berbagai permasalahan yang berkaitan dengan … · rumah dp 0%, tetapi krn e-ktp di ......
TRANSCRIPT
BERBAGAI PERMASALAHAN
YANG BERKAITAN DENGAN
TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN
JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN
SERTA SATUAN RUMAH SUSUN
Disajikan pada acara Pertemuan Antar Daerah
Pengurus Wilayah Jawa Barat Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah,
yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang & Kabupaten Karawang,
bertempat di Hotel Prime Plaza ~ Purwakarta, pada tanggal 23 Februari 2018
Oleh :
Edna Hanindito
TAKE OVER KREDIT atau
PERALIHAN KREDIT adalah
istilah yang dipakai dalam
dunia Perbankan, yakni dalam
hal Pihak Ketiga memberi
kredit kepada Debitur yang
bertujuan untuk melunasi
hutang/kredit Debitur kepada
Kreditur awal dan
memberikan kredit baru
kepada Debitur, sehingga
selanjutnya Pihak Ketiga
menggantikan kedudukan Kreditur awal.
PIHAK KETIGA (BANK YANG MEN-TAKE OVER
DEBITUR KREDITUR AWAL (BANK YANG DI-
TAKE OVER)
PIHAK-PIHAK PADA
PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER)
KASUS TAKE OVER KREDIT 1
Tn. ASEP KUSUMAH (Debitur) meminjam kredit dari Bank BERLIAN (Kreditur Awal), dengan jangka waktu selama 10 tahun, dan memberikan jaminan berupa sebidang tanah berikut bangunan rumah tinggal kepunyaan Tn. ASEP KUSUMAH.
4 tahun berlalu, krisis moneter melanda negara dan Bank BERLIAN terkena dampaknya. Untuk memperoleh dana segar demi mempertahankan likuiditasnya, Bank BERLIAN bermaksud untuk mengalihkan piutangnya kepada Bank EMERALD (Pihak Ketiga) untuk menggantikan posisinya sebagai kreditur, dan untuk itu Bank BERLIAN meminta Bank EMERALD tersebut untuk melunasi sisa utang pokok Tn. ASEP KUSUMAH.
Bank EMERALD tersebut setuju dan dengan dilunasinya sisa utang Tn. ASEP KUSUMAH, maka hak tagih Bank BERLIAN beralih kepada Bank EMERALD , berikut jaminan tanah dan bangunan tersebut.
KASUS TAKE OVER KREDIT 2
PT. KITIR INDAH KERTAS (selanjutnya disebut PT. KIK) (Debitur),suatu perusahaan yang bertempat kedudukan di Kota Bekasi dan bergerak di bidang industri kertas, telah memperoleh fasilitas kredit dari Bank Perkreditan Rakyat Prima Arta Utama (selanjutnya disebut “BPR PRITAMA”) (Kreditur Awal) pada tahun 2015, dengan memberikan jaminan sebidang tanah HGB, berikut bangunan pabrik kertas di atasnya.
Menjelang pelaksaan Pilkada di Jawa Barat, permintaan kertas dalam negeri saat ini meningkat, sehingga PT. KIK bermaksud untuk menambah fasilitas kreditnya.
Bersamaan dengan hal tsb, oleh karena suku bunga pada Bank BPR PRITAMA sangat tinggi, maka PT KIK mengajukan permohonan kredit pada Bank ZAMAN NOW (Pihak Ketiga), dengan jaminan tanah dan bangunan sebagaimana telah diagunkan pada Bank BPR PRITAMA. Dan Bank ZAMAN NOW menyetujui permohonan kredit tersebut. Untuk itu Bank ZAMAN NOW memberikan fasilitas kredit untuk melunasi sisa utang PT. KIK pada BPR PRITAMA dan fasilitas tambahan (top up).
KASUS TAKE OVER KREDIT 3
Akhir tahun 2017 lalu, Ny. KOKOM KOMARIAH (Debitur), seorang janda cantik yg berdomisili di Kab. Purwakarta berkehendak membeli sebidang tanah berikut rumah tinggal di atasnya. Maksud hati membeli rumah DP 0%, tetapi krn e-KTP di luar Jakarta, maka ia mengajukan KPR pada Bank CINTA ARTHA (Kreditur Awal), dg memberikan jaminan tanah & rumah yg pembeliannya dibiayai Bank CINTA ARTHA.
Kredit baru berjalan 2 bln, di awal bulan Februari 2018 Ny. KOKOM dilamar seorang pengusaha property & rencananya setelah menikah akan diboyong ke rumah suaminya.
Untuk itu rumah agunan Bank CINTA ARTHA tsb akan dijual kepada Tn. YAYAT SUDAYAT, yg untuk pembelian tanah & rumah tsb akan dibiayai melalui KPR Bank TAAT NATURA (Pihak Ketiga).
Bagaimana penyelesaian jual beli rumah tersebut terkait take over kredit?
TAKE OVER YANG LAZIM TERJADI DALAM PRAKTEK
Antara Debitur dengan Kreditur Awal telah terjalin hubungan utang piutang dgn
pemberian jaminan. Saat ini utang Debitur akan dilunasi oleh Pihak Ketiga, untuk itu
yang lazim dilakukan dalam praktek :
Bahkan ada juga yang mengundang Debitur/Penjamin 2X, pertama : untuk
menandatangani Akta Perjanjian Kredit. Lalu setelah surat keterangan lunas & surat
roya keluar, mengundang kembali Debitur/Penjamin kedua : untuk menandatangani
SKMHT dengan alasan bingung menentukan peringkat HT
Pinjam Sertipikat (jaminan) pada Kreditur Awal untuk dilakukan pengecek-
an sertipikat (jika Kreditur Awal bersedia meminjamkan sertipikat) atau
minta SKPT pada Kantor Pertanahan;
Penandatanganan Akta Perjanjian Kredit & SKMHT antara
Debitur dengan Pihak Ketiga;
Pengurusan Roya Hak Tanggungan (berdasarkan Surat Roya
Kreditur Awal);
Penandatangan APHT (berdasarkan SKMHT) untuk kepentingan
Pihak Ketiga;
Bagaimana PENGECEKAN
SERTIPIKAT tanah jaminan ?
Bagaimana PERINGKAT HAK
TANGGUNGAN-nya ?
Apakah jaminan harus ROYA PASANG ?
Sertipikat jaminan masih disimpan
di Kreditur Awal, bgmn bisa
dilakukan pengecekan ?
Pada saat take over,
HT Kreditur Awal masih
belum hapus, lalu bgmn
peringkat HT Pihak
Ketiga ?
HT Kreditur Awal
harus diroya terlebih
dahulu?
Lalu dibebani HT baru
untuk kepentingan
Pihak Ketiga ?
P
E
R
M
A
S
A
L
A
H
A
N
1
2
3
PERMASALAHAN TAKE OVER
Bagaimana bisa dilakukan
pengecekan sertipikat ?
Jika PPAT
menandatangani
akta, tanpa
terlebih dahulu
melakukan
pengecekan
sertipikat
mendapat
teguran dari
BPN
1
Pada saat take over, Pihak Ketiga harus melunasi utang Debitur pada Kreditur Awal.
Padahal sertipikat yang akan diagunkan masih disimpan pada Kreditur Awal.
Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006
Pasal 54 ayat (1) Pasal 2 ayat (2)
Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997
Pasal 97 ayat (1)
DASAR HUKUM PENGECEKAN SERTIPIKAT
Pasal 97 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997
• Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebanan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun ybs dengan daftar daftar yg ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertipikat asli.
Pasal 54 ayat (1) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006
• Sebelum pembuatan akta mengenai perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a sampai dengan huruf g, PPAT wajib melakukan pemeriksaan kesesuaian/ keabsahan sertipikat dan catatan lain pada Kantor Pertanahan setempat dengan menjelaskan maksud dan tujuannya.
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006
• Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :
• a. jual beli;
• b. tukar menukar;
• c. hibah;
• d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
• e. pembagian hak bersama;
• f. pemberian Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai atas tanah
• Hak Milik;
• g. pemberian Hak Tanggungan;
• h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.
PERMASALAHAN TAKE OVER 2
Siapa yang
menentukan
peringkat
HT?
Apabila suatu obyek Hak Tanggungan
dibebani dengan lebih dari satu Hak
Tanggungan, peringkat masing-masing
Hak Tanggungan ditentukan menurut
tanggal pendaftarannya pada Kantor
Pertanahan.
Pasal 5 ayat (2) UUHT
TAKE OVER KREDIT BANK
P E R H A T I A N :
PPAT bertang-
gung jawab
secara pribadi
atas pelaksanaan
tugas & jabatan-
nya dalam setiap
pembuatan akta.
Pencantuman
PERINGKAT dalam
SKMHT atau APHT
bisa berakibat fatal,
apalagi jika SKMHT
dibuat dengan akta
notaris yang harus
mencantumkan JAM
pembuatan akta.
PPAT
Jadi bunyi UNDNG-UNDANG HAK TANGGUNGAN :
PERINGKAT HAK TANGGUNGAN ditentukan oleh
KANTOR PERTANAHAN pada saat PENDAFTARAN
HT dalam Buku Tanah
Lalu pertanyaannya ????
Apakah PPAT perlu
mencantumkan
PERINGKAT dalam
APHT ???
JAWABANNYA :
TIDAK
PERLU
• Pihak Ketiga memberi kredit/pembiayaan kepada Debitur yang bertujuan untuk melunasi hutang Debitur kepada Kreditur awal, shg dengan pemberian kredit baru kepada Debitur tersebut kedudukan Pihak Ketiga ini menggantikan kedudukan Kreditur awal.
PERALIHAN HUTANG
(TAKE OVER) KREDIT
Peristiwa SUBROGASI
Terjadi karena PERSETUJUAN
Atas prakarsa KREDITUR
Atas prakarsa DEBITUR
Terjadi karena UNDANG-UNDANG
Terjadi demi hukum, meskipun tidak ada kesepakatan antara
para pihak
SUBROGASI yang terjadi karena
PERSETUJUAN atas prakarsa KREDITUR
Kreditur Awal & Pihak Ketiga sepakat Kreditur Awal menerima pembayaran dari Pihak Ketiga atas utang Debitur, dan serta merta mengalihkan hak dan tuntutan yang dimilikinya terhadap Debitur kepada Pihak Ketiga
Subrogasi ini harus dilakukan dan dinyatakan secara tegas pada saat Pihak Ketiga melakukan pembayaran
Dibuat AKTA SUBROGASI antara Kreditur Awal & Pihak Ketiga
SUBROGASI yang terjadi karena PERSETUJUAN
atas prakarsa DEBITUR
Dalam Perjanjian Kredit harus
dicantumkan bahwa uang yang
dipinjam Debitur dari Pihak
Ketiga harus dipergunakan untuk
melunasi utang Debitur pada Kreditur.
Dalam Surat Tanda Perlunasan
harus diterangkan bahwa uang
yang digunakan untuk melunasi
utang Debitur itu berasal dari
pinjaman yang diberikan oleh
Pihak Ketiga kepada Debitur.
Debitur meminjam uang kepada Pihak Ketiga untuk melunasi hutangnya kepada Kreditur Awal & menetapkan Pihak Ketiga tsb akan mengambil alih posisi Kreditur Awal. -----------------------------------------------------------------------------------------
Agar Subrogasi sah, baik Perjanjian Kredit maupun Tanda Lunas harus dibuat dengan akta otentik.
Antara Debitur dengan Pihak Ketiga Antara Kreditur Awal dengan Debitur
SUBROGASI yang terjadi karena UNDANG-UNDANG
1. untuk seorang Pihak Ketiga yang melunasi utang seorang
Debitur kepada seorang Kreditur, yang berdasarkan hak
istimewa atau hipoteknya mempunyai suatu hak yang lebih
tinggi;
2. untuk seorang pembeli suatu barang tak bergerak, yang
memakai uang harga barang tersebut untuk melunasi para
Kreditur, kepada siapa barang itu diperikatkan dlm hipotek;
3. untuk seorang yang terikat untuk melunasi suatu utang
bersama-sama dengan orang lain, atau untuk orang lain dan
berkepentingan untuk membayar utang itu;
4. untuk seorang ahli waris yang telah membayar utang-utang
warisan dengan uangnya sendiri, sedang ia menerima
warisan itu dengan hak istimewa untuk mengadakan
pencatatan tentang keadaan harta peninggalan itu.
Untuk Take Over Kredit / Subrogasi yang terjadi
karena PERSETUJUAN
BANK X BANK Y
A
K
R
E
D
I
T
SUBROGASI
J
A
M
I
N
A
N
Jika piutang yang dijamin dengan Hak
Tanggungan beralih karena cessie,
subrogasi, pewarisan, atau sebab-
sebab lain, Hak Tanggungan tersebut
ikut beralih karena hukum kepada
kreditor yang baru
TIDAK
PERLU
ROYA
PASANG
BANK X BANK Y
B A JUAL BELI
K
R
E
D
I
T
K
R
E
D
I
T
Hak Tanggungan tetap mengikuti
obyeknya dalam tangan siapapun
obyek tersebut berada
Jika piutang yang dijamin dengan Hak
Tanggungan beralih karena cessie,
subrogasi, pewarisan, atau sebab-
sebab lain, Hak Tanggungan tersebut
ikut beralih karena hukum kepada
kreditor yang baru
SUBROGASI
TIDAK
PERLU
ROYA
PASANG
Untuk
Take Over
Kredit /
Subrogasi
yang
terjadi karena UU
• Diatur secara tegas dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (Pasal 16 ayat (1))
• Diatur PNBP untuk pelayanan pendaftaran peralihan HT (karena cessie, subrogasi, merger) dalam PP No. 128 Tahun 2015 (angka II huruf B angka 8) Rp. 50.000,-/bidang
B
I
S
A
KESIMPULAN :
Take Over Kredit bisa
dilakukan dengan cara
SUBROGASI
Jaminan berupa HT
dapat beralih demi
hukum, tanpa perlu
dilakukan roya pasang