identifikasi potensi bahaya pada pekerja proyek

106
IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI ASAHAN PAKET 2 PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN (PERSERO) TBK TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh: SEPTIAN WIGUNA NIM: 131000205 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI

ASAHAN PAKET 2 PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN (PERSERO) TBK

TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh:

SEPTIAN WIGUNANIM: 131000205

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI

ASAHAN PAKET 2 PT PEMBANGUNANPERUMAHAN (PERSERO) TBK

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syaratuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SEPTIAN WIGUNANIM: 131000205

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

iii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 9 Agustus 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Eka Lestari Mahyuni, S.K.M, M.Kes

Anggota : 1. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes

2. Dra. Lina Tarigan, Apt, MS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

iv

ABSTRAK

Kemajuan teknologi telah banyak menyumbangkan berbagai hal positif dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Namun demikian, disisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan perusahan dan pekerja antara lain berupa terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja, dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja. Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki risiko bahaya memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya potensi bahaya harus mengenal bahaya dengan baik dan seksama dengan mengidentifikasi potensi bahaya. Proses identifikasi merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Salah satu manajemen risiko yang paling banyak digunakan oleh perusahaan dan industri saat ini adalah metode HIRARC ( Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control ). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui identifikasi sumber bahaya dan cara penilaian risiko pada proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2 yang dilakukan PT.Pembangunan Perumahan. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yaitu menggambarkan tentang identifikasi bahaya kecelakaan kerja dan penilaian risiko pada 2 tahapan kerja yaitu pemancangan concrete sheet pile dan pekerjaan timbunan dengan metode HIRARC menggunakan data sekunder. Hasil penilaian risiko dari potensi bahaya pada tahapan pemancangan concrete sheet pile tingkat risiko dikategorikan Low (6%), Medium Low (44%), Medium High (39%), High (11%) dan pada tahapan pekerjaan timbunan tingkat risiko dikategorikan Low (8%), Medium Low (21%), dan Medium High (71%). Potensi bahaya dengan kategori High terdapat pada pekerjaan pemancangan concrete sheet pile. Kontraktor pelaksana maupun pengawas sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan dan koreksi pelaksanaan pekerjaan serta memberikan sanksi yang tegas apabila terdapat pekerja yang melanggar prosedur pekerjaan.

Kata kunci : Bahaya,Identifikasi, Konstruksi, Risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

v

ABSTRACT

Technological progress has contributed a lot of positive things to economic growth and social progress in the industrial world. However, on the other hand technological advances have also resulted in various adverse effects for companies and workers, among others in the form of increased environmental pollution, work accidents, and the emergence of various types of occupational diseases. Every activity that involves human, machine and material factors andthrough the process stages has a risk of danger to allow work accidents. To prevent potential hazards must know the danger well and carefully by identifying potential hazards. The identification process is one part of risk management. One of the most widely used risk management by companies and industries is the HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control) method. The purpose of this study was to determine the identification of hazard sources and the way of risk assessment on the Asahan river flood control project package 2 conducted by PT. Pembangunan Perumahan. This research was carried out by descriptive method which describes the identification of work accident hazards and risk assessment in 2 stages of work, namely the erection of concrete sheet pile and the embankment work with the HIRARC method using secondary data. The results of the risk assessment of potential hazards in the concrete sheet pile level of risk level are categorized as Low (6%), Medium Low (44%), Medium High (39%), High (11%) and at the level of pile level categorized as Low risk level ( 8%), Medium Low (21%), and Medium High (71%). Hazard potential in the High category is found in concrete sheet pile erection work. The executing contractor and supervisor should better improve supervision and correction of the implementation of the work and provide strict sanctions if there are workers who violate work procedures.

Keywords: Hazard, Identification, Construction, Risk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada

Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

PADA PEKERJA PROYEK PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI

ASAHAN PAKET 2 PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN (PERSERO)

TBK TAHUN 2018” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyakarat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

vii

4. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Ketua Penguji yang telah

memberikan waktu bimbingan, saran, masukan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Lina Tarigan, Apt., MS., dan Umi Salmah, S.K.M., M.Kes., selaku

Anggota Penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi bermanfaat

untuk perbaikan skripsi ini.

6. Drh, Hiswani M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik dan seluruh

dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani

pendidikan.

7. Project Manager, Site Enginering Manager dan SHEO di Proyek

Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 yang telah memberikan dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Sukarmin Aryadi S.p dan Ibu

Peristiwana yang telah memberikan dukungan moril serta materil, doa dan

cintanya untuk setiap langkah penulis. Saudara kandung saya Syukri

Ardani S.H., Diana Mariati S.Pi., Fadli Ramadhan S.T dan Rizky Ayu

Syafitri S.Hut., yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya

serta selalu mendoakan dan mendukung penulis.

9. Teman-teman seperjuangan (Fauzi, Satrio, Ichwan, Obi, Fina, Rina, Firda,

Rohani), Teman-taman dari keluarga besar JRT (Dimas, Eki, Lenk, Bibie,

Ipul, Gorco) dan teman-teman peminatan Keselamatan dan Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iHALAMAN PENGESAHAN iiABSTRAK ivABSTRACT .vKATA PENGANTAR viDAFTAR ISI ixDAFTAR TABEL xiDAFTAR GAMBAR xiiDAFTAR LAMPIRAN xiiiRIWAYAT HIDUP xiv

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 7 Tujuan Umum 7 Tujuan Khusus 7 Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 9 Konstruksi 9 Tanggul 10

Material Pembentuk Tanggul 10 Peralatan Produksi 11 Tahapan Produksi Tanggul 13 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 16 Keselamata Kerja 16 Kecelakaan Kerja 17 Pencegahan Kecelakaan Kerja 18 Kesehatan Kerja 20 Kecelakaan Kerja Konstruksi 22 Bahaya dan Risiko 26 Potensi Bahaya 27 Jenis Bahaya 28 Sumber Bahaya 29 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) 31 Tujuan Identifikasi bahaya 33 Persyaratan Identifikasi Bahaya 35 HIRARC (Hazard Identification Risk Assasment and Risk Control) 35 Tujuan HIRARC 36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

x

Langkah-langkah HIRARC 37

METODE PENELITIAN 45 Jenis Penelitian 45 Lokasi dan Waktu Penelitian 45 Informan Penelitian 45 Metode Pengumpulan Data 46 Metode Pengolahan Data 46

HASIL PENELITIAN 47 Sejarah Perusahaan PT. Pembangunan Perumahan 47 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 PT. Pembangunan Perumahan .50 Visi dan Misi 51 Struktur Organisasi PT.Pembangunan Perumahan 51 Struktur Organisasi Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 PT. Pembangunan Perumahan 52 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pengendalian Risiko serta Lingkungan 54 Program Kerja HSE 54 Jadwal Program HSE 56 Tahapan Pembangunan Tanggul Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 PT. Pembanguan Perumahan 57 Tahapan Pemancangan Concrete Sheet pile 57 Tahapan Pekerjaan Timbunan 59 Cara Penilaian Risiko PT. Pembangunan Perumahan pada Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 60 Identifikasi dan Penilaian Risiko pada Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 PT. Pembangunan Perumahan 61 Identifikasi Bahaya pada Pemancangan Concrete Sheet Pile 62 Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Timbunan 65

PEMBAHASAN 68 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Proses Pemancangan Concrete Sheet Pile 68 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Pekerjaan Timbunan 75

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 82 Saran .83DAFTAR PUSTAKA 84DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

xi

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Peringkat Penyebab Kematian Akibat Kecelakaan Kerja 25

2 Skala Likelihood pada Standar AS/NZS 4360-2004 39

3 Skala Severity pada Standar AS/NZS 4360-2004 40

4 Skala Risk Rating pada Standar AS/NZS 4360-2004 40

5 Jadwal Program HSE 56

6 Identifikasi Bahaya pada Pemancangan Concrete Sheet Pile 62

7 Identifiksi Bahaya pada Pekerjaan Timbunan 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

xii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Hubungan Bahaya dan Risiko 26

2 Risiko Kecelakaan Menurut Dupont 33

3 Pedoman Pengendalian Risiko 41

4 Struktur Organisasi PT PP (Persero) Tbk 52

5 Struktur Organisasi Proyek 53

6 Pemancangan Concrete Sheet Pile 59

7 Pekerjaan Timbunan 60

8 Matrix Risk Rating 61

9 Persentase Tingkat Risiko pada Tahapan Pemancangan Concrete Sheet Pile

65

10 Persentase Tingkat Risiko pada Tahapan Timbunan 67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Permohonan Izin Penelitian 87

2 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian 88

3 Dokumentasi Penelitian 89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

xiv

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Septian Wiguna, lahir pada tanggal 20 September 1995 di

Kota Kisaran Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Penulis merupakan

anak ke lima dari lima bersaudara pasangan Bapak Sukarmin Aryadi dan Ibu

Peristiwana.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 017973 Kisaran tahun

2001 sampai tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1

Kisaran tahun 2007 sampai tahun 2010, dan melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 1 Kisaran tahun 2010 sampai tahun 2013. Pada tahun 2013 sampai tahun

2018 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas

Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa organisi

seperti, Eternity Youth English (EYE) dan Lingkar Mahasiswa Asahan (LIMA).

Medan, 5 Oktober 2018

Septian Wiguna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Di zaman yang modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu

oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin,

disamping kualitas yang semakin baik dan standar, dengan bantuan mesin

produktivitas akan semakin meningkat (Anizar, 2009).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membuat

penggunaan alat-alat produksi semakin komplek. Makin kompleknya peralatan

yang digunakan pekerja, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi

dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan

penanganan dan pengendalian sebaik mungkin (ILO, 2013).

Kemajuan teknologi tersebut telah banyak menyumbangkan berbagai hal

positif dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri.

Namun demikian, disisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai

dampak yang merugikan perusahan dan pekerja antara lain berupa terjadinya

peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja, dan timbulnya berbagai

macam penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2012).

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 164

mengenai kesehatan kerja disebutkan upaya kesehatan kerja ditujukan untuk

melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta

pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, pengelola tempat kerja wajib

bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada pasal 165 disebutkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

2

bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan

melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga

kerja.

Secara umum masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya

angka kecelakaan kerja di Indonesia. Pada tahun 2011 terdapat 99.491 kasus atau

rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun 2010 terdapat

98.711 kasus kecelakaan kerja, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2008

terdapat 94.736 kasus, dan tahun 2007 terdapat 83.714 kasus. Direktur Pelayanan

PT Jamsostek Djoko Sungkono mengungkapkan hal ini berdasarkan

meningkatnya jumlah klaim kecelakaan kerja yakni Rp 504 miliar pada tahun

2011, dari Rp 401,2 miliar pada tahun 2010. Sementara pada tahun 2009 sebesar

Rp 328,5 miliar, tahun 2008 sebesar Rp 297,9 miliar, dan tahun 2007 hanya Rp

219,7 miliar (Tri, 2011). Tahun 2010, terdapat 65.000 kasus kecelakaan kerja,

sebanyak 1.965 pekerja meninggal, 3.662 pekerja mengalami cacat fungsi, 2.713

cacat sebagian, 31 cacat total dan sisanya dapat disembuhkan (Mubarak, 2012).

Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang

memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Risiko kecelakaan kerja yang

tinggi tersebut menjadi salah satu penyumbang penyebab kecelakaan kerja di

dunia (Ridley, 2014).

Hasil survei keselamatan tenaga kerja Trade Unions Congress (TUC)

Tahun 2014 menunjukkan bahwa sepuluh tahun terakhir lebih dari tujuh ratus ribu

pekerja terbunuh dalam bisnis konstruksi. Walaupun jumlah pekerjanya hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

3

sekitar lima persen dari angkatan kerja, setiap tahun konstruksi berada di puncak

daftar kematian dengan menyumbang 31 persen dari semua kematian di tempat

kerja dan 10 persen dari luka parah (Williams, 2011).

Menurut Suma’mur (2009), sumber- sumber bahaya perlu dikendalikan

untuk mengurangi / menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk

mengendalikan sumber-sumber bahaya, maka sumber-sumber bahaya tersebut

harus ditemukan dengan melakukan identifikasi sumber bahaya potensial yang

ada di tempat kerja.

Dalam penelitian Alawiyah dkk (2010) menyimpulkan bahwa apabila

suatu pekerjaan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, maka potensi

bahayanya dapat teridentifikasi. Penyebab kecelakaan kerja harus benar-benar

diteliti dan diidentifikasi agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan atau

tidak terulang kembali. Setelah potensi bahaya diidentifikasi, maka akan

dikembangkan usulan tindak pencegahan sebagai bentuk perbaikan. Perbaikan ini

bertujuan agar tren perusahaan yang berhasil mencatatkan nol persen kecelakaan

kerja dapat berlanjut dan nama baik perusahaan terjaga.

Pada jurnal internasional tahun 2012 “The Effects of Risk Assesment

(Hirarc) on Organisational Performance in Selected Contruction Companies in

Nigeria” yang dikutip oleh Wildan (2014) menyebutkan ada keterkaitan antara

identifikasi risiko (HIRARC) dengan menurunnya insidensi kecelakaan. Hasil

menunjukan dari keenam perusahaan konstruksi yang diteliti, kinerja organisasi

menjadi lebih baik (mengurangi kecelakaan atau tingkat insiden, raktek keamanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

4

membaik, peningkatan produktivitas dan peningkatan profitabilitas) tergantung

pada identifikasi (HIRARC).

Salah satu metode identifikasi bahaya yang juga digunakan oleh PT

Pembangunan Perumahan pada proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2

adalah HIRARC (Hazard Identification Risk Assasment and Risk Control).

HIRARC merupakan salah satu tahap yang sangat penting dan juga salah satu

persyaratan yang harus ada ketika suatu organisasi atau perusahaan ingin

menerapkan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007. HIRARC dibagi menjadi 3

tahap yaitu identifikasi bahaya (hazard identification), penilaian risiko (risk

assessment), dan pengendalian risiko (risk control) (Shandy dkk, 2015).

Salah satu kasus kecelakaan kerja pada pembangunan tanggul terjadi pada

16 Oktober 2016 dibantaran kali Ciliwung, Tebet, Jakarta Selatan saat

pemancangan sheet pile. Pada saat pekerja yang bertugas mengarahkan sheet pile

ke lubang pressing, tali sling terputus. Akibat terputusnya sling, sheet pile dan

crane menimpa kaki korban hingga putus (“Poskotanews”, 2016).

PT. Pembangunan Perumahan (PP) (Persero) Tbk merupakan sebuah

perusahaan milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi dan

investasi. Salah satu proyek yang sedang berlangsung saat ini adalah proyek

Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 dengan masa kerja 15 September

2015 sampai dengan 15 Desember 2018.

Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 meliputi

pembangunan Tanggul Sungai Asahan Kiri Sepanjang 10,00 km, pembuatan

shortcut Slincing-Daud-Jaksa sepanjang 1,60 km, pembuatan pintu kendali dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

5

pompa 1 buah, perbaikan alur dan proteksi jembatan (Jembatan Bandar Jepang,

Jembatan Bandar Jaksa, dan Jembatan Haji Daud), pekerjaan jalan masuk

sepanjang 8 km, dan pembuatan rumah jaga dan rumah panel diesel enginer.

Proses pembangunan tanggul masih dilakukan secara semi otomatis dimana alat-

alat yang digunakan masih dikendalikan oleh manusia.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, pembangunan tanggul

meliputi tahapan pekerjaan pemancangan concrete sheet pile dan tahapan

pekerjaan timbunan. Tahapan pekerjaan pemancangan concrete shet pile

diantaranya pembersihan lahan yang akan dijadikan stockyard (tempat persediaan

tiang pancang) menggunakan excavator , sheepfoot roller dan tenaga manusia

(manual). Kemudian dilakukan pemancangan sheet pile (tiang pancang)

menggunakan crawl crane sebagai alat untuk mengangkat material tiang pancang,

dan pile driver hammer sebagai alat untuk memukul tiang pancang. Selanjutnya

dilakukan pemotongan atau pengupasan sisa sheet pile menggunakan alat bobok

hammer.

Setelah tahapan pemancangan selesai, selanjutnya dilakukan pekerjaan

penimbunan meliputi, pengambilan tanah dari quarry (tempat pengambilan tanah)

menggunakan excavator , tanah yang digali dipindahkan ke mobil dump truck lalu

diangkut menuju lokasi timbunan melewati jalan umum , setelah sampai dilokasi

tanah dibongkar lalu kemudian tanah dihamparkan secara merata menggunakan

bulldozer, penghamparan tanah dilakukan lapis demi lapis kelokasi yang akan

ditimbun. Setelah penghamparan selesai, tanah dipadatkan menggunakan vibro

roller. Setelah mencapai elevasi tanggul rencana maka slope tanggul dibentuk dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

6

dirapikan dengan excavator dengan kemiringan 1: 1.5, sisa tanah dari perapihan

slope dibuang ke disposal area.

PT Pembangunan Perumahan telah melakukan pengendalian Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) berupa mematuhi intruksi kerja, pemberian APD,

Rambu K3 serta APAR, namun masih terdapat insiden kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja seperti memar terbentur saat mobil angkut (dumn truck)

terbalik karena badan jalan rusak, tergores pecahan beton, iritasi mata dan

gangguan pernafasan. Mengingat pekerjaan penimbunan memerlukan banyak alat

berat yang akan beroperasi bersamaan maka diperlukan pengaturan yang benar –

benar agar tidak terjadi kecelakaan, untuk itu perlu diperhatikan penerapan K3

dalam pelaksanaan proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana potensi

bahaya pada pekerja pembangunan tanggul proyek pengendalian banjir sungai

Asahan paket 2.

Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dan dikarenakan pihak perusahaan sudah

melakukan identifikasi bahaya dengan metode HIRARC namun belum mengacu

pada metode yang baku sesuai dengan standar yang telah ditentukan maka

penelitian ini ingin melihat identifikasi potensi bahaya dengan pendekatan

HIRARC berdasarkan Australian and New Zealand Standard Associations

(AS/NZS 4360 : 2004) yang dilakukan pada Pekerja Proyek Pengendalian Banjir

Sungai Asahan Paket 2 (Persero) Tbk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

7

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara

khusus.

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat

identifikasi potensi bahaya pada pekerja yang melaksanakan pekerjaan tanggul

proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2 yang dilakukan PT.

Pembangunan Perumahan.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui identifikasi potensi bahaya pada pekerja yang

melaksanakan pekerjaan pemancangan concrete sheet pile yang dilakukan

PT. Pembangunan Perumahan.

2. Untuk mengetahui identifikasi potensi bahaya pada pekerja yang

melaksanakan pekerjaan timbunan yang dilakukan PT. Pembangunan

Perumahan.

3. Untuk mengetahui cara menilai risiko dari potensi bahaya yang timbul dari

segala aktivitas di tahapan pekerjaan pemancangan concrete sheet pile dan

tahapan pekerjaan timbunan yang dilakukan PT. Pembangunan

Perumahan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi

bahaya di area pembangunan tanggul.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

8

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak PT. Pembangunan Perumahan dalam

menanggulangi potensi bahaya yang terdapat pada proses pembangunan

tanggul.

3. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan

akademis, masyarakat, dan peneliti serta keilmuan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3).

4. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam memahami

potensi bahaya dan proses mengidentifikasi serta menganalisis bahaya

uuntuk pencegahan kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

9

Tinjauan Pustaka

Konstruksi

Secara umum perusahaan konstruksi dikenal sebagai perusahaan yang

bergerak dalam bidang kontruksi bangunan, tower, jembatan, dermaga, lapangan

terbang dan sebagainya. Proyek konstruksi merupakan suatu upaya untuk

mencapai hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur juga merupakan suatu

bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh

terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan dan batasan biaya dari proyek. Risiko

dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga.

Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap

mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai

rencana. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan

tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (Kangari,

1995).

Menurut (Ervianto, 2004) Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk

mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Proses yang

terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya. Hal ini

disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi

berbeda satu sama lain.

Bush (1983) membagi atau mengelompokkan industri menjadi 3 (tiga)

golongan besar, yaitu:

1. Konstruksi perteknikan yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

10

a. Konstruksi jalan raya misalnya penggalian, pengerasan jalan, jembatan,

dan sebagainya.

b. Konstruksi berat misalnya pembuatan bendungan, saluran air, dan

sebagainya.

2. Konstruksi industri, misalnya pembuatan kilang minyak, peleburan biji besar

dan sebagainya.

3. Konstruksi bangunan, misalnya bangunan pabrik, tempat tinggal, gedung,

dan sebagainya.

Tanggul

Tanggul adalah tambak (pematang besar) di tepi sungai. Tujuan utama

tanggul adalah untuk mencegah banjir di dataran yang dilindunginya.

Bagaimanapun, tanggul juga mengungkung aliran air sungai, menghasilkan aliran

yang lebih cepat dan muka air yang lebih tinggi. Tanggul juga dapat ditemukan di

sepanjang pantai, di mana gumuk / gundukan pasir pantainya tidak cukup kuat, di

sepanjang sungai untuk melindungi dari banjir, di sepanjang danau atau polder.

Tanggul juga dibuat untuk tujuan empoldering/membentuk batasan perlindungan

untuk suatu area yang tergenang serta suatu perlindungan militer.

Material pembentuk tanggul. Bahan baku atau pembentuk tanggul

diantaranya adalah :

1. Tanah

2. Sirtu

3. Semen

4. Concrete sheet pile (tiang pancang)

5. Geotekstil Woven

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

11

Geotekstil Woven adalah sejenis terpal atau anyaman yang tembus

air berfungsi sebagai separator , filter, proteksi, dan perkuatan.

Peralatan produksi. Peralatan produksi sangat membantu dalam

melaksanakan proyek konstruksi, terutama alat berat. Beberapa alat berat yang

digunakan sebagai berikut :

a. Excavator

Excavator adalah alat berat yang terdiri dari beberapa bagian

masing-masing yang memiliki fungsi tersendiri. Alat yang didominasi

dengan warna kuning tersebut terdiri dari bahu (boom), lengan (arm),

keranjang atau alat keruk (bucket), kabin dan tracker. Excavator digunakan

untuk penggalian, perataan dan pemindahan tanah.

b. Bulldozer

Buldozer merupakan alat berat yang dipasangkan pisau atau blade

di depannya. Pisau berfungsi untuk mendorong atau memotong material.

c. Vibro Roller

Vibro Roller merupakan alat berat yang digunakan untuk

menggilas, memadatkan tanah hasil timbunan, sehingga kepadatan tanah

yang dihasilkan lebih sempurna. Efek yang ditimbulkan oleh Vibro Roller

adalah gaya dinamis terhadap tanah, dimana butir-butir tanah cenderung

mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butir-butirnya.

d. Dump Truck

Dump Truck merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan

material hasil galian dari lokasi quary ke lokasi proyek. Alat tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

12

biasanya digunakan untuk mengangkut material lepas (loose material)

baik berupa pasir, kerikil, tanah, dan material mineral/batubara yang

digunakan di dunia konstruksi dan pertambangan.

e. Crawler Crane

Crawler Crane adalah salah satu alat berat yang digunakan

sebagai alat pengangkut material sheet pile dengan jangkauan yang tidak

terlalu panjang.

f. Pile Driver Hammer

Pile Driver Hammer adalah alat untuk memancangkan tiang

pancang ke dalam tanah. Bagian-bagian pada alat ini :

1. Pemukul (Hammer) : Bagian ini biasanya terbuat dari baja

massif/pejal yang berfungsi sebagai palu untuk pemukul tiang

pancang agar masuk ke dalam tanah.

2. Leader : Bagian ini merupakan jalan (truck) untuk bergeraknya

pemukul (hammer) ke atas dan ke bawah.

g. Tamping Rammer

Tamping Rammer adalah alat atau mesin yang digunakan untuk

pemadatan tanah di tepi sungai.

h. Truck Mixer

Truck mixer adalah kendaraan untuk mengaduk / mencampur

campuran beton serta mengangkut kelokasi proyek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

13

i. Alat Bobok Hammer

Alat bobo hammer adalah alat bor yang digunakan untuk

memotong kepala tiang pancang.

Tahapan produksi tanggul. Proses pembuatan tanggul diantaranya :

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan

persiapan ada pun pekerjaan persiapan tersebut meliputi :

a. Tebas Tebang

Pekerjaan ini adalah kegiatan penebasan semak belukar, penebangan

pohon, tanaman lain serta bahan non-organik berupa pagar, bangunan,

fondasi, puing dan kotoran lainnya menggunakan chainsaw, escavator,

dan bulldozer pada lokasi yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau

sebagaimana petunjuk Pengguna Jasa.

b. Cabut Tanggul

Pekerjaan ini adalah kegiatan pencabutan tunggul sisa penebangan pohon

menggunakan escavator. Tunggul pohon harus dicabut beserta akar-akar

pohon dari permukaan tanah pada lokasi pekerjaan yang ditunjukkan

dalam gambar kerja atau sebagaimana petunjuk Pengguna Jasa.

c. Stripping

Pekerjaan pengupasan lapisan atas tanah adalah pengupasan lapis atas

tanah yang banyak mengandung bahan orgnaik seperti rumput, akar-

akaran, humus maupun bahan non-organic seperti plastic, besi sisa

bangunan , fondasi dan lain-lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

14

d. Pemasangan Geotekstil Woven

Geotekstile woven dipasang pada jalur penimbunan tanggul yang kondisi

tanah asli sangat lunak atau berlumpur untu tujuan menghindari

tercampurnya butiran tanah timbunan dengan tanah lumpur, sekaligus

mengontrol kadar air pada lapisan dasar timbunan sebelum dilakukan

pemadatan.

e. Pekerjaan Timbunan

Pekerjaan timbunan tanah yang dimaksudkan dalam spesifikasi ini harus

mencakup semua jenis pekerjaan timbunan untuk saluran, tanggul sungai,

jalan inspeksi, untuk bangunan irigasi, bangunan pelengkap irigasi,

bangunan sungai dan bagian lain dari Pekerjaan, dengan bahan tanah yang

cocok dan disetujui Pengguna Jasa. Alat yang digunakan dump truck,

escavator, bulldozer, vibratory roller

2. Pekerjaan Perkuatan Tanggul

Pekerjaan perkuatan panggul diawali dengan proses pemancangan sheet

pile dengan menganalisa kedalaman pemancangan sheet pile berdasarkan tipe

sheet pile yang dipakai dan data tanah hasil soil investigation. Pengukuran area

pemancangan sheet pile untuk menentukan titik yang akan dipancang sesuai

dengan gambar yang telah di setujui. Melakukan pekerjaan galian untuk

mempermudah akses mobilisasi alat / sheet pile dan sebagai dudukan crane

pancang Untuk mendapatkan hasil pemancangan yang lurus, dibantu dengan

pemasangan guide beam yang terdiri dari H-BEAM & UNP. Sheet pile dipasang di

tengah guide beam yang terdiri dari H-BEAM & UNP. Pemancangan dilakukan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

15

bantaran apabila bantaran sungai cukup lebar dan cukup kuat untuk ditempati oleh

pile driver hammer, pemancangan manual dilakukan di bantaran apabila bantaran

sungai tidak cukup lebar dan cukup kuat untuk ditempati oleh pile driver hammer.

Pengecoran capping beam menggunakan truck mixer. Dan dibantu oleh tenaga

manual (manpower). Setelah pengecoran beton caping beam selesai, bekisting

caping beam dibongkar dengan tenaga manual (manpower) dan dilakukan

pengurugan tanah yang didatangkan dari luar. Setelah pekerjaan urugan tanah

selesai Kemudian dilakukan perataan dengan alat bulldozer. Setelah perataan

tanah dilakukan, tanah tersebut dipadatkan dengan vibro roller pada tubuh tanggul

dan dengan alat tamping rammer pada tepi tanggul. Selanjutnya Pekerjaan

pemotongan kepala sheet pile dilakukan dengan man power dan alat bobok

hammer sesuai dengan elevasi design yang disetujui oleh direksi. Pemotongan

sheet pile ini bertujuan untuk menyatukan sheet pile dengan balok frame

revetment. Setelah dilakukan pemotongan, kemudian dipasang bekisting caping

beam bawah dengan material plat besi atau phenol film 12 mm Setelah

pemasangan bekisting selesai, Pengecoran capping beam dapat dilakukan dengan

truck mixer dan dibantu tenaga manual (manpower). Kemudian dilanjutkan

dengan pemasangan bekisting kolom frame revetment dilanjutkan pekerjaan

pengecoran beton, pemasangan batu muka sebagai badan dari frame beton

revetment dan pekerjaan pemasangan bekisting balok frame revetment. Selesai

bekisting dipasang pengecoran balok frame revetment dengan mutu beton K-225

dapat dilakukan menggunakan truck mixer dan alat bantu talang cor dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

16

pekerjaan batu muka secara keseluruhan sebagai isian frame beton revetment atau

sebagai badan dari revetment tersebut.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara filosofi adalah suatu upaya dan

pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil

karya menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan secara

keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan penerapannnya secara

teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya

kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja dan setiap pekerjaan yang dilakukan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara hukum merupakan suatu upaya

perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja

senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi

dapat dijalankan secara aman dan efisien dan produktif (Tarwaka, 2008).

Keselamatan kerja. Menurut Husni (2005), keselamatan kerja bertalian

dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau

dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum

dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak

dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada

4 (empat) faktor penyebabnya yaitu:

1) Faktor manusia.

2) Faktor material/bahan/peralatan.

3) Faktor bahaya/sumber bahaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

17

4) Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/perawatan mesin-mesin).

Menurut Husni (2005) bahwa disamping ada sebabnya maka suatu

kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat

dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain:

1. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan.

2. Biaya pengobatan dan perawatan korban.

3. Tunjangan kecelakaan.

4. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi.

b. Kerugian yang bersifat non ekonomis

Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang

bersangkutan baik itu merupakan kematian, luka/cedera berat maupun luka ringan.

Kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan kerja disuatu perusahaan. Hubugan kerja disini dapat berarti

bahwa kecelakaan dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan (Djati, 2006).

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam

rangka melaksanakan kerja di lingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan

kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor

peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik,

terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengaman

yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan,

2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

18

Pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja pada prinsipnya dicegah

dan pencegahan kecelakaan ini menurut Bennet NBS (1995) merupakan tanggung

jawab para manajer lini, penyelia, mandor kepala, dan juga kepala urusan. Tetapi

menurut M. Sulaksmono (1997) dan yang tersirat dalam UU no.1 tahun 1970

pasal 10, bahwa tanggung jawab kecelakaan kerja selain pihak perusahaan juga

karyawan dan pemerintah (Gempur, 2004). Dibawah ini adalah cara pencegahan

kecelakaan kerja menurut beberapa orang:

1. Menurut Olishifki (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam

keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :

a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara

kerja, material, dan struktur perencanaan,

b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya

yang ada dalam perusahaan tersebut,

c. Memberikan pendidikan ( training) kepada tenaga kerja atau karyawan

tentang kecelakaan dan keselamatan kerja,

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang

berada pada area yang membahayakan.

2. Menurut Suma’mur (1996) bahwa kecelakan akibat kerja dapat dicegah

dengan 12 hal berikut:

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan –ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan, dan pemeliharaan pengawasan, pengujian dan cara kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

19

peralatan industri, tugas – tugas pengusaha dan buruh, latihan,

supervise medis, P3K dan pemeriksaan medis,

b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak

resmi mengenai misalnya syarat – syarat keselamatan sesuai konstruksi

peralatan industri dan alat pelindung diri (APD),

c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan –

ketentuan perundang – undangan yang diwajibkan,

d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri–ciri dari

bahanbahan berbahaya, pengujian alat – alat pelindung diri,

e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor

lingkungan dan teknologi dan keadan yang mengakibatkan kecelakaan,

f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola–pola kejiwaan

yang mengakibatkan kecelakaan,

g. Penelitian secara statistik, untuk menetepkan jenis – jenis kecelakaan

yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa,

dan apa sebab- sebabnya,

h. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam

kurikulum teknik, sekolah – sekolah perniagaan atau kursus – kursus

pertukangan,

i. Latihan – latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya

tenaga kerja baru dalam keselamatan kerja,

j. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan lain untuk menimbulkan sikap selamat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

20

k. Asuransi yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar

oleh perusahaan, jika tindakan – tindakan keselamatan sangat baik,

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

Kesehatan kerja. Menurut Husni (2005), kesehatan kerja adalah bagian

dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan

kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga

memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

Tujuan kesehatan kerja menurut adalah:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.

b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga

kerja.

d. Meningkatkan produktivitas kerja.

Sumber-sumber bahaya bagi kesehatan tenaga kerja adalah:

1. Faktor fisik, berupa:

a. suara yang terlalu bising

b. suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

c. penerangan yang kurang memadai

d. ventilasi yang kurang memadai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

21

e. radiasi

f. getaran mekanis

g. tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

h. bau-bauan di tempat kerja

i. kelembapan udara.

2. Faktor kimia, berupa:

a. gas/ uap

b. cairan

c. debu

d. bahan- bahan kimia yang mempunyai sifat racun.

3. Faktor biologis, berupa:

a. bakteri virus

b. jamur, cacing dan serangga

c. tumbuh - tumbuhan dan lain - lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan

tempat kerja.

4. Faktor faal, berupa:

a. sikap badan yang tidak baik pada waktu bekerja

b. peralatan yang tidak sesuai / tidak cocok dengan tenaga kerja

c. gerak yang senantiasa berdiri atau duduk

d. proses, sikap dan cara kerja yang monoton

e. beban kerja yang melampaui batas kemampuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

22

5. Faktor psikologis, berupa:

a. kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan

b. suasana kerja yang tidak menyenangkan

c. pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman

kerja yang tidak sesuai

d. pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.

Kecelakaan Kerja Konstruksi

Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa

yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Frank Bird (1989) dikutip oleh Soehatman Ramli menyatakan bahwa

kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian

fisik bagi seseorang atau merusak properti. Hal tersebut biasanya akibat dari

kontak dengan sumber energi (kinetik, elektrik, kimia, suhu, dan lain-lain).

. Laporan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans)

menunjukkan tingkat kecelekaan kerja di Indonesia masih memprihatinkan. Meski

daridata yang didapatkan Badan Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa kasus kecelakaan kerja menurun dari

tahun 2015 ke tahun 2016, namun jumlah pekerja yang meninggal dunia

meningkat dari 2.375 orang menjadi 2.382 orang.

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena

ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

23

selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta

dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan

serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2014).

Pada teori Frank Bird (1989), dalam proses terjadinya kecelakaan terkait

empat unsur produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME)

yang saling berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa.

Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak

antara manusia dengan alat, material, dan lingkungan dimana ia berada.

Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang

baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja

yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak

aman melampaui ambang batas. Di samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber

dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau

material.

Heinrich (1980) dalam membagi faktor penyebab kecelakaan ke dalam dua

golongan, yaitu tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act) dan kondisi tidak

aman (unsafe condition). Tindakan tidak aman misalnya tidak mau menggunakan

alat keselamatan, melepas alat pengaman atau bekerja sambil bergurau.

Sedangkan kondisi tidak aman terkain dengan lingkungan yang tidak baik seperti

alat, material atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan. Misalnya

lantai yang licin, tangga yang rusak, dan penerangan yang kurang baik.

Berdasarkan survei yang telah dilaksanakan oleh American Society of Civil

Engineers (ASCE) pada tahun 1993, dalam penerapan keselamatan dan kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

24

kerja pada suatu proyek konstruksi, terdapat hal-hal utama yang dapat menjadi

penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:

1. Kegagalan dalam mengidentifikasi kondisi tidak aman (unsafe condition)

yang ada sebelum aktivitas kegiatan konstruksi dilaksanakan atau yang

terjadi ketika aktivitas telah dilaksanakan.

2. Memutuskan untuk tetap melanjutkan aktivitas pekerjaan setelah kondisi

tidak aman (unsafe condition) teridentifikasi.

3. Memutuskan untuk melakukan tindakan tidak aman (unsafe act) tanpa

memperhatikan kondisi awal lokasi pekerjaan dan lingkungannya.Penyebab

terjadinya suatu kondisi tidak aman dapat disebabkan beberapa faktor yaitu

keputusan atau tidak membuat keputusan dari pihak manajemen, tindakan

tidak aman pekerja, kejadian disebabkan bukan faktor manusia, dan kondisi

tidak aman yang disebabkan oleh faktor alam dari lokasi aktivitas pekerjaan.

Data dari U.S Department of Labor-OSHA menyebutkan bahwa jatuh dari

ketinggian merupakan peringkat pertama penyebab kematian akibat kecelakaan

kerja pada industri konstruksi di Amerika Serikat (Indarto, 2006). Berikut ini

disimpulkan sepuluh penyebab kematian akibat kecelakaan kerja dalam presentase

sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

25

Tabel 1Peringkat Penyebab Kematian Akibat Kecelakaan Kerja

Category 1991-1998 1999

Falls from/through roof 11.2 10.6

Nonoperators run over by equipment 7.8 9.2

Falls from structure 7.6 8.1

Run over by highway vehicle 3.8 6.1

Operator crushed by equipment 5.2 5.8

Lifting equipment accident 5.4 5.4

Equipment concacting power source 8.4 5.2

Falls from scaffold 2.9 5.1

Collapse structure 4.3 5.0

Shock from equipment/tools 4.1 4.7

U.S Department of Labor-OSHA

Pada tahun 1980-an, telah dicatat dari berbagai sumber bahwa biaya

kecelakaan dalam industri konstruksi (construction accident cost), mencapai

sebesar 6,5% dari total biaya konstruksi sebesar US$ 300 miliar atau sebesar

kurang kebih US$ 20 miliar per tahun. Angka tersebut telah memberikan bukti

bahwa penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja serta pengurangan

kecelakaan menawarkan suatu penghematan biaya yang cukup besar dan dapat

menurunkan biaya keseluruhan proyek.

Upaya pencegahaan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha antara

lain melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif, penyesuaian individu dengan

pekerjaannya, dan dengan melakukan penegakan disiplin. Keselamatan kerja

adalah sasaran utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

26

akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi

keamanan tenaga kerja. Keberhasilan suatu industri menggerakkan roda usaha

tidak terlepas dari bagaimana mengupayakan keselamatan kerja karyawan mereka.

Bahaya dan Risiko

Menurut Ramli (2010), bahaya dan risiko memiliki hubungan yang erat.

Bahaya menjadi sumber terjadinya kecelakaan atau insiden baik yang menyangkut

manusia, properti, dan lingkungan. Risiko menggambarkan bersarnya

kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya

keparahan yang dapat diakibatkannya. Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai

faktor, seperti besarnya paparan, lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentanan unsur

yang terlibat. Oleh karena itu, suatu risiko digambarkan sebagai pelung dan

kemungkinan (problability) suatu bahaya untuk menghasilkan kecelakaan serta

tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi (severity).

Karena itu dalam konsep keselamatan kerja, sasaran utama adalah mengendalikan

atau menghilangkan bahaya sehingga secara otomatis risikonya dapat dikurangi

atau dihilangkan.

Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif OHS Risk Management

Gambar 1. Hubungan bahaya dan risiko

Bahaya Kecelakaan

Manusia

Lingkungan

Peralatan

Risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

27

Potensi bahaya. Bahaya (hazard) adalah segala hal yang berpotensi

menimbulkan bahaya dan sering dikaitkan dengan suatu kondisi atau aktivitas tak

terkendali dan jika dibiarkan bisa mengakibatkan cedera (Roughton dkk, 2008).

Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan berbahaya yang berhubungan

dengan luka-luka pada manusia atau penyakit manusia (OHSAS 18001).

ILO (1998) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau

bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu

situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang

berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian.

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara

unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metode

kerja. Dalam proses tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin,

material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja. Oleh

karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu

manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli, 2010).

Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan

mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Di

tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan

akan selalu dijumpai.

Jika setiap bahaya-bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus

diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh

pekerja. Jika bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu

dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa saja yang harus diambil. Hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

28

ini diupayakan untuk melindungi pekerja yang merupakan aset yang sangat

berharga bagi perusahan.

Jenis bahaya. Bahaya dalam kehidupan banyak ragam dan jenisnya. Di

sekitar kita terdapat banyak bahaya yang potensial untuk mencederai tubuh kita,

baik ringan maupun fatal. Kita tidak dapat mencegah berbagai bahaya tersebut

jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik.

Ramli (2010) mengklasifikasikan jenis bahaya sebagai berikut:

1. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan

penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa, dan lain-lain.

Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan

mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan

lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakat

seperti tersayat, terpotong, atau terkupas.

2. Bahaya Listrik

Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik

dari jaringan listrik, maupuun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan

energi listrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

29

3. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis seperti kebisingan yang dapat

mengakibatkan tuli atau kerusakan indera pendengaran, tekanan, getaran,

suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan, serta radiasi dari bahan

radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah.

4. Bahaya Biologis

Sumber bahaya dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di

lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini

mayoritas ditemukan dalam industri makanan, pertanian dan kimia,

pertambangan, minyak dan gas bumi.

5. Bahaya Kimia

Bahaya kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya

yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia antara lain keracunan bahan kimia

iritasi, polusi dan pencemaran lingkungan, serta kebakaan dan peledakan.

Sumber bahaya. Pada tahun 1960-an Frank Bird melakukan pendekatan

pengendalian bahaya melalui proses terjadinya kecelakaan. Konsep ini

mengaitkan antara energi dan kecelakaan. Konsep tersebut dapat membantu

mengidentifikasi bahaya khususnya bahaya kimia atau fisis serta memberikan arah

yang tepat untuk mencegah dan mengendalikannya. Energi hadir dalam kehidupan

kitia dan terdapat di sekitar kita. Energi membuat sesuatu dapat bergerak,

mengeluarkan panas, menghasilkan cahaya atau suara (Ramli, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

30

Di dalam konsep energi, keberadaan energi inilah yang dinilai dapat

menimbulkan risiko kecelakaan atau cedera. Banyak sekali sumber energi sebagai

sumber bahaya di suatu lingkungan kerja, sebagian di antaranya adalah:

1. Gravitasi

Dapat terjadi jika suatu benda jatuh menimpa orang, jatuh dari ketinggian

atau terpeleset. Cedera bervariasi mulai dari terkilir, luka, dan fatal.

2. Bising dan Getaran

Ditemukan jika terpapar suara bising atau getaran. Cedera beragam dari

ringan sampai ketulian.

3. Kimia

Dapat terjadi jika manusia menghirup, menelan, atau menyerap cairan, debu,

gas, atau zat yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti kebakaran,

peledakan, korosi dan lainnya. Cedera bervariasi mulai dari akut, kronis, dan

kematian.

4. Listrik

Ditemukan dalam penggunaah listrik untuk mengoperasikan peralatan.

Cedera bervariasi mulai dari cedera luka bakar sampai mati.

5. Mekanikal

Terdapat pada mesin atau bagian bergerak atau berputar yang mengeluarkan

bagian yang tajam, runcing, atau lontaran benda. Cedera beragam mulai dari

luka sayat, putus, dan mati.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

31

6. Termal

Terjadi pada lingkungan panas, dingin, atau peralatan yang menggunakan dan

menghasillkan panas atau dingin seperti dapur, ruang pendingin, proses

panas, pengelasan, benda panas atau dingin. Cedera bervariasi mulai dari luka

bakar, stress panas, sampai mati.

7. Tekanan

Ditemukan pada bejana atau objek bertekanan termasuk boiler, botol

bertekanan, dan kompresor. Cedera bervariasi mulai dari luka sampai mati.

8. Radiasi

Ditemukan pada pekerjaan atau peralatan yang menggunakan sinar X, radiasi

ultraviolet, gelombang mikro, laser atau pengelasan.

9. Mikrobiologis

Dapat terjadi jika terpajan dengan bakteri, virus atau zat pathogen lainnya

misalnya dalam menara pendingin, organ tubuh manusia atau hewan.Cedera

bervariasi mulai dari akut, kronis, yang bersifat jangka panjang menimbulkan

kematian seperti HIV, Hepatitis, dan keracunan.

Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya

bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari

manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin

melakukan pengelolaan risiko dengan baik (Ramli, 2010).

Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus

yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

32

bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap

langkahnya:

1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka,

dengan suatu objek?

2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja

dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau

memelintir?

5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan?

Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau

radiasi?

Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai

dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.

Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko

yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu

pekerja-pekerja dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko berdasarkan

pengalaman mereka.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko

adalah melakukan penlaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau

lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang

mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:

1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

33

2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.

3. Laporan pengamatan kerja.

4. Peraturan kerja khusus di lokasi.

5. Kebutuhan alat pelindung diri.

6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

Tujuan identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari

program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal

bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan

pengendalian risiko tidak dapat dijalankan. Identifikasi bahaya memberikan

berbagai manfaat antara lain:

a. Mengurangi peluang kecelakaan

Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan

maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat

diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.

Gambar 2. Rasio kecelakaan menurut Dupont

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

34

Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:

1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000

yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau

kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan

berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.

Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyea

kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan

dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi

seluruh sumber bahaya di tempat kerja.

b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan

pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan

sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi

perusahaan.

c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan

dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas

penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya

akan leih efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan

demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang

akan dilakukan (Ramli, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

35

Persyaratan identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya harus dilakukan

secara terencana dam komprehensif. Ada beberapa hal yang mendukung

keberhasilan program identifikasi bahaya antara lain:

1. Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas perusahaan

sehingga dapat berfungsi dengan baik.

2. Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya

teknologi dan ilmu terbaru.

3. Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya. Proses

identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui konsultasi

dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Identifikasi bahaya juga

berdasarkan masukan dari pihak lain misalnya konsumen atau masyarakat

sekitar.

4. Ketersediaan metoda, peralatan, referensi, data dan dokumen untuk

mendukung kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu sumber informasi

misalnya data kecelakaan yang pernah terjadi baik internal maupun

eksternal perusahaan.

5. Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan

termasuk juga pedoman industri dan data seperti MSDS (Material Safety

Data Sheet) (Ramli, 2010).

HIRARC (Hazard Identification Risk Assasment and Risk Control)

HIRARC adalah serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat

terjadi dalam aktifitas rutin ataupun non rutin di perusahaan kemudian melakukan

penilaian risiko dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

36

tersebut agar dapat diminimalisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan

tujuan dengan tujuan mencegah terjadi kecelakaan. Implementasi K3 dimulai

dengan perencanaan yang baik meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko.

HIRARC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan sehingga

perusahaan nantinya akan menyelesaikan masalahnya sendiri terutama masalah

manajemen (Ramli, 2010). Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di

seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang

mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja.

Tujuan HIRARC. HIRARC merupakan suatu pedoman dalam

mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan mengendalikan risiko memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi semua faktor bahaya yang dapat menyebabkan

kerugian kepada karyawan dan lain-lain.

2. Untuk mempertimbangkan kemungkinan besar risiko yang

membahayakan siapa pun di lingkungan kerja, dan

3. Untuk memungkinkan pengusaha untuk merencanakan,

memperkenalkan dan memantau tindakan pencegahan untuk

memastikan bahwa risiko tersebut cukup dikendalikan setiap saat.

Dalam melakukan perencanaan kegiatan HIRARC kegiatan harus

memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Melihat kondisi

2. Mana bahaya yang tampaknya menjadi ancaman yang signifikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

37

3. Memastikan apakah pengendalian yang ada memadai, dan

4. Dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan perbaikan atau pencegahan.

Langkah-langkah HIRARC. Berikut ini merupakan langkah-langkah

manajemen risiko dengan menggunakan HIRARC :

1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau

tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,

kerusakan atau gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat yang melekat dan

menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Macam macam

kategori bahaya adalah bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis, bahaya

biologis dan bahaya kimia.

Identifkasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk

mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi risiko

merupakan landasan melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Langkah

sederhana adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui pengamatan maka kita

sebenarnya telah melakukan suatu identifikasi bahaya.

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan

kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak

dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat

dijalankan (Ramli, 2010).

berdasarkan pendapat Ramli (2010), identifikasi bahaya memberikan

berbagai manfaat antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

38

a. Mengurangi peluang kecelakaan

Identifkasi bahaya dapat mengurangi terjadinya kecelakaan, karena

identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.

b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi

bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan

kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.

c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi

pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal

bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas

penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan

hasilnya akan lebih efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya

dalam perusahaan. Dengan begitu mereka dapat memperoleh gambaran

mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan.

Sumber identifikasi bahaya dapat diketahui dengan peristiwa atau kecelakaan

yang pernah terjadi, pemeriksaan tempat kerja, melakukan wawancara dengan

pekerja di lokasi kerja, data keselamatan bahan ( material safety data sheet )dan

lainnya.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risiko

yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta dampak yang akan

ditimbulkan. Penilaian risiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu

risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Penilaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

39

risiko digunakan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan

terjadinya (likehood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan (severity) (Ramli,

2010).

Menurut AS/NZS yang dikutip Albert Wijaya, dkk (2015) bahwa tujuan

dari risk assessment adalah memastikan kontrol resiko dari proses, operasi atau

aktivitas yang dilakukan berada pada tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam

risk assessment yaitu likelihood dan severity. Likelihood menunjukkan seberapa

mungkin kecelakaan itu terjadi, severity menunjukkan seberapa parah dampak

dari kecelakaan tersebut. Nilai dari likelihood dan severity akan digunakan untuk

menentukan risk rating. Risk rating adalah nilai yang menunjukkan resiko yang

ada berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi, atau ekstrim. Acuan yang

digunakan untuk melakukan penilaian resiko dapat dilihat pada tabel , tabel 2 dan

tabel 3.

Tabel 2Skala likehood pada standar AS/NZS 4360-2004Tingkat Deskripsi Keterangan5 Almost certain Terdapat ≥ 1 kejadiaan dalam setiap shift

4 Likely Terdapat ≥ 1 kejadian setiap hari

3 Possible Terdapat ≥ 1 kejadian setiap minggu

2 Unlikely Terdapat ≥ 1 kejadian setiap bulan

1 Rare Terdapat ≥ 1 kejadian setiap setahun atau lebih

(Sumber: AS/ANZ 4360-2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

40

Tabel 3 Skala severity pada standar AS/NZS 4360-2004Tingkat Deskripsi Keterangan 1 Insignificant Tidak terjadi cidera, kerugian financial sedikit 2 Minor Cidera ringan, kerugian finansial sedikit 3 Moderate Cidera sedang, perlu penanganan medis, kerugian

financial besar4 Major Cidera berat ≥ 1 orang, kerugian besar, gangguan

produksi5 Catastrophic Fatal ≥ 1 orang, kerugian sangat besar dan dampak

sangat luas, terhentinya seluruh kegiatan(Sumber: AS/ANZ 4360-2004)

Tabel 2Skala risk rating pada standar AS/NZS 4360-2004Frekuensi Risiko Dampak Risiko

1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H E E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H

(Sumber: AS/ANZ 4360-2004)

Keterangan :

1. E : Extreme Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan

pengendalian )

2. H : High Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan

pengendalian )

3. M : Moderate Risk ( perlu tindakan untuk mengurangi risiko)

4. L : Low Risk ( risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

41

3. Pengendalian Risiko (Risk Control)

Pengendalian risiko adalah langkah penting dan menentukan dalam

keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi

akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan

kondisi perusahaan. OHSAS 18001 dalam Ramli (2010) memberikan pedoman

pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan

sebagai berikut :

Gambar 3. Pedoman Pengendalian Risiko

1) Eliminasi

Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber

bahaya. Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus

menjadi pilihan utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya yang

bersifat permanen. Misalnya, lobang dijalan ditutup, ceceran minyak dilantai

dibersihkan, mesin yang bising dimatikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

42

2) Substitusi

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan

peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang

berbahaya atau lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang

masih dapat diterima. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia

berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih

aman. Bahan kimia CFC untuk AC yang berbahaya bagi lingkungan diganti

dengan bahan lain yang lebih ramah terhadap lingkungan.

3) Pengendalian Teknis (Engineering)

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada

di lingkungan kerja. Oleh karena itu, pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan

pemasangan peralatan pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat

diperbaiki secara teknis dengan memasang peredam suara sehingga tingkat

kebisingan dapat ditekan. Pencemaran diruang kerja dapat diatasi dengan

memasang sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi

dengan memasang pagar pengaman.

4) Pengendalian Administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya

dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang

lebih aman, rotasi kerja atau pemeriksaaan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

43

5) Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan

tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun

kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat

dikendalikan, sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (APD). Jadi,

penggunaan APD adalah alternative terakhir yaitu kelengkapan dari segenap

upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi persyaratan

(Suma’mur, 2009) :

a. Enak (nyaman) dipakai

b. Tidak menganggu pelaksanaan pekerjaan

c. Memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang

dihadapi

Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh

yang dilindunginya, maka jenis alat pelindung diri tersebut adalah :

1. Kepala : Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis topi

yaitu topi pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, tutup kepala

2. Mata : Kacamata pelindung ( protective goggles)

3. Muka : Pelindung muka (face shield)

4. Tangan dan jari : Sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari terpisah),

sarung tangan biasa (gloves), pelindung telapak tangan (hand pad), dan

sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve)

5. Kaki : Sepatu pengaman (safety shoes)

6. Alat pernafasan : Respirator, masker, alat bantu penafasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

44

7. Telinga : Sumbat telinga, tutup telinga

8. Tubuh : Pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas,

pakaian kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya

9. Lainnya : Sabuk pengaman.

Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap

bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan

risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat yang

dikenakan sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan

benar sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

45

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Penggunaan metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran mendalam

tentang identifikasi bahaya kecelakaan kerja dengan menggunakan metode

HIRARC di tahapan pembangunan tanggul PT. Pembangunan Perumahan. Studi

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak bulan November 2017 – Agustus 2018 dan

dilakukan di Proyek Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Asahan

PT. Pembangunan Perumahan (persero) Tbk berlokasi kira-kira 190 km (4 jam)

dari Medan, terletak di Kabupaten Asahan – Sumatera Utara. Alasan pemilihan

lokasi karena :

1. Pembangunan tanggul dalam industri konstruksi adalah salah satu pekerjaan

yang memiliki banyak hazard.

2. Masih sangat jarang penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

industri konstruksi tanggul.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak PT Pembangunan Perumahan.

Informan Penelitian

Informan penelitian di ambil dari pihak-pihak yang berkompeten dalam

pelaksanaan proyek, yaitu SHEO (Safety Health Environtment Officer) , SEM

(Site Enginering Manager) dan subkontraktor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

46

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan merupakan pengumpulan data

sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan PT. Pembangunan

Perumahan (Persero) Tbk. Data sekunder yang digunakan ialah hasil HIRARC

tanggal 18 April 2018, laporan berupa gambaran perusahaan, kebijakan

manajemen keselematan dan kesehatan kerja, dokumentasi, dan prosedur operasi

di area proyek.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa HIRARC akan diolah secara deskriptif,

disajikan kedalam bentuk tabel berupa hasil Identifikasi potensi bahaya

berdasarkan komponen HIRARC yang digunakan PT. Pembangunan Perumahan

yaitu , Aktivitas Kerja, Sumber Bahaya, Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

47

Hasil Penelitian

Sejarah Perusahaan PT. Pembangunan Perumahan

PT. Pembangunan Perumahan (Persero) didirikan dengan nama NV.

Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta Notaris No 48 tanggal 26 Agustus

1953. Pada saat itu didirikan PT. PP (Persero) telah dipercaya untuk membangun

rumah bagi para petugas PT Semen Gresik Tbk, anak perusahaan dari BAPINDO

di Gresik. Seiring dengan peningkatan kepercayaan, PT. PP (Persero) menerima

tugas untuk membangun proyek-proyek besar yang berhubungan dengan

kompensasi perang Pemerintah Jepang dibayarkan kepada Republik Indonesia,

yaitu: Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan

Samudera Beach Hotel.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 1961, NV.

Pembangunan Perumahan diubah menjadi PN (Perusahaan Negara) Pembangunan

Perumahan. PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan telah

menyelesaikan bangunan Hotel Indonesia yang terdiri dari 14 lantai dan 427

kamar, yang pada saat itu merupakan bangunan tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1971, PN. Pembangunan

Perumahan berubah statusnya menjadi PT PP (Persero) yang dikuatkan dengan

Akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973. Kegiatan usaha inti perusahaan ini adalah di

bidang jasa konstruksi.

Selama lebih dari 5 (lima) dekade, PT. PP (Persero) telah menjadi pemain

utama dalam bisnis konstruksi nasional, berbagai mega proyek nasional dikelola

dan dikerjakan PT PP (Persero). Pada 1991, PT. PP (Persero) menempuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

48

diversifikasi kegiatan usaha, yakni properti dan realti, di antaranya usaha sewa

ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan usaha realti di kawasan Cibubur.

Selain itu, PT. PP (Persero) juga membentuk beberapa anak perusahaan dengan

menggandeng mitra dari dalam dan luar negeri di antaranya PT. PP-Taisei

Indonesia Construction, PT. Mitracipta Polasarana dan PT. Citra Waspphutowa.

PT. PP (Persero) melaksanakan program EMBO (Employee Management

Buy Out), yaitu pembelian Saham Negara Republik Indonesia untuk program

kepemilikan saham oleh karyawan dan manajemen, dalam hal ini diwakili oleh

Koperasi Karyawan Pemegang Saham PT PP (KSPSPP). Pelaksanaan program

EMBO tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Republik

Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 64 Tahun

2003 tentang Penjualan Saham Milik Negara Republik Indonesia pada Perusahaan

Perseroan (Persero) PT. Pembangunan Perumahan tanggal 31 Desember 2003.

Perjanjian jual beli saham tersebut dilakukan antara Pemerintah Negara Republik

Indonesia dan KKPSPP secara notarial pada 9 Februari 2004. Dengan pelaksanaan

program EMBO tersebut, terjadi perubahan kepemilikan saham Perseroan menjadi

RI sebesar 51% dan KKPSPP sebesar 49%.

Pada tahun ini, Perseroan melaksanakan program Penawaran Umum

Perdana Saham kepada masyarakat (Initial Public Offering/IPO). Pelaksanaan

program IPO PT. PP (Persero) Tbk telah mendapatkan persetujuan dari

Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 76 tahun 2009 tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

49

Negara melalui Penerbitan dan Penjualan Saham Baru pada PT. PP (Persero)

tanggal 28 Desember 2009.

Seiring dengan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Struktur

Kepemilikan Saham Negara, maka pada 9 Februari 2010 Perseroan telah

memenuhi kewajiban pencatatan di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak

tanggal tersebut, saham PT. PP (Persero) Tbk secara resmi telah tercatat dan dapat

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perseroan berhasil menyelesaikan proyek investasi pertama, yaitu

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan daya 65 megawatt di Talang

Duku, Sumatera Selatan. Proyek yang diresmikan oleh Direktur Perusahaan

Listrik Negara (PLN) pada Oktober 2011 ini turut memberikan kontribusi

kebutuhan listrik selama berlangsungnya SEA Games di Palembang. Dengan

demikian, PT. PP (Persero) Tbk kembali menempuh diversifikasi kegiatan usaha,

yakni Engineering, Procurement & Construction (EPC) dan investasi.

Perseroan dipercaya untuk mengerjakan berbagai proyek infrastruktur di

Indonesia di antaranya New Tanjung Priok dengan nilai kontrak Rp8,2 triliun,

salah satu mega proyek PT. PP (Persero) pada tahun ini. Selain itu, Perseroan juga

menangani pembangunan 7 (tujuh) bandar udara selama 2012. Perusahaan

melakukan berbagai aksi korporasi baik finansial maupun operasional, seperti

proses obligasi yang dilakukan pada penghujung 2012.

Akuisisi PT. Prima Jasa Aldo Dua menjadi PT. PP Peralatan. Persiapan

Perusahaan melakukan aksi Korporasi melalui Persiapan Obligasi berkelanjutan

Tahap II. PT. PP Properti Tbk melakukan penawaran umum perdana pada tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

50

19 Mei 2015. Hal ini menandai dicatatkannya saham anak perusahaan PT. PP

(Persero) Tbk dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Aksi Korporasi, Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar 2,25 triliun, dan

Spin Off 2 (dua) Divisi Bisnis menjadi Anak Perusahaan, Divisi Bisnis Energi

Menjadi PT. PP Energi dan Divisi Bisnis Infrastruktur menjadi PT. PP

Infrastruktur. (Profil PT.Pembangunan Perumahan)

Gambaran Umum Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 PT. Pembangunan Perumahan

Proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2 adalah salah satu

proyek yang sedang berlangsung saat ini. Lokasi proyek kira-kira 190 km atau

perjalanan 4 jam dari Medan berada di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

Lokasi proyek dikenal sebagai daerah yang rawan banjir, banjir akan menyulitkan

akses untuk kekota dikarenakan jalan tergenang dan banjir juga memasuki rumah

warga, oleh karena itu dilakukan pembangunan tanggul agar bisa menahan

tingginya permukaan air yang menyebabkan banjir.

Pekerjaaan yang termasuk pada proyek yaitu, pembangunan tanggul

sungai Asahan kiri sepanjang 10 km, pembuatan shortcut Slincing – Daud –Jaksa

sepanjang 1,6 km, pembuatan pintu pengendali dan pompa 1 buah, perbaikan alur

dan proteksi jembatan (jembatan Bandar Jepang, Jembatan Bandar Daud,

jembatan Bandar Jaksa), pekerjaan jalan masuk sepanjang 8 km, pekerjaan

pembuatan rumah jaga dan rumah panel diesel engginer. Pekerjaan yang

dilakukan banyak menggunakan alat berat seperti escavator, bulldozer, water

tank, dump truck, vibratory roller, crawl crane.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

51

Waktu kerja proyek yaitu 37 bulan untuk pelaksanaan, 12 bulan untuk

pemeliharan terhitung dari awal tahun 2016.

Visi. PT. Pembangunan Perumahan memiliki visi yaitu Menjadi

perusahaan konstruksi dan investasi terkemuka serta berkelanjutan di Asia

Tenggara.

Misi. Untuk mewujudkan visi tersebut perusahaan memiliki misi sebagai

berikut:

1. Menyediakan jasa konstruksi dan EPC serta melakukan investasi berbasis

Good Corporate Governance,Manajemen QSHE, Manajemen Risiko dan

Green Concept yang mengutamakan kepuasan pelanggan dan

berkelanjutan.

2. Mengembangkan Strategi Sinergi Bisnis untuk menciptakan daya saing

yang tinggi dan nilai tambah yang optimal kepada pemangku kepentingan.

3. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Unggul dengan proses Pemenuhan,

Pengembangan dan Penilaian yang berbasis pada Budaya Perusahaan.

4. Optimalisasi Knowledge Management untuk mencapai Kinerja Unggul

yang Berkelanjutan.

5. Mengembangkan Strategi Korporasi melalui penguatan Keuangan untuk

meningkatkan Ekuitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

52

Struktur organisasi PT. Pembangunan Perumahan. Struktur

Organisasi PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk sebagai berikut

berdasarkan SK Direksi No.154/SK/DIR/PP/2016 pada tanggal 6 Desember 2016.

Gambar 4. Struktur perusahaan PT PP (Persero) Tbk

Struktur organisasi proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket

2 PT. Pembangunan Perumahan. Struktur proyek pengendalian banjir sungai

Asahan paket 2 PT pembangunan perumahan di kepalai oleh Project Manager.

Pada struktur organisasi kedudukan Safety Health Environtment Officer (SHEO)

berada langsung dibawah Project Manager. Struktur organisasi dapat dilihat pada

gambar 4.2 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

53

Gambar 5. Struktur organisasi proyek

Project Manager

Quality Control Officer

Pengendalian Operasional

Proyek

Laborat

Ass. Laborat

Logistik Peralatan

Site Operasional Manager

Site Administrasi

Manager

Site Enginering Manager

General Superintendent

General Superintendent

Mekanikal Elektrikal

Ass. Pelaksana

Ass. Survey

General Affair Officer

StaffAkutansi

Office BoySurveyor

Staff Pelaksana

Ass. Logistik

Quantity Surveyor

Metode

Staff Teknik

Drafter

Drafter

P.P.D

Penerima Barang

Penerima Barang

Penerima Barag

Penerima Barang

Ass. Peralatan

Safety Health Environmental

Officer

Safety Supervisior

Adm. SHEGeneral Superintendent

General Superintendent

Staff Pelaksana

Surveyor

Surveyor

Ass. Survey

Ass. Survey Ass. Survey

Office Boy

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

54

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pengendalian

risiko serta lingkungan. Perusahaan telah menetapkan kebijakan K3 sebagai

acuan setiap proyeknya termasuk Kebijakan K3 yang digunakan pada proyek

pengendalian banjir sungai Asahan adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan terhadap terjadinya cedera dan sakit akibat kerja

2. Perbaikan yang berkesinambungan terhadap Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Pengelolaan Lingkungan dengan melibatkan pihak terkait

3. Peduli akan Lingkungan Kerja yang Sehat dan mempertimbangkan

Dampak Lingkungan dalam setiap kegiatan kerja

4. Penggunaan Sumber Daya yang efisien dalam setiap aktivitas untuk ikut

menjaga kelestarian Alam

5. Penerapan Sistem Manajemen SHE (Safety Health Environtment)

mengikuti peraturan-peraturan dan persyaratan yang berlaku

Program kerja SHE (Health Safety Environtment). Program kerja

SHE pada proyek pengendalian banjir Sungai Asahan adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan SHE

Perencanaa SHE sebagai Petunjuk / gambaran pelaksanaan SHE : IBPR

(Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko), IPPAL (Identifikasi,

Pengendalian dan Pemantauan Aspek Lingkugan) di area proyek.

2. Target

Target SHE adalah mengoptimalkan Keselamatan dan kesehatan kerja

sehingga tercapainya zero accident.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

55

3. SHE induction

Pengarahan SHE, Housekeeping dan Lingkungan serta ketertiban proyek

kepada pekerja baru sebelum melakukan pekerjaan.

4. Surat Izin Bekerja (SIB)

Check List Sebelum Bekerja sebagai syarat untuk bekerja seperti APD,

APK & Lingkungan Kerja tiap-tiap Jenis Pekerjaan, perlokasi, perhari untuk

pekerja, subkontraktor & mandor.

5. SHE Talk

Pengarahan tentang SHE kepada seluruh pekerja, subkontraktor, mandor &

personil PP.

6. SHE patrol dan inspeksi SHE

Inspeksi yang dilakukan untuk memonitor pelaksanaan SHE dan untuk

menjaga konsistensi penerapan SHE diproyek.

7. SHE meeting

Meeting untuk membahas masalah yang mungkin terjadi dan tindakan

perbaikannya

8. PSRS dan Assesment Online

Sistem laporan harian seluruh item SHE & diinput ke PP On Line setiap

bulannya.

9. Training SHE

Training tentang SHE kepada karyawan, mandor, subkontraktor tentang

dasar-dasar SHE, P3K, cara pemadaman api, tanggap darurat, dll.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

56

10. Environmental dan Green

Test kebisingan, getaran, ambient, emisi & manajemen sampah.

11. Audit SHE

Audit intern proyek implementasi dan monitoring penerapan SHE.

Jadwal program SHE. Jadwal program SHE yang dilaksanakan pada

proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2 PT. Pembangunan Perumahan.

Tabel 5Jadwal program HSE

NO KEGIATAN PESERTA PERIODE WAKTU

1 SHE INDUCTION SHEO & SS Setiap waktu jika ada Pekerja baru

2 SHE PATROL PM, SOM, SEM, SHEO, SS, GSP, Peralatan, Subkont, Mandor

Setiap hari & sesuai jadwal

09.00 s/d 11.00

3 SHE INSPECTION PM, SOM, SEM, SHEO, GSP, SP, Subkont, Mandor

1 Minggu sekali hari Senin

09.00 s/d 11.00

4 SHE MEETING SHEO, SOM, SEM, SAM, GSP, SP,Peralatan, Subkont, Mandor

1 Minggu sekali hari Selasa

19.30 s/d 21.00

5 SHE TALK Staff PP, Seluruh Pekerja, Mandor & Subkont

1 Minggu sekali hari Jumat

07.30 s/d 08.00

6 TRAINING SHE Seluruh staff & pekerja, disesuaikan dengan materi training

Sesuai jadwalMin. 2 x sebulan

(Dapat bersamaan saat SHE TALK)

7 AUDIT SHE Seluruh personel proyek

Sesuai jadwal Audit Internal maupunExternal

(Sumber :PT.Pembangunan Perumahan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

57

Tahapan Pembangunan Tanggul Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 PT. Pembangunan Perumahan

Secara umum tahapan pembangunan tanggul melalui beberapa tahap dari

awal hingga pekerjaan timbunan. Sesuai dengan uraian pada latar belakang.

Terdapat dua tahapan pekerjaan pada pembangunan tanggul Sungai Asahan,

adapun tahapan pekerjaan tersebut :

Tahapan pekerjaan pemancangan concrete sheet pile. Pekerjaan

pemancangan concrete sheet pile menggunaan material sheet pile (tiang

pancang). Sebelum pengaadan tiang pancang lahan yang akan digunakan

dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan lahan yang akan dijadikan tempat

persediaan tiang pancang (stockyard) menggunakan alat bulldozer dan dibantu

dengan tenaga manusia. Pembuatan jalan akses ke lokasi pengadaan

menggunakan material lime stone kemudian dipadatkan menggunakan alat

sheepfoot roller. Selanjutnya dilakukan analisa kedalaman pemancangan sheet

pile berdasarkan type sheet pile yang dipakai dan data tanah hasil soil

investigation. Setelah itu dilakukan pengukuran area pemancangan tiang pancang

untuk menentukan titik yang akan dipancang sesuai dengan gambar yang telah di

setujui serta dilakukan pekerjaan galian untuk memudahkan mobilisasi / tiang

pancang dan sebagai dudukan crane. Untuk mendapatkan hasil pemancangan

yang lurus, dibantu dengan pemasangan guide beam yang terdiri dari H-BEAM

& UNP yaitu besi penyangga yang berbentuk huruf H dan huruf U. Material

tiang pancang dipasang ditengah guide beam menggunakan crawler crane, lalu

ditancapkan kedalam tanah menggunakan pile driver hammer. Dikarenakan

setiap kepadatan tanah tidak sama, maka dilakukan pemotongan sisa tiang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

58

pancang menggunakan alat bobok hammer dan tenaga manusia untuk meratakan

tinggi tiang pancang sesuai yang sudah ditentukan. Setelah dilakukan

pemotongan, kemudian dipasang bekisting caping beam bawah dengan material

plat besi atau phenol film 12 mm Setelah pemasangan bekisting selesai,

Pengecoran capping beam dapat dilakukan dengan truck mixer dan dibantu

tenaga manual (manpower). Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting

kolom frame revetment dilanjutkan pekerjaan pengecoran beton, pemasangan

batu muka sebagai badan dari frame beton revetment dan pekerjaan pemasangan

bekisting balok frame revetment. Selesai bekisting dipasang pengecoran balok

frame revetment dengan mutu beton K-225 dapat dilakukan menggunakan truck

mixer dan alat bantu talang cor dan pekerjaan batu muka secara keseluruhan

sebagai isian frame beton revetment atau sebagai badan dari revetment tersebut.

Tahap selanjutnya dalah pekerjaan timbunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

59

Gambar 6. Pemancangan concrete sheet pile

Tahapan pekerjaan timbunan. Pekerjaan penimbunan dimulai dari

pengambilan tanah dari quarry (tempat pengambilan tanah) menggunakan

excavator , tanah yang digali dipindahkan ke mobil dump truck lalu diangkut

menuju lokasi timbunan melewati jalan umum , setelah sampai dilokasi tanah

dibongkar lalu kemudian tanah dihamparkan secara merata menggunakan

bulldozer, penghamparan tanah dilakukan lapis demi lapis kelokasi yang akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

60

ditimbun. Setelah penghamparan selesai, tanah dipadatkan menggunakan vibro

roller. Setelah mencapai elevasi tanggul rencana maka slope tanggul dibentuk dan

dirapikan dengan excavator dengan kemiringan yang sudah ditentukan, sisa tanah

dari perapihan slope dibuang ke disposal area.

Gambar 7. Pengambilan tanah dari quarry

Cara Penilaian Risiko PT. Pembangunan Perumahan pada Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2

Penilaian risiko yang dilakukan pada proyek pengendalian banjir sungai

Asahan paket 2 menggunakan matrix risk rating sesuai dengan Work Intruction

PT. Pembangunan Perumahan. Pada matrix terdapat nilai yang menunjukkan

tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja (likelihood) dan tingkat

keparahan akibat kecelakaan kerja (severity). Untuk melihat tingkat kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja dan keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 1

sampai dengan 5. Setelah diketahui nilai tingkat kemungkinan kecelakaan kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

61

dan nilai tingkat keparahan akibat kecelakaan kerja, nilai kemungkinan

(likelihood) dan nilai keparahan (severity) dikalikan untuk menentukan tingkat

risiko pada proses pekerjaan proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2.

Risk Rating (RR)

Risk Matrix

Severity

1 2 3 4 5

Likelihood

1 1 2 3 4 5

2 2 4 6 8 10

3 3 6 9 12 15

4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

KeyL= Likelihood

S= Severity

Rating L x S

15 to 25 = High

8 to 12 = Medium High

4 to 6 = Medium Low

2 to 3 = Low

1 = Insignificant(sumber: PT. Pembangunan Perumahan)

Gambar 8. Matrix penilaian risiko

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Proyek Pengendalian Banjir Sungai Asahan Paket 2 yang dilakukan PT. Pembangunan Perumahan

Identifikasi bahaya dilakukan dengan memperhatikan interaksi antara

pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. Untuk mempermudah dalam

mengidentifikasi bahaya pada setiap proses, PT. Pembangunan Perumahan

menggunakan HIRARC (Hazard identification, risk assasment & Risk control)

sehingga setiap proses pada pekerjaan tanggul diuraikan. Kemudian dari setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

62

tahapan tersebut dapat diidentifikasi bahaya keesehatan dan keselamatan kerja

secara sistematis.

Setelah dilakukan identifikasi bahaya dengan mengurutkan secara

sistematis tahapan pekerjaan dan mendapatkan potensi bahaya yang terdapat

dalam setiap tahapan tersebut, lalu dilakukan penentuan tingkat risiko dengan

melakukan analisa risiko yakni memberikan penilaian terhadap keparahan

(severity) dan kemungkinan (likelihood).

Identifikasi bahaya pada pemancangan concrete sheet pile. Berikut ini

hasil HIRARC pada tahapan pekerjaan pemancangan concrete sheet pile diproyek

pengendalian banjir sungai Asahan Paket 2 yang dilakukan PT. Pembangunan

Perumahan :

Tabel 6Identifikasi Bahaya pada Pemancangan Concrete Sheet Pile

(continued)

Identifikasi Potensi Bahaya Penilaian Risiko

No Tahapan Pekerjaan

Sumber Bahaya

Potensi Bahaya L S RR

1. Pemancangan concrete sheet pile

Penggunaan Mobile Crawler Cranes

1. Terjungkir akibat kelebihan beban, kurangnya penopang atau kesalahan operator

2 5 Medium High

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

63

Tabel 6

(continued)

Identifikasi Potensi Bahaya Penilaian Risiko

No Tahapan Pekerjaan

Sumber Bahaya

Potensi Bahaya L S RR

1. Pemancangan concrete sheet pile

Penggunaan Mobile Crawler Cranes

2. Jatuhnya beban akibat kegagalan gigi pengangkat

3. Cedera terjebak / cedera terbentur

4. Kontak dengan saluran listrik di ketinggian

5. Terpukul alat berat

2

2

2

2

5

5

5

5

Medium High

Medium High

Medium High

Medium High

Pengadaaan Standar Alat Pengangkatan & Aksesoris Pengangkatan

1. Cedera fisik atau kerusakan karena kegagalan selama pekerjaan misalnya selama pekerjaan mengangkat

2 5 Medium High

Pengoperasian peralatan oleh personil yang tidak berkompeten

1. Cedera personil atau kerusakan karena kesalahan operator

1 5 Medium Low

Kurangnyakoordinasi pekerjaan pegangkatan

1. Tertabrak alat berat

2. Terpukul alat berat

3

3

5

5

High

High

Penggunaan sling / teknik rigging yang tidak aman

1. Tertimpa material akibat tali sling putus

1 5 Medium Low

Bekerja dalam kondisi gelap

1. Kecelakaan 1 4 Medium Low

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

64

Tabel 6

(Sumber: Proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2 PT. Pembangunan Perumahan)

Keterangan :

Likehood (L)

1. Mungkin tidak akan pernah terjadi (sekali dalam sepuluh tahun)

2. Mungkin terjadi dalam 5 tahun

3. Mungkin terjadi setahun sekali

4. Mungkin terjadi sebulan sekali

5. Mungkin terjadi seminggu sekali atau sering

Severity (S)

1. Tidak terjadi cidera, kerugian finansal sedikit

2. Cidera ringan, kerugian financial sedikit

3. Cidera sedang, perlu medis, kerugian financial besar

4. Cidera berat ≥ 1 orang, kerugian besar, gangguan produksi

5. Fatal ≥ 1 orang, kerugian sangat besar dan dampak luas, terhentinya seluruh

kegiatan.

Identifikasi Potensi Bahaya Penilaian Risiko

No Tahapan Pekerjaan

Sumber Bahaya

Potensi Bahaya L S RR

1. Pemancangan concrete sheet pile

Bekerja dekat dengan mesin yang bergerak

1. Kontak dengan mesin

2 4 Medium High

Penggunaan generator

1. Luka bakar2. Keracunan

karbon monoksida

3. Tersengat listrik

4. Ketulian

1

1

1

1

4

4

4

3

Medium Low

Medium low

Medium Low

Low

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

65

Pada tahapan pemancangan concrete sheet pile teridentifikasi 8 sumber

bahaya, dimana ditemukan 16 potensi bahaya. Hasil penilaian risko didapat

tingkat risiko dengan kategori Low (6%), Medium Low (44%), Medium High

(39%), High (11%).

11%

39%44%

6%

Persentase Tingkat Risiko pada TahapanPemancangan Concrete Sheet Pile

High

Medium High

Medium Low

Low

Gambar 9. Persentase tingkat risiko pada tahapan pemancangan concrete sheet pile

Identifikasi bahaya pada pekerjaan timbunan. Berikut ini hasil

HIRARC pada tahapan pekerjaan timbunan diproyek pengendalian banjir sungai

Asahan Paket 2 yang dilakukan PT. Pembangunan Perumahan :

Tabel 7Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Timbunan

(continued)

Identifikasi Potensi Bahaya Penilaian Risiko

No Tahapan Pekerjaan

Sumber Bahaya

Potensi Bahaya L S RR

1. Pengambilan tanah di quarry

Penggunaan excavator

1. Terjungkirakibat kelebihan beban, bekerja dilereng

2 5 Medium High

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

66

Tabel 7Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

NoTahapan Kerja

Sumber Bahaya

Potensi BahayaL S RR

1 Pengambilan tanah di quarry

Penggunaan excavator

2. Tergelincir/terjatuh ketika mendaki masuk atau keluar kabin

3. Tertimpa bucket yang lepas

4. Tekanan cairan, elektris dari transmisi tenaga

5. Terpukul ayunan bucket

6. Tertabrak7. Kebisingan

dan getaran

2

2

2

2

2

2

4

4

4

4

4

4

Medium High

Medium High

Medium High

Medium High

Medium High

Medium High2 Mengangkut

tanah kelokasi pembuangan

1. Mobil 2. damntruck

melewati jalan umum

3. Badan jalan rusak

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Tersengat kabel listrik

3. Damntruck terbalik/terperosok

2

2

4

5

5

2

Medium High

Medium High

Medium High

3 Penghamparan dan pemadatan tanah

Penggunaanbulldozer danVibro roller

1. Tertabrak2. Tergelincir/jat

uh saat mendaki masuk atau keluar kabin

3. Getaran4. Terjungkir

saat bekerja dilereng

1

1

1

1

5

3

2

5

Medium Low

Medium Low

Low

Medium Low

(Sumber: Proyek pengendalian banjir sungai Asahan paket 2 PT. Pembangunan Perumahan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

67

Keterangan :

Likehood (L)

1. Mungkin tidak akan pernah terjadi (sekali dalam sepuluh tahun)

2. Mungkin terjadi dalam 5 tahun

3. Mungkin terjadi setahun sekali

4. Mungkin terjadi sebulan sekali

5. Mungkin terjadi seminggu sekali atau sering

Severity (S)

1. Tidak terjadi cidera, kerugian finansal sedikit

2. Cidera ringan, kerugian financial sedikit

3. Cidera sedang, kehilangan waktu 1-5 hari, perlu medis, kerugian financial besar

4. Cidera berat ≥ 1 orang, kehilangan waktu lebih dari 5 hari, kerugian besar

5. Fatal ≥ 1 orang, kerugian sangat besar dan dampak luas, terhentinya seluruh

kegiatan.

Pada tahapan pekerjaan timbunan teridentifikasi 4 sumber bahaya, dimana

ditemukan 14 potensi bahaya. Hasil penilaian risiko didapat tingkat risiko dengan

kategori Low (8%), Medium Low (21%), dan Medium High (71%).

71%

21%

8%

Persentase Tingkat Risiko pada Tahapan Pekerjaan Timbunan

Medium High

Medium Low

Low

Gambar 10. Persentase tingkat risiko pada tahapan pekerjaan timbunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

68

Pembahasan

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Tahapan Pemancangan Concrete Sheet Pile

Pada tahapan pemancangan concrete sheet pile terdapat sumber bahaya

yang mengakibatkan potensi bahaya yaitu :

1. Penggunaan Crawler Crane

Crawler crane merupakan pesawat pengangkat material yang biasa

digunakan pada lokasi proyek pembangunan dengan jangkaun yang tidak terlalu

panjang. Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360 Derajat.

Dengan roda rantai baja (crawler) maka crane tipe ini dapat bergerak didalam

lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Sumber tenaga crane diperoleh dari

mesin diesel yang terpasang dari mesin tersebut. Kemudian disalurkan ke

peralatan-peralatan lain yang juga terpasang pada konstruksi rangka mesin

tersebut melalui transmisi rantai dan transmisi roda gigi dan menghasilkan energi.

Pada proses pemancangan concrete sheet pile penggunakan crawler crane

menyebabkan potensi bahaya yaitu terjungkir akibat kelebihan beban material dan

kurangnya penopang. Hal ini disebabkan karena tidak seimbangnya antara beban

material yang terlalu berat dengan berat penopang. Selain itu, berat crawler crane

juga dapat menyebabkan tanah dipinggiran sungai sebagai bantaran crawler crane

longsor, sehingga berpotensi crawler crane terjungkir kesungai dan menyebabkan

pekerja sebagai operator crane cedera dan terjebak didalamnya crawler crane.

Selain itu potensi bahaya jatuhnya material akibat kegagalan gigi

pengangkat. Hal ini disebabkan kerusakan pada roda gigi pengangkat yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

69

berfungsi sebagai penahan dan pengatur ketinggian material yang di angkat dan

pengoperasian alat berat oleh personil yang tidak berkompetan. Potensi bahaya

pada kegagalan gigi dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti pekerja tertimpa

material. Tidak seimbangannya beban material dengan berat penopang dan

kegagalan gigi pengangkat yang dioperasikan oleh personil yang tidak

berkompeten adalah bentuk dari tindakan tidak aman (unsafe act) karena pekerja

tidak memeriksa dengan benar kelayakan roda gigi yang akan digunakan.

Menurut Ashfal (1999) proses terjadinya kecelakaan kerja 88%

disebabkan oleh tindakan-tindakan tidak aman (unsafe act), sebesar 10% kondisi

yang lingkungan kerja tidak aman (unsafe condition) dan 2% merupakan faktor

alam (act of God).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

70

Gambar 11. Pekerja berada dibawah material Penggunaan crawler crane pada proses pemancangan sheet pile juga

menyebabkan potensi bahaya kontak dengan saluran listrik di ketinggian. Hal ini

disebabkan banyaknya instalasi listrik karena lokasi proyek berada di daerah

pemukiman warga. Selain itu permukaaan crane yang kasar dan tajam dapat

membuat kabel listrik menjadi terkelupas ketika terkena gesekan dari crane

sehingga pekerja operator yang berada didalam crane berisiko tersengat listrik

karena hampir semua bagian dari crane merupakan konduktor listrik.

Menurut ILO (2013), arus kejut listrik yang mengenai tubuh dapat

menimbulkan berhentinya fungsi jantung serta menghambat pernapasan, panas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

71

yang ditimbulkan dapat menyebabkan kulit atau tubuh terbakar, menimbulkan

pendarahan serta gangguan saraf dan gerakan spontan akibat terkena arus listrik,

dapat mengakibatkan cedera lain seperti terjatuh atau terkena/ tersandung benda

lain.

Berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan PT. Pembangunan

Perumahan, tingkat risiko penggunakan crawler crane dikategorikan Medium

High yang berarti kategori ini cukup berbahaya sehingga memerlukan

pengendalian khusus. Nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan pada penggunaan

crawler crane diberi nilai 2 yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 5

tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi niai 5 yang berarti

fatal, kerugian sangat besar dan hingga memakan korban jiwa. Perusahaan telah

melakukan pengendalian seperti personel diperingatkan mengenai bahaya

terperangkap dan bahaya benda jatuh, seperti personel yang tidak diijinkan di

bawah beban dan beban kerja aman ditandai di kabin dan indikator beban

terpasang. Perusahaan juga telah melakukan uji kepadatan tanah (soil

investigation) sebelum melakukan pekerjaan agar tanah yang digunakan sebagai

bantaran alat berat tidak longsor dan mengakibatkan kecelakaan.

2. Pengadaan Standar Alat Pengangkatan dan Aksesoris Pengangkatan

Pengadaan standar alat pengangkatan dan aksesoris pengangkatan

menyebabkan potensi bahaya kegagalan selama pekerjaan misalnya kerusakan

selama pekerjaan mengangkat. Hal ini bisa disebabkan karena penggunaan

peralatan yang tidak standar seperti tali sling yang digunakan untuk mengangkat

material sudah lama atau palsu atau alat yang digunakan sudah lama tetapi dijual

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

72

sebagai baru, atau alat berat yang digunakan tidak memiliki sertifikat kelayakan

beroperasi. kondisi ini dapat mengakibatkan pekerja mengalami cedera fisik sepeti

terbentur material dan tertimpa material karena ada kerusakan peralatan selama

pekerjaan. Alat-alat berat yang digunakan PT. Pembangunan Perumahan disewa

dari pihak ke-3, untuk itu perlunya pengawasan dari pihak PT. PP untuk

memeriksa terlebih dahulu apakah alat yang akan digunakan sudah memenuhi

standar atau tidak. Kurangnya pengawasan terhadap pemasok alat berdampak

negatif, dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dikarenakan alat yang

digunakan rusak saat bekerja.

Perusahaan telah melakukan pengendalian dengan memeriksa dengan

benar item yang masuk untuk mengkonfirmasi tidak ada barang yang palsu atau

barang rekondisi telah dijual sebagai baru. Akan tetapi, Perusahaan harus lebih

detail lagi memeriksa alat-alat yang digunakan dan memeriksa surat-surat

kelayakan beroperasi seperti KIR untuk kendaraan bermotor dan SIA (sertfikat

izin alat) untuk alat berat.

Berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan PT. Pembangunan

Perumahan, tingkat risiko pengadaan standar alat pengangkatan dan aksesoris

pengangkatan dikategorikan Medium High, dengan nilai kemungkinan terjadinya

kecelakaan diberi nilai 2 yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 5

tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi niai 5 yang berarti

fatal, kerugian sangat besar dan hingga memakan korban jiwa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

73

3. Kurangnya Koordinasi Pekerjaan Pengangkatan

Kurangnya koordinasi pekerjaan pengangkatan menyebabkan potensi

bahaya tertabrak dan terpukul alat berat serta material. Hal ini disebabkan

kelalaian dan tidak fokus pekerja pada saat bekerja. Pekerjaan pemancangan

dilakukan diarea terbuka, oleh karena itu panas matahari memmpercepat reaksi

tubuh melemah, mengakibatkan kelelahan pada pekerja yang membuat pekerja

kurang fokus pada saat pekerja.

Kurangnya koordinasi antara pekerja termasuk tindakan yang tidak aman.

Pekerja yang bertugas memegang langsung material yang berdiri tepat dibawah

material untuk mengarahkan material agar tepat masuk kelubang pressing dapat

mmengakibatkan kecelakaan kerja yang sangat fatal seperti tertabrak alat berat,

terpukul karena ayunan crane dan terpukul material. Dampak dari kecelakaan

tersebut dapat mengakibatkan pekerja mengalami kecacatan permanen, hingga

kehilangan nyawa.

Menurut H.W. Heinrich dalam terjadinya kecelakaan kerja dipengaruhi

oleh 2 (dua) penyebab langsung yaitu unsafe action (tindakan tidak aman) dan

unsafe condition (kondisi tidak aman). Tindakan tidak aman adalah suatu tindakan

yang tidak memenuhi keselamatan sehingga berisiko menyebabkan kecelakaan

kerja (Ramli, 2010).

Dalam penelitian Iwan dkk (2016), Hasil penelitian membuktikan bahwa

tindakan tidak aman dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman berhubungan

signifikan dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi. Hasil

penelitian ini semakin menguatkan kesimpulan sebelumnya yang dilakukan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

74

Chi dkk yang menyimpulkan perilaku tidak aman dalam bekerja dan kondisi

lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja dan

keparahan kecelakaan kerja pada pekerja Industri Konstruksi.

Dalam penilaian risiko yang dilakukan PT. Pembangunan Perumahan,

tingkat risiko kurangnya koordinasi pekerjaan pengngkatan dikategorikan High

yang berarti sangat berbahaya dan memerlukan pengendalian khusus, dengan nilai

kemungkinan terjadinya kecelakaan diberi nilai 3 yang berarti kecelakaan kerja

mungkin terjadi dalam 1 tahun sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja

diberi niai 5 yang berarti fatal, kerugian sangat besar dan hingga memakan korban

jiwa serta berhentinya seluruh kegiatan. Kegiatan ini dikategorikan High karena

alat berat yang digunakan ialah semi otomatis yang berarti memerlukan tenaga

manusia yang memaksa pekerja harus bekerja langsung berada di bawah material

dan kontak dengan material untuk mengarahkan material ke lubang pressing

seperti pada Gambar 11. Oleh karena itu, Perusahaan hanya bisa melakukan

pengendalian dengan memberikan instruksi rencana pengangkatan lengkap

dengan jadwal secara umum yang telah disiapkan dan diawasi oleh SHE agar

pekerja tetap bekerja sesuai SOP dan memberikan surat peringatan apabila ada

pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

4. Penggunaan Sling (Tali Baja) / Teknik Rigging yang Tidak Aman

Penggunaan sling / teknik rigging yang tidak aman menyebabkan potensi

bahaya tertimpa material. Hal ini disebabkan karena sling yang digunakan untuk

mengangkat material tidak sengaja terputus dan penggunaan teknik rigging yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

75

tidak aman dapat mengakibatkan sling terlepas. Terputus dan terlepasnya sling

dapat mengakibatkan pekerja tertimpa material.

Perusahaan telah melakukan pengendalian dengan selalu menggunakan tali

alat bantu setiap melakukan pengangkatan. Dalam penilaian risiko yang dilakukan

PT. Pembangunan Perumahan, tingkat risiko penggunaan sling dikategorikan

Medium Low, dengan nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan diberi nilai 1 yang

berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 10 tahun sekali dan nilai

keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 5 yang berarti fatal, kerugian sangat

besar dan hingga memakan korban jiwa serta berhentinya seluruh kegiatan.

Sesuai dengan teori Hakim (2001), selain melakukan pengawasan pekerja,

perlu juga adanya identifikasi dan evaluasi bahaya terhadap potensi bahaya di

tempat kerja dengan melakukan pengawasan terhadap mesin-mesin, peralatan

kerja dan bahan berbahaya lainnya.

5. Penggunaan Generator

Fungsi generator pada proses pemancangan concrete sheet pile adalah

sebagai sumber listrik disaat bekerja pada malam hari. Penggunaan generator

berada di area ter buka menyebabkan potensi bahaya tersetrum listrik dan

kebakaran. Hal ini disebabkan bahan bakar generator menggunakan solar yang

mudah tersambar oleh api, selain itu pekerja dapat tersetrum listrik apabila

menghidupkan generator dalam keadaan basah dan genangan air di sekitar

generator akibat hujan dapat mengakibatkan pekerja yang tidak sengaja melintas

tersetrum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

76

Perusahaan telah melakukan pengendalian dengan selalu menggunakan tali

alat bantu setiap melakukan pengangkatan. Dalam penilaian risiko yang dilakukan

PT. Pembangunan Perumahan, tingkat risiko penggunaan sling dikategorikan

Medium Low, dengan nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan diberi nilai 1 yang

berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 10 tahun sekali dan nilai

keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 4 yang berarti cedera berat,

kerugian sangat besar dan cacat permanen.

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Tahapan Pekerjaan Timbunan

Pada tahapan pekerjaan timbunan terdapat sumber bahaya yang

mengakibatkan potensi bahaya yaitu :

1. Penggunaan Excavator

Pada proses pengambilan tanah di quarry, penggunaan excavator

menyebabkan potensi bahaya yaitu terpeleset/terjatuh ketika mendaki masuk atau

keluar kabin. Hal ini disebabkan tingginya kabin escavator dan pekerja sebagai

operator tidak hati-hati saat mendaki masuk, keadaan tanah yang basah setelah

hujan juga dapat menjadi faktor pekerja terpeleset karena alas kaki yang

digunakan licin.

Potensi bahaya selanjutnya yaitu escavator yang digunakan terjungkir. Hal

ini disebabkan proses pengambilan tanah dilakukan di permukaan tanah berbukit

atau lereng. Berat excavator memperbesar kemungkinan terjadinya potensi bahaya

excavator terjungkir karena tanah yang dilalui tidak dapat menahan beban dan

menyebabkan longsor. Kondisi ini dapat menyebabkan pekerja sebagai pemberi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

77

aba-aba (signaler) yang sedang berada disekitar excavator tertimbun atau terjebak

karena longsoran tanah.

Gambar 12. Tahapan pengambilan tanah di quarry

Selain itu penggunaan excavator juga berpotensi menyebabkan pekerja

terpukul ayunan alat keruk (bucket). Hal ini disebabkan kurangnya koordinasi

antara signaller dengan operator pengoperasi escavator. Bucket yang digunakan

untuk menggali tanah juga dapat terlepas tidak sengaja, terlepasnya bucket

menyebabkan potensi bahaya tertimpa bucket. Hal ini disebabkan kurangnya

perawatan peralatan setelah digunakan. Kesalah pahaman antara pekerja juga

dapat mengakibatkan pekerja signaller tertabrak, terutama saat escavator bergerak

mundur.

Berikut adalah potensi-potensi bahaya pada saat pengoperasian excavator,

dari resiko paling ringan hingga fatality, yaitu disaat:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

78

1. Bergerak (moving). Pergerakan excavator berpotensi menabrak perja /

pejalan kaki (pedestrian) terutama saat bergerak mundur.

2. Berbelok / memutar (slewing). Excavator sering sekonyong-konyong

bergerak memutar yang berpotensi menjebak / menggencet seseorang

antara excavator dan struktur atau kendaraan / benda tetap lain.

3. Sedang bekerja (working). ketika bucket bergerak atau attachment lainnya

dapat berpotensi menabrak / membentur / menyerang seseorang atau

pejalan kaki atau juga ketika bucket secara tidak sengaja jatuh terlepas dari

excavator.

Dari pengalaman di lapangan bisa jadi korban akibat hal-hal diatas adalah

crew dari excavator itu sendiri misal pemberi aba-aba (signaller).

(Sekolahaja.com).

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak

dikehendaki, yang mengacaukan proses aktifitas yang telah diatur, dan terdapat

empat faktor bergerak dalam suatu bagian berantai yakni: lingkungan, bahaya,

peralatan dan manusia.(Santoso,2004)

Menurut teori Frank Bird (1989), dalam proses terjadinya kecelakaan

terkait empat unsure produksi yaitu People, Equipment, Material, Environtment

(PEME) yang saling berinteraksi dan bersama-sama meghasilkan suatu produk

atau jasa. Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi

kontak antara manusia dengan alat, material, dan lingkungan ia berada.

Dalam penilaian risiko yang dilakukan PT. Pembangunan Perumahan,

tingkat risiko pada penggunaan escavator dikategorikan Medium High, dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

79

tingkat kemungkinan terjadinya kececelakan diberi nilai 2 yang berarti kecelakaan

kerja mungkin terjadi dalam 5 tahun sekali dan tingkat keparahan akibat

kecelakaan kerja diberi nilai 4 yang berarti cedera berat, kerugian besar dan

gangguan pada pekerjaan. Perusahaan telah melakukan pengendalian dengan

semua pekerjaan harus diawasi dan diperiksa dan dimonitor untuk memastikan

memenuhi prosedur kerja yang aman baik oleh pekerja maupun operative proyek.

2. Mobil Damntruck melewati Jalan Umum

Mengangkut tanah kelokasi pembuangan menggunakan damntruck

melewati jalan umum menyebabkan potensi bahaya kecelakaan lalu lintas. Hal ini

disebabkan banyaknya kendaraan pada jalan dan jarak tempuh yang cukup jauh

menyebabkan potensi bahaya kecelakaan lalu lintas. Kondisi Pasokan tanah yang

harus dikirim terus-menerus agar sesuai dengan target tidak melewati batas waktu

yang sudah tertulis dalam kontrak mengakibatkan pekerja supir bekerja lebih

ekstra, pekerja supir bekerja 8jam – 12 jam dalam 1 hari. Lembur kerja yang tidak

terlelakkan mengakibatkan kelelahan pada pekerja juga mengakibatkan pekerja

kurang istirahat sehingga mengantuk saat diperjalanan sangat berisko terjadinya

kecelakaan.

Menurut Warpani (2002), mengantuk merupakan keadaan dimana

pengendara kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur)

dan atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat.

Pengendara yang mengantuk akan berkurang staminanya jika

mengendarai kendaraan dengan kecepatan 80 km/jam selama 2 jam tanpa

berhenti. Banyaknya kecelakaan yang disebabkan pengendara mengantuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

80

dikarenakan pengemudi pada umumnya tidak merasa bahwa dirinya mengantuk,

seringkali mereka memaksakan dirinya untuk tetap mengendarai (Kartika, 2009).

Dalam penelitian Marsaid dkk (2013) mengatakan pada umumnya

kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kejadian meninggal seringkali tidak

hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab saja. Namun merupakan gabungan

dari beberapa faktor, misalkan faktor kendaraan berupa ban pecah terjadi karena

faktor lingkungan fisik berupa jalan berlubang, kemudian ditunjang dengan

faktor manusia berupa mengantuk dan tidak terampil yang pada akhirnya

menyebabkan kecelakaan dengan korban meninggal dunia.

Dalam penilaian risiko yang dilakukan PT. Pembangunan Perumahan,

tingkat risiko damntruck melewati jalan umum dikategorikan Medium High,

tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan diberi nilai 2 yang berarti

kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam 5 tahun sekali dan tingkat keparahan

akibat kecelakaan diberikan nilai 5 yaitu fatal, kerugian sangat besar hingga

memakan korban jiwa.

3. Badan Jalan Rusak

Akses masuk damntruck menuju lokasi pembuangan setelah melewati

jalan umum sejauh 10 km kelokasi pembuangan. Tanah yang dilalui ialah tanah

merah yang sangak lembek ketika diguyur hujan. Tanah yang terus-menerus

dilalui oleh damntruck menjadi rusak dan tidak rata menyebabkan potensi bahaya

terbalik / terperosoknya damntruck yang mengangkut tanah kelokasi pembuangan.

pekerja supir damntruck berisiko mengalami cedera fisik akibat terbentur. tingkat

risiko pada kondisi ini dikategorikan Medium High.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

81

Akibat seringnya mobil damntruck terperosok / terbalik, dalam penilaian

risiko yang dilakukan PT. Pembangunan, tingkat kemungkinan terjadinya

kecelakaan diberi nilai 4 yang berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam

sebulan sekali dan nilai keparahan akibat kecelakaan kerja diberi nilai 2 yang

berarti cidera ringan, kerugian financial sedikit. Perusahaan telah melakukan

pengendalian dengan meletakkan lempengan-lempengan baja pada permukaan

tanah yang tidak padat.

4. Penggunaan Bulldozer dan Vibro Roller

Pada proses penghamparan dan pemadatan tanah, penggunaan bulldozer

dan vibro roller menyebabkan potensi bahaya terpeleset saat mendaki masuk,

tertabrak, dan terjungkir ssat bekerja di lereng. Hal ini disebabkan kurangnya

kehati-hatian saaat pekerja. Kurangnya koordinasi antara pekerja juga hal

penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Tingginya badan alat berat membatasi

penghilatan operator di sekitar alat berat terutama saat bulldozer atau vibro roller

bergerak mundur. Kondisi ini dapat mengakibatkan pekerja tertabrak alat berat

yang digunakan.

Dalam penilaian risiko yang dilakukan PT. Pembangunan Perumahan,

tingkat risiko penggunaan bulldozer dan vibro roller dikategorikan Medium Low,

dengan tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja diberi nilai 1 yang

berarti kecelakaan kerja mungkin terjadi dalam 10 tahun sekali, dan nilai

keparahan diberi nilai 5 yang berarti fatal, kerugian sangat besar dan sampai

memakan korban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

82

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Proyek Pengendalian Banjir Sungai

Asahan Paket 2 PT Pembangunan Perumahan didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada proses pemancangan concrete sheet pile teridentifikasi 8 sumber

bahaya dimana ditemukan 16 potensi bahaya. Hasil penilaian risko didapat

tingkat risiko dengan kategori Low (6%), Medium Low (44%), Medium

High (39%), High (11%).

2. Pada proses pekerjaan timbunan teridentifikasi 4 sumber bahaya, dimana

ditemukan 14 potensi bahaya. Hasil penilaian risiko didapat tingkat risiko

dengan kategori Low (8%), Medium Low (21%), dan Medium High (71%).

3. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan, menggunakan

HIRARC berdassarkan standar Work Instruction PT. Pembangunan

Perumahan.

4. Potensi bahaya berkategori High terdapat pada tahapan pekerjaan

pemancangan concrete sheet pile.

Saran

1. Kedisiplinan terhadap waktu sebaiknya lebih diperhatikan, sehingga

pelaksanaan pekerjaan setiap harinya tidak memerlukan waktu lembur

sampai malam hari yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan para pekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

83

2. Kontraktor pelaksana maupun pengawas sebaiknya lebih meningkatkan

pengawasan dan koreksi pelaksanaan pekerjaan serta memberikan sanksi

yang tegas apabila terdapat pekerja yang melanggar prosedur pekerjaan.

3. Perusahaan sebaiknya menyediakan pelampung untuk para pekerja karena

tahapan pekerjaan dilakukan di tepi sungai.

4. Pada tahapan pekerjaan timbunan, pekerja pemberi aba-aba (signaller)

diharapkan bekerja di luar jalur alat berat beroperasi agar tidak tertabrak

atau tersenggol alat berat.

5. Pada kegiatan yang berkategori High, Perusahaan disarankan agar

menambah alat bantu keamanan seperti memasang tali bantu sling agar

material tidak mudah terjatuh.

6. Perlu ditingkatkan pengawasan terhadap pengadaan barang dari pihak

ketiga untuk menghindari risiko kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

84

DAFTAR PUSTAKA

Adji. (16 Oktober 2016). Kaki pekerja putus tertimpa crane dan tiang pancang di Ciliwung. Diakses Februari 10 2018, dari http://poskotanews.com/2016/ 10/16/kakipekerjaputustertimpacranedantiangpancangdiciliwung/.

Anizar. (2009). Teknik keselamatan dan kesehatan kerja di industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anugrah, D. (10 Oktober 2009). Tinjauan persepsi. Diakses 30 Januari 2018 dari http://www.dangertheory.com/.

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Djati, I. (2006). Bagaimana mencapai zero accident di perusahaan. Jakarta: UI

Press.

Ervianto, W.I. (2004). Teori aplikasi manajemen proyek konstruksi. Yogyakarta:Andi Yogyakarta.

Husni, L. (2005). Hukum ketenagakerjaan (Ed.Ke-2). Jakarta: PT. Raja Grafindo.

International Labour Office. (2013). Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sarana untuk produktivitas. Jakarta : Anonim.

Indarto, B. P. (2006). Identifikasi faktor risiko dominan dalam keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat (Studi Kasus PT Adhi Karya (Persero) Tbk) (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Irawan, S. (2015). Penyusunan hazard identification risk assasment and risk control (HIRARC) di PT. X. Jurnal Titra, 3 (1), 15-18.

Kangari, R. (1995). Risk management perceptions and trends of U.s. construction. Journal of Construction Enginering and Management. ASCE. 121, 422-429.

Lexy, J.M. (2011). Metode penelitian kualitatif (Ed.Ke-2). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubarak, D. (2012). Gambaran sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja Universitas Indonesia pada konstruksi pembangunan gedung FK-FKG(Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

85

Ramli, S. (2010). Manajemen risiko dalam perspektif K3 OHS risk management. Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, S. (2010). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001 (Ed.Ke-2). Jakarta: Dian Rakyat.

Ridley, J. (2014). Kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta: Erlangga.

Rijanto, B. (2011). Pedoman pencegahan kecelakaan di industri. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Roughton, J. E, & Nathan Crutchfield. (2008). Job hazard analysis. UK: Elsevier Inc.

Santoso, G. (2004). Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Siahaan, H. (2009). Manajemen resiko pada perusahaan dan birokrasi (Ed.Ke-2).Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Silalahi, B.N.B. (1995). Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta:PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Siswanto, Dkk. (2014). Metodologi penelitian kesehatan dan kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Suma’mur. (2009). Higiene perusahaan dan keselamatan kerja. Jakarta: Sagung Seto.

Suma’mur. (2014). Kesehatan kerja dalam perspektif hiperkes dan keselamatan kerja. Jakarta: Erlangga.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan kesehatan kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2008). Manajemen dan implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta:Harapan press

Tarwaka. (2012). Dasar-dasar keselamatan kerja serta pencegahan kecelakaan di tempat kerja. Harapan Press, Surakarta

Wijaya, A Dkk. (2015). Evaluasi kesehatan dan keselamatan kerja dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Titra, 3 (1), 30.http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/teknikindustri/article/ download/2979/2684.

Williams, M. (2011). Hazards at work. UK: Trade Union Congress.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

86

Lampiran 1, Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

87

Lampiran 2, Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

88

Lampiran 3, Dokumentasi Penelitian

1. Proses Pemancangan

Gambar Lampiran 1. Pemancangan Sheet Pile

2. Proses Pekerjaan Timbunan

Gambar Lampiran 2. Pengambilan Tanah Di quarry

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

89

Gambar Lampiran 3. Mengangkut Tanah Kelokasi Timbunan

Gambar Lampiran 4. Penghamparan Tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK

90

Gambar Lampiran 5. Pemadatan Tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA