benigna prostat bab 1

6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada banyak pasien dengan usia di atas 50 tahun, kelenjar prosta mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. Kondis kenal sebagai Benigna Prostat Hipertrofi (BPH), pembesaran, atau hipe prostat. Benigna Prostat Hipertrofi adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab ke dua yang paling serin interensi medis pada pria di atas usia !0 tahun ("melt#er, "u#anne $ %00%). &enurut Emidicine (%00'), di dunia diperkirakan jumlah penderit Benigna Prostat Hipertrofi adalah men apai 0 juta ji*a, bilangan ini pada kaum pria karena kaum *anita tidak mempunyai kelenjar prostat, o sebab itu Benigna Prostat Hipertrofi hanya terjadi pada kaum pria ("uyatni. %0+ ). -.K. -bbas (%005) berpendapat jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita kelompokkan menurut usia, maka dapat dilihat d ari insidensi penyakitBenigna Prostat Hipertrofi di dunia dikategorikan menurut usia. Pada usia 0 tahun kemungkinanseseorang menderita penyakit Benigna Prostat Hipertrofi adalah 0/, dalam rentang usi +

Upload: budy-santoso

Post on 03-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan

TRANSCRIPT

6

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada banyak pasien dengan usia di atas 50 tahun, kelenjar prostatnya mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. Kondisi ini di kenal sebagai Benigna Prostat Hipertrofi (BPH), pembesaran, atau hipertrofi prostat. Benigna Prostat Hipertrofi adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab ke dua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun (Smeltzer, Suzanne C. 2002).Menurut Emidicine (2009), di dunia diperkirakan jumlah penderita Benigna Prostat Hipertrofi adalah mencapai 30 juta jiwa, bilangan ini hanya pada kaum pria karena kaum wanita tidak mempunyai kelenjar prostat, oleh sebab itu Benigna Prostat Hipertrofi hanya terjadi pada kaum pria saja. (Suyatni. 2014).A.K. Abbas (2005) berpendapat; jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita kelompokkan menurut usia, maka dapat dilihat dari kadar insidensi penyakit Benigna Prostat Hipertrofi di dunia dikategorikan menurut usia. Pada usia 40 tahun kemungkinan seseorang menderita penyakit Benigna Prostat Hipertrofi adalah 40%, dalam rentang usia 60 tahun hingga 70 tahun presentasenya meningkat menjadi 50% dan usia diatas 70 tahun presentasenya bisa mencapai 90% (Suyatni. 2014).Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun mengalami gejala-gejala Benigna Prostat Hipertrofi dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami gejala-gejala Benigna Prostat Hipertrofi (Suharyanto, Toto. 2009).Menurut Furqan (2003), di Indonesia pada tahun 2005, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya, diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun mengalami penyakit pembesaran prostat (Suyatni. 2014).Sedangkan, data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong di daerah Kabupaten Lombok Timur dalam waktu tiga tahun terakhir (2011-2013) menunjukkan angka kejadian penderita Benigna Prostat Hipertrofi mengalami peningkatan dengan rincian adalah sebagai berikut: pada tahun 2011 jumlah penderita Benigna Prostat Hipertrofi berjumlah 26 orang dengan kriteria usia dari 45-65 tahun. Pada tahun 2012 diperoleh data sebanyak 30 orang dengan rentang usia rata-rata antara 45-65 tahun. Sedangkan pada tahun 2013 data penderita dengan jumlah 32 orang dan sebagian besar berumur di atas 65 tahun sebanyak 17 orang (dengan persentase 53%). Dan dalam waktu tiga tahun terakhir ini angka kejadian jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit Benigna Prostat Hipertrofi tidak ada. Faktor resiko yang dapat dicegah terjadinya penyakit Benigna Prostat Hipertrofi yaitu dengan megkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi (terutama lemak hewani) dan kurang mengandung serat. Jika derajat penyumbatannya masih minimal, bisa dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: mandi air panas, segera berkemih saat keinginan untuk berkemih muncul, melakukan aktivitas seksual (ejakulasi) seperti biasanya, menghindari alkohol, menghindari asupan cairan yang berlebihan (terutama pada malam hari), untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur, penderita Benigna Prostat Hipertrofi sebaiknya menghindari pemakaian obat flu dan sinus yang dijual bebas, yang mengandung dekongestan karena bisa meningkatkan gejala Benigna Prostat Hipertrofi (Anugroho, Dito. 2008).Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kasus di atas, perlu di ketahui dan di perhatikan perubahan gaya hidup diantaranya mengurangi minuman yang beralkohol dan yang mengandung kafein. Dan untuk penderita juga harus cepat melakukan pengobatan, kateterisasi diperlukan bagi penderita yang sulit berkemih atau dengan merangsang untuk berkemih dengan memperdengarkan aliran air dari keran, dan di sarankan dalam mengkonsumsi obat secara teratur serta segera melakukan pembedahan bila berpotensi membahayakan penderita atau menambah beban atau sakit.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan Bagaimanakah penerapan asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong Kabupaten Lombok Timur?.

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1Tujuan UmumPenulis dapat memahami Konsep Dasar dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong Kabupaten Lombok Timur. 1.3.2Tujuan KhususPenulis mampu:a. Menjelaskan konsep dasar penyakit Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) mulai dari pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan komplikasi.b. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).

1.4 Manfaat Penulisan1.4.1 Manfaat Bagi MahasiswaMeningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).1.4.2 Manfaat Bagi Institusi PendidikanDiharapkan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dan pengembangan ilmu keperawatan khususya bidang keperawatan medikal bedah.1.4.3 Manfaat Bagi Lahan Praktek dan MasyarakatSebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan diagnosa medis Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).

1.4.4 Manfaat Bagi PasienMeningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan dan pencegahan khususnya penyakit Benigna Prostat Hipertrofi (BPH).

1.5 Sistematika PenulisanPenulisan proposal ini terdiri dari dua Bab, yaitu:BAB 1, adalah Pendahuluan terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.BAB 2, adalah Tinjauan Teori, terdiri dari: Konsep Dasar Penyakit Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) meliputi: pengertian, anatomi dan fisiologi kelenjar prostat, etiologi, patofisiologi dan clinical pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi serta konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan dokumentasi keperawatan.

1