berita bencana

21
Erupsi Sinabung Meluas KOMPAS/Adrian Fajriansyah Belasan rumah terbakar di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Rabu (29/4), akibat erupsi Gunung Sinabung. Sejumlah ruas jalan dan jembatan di Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, juga rusak akibat erupsi Gunung Sinabung pada Selasa malam. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. KABANJAHE, KOMPAS — Dampak erupsi Gunung Sinabung, seperti terlihat Rabu (29/4) di Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, makin luas. Letusan gunung itu menyebabkan belasan rumah terbakar serta sejumlah ruas jalan dan jembatan terputus. Gunung Sinabung pada Selasa malam erupsi kembali. Sebelumnya erupsi Sinabung tidak pernah menyebabkan rumah warga dan bangunan terbakar. Dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa. Tercatat 4 rumah adat dan 10 rumah warga di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, terbakar. Jembatan di Desa Perbaji dan dua ruas jalan putus di Desa Sukatendel, Kecamatan Tiganderket. Menurut tokoh adat Desa Gurukinayan, Setia Mulia Sembiring, sebelumnya erupsi Sinabung hanya mencapai kawasan utara Desa Gurukinayan. Kali ini, erupsi mencapai kawasan tengah desa itu. "Dampak erupsi Sinabung kian melebar," ujarnya. Warga Perbaji, Dedi Fernando Ginting, menambahkan, letusan Sinabung sebelumnya tidak sampai menyebabkan jalan dan jembatan di desanya putus. Kali ini erupsi membuat jalan putus atau rusak parah dan jembatan putus. "Dari waktu ke waktu dampak erupsi Sinabung semakin parah," ucapnya.

Upload: kusumahsari

Post on 05-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

berita

TRANSCRIPT

Page 1: berita bencana

Erupsi Sinabung Meluas

KOMPAS/Adrian Fajriansyah Belasan rumah terbakar di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Rabu (29/4), akibat erupsi Gunung Sinabung. Sejumlah ruas jalan dan jembatan di Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, juga rusak akibat erupsi Gunung Sinabung pada Selasa malam. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

KABANJAHE, KOMPAS — Dampak erupsi Gunung Sinabung, seperti terlihat Rabu (29/4) di Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, makin luas. Letusan gunung itu menyebabkan belasan rumah terbakar serta sejumlah ruas jalan dan jembatan terputus. Gunung Sinabung pada Selasa malam erupsi kembali.

Sebelumnya erupsi Sinabung tidak pernah menyebabkan rumah warga dan bangunan terbakar. Dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa.

Tercatat 4 rumah adat dan 10 rumah warga di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, terbakar. Jembatan di Desa Perbaji dan dua ruas jalan putus di Desa Sukatendel, Kecamatan Tiganderket.

Menurut tokoh adat Desa Gurukinayan, Setia Mulia Sembiring, sebelumnya erupsi Sinabung hanya mencapai kawasan utara Desa Gurukinayan. Kali ini, erupsi mencapai kawasan tengah desa itu. "Dampak erupsi Sinabung kian melebar," ujarnya.

Warga Perbaji, Dedi Fernando Ginting, menambahkan, letusan Sinabung sebelumnya tidak sampai menyebabkan jalan dan jembatan di desanya putus. Kali ini erupsi membuat jalan putus atau rusak parah dan jembatan putus. "Dari waktu ke waktu dampak erupsi Sinabung semakin parah," ucapnya.

Setia melanjutkan, kebakaran rumah adat dan rumah warga itu tidak menimbulkan korban jiwa karena telah ditinggal pemiliknya sejak desa itu masuk zona merah akibat aktivitas Sinabung setahun ini. Namun, peristiwa itu membuat warga kehilangan aset yang diwariskan leluhurnya. Setidaknya ada 32 keluarga atau sekitar 130 jiwa yang menempati 4 rumah adat dan 10 keluarga atau sekitar 40 jiwa yang memiliki 10 rumah lain. Dedi menuturkan, kerusakan jalan membuat akses warga terhambat. Apalagi, jalan itu merupakan akses satu-satunya bagi warga ke desa lain.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Putra mengatakan, dampak erupsi gunung itu terasa lebih luas karena banyak hutan di lereng yang gundul. Material yang terbawa oleh erupsi, berupa awan panas, tidak ada yang menghadang lagi. "Material itu menyebar ke kawasan yang lebih luas," ujarnya.

Namun, Armen menjelaskan, aktivitas Sinabung kali ini tidak lebih besar daripada sebelumnya, terutama dibandingkan dengan ketika terjadi erupsi eksplosif pada awal April. Bahkan, aktivitas Sinabung, Rabu, terpantau menurun daripada Selasa. Status Sinabung tetap

Page 2: berita bencana

Siaga. Komandan Kodim Tanah Karo Letnan Kolonel Asep Sukarna mengatakan, pihaknya kembali meningkatkan pengawasan dan pengamanan di zona merah sekitar Sinabung. Merekamenutup akses warga yang mencoba kembali ke kebun atau rumahnya. Sementara itu, warga di Sinabung mengalami kesulitan air bersih. (dri/eta) \

Komentar :

Ilmu wilayah merupakan kesatuan alam, yaitu alam yang serba sama, homogen, seragam (uniform); dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat dan kebudayaannya yang serbasama yang mempunyai ciri (kekhususan) yang khas sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah lainnya

Dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, dan tata ruang wilayah (tata guna lahan ). Dalam hal ini dampak erupsi gunung itu lebih luas karena banyak hutan di lereng yang gundul., ini berpengaruh terhadap ekosistem dan social system yang ada di sekitar wilayah gunung tersebut.

Selain itu tata guna lahan di sekitar gunung Sinabung tersebut tdak bisa di gunakan secara maksimal karena , lahan yang di gunakan sebagai wilayah pertanian sekitar gunung tersebut tidakaman bagi masyarakat.

Masalah bencana alam ini tidak bisa ditanggulangi secara cepat karena phenomena gunung sinabung ini , tidak semuanya di karenakan oleh hutan yang gundul, karema bisa saja dikarenakan pergerakan tanah yang ada karena lempengan bumi itu bergerak, sehingga menyebabkan longsor di pegunungan tersebut.

Penanggulangan nya ialah, Masyarakat harus terus menjaga keseimbangan hubungan social system dengan

ekosistem, dan dalam hal ini sementara untuk rumah warga harus pindah dari kaki gunung tersebut. Dan wilayah yang dipakai pertanian atau pemukiman harus di di pindah fungsikan menjadi hutan kembali.

Dalam hal ini hubungan kesinambungan antara masyarakat dan alam di sekitarnya harus bersikap seimbang karena itu mempengaruhi berkembang atau tidaknya fungsi tata guna lahan yang dapat di manfaatkan secara maksimal, tanpa ada dampak yang berarti.

Page 3: berita bencana

Erupsi Sinabung, Ratusan Hektar Lahan Sayur Terancam

KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (9/2/2015), kembali erupsi. Letusan sejak pagi hari itu memuntahkan material vulkanik bersama awan panas ke arah barat dan barat laut gunung. Ratusan hektar lahan pertanian di sembilan desa, Kecamatan Payung dan Tiganderket, terancam mati akibat tertutup abu vulkanik.

Wilayah yang dilanda hujan abu adalah Desa Mardinding, Kuta Kepar, Tiganderket, Jandi Meriah, Tanjung Merawa, serta Perbaji di Kecamatan Tiganderket. Sementara di Kecamatan Payung wilayah yang dilanda hujan abu adalah Desa Payung, Selandi, dan Batu Karang.

Berdasarkan pantauan Kompas di Desa Payung, puluhan hektar lahan pertanian sayur, seperti tomat, terong, cabai, dan kol, diselimuti pasir bercampur abu vulkanik hingga setebal 3 sentimeter. Bahkan ketebalan abu di permukaan tanah bisa mencapai 5 sentimeter. Daun-daun tanaman juga tampak mulai layu dan mengering.

Rumah-rumah dan jalan kampung berubah jadi kelabu keputih-putihan. Saat sore, mereka mulai membersihkan tanaman sayurnya dari abu vulkanik.

”Kalau tidak segera dibersihkan, tanaman tomat bisa mati. Ini saja, daun sudah mulai mengering karena seharian terkena hujan abu,” ujar Sandiwang Sitepu (28), petani Desa Payung, saat membersihkan tanaman menggunakan semprotan angin.

Menurut dia, di desanya sekitar 25 hektar lahan sayur tertutup abu vulkanik. Koordinator Posko Pengamatan Gunung Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, guguran awan panas pertama kali terjadi menjelang pagi. Intensitasnya kian meningkat sekitar pukul 07.11.

Sejak pukul 00.00-18.00, terjadi hingga 19 kali guguran awan panas dengan jarak luncur berkisar 1.000-4.500 meter dari puncak gunung. Luncuran awan panas mengarah ke selatan dan tenggara. Bahkan teramati guguran lava dari puncak sejauh 1.500 meter ke arah selatan.

Saat erupsi, terbentuk kolom abu awan panas setinggi 500-3.500 meter. Kolom abu tersebut membubung tinggi ke angkasa hingga dapat dilihat dari kota Kabanjahe dan Brastagi.

Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Wilayah Barat Hendra Gunawan menyarankan masyarakat tetap tidak beraktivitas dalam jarak 5 kilometer ke arah tenggara dan selatan. Sementara pada arah lainnya, masyarakat diimbau agar tidak beraktivitas pada radius 3 kilometer dari puncak Sinabung.

Kepala Badan Geologi Surono juga mengatakan, dengan tingginya kegempaan vulkanik, sangat kecil kemungkinan aktivitas letusan Gunung Sinabung akan terhenti dalam waktu dekat. Aktivitas Sinabung saat ini dikarenakan akumulasi energi yang tersimpan, setelah gunung ini tidak meletus sekitar 1.200 tahun. (GRE/AIK) Sumber: Harian Kompas

Page 4: berita bencana

Longsor Gunung Kuda

Tambang Ditutup, Korban Belum Ditemukan

Koran SINDO

Selasa,  28 April 2015  −  10:13 WIBCIREBON - Pasca longsor yang menimbun enam penambang, Pemkab Cirebon menyatakan pola penambangan di Gunung Kuda, Desa Cipanas, salah. Karena itu, kegiatan penambangan di lokasi ini ditutup.

Kemarin, polisi memeriksa beberapa orang, termasuk pimpinan instansi terkait untuk dimintai keterangan. Upaya pencarian korban yang masih tertimbun di lokasi penambangan

Gunung Kuda sendiri, terus dilanjutkan. Sekitar pukul 15.00 WIB, evakuasi dihentikan akibat turun hujan deras.

Tim pencari baru berhasil mengevakuasi satu unit backhoe yang ringsek tertimbun batu. Belum satu pun korban jiwa berhasil ditemukan. Pencarian para korban disaksikan langsung Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi Sastra bersama instansi terkait dan jajaran Polres Cirebon. Sunjaya mengatakan, pola penambangan di Gunung Kuda salahi aturan. “Pola penambang annya salah, tak sesuai aturan.

Selain itu, mereka beraktivitas pada Minggu yang seharus nya libur beroperasi,” kata Sunjaya. Kesalahan pola penam bangan, tutur dia, telah disampaikan tim dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Per tam bangan (PSDAP) Kabupaten Cirebon sekitar dua minggu sebelum peristiwa longsor terjadi.

Bahkan, pihak pengelola telah diperingatkan, tapi tak digubris. Atas kejadian itu, Pemkab Cirebon memerintahkan penutupan atau penghentian semua aktivitas penambangan di Kecamatan Dukupuntang. Selain Gunung Kuda, penambangan juga berlangsung di Gunung Petot. Sunjaya mengancam tak akan mengeluarkan lagi rekomen dasi izin jika tak ada perbaikan dalam pola penambangan dan pengelolaannya.

Kelalaian atas kejadian ini ada dipihak penambang. Ditanya berapa lama penutupan akan diberlakukan, hal itu tergantung dari hasil evaluasi. Jika hasil evaluasi itu memberatkan, tak menutup kemungkinan penambangan itu ditutup selamanya. “Gunung Kuda akan menjadi percontohan evaluasi aktivitas penambangan. Nanti kami juga akan evaluasi penambangan batu maupun pasir yang ada diKabupaten Cirebon,” tutur dia.

Page 5: berita bencana

Pemkab Cirebonpun mempersilakan Polres Cirebon melakukan penyelidikan. Kapolres Cirebon AKBP Chiko Ardwiatto yang ditemui bersama Bupati mengatakan, insiden tersebut terjadi akibat kelalaian. “Tapi masih kami selidiki lebih dalam lagi,” kata Chiko. Sejauh ini, pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi yang terdiri dari pengawas, keamanan, dan pengelola tambang dalam hal ini Koperasi Unit Desa (KUD) Bumi Karya.

Pihaknya juga akan memeriksa keterangan saksi ahli dari instansi teknis terkait, seperti Dinas PSDAP, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), maupun Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Kepala Dinas PSDAP Kabupaten Cirebon Hermawan menilai, selain faktor alam, insiden itu juga disebabkan oleh kekeliruan mekanisme penambangan.

Di lokasi kejadian, teknik penambangan yang disarankan instansi terkait justru telah diabaikan. Seharusnya, ujar dia, teknik penambangan menggunakan sistem teras sering atau berundak. Penambangan dengan teknik ini ‘mengupas’ gunung dari bagian atas sebelum kemudian ke bawah secara bertahap. Penambangan seharusnya tidak dilakukan sporadis.

Dia mengemukakan, sebagian besar penambangan telah menggunakan cara yang salah, bukan hanya penambangan KUD Bumi Karya. Kekeliruan teknik penambangan, berpotensi menyebabkan bencana besar. Fakta di lapangan, tingkat kemiringan pada lokasi penambangan sudah melebihi ambang batas aman. “Peluang bencananya besar karena selain faktor alam, kontur bebatuannya juga labil.

Area penambangan juga curam, sudah mencapai 45 derajat dari batas aman minimal 17,5 derajat dan maksimal 30 derajat. Ini sudah kategori sangat terjal dan membahayakan,” ujar dia. Sementara itu, para pejabat terkait mengaku siap diperiksa polisi. Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan BLHD Suprayogi dan Kepala Bidang Pelayanan Administrasi Perizinan BPPT Dede Sudiono.

“Saya siap diperiksa. Dua minggu lalu, pengelola di sini sudah kami peringatkan akan ancaman longsor, tapi tak didengar,” kata Suprayogi. Sementara itu, pihak KUD Bumi Karya selaku pengelola penambangan batu alam di Gunung Kuda mengaku, pola penambangan tak sesuai rekomendasi yakni berupa terasering atau berundak-undak. Sekretaris KUD Bumi Karya Tatang menyatakan, sulit mene rapkannya.

KUD Bumi Karya telah mengantongi dokumen perizin an lengkap yang berlaku hingga 2020. “Tak lepas dari faktor kondisi batu pada gunung yang sangat keras, namun disisi lain labil. Kami kesulitan menggunakan alat berat untuk ‘mengupas’ bagian bawah gunung dan membentuk pola berundak,” kata Tatang.

Polisi memperkirakan, korban jiwa yang tertimbun long sorenam orang, termasuk Tabrodi dan Masani. Salah seorang anggota Polsek Klangenan, Samsul Anwar, 40, dipas tikan pihak Polres Cirebon turut menjadi korban. Selain kedua korban yang telah ditemukan, dan Samsul, tiga nama lainnya yang berhasil diidentifikasi yakni, Edi, 35, warga Bandung, Edo, 27, warga Palimanan, Kabupaten Cirebon, dan Reihan, 25, warga Suka bumi.

Page 6: berita bencana

Pencarian para korban kemarin kembali dilakukan dengan mengerahkan empat unit backhoe dan satu unit loader dari pihak swasta. Hingga sekitar pukul 15.00 WIB saat proses pencarian korban dihentikan, belum satu pun jenazah ditemukan. Tim hanya berhasil meng evakuasi bangkai satu unit backhoe .

Proses pencarian menerjunkan tim dari berbagai pihak, mulai TNI, Polri, BPBD Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan, Basarnas Provinsi Jabar, Polisi Kehutanan Polda Jabar, warga, dan lainnya.

Erika lia

Page 7: berita bencana

Musim Hujan, Bencana Intai Jabar

Koran SINDO

Selasa,  18 November 2014  −  10:57 WIBBANDUNG - Memasuki mu sim hujan yang intensitasnya mulai meningkat, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meng ingatkan kepada pemerintah kota dan kabupaten untuk siaga.

Pasalnya hampir semua wilayah di Jabar masuk kategori rawan bencana banjir dan long sor. “Kepada warga Jabar, saya mengimbau agar siaga menghadapi berbagai kemungkinan (bencana). Waspada dan hindari tempat-tempat rawan banjir dan longsor,” kata

Heryawan kepada wartawan di Gedung Sate kemarin. Menurut dia, tak perlu ada status siaga satu atau dua. “Yang penting, masyakat di kawasan rawan banjir dan longsor, siaga.

Misalnya, masyarakat yang ting gal di daerah rawan banjir, harus siap-siap mengemas barang-barangnya ke tempat aman,” ujar Gubernur yang akrab disapa Aher ini. Aher mengungkapkan, kejadian beberapa waktu lalu longsor di Kabupaten Bandung, sebagian besar bangunan yang men jadi korban tidak memiliki izin. Sedangkan perumahan resmi jarang yang berada di kawasan rawan longsor. “Karena pengembang harus me ngan to ngi izin saat mendirik an bangunan. Jadi, tak mungkin perumahan di bangun di daerah rawan longsor,” ungkap Aher.

Di kawasan pegunungan seharusnya tak boleh ada permukiman. Apalagi, berada di kemiringan terjal. “Kami akan terus me nyosialisasikan hal ini kepada masyarakat agar sadar tak mendirikan bangunan di kawasan rawan longsor,” tutur dia. Ketua Komisi II DPRD Jabar Ridho Budiman Utama mengatakan, beberapa daerah di Jabar me miliki kondisi topografi rawan longsor. Salah satunya Kabupaten Sumedang. Namun ham pir semua daerah di Jabar rawan bencana.

“Setiap hujan, di Jabar banyak daerah yang rawan longsor,” kata Ridho. Untuk menyelesaikan masalah bencana ini dikatakan Ridho memang tak mudah. Karena, harus ada alih budi daya, alih lokasi, fungsi, dan profesi. “Jadi, solusinya tak bisa langsung tapi harus bertahap,” ujar dia.

Data yang dihimpun KORAN SINDO, dari 26 kabupaten/kota di Jabar, 17 daerah ber potensi rawan bencana alam, baik longsor, banjir dan gempa bumi. Ke 7 kabupaten/kota berpotensi rawan ben - cana alam banjir dan longsor, yaitu Bandung, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Maja lengka, Garut, Ciamis,

Page 8: berita bencana

Sukabumi, Cirebon, Indramayu, Pur wakarta, Kuningan, Karawang, Bo gor, Bekasi, Depok, dan Cianjur.

Di Jabar juga terdapat 12 kabupaten/kota yang berpotensi terjadi bencana gerakan tanah. Antara lain, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Ta sikmalaya, Ciamis, Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Majalengka, dan Kuningan. Bencana gerakan tanah atau long sor rawan melanda 1.068 desa yang tersebar di 217 kecamatan. Terkait bencana alam, Pemprov Jabar telah membentuk organisasi pelaksana pe nanggulangan yaitu Satkorlak Penang gulangan Bencana.

Tugas pokok satkorlak ini adalah meng koordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dan pengungsi di daerah. Penyelenggaraan penanggulangan bencana, diimplemen tasikan dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan pada saat pra bencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Kegiatan yang dilaksanakan saat pra bencana antara lain, perencanaan pencegahan, pengurangan risiko, penelitian, penataan tata ruang, mitigasi, dan peringatan dini.

Sedangkan kegiatan tanggap darurat, yakni penyelamatan dan evakuasi, pemenuhan ke butuhan dasar, perlin dungan, dan pemulihan. Saat pasca-bencana, kegiatan yang di laksanakan meliputi rehabilitasi sarana prasarana sosial, ekonomi, rekonstruksi kesehatan, ke amanan, ketertiban, dan ling kungan. Bidang Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) pun mencatat, hampir semua wilayah di Jabar berpotensi terjadi gerakan tanah.

Tingkat pergerakannya mulai tinggi, hing ga rendah. Sebagai langkah antisipasi, PVMBG melakukan sosialisasi ke masyarkat dan unsur pemerintahan. PVMBG juga memuat daftar kawasan rawan pergerakan tanah di Jabar melalui situs resmi http://www.vsi. esdm.go.id.

Yugi prasetyo/ Inin nastain

Page 9: berita bencana

Banjir Bandang Ancam Warga Tapteng

Koran SINDO

Selasa,  25 November 2014  −  12:20 WIB

Tim penaggulangan bencana melewati jalan penghubung Desa Sibio-bio-Desa Muara Sibuntuon, Kecamatan Sibabangun, Tapteng, yang ditimbun longsor, kemarin.

SIBOLGA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tapanuli Tengah (Tapteng)-Sibolga mengimbau masyarakat di dua daerah itu agar selalu mewaspadai bahaya longsor dan banjir bandang yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Diketahui, Sabtu (22/11) dini hari, banjir bandang dan longsor menerpa kawasan Desa Sibio- bio, Kecamatan Sibabangun, Tapteng. Bencana alam itu memakan korban jiwa sebanyak empat orang yang juga dua pasangan suami istri, dan seorang bayi yang hingga kini belum ditemukan.

“Mohon masyarakat Sibolga dan Tapteng mewaspadai bahaya banjir bandang dan longsor karena saat ini tengah memasuki musim pancaroba. Hujan akan terus melanda dengan intensitas yang terkadang tinggi hingga awal Februari 2015,” ungkap Kepala BMKG Tapteng - Sibolga, Marolop Rumahorbo, Senin (24/11).

Page 10: berita bencana

Menurut Marolop, potensi banjir bandang dan longsor di wilayah Sibolga dan Tapteng sangat tinggi. Sebelum musim hujan, dua wilayah ini dilanda musim kemarau. Akibatnya, kontur tanah kering dan retak-retak sehingga dapat menjadi pemicu longsor dan banjir bandang. “Dengan musim hujan ini, peluang tanah kering tersebut longsor dan menyebabkan banjir bandang itu sangat tinggi,” ujarnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Tapteng, Bonaparte Manurung, juga membenarkan tingginya potensi longsor dan banjir bandang di Tapteng dan Sibolga. Apalagi, Sabtu (22/11) dini hari lalu, bencana alam tersebut terjadi di Desa Sibio-bio. Bahkan, longsoran baru disebutkan masih terlihat di sana.

Sementara diketahui penyebab banjir bandang dan longsor di daerah itu dipicu longsoran tanah yang mengakibatkan penyempitan aliran air Sungai Sosopan. “Saat ini kami takut dan khawatir. Kiranya jangan sampai terjadi bencana lagi. Apalagi saat ini petugas sedang mengevakuasi dan merelokasi longsoran material tanah yang menutup akses jalan penghubung Desa Sibio-bio dengan Mombangboru. Soalnya hujan deras disertai longsor masih terus menerpa kawasan ini,” ungkap Bonaparte.

Menurut Bonaparte, potensi banjir bandang dan longsor itu menjadi ancaman bagi ratusan kepala keluarga (KK) yang menghuni Desa Sibio-bio yang berpenduduk sekitar 220 KK dan Desa Muara Sibuntuon yang berpenduduk sekitar 400 KK.

Hal ini tidak terlepas dari kondisi kedua desa yang masih terisolasi karena akses jalannya tertutup. Sedikitnya ada delapan titik longsor yang menutup badan jalan utama kedua desa itu. Warga kedua desa yang hendak keluar, terpaksa harus melalui jalan alternatif.

“Akses jalan sampai saat ini belum dapat kami buka, tapi kami akan berupaya maksimal agar paling tidak jalan ini dapat dilalui kendaraan roda dua. Proyeksi ini kami targetkan untuk dua hari ke depan,” tandasnya.

Jonny Simatupang 

(ftr)

Page 11: berita bencana

Dua Desa Terancam Tenggelam

Koran SINDO

Selasa,  17 Maret 2015  −  16:21 WIB

SEKAYU - Desa Lumpatan II dan Desa Kayuara terancam tenggelam. Karena hasil pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muba, dari 13 titik pantau ketinggian air, dua di antaranya hampir berada pada titik maksimum.

Jika beberapa hari kedepan hujan terus menerus mengguyur dua desa tersebut, bukan tidak mungkin debit air semakin tinggi. “Kenaikan debit air mulai terjadi, dari 13 titik pantau yang ada, dua diantaranya yakni di Desa Lumpatan II dan Desa Kayuara nyaris sampai batas maksimum.

Ketinggian dinding pantau 4 meter dan saat ini air sudah mencapai 3,77 meter. Itu artinya tinggal 23 cm lagi tenggelam,” ujar Kabid Darurat dan Logistik BPBD Muba, Panpane Syafri, kemarin. Debit air ini, jelasnya, diprediksi kembali mengalami peningkatan, sebab saat ini puncak masih berlangsung.

Jadi pihaknya berharap masyarakat yang berada di sepanjang bantaran sungai untuk lebih siaga. “Status siaga telah berlaku hing ga 31 Maret. Kalau beberapa hari kedepan di daerah uluan hujan

Page 12: berita bencana

terus terjadi, maka air sungai dipastikan meng genangi pemukiman warga,” jelasnya dia. Panpane melanjutkan, untuk memastikan kondisi air sungai, pihaknya melakukan pemantauan selama 24 jam di seluruh titik pantau.

Selain itu, BPBD telah mengintruksikan anggota untuk siaga menanggu langi bencana, terutama relawan yang ada di seluruh kecamatan agar dapat menyampaikan informasi dengan cepat jika terjadi bencana. “Seluruh anggota kita sudah siaga dan sudah ada SK petunjuk dari bupati, ter kait Standar Operasional Prosedur (SOP) menang gulangi bencana.

Untuk tahun ini, potensi genangan air tidak terlalu parah, yang dikhawatirkan adalah potensi luapan air sungai,” beber dia. Sementara itu, Wakil Bupati Muba, Beni Hernedi menuturkan, jika dilihat dari peta tofografi, Kabupaten Muba memiliki potensi terjadi bencana alam. Atas dasar itulah, untuk menghindari terjadinya korban, baik jiwa maupun benda, pencegahan sejak dini harus dilakukan.

“Peringatan dini terhadap bencana tidak akan ber jalan dengan baik, jika tidak di topang dengan kesadaran ber bagai pihak untuk menjalankan koordinasi secara bersamada lampenanggulangan bencana. Hingga saat ini, kita terus mela kukan monitoring terutama pada daerah yang rawan ben ca na,” tandas dia.

Amarullah diansyah

(bbg)

Page 13: berita bencana

Dahsyatnya Longsor di Desa Jagabaya

Koran SINDO

Selasa,  2 Desember 2014  −  11:24 WIB

Warga melintasi puing-puing rumah bilik dan batang pohon yang terbawa longsor pada Minggu 30 November dini hari. Tujuh rumah korban longsor di Kampung Datar Muncang, Desa Jagabaya, Kecamatan Mekarmukti, Garut ini rata-rata terbuat dari bilik bambu.

GARUT - Bencana longsor yang menerjang delapan kecamatan di Kabupaten Garut, pada Sabtu 29 November 2014 malam dan Minggu 30 November 2014 dini hari lalu sangat dahsyat.

Sahman, 50, Ketua RT 08, Kampung Datar Muncang, Desa Jagabaya, Kecamatan Mekar mukti, menuturkan, seluruh harta benda, rumah, pesawat televisi, dan tujuh ekor ternak domba milikinya lenyap ditelan tanah longsor. Meski demikan, Sahman tetap bersyukur. Dia dan dua anggota keluarga, isteri dan anaknya berhasil selamat dalam bencana di malam yang mencekam itu.

“Lima menit saja saya dan sekeluarga tidak segera keluar dari dalam rumah, bisa lain ceritanya.” “Kami tidak mungkin berada di sini dan diberi kesempatan untuk tetap hidup oleh Allah,” kata Sahman kemarin.

Malapetaka itu terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 01.30 WIB. Sahman mengaku perasaannya tidak enak sejak siang hari. “Tidur saya tidak lelap. Seperti orang gelisah, cemas dan was-was. Guyuran hujan deras dari siang hingga malam hari tidak berhenti. Saya sempat berpikir akan terjadi sesuatu. Benar saja, pada pukul 01.30 WIB, saya mendengar gemuruh dari tebing di belakang permukiman kami,” ujar dia.

Tanpa memerlukan waktu lama, dia dan keluarga di seisi rumah merasakan guncangan cukup keras. Mirip sebuah gempa. “Saya langsung bergegas membangunkan isteri dan anak. Kami berlari tanpa sempat mencoba menyelamatkan barang-barang, seperti TV, uang, pakaian, hingga tujuh ekor domba. Kami harus cepat-cepat keluar rumah,” tutur Sahman.

Para tetangga Sahman yang lain pun ikut merasakan peristiwa menakutkan itu. Teriakan takbir berkumandang dari para penghuni setiap rumah yang menjadi korban. “Allahu akbar, Allahu akbar. Spontan kami hanya bisa berteriak demikian,” ungkap dia.

Berdasarkan catatan aparat Desa Jagabaya, di lokasi tersebut tercatat tujuh rumah rusak berat

Page 14: berita bencana

karena menjadi korban keganasan longsor. Dari ketujuh rumah itu, hanya satu rumah yang hilang akibat hantaman longsor. “Rumah yang tak bersisa itu rumah saya. Hancur dan hilang,” kata Sahman.

Warga lain di Kampung Datar Muncang, Jajang, 38, pun harus merelakan rumahnya rusak. Sepeda motor yang menjadi andalan penghidupan keluarganya pun hilang terbenam lumpur dan tanah.

Kepala Desa Jagabaya Maman S menerangkan, bencana longsor itu memaksa 17 warga di Kampung Datar Muncang kehilangan tempat tinggal. Warga yang menjadi korban longsor dievakuasi ke Kampung Cisawer, Desa Cijayana. “Beruntung tidak ada korban meninggal dunia. Untuk sementara, para korban yang kehilangan tempat tinggal ini dievakuasi ke Kampung Cisawer, Desa Cijayana karena lokasinya dekat dengan Kampung Datar Muncang,” kata Maman.

Warga yang menjadi korban longsor itu, ujar dia, adalah Sahman, istri, dan anak; Asmanah, 42, dan anaknya; Jajang, isteri Nenah, 35, dan seorang anaknya; Dian, 33, istri Fatmah, 30, dan anaknya; Robin, 56, dan istri Atik, 55; Sahli, 70, dan istri Imik, 65; Aab, 32, dan isteri Nolis, 30; terakhir Doni, 40, dan isteri Siti, 30. “Dari para korban ini ada empat anak balita dan dua ibu yang sedang mengandung,” ujar dia.

Sementara itu, Bupati Garut Rudy Gunawan menyebut dana penanggulangan bencana hingga akhir tahun ini sebesar Rp1,3 miliar. Dia menginstruksikan agar dana itu digunakan untuk menanggulangi dampak terjangan longsor di delapan kecamatan di Kabupaten Garut.

Sedangkan untuk 2015, Rudy akan mengalokasikan anggaran Rp6 miliar sebagai dana siap pakai atau dana darurat jika terjadi bencana. “Dana siap pakai atau darurat untuk tahun ini masih ada di kas sebesar Rp1,3 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk menyuplai makanan dan logistik bagi para korban longsor di kawasan selatan Garut,” kata Rudy.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dikdik Hendrajaya mengatakan, delapan kecamatan di Garut yang dilanda longsor ini adalah Kecamatan Pakenjeng; Singajaya; Pamulihan; Mekarmukti; Cisompet; Caringin; Bungbulang; dan Cihurip.

Rumah-rumah warga rusak akibat tergerus longsor, sementara infrastruktur jalan penghubung beberapa wilayah terputus akibat ambles dan sebagian besar tertutup material tanah. Penyebab longsor adalah guyuran hujan deras yang terjadi sejak Sabtu siang hingga ma lam hari.

Selain bencana longsor, areal persawahan seluas 30 hektare (ha) di Kampung Pasanggarahan dan Cigebak, Desa Karangsari, Kecamatan Pakenjeng, rusak parah akibat tergerus luapan air Sungai Cikandang. Bencana ini terjadi bersamaan saat longsor melanda beberapa wilayah lain di Garut.

“Kalau di beberapa wilayah lain pada Sabtu malam itu ada longsor, saat sama areal persawah aan persis di samping Sungai Cikandang, rusak karena luapan air. Air sungai meluber dan merusak hamparan sawah seluas puluhan hektare,” kata Penyuluh Pertanian BP3K Kecamatan Pakenjeng Saeful.

Page 15: berita bencana

Menurut dia, puluhan hektare tanaman padi yang rusak ini berusia tanam selama tiga minggu. Hingga kini belum di ketahui berapa nilai total kerugian akibat bencana yang merusak areal pertanian ini. “Jelas petani gagal panen. Mereka harus memulai kembali menanam padi,” ujar dia.

Fani Ferdiansyah

(ftr)

views: 853x

3

Page 16: berita bencana