identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

61
LAPORAN KHUSUS IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DI UNITAMMONIUM SULFAT II PT. PETROKIMIAGRESIK JAWA TIMUR Oleh: Eko Andriani NIM. R0007039 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: lythu

Post on 12-Jan-2017

274 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO SEBAGAIUPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT

AKIBAT KERJA DI UNIT AMMONIUM SULFAT IIPT. PETROKIMIA GRESIK JAWA TIMUR

Oleh:Eko Andriani

NIM. R0007039

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2010

Page 2: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

ii

PENGESAHAN

Laporan khusus dengan judul :

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sebagai UpayaPencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

di Unit Ammonium Sulfat II PT. Petrokimia Gresik

Jawa Timur

dengan peneliti :

Eko AndrianiNIM. R0007039

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Lusi Ismayenti, ST, M. Kes Seviana Rinawati, SKMNIP. 19720322 200812 2001

Ketua Program

Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OkNIP. 19481105198111100

Page 3: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

iii

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO SEBAGAIUPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT

AKIBAT KERJA DI UNIT AMMONIUM SULFAT IIPT. PETROKIMIA GRESIK JAWA TIMUR

Disusun oleh :

Eko Andriani (NIM. R0007039)

Menyetujui,

Ka. RO. LINGKUNGAN & K3 Pembimbing

Ir. Nanang Teguh S. Achmad Zaid, ST.

Kepala Biro Diklat

Ir. Slamet Supriyanto

Page 4: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

iv

ABSTRAK

Eko Andriani, 2010. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DI UNIT AMMONIUM SULFAT II PT. PETROKIMIA GRESIK JAWA TIMUR, PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian risiko yang diterapkan perusahaan, mengetahui bahaya-bahaya yang termasuk dalam kategori tinggi, sedang serta rendah dan mengetahui apakah upaya identifikasi dan penilaian risiko telah sesuai dengan peraturan yang ada.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara kemudian dianalisa atau dievaluasi.

Dari hasil penelitian bahwa bahaya dan risiko akan selalu ada di lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi penilaian dan pengendalian risiko sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan selamat.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penilaian risiko yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik adalah dengan mengalikan antara dampak risiko dengan peluang risiko. Dari hasil identifikasi bahaya dan analisa tingkat risiko tidak ditemukan bahaya yang termasuk dalam kategori risiko tinggi. Hanya ada kategori sedang dan rendah. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang sudah dilakukan di PT. Petrokimia Gresik telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Serta sesuai dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No. 4.3.1 tentang Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko.

Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Upaya PengendalianKepustakaan : 13, 1987-2009

Page 5: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan laporan dengan judul “Identifikasi Bahaya dan

Penilaian Risiko Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat

Kerja di Unit Ammonium Sulfat II PT. Petrokimia Gresik Jawa Timur”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan

berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ibu Lusi Ismayenti, ST, M. Kes, selaku pembimbing I.

4. Ibu Seviana Rinawati, SKM, selaku pembimbing II.

Page 6: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

vi

5. Bapak Ir. Slamet Supriyanto, selaku Kepala Biro Diklat PT. Petrokimia

Gresik serta bapak Parmiadi Utomo dan Eko Subagiyo yang telah

memberikan ijin pada penulis untuk melaksanakan kerja praktek.

6. Bapak Ir. Nanang Teguh S, selaku Karo Lingkungan dan K3 di PT.

Petrokimia Gresik.

7. Bapak Achmad Zaid, ST, selaku pembimbing perusahaan di PT. Petrokimia

Gresik.

8. Bapak Firman dan Bapak Bowo selaku pembimbing lapangan di pabrik III

yang dengan sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Bapak Zaenal, Edy Swastono, Arifin, Suhud Muchtar, Enny Ariningsih,

Mujiyono dan Lukito yang membimbing penulis di bagian K3 dan juga

bapak Harto Agianto serta teman-temannya di bagian DAMKAR di PT.

Petrokimia Gresik.

10. Teman-teman praktek kerja lapangan dari UNAIR, ITS, UNDIP, UPN dan

UNHAS di PT. Petrokimia Gresik serta temen kos di Gresik yang telah

membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

11. Keluarga yang selalu memberikan dukungan baik secara moril dan doa

kepada penulis.

12. Moko yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

13. Teman-teman kos selama melakukan magang yang telah membantu dan

memberi semangat.

14. Semua teman baikku yang dari UNDIP Moly dan Restu yang selalu memberi

dorongan serta motivasi.

Page 7: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

vii

15. Semua teman-teman angkatan 06, 07 dan 08 yang sealu ada untuk membantu

dan saling bertukar ilmu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini belum sepenuhnya

sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap dapat memperoleh kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 10 Mei 2010

Penulis,

Eko Andriani

Page 8: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN.............................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 5

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 5

1. Tempat Kerja......................................................................... 5

2. Bahaya................................................................................... 5

3. Kecelakaan Kerja .................................................................. 10

4. Penyakit Akibat Kerja ........................................................... 18

Page 9: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

ix

5. Identifikasi Bahaya................................................................ 19

6. Penilaian Risiko .................................................................... 22

7. Pengendalian Risiko………………………………………………… 26

B. Kerangka Pemikiran.................................................................... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 32

A. Jenis Penelitian............................................................................ 32

B. Persiapan ..................................................................................... 32

C. Lokasi Penelitian......................................................................... 33

D. Sumber Data................................................................................ 33

E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 33

F. Analisa Data ................................................................................ 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 35

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 35

1. Proses Produksi ..................................................................... 35

2. Identifikasi Bahaya................................................................ 40

3. Penilaian Risiko .................................................................... 41

B. Pembahasan ................................................................................ 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 48

A. Kesimpulan ................................................................................. 48

B. Saran ........................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50

LAMPIRAN

Page 10: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Kriteria Dampak Risiko ........................................................... 23

Tabel 2. Skala Pengukuran Peluang Risiko ..................................................... 24

Page 11: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori Domino ................................................................................. 12

Gambar 2. Teori Gunung Es ............................................................................ 18

Gambar 3. Peta Risiko...................................................................................... 26

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran............................................................ 31

Gambar 5. Bagan Proses Produksi ZA II ......................................................... 36

Page 12: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang.

Lampiran 2. Laporan Kegiatan Harian Kerja Praktek.

Lampiran 3. Struktur Organisasi Departemen Produksi III Unit ZA II.

Lampiran 4. Hasil Identfikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian

yang sudah diterapkan di Unit ZA II PT. Petrokimia Gresik.

Lampiran 5. Formulir Identifikasi, Pengukuran dan Rencana Pengendalian Risiko.

Lampiran 6. Formulir Kegiatan Pengendalian Risiko Signifikan.

Lampiran 7. Laporan Pemantauan Risiko K3 dan PAK.

Lampiran 8. Blok Diagram Pabrik ZA II.

Page 13: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi di industri dapat

memberikan dampak negatif terhadap kondisi tempat kerja. Untuk itu kita perlu

mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor perindustrian dalam rangka

menekan serendah mungkin terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang

timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi

(Departemen Tenaga Kerja UNDP/ILO-PIACT Project, 1987).

Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang digunakan

untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu

yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan

kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat

berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga

berasal dari luar proses kerja. (Tarwaka, 2008)

Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya, maka

sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan dengan melakukan identifikasi

sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja (Suma’mur, 1996).

Setelah sumber bahaya teridentifikasi, maka dilakukan pengukuran

tingkat risiko sumber bahaya terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut maka

Page 14: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xiv

diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman untuk tenaga kerja

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.

PT. Petrokimia Gresik, merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang industri pupuk dan merupakan produsen pupuk terlengkap di

Indonesia, yang memiliki banyak faktor bahaya dan melibatkan manusia,

peralatan dan lingkungan yang tentu dapat menimbulkan potensi bahaya yang

dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja didalam proses

produksinya.

Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja PT. Petrokimia Gresik khususnya di unit ZA II, menyediakan sarana

keselamatan kerja seperti penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), pengendalian

bahan berbahaya dan penyediaan peralatan pemadam kebakaran serta pelatihan

pemadam kebakaran untuk menanggulangi kebakaran yang terjadi akibat

pemakaian bahan-bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya,

pemasangan tanda keselamatan (safety sign) selain itu upaya sanitasi, pengaturan

jam kerja, safety permit, sikap kerja, letak mesin dan mensertifikasi semua

peralatan dan mesin yang dipergunakan untuk mempermudah dalam melakukan

proses. Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba untuk mengidentifikasi

potensi bahaya dan upaya pengendalian yang akan digunakan untuk membuat

laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sebagai Upaya

Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Ammonium Sulfat

II PT. Petrokimia Gresik Jawa Timur”.

Page 15: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xv

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana penilaian risiko yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik?

2. Bahaya apa saja yang termasuk dalam kategori tinggi, sedang dan rendah di

Unit ZA II?

3. Apakah upaya identifiksi bahaya dan penilaian risiko yang ada di unit ZA II

PT. Petrokimia Gresik telah sesuai dengan Permenaker No. Per-

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

serta sesuai dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No. 4.3.1 tentang

Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penilaian risiko yang diterapkan oleh PT. Petrokimia

Gresik.

2. Untuk mengeahui bahaya apa saja yang termasuk dalam kategori tinggi,

sedang serta rendah di unit ZA II.

4. Untuk mengetahui apakah upaya identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang

ada di unit ZA II PT. Petrokimia Gresik telah sesuai dengan Permenaker No.

Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, serta sesuai dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No. 4.3.1

tentang Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko.

Page 16: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xvi

D. Manfaat Penelitian

1. Penulis

a. Dapat meningkatkan wawasan dalam mengidentifikasi bahaya yang ada di

tempat kerja khususnya di unit ZA II.

b. Dapat mengetahui penilaian risiko serta upaya pengendalian apabila terjadi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit ZA II.

2. Perusahaan

a. Memberikan gambaran tentang bahaya yang ada di tempat kerja secara lebih

jelas khususnya di unit ZA II PT. Petrokimia Gresik.

b. Dapat melakukan penilaian serta upaya pengendalian terhadap terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang disebabkan karena faktor bahaya

di unit tersebut.

3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Untuk menambah referensi ilmu pengetahuan di perpustakaan tentang

identifikasi bahaya dan penilaian risiko di suatu perusahaan.

Page 17: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xvii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja dalam pasal 1 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau

sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut.

2. Bahaya

a. Pengertian Bahaya

Bahaya merupakan sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya

kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan

kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja (Tarwaka, 2008).

Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang

dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor–

faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 1996).

b. Sumber-sumber Bahaya

Sumber bahaya merupakan sesuatu yang merupakan inti atau pusat dari

Page 18: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xviii

proses kegiatan yang mengakibatkan timbulnya risiko, bisa berupa equipment,

lokasi/area, sistem, peraturan, produk, unit kegiatan, Sumber Daya Manusia dan

lain-lain (Biro Manajemen Risiko, 2008).

Sumber-sumber bahaya yang ada di unit ZA II bisa berasal dari :

1) Manusia

Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan adalah terletak pada pekerja

itu sendiri, mereka kurang terampil, kurang tepat, kurang mentaati tata tertib

dalam mengoperasikan mesin atau peralatan.

2) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya

jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak dilengkapi dengan pelindung saat

memasuki area.

3) Bahan

Bahaya dari bahan ZA II meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat

bahan, antara lain :

a) Mudah terbakar, oleh Natrium gas di B-5601 di unit drying dan cooling yang

disebabkan karena kebocoran gas.

b) Mudah meledak yang disebabkan oleh amoniak di Carbonation Tower pada

seksi Carbonation.

c) Menimbulkan alergi atau iritasi, apabila terpercik oleh asam sulfat, amoniak,

dan kristal ammonium sulfat pada seksi neutralisasi.

d) Bersifat racun, oleh gas chlorine di area operasional cooling tower.

e) Radioaktif, pada amoniak di Carbonation Tower pada seksi Carbonation.

Page 19: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xix

f) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, apabila terpercik

asam sulfat, amoniak dan kristal ammonium sulfat pada seksi neutralisasi.

4) Proses

Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya

mekanis seperti terjepit, terbentur atau terjatuh, hal ini dapat mengakibatkan

kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

5) Cara atau sikap kerja

Cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan

berupa tindakan tidak aman, misalnya :

a) Cara mengangkat dan mengangkut yang salah

b) Posisi tubuh yang tidak benar

c) Tidak menggunakan APD

d) Lingkungan kerja yang terlalu panas

e) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai dengan peraturan

f) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan.

g) Sikap kerja yang salah, yaitu pada saat pengepakan pekerja berdiri, duduk

berjalan dan membungkuk terlalu lama.

6) Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan berbagai

gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut adalah :

a) Faktor lingkungan fisik

Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas di

Page 20: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xx

Centrifuge, bising yang melebihi Nilai Ambang Batas di Pump House dan

Centrifuge.

b) Faktor lingkungan kimia

Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang

digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan ini

berhamburan ke lingkungan, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau

instalasi yang digunakan dalam proses serta bau dari bahan-bahan kimia yang

sangat menyengat. Paparan dari gas amoniak di Pump House dan seksi filtrasi

c) Faktor lingkungan biologis

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari bakteri, virus

maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.

d) Faktor faal kerja atau ergonomi

Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,

peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.

e) Faktor psikologis

Gangguan yang disebabkan karena hubungan atasan dengan bawahan

yang tidak serasi, hal ini dapat menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan.

c. Pengertian bahaya

Pengertian bahaya atau hazard adalah suatu yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau

bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja. Hazard mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan

kerugian kepada :

Page 21: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxi

1) Manusia baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap

pekerjaan.

2) Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin.

3) Lingkungan baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar

perusahaan.

4) Kualitas produk barang dan jasa.

5) Nama baik perusahaan (Company’s Public Image).

Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang digunakan

untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung bahaya tertentu yang bila

tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan

kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal

dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal

dari luar proses kerja (Biro Manajemen Risiko, 2008).

Jika potensi penyebab kecelakaan dibiarkan saja untuk terjadi, maka

jalannya akan selalu terbuka untuk kontak dengan sumber bahaya. Kecelakaan

tersebut dapat berupa :

a) Terbentur/tertabrak benda/alat yang bergerak.

b) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah.

c) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset).

d) Terjepit ke dalam alat/benda yang berputar.

e) Kontak dengan panas, dingin, bising, radiasi, bahan beracun.

f) Terkena larutan berbahaya/yang menyebabkan iritasi.

3. Kecelakaan Kerja

Page 22: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxii

a. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,

harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja

mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak

terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan;

2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan

selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental;

3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya

menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008).

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tidak

terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu

tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak

diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun

penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa

kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan.

b. Klasifikasi Kecelakaan

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan

Page 23: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxiii

Penyebab dasar

Faktor personalFaktor pekerjaan

Penyebab langsung

Tindakan dan kondisi tak aman

Insiden

Kontak dengan energi atau bahan

Kerugian

- Manusia- Harta

benda- Proses

produksi

Kurangnya PengawasanTidak tersedia nya:- Standar

program- pemenuhan

pada standar

Internasional tahun 1962 (Tarwaka, 2008) adalah sebagai berikut :

1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.

2) Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan.

3) Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan.

4) Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh.

c. Pencegahan Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk

mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah

(Tarwaka, 2008).

Pencegahan kecelakaan merupakan upaya untuk menghambat terjadinya

suatu kecelakaan dengan mencari sumber kecelakaan.

Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan Domino

yang digunakan pada cara berpikir modern dalam prinsip pencegahan kecelakaan.

Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, akan

tetapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya

kecelakaan tersebut.

Urutan Domino adalah sebagai berikut :

Page 24: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxiv

1 2 3 4 5

Gambar 1. Teori Domino

(Sumber : Rudi Suardi, 2005)

1) Kurangnya Pengawasan

Dalam urutan domino, kurangnya pengawasan merupakan urutan

pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengawasan dalam

hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan

pengendalian (controlling).

Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan

pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan

benar serta tidak mengarahkan para pekerjanya untuk terampil dalam

melaksanakan pekerjaannya.

2) Penyebab Dasar

Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab

langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari dua unsur yaitu:

a) Faktor personal/pribadi yaitu kurang pengetahuan, ketrampilan, kurang

pengarahan, problem fisik dan mental.

b) Faktor pekerjaan yaitu kepemimpinan dan pengawasan yang tidak memadai,

standar kerja yang tidak cukup, alat dan peralatan kurang memadai,

pemeliharaan yang tidak memakai standar pembelian yang kurang dan lain-

lain.

Page 25: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxv

3) Penyebab Langsung

Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara

langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan.

Penyebab langsung terdiri dari dua unsur yaitu :

a) Unsafe action (tindakan tidak aman) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari

para tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab antara

lain:

(1) Kekurangan pengetahuan dan ketrampilan (lack of knowledge and skill).

(2) Ketidak mampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability).

(3) Ketidak fungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (bodilly defect).

(4) Kelelahan dan kejenuhan (fatique and boredom).

(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe altitude and habits).

(6) Kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena prosedur kerja yang

baru belum dapat dipahami.

(7) Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru

(lack of skill).

(8) Penurunan konsentrasi (difficulty in concentrating) dari tenaga kerja saat

melakukan pekerjaan.

(9) Sikap masa bodoh (ignore) dari tenaga kerja.

(10) Kurang adanya motivasi kerja (Improrer Motivation) dari tenaga kerja.

(11) Kurang adanya kepuasan kerja (low job satisfaction).

(12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.

b) Unsafe condition (kondisi tidak aman) yaitu kondisi tidak aman dari:

Page 26: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxvi

(1) Mesin, peralatan serta pesawat yang sudah tua atau sudah rusak.

(2) Bahan-bahan kimia yang berbahaya.

(3) Lingkungan serta tempat kerja yang terlalu panas, bising, berdebu serta

penerangan yang kurang.

(4) Tenaga kerja yang kurang berpengalaman atau trampil.

(5) Hubungan antar pekerja yang kurang harmonis.

(6) Kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi.

(7) Desain mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai.

4) Insiden

Insiden yang mengakibatkan cidera fisik atau kerusakan harta benda, tipe

kecelakaan kerja antara lain ; terbentur, terjatuh ke bawah atau pada permukaan

yang sama, terjepit, terperangkap, terpeleset, panas, dingin, radiasi, kebisingan,

kontak dengan bahan-bahan berbahaya dan beban kerja yang berlebihan.

5) Kerugian

Akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada

manusia itu sendiri, harta benda atau properti. Kerugian-kerugian yang penting

dan tidak langsung adalah terganggunya proses produksi yang berakibat

menurunnya produktifitas.

Menurut Suma’mur (1996) kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian

(K) yaitu :

a) Kerusakan.

b) Kekacauan organisasi.

c) Keluhan dan kesedihan.

Page 27: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxvii

d) Kelainan dan cacat.

e) Kematian.

Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan

kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan

organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan

menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati.

Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat.

Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.

Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat

mempengaruhi upaya peningkatan produktifitas kerja perusahaan (Tarwaka,

2008).

Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan

menjadi:

Kerugian/biaya Langsung (direct costs)

Suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadinya

peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti:

a) Penderitaan tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan dan keluarganya.

b) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.

c) Biaya pengobatan dan perawatan.

d) Biaya angkut dan biaya rumah sakit.

e) Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan.

f) Upah selama tidak mampu bekerja.

g) Biaya perbaikan peralatan yang rusak.

Page 28: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxviii

Kerugian/biaya Tidak Langsung (indirect costs)

Kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak

terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak

langsung ini antara lain mencakup :

a) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan.

b) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa

simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada

korban, mengantar ke rumah sakit.

c) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target,

kehilangan bonus.

d) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya.

e) Biaya penyelidikan dan sosial, seperti:

(1) Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat kecelakaan.

(2) Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan.

(3) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan

dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan.

(4) Merekrut dan melatih tenaga kerja baru.

(5) Timbulnya ketegangan dan stres serta menurunnya moral dan mental

tenaga kerja.

Pada umumnya kita terfokus pada kerugian atau biaya langsung, padahal

pada kenyataannya, kerugian atau biaya-biaya yang tidak langsung dan

terselubung jauh lebih besar dan mempunyai dampak yang lebih luas. Hal ini

dapat dilihat dari “Fenomena Gunung Es” dimana puncak gunung es yang

Page 29: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxix

A

Keterangan:

A : Biaya langsung

B : Biaya tak langsung

nampak hanya sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang

terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian

jelas bahwa di samping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian

yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat

mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan

(Tarwaka, 2008), seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Teori Gunung Es

(Sumber: Bird and Germani, 1990)

4. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Permennaker No. Per. 01/Men/1981 Penyakit Akibat Kerja

(PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan

kerja. Faktor penyebab penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009) antara lain :

a. Faktor Fisik

1) Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas yang menyebabkan ketulian.

Page 30: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxx

2) Radiasi elektromagnetis, yaitu : gelombang-gelombang mikro, radiasi laser,

radiasi panas, sinar infra merah, sinar ultraviolet, radioaktif/alfa/beta/gama/X

menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia.

3) Getaran mekanis yang berakibat timbulnya resonansi dari alat-alat tubuh.

4) Tekanan udara tinggi dan rendah yang menyebabkan coison disease.

5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelaianan pada

indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.

b. Faktor Kimia

1) Debu yang menyebabkan pneumoconioses.

2) Uap yang dapat menyebabakan metal fume, dermatitis atau keracunan.

3) Gas, misalnya keracunan oleh NH3, CO2, H2SO4 dan lain-lain.

4) Larutan yang misalnya menyebabkan dermatitis.

c. Faktor Biologi

Berasal dari virus, bakteri, parasit, jamur, serangga.

d. Faktor Fisiologi

1) Disebabkan oleh cara kerja yang kurang baik, posisi kerja yang salah, desain

alat kerja yang tidak sesuai, lingkungan kerja yang kurang memadai dan

sebagainya.

2) Efek terhadap tubuh menimbulkan kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas

tulang, perubahan bentuk, dislokasi.

e. Faktor Mental Psikologis

1) Akibat dari suasana kerja yang monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja

kurang baik, upah kerja yang kurang, tidak sesuai dengan bakat.

Page 31: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxi

2) Manifestasinya berupa stress.

Sedangkan untuk tata cara pelaporan penyakit akibat kerja sesuai dengan

Permenaker No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor PAK.

a. Pasal 2 (a) : pengurus dan badan yang ditunjuk wajib melaporkan secara

tertulis kepada Kantor Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan

dan Perlindungan Tenaga Kerja setempat.

b. Pasal 3 (a) : Laporan dilakukan dalam waktu paling lama 2 kali 24 jam setelah

penyakit dibuat diagnosanya.

5. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat

kerja. Suatu bahaya di tempat kerja mungkin nampak jelas dan kelihatan, seperti:

sebuah tangki berisi bahan kimia, atau mungkin juga tidak nampak dengan jelas

atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas pencemar di udara (Tarwaka, 2008).

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dari suatu sistem

manajemen pengendalian risiko yang merupakan suatu cara untuk mencari dan

mengenali terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk dan jasa yang dapat

menimbulkan potensi cidera atau sakit yang bertujuan dalam upaya mengurangi

dampak negatif risiko yang dapat mengakibatkan kerugian aset perusahaan, baik

berupa manusia, material, mesin, hasil produksi maupun finansial (Slamet ichsan,

2004).

Identifikasi bahaya di tempat kerja yang berisiko menyebabkan

Page 32: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxii

terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh berbagai faktor (Biro

Lingkungan dan K3, 2007):

a. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari :

1) Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan/mesin dan tugas-tugas

yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai.

2) Kegagalan yang bersifat mekanis.

3) Kegagalan sistem pengendalian.

4) Kegagalan sistem pengaman yang disediakan.

5) Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan.

b. Kondisi yang menyimpang

1) Kegagalan pengawasan atau monitoring.

2) Kegagalan manual suplai dari bahan baku.

3) Kegagalan pemakaian dari bahan baku.

4) Kegagalan dalam prosedur shut down dan start up.

5) Terjadinya pembentukan antar bahan sisa dan sampah yang berbahaya.

c. Kesalahan manusia dan organisasi.

1) Kesalahan operator.

2) Kesalahan sistem pengaman.

3) Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya.

4) Kesalahan komunikasi.

5) Kesalahan kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat.

6) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai prosedur kerja aman.

d. Pengaruh kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam suatu industri

Page 33: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxiii

akibat kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik, seperti :

1) Kecelakaan pada waktu pengankutan produk.

2) Kecelakaan pada stasiun pengisihan bahan.

3) Kecelakaan pada pada pabrik disekitarnya.

e. Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar

ataupun dari dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit diatasi atau dicegah,

namun faktor ini frekuensinya sangat kecil dibanding dengan faktor penyebab

lainnya.

6. Penilaian Risiko

Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang dapat

menghambat perusahaan mencapai tujuan, sasaran dan target-target yang

ditetapkan, atau terjadinya peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan

kerugian bagi perusahaan dan/atau akan mengganggu kelangsungan hidup

perusahaan.

Penilaian risiko merupakan proses menyeluruh dalam memperkirakan

besarnya risiko dan menentukan apakah risiko tersebut bisa di toleransi.

Berdasarkan hasil proses identifikasi risiko yang telah dilaksanakan di masing-

masing unit kerja terkait sesuai dengan proses bisnis yang ada, kemudian

dilakukan evaluasi terhadap sumber risiko dan penyebab risiko tersebut, untuk

selanjutnya diukur peluang/kemungkinan terjadinya serta dampaknya terhadap

pencapaian kinerja perusahaan. Proses penilaian risiko ini akan digunakan sebagai

dasar untuk memetakan dan menetapkan prioritas risiko yang harus dikendalikan

(Biro Lingkungan dan K3, 2007).

Page 34: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxiv

Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan

pengaruh atau akibat pemaparan bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau

langkah yang berkesinambungan. Oleh karenanya dalam melakukan penilaian

risiko ada dua komponen yang utama yaitu :

a. Analisis Risiko

Risiko tidak hanya berupa ancaman (threats) yang menyebabkan

kerugian/hal yang negaif bagi perusahaan atau sering disebut downside risk, tetapi

juga dapat berupa peluang (opportunity) yang akan hilang apabila tidak dikelola

dengan baik sehingga menjadi risiko hilangnya suatu kesempatan/peluang atau

sering disebut upside risk. Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, sumber

bahaya, penyebab bahaya, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang

terjadinya risiko, akibat yang mungkin timbul, dibahas secara rinci dan dicatat

selengkap mungkin (Biro Lingkungan dan K3, 2007).

b. Evaluasi Tingkat Risiko

Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi dan

merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat

risiko (Slamet ichsan, 2004).

Untuk menghitung besarnya tingkat risiko dihitung berdasarkan perkalian

antara dampak risiko dan peluang risiko.

1) Dampak Risiko (D)

Merupakan ukuran risiko atau besarnya pengaruh terjadinya risiko

terhadap tenaga kerja atau manusia.

Tabel 1. Skala Kriteria Dampak Risiko

Page 35: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxv

Skala Kriteria Dampak

1 InsignificantTidak significant terhadap tenaga kerja/manusia (tidak ada cidera)

2 Minor

Kecil terhadap tenaga kerja/manusia (cidera dan masih

bisa bekerja)

3 Moderate

Sedang terhadap tenaga kerja/manusia (cidera dan tidak

bisa bekerja)

4 MajorBesar terhadap tenaga

kerja/manusia (cacat tubuh)

SkalaKriteria Dampak

5 CatastrophicSignifikan/sangat besar terhadap

tenaga kerja/manusia(meninggal dunia)

(Sumber : Biro Lingkungan dan K3, 2007)

2) Peluang Risiko (P)

Merupakan besarnya kemungkinan atau frekuensi terjadinya risiko

tersebut dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan skala pengukuran Peluang risiko didasarkan atas kriteria sebagai

berikut :

Tabel 2. Skala Pengukuran Peluang Risiko

Skala Kriteria Peluang

1 RareKemungkinan terjadinya sangat kecil/jarang.

0-1 kali terjadi setiap tahun (0-20%)

2 Unlikely

Kemungkinan terjadinya kecil/cukup sekali-kali.>1-2 kali terjadi setiap tahun (>20%-40%)

3 ModerateKemungkinan dapat terjadi/sedang>2-4 kali terjadi setiap tahun(>40%-60%)

Bersambung...

Sambungan.

Page 36: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxvi

4 Likely

Kemungkinan cenderung pasti/sering terjadinya>4-6 kali terjadi setiap tahun (>60%-80%)

5 Certain

Kemungkinannya hampir selalu terjadi/pasti terjadi>6 kali terjadi setiap tahun(>80%-100%)

(Sumber : Biro Lingkungan dan K3, 2007)

Kriteria dampak dan peluang dalam skala pengukuran 1 sampai 5 terlebih

dahulu harus ditetapkan dan disepakati oleh masing-masing Unit Kerja dan

ditetapkan sebagai standar baku oleh Unit Kerja yang bersangkutan dan

dievaluasi secara periodik.

3) Penentuan Tingkat Risiko

Tingkat atau besarnya risiko diperoleh dari hasil perkalian dampak dan

peluang risiko tersebut.

Risiko = Dampak x Peluang

4) Pemetaan dan Penetapan Prioritas Risiko

Mengingat besar dan kompleksitas jenis risiko yang dihadapi perusahaan,

maka terlebih dahulu harus dilakukan pemetaan risiko untuk kemudian ditetapkan

prioritas risiko yang secara signifikan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

perusahaan. Untuk menetapkan prioritas risiko dilakukan dengan cara

menganalsis hasil akhir dari proses pengukuran risiko, yaitu dengan berdasarkan

hasil ranking.

Berdasarkan hasil ranking/urutan tingkat risiko yang ada, dilakukan

pemetaan risiko. Besarnya risiko dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkatan

berdasarkan hasil analisis dampak dan peluang risiko, yaitu:

Page 37: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxvii

Risiko tinggi : nilai > 12 -25

Risiko sedang : nilai > 5 – 12

Risiko rendah : nilai 1 – 5

Tingkat risiko yang tertinggi adalah bernilai = 25 (5 x 5), sedang tingkat

risiko yang terendah adalah bernilai = 1 (1 x 1).

Adapun cara pemetaan risiko sebagai berikut:

Gambar 3. Peta Risiko

(Sumber: Biro Lingkungan dan K3, 2007)

7. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan suatu proses untuk mengantisipasi risiko,

agar seluruh kegiatan yang terintegrasi dalam proses bisnis dapat dilaksanakan

Page 38: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxviii

secara efektif dengan tingkat risiko sekecil/seminimal mungkin, sehingga

diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal. Pengendalian risiko terdiri dari

kegiatan berikut:

a. Avoid, yaitu menghindari suatu tindakan berbahaya yang dapat menyebabkan

kecelakaan/transaksi tertentu.

b. Retain, yaitu menahan suatu kegiatan agar tidak memperbesar biaya atau

kerugian.

c. Reduce, yaitu mengurangi risiko.

d. Transfer, yaitu memindahkan risiko.

e. Exploit, yaitu memanfaatkan risiko untuk kepentingan jangka panjang.

Penetapan rencana pengendalian risiko didasarkan pada hasil evaluasi

terhadap berbagai kemungkinan cara atau upaya-upaya yang dapat diambil,

karena risiko akan menjadi ancaman atau peluang sangat tergantung pada cara

pengendaliannya.

Pilihan alternatif atas rencana strategi pengendalian yang akan

dilaksanakan harus mempertimbangkan faktor “cost and benefit”, yaitu tindakan

yang memberikan manfaat terbesar dengan biaya terendah (Biro Manajemen

Risiko, 2008).

Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah

diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan

untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan

ketentuan peraturan dan standar yang berlaku. Pengendalian risiko dapat

mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki

Page 39: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xxxix

pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan

pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan

secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) antara lain :

a. Eliminasi (elimination)

Eliminasi adalah menghilangkan atau meniadakan suatu bahan atau

tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan

objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang

kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau

standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)

diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik,

karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.

b. Substitusi (substitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan

perlatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih

aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima. Misalnya:

1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta.

2) Proses menyapu diganti dengan proses vakum.

3) Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen.

4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan.

c. Rekayasa teknik (engineering control)

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek

kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti

pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi

Page 40: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xl

mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben

suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.

d. Isolasi (isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan

seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat

tertutup (control room).

e. Pengendalian Administrasi (administration control)

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem

kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya.

Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan

memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian

administrasi ini. Metode ini meliputi; rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis

pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi

kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja,

pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3.

f. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang

digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian

yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan

terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Selain itu APD juga

mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

1) APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi

antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima.Bila

Page 41: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xli

penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan

mengenai tubuh pekerja.

2) Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak

pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai

selama bekerja.

Alat pelindung diri yang tersedia di PT. Petrokimia Gresik antara lain :

a) Alat pelindung kepala (safety helmet).

b) Alat pelindung kaki (safety shoes).

c) Alat pelindung pernafasan (respirator protection) berupa masker dan

chemical respirator.

d) Alat pelindung mata (eye protection) seperti goggles.

e) Alat pelindung tangan (hand protection).

f) Alat pelindung telinga (ear protection) seperti ear plug dan ear muff.

g) Pakaian pelindung tahan asam/basa, pakaian tahan api.

h) Sabuk pengaman keselamatan kerja (safety belt).

Dalam penggunaan APD tetap dibutuhkan pelatihan atau training bagi

karyawan yang menggunakannya, termasuk pemeliharaannya. Karyawan juga

harus mengerti bahwa penggunaan APD tidak menghilangkan bahaya yang akan

terjadi. Jadi bahaya akan tetap terjadi jika ada kecelakaan.

Page 42: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xlii

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Bagan kerangka pemikiran

Tempat kerja(Area Unit ZA II)

Sumber bahaya

Di identifikasi

Penilaian Risiko

Potensi bahaya

Upaya Pengendalian

AMAN

Faktor bahaya

Menyebabkan:- Kecelakaan Kerja- Penyakit Akibat

Kerja

Page 43: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xliii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan laporan ini adalah

penelitian deskriptif yaitu metode penelitian untuk meneliti suatu kondisi atau peristiwa

dengan cara memberikan gambaran secara jelas dan terbatas guna mengungkapkan suatu

masalah, dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan.

B. Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan penelitian yang meliputi:

1. Penentuan lokasi magang, pengajuan proposal magang pada bulan Oktober

2009 dan surat ijin ke PT. Petrokimia Gresik.

2. Penerimaan surat balasan dari PT. Petrokimia Gresik pada bulan November

2009.

3. Membaca dan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan

kesehatan dan keselamatan kerja serta pengetahuan lain.

C. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di area unit ZA II PT. Petrokimia

Gresik, Jalan Jendral Ahmad Yani 61119 Gresik Jawa Timur.

Page 44: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xliv

D. Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan data-data yang

diperoleh dari :

1. Data primer

Sumber data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung ke

lapangan/tempat kerja, wawancara dengan pihak karyawan PT. Petrokimia Gresik

khususnya di unit ZA II.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan dan referensi yang

berkaitan dengan objek yang diteliti sebagai pelengkap laporan ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan

Teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung sekaligus survey

ke lapangan untuk mengetahui proses produksi, serta mengidentifikasi potensi dan

faktor bahaya yang ada.

2. Wawancara

Suatu teknik pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung

dengan karyawan yang berwenang dan berkaitan dengan masalah K3.

3. Kepustakaan

Membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah K3,

laporan-laporan penelitian yang sudah ada dan sumber-sumber lain yang

Page 45: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xlv

berhubungan dengan topik magang.

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen terkendali

maupun tidak terkendali yang ada di perusahaan serta catatan-catatan perusahaan

yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

F. Analisa Data

Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif atau

penggambaran masalah identifikasi bahaya dan penilaian risiko di unit ZA II PT.

Petrokimia Gresik. Kemudian data yang diperoleh dianalisa apakah telah sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Serta sesuai dengan Pedoman

OHSAS Elemen No. 4.3.1 tentang Prosedur Identikasi Bahaya dan Penilaian

Risiko (HIRA).

Page 46: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xlvi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Proses Produksi

Berdasarkan hasil magang yang dilakukan, maka peneliti mengambil

sampel data yang di observasi langsung yaitu di pabrik III unit ZA II PT.

Petrokimia Gresik. Ammonium Sulfat II merupakan jenis pupuk nitrogen yang

dapat membantu tanaman dalam memenuhi kebutuhan nitrogen. Pupuk ini dapat

menghasilkan ion NH4+ yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. ZA II

(Ammonium Sulfat) berupa suatu padatan yang berbentuk kristal berwarna putih,

ukurannya 70 % tertahan Tyler Mesh 30 dan mempunyai kadar Nitrogen (N2)

20,80 % berat (minimum), Asam bebas (H2SO4) 0,10 % berat (maksimum) serta

H2O 0,15 % berat (maksimum). Proses yang digunakan dalam pembuatan pupuk

ini adalah ici (chemico) untuk reaksinya dan ssic untuk evaporatornya. Target

produksi pada unit ini sebesar 8100 ton/hari (kristal za).

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk ZA II yaitu:

a) Amoniak Cair

Rumus kimia sering disebut NH3 yang mempunyai kadar 99,00 - 99,50 %,

temperatur 1°C, dengan tekanan 3 - 4 kg/cm2.g dan mempunyai kadar air

(H2O) 0,5 % maximum.

Page 47: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xlvii

b) CO2 Gas

Dengan kadar 99,00 % minimum, Inert 0,3% maximum, dengan temperatur

35 C dan tekanan 0,44 kg/cm2.g

c) Asam Sulfat (H2SO4)

Dengan kadar 98,5 % minimum, H2O 2,0 % maximum dan temperatur 34 C.

d) Fosfo Gypsum (CaSO4.2H2O)

Dengan kadar 94 % minimum, P2O5 total 0,33 % maximum, F total 0,69 %

maximum dan CaO 3 % minimum.

Proses produksi ZA II sebagai berikut:

NH3

CO2

H2O

ANTI CACKING

Gambar 5. Bagan proses produksi ZA II.

(Sumber: PT. Petrokimia Gresik, 2010)

Secara garis besar, proses produksi ZA II terdiri dari beberapa tahapan

yaitu:

1) Carbonasi

CARBO-NATION

REACTION & GAS SCRUB FILTRATION NEUTRALISASI

EVAPOR & CRYSTAL

DRYING & COOLING

BAGGING

CaCO3

H2SO4

Page 48: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xlviii

Gas CO2 suhunya diturunkan sampai 27°C didalam Chiller sisi tube

sedangkan amoniak cair dengan suhu -30°C masuk sisi shell CO2 Chiller dan

menjadi gas. Gas amoniak selanjutnya masuk Carbonation Tower yang

sebelumnya dipanaskan lebih lanjut Ammonia Superheater sampai suhu 27°C

sedangkan CO2 ditekan dengan Compressor sampai 1,2 kg/cm2 suhu +80°C

masuk Tower. Produk larutan (Carbonat Liquor) dari dasar tower dialirkan ke

Storage Tank sedangkan gas yang lolos di bagian atas diserap oleh Scrubber

Liquor dan yang tak terserap dialirkan ke Reaksi dan Penyerapan Gas.

Reaksi utamanya adalah:

NH3 + CO2 + H2O (NH4)2CO3

2 NH3 + CO2 + H2O (NH4)2CO3 + energi

2) Reaksi dan Penyerapan Gas

Gypsum dari Pa Plant masuk ke atas Reaktor I suhu +65°C melalui

Vortex Mixer dicampur dengan carbonat liquor sedangkan Reaktor berikutnya

suhu operasi 70-73°C dan dari bawah Reaktor slurry dikirim ke Filtrasi. Gas-gas

yang mengandung NH3 dan CO2 masuk bawah Scrubber dikontakkan CO2

kondensat /proses kondensat dari atas. Scrubber liquor selanjutnya dikirim ke

Carbonation Tower sedangkan sisa gas yang terserap dibuang ke atmosfer melalui

Stack.

Reaksi yang terjadi:

(NH4)2CO3 + CaSO4.2H2O (NH4)2SO4 + CaCO3 + 2H2O

3) Filtrasi

Page 49: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

xlix

Dalam tahapan ini tidak ada reaksi yang ada pemisahan larutan ZA

dengan padatan kapur dan kapur yang masih terikut larutan akan diendapkan di

bejana pengendap kapur (Chalk Settler). Pada Primary Filter larutan ZA dari

Reaktor terakhir dipisahkan filtrat (strong liquor) sebagai produk filter dan cake

yang akan dilarutkan dengan weak liquor untuk diumpankan ke Secondary Filter.

Sedangkan pada Secondary Filter terjadi proses pemisahan cake (kapur) dengan

filtratnya berupa weak liquor yang dipakai sebagai pelarut cake filtrat pertama dan

untuk pencuci cake serta pencuci kain pada filter pertama. Strong liquor dari

Primary Filter masih mengandung solid maka diendapkan dulu dalam Settler

sampai terjadi pengendapan pada dasar Settler sebagai sludge dan over flownya

merupakan produk strong liquor untuk dikirim ke Liquor Storage Tank.

4) Netralisasi

Pada tahapan ini kelebihan NH3 dan ammonium carbonat dinetralkan

dengan asam sulfat menjadi ZA tambahan, sedangkan CO2 terlepas.

Reaksi yang terjadi di Reaktor Netralisasi :

NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4

(NH4)2CO3 + H2SO4 (NH4)2SO4 + H2O + CO2

2NH4HCO3 + H2SO4 (NH4)2SO4 + 2H2O + CO2

Hasil dari reaksi-reaksi tersebut membentuk ammonium sulfat tambahan

yang selanjutnya dengan pompa dikirim ke Evaporator dan gas CO2 yang lepas

dihisap dengan blower untuk dibawa ke Scrubber.

5) Evaporasi dan Kristalisasi

Page 50: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

l

Pada tahapan ini adalah menguapkan H2O dari larutan ZA supaya larutan

menjadi pekat hingga terbentuk kristal ZA II sedangkan untuk memisahkan kristal

dan larutannya digunakan Centrifuge. Larutan ZA masuk Evaporator I (P = 0,93

kg/cm2.A) sisi tube untuk memekatkan sampai mendekati jenuh pada suhu 98°C

dengan pemanas steam di sisi shell. Keluar Evaporator I larutan masuk

Evaporator II (P = 0,43 kg/cm2.A vakum) untuk dipekatkan menjadi lewat jenuh

pada suhu 85,5°C selanjutnya masuk Evaporator III (P = 0,14 kg/cm2. A vakum)

hingga suhu +60°C. Slurry dari Evaporator III selanjutnya dikirim ke Centrifuge

untuk memisahkan kristal dari larutannya. Kristal basah dikirim ke unit Dryer

Cooler sedangkan larutan/mother liquor disirkulasi ke Evaporator III.

6) Pengeringan dan Pendinginan Kristal (Drying and cooling)

Pada tahapan ini kristal ZA basah dari Centrifuge dikeringkan serta

didinginkan di Rotary Dryer dan ditambah Anti Cacking/Armoflo 11 sedangkan

pengeringan dengan panas yang berasal dari pembakaran LSFO. Kristal basah

dikeringkan dengan hembusan udara panas dari Furnace suhu 162°C pada bagian

Drying sedangkan dibagian Cooler kristal didinginkan dengan udara dari Cooler

Air Feed Fan. Produk kristal selanjutnya dikirim ke pengantongan atau Bulk

Storage dengan spesifikasi : bentuk kristal, ukuran 70% tertahan tyler mesh 30,

kadar nitrogen 21% berat, asam bebas 0,1% berat dan H2O 0,15% berat

maksimum.

2. Identifikasi Bahaya

Page 51: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

li

Pada proses produksi ZA II terdapat bahaya-bahaya yang dapat

menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu pada, peralatan, proses

kerja serta lingkungan kerja. Bahaya yang ada di unit ini teridentifikasi sebagai

berikut:

a) Bahaya getaran

Bersumber dari Centrifuge dan Dryer (pengering) yang pada saat

pengoperasian M-5501 ABCD (evaporasi dan kristalisasi), pengoperasian M-

5601 (pengeringan dan pendinginan)

b) Bahaya debu kapur

Bersumber pada saat proses filtrasi berlangsung, debu kapur berhamburan di

lingkungan kerja.

c) Bahaya terbentur

Bersumber dari piping di area 5200 (unit reaksi), 5300 (unit filtrasi), 5500

(unit evaporasi dan kristalisasi), karena pemasangan pipa yang terlalu rendah.

d) Bahaya kebisingan

Bersumber dari C-5101 (unit carbonasi), C-5302 AB (unit filtrasi) oleh

compressor putaran tinggi.

e) Bahaya gangguan penglihatan atau pencahayaan

Lampu penerangan sering mati pada waktu hujan.

f) Bahaya terjatuh dari ketinggian

Deck conveyor kropos atau korosif.

g) Bahaya terjepit

Page 52: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lii

Saat pengoperasian peralatan yang berputar.

h) Bahaya terhirup gas chlorine

Saat pengopeasional di area cooling tower.

i) Bahaya terpercik, tersiram cairan B3

Asam sulfat (H2SO4) yang berada di seksi 5400 (netralisasi).

j) Bahaya terpercik kristal ZA (saat washing)

Pada centrifuge (M- 5501 ABCD) di unit evaporasi dan kristalisasi.

k) Bahaya terbakar oleh natrium gas

Dari natrium gas di B-5601 di unit drying dan cooling.

l) Bahaya limbah padat

Kapur di seksi 5300 (filtrasi) saat proses filtrasi.

m) Bahaya limbah gas

Gas amoniak (NH3) di area 5300 (filtrasi) pada pengoperasian Filter.

n) Bahaya limbah cair

Tumpahan bahan baku di area 5200, 5500 (reaksi dan evaporasi–kristalisasi).

3. Penilaian Risiko

Penilaian risiko yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik adalah

dengan mengalikan antara dampak dengan peluang risiko. Dampak merupakan

ukuran besarnya pengaruh terjadinya risiko sedangkan peluang merupakan

besarnya frekwensi terjadinya risiko dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

Dengan cara melakukan analisa dampak dan peluang dari risiko tersebut akan

dapat diketahui besarnya risiko yang akan menjadi hambatan dalam pencapaian

target kinerja, untuk memperoleh informasi dibantu oleh sebagian pekerja dan

Page 53: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

liii

pekerja yang bertanggung jawab terhadap kelancaran di unit ZA II serta

pembimbing lapangan yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan

pengamatan. Adapun hasil penilaian risiko di unit ZA II antara lain (terlampir

pada lampiran 4):

B. Pembahasan

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko di unit ZA II PT. Petrokimia

Gresik selanjutnya digunakan untuk dasar perencanaan program pengendalian

kecelakaan kerja. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada lampiran 1

pedoman Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja.

Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko

yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

Dari hasil identifikasi bahaya, penilaian tingkat risiko dan pengendalian

bahaya yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bahaya getaran

Hal ini bersumber dari Centrifuge dan Dryer (pengering) yang pada saat

pengoperasian M-5501 ABCD (evaporasi dan kristalisasi), pengoperasian M-

5601 (pengeringan dan pendinginan), dapat menyebabkan penyakit akibat

lingkungan kerja misalnya tremor, dengan nilai dampak risiko 1 dan nilai

peluang risiko 2, maka jumlah nilai tingkat risikonya 2. Berarti masih dalam

kategori risiko rendah yatu ≤ 5. Upaya pengendalian yang sudah diterapkan

Page 54: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

liv

yaitu perbaikan peralatan secara rutin, di beri pelumas pada peralatan dan

penggantian peralatan.

2. Bahaya debu kapur yang berhamburan di lingkungan kerja

Hal ini bersumber pada saati proses filtrasi berlangsung, debu kapur

berhamburan di lingkungan kerja dan dapat menyebabkan sesak napas, batuk.

Dengan nilai dampak risiko 2 dan nilai peluang risiko 3, maka jumlah nilai

tingkat risikonya 6, masuk dalam kategori risiko sedang yaitu > 5–12. Upaya

pengendalian yang sudah ada yaitu menggunakan masker yang sesuai dan

perbaikan sistem exhauser.

3. Bahaya terbentur

Hal ini bersumber dari piping di area 5200 (unit reaksi), 5300 (unit filtrasi),

5500 (unit evaporasi dan kristalisasi) yang disebabkan karena pemasangan

pipa yang terlalu rendah, dapat menyebabkan gegar otak dan bengkak pada

kepala nilai dampak risiko 2 dan nilai peluang risiko 3, jumlah nilai tingkat

risiko 6 termasuk dalam kategori risiko sedang yaitu > 5–12. Pengendalian

yang sudah ada yaitu modifikasi line/pipa yang menggantung terlalu rendah.

4. Bahaya kebisingan

Page 55: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lv

Hal ini bersumber dari C-5101 (seksi carbonasi), C-5302 AB (seksi filtrasi)

disebabkan oleh compressor putaran tinggi, kemungkinan dapat

menyebabkan pendengaran berkurang, tuli, dengan nilai dampak risiko 2 dan

nilai peluang risiko 2, mempunyai jumlah nilai tingkat risiko 4, termasuk

dalam kategori risiko rendah yaitu 1–5. Pengendalian yang sudah ada yaitu

harus menggunakan pelindung telinga yang sesuai dan diberi peredam.

5. Bahaya gangguan penglihatan atau pencahayaan

Hal ini bersumber dari lampu penerangan sering mati pada waktu hujan,

disebabkan karena instalasi lampu penerangan sudah tua dan akibatnya

lingkungan kerja gelap dan rawan terjadinya kecelakaan kerja, dengan nilai

dampak risiko 3 dan nilai peluang 4, jumlah nilai tingkat risiko 12, termasuk

dalam kategori risiko sedang yaitu > 5 – 12. Pengendalian yang sudah ada

yaitu benahi instalasi lampu penerangan yang rusak.

6. Bahaya terjatuh dari ketinggian

Pada saat melakukan pembersihan conveyor system yang disebabkan karena

Deck conveyor kropos atau korosif berakibat patah tulang serta dapat

menyebabkan meninggal dunia, memiliki nilai dampak risiko 4 dan nilai

peluang risiko 1, jumlah nilai tingkat risikonya 4 dan termasuk dalam

kategori risiko rendah yaitu 1–5. Pengendalian yang sudah ada yaitu

cek/inspect kondisi deck conveyor secara rutin dan melakukan pengecatan

peralatan yang korosif.

7. Bahaya terjepit

Page 56: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lvi

Pada saat melakukan pengoperasian peralatan yang berputar, pangoperasian

conveyor system, dapat mengakibatkan patah tulang serta meninggal dunia,

dengan nilai dampak risiko 2 sedangkan nilai peluang risikonya 2, jumlah

nilai tingkat risiko 4, termasuk dalam kategori risiko rendah yaitu 1 – 5.

Pengendalian yang sudah ada yaitu pasang cover pengaman pada semua

peralatan berputar dan memakai alat pelindung yang sesuai.

8. Bahaya terhirup gas chlorine

Hal ini bersumber di area operasional cooling tower yang dapat

menyebabkan gangguan pernapasan di T-6510, dengan nilai dampak risiko 2

dan nilai peluang risiko 1, jumlah nilai tingkat risikonya 2 dan termasuk

dalam kategori risiko rendah yaitu ≤ 5. Pengendalian yang telah ada adalah

menggunakan masker gas yang sesuai ketika akan memasuki area tersebut.

Pengendalian yang sudah ada yaitu menggunakan masker gas yang sesuai dan

perbaikan system exhauser.

9. Bahaya terpercik, tersiram cairan B3

Hal ini bersumber dari asam sulfat (H2SO4) yang berada di seksi 5400

(netralisasi) yang disebabkan oleh kebocoran line, kebocoran pompa dan

dapat berakibat kebutaan, luka bakar, iritasi pada kulit dan infeksi, dengan

nilai dampak risiko 4 dan nilai peluang risiko 1, nilai tingkat risiko berjumlah

4, masuk dalam kategori risiko rendah yaitu 1–5. Pengendalian yang sudah

ada yaitu harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dan cek kondisi

peralatan secara rutin.

10. Bahaya terpercik kristal ZA pada saat washing

Page 57: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lvii

Hal ini bersumber pada centrifuge (M- 5501 ABCD) di unit evaporasi dan

kristalisasi, dapat menyebabkan iritasi pada mata atau infeksi pada mata, nilai

dampak risikonya 2 sedangkan nilai peluang risiko 4, jumlah nilai tingkat

risikonya adalah 8 termasuk dalam kategori sedang yaitu > 5 – 12.

Pengendalian yang sudah ada yaitu harus memakai eye gougle pada waktu

washing.

11. Bahaya terbakar

Hal ini bersumber dari Natrium gas di B-5601 di unit drying dan cooling

disebabkan oleh kebocoran dari Natrium gas dapat mengakibatkan kebutaan,

luka bakar dan akhirnya sampai meninggal dunia, dengan nilai dampak risiko

3 dan nilai peluang risiko 1, jumlah nilai tingkat risiko 3 termasuk dalam

kategori risiko rendah yaitu ≤ 5. Pengendalian yang sudah ada yaitu cek

bocoran gas alam secara rutin dan memakai alat pelindung yang sesuai pada

saat memasuki area tersebut.

12. Bahaya limbah padat

Hal ini bersumber dari kapur di seksi 5300 (filtrasi) yang disebabkan oleh

proses filtrasi, dapat berakibat sesak napas dan batuk apabila terhirup, nilai

dampak risiko 2 dan nilai peluang risiko 3, jumlah nilai tingkat risikonya

adalah 6, bahaya limbah kapur ini masuk dalam kategori risiko sedang yaitu >

5–12. Pengendalian yang sudah ada yaitu menggunakan masker yang sesuai

dan perbaikan system exhauser.

13. Bahaya limbah gas

Page 58: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lviii

Hal ini bersumber dari gas amoniak (NH3) di area 5300 (filtrasi) pada

pengoperasian Filter yang dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, gangguan

pada pernapasan dan pencemaran lingkungan, dengan nilai dampak risiko 2

dan nilai peluang risiko 5, jumlah nilai tingkat risikonya adalah 10, termasuk

dalam kategori risiko sedang yaitu > 5-12. Pengendalian yang sudah ada yaitu

dengan perbaikan system exhauser gas dan menggunakan alat pelindung yang

sesuai.

14. Bahaya limbah cair

Hal ini bersumber dari tumpahan di area 5200, 5500 (reaksi dan evaporasi–

kristalisasi) yang disebabkan karena kwalitas bahan baku jelek dan berakibat

lingkungan kerja menjadi tidak nyaman, dengan nilai dampak risiko 2 dan

nilai peluang risiko 4, jumlah nilai tingkat risikonya adalah 8, masuk dalam

kategori risiko sedang yaitu > 5–12. Pengendalian yang sudah ada yaitu

dengan memilih bahan baku yang baik.

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko merupakan suatu

program yang dilakukan untuk meminimalkan kecelakan dan penyakit akibat

kerja di PT. Petrokimia Gresik agar tercipta tempat kerja yang aman.

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di PT. Petrokimia Gresik telah

sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Serta sesuai dengan Pedoman OHSAS Elemen

No. 4.3.1 tentang Prosedur Identikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (HIRA).

Page 59: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lix

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Unit ZA II PT. Petrokimia Gresik

mengenai Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada pekerjaan mempunyai

banyak bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Penilaian risiko yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik adalah dengan

mengalikan antara dampak risiko dengan peluang risiko, sehingga dapat

diketahui besarnya risiko.

2. Di Unit ZA II tidak ditemukan bahaya yang termasuk dalam kategori rsiko

tinggi. Hanya ada kategori risiko sedang dan risiko rendah yaitu pada bahaya

yang termasuk dalam kategori risiko sedang adalah bahaya debu, bahaya

terbentur, bahaya gangguan penglihatan/pencahayaan, bahaya terpercik

kristal ZA, bahaya limbah padat, bahaya limbah gas dan bahaya limbah cair

karena tumpahan. Sedangkan bahaya yang termasuk dalam kategori risiko

rendah yaitu bahaya getaran, bahaya kebisingan, bahaya terjatuh dari

ketinggian, bahaya terjepit, bahaya terhirup gas chlorine, bahaya terpercik

atau tersiram B3 dan bahaya terbakar oleh natrium gas.

3. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang sudah dilakukan di PT.

Petrokimia Gresik telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Serta sesuai

dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No. 4.3.1 tentang Prosedur

Page 60: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lx

Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan

saran-saran sebagai berikut :

1. Perlu ditambah lagi system exhauser agar debu kapur yang berhamburan di

area kerja bisa keluar.

2. Perlu penggantian instalasi lampu penerangan yang sudah tua atau rusak.

3. Sebaiknya setiap tindakan pengendalian harus dilaksanakan secara teratur dan

konsisten serta selalu dilakukan evaluasi menyesuaikan dengan setiap

perubahan yang ada.

4. Sebaiknya dilakukan eliminasi untuk Deck conveyor yang kropos atau

korosif.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, F.E Jr., dan Germain, G. L., 1990. Practical Loss Control Leadership. Loganville : Institute Publishing (A Division of International Loss Control Institute).

Page 61: identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai upaya pencegahan

lxi

Biro Lingkungan dan K3, 2007. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko PT. Petrokimia Gresik. PT. Petrokimia Gresik.

Biro Manajemen Risiko, 2008. Identifikasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. PT. Petrokimia Gresik.

Departemen Tenaga Kerja RI, 1997. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Iqra Media.

Departemen Tenaga Kerja UNDP/ILO-PIACT Project, 1987. Keselamatan Kerja Bidang Kimia. Jakarta : Iqra Media.

OHSAS 18001:2007 Elemen No. 4.3.1 tentang Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.

Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Rudi Suardi, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.Jakarta: PPM.

Slamet Ichsan, 2004. Penialian Risiko Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Suma’mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung.

Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.