asuransi bencana

22
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam, faktor non alam atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007). Indonesia merupakan negara yang sering ditimpa bencana. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di wilayah jalur The Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik. Cincin Api Pasifik ini membentang di antara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng IndoAustralia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Lempengan ini membentang mulai dari pantai Barat Amerika Selatan berlanjut ke pantai Barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70 di antaranya masih aktif. Selain berada di jalur cincin api, Indonesia juga dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Jika salah satu lempengan bergerak, maka akan menyebabkan gempa bumi, letusan gunung berapi dan bahkan tsunami. Menurut penelitian badan survei geologi Amerika Serikat (USGS) sejak tahun 1900 di sepanjang jalur cincin api setiap tahunnya rata-rata terjadi 20 gempa bumi dengan kekuatan lebih dari 7,0 skala Richter. Gempa bumi besar dengan dampak yang paling parah

Upload: arismp99

Post on 10-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Ide mekanisme asuransi bencana di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Asuransi Bencana

1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam, faktor non alam atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007).

Indonesia merupakan negara yang sering ditimpa bencana. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di wilayah jalur The Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik. Cincin Api Pasifik ini membentang di antara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng IndoAustralia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Lempengan ini membentang mulai dari pantai Barat Amerika Selatan berlanjut ke pantai Barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70 di antaranya masih aktif.

Selain berada di jalur cincin api, Indonesia juga dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Jika salah satu lempengan bergerak, maka akan menyebabkan gempa bumi, letusan gunung berapi dan bahkan tsunami.

Menurut penelitian badan survei geologi Amerika Serikat (USGS) sejak tahun 1900 di sepanjang jalur cincin api setiap tahunnya rata-rata terjadi 20 gempa bumi dengan kekuatan lebih dari 7,0 skala Richter. Gempa bumi besar dengan dampak yang paling parah terjadi 26 Desember 2004 dengan kekuatan 9,3 skala Richter, atau lebih dikenal dengan sebutan bencana Tsunami. Gelombang banjir yang terjadi setelahnya menewaskan lebih dari 220.000 orang, sebanyak 160.000 orang di antaranya adalah penduduk provinsi Aceh.

Di samping itu Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi yang memudahkan proses terjadinya pelapukan, sehingga mengakibatkan bencana longsor. Selain itu, belum tertatanya saluran air dan kurangnya daerah resapan air juga berdampak terhadap tingginya angka bencana banjir di Indonesa khususnya di daerah Ibu Kota Jakarta (BBC 2014).

Seringnya bencana yang terjadi di Indonesia sudah dapat dipastikan menimbulkan dampak buruk secara material yang berujung dengan merosotnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat baik secara regional maupun nasional. Berdasarkan data UN International Strategy for Disaster Reduction (UN/ISDR) dari tahun 1991 sampai 2005, Indonesia mengalami kerugian akibat dampak bencana sebesar USD 27,84 Juta. Sehingga Indonesia menempati urutan 6 dunia setelah Amerika Serikat (USD 364,94 Juta), Jepang (USD 208,88 Juta), China (USD 172,76 Juta), Rusia (USD 29,76 Juta) dan Korea (USD 28,58 Juta).

Page 2: Asuransi Bencana

2

Sementara itu, dana dari pemerintah yang dialokasikan untuk penanggulangan bencana masih sangat minim yakni hanya 3 triliun rupiah per tahun. Jumlah ini tentu sangat tidak memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan pemulihan mengingat menurut data BNPB secara keseluruhan ada 1.525 bencana melanda Indonesia selama tahun 2014. Lebih dari 453 kabupaten dan 74 ribu desa yang rentan terhadap bencana pada tahun 2015. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pengelolaan dana yang lebih baik agar proses penanganan dan pemulihan tersebut berjalan secara maksimal (BNPB 2015).

1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memberikan solusi

efektif terhadap pemerintah dalam rangka mencukupi kekurangan anggaran dana yang dialokasikan pada proses pemulihan pascabencana. Mengingat masalah utama setelah tanggap darurat bencana adalah mempercepat pemulihan kondisi ekonomi untuk memastikan tetap berjalannya kehidupan ekonomi suatu keluarga.

1.3 ManfaatAdapun manfaat yang bisa dicapai dengan adanya asuransi bencana ini

adalah dapat terpenuhinya anggaran dana pemulihan pascabencana di Indonesia. Selain itu, dengan adanya asuransi bencana ini, para korban bencana dapat segera memperbaiki kondisinya secara material sehingga tetap bisa melanjutkan kehidupan perekonomian.

GAGASAN2.1 Kondisi Bencana Alam di Indonesia

Indonesia harus selalu siap dengan datangnya bencana, karena Indonesia terletak di wilayah yang rawan bencana. Posisi Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yg sangat rawan terhadap gempa bumi yang diikuti tsunami. Selain itu, letak Indonesia sama dengan Jepang yaitu terletak di cincin api (ring of fire) menjadikan Indonesia dan Jepang, dua negara di dunia yang kerap dilanda meletusnya gunung berapi. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia di antaranya seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, angin puting beliung. (BNPB 2015)

Page 3: Asuransi Bencana

3

Gambar 1 Peta Kejadian Bencana Alam di Indonesia

Bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh merupakan salah satu bencana alam dahsyat di Indonesia bahkan di dunia untuk kurun waktu 40 tahun terakhir. Menurut PBB, sebanyak 229.826 korban gempa dan tsunami hilang dan 186.983 lainnya meninggal dunia. Gempa berkekuatan 9.3 SR (menurut Pacific Tsunami Warning Center) ini telah meluluh lantahkan Aceh bagian Utara, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.

Di Indonesia sebanyak 126 ribu jiwa melayang akibat bencana tersebut, dan lebih dari 30 ribu lainya dinyatakan hilang. Wilayah yang paling parah terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami adalah Meulaboh dan Banda Aceh. Hampir 50 % bangunan di wilayah tersebut hancur tekena dampak gempa bumi yang diikuti oleh gelombang tsunami yang ketinggiannya mencapai 9 meter.

Dalam kurun waktu 10 tahun terahir juga, tercatat 2 kali letusan besar yang terjadi. Letusan besar pertama terjadi pada tahun 2006, tepatnya pada Juni 2006 dan yang kedua yaitu erupsi yang terjadi pada 5 November 2010. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tanggal 5 November 2010 merupakan erupsi terbesar sejak tahun 1872. Luncuran awan panas mencapai yang 15 km merupakan luncuran awan panas terpanjang sejak 1872 silam yang mencapai 11- 12 km. Letusan pada 5 November menewaskan lebih dari 200 korban. Wilayah yang terkena dampak dari letusan gunung merapi merupakan wilayah yang berjarak sekitar 16 sampai 18 kilometer dari puncak Merapi.

Jika dibandingkan dengan letusan yang terjadi pada tahun 2006, letusan gunung Merapi pada November 2010 ini mengeluarkan energi yang jauh lebih besar. Jika sebelumnya guguran lava hanya menjangkau 3- 4 km dari puncak,

Page 4: Asuransi Bencana

4

pada tahun 2010 jarak guguran lava mencapai lebih dari 10 km. Jika ditilik dari jumlah korban erupsi merapi, pada tahun 2010 jumlah korban akibat erupsi gunung merapi mencapai 275 korban yang mencakup warga Daerah Istimewa Yogykarta dan Jawa Tengah. Sedangkan erupsi pada tahun 2006 menelan 2 korban jiwa. (BNPB 2010)

Selama ini penanganan bencana telah diupayakan untuk ditangani oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Koordinasi yang telah dilaksanakan sejak dari lokasi bencana di daerah sampai pada tingkat nasional telah berjalan cukup baik. Namun, mengingat banyaknya kejadian bencana, mengharuskan kualitas dan manajemen dalam penanggulangan pasca bencana untuk lebih dimantapkan.

2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan PemerintahTragedi gempa bumi dan tsunami yang pernah melanda Aceh dan

sekitarnya pada tahun 2004 telah mendorong perhatian serius pemerintah Indonesia dan dunia internasional dalam manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi saat itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Lembaga ini memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai unsur pelaksana penanggulangan bencana. Sejalan dengan hal tersebut, pendekatan paradigma pengurangan risiko bencana menjadi perhatian utama.

Dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Ketika kondisi tanggap darurat, menurut Pasal 6 UU 24/2007 dana yang digunakan oleh BNPB adalah dana siap pakai yang dianggarkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Yang dimaksud dengan dana ”siap pakai” berdasarkan penjelasan Pasal 6 huruf f UU 24/2007 yaitu dana yang dicadangkan oleh pemerintah untuk dapat dipergunakan sewaktu-waktu apabila terjadi bencana. Namun, Alokasi dana untuk penanggulangan bencana masih kurang dari 1 persen total keseluruhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).  Sementara untuk tahun 2014, alokasi anggaran BNPB hanya sebesar Rp 2,5 triliun. Sedangkan dana on call yang disiapkan sebesar Rp 1,5 triliun. Dana ini hanya

Page 5: Asuransi Bencana

5

0,02-0,03 persen dari total keseluruhan APBN 2014. Hal ini membuat penanganan bencana masih sangat lambat. (Tempo 2014)

Padahal, pemerintah dituntut untuk selalu siap dan tanggap dalam penanggulangan bencana. Kecepatan dan ketepatan dalam pemberian bantuan dalam bentuk logistik serta pembangunan kembali daerah yang tertimpa bencana alam sangat dibutuhkan oleh korban bencana agar perekonomian masyarakat tidak lumpuh akibat bencana. Sementara penanganan akibat dari bencana sebagian besar masih menjadi tanggung jawab pemerintah.

Dilihat dari Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Bencana (RUUPB) yang diusulkan oleh DPR, penyelenggaraan penanggulangan bencana hanya direncanakan meliputi empat bidang, yaitu pengurangan risiko bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta tata kelola bencana. RUUPB didesain untuk menggeser cara pandang respons darurat yang berorientasi jangka pendek ke manajemen risiko bencana (Catastrophe Risk Management) dan lebih menjamin keberlangsungan (sustainability). Namun, sangat disayangkan, RUUPB sama sekali tidak menyinggung aspek asuransi. Sebagai salah satu teknik pengelolaan risiko, tidak perlu disangsikan bahwa asuransi dapat berkontribusi pada tahap mitigasi bencana, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

Oleh karena itu, supaya penanganan bencana di Indonesia berjalan dengan cepat, pemerintah perlu melibatkan pihak asuransi dalam upaya penanggulangan bencana. Tujuannya jika bencana alam di suatu daerah kerugian yang ditimbulkan hanya akan terkover sebesar anggaran negara yang disediakan pemerintah sementara sisanya ditanggung oleh pihak asuransi. Di sisi lain, asuransi komersial mengalami premium dan over-funding berkali lipat, karena tidak terlibat dalam cross-subsidy atas kerugian yang akibat bencana yang menimpa masyarakat yang tidak mampu membayar premi secara sukarela.

Untuk itu diadakannya program asuransi bencana akan dinilai tepat melihat dari segi keuntungan yang akan diberikan oleh pihak asuransi yang akan ikut dalam memberikan bantuan kepada korban bencana dan memperingan biaya yang akan ditanggung pemerintah

2.3 Indonesian Distater Insurance (IDI)Indonesian Distater Insurance (IDI) adalah sebuah program asuransi

bencana dari pemerintah yang bersifat nonprofit. Tujuan dibentuknya asuransi ini adalah untuk menyejahterakan rakyat Indonesia dan membangun kembali perekonomiannya pacsabencana alam berupa banjir, gempa bumi, gunung meletus dan tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi tersebut. Kepesertaan asuransi ini bersifat wajib untuk penduduk Indonesia dengan sistem subsidi silang oleh pemerintah.

Berdasarkan sistemnya, dalam asuransi ini terdapat tiga unsur utama pembentuknya, yaitu:

Page 6: Asuransi Bencana

6

a. Pihak Penanggung,Pihak penanggung dalam hal ini adalah perusahaan asuransi yaitu pihak yang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi dan memberikan penggantian kepada tertangggung ketika tertanggung memperoleh kerugian.

b. Pihak Tertanggung,Pihak tertanggung yaitu pihak yang mengikatkan diri dengan penanggung dengan tujuan mentransfer risiko kepada penanggung serta membayar premi sebesar risiko yang ditransfer.

c. Akibat/kerugian.Akibat/kerugian merupakan besaran nilai yang tertuang dalam polis asuransi yang harus dibayar oleh penanggung kepada tertanggung akibat peristiwa yang belum pasti.

Indonesian Distater Insurance (IDI) mengacu pada prinsip-prinsip berikut: Prinsip kegotongroyongan

Gotongroyong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, dana akan terkumpul tanpa harus menunggu terlebih dahulu sumbangan maupun bantuan dari penduduk lainnya.

Prinsip nirlaba Pengelolaan dana amanat oleh adalah nirlaba bukan untuk mencari laba

(for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan

dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

Prinsip kepesertaan bersifat wajib Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta

sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

Page 7: Asuransi Bencana

7

Prinsip dana amanat Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

Prinsip hasil pengelolaan DanaDana yang didapatkan dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan

program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.3.1 Penyelenggaraan Indonesian Disaster Insurance (IDI)Kepesertaan

Peserta IDI ini adalah setiap penduduk Indonesia yang terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Penerima bantuan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Bukan penerima bantuan adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin

dan orang yang tidak mampu.Prosedur pendaftaran peserta, pemerintah akan mendaftarkan penerima

bantuan sebagai peserta kepada IDI, peserta lainnya wajib mendaftarkan aset berharga miliknya sebagai objek tertanggung. Lokasi pendaftarannya bisa melalui online atau mendatangi IDI center terdekat.

Dalam sistem asuransi bencana, yang diasuransikan ialah aset yang bernilai ekonomi. Setiap harta benda yang akan diasuransikan wajib diberikan keterangan rinci, antara lain: merk, tipe, tahun pembuatan, harga pembelian, jumlah unit. Rincian ini sangat diperlukan oleh pihak asuransi dan nasabah agar jika suatu saat terjadi kerusakan akibat bencana alam, nasabah akan mudah mengajukan klaim berupa jenis barang dengan spesifikasi seperti pada lampiran polis asuransi sekaligus prakiraan besar kerugian yang terjadi. Asuransi bencana hanya dapat mengkover tempat tinggal dan aset berharga yang dimiliki serta kepemilikan produksi (sawah, ladang, tambak).

Pembiayaan PremiPremi asuransi merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh seorang

pemegang polis kepada perusahaan asuransi sebagai imbalan atas beralihnya risiko dari pemegang polis kepada perusahaan asuransi.

Besaran premi asuransi secara umum dihitung dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi premi IDI ini adalah nilai jual barang yang akan diasuransikan serta lokasi tertanggung berdasarkan frekuensi terjadinya bencana alam.

Untuk lebih jelasnya lagi, disajikan tabel contoh pembagian premi.

Page 8: Asuransi Bencana

8

Tabel 1 Contoh Suku Premi Berdasarkan Nilai Harga Aset

NoNilai Harga Aset

Rate per tahun (%)

1 0-100 Juta 2.252 > 100-150 Juta 1.753 > 150-300 Juta 14 > 300-500 Juta 0.755 > 500-800 Juta 0.56 > 800 Juta 0.25

Pembayaran premi akan dilaksanakan setiap bulannya selama polis masih berlaku, sistem pembayaran berdasarkan jumlah premi peserta (bukan penerima bantuan) atau suatu jumlah nominal tertentu yang disubsidi dari pemerintah (untuk penerima bantuan). Pembayarannya bisa melalui rekening, mendatangi IDI Center atau dikoordinir oleh pemerintah daerah masing-masing.

Ketentuan lebih lanjut diatur berdasarkan kesepakatan polis antara pihak penanggung dan tertanggung. Untuk lebih jelasnya lagi, perhatikan simulasi berikut.

Pak Hardi merupakan seorang kepala keluarga yang memiliki 1 istri, 2 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Pak Hardi dan keluarganya tinggal di wilayah dengan radius 6 km dari gunung merapi. Pak Hardi memiliki rumah yang bernilai jual 120 juta rupiah. Beliau juga memiliki mobil dengan nilai jual seharga 75.000.000 juta rupiah. Jika pak Hardi ingin mengasuransikan rumah dan mobilnya, maka perhitungan besar premi yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut :

Premi dihitung selama satu tahun (12 bulan) dengan rumus:

Jumlah Uang Pertanggungan (JUP)* x suku premi per tahun (persen).

* JUP merupakan harga pasar barang yang akan diasuransikan.

Contohnya:Premi rumah = Rp 120.000.000 x 1,75%

= Rp 2.100.000 /tahun= Rp 175.000 /bulan

Premi mobil = Rp 75.000.000 x 2,25%= Rp 1.687.500 /tahun= Rp 140.625 /bulan

Premi total = premi rumah + premi mobil= 175.000 + 140.625= Rp 315.625 /bulan

Page 9: Asuransi Bencana

9

Jadi, harga premi perbulan yang harus dibayarkan pak Hardi adalah Rp 315.625,-

Premi yang dibayarkan akan dikelola oleh perusahaan asuransi dalam bentuk unit link. Produk unit link, akan membantu kedua belah pihak memperoleh keuntungan ganda yaitu proteksi dan investasi. Investasi berguna untuk masa depan pemegang polis.

Adapun yang harus diperhatikan dalam premi asuransi bencana;a. Periode asuransi ditetapkan satu tahun (12 bulan), untuk pembaharuan

data aset.b. Besarnya premi akan disesuaikan dengan perjanjian pihak penanggung

dan pihak tertanggung.c. Semua aset berharga dapat diasuransikan dengan memperhatikan nilai

barang tersebutd. Pemegang polis adalah pemilik sah aset yang diasuransikan.e. Pembukaan polis terbuka di setiap wilayah di Indonesia dengan

memperhatikan daerah dengan frekuensi terjadinya bencana alam.

3. Penanganan KlaimKlaim adalah sejumlah uang yang diberikan dari pihak penanggung

kepada pihak tertanggung diakibatkan risiko yang terjadi padanya.Jika terjadi bencana alam di daerah tertentu yang menimpa objek

pertanggungan yang diasuransikan, maka Indonesian Disaster Insurance (IDI) akan secepatnya melakukan survei terhadap kerusakan yang dialami objek yang diasuransikan, survei dimaksudkan untuk mengumpulkan data / informasi terkait dengan kejadian klaim dan akan dilakukan oleh IDI Center terdekat yang berada di wilayah bencana. IDI Center juga akan menjelaskan mengenai dasar penyelesaian klaim dan jika disetujui maka langkah berikutnya adalah penyelesaian administrasi dan pembayaran klaim.

Survei akan dilaksanakan dengan cara membagi objek yang diasuransikan ke dalam beberapa bagian berdasarkan tingkat kerusakan.

Tabel 2 Kriteria Tingkat Kerusakan Objek Pengasuransian

NoAset

BerhargaKriteria Kerusakan

Rusak Rendah Rusak Sedang Rusak Parah1 Rumah Dinding retak

halus, kerusakan tidak tembus, plesteran terkelupas. Plafon dan listplang rusak,

Dinding partisi retak tembus atau roboh sebagian, bagian struktur (kolom, balok, kuda-kuda) mengalami kerusakan tetapi

Struktural dan dinding rumah roboh sebagian besar

Page 10: Asuransi Bencana

10

tidak ada kerusakan struktural

masih dapat diperbaiki. Dinding struktural (bangunan tanpa kolom dan balok) mengalami kerusakan yang masih dapat diperbaiki

2 Mobil

Kerusakan ringan, masih bisa diperbaiki

Tidak dapat hidup namun strukturnya masih utuh

Tidak dapat dihidupkan kembali dan hancur

3 Motor

4TV (ukuran)

5 Kulkas

6VCD/DVD player

7 Mesin cuci8 AC9 NB/Laptop10 Ipad11 Tablet12 Komputer13 Sawah Sebagian besar

masih bisa dipanen

Bisa dipanen, namun hasilnya tidak memuaskan

Produksi tidak dapat dipanen

14 Ladang15 Tambak

Pembayaran klaim dapat dilakukan setelah semua proses tersebut di atas selesai. Setelah semua proses dipenuhi maka IDI akan melakukan proses pembayaran klaim segera sesuai ketentuan polis. Pembayaran dapat berupa tunai, transfer rekening, cek atau giro atau perbaikan / penggantian ataupun pemulihan kembali objek asuransi yang mengalami kerusakan.

Adapun yang harus diperhatikan dalam penanganan klaima. Klaim hanya akan dibayarkan apabila aset yang diasuransikan rusak

diakibatkan gempa bumi, banjir, gunung meletus maupun tsunami yang diakibatkan gempa bumi.

b. Besarnya klaim memperhatikan tingkat kerusakan dan menyesuaikan nilai harga aset tersebut.

2.3.2 Manfaat IDI

Page 11: Asuransi Bencana

11

Asuransi ini memiliki banyak manfaat bagi penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di daerah yang rawan terjadinya bencana alam. Pembayaran premi tidak terlalu membebankan peserta, karena tujuannya bukan untuk komersil namun untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri. Anggaran yang dikeluarkan juga akan membantu pemerintah dalam penanggulangan kejadian pascabencana supaya masyarakat tersebut tetap bisa menjalankan aktivitas perekonomiannya. Berikut ini disajikan tabel kelebihan Indonesian Disaster Insurance.

Tabel 3 Kelebihan IDI dibandingkan Asuransi PropertiAspek Asuransi Properti Asuransi Bencana

Premi Mahal Murah

ManfaatSesuai dengan premi yang dibayar

komperhensif

Syarat Lebih sulit Lebih mudahDouble claim Bisa Tidak bisaOrientasi program

Profit perusahaan Nonprofit

Kepesertaan SukarelaDianjurkan untuk daerah yang rawan bencana

CakupanHanya satu property tertentu

Menyeluruh

Subsidi Tidak adaAda (bagi yang kurang mampu)

2.3.3 Sumber DanaPermodalan pertama menggunakan dana dari pemerintah, sumber dana

Indonesian Disaster Insurance bersumber dari APBN yang memang dialokasikan untuk bencana serta dana kapitasi berupa premi yang dibayarkan tiap bulannya, sementara untuk peserta yang tidak mampu pembayaran preminya akan ditanggung oleh pemerintah. Pengelolaan dana ini adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Kemudian dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya dipakai untuk pembayaran klaim. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

2.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengimplementasian

Page 12: Asuransi Bencana

12

Berikut ini disajikan pihak-pihak yang nantinya akan terlibat dalam pengimplementasian program ini.

Tabel 4 Pihak-pihak yang TerlibatNo Lembaga / Instansi Peranan1 Pemerintah

- Komite Kebijakan

- Kemenkeu

- BPKP

- Kemensos

Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan rencana kerja program

Mengalokasikan bantuan premi asuransi dalamAPBN, membayar premi bagi penerima bantuan, menghitung dan menentukan risiko fiskal.

Melakukan verifikasi ke perusahaan asuransi sebagai dasar pembayaran premi, melakukan audit program secara berkala, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program

Selaku pemilik program/ koordinator program, menentukan prioritas/target, mempersiapkan calon penerima bantuan

2 Perusahaan Asuransi (IDI Center)

Memperoleh premi dari peserta dan Pemerintah, menerbitkan polis asuransi, membayar klaim jika terjadi bencana

3 Pemerintah Daerah Berkoordinasi dengan pemerintah untuk menyukseskan program

4 Badan Penanggulangan Bencana

Melakukan pembinaan terhadap peserta, menjadi pelantara antara tertanggung dengan pemerintah

5 Tertanggung Membayar sebagian/seluruh premiasuransi, memperoleh pembinaan dari dinaspertanian, memperoleh penggantian jika terjadi bencana

2.5 Langkah-langkah Strategis dalam Implementasi Gagasan

Page 13: Asuransi Bencana

13

Gambar 2 Skema Pengimplementasian Gagasan

Langkah-langkah terhadap pengimplementasian Indonesian Disaster Insurance (IDI) yaitu pertama kali Komite Kebijakan merumuskan dan menetapkan kebijakan dan rencana kerja yang telah dianalisis permasalahannya, kemudian diadakan pemetaan pihak-pihak yang akan terlibat ikut serta dalam pengimplikasian.

Indonesian Disaster Insurance dikoordinatori oleh Kementerian Sosial yang memang memiliki tanggung jawab dalam penyejahteraan masyarakat Indonesia serta lebih mengetahui kondisi Indonesia, dikarenakan ada bantuan premi asuransi dari APBN, Kemensos dengan bantuan yang lainnya mendata penduduk yang mendapat bantuan premi serta melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak di kantor pusat untuk selanjutnya disosialisasikan di pihak daerah dan akhirnya sampai kepada masyarakat.

Page 14: Asuransi Bencana

14

Masyarakat (tertanggung) yang sudah mendapatkan sosialisasi melakukan pendaftaran kepada IDI Center atau Perusahaan Asuransi, mendata aset-aset berharga yang dimilikinya lalu kemudian menentukan premi yang akan dibayarkan tiap bulannya.

Kemenkeu kemudian mengalokasikan bantuan premi asuransi dalam APBN untuk bantuan penduduk yang tidak mampu, BPKB melakukan verifikasi ke perusahaan asuransi untuk bekerja sama dan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan program ini.

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari perencanaan sebuah program. Dalam merencanakan sebuah program harus direncanakan pula monitoring dan evaluasi atas program tersebut sebagai dasar analisis untuk perbaikan pelaksanaan program. Evaluasi bertujuan untuk menentukan relevasi dan pemenuhan tujuan seperti efisiensi, efektifitas, dampak dan sustainabilitasnya. Monitoring dilaksanakan bersamaan dengan pembaharuan polis untuk melakukan perbaikan terhadap program IDI yang telah berlangsung.

Gambar 2 Siklus Monitoring dan Evaluasi