bencana
DESCRIPTION
PENANGANAN BENCANA DI RS DAN LAPANGAN IMMOBILISASI, TRANSPORTASI & EVAKUASITRANSCRIPT
PENANGANAN BENCANA DI RS DAN LAPANGAN
IMMOBILISASI, TRANSPORTASI&
EVAKUASI
By GEDE ARYA BAGUS A. S.Kep., Ners.
Musibah massal :
Tidak terjadi kerusakan fasilitas umum (infrastruktur) dan lebih bersifat kecelakaan.
Contoh : • Kecelakaan Kendaraan Umum penuh penumpang.• Kebakaran gedung penghuni banyak.
SIAGA I- Jumlah ps. yg masuk 25-50 org.
- Tenaga dr dan prwt msh dpt dipenuhi oleh dr dan prwt yg bertugas.
- Bila perlu mendatangkan mahasiswa keperawatan- Penyediaan fasilitas dan logistik masih dapat
ditanggulangi oleh IGD.
ENGORGANISASIAN PENANGANAN BENCANA DI RS DAN LAPANGAN
SIAGA II- Jumlah korban 50 –100 orang- Perlu tambahan tenaga dari luar- Perlu dibuka kamar bedah sentral.- Instalasi farmasi perlu diikut sertakan. SIAGA III-Jumlah korban lebih dari 100 orang.-Perlu bantuan penampungan olh RS lain.
PROSEDUR
A. Pemberitahuan: Adanya bencana /musibah /disaster ditentukan olh : Ka. IGD
pada waktu kerja atau Dr penangung jawab harian sbg pengganti Ka. IGD, diluar jam kerja yg diteruskan ke ruang kontrole utk menhubungi pimpinan disaster dan direktur.
B. Penentuan tingkat bencana : Tgkt bencana ditentukan oleh pimpinan disaster dan direksi
RS setelah sampai di RS.
Prosedur (lanjutan)
C. Triage :• Langsung dipimpin oleh Ka. IGD atau dokter
triage yang jaga.D. Penanggulangan Penderita : Dialakukan olh dokter jaga yang ada di RS dan
perawat IGD serta perawat jaga lainnya. Pasien dibagi dlm 5 kategori yang diberi label dgn tanda tertentu.
KATEGORI LABEL
1. Label hijau : pasien yang tidak mengalami luka ( boleh pulang)2. Label kuning : dengan luka ringan yang setelah tindakan boleh
pulang.3. Label Merah : pasien perlu observasi dan perlu operasi.4. Label Putih : Perlu resusitasi sebelum tindakan .5. Label hitam : Pasien yang telah meninggal.
PADA LABEL HARUS DITULIS
- Nama, umur, alamat pasien, - Bila tidak dikenal tulis tidak dikenal
ARUS PENDERITA :- Semua penderita masuk melalui IGD dan
identitas dicatat pada tata usaha loket penerimaan psien.
- Masuk dan pulangnya penderita melalui pintu IGD.
Pengorganisasian penanganan bencana lihat gambar 4.1
IMMOBILISASI , TRANSPORTASI DAN EVAKUASI
TRANSPORTASIA. Pengertian :1. Pemindahan pasien-pasien dari tempat kejadian
ketempat yang memungkinkan dapat pertolongan yang lebih baik.
2. Suatu proses usaha memindahkan dari satu tempat ketempat lain tanpa ataupun mempergunakan bantuan alat, tergantung situasi dan kondisi lapangan.
Transportasi (lanjutan)
B. Tujuan : • Memindahkan penderita gawat darurat
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.
C. Sarana transportasi terdiri dari :
1. Kendaraan pengangkat 2. Peralatan medis dan non medis3. Petugas (tenaga medis/ paramedis) 4. Obat-obat life saving dan life support
D. Persyaratan transportasi penderita gawat darurat
a. Sebelum diangkat 1.Gangguan Respirasi dan cv telah
ditanggulangi. 2. Perdarahan telah dihentikan 3. Luka-luka telah ditutup 4. Patah tulang telah difiksasi
Persyaratan transportasi (lanjutan )
b. Selama perjalanan, harus selalu diperhatikan dan dimonitor
1. Kesadaran.2. Pernapasan3. Tekanan darah4. Denyut nadi5. Keadaan luka
E. Perencanaan dan persiapan
1. Menentukan jenis transportasi ( mobil, perahu, pesawat terbang).
2. Menetukan tenaga kesehatan yang mendapingi pasien
3. Menentukan peralatan dan persendian obat yang diperlukan selama perjalanan baik kebutuhan rutin maupun darurat.
4. Menentukan kemungkinan penyulit5. Menentukan pemantauan pasien selama
transportasi
F. Beberapa aturan dlm pengangkatan & pemindahan korban
1. Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tdk membahayakan penolong.
2. Terangkan secara jelas pada korban apa yang akaan dilakukan agar korban kooperatif.
3. Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan dikerjakan.
4. Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando agar dapat dikerjakan bersamaan.
5. Pakailah cara mengangkat korban dengan teknik yang benar agar tidak membuat cedera punggung penolong.
G. Macam-macam transportasi dgn & tanpa alat
1. Tanpa alat : Proses pemindahan/transportasi dilakukan oleh satu
penolong, dua penolong atau lebih tanpa mempergunakan alat-alat bantu :
- 1 Penolong : - Dipapah ( Human Crutch), - Diseret ( Drag ), - Ditimang ( Cradel ), - Digendong dipunggung ( Pick A Back).-
Human Crutch : Dipapah dgn dirangkul dari sampingDrag = Diseret
Dibopong Ngamplok dipunggung
cara The two Handed seat
cara The two Handed seat
Memakai tandu/Stretcher
2 Penolong dengan Kursi
2 Penolong : Dapat dilakukan dengan cara The two Handed seat:
- Dua tangan menyangga paha korban dan dua tangan yang lain menyangga punggung korban.
- Satu penolong mengangkat korban dari arah punggung korban sedangkan penolong yang lain menyangga tungkai korban.
- Oleh 3 atau 4 penolong dapat dilakukan dgn cara korban diangkat bersama-sama dgn kondisi korban terbaring
Cara kerja lihat gambar : 5.1 – 5.5
2. Dengan bantuan alat - Dengan menggunakan kursi kayu - Dengan menggunakan tandu/usungan Dari bahan kayu atau bambuDari bahan kayu, kanvas, kain tebal/
selimutDari bahan logam- Dengan menggunakan usungan beroda atau
tempat tidur beroda
Bantuan alat (lanjutan)
- Dengan menggunakan kendaraan berupa: * Motor * Mobil umum, * Ambulance darat, laut dan udara. * Pesawat terbang, helikopter
Ambulance
• Ambulance adalah kendaraan yang dirancang, diawaki, dilengkapi dengan sarana dan prasarana RS sehingga mampu menolong orang sakit maupun trauma.
• Syarat Amabulance 1).Pada saat mengambil pasien. - kecepatan 60- 80 km/jam di jalan tol, - 40 –60 km/jam di jalan biasa, - lampu rotary dan sirine dinyalakan.
2). Saat kembali/bawa pasien
- kecepatan 40 – 60 km/jam di jalan tol, - 50 –60 km/jam diajalan biasa. - Lampu rotary dinyalakan, sirine dimatikan. 3). Perawat pendamping pasien selalu berada
disamping pasien dengan memonitor keadaan pasien.
4).Bila memungkinkan adakan komunikasi dengan tempat tujuan/ pusat komunikasi pelayanan gawat darurat.
H. Jenis cara transportasi/ Pemindahan ps.GD.
1. Transportasi/pemindahan secara EMERGENCY a. Tarik baju penderita b. Tarik selimut c. Tarik lengan d. Ekstraksi cepat2. Transportasi/pemindahan NON EMERGENCY a. Pindah langsung b. Pakai sperei
Teknik emergency
Tarikan lengan Tarikan kaki
Pemindahan Emergency
Tarikan Baju Tarikan selimut
TEKNIK NON EMERGENCYa. Pengangkatan dan pemindahan secara
langsung oleh 2 atau 3 petugas.
Harus diingat bahwa cara ini tidak boleh dilakukan bila ada kemungkinan fraktur servikal prinsip pengangkatan tetap hrs
diindahkan.
b.Pemindahan dan pengangkatan seperei.
Sering dilakukan di rumah sakit. Juga tidak boleh dilakukan bila ada dugaan fraktur servikal.
Pemindahan memakai sepereiPemindahan memakai seperei
Pemindahan Non Emergency
DO NO FURTHER HARM !
Angkatlah dengan paha !
Jarak ke-2Jarak ke-2
kaki :kaki :
Satu bahuSatu bahu
Posisi tangan :
Menghadap Menghadap kedepankedepan
Jarak se-bahuJarak se-bahu
Fireman’s Grip
Pemindahan emergensi
Tarikan bahuTarikan bahuTarikan pemadamTarikan pemadam
kebakarankebakaran
Pemindahan emergensi
Tarikan lenganTarikan lengan Tarikan kakiTarikan kaki
Pemindahan Emergensi
PengangkatanPengangkatan
ekstremitasekstremitas
Wheeled stretcher :
- Terangkan- Terangkan
- Selimuti- Selimuti
- Strapping- Strapping
Kalau masuk ambulans :Kepala lebih dulu
Orang dalam sedan selaluOrang dalam sedan selaludalam keadaan tertekukdalam keadaan tertekuk
Selalu lakukan imobilisasiSelalu lakukan imobilisasikepalakepala
Pasang neck collarPasang neck collar
Pasang tandu sekop ( 1 )Pasang tandu sekop ( 1 )
Pasang tandu sekop ( 2 )Pasang tandu sekop ( 2 )
Keluarkan dari kendaraanKeluarkan dari kendaraan
IMMOBILISASI
1. Pengertian :
Mengistirahatkan organ ( tulang/otot/organ lain ) yang mengalami cedera sebelum dilakukan evakuasi/ pemindahan/ transportasi.
2. Tujuan
- Mengsitirahatkan bagian yang cedera. - Mencegah cedera yang ada bertambah berat - Mengurangi rasa sakit dan mencegah cacat - Mengurangi resiko perdarahan
3. Jenis jenis immobiliasi/fiksasi
( pembalutan dan pembidaian)
a. Fiksasi fraktur tulang panjang 1). Mengikat pada badan yang sehat 2). Spalk/bidai adalah alat yang digunakan untuk mempertahan
kan kedudukan atau letak tulang yang patah.
a). Syarat pemasangan Spalk
1)Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan.
2)Panjang bidai/spalk melewati 2 sendi yang membatasi bagian tulang yang mengalami patah tulang.
3) Usahakan bidai/spalk dengan lapisan yang empuk agar tidak membuat sakit.
4) Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang patah.
5).Bidai/spalk tidak boleh terlalu kencang/ketat.
3). Mitella* Kain tipis, lemas, kuat biasanya berwarna putih,
bentuk segitiga sama kaki-tegak lurus dengan panjang kaki-kakinya 90 cm-100 cm (40 inch).
• Cara memakainya bisa dilebarkan atau dilipat lipat sehingga berbentuk dasi (cravat) atau seperti kain pramuka.
• Kegunaannya bisa untuk pembalut biasa, tourniquet, penahan bidai atau peyangga ( sling ).
4) Pembalut pita
- Pembalut kasa gulung, pembalut elastik, - Pembalut tricot/Ransel Verband, pembalut
cepat pembalut martin, stoking elastik, Butterfly.
Prinsip prinsip Pembalutan
- Balutan harus rapat rapi jangan terlau erat dan karena dapat mengganggu sirkulasi.
- Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas.- Ujung ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya
gangguan sirkulasi.- Bila ada keluhan balutan terlau erat hendaknya sedikit
dilonggarkan tapi tetap rapat, kemudian evaluasi keadaan sirkulasi.
• Cara pemasangan ( lihat peraktiknya ……. !! )
5). Gyps
a). Bentuk - bentuk pemasangan gyps 1). Lembaran sehingga gyps menutup separuh atau 2/3 lingkaran
permukaan anggota gerak. 2). Gyps lembaran pada 2 sisi anterior dan posterior anggota gerak
sehingga tampak hampir membentuk lingkaran. 3). Gyps circuler ; melingkari seluruh anggota yang di gyps. 4). Gyps yang ditopang dengan besi/karet sehingga dapat untuk
berjalan.
Lihat slide Gyps…………………….!!!
1. Bentuk lembaran sehingga Gips menutup separuh / dua pertingga lingkaran permukaan anggota gerak
2. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi anterior&posterior anggota gerak sehingga tampak hampir
melingkar
3. Gips Sirkuler
Gips yang ditopang dengan besi / karet sehingga dapat untuk menumpu atau berjalan
Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri ( Gips Korset pada TBC tulang belakang,
pasca operasi Skoliosis )
“Compartement Syndrome”1. Nyeri2. Pucat3. Nadi mengecil / hilang4. Parastesia Paraplegia
Tindakan buka gips dari ujung ke ujung
b). Indikasi pemasangan Gyps
1). Pertolongan pertama pada fraktur (berfungsi sebagai bidai)
2).Immobilasasi sementara, untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri (gyps corset pada TBC tulang belakang)
3).Sebagai pengobatan definitif untuk immobilisasi fraktur terutama pada anak.
4). Karena kelainan bawaan (CTEV)5).Immobilisasi mencegah fraktur Fatologis dll.
a. Fiksasi untuk tulang leher
- Kanvas poles stecher, - Ferno head immobilisation / Colar Brush (fungsinya dapat diganti dengan Bantal pasir ),- Short spin boart
b. Fiksasi badan 1). Strechers The furley 2). SelimutCara kerja lihat gambar ……………….!!
Keberhasilan Evakuasi dan Transportasi Sangat dipengaruhi :
1.Triase lapangan2.Alat transportasi3.Komunikasi4.Pengendalian masyarakat di lapangan5.Persiapan RS penerima6.Kerjasama lintas sektoral