bentuk hubungan sosial

12
Bentuk Hubungan Assosiatif dan Disosiatif KELOMPOK 1 : 1. DANANG DWI PUTRA ( X.5/07) 2. DESY SETYANINGRUM ( X.5/08) 3. MUHAMMAD FAIZ MUSTAIN ( X.5/19) 4. SYIFA RAHMA IZZATY ( X.5/31)

Upload: muhammad-faiz-mustain

Post on 21-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bentuk hubungan sosial

Bentuk Hubungan Assosiatif dan Disosiatif

KELOMPOK 1 :

1. DANANG DWI PUTRA ( X.5/07)2. DESY SETYANINGRUM ( X.5/08)3. MUHAMMAD FAIZ MUSTAIN ( X.5/19)4. SYIFA RAHMA IZZATY ( X.5/31)

SMA NEGERI 1 KOTA TEGAL

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Pengajar :

Rodiyanto , S.Pd .

Page 2: bentuk hubungan sosial

Panas Dingin Indonesia - Malaysia

Inilah kesenian Reog. Masyarakat di tanah air sudah sangat mengenalnya sebagai kesenian khas daerah Ponorogo Jawa Timur, dan sering ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar nasional. Dalam perkembangannya, kesenian warisan leluhur ini, menjadi daya tarik para wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.Kini Reog ramai dibicarakan. Malaysia, negara tetangga, mengklaim kesenian tradisional yang telah mengakar dalam masyarakat kita ini,sebagai milik mereka, sebagaimana disebut dalam Website Kantor Kementerian Kebudayaan, Kesenian Warisan Malaysia.Dalihnya , seni tari barongan, demikian mereka menyebut, jenis kesenian melayu dan harus dilindungi. Klaim sepihak ini, keruan saja, memicu protes dari banyak kalangan di tanah air, terutama mereka yang selama ini berkecimpung dalam kesenian Reog. Beberapa hari lalu, mereka, mengatasnamakan Paguyuban Reog se Indonesia, mendatangi kantor Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, menyampaikan protes mereka.Informasi yang berkembang tak hanya reog yang diklaim negeri jiran tetangga itu, tapi juga Tari Piring, Kuda Kepang, bahkan permainan Congklak. Semua dikemas sedemikian rupa dan diganti namanya, sekedar beda dengan aslinya.

Konflik dengan Malaysia, bukan kali ini terjadi. Sejarah panjang mencatat, hubungan dua negara tetangga memang terus mengalami pasang surut. Berbagai peristiwa mewarnai panas dinginnya hubungan itu. Banyak kalangan masih ingat, bagaimana kelompok separatis asal Aceh, mendapat suaka di negeri itu. Rebutan Pulau Sipadan Ligitan, juga masih menjadi luka bangsa, apalagi jika membicarakan nasib tenaga kerja kita di sana. Sejarah bahkan mencatat di tahun 1963, kedua negara terlibat konfrontasi, saat negeri tetangga ini mengobarkan ambisi bernama proyek Malaysia, ingin membentuk negara federasi yang konon akan meliputi meliputi Babah, Serawak, Singapura bahkan Brunai. Buntutnya, Presiden Soekarno geram dan memutuskan hubungan negara Malaysia, sampai kemudian terjalin lagi beberapa tahun setelahnya.Karena itu, kisruh urusan caplok mencaplok seni budaya oleh Malaysia ini, justru menumbuhkan tanda tanya bagi bangsa ini, apa sebenarnya maksud negeri jiran tetangga satu ini?.Malaysia, dianggap telah sengaja memantik api dan membuka lagi luka-luka lama. Kemarahan masih belum reda saat Donald Pieters Luther Kolopita, seorang wasit karate asal Indonesia, dianiaya 4 anggota Polisi Diraja Malaysia dalam sebuah razia. Dalam banyak masalah, konflik kebanyakan dipicu sang tetangga. Ambil contoh masalah TKI di sana, tak terhitung kasus penganiayaan, penangkapan, pelecehan sampai pemerkosaan. Tak heran, kadang, kita jadi geram sendiri, termasuk melihat sikap kompromis pemimpin kita selama ini.

Silang sengketa Indonesia dan Malaysia kali ini, memang seperti memasuki babak baru, dalam persoalan seni budaya. Berbeda dengan sebelumnya, yang lebih banyak karena masalah politik, batas wilayah dan ketenagakerjaan. Karena itu wajar, kalau masyarakat kalangan di tanah air bertanya, apa sebenarnya maunya Malaysia.Ya. Sengketa di bidang budaya, memang hal baru dalam konteks perselisihan Indonesia dan Malaysia. Langkah Departemen Pariwisata Malaysia memasukkan lagu Rasa Sayange sebagai jingle promosi pariwisata, bersama keragaman seni budaya Indonesia lain sebagai aset budaya mereka, dianggap telah mencederai nilai-nilai persahabatan sebagai dua negara bertetangga, dan lahir dari rumpun yang sama Melayu.

Page 3: bentuk hubungan sosial

Adalah masyarakat Maluku pula yang pertama bereaksi, sampai akhirnya menjalar ke sejumlah daerah, dan ujung-ujungnya, membuka lagi berbagai luka lama yang mengarah pada sikap anti pati pada negara tetangga ini. Apalagi belakangan terungkap, bukan hanya lagu Rasa Sayange yang diklaim Malaysia, tapi juga beberapa seni budaya lainnya, seperti angklung, seni batik yang jelas-jelas tumbuh dan berkembang di tanah Jawa sejak zaman nenek moyang. Seni batik yang merupakan warisan budaya bangsa kita juga menjadi sasaran Malaysia. Kendati sedikit berbeda motif dan corak, tapi esensi batik Malaysia memiliki ada kemiripan dengan batik Indonesia.Seni wayang golek tak ketinggalan, ikut pula diakui Malaysia, bahkan dijadikan logo promosi dalam brosur, seperti terlihat di salah satu hotel di Kuala Lumpur, Malaysia.Dari sinilah, muncul pemahaman masyarakat di tanah air, klaim sepihak Malaysia atas berbagai karya seni budaya leluhur bangsa Indonesia ini, memunculkan pertanyaan, apa maunya negara tetangga kita ini. Karena itu bisa dipahami, kalau masyarakat menyikapinya dengan agak emosional.

Menghadapi situasi seperti ini, kearifan langkah pimpinan kedua negara memang sangat diperlukan, karena bagaimanapun, prinsip saling membutuhkan antar kedua pihak tetap harus lebih dikedepankan.

Membicarakan kebudayaan Malaysia, tak lepas dari sejarah panjang kehadiran warga negara Indonesia di Malaysia, yang sebenarnya sudah lama, jauh sebelum negara itu memproklamirkan kemerdekaannya 50 tahun silam. Banyak warga Indonesia, terutama dari Suku Bugis, Minang dan Jawa, menetap bahkan telah berganti warga negara. Apalagi di tahun 1971 pemerintah Malaysia menetapkan kebijakan ekonomi baru, membuka lebar lapangan kerja bagi warga Indonesia, terkait dengan menguatnya pengaruh komunis ketika itu. Bersama warga serumpun Melayu, Malaysia bahu membahu menghalaunya.

Tapi, itu cerita lama. Beberapa kawasan kini dikenal menjadi pusat pemukiman warga Indon dan menjadi simbol harmonisnya hubungan kedua negara seperti di Kampung Chow Kit, Kampung Baru, Bukit Bintang Selatan atau Kampung Pandan dan Kajang, kini justru menjadi pusat pertikaian. Pasukan Sukarelawan Malaysia yang disebut “Rela”, setiap hari seliweran berkeliling memburu orang Indonesia yang mereka anggap sebagai pendatang haram. Pasukan Rela yang awalnya bertugas membantu polisi dan imigrasi, dalam perkembangannya banyak menangani warga negara asing, terutama warga negara Indonesia yang mereka anggap masuk ke Malaysia dengan status pendatang haram. Praktek di lapangan mereka tak hanya terlibat penangkapan, tapi juga penganiayaan sampai pemerkosaan. Kerja serampangan tak hanya mengenai TKI, tapi juga mahasiswa, bahkan keluarga diplomat.

Pada aspek lain, kehadiran warga Indonesia di Malaysia, menciptakan pembauran budaya. Mereka yang datang membawa aneka ragam seni tradisional daerah asal, termasuk Reog, angklung dan beberapa jenis seni budaya lain. Masalah muncul, ketika Malaysia, dalam banyak kesempatan, menggunakan seni budaya asal Indonesia ini, untuk kepentingan pariwisata mereka. Inilah yang memunculkan tudingan, negara itu telah mencaplok kebudayaan asli Indonesia, walau belakangan klaim itu mereka bantah.

Page 4: bentuk hubungan sosial

Wakil Ketua DPR RI yang membidangi masalah ini, Pramono Anung melihat, kisruh seperti ini, tidak lepas dari kesalahan kita sendiri, yang kurang memahami pentingnya perlindungan atas karya cipta yang kita miliki sebagai bangsa. Banyak yang belum paham, bahwa sesuai Undang-undang Hak Cipta, sebuah karya cipta seni, legalitas kepemilikannya dibatasi waktu.Karena itu, hal-hal seperti ini diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak terkait, termasuk pemerintah Indonesia. Pemerintah harus pro aktif mengambil langkah, agar kedaulatan kita sebagai bangsa tidak bisa semena-mena diganggu bangsa lain, tak kecuali mereka yang mendengung-dengungkan saudara serumpun.

PENJELASAN

Bentuk Hubungan : Disosiatif ( hubungan yang tidak salinh menguntungkan ) berupa kontravensi .

Dampak

Dampak bagi Indonesia :

1. Hasil – hasil seni budaya bangsa yang merupakan warisan leluhur nenek moyang bangsa Indonesia kini terbengkalai tak terurus dan bahkan diakui oleh negara lain .

2. Indonesia secara perlahan – lahan kehilangan hasil seni dan budayanya .

3. Indonesia diliputi oleh rasa malu di dalam maupun di luar negerinya karena dianggap tak mampu melestarikan kesenian dan kebudayaannya .

Dampak bagi Malaysia :

1. Malaysia kini semakin besar kepala karena telah berhasil mengklaim atau mengakui hasil seni budaya masyarakat Indonesia .

2. Negara – negara internasional memahami kesenian kesenian yang sebenarnya asli berasak dari Indonesia merupakan kesenian asal Malaysia karena Malaysia sendiri yang mempromosikan kesenian kesenian milik Indonesia menjadi kesenian milik Malaysia.

Penyelesaian

1. Indonesia harus mematenkan kesenian – kesenian asli asal Indonesia tersebut kepada UNESCO agar hak milik dan hak ciptaseni budaya tersebut jelas dan tidak diakui oleh negara lain .

2. Masyarakat Indonesia harus mau melestarikan kesenian – kesenian tersebut dengan terus mengembangkan kesenian tersebut hingga panggung dunia internasional.

3. Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah tegas dan berani kepada pemerintah Malaysia .

Page 5: bentuk hubungan sosial

KESIMPULAN

Pemerintah dan segenap bangsa Indonesia harus mau bekerja keras melestarikan dan mengajukan hak cipta atas keseniantersebut serta bersikap lebih tegas , proaktif , serta penuh kontrol terhadap Malaysia agar kesenian asli Indonesia itu bisa tetap lestari dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia sampai anak cucu kita bisa menikmati kesenian itu .

Page 6: bentuk hubungan sosial

Kerjasama Indonesia – Uni Eropa DalamMemenangkan Persaingan

“C’est I’argent qui fait tourner le monde.” Ungkapan dalam bahasa Perancis ini secara harfiah bermakna “uanglah yang menggerakkan dunia”. Tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi terhadap uang (dalam hal ini dapat diasosiasikan sebagai power) telah mendorong umat manusia mau bekerja keras demi tercapainya keunggulan, tidak terkecuali negara-yang merupakan agregat dan representasi dari warga negara. Dalam konteks yang makro, negara yang merupakan pelaku hubungan internasional-seperti halnya individu-juga dihadapkan pada kondisi dan situasi persaingan dalam mencapai kepentingannya dalam hubungan internasional. Dikaitkan dengan hubungan Indonesia-Uni Eropa, kedua pihak telah memiliki pengalaman yang memadai dalam kerjasama demi pencapaian yang saling menguntungkan. Bertemunya para pihak dalam kerangka kerjasama lebih disebabkan adanya ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan. Namun demikian, masih banyak hal yang perlu diperhatikan demi tercapainya kepentingan secara lebih optimal di masa yang akan datang. Paper kali ini akan mencermati lebih jauh tentang bagaimana langkah yang diambil Indonesia dalam memenangkan persaingan dan memaksimalkan upaya diplomasi total yang sedang dilaksanakan ?

Makna Indonesia bagi Uni Eropa

Bukan suatu hal yang berlebihan bahwa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting bagi Uni Eropa. Secara geografis, letak Indonesia yang berada pada posisi silang transportasi dunia sangat bermakna tidak saja bagi Uni Eropa tetapi juga bagi negara-negara lain di seluruh dunia sebagai penghubung antara dua benua dan dua samudra. Pengaruh Indonesia dalam tubuh ASEAN pun ternyata semakin menyadarkan Uni Eropa bahwa jalinan kerjasama dengan Indonesia sangatlah vital bagi Uni Eropa yang pada tahun 2007 ini akan menambah jumlah keanggotaannya menjadi 27 negara dengan masuknya Bulgaria dan Romania. Dengan kata lain, Indonesia menjadi jembatan penghubung antara UE dengan dunia Timur, khususnya Asia Tenggara. Keanggotaan Indonesia di Gerakan Non-Blok dan berbagai organisasi internasional lainnya seperti OPEC, juga semakin memperjelas pentingnya Eropa untuk bekerja sama dengan Indonesia. Perjalanan sejarah membuktikan bahwa Eropa tidak pernah meninggalkan Indonesia. “Uni Eropa senantiasa menjadi sahabat yang baik bagi Indonesia, dalam suka dan duka.” Demikian ini pernyataan para Diplomat Eropa ketika mengomentari hubungan multilateral negar-negara anggota Uni Eropa dengan Indonesia. Akan tetapi, benarkah hal itu ? Dalam konteks hubungan dengan Uni Eropa, Indonesia sebenarnya telah membina kerjasama harmonis secara bilateral dengan negara-negara anggota Uni Eropa secara individual seperti Belanda, Inggris, Jerman , Perancis, Italia,

Page 7: bentuk hubungan sosial

Belgia, Denmark, serta negara-negara Eropa Timur seperti Hongaria, Ceko dan Polandia.

Selama masa Orde Baru, hampir tidak terbaca adanya catatan minus soal hubungan Indonesia-Uni Eropa. Penyebabnya boleh jadi karena gaya diplomasi para diplomat Eropa yang santun, low profile, lebih concerned pada budaya local dan yang terutama sangat berhati-hati dalam melontarkan pernyatan-pernyataan politik. Wujud kepedulian mereka terhadap Indonesia terlihat saat Indonesia tertimpa krisis multidimensional beberapa waktu yang lalu, Uni Eropa justru lebih mendekat dengan komitmen bantuan yang lebih besar, mempermudah akses bagi ekspor Indonesia, promosi investasi dan dukungan politik bagi terlaksananya demokratisasi. Saat bencana tsunami memporak-porandakan Aceh dan Nias, Uni Eropa beserta masyarakat Eropa secara personal menyalurkan bantuan sebesar 450 juta euro bagi rekonstruksi fisik dan non fisik di Aceh dan Nias. Prosedur alokasi bantuannya pun relatif sederhana dan lebih mudah bila dibandingkan dengan negara-negara lain.

Bukti konkret bahwa Indonesia dianggap penting oleh Uni Eropa adalah tingginya intensitas pertemuan antara Menlu Hassan Wirajuda dengan Sekjen Uni Eropa, Javier Solana yang mencapai 5-6 kali pada tahun 2006 lalu. Jumlah pertemuan yang cukup tinggi mengingat Indonesia sebagai Negara Berkembang. Tidak banyak Menlu lain dengan intensitas pertemuan sebesar ini. Meskipun demikian, kerjasama ekonomi Indonesia dengan Uni Eropa belumlah optimal. Padahal seperti yang pernah dinyatakan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Mr. Ruut Traffers di Surabaya, 16 Mei 2005 lalu, Belanda siap menjadi pintu gerbang bagi ekspor Indonesia ke pasar Eropa. Saat ini Uni Eropa merupakan pasar ekspor terbesar kedua yang sangat menjanjikan bagi Indonesia sebesar 16,1 % dari total nilai ekspor Indonesia atau setara dengan US$ 14 milyar. Sementara dalam hal impor, Uni Eropa merupakan sumber impor keempat Indonesia yang membukukan nilai sebesar 12,7% atau sebesar US$ 7 milyar. Di lain pihak, dari sisi Uni Eropa sendiri, dalam bidang ekonomi Indonesia hanya menduduki posisi ke-37 sebagai sasaran atau target markEt Uni Eropa atau sebesar 0,5 %. Dalam hal sebagai sumber impor, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-23 dengan membukukan persentase nilai impor Eropa sebesar 1% saja. Sementara itu, dalam hal investasi langsung (Foreign Direct Invesment), Uni Eropa merupakan investor terbesar dalam industri pertambangan dan petrokimia.

Hubungan Perdagangan ASEAN-Uni Eropa

ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang beranggotakan 10 negara-negara di Asia Tenggara (Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) memiliki posisi kunci di kawasan Asia Pasifik. Dedikasinya yang tinggi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan dan ditilik dari sektor ekonominya yang telah kembali menggeliat tumbuh membuatnya menjadi partner

Page 8: bentuk hubungan sosial

penting bagi Uni Eropa terlebih lagi setelah diluncurkannya Bali Concord II pada Oktober 2003 sebagai perjanjian penentu terbentuknya Komunitas ASEAN 2020 (ASEAN Community). Pada 2003, Perdagangan ASEAN-Uni Eropa membukukan pencatatan sebesar 5.8% dari total perdagangan Uni Eropa, dan Perluasan Uni Eropa saat ini telah menjadikannya sebagai partner dagang terbesar ketiga, sebesar 14% dari total perdagangan ASEAN. Secara signifikan, 15% ekspor ASEAN ditujukan ke Uni Eropa yang menjadikannya sebagai pasar ekspor terbesar kedua bagi ASEAN setelah AS. Kekuatan ekonomi Asia Tenggara saat ini yang sedikit demi sedikit pulih dari krisis dan potensi jangka panjang yang dimilikinya membuat kawasan ini semakin atraktif bagi investasi dari Uni Eropa. Sejak tahun 2000, isu-isu perdagangan dan investasi didiskusikan Menteri (Menteri Komisi Eropa ASEAN) dan pejabat (Senior Official Meeting) antara Komisi Eropa dan ASEAN. Tantangan utama atas hubungan dua kawasan ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan hubungan ekonomi antar kawasan khususnya dengan menghapuskan hambatan non tarif melalui kerjasama menyangkut peraturan dengan menggunakan kerangka TREATI (Trans-Regional EU-ASEAN Trade Initiative), terutama dalam meletakkan landasan bagi persetujuan perdagangan preferensial kawasan di masa yang akan datang.

PENJELASANBentuk Hubungan : Assosiatif ( hubungan yang menguntungkan ) berupa kerjasama ( cooperation ) .

DAMPAK

Dampak bagi Indonesia :

1. Kesempatan ekspor dan perdagangan bagi Indonesia semakin terbuka lebar dan semakin jelas arah dan tujuannya .Namun , Indonesia harus membangun sistem perdagangan dan ekspor – impor dengan baik , selaras , dan seimbang agar tujuan Indonesia untuk masuk pasar Eropa dapat terwujud secara konkret .

2. Indonesia dapat mengambil keuntungan dari transito perdagangan Eropa di Indonesia dengan cara membangun jaringan telekomunikasitransportasi , dan perdagangan dengan optimal .

Dampak bagi Uni Eropa :

1. Area dan jangkauan perdagangan Eropa ke seluruh pasar dunia semakin terbuka lebar dengan Indonesia berperan sebagai perantara pasar tersebut.Eropa juga bisa lebih

Page 9: bentuk hubungan sosial

mengoptimalkan perdagangan segala sektor ke negara negara ASEAN , Australia , dan Selandia Baru yang didukung oleh Indonesia .

PENYELESAIAN

Pemerintah Indonesia harus benar – benar membangun sistem sarana dan prasarana penunjang perdagangan khususnya ekspor impor dengan memperhatikan segala aspek secara detail.Indonesia juga harus fokus berpikir dan berbuat sesuatu agar perdagangan Indonesia semakin berkiprah di dunia internasional khususnya pasar Eropa yang sangat menggiurkan .

KESIMPULAN

Hingga saat ini Uni Eropa masih menjadi target utama kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia selain AS, Jepang, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Berhadapan dengan “counterpart” yang memiliki keunggulan di berbagai bidang, sudah tentu Indonesia harus dapat dengan cepat menanggapi tuntutan dan tangtangan yang ada. Tugas paling utama Indonesia jika ingin berhasil mendapatkan “potongan kue” yang diinginkan dari kerjasama dengan Uni Eropa ialah melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dan melakukan diferensiasi (menunjukkan keunikan) yang dapat membuat para pihak di Uni Eropa semakin tidak ragu-ragu untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia.