentu. Daftar periksa untuk gudang berbeda dengan daftar

periksa untuk bengkel atau unit proses,

2. Daftar periksa harus dikembangkan oleh orang yang

memahami atau mengenal tempat kerja atau peralatan. Dengan

demikian daftar periksa dapat menjangkau setiap kemungkinan

bahaya yang ada,

Page 51: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

31

3. Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala, terutama jika

ditemukan ada bahaya baru, atau penambahan dan perubahan

sarana produksi, sistem atau proses, dan

4. Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka yang mengenal

dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam

pemahamannya, semakin rinci identifikasi bahaya yang apat

dilakukan. Karena itu, pengembangan daftar periksa perlu

melibatkan para pekerja setempat.

Tabel 2.6 Contoh Checklist

NO. PERTANYAAN YA TIDAK

1.

Apakah kondisi lantai dalam keadaan bersih dan tidak

licin?

2. Apakah penerangan cukup dan kondisi baik

3. Apakah jalan-jalan aman dan tidak terhalang

4. Apakah ventilasi mencukupi dan terpelihara

5.

Apakah semua peralatan listrik dalam kondisi baik dan

aman?

6. Apakah alat pemadam tersedia dan kondisi baik ?

Page 52: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

32

7.

Apakah semua alat kantor dalam kondisi baik dan

aman ?

2.3.1.7 Brainstorming

Brainstorming menurut Ramli (2010) yaitu melakukan

identifikasi bahaya dengan berdiskusi dalam suatu kelompok atau

tim ditempat kerja, tim dapat berasal dari suau bidang atau

departemen tetapi dapat juga bersifat lintas fungsi. Dalam kelompok

ini, setiap pekerja dapat mengungkapkan seluruh pendapatnya

mengenai bahaya yang ada dilingkungan kerja.

Berdasarkan prosedur identifikasi bahaya yang dilaksanakan PT.

Dirgantara Indonesia tidak baku dalam industri penerbangan. Maka dari

itu, peneliti menggunakan metode Task Risk Assessment (TRA) dalam

pelaksanaan identifikasi bahaya guna mengetahui kebutuhan pengendalian

administrasi tepatnya dalam penerapan safety sign.

Penggunaan dengan metode TRA dalam mengidentifikasi bahaya

dalam penelitian ini tepat sekali digunakan oleh peneliti. Dalam

mengidentifikasi yang membutuhkan teknik TRA yaitu jika pekerjaan

mengandung potensi bahaya yang tinggi seperti bekerja di ketinggian,

pembersihan tangki, pengelasan dan lainnya, pekerjaan yang sebelumnya

Page 53: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

33

pernah mengalami kecelakaan, pekerjaan yang bersifat baru atau jarang /

belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan

karakterisitik keadaan dan pekerjaan yang terdapat di Bidang Profiling

Prismatic Machine yaitu memiliki mesin yang besar dan tinggi,

identifikasi bahaya jarang dilakukan, pernah terjadi kecelakan sebelumnya,

serta pekerjaan di bidang tersebut memiliki risiko yang tinggi.

Mengidentifikasi bahaya dengan metode TRA juga dapat dilakukan

berdasarkan jenis mesin. Oleh karena itu dalam proses mengidentifikasi

bahaya yang dilakukan oleh peneliti sendiri, peneliti menggunakan teknik

TRA.

2.3.2 Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu

risiko dan mentapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau ditolak.

Mencakup dua tahapan proses yaitu menganalisa risiko (analysis risk)

dan mengevaluasi risiko (evaluation risk). Analisa risiko adalah untuk

menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara

kemungkinan dengan terjadinya dan keparahan jika risiko itu terjadi.

Sedangkan evaluasi risiko adalah untuk menilai apakah risiko tersebut

dapat diterima atau tidak, dengan membandingkan dengan standar yang

berlaku (Ramli, 2010). Metode dalam analisa risiko, yaitu :

Page 54: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

34

2.3.2.1 Analisis kualitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa kualitatif

menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan

seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan di

ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk

menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus

diselesaikan (AS / NZS 4360 : 2004).

Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan / likelyhood

diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai risiko

yang dapat terjadi setiap saat.

Tabel 2.7

Ukuran Kualitatif dari “likelyhood” Menurut standar AS/NZS 4360

Peringkat Definisi Uraian

A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat

B Likely Kemungkinan terjadi sering

C Possible Dapat terjadi sekali-kali

D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang

Sumber : Australian/New Zealand Standard (2004)

Page 55: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

35

Tabel 2.8

Ukuran Kualitatif dari “consequency” MENURUT STANDAR

AS/NZS 4360

Peringkat Definisi Uraian

1 Insignifant

Tidak terjadi cedera, kerugian

finansial kecil

2 Minor

Cidera ringan, kerugian finansial

sedang

3 Moderate

Cidera sedang, perlu penanganan

medis, kerugian finansial besar

4 Major

Cidera berat lebih satu orang,

kerugian besar, gangguan

produksi

5 Catastrophic

Fatal lebih satu orang, kerugian

sangat besar dan dampak luas

yang berdampak panjang,

terhentinya seluruh kegiatan

Sumber : Australian/New Zealand Standard (2004)

Page 56: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

36

Tabel 2.9

Perkiraan Probabilitas

Peringkat Uraian Uraian

A Sering terjadi

> 0.1 kejadian (1 dalam 10

kemungkinan)

B Sangat mungkin terjadi 0,1 – 0,01

C

Dapat terjadi atau

pernah terdengar

kejadian serupa

0,01 – 0,001

D

Jarang terjadi atau tidak

pernah terdengar

kejadian serupa

0,001 – 0,000001

E

Kemungkinan sangat

kecil

< 0,000001

Sumber : Australian/New Zealand Standard (2004)

2.3.2.2 Analisis kuantitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa kuantitatif

menggunakan hasil perhitungan numerik untuk tiap konsekuensi dan

tingkat probabilitas dengan menggunakan data variasi, seperti

catatan kejadian, literatur, dan eksperimen. Dengan adanya sumber

data tersebut, hasil analisis kuantitatif memiliki keakuratan lebih

tinggi dibandingkan dengan analisis risiko yang lain (Kolluru, 1996).

Page 57: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

37

Tabel 2.10 Analisis Kuantitatif

Sambaran petir 0,0000001 atau 1 dalam 10 juta

kejadian

Kebakaran / ledakan dirumah 0,000001 atau 1 dalam 1 juta

Mati dalam “industri yang aman” 0,00001 atau 1 dalam 100.000

Mati dalam kecelakaan lalu lintas 0,0001 atau 1 dalam 10.000

Mati di pertambangan 0,001 atau 1 dalam 1000

Terbang dengan pesawat komersil 0,00001 atau 1 dalam 100.000

Merokok 0,05 atau 1 dalam 200

Sumber : Center for Chemical process Safety (CCPS) (2000)

Contoh teknik kuantitatif antara lain :

Fault Tree Analysis (FTA)

Analisis Lapis Proteksi (Layer of Protection Analysis – LOPA)

Analisa Risiko Kuantitatif (Quantitative Risk Analysis – QRA)

2.3.2.3 Analisis Semi Kuantitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa semi kuantitaif yaitu

pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif,

perbedannya terletak pada deskripsi parameter, pada analisis semi

kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Menurut AS /

NZS 4360 : 1999, analisis semi kuantitatif mempertimbangkan

Page 58: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

38

kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas

(likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi.

Tabel 2. 11

Analisis Semi Kuantitatif

Kemungkinan

Konsekuensi

Tidak signifikan

Kecil Sedang Berat Bencana

A T T E E E

B S T T E E

C R S T E E

D R R S T E

E R R S T T

E-Risiko Ekstrim Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumberdaya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.

T-Risiko Tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu dipertimbangkan sumberdaya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.

S-Risiko sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.

R-Risiko rendah Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.

Sumber : Ramli (2010b)

Page 59: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

39

2.3.3 Pengendalian Risiko

Risiko atau bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan

penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan

tingkat risiko atau bahaya ke titik yang aman. Untuk melakukan

pengendalian atau perubahan pengendalian risiko yang sudah ada

perlu melakukan tindakan yaitu hirarki pengendalian risiko. menurut

klausal 4.3.1 hirarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi,

pengendalian teknis, pengendalian administratif/rambu keselamatan,

dan alat pelindung diri.

Seringkali, proses-proses pengendalian risiko pada hirarki

HIRARC, berujung pada rekomendasi pemasangan tanda-tanda

peringatan bahaya, tanda-tanda anjuran, ataupun tanda-tanda larangan

yang kita kenal dengan safety sign (Safety Sign Indonesia, 2013).

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan

dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan hirarki yaitu

: (Ramli, 2010a)

1. Eliminasi

Elimininasi adalah teknik pengendalian dengan

menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup,

ceceran minyak dilantai dibersihkan, mesin yang bising

dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya

dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu,

Page 60: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

40

teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian

risiko.

2. Substitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian dengan mengganti

alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang

lebih aman atau yang lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak

digunakam, misalnya, bahan kimia berbahaya dalam proses

produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.

3. Engineering Control / pengendalian teknis

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana

teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian

bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain,

penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.

Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis

misalnya dengan memasang dengan peredam suara sehingga

tingkat kebisingan dapat ditekan.

Pencemaran diruang kerja dapat diatasi dengan memasang

sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi

dengan memasang pagar pengaman atau sistem interlock.

4. Administrative Control / pengendalian administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara

administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat,

cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau

Page 61: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

41

pemeriksaan kesehatan, pemasangan tanda bahaya atau rambu-

rambu keselamatan.

Pada administrative control atau pengendalian administratif

dilakukan shift kerja, rotasi kerja dan mutasi personel, prosedur kerja

keselamatan, pemasangan simbol/tanda-tanda bahaya termasuk

radiasi, lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data

Sheet:MSDS) didaerah kerja (BATAN, 2012). Contoh pengendalian

risiko pada administratif control menurut BATAN (2012) terbagi

menjadi 7 yaitu jadwal pemeliharaan, on the job training, standard

operating procedure (SOP), rambu/amaran atau peringatan, program

kepedulian, jawal pemantauan, kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

Pemasangan tanda keselamatan pada lingkungan kerja

adalah suatu upaya dalam implementasi pengendalian risiko yang

dapat mengantarkan paradigma pekerja untuk bekerja aman serta

menekan tingkat risiko. Lingkungan yang dikelilingi radiasi

khususnya wajib memasang tanda keselamatan agar pekerja maupun

pengunjung di wilayah pekerja mengetahui akan bahaya radiasi di

tempat tersebut ada. Dengan adanya tanda keselamatan atau rambu

keselamatan pekerja juga akan lebih awareness terhadap bahaya

dilingkungan kerja. Serta menjadikan petunjuk arah jika terjadi

keadaan darurat di tempat kerja. Menurut Ramli (2010b) bahaya yang

ada di tempat kerja memiliki perbedaan tergantung jenis pekerjaan dan

Page 62: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

42

tanda keselamatan mengikuti sesuai dengan bahaya atau lay out di

lingkungan kerja.

5. PPE / Alat pelindung diri

Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan

memakai alat pelindung diri. Misalnya, pelindung kepala, sarung

tangan, pelindung pernafasan (respirator/masker), pelindung jatuh, dan

pelindung kaki. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan

pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini

disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah

kecelakaan (reduce likelyhood) namun hanya sekedar mengurangi efek

atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).

Gambar 2.1 Hirarki Pengendalian

Sumber : Ramli (2010)

Page 63: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

43

2.4 Safety Sign (Tanda Keselamatan)

2.4.1 Pengertian

Safety sign adalah adalah tanda informasi yang bersifat

himbauan, peringatan, maupun larangan. Ditujukkan secara positif

untuk mengendalikan, mengatur, dan melindungi publik. (Tinarbuko,

2008).

Pengertian safety sign atau tanda keselamatan menurut

beberapa sumber yaitu :

a. Menurut OSHA

Menurut OSHA, Sign / tanda adalah peringatan bahaya,

sementara atau permanen ditempelkan atau ditempatkan, di lokasi

di mana terdapat bahaya. Tanda-tanda akan dihapus ketika bahaya

sudah tidak ada lagi atau ditutupi selama jam ketika tidak ada

bahaya bagi pekerja atau masyarakat.(Simpson, 2013).

OSHA mempersempit ruang lingkup untuk menutup semua

tanda-tanda keselamatan kecuali orang-orang yang dirancang untuk

jalan-jalan, jalan raya, rel kereta api dan peraturan kelautan.

Spesifikasi tidak berlaku untuk papan buletin tanam atau poster

keselamatan. Peraturan tanda OSHA fokus pada pencegahan

potensi bahaya yang dapat menyebabkan cedera pada pekerja atau

masyarakat, atau kerusakan properti. (Simpson, 2013).

Page 64: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

44

Rambu- rambu / simbol- simbol K3 adalah peralatan yang

bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan

keselamatan para karyawan dan pengunjung yang sedang berada di

tempat kerja. Rambu-rambu keselamatan berguna untuk

(Abdurrahman, 2013) :

a. Menarik perhatian terhadap adanya bahaya kesehatan dan

keselamatan kerja.

b. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak

terlihat.

c. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.

d. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan

peralatan perlindungan diri.

e. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.

f. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan

yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan.

b. Menurut ANSI (American National Standard Institute)

Safety Sign menurut standar ANSI yaitu tanda-tanda

keselamatan yang dapat menarik perhatian dengan jelas

mengingatkan tentang potensi bahaya. Meskipun banyak

organisasi dan perusahaan telah membuat pedoman sendiri untuk

memproduksi tanda-tanda keselamatan yang efektif dan nyata.

Standar yang ditetapkan oleh American National Standards

Page 65: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

45

Institute (ANSI) biasanya norma yang paling diterima dalam

penerapan tanda (Marquette, 2013).

c. Menurut BSI (British Standard Institute)

British Standar Institute (BSI) adalah standar mengenai

penerapan tanda keselamatan. BSI memberikan peningkatan

representatif teknis dari tanda-tanda keselamatan dan

memperkenalkan prinsip utama sebagai berikut (BSI, 1996) :

- Memberikan rekomendasi dengan penggunaan huruf besar

dan kecil

- Memberikan penjelasan untuk orang tuna netra agar

membaca dan memahami seperti: peringatan, Api keluar

dll.

- Semua tanda-tanda keselamatan BSI sekarang mematuhi

standar dengan teknis terbaru lainnya.

Standar safety sign dengan BSI series 5499 peneliti gunakan

dalam acuan penelitian mengenai kesesuaian keberadaan safety

sign. Semua standar safety sign yang ada memiliki kelebihan

masing-masing, akan tetapi dengan standar BSI dijelaskan

secara rinci mengenai ukuran, warna, spesifikasi, jenis, bentuk,

dan sebagainya secara lengkap.

Page 66: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

46

Pembuatan Safety Sign yang baik menurut Sumbo

Tinarbuko (2008), yaitu harus memenuhi 4 kriteria berikut ini :

1. Mudah dilihat

Penempatan sign juga harus dipikirkan secara tepat. Dan

penempatan sign yang baik yaitu ditempat yang mudah

diakses orang.

2. Mudah dibaca

Bentuk huruf atau tipografi yang digunakan dalam sign.

Sebisa mungkin dapat terbaca.

3. Mudah dimengerti

Bentuk penulisan yang tertera pada sign harus mudah untuk

dipahami. Bentuk tulisan juga sebisa mungkin singkat dan

padat.

4. Dapat dipercaya

Kebenaran informasi yang ada dapat dipercaya tidak

menyesatkan.

Menurut Sumbo Tinarbuko (2008) dalam merancang desain

untuk Sign sistem harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini

:

1. Memahami institusi dan lingkungannya serta mengetahui

kegiatan utama institusi tersebut.

Page 67: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

47

2. Mengidentifikasi fasilitas yang akan dipresentasikan. Serta sign

harus mengidentifikasikan fasilitas apa saja yang ada di institusi

itu.

3. Menentukan lokasi penempatan serta lokasi harus mudah dilihat

dan mudah diakses oleh semua orang.

4. Implementasi sign sistem. Selain desain, kita juga harus

memperhatikan material Dalam pembuatan sign. Sekarang ini,

desain menarik dan informasi yang benar saja tidaklah cukup.

2.4.2 Kategori Safety sign

2.4.2.1 Kategori Berdasarkan OSHA

Berikut adalah spesifikasi safety sign menurut OSHA dalam

(Simpson, 2013) , yaitu :

a. Tanda Bahaya / Danger Sign

OSHA membutuhkan tanda bahaya menjadi merah untuk

panel atas dengan garis hitam di perbatasan dan panel bawah putih

untuk kata-kata tambahan. Tidak ada variasi yang diizinkan.

OSHA mensyaratkan majikan untuk mendidik karyawan bahwa

tanda-tanda bahaya dan tindakan pencegahan yang diperlukan.

Gambar diterima tanda bahaya yang terkandung dalam peraturan

OSHA (Simpson, 2013).

Page 68: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

48

b. Tanda Peringatan / Warning Sign

Tujuan dari tanda hati-hati adalah untuk memperingatkan

potensi bahaya atau untuk mengingatkan terhadap praktik yang

tidak aman. Menurut peraturan OSHA, tanda hati-hati memiliki

latar belakang kuning. Hitam diperlukan untuk panel atas dengan

tulisan kuning, membaca “PERHATIAN” Semakin rendah panel

kuning untuk kata-kata tambahan yang harus hitam. Bahan tanda

dan warna yang ditetapkan dalam Standar Nasional Amerika dan

dihubungkan pada website OSHA (Simpson, 2013).

c. Tanda Exit / Keluar (Emergency Sign)

OSHA membutuhkan tanda keluar berada di latar belakang

putih dengan huruf merah tidak kurang dari 6 inci tinggi. Script

Font harus tidak kurang dari 3/4th dari satu inci tebal.

d. Tanda dan Arah Keselamatan

Tanda keselamatan harus memiliki putih dengan panel atas

hijau dengan tulisan putih untuk menyampaikan pesan utama.

Panel bawah adalah menjadi huruf hitam pada latar belakang putih.

OSHA membutuhkan tanda-tanda arah untuk penggunaan non-lalu

lintas harus memiliki latar belakang putih dengan panel hitam dan

simbol directional putih.

Page 69: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

49

e. Tanda Lalu Lintas

Daerah konstruksi harus memiliki tanda lalu lintas terbaca

yang memperingatkan bahaya. Semua rambu lalu lintas dan

perangkat yang digunakan untuk melindungi pekerja konstruksi

harus sesuai dengan Bagian VI Manual Uniform Traffic Control

Devices. Salinan manual ini tersedia di situs OSHA.

2.4.2.2 Kategori Berdasarkan ANSI Z535

Klasifikasi Safety Sign menurut standard ANSI Z535, yaitu :

(Marquette, 2013)

a. Tanda Bahaya (Danger Sign)

ANSI telah metetapkan kata bahaya untuk

menggambarkan bahaya langsung yang dapat mengakibatkan

cidera parah atau kematian. Bahaya merupakan tingkat

tertinggi bahaya dalam situasi tertentu. ANSI juga telah diberi

warna merah untuk menunjukkan bahaya atau berhenti.

b. Tanda Peringatan (Warning Sign)

Peringatan menandakan tingkat tertinggi kedua dari

bahaya dan situasi indicatespotentially berbahaya di mana akan

memungkinkan terluka parah atau kematian. Warna oranye

digunakan pada tanda peringatan untuk memberi tahu bagian

dari mesin yang tidak aman dan yang peralatan energi.

Page 70: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

50

c. Tanda Waspada (Caution Sign)

Tanda hati-hati mengingatkan pada situasi yang

membahayakan seperti menderita cedera kecil atau sedang,

atau memperingatkan terhadap perilaku berisiko. Selain itu

tanda hati-hati menurut ANSI dengan latar belakang kuning

solid, garis-garis kuning dan hitam atau pola kotak-kotak

kuning dan hitam.

d. Tanda Keselamatan lainnya (Others Safety Sign)

Tidak terkait dengan warna, tanda-tanda pemberitahuan

memberitahu tentang pedoman perusahaan yang berhubungan

dengan keselamatan atau keamanan properti perusahaan.

Tanda-tanda keselamatan umum memberikan petunjuk tentang

langkah-langkah keamanan yang tepat, praktek-praktek

keselamatan dan di mana untuk menemukan peralatan

keselamatan. Tanda-tanda ini tidak terkait dengan warna

tertentu. Tanda-tanda keselamatan kebakaran mengingatkan ke

lokasi alat pemadam kebakaran seperti alat pemadam

kebakaran. ANSI belum diberi warna wajib untuk tanda-tanda

ini.

Page 71: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

51

e. Warna Keselamatan (Color Safety)

Beberapa warna keselamatan ANSI tidak berhubungan

dengan kata tertentu, tetapi mengidentifikasi peralatan dan

lokasi. Hijau mengidentifikasi peralatan keselamatan, kit

pertolongan pertama dan pintu keluar darurat. Biru

menandakan adanya informasi keselamatan pada tanda-tanda

dan papan buletin. Sampai saat ini, warna ungu, abu-abu dan

coklat tidak membawa makna tertentu.

f. Penempatan

Sama seperti ANSI mengatur warna dan kata-kata pada

tanda, juga mendikte penempatan tanda-tanda keselamatan, dan

tidak harus berada dalam bahaya sebelum melihat tanda. Ini

berarti bahwa semua tanda-tanda keselamatan harus digantung

di lokasi yang memberikan banyak waktu untuk menghindari

bahaya. Kata-kata pada tanda harus dapat dibaca dan

ditempatkan di lokasi di mana tidak menjadi bahaya untuk diri

sendiri. Selain itu tanda tidak dapat menggantung di pintu,

jendela atau benda portabel lainnya yang pergerakan objek

akan menyembunyikan tanda.

Page 72: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

52

Menurut Standar ANSI Z535.4-2007 for Product Safety Sign

and Labels, panel pesan sinyal ditandai dengan warna sign yang

berbeda-beda, yaitu diantaranya :

a. Danger sign / tanda bahaya background berwarna

merah dengan kata DANGER berwarna putih.

Mengindikasikan situasi bahaya yang memiliki

kemungkinan tinggi terjadinya kematian atau luka serius.

b. Warning sign / tanda peringatan background

berwarna oranye dengan kata WARNING berwarna

hitam. Mengindikasikan situasi kemungkinan terjadinya

kecelakaan serius atau kematian.

c. Caution sign / tanda waspada background berwarna

kuning dan kata CAUTION berwarna hitam.

Mengindikasikan situasi berbahaya yang bisa

menyebabkan luka ringan atau sedang.

d. Notice sign / perhatian background berwarna biru

dengan kata NOTICE berwarna putih. Mengindikasikan

pesan yang disampaikan berhubungan dengan

keselamatan personil atau perlindungan terhadap properti

perusahaan bersangkutan

e. Emergency / safety first / utamakan keselamatan

background berwarna hijau dan gambar atau kata

berwarna putih. Memberikan Instruksi-instruksi umum

Page 73: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

53

yang berhubungan dengan praktek kerja yang aman dan

memberikan tanda jalur evakuasi.

Disain safety sign dengan ANSI dilengkapi dengan signal

word seperti warning, danger, caution, notice, safety first seperti

penjelasan diatas juga dilengkapi dengan symbol panel /

piktogram serta terdapat kalimat yang memberikan pesan dari sign

tersebut. Contohnya seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.2 Format safety sign yang dilengkapi signal

word panel dan word message

Sumber : ANSI Z535.4-2007 for Product Safety Sign and

Labels.

Page 74: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

54

Piktogram / simbol yang dimilki standar Amerika

berdasarkan ANSI Z535.3-2011 Criteria for Safety Symbol yaitu

dapat digambarkan sebgai berikut :

Page 75: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

55

Gambar 2.3Piktogram dengan STANDAR ANSI Z535

Sumber : ANSI Z535.3-2011 Criteria for Safety Symbol.

2.4.2.3 Kategori Safety Sign menurut BSI 5499

Berdasarkan warna, piktogram, simbol pada standar BSI sedikit

memilki perbedaan dengan standar ANSI, akan tetapi maksud dan

Page 76: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

56

tujuanya sama. Berikut adalah kategori safety sign dengan panel simbol

prohibition / tanda larangan, command yaitu tanda mengindikasikan

peralatan keselamatan, danger yang mengindikasikan adanya bahaya,

rescue yang memberikan info kerja secara aman, fire protection yaitu

mengindikasikan adanya alat pemadam kebakaran.

Gambar 2.4 Kategori safety sign

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Page 77: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

57

Gambar 2.5 Kategori safety sign

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

a. Tanda Larangan (Prohibition Sign)

Prohibition Sign adalah salah satu rambu larangan

dalam British Standard (BS) yang sering digunakan oleh

perusahaan-perusahaan Multinasional yang berpusat di Inggris

juga atau negara-negara persemakmuran, seperti Australia,

Page 78: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

58

Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering pula digunakan

perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.

Prohibited Sign dalam bahasa indonesia disebut rambu

larangan, bertujuan untuk memberitahukan kepada orang yang

melihat untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang tersebut

karena dapat mengakibatkan kecelakaan fatal. Prohibited Sign

ditandai dengan piktogram berwarna hitam yang dikelilingi

geometri outline lingkaran dan tanda silang tunggal berwarna

merah.

Gambar 2.6 Tanda Larangan

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Page 79: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

59

b. Tanda Bahaya (Danger Sign)

Tanda bahaya adalah rambu bahaya, yang

mengindikasikan kondisi yang sangat dekat dengan bahaya,

yang jika tidak dihindari, akan menyebabkan kematian atau

cedera serius. Rambu ini dibatasi penggunaannya hanya untuk

kondisi yang sangat ekstrim saja. Danger Sign ditandai dengan

bagian header berwarna merah ditambah geometri segitiga

dengan tanda seru dan tulisan danger atau bahaya berwarna

putih. Danger Sign yang sering digunakan antara lain : Bahaya

listrik tegangan tinggi, Bahaya radiasi, Bahaya bahan beracun,

dan lain-lain.

Gambar 2.7 Tanda Bahaya

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Page 80: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

60

c. Tanda Keadaan Darurat (Safety First / Emergency Sign)

Safety First / Emergency Sign adalah rambu utamakan

keselamatan / darurat. Walaupun pada beberapa industri di

Indonesia ada yang menggunakan header Safety First

(Utamakan Keselamatan) dan ada pula yang menggunakan

header Emergency (Darurat), namun pada prinsipnya Safety

First / Emergency Sign digunakan untuk menyampaikan

instruksi umum yang berhubungan dengan praktik kerja aman,

mengingatkan prosedur keselamatan yang sesuai dan

menunjukkan lokasi peralatan keselamatan. Safety First /

Emergency Sign ditandai dengan bagian header berwarna hijau

dan tulisan Utamakan Keselamatan / Darurat berwarna putih.

Page 81: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

61

Gambar 2.8 Tanda Keadaan Darurat

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

d. Tanda Api

Fire Sign / tanda api adalah salah satu rambu

pemadaman api yang cukup populer dalam British Standard

(BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan

Multinasional yang berpusat di Inggris atau negara-negara

persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan

Page 82: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

62

lain-lain. Sering pula digunakan perusahaan multinasional yang

berasal dari Eropa. Fire Sign dalam bahasa indonesia disebut

rambu pemadaman api, bertujuan untuk memberikan informasi

kepada orang yang melihatnya agar mengetahui dimana letak

peralatan pemadaman api seperti fire extinguisher, fire hydrant,

fire alarm, dan lain-lain ketika terjadi kebakaran. Fire Sign

ditandai dengan piktogram berwarna putih yang dikelilingi

bentuk geometri segi empat berwarna merah.

Page 83: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

63

Gambar 2.9 Tanda Api

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

e. Tanda Kondisi Aman

Safe Condition Sign adalah salah satu rambu

penyelamatan dalam British Standard (BS) yang sering

Page 84: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

64

digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional yang

berpusat di Inggris juga atau negara-negara persemakmuran,

seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering

pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari

Eropa.

Safe Condition Sign dalam bahasa indonesia disebut

rambu darurat, bertujuan untuk memberikan informasi kepada

orang yang melihatnya untuk mengetahui dimana letak

peralatan untuk menangani keadaan darurat. Safe Condition

Sign ditandai dengan pictogram berwarna putih yang dikelilingi

bentuk geometri segi empat berwarna hijau.

f. Tanda Perintah Alat Pelindung Diri (Mandatory Sign)

Mandatory Sign adalah tanda yang bertujuan untuk

memberikan perintah agar pekerja dalam kondisi aman dengan

menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan bahaya yang

ada di lingkungan kerja.

Page 85: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

65

Gambar 2.10 Tanda Perintah APD (1)

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Page 86: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

66

Gambar 2.11 Tanda Perintah APD (2)

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Page 87: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

67

2.4.3 Psikologi Warna Berdasarkan BSI 5499

Gambar 2.12 Psikologi Warna Menurut BSI

Sumber : Standar BSI 5499 (www.bradyeurope.com)

Dimulai dari warna adalah peran penting sebagai tanda

keselamatan (safety sign), diantaranya dapat menyampaikan

pesan dan dapat memberikan arti keselamatan secara spesifik.

Sifat dari warna tanda keselamatan, yang artinya adalah :

- Merah : Larangan

- Biru : Perintah / saran

- Kuning : Peringatan / Perhatian

- Hijau : Kondisi selamat dan pertolongan pertama

Page 88: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

68

Berdasarkan studi pendahuluan PT. Dirgantara Indonesia dalam penerapan

safety sign juga menggunakan standar ANSI dan BSI (pihak ketiga perusahaan).

Oleh karena itu,dalam penelitian ini standar yang lebih cocok digunakan di PT.

Dirgantara Indonesia dalam menganalisa penerapan standar safety sign yaitu

dengan standar ANSI dan BSI.

2.5 Kerangka Teori

2.1 Bagan Alur. Kerangka Teori

Penilaian

Risiko

Pengendalian

bahaya

Bahaya / Hazard

Kebutuhan

safety sign

Page 89: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

69

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk menganalisis

kesesuaian keberadaan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya di

Bagian Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat

Produksi PT. Dirgantara Indonesia. Setelah diketahui bahaya dan mengetahui

apa saja kebutuhan safety sign yang dibandingkan dengan konsep standar

safety sign ANSI Z535 dan BSI 5499.

Pengambilan data primer yaitu melakukan identifikasi bahaya di

Bidang Profilling Prismatic Machine dengan pengelompokkan mesin dan

proses kerjanya yang memiliki risiko bagi pekerja maupun tamu perusahaan

yang datang ke Bidang Profilling Direktorat Produksi. Maka langkah

selanjutnya yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan

yang bersangkutan untuk menemukan bagaimana langkah dalam menentukan

identifikasi bahaya dan menghasilkan kebijakan mengenai pengendalian

bahaya yang telah dilakukan. Selanjutnya menganalisa kebutuhan dan

kesesuaian safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya.

Page 90: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

70

Kerangka Berpikir

Input Proses

Output

3.1 Bagan Alur. Kerangka Konsep

1. Identifikasi bahaya dan

keberadaan safety sign

2. Indikator (undang –

undang , standar safety

sign, SOP)

Analisa kebutuhan safety

sign berdasarkan

identifikasi bahaya &

penilaian risiko

Kesesuaian keberadaan safety

sign dengan potensi bahaya

dan risiko dan standar ANSI

Z535 dn BSI 5499

Page 91: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

71

3.2 DEFINISI ISTILAH

Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Validitas

Identifikasi

bahaya Identifikasi bahaya adalah upaya

sistematis untuk mengetahui

adanya bahaya dalam aktivitas

organisasi. Identifikasi bahaya

merupakan landasan dari

manajemen risiko.

- Wawancara

- Observasi

- Tabel TRA (Task

Risk Assessment)

dilakukan oleh

peneliti

- Daftar pertanyaan

wawancara

- Kamera

- Alat recording

- Hasil

identifikasi

bahaya,

penilaian

risiko

- Transkip

wawancara

- Hasil Observasi

Keberadaan

safety sign

Penerapan safety sign yang sudah

ada

- Observasi

- Wawancara

(informan utama

dan pendukung)

- Tabel TRA (Task

Risk Assessment)

- Standar ANSI dan

BSI

- Kamera

- Hasil

penerapan

pengendalian

safety sign

- Standar ANSI Z535

dan BSI 5499

- Hasil observasi

- Hasil gambar

Kebutuhan

safety sign

Segala sesuatu yang dibutuhkan

dalam penerapan safety sign sesuai

dengan hasil identifikasi bahaya

- Observasi

- Telaah dokumen

identifikasi bahaya

- Tabel Kebutuhan

- Standar ANSI

Z535 dan BSI

5499

- Tabel identifikasi

bahaya

- Hasil

analisis

kebutuhan

safety sign

berdasarkan

hasil

identifikasi

bahaya dan

keberadaan

- Observasi

- Standar ANSI Z355

dan BSI 5499

Page 92: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

72

safety sign

Kesesuaian

safety sign

Diperolehnya informasi terkait

kualitas & kuantitas penerapan

safety sign yang sudah ada, yaitu

dengan cara membandingkan hasil

kebutuhan safety sign berdasarkan

hasil identifikasi bahaya dengan

keyataan keberadaan safety sign

Perbandingan

keberadaan safety

sign dan kebutuhan

safety sign

- Data keberadaan

safety sign

- Hasil kebutuhan

safety sign

- Standar ANSI Z-

535 BSI 5499

- Dokumen

perusahaan

- Sesuai dan

tidak sesuai

dengan

potensi

bahaya,

risiko dan

standar

ANSI Z535

dan BSI

5499

- Standar ANSI

Z535 dan

rekomendasi BSI

5499

- Identifikasi bahaya

Page 93: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

73

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang ditujukan untuk

mendapatkan informasi tentang kesesuaian keberadaan safety sign berdasarkan

hasil identifikasi bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen

Machining.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan April hingga Juli tahun 2014 di PT.

Dirgantara Indonesia Bandung.

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode

snowball sampling, dengan teknik snowball sampling yaitu penentuan

sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini dipinta

untuk memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, begitu

seterusnya. Sehingga jumlah sampel semakin banyak. (Sugiyono, 2008).

Informan yang akan di teliti di PT. Dirgantara Indonesia adalah

sebagai berikut :

Page 94: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

74

Tabel 4.1 Informan Penelitian

No. Bentuk

Informan Definisi Informan

1. Utama Orang yang terlibat dengan

pelaksanaan identifikasi bahaya

di Departemen K3LH secara

menyeluruh dan mengeluarkan

kebijakan penerapan safety sign.

Staf Departemen K3LH

2. Kunci Seseorang yang secara lengkap

dan mendalam mengetahui

informasi yang akan menjadi

permasalahan dalam penelitian.

Seseorang yang ditunjuk

peneliti, berprofesi di bidang

K3 dan ahli dalam penilaian

identifikasi bahaya, serta

rekomendasi pengendalian

dalam penerapa safety sign di

lingkungan kerja yang

terdapat bahaya.

3. Pendukung Orang yang dapat membantu

dalam pelaksanaan identifikasi

bahaya dan wawancara tentang

keadaan safety sign, karena

informan pendukung memiliki

tangung jawab terhadap proses

kerja.

Kepala pekerja di setiap

bidang yang ada di

Departemen Metal Forming

yaitu Supervisor dan Team

Leader.

Tabel 4.2 Karakteristik Informan

No. Informan Kode Jabatan/Pekerjaan

1. Utama 1 01

Kepala staf bidang pengendalian &

pengawasan

2. Utama 2 02 Staf bidang pengendalian & pengawasan

Page 95: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

75

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti sendiri, yang dimaksud peneliti sebagai instrumen yaitu pada

tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara terbuka

kepada inforaman. Pertanyaan yang diajukan dapat melebar berdasarkan

fokus penelitian yang pertanyaannya langsung diucapkan atau

ditambahkan oleh peneliti sendiri.

2. Tabel identifikasi bahaya, menggunakan TRA (Task Risk Assessment)

dengan standar AS/NZS 4360

3. Pedoman wawancara / indepth interview mengenai prosedur pengendalian

dengan safety sign.

4. Lembar observasi untuk menganalisis keberadaan safety sign berdasarkan

hasil identifikasi bahaya.

5. Pedoman standar safety sign Amerika dengan ANSI Z 535 dan Eropa

dengan British Standard Institute (BSI 5499).

6. Dokumen standar operasional prosedur safety sign yang telah di tetapkan

perusahaan.

7. Dokumen standar operasional prosedur CNC Operator bidang Profilling

Prismatic Machine

3. Utama 3 03 Staf bidang pengendalian & pengawasan

4. Utama 4 04 Staf bidang pengendalian & pengawasan

5. Pendukung 1 001 Manajer

6. Pendukung 2 002 Supervisatau Machining

7. Pendukung 3 003 Supervisatau Machining

8. Kunci 09 Staf ahli K3 diluar PT. Dirgantara Indonesia

Page 96: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

76

8. Checklist sebagai pendukung observasi dalam membandingkan kebutuhan

safety sign dengan kenyataan keberadaan safety sign diperusahaan, guna

untuk mendapatkan kesesuaian.

9. Alat perekam.

10. Alat tulis.

11. Kertas catatan.

12. Kamera.

13. Laptop.

4.5 Sumber Data

4.5.1 Data Primer

Data primer dari hasil wawancara mendalam / indepth interview,

observasi.

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder dengan menggunakan dokumen prosedur penerapan

safety sign dengan No. Dok D4 S2 07, tingkat kecelakaan, nilai SIR dan

FIR, jumlah bidang di Departemen Machining, serta Standar Operational

Prosedur CNC Operator di Bidang Profilling Prismatic Machine.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diambil dari penelitian ini adalah

dengan observasi lapangan, wawancara mendalam / indepth interview, dan

studi dokumentasi, yang dapat digambarkan kedalam matriks seperti dibawah

ini :

Page 97: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

77

Tabel 4.3 Metode Pengumpulan Data

No. Metode Keterangan Jumlah

1. Observasi

Lapangan

- Form identifikasi

bahaya

- Keberadaaan safety

sign

- Setiap mesin

- Proses kerja

2. Wawancara

Mendalam /

indepeth

interview

- Transkrip

wawancara dalam

penerapan safety

sign.

- Matriks wawancara

dalam penerapan

safety sign

- Manajer

- Supervisor

- Staf

Departemen

K3LH

3. Telaah Dokumen - SOP Penerapan

safety sign

- SOP proses kerja

Bidang Profilling

- Kebutuhan safety

sign

- Standar ANSI Z535

dan BSI 5499

-

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan untuk menganalisis kesesuaian

keberadaan safety sign berdasarkan bahaya yang terdapat di Departemen

Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi, yaitu

diantaranya :

1. Melakukan pengelolaan data hasil identifikasi bahaya dengan Task Risk

Assessment (TRA).

2. Melakukan pengelolaan data observasi terkait keberadaan safey sign yang

terpasang di Departemen Machining, hal ini berguna pada saat

Page 98: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

78

menganalisis kesesuaian keberadaan safety sign dibandingkan dengan hasil

kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya

3. Pengelolaan data untuk mengetahui bahaya apa saja yang perlu diberi

tanda keselamatan / safety sign yaitu dengan TRA, sebagai pemenuhan

kebutuhan yang didapat dari hasil hasil identifikasi bahaya dan penilaian

risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine.

4. Data yang telah dikumpul guna mendapatkan kesesuaian, disusun dalam

bentuk tabel yaitu hasil observasi keberadaan safety sign, data kebutuhan

safety sign dengan standar safety sign ANSI Z.535 dan BSI 5499

berdasarkan hasil identifikasi bahaya.

4.8 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis

kualitatif seperti yang diungkapkan oleh Milles dan Huberman dalam Tjetjep

(1992) terdiri dari :

1. Reduksi Data

Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya

antara data dengan tujuan penelitian. Data-data yang tidak penting dan

tidak berkaitan dengan kebutuhan penelitian kemudian

dihapus/dihilangkan dan tidak dilakukan analisis lebih lanjut.

Sementara data-data yang penting kemudian diolah dan dianalisis

lebih lanjut.

Page 99: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

79

2. Penyajian Data

Data-data pada variabel input yaitu hasil identifikasi bahaya,

keberadaan safety sign, SOP, undang-undang prosedur, dokumen.

Pada variabel proses yaitu analisa kebutuhan safety sign berdasarkan

identifikasi bahaya). Pada variabel output yaitu kesesuaian keberadaan

safety sign, berdasarkan hasil perbandingan antara penerapan/

keberadaan safety sign dengan kebutuhan safety sign yang sudah

direduksi kemudian dibuat dalam bentuk tabel, interpretasi hasil tabel,

hasil matriks, dan trasnkip wawancara.

3. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

isi atau content analysis. Dengan teknik analisis isi data-data dari

masing-masing variabel dalam penelitian ini (variabel input, proses

dan output) yang sudah direduksi dan disajikan kemudian dilihat

kesesuaiannya berdasarkan perbandingan kenyataan penerapan safety

sign dengan kebutuhan safety sign. Pada tahap proses yaitu analisa

kebutuhan safety sign, peneliti menggunakan standar ANSI Z535 dan

BSI 5499. Apakah hasil yang didapat pada kebutuhan safety sign,

sesuai atau tidak dengan kenyataan dilapangan berdasarkan hasil

identifikasi bahaya, risiko dan penerapan pengendalian bahaya.

4. Penarikan Kesimpulan

Page 100: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

80

Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan setelah peneliti

melakukan analisis data. Penarikan kesimpulan yaitu dengan

mengaitkan antara hasil yang didapat dari penelitian dan dihubungkan

dengan teori dan standar safety sign.

4.9 Triangulasi Data

Untuk melengkapi keabsahan data peneliti menggunakan teknik

triangulasi data agar data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan pada

saat penarikan kesimpulan. Menurut Denzin (1994) dapat dibedakan menjadi

4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu triangulasi metode,

sumber, teori, dan penyidik. Dalam penelitian ini, uji keabsahan data

menggunakan triangulasi sumber dan metode, dimana menurut Sugiono

(2012) triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sedangkan trianguasi metode adalah

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, langkah yang

akan dicapai adalah sebagai berikut :

1. Triangulasi Sumber

Melakukan pemeriksaan terhadap hasil wawancara mendalam

dengan informan utama dan pendukung. Pemeriksaan dilakukan dengan

membandingkan hasil wawancara mendalam dari informan utama dengan

informan pendukung tentang potensi bahaya dan penerapan safety sign.

Selanjutnya adanya informan kunci untuk memberikan masukan, pada

Page 101: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

81

tahap melakukan identifikasi bahaya dan kebutuhan safety sign yang

dilakukan peneliti.

2. Triangulasi Metode

Metode yang digunakan selain wawancara mendalam, yaitu dengan

observasi, telaah dokumen dan membandingkan dengan standar regulasi

safety sign. Pada teknik observasi, dilakukan untuk mendukung hasil dari

wawancara mendalam. Adapun observasi yang dilakukan yaitu dengan

melakukan identifikasi bahaya dan observasi keberdadaan safety sign.

Sedangkan telaah dokumen yaitu dengan Standar Operasional Prosedur

Penerapan safety Sign dan Proses kerja di Bidang Profilling. Standar

regulasi safety sign berdasarkan ANSI Z535 dan BSI 5499, yaitu

digunakan pada tahap pemenuhan kebutuhan safety sign berdasarkan hasil

potensi bahaya yang ada. Adapun tabel triangulasi data dapat dilihat

sebagai berikut

Tabel 4.4

Triangulasi data

Variabel

Penelitian

Triangulasi Data

Triangulasi Sumber Triangulasi Metode

Informan

Utama

Informan

Pendukung

Informan

Kunci

Wawancara

Mendalam Observasi

Telaah

Dokumen

Standar

Safety

Sign

Prosedur

penerapan

safety sign

- -

Kondisi

safety sign - - -

Standar -

Page 102: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

82

Variabel

Penelitian

Triangulasi Data

Triangulasi Sumber Triangulasi Metode

Informan

Utama

Informan

Pendukung

Informan

Kunci

Wawancara

Mendalam Observasi

Telaah

Dokumen

Standar

Safety

Sign

safety sign

yang

diterapkan

Alasan

mengguna

kan

standar

tersebut

- - - -

Petugas

pemasang

safety sign

- - - -

4.10 Penyajian Data

Data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel hasil identifikasi

bahaya, pengendalian dan keberadaan safety sign serta dilengkapi narasi

dengan menyimpulkan hasil matriks wawancara yang disertai kutipan dari

transkrip. Penyajian data akan didukung dengan hasil kebutuhan safety sign

untuk mendapatkan kesesuaian penerapan safety sign.

Page 103: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

83

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Proses Produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine

PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan

penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang

bangun, pengembangan, dan menufacturing pesawat terbang. Diawali dengan

membangun dasar penguasaan teknologi melalui lisensi, perusahaan industri

yang berdiri pada 23 Agustus 1976 ini, memproduksi helikopter dan pesawat

terbang: NBO-105, Super puma NAS-332, NC-212; dan tiga tahun kemudian

mengintegrasikan teknologi, PT Dirgantara Indonesia bersama CASA

merancang dan memproduksi CN-235.

Selanjutnya, dengan penguasaan teknologi serta keahlian yang terus

berkembang, Dirgantara Indonesia merancang bangun N250, generasi

pesawat penumpang subsonic dengan daya angkut 64-68 penumpang dengan

fly by wire sistem. Prototype pertamanya telah berhasil diterbangkan pertama

kalinya, pada tanggal 10 Agustus 1995, dan telah menjalani sekitar 600 jam

uji terbang. Kemudian diteruskan dengan mengembangkan N2130 pesawat jet

transonic dengan inovasi baru, dalam tahap preliminary design. Namn, kedua

program tersebut terhenti adanya kendala pendanaan.

Kini, PT Dirgantara Indonesia telah berhasil sebagai industri

manufaktur dan memiliki diversifikasi produknya, tidak hanya bidang

pesawat terbang, tetapi juga dalam bidang lain, seperti teknologi infomasi,

Page 104: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

84

telekomunikasi, otomotif, maritim, militer otomasi dan kontrol, minyak dan

gas, turbin industri, teknologi simulasi, dan engineering services.

Berikut adalah proses produksi di seluruh Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia :

Gambar 5.1 Flow Chart Proses Produksi PT. Dirgantara Indonesia

Berdasarkan hasil data bagan flow chart kegiatan Produksi di

PT. Dirgantara Indonesia yang berada di bawah pimpinan Direktorat

Produksi, yaitu terdiri dari berbagai Departemen, diantaranya :

1. Raw Material

2. Pre-Cutting

3. Metal Forming

4. Proses Machining

5. Welding

6. Proses Surfafe Treatment

7. Proses Bonding & Composite

8. Primer & Marking

9. Proses Tahap Akhir

Page 105: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

85

10. Proses Pengujian Akhir

Pada tahap, Metal Forming, Machining dan Heat Treathment

dibawah pimpinan Divisi Detail Part Manufacturing memiliki risiko yang

dapat menyebabkan kecelakaan. Sistem kerja di bagian tersebut

menggunakan 2 x shift kerja dan banyaknya potensi bahaya yang

ditimbulkan dari mesin, lingkungan kerja dan perilaku pekerja sehingga

dapat mempengaruhi pada hasil produktivitas kerja yang mengakibatkan

kecelakaan kerja seperti near miss, ringan, sedang, berat hingga fatality.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

yaitu staf dari Departemen K3LH dan informan pendukung yaitu Manajer

dan para Supervisor di PT. Dirgantara Indonesia, mengarahkan peneliti

kepada salah satu bidang yang ada di Departemen Machining Divisi Detail

Part Manufacturing yaitu bidang Profilling Prismatic Machine dengan

memiliki justifikasi tingkat kecelakaan yang paling tinggi dan memiliki

risiko kerja yang tinggi berdasarkan karakterisitik mesin yang ada dan hasil

kesimpulan wawancara dengan informan utama dan pendukung.

Setelah melakukan wawancara mendalam, peneliti melakukan

identifikasi bahaya menggunakan metode Task Risk Assessment (TRA)

dengan standar AS/NZS 4360. Berdasarkan hasil wawancara, Bidang

Profilling Prismatic Machine memiliki karakteristik mesin yang besar-besar,

memiliki potensi bahaya tinggi, pernah terjadi kecelakaan. Karakteristik

tersebut tepat jika melakukan identifikasi dengan teknik TRA. Berdasarkan

hasil wawancara mendalam kepada informan 002 Bidang Profilling

Page 106: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

86

Prismatic Machine terdapat 3 bagian pekerjaan dan dibagi berdasarkan jenis

mesin, diantaranya :

1. Mesin DGMP (Double Gantry Multi Purpose) yaitu mesin untuk

memotong dan melubangi material pesawat dengan kecepatan 3000

rpm mempunyai 1 meja mesin dan terdapat dua mesin gantry. Maka

dari itu penamaan mesin ini double. Mesin ini dalam kegunaannya

dapat melubangi, memotong dan membentuk material dari bahan apa

saja seperti baja, alumunium, besi, dsb. Mesin ini terdiri sebanyak 5

buah. Hanya satu 1 mesin dinamakan SGMP (Single Gantry Multi

Purpose) karena dalam 1 meja hanya terdapat 1 mesin Gantry. Standar

Operasional Prosedur pada proses ini dilampirkan dilembar lampiran.

Gambar 5.2 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin

DGMP)

Page 107: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

87

2. Mesin DGAL (Double Gantry Alumunium) yaitu mesin untuk

memotong dan melubangi material pesawat dengan kecepatan 3000

rpm, mempunyai 1 meja dan terdapat dua mesin gantry. Maka dari itu

penamaan mesin ini double. Mesin ini dalam kegunaannya dapat

melubangi, memotong dan membentuk material, tetapi material hanya

dari bahan alumunium saja. Mesin ini terdiri sebanyak 5 buah. Hanya

satu 1 mesin dinamakan SGAL (Single Gantry Alumunium) karena

dalam 1 meja hanya terdapat 1 mesin gantry. Standar Operasiona

Prosedur pada proses ini dilampirkan dilembar lampiran.

Gambar 5.3 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin DGAL)

3. MATEC dan JOBS yaitu mesin terbaru yang dimiliki PT. Dirgantara

Indonesia dengan kecepatan tinggi yaitu > 3000 rpm. Mesin ini

Page 108: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

88

terdapat sebanyak satu per nama mesinnya, MATEC hanya 1 mesin

dan JOBS hanya 1 mesin, kegunaan dari pada mesin keduanya sama

yaitu untuk melubangi, memotong dan membentuk material dari bahan

apa saja seperti baja, alumunium, besi, dsb. Fungsi dan cara kerja

mesin MATEC dan JOBS memiliki karakter yang sama dengan mesin

DGMP, akan tetapi mesin terbaru ini sudah terlindungi disekeliling

mesinnya dengan alat penutup (terisolasi dari disain pabrik) sehingga

dalam proses pekerjaannya, pekerja dapat terlindungi serta dapat

mengurangi tingkat risiko pekerjaan. Standar Operasiona Prosedur

pada proses ini dilampirkan dilembar lampiran.

Gambar 5.3 Bidang Profilling Prismatic Machine (Area Mesin

MATEC & JOBS)

5.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Bidang Profilling

Prismatic Machine

Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki 3 bagian dalam

pekerjaannya berdasarkan jenis mesin yang sudah diterangkan pada sub bab

sebelumnya. Dalam mengidentifikasi bahaya, bagian mesin DGMP dan

Page 109: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

89

DGAL dibuat dalam satu tabel karena karakteristik mesin, proses kerja,

kecepatan mesin dengan 3000 rpm serta pengendalian yang diterapkan

memiliki kesamaan, sehingga potensi bahaya yang dihasilkan juga sama.

Akan tetapi perbedaannya hanya pada material yang dikerjakan. Walaupun

material yang ada di mesin DGMP dan DGAL berbeda, risiko yang

dihasilkan adalah sama yaitu gangguan pernapasan dan bisa mengakibatkan

paru-paru basah serta kanker paru-paru. Sedangkan mesin MATEC dan

JOBS jika dibandingkan dengan mesin DGMP memiliki persamaan dalam

karakteristik mesin, proses kerja dan material yang digunakan. Hanya saja

mesin MATEC dan JOBS sudah memiliki pengendalian isolasi yang berasal

dari pabrik pembuat mesin sehingga potensi risiko dapat berkurang.

Page 110: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

90

5.2.1 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di

mesin DGMP dan DGAL Bidang Profilling Prismatic Machine

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dengan metode Task Risk

Assessment menggunakan standar AS/NZS 4360. Pada tahap identifikasi

bahaya dikelompokkan menjadi dua yaitu 2 bagian di Bidang Profilling

yang dijadikan satu pada bagian mesin DGMP dengan DGAL dan 1

bagian di mesin MATEC dan JOBS, karena 2 bagian yang terdapat di

mesin DGMP dan DGAL memiliki karakteristik mesin dan potensi

bahaya yang sama dengan kecepatan mesin 3000 rpm. Begitu juga dengan

mesin MATEC dan JOBS yang sudah memiliki pengendalian mesin yang

sudah di isolasi (kerangkeng) dari awal disain mesinnya dengan kecepatan

mesin > 3000 rpm. Berikut adalah hasil identifikasi bahaya, penilaian

risiko, pegendalian yang diterapkan pada mesin DGMP dan DGAL yang

hasilnya sudah disetujui dan disepakati oleh informan kunci dapat dilihat

pada tabel 5.1 berikut ini.

Page 111: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

91

TABEL 5. 1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dengan Task Risk Assessment dan Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP dan DGAL

Bagian : Mesin DGMP dan mesin DGAL

Aktivitas : Melubangi, memotong dan membentuk material

Material : DGMP (Baja, alumunium, besi, dsb) dan DGAL (alumunium)

Prosedur Kerja : Standar Operating Milling

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

1. Start up mesin Lantai licin disebabkan oleh

cairan material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapat geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Bekerja diketinggian lebih dari

1 m (meja mesin : ±1 m) dan

(mesin DGMP & DGAL : ± >

3 m)

Terjatuh 3 4 H - Sepatu safety

- Diberi tangga ke meja mesin

- Ada tangga dan penyanggah di mesin

2 5 H

Crane yang bergerak di atap

Operation

Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Raw material (alumunium

baja, besi,dsb) yang tajam

Tersayat 2 5 H - Pekerja memakai sarung tangan 2 4 H

Page 112: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

92

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

Material hasil coollant yang

berbahaya yang berwarna putih

keabu-abuan

- Gangguan pernapasan

- kanker paru-paru

- paru-paru basah

3 4 H - medical check-up

- Masker

3 3 H

Ruang produksi di Departemen

lain yang memiliki potensi

kebakaran, satu gedung dengan

bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi (secara keseluruhan gedung)

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

2. Melakukan pemeriksaan

dan pemahaman

Lantai licin disebabkan oleh

cairan material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapat geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Crane yang bergerak di atap

Operation

Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Bekerja diketinggian lebih dari

1 m (meja mesin : ±1 m) dan

(mesin DGMP & DGAL : ± >

3 m)

Jatuh dari ketinggian 3 4 H - Sepatu safety

- Diberi tangga ke meja mesin

- Ada tangga dan penyanggah di mesin

2 5 H

Raw material (alumunium

baja, besi,dsb) yang tajam

- Tersayat

- Tergores

2 5 H - Pekerja memakai sarung tangan 2 4 H

Material hasil coollant yang

berbahaya yang berwarna putih

keabu-abuan

- Gangguan pernapasan

- kanker paru-paru

- paru-paru basah

3 4 H - medical check-up

- Masker

3 3 H

Posisi pekerja naik turun

keatas meja mesin, posisi

jongkok dan dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan ergonomi (low back

pain)

3 4 H - Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun 3 2 M

Ruang produksi di Departemen

lain yang memiliki potensi

kebakaran, satu gedung dengan

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

3 2 M

Page 113: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

93

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

bidang profiling machine - Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3. Melakukan set up Lantai licin disebabkan oleh

cairan material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapat geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Kondisi meja mesin dan

material yang licin

Terpeleset 3 4 H - Sepatu safety

- (APD) Sarung tangan

2 3 M

Crane yangbergerak di atap

Operation

Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Unsafe condition - Tersengat listrik

- Tersandung

- Jari terpotong

2 3 M 2 3 M

Bekerja diketinggian lebih dari

1 m (meja mesin : ±1 m) dan

(mesin DGMP & DGAL : ± >

3 m)

Terjatuh 3 4 H - Sepatu safety

- Diberi tangga ke meja mesin

- Ada tangga dan penyanggah di mesin

2 5 H

Alat kerja yang cukup berat

dan bahaya (kunci, palu, karet,

Tertiban 2 3 M - sepatu safety

- alat diletakkan di tempat penyimpanan alat

2 2 L

Page 114: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

94

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

pin, vacum, majun, sling, eye

bolt, T-Nut, hand gun, obeng

dan Dial indicatatau, dll)

Mesin dengan ukuran besar,

pekerja dapat masuk dibawah

bagian mesin yang berbahaya

Tergencet 4 3 E - Trainning pada pekerja baru 4 2 H

- Cutter pin saat pemasang di

mesin

- Raw material (alumunium

baja, besi,dsb) yang tajam

Tersayat

Jari terpotong

2 3 M - (APD) Sarung tangan

- Terdapat alat angkut berat untuk membawa raw material

2 2 L

Unsafe condition - Tersengat listrik

- Tersandung

2 3 M 2 3 M

Ruang produksi di Departemen

lain yang memiliki potensi

kebakaran, satu gedung dengan

bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

Posisi pekerja naik turun

keatas meja mesin, posisi

jongkok dan dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan ergonomi (low back

pain)

3 4 H - Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun 3 2 M

4. Melakukan running

produksi

Area di dalam safety line

mesin Double Gantry dengan

kondisi lantai licin disebabkan

oleh cairan material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapat geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Page 115: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

95

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

Crane yang bergerak di atap

Operation

Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Bekerja diketinggian lebih dari

1 m (meja mesin : ±1 m) dan

(mesin DGMP & DGAL : ± >

3 m)

Terjatuh 3 4 H - Sepatu safety

- Diberi tangga ke meja mesin

- Ada tangga dan penyanggah di mesin

2 5 H

Raw material (alumunium

baja, besi,dsb) yang tajam

- Tersayat

- Jari Tergores

3 4 H - (APD) sarung tangan 3 3 H

Proses pembentukan dan

pelubangan material, hasilnya

chips terbang-terbang

Cipratan dural (baja/alumunium)

yang dapat mengenai mata

3 4 H - (APD) kaca mata / safety googles

- Seragam kerja

3 3 H

Posisi pekerja naik turun

keatas meja mesin, posisi

jongkok dan dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan ergonomi (low back

pain)

3 4 H Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun 3 2 M

Meja kerja mesin dan lantai

sekitar mesin yang licin

Terpeleset

2 5 H (APD) sepatu safety 2 3 M

Suara mesin yang keras

(bising)

Gangguan pendengaran 4 5 E - Dilakukan pengukuran jika ada permintaan

- (APD) ear muff / ear plug

3 4 H

Material hasil coollant yang

berbahaya yang berwarna putih

keabu-abuan

Gangguan kesehatan (kanker

paru-paru, paru-paru basah)

4 5 E - Dibersihkan setiap proses pembentukan material setiap

hari

- Diberikan kepada pihak ketiga yang menggunakan

limbah material tersebut

3 4 H

Limbah material yang tersisa Tertusuk chips 3 4 H - Sepatu safety 3 3 H

Page 116: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

96

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

berbentuk chips (kecil &

tajam) yang jatuh di meja

mesin dan sekitar mesin

Ruang produksi di Departemen

lain yang memiliki potensi

kebakaran, satu gedung dengan

bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

5. Melaksanakan handling /

load – unload material

Pemasangan pengait Crane ke

material

Terjepit 3 3 H - Sarung tangan

- melakukan maintenance pada Crane

3 2 M

material yang diangkat, tinggi

melebihi di atas kepala

Tertiban material (berat 500 kg –

6 ton)

4 3 E - Pelatihan

- Sepatu safety

3 2 M

Crane yang bergerak di atas

Operation dan pekerja

Tertimpa benda dari atas 4 3 E - Pelatihan penggunaan Crane

- Sepatu safety

3 2 M

Kondisi meja mesin dan

material yang licin

- Terpeleset

3 4 H - Lantai dan sisa limbah dibersihkan setiap hari

- Sepatu safety

2 3 M

Memegang material saat

dibalik dengan Crane

- Tersayat 3 4 H (APD) sarung tangan 2 3 M

Penyemprotan material dengan

angin saat didirikan oleh Crane

Sisa material mengenai mata 4 5 E sarung tangan

4 3 E

Material yang diangkat untuk

dibalik dengan bantuan Crane

Terbentur material 3 3 H Pelatihan 2 2 L

Material hasil coollant yang

berbahaya yang berwarna putih

keabu-abuan

- Gangguan pernapasan

- Gangguan kesehatan (kanker

paru-paru, paru-paru basah),

4 4 E Masker 4 3 E

Limbah material yang tersisa

berbentuk chips (kecil &

tajam) yang jatuh di meja

mesin dan sekitar mesin

Tertusuk chips 3 4 H - Sepatu safety 3 3 H

Page 117: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

97

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Double Gantry Multi Purpose (DGMP-A, DGMP-B, DGMP-C, DGMP-D, SGMP-J) Double Gantry Alumunium (DGAL-E, DGAL-F, DGAL-G, DGAL-H, SGAL-I) Nama Pekerjaan :

CNS Operation Semua mesin memiliki karakteristik sama, hanya material berbeda

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

Ruang produksi di Departemen

lain yang memiliki potensi

kebakaran, satu gedung dengan

bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

3 2 M

Posisi pekerja naik turun

keatas meja mesin, posisi

jongkok dan dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan ergonomi (low back

pain)

3 4 H - Diberi tangga untuk memudahkan pekerja naik turun 3 2 M

Keterangan :

C : Konsekuensi

LL : Kemungkingkan terjadi

RR : Penilaian Risiko = C × LL

Page 118: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

98

Berdasarkan hasil tabel 5.1 di atas, bahwa diketahui dari 5 tahapan proses

kerja di bagian mesin DGMP dan DGAL memiliki potensi bahaya dan risiko

yang berbeda, tetapi potensi bahaya yang ada cenderung sama. Sehingga risiko

yang muncul cenderung sama di setiap proses kerja. Hasil penilaian risiko dari

perkalian konsekuensi dan kemungkinan terjadi menunjukan peringkat risiko di

mesin DGMP dan DGAL mulai dari low risk sampai extreme risk, dengan rata-

rata tingkat risiko high risk. Sedangkan hasil sisa risiko setelah dilakukan

pengendalian tidak mengalami perubahan yang signifikasn, karena hirarki

pengendalian dengan misalnya pendekatan eliminasi, substitusi, teknis dan

administrasi belum diterapkan secara maksimal di bagian tersebut. Pengendalian

lebih mengutamakan kepada pengadaan dan penggunaan APD untuk pekerja agar

terhindar dari potensi bahaya, serta melakukan pelatihan-pelatihan untuk

karyawan baru dan rotasi kerja.

Page 119: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

99

5.2.2 Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian di mesin MATEC dan JOBS

Berikut adalah tabel hasil identifikas bahaya, penilaian risiko dan pengendalian terhadap bahaya di bagian mesin MATEC dan JOBS yang

hasilnya sudah disetujui dan disepakati oleh informan kunci.

TABEL 5. 2 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dengan Task Risk Assessment dan Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC & JOBS

Bagian : Mesin Mesin MATEC dan JOBS

Aktivitas : Membentuk dan Melubangi Dural (Raw Material Pesawat)

Material : Baja, alumunium, besi, dsb

Prosedur Kerja : Standar Operating Milling Operator

Karakteristik Mesin : Mesin baru dengan kecepatan tinggi lenbih dari 3000 rpm, oleh karena itu disain mesin diberi pelindung agar material tidak

mengenai pekerja

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Mesin MATEC Mesin JOBS Nama Pekerjaan :

CNS Operation Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

1. Start up mesin Lantai licin disebabkan oleh cairan

material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapatt geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Page 120: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

100

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Mesin MATEC Mesin JOBS Nama Pekerjaan :

CNS Operation Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

Crane yang bergerak di atap operator Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Raw material (alumunium, besi,dsb) yang

tajam

Tersayat 2 5 H - Pekerja memakai sarung tangan 2 4 H

Raw material (alumunium, besi,dsb) - Gangguan pernapasan

- kanker paru-paru

- paru-paru basah

3 4 H - medical check-up

- Masker

3 3 H

Bahan dan alat berbahaya yang memiliki

risiko terbakar, terdapatt didalam satu

gedung produksi bidang dan Departemen

yang lain

Kebakaran 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

Unsafe condition - Tersengat listrik

- Tersandung

2 3 M 2 3 M

2. Melakukan pemeriksaan

dan pemahaman

Lantai licin disebabkan oleh cairan

material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapatt geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Crane yang bergerak di atap operator Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Raw material (alumunium, besi,dsb) yang

tajam

- Tersayat

- Tergores

2 5 H - Pekerja memakai sarung tangan 2 4 H

Raw material (alumunium, besi,dsb) - Gangguan pernapasan

- kanker paru-paru

- paru-paru basah

3 4 H - medical check-up

- Masker

3 3 H

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan duduk

dilakukan secara berulang-ulang

Gangguan ergonomi 3 4 H Terdapat bangku untuk pekerja selama proses

running

3 2 M

Bahan dan alat berbahaya yang memiliki

risiko terbakar, terdapatt didalam satu

gedung produksi bidang dan Departemen

yang lain

Kebakaran 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

Page 121: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

101

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Mesin MATEC Mesin JOBS Nama Pekerjaan :

CNS Operation Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

3. Melakukan set up Lantai licin disebabkan oleh cairan

material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapatt geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Kondisi meja mesin dan material yang

licin

Tergelincir 3 4 H - Sepatu safety

- (APD) Sarung tangan

2 3 M

Crane yangbergerak di atap operator Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Alat kerja yang cukup berat dan bahaya

(kunci, palu, karet, pin, vacum, majun,

sling, eye bolt, T-Nut, hand gun, obeng

dan Dial indicator, dll)

Tertiban 2 3 M - sepatu safety

- alat diletakkan di tempat penyimpanan alat

2 2 L

- Cutter pin saat pemasang di mesin

- Raw material (alumunium, besi,dsb)

yang tajam

- Tersayat

- Jari terpotong

2 3 M - (APD) Sarung tangan

- Terdapatt alat angkut berat untuk membawa raw

material

2 2 L

Ruang produksi di Departemen lain yang

memiliki potensi kebakaran, satu gedung

dengan bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan duduk

dilakukan secara berulang-ulang

Gangguan ergonomi 3 3 H Terdapat bangku untuk pekerja selama proses

running

3 2 M

4. Melakukan running

produksi

Area di dalam safety line mesin Double

Gantry dengan kondisi lantai licin

disebabkan oleh cairan material dan oli

Terpeleset 2 5 H - Lantai tidak di keramik

- Terdapatt geng way (safety line)

- Sepatu safety

- Lantai diberihkan setiap 1 hari / 1 x

2 3 M

Crane yang bergerak di atap operator Tertimpa 4 2 H - Crane di sertifikasi 1 tahun / 1 X 3 2 M

Memahami masalah kondisi cutter pin

saat mesin beroperasi

- Jari terpotong 3 3 H -

3 2 M

Proses pembentukan dan pelubangan Cipratan dural 3 4 H Disain mesin sudah terisolasi dengan tertutup, pada 2 2 L

Page 122: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

102

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Mesin MATEC Mesin JOBS Nama Pekerjaan :

CNS Operation Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

material, hasilnya chips terbang-terbang (baja/alumunium) yang dapat

mengenai mata

saat running pekerja dilarang masuk kedalam

mesin

Suara mesin yang keras (bising) Gangguan pendengaran 4 5 E - Dilakukan pengukuran jika ada permintaan

- (APD) ear muff / ear plug

3 4 H

Limbah material berbentuk chips (tajam)

dan proses pembentukan material pada

saat diberi cooling (pendingin)

menyisakan cairan berbahaya berwarna

putih keabu-abuan

Gangguan kesehatan (kanker

paru-paru, paru-paru basah)

4 5 E - Dibersihkan setiap proses pembentukan material

setiap hari

- Diberikan kepada pihak ketiga yang

menggunakan limbah material tersebut

3 4 H

Limbah material yang tersisa berbentuk

chips (kecil & tajam) yang jatuh di meja

mesin dan sekitar mesin

Tertusuk chips

3 4 H - Sepatu safety 3 3 H

Ruang produksi di Departemen lain yang

memiliki potensi kebakaran, satu gedung

dengan bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

5. Melaksanakan handling /

load – unload material

Pemasangan pengait Crane ke material Terjepit 3 3 H - Sarung tangan

- melakukan maintenance pada Crane

3 2 M

material yang diangkat, tinggi melebihi di

atas kepala

Tertiban material (berat 500 kg

– 6 ton)

4 3 E - Pelatihan

- Sepatu safety

3 2 M

Crane yang bergerak di atas operator dan

pekerja

Tertimpa benda dari atas 4 3 E - Pelatihan penggunaan Crane

- Sepatu safety

3 2 M

Kondisi meja mesin dan material yang

licin

- Tergelincir

- Terpeleset

- Terjatuh

3 4 H - Lantai dan sisa limbah dibersihkan setiap hari

- Sepatu safety

2 3 M

Memegang material saat dibalik dengan

Crane

- Tersayat 3 4 H (APD) sarung tangan 2 3 M

Proses pembentukan material pada saat

diberi cooling (pendingin) menyisakan

- Gangguan pernapasan

- Gangguan kesehatan (kanker

4 4 E Masker 4 3 E

Page 123: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

103

Project/Task Risk Assessment Fataum & Guide Departemen : Machining

Bidang Profiling Prismatic Machine

Mesin Mesin MATEC Mesin JOBS Nama Pekerjaan :

CNS Operation Kedua mesin memiliki karakteristik dan material yang sama

No. Langkah Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Peringkat Risiko

Pengendalian Sisa Risiko

C LL RR C LL RR

cairan berbahaya berwarna putih keabu-

abuan

paru-paru, paru-paru basah),

Limbah material yang tersisa berbentuk

chips (kecil & tajam) yang jatuh di meja

mesin dan sekitar mesin

Tertusuk chips 3 4 H - Sepatu safety 3 3 H

Ruang produksi di Departemen lain yang

memiliki potensi kebakaran, satu gedung

dengan bidang profiling machine

Kebakaran (risiko ruang kerja) 4 2 H - Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang merokok

- Terdapat SOP manajemen kebakaran

3 2 M

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan duduk

dilakukan secara berulang-ulang

Gangguan ergonomi 3 4 H Terdapat bangku untuk pekerja selama proses

running

3 2 M

Keterangan :

C : Konsekuensi

LL : Kemungkingkan terjadi

RR : Penilaian Risiko = C × LL

Page 124: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

104

Berdasarkan hasil tabel 5.2 di atas, bahwa diketahui dari 5 tahapan proses

kerja di bagian mesin MATEC dan JOBS memiliki potensi bahaya dan risiko

yang berbeda-beda, tetapi potensi bahaya yang ada cenderung sama. Sehingga

risiko yang muncul cenderung sama di setiap proses kerja. Hasil penilaian risiko

dari perkalian konsekuensi dan kemungkinan terjadi menunjukan peringkat risiko

di mesin tersebut mulai dari low risk sampai extreme risk, dengan rata-rata

tingkat risiko high risk. Sedangkan hasil sisa risiko setelah dilakukan

pengendalian tidak mengalami perubahan yang signifikasn, kecuali pada proses

running potensi bahaya yang muncul yaitu chips yang dapat terbang-terbang,

sehingga dapat mengenai mata mendapatkan nilai sisa risiko yang berbeda jauh.

Hal tersebut dikarenakan bentuk dari mesin yang sudah diberikan pengendalian

isolasi dari pabrik mesin, sehingga paparan potensi bahaya yang akan mengenai

pekerja dapat berkurang.

Selain itu pada potensi bahaya dan risiko lainnya tidak mengalami

perubahan yang siginifikan, karena hirarki pengendalian dengan pendekatan

eliminasi, substitusi, teknis, dan administrasi belum diterapkan secara maksimal

di bagian tersebut. Pengendalian lebih mengutamakan kepada pengadaan dan

penggunaan APD untuk pekerja agar terhindar dari potensi bahaya, serta

melakukan pelatihan-pelatihan untuk karyawan baru dan rotasi kerja.

Kesimpulan dari ketiga bagian di Bidang Profilling Prismatic Machine

memiliki fungsi kerja yang sama, sehingga potensi bahaya dan risiko yang

dihasilkan sama. Sedangkan bentuk mesin, kecepatan mesin antara DGMP dan

DGAL dengan MATEC dan JOBS berbeda, sehingga sisa risiko yang dihasilkan

juga akan berbeda. Misalnya, pada potensi bahaya chips terbang-terbang peringkat

Page 125: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

105

risiko yang dihasilkan dengan high risk. Akan tetapi, karena mesin MATEC dan

JOBS sudah ada pengendalian isolasi / mesin dikerangkeng dari disain pabrik,

maka sisa risiko yang dihasilkan menjadi low risk. Berbeda dengan mesin DGMP

dan DGAL yang tidak penerapan pengenndalian dengan pendeketan teknik, hanya

mengandalkan sarung tangan saja, oleh karena itu sisa risikonya sama dengan

peringkat risikonya yaitu high risk. Penilaian risiko tersebut terdapat dalam tabel

5.1 dan 5.2 identifikasi di ketiga bagian di Bidang Profilling Prismatic Machine.

Page 126: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

106

5.2.3 Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling Prismatic

Machine

Berdasarkan potensi bahaya yang terdapat di Bidang Profilling

Prismatic Machine pada ketiga bagian mesin , bahwa memiliki risiko yang

berbeda-beda, akan tetapi pada beberapa proses kerja memiliki risiko

bahaya yang sama. Oleh karena itu, dapat disimpulkan daftar potensi

bahaya dan risiko mesin DGMP dan DGAL dengan kecepatan memotong

3000 rpm dan bagian mesin MATEC dan JOBS dengan kecepatan

memotong > 3000 rpm, dijelaskan seperti tabel dibawah ini.

TABEL 5.3

Daftar Potensi Bahaya dan Risiko di Bidang Profilling

Prismatic Machine

No. Potensi Bahaya Risiko

Keterangan

Bahaya Tahapan

pada Proses

Terdapat

pada

mesin

DGMP

dan DGAL

Terdapat

pada

mesin

MATEC

dan JOBS

1.

Lantai licin disebabkan oleh cairan

material dan oli

Terpeleset

1, 2, 3

Area di dalam safety line mesin

Double Gantry dengan kondisi lantai

licin disebabkan oleh collant dan oli

4

Kondisi meja mesin dan material

yang licin 3, 4, 5

2.

Bekerja diketinggian lebih dari 1 m

(meja mesin : ±1 m) dan (mesin

DGMP dan DGAL : ± > 3 m)

Terjatuh 1,2, 3, 4, 5 --

3. Crane yang bergerak di atap

operator Tertimpa 1, 2, 3, 4, 5

4.

- Cutter pin saat pemasang di mesin

- Raw material (alumunium, besi

baja, ,dsb) yang tajam

Tersayat

Tergores 1, 2, 3, 4, 5

5. Memahami kondisi cutter pin saat

mesin beroperasi Jari terpotong 4

6.

Material hasil coollant yang

berbahaya yang berwarna putih

keabu-abuan

- Gangguan

pernapasan

- kanker paru-paru

- paru-paru basah

1,2 , 5

7. Unsafe condition

- Tersengat listrik

- Tersandung

2, 3

8.

Posisi pekerja naik turun keatas meja

mesin, posisi jongkok dan dilakukan

secara berulang-ulang

Gangguan ergonomi

(low back pain) 2, 3, 4, 5 --

Page 127: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

107

No. Potensi Bahaya Risiko

Keterangan

Bahaya Tahapan

pada Proses

Terdapat

pada

mesin

DGMP

dan DGAL

Terdapat

pada

mesin

MATEC

dan JOBS

Posisi pekerja jongkok, berdiri, dan

duduk dilakukan secara berulang-

ulang

Gangguan ergonomi

(low back pain) 2,3,5 --

9.

Alat kerja yang cukup berat dan

bahaya (kunci, palu, karet, pin,

vacum, majun, sling, eye bolt, T-

Nut, hand gun, obeng dan Dial

indicator, dll)

Tertiban 3

10.

Mesin dengan ukuran besar, pekerja

dapat masuk dibawah bagian mesin

yang berbahaya

Tergencet 3 --

11.

Proses pembentukan dan pelubangan

material, hasilnya chips terbang-

terbang

Cipratan dural

(baja/alumunium)

yang dapat

mengenai mata

4 --

12. Suara mesin yang keras (bising) Gangguan

pendengaran 4

13.

Limbah material yang tersisa

berbentuk chips (kecil & tajam)

yang jatuh di meja mesin dan sekitar

mesin

Tertusuk chips

4, 5

14. Pemasangan pengait Crane ke

material Terjepit 5

15. material yang diangkat, tinggi

melebihi di atas kepala

Tertiban material

(berat 500 kg – 6

ton)

Terbentur material

5

16. Penyemprotan material dengan

angin saat didirikan oleh Crane

Sisa material

mengenai mata 5

17.

Ruang produksi di departemen lain

yang memiliki potensi kebakaran,

satu gedung dengan bidang

Profiling Prismatic Machine

Kebakaran (risiko

ruang kerja) 1, 2, 3, 4, 5

Keterangan :

- Proses 1 : Start up mesin

- Proses 2 : Melakukan pemeriksaan dan pemahaman

- Proses 3 : Melakukan set-up

- Proses 4 : Melakukan running produksi

- Proses 5 : Melaksanakan handling / load – unload material

Berdasarkan hasil tabel 5.3 di atas, bahwa pada mesin DGMP dan DGAL,

terdapat 19 daftar potensi bahaya dan 22 risiko yang dirangkum menjadi 17

bagian di tabel tersebut, karena terdapat lebih dari satu risiko di satu kolom tabel

Page 128: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

108

potensi bahaya dan terdapat lebih dari satu potensi bahaya dalam satu risiko.

Sedangkan pada mesin MATEC dan JOBS, terdapat 17 daftar potensi bahaya dan

18 risiko yang dirangkum menjadi 14 bagian di tabel tersebut, karena terdapat

lebih dari satu risiko di satu kolom tabel potensi bahaya dan terdapat lebih dari

satu potensi bahaya dalam satu risiko.

Berdasarkan daftar potensi bahaya dan risiko di mesin DGMP dan DGAL

bahwa dapat disimpulkan risiko yang muncul yaitu terpeleset, tertimpa, gangguan

pernapasan, tersayat, jari terpotong, tersengat listrik, tersandung, gangguan

ergonomi, tertiban, tergencet, cipratan dural yang mengenai mata, gangguan

pendengaran, tertusuk chips, terjepit, tertiban material seberat 500 kg – 6 ton, sisa

material mengenai mata, serta risiko terjadinya kebakaran. Sedangkan risiko yang

muncul di mesin MATEC dan JOBS yaitu terpeleset, tertimpa, gangguan

pernapasan, tersayat, tergores, jari terpotong, tersengat listrik, tersandung,

gangguan ergonomi, tertiban, tergencet, gangguan pendengaran, tertusuk chips,

tertiban material seberat 500 kg – 6 ton, serta risiko terjadinya kebakaran.

Page 129: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

109

5.3 Keberadaan Safety Sign Bidang Profilling Prismatic Machine

Berdasarkan hasil observasi keberadan safety sign yang disesuaikan dengan daftar potensi bahaya dan risiko di Bidang Profilling

Prismatic Machine yang dibagi berdasarkan 3 bagian mesin yaitu DGMP, DGAL, MATEC dan JOB S seperti tabel 5.4 di bawah ini.

TABEL 5.4

Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine

No. Potensi Bahaya Risiko Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGMP Keterangan

Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGAL Keterangan

Keberadaan Safety

Sign

Di Mesin MATE &

JOBS

Keterangan

1.

Lantai licin

disebabkan oleh

cairan material dan

oli

Terpeleset

Tidak menunjukkan

tanda peringatan

bahwa adanya risiko

terpeleset hanya

dibatasi dengan safety

line (geng way).

Hanya saja

pengendalian dengan

menggunakan sepatu

safety terdapat 2 tanda

mandatory

penggunaan sepatu

safety di samping meja

mesin DGMP-C dan di

ujung jalan

ditempelkan di tembok

dengan jarak 20 m dari

mesin

- Terdapatt safety line

- Terdapatt 1 tanda

bahaya terpeleset yang

gantungkan dengan

diberi tiang didepan

mesin DGAL-F

- Terdapatt 1 tanda sepatu

safety di gantungkan

disamping mesin

DGAL-H

-

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

terpeleset

Area di dalam

safety line mesin

Double Gantry

dengan kondisi

lantai licin

disebabkan oleh

collant dan oli

Kondisi meja

mesin dan material

yang licin

Page 130: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

110

No. Potensi Bahaya Risiko Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGMP Keterangan

Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGAL Keterangan

Keberadaan Safety

Sign

Di Mesin MATE &

JOBS

Keterangan

2. 3

.

Bekerja

diketinggian lebih

dari 1 m (meja

mesin : ±1 m) dan

(mesin DGMP dan

DGAL : ± > 3 m)

Terjatuh

Tidak ada

menunjukkan tanda

peringatan bahwa

adanya risiko terjatuh.

Hanya saja

pengendalian dengan

menggunakan sepatu

safety dan terdapat 2

tanda mandatatau

sepatu safety di

samping mesin

DGMP-C dan di

ujung jalan

ditempelkan di tembok

dengan jarak 20 m dari

mesin

Tidak ada tanda bahaya

terjatuh. Hanya ada 1 tanda

mandatory sepatu safety

----

3. 4

.

Crane yang

bergerak di atap

Operation

Tertimpa

-

Tidak ada yang

menunjukkan risiko

jika ada Crane yang

bergerak untuk

melakukan operasi di

mesin yang lain.

- Tidak ada tanda bahaya

aktivitas Crane -

Tidak ada tanda bahaya

aktivitas Crane

4. 5

.

- Cutter pin saat

pemasang di

mesin

- Raw material

(alumunium,

besi,dsb) yang

tajam

Tersayat

Tergores -

Tidak ada tanda risiko

tersayat atau tergores

serta juga tidak ada

tanda mandatory

penggunaan APD

sarung tangan.

-

Tidak ada tanda risiko

tersayat dan tidak ada

tanda mandatory

penggunaan sarung tangan

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

tersayat, hanya ada tanda

prohibition gunting di

dinding pentutup mesin

5. 7

.

Memahami kondisi

cutter pin saat

mesin beroperasi

Jari terpotong -

Tidak ada indikasi

adanya potensi

tersayat dan juga tidak

ada tanda mandatory

penggunaan APD

sarung tangan

-

Tidak ada tanda bahaya

cuuter dan risiko jari

terpotong

Tidak ada tanda bahaya

cutter pin yang berisiko

jari terpotong

Page 131: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

111

No. Potensi Bahaya Risiko Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGMP Keterangan

Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGAL Keterangan

Keberadaan Safety

Sign

Di Mesin MATE &

JOBS

Keterangan

6.

Material hasil

coollant yang

berbahaya yang

berwarna putih

keabu-abuan

- Gangguan

pernapasan

- kanker

paru-paru

paru-paru

basah

-

Potensi pada saat

coollant, chips yang

berserakan dilantai dan

sekitar meja mesin,

ram material yang

diletakkan di samping

mesin. Tidak ada tanda

infataumasi bahwa

pekerja harus

menggunakan masker

dan bahan berbahaya.

- Tidak ada tanda risiko

pada gangguan kesehatan -

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

gangguan pernapasan

7. 8

.

Unsafe condition

- Tersengat

listrik

- Tersandung

-

Tidak terdapat tanda

indikasi adanya

sengatan listrik hanya

pengendalian dengan

disediakannya APAR.

-

Tidak ada tanda bahaya

tersengat listrik dan tanda

tersandung

-

Tidak ada tanda bahaya

aliran listrik dan risiko

tersandung

8. 9

.

Posisi pekerja naik

turun keatas meja

mesin, posisi

jongkok dan

dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan

ergonomi

(low back

pain)

-

Tidak ada tanda

bahaya gangguan

ergonomi ada pekerja

-

Tidak ada tanda bahaya

dengan risiko gangguan

ergonomi pada pekerja

----

Posisi pekerja

jongkok, berdiri,

dan duduk

dilakukan secara

berulang-ulang

--- -

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

gangguan ergonomi pada

pekerja

Page 132: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

112

No. Potensi Bahaya Risiko Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGMP Keterangan

Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGAL Keterangan

Keberadaan Safety

Sign

Di Mesin MATE &

JOBS

Keterangan

9. 1

0

.

Alat kerja yang

cukup berat dan

bahaya (kunci,

palu, karet, pin,

vacum, majun,

sling, eye bolt, T-

Nut, hand gun,

obeng dan Dial

indicatatau, dll)

Tertiban

Tidak terdapat tanda

bahaya tertiban . hanya

terdapat tanda

mandatory

penggunaan sepatu

safety

Tidak ada tanda risiko

tertiban benda kerja atau

alat kerja, tidak ada

mandatory penggunaan

Helm, hanya ada 1 tanda

penggunaan sepatu safety

-

Tidak ada tanda potemsi

bahaya dengan risiko

tertiban dengan alat kerja

dan juga tidak ada

mandatory penggunaan

sepatu safety

10. 1

2

.

Mesin dengan

ukuran besar,

pekerja dapat

masuk dibawah

bagian mesin yang

berbahaya

Tergencet

-

Tidak terdapat tanda

bahaya tergencet

-

Tidak terdapatt tanda

bahaya tergencet ----

11. 1

3

.

Proses

pembentukan dan

pelubangan

material, hasilnya

chips terbang-

terbang

Cipratan

dural

(baja/alumuni

um) yang

dapat

mengenai

mata

Terdapat satu tanda

mandatory

penggunaan kaca

mata, akan tetapi

letaknya ± 20 m dari

area kerja mesin

DGMP

Tidak ada tanda bahaya

dari risiko cipatran dural,

hanya ada satu tanda

mandatory pengunaan kaca

mata

Terdapat tanda

prohibition dilarang

masuk

12. 1

4

.

Suara mesin yang

keras (bising)

Gangguan

pendengaran

Mandatory safety sign

penggunaan Ear muff

hanya satu di area

mesin DGMP yaitu

terletak ± 20 m dari

mesin DGMP-

(A,B,C,D,E)

-

Tidak ada himbauan

besaran hasil desibel

kebisingan di area kerja

mesin DGAL dan tidak ada

himbauan adanya

penggunaan ear muff

-

Tidak ada tanda

informasi tentang besar

kebisingan di area kerja

dan tidak ada tanda

mandatory penggunaan

safety sign

Page 133: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

113

No. Potensi Bahaya Risiko Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGMP Keterangan

Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGAL Keterangan

Keberadaan Safety

Sign

Di Mesin MATE &

JOBS

Keterangan

13. 1

5

.

Limbah material

yang tersisa

berbentuk chips

(kecil & tajam)

yang jatuh di meja

mesin dan sekitar

mesin

Tertusuk

chips

Tidak ada tanda

bahaya tertusuk chips,

hanya terdapat tanda

penggunaan sepatu

safety di samping

mesin DGMP-C dan di

ujung jalan sejauh ±

20 m

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

tertusuk chips, hanya ada 1

tanda mandatory

penggunaan sepatu safety

----

14. 1

6

.

Pemasangan

pengait Crane ke

material

Terjepit - Tidak ada tanda

bahaya risiko terjepit

oleh mesin atau dural.

-

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

terjepit

-

Tidak ada tanda potensi

bahaya limbah materiah

dan risiko tertusuk chips

15. 1

7

.

material yang

diangkat, tinggi

melebihi di atas

kepala

Tertiban

material

(berat 500 kg

– 6 ton)

Terbentur

material

Tidak ada tanda

bahaya tertiban

material, hanya

terdapat tanda

penggunaan sepatu

safety di samping

mesin DGMP-C dan di

ujung jalan sejauh ±

20 m

Tidak ada tanda potensi

bahaya material dengan

risiko tertiban dan

terbentur material.hanya

ada 1 tanda sepatu safety

-

Tidak ada tanda potensi

bahaya dengan risiko

tertiban material

16. 1

8

.

Penyemprotan

material dengan

angin saat didirikan

oleh Crane

Sisa material

mengenai

mata

Hanya ada 1 tanda

mandatory kaca mata,

tidak ada tanda

mandatory

menggunakan masker

dan sarung tangan

Tidak ada tanda bahaya

material yang dapat

mengenai mata dan

mandatory penggunaan

masker & sarung tangan.

Hanya ada 1 tanda

mandatory penggunaan

kaca mata

----

Page 134: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

114

No. Potensi Bahaya Risiko Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGMP Keterangan

Keberadaan Safety Sign

Di Mesin DGAL Keterangan

Keberadaan Safety

Sign

Di Mesin MATE &

JOBS

Keterangan

17. 1

9

.

Ruang produksi di

Departemen lain

yang memiliki

potensi kebakaran,

satu gedung dengan

bidang p Profiling

Prismatic Machine

Kebakaran

(risiko ruang

kerja)

Terdapat 3 buah

APAR yang masih

dapat digunakan dan

tanda merah segitiga

alat pemadam

kebakaran. Letak

APAR kehalangan

oleh mesin yang besar

dan terdapat tanda

dilarang merokok di

letakkan di sentral

seluruh mesin DGMP.

Terdapatt 1 APAR dan 1

tanda segitiga merah yang

mengindikasikan adanya

alat pemadam di samping

meja operator

-

Tidak ada tanda segitiga

pemadam api dan APAR

dan jalur evakuasi yang

tepat

Page 135: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

115

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, bahwa safety sign yang terpasang

berdasarkan hasil observasi di lingkungan kerja Bidang Profilling Prismatic

Machine berdasarkan bagian mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS belum

memenuhi semua standar potensi bahaya sesuai dengan proses kerjanya.

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dengan disimpulkan daftar potensi bahaya

dan risiko di mesin DGMP dan DGAL bahwa safety sign yang terdapat di area

kerja tersebut hanya berupa mandatory sign saja seperti sepatu safety, kaca mata

safety. Berdasarkan hasil penilaian risiko pada tabel 5.1 risiko rata-rata dari

proses kerja di mesin DGMP dan DGAL dengan skor risiko tinggi.

Begitu juga di bagian mesin MATEC dan JOBS, belum memenuhi semua

standar potensi bahaya dan risiko sesuai dengan proses kerjanya. Berdasarkan

hasil identifikasi bahaya dengan disimpulkan daftar potensi bahaya dan risiko di

mesin MATEC dan JOBS bahwa safety sign yang terdapat di area kerja tersebut

hanya berupa safety sign yang berasal dari pabrik pembuat mesin. Sign tersebut

hanya mengindikasikan adanya potensi bahaya yang muncul di mesin jika

beroperasi. Safety sign di mesin MATEC dan JOBS juga belum dibuat sama

sekali oleh pihak Departemen K3LH maupun manajerial dari Bidang Profilling

Prismatic Machine. Berdasarkan hasil penilaian risiko pada tabel 5.1 nilai risiko

rata-rata dari proses kerja di mesin MATEC dan JOBS dengan skor risiko tinggi.

Pengendalian dengan teknik dan administrasi juga belum maksimal

dilaksanakan di Bidang Profilling Prismatc Machine. Seharusnya jika safety sign

di area kerja diterapkan secara optimal sesuai potensi bahaya dan risiko akan

memberikan peringatan atau tanda hati-hati kepada pekerja, agar pekerja merasa

aman dan selamat dalam bekerja.

Page 136: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

116

5.3.1 Prosedur Penerapan Safety Sign di Departemen Machining

Safety sign adalah tanda keselamatan yang diterapkan di

perusahaan untuk mengindikasikan adanya potensi bahaya, perintah untuk

menggunakan APD atau pekerjaan lain, jalur evakuasi, dsb. Kesimpulan

dari hasil matriks wawancara mendalam informan utama yaitu berdasarkan

potensi bahaya dari hasil identifikasi bahaya, audit, rekomendasi

investigasi jika terjadi kecelakaan, serta sampai tahap mendisain dan

mencetak warning sign. Sedangkan kesimpulan hasil matriks informan

pendukung prosedur penerapan safety sign di departemen machining yaitu

dilakukan oleh tim K3LH produksi dan pengadaan safety sign dari

Departemen K3LH. Sebelumnya, penempatan safety sign disesuaikan

dengan bahaya dan penggunaan APD yang bekerja sama dengan pihak

produksi/bengkel. Kesimpulan tersebut dapat dibuktikan dari pernyataan

informan utama dan pendukung dengan kutipan sebagai berikut :

Informan 01 :

“Nah, di HIRAC itu kan ada yak, kemudian didalam sub itu tadi

diakhirnya kan ada administratif. Disitulah kita lakukan, oh ini harus

safety sign dipasang, apa. Nah, itu apa ya yang juga udah cetak banyak.

Jadi kita himbau safety sign yang sudah labur, sudah rusak dll. Diganti.

Yang lain, ada proses baru, dimana ada potensi bahayanya yang apa,

perintahnya apa, tinggal pinta kesini.“

Informan 03 :

“....., dari langkah awal yah, dari mendisain, di fungsi kita kan ada, fungsi

saya itu ada pengadaan warning sign, diantaranya kita membuat

merencanakan kebutuhan dibengkel itu seperti apa, ..... kebanyakan harus

memakai safety atau sepatu safety atau harus apa kalau digudang harus

pakai masker dan lain2.”

Page 137: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

117

Informan 04

“..... berdasarkan satu inspeksi dilapangan yaa kalau sekarang itu lebih

cenderung audit. Yaa untuk selanjutnya yaa, kemudian biasanya kalau ada

investigasi kecelakaan dimana ada kekurangan safety sign itu bisa juga..”

5.3.2 Standar Safety Sign yang Digunakan

Standar safety sign yang digunakan berdasarkan kesimpulan hasil

matriks wawancara dengan informan utama yaitu mengikuti kebijakan

terdahulu, menggunakan beberapa referensi sumber internet serta lebih

menganut ke standar Amerika yaitu ANSI. Kesimpulan tersebut dapat

didukung oleh pernyataan informan utama dengan kutipan sebagai berikut

:

Informan 01

“........... dari kita sudah menggunakan manual kebijakan K3LH aja,

nomor berapa, cuman kan disitu terakhir ada referensinya.”

“.......... referensi dari vendatau.”

“Nah kita pakai semua, semua kita pakai. Makanya tadi kan, dari audit

dari ANSI dari standar Amerika, nah kita pakai standar Amerika. Supaya

sama gitu, sudut pandang persepsinya, dengan fataumat yang sama.”

Informan 02

“gak tau, ini pak ya*** tuh, pak ya*** (informan03) itu yang

pengukurannya. Saya juga engga tau dari mana. Sebenarnya gini, dalam

manual itu dibelakangnya ada yah.”

“Jadi kita engga spesifik ke BSI.. saya engga terlalu ini yah.. jadi

referensinya ya kalau menurut saya si searching darimana mana.. jadi

manual kabeh aya diditu terus di ditu aya, jadi kesemua, tidak mengacu

Page 138: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

118

kemana-mana. Tapi kalau disini kan diliyat dari kepantasan yang ada di

lingkungan. ”

Informan 03

“Kayanya kita ngambil dari referensi mana2 yah, .....”

Informan 04

“safety sign itu kita ngadopnya itu... (diam) kita itu OHSAS biasanya

karena kemarin itu kan kaya semacam hanya menjelaskan ini yah,

warning sign sistem ini kan yang wajib biru, tapi kalau menurut ini

wajibnya kuning.. nah ANSI ya kalau warna kuning itu. Nah itu yang

wajib dikita itu kuning.”

5.3.3 Petugas yang Memasang Safety Sign

Pemasangan safety sign berdasarkan kesimpulan hasil matriks

wawancara mendalam dengan informan utama yaitu pengadaan terpusat di

Departemen K3LH, yang memasang bisa dari Supervisor yang meminta

ke Departemen K3LH, kataupatauasi K3LH produksi maupun pihak

P2K3 sebagai jembatan antara produksi dan K3LH. Sedangkan

kesimpulan hasil matriks wawancara mendalam dengan informan

pendukung yaitu Kerjasama antara atauang dari machining, K3LH

produksi dan Departemen K3LH. Kesimpulan dari informan utama dan

pendukung memiliki jawaban yang sama bahwa pemasangan safety sign

dilakukan oleh kerjasama anatara Departemen K3LH, pihak kataupatauasi

K3LH, Supervisor sebagai pihak dari bengkel, dan P2K3 sebagai jembatan

antara keduanya. Kesimpulan itu dapat dibuktikan dari pernyataan

informan utama dan pendukung dengan kutipan sebagai berikut :

Page 139: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

119

Informan 02 :

“yaa kita, tapi sebenernya kalau ada yang minta kita kasih, gituu..”

Informan 04 :

“kalau sekarang itu karena sudah di desentralisasi, jadi warning sign

yang sekarang yang pasang itu oleh Organisasi yang terkait. Jadi kalau

disana misalkan disana teh ada K3LH nya, kadang2 orang K3LH nya

minta berapa puluh untuk di anu di anu.. kemudian mereka di

distribusikan lagi.. kalau P2K3 itu hanya untuk penjebatannya aja, kalau

praktek dilapangan itu harus dengan riset sebenarnya. Kaya kita bikin

risk assessment, nah risk assessment itu kan perlu diketahui unit

Organisasinya, yg tanda tangan itu P2K3nya itu..”

Informan 002 :

“kadang itu orang dari K3LH produksi yah, tapi pernah kita juga yang

memasang seperti tanda terjatuh itu..”

Informan 003 :

“itu kerjasama antara orang K3LH dan bengkel.”

Hasil kutipan di atas sudah memiliki tanggapan yang sama dan

jawaban sudah jenuh, pemasangan safety sign adalah kerja sama antara

pihak Departemen K3H dan Departemen Machining.

Page 140: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

120

5.4 Analisa Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine

Dari hasil identifikasi bahaya dengan karakteristik mesin dan proses pekerjaan, analisa kebutuhan safety sign terhadap bahaya, risiko dan

pengendaliannya pada proses kerja di bagian mesin DGMP dan DGAL yaitu dijelaskan pada tabel berikut :

TABEL 5.5

Analisa Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Hasil dari Manajemen Risiko dan Keberadaan Safety Sign pada Mesin DGMP (A-B-C-D), SGMP-

J, DGAL (E-F-G-H), SGAL-I, MATEC dan JOBS

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

1. Lantai licin disebabkan oleh

cairan material dan oli

Terpeleset - Lantai tidak di keramik

- Terdapat geng way

(safety line)

- Sepatu safety

- Lantai dibersihkan

setiap 1 hari / 1 x

Caution - Risiko terpeleset

ANSI Standard

Ditempatkan disamping meja mesin

dekat operator atau pekerja.

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous Area di dalam safety line

mesin Double Gantry dengan

kondisi lantai licin disebabkan

oleh collant dan oli

Notice – APD (sepatu safety)

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

Page 141: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

121

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

Kondisi meja mesin dan

material yang licin

CAUTION – lintasan forklift

ANSI Standard

Diletakkan di samping area safety line

memasuki area kerja mesin DGMP

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

2. Bekerja diketinggian lebih

dari 1 m (meja mesin : ±1 m)

dan (mesin DGMP dan DGAL

: ± > 3 m)

Terjatuh - Sepatu safety

- Seragam kerja

- Diberi tangga ke meja

mesin

Ada tangga dan

penyanggah di mesin

Caution – Risiko terjatuh

ANSI Standard

Meja mesin dan mesin gantry diberi tangga

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

--

3. Crane yang bergerak di atap

Operation

Tertimpa Crane di sertifikasi 1 tahun

/ 1 X

WARNING

BSI Standard

S = Small (20 x 30) cm2

M = Medium (40 x 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

Page 142: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

122

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

NOTICE – Gunakan Helm

ANSI + BSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

4. - Cutter pin saat pemasang

di mesin

- Raw material (alumunium,

besi, baja, dsb) yang tajam

Tersayat

Tergores

Pekerja memakai sarung

tangan

WARNING – bahaya benda tajam

ANSI standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

NOTICE – APD (sarung tangan)

ANSI + BSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

5. Memahami kondisi cutter pin

saat mesin beroperasi

Jari terpotong -

WARNING – bahaya benda tajam

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

Page 143: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

123

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

WARNING – bahaya cutter

ANSI Standard

NOTICE – APD (sarung tangan)

ANSI + BSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

6. Material hasil coollant yang

berbahaya yang berwarna

putih keabu-abuan

- Gangguan pernapasan

- kanker paru-paru

- paru-paru basah

- medical check-up

- Masker

Label Sign – Karsinogenik

Ditempel dialat angkut raw material

Dengan ukuran : small (10 x 10) cm2

Respiratatauy sensitization, categatauy

1

Germ cell mutagenicity, categatauies

1A, 1B, 2

Carcinogenicity, categatauies 1A, 1B, 2

Reproductive toxicity, categatauies 1A,

1B, 2

Specific target ataugan toxicity

following single exposure, categatauies

1, 2

Page 144: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

124

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

Specific target ataugan toxicity

following repeated exposure,

categatauies 1, 2

Aspiration hazard, categatauies 1, 2

S = Small (10 x 10) cm2

M = Medium (30 x 30) cm2

L = Large (60 x 60) cm2

NOTICE - APD (masker)

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic Lum = Luminous

7. Unsafe condition - Tersengat listrik

- Tersandung

WARNING – bahaya tegangan

ATAU

ANSI Standard

Ditempel di dekat mesin

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

Page 145: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

125

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

CAUTION – Bahaya Tersandung

ANSI Standard

Dapat dipajang / diempel di samping

tumpukan raw material atau didalam

geng way

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

8. Posisi pekerja naik turun

keatas meja mesin, posisi

jongkok dan dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan ergonomi Diberi tangga untuk

memudahkan pekerja naik

turun

CAUTION – Lakukan kerjaan Per tahap

BSI Standard

Ditempatkan disamping tangga meja

mesin dan mesin gantry

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

--

Posisi pekerja jongkok,

berdiri, dan duduk dilakukan

secara berulang-ulang

Terdapat bangku untuk

pekerja selama proses

running

Hati-hati

BSI Standard

--

Page 146: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

126

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

9. Alat kerja yang cukup berat

dan bahaya (kunci, palu,

karet, pin, vacum, majun,

sling, eye bolt, T-Nut, hand

gun, obeng dan Dial

indicatatau, dll)

Tertiban - Sepatu safety

- Alat diletakkan

ditempat

penyimpanan alat

Notice – APD (sepatu safety)

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

WARNING – manual handling yang benar

untuk pekerja

ANSI standard

Ditempatkan di dekat penyimpanan alat-

alat

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

10. Mesin dengan ukuran besar,

pekerja dapat masuk dibawah

bagian mesin yang berbahaya

Tergencet Trainning pada pekerja

baru

WARNING untuk pekerja – Bahaya Terjepit /

tergencet

ANSI Standard

Ditempelkan / dipajang di mesin Gantry

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

--

11. Proses pembentukan dan

pelubangan material, hasilnya

Cipratan dural

(baja/alumunium) yang

- (APD) kaca mata /

safety googles

Label Sign – Karsinogenik

Ditempel dialat angkut raw material

Dengan ukuran : small (10 x 10) cm2

Page 147: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

127

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

chips terbang-terbang dapat mengenai mata - Sepatu safety

- Seragam kerja

Untuk mesin MATEC dan

JOBS, disain mesin sudah

terisolasi dengan tertutup,

maka pada saat mesin

running pekerja dilarang

masuk kadalam mesin

-

Respiratatauy sensitization, categatauy

1

Germ cell mutagenicity, categatauies

1A, 1B, 2

Carcinogenicity, categatauies 1A, 1B, 2

Reproductive toxicity, categatauies 1A,

1B, 2

Specific target ataugan toxicity following single exposure, categatauies

1, 2

Specific target ataugan toxicity

following repeated exposure,

categatauies 1, 2

Aspiration hazard, categatauies 1, 2

S = Small (10 x 10) cm2

M = Medium (30 x 30) cm2

L = Large (60 x 60) cm2

LIMBAH B3 – Berbahaya terhadap

lingkungan

Ditempelkan di tabung penyimpanan

limbah chips dengan ukuran small (10 x

10) cm

Material :

Vinyl Reflective Sticker (Cutting

Sticker)

Vinyl Sticker (Printing)

Ukuran

Simbol yang dipasang pada kemasan

minimal berukuran 10 cm x 10 cm

Page 148: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

128

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

Sedangkan simbol pada kendaraan

pengangkut limbah B3 dan tempat

penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm

x 25 cm.

NOTICE – APD (mata)

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

NOTICE – seragam kerja

BSI Standard

DANGER – Prohibition Dilarang masuk

ANSI Standard

--

12. Suara mesin yang keras

(bising)

Gangguan pendengaran - Dilakukan pengukuran

jika ada permintaan

- (APD) ear muff / ear plug

NOTICE - APD Ear Muff

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Page 149: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

129

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

ANSI Standard

Lum = Luminous

13. Limbah material yang tersisa

berbentuk chips (kecil &

tajam) yang jatuh di meja

mesin dan sekitar mesin

Tertusuk chips

Sepatu safety

NOTICE – APD (sepatu safety)

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

14. Pemasangan pengait Crane ke

material

Terjepit - Sarung

tanganmelakukan

maintenance pada

Crane

WARNING untuk pekerja – Bahaya Terjepit

ANSI Standard

Ditempelkan / dipajang di mesin Gantry

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

15. Material yang diangkat, tinggi

melebihi di atas kepala

Tertiban material (berat

500 kg – 6 ton)

Terbentur material

- Pelatihan

- Sepatu safety

WARNING – manual handling yang benar

untuk pekerja

ANSI Standard

Ditempatkan di dekat penyimpanan alat-

alat

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

Page 150: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

130

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

WARNING – Terbentur benda

ANSI Standard

Ditempel di dekat meja mesin / di

samping mesin Operation

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

APD – sepatu safety

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

16. Penyemprotan material

dengan angin saat didirikan

oleh Crane

Sisa material mengenai

mata

(APD)

- sarung tangan

- Masker

- Kaca mata

APD

ANSI Standard

S = Small (20 x 40) cm2

M = Medium (30 X 60) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

--

Page 151: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

131

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian Kebutuhan Safety Sign Keterangan

Untuk

Mesin

DGMP &

DGAL

Untuk

Mesin

MATEC &

JOBS

17. Ruang produksi di

Departemen lain yang

memiliki potensi kebakaran,

satu gedung dengan bidang

Profiling Prismatic Machine

Kebakaran (risiko ruang

kerja)

- Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

Tanda dilarang merokok

DANGER – Petunjuk APAR

Sign Description

• Sign Reads: Alat Pemadam Api

• Colataus: White - Red

• Signs are available in: Sticker Only,

Aluminum 1,2mm, Aluminum 2mm,

Acrilyc 2mm

S = Small (25 x 20) cm2

M = Medium (35 x 30) cm2

Al. = Aluminium

Ac. = Acrylic

Lum = Luminous

DANGER – Bahaya Kebakaran

ANSI Standard

DANGER – Dilarang Merokok

ANSI Standard

BSI Standard

Safe Condition

ANSI Standard

Page 152: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

132

Berdasarkan hasil tabel 5.5 di atas, bahwa safety sign di bagian mesin

DGMP dan DGAL yang memiliki karakteristik, fungsi kerja yang sama, maka

kebutuhan yang dihasilkan juga memiliki kesamaan. Sementara pada mesin

MATEC dan JOBS memiliki fungsi mesin yang sama dengan meisn DGMP.

Tetapi, ada beberapa potensi bahaya yang berbeda, sehingga menimbulkan risiko

yang berbeda juga. Berdasarkan hasil potensi bahaya, risikonya dan pengendalian

yang diterapkan, didapatkan hasil kebutuhan berupa caution sign, warning sign,

danger sign, prohibition sign dan notice sign. Kebutuhan dengan caution sign di

mesin DGMP dan DGAL untuk mengingatkan agar pekerja lebih waspada

terhadap risiko bahaya berdasarkan potensi bahayanya, risikonya, dan

pengendaliannya yaitu seperti :

a. Risiko bahaya terpeleset dengan standar safety sign ANSI Z535

b. Lintasan forklift dengan standar safety sign ANSI Z535

c. Risiko bahaya terjatuh dengan standar safety sign ANSI Z535

d. Bahaya adanya aktivitas crane dengan standar BSI 5499

e. Risiko bahaya tersandung dengan standar safety sign ANSI Z535

f. Risiko bahaya tertiban alat kerja dengan standar safety sign ANSI

Z535

Sedangkan kebutuhan caution sign pada mesin MATEC dan JOBS sama

seperti urutan diatas, teapi ada yang berbeda dengan kebutuhan safey sign mesin

DGMP dan DGAL, karena bentuk mesin yang berbeda. Diantaranya tidak ada

risiko bahaya terjatuh untuk mesin MATEC dan JOBS. Hal tersebut karena mesin

Page 153: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

133

MATEC dan JOBS mempunyai ukuran yang sedang, tidak tinggi dengan disain

mesin sudah terisolasi.

Selain caution sign, kebutuhan safety sign sesuai dengan potensi bahaya

dan risiko di mesin DGMP dan DGAL pada warning sign yaitu seperti :

a. Adanya bahaya benda yang tajam yang dapat berisiko tersayat dan

tergores dengan standar safety sign ANSI Z535,

b. Adanya bahaya benda tajam yang dapat berisiko jari terpotong dengan

standar safety sign ANSI Z535

c. Adanya potensi bahaya unsafe condition yang dapat berisiko

tengangan listrik dan tersandung dengan standar safety sign ANSI

Z535

d. Adanya potensi bahaya mesin yang besar yang dapat berisiko terjepit

atau tergencet dengan standar safety sign ANSI Z535

e. Adanya tanda bahaya dari aktivitas handling yang dapat berisiko

terbentur mengenai kepala

Sama seperti caution sign, kebutuhan warning sign pada mesin MATEC dan

JOBS juga terdapat perbedaan yaitu dengan warning sign potensi bahaya mesin

yang besar yang dapat berisiko terjepit atau tergencet. Hal tersebut karena bentuk

mesin MATEC dan JOBS dengan ukuran tidak besar seperti mesin DGMP dn

DGAL.

Kebutuhan safety sign sesuai dengan potensi bahaya dan risiko di mesin

DGMP dan DGAL dengan mesin MATEC dan JOBS pada notice sign yang

mengindikasikan informasi untuk mandatory penggunaan alat pelindung diri

memiliki kesamaan, karena potensi dan risikonya sama yaitu seperti :

Page 154: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

134

a. Sepatu safety dengan standar safety sign ANSI Z535

b. Helm dengan standar safety sign ANSI Z535

c. Gloves / sarung tangan dengan standar safety sign ANSI Z535

d. Masker dengan standar safety sign ANSI Z535

e. Kacamata safety dengan standar safety sign ANSI Z535

f. Earmuff dengan standar safety sign ANSI Z535

Kebutuhan safety sign sesuai dengan potensi bahaya dan risiko di mesin

DGMP dan DGAL pada prohibition sign seperti tanda dilarang merokok yang

dapat menyebabkan kebakaran. Sedangkan kebutuhan safety sign sesuai dengan

potensi bahaya dan risiko di mesin MATEC dan JOBS pada prohibition sign

selain tanda dilarang merokok, terdapat juga dan dibutuhkan tanda dilarang masuk

kedalam mesin jika sedang beroperasi Selain itu kebetuhan safety sign di seluruh

bagian Bidang Profilling Prismatic Machine dengan indikasi adanya alat fire

fighting dilengkapi dengan lambang segitiga Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

Kebutuhan safety sign lainnya pada tanda jalur evakuasi (safe condition)

dilengkapi dengan tanda “EXIT”. Selain itu kebutuhan safety sign untuk

kesehatan pekerja dilengkapi dengan pelabelan karsinogenik yang ditempatkan

pada box raw material dan bahaya limbah pada tabung pengangkut chips yang

mengindikasikan bahan berbahaya pada limbah.

Page 155: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

135

5.5 Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine

Analisis kesesuaian penerapan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan keberadaan safety sign (tabel 5.4)

dibandingkan dengan kebutuhan safety sign (tabel 5.5). Kebutuhan safety sign dilampirkan dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499.

Sedangkan dalam penerapan keberadaannya dilihat berdasarkan hasil observasi dan standar operasional prosedur tentang kebijakan

safety sign.

TABEL 5.6

Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign berdasarkan hasil Identifikasi Bahaya dan Keberadaan Safety Sign

dengan Kebutuhan Safety Sign di Mesin (DGMP-A,B,C,D, SGMP-J)

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

1.

Lantai licin

disebabkan oleh

cairan material dan

oli

Terpeleset

- Lantai tidak di

keramik

- Terdapat geng way

(safety line)

- Sepatu safety

Lantai dibersihkan setiap

-

Caution - Risiko terpeleset

ANSI Standard

Page 156: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

136

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

Area di dalam safety

line mesin Double

Gantry dengan

kondisi lantai licin

disebabkan oleh

collant dan oli

1 hari / 1 x

Notice – APD (sepatu safety)

ANSI Standard

Kondisi meja mesin

dan material yang

licin

CAUTION – lintasan forklift

ANSI Standard

2.

Bekerja

diketinggian lebih

dari 1 m (meja

mesin : ±1 m) dan

(mesin DGMP dan

DGAL : ± > 3 m)

Terjatuh

- Sepatu safety

- Seragam kerja

- Diberi tangga ke meja

mesin

- Ada tangga dan

penyanggah di mesin

-

Caution – Risiko terjatuh

ANSI Standard

Page 157: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

137

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

Meja mesin dan mesin gantry

diberi tangga

3.

Crane yang

bergerak di atap

Operation

Tertimpa Crane di sertifikasi 1

tahun / 1 X - - -

BSI Standard

NOTICE – Gunakan Helm

ANSI Standard

4.

- Cutter pin saat

pemasang di

mesin

- Raw material

(alumunium,

besi,dsb) yang

- Tersayat

- Tergores

- (APD) Sarung tangan

- Terdapat alat angkut

berat untuk membawa

raw material

- -

WARNING – bahaya benda tajam

Page 158: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

138

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

tajam ANSI Standard

NOTICE – APD (sarung tangan)

ANSI + BSI Standard

5.

Memahami kondisi

cutter pin saat mesin

beroperasi

Jari terpotong - - -

WARNING – bahaya cutter

ANSI Standard

NOTICE – APD (sarung tangan)

ANSI + BSI Standad

Page 159: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

139

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

6.

Material hasil

coollant yang

berbahaya yang

berwarna putih

keabu-abuan

- Gangguan

pernapasan

- kanker paru-

paru

- paru-paru

basah

- medical check-up

- Masker - - -

Label Sign – Karsinogenik

NOTICE - APD (masker)

ANSI Standard

7. Unsafe condition

- Tersengat

listrik

- Tersandung

- - - -

WARNING – bahaya tegangan

ATAU

ANSI Standard

CAUTION – Bahaya Tersandung

Page 160: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

140

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

ANSI Standard

8.

Posisi pekerja naik

turun keatas meja

mesin, posisi

jongkok dan

dilakukan secara

berulang-ulang

Gangguan

ergonomi (low

back pain)

Diberi tangga untuk

memudahkan pekerja

naik turun

- -

-

CAUTION – Lakukan kerjaan Per

tahap

BSI Standard

Posisi pekerja

jongkok, berdiri,

dan duduk

dilakukan secara

berulang-ulang

Terdapat bangku untuk

pekerja selama proses

running

---

Hati-hati

BSI Standard

9.

Alat kerja yang

cukup berat dan

bahaya (kunci, palu,

karet, pin, vacum,

majun, sling, eye

bolt, T-Nut, hand

gun, obeng dan Dial

indicatatau, dll)

Tertiban

- Sepatu safety

- Alat diletakkan

ditempat

penyimpanan alat

-

Notice – APD (sepatu safety)

ANSI Standard

Page 161: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

141

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

CAUTION – manual handling

yang benar untuk pekerja

ANSI standard

10.

Mesin dengan

ukuran besar,

pekerja dapat masuk

dibawah bagian

mesin yang

berbahaya

Tergencet Trainning pada pekerja

baru - - -

WARNING untuk pekerja –

Bahaya Terjepit / tergencet

ANSI Standard

11.

Proses pembentukan

dan pelubangan

material, hasilnya

chips terbang-

terbang

Cipratan dural

(baja/alumuniu

m) yang dapat

mengenai mata

- (APD) kaca mata /

safety googles

- Sepatu safety

- Seragam kerja

-

Label Sign – Karsinogenik

Page 162: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

142

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

LIMBAH B3 – Berbahaya

terhadap lingkungan

NOTICE – APD (mata)

ANSI Standard

APD – seragam

BSI Standard

Untuk mesin MATEC

dan JOBS, disain mesin

sudah terisolasi dengan

tertutup, maka pada saat

mesin running pekerja

dilarang masuk kadalam

mesin

DANGER – Prohibition Dilarang

masuk

ANSI Standard

Page 163: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

143

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

12. Suara mesin yang

keras (bising)

Gangguan

pendengaran

- Dilakukan pengukuran

jika ada permintaan

- (APD) ear muff / ear

plug

- - -

NOTICE - APD Ear Muff

ANSI Standard

13.

Limbah material

yang tersisa

berbentuk chips

(kecil & tajam) yang

jatuh di meja mesin

dan sekitar mesin

Tertusuk chips

Sepatu safety

-

NOTICE – APD (sepatu safety)

ANSI Standard

14. Pemasangan pengait

Crane ke material Terjepit

Sarung tanganmelakukan

maintenance pada Crane - - -

WARNING untuk pekerja –

Bahaya Terjepit

ANSI Standard

Page 164: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

144

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

15.

material yang

diangkat, tinggi

melebihi di atas

kepala

Tertiban

material (berat

500 kg – 6 ton)

Terbentur

material

- Pelatihan

- Sepatu safety

-

CAUTION – manual handling

yang benar untuk pekerja

ANSI Standard

WARNING – Terbentur benda

ANSI Standard

APD – sepatu safety

ANSI Standard

16.

Penyemprotan

material dengan

angin saat didirikan

oleh Crane

Sisa material

mengenai mata

(APD)

- sarung tangan

- Masker

- Kaca mata

-

APD (masker)

Page 165: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

145

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

APD (mata)

APD (sarung tangan)

ANSI Standard

17.

Ruang produksi di

Departemen lain

yang memiliki

potensi kebakaran,

satu gedung dengan

bidang p Profiling

Prismatic Machine

Kebakaran

(risiko ruang

kerja)

- Tersedia APAR

- Jalur evakuasi

- Tanda alat APAR

- Tanda dilarang

merokok

-

DANGER – Petunjuk APAR

DANGER – Dilarang

Merokok

ANSI Standard

Page 166: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

146

No. Potensi Bahaya Risiko Pengendalian

Keberadaan

Safety Sign Bidang Profilling Prismtic Machine Kebutuhan

Safety Sign

Kesesuaian

keberadaan

safety sign

Mesin DGMP Mesin DGAL Mesin MATEC dan

JOBS

Ya Tidak

BSI Standard

DANGER – Bahaya Kebakaran

ANSI Standard

Emergency Route

ANSI Standard

Page 167: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

147

Berdasarkan tabel 5.6 tentang kesesuaian keberadaan safety sign

dari hasil keberadaan safety sign atau kenyataan dilapangan, jika

dibandingkan dengan kebutuhan safety sign yang dibuat sesuai dengan hasil

identifikasi bahaya, risiko dan pengendaliannya menggunakan standar ANSI

Z535 dan BSI 5499. Semua gambaran kesesuaian keberadaan safety sign di

bagian mesin DGMP , DGAL, MATEC dan JOBS Bidang profilling

Prismatic Machine menunjukkan ketidaksesuaian. Walaupun terdapat tanda

mandatory penggunaan APD seperti septu safety, kacamata safety, earmuff,

tidak mendukung jika dibandingkan dengan kebutuhan safety sign yang ada.

Hal tersebut dikarenakan safety sign yang terpasang belum di update

kembali, kondisinya sudah mulai luntur, tidak sesuai dengan standar ANSI

pada tahun 2014 dengan piktogram yang berbeda dan tidak menampilan

word message pada safety sign yang diterpakan, penempatan safety sign

juga tidak terlihat karena terhalang oleh mesin yang besar dan diletakkan

jauh dari mesin ± sejauh 20 m.

Hasil tersebut telah didukung berdasarkan wawancara mendalam

dengan informan. Kondisi safety sign yang ada di Departemen Machining

menurut kesimpulan dari matriks dengan informan utama yaitu cukup baik,

akan tetapi belum di update, sudah mengelotok, warnanya luntur, serta

keberadaannya belum sesuai dengan tempat kerja karena masih adanya

struktural Organisasi yang berubah sehingga lokasi produksi juga berubah

yang mempengaruhi safety sign yang sudah ada. Kesimpulan tersebut telah

didukung oleh penyataan wawancara kepada informan utama dan

pendukung, seperti kutipan dibawah ini :

Page 168: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

148

Informan 02

“.... udah pada luntur. Belum di up date lah.”

Informan 03

“alahamdulillah ada,...... terus juga sekarang lebih bagus lagii aaa K3LH

yang disana katanya dalam bentuk plat. Karena kan kalau dari kita itu kan

cepet ngelotok yah,, ehhm cukup lah...”

Informan 04

“kondisinya kalau menurut saya itu, 90 % tu udah bagus gitu.. 90 %

masih bagus, ya 10% nya masih ada kekurangan untuk tempat2 tertentu

karena sekarang itu masih terjadi movible. Karena masih ada perubahan,

karena asih ada perubahan struktural itu maka otomatis terjadi perubahan

tempat kerja, yang tadinya safety sign harusnya nya ini ini itu, sekarang itu

laen, jadi kita monitatau terus..”

Berdasarkan hasil kesimpulan informan utama kondisi safety sign

yang ada cukup bagus, bahkan informan 04 menyatakan bahwa “..., 90 % tu

udah bagus .... 10% nya masih ada kekurangan untuk tempat2 tertentu...”

Sedangkan kesimpulan hasil dari matriks informan pendukung yaitu kualitas

masih kurang, karena sign yang ada sudah buram, letaknya sudah tidak

sesuai, kotatau, dan bahkan banyak yang tidak ada sign nya. Kesimpulan

berdasarkan informan pendukung sedikit berbeda dengan jawaban yang

diberikan. Pernyataan informan pendukung 002 sebagai Supervisor Bidang

Profilling Machine juga memberikan jawaban yang sama, bahwa safety sign

yang ada cukup lengkap, akan tetapi kualitas sudah buram, kotatau, hilang,

hanya tanda mandatatauy / penggunaan APD saja, tidak di maintenance. .

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut :

Informan 002 :

“Ya cukup lengkap sebenarnya, Cuma penerapan safety sign yang disaya

tuh yang Cuma mandatatory apa gitu. Nah itu tuh yang mungkin karena

Page 169: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

149

penerapan safety sign jauh lama dari lama, semenjak awal kita baru

bangun bengkel ini. Nah mungkin kualitasnya udah belel, udah kotatau,

atau udah ditiup angin, .... atau udah ada yang ngambil buat alas duduk,

kan gitu.. nah itu tidak ada yang memaintenance.”

Berdasarkan kesimpulan matriks dan transkrip wawancara dengan

hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat kesamaan yaitu adanya

ketidaksesuaian antara keberadaan safety sign dilapangan dengan kebutuhan

safety sign. hanya saja terdapat satu safety sign yang sesuai yaitu pada

prohibition sign dilarang merokok.

Page 170: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

150

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dipaparkan

sebagai berikut.

1. Informan kunci tidak hadir saat melakukan identifikasi bahaya di

Bidang Profilling Prismatic Machine. Hal itu disebabkan karena

adanya keterbatasan ijin dari pihak PT. Dirgantara Indonesia dan

keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan kunci sebagai staf

ahli K3 di suatu perusahaan. Oleh karena itu, informan kunci

dalam memberikan masukan terhadap identifikasi bahaya,

penilaian risiko dan analisa kebutuhan safety sign yang telah dibuat

oleh peneliti untuk diliat keakuratannya. Hanya saja dalam

memahami gambaran proses kerja pada mesin di Bidang Profilling

kepada informan kunci, didukung oleh rekaman video yang

dibuat peneliti saat melakukan identifikasi bahaya.

2. Kualitas gambar safety sign yang diambil dalam rangka

menunjukkan keberadaan safety sign yaitu dengan jarak yang jauh

karena kondisi yang tidak memungkinkan. Sehingga berpengaruh

pada kualitas gambar yang diambil.

Page 171: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

151

6.2 Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian

Risiko

Berdasarkan prosedur risk assessment No. Dokumen D4 G0 03

dengan judul “petunjuk penilaian dan pengendalian risiko (risk

assessment)”, bahwa penilaian risiko menggunakan teknik semi

kuantitatif dan mengklasifikasikan bahaya berdasarkan mesin yang ada di

proses tersebut. Menurut PP No.50 tahun 2012 sebagaimana pengusaha

paling sedikit harus melakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko. Maka PT. Dirgantara Indonesia telah sesuai untuk

melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah dengan

melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

Prosedur manajemen risiko yang dimiliki PT. Dirgantara

Indonesia berdasarkan hasil wawancara kepada kepala staf pengendalian

dan pengukuran Departemen K3LH bahwa manual kebijakan dalam

melakukan manajemen risiko tidak mutlak dengan indutri penerbangan.

Oleh karena itu peneliti melakukan observasi dengan mengidentifikasi

potensi bahaya dan penilaian risiko di Bidang Profilling Prismatic

Machine dengan metode Task Risk Assessment dalam AS/NZS 4360:2004.

Page 172: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

152

6.3 Daftar Bahaya, Risiko, Penilaian Risiko dan Pengendalian

Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic

Machine

Menurut Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 tentang

penerapan SMK3 yang menyatakan bahwa identifikasi potensi bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko sebagai rencana strategi K3 yang

dilakukan oleh petugas yang berkompeten. Hal tersebut sebagaimana

telah disampaikan menurut Redja (2003), risiko dapat diartikan sebagai

kejadian yang tidak tentu dan dapat mengakibatkan suatu kerugian. Pada

tahap ini peneliti menggunakan informan kunci sebagai staf ahli K3 yang

membantu dalam proses identifikasi dan penilaian risiko, bahwa terdapat

potensi bahaya yang bersumber dari berbagai faktor yaitu faktor teknis,

faktor lingkungan, dan faktor manusia. Hal tersebut sebagaimana telah

diungkapkan oleh Tarwaka (2008) yang menyatakan potensi bahaya

dilingkungan kerja bersumber dari berbagai faktor yaitu faktor teknis,

lingkungan dan manusia.

Menurut Risk Assessment and Management Handbook risiko

terbagi menjadi 5 macam, yaitu diantaranya risiko keselamatan kerja

(Safety Risk), risiko kesehatan (Health Risk), risiko lingkungan dan

ekologi, risiko kesejahteraan masyarakat, dan risiko keuangan.

Berdasarkan Risk assessment and Management Handbook, di Bidang

Profilling Prismatic Machine juga memiliki macam-macam risiko, yaitu

Page 173: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

153

diantaranya risiko keselamatan kerja, risiko kesehatan, risiko lingkungan

dan ekologi yang didapat dari hasil identifikasi bahaya.

Sebagaimana macam-macam risiko yang sudah dijelaskan, risiko

yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine yang dapat

mengakibatkan kecelakaan, diantaranya yaitu terpeleset, terjatuh, tertimpa,

tersayat, tergores, jari terpotong, gangguan pernapasan, tersengat listrik,

tersandung, tertiban, tergencet, cipratan dural (kontak dengan bahaya),

terjepit, gangguan pendengaran, tertusuk, sisa material mengenai mata,

dan kebakaran. Risiko yang ada di area mesin DGMP, DGAL, MATEC,

dan JOBS berdasarkan klasifikasi menurut jenis kecelakaan sebagaimana

telah diungkapkan menurut ILO (1962) yaitu seperti terjatuh, tertimpa

benda jatuh, terkena benda-benda, terjepit oleh benda, gerakan melebihi

kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, serta kontak

dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi, jika dibiarkan akan

mengakibatkan kecelakaan kerja dan akan menimbulkan kerugian. Oleh

karena itu, harus dilakukan strategi terhadap pengendalian risiko bahaya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 50 tahun

2012 tentang penerapan SMK3 yang dibahas pada bab 2.1 rencana strategi

K3.

Selanjutnya klasifikasi penilaian risiko terhadap potensi bahaya

menurut Tarwaka (2008), yaitu dibedakan berdasarkan tingkat bahaya

sangat tinggi, serius, sedang, dan kecil. Hal tersebut telah sesuai dengan

hasil penilaian risiko yang telah dilakukan dan diklasifikasikan

Page 174: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

154

berdasarkan tingkat risiko extrime, high, medium, low. Dari hasil

identifikasi penilaian risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine

sebagian besar adalah high risk.

Menurut Tarwaka (2008) apabila suatu risiko terhadap kecelakaan

dan penyakit akibat kerja telah di identifikasi dan dinilai, maka

pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko

sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan

dan standar yang berlaku. Sedangkan Menurut AS/NZS 4360:2004 risiko

adalah peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek

terhadap suatu objek. Oleh karena itu, sesuai dengan pengendalian yang

dilakukan di Direktorat Produksi dalam prosesnya produksinya untuk

mencegah terjadinya risiko kecelakaan dilakukan pengendalian di Bidang

Profilling Prismatic Machine. Menurut OHSAS 18001, terdapat 5 hirarki

pengendalian risiko yaitu dengan eliminasi, substitusi, pengendalian

teknis, pengendalian administratif, dan penggunaan APD (Alat Pelindung

Diri). Pengendalian yang diterapkan di bidang Profilling Prismatic

Machine masih dengan pendekatan administratif dan penggunaan APD,

yaitu dengan pelatihan, pengaturan jadwal kerja, penerapan safety sign,

penggunaan APD yang disesuaikan dengan potensi bahaya dengan tujuan

untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, Bidang

Profilling Prismatic Machine sebaiknya lebih meningkatkan pengendalian

dengan hirarki yang lain. Seperti misalnya dengan pengendalian teknis,

bentuk lain dari pengendalian administratif.

Page 175: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

155

Hirarki pengendalian dengan pendekatan administratif yaitu salah

satunya dengan tindakan pemasangan safety sign di Bidang Profilling

Prismatic Machine berdasarkan No. Dokumen D4 S2 07 tentang Standar

Rambu Keselamatan Kerja telah sesuai dengan UU No.01 Tahun 1970

bahwa telah memenuhi syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan

mengurangi kecelakaan. Pada UU No.01 Tahun 1970 Pasal 14b yang

menyatakan memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua

gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan

lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Akan tetapi,

keberadaan safety sign di Bidang Profilling Prismatic Machine belum

sesuai jika disesuaikan dengan hasil identifikasi bahaya. Analisa

kesesuaian tersebut dapat terlihat pada tabel 5.6. Hal tersebut dikarenakan

masih minimnya safety sign yang terpasang di area kerja Bidang Profilling

Prismatic Machine yang disesuaikan dengan potensi bahaya maupun

risiko pekerjaan.

6.4 Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine

Berdasarkan daftar bahaya di mesin DGMP dan DGAL yang

memilki karakteristik mesin yang sama dari hasil identifikasi bahaya.

Menurut Tarwaka (2008) terdapat potensi bahaya dari proses produksi,

yaitu potensi bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang

Page 176: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

156

dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung dari bahan, dan

peralatan yang dipakai, serta jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi

bahaya mekanik dari proses produksi tersebut di mesin DGMP dan DGAL

mengakibatkan risiko terpeleset, terjatuh, tertimpa, tersayat, tergores, jari

terpotong, tertusuk chips, tertiban, tergencet, terjepit. Selanjutnya,

pengendalian yang diterapkan terhadap potensi bahaya mekanik dan risiko

di mesin tersebut yaitu dengan penggunaan APD, seperti sepatu safety agar

pekerja tidak terpeleset, tertiban, tertusuk chips, penggunaan sarung

tangan agar tidak tersayat, helm agar tidak tertimpa. Diberi tangga agar

pekerja tidak jatuh. Diberi pelatihan agar pekerja tidak tergencet dan risiko

jari terpotong.

Selain potensi bahaya mekanik dari proses produksi di mesin

DGMP dan DGAL juga terdapat potensi bahaya fisik, kimia, fisiologis

dan ergonomi. Hal tersebut sebagaimana telah diungkapkan oleh Tarwaka

(2008), potensi bahaya fisik di area mesin DGMP dan DGAL dapat

mengakibatkan gangguan pendengaran, karena bahaya dari suara mesin.

Potensi bahaya kimia dapat mengakibatkan risiko paparan toksisitas dari

material, risiko gangguan kesehatan berasal dari cairan hasil collant yang

dapat membahayakan kesehatan. Sedangkan potensi bahaya fisiologis

dalam bentuk posisi kerja naik turun mesin, jongkok, berdiri dan duduk

yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat mengakibatkan gangguan

ergonomi pada pekerja / operator mesin. Semua potensi bahaya dan risiko

Page 177: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

157

dijelaskan pada tabel 5.1 dan 5.2 yaitu identifikasi dan penilaian risiko

pada mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS.

Jika ditempat kerja memiliki potensi bahaya maka harus dilakukan

pengendalian, yang dapat mereduksi paparan bahaya kepada pekerja.

Menurut Tarwaka (2008), terdapat 2 metode yaitu sarana pengendalian

permanen (jangka panjang) dan pengendalian sementara (jangka pendek).

Untuk menentukan sarana dengan pengendalian permanen atau sementara

harus dilakukan prioritas pengendalian terlebih dahulu. Sebagaimana yang

yang diungkapkan oleh Ramli (2010a) terdapat strategi pengendalian

risiko yaitu menekan likelihood / kemungkinan terjadinya suatu kejadian,

menekan kosekuensi / paparan yang diterima, dan pengendalian risiko.

Sebagaimana pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik

menurut OHSAS yaitu dengan pendekatan eliminasi, substitusi,

pengendalian teknis, pengendalian administratif, dan penggunaan alat

pelindung diri (APD). Sebagaimana berdasarkan beberapa teori yang telah

diungkapkan bahwa hirarki pengendalian tentu saja harus dibuat prioritas

untuk menekan kemungkinan terjadinya kejadian. Berdasarkan prinsip

pengendalian permanen menurut Tarwaka (2008), pengendalian teknis

seperti eliminasi (menghilangkan sumber bahaya) adalah yang utama,

selanjutnya diikuti oleh pengendalian lainnya. Di Bidang Profilling

Prismatic Machine itu sendiri berdasarkan hasil wawancara mendalam dan

observasi belum pernah meningkatkan dengan pengendalian teknis.

Manajemen meningkatkan dengan pengendalian administratif dalam

Page 178: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

158

bentuk pelatihan, shift kerja, penerapan safety sign. Akan tetapi dalam

pelaksanaan pengendalaian administratif dengan penerapan safety sign

masih belum maksimal.

Oleh karena itu, sebaiknya pengendalian administratif dalam

bentuk safety sign dibuat sesuai dengan potensi bahaya, risiko dan

pengendaliannya agar pekerja dan tamu perusahaan mengetahui potensi

dan risiko bahaya yang mungkin terjadi. Menurut standar ANSI

pemasangan safety sign harus berdasarkan potensi bahaya yang ada di

tempat kerja dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012

pada bab keamanan bekerja berdasarkan SMK3 tentang sub bab area

terbatas, bahwa rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu

darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Jika

dibandingkan dengan kenyataan, tidak ada satupun keberadaan safety sign

yang mengindikasikan risiko dan potensi bahaya dari proses produksi

secara tepat. Sementara, pengaruh dari potensi bahaya dan risiko tersebut

dapat mengganggu kesehatan secara fisik dimana dapat menyebabkan

gangguan-gangguan atau kerusakan pada tubuh (Tarwaka, 2008).

Di bagian mesin DGMP dan DGAL hanya terdapat tanda berupa

mandatory penggunaan sepatu safety, kacamata safety, ear muff, dan safety

line. Letak 1 tanda sepatu safety juga terhalang oleh mesin besar dari

DGMP sehingga tidak terlihat dan tidak dapat memberikan pesan kepada

pekerja maupun pengunjung yang datang ke area kerja. Safety sign lainnya

di are mesin DGMP juga terletak jauh dari area mesin yaitu sejauh ± 20 m.

Page 179: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

159

Warna sign juga sudah pudar dan ukurannya juga kecil Karena belum di

update.

Gambar 6.1 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP

Gambar 6.2 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGAL

Keberadaan Safety Sign di mesin DGMP dan DGAL menurut

standar safety sign ANSI Z535.4-2007 berdasarkan situasi bahaya yang

menginstruksikan pesan keselamatan untuk melindungi pekerja maupun

properti dari risiko kerugian belum sesuai dengan risiko bahaya yang ada

ditempat kerja. Oleh karena itu, harus dilakukan evaluasi terhadap

penerapan safety sign sebagai bentuk pengendalian bahaya yang sudah

diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang sistem

manajemen keselamatan.

Menurut Sumbo Tinarbuko (2008), pembuatan safety sign yang

baik adalah yang memenuhi 4 kriteria seperti : mudah dilihat, mudah

dibaca, mudah dimengerti, dan dapat mudah dipercaya. Safety sign di

Page 180: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

160

mesin DGAL memiliki kelebihan dibandingkan dengan mesin DGMP,

yaitu dengan adanya caution sign (terpeleset). Letak 1 tanda sepatu safety

juga terhalang oleh mesin besar dari DGAL sehingga tidak terlihat dan

tidak dapat memberikan pesan kepada pekerja maupun pengunjung yang

datang ke area kerja. Warna sign juga sudah pudar dan ukurannya juga

kecil karena penerapan safety sign yang belum di update. Sedangkan

tanda-tanda tersebut bertujuan menyampaikan suatu informasi sehingga

bersifat komunikatif. Menurut Sumbo Tinarbuko (2008), keberadaan

safety sign mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau

dibayangkan. Berdasarkan teori tersebut bahwa keberadaan safety sign di

mesin DGMP dan DGAL sepenuhnya belum lengkap dan belum berfungsi

dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan pada tabel 5.4 yaitu keberadaan

safety sign berdasarkan potensi bahaya dan risiko.

Begitu juga keberadaan safety sign yang ada di mesin MATEC dan

JOBS yang memilki potensi bahaya dan risiko sama dengan mesin

DGMP, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Tetapi, terdapat

sedikit perbedaan potensi bahaya yang dihasilkan yaitu risiko terjatuh,

tergencet karena mesin MATEC dan JOBS tidak tinggi dan besar. Risiko

terpapar cipratan dural, karena bentuk dari mesin MATEC dan JOBS yang

sudah terisolasi. Di mesin MATEC dan JOBS tidak ada sama sekali

indikasi penerapan safety sign untuk pekerja, hanya terdapat tanda

prohibition di kerangkeng mesin, itupun juga berasal dari pabrik mesin.

Page 181: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

161

Gambar 6.3 Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC dan JOBS

Keberadaan Safety Sign di mesin MATEC dan JOBS menurut

standar safety sign ANSI Z535.4-2007 berdasarkan situasi bahaya yang

menginstruksikan pesan keselamatan untuk melindungi pekerja maupun

properti dari risiko kerugian belum sesuai dengan risiko bahaya yang ada

ditempat kerja. Hal tersebut karena tidak ada safety sign sama sekali yang

terpajang di mesin MATEC dan JOBS, yang mengindikasikan adanya

tanda risiko bahaya sesuai dengan hasil identifikasi yang dilakukan.

Menurut Kusrianto (2009), bahwa manusia mampu memberikan

makna dan menginternalisasikan makna terhadap suatu objek, tempat,

maupun suasana dari orang-rang yang berada dalam lingkungan simbolik.

Hal tersebut menunjukkan bahwa di mesin MATEC dan JOBS tidak

terdapat makna untuk mengindikasikan suasana bahaya yang dapat terjadi

kapan saja untuk pekerja dan tamu perusahaan, karena tidak adanya

satupun safety sign yang terpasang.

Menurut Gustosign (2013) sebagai ahli konsultan dan pembuat

safety sign, keberadaan safety sign memiliki tujuan untuk mencegah

kecelakaan ditempat kerja. Safety sign berisi pesan-pesan mengenai

bahaya serta penempatan informasi lain yang berhubungan dengan

Page 182: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

162

keamanan kerja. Begitu juga di Bidang Profilling Prismatic Machine,

penempatan safety sign yang masih kurang tepat serta tidak adanya safety

sign yang mengindikasikan adanya potensi bahaya atau pemberitahuan

akan memberikan makna sikap yang normal saja untuk pekerja. Akan

tetapi, jika disetiap mesin atau proses kerja yang memiliki sign¸ akan

memberikan rasa tanggung jawab untuk menjaga dirinya agar lebih

berhati-hati untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sehingga risiko yang

dapat muncul, bisa diminalisir dengan memunculkan safety sign tersebut.

Sebaiknya, PT. Dirgantara Indonesia dalam manajemen K3LH,

pada penerapan safety sign, menggunakan standar yang berlaku dan

memilih perusahaan pembuat safety sign yang terbaik agar penerapan

safety sign dapat tepat sesuai dengan standar dan komposisi. Selain itu,

keberadaan safety sign sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil identifikasi

bahaya, agar penerapannya dapat berguna untuk meminimalisir terjadinya

kecelakaan kerja.

6.5 Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Daftar Bahaya

Kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang

telah didiskusikan oleh key informan, yaitu dengan memberikan

rekomendasi safety sign di mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS

berdasarkan situasi bahaya dan risiko pekerjaan. Safety sign dalam bentuk

mandatory yang sudah ada juga dibuat kebutuhan berdasarkan referensi

Page 183: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

163

standar ANSI Z535 dan BSI 5499 dengan pictogram, symbol panel, signal

word, dan word message yang terbaru.

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko, di dapat

daftar potensi bahaya yang ada di mesin DGMP, DGAL, MATEC dan

JOBS adalah berupa potensi bahaya mekanik, fisik, kimia, fisiologis,

ergonomis. Kebutuhan safety sign berdasarkan risiko bahaya dan

pengendalian yang diterapkan di Bidang Profilling Prismatic Machine.

Oleh karena itu, analisa kebutuhan safety sign sudah sesuai dengan

pedoman Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan

sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada bab area terbatas yang

menyatakan bahwa rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar

dan pedomen teknis. Standar yang digunakan yaitu dengan ANSI Z535

dan BSI 5499 yang dibuat berdasarkan hasil identifikasi bahaya di Bidang

Profilling Prismatic Machine.

Berdasarkan daftar potensi bahaya, risiko dan pengendalian

kebutuhan safety sign sudah disesuaikan dengan klasifikasi tanda bahaya

sesuai dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499. Diantaranya warning

sign, caution sign, danger sign, notice sign, dan prohibition sign. Potensi

bahaya yang memilki risiko tinggi sangat diutamakan untuk diberikan

informasi, karena akan mengakibatkan bahaya mekanik seperti terpeleset,

terjatuh, tertimpa, tertusuk chips, tersayat, terpotong, tertiban, dan terjepit.

Page 184: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

164

Menurut standar safety sign ANSI Z535.4-2007 yang menyatakan

bahwa safety symbol dipilih berdasarkan representasi grafis dengan jelas

untuk menyampaikan pesan keselamatan secara spesifik, dan juga

memberikan signal word (DANGER : merah, WARNING : oranye.

CAUTION : kuning, NOTICE : biru). Safety sign menurut ANSI Z535.4-

2007 juga harus dilengkap dengan symbol panel (pictogram), dan pesan

yang disampaikan. Hal tersebut membuktikan keberadaan safety sign

belum sesuai dengan standar ANSI Z535 yang juga diterapkan di Bidang

Profilling Prismatic Machine.

Untuk memberikan perbandingan kesesuaian terhadap keberadaan

safety sign dilapangan, kebutuhan penggunaan safety sign berdasarkan

potensi bahaya, risiko dan perintah penggunaan APD. Menurut ANSI

Z535.4 2007 dan Gustosign (2013) dapat dijelaskan dengan pesan yang

disampaikan seperti :

a. Warning sign

Warning sign dengan background berwarna oranye dan kata

WARNING berwarna hitam. Hal tersebut mengindikasikan situasi

kemungkinan terjadinya kecelakaan serius atau kematian. Sementara

di Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki risiko bahaya

tersayat, tergores, jari terpotong, tertusuk chips, tersengat listrik,

terjepit mesin, serta tertiban benda berat. Oleh karena itu, di Bidang

Profilling Prismatic Machine dibutuhkan warning sign. Tetapi,

Page 185: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

165

khusus di mesin MATEC dan JOBS karena karakteristik bentuk mesin

yang tidak besar maka tidak dibutuhkan warning sign dengan risiko

bahaya terjepit.

b. Caution sign

Caution sign dengan background berwarna kuning dan kata

CAUTION berwarna hitam, mengindikasikan situasi berbahaya yang

dapat menyebabkan luka ringan atau sedang. Oleh karena itu,

himbauan atau waspada akan adanya risiko bahaya di Bidang

Profilling Prismatic Machine dibutuhkan tanda caution sign,

diantaranya karena adanya potensi bahaya dan risiko terpeleset,

lintasan forklift, bahaya terjatuh (hanya mesin DGMP dan DGAL),

tersandung, serta tertiban alat kerja yang berat.

c. Danger sign

Danger sign dengan background berwarna merah dan kata

DANGER berwarna putih, mengindikasikan situasi bahaya yang

memiliki kemungkinan tinggi terjadinya kematian atau luka serius.

Sementara di Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki risiko

bahaya kebakaran karena satu ruang dengan ruang produksi yang

memiliki risik terbakar. Oleh karena itu, dibutuhkan tanda bahaya

terbakar, mengindikasikan adanya alat APAR sebagai fire fighting

sign dan dilarang merokok.

Page 186: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

166

d. Notice Sign

Notice sign dengan background berwarna biru dan kata

NOTICE berwarna putih, yang menyampaikan pesan keselamatan

personil atau perlindungan terhadap properti perusahaan

bersangkutan. Notice sign biasa dipakai unuk membeikan mandatory

sign. Di Bidang Profilling Prismatic Machine membutuhkan Notice

sign dalam bentuk himbauan pemakaian / mandatory penggunaan alat

pelindung diri seperti : sepatu safety, helm, sarung tangan, masker,

seragam kerja, earmuff, dan kacamata safety.

e. Safe Condition Sign / safety first background berwarna hijau dan

gambar atau kata berwarna putih, yang memberikan Instruksi-

instruksi umum yang berhubungan dengan praktek kerja yang aman,

serta memberikan tanda jalur evakuasi. Oleh karena itu, berdasarkan

potensi bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine

dibutuhkannya tanda jalur evakuasi.

f. Selain tanda diatas kebutuhan safety sign juga ditambah dengan

adanya prohibition sign di mesin MATEC dan JOBS yaitu tanda

dilarang masuk saat mesin beroperasi. Selain itu, untuk semua mesin

di Bidang Profilling dibutuhkan tanda bahaya dari limbah material

dan risiko gangguan kesehatan pada pekerja efek dari collant dan

material yang dibentuk oleh mesin.

Page 187: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

167

Material yang digunakan berdasarkan standar BSI 5499 yaitu

diantaranya adalah poliester, plastik kaku, alumunium dan polypropylene

juga sudah sesuai secara keseluruhan, karena material safety sign yang

digunakan di Bidang Profilling Prismatic Machine terbuat dari bahan

alumunium, plastik kaku dan stainless.

Walaupun sifat dari pengendalian dalam bentuk safety sign hanya

berupa tanda peringatan, pemberitahuan / informasi akan lebih baik jika

safety sign diterapkan secara optimal berdasarkan potensi bahaya dengan

memberikan tanda warning, caution, danger, notice, serta indikasi adanya

alat-alat pemadam kebakaran.

6.6 Kesesuaian Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic

Machine

Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 bahwa rambu-

rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai

dengan standar dan pedoman. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,

terdapat risiko bahaya terpeleset, tertimpa, terjatuh, tersayat, tergores,

tertiban, kebisingan, gangguan ergonomi, yang diklasifikasikan secara

potensi bahaya fisik menurut Tarwaka (2008) dapat menyebabkan gangguan

pendengaran, kerusakan pada otot, dapat menyebabkan kelelahan kerja,

bahkan potensi terjadinya kebakaran. Tetapi, keberadaan safety sign tidak

ada yang sesuai dengan analisa kebutuhan safety sign berdasarkan potensi

bahaya yang ada.

Page 188: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

168

Berdasarkan hasil kebutuhan safety sign yang dibandingkan

dengan keberadaan safety sign di mesin DGMP dan DGAL dengan tanda

perintah (mandatory sign) yaitu penggunaan sepatu safety, ear muff, safety

googles tidak memiliki kesesuaian. Hanya terdapat 2 kesesuaian yaitu

indikasi potensi bahaya dengan tanda segitiga mengindikasikan alat APAR

dan tanda dilarang merokok. Selebihnya safety sign berdasarkan potensi

bahaya dan risiko di mesin DGMP tidak memiliki kesesuaian. Walaupun

terdapat tanda sepatu safety, peggunaan earmuff, kaca mata safety di

masing-masing mesin, safety sign yang terpasang sudah tidak sesuai

dengan standar regulasi ANSI Z535 yang berlaku. Menurut ANSI Z535

safety sign harus dilengkapi dengan kata sinyal, simbol peringatan

keselamatan, dan pesan dari kata sinyal.

Begitu juga dengan analisa kesesuaian keberadaan safety sign di

mesin MATEC dan JOBS berdasarkan potensi bahaya dan risiko di mesin

tersebut tidak memiliki kesesuaian berdasarkan keberadaan dan kebutuhan

safety sign, karena safety sign yang terdapat di mesin MATEC dan JOBS

hanya berdasarkan sign yang sudah teridentifikasi dari pabrik pembuatan

mesin tersebut mesin, bukan berdasarkan pekerjaan yang berhubungan

dengan mesin tersebut yang seharusnya di buat kebijakan yang baru oleh

pihak Departemen K3LH atau Bidang Profilling Prismatic Machine.

Potensi bahaya yang terdapat di mesin MATEC dan JOBS

memiliki kesamaan dengan mesin DGMP, akan tetapi terdapat beberapa

perbedaan seperti terjatuh dan tergencet karena bentuk mesin MATEC dan

Page 189: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

169

JOBS tidak besar. Oleh karena itu berdasarkan kebutuhan safety sign tidak

ada.

Menurut Undang-undang Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

pasal 9,12 dan 14 penggunaan APD di tempat kerja merupakan suatu

keharusan. Oleh karena itu berdasarkan APD yang sesuai dengan risiko

bahaya yang teridentifikasi juga harus didukung oleh tanda perintah

(mandatory sign) penggunaan APD di lingkungan kerja. Hal tersebut

adalah untuk mendukung perilaku pekerja agar menggunakan APD sesuai

dengan potensi bahaya di tempat kerja agar terhindar dari kejadian atau

kecelakaan kerja. Di Bidang Profilling Prismatic Machine sendiri, tanda

mandatory tidak mendukung dari setiap potensi bahaya yang ada. Selain

tidak terpasang, safety sign dengan sinyal pemberitahuan penempatannya

tidak sesuai yaitu jauh dari pekerja dan kondisinya sudah kurang baik.

Sebagaimana disampaikan oleh Tinarbuko (2008), bahwa terdapat 4

kriteria penerapan safety sign yang baik yaitu mudah dilihat, mudah

dibaca, mudah dimengerti, dan dapat dipercaya. Jika tanda penggunaan

APD pada mandatory sign tidak dirubah sesuai dengan tempatnya, maka

yang akan terjadi adalah tidak dapat dilihat dan dimengerti karena tidak

dapat memberikan pesan kepada pekerja atau tamu perusahaan, bahwa di

area tersebut menyimpan bahaya dan harus melindungi diri dengan APD.

Akibatnya dapat menimbulkan risiko bahaya seperti terpeleset, terjatuh,

tersayat, jari terpotong, dsb.

Page 190: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

170

Selain tanda indikasi perintah, pada potensi bahaya biologis

terhadap gangguan pernapasan juga tidak disertai dengan simbol dan

tanda berbahaya di sekitar mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS. Hal

tersebut menunjukkan ketidaksesuaian terhadap potensi bahaya biologis

yang mengakibatkan gangguan pernapasan. Oleh akrena itu, upaya

pengendalian yang dilakukan dalam bentuk safety sign perlu dilakukan

evaluasi. Evaluasi berdasarkan ketidaksesuaian tersebut diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 pada bab keamanan bekerja

berdasarkan SMK3 yang menyatakan upaya pengendalian risiko di

evaluasi secara berkala apabila terjadi ketidaksesuaian atau perubahan

pada proses kerja.

Menurut Health and Safety Executive (2009) yang mengikuti

ketentuan dari BSI bahwa safety sign terbagi menjadi 5 yaitu prohibition

sign (tanda larangan), warning sign (tanda peringatan), mandatory sign

(tanda perintah, safe condition sign (tanda kondisi aman), dan fire fighting

(tanda peralatan kebaran). Sedangkan dengan standar ANSI Z535

memiliki kesamaan dengan standar BSI akan tetapi terdapat perbedaan

yaitu terdapat caution sign dan notice sign pada standar ANSI. Warna

simbol warning sign juga berwarna oranye, jika di BSI berwarna kuning

warna kuning dengan standar BSI adalah indikasi adanya warning sign.

Oleh karena itu PT. Dirgantara Indonesia dalam penerapan safety sign

dapat menggunakan salah satu standar atau kedua-duanya sesuai dengan

potensi bahaya di tempat kerja.

Page 191: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

171

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil dari tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Proses produksi di Bidang Profilling Prismatic Machine memiliki 3

bagian berdasarkan karakteristik dan jenis kerja mesin diantaranya

mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS. fungsi dari ketiga bagian

mesin yaitu melubangi dan membentuk material yang berasa dari

alumunium, besi, baja, dsb.

2. a) Potensi bahaya yang terdapat di Bidang Profilling Prismatic Machine

yang terbagi berdasarkan 3 bagian mesin yaitu DGMP, DGAL,

MATEC dan JOBS, memiliki potensi bahaya yang berasal dari

proses produksi. Terdapat bahaya mekanik, fisik, kimia, fisiologis

dan ergonomi. yang dijelaskan pada tabel 5.3

b) Sebagian besar tingkat risiko di Bidang Profilling Prismatic Machine

dari hasil penilaian risiko yaitu high risk. Diantaranya dibedakan

berdasarkan tingkat bahaya sangat ekstrim, tinggi, serius, sedang,

dan kecil. Risiko yang ada di Bidang Profilling Prismatic Machine

yaitu bahaya mekanik (terpeleset, terjatuh, tertimpa, tersayat,

tergores, jari terpotong, gangguan pernapasan, gangguan

pendengaran, tersengat listrik, tersandung, tertiban, serta tergencet).

Page 192: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

172

Bahaya fisik (cipratan dural, sisa material/chips). Selanjutnya risiko

gangguan ergonomi dan kimia (limbah hasil material).

3. Keberadaan safety sign yang mengindikasikan risiko dan potensi bahaya

dari proses produksi masih kurang tepat, karena belum sesuai dengan

potensi bahaya dan risiko ditempat kerja.

4. Analisa kebutuhan safety sign dilakukan sesuai dengan pedoman

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, standar ANSI Z535 dan BSI

5499 di Bidang Profilling Prismatic Machine yaitu dibutuhkannya

caution sign, warning sign, notice sign, dnger sign, prohibition sign,

serta safe conition sign yang telah disesuaikan dengan hasil identifikasi

bahaya.

5. Hasil analisa kesesuaian keberadaan safety sign di Bidang Profilling

Prismatic Machine menunjukkan tidak sesuai. Ketidaksesuaian

berdasarkan aspek keberadaan, penempatan, kondisi, analisa kebutuhan,

dan hasil wawancara mendalam, bahwa jika dibandingkan dengan

standar dan potensi bahaya tidak cocok. Hal tersebut telah didukung

dari hasil perbandingan antara kebutuhan dengan keberadaan safety sign

di 3 bagian Bidang Profilling, berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan

risiko bahaya.

Page 193: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

173

7.2 Saran

Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Sebaiknya dilakukan kegiatan identifikasi bahaya ulang dan inspeksi

bahaya rutin di seluruh Direktorat Produksi. Inspeksi dilakukan dengan

tujuan untuk melihat kemunculan potensi bahaya yang tidak terlihat

saat melakukan identifikasi bahaya.

2. Walaupun safety sign bukan pengendalian yang utama, tapi dapat

memberikan gambaran bahaya di area kerja serta dapat

meminimalisasikan kecelakaan ditempat kerja. Oleh karena itu, akan

lebih baik jika safety sign diterapkan secara optimal berdasarkan

potensi bahaya dengan memberikan tanda warning, caution, danger,

notice,safe condition serta indikasi adanya alat-alat pemadam kebakaran

sesuai dengan standar yang berlaku.

Page 194: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

174

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, S. 2013. Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja (pp. 26).

ANSI Standard. 2007. ANSI Z535.4-2007 for Product Safety Sign and Labels.

Rosslyn : National Electrical Manufactures Association.

ANSI Standard. 2011. ANSI Z535.3-2011 Criteria for Safety Symbol. National

Electrical Manufactures Association (NEMA)

Alijoyo, Antonius. 2005. Enterprise Risk Management, Pendekatan Praktis. Ray

Indonesia.

Australia Standars/New Zaeland. 2004. Risk Management 4360. Standard

Association of Australia, Strathfield.

B. Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta : UI Press.

British Standar Institute. 1996. Safety Sign Regulations. British. Brady

Budiono, sugeng A.M. 2003. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Bunga Rampai Hiperkes dan KK Edisi kedua

Semarang : Universitas Diponegoro.

Badan Safety Sign Indonesia. 2009. Diakses di http://safetysign.co.id/ pada 12

Maret 2014 – 3 Juli 2014

Cahyani, P. 2009. Pemetaan Sistem Organisasi Sebagai Refleksi Budaya

Keselamatan Kerja (Safety Culture) Industri Manufaktur Indonesia.

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Page 195: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

175

Center for Cheemical Process Safety (CCPS). 2000. Guidelines for Chemical

Process Quantitative Risk Analysis, 2 edition, American Institute of

Chemical Engineers (AIChE). New York.

Gustosign. 2013. Safety sign atau rambu keselamatan/rambu K3 merupakan

kelompok sign yang berfungsi untuk mejaga keselamatan kerja.

Bandung. Diakses di http://gustosign.com/web/safety-sign/ pada 1 Juli

2014.

Harold, Kerzner. 2001. Project Management: a. System to Planning, Scheduling

and Controlling.

Harold, Kerzner. 2001. Project Management: a. System to Planning, Scheduling

and Controlling.

Health and Safety Executive. 2009. The Health and Safety (Safety Signs and

Signals) Regulation 1996. United Kingdom.

Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kulitatif. Jakarta: Salemba

Humanika.

Ilmi, Toyibatul. 2012. Rambu-Rambu Kesehatan & Keselamatan Kerja.

Engineering Articles.

Juliana, Anda Ivana 2008. Implementasi Metode Hazops dalam Proses

Identifikasi Bahaya dan Analisa Risiko Pada Feedwater System di Unit

Pembangkitan Paiton PT. PJB. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri

Surabaya.

Page 196: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

176

Jay Heizer dan Barry Render. 2005. Operation Management, 7th edition. Jakarta :

Salemba Empat

Kolloru, Rao V et all. 1996. Risk Assessment and Management handbok for

environmental health and safety professionals. Newyork : Mc Graw Hill.

Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI.

Lestari, Fatma. 2014. Strategi Peningkatan Keselamatan Kerja & Keselamatan

Publik di Indonesia melalui Pendekatan Sistematik Pencegahan

Munawir, A. 2010. HAZOP, HAZID, VS JSA. Migas Indonesia

Marquette, K. 2013. ANSI Standars for Safety Signs. eHow

NFPA 1600. Standar on Disaster / Emergency Management and Business

Continuity Program 2007 Edition, NFPA, Batterymarch Park, Quincy

Norman K Denzin, Yvona Lincoln. 1994. Hand Book of Qualitative Research,

California : SAGE Publications

OHSAS 18001. 2007 Occupational Health and Safety Assessment Series, OH&S

Safety Management System Requirements.

PT. Dirgantara Indonesia. 2011. Arsipiptek. Diakses di

http://arsipiptek.blogspot.com/2011/01/pt-dirgantara-indonesia-peluang-

dan.html) pada 12 November 2013 pukul 11.25 PM

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. oleh : Presiden RI

Redja, George E. 2003. Principles of Risk Management and Insurance. Eight

Edition : Person Education.

Page 197: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

177

Render, B. J. Heizer. 2005. Operations Management. Penerbit Salemba Empat.

Pearson Education Asia.

Ramli, S. 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management.

Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, S. 2010b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001 (Vol. 01). Jakarta: Dian Rakyat.

Safety Line Institute. 2005. Identify Hazard and Assess OHS Risk. Australia.

Safety Line Institute. 2005. Risk Management Process. Australia.

Suma’mur, Dr. P.K. Msc. 1981. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan.

PT. Toko Gunung Agung.

Simpson, Mary Anne. 2013. OSHA Sign Standards. eHow.

Standard Nasional Indonesia (SNI). 2006. Manajemen Tanggap Darurat untuk

Keadaan Darurat di kegiatan Usaha Pertambangan

Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma Perlindungan Ketenaga Kerjaan,

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta

Syartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan

Keja di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang

Semarang. Surakarta : Laporan Khusus Program Diploma III Hiperkes

Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Soeripto, IR. Vol. XXXI : No. 1 Oktober-Desember. 1997. Job Safety Analysis.

Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Page 198: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

178

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surkarta :

Harapan Press.

Tinarbuko, Sumbo 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra

Taylor, G., dkk. 2004. Enhancing Occupational Safety and Health. India: Great

Britain.

UNSW Health and Safety. 200). Risk Management Program. Canberra:

University of New South Wales. Diakses di

http://www.ohs.unsw.edu.au/ohs-riskmanagement/index.html. pada 2

Mei 2014)

Undang-undang No. 03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Oleh :

Presiden RI.

Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. oleh : Presiden RI

Webb, A. 1994. Risk Analysis for Business Decisions. Engineering Management

Journal.

Page 199: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

LAMPIRAN

Page 200: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …
Page 201: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …
Page 202: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …
Page 203: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Kepada Yth :

Calon Informan Penelitian

Di PT. Dirgantara Indonesia

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nama : Evianti Anggun Lestari

NIM : 1110101000009

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kesesuaian

Keberadaan Safety Sign Berdasarkan Bahaya yang terdapat di Departemen

Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia, Tahun 2014”.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 di Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan

safety sign berdasarkan hasil dari identifikasi bahaya dalam kegiatan proses

indutsri bidang manufaktur PT. Dirgantara Indonesia. Penelitian ini tidak

menimbulkan akibat yang merugikan bagi informan dan kerahasiaan semua

informasi yang diberikan akan dijaga, serta hanya digunakan dalam kepentingan

penelitian.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu yang bersedi menjadi informan saya

ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Evianti Anggun Lestari

Page 204: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Pedoman Wawancara

“ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN BERDASARKAN

BAHAYA YANG TERDAPAT DI DEPARTEMEN METAL FORMING

DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA, TAHUN 2014”

Panduan Wawancara Informan Utama

(Staf Departemen K3LH)

Kode Informan :

Tanggal Informan :

Pewawancara :

Identitas Informan :

a. Nama / Inisial Informan :

b. Jabatan / Jenis Pekerjaan :

c. Jenis kelamin :

d. Usia :

Tertanda Bersedia Menjadi Informan :

Signature Informan,

(.......................................)

Page 205: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Topik : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Direktorat Produksi

Panduan Wawancara

1. Bagaimana angka kecelakaan di Direktorat Produksi ?

2. Terdapat di Departemen apa kecelakaan tertinggi di Direktorat Produksi ?

3. Berapa angka SIR dan FIR di Departemen yang memiliki angka

kecelakaan tertinggi selama kurun waktu 5 tahun sebelumnya ?

Page 206: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Topik : Informasi Mengenai Pelaksanaan Manajemen Risiko

Panduan Wawancara

1. Bagaimanakah pelaksanaan proses produksi di Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia ?

2. Bahaya apa saja yang terdapat di Departemen Machining Direktorat Produksi

PT. Dirgantara Indonesia ?

3. Bagaimana cara melakukan identifikasi bahaya di Direktorat Produksi oleh

Departemen K3LH PT. Dirgantara Indonesia ?

4. Bagaimana cara menilai bahaya atau risiko yang dilaksanakan Departemen

K3LH di PT. Dirgantara Indonesia ?

5. Bagaimana cara pengendalian bahaya yang dilakukan Departemen K3LH PT.

Dirgantara Indonesia berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian risiko /

bahaya ?

6. Siapa saja orang yang terlibat dalam penentuan kebijakan dalam mengatur

manajemen risiko di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?

7. Apakah form yang dipakai dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian serta

pengendalian bahaya yang digunakan adalah prosedur yang mutlak dalam

manajemen risiko di industri penerbangan seperti PT. Dirgantara Indonesia ?

8. Bagaimana penerapan pengendalian teknis / engineering control yang sudah

dilaksanakan oleh Departemen K3LH ?

9. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi / administrasi control yang

sudah dilaksanakan oleh Departemen K3LH ?

10. Bagaimana cara pengendalian bahaya yang dilakukan Departemen K3LH

berdasarkan penggunaan APD yang harus dipakai pekerja ?

Page 207: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Topik : Informasi Penerapan Safety Sign

Panduan Wawancara

1. Bagaimana kebijakan terhadap penerapan safety sign sebagai bentuk

pengendalian adinistrasi di Direkorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?

2. Bagaimana kondisi safety sign saat ini yang sudah diterapkan ?

3. Standar safety sign apa yang digunakan di Direktorat Produksi PT.

Dirgantara Indonesia ?

4. Apa alasan menggunakan standar safety sign tersebut ?

5. Siapakah yang ditugaskan untuk memasang safety Sign di Direktorat Produksi

?

Page 208: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Panduan Wawancara Informan Pendukung

(Manajer / Supervisor / Team Leader)

Kode Informan :

Tanggal Wawancara :

Pewawancara :

Identitas Informan :

a. Nama / Inisial Informan :

b. Jabatan / Jenis Pekerjaan :

c. Jenis kelamin :

d. Usia :

Tertanda Bersedia Menjadi Informan:

Signature Informan,

(.......................................)

Page 209: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Panduan Wawancara Nara Sumber Pendukung

(Manajer / Supervisor / Team Leader)

Kode Nara Sumber :

Tanggal Wawancara :

Pewawancara :

Identitas Nara Sumber :

a. Nama / Inisial Nara Sumber :

b. Jabatan / Jenis Pekerjaan :

c. Jenis kelamin :

d. Usia :

Tertanda Bersedia Menjadi Nara Sumber :

Signature Informan,

(.......................................)

Page 210: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Panduan Wawancara (Manajer)

1. Terdapat berapa bidang tahapan di Departemen Machining ?

2. Bagaimana tingkat incident / kejadian di Departemen Machining ?

3. Bagaimana tingkat kecelakaan di Departemen Machining ?

4. Pada tahap bidang apa tingkat kecelakaan tertinggi di Departemen Machining

?

5. Bagaimana tahapan proses produksi di bidang tersebut ?

6. Berapa jumlah mesin yang terdapat di bidang tersebut ?

7. Bahaya apa saja yang terdapat di bidang tesebut ?

8. Bagaimana catatan P3K di bidang tersebut ?

9. Bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian risiko) di Departemen Machining dan di bidang yang

memiliki tingkat kecelakaan tertinggi ?

10. Bagaimana penerapan pengendalian bahaya yang sudah dilakukan di

Departemen Machining dan di bidang yang memiliki tigkat kecelakaan

tertinggi ?

11. Bagaimana penerapan pengendalian teknis (engineering control) yang sudah

diterapkan di Departemen Machining ?

12. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi (administrasi control) yang

sudah dilakukan ?

13. Bagaimana prosedur penerapan safety sign di Departemen Machining ?

14. Bagaimana keadaan safety sign di Departemen Machining ?

15. Apakah penempatan safety sign yang sudah ada sesuai dengan bahaya dan

proses kerja di Departemen Machining ?

16. Siapakah yang bertugas memasang Safety Sign di Departemen Machining ?

Page 211: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

17. Bagaimana pendapat Bapak/ibu tentang pentingnya penerapan safety sign di

Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?

Page 212: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Panduan Wawancara (Supervisor)

1. Terdapat berapa bidang tahapan di Bidang ini ?

2. Bagaimana tingkat incident / kejadian di Departemen Machining ?

3. Bagaimana tingkat kecelakaan di Departemen Machining ?

4. Pada tahap bidang apa tingkat kecelakaan tertinggi di Departemen Machining

?

5. Bagaimana tahapan proses produksi di bidang tersebut ?

6. Berapa jumlah mesin yang terdapat di bidang tersebut ?

7. Bahaya apa saja yang terdapat di bidang tesebut ?

8. Bagaimana catatan P3K di bidang tersebut ?

9. Bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian risiko) di Departemen Machining dan di bidang yang

memiliki tingkat kecelakaan tertinggi ?

10. Bagaimana penerapan pengendalian bahaya yang sudah dilakukan di

Departemen Machining dan di bidang yang memiliki tigkat kecelakaan

tertinggi ?

11. Bagaimana penerapan pengendalian teknis (engineering control) yang sudah

diterapkan di Departemen Machining ?

12. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi (administrasi control) yang

sudah dilakukan ?

13. Bagaimana prosedur penerapan safety sign di Departemen Machining

khususnya dibidang tersebut ?

14. Bagaimana keadaan safety sign di Departemen Machining khususnya di

bidang tersebut ?

Page 213: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

15. Apakah penempatan safety sign yang sudah ada sesuai dengan bahaya dan

proses kerja di Departemen Machining khususnya di bidang tersebut ?

16. Siapakah yang bertugas memasang Safety Sign di Departemen Machining ?

17. Bagaimana pendapat Bapak/ibu tentang pentingnya penerapan safety sign di

Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?

Page 214: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Matriks Hasil Wawancara – Penerapan Safety Sign

Informan Utama

Topik

Pembahasan Kriteria

Informan 1

(01)

Informan 2

(02)

Informan 3

(03)

Informan 4

(04)

Kesimpulan Penanggung Jawab

Staf Bidang

Pengendalian &

Pengukuran

Departemen K3LH

Staf Bidang

Pengendalian &

Pengukuran

Departemen K3LH

Staf Bidang

Manajemen

Departemen K3LH

Staf Bidang

Pengendalian &

Pengukuran

Departemen K3LH

Penerapan

Safety Sign

Prosedur

penerapan safety

sign

Sesuai dengan

potensi bahaya hasil

identifikasi, hasil

audit, jika sudah

labur, rusak, ada

proses baru dll.

Diganti dan tinggal

meminta ke

Departemen K3LH.

Melihat potensi

bahaya.

Pengadaan dari,

K3LH. Dimulai dari

mendisain,

merencakan sesuai

dengan kebutuhan di

proses produksi.

Berdasarkan

inspeksi lapangan,

audit, rekomendasi

pengendalian

setelah investigasi

kecelakaan kerja,

untuk di awal

berdasarkan

identifikasi bahaya.

Berdasarkan potensi

bahaya yang didapat

dari proses hasil

identifikasi bahaya,

audit, rekomendasi

investigasi jika terjadi

kecelakaan, serta

sampai tahap

mendesain dan

mencetak warning

Page 215: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

sign.

Kondisi safety sign Bagus, jika barang

sudah habis, sudah

diantisipasi dengan

mencetak yang baru,

selalu ter-update.

Belum di update lagi,

sudah luntur.

Ada, cepat

mengelotok, sekarang

dalam bentuk plat

yang dibuat oleh

K3LH produksi.

90% bagus, 10%

masih kurang

karena masih

terjadi perubahan

struktural lokasi

prosuksi perbagian.

Cukup baik, akan

tetapi belum di

update, sudah

mengelotok, warnanya

luntur, belum sesuai

dengan tempat kerja

karena masih adanya

struktural organisasi

yang berubah

sehingga lokasi

produksi juga berubah

yang mempengaruhi

safety sign yang sudah

ada.

Standar safety

sign yang

diterapkan

Referensi dari mana

saja, dengan

kebijakan manual

K3LH, standar

SMK3 refernsinya

dari vendor. Semua

dipakai dari audit,

ANSI, standar

amerika. Dominan

pakai standar

Amerika.

Searching dari mana

saja, menggunakan

sumber dari mana

saja.

Referensi dari mana

saja.

Warnanya kuning-

kuning, ANSI

Berdasarkan kebijakan

terdahulu,

menggunakan

beberapa referensi

sumber internet serta

lebih menganut ke

standar Amerika yaitu

ANSI.

Alasan

menggunakan

Memenuhi

requirement

Tidak tahu alasannya. Menggunakan

kebijakan dari yang

Menganut ke

Amerika

Sebagai pemenuhan

requirement customer.

Page 216: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

standar tersebut customer. terdahulu, dan mengadop dari

perusahaan besar.

Petugas pemasang

safety sign

Jika ada yang

meminta ke

Departemen K3LH

diberikan.

Staf departemen

K3LH, akan tetapi

jika ada yang meminta

diberikan.

Pengadaan dari

K3LH, jadi jika di dari

direktorat produksi

ingin memakai tinggal

menggunakan saja.

Organisasi terkait,

petugas K3LH

produksi dan

sebagai jembatan

adalah P2K3

Pengadaan ada di

departemen K3LH,

yang memasang bisa

dari Supervisor yang

meminta ke

Departemen K3LH,

tim K3LH produksi

maupun pihak P2K3

sebagai jembatan

antara produksi dan

K3LH.

Page 217: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Matriks Hasil Wawancara – Penerapan Safety Sign

Informan Pendukung

Topik Pembahasan Kriteria

Informan 1

(001)

Manajer Departemen

Machining

Informan 2

(002)

Supervisor di Departemen

Machining

Informan 3

(003)

Supervisor di

Departemen

Machining

Kesimpulan

Bagian/bidang yang ada

di Departemen

Machining

Bagian adalah

organisasi, mempunyai

7 Supervisor dengan

struktur bidang yang

baru. Dibedakan

berdasarkan gru dri

teknologi.

Saat ini masih ada 4 bidang

yaitu profilling, medium,

small, dan late. 7 bidang

adalah rencana organisasi

selanjutnya dan sedang

berproses.

Saat ini ada 4 bidang,

Saya berwewenang

di Bidang 3 Axis

Prismatic Machine.

Saat ini masih ada 4

bidang, dan akan adanya

perluasan struktur

organisasi yang akan

datang menjadi 7 bidang.

Penerapan safety

sign

Prosedur penerapan

safety sign

Dilakukan identifikasi

bahaya oleh tim dari

Machining dan tim dari

Departemen K3LH

dan K3LH produksi.

Pengadaan dari

Departemen K3LH,

pelaksanaan oleh

Dalam penerapan safety

sign pihak Machining tidak

dilibatkan, yang

menerapkan adalah K3LH

di produksi yang meminta

sign ke Departemen K3LH.

Akan tetapi dalam

penempatannya masih

Telah disesuaikan

dengan bahaya dan

APD yang digunakan

di tempat kerja.

Pelaksanaan dilakukan

oleh tim K3LH produksi,

dan pengadaan safety

sign dari Departemen

K3LH. Sebelum

penempatan safety sign

disesuaikan dengan

bahaya dan penggunaan

Page 218: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

K3LH produksi. kurang tepat, sehingga sign yang ada tidak memberikan

makna.

APD yang bekerja sama dengan pihak

produksi/bengkel.

Kondisi safety sign Kondisinya tidak

memuaskan.

Safety sign lengkap, tetapi

kualitas sudah buram, kotor,

hilang, hanya tanda

mandatory/penggunaan

APD, tidak di maintenance.

Masih kurang dan

harus dipasang lagi,

karena adanya

perubahan tata letak

lokasi produksi.

Kualitas masih kurang,

karena sudah buram,

letaknya sudah tidak

sesuai, kotor, dan bahkan

banyak yang tidak ada

sign nya.

Standar safety sign yang

diterapkan

Ada yang sudah sesuai

ada yang belum karena

belum pick

pemindahan rotasi

kerja dan belum di

revisi termasuk safety

sign yang ada.

Sudah sesuai dengan

mandatory, akan tetapi

hanya letaknya saja yang

belum tepat.

Belum sesuai dengan

potensi bahaya

karena masih terjadi

perpindahan lokasi

kerja.

Ada yang sudah sesuai

dan ada yang belum

sesuai karena masih

adanya perpindahan

lokasi kerja.

Alasan menggunakan

standar tersebut

Pentingnya sebesar

10% karena fungsinya

hanya untuk

mengingatkan saja,

sedangkan operator

maupun pekerja

lainnya sudah tahu

risiko yang ada di

lingkungan kerja.

Secara manajemen itu

penting, tapi secara moral

belum mencapai efektivitas

kepada pekerja.

Sangat penting

karena yang utama

dan dapat

mengindikasikan

adanya potensi

bahaya maupun

tanda peringatan agar

terhindar dari

kecelakan.

Di pandang penting

karena dapat

memberikan pengaruh

kepada pekerja untuk

mengindikasikan adanya

potensi bahaya dan

mandatory yang ada di

tempat kerja.

Petugas pemasang safety

sign

Semua dari K3LH. Sudah ada dari di

bangunnya ruang produksi.

Kerjasama antara tim

K3LH dan bengkel.

Kerjasama antara orang

dari machining, K3LH

produksi dan

Page 219: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Departemen K3LH.

Page 220: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama

Kode Informan : 01

Inisial : SY

Tanggal Wawancara : 13 Mei 2014

Topik Peneliti Informan (Kepala Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Penerapan Safety

sign

“ok pak, karena saya disini fokus

kepada safety sign yaitu salah

satu tindakan bentuk

pengendalian administrasi, itu

tahapan prosedur penerapan

safety sign yang ada disini seperti

apa pak?”

“Nah, di HIRAC itu kan ada yak, kemudian didalam sub itu tadi diakhirnya kan ada

administratif. Disitulah kita lakukan, oh ini harus safety sign dipasang, apa. Nah, itu apa ya

yang juga udah cetak banyak. Jadi kita himbau safety sign yang sudah labur, sudah rusak dll.

Diganti. Yang lain, ada proses baru, dimana ada potensi bahayanya yang apa, perintahnya

apa, tinggal pinta kesini. “

“Berarti yang melakukan

identifikasi itu siapa pak?”

“iya, kita libatkan antisipasi mereka, kenapa, karena ketika semuanya dipandu dari sini, dia

merasa tidak dilibati, enggak merasa berkepentingan. Padahal kan safety itu kepentingan

semua orang, sehingga smua orang harus peduli. Ketika kepedulian itu datang dari diri

sendiri itu bagus, peduli apa, ya peduli mengingatkan. Pedulikan kondisi lingkungan aman

tadi kan. Misalnya warning sign, kadang2 banyak yang lupa untuk ngingetin. Katanya, gak

ada warning sign nya sih, mana. Itu terbukti diaudit ada kompinen tadi.

“ok pak berarti yang pertama dai

hasil identifikasi ya pak, lalu yang

kedua berdasarkan hasil audit.

Lalu bagaimana kondisi safety

sign saat ini yang ada pak, baik

materialnya, penempatannya,

“heem, baguss baguss..jadi kita asudah antisipasi ketika barang ini habis, kita sudah cetak.

Kemudian, poster juga pernah kita lombakan, untuk membuat hal yang baru lah maksudnya.

Jadi itu kita update terus yah. Disamping fasilitasnya di update, itu juga disesuaikan juga

dengan fasilitasnya. ”

Page 221: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

serta baik keberadaannya?”

“itu apakah sesuai dengan

bahayanya pak, dalam

pemasangan safety sign.lalu

bagaimana keadaan safety sign

saat ini, misalkan ada bagian

yang tdk boleh di pegang, disitu

ada tandanya, tanda harus

menggunakan face shield ada

tandanya. Nah, di PT. DI sendiri

ini apakah sudah sesuai ?

“Ahh, tentang warning sign disamping kita juga memberikan peluang mereka untuk berkreasi.

Mungkin slogan, rambu-rambu, warning sign yang kita buat sudah standar. tapi mereka kita

juga berikan kebesan berkreasi, yang penting slogan it bermanfaat dan sesuai dengan potensi

berbahaya yang ada di tempat kerjanya. Itu banyak itu, dan itu kita juga apresiasi tinggi dan

punya nilai yang tinggi. Karena dia bisa berinisiatif sendiri dan ternyata dari segi estetika dll

itu bagus. Kita bisa mengadop dari mereka2. Cuman umumnya di PT. Di maunya terima jadi.

Ahhh, kalau udah mau terima jadi, yaudah yang standar, kita kasih aja yang ada, buat itu

yang standar. karena dari bentuk dan ukuran dan lain-lain itu kan seolah kaku yah, gak ada

nyeni nya lah gitu. Nah, kita berikan kebebsan juga disitu, yang penting ada potensi bahaya

tinggi tidak terjadi kecelakaan. “

“itu di seluruh karyawan di

Direkorat Produksi pak, itu

membuat warning, tanda slogan

atau poter dan lain sebainya ?”

“yaaah, eehh, artinya kami memberikan peluang ya untuk mereka berkarya, Cuma ya sedikit.

Biasanya ya ketika mau ikut lomba 5 R, nah pesertanya itu yan punya mental juara, dia

berkreasi sendiri, karena itu dapet point tinggi. Gak hanya mainn terima jadilah gitu, dari sini

tempel2 kan gitu..”

“Lalu pak, standar yang di

tetapkan, menurut prosedur yang

ada di Departemen K3LH,

mengenai safety sign sendiri itu

menggunakan standar apa pak?”

“Ada, referensi boleh dicari dimana saja, tapi dari kita sudah menggunakan manual

kebijakan K3LH aja, no berapa, cuman kan disitu terakhir ada referensinya.”

“tapi mohon maaf pak, setelah

saya mencari referensi standar

dari K3LH maupun SMK3 belum

mengeluarkan standar safety sign

pak?”

“iya, ahh SMK3 yah, emang belum ada. Tapi referensi dari vendor.”

“Nah pak, vendornya itu terdapat

dari bagian negara apa pak,

karena kan standar yang saya

pelajari itu ada dari amerika,

eropa, dan OHSAS itu juga. Nah

PT. Di sendiri vendornya dari

cassa ya pak, cassa itu kan airbus

(sambil menjawab betul, betul...)

“Nah kita pakai semua, semua kita pakai. Makanya tadi kan, dari audit dari ANSI dari

standar amerika, nah kita pakai standar amerika. Supaya sama gitu, sudut pandang

persepsinya, dengan format yang sama.”

Page 222: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ya pak, nah itu dari Eropa. Apakah PT.DI menggunakan

standar dari British dengan nama

BSI (British Standar Institute,

kalau yang dari Amerika

namanya ANSI..?

“oh berarti keduanya di padukan

gitu pak?”

“iyah, iyah....”

“nah di setiap standarnya kan

juga punya kelebihan dan

kekurangan dari segi

pictogramnya, tergantung selera

ya pak. Kebetulan saya bawa

regulasi standar BSI pak (sambil

menunjukkan file BSI). Ini kan

kebetulan proposal skripsi saya

menggunakan standar dari BSI ,

karena saya pikir BSI ini sering

banyak dipakai di berbagai

perusahaan, khususnya di Asia,

lalu PT. DI sendiri kan bekerja

sama dengan cassa yang lekat

dengan Eropa makanya saya

bawa standar ini pak. Mengenai

tandanya ANSI dan BSI maksud

dan tujuannya sama, Cuma warna

dan bentuknya aja yang berbeda

pak.. “

“nahh, iya kalau hanya unsur selera, cirilah ciri, artinya kita itu gak terlalu kekeh lah. Jadi

kita ikutin itu ketika ada audit, nah eropa juga kan sekaran uni eropa, spanyol itu, engga itu

khusus pesawat terbang itu airbus. Itu uni eropa kita, gak ada spanyol lagi, gak ada. Jadi

airbus, kita ikutin airbus, makanya standarnya kita pakai. Kan PT. DI itu industri pesawat

terbang bertara internasional. Kita bisa terima semua order dari mana saja, kita harus

menyesuaikan persyaratan yang diminta. Soalnya apa, termasuk tentang K3LH juga begitu.

Mencaku K3LH juga harus dipenuhi. Makanya kalau mencakup warna2 disini emang banyak

warna2. Ahh, gitu, kaya misalnya helmt ada warna kuning ada biru, kita juga punyaa.... dulu

kalau misalkan mau lewat sini ada warna2, tapi skrg engga. Kalau dulu di bengkel kerja juga

ada warna hijau karna dulu jerman kita. Trs kan skrg uni eropa, apakah skrg memperhatikan

warna2 itu, engga terlalu penting juga sih, tapi kan dalam rangka menyenangkan costumer

kita, menyenangkan vendor kita, kita ikutin, hanya sekedar warna apa susahnya sih? Iya kan,

beli misalkan helmt disana misalkan standarnya harus kuning, apa susah nya kita beli yang

warna kuning,kan gitu.. nah, itu bukan substansinya sebenarnya, jadi substansi yang

sebenarnya ya itu pakai helmt nya untuk lebih menyenangkan lagi. Kalau perlu untuk helmt2

yang ada warna warni suoaya bisa menyesuaikan permintaan dia, ya kita warnain kuning y

engga masalah, kan gitu.. dan anda harus tahu, ketika kita produk N250 itu referensinya dari

mana2 itu udh gak kita pakai, tapi pakai standar nusantara. Nahh,, semacam SNI nya lah

skrg. udah, termasuk skrg tadi ISO itu dll nya pakai SMK3 , kita kedepankan standar produk

kita. Dan kita yakinkan apa yang mereka mau, sudah mencakup di SMK3, tinggal kita

terjemahkan kita polakan apa yang mereka inginkan, kan masing2 negara juga punya. Nah

kalau standar kita bisa kuat, bisa diakui oleh mereka, bahkan standar kita bisa diikuti oleh

mereka. Nah berhubung, kita masih belum kuat, yang kuat dikatakan amerika tadi, ya dia

duluan ya enak aja dia bisa menguasai dunia pakai standar ini, ibaratnya yang metal itu ISO

Page 223: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

lah, yang bisa diterima di semua pihak. Padahal masukannya kan ISO juga dimasukan berdasarkan standar2 didalam negara yang maju duluan, gitu.. “

“lalu kenapa alasan PT. DI

menggunakan berbagai standar

safety sign yang tadi bapak bilang

itu standar indonesia, ANSI, BSI

dicampur seperti itu pak?”

“yah, memenuhi requirement customer gitu.. misalnya airbus aja, kita harus mengacu kesana.

Kalau yang dipesan. Kalau engga ya kita pakai standar nasional. Misalnya untuk K3LH nya

kita pakai aja SMK3. “

“pak, mohon maaf setelah saya

tanyakan ke pembimbing saya

apakah Indonesia sudah

mempunyai standar safety sign itu

rasanya belum meluncurkan atau

mengeluarkan standar sendiri

pak. Nah, kalau untuk

memadukan prosedur disini bisa

jadi, tapi kalau dari SMK3 sendiri

belum ada, kecuali OHSAS secara

umum itu sudah ada...”

“iyah. Nah dulu kita itu ada fungsi yang menangani standarisasi yang berbau keperawatan

yah, itu ada dan kreati f yah, apalagi diluar itu ada haki haki kan. Cuma untuk standar2 saya

belum pernah liyat. Apalagi yang berhubungan dengan safety sign tadi yah. Jadi kalau belum

ada kita gunakan saja standar2 yang sudah paten sudah terkenal. Tapi untuk tingkat

manajemennya kita pakai SMK3. Singkat aja yang akan kita kedepankan. Nah, umumnya

ketika SMK3 kita itu bagus di setiap divisi2 yang diaudit oleh luar itu, bagus SMK3LH nya dia

juga bagus diaudit dari model mana aja, gitu..”

Page 224: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama

Kode Informan : 02

Inisial : TD

Tanggal Wawancara : 13 Mei 2014

Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Penerapan

safety sign

“Ok pak, karena saya fokus dengan

penerapan safety sign yang ada disini,

nah safety sin kan juga saah satu

bentuk dari pengendalian administrasi

yah, lalu bagaimana kebijakan

penerapan safety sign yang ada disini

seperti apa pak?”

“Kan udah diliyat, lupa lah tuh hihihi.. nah dilihat dari identifikasi bahaya dulu,mulai dari

situ kita bisa lihat potensi bahaya yang ada itu apa, misalnya kebisingan itu misalnya diberi

tanda.kondisinya berubah-ubah, kalau abis pengukuran desibelnya berubah ya tandanya

diganti“

“lalu bagaimana sih pak kondisi

safety sign saat ini yang ada di

lapangan seperti apa pak?”

“eee, inih, udah pada luntur. Belum di up date lah.”

“lalu standar safety sign yang

digunakan itu berdasarkan apa pak

khususnya di Machining, kan ada

standar dari amerika, eropa, juga

ohsas ?”

“gak tau, ini pakk yayan tuh, pak yayan itu yang pengukurannya. Saya juga engga tau dari

mana. Sebenarnya gini, dalam manual itu dibelakangnya ada yah.”

Jadi yang digunakan itu berdasarkan

apa pak, ini kan saya bawa regulasi

dari BSI karena waktu proposal saya

fikir karena ini perusahaan yang

“jadi gini eehh, apah pemilihan safety sign yang ada di machining misalnya kita bikinnya

yang kecil kan engga mungkin, ukurannya berapa kali berapa.. jadi disana tuh sesuai dengan

lokasinya justru.” (menanyakan ke pak yayan salah satu staf dengan campuran bhs sunda)

“pak yayan ari safety sign emang itu masuk kamana pak yayan? Mengacu kamana bikin

Page 225: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

bekerja sama dengan eropa makanya mengarah ke BSI, tapi bagaimana pak

kalau kondisi dilapangannya?”

duluna?nya aturan, tapi aturanna terlalu banyak. Jawab pak yayan : “Jadi kita secara garis besarnya aja yah.. semua ada yah yang tadi disebut.“ Informan 2 langsung menjawab: “Jadi

kita engga spesifik ke BSI.. saya engga terlalu ini yah.. jadi referensinya ya kalau menurut

saya si searching darimana mana.. jadi manual kabeh aya diditu terus di ditu aya, jadi

kesemua, tidak mengacu kemana-mana. Tapi kalau disini kan diliyat dari kepantasan yang

ada di lingkungan. ”

“Terus kenapa pak menggunakan

beberapa referensi?”

“Ya karena...itu tadi.. gak tau alasannya apa, karena engga tahu, sesuai itu aja..

“lalu siapa yang bertugas memasang

safety sign?”

“yaa kita, tapi sebenernya kalau ada yang minta kita kasih, gituu..”

“Ok pak, mungkin itu saja yang saya tanyakan , terimakasih pak ..”

Page 226: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama

Kode Informan : 03

Inisial : YS

Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014

Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Penerapan

Safety Sign

“Ok pak, karena fokus penelitian saya ke

safety sign yaitu salah satu tindakan hail

dari pengendalian dengan pendekatan

administratif. Kebijakan dalam penerapan

safety sign disini seperti apa pak untuk di

direktorat produksi?”

“aaaah, seperti safety sign, dari langkah awal yah, dari mendisain, di fungsi kita kan ada,

fungsi saya itu ada pengadaan warning sign, diantaranya kita membuat merencanakan

kebutuhan dibengkel itu seperti apa, jadi kita juga seperti di bengkel A misalnya

kebanyakan harus memakai safety atau sepatu safety atau harus apa kalau digudang

harus pakai masker dan lain2.”

“Kalau untuk mengklasifikasikan safety

sign nya sendiri itu per proses atau per

mesin pak?”

“enggak, itu per area. Tapi untuk permesin itu ada seperti kata2 gini yah, aaaa hanya

boleh dijalankan oleh yang berwenang, karena dia kan permesin. Biasanya ada warning

sign gitu yah, seperti cuci tangan, apah cuci tangan setelah operasi, yang gitu2 ada,

banyak sebenernya.”

“Ok pak, baik kalau gitu bagaimana si

pak kondisi safety sign yang ada saat ini

yang sudah diterapkan menurut bapa?”

“alahamdulillah ada, tapii seee,, biasanya selalu ada, terus juga sekarang lebih bagus

lagii aaa K3LH yang disana katanya dalam bentuk plat. Karena kan kalau dari kita itu

kan cepet ngelotok yah,, ehhm cukup lah...”

Page 227: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

“Lalu pak, standar yang digunakan dalam penerapan safety sign ini menggunakan

apa pak, standar safety sign ini sendiri

kan juga ada dari eropa yaitu BSI,

amerika yaitu ANSI dan juga OHSAS.

Nah, kalau PT. DI sendiri dalam

penerapannya mengikuti standar apa

pak?”

“Kayanya kita ngambil dari referensi mana2 yah, kayanyaaa yah.... Karena saya kan juga warisan dari yang dulu yah, mungkin yang dulu2 ngambilnya dari mana saya juga

kurang tahu. Tapi di kita dicoba di manual kan ada yah, di khusus manual , mungkin

seperti itu. Nah mungkin dibelakang ada referensi dari mana, bisa aja dari situ dijadikan

menjadi referensi.”

“Kalau secara lebih spesifik lagi

mengadop atau menggunakan referensi

dari mana pak?”

“Aduh, saya juga kurang, kurang tahu yahh...”

“Lalu alasan PT.DI menggunakan

beberapa referensi itu kenapa pak?”

“Kita mengambil yang sudah berjalan di tempat lain, terus dari perusahaan besar juga,

ya itu kan nyari di google kan banyak. Kalau dari dulu2 mungkin ya dari pemerintah kan

juga ada yah. Tapi dibuku itu gak ada yah? “

“Jadi ini saya bawa regulasi dari BSI pak

seperti ini, karena kebetulan proposal

saya menggunakan referensi dari BSI”

(sambil memberikan hand out tersebut)

“tapi ada yang sama kan yah dengan kita?” eehhhmmm, eehhmmm..” (sambil membuka

selembaran hand out standar safety sign BSI 5499)

“dari beberapa mungkin ada yang saa nih, tapi mungkin dari warna kan kita juga kuning

yah? Iya kayanya kita ngambil dari..”

“itu dalam pemasangannya mereka di

roduksi meminta ke departemen K3LH

pak?”

“iyah, karena yang pengadaannya kita. Jadi kalau mereka butuh kita inii kasihhh..

kadang kan kalau kita audit, kelihatan sudah kusam. Kadang2 kita yang kasih, kalau

misalkan seperti ini di area yang jauh seperti di Tasik, kan kasian jauh. Pas ada orang

yang mau kesana ada kepentingan nahh minta tolong titip. Jadi macem2 gitu, terus

kemarin yang ke surabaya juga sama. Nanti dititip, tp nanti dipesan tolong

pemasangannya diperhatikan ketinggiannya seberapa, harus dimana, gitu..”

“tapi bapak apakah punya standar

regulasi manual khusus yang seperti

regulasi yang saya bawa ini misalnya?”

“kalau yang seperti ini saya gak punya. Pokonya yang dijadikan acuan itu yang ada

dimanual itu lah pokonya intinya. Walau pada kenyataannya kan berkembang yang gak

selalu seperti itu.”

“Ok baik pak terimakasih atas waktu Bapak, semoga informasi dari bapa bisa bermanfaat”

Page 228: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama

Kode Informan : 04

Inisial : ES

Tanggal Wawancara : 20 Mei 2014

Topik

Pembahasan

Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Penerapan

safety sign

“lalu pak bagaimana kebijakan

penerapan safety sign yang sudah

diterapkan disana?”

“hhmm sebentar, sebentar... hhmmm kebijakannya itu, sebenarnya kita itu berdasarkan satu inspeksi

dilapangan yaa kalau sekarang itu lebih cenderung audit. Yaa untuk selanjutnya yaa, kemudian

biasanya kalau ada investigasi kecelakaan dimana ada kekurangan safety sign itu bisa juga..”

“itu dilakukan identifikasi bahaya

dulu tidak pak sebelumnya?”

“ aaah iya kalau itu mah.. kalau inii kan untuk penerapan selanjutnya. Nah kalau penerapan

awalnya itu dilihat dari potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, ya kemudian kita itu kan masih

sentralisasi, lalu kita bagi-bagi, malah dulu mah kita masang sendiri, warning sign nya kita pasang-

pasang warning sign nya. Kemudian poster-posternya kita pasang sendiri. Nah kemudian kalau

sekarang, karena sudah di sentralisasi kaya APD mah dulu di sentralisasi jadi penerapanny aitu

paling juga berdasarkan audit, kemudian dari temuan itu mereka suka minta, nih temuannya warning

sign kurang, ini ini.. yah mereka yang aware datang kekita. Nah kemudian di audit kan di kasih

rating nah dengan dikasih audit itu mereka merespon, kok kita rting saya kecil, seperti ini.. kemudian

dari kebijakan di manual pun ada kalau utnuk safety sign itu. Kalau gak salah ada rambu2

Page 229: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

keselamatan kerja. itu uga meruopakan aplikasi dilingkungan kerja?”

“Lalu pak menurut bapak

bagaimana kondisi safety sign

yang ada pada saat ini pak?”

“kondisinya kalau menurut saya itu, 90 % tu udah bagus gitu.. 90 % masih bagus, ya 10% nya masih

ada kekurangan untuk tempat2 tertentu karena sekarang itu masih terjadi movible. Karena masih

ada perubahan, karena asih ada perubahan struktural itu maka otomatis terjadi perubahan tempat

kerja, yang tadinya safety sign harusnya nya ini ini itu, sekarang itu laen, jadi kita monitor terus..”

“Ok pak standar safety sign yang

digunakan itu berdasarkan apa

pak? Kan ada ANSI, OHSAS,

BSI..”

“safety sign itu kita ngadopnya itu... (diam) kita itu ohsas biasanya karena kemarin itu kan kaya

semacam hanya menjelaskan ini yah, warning sign sistem ini kan yang wajib biru, tapi kalau menurut

ini wajibnya kuning.. nah ANSI ya kalau warna kuning itu. Nah itu yang wajib dikita itu kuning.”

“tapi yang saya lihat ANSI yang

ada itu yang sudah lama, karena

mungkin dipengaruhi

perpindahan tempat ya pak. Lalu

yang saya observasi itu yang d

tempat penyimpanan limbah ada

yang mebggunakan BSI yang

warnanya biru-biru pak..”

“yaa itu bedaa, kalau di limbah itu itu warning sign nya logam biaya. Sebenarnya itu waktu audit

tahun lalu di jadikan temuan sama kita. Sekarang kan masa, kita PT. DI tapi warningnya sign tu

berbeda, yang lainnya itu warna kuning kok ini biru. Ya mungkin karena kemarin itu karena apa,

karena mesin press nya udh berjalan makanya belum di tindak lanjuti. “

“lalu kenapa pak menggunakan

standar tersebut pak?”

(diam) “hhhhmm kalau alasannya yah, hhmm kalau itu kan saya tidak berkopeten yah, kita staf jadi

itu kadang-kadang hirarki nya itu kan dari atasan. Ya kalau misalkan mau ngambil ini ini.. nah itu

juga cenderung ke amerika.. itu kebijakan manajer lama kalau yang sekarang mah kan belum..”

“lalu pak yang bertugas untuk

memasang safety sign siapa

pak?”

“kalau sekarang itu karena sudah di desentralisasi, jadi warning sign yang sekarang yang pasang itu

oleh organisasi yang terkait. Jadi kalau disana misalkan disana teh ada K3LH nya, kadang2 orang

K3LH nya minta berapa puluh untuk di anu di anu.. kemudian mereka di distribusikan lagi.. kalau

P2K3 itu hanya untuk penjebatannya aja, kalau praktek dilapangan itu harus dengan riset

sebenarnya. Kaya kita bikin risk assessment, nah risk assessment itu kan perlu diketahui unit

organisasinya, yg tanda tangan itu P2K3nya itu..

“pak tadi itu kan bapak

menyebutkan kalau kondisi yang

ada 90% baik, nah itu terdapat di

departemen apa pak?”

“ini kalau ini saya ini berbicara keseluruhan bukan melihat per departemen, karena kalau disini itu

melihat kondisi buram atau enggaknya, dan tadi itu apakah sudah memenuhi, bukan memenuhi yah..

apakah sudah terpasangi, karena kan sekarang itu kan kita masih melihat-melihat dulu nih, kira

bagaimana yang pindah kesini pindah kesini.. nah jangan sampai warning sign itu dipasang aja.. oh

sekarang idlarang merokok diatas meja disitu karena kan yang namanya safety sign itu mahal satu

nya 80rb. Kemudian ini ada bahan kimia berbahaya, korosif, tempel aja disitu dimeja dikantor.

Page 230: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Padahal gak ada sangkut pautnya, nah setelah kita tanya-tanya itu ruangan tertentu yang fungsinya sekarang dudah berubah. Nah mereka main ambil aja dan gatau kalau itu tuh mahal, main tempel

aja kan mungkin menarik bagus tempel aja. Nah pada saat itu audt kita menemukan seperti itu, pak

ini bukan pada tempatnya harganya mahal gini gini gini.. jadi biar aplikatif dilapangan itu harus

pada tempatnya..”

“Ok pak, mungkin cukup sampai segitu aja wawancara dari saya, terimakasih pak..”

Page 231: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Pendukung

Kode Informan : 001

Inisial : TN

Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014

Topik

Pembahasan

Peneliti Manajer Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat

Produksi

Penerapan safety

sign

“Ok pak, kebetulan penelitian saya ini

mengenai kesesuaian penerapan safety

sign, safety sign sendiri kan adalah bentuk

rekomendasi dari pengendalian

administrasi ya pak. Nah di machining

sendiri bagaimana prosedur penerapan

safety sign ?”

“gini, jadi kalau safety sign itu kan bukan prosedur yah, kalau prosedur sih ada, bahwa

harus dipasang safety sign. dibawah itu kita sudah pasang bahwa ada tanda dilarang

merokok, dan tergantung di daerahnya. Dan kalau di daeerah mana harus pakai sepatu

kita pasang itu. Nah, itu yang ngadain semuanya dari K3LH.”

“nah pak untuk menerapkan safety sign

sendiri apakah dilakukan identifikasi

bahaya dulu sebelumnya?”

“Iya yang melakukan identifikasi itu artinya dari machining dan tim K3LH sehingga

waktu machining dan K3LH, itu waktu kita manajemen risiko kita kan ada manajemen

risiko di tiap ini risikonya apa baru kita ada safety sign disitu. Karena ada juga yah,

kalau safety sign terlalu banyak dan tidak sesuai dengan tempatnya itu juga engga

efektif sih.. “

“oh gitu ya pak, lalu bagaimana pak

keadaan safety sign di machining ini pak?”

“Tadi saya pertanyakan saya belum puas dengan K3LH ini, tidak puas karena

kondisinya tidak seperti yang saya bayangkan. Contohnya aja, anda liyat lantai bengkel

itu yah, ingin saya engga seperti itu, Cuma petugas pembersih lantai kan dari luar.

Barusan saya udah telfon fungsi dari cleaning service saya minta engga mau seninharus

bersih. Nah, lantai aja menjaganya susah, karena tiap pagi, setiapjam oli nyebrot ke

Page 232: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

lantai. Tapi pagi yang bersihin setelah itu gak muncul besok lagi, begitu siang kan kotor kan. Saya inginnya tiap jam dibersihin gitu. Jadi artinya mengurus K3LH disini adalah

tanggung jawab saya, tetapi yang melaksanakan dari fungsi luar bukan tanggung jawab

saya, itu satu kendala. Contohlah , saya perlu sepatu, saya butuh sepatu, tapi orang

yang beli sepatu adalah orang lain.gak bisa saya, yoo kamu beli sepatu saya gak bisa

seperti itu.. terus banyak listrik masih berserakan dilantai, pipa2 dilantai, untuk supaya

itu gak dilantai saya punya keinginan, saya gak mau di lantai kotor. Tapi untuk

menggali fungsi fasilitasnya harus pindah di tempat lain lagi gitu. Jadi mekanisme itu

gak bisa kalau saya bilang hari ini minggu depan itu ada. Mungkin tahun depan adanya

gitu loh.. tapi walaupun demikian, saya punya plan yang transision plan itu. Tahun 2013

saya punya 32 item tansision plan, ya artinya meyangkut K3LH harus dibenahi. Nah

dari 32 item itu sekarang 2014 baru 16 yang selesai yang lainnya belum selesai. Yaa,

karena menyangkut uag dsb nya kan ada diluar. Nah, karena saking besarnya PT. DI.”

“Lalu menurut bapa safety sign yang ada

sekarang ini sudah tepat dengan bahaya

yang ada di Machining sendiri belum

pak?”

“Gini, safety sign itu dipasang 2013 yang terakhir yah. Cuma pada 2013 pertengahan,

machining di rotasi, pindah-pindah tempat. Bisa jadi safety sign yang ada sekarang itu

karena belum pick pemindahannya, belum direvisi. Ada yang masih sesuai tapi mungkin

ada yang belum ada dan ada yang belum sesuai. Contohnya daerah sana ada dipasang

safet sign, tetapi mesinnya udah dipindah semua. Harusnya udah engga ada tapi

ditempat baru belum dipasang lagi kan, karena pemindahannya belum selesai, nanti

kalau udah selesai semuanya saya petakan, pasangkan lagi yang baru. Karena 2013

2014 saya punya program yang namanya pembenahan bengkel, termasuk itu fitter.

Kalau anda tahu dulu itu fitter di tengah2 itu, untuk fitter itu kalau saya mau mindahin

ke suatu tempat. Kalau fitter itu kan debu, masalahnya ditempatkan di tengah debunya

itu kan kemana2. Nah untuk memindahkannya kesini saya perlu waktu 1 tahun itu.

Karena apa, perlu benahin listrik benahin keuangan, mindahin mesin dsb, itu baru satu

tahapan sehingga debu tidak menyebar disana. Belum lagi muncul masalah barum

ruangannya ini belum bagus penyedot udaranya, sehingga operator saat ini tidak

menghisap debu kan, nah itu kan saya punya plan bagaimana debu menyedot itu. Itu

juga perlu perencanaan dan prosesnya lama, perlu dana, perlu disain dsb.“

“Ok kalau menurut bapa sendiri seberapa

besar sih pak pentingnya safety sign

sebagai pengendalian bahaya?”

“Persenannya apa? Gimana maksudanya?”

Page 233: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

“Gini pak menurut bapak pentingnya safety sign?”

“Kalau safety sign itu penting hanya untuk mengingatkan aja yah, tapi tanpa safety sign pun operator tuh udah dikasih tau udah diajarin bahwa apa aja yang harus dilakukan

disitu. Sign hanya untuk mengingatkan saja. ya tapi pentingnya menurut saya ya 10 %.

Ya artinya karena kalau tidak ada safety sign pun orang sudah sadar, kan dia udah tahu

kalau kaya di cincinati, operatornya tuh udah dikasih tau risikonya disitu ada kepleset,

kejepit, kan gitu, sama percikan. Sehingga kalau kamu mau gak kepleset kamu harus

menggunakan sepatu safety yang kualitasnya seperti ini, supaya gak kejepit, kamu alat

handlingnya harus seperti ini, itu ada. Sudah disiapin alat handlingnya. Supaya biar gak

kejepit operatornya cranenya harus di training, kan sudah di training kan gitu.. tidak

ada safety sign pun juga kalau dia menjalankan kan gak masalah begitu loh .. kalau dia

sadar, supaya dia engga kena percikan misalnya dia harus pakai pelindung mesin dsb.

Cuma safety sign bahwa disitu saya sudah ingatkan kalau disitu risiko kecelakaannya

ada.”

“Tapi pekerjanya sendiri sudah tahu pak

kalau disitu ada bahaya, baik pekerja baru

maupun lama, ataupun tamu perusahaan.”

“kalau tamu saya gak tahu yah, tapi kalau operator machining harusnya udah tahu,

karena kan ada satu materi pelajaran waktu dia sebelum jadi operator salah satunya

kan tentang K3LH itu”

“Ok baik pak terimakasaih atas waktu yang telah diberikan, semoga informasi yang diberikasn dapat bermanfaat”

Page 234: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Pendukung

Kode Informan : 002

Inisial : RI

Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014

Topik

Pembahasan

Peneliti Informan

(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing

Direktorat Produksi)

Penerapan

safety sign

“Ok pak kebetulan tema penelitian

saya ini kan tentang penerapan

safety sign, nah bagaiman pak

prosedur safety sign yang ada di

Machining khususnya di bidang

profilling?

“Nah safety sign dikita itu kan itungannya engga dilibatkan, nah itulah tadi yang

dalam departemen machinng, bahkan site produksi itu ada petugas bidang

masalah K3LH. Mereka lah yang menerapkan nah itu kadang2 itu tidak tepat.

Yaa kurang tepat itu istilahnya ya karena sign nya kurang dilihat, like nya kaya

gimana. Daerah orang yang sering melewati disana, kalau orang sekali kali

lewat sana dipasang safety sign yah apa artinya kan gitu.. nah tapi dia

mengingatkan misalnya yang lain gak ada celah kan gitu, gak ada tempat, ya

begitu lah ..

“Itu biasanya permasalahannya

dalam penempatan safety sign nya

seperti apa aja pak?”

“iyaa nah, gitu lah permasalahannya karena gak ada tempat, kadang2 kan

disana gelap,nah contohnya kan gitu..”

“nah menurut bapa sendiri keadaan

safety sign yang sudah ada seperti

apa pak di profilling sendiri

khususnya?”

“Ya cukup lengkap sebenarnya, Cuma penerapan safety sign yang disaya tuh

yang Cuma mandatory apa gitu. Nah itu tuh yang mungkin karena penerapan

safety sign jauh lama dari lama, semenjak awal kita baru bangun bengkel ini.

Nah mungkin kualitasnya udah belel, udah kotor, atau udah ditiup angin,

hiihihihi kan gitu.. atau udah ada yang ngambil buat alas duduk, kan gitu.. nah

itu tidak ada yang memaintenance.”

“Pak kalau menurut bapa “Secara ilmu safety itu udah jelas itu himbauan, terus kembali kalau menurut

Page 235: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

bagaimana efektivitas penerapan safety signyang sudah ada itu

seberapa pentingnya menurut

bapa?”

saya kalau bangsa kita itu khususnya kembali ke atitute. Atitute dalam arti pada dasarnya makin banyak safety sign itu disiplinnya masih banyak dibawah

standar, kan gitu.. nah sekarang penyakit kita safety sign safety sign gua gua gua

gua, kan gitu. Nah efektivitasnya kalau boleh dikatakan itu tuh secara moral

belum terlalu mengena. Tapi kalau secara manajemen istilahnya itu tuh kita

persyaratan safety sign nya udah terpenuhi kan mungkin udah, kan gitu.. nah

karena gini, penyakit orang kita itu kan kaya 5 R misalnya. 5 R itu kalau kita

ringkas resik rapih rawat rajin. 1 2 3 ini itu aktivitas, ini moral kalau menurut

saya, nah rawat rajin kita kalau presiden mau datang kesini, kita bersih, bisa

semua, kan gitu.. bahkan kan yang kepake juga kadang hilang. Baru aja presdien

keluar pagar, nanti di kasih snack, snacknya udah kemana mana itu hahaha.. itu

istilah saya, jadi pengaruhnya masih kurang,”

“Pak, lalu menurut bapa

penempatan safety sign yang sudah

ada itu sesuai tidak dengan bahaya

yang ada di tempat kerja?

“Udah, udah sesuai karena kan itu ada setiap shop itu ada mandatory, karena

kalau dia disini yang mandatory safety sign nya seperti safety shoes, kan gitu..

mungkin permasalahannya hanya letaknya saja ya..”

“Lalu siapa orang yang bertugas

memasang safety sign pak?”

“kadang itu orang dari K3LH produksi yah, tapi pernah kita juga yang

memasang seperti tanda terjatuh itu..”

“Ok pak kalau gitu terimakasih banyak ya pak atas waktunya..”

Page 236: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Pendukung

Kode Informan : 003

Inisial : ST

Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014

Topik

Pembahasan

Peneliti Informan

(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat

Produksi)

Penerapan safety

sign

“Ok pak, nah penelitian saya ini kan

mengenai penerapan safety sign ya pak

yang ada disini. Nah kalau prosedur

penerapan sampai adanya safety sign

ditempat kerja itu seperti apa pak?”

“Kalau penerapannya ya emang kebutuhannya kita harus pakai safety, harus dianjurkan

berdasarkan K3LH tadi. Jadi udah ada aturannya gitu. Ya biasanya kita pertama itu

pelatihan, kalau safety sign itu kita gambar2 aja, kalau yang masang itu dari K3LH, jadi

kalau perusahaan yang pasang itu berarti sudah standar. jadi itu tergantung dari

potensinya, misalkan potensinya karena potensi suara, terus harus pakai ear plug, dan

itu harus ada tanda ear plug. Terus disitu kalau ada harus pakai sepatu, berarti harus

ada tanda sepatu safety. Disini sih hampir semua area ada tanda itu, terus ada area

misalnya ada tanda kimia misalnya kalau ditempat lain, itu ada tanda api misalnya itu

gak boleh disitu. Itu biasanya sudah disesuaikan dengan lokasi kerjanya. Gitu..”

“lalu kalau menurut bapa sendiri safety

sign yang ada disini sesuai dengan bahaya

dan proses kerjanya tidak pak?”

“kelihatannya kalau sekarang kurang karena tempatnya kan baru, ada perpindahan

tempat, atau perubahan atau transisi plan, dari satu tempat ketempat lain. Jadi

istilahnya ada perubahan tata letak. Jadi tanda2 itu kelihatannya perlu ditambah lagi.

Yang dulu pernah ada tapi dicopot, jadi perlu ditambah.”

“lalu siapa pak orang yang berwewenang

memasang safety sign ?”

“itu kerjasama antara orang K3LH dan bengkel.”

“lalu menurut bapa seberapa pentingnya

sih adanya penerapan safety sign sebagai

tanda bahaya di tempat kerja?”

“kalau memang namanya suatu bahaya itu kan penting yah, harusnya diadakan. Jadi

tanda2 itu yang menunjukkan kalau orang itu harus hati2. Jadi ya emang mau gak mau

harus dipasang, kan gitu. “

Page 237: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

“nah pak kalau di 3 axis prismatic itu sendiri bagaimana keadaan safety sign nya

pak?”

“kalau keadaan yang itu tadi saya bilang karena adanya perubahan tata letak, sehingga tanda2 itu ada yang hilang gitu. Jadi memang harus dipasang lagi”

“kalau menurut bapa kebutuhan akan

safety sign di 3 axis prismatic ini ada yang

kurang atau sesuai tidak pak?begitu juga

dengan jalur evakuasi sebenarnya

dibutuhkan tidak menurut bapa?”

“ada yang kurang, dan jalur evakuasi ya dibutuhkan. Itu kan harusnya artinya harus

digambarkan, sekarang kan ga ada karena tadi kan ada perubahan tata letak itu yang

dulunya ada sekarang tidak ada, jadi harus dibuat lagi.”

“kalau menurut bapa sendiri seberapa

besar pentingnya dilakukan penerapan

safety sign itu pak??”

“Ya sangat penting karena yang utama. Iya karena kalau ini terjadi, kebetulan karena

disini belum banyak yah, mereka juga care terhadap kecelakaan mau gak mau mereka

juga sudah menjiwai apa2 yan ada di areanya. Kalau menurut saya itu tetep menjadi

yang utama. Iya, datang harus selamat pulang juga harus selamat, kan gitu.. jadi gitu,

kalau prinsipnya orang berangkat selamet pulang gak selamet berarti itu bermaslah

didalamnya, kan berarti ada sesuatu yang dibenahi. kalau untuk seberapa persen ya

karena memang kecelakaannya kalau dilihat dari angkanya yaitu baru sedikit, ya sedikit

sekali gitu yah. “

“ok pak baik terimakasih atas waktunya pak..“

Page 238: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Matriks Hasil Wawancara- Studi Pendahuluan

Informan Utama

Topik

Pembahasan Kriteria

Informan 1

(01)

Informan 2

(02)

Informan 3

(03)

Informan 4

(04)

Kesimpulan Penanggung Jawab

Staf Bidang

Pengendalian &

Pengukuran

Departemen K3LH

Staf Bidang

Pengendalian &

Pengukuran

Departemen K3LH

Staf Bidang

Manajemen

Departemen K3LH

Staf Bidang

Pengendalian &

Pengukuran

Departemen K3LH

Pemilihan

Lokasi

Penelitian di

Direktorat

Produksi

Tingkat

kecelakaan di

Direktorat

Produksi

Sebanyak2nya ada

satu dua, incident

tidak semua

dilaporkan. Tertinggi

ada di Machining

dan Metal Forming.

Incident masih minus,

tapi kalau accident

ada didata dan

pecatatannya tidak per

departemen tapi se-

PT.DI.

Informan mengikuti

data yang ada di

informan 02.

Berdasarkan

jumlah kejadian

mengalami

peningkatan 2

tahun belakang

dalam perhitungan

kuantitasnya.

Tingkat kecelakaan di

Direktorat Produksi

mengalami

peningkatan 2 tahun

terakhir, pencatatan

hanya dilihat jika ada

accident dan

pencatatan di seluruh

PT. Dirgantara

Indonesia.

Tingkat Divisi Detail Part Di Aerostructure di Informan mengikuti Departemen Di Divisi Detail Part

Page 239: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

kecelakaan di

Divisi dan

Departemen

Manufacturing

Departemen

Machining. Kalau di

Metal Forming &

heat treathment

memiliki potensi yg

tinggi.

manufacturing.

Berdasarkan

pelaporan paling

sering di departemen

machining karena

bahaya yang tinggi.

data yang ada di

informan 02.

Machining Manufacturing

Departemen

Machining.

Penyebab

Kecelakaan

Unsafe action Masih muda,kurang

pembinaan senior,

setelah pelatihan

diawal kurang diawasi

lagi, kelelehan kerja.

Karyawan baru, tidak

pakai APD,

keteledoran, dan

kelelahan kerja.

Karyawan baru.

kurang pengawasan,

kelelahan kerja,

unsafe action.

Nilai SIR dan SIR

di Departemen

yang memiliki

angka kecelakaan

Datanya ada di Pak

Te** (informan 2)

(Tercatat dari data

yang terdapat di

komputer informan)

Informan mengikuti

data yang ada di

informan 02.

Data berdasarkan

Informan 2.

Data SIR dan FIR dari

tahun 2009 sampai

2013. Pencatatan

berdasarkan seluruh

PT. Dirgantara

Indonesia dan tingkat

kejadian yang paling

besar ada di

Aerostructure

Departemen

Machining

Pemilihan Divisi

tempat penelitian

di Direktorat

Produksi

Divisi Detail Part

Manufacturing. Ada

di Machining

Manufacturing

departemen machining

Informan kurang

mengetahui.

Departemen

Machining bagian

milling

konvensional,

mesin „cincinati‟

Divisi Detail Part

Manufacturing

Departemen

Machining.

Pelaksanaan Receiving, storage, Idem dengan informan Merekomendasikan Pekerjaan Mulai dari

Page 240: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

proses produksi di

Direktorat

Produksi

pre cutting,Sheet

Metal : bengkel

komposit

&machining.

01 informan 01 yang

lebih mengerti.

berdasarkan acc

dari tahap

sebelumnya dan

sesuai dengan

permintaan gambar,

ukuran, tebal.

receiving,storage, lalu

masuk ke aktivitas

manufacturing dan

lanjut ke perakitan

pesawat (assembly).

Bahaya yang

terdapat di

Departemen yang

memiliki potensi

bahaya tinggi

(Dept. Machining)

Putaran mesin.

Hasilnya ada

didokumen manual

yang ada.

Dari mesin,

kecelakaan mesin.

Bahaya tergantung

pada mesin. Potensi

terlilit, tersayat,

gangguan ergonomi

dan terjepit,

pekerjaan di Dep.

Machining.

Sumber bahaya dari

mesin dan material.

Pelaksanaan

manajemen

risiko

Cara melakukan

identifikasi

bahaya

Penanggung jawab

Departemen K3LH,

serta bekerja sama

dengan ahli di

direktorat produksi

dan membuat

kebijakan juga

bersama.

Sesuai dengan UUD,

dari hasil pelatihan-

pelatihan.

Dari hasil pengamatan

/ observasi, dari

adanya kecelakaan

kerja.

Berdasarkan mesin,

spesial proses dan

alatnya. Pihak

Dept. K3LH dan

produksi.

Melakukan observasi

berdasarkan mesin,

dan proses kerja.

Departemen K3LH

bekerja sama dengan

karyawan yang ahli /

Supervisor

dilapangan.

Cara menilai

bahaya

Berdasarkan manual

kebijakan dan yang

melibatkan

kebijakan ada SOP

administrasi

prosedur, tingkat

internal, dan

bertingkat

Berdasarkan hasil

analisis dengan

kategori high middle,

medium, low.

Sesuai HIRAC yang

ada di buku manual

Menanyakan

kepada pihak

lapangan dan yang

memberi masukan

tentang bahayanya

apa saja.

menjelaskan

proses/mesin yang

Berdasarkan prosedur

penilaian bahaya yang

disesuaikan dengan

bahaya yang ada

dilapangan.

Page 241: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

berbahaya

Pengendalian

bahaya yang

dilakukan

Setelah adanya

investigasi

kecelakaan kerja

dengan menambah

& membuat

pengaman,

melakukan HIRAC

lagi dan safety

briefing, dengan

APD.

Pelatihan karyawan

kembali.

Melakukan perbaikan

mesin yang rusak serta

pegendalian terhadap

pencahayaan.

Jika terjadi masalah

dan gangguan pada

alat yang dihasikan.

Setelah adanya

kecelakaan , mesin

yang rusak dilakukan

rekomendasi

pengendalian dan

diadakan pelatihan

untuk mencegah

terjadinya kecelakaan.

Orang yang

terlibat penentu

kebijakan

manajemen risiko

Departemen K3LH

dan pihak yang ahli

dibidang produksi.

Departemen K3LH,

jika di lapangan ada

K3LH produksi.

Departemen K3LH Departemen K3LH Departemen K3LH,

K3LH produksi dan

pihak yang ahli di

direktorat produksi

seperti Manajer dan

Supervisor.

Form yang

dipakai dalam

HIRARC mutlak

atau tidak pada

industri

penerbangan

(pembuatan

pesawat)

Form sesuai standar. Bukan berdasarkan

industri penerbangan,

berdasarkan

identifikasi mesin

yang ada. Identifikasi

belum ter-update.

Awal mengadopnya

dari penerbangan.

Dibuat berdasarkan

hasil identifikasi

bahaya dan

dibuatkan risk

assessment yang

sudah ada.

Prosedur dari

kebijakan terdahulu

sebagai industri

penerbangan dan

mengalami perluasan

sumber mengikuti

kemajuan teknologi.

Bagaimana

pengendalian

teknis

(engineering

Temuan-temuan dari

audit di tindak

lanjuti, houskeeping

kontest secara rutin.

Memperbaiki pijakan

kaki, eliminasi,

substitusi.

Kurang mengetahui. - Di pompa surface

treathment :

mereduksi

kebisingan

Melakukan

pengendalian dengan

pendekatan eliminasi,

substitusi, isolasi,

Page 242: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

control) Dengan mengisolasi

selang pipa yang

bocor. Merubah

material, merubah

disain, merubah

proses kerja.

dengan

memberikan air

pada exhaust di

- Di shot pining :

mereduksi debu

dibuat cerobong

asap

merubah material,

merubah proses kerja

dan merubah disain.

Bagaimana

pengendalian

administratif

(administratif

control)

Check up, rotasi /

shift kerja,

membatasi jam

lembur, safety

briefing, rapat LIN

manufaktur di meja

panel mengenai

SQCDP tingkat

manajer, Supervisor,

dan Direktorat

Pelatihan, safety

briefing.

Mengadakan

pelatihan, pengadaan

warning sign.

Training Manajer,

Supervisor,

Karyawan.

Penerapan warning

sign

Mengadakan

pelatihan, medical

check up, membatasi

jam lebur kerja, safety

briefing, warning sign

, shift kerja, dan rapat

LIN manufacture.

Bagaimana

pengendalian

dengan APD

Disesuaikan dengan

bahaya, seperti

sarung tangan woll,

sepatu, masker.

Safety shoes, seragam

kerja.

Sesuai dengan potensi

bahaya yang ada.

Sesuai potensi

bahaya di tempat

kerja. dibuatkan

petunjuk

penggunaan APD.

Disesuaikan dengan

potensi bahaya yang

ada di tempat kerja,

seperti pengadaan

safety shoes, sarung

tangan, masker,

seragam kerja.

Page 243: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Matriks Hasil Wawancara – Studi Pendahuluan

Informan Pendukung

Topik Pembahasan Kriteria

Informan 1

(001)

Manajer Departemen

Machining

Informan 2

(002)

Supervisor di Departemen

Machining

Informan 3

(003)

Supervisor di

Departemen

Machining

Kesimpulan

Bagian/bidang yang ada

di Departemen

Machining

Bagian adalah

organisasi, mempunyai

7 Supervisor dengan

struktur bidang yang

baru. Dibedakan

berdasarkan gru dri

teknologi.

Saat ini masih ada 4 bidang

yaitu profilling, medium,

small, dan late. 7 bidang

adalah rencana organisasi

selanjutnya dan sedang

berproses.

Saat ini ada 4 bidang,

Saya berwewenang

di Bidang 3 Axis

Prismatic Machine.

Saat ini masih ada 4

bidang, dan akan adanya

perluasan struktur

organisasi yang akan

datang menjadi 7 bidang.

Tingkat kecelakaan Tingkat Incident di

Departemen Machining

Masih diambang batas,

pernah ada accident di

tahun 2013.

Record kejadian terpusat di

Departemen K3LH karena

setiap bidang tidak

menyimpan datanya,

diklasifikasikan mulai dari

kecelakaan tingkat berat,

ringan dan sedang.

Tidak ada, karena

tidak ada alat safety.

Tidak adanya pelaporan

dan data yang jelas

tentang incident.

Potensi accident di

Departemen Machining

Berdasarkan

keparahannya cacat,

tangannya putus,

jarinya putus.

Frekuensinya 1 tahun 1

Jari terjepit karena material

yang besar dan tidak

seiramanya/kekompakan

antara operator dengan

pekerja.

Jarang terjadi. Jarang terjadi, hanya

dulu pernah ada kejadian

jari terputus, terjepit,

mengalami cacat.

Page 244: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

x.

Pemilihan lokasi

penelitian di bidang

yang ada di

Departemen

Machining

Bidang yang memiliki

risiko dan tingkat

kecelakaan tertinggi

Bidang Profiling

Prismatic Machine dan

bidang Lathe & Milling

Machine

Tercatat di Departemen

K3LH dan tingkat korporet

K3LH produksi.

Tingkat kecelakaan

paling sering di

bidang Milling

konvensional.

Tercatat di Departemen

K3LH terdapat di Bidang

Profilling Prismatic

Machine dan Milling.

Tahapan proses di

bidang tersebut

(Bidang Profiling

Prismatic Machine)

Memotong,

pelubangan,

membentuk material.

Di Machining ada pre

operasi, main operasi,

post operasi yang

tersebar dalam 7

bidang.

(Bidang Profiling Prismatic

Machine)

Raw material detail part

sesuai yang diinginkan

dengan cara prepare raw

material, proses,

mengangkat airbot dengan

crane, operasikan mesin,

memotong material kasar

menjadi material.

(3 axis prismatic

machine)

Ada 2 tahap yaitu

pre operation

mengerjakan lubang

dan main operation:

yaitu di 3 axis.

Di Departemen

Machining terdapat

tahapan tahapan pre

operasi, main operasi,

post operasi. Di bidang

profilling prismatjc

machine yaitu

membentuk, memotong,

melubangi dural. Di

bidang 3 axis prismatic

machine hanya 2 tahap

yaitu pre operasi dan

main operasi.

Jumlah mesin yang ada

di bidang tersebut

Seluruhnya di

Machining ada 165

mesin.

Seluruhnya ada 10 mesin.

Terdapat 2 bagian, yang

pertama 5 mesin jenis multi

purpose, yang kedua 5

mesin jenis alumunium.

Ada 14 mesin. Mesin diseluruh

Departemen Machining

terdapat 165 mesin. Di

bidang profilling

prosmatic machine

terdapat 10 mesin mesin,

di bidang axis prismatic

machine terdapat 14

mesin.

Catatan P3K di bidang

tersebut

Terdapat 25 kotak di

seluruh Machining,

akan tetapi penyediaan

isi dari P3K belum

dilaksanakan dengan

Terletak dekat dengan

pekerja, pengadaan sudah

sesuai dengan kebutuhan,

akan tetapi kontinyuitas

control nya yang masih

Kurang dalam

mendukung dalam

pengadaan isi dai

kotak P3K. Tidak

ada pencatatan

Dalam penggunaan alat

P3K tidak dicatat. Kotak

P3K terdapat diseluruh

lingkungan Machining

dengan total 25 kotak

Page 245: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

konsisten dan kontinyuitas. Serta

belum ada karyawan

sebagai penanggung

jawab P3K yang tetap.

lemah. penggunaan kotak P3K tapi sering

digunakan.

P3K. Akan tetapi, kontinyuitas dalam

pengadaan isi dari P3K

masih lemah.

Manajemen Risiko Risiko bahaya yang

terdapat di bidang

tersebut

(Bidang Profiling

Prismatic Machine)

Terjepit, terpleset,

tersayat.

Manual handling, chips

yang terbang, hasil dari

coollant, ergonomi karena

operator yang bekerja diatas

meja mesin, bahan material

yang menyebabkan tergores.

Licin, tergelincir,

tersayat, terpotong,

terjepit.

Terpeleset, tergelincir,

terjepit, tersayat,

terpotong, gangguan

ergonomi, chips yang

ada dilantai dan meja

mesin, hasil dari

coollant.

Pelaksanaan

manajemen risiko di

Machining

APD disesuaikan

dengan bahaya di

tempat kerja. jika

pekerja tidak memiliki

APD yang layak maka

dilarang untuk bekerja.

Identifikasi secara visual,

pengendalian dengan teori

dalam K3LH, setelah

pelaksanaan audit dilakukan

perbaikan-perbaikan.

Penggunaan APD

berdasarkan hasil

identifikasi

disesuaikan dengan

pekerjaan dan

bahaya.

Identifikasi dilakukan

secara visual dan

pengendalian dilakukan

setelah program audit

dengan mengutamakan

penggunaan APD pada

pekerja disesuaikan

berdasarkan bahaya yang

ada ditempat kerja.

Penerapan

pengendalian di

Departemen Machining

Training pada operator,

membuat grup K3LH

untuk melaporkan dan

mengawasi.

Pengendalian moral yaitu

selalu mengingatkan pekerja

satu sama lain.

Ada tanda-tanda

bahaya ditempel,

mengingatkan

penggunaan APD,

membersihkan lantai

yang licin.

Melakukan training

pekerja, memberikan

pengawasan dan saling

mengingatkan,

memberikan tanda

bahaya dan penggunaan

APD.

Pengendalian teknis /

engineering control yang

diterapkan

Tidak menerapkan

engineering control.

Engineering control dengan

visual dan pengendalian

engineering dari hasil

rekomendasi audit.

- Tidak menerapkan

pengendalian teknis.

Page 246: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Pengendalian

administrasi yang

diterapkan

Persyaratan dari Machining dikasih ke

K3LH untuk disiapkan,

lalu membuat program

Training, pertemuan

LIN manufacturing

melalui jalur

manajerial.

P2K3 membuat rapat plan tindakan apa saja yang harus

dilakukan untuk aspek

K3LH.

Training pekerja on the spot.

Melakukan training, pertemuan LIN

manufacturing.

Penerapan safety

sign

Prosedur penerapan

safety sign

Dilakukan identifikasi

bahaya oleh tim dari

Machining dan tim dari

Departemen K3LH

dan K3LH produksi.

Pengadaan dari

Departemen K3LH,

pelaksanaan oleh

K3LH produksi.

Dalam penerapan safety

sign pihak Machining tidak

dilibatkan, yang

menerapkan adalah K3LH

di produksi yang meminta

sign ke Departemen K3LH.

Akan tetapi dalam

penempatannya masih

kurang tepat, sehingga sign

yang ada tidak memberikan

makna.

Telah disesuaikan

dengan bahaya dan

APD yang digunakan

di tempat kerja.

Pelaksanaan dilakukan

oleh tim K3LH produksi,

dan pengadaan safety

sign dari Departemen

K3LH. Sebelum

penempatan safety sign

disesuaikan dengan

bahaya dan penggunaan

APD yang bekerja sama

dengan pihak

produksi/bengkel.

Kondisi dan keadaan

safety sign

Kondisinya tidak

memuaskan.

Safety sign lengkap, tetapi

kualitas sudah buram, kotor,

hilang, hanya tanda

mandatory/penggunaan

APD, tidak di maintenance.

Masih kurang dan

harus dipasang lagi,

karena adanya

perubahan tata letak

lokasi produksi.

Kualitas masih kurang,

karena sudah buram,

letaknya sudah tidak

sesuai, kotor, dan bahkan

banyak yang tidak ada

sign nya.

Penerapan Safety sign

sesuai dengan bahaya

Ada yang sudah sesuai

ada yang belum karena

belum pick

pemindahan rotasi

kerja dan belum di

revisi termasuk safety

Sudah sesuai dengan

mandatory, akan tetapi

hanya letaknya saja yang

belum tepat.

Belum sesuai dengan

potensi bahaya

karena masih terjadi

perpindahan lokasi

kerja.

Ada yang sudah sesuai

dan ada yang belum

sesuai karena masih

adanya perpindahan

lokasi kerja.

Page 247: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

sign yang ada.

Bagaimana pentingnya

penerapan safety sign di

Departemen Machining

Pentingnya sebesar

10% karena fungsinya

hanya untuk

mengingatkan saja,

sedangkan operator

maupun pekerja

lainnya sudah tahu

risiko yang ada di

lingkungan kerja.

Secara manajemen itu

penting, tapi secara moral

belum mencapai efektivitas

kepada pekerja.

Sangat penting

karena yang utama

dan dapat

mengindikasikan

adanya potensi

bahaya maupun

tanda peringatan agar

terhindar dari

kecelakan.

Di pandang penting

karena dapat

memberikan pengaruh

kepada pekerja untuk

mengindikasikan adanya

potensi bahaya dan

mandatory yang ada di

tempat kerja.

Orang yang bertugas

memasang safety sign di

Departemen Machining

Semua dari K3LH. Sudah ada dari di

bangunnya ruang produksi.

Kerjasama antara tim

K3LH dan bengkel.

Kerjasama antara orang

dari machining, K3LH

produksi dan

Departemen K3LH.

Page 248: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Utama

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 01

Inisial : SY

Topik : Tempat penelitian, manajemen risiko, dan penerapan safety sign

Topik Peneliti Informan (Kepala Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Pemilihan Lokasi

Penelitian di

Direktorat

Produksi

“Jadi gini pak, saya ingin

menentukan di Departemen apa

saya meneliti yang ada di

Direktorat produksi. Tingkat

kecelakaan tertinggi yang

terdapat di Direktorat Produksi

terdapat di Departemen apa pak

?khususnya dari incident sampai

tingkat accident ?”

“Hehe ,ya sebanyak- banyaknya satu dua, tapi sayang kalau tingkat incident tidak semua

dilaporkan datanya, tapi kalau kita lihat sepintas di bengkel tingkat kecelakaan tertinggi ya

ada di surface treathment, heat treathment. “ (sambil mengambil data Departemen yang ada di

Direktorat Produksi) “Nah, ini yang paling tinggi ada di Divisi Detail Part Manufacturing, itu

kan ada Machining, nah di Machining dan high speed machining juga di metal forming. “

“kalau diantara Departemen

Machining sama Metal Forming

tingkat kecelakaan tertinggi ada

“yaa, kalau dari hasil kecelakaan ya, bukan dari incident. Karena kalau dari incident itu tidak

dilaporkan. Jadi kita hanya melihat data berdasarkan laporan hasil analisa ituuu... tapi kalau

dari data kecelakaan terakhir di machining ada, kemudian perawatan fasilitas produksi,

Page 249: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

dimana pak?” inipun bukan karyawan tetap. Jadi kalau Divisi yaa di Divisi Detail Part Manufacturing dan

kalau departemen Departemen Machining. Terus di metal forming dan heat treathment punya

potensi tertinggi, tapi tidak ada kecelakaan. Berarti, K3 nya berjalan bagus. Nah, kalau metal

forming sama heat treathment lebih tinggi heat treathment karena banyak terdapat bahan

kimianya yah... kemudian, Surface treathment juga tinggi potensinya karena terdapat bahan

kimiajuga yaa.. karena incidentnya tidak dilaporkan jadi kita gak punya data , kecuali kita

menyaksikan langsung.. ”

Tingkat

kecelakaan

“nah, kalau kecelakaan 5 tahun

belakangan ini itu ada di

Departemen apa pak ? “

“Kalau incident itu yaa ada disini niii,, Divisi Detail Part Manufacturing (DPM) yaa

Departemennya Machining. ”

“Jadi DPM itu terdiri dari apa

aja pak? “

“Jadi DPM itu, terdiri dari ahh, Manajer namanya disini DM 1000 itu perencanaan

pengendalian produksi, kemudian laen manufactur, kemudian machining sendiri, kemudian

high speed machining. Nah, karena machining itu sekarang banyak, maka kit a kelompokkan

menjadi dua yaitu yang low speed dibawah 3000 RPM , kemudian yang high speed itu diatas

3000 RPM karena putarannya tinggi. Nah, karena putaran tinggi makanya mesinnya di

kerangkeng, jadi bahayanya lebih tinggi itu..”

“lalu pak, incident yang sering

terjadi di machining itu karena

apa pak ? “

“Biasanya itu karena pekerjanya, pekerja yaitu unsafe action namanya, tindakan perilaku

tidak aman”

“Ok pak, berarti saya tahu key

word kecelakaan terbesar

menurut bapa kan di Machining

pak. Nah, lalu angka nilai SIR

dan FIR di Departemen

Machining dalam 5 tahun

kebelakang berapa pak?”

“Nah, kalau per Departemen kita gak ada sih yah, itu datanya ada di pak Tedy. Tapi mungkin

kalau di hitung bisa kali yah. Kita hanya buat itu sa-PT DI. Bisa-bisa itu tidak ada, apakah

pertahun ada kecelakaan atau gak ada”

“Tapi kalau ada datanya berarti

ada dong pak di Departemen

Machining berapa datanya?”

“nah iya itu kalau ditelusuri kemungkinan bisa saja, karena kita buat datanya se-PT.DI kalau

misalnya ada satu ya berarti itulah kebetulan satu adanya di machining”

Page 250: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Manajemen

Risiko

“Ok pak, bagaimana sih pak

pengendalian yang sudah

dilakukan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan yang ada

Departemen Machining atau di

Direktorat Produksi?

“iya kan, nah, dari hasil investigasi kan kita tahu penyebabnya. Pada umumnya itu perilaku

tidak aman kan. Nah itu kalau perilakunya kita kasih disitu contohnya (sambil mengeluarkan

berkas investigasi kecelakaan dengan metode domino) tuuhh, terakgi tanggal 7 April di

Machining produksi. Kemudian, di 2 april maintenance di daerah machining, tapi ini

karyawan kontrak. Nih misalnya satu ini penyebabnya tindakan tidak aman, karena kurang

jam terbang, karyawan baru, karena meletakkan tangan bukan pada tempatnya, lalu jarinya

terpotong, lalu saya masukin kekulkas itu jarinya, tapi sudah saya kubur (sambil

membacakan kejadian di salah satu dokumen investigasi kecelakaan) . lalu korban lupa kalau

tangannya ada dilintasan jalan mesin, dan pas diangkat tangannya sudah lepas aja segini,

kemudian kondisi fisiknya baik. Tidakan perbaikannya yaitu mengidentifikasi potensi bahaya

di tempat kerja, lalu kita menyarankan untuk dibuatkan pengaman, kemudian diberikan safety

breafing seperti yang kalian lakukan itu ya, jadi sebelum bekerja karyawan diberikan

pengarahan terlebih dahulu tentang cara-cara mengoperasikan mesin, kemudian mencegah

bagaimana cara terjadinya kecelakaan, itu salah satunya sudah termasuk kedalam

pencegahan.“

“Nah itu kan masuk kepada

identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian ya pak.

Nah, pegendaian yang dilakukan

itu seperti apa pak?

“nah, yang jelas membuat dalam investigasi penyebabnya 2 aja tidak bercabang unsafe action

dan unsafe condition. Namun diluar itu ini kan untuk pengendalian langsung kepada

pengendalian utama. Walaupun ada sebab akibat, itu juga kita lakukan. Dalam investigasi ini

kita hanya mencari route cause yang utama”

“jadi pengendalian yang sudah

dilakukan apa pak?”

“nah, karena penyebab nya sudah diketahui, yaitu pertama pengendalian yang dilakukan

membuat dan menambah alat pengaman. Lalu melakukan HIRAC lagi dan safety briefing.

Lalu dengan APD. Walaupun APD terakhir, ya tidak masalah yang penting cari route cause

nya. “

“lalu pak, pengendalian teknis /

engineering control yang sudah

dilakukan baik sebelum terjadi

kecelakaan maupun setelah

terjadinya kecelakaan ?”

“yak, dengan membuat program K3LH secara kontinyus, yaitu salah satu program

pengendalian yang ada yah, audit itu dengan luasnya area, dengan banyaknya struktur

organisasi. Kita lihat aja programnya aja ya, programnya itu sekarang sudah masuk bulan

april – juli itu kita ada audit setalah juli ini ada monitoring ada yang terjadwal nah itu

konsisten. Nah ini temuan-temuan yang ada di tindak lanjuti, kemudian houskeeping kontes itu

Page 251: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

secara rutin supaya bisa membudidayakan K3LH nya. Terus monitoring itu ada yang

terjadwal ada yang on the spot nah itu secara konsisten. Nah tadi ada temuan salah satu

selang solar ada yang bocor. Nah, itu punya potensibahaya tinggi,kalau ada putung rokok aja

bisa, maka langsung ditindak lanjuti. Nah konsiten kita untuk menjadikan temuan-temuan

yang memiliki potensi tinggi, lalu dilakukan pengendalian karena disitu ada potensi bahaya

yang tinggi.

“Nah lalu ketika ada bahaya

tindakan pengendalian teknis

seperti eliminasi, substitusi,

menghilangkan bahaya itu, lalu

isolasi yang tadi bapak bilang

ketika terdapat kecelakaan mesin

nya dilindungi, itu yang saya

tanyakan sudah dilakukan selain

itu apa saja pak? “

“nah yak, ehm, ketika ada tata pelaksanaan mereka harus memperbaiki, kita fleksibel. Kalau

memang bisa, dari sejak awal kasusnya dari awal bisa di engineering ya dilakukan.Nsh, kalau

tidak bisa ya dengan APD kan gapapa dilakukan.”

“Lalu engineering yang dilakukan

dalam bentuk apa pak? “

“ya bisa saja merubah material kah, merubah desain, merubah proses kerjanya.”

“yang sering dilakukan dalam

bentuk apa pak?”

“ya kalau dilakukan ya dilihat dulu dalam bentuk kecelakaan apa, disitu kan ada . nah ini kan

cerita ilmu pengetahuannya tadi. Tapi real nya saya tidak hafal. Misalnya tahun kemarin ada

kecelakaan apa saya tidak hafal, misalnya juga tindakannya. Artinya kita tidak kita kaku,

ketika ada kejadian, kita langsung berikan solusinya. Nah kan ada 5 aspek juga bisa kan,

semakin banyak barier yang di berikan jika gugur satu masih ada 4, kan begitu. Jadi ketika

dilapangan kita informasikan kemungkinan yang bisa dilakukan tahap pertahapnya, ya

dilakukan. Jadi umumnya yang menyangkut biaya itu akan terkendala, kan gitu. Tapi kalau

menyangkut biaya tapi itu sampai fatal ya itu sampai korban jiwa ya itu rekomendasinya cepet

juga. Ya itu misalnya tadi bocoran, seperti bocor pipa. Maka harus diganti kan pipanya. Nah

untuk pengendaliannya kan ditutupi plastik dulu, karena masalah biaya dan lainnya. Untuk

tindakan permanennya di tindak lanjuti.

“Terus pak pengendalian secara “nah itu tadi, kalau tergores itu kan incident yah. Nah, kalau kita gak dikasih tahu kita gak

Page 252: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

teknis khusus di machining apa

pak yang sudah dilakukan?’

tahu. Paling kalau pas lagi audit aja dia cerita, oh iya ni ni ni.. kita sampaikan disitu,

solusinya. Yaaa, paling ya itu tadi APD nya.

“Nah, pak kan kalau APD bukan

teknisnya pak, kalau teknisnya

gimana pak? nanti kalau APD

ada lagi pak.”

“yah, eee misalnya contohnya yang tergores yah. Dia tergores umumnya sarung tangannya

tidak tepat. Jadi kita sarankan jangan model yang woll, apalagi yang gerinda. Nah kalau

pakai woll kan bisa ketarik kan, padahal sarung tangan macem2. Jadi umumnya gitu aja,

ehhmm itu aja ada ketidak pahaman juga dalam pembelian. Orang pembelian itu tidak tahu

baik sepatu, sarung tangan, masker, itu kan macem2 kan dari sisi K3 tergantung bahayanya

apa debu, partikel atau hanya sekedar cipratan aja, air, kotoran, itu kan macam2. Nah kalau

sudah bicara masker, orang kalau gak paham di beli aja, asal masker asal murah kuat. Nah,

padahal di K3LH idak bicara harganya dulu. Kita malah gak lihat itu harganya berapa, tapi

fungsinya yah.ketika partikel2 debu itu kita harus rapet, filternya didalem, diganti dalem

filternya ajaa...”

“Nah, pas kan pak, penelitian

saya kan dengan tema safety sign,

nah, kalau pekerja sendiri aja gak

tahu yang harus pakai filter

dimana harus menggunakan

sarung tangan dimana, tanpa

adanya tanda, makanya saya

ingin melanjuti seperti itu pada

akhirnya nanti, kebutuhan safety

sign ........ “

“saya sih kalau kecenderungan karyawan itu tau.tapi kan yang belinya gak tahu. Jadi

pertimbangannya mungkin belum training K3 kali yah, ya memang si stafing tidak prioritas,

ya bukan prioritas kan menurut dia, tapi kalau menurut K3 kan seluruhnya wajib mengikuti

training. Jadi tetep harus walau bukan prioritas tapi wajib dong. Nah kalau yang prioritas

orang produksi berarti orang stafing yang selanjutnya dong. Nah itu makanya kesalahan

pembelian itu. Ini bukan spesifikasinya, mereka tahu. Ya tapi dari pada gak ada mau gimana...

nah, gitu kan bisa di cek kan..dari pada gak ada ya pakai yang ada..”

“baik pak, mungkin cukup untuk

penjelasan pengendalian

teknisnya. Lalu bagaimana pak

pengendalian administrasi yang

sudah dilakukan seperti yang

bapak bilang safety breafing,

pelatihan, lalu safety sign

“yaa, yaa, yaa.. yah, check up. Kemudian itu diberi pengertian, bekerja itu kan juga ada

waktunya. Bekerja itu kan sehari 8 jam, kalau lembur maksimal juga 3 jam. Itu juga kadang2

karena kebutuhan, memaksakan diri. Kalau karyawan ditanya itu sehat-sehat aja, bisa2 aja

lembur full ternyata setelah itu sakit, nah itu diberikan kesadaran bahwa kemampuan fisik

manusia itu terbatas. Dengan cara diperketat, dengan lembur dibatasi. Misalnya lembur per

orang maksimal 2 jam. Nah, kadang2 ketika ada peraturan kecuali lembur khusus,

rekomendasi pimpinan, itu juga adaa.. manusia kan kadang2 kalau dikejar kan materi, nah

Page 253: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

termasuk didalamnya ?” ketika ada lembur khusus ini yasudah....”

“Nah, pak kalau pelatihan itu

sasarannya kesiapa aja pak?”

“pelatihan K3 itu kan ada macam2 ya, contoh safety cuture itu untuk seluruh karyawan , itu

diberikan pada saat karyawan baru masuk. Satu tahun satu kali idealnya kan gitu. Jangankan

yang umum yang khususkrtika satu tahun sekali mau refreshing yah juga kesibukan, program

K3 mah kita adakan. Ada p3k3 untuk siapa? Untuk pengurus P3k3. Berarti pengurus P2K3

itu, ya karyawan dan perwakilan manajemen. Nah, bukan juga yang bukan pengurus P2K3

gak boleh ngurus itu, yah boleh, kan pengurus itu juga berotasi, jadi gak ada si A ada si B.

Jadi gak mutlak trainingnya itu P2K3. Nah ketika ada P2K3 ada persyaratan berikutnya

harus mengikuti training. Perkara yang ikut, ada orang yang bukan P2K3, gak masalah

karena itu juga akan bermanfaat. Kemudian ada training 5 R untuk seluruh karyawan dari top

manajemen sampai level karyawan. Nah kemudian ada trainning K3 sendiri, K3 sendiri itu

suda spesifik, k3 di bengkel machining ya K3 machining, k3 dibonding ya bonding, sheet metal

sheet metal, k3 welding ya welding. Nah materinya itu ada spesifik, manual handling ya gitu..

terus operator untuk crane ya crane K3 nya. Untuk forklift ya forklift. Itu K3 spesifik. Nah,

terus materi2 HIRAC nya sendiri, untuk para supervisor, nah, selebihnya banyak. “

“Lalu pak safety briefing

dilaksanakan secara rutin juga

pak?”

“ya Cuma tidak dalam bentuk namanya safety briefing , ya sebelum kerja dilakukan

penjelasan mengenai keselamatan kerja lah. Itu juga sekarang ada lin manufaktur kan, anda

bisa lihat disitu di meja panel ada SQCDP. S nya itu safety jadi kita kalau kontrol, tinggal

lihat S nya saja, ada warna merah atau hijau. Kalau warna merah itu ada persoalan dari sisi

safety nya, kita lihat persoalannya apa solusinya apa. Kita lihat sudah siklus belum, kalau

belum kita lihat apa pesoalannya. Cuma belum ada pernah kalau ada persoalan safety kami

diundang. Itu sekedar sharing sampaikan solusi. Nah, safety briefing yang anda lakukan itu

juga baik, ternyata di respon positif kan, jadi medianya bisa menggunakan lin manufacturing.

Paling lama 15 menit untuk berbagai tingkatan, tingkatan pertama itu flur, paa anggota

dipimpin oleh leader, dia membahas persoalan2 yang terjadi di bengkelnya masing2.

Persoalan apa, ya masalah SQCDP itu, nah, masalah safety ada gak, quality ada gak, control

ada gak, delivery ada gak, personal ada gak gitu.. oh ternyata bisa diselesaikan di level

pertama, oh yaudah clear. Nah kalau di level pertama dipimpin leader gak selesai naik kelevel

kedua, itu jam seperempat berikutnya berarti jam 8.15 WIB. Itu rutin yah dan harus konsisten,

Page 254: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

dipimpin oleh supervisor. Begitu tidak selesai, naik kelevel ketiga dipimpin oleh manajer.

Level 4 dipimpin oleh divisi, level 5 dimpimpin oleh direksi,itu jam 2 biasanya siang. itu ada

sampai tingkat direktur juga yang harus memutuskan biasanya yang menyangkut biaya besar,

mobilitas tinggi, itu yang melibakan kebijakan2 perusahaan, itu ada.

Tempat

Penelitian di

Direktorat

Produksi dan

pelaksanaan

manajemen risiko

“ok pak, mungkin pertanyaan

tentang safety sign sudah cukup,

selanjutnya mengenai manajemen

risiko pak. Lalu pak yang pertama

bagaimana pak proses produksi

yang ada di Departemen

Machining ?”

“yaa soalnya kalau bicara soal proses produksi itu tergantung tingkat levelnya yah. Kalau

anda secara umum udh plan tour kan yah. Jadi yang gambaran umum proses produksi, mulai

dari receiving, ya disitu peran K3LH dia harus mengecek material2 yang datang sesuai

dengan spesifikasi. Apalagi yang bahan kimia itu msds nya harus ada. Kemudian masuk ke

storage/gudang. Ya itu, standar K3LH nya standar penyimpanannya, apalagi kan itu barang

kimia, gaboleh dicampur ini itu dari sisi K3 nya itu juga kita peduli di gudang. Setalah itu, di

pre cutting, itu pemotongan awal ya kotak2 lah sebelum, panjang lebar itu kan di pre cutting.

Setelah di pre cutting masuk ke proses produksi itu ada yang melalui sheet metal ada yang di

bengkel komposit ada yang machining. Nah kalau yang sheet metal berarti raw materialnya

dalam bentuk sheet / lembar. Yang dinamakan sheet itu 3 milli ke bawah, diatas itu menjadi

plat tebel, berarti masuk proses machining karena di kerok2 menjadi keping. Kalau sheet

metal di bentuk di press di ini itu dari yang sheet. Kemudian yang non metal itu dibonding.”

“lalu pak di Machining sendiri

ada berapa bagian pak dalam

pengerjaannya?”

“ya sekarang katakan saja di machining, skrg di machining kan dibagi dua, jadi machining

yang konvensional itu dengan putaran kecepatan mesinnya, dibawah 3000 itu masuk

machining. Padahal machining itu ada konvensional ada TNC , CNC. Yang konvensional itu

diputar pakai tangan, yang TNC sudah pakai touch di machining jadi tinggal mencet. Nah ada

CNC yang sudah komputerise, ada programnya jadi operator tinggal mengawasin, kan dia

tinggal masukin programnya saja.”

Manajemen

Risiko

“lalu pak ada data per bagian di

machining tidak pak karena saya

untuk melakukan identifikasi

bahaya harus mengelompokkan

berdasarkan bagiannya pak?”

“nah, itu kan organisasi di tingkat Departemen yah, kalau se departemen nya saya tidak tahu

karena itu kan perubahannya lebih cepat. Jadi bisa saja disini anda datang, untuk mengetahui

apa saja bagiannya. Tapi secara pintas seperti tadi yang saya jelaskan. Nah secara garis

besar penempatannya dibuat blok blok ada 2 bagian yaitu machining dan high speed

machining, jadi itu yang putaran2 tinggi. Nah ini dari machining nya sendiri dibagi menjadi

beberapa supervisor lagi itu. Machining ini isinya mesin yang putarannya dibawah 3000,

mesin apa saja, milling, grinding, borring. Nah terus yang high speed mesin, itu yang

Page 255: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

kecepatannya tinggi. Jadi mesinnya macem2 lah pokoknya, pengaturannya penempatannya

suka2 orang sana.”

“ok pak, lalu untuk melakukan

identifikasi bahaya itu apakah

dilakukan oleh pihak Supervisor

atau dari departemennya atau

bareng2 yg seperti bapak bilang

tadi?”

“ya itu tadi, HIRAC itu kan dilakukan bertanggung jawab ini ya K3LH dan pimpinan di

departemen machining. Pimpinan disana ya konotasinya orang yang tahu, jadi sebagai

penanggung jawab kita tapi yang membuat itu kan kita sebagai penanggung jawab belum

tentu ahlinya. Kalau memang ahli tetap menggunakan user yang lebih tahu. Kalau kita disini

tapi kan yang disana lebih tahu ya mereka ahlinya. Jadi yang menanggung jawab kita dan

user2 mengapprove juga. Menentukan kebijakan juga sama2 bareng2.”

“lalu pak yang dimaskud dengan

ahli ini itu adalah supervisor

pak?”

“ya sebenarnya yang dinamakan pimpinan seharusnya tahu apa yang kita buat itu bener, gitu

loh.. jadi kan bisa dikonotasikan yang ahli yang kompeten yang lebih tahu, yang lebih

bertanggung jawab, yang buat bs siapa saja kan.”

“Ok pak, lalu mengenai form

identifikasi itu mutlak atau tidak

mutlak pak digunakan seperti di

industri penerbangan/pembuatan

pesawat?”

“formnya ya sudah standar.”

“lalu pak langkah menilai risiko

setelah melakukan identifikasi itu

bagaimana pak dalam

pelaksanaannya?”

“Ya dituangkan dalam kebijakan yang harus menjadi panduan bagi siapa saja yang bekerja di

tempat itu, jadi kita tuangkan dalam bentuk petunjuk, itu bertingkat ada petunjuk internal ,

bisa internel bengkel, divisi, direktorat. Kalau yang melibatkan antar kebijakan ada yang

namanya OP , PA, ada yg namanya SOP, ada yang namanya SOP administrasi prosedur, ada

yang tingkat internal, itu bertingkat.”

“itu pak cara menilainya itu

menggunakan apa bagaimana pak

apa berdasarkan tingkat high,

medium.... (terpotong)”

“Jadi semuanya sudah ada di manual kebijakan kita. Referensinya dari apa ya betul, jadi kita

pandulah, namun petunjuk ini juga kan harus up to date mengikuti jaman, bisa berubah. Nah,

siapa yang merubah boleh datang dari mana saja, intinya kan yang lebih inisiatif kan si user

karena dia kan yang lebih taulah karena kita kan Cuma diatas meja saja. “

“lalu pak di daerah machining itu

terdapat bahaya apa saja pak?”

“di machining itu kan pada umumnya putaran mesin, nah putaran mesin ini kan memiliki

tinggi bahaya, nah itu kan berarti potensi bahaya. Nah umumnya itu diberi pelindung isolasi

tadi yang suka engga dipasang kalau mesin lama. misalnya gerindra, padahal beli barunya itu

lengkaploh termasuk kaca pelindung. Nihh kadang2 kaca pelindungnya dilepas, baik sengaja

Page 256: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

maupun tidak sengaja.

“terus pak pengendalian terhadap

bahaya yang sudah dilakukan

berarti isolasi itu ya pak, lalu

pengendalian lainnya yang

dilakukan seperti APD yang

disarankan pak?”

“nah kalau di machining itu kan APD yang disarankan itu sepatu, sepatu juga ada yang

frekuensinya 3 bulan sekali, setahun sekali, tergantung itu potensi bahayanya. Kalau yang di

machining itu tinggi potensi bahayanya, dia mesti menginjak itu coolen atau pelumas, ini gak

tahan lama kalau itu kan merusak dia kan, jadi itu 3 bulan udah mengangak sepatunya. Kalau

di machining ini sepatu utama disamping jelas sparepaknya, lalu sarung angan ear muff ear

plug, tergantung mesinnya seperti apa, kalau mesin yang menghasilkan suara tinggi. Kalau

mesin yang mengandung cipratan tinggi, seperti cipratan api, bisa bentuk partikel ya

macam2.”

“Ok pak baik mungkin cukup sekian wawancara dari saya terimakasih atas waktunya pak.....”

Page 257: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Utama

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 02

Inisial : TN

Tujuan : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi

Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Pemilihan

Lokasi

Penelitian

di

Direktorat

Produksi

“Ok pak Tedy langsung saja. pak,

bagaimana tingkat kecelakaan yang

ada di Direktorat Produksi?”

“Nah, kalau incident di kita mah ya minus, tapi kalau tingkat accident nya ini ada datanya”

(sambil cari file yang ada di komputer)

“Terdapat di Departemen apa

kecelakaan yang tertinggi di

Direktorat produksi pak?”

“Nah, kebetulan pencatatannya tidak per departemen sih ya. Tapi ini nih ada yang paling

tinggi itu setau saya di Aerostructure, ya itu di manufacturing. Kalau dari pelaporan ya itu

paling sering di Machining karena bahayanya juga tinggi yah disana..”

“ok pak, kalau begitu nilai SIR dan

FIR yang memiliki angka kecelakaan

tertinggi selama kurun waktu 5 tahun

berapa aja pak?”

(sambil menunjukkan data angka kecelakaan kerja, SIR dan FIR di komputer) “kalau di PT.

Di mah pencatatannya ya se PT.DI jadi engga per divisi, jadi kalau per divisi atau per

departemen kita gak punya datanya. Jadi pelaporan jika terjadi kecelakaan aja gitu baru

dicatat per direktoratnya. Nah itu paling besar ada di Aerostructure yah... kalau

departemennya di Machining.”

“itu penyebab kecelakaan yang terjadi “yang pertama itu masih muda, yang kedua pembinaan dari senior, pembinaan yang

Page 258: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

disana biasanya disebabkan oleh apa

pak?”

dilapangan itu ke junior nya juga kurang mempuni. Jadi hasilnya Cuma seadanya dari hasil

pelatihan pertama kali masuk kerja, kalau masuk kan pelatihan dulu disini. Jadi pas udah

dilapangan jarang yang diawasi. Itu yang pertama, yang kedua lembur, kadang kelelahan

juga bisa mempengaruh insiden itu. “

Manajemen

risiko

“Nah, kalau sudah terjadi kecelakaan

tadi menurut pak (informan utama 1)

itu dilakukan identifikasi bahaya, nah

cara melakukan identifikasi risiko di

departemen machining gimana pak? “

“tadi pak Dar**** (informan utama 1) gimana? Udah kan? Sama lah jawabannya, idem lah..

“ok, sebelumnya kita sudah punya manual nya kan soal identifikasi itu, disana misalnya kan

mesin x disitu”

“Nah, manual nya itu sebagai form

identifikasi mutlak di pakai di industri

penerbangan atau tidak pak?”

“kita yang ada disini, kita yang ada disini.. manual mesin yang ada disini, bukan

berdasarkan industri penerbangan. Jadi mesin2 yang ada disini, semuanya kita identifikasi

bahayanya seperti apa, kita sudah punya sebenarnya, sudah ada. Tinggal orang2 yang ada

disana pengawasannya seperti apa.terus pekerja2 disana supervisornya, leader2nya

harusnya punya SOP nya lah.. ya seperti itu.. “

“Terus cara melakukannya mengikuti

manual yang ada gitu pak?”

“iya seharusnya seperti itu, hehehehehe ..”

“Nah, yang melakukannya siapa

pak?”

“seharusnya kan pas pelatihan itu disitu liyat, cuman pas pelakasanaannya ya itu tadi, ada

kelelahan juga terus dia mengabaikan SOP nya itu.. jadi, kalau manual sih sudah ada tapi

pelaksanaannya kurang dari orang itu..”

“kalau orang yang terlibat dalam

pembuatan kebijakan identifikasi

bahaya itu siapa pak?”

“Sebenarnya kan kita, departemen K3LH. Cuman kan kalau misalkan dilapangan, ada K3LH

yang di produksi, tapi kita sih yang buat kebijakan sebenarnya..”

“pak kalau form identifikasi bahaya

yang diugnakan itu mutlak dan harus

digunakan oleh industri penerbangan

di PT. DI atau tidak pak?”

“form apa nih? Ohh form identifikasi kan udah ada, kita form yang ada disini sesuai dengan

UUD kalau gak salah sama apalah, lupa gitu, yang udah didapat sama pelatihan-pelatihan

gitu kan.. dan engga mutlak berarti yah.. hehehe kan udah liyat kan?“

“Ok pak, lalu setelah melakukan

identifikasi kan menilai bahaya, kalau

cara assessment terhadap penilaian

“Kan disitu sudah ada, di form nya sudah ada. Itu ada high, middle, terus apa.. dari medium,

low, disitu kan ada. Segala macemnya kan sudah ada penilaian. Nah kalau misalkan, disitu

kan udah ada kok, nilainya tergantung dari hasil analisis itu. “

Page 259: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

bahayanya disini gimana pak?”

“Nah, setelah dilakukan semuanya

kan dilakukan rekomendasi

pengendalian ya pak, itu

pengendalian yang sudah dilakukan

bagaimana pak?”

“eeeeeeee, yang sudah dilakukan yang sudah banyak dilakukan itu pelatihan kembali.”

“selain pelatihan apa lagi pak?” “eee itu modifikasi ya, apa itu namanya .. disini itu kan ada tempat mesin apa tempat pijakan

kaki yah, itu kan ergonominya yah, kalau misalkan itu harus diperbaiki itunya, substitusi. Apa

dah, ada 5 yah?

“iya, jadi yang pertama itu kan

eliminasi, substitusi, engineering

control, administrasi control, lalu

APD pak. “

“iya iya nanti aja itu ada diujian itu..”

“Pak, bahaya yang ada di Machining

yang sudah diidentifikasi itu terdapat

bahaya apa saja sih pak?”

“kalau saya sih belum kesana yah.. yang sudah ada dimanual aja di machining tuh, tapi yang

jelas kan di machining itu sudah berbentuk yang diidentifikasi berdasarkan manual yang ada.

Hasil2 nya juga sudah ada di manual. Jadi kalaupun mau liyat disana kan bisa diliyat disana

dan juga ada nilai2 nya kok.

“terus pengendalian yang

berdasarkan penggunaan APD itu

apa aja pak di Machining?”

“Di machining ya, kalau disitu kan ya yg standar2 aja, kaya safety shoes, kemudian baju

kerja, sebenernya pekerja itu bukan APD sih..tapi kalau baju sih ini yah, engga mutlak.”

“identifikasi bahaya yang dilakukan

itu di update tidak pak dalam

pelaksanaannya?”

“Yaa, sebenarnya kata kita gak ada mesin yang baru dan identifikasinya juga baru kemarin

ya jadi belum di up date lah.. haha. Karena sudah ada disana, dari nilainya sekian sampai

sekian..”

“lalu pak bagaimana penerapan

engineering control atau

pengendalian teknis yang sudah

dilakukan ?”

“ya yang pertama mungkin itu tadi, pelatihan itu“

“hehe pak pelatihan kan tadi udah

termasuk kedalam administrasi

“eh udah ya, itu dimana tadi? Pengendalian teknis ya, jadi bingung saya, liyat kamu jadi

bingung saya.. itu pak Dar apa? Samain aja lah ya samain aja...”

Page 260: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

control”

“kalau sama seperti apa pak

contohnya?”

“itu eliminasi ada gak? Artinya gini, kalaupun tarolah mesinnya nah kadang bukan mesinnya

tapi tool nya seperti untuk pengamanan dari pada tool tersebut. Jadi, kalau misalkan si tool

tool yang tajam itu kan bisa dilindungi, ini kadang kan kita bisa terpeleset.”

“lalu kalau administrasi control yang

sudah dilaksanakan apa saja pak?”

“hhmm, gak tahu apa.. hehehehehmmmhmhm...”

“kalau regulasinya seperti apa pak?” “Bukan regulasi yah, tapi mungkin kalau disana mah ada yah kaya misalkan sebelum kerja

karyawan sama leadernya semacam safety briefing yah”

“kalau pemasangan proteksi aktif

pasif seperti alarm disini ada tidak

pak, itu kan juga temasuk

administratif control”

“itu hubungannya apa dengan pengendalian? Kalau pengendalian bahaya dari

machiningnya kebakaran apa? Kalau menurut saya ya misalkan dipasang hhmm bisa juga

lah karena kabel kabel kan.. hehe yah boleh lah bolehh.. karena kemarin sudah ada kejadian

kebakaran itu, tapi kebakarannya bukan dari situnya, dari sumber yang lain, ”

“kalau dengan pengaturan jarak dari

bahaya itu apa pak yang sudah

dilakukan?”

“uuu kalau itu gak ada yah..”

Page 261: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Utama

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 03

Inisial : YS

Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014

Tujuan : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi

Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Pemilihan

Lokasi

Penelitian

di

Direktorat

Produksi

“Bagaimana sih pak proses pelaksanaan

produksi di Direktorat produksi di PT.DI

yang bapa tahu di manufacturing?”

“oo, ehhhmm, ini sih saya agak kurang ini sih.. hhmm udah dapet masalah di direktorat

produksi? Kalau dari pak Dar? Yang lebih memenuhi kan pak dar suka memberikan

training tentang masalah itu, mungkin lebih tau dia.Karena dia itu kan asal dari trainer,

jadi semua permasalahan yang ada hubungannya dengan produksi dia trainer gitu.

Mungkin, mungkin lebih itu lagi, atau kalau ke tempat yang direktorat produksinya sudah

bertanya masalah ini?”

“jadi gini pak, ini kan hanya gambaran

sebelum saya menentukan tempat

“Tingkat kecelakaan produksii... datanya ada di Pak Te** (informan 02) yah? Kalau

untuk masalah kecelakaan kerja datanya ada di pak Tedy. Itu lebih itu, karena kan saya

Page 262: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

penelitian saya di direktorat produksi

dimana, makanya saya ingin memilih

tempat di departemen apa gitu pak, tapi

saya arus memiiki justifikasi yang kuat

untuk memilih tempat tersebut, ok kalau

gitu nanti saya tanyakan ke pak dar,

kebetulan saya sudah wawancara beliau.

Ok pak, kalau gitu, bagaimana sih pak

tingkat kecelakaan yang ada di direktorat

produksi?”

manajemen.”

“Ok pak,nah menurut bapak, terdapat di

departemen apa pak kecelakaan tertinggi

di direktorat produksi?”

“waduh,, saya kurang tahu dulu datanya ada di pak Tedy kayanya..”

“lalu nilai SIR dan FIR gimana pak?” “ehem, juga di pak Tedy”

Manajemen

Risiko

“Karena kemarin saya dapet informasi

dari informan sebelumnya kecelakaan

tertinggi di Machining, nah menurut bapa

penyebab nya karena apa pak kecelakaan

bisa terjadi di departemen Machining ?”

“di machining? Ya bahaya2 nya ya mungkin dari mesinnya, itu dari kecelakaan mesin,

dari apa, biasanya dari mungkin anak baru yah, kurang mengetahui begitu, jadi akhirnya

mereka...mungkin tidak pakai APD yah bisa.. terus selain itu mungkin keteledoran bisa,

mungkin karena kecapean, tingkat ini.. mungkin bisa saja. “

“ok pak, lalu bagaimana si pak cara

melakukan identifikasi bahaya di

Direktorat Produksi PT. Dirgantara

Indonesia?”

“kan ininya ada di kita, identifikasi ada. Dengan pengamatan bisa, kaya misalnya pak

edy kan asalnya dari bengkel. Jadi pengamatan, ya dari pengamatan, dari observasi,

terus dari seringnya terjadinya kecelakaan juga bisa diliyat juga yah..”

“Lalu selanjutnya langkah untuk menilai

risiko seperti apa pelaksanaannya dan

pakai standar apa pak?”

“mungkin ini dari HIRAC ya neng yah, yang pernah dibawa itu kan yah, ehem , iya

seperti itu..”

“Lalu pak, bagaimana cara pengendalian

bahaya yang dilakukan PT.DI

berdasarkan hasil identifikasi dan

“Untuk mengendalikan bahaya itu, ya mungkin dengan perbaikan diarea mesin yang

rusaknya, misalnya atau antisipasi pendukungnya seperti pencahayaan.”

Page 263: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

penilaian risiko pak?”

“Kalau untuk pencahayaannya dilakukan

pengukuran terlebih dahulu gak pak?”

“kalo, dari kita K3 misalnya ada permintaan pengukuran, tapi kita kan kalau audit juga

kan seperti pencahayaan, dari secara kasat mata kan kelihatan yah, oh ini gelap. Aahh,

tapi kalau ingin memperjelas untuk ada bukti kita juga ada kok datanya.

“lalu selain pengukuran pencahayaan

apa ada lagi pak?”

“hoo, pencahayaan ya kan seperti udara mah kan diluar yah, iklim kerja yah paling,

cahaya , udara nah apa air yah, banyak kayanya. Ohh, eneng fokusnya untuk diruangan

itu yah”

“Terus pak, form yang dipakai dalam

mengidentifikasi bahaya itu yang

digunakan apakah prosedur yang mutlak

digunakan di industri penerbangan

seperti PT. DI atau tidak pak?”

“Mungkin, mungkin awalnya dari penerbangan kayanya yah, ngadopnya, mungkin dulu

dari boeing atau apa. Saya juga kurang, kurang mengerti. “

“Ok pak, lalu bagaimana sih pak

penerapan engineering control /

pengendalian teknis yang sudah

dilaksanakan di departemen machining

itu?”

“Kurang, kurang mengetahui. Karena kan itu eehh data dari mereka yah”

“Lalu pak setelah pengendalian teknis,

kalau dengan pendekatan pengendalian

administrasi misalnya dalam bentuk

slogan, 5 R itu gimana ak?”

“ehhm, oh iya itu ada kalau yang itu. Pelatihan2 ada, terutama untuk karyawan baru,

terus itu juga ada tentang penerapan warning sign. kebetulan kan untuk mengadakannya

di K3LH, jadi untuk yang butuh biasanya mereka kesini, gitu.. terus pak waktu audit kita

juga kasih tau, di tempat kita sudah tersedia, karena ini potensinya ini ini ini, tinggal

ambil aja, nanti ngambil kekita.”

“Lalu bagaimana pak pengendalian

dalam bentuk APD ?”

“Membelikan APD tapi sesuai dengan kebutuhan mereka, disesuaikan dengan potensi

bahaya yang ada. Tidak semua dibelikan. “

Page 264: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Utama

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 04

Inisial : ES

Tanggal Wawancara : 20 Mei 2014

Tujuan : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi

Topik

Pembahasan Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)

Pemilihan

Lokasi

Penelitian di

Direktorat

Produksi

“ok pak, langsung saja,

bagaimana pak tingkat

kecelakaan di Direktorat Produksi

jika dlihat dari segi incident dan

accident nya pak?”

“Nah itu mungkin dengan adanya pertambahan karyawan, tadinya hanya 3000 sekrang udah 4000,

dan notabennya di bengkel itu banyak. Apalagi kalau sekarang itu... yah yah, kalau dilihat dari

persentasi sih gak begitu banyak yaa, tapi kalau dilihat dari jumlah kejadian itu meningkat. Kalau

datanya kan itu terpusat, ada di pak Te** (informan 02). Kalau tahun2 sebelumnya, itu ada

berapalah gitu..itu kan kalau sekarang itu ada peningkatan, tapi itu kan dalam arti dalam

kuantitasnya, bukan dari perhitungan apa teh zero accidentnya. Kan harus di hitung per 1000.000

pekerja, itu kan ada hitungannya..”

“Ok pak kalau begitu menurut

Bapak terdapat di Departemen

“itu teh, kalau gak salah mungkin dalam arti bukan tertinggi yah, agak2 paling banyak yah.. kalau

gak salah itu tuh di Departemen Machining. “

Page 265: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

apa pak angka kecelakaan

tertinggi di Direktorat Produksi?”

“itu biasanya kejadian apa pak

yang terjadi?”

“Itu biasanya luka karena tersayat biasanya.. “

“Ok pak tapi ketika ada pekerja

yang tersayat itu ada catatannya

tidak pak?”

“hhmm jadi gini yah, kalau mereka melaporkan kekita itu artinya tersayat itu yang dimaksudkan itu

seandainya kalau 1 hari tidak masuk kerja yang mengakibatkan kehilangan hari kerja gitu yah.. tapi

kalau masih mampu bekerja ya di anggap incident, gitu.. “

“ok pak untuk catatan SIR dan

FIR itu sudah di pak Tedy yah?”

“iyaa bener sudah di pak Ted** (informan 02) ”

Manajemen

Risiko

“Ok pak lalu bagaimana sih pak

proses di direktorat Porduksi di

Direktorat Produksi?”

“oh di direktorat produksi yah, karena di direktorat produksi segalanya sudah tersedia itu

gambarnya sudah ada, biasanya itu ada proses cat, cat itu misalnya diawali dengan pengadaan

gambarnya, kemudian proses yang dimintanya itu apa, kemudian dari situ ke planner sudah di acc

kemudian proses turun ke bengkel. Nah itu material disitu yang dimintanya berapa kekerasannya

beberpaa tebelnya berapa. apakah itu untuk proses machining, apakah itu untuk proses sheet metal.

Nah apakah itu yang diminta yang metal atau non metal, logam atau non logam, gitu yaa.. mah

kemudian disitu ada yang proses pre cutting nah disitu ada yang untuk proses machining ada yang

sheet metal. Nah kemudian mereka meminta ukuran di gambar dan di proes. Karena yang diminta itu

ukurannya jelas, lebar sekian, tebal sekian, itu acc per drawing itu biasanya mereka itu. “

“Lalu pak bahaya apa saja sih

pak yang tedapat di Direktorat

Produksi itu pak?”

“di machining itu kalau di lihat bahaya itu tergantung dari pada mesinnya, nah sekarang itu kan

sudah datang mesin yang relatif cukup aman dari segi keselamatan kerja, kalau yang konvensional

yaitu masih kompleks dari bahayanya. Itu dilihat dari mesin konvensional, itu biasanya di milling

machine tuhh, maupun borring lah gitu, maupun bubut.lalu yang kedua itu ada bahaya terjepit pada

saat setting material benda kerja dengan tool picture dengan meja mesinnya. Ya mereka itu kan

kadang2 terjepit, kemudian dari segi ergonominya juga seperti pada saat setting keatas harus naik ke

mesinnya seperti termasuk cincinati itu mereka disana kemudian terpleset pun ada karena memang

bukan kotor, memang seperti itu keadaannya. Licin oleh coollant atau oli. Kalau di coolent itu kan

ada basednya oli. Kemudian terbentur juga karena naik turun nya kerja yang mempengaruhi

ergonominya. Itu bisa, kemudian dari ergonomi juga berpengaruh, yang dari percikan chips ataupun

dari percikan coollant nya sendiri. Mungkin pada saat di mesin konvensional itu tuh yang di

Page 266: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

cincinati, nah itu kan ada proses pendinginan atau coolling antara pemotong dengan benda

kerjanya. Nah disitu kan terjadilah akumulasi kabut fium dari putaran mesin, kemudian memutarkan

coollant nya sendiri. Nah itu kan akhirnya terbang kemana, nah akhirnya kecium oleh karyawan

yang ada disitu. “

“itu kalau apakah termasuk

penyakit akibat kerja pak dan

sudah pernah ada medical check

up yang dilakukan pak?”

“iyaa iyaa, itu kan karena bisa menimbulkan paru-paru basah yah. Nah kalau di check itu belum,

tapi kalau check apa tuh namanya yang ditiup teh, tapi hanya di beberapa bagian yang cenderung

potensi dari vium atau apa namanya tuh, itu pernah. Apa namanya , ahh test paru-paru. Itu pernah

dilakukan di seluruh PT. Di yang memiliki potensi bahaya tinggi dengan aspek kimia yaitu termasuk

mungkin disitu.”

“Lalu pak bagaimana proses

dalam melakukan identifikasi

bahaya pak khususna di

Departemen Machining pak?”

“kalau di machining itu kalau di kita kan identifikasi lapangan, kemudian kita lengkapkan isian

blangko kosong dari kita mengenai identifikasi, jadi dari disitu dijelaskan nomor satu, dari proses

mesin, atau alatnya itu apa, karena kita berbicara identifikasi tuh bukan perproses atau bukan per

bagian, karena kalau sewaktu-waktu ada bagian tertentu berubah organisasi nanti berubah lagi,

jadi kita tuh diisini per mesin, per spesial proses dan per alat.”

Yaa itu, kita identifikasinya itu kesatu mengenal mesinnya seperti apa,kedua kita kita konversikan

semacam angket, hhmm bukanyaa ngket yah, yah semacam isian identitas lah kepada supervisor

masing2 dilapangan, diseluruh PT. DI. Jadi waktu itu bukan DP yah, waktu itu kan masih

aerostructure, nah misalkan di daerah aerostructure sekarang programnya ini kita kasihkan

misalkan di daerah machining, ini tolong diisi potensi bahayanya apa aja. Nah sambil kita berikan

data based di machining itu misalkan yang ini nih untuk potensi bahayanya yang muncul apa, kalau

ada kekurangan dan kelebihannya tolong dikoreksi.nah kita nunggu dari mereka, nah seandainya

kita nunggu tapi mereka karena kesibukan atau apalah, kemudian mereka engga mengirim. Yaa apa

boleh buat, kita sendiri yang membuat identifikasi bahaya. “

“lalu pak langkah selanjutnya,

bagaimana cara menilai

bahayanya dari identifikasi

tersebut?”

“ya kita dari identifikasi potensi bahaya nantikan itu dari satu mesin ada proses. Dalam satu mesin

misalkan di mesin cincinati misalkan, ya kita kelompokkan hanya di milling machine. Di milling

machine itu yang satu itu handling duu, dalam arti itu kalau identifikasi sebelumnya handling itu

dipisah. Itu handling anggap buang sajalah.. nah satu itu hhhhmmmmmm,, apa namanya.. loading

unloading kalau ga salah.loading itu dalam arti disitu persiapan lah. Itu identifikasinya dulu ya

persiapan lah, nah itu dari situ persiapan potensi bahayanya apa. Ya persiapaan dalam arti misalkan

Page 267: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ini material, belum ada, belum ada handlingnya. Kemudian beri apa beri apa..kemudian yang

pertama itu setting tool picture pada meja kerja. nah tool picture yang dibutuhkan beda-beda kan.

Nah dari situ kan potensi bahaya ada yang terpentur, terjatuh terpeslest kan.. tapi kalau ada pekerja

yang kasih masukan ini pak ada potensi bahaya disini pak disini, ya kita msukan,, kita

pertimbangkan betul gak ada kejadian, kalau ada kita masukan ada bahayanya. Kemudian setelah

setting itu barulah ada proses mesinnya,nah pada saat proses itulah seperti mesin konvensional

seperti percikan coollantnya, percikan chips nya, panas, kemudian pada saat rapping ada kebisingan

ya kebisingan tinggi. Kalau di profilling itu gak besar, nah kalau yang di mesin cincinati yang besar..

“nah kebetulan saya sudah

ketempat profilling dan itu

mesinnya cincinati pak. Kebetulan

saya sudah ketemu dengan pak

re***** pak sebagai

supervisornya.. ”

“nah kalau profilling itu kan istilahnya,oohh kalau pak renaldi itu di large prismatic machine

bukannya. Naahh kalau memang bgtu yang mesinnya ada DGAL , DGMP itu kita masukkan dalam

pengelompkkan mesin milling konvensional. Nah itu petugasnya pada saat pengerjaan tadi itu kan,

kemudian kalau misalkan disitu ada penerangan kurang, nah kalau di situ kan ada limbahnya.

Kemudian setelah selesai itu kan kebisingan itu muncul pada saat proses rapping nya muncul

kebisingan, pada saat pemakaian pertama. Nah kalau yang proses akhir mah engga karena kan

prosesnya beda yah.. nah pada saat rapping itu kan proses pemakanan pertama, jadi memerlukan

tenaga besar kan nah selanjutnya ganti cutter kan , tambah lagi kecepatannya. Nah setelah itu masuk

lagi ke proses coolling tadi. Nah selanjutnya itu pembongkaran setelah kerja itu potensi bahayanya

sama dengan loading. Kemudian pada saat pembongkaran benda kerja itu potensinya sama. “

“ohh begitu ya pak, lalu siapa pak

yang mengatur kebijakan dalam

manajemen risiko?”

“oo kalau di direktorat produksi itu.. kalauu,, sebenarnya apa yang kita buat kemaren, untuk

manajemen risiko untuk mengenai itu kita buatkan berdasarkan identifikasi aspek K3LH yang telah

kita buat, dengan kita bikinkan RMS nya, tinggal kta buat risk assessmentnya.”

“pak, lalu kedudukan divisi DPM

itu bagian dari direktorat

produksi kan pak?”

“aaahh, iya kalau DPM itu bagian dari direktorat produksi, kan dibawahnya DP itu ada Divisi2 apa

saja dibawahnya itu.. DPM itu membawahi machining, departemen machining, meal forming,

surface treathment, aaaa aaaa... nah itu setelah kita buatkan risk assessment, setelah kita buatkan

risk assessment kemudian kita itu disini di evaluasi bersama. Kami sebagai pembuatnya misalkan

sebagai penyusun, kemudian menajar kita juga di semprong istilahnya itu pake auto fokus, kemudian

ada temen-temen para supervisor misalkan gitu taah, mereka saling mengoreksi kira-kira ini ada

kelebihan ada kekurangan, kita kira2 bisa gak temen2 itu mempersentasikan. Kalau menurut ini nih

Page 268: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

begini gini tapi ah sebenarnya aya seperti ini ini. Sebenarnya kan risk assessment kan lebih pada

kekerapan kejadian, nah kekerapan kejadian disitu kan kaya apa..”

“lalu pak pengendalian yang

sudah dilakukan berdasarkan

pendekatan engineering control,

lalu administrasi control, serta

APD seperti apa pak di DPM dan

di direktorat produksi?”

“aaaa kalau dari produksi atau dari manaa, oo kalau dari K3LH pusat dari engineering control

biasanya begini, kan itu mesin kan sudah ada apa namanya tuh sudah di setting semua disitu, nah

seandainya sewaktu waktu terjadi masalah, dan kemudian bukan melibatkan kita yah, itu mah

kewajiban kita yaah untuk mengendalikan dan mengukur lingkungan kerjanya seperti apa, dan

kemudian kalau ada yang berbahaya seperti apa misalkan kebisingannya tinggi, dan kemudian

engineering control kita itu merubah kira2 seperti apa nih, satu contoh kita dulu ada kebisingan di

pompa apaa namanya yah itu namanya di pompa surface treathment, itu terjadi suatu kebisingan

pada pompa saat menekan dan mengempes, itu kebisingannya sampai merambat jauh ke gedung

ditek, kemudian mereka itu komplain kekita. Kita ukur, kemudian kita ukur sampai sejauh mana nih

kebisingannya , lalu kebisingan disana itu sampai 50 kebisingan sampai 50 itu memang kita kalau

untuk standar misalkan standar perkantoran teh harusnya 40 lah tapi kalau misalkan ada mesin pick

manual kan itu bisa 60 dB. Tapi mereka tetep komplain karena merasa konsentrasi keganggu, dari

pengendalian teknisnya kan itu kan ke pak Do**. Itu exhausnya itu dibuat sedemikian rupa,

kemudian exhaustnya itu dimasukan kedalam air... akhirnya kebisingannya itu kan bisa direndem,

jadi sekarang itu kan bisa sekalipun spontan mesin itu berjalan, karena kan otomatis gak bising lagi.

Dikasih air di exhausntnya jadi suara itu gak langsung keluar merambat melalui keudara tapi

terendam dulu sama air. Kemudian, exhaust yang di shot pining juga itu dulu bermasalah karena

pada saat terjadi proses shot pining di blower itu kelur debu, masuk keruangan kerja. selain tidak

membuat kenyamanan terhadap karyawan, juga bisa mengotori komponen-komponen yang sudah

jadi. Kemudian itu dari aspek teknis nya, seperti apa dibuatkan cerobong sedemikian rupa, sehingga

terbuang secara bebas, itu teknisnya... kalau pengendalian administrasinya itukita kadang-kadang

kan satu itu mengadakan training, apakah tingkat manajer, apakah level supervisor, apakah

karyawan. Kemudian dari training itu dicoba di kasikan oleh suatu percobaan apa namanya tuh,

perbandingan, studi kasus lapangan, nah seperti ini mkisalkan dikasihnya seperti apa.. risk

assessmentnya apa, pak Bam**** seperti apa. Kemudian kita tuh seperti menguji karyawan ware ke

tempat lingkungannya..”

“Kalau dengan penerapan atau “aaaa iyaa iyaa itu termasuk, barusan tu juga saya mau sampaikan, itu juga termasuk itu warning

Page 269: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

dengan rekomendasi safety sign

tanda keselamatannya itu kan

termasuk dengan pengendalian

administrasi..”

sign, nah warning sign itu kan ada yang berupa poster, ada yang berupa warning sign, dalam

warning sign itu kan dalam bentuk misalkan seperti harus pakai APD ini ini ini, kalau poster kan

harus tertera ini ini ini. Kalau bila kan bekerja selamat keluarga menanti dirumah, nahh itu kan

salah satu bentuknya. “

“lalu pengendalian APD nya

seperti apa pak?”

“yaa kalau pengendalian APD itu kita dilihat dulu potensi bahayanya seperti apa, bahaya yang ada

di bengkel atau di tempat kerja yang bersangkutan, karena kan tidak semua tempat kerja harus

dikasih ear muff, tidak semua tempat pekerja harus dikasih sarung tangan karet ya kan.. nah

patokannya kita itu ke risk assessment, dari risk asssessment kan muncul bahayanya itu apa, nah

memang mengendalikan supaya yang tadinya major menjadi minor itu harus seperti apa. Kalau kita

inikan itu potensi bahayanya secara risk assessment itu ini major nih masuknya major atau mungkin

dari karakteristiknya termasuk bahayanya tinggi atau nanti apa tuh, ya kan nanti disitu

pengendaliannya itu bisa tadi dari engineering, administrasi itu diadakan training, kemudian dari

dikasih dokumen pentingnya itu. Untuk lingkungan kerja ini seperti apa, kemudian dari potensi

bahaya yang muncul, kita aplikasikan APD yang kita kasih, ini apa aja yang ada. Dipetunjuk itu kan

juga dijelaskan misalkan petunjuk yang di Maching itu kan di machining kan dikasih sarung tangan.

Itu kan di petunjuk dijelaskan, khusus digunakan sarung tangan pada saat men setting, dilarang

menggunakan sarung tangan pada saat berhadapan dengan benda yang berputar. Kecuali dengan

yang berpress silahkan kalau yang sepeerti itu mah silahkan, takut terlilit, seperti itu. Kalau APD itu

tuh kita sesuaikan dari risk assessment tadi.”

Page 270: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Pendukung

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 001

Inisial : TN

Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014

Topik

Pembahasan Peneliti

Manajer Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat

Produksi

(menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

penelitian serta memilih Departemen

Machining karena dari hasil wawancara dan

dokumen kecelakaan kerja, nilai SIR dan

FIR)

Tingkat

kecelakaan

“Ok langsung saja pak, di Machining

sendiri tuh terdapat berapa bagian pak

dalam proses tahapannya?” //

“iya, seperti di Departemen Metal Forming

“Organisasinya yah maksudnya?”//

“Enggak, bedakan proses produksi dengan organisasi, karena bagian itu organisasi.

Kalau organisasi saya bilang Machining itu punya 7 Supervisor” (sambil mengambil

kertas, dan memberikan kepada peneliti struktur organisasi di Machining)

Page 271: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

yang memiliki profile press forming, sheet

metal forming, nah kalau di Machining ini

sendiri seperti apa pak berdasarkan proses

produksinya?”

“Nih, Kalau organisasi ya punya supervisor Tapi, Supervisor bukan menunjukkan

tahapan operasi, mungkin kalau di tempat lain bisa iya, tapi kalau di Machining itu dia

lebih banyak ke grup tekhnologi, jadi grup tekhnologi, kaya misalnya ini grup dua

misalnya yah, tekhnologi yang profiler aja, tekhnologi yang bermain. Jadi, ada 7

bidang, bisa jadi pro mekanisme kerja setiap bidang itu sama. Cuma, digarapannya

teknlogi berbeda gitu.. Tapi kalau tahapan kerja beda kalau di Machining itu tahapan

kerjanya itu, dari sini bisa jadi masuk kesini bisa jadi masuk kesini” (sambil menunjuk

strutur organisasi bidang yang tadi diberikan). “Karena tergantung teknologinya tadi.

Satu contoh, ada suatu kelompok part, dia harus masuk di bidang ini dulu misalnya,

setelah itu dia masuk kesini, ada bagian dia harus masuk kesini. Dari sini dia bisa jadi

masuk lagi kesini, bisa jadi dari sini kesini, jadi organisasinya tidak by proses.

Organisasinya berdasarkan gru teknologi, jadi grup teknologi patok besar itu satu

bidang sendiri, grup teknologi 5 eksis part satu bidang sendiri. Perencanaan produksi

ada disini, gitu.. “ (menunjuk bidang Machining Production Planning)

“Ok pak, untuk pertanyaan selanjutnya,

bagaimana tingkat kecelakaan Incident

atau kejadian di Departemen Machining ?”

“Kita tuh punya target yah, satu per sejuta yah. Jadi istilahnya satu kali accident per

sejuta man hours. Itu targetnya nol, tapi ee artinya targetnya itu nol. Tetapi kalau kita

satu per sejuta masih masuk artinya masih di bawah ambang batas minimum, tapi

tergetnya kan nol itu. Tapi safety itu harus nol, gak boleh targetnya satu dua tiga, gak

boleh. Target safety harus nol.tapi kita kejadian di 2013 itu kejadiannya adalah satu

kali. Tapi anda bisa hitung man hours di Machining, man hours di machining 300 orang

x 8 jam x 1 tahun lebih dari satu juta itu. Jadi artinya masih diambang batas gitu kan.”

“Ok kalau tingkat kecelakaan di

departemen Machining sendiri itu seperti

apa pak?”

“Bentuknya atau frekuensinya? Kalau frekuensinya saya bilang, keparahannya itu

sampai cacat yah, yang paling parah kita cacat aja, ada yang patah, tangannya putus,

itu yang paling parah. Jarinya putus, karena kejepit benda kerja, ya itu kecelakaannya.

Tapi frekuensinya ya itu tadi satu tahun ya paling satu kali. 2012 nol, 2013 terjadi satu

kali. 2014 terjadi 1 kali. Padahal kita baru 5 bulan yah. ”

Pemilihan lokasi

penelitian di

bidang yang ada di

“Nah, kalau diantara 7 bidang yang ada

disini itu pada bidang apa pak tingkat

kecelakaan tertinggi?”

“Yang terjadi disini nih, disini sama disini” (sambil menunjuk struktur bidang Profiling

Prismatic Machine dan bidang Lathe & Milling Machine) “Itu yang memiliki tingkat

risiko tertinggi, karena ini plat2 besar kemudian disini part2 nya agak rumit dan

Page 272: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Departemen

Machining

alat2nya konvensional, kalau ditempat lain alat2nya udah canggih. Disini tingkat

risikonya gede. Anda kepeleset aja bisa keseleo. Anda salah angkat beda kerja kan

tajam anda tidak pakai sarung tangan nanti tangan anda tergores. Kalau part kecil

Cuma menekan yah, tapi kalau besar kan bisa kejepit itu. “

“Terus jumlah mesin yang ada disini ada

berapa banyak pak?”

“saya perbagiannya jumlahnya enggak hapal, tapi kalau di totalkan ada 165 mesin,

kalau ditotalkan keseluruhan”

“Kalau tahapan produksi di bagian

profiling prismatic machine secara garis

besarnya itu seperti apa pak?”

“Ya tahapannya adalah ini kan dia hanya memotong aja, dia memasang kemudian

memotong ya disetiap mesin itu. Istilahnya kita ada 3 kelompok yah itu ada pre operasi,

main operasi, post operasi. Nah, pre operasi itu di siapkan benda itu supaya bisa

dipotong, bagaimana dia mengklaimnya, dia harus disiapin, dia harus disiapin di

fishing dulu, kemudian dibikin lubang dulu. Kemudian main operasi dn i ngebentuk

sesuai dengan desain yang diminta. Nah, post operasi dia ada menghaluskan

menghilangkan yang tajam, membuat lubang yang presisi, yaitu di post operasi. Nah

tahapannya sampai kesitu. Cuman di pre operasi main operasi post operasi tidak

berurutan disetiap bidang. Pre operasi paling banyak bidang disini” (menunjuk bidang

Lathe & Milling) “Nah main operasi ada disini semuanya” (menunjuk 5 bidang diantara

7 bidang) “Nah post operasi ada disini” (Bidang Fitter drill & dorring machine) “Nah

disini juga terdapat main operasi gitu, karena kita organisasnya bukan berdasarkan

proses. Berdasarkan teknologi.”

Manajemen risiko “lalu pak bahaya apa saja sih pak yang

terdapat di bidang yang memiliki

kecelakaan tertinggi” (sambil menunjuk

bidang profiling machine)

“Yang banyak itu yah, yang pertama kejepit, kepleset, tersayat itu yang paling banyak.

Yang paling banyak itu tersayat, terpeleset, terjepit. “

“ok pak lalu bagaimana pak catatan P3K

yang ada di machining ini?”

“Nih gini, P3K di bengkel itu banyak, satu lokasi ini lebih jumlahnya ada dua. Dan itu

ada orangnya yang di pernah di training P3K. Cuman permaslaahannya program P3K

ini dari pusatnya kurang lancar, banyak orang yang sudah keluar belum ada

penggantinya belum di training lagi. Terus kalau kotak P3K nya sudah disiapin dari

setiap tempatnya itu ada beberapa lebih dari 25 diseluruhnya ini, cuman konsistensi

pengisian didalamnya itu yang tidak lancar. Kan seharusnya betadine kosong terus

Page 273: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ganti, kan gitu. Ini enggak konsisten, begitu kita minta stoknya kosong habis hiehiehie

kan gitu.. jadi itu aja konsistennya aja yang belum baik, kontinyuitasnya.”

“Lalu pak, bagaimana pelaksanaan

manajemen risiko seperti identifikasi

bahaya, penilaian risiko serta

pengendaliannya di departemen machining

dan di bidang yang memiliki risiko tinggi

pak seperti prismatic ini?”

“aa untuk risiko ini sebenarnya udah didefinisikan tadi yah disetiap tempat itu ada

risikonya, nah risikonya itu kita buat APD apa yang cocok disini yang dikelompokkan

tadi, grup2 ini adalah yang paling banyak adalah satu kepleset, sama terjepit, makanya

aturan dimesin itu anda boleh tidak kerja, kalau sepatu anda rusak itu karena disitu

mutlak. Nah itu boleh enggak kerja kalau sepatu anda rusak. Anda boleh tidak bekerja

kalau sarung tangan habis. Itu saya intruksikan itu memang. Karena saya gak mau

denger, mereka celaka karena sepatunya rusak gitu loh.. Jadi sudah saya antisipasi

duu, saya gak mau denger dia celaka gara2 sepatunya rusak. Makanya saya bilang,

kamu ga boleh kerja kalau kamu gak punya sepatu, jadi gak ada alasan, kamu gak boleh

kerja kalau kamu gak pakai sarung tangan. Jadi saya gak mau denger, oh syaa kejepit

karena saya gak dikasih sarung tangan. Kan saya udah instruksikan kamu gak boleh

bekerja, kan gitu.. nah terus disini itu ada risikonya terjepit sama terciprat logam. Nah

kalau disana itu di mesin, kalau kamu mau bekerja, kamu harus pakai kaca mata, kan

gitu.. kamu boleh berenti bekerja kalau kacamata kamu gak ada, kan gitu.. nah cuman

kan kadang-kadang dilemanya kan begitu ketika kaca matanya rusak begitu kita minta

ganti kan belum siap, kan begitu..harusnya dari K3LH membuat stok kan, karena saya

tidak boleh yang membuat stok. Yang membuat stok di K3LH seharusnya ketika habis,

rusak dituker kan gitu.. Tapi tetep say aakan meiliah berhenti.”

“Lalu pak bagaimana si pak tindakan

pengendalian di machining dan di tempat

yang memiliki risiko tinggi dan tingkat

kecelakaan yang tinggi ?”

“Ya itu tadi, yang pertama yah didalam standar operasi SOP operator itu sebelum jadi

operator juga di training, itu sudah cukup dijelaskan kalau kamu bekerja apa saja yang

harus kamu siapin. Terus yang kedua adalah tadi, saya membuat grup2 K3LH. Itu grup2

K3LH fungsinya bukan cuma hanya melaporkan tetapi juga harus mengawasi temennya.

Nah, mengawasi temennya dari aspke K3LH itu. Cuman memang kendalanya adalah, ini

bukan cuma di PT.DI aja yah tapi diseluruh Indonesia juga. Disiplin itu emang paling

masalah, contohnya aja yah, tidak boleh merokok di bengkel. Orang itu kalau liyat saya

turun terus di merokok terus diumpetin sampe ada yang kebakar tangannya. Tapi gak

sadar, dia harusnya gak merokok itu kan bahaya. Disitu ada oli dan sebagainya yah,

Page 274: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

nah kesadarannya itu yang susah sehingga dia merokok setanem gitu. Tapi kan akhirnya

ketahuan, karena dia buang puntung sembarangan, padahal ada tempat puntungnya kan

gitu.. Ditegur saat itu nurut, tapi besok lusa ngelakuin kaya gitu lagi gitu. Itu yang

memang agak beratnya disiplin seperti itu.”

“Lalu penerapan pengendalian dengan

pendekatan engineering control / secara

teknis terhadap bahaya seperti apa saja pak

yang dilakukan?

“Kalau engineering saya, saya gak ada. Gak nerapin seperti itu”

“Kalau dengan pendekatan administrasi

controlnya misalnya pelatihan, briefing

sebelum kerja, lalu alarm kebakaran, lalu

safety sign gimana pak?”

“aahh kalau itu, mengenai kelengkapan safety itu, machining itu punya persyaratan yah

nah persyaratannya itu, dikasihkan ke K3LH nanti K3LH yang nyiapin, dia yang

membuat program training, dia yang membuat kelengkapan bengkel, dan apa yang

dimintakan. Seperti tadi yang dibilang saya sebagai eksekutor hanya mengontrol apakah

perlengkapan di machining sudah terpenuhi atau belum, kalau belum balik lapor kamu

belum dilengkapi. Nah terus yang kedua saya mengontrol operator itu sudah

menjalankan atau belum, nah program2 yang belum dinyatakan apa yang sudah apa

yang belum itu yang sebatas saya membuat laporan dan wewenang saya membuat

usulan. Usulan itu yang dituangkan, satu bisa lewat P2K3 yang ada pertemuan tiap

bulan atau bisa lewat jalur yang manajerial, yang seperti setiap hari itu jam 8 jam 2. Itu

pertemuan SQCDP namanya. Pertemuan LIN manufacturing. Jadi ada pertemuan LIN

ada pertemuan LIN di direktorat produksi itu, dan pertemuan itu seragam diseluruh

direktorat produksi. Nah, pertemuan itu ada level 1,2,3,4,5. Level 1 itu pertemuan

diantara operator, tapi itu biasanya engga sistematis, jadi itu biasanya melaporkan tiap

paginya itu ada masalah apa. Jam 8 itu di level supervisor2. Nah di level supervisor

disampaikan ada masalah apa, nah itu yang masalahnya itu harus SQCDP. Nah itu

masalah safety, quality, delivery, maslah cost. Nah itu harus dilaporkan. Safety itu

K3LH maksudnya. Nah jam 8.30 itu di level manajer, jadi setiap masalah naik keatas

terus dalam hari ini. Jam 2 di level kepala divisi. Nah dalam seminggu sekali dilevel

direktur. Jadi ada yang salah jika disuatu masalah tidak sampai ke direktur.”

Page 275: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Pendukung

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 002

Inisial : RI

Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014

Topik

Pembahasan Peneliti

Informan

(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing

Direktorat Produksi)

(menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian serta memilih Departemen

Machining karena dari hasil

wawancara dan dokumen

kecelakaan kerja, nilai SIR dan FIR)

Tingkat

kecelakaan

“Terdapat berapa bagian pak di

Departemen Machining ini?

Kebetulan saya sudah dapat dari

“Oh itu mungkin yang kedepan, organisasi kedepan rencananya mau 7, tapi

sebelumnya itu ada 4, itu sebenernya belum resmi yang 7 ini. Ini sebenernya

sistemnya masih 4, yang itu saya bilang tadi, 4 yang profilling, medium, small,

Page 276: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Pak didin itu menurut beliau ada 7

bidang ya pak?”

sama late. Nah itu pengembangannya tapi yang sampai level 3 tingkat supervisor

ini sebenernya belum. “

“oh gtu pak, ok kalau gitu

bagaimana sih pak tingkat insident

atau kejadian yang ada di

Departemen Machining?”

“kalau kejadian sebenernya tingkat record dengan aturan kita sebenernya wajib

lapor, tapi itu dikoleksinya di departemen itu enggak mengoleksi sebenarnya.

Walaupun setiap bidang itu pengawasan secara safety secara kualiti hasil

produk secara perfomance manusianya itu tanggung jawab supervisor, kan gitu..

nah kalau untuk recordnya itu mungkin bisa dilihat di bidangnya di K3LH. Nah

kalau dari kita sendiri itu sebenarnya data kecelakaannya itu tidak ke record

boleh dikatakan. Karena kalaupun ada kejadian itupun recordnya langsung ke

K3LH. Nah itu kalau kecelakaan yang ada itu tingkat berat ringan, kalau boleh

dikatakan itu tidak ada.“

“tapi kalau tingkat keparahan yang

ada yang pernah terejadi itu seperti

apa pak?”

“kalau tingkat keparahan yang terjadi, itu seperti terjepit, karena materialnya

besar-besar. Nah waktu dia download raw material tadi, karena mungkin dia

bekerja lebih dari orang satu, ya mungkin itu irama mungkin kesepakatan dia

kapan mau turun kapan mau melepas rem itu tidk seirama ya mungkin dia belum

siap ya mungkin dia terjepit itu biasanya, jari. “

Pemilihan

lokasi

penelitian di

bidang yang

ada di

Departemen

Machining

“lalu pak terdapat di bidang apa

pak kecelakaan yang paling sering

di Departemen Machining ini pak?”

“nah itu dia karena saya tidak megang data, mungkin itu datanya bisa di kolek

di departemen K3LH itu. Kalau produksi itu kalau gak salah pak sudarman

kalau gaksalah kalau dulu. Sekarang mungkin pak apa, pak junaedi. Nah kita

kan di produksi nah itu setiap tingkat korporet K3LH nya juga ada, itu pak

suparman itu kalau gak salah.”

“jadi tidak ada datanya ya pak, ok

kalau gitu bagaimana tahapan

proses produksi yang bapa pegang

itu pak di bidang profilling?”

“itu kita intinya membuat bahan baku, barang yang awalnya dari raw material

padat gitu yah, nah itu di proses menjadi detail part sesuai yang diinginkan. Nah

lalu prosesnya itu kalau dilihat tahapan2 itu kita mungkin satu prepare dari raw

material kan, dari proses tadi kan bagaimana dia mengangkat yaitu crane yaitu

di sana juga ada airbot yaitu sling yaitu diangkat. Nah pada suatu dia ingin

memindahkan dari suatu tempat ke material tadi dari meja mesin, nah tahapan

selanjutnya itu mendownload benda kerja hasilnya kan, hasil tahapan itu dia

disimpan itu ada tahapan itu aman dia memasang bendanya tadi di mesin entah

Page 277: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

dia pakai apa dia pakai baut misalnya entah pakai alat misalnya neumatik gan

pokonya dia mulai mengoperasikan mesin, nah di operasi mesin tadi dia proses

situ itu ada programing dia menggunakan program, terus dia menggunakan

cutting tool sama mesin. Jadi operator tadi mengendalikan mesin dari program

sama cutting tool, memotong material kasar tadi menjadi material jadi. Nah

disana risikonya ada, istilahnya chips atau pemotongan, terbang gitu kan, itu

risikonya. Aahh risiko kedua itu muncrad itu dari pendingin tadi, nah risiko

ketiga itu cutting tool tadi. Kalau cutter itu patah mungkin dia bisa jadi mental

gtu. “

“lalu pak mesin yang ada di

profilling ini ada berapa pak?”

“ada 10, itu dibagi menjadi 2 jenis. Jenis pertama dia punya 5 multi purpose itu

kita sebut bagian. Nah yang kedua khusus alumunium, itu dia hanya bisa

memotong yang dari alumunium. Tapi yang multi purpose dia juga bisa

memotong hard metal, bisa juga memotong alumunium”

Manajemen

risiko

“lalu pak bahaya apa saja sih pak

yang terdapat di bisang profilling

ini?

“ya itu tadi risiko yang saya bilang tadi kan, ya pada saat memindahkan

mengangkat raw material, yang kedua terus pada saat dia mengoperasikan saat

produksi risiko itu chips terbang, nah risiko coollant, nah terus risiko pada saat

bekerja. Operator tadi bekerja di atas meja mesin. Pada saat dia download

unload, aahh clean up itu dia naik keatas meja mesin, ahh itu risiko terpeleset.”

“nah itu sudah pernah terjadi pak

kejadian seperi itu?”

“yaaaa aahh belum sih, tapi risikonya itu.nah itu makanya kita pakai safety

shoes yang oil resistennya bagus.nah safety shoes pas menginjak gramnya itu

tajam kalau keinjak. Nah itu ada di meja mesin. Makanya kita melakukan

penelitian yang besar di mesin profilling ini, safety shoes paling lama umurnya 2

bulan. Butuh biaya hahaha..”

“ok pak selanjutnya, bagaimana

catatan P3K di profilling ini pak?”

“P3K itu kita ada lokasi, ada posisi2nya. Jadi disusun daerah misalnya barat

utara, itu mewakili dengan yang terdekat dengan pekerja. Yaa itu kita udah

siapin aja denahnya. Di setiap machining juga ada sebenarnya. Nahh, P2K3 itu

kadang2 kelemahannya kalau kita pengadaannya itu udah disesuaikan dengan

kebutuhannya hanya saja itu kontinyuitas kontrol barangnya tidak tersedia. Itu

tuh kita di support sama departemen yang lain. Nah itu departemen yang lain

Page 278: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

kita punya kap itu tadi kalau menurut saya resposibelnya kalau kata saya itu kita

hanya melaporkan. Kotak P3K tadi kosong kadang2 stoknya enggak punya

disana. Karena saking seringnya digunakan,mereka misalnya tergores kan gitu,

ya betadine misalnya terus handiplas.”

“itu kejadian seperti itu sering

terjadi pak?”

“yaa iya sering, ya biasalah gores2..ah kalau operator udah gak aneh, kalau

bahasa sundanya kan disini jauh keneh tinah peujit hahaha.”

“lalu pak kalau pelaksanaan

identifikasi risiko, penilaian risiko

dan pengendalian risiko yang ada di

Departemen Machining seperti apa

pak?”

“Ya pengendalian itu kan kita bisa secara teori, misalnya teori dalam K3LH itu

udah ada. Nah identifikasi tadi kita secara visual kebanyakan, jadi bakal bahaya

udah bahaya, misalnya liyat lantai atau liyat apa aliran listrik. Nah itu tuh kita

udah luput sama yang namanya audit tadi. Pada saat audit tadi kita bisa

memperbaikinya.”

“lalu pengendalian yang sudah

diterapkan seperti apa saja pak?”

“kita istilahnya dalam arti jangan bosen kita gingetin pekerja, kan gitu..itu

pengendalian moral namanya, kita ingetin, kan gitu.”

“Ok pak, saya spesifik lagi

pengendalian dengan pendekatan

engineering control pak.”

“kalau yang engineering control kita plan nya tadi hanya yang dari visualnya

aja. Visual, terus nanti ada data audit. Audit misalnya taun lalu nanti ada

referensi, nanti kontrolnya kesana.”

“Ok pak lalu bagaimana dengan

pengendalian dengan pendekatan

administrasi pak? Seperti rotasi

kerja, pelatihan kerja, alarm

kebakaran, tanda bahaya, dsb.”

“heem, ya sebenarnya itu yang kita lakukan manajemen K3LH itu ada yang

namanya P2K3, nah P2K3 lah istilahnya yang menularkan ke bagian2 yang lain.

Karena saya tadinya di P2K3 cara saya ya itu kalau ada kita menularkan ada

program di P2K3 pada saat rapat, kita mau apa, nah itu kita bikin plan. Itu aja

yang dilaksanakan.”

“nah plan yang biasa dilaksanakan

itu seperti apa pak?”

“ya plan nya ya biasanya kita, kalau diruangan saya misalnya di profilling, saya

butuh membenahi safety line misalnya kan, itu yah, safety line, safety sign. nah

itu nanti apa aja, nah terus siapa responsiblenya, karena pengadaannya kan

begitu aja.”

Page 279: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Transkip Wawancara Studi Pendahuluan

Lembar Transkip Wawancara Informan Pendukung

Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign

Di PT. Dirgantara Indonesia

Kode Informan : 003

Inisial : ST

Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014

Topik

Pembahasan Peneliti

Informan

(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat

Produksi)

(menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

penelitian serta memilih Departemen

Machining karena dari hasil wawancara dan

dokumen kecelakaan kerja, nilai SIR dan

FIR)

Tingkat “Ok pak, ada berapa tahapan pak di “Kalau Departemen Machining, kebetulan kan saya hanya menangani LIN , kalau mau

Page 280: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Kecelakaan Departemen Machining ini?” tanya tentang Machining harusnya ke Pak Didin. Harusnya Pak Didin karena dia

Departemennya. Kalau untuk menanyakan bagian saya bisa menjawab, tapi bukan ini

saya gitu..”

“Mohon maaf sebelumnya Bapa sebagai

Supervisor di bidang apa?”

“oo kalau sekarang itu ada 4 bidang, tapi kalau ada yang baru hhmmm berarti saya ada

di Bidang 3 Axis Prismatic Machine”

“Ok pak kalau begitu, lalu menurut bapa

bagaimana tingkat incident di Bidang 3

Axis Prismatic Machine?”

“kalau apa nih? Kalau tingkat keseringan itu karena memang tidak ada alat safety nya.

Yaitu karena alat safety nya belum dipenuhi. Jadi mungkin dulu ada, tapi tiba2 kalau

diminta stok nya gak ada. Ya seperti sarung tangan, ya seperti APD, kebanyakan APD.

“pak bagaimana pak kalau tingkat

kecelakaan di bidang 3 axis prismatic ?”

“Itu jarang yah, jarang terjadilah. “

“ok pak, lalu menurut bapa tingkat pada

bagian apa pak tingkat kecelakaan

tertinggi di Machining ?”

“di 3 Axis itu nama mesinnya HAAS. Kalau tingkat kecelakaan paling sering ya Milling

yah. Karena kan manual yah. Ya itu di milling”

“Kalau begitu bagaimana pak tahapan

produksi di 2 axis prismatic ini pak?”

“ada 2 tahap, yang pertama ada pre operation, pre operation itu mengerjakan lubang,

lubang untuk dikerjakan di mesin main operasi. Nah main operasi itu 3 axis tadi.

Setelah dari tool itu dikerjakan lalu ke HAAS ini. Setelah dikerjakan di HAAS baru

dikerjakan di fitter finishing. “

“kalau jumlah mesin yang ada di 3 Axis

prismatic ada berpaa pak?”

“ada 14 mesin”

“lalu pak, menurut bapak bahaya apa saja

pak yang terdapat di bidang 3 axis

prismatic ini?”

“Kalau bahaya itu banyak, potensi bahaya itu banyak. Ya seperti tergelincir, ya artinya

licin ya tergelincir, tersayat, terpotong, terus satu lagi adalah terjepit. “

“terus kejadian seperti itu sudah pernah

terjadi pak?”

“yaa kebetulan kalau disini, potensi yang selain tersayat belum ada. Kalau yang

ditempat lain itu mungkin ada. Kalau terjepit itu misalnya, dibagian Cincinati itu di

Profilling, itu pernah terjadi tapi tahun2 belakangan kesana. Saya kurang tahu tahun

berpanya.”

“lalu pak, bagaimana pak catatan P3K di 3

axis prismatic ini?”

“kalau P3K keliatannya kurang memang, kurang supportnya lah, kadang2 terlambat

stok nya gak ada, kadang kosong”

“kalau penggunaan P3K sendiri itu gimana “kalau penggunaannya sendiri ya sering. Kalau artinya sering itu kan karena kalau

Page 281: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

pak?” tersayat sendiri itu kan gak di catat yah, kalau yang luka2 sedikit itu biasanya gak di

catat. Ya kan itu gak tercatat di LIN lah yah maksudnya. Kalau misalkan ada yang

tersayat dan perlu jahitan itu baru dicatat, dan pernah terjadi tahun 2014. “

Manajemen Risiko “Lalu pak, bagaimana pelaksanaan

manajemen risiko, seperti identifikasi

bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian

risiko yang ada di 3 axis prismatic ini?”

“Kita hanya ada satu , ada gambar ada tanda2 bahaya, potensi2 bahaya itu biasanya di

tempel, lalu kita selalu mengingatkan bahwa kita selalu menggunakan APD”

“Lalu pak sebelum dilakukan

pengendalian itu adanya identifikasi

bahaya ya pak, bagaimana identifikasi

bahaya yang telah dilakukan pak?”

“kalau identifikasi bahaya itu udah lama, sudah ada. Kaya sarung tangan kan

sebenarnya itu kan udah difeinisikan. Terus sepatu safety itu uda didefinisikan, harus

pakai pakaian kerja itu didefinisikan. Terus pakai kaca mata atau masker atau tutup

telinga ear plug, itu udah didefinisikan. Cuma pada saat sekarang itu untuk pemenuhan

ini, itu biasanya stoknya kadang2 sudah kurang, gitu.. itu masalahnya stok, kalau

penggunaan sebenarnya kalau orang kasih pasti dipakai,”

“Lalu pak, pengendalian bahayanya sendiri

yang sudah dilakukan itu dalam bentuk apa

pak?”

“Kalau pengendalian yang ada itu kan sebenarnya sudah ada. Itu kaya lantai licin itu

dibersihkan, ya artinya ada cleaning service. Itu di pel lantainya. Kalau lantainya kena

oli itu dibersihkan. Kalaupun misalnya ada himbauan bekerja itu artinya bentuknya

kontrol berarti kan. “

“ok pak itu kan salah satu bentuk

pengendalian administratif ya pak, lalu

selain pemberian tanda apa lagi pak?”

“ada pelatihan itu kaya on the spot gitu yah, kaya misalnya di tempat kerja, dan itu kita

kasih tau bahwa itu trainingnya langsung disitu gitu. “

Page 282: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Triangulasi Sumber

Variabel

Penelitian

Triangulasi Data

Triangulasi Sumber

Informan Utama Informan

Pendukung

Informan

Kunci

Prosedur

penerapan

safety sign

Berdasarkan potensi bahaya

yang didapat dari proses hasil

identifikasi bahaya, audit,

rekomendasi investigasi jika

terjadi kecelakaan, serta

sampai tahap mendesain dan

mencetak warning sign.

Pelaksanaan dilakukan

oleh tim K3LH

produksi, dan

pengadaan safety sign

dari Departemen

K3LH. Sebelum

penempatan safety sign

disesuaikan dengan

bahaya dan

penggunaan APD yang

bekerja sama dengan

pihak

produksi/bengkel.

Pada hasil identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan kebutuhan

safety sign

Kondisi

safety sign

Cukup baik, akan tetapi belum

di update, sudah mengelotok,

warnanya luntur, belum sesuai

dengan tempat kerja karena

masih adanya struktural

organisasi yang berubah

sehingga lokasi produksi juga

berubah yang mempengaruhi

safety sign yang sudah ada.

Kualitas masih kurang,

karena sudah buram,

letaknya sudah tidak

sesuai, kotor, dan

bahkan banyak yang

tidak ada sign nya.

Pada hasil identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan kebutuhan

safety sign

Standar

safety sign

yang

diterapkan

Berdasarkan kebijakan

terdahulu, menggunakan

beberapa referensi sumber

internet serta lebih menganut

ke standar Amerika yaitu

ANSI.

Ada yang sudah sesuai

dan ada yang belum

sesuai karena masih

adanya perpindahan

lokasi kerja.

Pada hasil identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan kebutuhan

safety sign

Alasan

menggunaka

n standar

tersebut Sebagai pemenuhan

requirement customer

Di pandang penting

karena dapat

memberikan pengaruh

kepada pekerja untuk

mengindikasikan

adanya potensi bahaya

dan mandatory yang

Pada hasil identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan kebutuhan

safety sign

Page 283: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

ada di tempat kerja.

Petugas

pemasang

safety sign

Pengadaan ada di departemen

K3LH, yang memasang bisa

dari Supervisor yang

meminta ke Departemen

K3LH, tim K3LH produksi

maupun pihak P2K3 sebagai

jembatan antara produksi dan

K3LH.

Kerjasama antara orang

dari machining, K3LH

produksi dan

Departemen K3LH.

Pada hasil identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan kebutuhan

safety sign

Page 284: BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG …

Lampiran

Triangulasi Metode

Variabel Penelitian

Triangulasi Metode

Wawancara

Mendalam Observasi

Telaah

Dokumen

Standar

Safety Sign

Prosedur penerapan safety

sign

Informan

Utama dan

Pendukung -

- prosedur

risk

assessme

nt No.

Dokume

n D4 G0

03

- No.

Dokume

n D4 S2

07

tentang

Standar

Rambu

Keselam

atan

Kerja

ANSI Z535

dan BSI

5499

Kondisi safety sign Informan

Utama dan

Pendukung

Keberadaan

safety sign

pada tabel 5.4 - -

Standar safety sign yang

diterapkan

Informan

Utama dan

Pendukung

ANSI dan BSI Berbagai

referensi ANSI Z535

Alasan menggunakan

standar tersebut

Informan

Utama dan

Pendukung - - -

Petugas pemasang safety

sign

Informan

Utama dan

Pendukung - - -